Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean Bambang Budiono Mulyo S.
[email protected] (Departemen Antropologi Fisip-Universitas Airlangga, Surabaya)
Abstact Since the inauguration of the airport until now, had been many changes in Bawean island. Visible is the change in physical infrastructure such as roads and buildings. But beyond that, there was a socio-economic change which is the embodiment of the Bawean response to the presence service. Related to that, the research questions are: (1) How is the public response Bawean on Airport Development Harun Thohir? (2) What is the meaning of presence of Harun Thohir Airport for Bawean People? To answer this question do research using qualitative research methods with the perspective of the theory of Cognitive Anthropology. This study aims to reveal meanings that lie behind the Bawean response to the presence of Harun Thohir Airport After going through the stages description and analysis of the data, the study came to the conclusion: (1) the culture community Bawean mythical religious tolerance and acceptability of the socio-cultural diversity, (2) Bawean people have the mentality of entrepreneurship is strong, and therefore, (3) For the bureaucratic elite of the village, the presence of Harun Thohir Airpport defined as rural development opportunities, especially through improvement of infrastructure and development of the tourism sector. For the elite village economy, the presence of Harun Thohir Airport is defined as a business opportunity hospitality, venue, rental cars and motorcycles, as well as a ticket service. For the villagers, the presence of Harun Thohir airport interpreted as a small micro business opportunities, especially for families whose members become migrant workers. (4) In response to the presence of Harun Thohir Airport as an opportunity to develop economic activities, such as by opening a business hospitality, rental / motorcycle or car rental, restaurants, petrol stations household scale, ticket sales services, and the like. (5) Financing this effort partly derived from remittances Bawean citizens who go abroad as migrant workers in Singapore, Malaysia, Hong Kong, and so on. Keys Words : Bawean People, Meaning, Respond
Abstrak Sejak peresmian bandara hingga sekarang, terjadi berbagai perubahan di pulau Bawean. Yang kasat mata adalah perubahan infrastruktur fisik seperti jalan raya dan bangunan-bangunan. Tetapi di luar itu, ternyata ada perubahan sosial -ekonomi yang merupakan perwujudan dari respon orang Bawean terhadap kehadiran Bandara. Terkait dengan itu, maka pertanyaan penelitian ini adalah : (1) Bagaimana tanggapan masyarakat Bawean atas Pembangunan Bandara Harun Thohir? (2) Apa Makna Kehadiran Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean? Untuk menjawab pertanyaan ini dilakukan penelitian dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan perspektif teori Antropologi Kognitif. Penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna-makna yang ada di balik respon orang Bawean terhadap kehadiran Bandara Harun Thohir yang diresmikan kehadirannya pada tanggal 16 Februari 2016. Sesudah melalui tahapan deskripsi dan analisis data, penelitian ini sampai pada kesimpulan : (1) kebudayaan masyarakat Bawean bersifat mitis religius yang memiliki toleransi dan akseptabilitas terhadap keberagaman sosial budaya, (2) masyarakat Bawean memiliki mentalitas kewirausahaan yang kuat, dan oleh karena itu, (3) Bagi elit birokrasi desa, kehadiran Bandara Harun Thohir dimaknai sebagai peluang pengembangan desa, khususnya melalui perbaikan infrastuktur dan pengembangan sektor pariwisata. Bagi elit ekonomi desa, kehadiran Bandara Harun Thohir dimaknai sebagai peluang usaha perhotelan, tempat penginapan, persewaan mobil dan motor, serta layanan tiket. Bagi warga desa, kehadiran Bandara Harun Thohir dimaknai sebagai peluang usaha mikro kecil, terutama bagi keluarga yang anggotanya menjadi TKI. (4) Merespon kehadiran Bandara Harun Thohir sebagai peluang untuk
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 185
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
mengembangkan usaha ekonominya, diantaranya dengan membuka usaha perhotelan, persewaan/rental motor atau mobil, rumah makan, pom bensin berskala rumah tangga, jasa penjualan tiket, dan sejenisnya. (5) Pembiayaan sebagian usaha ini didapat dari kiriman uang warga Bawean yang merantau sebagai TKI di Singapura, Malaysia, Hongkong, dan sebagainya. Kata-kata Kunci : Orang Bawean, Makna, Respon
tulisannya yang diberi judul Orang
Pendahuluan
S
udah banyak penelitian tentang
Bawean,
masyarakat Bawean, akan tetapi
membahas asal usul orang Bawean serta
hanya sedikit yang mengguna-
tradisi
kan perspektif ilmu antropologi
diwarisi dari nenek moyang mereka
dan sosiologi. Di antara yang sedikit itu,
yang merupakan darah campuran dari
penelitian Etnografi Masyarakat Bawean
orang
yang dilakukan oleh Mohammad Alie
Sulawesi dan Sumatera. Asal usulnya
Humaedi dan Abdurahman Patji adalah
yang campuran dari kaum migran, serta
salah satunya. Buku ini mengulas secara
kondisi
terperinci tentang strategi bertahan
terkepung lautlah yang memungkinkan
hidup orang Bawean, Migrasi Orang
orang
Bawean, kehidupan kaum nelayan orang
perantau.
Bawean,serta budaya ketahanan pangan
secara migrasi
Madura,
yang
menurutnya
Jawa,
geografisnya Bawean
Syahrani
Kalimantan,
Bawean
menjadi
yang
manusia
Drajat Tri Kartono (2004) dalam tulisannya
masyarakat Bawean.
umum
Orang
Boyan
Bawean
Sekalipun penulis buku ini berusaha
Perubahan Lokal dalam Transformasi
menggambarkan berbagai segi kehidup-
Global, dengan menggunakan pendekatan
an masyarakat Bawean, akan tetapi jika
sosiologi ekonomi, melakukan penelitian
ditinjau dari tradisi ilmu antropologi
tentang spirit dan dinamikan masyarakat
yang
yang
Bawean yang melakukan migrasi ke
unsur
Malaysia, Singapura, dan berbagai negara
kebudayaan dari masyarakat Bawean
lainnya. Faktor yang menjadi penyebab
yang belum berhasil dipotret di dalam
mereka melakukan pekerjaan sebagai TKI
buku ini.
menurut penulis ini, adalah karena
mengedapankan
holistik,
maka
ada
kajian banyak
mengkaji
kemiskinan dan kondisi geografi yang
masyarakat Bawean adalah apa yang
bergunung-gunung, tandus serta kuatnya
ditulis oleh Syahrani (2004). Dalam
tradisi mengarungi laut.
Tulisan
lain
yang
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 186
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Sarifin dan Fauzi Sukimi melakukan
bagian integral dari bahasa Bawean.
riset tentang orang-orang Bawean yang
Karena
tinggal di Kampung Ulu Tiram, Johor,
demikian itu, maka orang-orang Bawean
Malaysia. Ia menemukan bahwa, meski-
perantuan di Malaysia sangat mudah
pun memiliki beberapa kesamaan dengan
berintaksi dan mengintegrasikan diri
orang-orang melayu Malaysia, akan tetapi
dengan
orang Bawean memiliki kekhususan yang
mendominasi struktur kependudukan di
membedakannya dari orang-orang Mela-
Malaysia. Budaya gotong royong berupa
yu. Ada lima aspek budaya yang menjadi
rasa dan sifat saling tolong menolong
ciri khas orang Bawean di Malaysia yang
memperudah orang Bawean perantauan
memudahkan orang Bawean di peran-
untuk segera diterima oleh orang-orang
tauan mudah beradaptasi dengan ling-
Melayu Malaysia. Ada pun pengetahuan
kungannya yang baru. Kelima aspek itu
tentang kebudayaan tradisional Bawean
adalah agama Islam, budaya merantau,
yang masih terawat dengan baik menjadi
bahasa, budaya gotong royong dan ilmu
elemen
pengetahuan
bawean yang tinggal di Malaysia.
tradisonalnya
(http://www.ukm.my/geografia/images/
karakteristik
suku
bangsa
pengintegrasi
bahasa
Melayu
sesame
yang
yang
orang
Penelitian mengenai tanggapan dan
upload/1x.GEOGRAFIA-april16-
makna yang ada di balik tanggapan
MUHAMMAD%20RIDHWAN-
masyarakat terhadap suatu perubahan
edam%20(1).pdf).
pernah
dilakukan oleh Heddy Shri
Agama Islam yang menjadi anutan
Ahimsa Putra. Ada dua hasil penelitian
orang Bawean menjadi modal sosial
Ahimsa Putra yang menjelaskan kaitan
perantau dari Bawean untuk segera
antara makna dengan tindakan adaptif
menyatukan diri dengan warga Melayu
yang dilakukan oleh masyarakat. Yang
Malaysia yang rata-rata juga beragama
pertama adalah penelitiannya tentang
Islam. Bahasa Bawean adalah bahasa
respon masyarakat yang berdiam di kaki
yang
khas. Sekali pun sebagian besar
gunung merapi terhadap bencana akibat
didominasi oleh bahasa Madura, akan
erupsi gunung merapi (Putra, 2012). Di
tetapi sebagian besar orang Bawean
dalam
sebenarnya menggunakan bahasa khas
menjelaskan
Bawean yang mengintegrasikan unsur-
memaknai bencana erupsi gunung merapi
unsur bahasa Madura, Melayu dan bahasa
justru mendatangkan berkah bagi warga
Jawa. Unsur-unsur bahasa ini menjadi
setempat,
tulisan
ini
bahwa
khususnya
Ahimsa warga
sesudah
Putra sekitar
segala
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 187
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
sesuatunya telah
reda. Pasca erupsi
Selain melakukan studi tentang
gunung merapi, ternyata orang di luar
Wisata “Bencana,” Heddy Shri Ahimsa
desa mereka punya rasa ingin tahu yang
Putra
kuat
Etnosain/Antropologi
mengenai
situasi
daerah
yang
juga
menggunakan
pespektif
Kognitif
untuk
terkena dampak letusan. Desa Umbul
melakukan studi megenai Sungai dan Air
Harjo,
Cangkringan,
Ciliwung (Putra, 1997). Penelitian ini
Kabupaten Bantul, yang menjadi lokasi
dilakukan di kawasan Kampung Melayu,
penelitian itu memiliki
daya tarik
Jakarta. . Dalam penelitian ini, Ahimsa
tersendiri, karena di desa itu pernah
Putra ingin melihat, apa perbedaan
tinggal tokoh legendaris, Mbah Marijan.
makna sungai dan air Ciliwung bagi
Kecamatan
Kondisi lingkungan pasca bencana
aparat
pemerntah
dan
gunung merapi dan legenda tentang
positivistik
mbah Marijan kemudian membangkitkan
menyebar di kalangan warga pemukiman
daya tarik tersendiri bagi orang-orang di
bantaran sungai
luar desa untuk melihat dari dekat
perbedaan
keadaan
sumber dari perbedaan pemanfaatan
desa
Umbulharjo
dan
kecamatan Cangkringan itu. Sesudah daerah
bencana
dinyatakan
untuk umum, maka
makna
yang
Ciliwung? Bagaimana
pemaknaan
itu
menjadi
sungai dan air sungai Ciliwung?
terbuka
ribuan orang
dengan
ilmuwan
Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan
pandangan
antara
sistem
berbondong-bondong menuju desa itu.
klasifikasi antara aparat pemerintah dan
Keadaan ini
ilmuwan
memberikan kesadaran
positivistik,
dengan
warga
masyarakat Desa Umbulharjo, bahwa
masyarakat di
bencana
Ciliwung di sekitar Pintu Air Manggarai
Gunung
Merapi
membawa
sekitar bantaran sungai
berkah, ia bukan sekedar perisitwa yang
dan
Kampung
buruk, tetapi itu merupakan rahmat,
perbedaan itu bersumber pada kriteria
sesuatu yang juga bermakna positif. Oleh
yang dipergunakan oleh masing-masing
karena itu, penduduk desa Umbulharjo
pihak sebagaimana disebutkan di atas.
menumbuhkan
sikap positif terhadap
Kriteria yang dipergunakan oleh aparat
situasi baru itu. Sebagai respon atas
pemerintah ilmuwan positivistik untuk
situasi baru itu, warga desa Umbulharjo
memaknai
menjadikan daerahnya sebagai lokasi
kandungan unsur kimiawi yang ada di
wisata.
dalam air; dan (2), indeks biologis.
air
Melayu.
kuaitas
Perbedaan-
adalah
(1)
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 188
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Dari penelitian ini, Ahimsa Putra
Selain alasan relevansi di atas, ada alasan
menemukan bahwa terdapat perbedaan
lain,
perlakuan terhadap sungai dan air sungai
penelitian, apalagi tentang makna dan
antara
respon-- Orang Bawean.
pemerintah
positivistik,
dan
ilmuwan
dengan
pemukiman
di
penghuni
sepanjang
sungai.
yaitu
Dari orang
kurangnya
sedikit
Bawean,
hasil-hasil
penelitian fokusnya
tentang terutama
Perbedaan-perbedaan itu adalah sbb :
mengenai migrasi orang Bawean (Erwin,
(Putra, 1977:63)
2016). Penelitian mengenai respon orang
Studi-studi yang dilakukan oleh Ahimsa
Putra
tersebut
menggambarkan
bahwa
di
Bawean tentang perubahan lingkungan,
atas
apalagi makna dan respon terhadap
respon
kehadiran Bandara baru, boleh dibilang
masyarakat terhadap perubahan atau
tidak pernah ada.
keadaan, serta pemanfaatan lingkungan tidak
semata-mata
didasarkan
pada
Metode Penelitian
kegunaan atau manfaat lingkungan itu
Pengumpulan
data
di
lapangan
bagi mereka, sebagaimana ditunjukkan
menggunakan metode pengamatan yang
oleh birokrat pemerintahan dalam kasus
oleh Spradley disebut dengan grand tour
sungai
respon
observation
masyarakat terhadap lingkungan (kasus
melakukan
sungai
berbagai gejala umum yang ada di pulau
Ciliwung.
Sebaliknya
Ciliwung)
lingkungan
(kasus
dan
perubahan
Wisata
Bencana
Bawean.
(Spradley,
1997)
pengamatan Pada
tingkat
yaitu
terhadap yang
paling
Gunung Merapi), berkaitan erat dengan
sedehana, pengamatan dilakukan pada
bagaimana makna lingkungan itu bagi
kondisi geografis, mulai jalan-jalan desa,
masyarakat.
kontur
Makna-makna
yang
pulau
Bawean,
pemukiman
berkembang di lingkungan masyarakat
penduduk, daerah perdagangan, kantor-
itu mengandung berbagai konsep emik
kator desa, rumah sakit, makam, serta
yang khas, unik dan acapkali berbeda
sarana transportasi, termasuk pelabuhan
dengan masyarakat di luarnya. Penelitian
laut dan Bandar Udara Harun Thohir.
yang
ditulis
oleh
Ahimsa
Putra
Selain
itu
pengamatan
juga
dikemukakan di sini semata-mata karena
dilakukan terhadap tindakan-tindakan
relevansinya dengan tema penelitian
sosial warga masyarakat. Di antara yang
tentang makna kehadiran Bandar Udara
tertangkap
mata
adalah
kegiatan-
Harun Thohir bagi Masyarakat Bawean. BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 189
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
kegiatan warga sepanjang jalan menuju
mengkhususkan
Bandar Udara. Di sepanjang jalan menuju
tamu-tamu hotel yang kebanyakan ada-
Bandar Udara, sejak dari pelabuhan laut
lah turis dari luar Pulau Bawean.
Bawean, penduduk nampak seperti se-
diri
untuk
melayani
Pengamatan yang bersifat umum
dang berbenah diri. Toko-toko dan wa-
dan
rung-warung kecil di sana-sini nampak
observation) juga menemukan munculnya
baru selesai dibangun atau dibuka, hotel-
rumah-rumah
hotel baru juga mulai bermunculan, pom-
kosan) untuk para pekerja Bandara yang
pom bensin skala rumah tangga (sebesar
memang berasal dari luar Bawean. Di
kulkas setinnggi 1,5 meter) mulai tampil
Bawean, kos-kosan tidak lazim karena
di teras-teras rumah penduduk, kios-kios
pada umumnya penduduk menempati
penjualan tiket juga tumbuh. Di sepan-
rumah
jang pantai, di tepian jalan raya menuju
keluarga besarnya. Beberapa dibiarkan
Bandara, tanah-tanah pekarangan mulai
kosong karena penghuninya bekerja di
diurug/ditinggikan,
luar
fondasi
bangunan
menyeluruh yang
untuk
negeri
ini
(gand
tour
disewakan
mereka
sebagai
(kos-
sendiri
TKI.
dari
Namun
mulai ditata, kafe-kafe dan rumah makan
kehadiran Bandara Harun Thohir telah
mulai dibangun.
membuka berbagai kegiatan baru yang
Sepanjang terkait dengan kehadir-
menyebabkan dinamika kependudukan
an para tamu atau turis, warga mulai
dan ekonomi-perdagangan menjadi lebih
merubah pola layanan transortasi, dari
aktif dan dinamis.
transportasi yang bersifat individual dan insidental,
menjadi
layanan
trans-
Apa yang penulis temukan sepanjang proses observasi umum
dan
portasi—ojek dan persewaan mobil—
menyeluruh ini membawa peneliti pada
yang lebih terorganisir.
arah
Pada saat
penelitian yang lebih terfokus.
penelitian ini dilakukan, sudah muncul
Fokus
jaringan bisnis ojek dan persewaan mobil
membawa
yang lebih khusus, dalam arti ada
utama, yakni, apa sesungguhnya makna
seseorang yang mencurahkan modalnya
yang melekat di kepala orang-orang
untuk membeli sejumlah motor atau
Bawean
mobil khusus untuk disewakan. Selain itu
bagaimana makna-makna itu menuntun
mereka bekerja tidak sendirian,
tetapi
mereka pada tindakan tertentu yang
bekerja sama dengan pemilik hotel.
merupakan respon nyata atas kehadiran
Dengan
Bandara Harun Thohir itu?
cara
demikian,
mereka
penelitian peneliti
mengenai
pada pada
akhirnya pertanyaan
Bandara,
dan
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 190
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Penelitian mengenai makna dan respon
orang
terhadap
dan mendalam; (4) tidak menafsirkan.
boleh
Informan menyampaikan informasi dan
disejajarkan dengan respon masyarakat
data dalam bahasa, istilah, cerita yang
terhadap perubahan lingkungan hidup
natural,
mereka. Namun penelitian mengenai
menginterpretasikan gejala sosial budaya
makna dan respon warga masyarakat
menurut pendapat pribadinya; (5) latar
tentu saja tidak bisa dijelaskan hanya
budaya yang tidak dikenal. Informan yang
dengan menggunakan teknik observasi.
berasal dari latar budaya yang berbeda,
Oleh karena itu, untuk mendapatkan
bahkan
pengertian mengenai makna-makna yang
peneliti memiliki
ada di balik respon warga terhadap
latar belakang informan yang asing bagi
kehadiran Bandara, peneliti melakukan
penelitia menimbulkan kepekaan pada
wawancara
peneliti.
kehadiran
Bawean
pertanyaan peneliti yang bersifat intensif
Bandara
baru
mendalam
(indepth
apa
asing
adanya,
dengan
tidak
latar
budaya
arti penting, karena
Peneliti
yang
melakukan
interview) terhadap warga masyarakat
penelitian pada masyarakat dengan latar
Bawean. Dalam penelitian ini, peneliti
belakang yang sudah dikenal umumnya
menggunakan informan yang memenuhi
kehilangan
kriteria sebagaimana dipersyaratkan oleh
fenomena budaya yang ada di sekitarnya.
Spradley,
yakni:
(1)
mengalami
kepekaan
atas
berbagai
Dalam konteks demikian
itulah
enkulturasi penuh (seluruh siklus hidup
peneliti melakukan wawancara kepada
informan berada dalam proses sosialisasi
tiga
dan internalisasi budaya lokalnya); (2)
masyarakat, yakni wawancara kepada
Keterlibatan langsung, artinya pada saat
warga
penelitian ini dilakukan informan adalah
birokrasi lokal, wawancara kepada elit
orang
dengan
ekonomi lokal, dan kepada warga biasa.
berbagai peristiwa budaya di wilayah
Elit birokrasi lokal diwakili oleh kepala
penelitian. Dalam penelitian ini mereka
Kecamatan Sangkapura, Sekretaris Desa
adalah orang-orang yang mengenal betul
Kepuh
proses pembangunan Bandara Harun
Pariwisata Bawean. Warga diwakili oleh
Thohir dan mengikuti perkembangan
tokoh masyarakat dan tokoh budaya
masyarakat
pembangungan
setempat, pak Rahmat dan pak Ali.
(3) memiliki waktu yang
Sementara elit ekonomi diwakili oleh
yang
Bandara itu cukup
untuk
masih
pasca
terlibat
menjawab
pertanyaan-
golongan yang
Teluk,
sosial berposisi
dan
yang
ada
sebagai
Kepala
di elit
UPTD
pengusaha hotel Hispran dan Abdul BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 191
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Manaf.
Wawancara
mendalam
(indepth
dilakukan interview)
secara yang
dipandu dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan agar wawancara lebih
terarah.
Dalam
wawancara
mendalam, peneliti menyusun beberapa pertanyaan
pokok
sebagai
pedoman
untuk membuka pertanyaan. Selanjutnya pertanyaan berikutnya didasarkan pada jawaban atas pertanyaan pokok tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada informan. Di samping itu juga dilakukan wawancara tidak tersruktur yang dilakukan di warung-warung, di tempat-tempat
di
mana
penduduk
melakukan aktivitas, serta di tempat umum lainnya. Dengan wawancara tidak terstruktur ini diharapkan dapat menjaring data yang seluas-luasnya. Analisis data dilakukan dengan cara menyusun data yang telah diperoleh berdasarkan atas golongan-golongan dalam pola-pola, tema-tema, atau kategorikategori. Selanjutnya diadakan interpretasi yakni dengan cara memberikan makna, menjelaskan pola atau kategori dan juga mencari keterkaitan antara berbagai konsep. Dengan cara itu diharapkan gejala-gejala yang dibahas dalam penelitian yang bersifat kompleks akan dapat dideskripsikan dan dijelaskan dalam kualitas yang mendekati kenyataan.
Fenomenologi sebagai metode Analisis Ada 3 tokoh termashyur dalam aliran
fenomenologi,
yaitu
Edmund
Hussrel, Martin Heidegger, dan Alfred Schutz. Edmund Hussrel, sebagai bapak Fenomenologi
sendiri
memahami
fenomenologi sebagai sudut pandang dari orang-orang yang mengalaminya, seolaholah kita mengalaminya sendiri. Seperti yang diungkapkannya sebagai berikut: Dengan fenomenologi, kita dapat mempelajari bentuk-bentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolaholah kita mengalaminya sendiri. Fenomenologi tidak saja mengklasifikasikan setiap tindakan sadar yang dilakukan, namun juga meliputi prediksi terhadap tindakan di masa yang akan datang, dilihat dari aspek-aspek yang terkait dengannya. Semuanya itu bersumber dari bagaimana seseorang memaknai objekf dalam pengalamannya. Oleh karena itu, tidak salah apabila fenomenologi juga diartikan sebagai studi tentang makna, dimana makna itu lebih luas dari sekedar bahasa yang mewakilinya. (Kuswarno, 2009: 10)
Arti pernyataan Hussrel tersebut adalah bahwa sesungguhnya fenomenologi menyediakan perspektif untuk memahami dan menyelidiki bentuk-bentuk pemaknaan dari manusia terhadap fenomena. Martin Heidegger dalam bukunya Being and Time juga menyatakan hal serupa. Menurutnya, eksistensi manusia adalah soal pemaknaan-pemaknaan terhadap segala bentuk fenomena di luar
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 192
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
dirinya. Pemaknaan-pemaknaan tersebut
Menurut
Harris
(1968,
dalam
tentu saja dipengaruhi oleh kepentingan
Creswell, 1998: 58), etnografi adalah
yang sudah merasuk ke dalam kesadaran
deskripsi dan interpretasi atas suatu
manusia
budaya, kelompok sosial, atau sistem
sebagai
seorang
subyek
(Nugroho, 2012: 39). Fenomenologi
di
tertentu. Artinya, peneliti menguji suatu
kemudian hari menjadi salah satu dasar
kelompok dan mempelajari pola perilaku,
bagi pengembangan metode etnografi di
adat, dan gaya hidup, baik sebagai suatu
dalam penelitian-penelitian antropologi.
proses maupun hasil dari penelitian. Bagi
Etnografi
adalah
satu
Agar (1980, dalam Creswell, 1998: 58),
metodologi di dalam jenis penelitian
etnografi merupakan produk penelitian,
kualitatif. Studi etnografi merupakan
biasanya ditemukan dalam bentuk buku.
salah satu dari lima tradisi penelitian
Sebagai
kualitatif
yaitu
melibatkan observasi panjang terhadap
biografi, fenomenologi, grounded theory,
kelompok tertentu. Dalam hal ini, peneliti
etnografi, dan studi kasus. Penelitian ini
melebur dalam kehidupan sehari-hari
juga seringkali disebut sebagai penelitian
obyek,
alamiah (naturalistic), naturalistic inquery
wawancara informan secara mendalam.
(Creswell
salah
1998:65),
suatu
atau
proses,
dapat
etnografi
juga
melalui
(Lincoln dan Guba: 1985), atau qualitative inquiry (Creswell, 1998). Dalam tradisi etnografi, penelitian dilakukan dengan melibatkan banyak elemen
penting,
dimana
etnografi
memiliki karakteristiknya sendiri, seperti: (1) Penggunaan deskripsi dan detail tingkat tinggi; (2) Penyampaian hasil penelitian dilakukan secara informal, sebagaimana seorang pendongeng; (3) Meneliti tema kultural dari peranan dan tingkah
laku
obyek;
(4)
Deskripsi
mengenai kehidupan sehari-hari tiap obyek; dan (5) Keseluruhan formatnya adalah
deskriptif,
analitis,
interpretasi. (Creswell, 1998: 35)
dan
Hasil Penelitian Pulau Bawean terbilang wilayah terjauh di antara wilayah-wilayah lain di Kabupaten Gresik. Dari ibukota Kabupaten Gresik, pulau Bawean letaknya kurang lebih 150 km ke arah Kalimantan. Untuk menjangkaunya, bisa ditempuh dengan kapal Ro-ro (feri) selama 9 jam; atau dengan
kapal
cepat
dengan
waktu
tempuh 3,5 jam, atau dengan pesawat Cesna dari Surabaya selama kurang lebih 1 jam. Pulau ini termasuk pulau terjauh, sekali pun tidak terpencil, karena selain sarana transportasi yang mudah, juga di
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 193
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
sana
sudah
ada
komunikasi.
sarana
Orang
teknologi
Bawean
dengan
mudah bisa berkomunikasi dengan sanak
kebudayaan, proses infiltrasi budaya modern
dapat
menganggu
eksistensi kebudayaan lokal Bawean.
kerabat atau keluarganya di Jawa atau di luar negeri.
tersebut
Seperti yang kita tahu, mayoritas masyarakat di Pulau Bawean berprofesi
Pada awal tahun 2016, Bandar
buruh
migran,
meskipun
ada
juga
Udara (Bandara) Harun Thohir dibuka.
masyarakat yang bekerja sebagai nelayan
Akses transportasi pun semakin mudah.
dan petani. Kondisi geografis Pulau
Pembangunan
Harun
Bawean yang dikelilingi oleh pantai dan
Thohir, Pulau Bawean membawa dampak
lautan, membuat kebanyakan masyarakat
tersendiri
Bawean.
di sana bekerja sebagai nelayan, petani,
Bandara ini terletak di Desa Tanjung Ori,
dan buruh migran. Di Desa Kotakusuma,
Kecamatan Tambak, tepat di pinggir
Kecamatan
pantai Tambak. Bandar Udara Harun
kepala keluarga yang berprofesi sebagai
Thohir mulai dibangun sejak tahun 2006,
nelayan, 18 kepala keluarga bekerja
dengan biaya sebesar Rp. 12 Miliar
sebagai petani, dan 66 kepala keluarga
setahunnya. Rabu, 27 Januari 2016 lalu,
lainnya bekerja sebagai buruh migran.
Bandar
(Buku Desa, Profil Desa Kotakusuma,
Bandar
bagi
Udara
Udara
masyarakat
Harun
Thohir
resmi
dioperasikan. Kini, masyarakat Bawean dihadapkan
era
37
2016: 27) Dengan dibukanya Bandara ini,
semakin mudahnya orang luar untuk
respon dari masyarakat dan aparat
mengakses Pulau Bawean. Sebelumnya,
setempat bermunculan. Pada pokoknya
perjalanan
masyarakat Bawean melihat pembukaan
menuju dengan
baru,
terdapat
karena
ditempuh
pada
Sangkapura,
Bawean
harus
menggunakan
Bandara
ini
sebagai
peluang
untuk
perjalanan laut selama 3,5 jam dari
mengembangkan usaha ekonomi. Dasar-
Pelabuhan Gresik.
dasar kewirausahaan memang telah ada
Di satu sisi, pembangunan bandara
pada masyarakat Bawean. Migrasi orang
tersebut akan mempermudah transpor-
Bawean ke luar negeri menggambarkan
tasi dan mendukung dunia pariwisata di
semangat kewirausahaan itu.
Pulau Bawean. Di sisi lain, infiltrasi
umumnya mencari kerja dan berdagang
masyarakat di luar Bawean terhadap
di luar negeri, kemudian mengirimkan
kebudayaan masyarakat Bawean juga
uang
semakin
Bawean. Atau mereka mengirim uang ke
deras.
Dalam
struktur
kepada
keluarganya
Mereka
di
pulau
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 194
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
kampungnya dalam rangka menyumbang
perkampungan
peningkatan jalan, dari tanah menjadi
sementara di sepanjang kanan
jalan dengan paving. Oleh karena itu,
membentang tepian pantai yang sangat
sebagian kampung di pulau Bawean tidak
indah.
terlalu mengharapkan bantuan
di
sebelah
kirinya, jalan
dari
Di sepanjang jalan raya utama ini
memperbaiki jalan
kita sepanjang mata memandang, di
desanya. Sebagian pembangunan masjid
wilayah-wilayah yang padat, kita akan
dan penerangan jalan atau tempat-tempat
melihat pemukiman penduduk, warung-
umum juga mereka biayai sendiri secara
warung
gotong royong.
bensin rumahan,
pemerintah untuk
Pembangunan
Bandara
kecil,
pertokoan,
pom-pom
dan hotel-hotel kecil,
Harun
warung-warung makan, dll. Lepas dari
Thohir yang diikuti dengan pembangun-
wilayah pemukiman padat, kita akan
an infrstruktur jalan raya, membuat
menyaksikan pemandangan pantai yang
transportasi antar wilayah di Pulau
indah di sebelah kanan jalan, pemukiman
Bawean
nelayan di sebelah kiri jalan, hutan kecil
menjadi
semakin
mudah.
Pembangunan infrastruktur jalan raya ini
dan
pada gilirannya diikuti oleh munculnya
curam.
usaha-usaha ekonomi rakyat, mulai dari
kurang lebih 18 Km dari pelabuhan laut
usaha pom bensin berskala rumah tangga,
Sangkapura,
kita
warung-warung makan, hingga hotel-
tanah-tanah
pekarangan
hotel tak berbintang miliki perseorangan,
diurug/ditimbun, fondasi-fondasi untuk
dengan dari keluarga, termasuk dari
bangunan rumah, serta rumah-rumah
kiriman anggota keluarga yang bekerja di
makan yang baru dibangun, baik di
luar negeri.
sebelah kiri maupun kanan
Saat menelusuri jalan sepanjang Pelabuhan
menuju
Mendekati
wilayah akan
Bandara,
menyaksikan yang
mulai
jalan. Di
tepian hutan maupun di tepian pantai.
Kecamatan
Semua itu membentuk suasana padu yang
Tambak, kita akan melintasi satu-satunya
menggabarkan bahwa perubahan fisik,
jalan
ekonomi dan sosial budaya di Bawean
raya
laut
tebing-tebing yang tidak telalu
yang
bagaikan
sabuk
melingkari pulau utama Bawean. Jika
sedang
melalui kecamatan Sangkapura, jalan raya
Bandara Bawean yang diresmikan pada
ini melintasi beberapa pegunungan, dan
bulan Februari 2016 merupakan salah
ketika berada di dataran rendah, jalan
satu
raya ini membelah pegunungan
terjadi di pulau Bawean. Namun kehadi-
dan
berlangsung.
Pembangunan
penanda perubahan yang sedang
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 195
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
ran Bandara ini kemudian direspon
bisa
secara
menghantui agenda perluasan Bandara.
berbeda-beda
oleh
berbagai
dilakukan.
Ketegangan
masih
golongan sosial yang ada di masyarakat. Respon pejabat Pemerintah Lokal Respon Masyarakat Bawean Terhadap Pembangunan Bandara Harun Thohir Pembangunan
Bandara
Harun
Thohir ditanggapi secara berbeda oleh elit ekonomi dan pemerintahan lokal dengan masyarakat setempat. Sementara elit ekonomi dan elit pemerintahan merespon keberadaan Bandara sebagai peluang untuk mengembangkan akses, aset
dan
usaha
ekonomi
berskala
menengah dan besar, rakyat umumnya menanggapinya dalam dua cara, yang berada
di
luar
area
pembangunan
Bandara berusaha
berdagang kecil-
kecilan,
persis
dan
yang
di
area
pembangunan Bandara menganggapinya dengan protes. Mereka protes, terutama setelah ada rencana perluasan area Bandara sampai 400 ha lagi. Protes ini, sekali lagi, bermula dari perbedaan harga pembebasan lahan. Pemerintah didukung pengembang,
meminta
pembebasan
tanah sesuai dengan nilai NJOP, yaitu Rp. 60.000/m2, sementara warga meminta lebih dari itu. Sampai sekarang, tarik menarik terkait harga pembebasan lahan untuk perluasan Bandara itu belum mencapai
titik
temu.
Akibatnya
Studi
dan
kajian
pembangunan
bandara sudah dimulai sejak tahun 80-an. Hal ini dilakukan karena Pemerintah Orde Baru melihat potensi wisata yang cukup menjanjikan dari Pulau Bawean. Hasil dari kajian ini baru dimulai pembangunannya pada tahun 2006 hingga melakukan penerbangan pertama pada tanggal 28 Januari 2016. Bandara Harun Thohir memiliki panjang landas pacu 930 meter dan lebar 23 meter. Proses awal pembangunan Bandara di mulai sejak tahun 2006 dan diresmikan oleh Menteri Perhubungan Ignsius Jonan pada tanggal 30 Januari 2016. Kementerian Perhubungan memberikan subsidi sebesar Rp 12 miliar dalam setahun. Hingga penelitian ini dilaksanakan proses penyempurnaan pembangunan masih berjalan di Bandara Harun Thohir di Pulau Bawean yakni
pengaspalan
jalan
masuk
ke
Bandara. Kepala Otoritas Bandara Harun Thohir, Jupriadi memberikan penjelasan bahwa
saat
ini
penerbangan
masih
berstatus perintis. Hal ini sudah diatur dalam pasal 104 Undang Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan
pembangunan perluasan Bandara belum BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 196
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
disebutkan, “Angkutan udara perintis
sebelum
wajib diselenggarakan oleh Pemerintah
konfirmasi dari pejabat Muspika dalam
dan dalam pelaksanaannya dilakukan
hal pemesanan tiket keberangkatan untuk
oleh badan usaha angkutan udara niaga
tugas
Nasional berdasarkan perjanjian dengan
Emergency seat ini juga dapat digunakan
Pemerintah. Dalam penyelenggaraannya,
oleh warga sakit yang penanganannya
pemerintah daerah wajib menyediakan
harus dirujuk ke Rumah Sakit Umum di
lahan,
Kabupaten Gresik.
prasarana
angkutan
udara,
keselamatan dan keamanan penerbangan
penerbangan
dinas
di
tidak
Kabupaten
Pembangunan
Bandara
ada
Gresik.
Harun
serta kompensasi lainnya.” Status ini
Thohir memberikan dampak peningkatan
menjadikan setiap penerbangan masih
laju pertumbuhan ekonomi di Pulau
menjadi
Bawean. Berdasarkan wawancara dengan
kewenangan
otoritas
Dinas
Perhubungan Udara. Penerbangan masih
Camat
disubsidi pemerintah sebanyak 1 Miliar
memberikan penjelasan bahwa pemba-
perbulan sehingga anggaran pertahun itu
ngunan Bandara memberikan kemudahan
menghabiskan 12 Miliar. Orientasi utama
akses
dari penerbangan perintis ini bukan
Penduduk yang merantau di Singapura
untuk keuntungan besar, akan tetapi
dan Malaysia dapat mengunjungi sanak
bagaimana penerbangan menjadi salah
saudara di Bawean dengan akses yang
satu
cepat dan efisien. Biasanya para warga ini
sarana
dalam
mendorong
pembangunan di daerah terpencil.
Sangkapura,
transportasi
selain
Jenis Pesawat yang saat ini masuk
Abdul
bagi
mengunjungi
Azis
masyarakat.
keluarga
juga
melakukan kunjungan wisata. Kegiatan
ke Bandara Harun Thohir ialah DHC-6
berlibur
Twin Otter series 300 buatan Negara
pendapatan warga sekitar karena para
Kanada. Perusahaan Airfast Indonesia
perantau ini akan membelanjakan uang
merupakan
pengelola
pesawat
yang
dalam kunjungan wisatanya. Biasanya
masuk
Bandara
Harun
Thohir.
para perantau ini menggunakan mobil
Kapasitas penumpang 13 kursi yang
carteran saat penjemputan di Bandara,
terdiri dari 11 kursi untuk umum dan 2
inimenjadi contoh nyata memberikan
kursi
dapat
pendapatan bagi warga yang bergerak
digunakan oleh pejabat Muspika dalam
dalam jasa peminjaman mobil. Para
menjalankan tugas. Dua kursi emergency
perantau ini juga biasa membeli oleh-oleh
seat ini dapat dijual ke umum jika 2 jam
seperti kerupuk dan souvenir ketika akan
ke
emergency
seat
yang
inilah
yang
meningkatkan
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 197
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
pulang ke negeri tempat mereka bekerja.
bandara dengan pemerintah setempat
Hal ini tentu berdampak pada usaha kecil
dalam
di Pulau Bawean.
pariwisata. Ego Sektoral masih tinggi
Proyek pengembangan bandara ini
mensukseskan
program
antar instansi pemerintahan.
selain untuk pariwisata juga akan men-
Pihak Dinas Pariwisata memiliki
jadi alternatif transportasi bagi masya-
program untuk membuat booklet yang
rakat bawean yang selama ini tergantung
berisi informasi objek-objek wisata yang
pada tranportasi kapal laut. Transportasi
ada di Pulau Bawean. Booklet-booklet ini
laut sangat tergantung pada keadaan
akan diselipkan ke tiap-tiap kantong
cuaca. Kapal tidak bisa berlayar ketika
tempat duduk pesawat. Langkah ini
cuaca badai atau gelombang laut tinggi.
diharapkan menjadi program promosi
Dampak buruk dari tidak berangkatnya
yang efektif untuk penumpang pesawat
kapal ialah penumpang yang terdiri dari
Airfast Indonesia. Langkah promosi juga
penduduk Pulau Bawean dan wisatawan
dilakukan dikemukakan Dinas Kebuda-
tidak terangkut. Hal ini jelas sangat tidak
yaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi
baik bagi sektor pariwisata.
Jawa Timur pariwisata juga Layar Wisata.
Pihak Kecamatan sedang mengga-
[http://gresik.co/bawean/bandara-
lakkan program Pokdarwis (Kelompok
Harun-Thohir-bawean-dilengkapi-layar-
Masyarakat
wisata, diakses tanggal 14 Agustus 2016]
dengan
Sadar
Wisata).
UPTD Pariwisata
Bersama dan
Seksi
Layar besar ini akan memuat informasi
Ekonomi Kantor Kecamatan melakukan
destinasi wisata, sehingga memudahkan
pembinaan terhadap kelompok-kelompok
wisatawan
Pokdarwis yang ada di setiap desa.
pariwisata dan menetapkan pilihan dalam
Kelompok ini diharapkan berperan aktif
hal tempat wisata yang akan dikunjungi.
dalam menjaga kelestarian objek-objek wisata yang ada di setiap desa.
memperoleh
Program Kelompok
informasi
pembinaan
Masyarakat
Sadar
terhadap Wisata
(Pokdarwis) yang ada di setiap desa. Respon Petugas Unit Pelaksana Tugas Pariwisata Bawean
Harapannya melalui kelompok-kelompok
Untuk saat ini menurut informan
terjaga. Untuk rencana ke depan, UPTD
belum ada kebijakan terintegrasi dengan
Pariwisata akan membuat proposal visit
Dinas Perhubungan sebagai pihak yang
bawean. Nantinya melalui program visit
memiliki
bawean ini akan menghadirkan kegiatan
otoritas
dalam
pengelolaan
ini pelestarian budaya dan seni dapat
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 198
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
budaya dalam bentuk tari-tarian, pencak
Menghadapi persoalan ini, diper-
silat, dan juga kunjungan wisata ke
lukan adanya diskusi yang mendalam
beberapa
antar
tempat
di
Pulau
Bawean.
stakeholder
yang
ada
untuk
Harapannya melalui program ini akan
menjawab persoalan dampak negatif
menjadikan
aklerasi perkonomian di Pulau Bawean.
peningkatan
pengunjung
pariwisata.
Perkembangan arus informasi dan transportasi memberikan dampak terhadap
Respon Masyarakat
hubungan sosial antar-masyarakat. Dalam
Untuk menelusuri lebih jauh soal
hal transportasi jika pada tahun-tahun
tanggapan masyarakat terhadap pemba-
sebelumnya
ngunan bandara, peneliti melakukan wa-
moda transportasi laut sejak beropera-
wancara dengan budayawan dan tokoh
sinya bandara, menjadikan masyarakat
muda, Ahen yang menjelaskan secara
memiliki alternatif tranportasi. Seperti
sosial budaya ada dampak positif dan
kita
negatif dari akslerasi pembangunan yang
transportasi udara ialah dalam efisiensi
terjadi
Dampak
waktu perjalanan. Hal ini juga mendorong
negatifnya ialah mulai adanya konflik
bagaimana intensitas pertemuan orang-
antar desa karena kepentingan ekonomi
orang luar pulau yakni para wisatawan
yang berbeda. Ada beberapa destinasi
maupun
wisata tertentu yang ramai di Pulau
penduduk lokal bawean kian sering
Bawean salah satunya yakni Pulau Gili
terjadi dan dapat mempengaruhi tatanan
Noko. Untuk mencapai pulau ini kita
nilai tradisional. Hal baik yang masih
harus menggunakan Dermaga Pamona
tetap terjaga ialah gotong-royong dalam
yang menjadi wilayah Desa Kebun Teluk
hal perbaikan jalan dan pembuatan
akan tetapi Pulau Gili Noko berada
selokan
diwilayah
Bawean.
di
Pulau
Desa
Bawean.
Sidogedungbatu.
sangat
ketahui
tergantung
bahwa
para
kelebihan
perantau
disepanjang
jalan
Kebersamaan
pada
dari
terhadap
di
dan
Pulau saling
Pendapatan dari penyeberangan lebih
membantu untuk kebaikan bersama ini
banyak didapat oleh warga desa Desa
bisa
Kebun Teluk. Kapal yang digunakan oleh
memperkuat persatuan di masyarakat.
menjadi
modal
sosial
yang
penyeberangan banyak dimiliki warga Desa Kebun Teluk sementara untuk wilayah objek wisata Desa Gili tidak mendapatkan penghasilan. BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 199
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Pembangunan Usaha Penginapan dan Hotel di Bawean
bahwa industri pariwisata mulai dilirik oleh warga sekitar.
Pembangunan Bandar Udara Harun
Peneliti
melakukan
Thohir di Pulau Bawean membawa dam-
dengan
pak terhadap sektor jasa penginapan.
penginapan yang dibuka setelah Bandara
Salah satu jenis usaha dalam industri
dibangun yakni pemilik Sahabat Hotel &
pariwisata
penginapan.
Market, Syariful Mizan. Gedung hotel ini
Berkembangnya jumlah tempat penginap-
memilik dua fungsi yakni pada lantai
an juga terjadi di Pulau Bawean. Ber-
dasar menjadi minimarket, sedangkan
dasarkan data yang berhasil didapatkan
pada
dari
penginapan. Ada 14 kamar tersedia pada
ialah
Unit
jasa
Pelaksana
Teknis
(UPT)
pemilik
lantai
salah
wawancara
dua
penginapan
ini.
Bawean
pembangunan
gedung
sejumlah
10
tempat
tempat
berfungsi
Kawasan Wisata Pulau Bawean di Pulau ada
satu
sebagai
Pada
awalnya
ini
ditujukan
Penginapan. Keterangan dari Kepala Seksi
menjadi minimarket, akan tetapi ditengah
(Kasi)
Kantor
proses pembangunan pemilik melihat
Mohammad
peluang usaha melalui penginapan dari
Djuanidi menyatakan bahwa dari tahun
geliat pariwisata yang kian berkembang.
2012 hingga tahun 2016 setiap tahun ada
Hal inilah yang mendasari pembangunan
pertambahan
tingkat dua untuk dijadikan penginapan.
Bidang
Kecamatan
Ekonomi
Sangkapura,
sebanyak
2
tempat
penginapan. Hal ini terlihat berdasarkan
Pengelola hotel juga bekerja sama
data yang diberikan oleh Kepala Seksi
dengan Unit Pelaksanaan Tugas (UPT)
Ekonomi Kecamatan Sangkapura yakni
Kawasan Wisata Pulau Bawean sehingga
pada Tahun 2013 hanya ada 4 tempat
Hotel Sahabat menjadi salah satu tempat
penginapan yakni Pesangrahan, Intan,
yang
Bahagia, dan Barokah. Pada tahun 2014
wisatawan.
tempat penginapan bertambah 2 yakni
merekomendasikan dan membawa calon
Hotel Indra Jaya dan Hotel Lestari. Pada
yang akan menginap akan mendapatkan
tahun 2015 bertambah lagi 2 yakni Hotel
tip dari pengelola hotel. Tarif harga
Pusaka Bawean dan Hotel Fatin. Pada
perorang dalam satu hari ialah dua ratus
tahun ini tempat penginapan bertambah
lima puluh ribu rupiah. Hotel Sahabat
2 yakni Hotel Sahabat dan Hotel Senja.
memberlakukan
syari’i
Bertambahnya
pengelolaannya.
Adanya
jumlah
tempat
penginapan di Pulau Bawean menunjukan
direkomendasikan Setiap
bagi orang
dalam
para yang
hal
pemisahan
kamar penginapan antara laki-laki dan BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 200
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
perempuan yang tidak dalam hubungan
minimarket yakni Bobo Minimarket dan
pernikahan. Hal ini untuk menghindari
ada
perzinahan
tempat
makanan dan minuman ringan. Toko-toko
penginapan. Hal ini sejalan dengan nilai-
ini dibangun oleh masyarakat sekitar
nilai kearifan lokal masyarakat di Bawean
bandara. Ada beberapa toko-toko dan
yang
warung-warung
menggunakan
banyak
dipengaruhi
nilai-nilai
agama Islam.
4
warung
kecil
kecil
yang
menjual
didirikan
setelah Bandara Harun Thohir berdiri.
Harapan Syariful Mizan sebagai
Hal ini menunjukkan respon warga atas
salah satu pihak yang bergerak dalam
pembangunan
sektor jasa penginapan agar jumlah
melihat
jadwal
penerbangan
berdirinya Bandara.
hanya
dua
Kapasitas
yang
kali
ditambah dalam
landasan
tidak
seminggu.
bandara.
peluang
Peneliti
Penduduk
ekonomi
melakukan
setelah
wawancara
penerbangan
pada karyawati salah satu toko yakni
ditambah agar pesawat yang lebih besar
Bobo Minimarket, Ayu. Dia menjelaskan
dapat mendarat. Saat ini pesawat hanya
bahwa toko ini merupakan cabang yang
mampu mengangkut
12 penumpang,
baru didirikan oleh pemiliknya sekitar 6
menurutnya jumlahnya masih kecil untuk
bulan yang lalu. Pemilik Minimarket ini
memberikan dampak jika dibandingkan
ialah Haji Valehon, beliau adalah warga
dengan moda transportasi kapal laut.
kecamatan tambak. Awalnya hanya ada 1
Pesawat yang lebih besar akan memiliki
cabang yakni Bobo Family Minimarket
kapasitas
yang posisinya dekat dengan kantor
yang
lebih banyak
dalam
mengangkut penumpang. Hal ini tentunya akan
menjadikan
jumlah
Kecamatan Tambak.
wisatawan
Terhadap dampak pembangunan
meningkat karena transportasi udara
bandara terhadap penjualan barang dia
masih menjadi pilihan utama masyarakat
menyebutkan belum terlalu signifikan.
awam karena lebih efisien secara waktu.
Biasanya hanya para buruh bangunan, pekerja bandara, untuk para penumpang
Minimarket dan Usaha Kecil Pembangunan
Bandara
pesawat baginya masih sedikit. juga
Peneliti juga melakukan wawancara
berdampak bagi usaha kecil yang berada
dengan salah satu pemilik warung kecil
di sekitar lokasi Bandara. Dalam jarak 50-
lain yang sudah berdiri jauh sebelum
100 meter dari pintu masuk Bandar
bandara ada, yakni Nurhadida. Wanita ini
Udara Harun Thohir, sudah terlihat 1
sudah berjualan selama 8 tahun di lokasi BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 201
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
sekitar bandara. Sebelum berjualan dia
sehingga untuk singgah di warungnya
menjadi Tenaga Kerja di Malaysia namun
sangat jarang terjadi. Hasil pengamatan
harus balik ke Indonesia karena dokumen
peneliti
yang
demikian ketika jadwal penerbangan
tidak
membangun
warung
menambah Suaminya
lengkap.
Nurhadida
kecilnya
penghasilan bekerja
untuk
keluarga.
sebagai
pegawai
juga
menggambarkan
hal
pada hari kamis tanggal 11 Agustus 2016. Hampir
semua
sudah
memiliki mobil.
penumpang
tersebut
jemputan
berupa
outsourching di Bandar Udara Harun
carteran
Thohir. Menurut keterangannya pada
penumpang adalah warga perantau akan
awalnya warung hanya menjual rokok
dijemput
dan minuman ringan. Selama setahun
langsung ke rumah. Sementara untuk
terakhir pamannya memberi kepercayaan
para wisatawan sudah terlebih dahulu
kepada Nurhadida untuk menjaga mesin
menghubungi layanan paket wisata untuk
pengisian bahan bakar (Pom Bensin
jemputan dan langsung mengantarkan ke
Mini). Biasanya dalam sebulan dia diberi
lokasi penginapan.
oleh
Biasanya
jika
keluarganya
para
menuju
gaji oleh pamannya sebanyak satu juta rupiah. Pendapatan perbulan ini banyak menolong untuk mencukupi kebutuhan kedua anaknya.
Usaha Jasa Penyedia Paket Wisata Dampak
pembangunan
Bandar
Relasi ikatan keluarga
Udara Harun Thohir di Pulau Bawean
menjadi pendorong usaha kecil ini. Rasa
juga terasa pada jasa penyedia paket
saling percaya antar sesama keluarga
wisata. Beberapa masyarakat sekitar
besar masih kuat terjalin di masyarakat
memulai usaha dengan mendirikan biro
Pulau Bawean.
wisata
yang
menawarkan
paket
Merujuk pada pertanyaan apa dam-
kunjungan ke objek-objek parawisata
pak dari pembangunan bandara terhadap
Pulau Bawean. Mereka menyediakan jasa
usaha kecil yang ia miliki, Nurhadida
mulai dari jasa penjemputan di Bandara,
menyebutkan bahwa untuk saat ini masih
pemesanan
berdampak kecil karena kebanyakan
tourguide dalam mengunjungi tempat
penumpang yang menggunakan pesawat
wisata,
ialah mereka para perantau yang datang
kepulangan wisata. Ada beberapa biro
mengunjungi
Pulau
paket wisata bergerak di Pulau Bawean
penumpang
yakni: Hans Tourguide, Keliling Bawean,
Bawean.
keluarganya
Biasanya
para
di
dan
penginapan, juga
mengurus
menjadi proses
langsung dijemput oleh para keluarga BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 202
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Tasek
Taneen,
Bawentrip.Com,
dan
Bawean Tourism.
biro wisata ini terkait erat dengan
Penelusuran lebih lanjut terhadap jasa
biro
paket
baru bagi pemuda setempat. Sektor jasa
wisata
bergerak di
sektor
perhotelan,
jasa
melalukan wawancara dengan Zubairin
transortasi,
hingga
usaha
kecil
yakni
Tourism.
masyarakat seperti produk makanan,
Pembangunan bandara ini memberikan
pembuatan tas dan tikar melalui anyaman
dampak
khas bawean. Berkembangnya industri
pengelola
Bawean
positif
wisatawan.
ini
bagi
Layanan
dengan
peningkatan pendapatan warga yang
peningkatan
Bawean
dapat
pariwisata
di
Pulau
Bawean
akan
diakses dengan situs baweantourism.com.
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Layanan
karena melibatkan banyak sektor usaha.
mulai
pemesanan
tempat
penginapan, carter mobil, pembelian tiket baik melalui pesawat maupun kapal, hingga, hingga menjadi pemandu kegiatan snorkling.
Pembahasan Di dalam penelitian ini muncul satu fenomena yang dapat menjadi dasar
Menurut Zubairin saat ini Dinas
untuk
melakukan
katagorisasi
atas
Perhubungan dan Pemerintah Daerah
elemen-elemen yang ada di masyarakat
harus
Bawean
meningkatkan
dana
subsidi
terkait
dengan
kehadiran
penerbangan. Peningkatan dana subsidi
Bandara Harun Thohir di pulau tersebut.
ini akan menambah jadwal penerbangan
Kategorisasi
yang hanya dua kali dalam seminggu. Saat
perhatian,
ini saja dalam memesan tiket, pihaknya
orang
harus satu hingga dua bulan sebelumnya.
memberikan respon dan makna yang
Jumlah permintaan banyak sementara
berbeda
aksesnya masih sangat terbatas.
Mengikuti klasifikasi yang dibuat oleh
Belum
ini terutama
dalam atas
perlu karena
setiap
mendapat tiap-tiap
kategori
keberadaan
itu
Bandara.
adanya
kebijakan
yang
Parsudi Suparlan (Suprlan, 2005) maka
antara
Pemerintah
dan
warga Bawean dapat dikelompokkan ke
Pelaku Usaha Pariwisata menjadikan
dalam tiga golongan sosial. Pertama
dampak peningkatan pendapatan dari
adalah
sektor masih cukup rendah. Satu biro
bekerja sebagai aparat pemerintah lokal
wisata seperti Bawean Tourism bisa
(Kecamatan, Kelurahan, Unit Pengem-
memiliki 6 tourguide yang adalah pemuda
bangan Pariwisata, dll). Mereka ini di-
setempat. Hal ini menjadi lapangan kerja
sebut di sini sebagai elit birokrasi lokal.
terintegrasi
golongan
orang-orang
yang
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 203
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Golongan kedua adalah elit ekonomi
pemasukan keuangan kepada negara
lokal, yaitu orang-orang yang bekerja
menjadi
secara independen, dengan semangat
merasuk ke dalam alam kognitif elit
enterpreunership (kewirausahaan). Dan
birokrasi di Bawean. Tak heran jika
yang ketiga adalah warga biasa, yaitu
mereka memaknai kehadiran Bandara
orang-orang yang tidak berada dalam
Harun Thohir sebagai peluang berharga
posisi ekonomi dan sosial yang tinggi,
bagi pengembangan infrasturtur fisik
sebagaimana
elit
yang terkait dengan pembagunan sektor
birokrasi lokal. Mereka adalah orang-
pariwisata pulau Bawean. Konstruksi
orang yang menjalani hidupnya secara
makna demikian itu tanpa disadari oleh
alami
pelakunya,
elit
tanpa
ekonomi
dan
memikirkan
dampak
kehadiran Bandara. Respon
rasionalitas
telah
birokratis
yang
membawanya
pada
suatu bangunan kognitif yang melihat
masyarakat
Bawean
kehadiran Bandara Harun Thohir sebagai
terhadap kehadiran Bandara nampak
peluang memajukan ekonomi—melalui
mengikuti pengelompokan warga Bawean
pemajuan sektor pariwisata—penduduk
ke dalam tiga golongan sosial. Golongan
pulau
sosial yang pertama memiliki sistem
rasionalitas
pengetahuan yang terbentuk melalui
menyingkirkan atau sekurang-kurangnya
proses-proses sosialisasi dan internalisasi
mendesak pemikiran subyektif dari orang
di
tempat
Bawean yang berada pada lingkungan
mereka bekerja. Struktur-struktur itu
birokrasi, mengenai kemungkinan untuk
menyediakan cara berfikir dan sistem
mencari
penjelasan
keberadaan kehadiran Bandara Harun
dalam struktur
anggotanya.
birokrasi
tertentu
bagi
Rasionalistas
anggotabertujuan
Thohir.
Bawean.
Tampak
birokratis
keuntungan
bahwa
demikian
pribadi
Rasionalitas
itu
dari
birokratis
sebagaimana dikemukakan oleh Max
nampaknya telah mendesak kesadaran
Weber
subyektif
(Weber,
1930:
xvii-xviii)
elit
birokrasi
lokal,
dan
menuntun cara berfikir dan pembentukan
merubahnya menjadi kesadaran yang
makna
bersifat
di
dalam
alam
kognisi
elit
mekanis.
Sejenis
kesadaran
birokrasi lokal di Bawean. Birokrasi yang
umum di kalangan para birokrat bahwa
selalu menekankankan pada prinsip-
setiap perubahan harus dimaknai dan
prinsip formal, efisien dan efektif, serta
direspon sebagai peluang bagi kemajuan
pemanfaatan
negara,
sumber
daya
menjadi
produk ekonomi yang dapat memberikan
dalam
skala
lokal
melalui
pengembangan sektor pariwisata. Dalam BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 204
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
melakukan respon terhadap kehadiran
hari, termasuk kue kalengan, sirup, gula,
Bandara baru ini, nampak bahwa alam
kopi, dan sebagainya, sampai kebutuhan
kognitif elit birokrasi lokal terkondisikan
peralatan
oleh posisinya sebagai golongan sosial
seperti jilbab, mukena, dan kopiah, dan
tersendiri
melekat
sebagainya. Di beberapa hotel, ada juga
Mengikuti
yang lantai bawahnya dipakai untuk
Weber, kurang lebih, elit birokrasi lokal
berjualan furnitur. Sebagian besar hotel
tenggelam
masih berupa bangunan dua lantai. Di
yang
kepentingan
padanya
pemerintah. di
dalam
rasionalitas
birokratik.
ibadah
keagamaan
Islam,
luar itu, banyak juga yang membuka
Elit ekonomi lokal, karena sifat-
rumah makan di tepi pantai. Soalnya
sifatnya yang independen, petarung dan
adalah, apa yang tidak biasa pada para
ulet,
Bandara
elit ekonomi lokal ialah pemaknaan
sebagai peluang bisnis pribadi. Terhadap
mereka tentang usahanya sebagai bentuk
kehadiran Bandara Harun Thohir, elit
ibadah, yakni semacam usaha untuk
ekonomi lokal, yakni orang-orang Bawean
merealisasikan ajaran Islam ke dalam
yang memiliki tanah luas, yang sumber
kehidupan
penghasilannya dari berdagang atau dari
ditunjukkan dengan menyisihkan 10%
kiriman
bekerja
dari setiap keuntungan usahanya untuk
sebagai TKI, umumnya memaknainya
organisasi keagamaan Islamnya. Hal ini
sebgai peluang pengembangan usaha
antara lain dilakukan oleh pemilik Hotel
yang selama ini sudah mereka miliki.
Sahabat,
Bisnis perhotelan dan biro perjalanan
persewaan
adalah usaha ekonomi yang umumnya
bangunan, usaha penukaran uang (Money
merupakan
Changer),
merespon
kehadiran
keluarganya
perluasan
yang
bisnis
mereka
sehari-hari.
usaha mobil, H.
Spirit
ini
pemotongan
kayu,
took-toko
bahan
Muklas.
Hal
serupa
sebelumnya. Pada tahun 2013 jumlah
dilakukan juga oleh Somat, pengusaha
Hotel di
Bawean adalah 4 buah.
Rental mobil dan motor. Dengan kata lain,
Sepanjang
tahun
2016,
dalam praktek bisnis mereka tersimpan
dengan
adanya spirit keagamaan, khususnya
penambahan 2 hotel setiap tahun. Hotel-
ajaran Islam. Dengan demikian, perluasan
hotel ini memiliki karakteristik yang khas,
usahanya ke bidang perhotelan dan
yakni di lantai bawah hotel selalu
money
dipergunakan sebagai minimarket yang
bagian dari responnya tehadap kehadiran
menjual berbagai jenis kebutuhan sehari-
Bandara,
2014
sd
jumlahnya mencapai 10 buah,
changer tetapi
bukan untuk
semata-mata sebagian
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 205
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
merupakan realisasi dari kewajibannya
di luar negeri—kepada sanak saudaranya
untuk untuk membesarkan
di
zakatnya
kepada umat Islam. Islam
dan
merupakan mereka.
spirit
motivasi
menggerakkan
halaman.
Kasus-kasus
demikian ini terjadi, terutama pada kaum
Bagi masyarakat Bawean umumnya, ajaran
kampong
merantau
dasar
usaha-usaha
Budaya
mengharuskan warga
Bawean
yang
imigran dan TKI yang tidak berpindah kewarganegaraan
di
negara
tempat
mereka bekerja.
ekonomi yang
Simpulan
Bawean untuk
Keberadaan Bandara Bawean yang
merantau dengan syarat harus menguasai
resmi dibuka pada tanggal 16 Februari
Alqur’an dan Pencak Silat, menjadi dasar
2016 dimaknai secara berbeda antara
bagi mereka untuk bergerak ke luar
kelompok elit birokrasi desa, elit ekonomi
pulau, menjadi migran di dalam negeri
desa, dan warga biasa
atau menjadi TKI di luar negeri, yang
Bagi elit birokrasi desa, kehadiran
kesemuanya telah menyebarkan sejenis
Bandara Harun Thohir dimaknai sebagai
virus ke dalam jiwa orang Bawean, yaitu
peluang pengembangan desa, khususunya
keyakinan bahwa mereka “belum menjadi
melalui
lelaki” jika belum merantau. Ungkapan
pengembangan
belum
menjadi
merantau,
lelaki
menjadi
perbaikan
infrastuktur
sektor
dan
pariwisata.
jika
belum
Respons demikian ini dibentuk oleh
batu
sendi
sejenis kerangka kognisi yang melekat
pembentukan karakter orang bawean
pada
yang kuat dalam motivasi, ulet berusaha,
Dengan demikian, pada akhirnya, posisi
pekerja keras dan penuh solidaritas
birokratis merekalah yang membentuk
terhadap siapa saja. Dalam praktiknya,
respons kognitif –berupa pemaknaan—
konsep merantau ini membawa implikasi
kehadiran
berupa peningkatan pendapatan, serta
pengembangan pariwisata pulau Bawean.
kewajiban atau tepatnya panggilan moral
Bagi elit ekonomi desa, kehadiran
untuk mennyejahterakan keluarga yang
Bandara Harun Thohir dimaknai sebagai
mereka tinggalkan di
pulau Bawean.
peluang usaha dan peningkatan pendapat
Kewajiban atau panggilan moral inilah
melalu usaha-usaha perhotelan, tempat
yang pada gilirannya mendorong mereka
penginapan, persewaan mobil dan motor,
untuk mengirim uang –hasil jerih payah
serta layanan tiket, money changer, dan
mereka bekerja sebagai migran atau TKI
sejenisnya.
kewajiban-kewajiban
Bandara
Namun
birokrat.
sebagai
lebih
peluang
jauh
dari
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 206
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
sekedar tindakan sosial yang tampak di
mereka
permukaan, respons mereka terhadap
Menguatnya jaringan sosial menjadi titik
kehadiran
Thohir
pangkal munculnya ide untuk mengambil
rupanya digerakkan oleh semacam virus
barang dari luar, atau menjual barang ke
mental yang menggelayut di alam kognitif
luar. Warga Bawean yang merespon
mereka.
yang
kehadiran
Bandara
elit
membuka
usaha
Bandara
Harun
Virus
mengkonstruksi
mental alam
kognitif
dengan
orang-orang
luar.
dengan
cara
ekonomi
kecil
ekonomi lokal bersumber pada ajaran
memanfaatkan
jaringan
dan
sarana
Islam yang mewajibakan mereka untuk
transportasi untuk memperkuat usaha
berusaha dan memperbesar kebajikan
ekonominya. Boleh dikatakan, modal
bagi sesama umat manusia. Selain itu,
sosial adalah penggerak
spirit berusaha mereka juga dibentuk
mereka terhadap kehadiran Bandara
oleh budaya merantau yang mengajarkan
Harun Thohir.
utama respon
mereka untuk bekerja keras, ulet dan penuh dedikasi kepada keluarga dan kerabatnya.
Itu
yang
menjelaskan
mengapa setiap keuntungan dari usaha ekonomi
mereka
disisihkan
bagi
sebagian
keluarga,
harus kerabat,
kampung halaman dan kepada orangorang miskin. Bagi
warga
desa,
kehadiran
Bandara Harun Thohir dimaknai sebagai peluang usaha mikro kecil dan menengah dalam bentuk usaha rumahan, toko, warung dan pom-pom bensin mini. Respons ini rupanya merupakan realisasi dari konstruk berfikir “dagang” yang sudah
berakar
pada
budaya
orang
Bawean sebagai kaum migran. Migrasi sebagai budaya orang Bawean membawa implikasi semangat berdagang, terutama terkait
meenguatnya
jaringan
Daftar Pustaka Creswell. (1998). Qualitative inquiry and research design : choosing among five tradition. London: Sage Publication. Erwin. (2016). Etnis Bawean. Retrieved from http://visitbaweanisland.blogspo t.co.id/2014_09_01_archive.html Kuswarno, E. (2009). Metode Penelitian Komunikasi : Fenomenologi, Konsepsi, Pedoman dan Contoh Penelitiannya. Jogjakarta: Pusat Persputakaan UII. Nugroho, I. P. (2012). Fenomenologi Politik, Membongkar Politik Menyelami Manusia. Purworejo: Sanggar Pembasisan Pancasila. Putra, H. S. A. (1997). “Sungai dan Air Ciliwung: Sebuah Kajian Etnoekologi”. Prisma, LP3ES.
sosial BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 207
Bambang Budiono Mulyo S. “Makna Bandara Harun Thohir Bagi Orang Bawean”, hal. 185-208
Putra, H. S. A. (2012). “Etnowisata Bencana: Kajian Wisata di Lereng Merapi”. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pemerintah Provinsi DIY, IV No.5. Spradley, J. P. (1997). Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suprlan, P. (2005). Suku Bangsa dan Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: YPKIK. Weber, M. (1930). The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. London and New York: Routledge. Buku Desa, Profil Desa Kotakusuma, 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Baw ean diakses pada 14 November 2016.
BioKultur, Vol.V/No.2/Juli-Desember 2016, hal. 208