MAKALAH PENAMBAHAN WAWU DALAM KATA ATAU KALIMAT Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Qawaid‟ul Imla‟ Dosen Pengampu: Muhammad Mas‟ud, M. Pd.I
Disusun Oleh: 1. Yuli Hastuti
111-11-049
2. Evi Triyani
111-11-060
3. Ria Winarni
111-11-065
FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah matakuliah Qaqaid‟ul Imla‟ yang berjudul “Penambahan Wawu dalam Kata atau Kalimat” ini. Shalawat beserta salam semoga tercurah limpahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas matakuliah ini, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi kami, umumnya bagi siapa saja yang membacanya. Amin. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan makalah kami selanjutnya.
Salatiga, Mei 2014
Penyusun
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN A................................................................................................................... L atar Belakang ......................................................................................................1 B. .................................................................................................................. R umusan Masalah ..................................................................................................1 C. .................................................................................................................. T ujuan Pembahasan ...............................................................................................1 BAB II PEMBAHASAN A. Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat ............................................................. 2 B. Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat ........................................ 2 C. Fungsi dan Macam Wawu ................................................................................... 3 BAB III KESIMPULAN Kesimpulan ............................................................................................................... 7 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menambah wawu dalam kata atau kalimat sering kita jumpai dalam bacaan bahasa arab. Namun perlu diketahui sebab kenapa wawu tersebut ditempatkan di awal maupun di akhir. Wawu juga merupakan salah satu harf qasam atau sumpah yang biasa digunakan untuk mempertegas suatu ungkapan atau pendapat agar dapat dipercaya.
B. Rumusan Masalah 1. Apa itu Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat? 2. Bagaimana Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat? 3. Apa saja Fungsi dan Macam Wawu?
C. Tujuan 1. Untuk Mengetahui Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat. 2. Untuk Mengetahui Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat. 3. Untuk Mengetahui Fungsi dan Macam Wawu.
BAB II PEMBAHASAN A. Makna Wawu dalam Kata atau Kalimat Wawu ( ) merupakan salah satu dari huruf vokal yang berbunyi “U” atau dhammah. Wawu itu maknanya ada 3 kemungkinan: 1. Artinya: dan (and). 2. Artinya: demi (untuk sumpah). 3. Artinya: padahal. Contohnya: - wa al-„ashri (Demi Masa) “WAwu” jika diikuti isim yang harokatnya kashroh, maka kata “WAwu” disitu artinya “DEMI” yang diucapkan dalam rangka sumpah. Dan jika berharokat fathah dan dhommah maka berarti “DAN”.
B. Cara Menambahkan Wawu dalam Kata atau Kalimat Di dalam suatu kata atau kalimat harus ditambahi dengan huruf wawu ( ) apabila: kalimat itu adalah kalimat isim, kalimat itu harus i‟rob rofa‟ dan kalimat itu dibagi menjadi dua yaitu: 1. Isim Jama‟ Mudzakar Salim (kalimat yang menunjukkan makna atau arti lakilaki banyak). Contohnya: 2. Isim Asma‟ul Khomsah (Isim 5). Yaitu a. b. c. d. e.
Dan yang dimaksud dengan kalimat isim adalah suatu kalimat yang dapat diberi i‟rob dan tambah ditambahi dengan ( ) dan dapat diberi harokat tanwin juga dapat ditambai dengan kalimat huruf. Dan yang dimaksud dengan i‟rob adalah berubahnya di akhir sebuah kalimat sebab ada sesuatu yang merubahnya. Dan i‟rob itu ada yang kelihatan (
) dan juga ada yang tidak kelihatan (
).
Kekhusussan kata-kata tersebut berlaku ketika difrasekan (idhafah) dengan kata lain. Namun jika tidak difrasekan maka termasuk isim mufrad (kata tunggal) dengan dhammah sebagai tanda rafa‟nya, bukan wawu. Misalnya (seorang ayah adalah lelaki yang tangguh). C. Fungsi dan Macam Wawu Ada dua fungsi Wawu, yaitu: 1. Wawu Qasam (wawu janji) yang diterjemahkan “Demi”. Waw qasam adalah harf yang berfungsi (beramal) untuk membuat kata sesudahnya ber’irab jar ditandai dengan harkat kasrah. Hal ini seperti dijelaskan oleh Ni‟mah (t.t:180) sebagai berikut: /Wa hiya hurufu jarrin tajurru mā ba’dahā/ “Dan (harf qasam) itu adalah harf jar yang berfungsi men-jar-kan kata sesudahnya” Contoh: /wa al-fajri/ “Demi fajar” (QS.Al-Fajr [89]:1) /wa Al-Qur`āni al-hakim/ “Demi Al Qur'an yang penuh hikmah” (QS.Yaa siin [36]:2) /wa al-mursalāti ‘urfa/ “Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan” (QS.al-Mursalat [77]:1) Apabila kita teliti beberapa contoh di atas, semua ism yang berada sesudah waw qasam itu ber-i‘rab jar. Kata sesudah harf waw berkedudukan sebagai muqsam bih. 2. Wawu Athof (wawu penyambung) yang diterjemahkan “Dan”. Waw ‘atf adalah harf yang berfungsi menggabungkan kata sebelum harf waw yang disebut (ma’tuf ‘alaihi) dan sesudahnya (ma’tuf) dalam i‘rab yaitu ketika rafa’, nashb, jar, dan jazm. Ma’tuf dan ma’tuf ‘alayhi bisa berbentuk ism, fi’il, sibhul jumlah maupun jumlah. Contoh: /huwa al-awwalu wa al-akhiru wa az-zāhiru wa al-bātinu wa huwa bikulli syay`in ‘alimun/ “Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang
Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS.AlHadid [57]:3) /qala innamv `asyku bassi wa huzni ila Allāhi wa a’lamu mina Allahi ma lā ta’lamuna/ “Ya`qub menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya” (QS.Yusuf [12]:86) Pada contoh (1) di atas terdapat harf waw yang menghubungkan ism dengan ism yaitu kata /al-akhiru/ dengan kata /al-awwalu/ berkedudukan sebagai khabar. Pada contoh (2) di atas terdapat harf waw yang menghubungkan ism dengan ism yaitu kata /huzni/ dengan kata /bassi/ berkedudukan sebagai maf’ul bih. Ada jenis wawu yang ke tiga yaitu Wawu Hal, yaitu wawu yanng menjelaskan suatu keadaan (yang biasa bertentangan dengan asumsi). Misalnya dalam Qs. Al-Maarij ayat 7:
(wa naraa hu qoriiban).
wa = padahal naraa = kami melihat hu = nya qoriiban = dekat Orang kafir memandang siksaan akhirat itu jauh (Ibnu Katsir menafsirkan maksud jauh itu mustahil terjadi). Jadi orang kafir merasa siksaan akhirat itu mustahil terjadi. Padahal Allah SWT memandang siksaan itu sangatlah dekat dengan mereka. Lihat wawu di atas diterjemahkan “padahal”. Selain fungsi wawu di atas, ada jenis wawu yang tidak berfungsi (waw gairu ‘amilah) yaitu waw ibtida`, waw isti`naf, waw ma’iyyah, waw hal, dan waw zaidah. Berikut ini akan dijelaskan tentang waw gairu al-‘amilah, yang terbagi menjadi 5 jenis yaitu: a. Wāwu Ibtidā` Secara gramatikal harf ibtida` merupakan harf
yang terletak
dipermulaan kalam dan permulaan alinea. Terletak di depan isim, fi’il ataupun harf. (Menurut Massih, 1982) yang temasuk harf ibtida` adalah /wāwu/, /lakin/, /la/, /fa/, /hatta/, /bal/. Sebahagian harf ibtida` termasuk harf yang berfungsi menentukan ‘irab katasesudahnya dan sebahagian lagi tidak.
Diantara harf ibtida`, harf
/wāwu/ adalah harf yang tidak berfungsi dalam
menentukan i‘rab kata sesudahnya, tidak memiliki arti tertentu melainkan hanya bertugas untuk menyatakan permulaan kalam dan alinea, dan terletak di depan ism, fi’il dan harf. Contoh : /Wa taqabbal tahyāti wa aswāqi/ “Terimalah salam hormat dan rindu dariku”. Pada contoh di atas waw ibtida` terletak di depan fi’il, terletak di awal kalam, bertugas untuk menyatakan permulaan kalam dan alinea serta tidak berfungsi menentukan i‘rab kata sesudahnya. b. wāwu isti`nāf Secara gramatikal harf isti`naf merupakan harf yang tidak berfungsi dalam menentukan i‘rab kata sesudahnya, tidak memiliki arti tertentu, dan terletak dipermulaan kalimat di tengah kalam baik jumlah ismiyah maupun jumlah fi`liyah. Harf isti`naf terletak di depan ism, fi’il, dan harf. Disebut isti`naf sebab apabila harf tersebut dibuang dari kalam tidak menyebabkan perubahan arti. Adapun yang termasuk harf isti`naf adalah harf /wāwu/ dan harf /fā`u/. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan isti`naf kalam (kalimat) sesudahnya tidak berhubungan dengan kalam (kalimat) sebelumnya, kalimat sesudahnya disebut dengan insya`iyah dan kalimat sebelumnya disebut dengan khabariyyah. Contoh: /Wa’ada Allahu haqqan wa man asdaqa mina Allāhi qilan/ “Allah telah membuat suatu janji yang benar siapakah yang lebih benar perkataannya dari Allah” Pada contoh di atas waw isti`naf terletak di depan ism dan tidak berfungsi dan wawtersebut tidak mungkin sebagai waw ‘atf kalimat yang sesudahnya kepada kalimat sebelumnya. c. wāwu ma’iyyah Waw ma’iyyah adalah harf yang terletak di depan ism sebagai penghubung untuk menyatakan kesamaan waktu. Dan ism sesudahnya mansub selamanya karena menjadi maf`ul ma’ah. Waw ma’iyyah tidak berfungsi menentukan i‘rab kata sesudahnya. Contoh: /Utrukni wa al-kitāba/ “Tinggalkan saya bersama buku itu”
d. wāwu hāl Sebelum membahas /wāwu hāli/, akan dijelaskan terlebih dahulu pengertian hal. Hal adalah ism untuk menerangkan keadaan fa’il atau maf’ul bih ketika terjadi suatu perbuatan. Fa’il (subjek) atau maf’ul bih (objek) yang diterangkan keadaannya itu dinamakan /sāhibul hāl/. Hal dilihat dari segi pemakaiannya terbagi menjadi tiga,yaitu hal yang berupa mufrad, hal yang berupa syibhul jumlah, dan hal yang berupa jumlah ismiyyah ataupun jumlah fi’liyyah. Hal mufrad harus sama-sama sahibul halnya dengan hal-nya, baik dari segi mufrad, musanna dengan mussana, jama’ dengan jama’, baik mu`annas maupun muzakkar. Sedangkan hal yang berupa syibhul jumlah terdiri dari zaraf mazuf atau jar majrur. Yang terakhir hal yang terdiri baik dari jumlah ismiyyah maupun jumlah fi’liyyah. Hal yang berupa kalimat harus mempunyai rabit (penghubung) yang menghubungkan jumlah itu dengan sahibul halnya. Waw merupakan salah satu dari rabit yang menghubungkan jumlah ismiyyah dengan sahibul hal. Waw hanya dapat masuk pada hal yang berupa jumlah ismiyyah maupun jumlah fi’liyyah, waw hal boleh menempati zarfiyyah. Contoh: /Nazhabu ila al-jāmi’ah wa al-mataru yanzilu/ “Kami pergi ke kampus ketika hujan turun” /Ya ayyuha allazina amanu lā taqrabu as-shalata wa antum sukara/ “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk”(QS.An-Nisa[4]:43) Pada contoh di atas dapat kita ketahui bahwa harf waw adalah sebagai rabit (penghubung) yang menerangkan keadaan kata sebelumnya. Pada contoh di atas harf waw sebagai penghubung yang menghubungkan kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya (jumlah ismiyyah) yang terdiri dari mubtada` dan kabar. e. wawu zaidah Harf waw zaidah adalah harf yang tidak mempunyai arti tertentu, melainkan hanya sebagai tambahan saja. Harf waw zaidah baik dipergunakan atau tidak, tidak akan menimbulkan perubahan arti dan i‘rab. Waw zaidah dapat terletak di depan ism, fi’il, dan harf dan juga terletak sesudah illa sebagai penguat hukum.
Contoh: /mā min ahadin illa wa lahu tama’un aw hasdun/ “Tidak ada satu pun dari diri seseorang kecuali tamak dan dengki”
BAB III PENUTUP
Kesimpulan Wawu ( ) merupakan salah satu dari huruf vokal yang berbunyi “U” atau dhammah. Wawu itu maknanya ada 3 kemungkinan: 1. Artinya: dan (and). 2. Artinya: demi (untuk sumpah). 3. Artinya: padahal. Di dalam suatu kata atau kalimat harus ditambahi dengan huruf wawu ( ) apabila: kalimat itu adalah kalimat isim, kalimat itu harus i‟rob rofa‟ dan kalimat itu dibagi menjadi dua yaitu: 1. Isim Jama‟ Mudzakar Salim (kalimat yang menunjukkan makna atau arti laki-laki banyak). Contohnya: 2. Isim Asma‟ul Khomsah (Isim 5). Yaitu: a. b. c. d. e. Selain fungsi wawu di atas, ada jenis wawu yang tidak berfungsi (waw gairu ‘amilah) yaitu waw ibtida`, waw isti`naf, waw ma’iyyah, waw hal, dan waw zaidah.
DAFTAR PUSTAKA Mukhlish. 2007. Dasar-Dasar Bahasa Arab. Yogyakarta: Insan Madani.