Bab 2 Landasan Teori
2.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang dan Orang Indonesia 2.1.1 Definisi Makna Peribahasa Menurut Orang Jepang Menurut Fujisawa (1981) dalam bukunya yang berjudul Zusetsu Nihon Minzokugaku Zenshuu 3 Kotoba, Kotowaza Hen ( 図説日本民俗学全集3 ことば、こ とわざ編) mendefinisikan makna peribahasa menjadi dua, yaitu: 1. Makna luas 2. Makna sempit Makna luas adalah: 広義とは、どんなことばでも、一定の形をとって、俗間に伝唱されれば、 みなことわざである ( 1981:208-309)
Yang dimaksud dengan makna luas adalah kata-kata yang bagaimanapun dengan bentuk yang tetap, yang dinyanyikan dan diceritakan dari generasi ke generasi, merupakan peribahasa. ( 1981:208-209)
Selain itu Fujisawa (1981) juga memberikan penjelasan tambahan mengenai definisi makna luas yang di atas,
8
ただ一つの形容詞であっても、それが一定の形をとって、常にある種の ことがらを形容するものとして知られていけば、それはすでにことわざ である(1981:209)
Hanya dengan satu kata sifat pun, dalam bentuk yang tetap, yang bisa menjelaskan sifat dari suatu hal dan dapat diberitakan kepada pihak lain, itu sudah menjadi peribahasa.(1981:209) Jadi menurut Fujisawa (1981), maka baik kayou ( 歌 謡 ) yang merupakan nyanyian rakyat, nazo (謎)yang merupakan teka-teki, maupun nyanyian-nyanyian kuno lainnya semua bisa didefiniskan sebagai peribahasa.
Dan menurut Fujisawa (1981) definisi peribahasa dari makna yang sempit adalah: ある種類の教訓、警戒、風刺、またはその他の視察経験による知識をい いあらわしたものである(1981:209)
Suatu nasehat, peringatan, kritik, ataupun pengetahuan berdasarkan pengalaman yang diperoleh yang diberitakan dari orang ke orang. (1981:209)
Definisi mengenai peribahasa yang bermakan sempit ini juga dibahas oleh seorang yang bernama Kaneko(1983). Seperti yang tertera dibawah ini,
ことわざは民衆の中からいわばおのずから生まれ出たものである。 民衆がその体験によってみずから得た教訓なのである。いわば、民衆同 士が肩を叩いての忠言、助言である。(1983:1) 9
Peribahasa merupakan sesuatu benda yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Masyarakat berdasarkan pengalaman tersebut memperoleh dan menyadari nasehat itu secara sendiri. Bagaikan seorang sahabat yang memberikan peringatan dan bantuan. (1983:1) Kaneko (1996) juga menjelaskan bahwa: ことわざは、民衆がその実際生活の体験の中から、人間や人生に対する 批評として生み出したものであり、また逆に、人間や人生を批評する場 合にも用いられるものである。(1996:5)
Peribahasa merupakan suatu benda yang berasal dari pengalaman hidup masyarakat yang menyatakan kritik terhadap manusia dan kehidupannya, dan sebaliknya peribahasa itu juga digunakan untuk mengkritik manusia dan kehudupannya. (1996:5)
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Peribahasa merupakan nasehat dan peringatan yang lahir dari masyarakat itu sendiri berdasarkan pengalaman yang diperoleh, yang nasehatnya bagaikan nasehat dari seorang sehabat. Dan mengenai kesimpulan ini Ishida (1983) menjelaskan bahwa :
諺は、遠い昔の人たちから語り伝えられ、書き止められた、いわば人生 経験の貴い宝庫であります。そこには時と所とを超越して光彩を失わな い、人間の叡智と生活の指針とが説き示されて蔵されているのでありま す(1983:1)
10
Peribahasa merupakan harta pustaka dari pengalaman manusia yang dicatat dan diberitakan dari generasi yang dahulu hingga generasi yang sekarang. Disana sekalipun dilewati oleh dimensi waktu maupun ruang tetapi keindahannya tidaklah berkurang, dan merupakan kebajikan dan penjelasan maupun petunjuk hidup manusia.(1983:1)
Selain itu definisi peribahasa menurut Ishida (1983) juga didukung oleh definisi peribahasa menurut Kanamaru. Menurut Kanamaru (1983) definisi peribahasa adalah :
ことわざは、日常経験から生まれた民衆の知恵の結晶であり、民衆の行 動の指針と言えます(1983:1)
Peribahasa merupakan hasil dari pengetahuan masyarakat yang berasal dari pengalaman hidup sehari-hari, yang dapat dikatakan sebagai petunjukan hidup dan langkah masyarakat. (1983:1)
2.1.2 Definisi Peribahasa Menurut Orang Indonesia
Menurut Hidayat (2004) peribahasa merupakan : 1. Peribahasa merupakan kelompok kata atau kalimat yang tepat susunannya dan biasanya mengisahkan maksud tertentu. 2. Peribahasa merupakan ungkapan atau kalimat-kalimat ringkasan dan padat yang berisi perbandingan, perumpamaan, nasehat, prinsip hidup aturan tingkah laku.(2004:1)
Selain itu Hidayat juga menjelaskan bahwa kalimat dalam peribahasa bersifat tetap, tetapi kalimat artinya boleh berbeda tetapi tidak boleh mengubah inti maknanya.
Hidayat (2004) juga membagikan peribahasa menjadi 3 kelompok, yakni:
11
1. Bidal adalah peribahasa atau pepatah yang mengandung nasehat, peringatan, sindiran dan sebagainya 2. Ungkapan adalah gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna anggota-anggotanya. 3. Perumpamaan adalah peribahasa yang berupa perbandingan (2004:2)
Sedangkan menurut artikel Peribahasa dalam situs Wikipedia Indonesia menambahkan penjelaskan mengenai kelompok perumpamaan yang diatas yakni:
Beberapa peribahasa merupakan perumpamaan yaitu perbandingan makna yang sangat jelas karena ia didahului oleh perkataan seolah-olah, ibarat, bak, seperti, laksana, macam, bagai dan umpama. (15 September 2006)
Dan menurut Edy Suandi Hamid,MEc yang berperan sebagai seorang Staf Pengajar FE Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta dan Staf Peneliti Pusat Studi Ekonomi Pancasila UGM menulis dalam artikelnya yang berjudul CGI, IMF, DAN SISTEM EKONOMI PANCASILA yang terdapat dalam situs Ekonomi Rakyat mendefinisikan makna peribahasa sebagai berikut: Peribahasa mengandung beragam makna, bisa berupa peringatan, prinsip dan sikap hidup, ajaran, nilai-nilai, ataupun etika, yang semuanya mengandung makna atau ajaran dan nilai yang disepakati masyarakat. (08 Oktober 2006)
2.2 Hubungan Antara Peribahasa Dengan Pandangan Persahabatan, Percintaan dan Pernikahan Dari teori-teori makna definisi peribahasa di atas dapat dilihat bahwa terbentuknya peribahasa tidak dapat terlepas hubungannya dari pengalaman, tingkah laku dan kehidupan manusia, sedangkan pengalaman, tingkah laku dan kehidupan manusia tidak 12
dapat terlepas hubungannya dengan sejarah, budaya, adat istiadat. Dan sejarah, budaya dan adat istiadat memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan pandangan hidup manusia. Dan mengenai hubungan peribahasa dengan pandangan hidup manusia Endou (1981) mengemukakan bahwa: 単に修辞や言論のあやとして国語表現を豊かにし、言語生活に味わいを 添えるという役割を果たすことにとどまりません。既にそれは日本語の 血肉と化して思考の基底に融合し、あるものは伝統的な教訓、処世の知 恵として長く人々の心情を培ってきました。そして人々は、そこに心理 の機微や論理の機知を見出し、人間の魂の郷愁を探り、あるいは情愛や 道徳への回帰に誘われ、既成の概念を跳躍する非情の直観に感動するの です。(1981:1)
Bukan hanya sekedar pendapat atau hiasan yang ditujukan memperkaya bahasa, juga bukan untuk memenuhi fungsinya untuk menambah dan memperindah bahasa yang digunakan dalam kehidupan. Tetapi sudah mendarah daging dan bersatu dengan kerangka pemikiran, dan beberapa di anataranya yang berupa nasehat dari nenek moyang dan kebajikan hidup secara terus menerus memelihara hati dan pemikiran kita. Kemudian di sana manusia akan menemukan pengertian yang bersifat psikologis maupun kecepatan dalam pemikiran, dan mencari kerinduan jiwa manusia, ataupun ajakan untuk berbalik kembali kepada moralitas dan cinta kasih, maupun terharu oleh intuisi tidak berperasaan yang berkonsep.(1981:1)
13