MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK
SISTEM KONTROL PIPE LINE BATCH TRACKING SYSTEM (PBTS) PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION IV SEMARANG PADA TERMINAL AUTOMATION SYSTEM DI LOKASI TBBM (TERMINAL BBM) BOYOLALI Muhammad Fikko. F1), dan Sumardi, ST. MT.2) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, Indonesia 1)
Email:
[email protected]
Abstrak PT. Pertamina (Persero) merupakan perusahaan minyak dan gas milik negara yang mengolah minyak mentah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM). Perusahaan ini telah berdiri sejak tahun 1957, dan mengalami banyak perubahan nama perusahaan, hingga pada tahun 2003 menjadi PT. Pertamina (Persero). Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait dengan pendistribusian produk Perusahaan. Kegiatan pemasaran (Marketing Operation) terdiri dari 8 area pemasaran (Marketing Region), salah satunya adalah MOR IV yang membawahi wilayah JBT (Jawa Bagian Tengah). Salah satu sarana dan sistem yang menjadi tulang punggung TBBM (Terminal BBM) di area JBT adalah TAS (Terminal Automated System). Dengan TAS, hampir semua proses di TBBM dapat dilakukan secara otomatis dan dapat dikendalikan dari HMI (Human Machine Interface), seperti pada proses penerimaan dan penimbunan BBM dari pipa utama (main pipe) menuju tangki timbun. TBBM Boyolali merupakan salah satu dari TBBM di area JBT yang menggunakan sistem kontrol PBTS (Pipe Line Batch Tracking System) sebagai bagian dari TAS yang mengendalikan proses penerimaan dan penimbunan. Sistem kontrol PBTS memerlukan beberapa instrumen penting untuk dapat bekerja, seperti Densitometer, MOV, Turbine Flowmeter, PCV, ESDV, Pressure Transmitter, dan PSHH. Kata Kunci: Sistem Kontrol, TAS (Terminal Automated System), HMI (Human Machine Interface)
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pertamina MOR (Marketing Operation Region) IV memiliki unit kerja TSA (Technical Services Area) dengan cakupan area JBT (Jawa Bagian Tengah). TSA merupakan fungsi yang bertugas membantu Pertamina (dalam hal ini Direktorat Marketing and Trading) untuk dapat memenuhi kebutuhan pengelolaan pekerjaan yang bersifat teknis yang tugasnya meliputi kegiatan budgetting, engineering, procurement (pengadaan), construction, QA/QC, dan maintenance serta pengelolaan resikonya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan kehandalan operasi semua lini bisnis Direktorat Marketing and Trading dan fungsi yang memenuhi aspek HSE (Health Safety Environment) yang dilakukan dengan cara membangun sarana
prasarana baru atau melakukan penyempurnaan terhadap sistem yang lama. Salah satu sarana dan sistem yang menjadi tulang punggung TBBM (Terminal BBM) di area JBT adalah TAS (Terminal Automated System). Dengan TAS, hampir semua proses di TBBM dapat dilakukan secara otomatis, seperti pada proses penerimaan dan penimbunan BBM dari pipa utama (main pipe) menuju tangki timbun. TBBM Boyolali merupakan salah satu dari TBBM di area JBT yang menggunakan sistem kontrol PBTS (Pipe Line Batch Tracking System) sebagai bagian dari TAS yang mengendalikan proses penerimaan dan penimbunan. 1.2 Tujuan Tujuan kerja praktek yang dilaksanakan antara lain:
1. Untuk memperkenalkan mahasiswa ke dunia kerja. 2. Memberi kesempatan pada mahasiswa untuk memperdalam bidang keilmuannya di luar perkuliahan. 3. Melihat contoh kondisi nyata di lapangan dari teori yang telah dipelajari pada bangku perkuliahan. 4. Mengetahui sistem kontrol, instrument, dan berbagai proses pada sistem kontrol PBTS pada TAS di TBBM Boyolali. 1.3 Batasan Masalah Dalam laporan kerja praktek ini, tidak membahas tentang: 1. Ladder Diagram pada PLC yang tertanam pada sistem. 2. Pemrograman dan coding dari HMI (Human Machine Interface). 3. Instrument dan proses di luar sektor penerimaan dan penimbunan. II. DASAR TEORI 2.1 Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan terhadap satu ataupun beberapa variabel sehingga berada pada suatu nilai yang diinginkan. Dalam dunia industri dituntut suatu proses kerja yang aman dan memiliki efisiensi tinggi untuk menghasilkan produk dengan kualitas yang baik. Otomatisasi sangat membantu dalam hal kelancaran operasional, keamanan, mutu produk, dan lain-lain. Sistem kontrol lup tertutup adalah sistem kontrol yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengontrolan. Sinyal kesalahan penggerak, yang merupakan selisih antara sinyal masukan dan sinyal umpan-balik, diumpankan ke kontroler untuk memperkecil kesalahan dan membuat agar keluaran sistem mendekati harga yang diinginkan. Dengan kata lain, istilah lup tertutup berarti menggunakan aksi umpanbalik untuk memperkecil kesalahan sistem. [1] 2.2 TAS (Terminal Automation System) Proses TAS (Terminal Automation System) adalah sistem otomatisasi sarfas
(sarana dan fasilitas) pada TBBM. Perencanaan TAS dilaksanakan dengan mempertimbangkan jumlah peralatan operasi yang ada, jenis operasi yang akan dilaksanakan, dan prosedur operasi yang diterapkan. Berdasarkan jenis operasi yang akan dilaksanakan, modul perangkat lunak yang sesuai yang dipilih. Terlepas dari kapasitas penerimaan dan penyaluran, arsitektur sistem akan sama untuk jenis operasi yang sama. Yang berbeda adalah jumlah peralatan lapangan yang akan menangani masing-masing operasi. Pada otomatisasi penerimaan melalui jalur pipa, dilakukan pemantauan terhadap Densitometer jauh, volume yang diterima, dan Densitometer dekat. Pengontrol akan memperkirakan waktu untuk menutup / membuka MOV tertentu dari pemantauan Densitometer jauh. Volume yang diterima dicatat melalui flow computer dari turbin Flowmeter. Densitometer dekat digunakan sebagai pemicu untuk menutup / membuka MOV. Modul pemantau penerimaan pipa berfungsi untuk mencatat data transaksi penerimaan jalur pipa dan melakukan koordinasi dengan mengontrol MOV dan pemantau level tangki. Pengaturan dilakukan oleh PLC (Programmable Logic Control) MOV melalui HMI MOV. Modul ini diimplementasikan di server TAS. [2] 2.3 ATG (Automatic Tank Gauge) Ada berbagai macam tipe ATG, yang paling populer adalah tipe Servo Balance dan Radar. Yang dapat memberikan pengukuran semua yang disebutkan di atas sekaligus tanpa bantuan sistem lain adalah tipe Servo Balance. Sebaliknya, walaupun beberapa tipe Radar dapat memberikan ketelitian yang lebih, hanya dapat mengukur ketinggian BBM. Pengukuran interface, density, dan temperatur memerlukan alat lain. 2.4 HMI (Human Machine Interface) Proses HMI (Human Machine Interface) merupakan perangkat lunak antar muka berupa GUI (Graphical User Interface) berbasis komputer yang menjadi penghubung antara operator dengan mesin atau peralatan
yang dikendalikan serta bertindak pada supervisory. [3] Pada dasarnya, fungsi HMI adalah memonitor dan memberikan informasi kondisi plant kepada operator melalui GUI secara real time. Tampilan kondisi plant adalah berdasarkan hasil pembacaan input dan output dari proses yang sedang berlangsung pada plant. Kemudian Menentukan kondisi output (aktuator) berdasarkan nilai input yang diperoleh dari pembacaan sensor. [4] HMI seharusnya mudah untuk dipahami oleh operator yang mana bukan dalam bidangnya sehingga menjadi terbiasa untuk mengoperasikan suatu sistem. [5] Oleh karenanya untuk mendesain sistem seperti itu, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu pengaturan layout dan pages, pemilihan icon, dan memilih warna yang ditampilkan. [6] 2.5 PLC (Programmable Logic Control) PLC (Programmable Logic Control) pada dasarnya adalah sebuah komputer yang khusus dirancang untuk mengontrol suatu proses pada mesin. Proses yang dikontrol hanya melibatkan kontrol dua keadaan (On / Off) saja tapi dilakukan secara berulangulang seperti umum dijumpai pada mesin pengeboran, sistem konveyor, dan lain sebagainya. PLC Perangkat keras PLC pada dasarnya tersusun dari empat komponen utama berikut: Prosesor, Power Supply, Memori, dan modul Input / Output. Dalam hal ini prosesor akan mengontrol peralatan luar yang terkoneksi dengan modul output berdasarkan kondisi perangkat input serta program ladder yang tersimpan pada memori PLC tersebut. [7]
pada TBBM Boyolali berjenis Densitometer Corialis. Pada TBBM Boyolali, Densitometer jauh dikodekan sebagai DI 4001-1 dan Densitometer dekat dikodekan sebagai DI 4001-2. DI 4001-1 terletak sejauh 1,3 Km dari TBBM Boyolali, sementara DI 4001-2 terletak di dalam area TBBM Boyolali, tepatnya sejauh 151 meter dari manifold (beberapa MOV yang digunakan untuk memisahkan produk). Karena Densitometer ini mengharuskan pemasangan pipa yang relatif kecil (maksimal 4 inchi), maka Densitometer ini dipasang secara paralel dari pipa utama yang berukuran 12 inchi.
Gambar 1. Densitometer Mobrey Solartron yang terpasang paralel
3.1.2 MOV (Motor Operated Valve) Pada proses penerimaan dan penimbunan, TBBM Boyolali total memiliki 17 MOV dengan rincian 1 MOV sebagai Block Valve (Kode : MOV-4001), 5 MOV ditempatkan pada bagian pemisah produk (manifold) (Kode : MOV-4601-2 untuk saluran Premium, MOV-4601-3 untuk saluran Pertamax, MOV-4601-4 untuk saluran Solar, MOV-4601-1 untuk saluran Kerosene, MOV-4601-5 untuk saluran Feed Stock), dan 11 MOV sebagai Input Valve ke tangki timbun. MOV yang digunakan menggunakan jenis Ball Valve. Semua MOV tersebut memungkinkan untuk mengendalikan buka / tutup katup dari Control Room.
III. PEMBAHASAN 3.1 Konfigurasi Umum Komponen TAS (Terminal Automation System) TBBM Boyolali 3.1.1 Densitometer Mesin TBBM Boyolali memiliki 2 Densitometer, Densitometer pertama sebagai Densitometer jauh dan Densitometer kedua sebagai Densitometer dekat. Densitometer
Gambar 2. MOV pada manifold
3.1.3 Turbine Flowmeter Pada Turbine Flowmeter dalam kaitannya dengan sistem kontrol PBTS digunakan untuk mendeteksi nilai flow rate sebagai salah satu parameter perhitungan nilai timer untuk membuka / menutup MOV pada
manifold. Selain itu digunakan juga sebagai indikator ada / tidaknya BBM yang mengalir melalui pipa. Ketika flow rate berada di bawah ambang batas (idealnya 300 KL / jam), pihak TBBM akan menghubungi TBBM sebelumnya (dalam hal ini TBBM Rewulu) untuk mencocokkan apakah flow rate yang diterima memang sedemikian kecil. Apabila flow rate berbeda jauh, maka dapat dipastikan terdapat kebocoran di jalur pipa antara TBBM Rewulu dan TBBM Boyolali. Jika flow rate di TBBM Rewulu juga kecil, maka kecilnya flow rate tersebut dapat berasal dari melambatnya produksi di RU IV Cilacap. Turbine Flowmeter yang digunakan mampu menghitung flow rate dengan range dari 80 m3/jam sampai dengan 635 m3/jam. Di luar range tersebut, Turbine Flowmeter ini akan kehilangan akurasi pembacaannya. Turbine Flowmeter adalah flowmeter yang rentan turbulensi. Oleh karena itu, fluida yang melewati turbin harus benar-benar bersih. Oleh karena itu pada pemasangan Turbine Flowmeter ini, harus disertai pemasangan perangkat strainer yang berfungsi membebaskan kotoran-kotoran pada fluida dan separator yang berfungsi memisahkan kandungan air (yang mungkin terbawa saat pengaliran BBM). Selain itu, pada saluran upstream, diperlukan saluran pipa straight sepanjang 15 x diameter pipa. Diameter pipa yang digunakan adalah 12 inchi sehingga panjang pipa straight upstream yang diperlukan dapat diketahui dari perhitungan berikut : π = 15 π₯ π· π₯ 2.54 π = 15 π₯ 12" π₯ 2.54 ππ π = 457,2 ππ
bersumber dari Pressure Indicator yang ditransmisikan menuju Control Room melalui Pressure Transmitter. PCV dikontrol menggunakan sistem kontrol PID (Proportional, Integral, dan Derivative). Sistem kontrol diatur oleh PIC 4001 (Process Indicating Controller) yang berada di Control Room. SP (Set Point) dimasukan sebagai tekanan yang diinginkan. Keluaran dari PCV tersebut dibaca sebagai PV (Process Variable) yang diumpan balikan untuk mencari kesesuaian dengan SP (error). Dengan error yang diketahui maka sistem kontrol dapat memberi sinyal kontrol / CV (Control Variable) yang tepat untuk diberikan pada plant. CV tersebut diaktualisasikan menggunakan aktuator berupa Control Valve yang akan membuka menurut sinyal kontrol yang diberikan.
Gambar 3. Diagram P&ID PCV
(1)
Dengan l adalah panjang pipa straight upstream dan D adalah diameter main pipe, diketahui panjang pipa straight upstream yang diperlukan adalah 457,2 cm. 3.1.4 PCV (Pressure Control Valve) PCV (Pressure Control Valve) pada sistem kontrol PBTS terletak sebelum aliran fluida memasuki area Turbine Flowmeter. Hal ini karena komponen-komponen pada Turbine Flowmeter sangat rentan dan merupakan area vital sehingga tekanan yang masuk perlu benar-benar terkontrol dengan baik. Pengoperasian PCV dikontrol dari Control Room secara otomatis. PCV terus mempertahankan nilai tekanan yang diinginkan dengan sinyal pembanding yang
Gambar 4. Logic Diagram PCV
3.1.5 ESDV (Emergency Shut Down Valve) ESDV pada TBBM Boyolali menggunakan pilot valve. Valve ini digerakan dengan aktuator spring, dimana bila spring tersebut diberi tekanan berupa gas nitrogen, maka valve ini akan menutup secara sangat cepat. Untuk melepas gas nitrogen, digunakan aktuator elektrik yang diaktifkan menggunakan position monitoring switch iTork Controls model ITS300. Pada komponen ini terdapat 2 relay SPDT yang aktif bila diberi sinyal transmisi elektrik dari PSHH. Pada dasarnya, ESDV digunakan ketika tekanan naik secara signifikan sampai dengan kondisi dimana tekanan tersebut sudah tidak
dapat dikontrol oleh PCV. Pada proses logika kontrol ESDV, masukan yang menjadi indikator aktifnya ESDV adalah HS 4001-1 (Hand Switch), F&G (Fire and Gas) Alarm, dan PSHH 4001. Dengan adanya gerbang logika OR, maka ESDV akan aktif bila PSHH telah mencapai nilai tekanan tertentu atau bila Alarm F&G mendeteksi adanya api atau gas. Aktifnya PSHH akan mengaktifkan PAH 4001 (Pressure Alarm High) yang terdapat pada Control Room sebagai peringatan telah terjadinya nilai tekanan yang berbahaya. Jika kedua elemen kontrol tersebut gagal bekerja, ESDV masih dapat diaktifkan secara manual melalui HS 4001-1.
Gambar 5. Logic Diagram ESDV
3.2 Sistem Kontrol PBTS (Pipe Line Batch Tracking System) pada TAS (Terminal Automation System) TBBM Boyolali Pada TBBM Boyolali, BBM diterima melalui jalur pipa 12β dari TBBM Rewulu dan TBBM Cilacap sepanjang 246 Km. TBBM menerima BBM sesuai batch yang telah ditentukan di awal bulan sesuai jadwal produksi dari RU terdekat. BBM dikirimkan berurutan dan bergantian sesuai dengan jadwalnya, sehingga perlu dilakukan pemantauan perubahan produk BBM yang diterima agar ketika terjadi perubahan produk, TBBM dapat mempersiapkan proses pemisahan produk BBM dan membuka / menutup tangki timbun sesuai produk yang diterima.
Gambar 6. HMI PBTS Proses Penerimaan pada TAS TBBM Boyolali
Densitometer digunakan sebagai indikator perubahan produk BBM yang diterima. Density suatu produk ditentukan oleh laboratorium di RU (Revinery Unit) IV Cilacap dengan nilai sebagai berikut (nilai dapat berubah tergantung uji laboratorium) : -
-
Premium bernilai dari 0,726 gr / cm3 sampai dengan 0,740 gr / cm3 Kerosene bernilai dari 0,807 gr / cm3 sampai dengan 0,815 gr / cm3 (TBBM Boyolali sudah tidak menerima produk Kerosene dan semua SarFas (Sarana dan Fasilitas) Kerosene diganti untuk menampung Pertamax) Solar bernilai dari 0,819 gr / cm3 sampai dengan 0,841 gr / cm3
Daerah dimana telah terjadi perubahan harga density di atas ambang batas density suatu produk disebut interface dan produk yang berada pada daerah interface tersebut disebut dengan produk campuran. Berikut adalah contoh penerimaan suatu produk dari awalnya menerima produk Premium kemudian menerima produk Solar secara berurutan : 1. Penerimaan produk Premium ketika BBM di jalur pipa masih kosong Ketika DI 4001-1 (Densitometer jauh) mendeteksi density dari Premium, alarm informasi adanya Premium akan berbunyi, MOV-4001 (Block Valve) terbuka, dan PCV4001 dibuka 100% secara manual (setelah tekanan mencapai 3 Kg / Cm2, PCV dapat diset ke mode otomatis). Ketika DI 4001-2 (Densitometer dekat) mendeteksi density Premium, MOV-4601-2 yang terletak pada manifold sebagai MOV yang menuju ke tangki timbun Premium akan mulai dibuka setelah jeda waktu tertentu secara otomatis. Manifold adalah pemisah produk berupa 5 MOV sesuai produk masing-masing, yaitu Premium, Pertamax, Solar, Kerosene, dan Feed Stock. Nilai jeda waktu tersebut dicari oleh perangkat lunak HMI yang keluarannya akan dimasukan ke PLC sebagai nilai timer untuk membuka / menutup MOV pada manifold tersebut. Nilai timer (x) dicari dengan persamaan berikut : π₯= π₯=
π πΉπππ€πππ‘π π.π 2 .π πΉπππ€πππ‘π
ππππππ π = ππππ β ππππ ππππ = 6" = 0,1524 π π = πππππππ ππππ = 151 π
(2)
πΉπππ€πππ‘π = 319,286
π3 (π ππ π’ππ ππππππ 8) β
Dengan persamaan dan parameter-parameter tersebut, PLC mencari nilai timer yang dibutuhkan dengan masukan berupa data dari Turbine Flowmeter yang pada HMI menunjukan hasil pengukuran sebesar
penuh ditutup. Hal ini ditujukan untuk menjaga tekanan dalam pipa agar tidak naik secara tibatiba. Berikut adalah diagram alir dari sistem kontrol PBTS ketika dilakukan penerimaan produk Premium ketika BBM di jalur pipa masih kosong :
π3
319,286 . Selanjutnya dari persamaan (2), β nilai timer dicari dengan perhitungan sebagai berikut : π₯=
3,14 . (0,1524 π)2 . 151 π
π₯=
π3
319,286 β 3,14 . 0,0232 π2 . 151 π
π₯=
0,08869 11 π3
π3 π π3
0,08869 π π₯ = 124,028 π
Pada hasil perhitungan, didapat nilai timer sebesar 124,028 detik sehingga MOV pada manifold akan terbuka 124,028 detik setelah DI-4001-2 mendeteksi adanya Premium yang masuk.
Gambar 7. HMI Proses Penimbunan pada TAS TBBM Boyolali Disaat yang bersamaan, ketika DI 4001-1 sudah mendeteksi density Premium, PLC akan mengecek tangki timbun mana yang kosong. PLC memproses agar MOV pada tangki timbun yang kosong dalam kondisi terbuka. Pengisian tangki diprioritaskan pada tangki timbun yang kosong agar mencegah tangki timbun yang overload apabila BBM mengalir ke tangki timbun yang telah terisi. Apabila pengiriman BBM berhenti sebelum LSH-4104 aktif (Level Sensor High), maka proses penerimaan dan penimbunan telah selesai. Jika saat penerimaan BBM masih berjalan namun tangki timbun telah penuh (LSH-4104 aktif), maka LAH-4104 (Level Alarm High) akan berbunyi dan PLC mencarikan tangki timbun lain yang masih kosong. Kemudian, MOV tangki timbun yang masih kosong tersebut akan dibuka terlebih dahulu sebelum MOV tangki timbun yang
Gambar 8. Diagram alir sistem kontrol PBTS Premium
2. Penerimaan produk Solar ketika density berada pada daerah interface Saat menerima produk Premium, density masih berada di kisaran 0,726 gr / cm3 β 0,740 gr / cm3. Namun ketika produk Solar mulai dikirimkan, angka tersebut akan perlahanlahan naik sampai menjadi di atas 0,740 gr / cm3. Ketika nilai density telah keluar dari range density Premium, saat itulah produk yang melewati Densitometer disebut produk campuran dan proses pencampuran tersebut disebut interface. Ketika DI 4001-2 (Densitometer jauh) mulai mendeteksi adanya interface, MOV4601-5 sebagai MOV yang menuju ke tangki timbun Feed Stock akan terbuka dan MOV4601-2 sebagai MOV yang menuju ke tangki timbun Premium akan tertutup setelah jeda waktu tertentu, yaitu waktu yang dibutuhkan fluida untuk mengalir dari DI 4001-2 menuju ke manifold yang dihitung menggunakan persamaan (2) dan didapat nilai timer sebesar 140 detik. MOV-4601-5 harus dibuka terlebih dahulu sebelum MOV-4601-2 ditutup dikarenakan jika MOV-4601-2 ditutup terlebih dahulu, tekanan dapat naik secara drastis sehingga dapat merusak berbagai instrument yang ada. Dengan cara ini, produk campuran tersebut akan masuk ke tangki timbun Feed Stock setelah jeda waktu tersebut.
lapangan mengambil sampel fluida secara visual sampai dipastikan bahwa fluida yang mengalir adalah produk Pertamax. Karena pengamatan dilakukan secara visual oleh operator di lapangan, maka proses penerimaan dan penimbunan produk Pertamax hanya dapat dilakukan secara manual.
IV. PENUTUP Gambar 9. Diagram alir sistem kontrol PBTS interface
3. Pengisian Solar ketika density sudah mencapai nilai density Solar Ketika density mencapai daerah cut-off (nilai density dimana produk sudah dapat didefinisikan sebagai produk yang berbeda dari produk sebelumnya, dalam hal ini perubahan dari Premium ke Solar), waktu yang dibutuhkan fluida untuk mengalir dari DI-4001-2 menuju manifold dihitung kembali berdasarkan flow rate nya menggunakan persamaan (2) dan didapat nilai timer sebesar 140 detik. Setelah jeda waktu tersebut, MOV-4601-4 (MOV menuju tangki timbun Solar) akan terbuka dan setelah itu MOV-4601-5 menutup sehingga produk yang mengalir menuju tangki timbun Solar adalah benar-benar produk yang dapat dikategorikan sebagai BBM berjenis Solar.
Gambar 10. Diagram alir sistem kontrol PBTS Solar
4. Proses penerimaan produk Pertamax Ketika Premium dan Solar dapat dibedakan menurut density nya, Pertamax hanya dapat dibedakan dengan Premium dari tingkat kejernihannya. Oleh karena itu, Densitometer tidak dapat digunakan untuk membedakan Premium dengan Pertamax. Ketika TBBM Boyolali mendapatkan info datangnya produk Pertamax, operator di
4.1 Kesimpulan 1. PBTS (Pipe Line Batch Tracking System) adalah sistem kontrol yang merupakan bagian dari TAS (Terminal Automated System) yang berfungsi mengendalikan seluruh proses penerimaan dan penimbunan pada Terminal BBM. 2. Beberapa komponen kunci pada sistem kontrol PBTS antara lain adalah Densitometer, MOV, Turbine Flowmeter, PCV, ESDV, Pressure Transmitter, dan PSHH. 3. Densitometer digunakan sebagai indikator perubahan produk BBM yang diterima sehingga PBTS dapat mengambil keputusan untuk menentukan waktu yang tepat untuk membuka MOV sesuai dengan produk yang diterima. 4. Saat BBM diterima, PCV dibuka terlebih dahulu secara manual sampai dengan 100% untuk mencegah gagalnya sistem kontrol dalam mengendalikan tekanan berlebih. Ketika tekanan mencapai 3 Kg / Cm2, PCV bekerja secara otomatis dengan sistem kontrol PID. 5. Dalam proses penimbunan, PLC akan memprioritaskan tangki timbun yang kosong untuk diisi terlebih dahulu untuk mencegah tangki timbun yang overload apabila BBM mengalir ke tangki timbun yang telah terisi. 6. Pada proses penerimaan dan penimbunan produk Pertamax, proses masih dilakukan secara manual dengan melakukan uji visual secara langsung pada sampel BBM yang diterima. 4.2 Saran 1. Density dari BBM dapat berubah-ubah sesuai suhu. Maka dari itu, untuk
meningkatkan akurasi sistem, diperlukan penyesuaian nilai density pada program HMI dengan masukan berupa suhu yang dapat diperoleh secara otomatis dari sensor suhu yang dipasang di lapangan. 2. Untuk meningkatkan akurasi dan kecepatan pada proses penerimaan dan penimbunan BBM jenis Pertamax, diperlukan aplikasi sensor Colorimeter untuk mendeteksi perubahan produk BBM lain ke Pertamax secara otomatis sehingga dapat menggantikan proses uji visual yang masih dilakukan secara manual. 3. Untuk meningkatkan kecepatan pengiriman data dari lapangan menuju Control Room, penggunaan RS485 sebaiknya diganti oleh penggunaan kabel serat optik menggunakan jaringan ethernet.
DAFTAR PUSTAKA [1] Ogata, Katsuhiko. 1991. βTeknik Kontrol Automatik β terjemahan: Ir. Edi Laksonoβ. Penerbit Erlangga: Jakarta. [2] Pedoman Desain Terminal Automation System. Pusat Teknologi Instrumentasi & Otomatisasi: ITB. 2007. [3] Globalspec. 2015. βHuman Machine Interface Informationβ. [diakses dari http://www.globalspec.com/learnmore/i ndustrial computers embedded computer components/industrial computing/human machine interfaces operator interface terminals pada 29 Maret 2015] [4] Irawan, Juni Ardi. 2009. βHMI or MMIβ. [diakses dari http://juare97.wordpress.com pada 1 April 2015] [5] Plakow, Metzger. 2011. βA Study on Appropriate Plant Diagram Synthesis for User-Suited HMI in Operating Controlβ. IFIP International Federation for Information Processing. [6] Galitz, Wilbert O. 2007. βThe Essential Guide to User Interface Design: An Introduction to GUI Design Principles and Techniquesβ. Edisi Ketiga. Wiley: Indianapolis. [7] Setiawan, Iwan. 2006. βProgrammable Logic Controller dan Teknik
Perencanaan Sistem Kontrolβ. Penerbit Andi: Yogyakarta. [8] Priyantini, Noor Yudha. 2010. Laporan Tugas Akhir βSistem Pengukuran Kecepatan Arus Air Sungai berbasis Mikrokontroler AT89S8252β. Jurusan Fisika Universitas Maulana Malik Ibrahim. Malang. [9] FMC Technologies. 2014. β4β to 20β SentryTM Series Bulletin SS02001 Issue/Rev.1.2β. [diakses dari www.fmctechnologies.com/measureme ntsolutions pada 3 April 2015]
BIOGRAFI PENULIS Muhammad Fikko Fadjrimiratno lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 26 Maret 1995. Menempuh pendidikan di TK 1 Pertiwi, SD Negeri 04 Semarang, SMP Negeri 2 Semarang, SMA Negeri 1 Semarang. Saat ini sedang menempuh pendidikan di S1 Teknik Elektro, Universitas Diponegoro, Semarang. Menyetujui, Dosen Pembimbing
Sumardi, ST. MT NIP. 196811111994121001