81
BAB V KESALAHAN DALAM PEMEROLEHAN BAHASA
Dalam bab ini dideskripsikan tentang pemerolehan bahasa, pemerolehan bunyi bahasa dalam kata, pemerolehan dalam kalimat, dan pemerolehan makna dalam kalimat.
5.1
Pemerolehan Bahasa Pemerolehan bahasa adalah sebuah proses yang dihasilkan dalam mempelajari bahasa
terjadi di mana pun dan berlangsung selama berbulan - bulan dan bertahun - tahun. Siswa mempelajari perbedaan srtuktur bahasa berupa: tense, bentuk jamak (plural maker), kalimat negatif (negative sentence), pelengkap (complement). Satu tata bahasa tidak dapat menurunkan dua bahasa, dan sebaliknya, satu perangkat kalimat merupakan serangkaian kata atau fonem – fonem yang merupakan urutan bunyi. Kalimat sederhana (simple sentence) terdiri atas subjek, predikat dan objek. Sebagai contoh, siswa mudah mempelajari –ing yang terletak setelah kata kerja (verb): She is working. Struktur lainnya, seperti kata kerja (verb) bentuk sederhana, yang akan diperoleh secara alami pada pembelajaran bahasa selanjutnya, siswa belajar struktur sesuai dengan apa yang telah mereka pelajari. Siswa sudah berlatih berulang-ulang dan kesalahan tetap saja mereka lakukan. Fenomena ini sesuai dengan pendapat Chaer (2003: 40). Sebagai contoh, guru bahasa Inggris telah mengajarkan siswa untuk menambahkan –s pada orang ketiga tunggal, seperti She likes papaya atau pada penggunaan has dan have, seperti Mary has a cold. Hal ini merupakan kejadian biasa ketika siswa tidak biasa menggunakan bentuk tersebut dengan benar, dan sering terjadi pada latihan atau dialog secara spontan.
82
Setiap anak sejak lahir telah dibekali pandangan mentalistik yang dilandasi biologi dan neurologi manusia yang sama. Sementara itu, dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara kodrati telah mengetahui konsep universal ini.
5.2
Pemerolehan Bunyi Bahasa dalam Kata Seorang anak memiliki 20% dari otak dewasa dan akan berkembang atau tumbuh secara
proporsional sesuai dengan perkembangan badannya (Dardjowidjojo.2008: 246). Kemampuan siswa dalam mengucapkan bahasa sesuai dengan yang dia dengarkan tanpa mengetahui bentuk tulisan bahasa tersebut. Pengucapan bahasa asing bisa diterima bila pengucapannya sama dengan penutur asli dan dapat mendengarkan perbedaannya. Kemampuan mendengarkan pengucapan guru dengan baik belum tentu siswa dapat mengucapkan dengan baik pula. Variasi menyerap dan membunyikan lagi antara siswa yang satu dan yang lainnya, pasti terjadi perbedaan ketika dalam pengucapan yang tepat. Dalam proses pemerolehan fonologi anak – anak memperhatikan lingkungannya, mengamati persamaan dan perbedaan yang penting baginya dalam lingkungan itu. Anak – anak sangat peka terhadap sifat suara manusia tertentu yang didengarnya berulang-ulang dalam konteks yang sama seperti pola-pola tekanan, irama, ritme, dan fitur-fitur lain yang saling berhubungan dengan keadaan yang berulang-ulang. Anak-anak tidak menaruh perhatian pada tempat artikulasi untuk setiap pengucapan karena mereka tidak mampu menghadapi pada saat bersamaan pada setiap peringkatnya (Chaer, 2002: 212). Dalam konteks di atas siswa bisa menirukan pengucapan yang dilakukan oleh guru, tetapi bila siswa diperintahkan untuk membaca kalimat sederhana bahasa Inggris masih banyak dijumpai kesalahan yang dilakukan dalam pengucapannya. Selama pengajaran yang dilakukan di
83
dua sekolah dasar banyak dijumpai salah ucap oleh siswa, baik dalam membaca maupun menulis kembali, apa yang diucapkan oleh guru. Pada tabel di bawah ini disajikan pengucapan yang sering dilakukan siswa. Tabel 5.1 Pengucapan yang Sering Dilakukan Siswa PENGUCAPAN NO
KOSAKATA
SALAH
BENAR
1
I
[i]
[ai]
2
She
[sә]
[∫i:]
3
He
[hә]
[hi:]
4
Sweater
[switer]
[swәte]
5
Under
[under]
6
But
[but]
[b ۸ t]
7
Above
[abov]
[әb ۸ v]
[۸ ndә]
Pemerolehan bunyi tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan secara perlahan dan berangsur – angsur. Ucapan anak selalu berubah antara ucapan yang benar dan yang tidak benar sampai ucapan orang dewasa tercapai. Menurut Chaer (2009; 212), pemerolehan fonologi terjadi melalui beberapa proses penyederhanaan umum yang melibatkan semua kelas bunyi. Sesuai dengan kesalahan yang terdapat pada Tabel 5.1. Pengucapan benar (standar) menurut Oxford (1995) sering dilafalkan salah oleh siswa, proses yang terjadi adalah:
1) [ai]
[i]
84
Masukan [ai], berubah menjadi keluaran [i] dalam pengucapannya, terjadi proses subsitusi; penukaran satu segmen dengan segmen lain, bunyi vocal (open close) [a] ditukar dengan bunyi high close [i]. 2) [∫i:]
[sә]
Masukan [∫i:], keluaran [sә] berubah pengucapannya, terjadi proses substitusi; pengedepanan: penukaran bunyi frikatif [ ∫ ] dengan alveolar [s] dan vokal high close [i] dengan vocal closed mid [ә ]. 3) [hi:]
[hә]
Masukan hә, keluaran [hi:] berubah pengucapan, terjadi proses substitusi; penukaran bunyi glotal frikatif [ h ] dan vocal closed mid [ә]. 4) [swәte]
[switer]
Masukan [swәte], keluaran [switer] berubah pengucapannya terjadi proses asimilasi adalah kecenderungan untuk mengasimilasikan satu segmen kepada segmen lain dalam satu kata. proses asimilasi; penyuaraan: bunyi konsonan cenderung tidak disuarakan bila muncul di akhir suku kata. 5)
[ændәr]
[under]
Masukan [ændәr], keluaran [under] berubah pengucapannya yakni terjadi proses substitusi; pengedepanan menukar bunyi back close [u] dengan bunyi front low close (near open), yaitu [ ۸ ].
6) [b ۸ t]
[but]
85
Input [b ۸ t], Masukan [but],
berubah pengucapannya terjadi proses substitusi;
pengedepanan me Masukan nukar bunyi back close (high close) yaitu [ u ] dengan bunyi front low close (near open), yaitu [ ۸ ]. 7) [әb ۸ v]
[abov]
Masukan [әb ۸ v], keluaran
, pengucapan berubah terjadi proses substitusi; pengedepanan [әb ۸ v]menukar bunyi back close mid [o] dengan bunyi front low close (near open), yaitu [ ۸ ].
Kata dalam tabel tersebut di atas, adalah kesalahan dalam pengucapan sering terjadi karena siswa tidak konsentrasi dalam membaca atau menyebutkan kosakata tersebut, tidak pernah mendengarkan saat guru mengucapkan kosakata tersebut, lupa bila membaca dalam bahasa Inggris terpengaruh dengan bahasa L1 (Indonesia). Melihat kondisi seperti ini, guru menginstruksikan siswa menyebutkan kata yang dicontohkan pengucapannya oleh guru, hal ini biasa dilakukan saat pembelajaran listening, memberikan latihan membaca untuk melancarkan siswa dalam pengucapan bahasa Inggris, dan menyebutkan dengan suara keras hasil kerja siswa agar guru mengetahui pengucapan siswa secara fonemis yang benar. Hal ini terus dilakukan untuk membiasakan siswa dalam pengucapan bahasa Inggris, sesuatu yang sering dan biasa dilakukan akan membuat siswa hafal dan memahami sesuatu yang baru dalam pembelajaran.
5.3
Pemerolehan dalam Kalimat
86
Dalam mempelajari kosakata kita tidak saja mengetahui fungsi kata, tetapi juga bentuk tata bahasa yang mempunyai arti dari kelompok kata tersebut. Setiap kata menunjukkan bagian bagian kata tersebut saling berhubungan menurut kategorinya dan kaidah – kaidah dari kata tersebut dalam sebuah kalimat. Mempelajari kosakata tidak termasuk fungsi kata, bagian kata pada bentuk sintaksis dan fungsi kata merupakan bagian dari makna kata. Secara keseluruhan bentuk sintaksis dan fungsi kata ini merupakan satuan tata bahasa yang memiliki makna, disajikan oleh beberapa kata yang merupakan satuan unit dalam kalimat yang saling berhubungan karena setiap kata tersebut memiliki kategori atau kelas katanya. Fenomena ini sesuai dengan pendapat Politzer (1967: 133) bahwa sebuah kalimat terdiri atas kata yang bermakna dan memiliki fungsi sesuai dengan kaidah dan tata bahasa yang saling berhubungan sehingga kalimat menjadi bermakna. Sebagai contoh, dalam bahasa Inggris, sebuah fungsi kata, s dari fungsi possessive (kepemilikan/kepunyaan) dari benda atau seseorang: My mother’s garden = the garden of my mother. Pemerolehan kata pada anak sangat dibantu oleh konteks kalimat sesuai dengan kategori kata tersebut dipakai dalam kalimat. Dari konteks tersebut anak akan mengetahui apakah kata tersebut termasuk kategori nomina, verba, adjektiva, dan lainnya. Untuk menentukan kategori sintaksis suatu kata, anak sering menciptakan kata sendiri berdasarkan pertimbangan yang logis menurut anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Dardjowidjojo ( 2008: 264). Pembelajaran bahasa Inggris yang dilakukan dalam kelas, guru menjelaskan pada siswa sesuai dengan materi dalam silabus. Selain mempelajari kosakata, siswa mempelajari kalimat. Guru memberikan penjelasan pada siswa mengenai kalimat sederhana dengan cara sederhana, agar siswa memahami bentuk dan fungsi kata dalam kalimat. Sesuai dengan indikator yang terdapat dalam RPP, guru memberikan penjelasan kalimat sederhana pada siswa dengan
87
memakai bentuk tense (seperti simple present), guru memberikan contoh kalimat sederhana pada siswa, guru memberikan tugas secara individu dan berkelompok untuk membuat kalimat sederhana. Setelah guru melakukan eksplorasi pada siswa, siswa diharapkan mampu melakukan elaborasi dari penjelasan yang dilakukan oleh guru. Diharapkan siswa dapat memahami struktur kalimat sederhana, dapat memberikan contoh kalimat sederhana, dapat mempresentasikan kalimat sederhana secara individu dan berkelompok. Pada pembelajaran bahasa Inggris setelah menyampaikan materi, guru memberikan tes tertulis pada siswa sebagai hasil pembelajaran yang telah diperoleh. Tes yang diberikan pada siswa banyak ditemukan kesalahan – kesalahan, sehingga dilakukan remidi (tes ulang) untuk memperbaiki penilaian siswa yang tidak sesuai dengan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar). Hal ini terjadi pada peneliti, saat memberikan tes membuat kalimat sederhana. Siswa banyak membuat kesalahan – kesalahan pada bentuk kalimat yang tidak sesuai dengan struktur dan kaidah bahasa. Kesalahan yang ditemukan pada saat siswa membuat kalimat sederhana dapat disajikan sebagai berikut. a) Uncle works in the post office. # # #
My uncle work in post. Uncle working in the post office. Uncle working in the post office
b) Mother is making in the kitchen. # # # # #
Mother is make in the kitchen. Mother make in the kitchen. Mother making in the kitchen. Mother is does make in the kitchen. Mother made homework at home last night.
c) Marry made homework at home last night. #
Marry maked homework.
88
Analisis kesalahan yang dilakukan oleh siswa SD tersebut di atas akan disajikan pada bab VI. Keberhasilan pemerolehan mempelajari bahasa Inggris dalam bidang sintaksis adalah melalui banyak membaca. Hal ini bagi para siswa sangat penting karena akan lebih mudah dan cepat dalam memahami pengetahuan tata bahasa, kosakata, dan konteks penggunaan bahasa untuk menyampaikan makna kalimat. Selain pemerolehan sintaksis yang salah, ada beberapa contoh unsur kalimat yang benar. Bentuk sistaksisnya disajikan di bawah ini. # # # # #
5.4
A teacher is wearing glasses, white shirt, black tie, black trousers and balck shoes. Mr. Adi gets a lot of money by making clothes for people. Sarong is cheaper than kebaya in Adi’s shop. They buy kebaya and sarong. Many parents visit the shop to buy uniform for their children.
Pemerolehan Makna dalam Kalimat Seorang anak dalam menentukan makna kata mengikuti prinsip universal yang
dinamakan overextension (penggelembungan makna). Dengan diperkenalkan konsep baru, anak cenderung mengambil salah satu fitur dari konsep itu lalu menerapkannya pada konsep lain yang memiliki konsep lain. Misalnya, flower, anak akan memikirkan fitur dalam bentuk, ukuran, gerakan, bunyi, dan tekstur. Fitur ini diterapkan dari segala macam benda dan merevisi ‘definisi’ sampai memperoleh makna yang sebenarnya. Di samping overextension ada juga underextension (penciutan makna), yaitu penciutan makna dengan membatasi makna hanya pada referen yang telah dirujuk sebelumnya seperti yang dikatakan oleh Dardjowidjojo (2008: 261). Kosakata yang diperoleh dalam bahasa Inggris tidak terlepas dari memori siswa, yang kemungkinan akan membuat mereka bingung. Hal ini disebabkan oleh bunyi atau bagian dari symbol (written) yang memiliki makna kata. Kata mempunyai makna tergantung pada situasinya
89
atau konstruksi dari kata – kata yang dikombinasikan dengan kaidah atau kategori sehingga memiliki makna dari sebuah kombinasi kata – kata tersebut. Hasilnya adalah sebuah kalimat. Kalimat merupakan runtunan kata – kata yang membentuk kalimat tersebut sehingga membentuk makna struktural dan memenuhi syarat ketatabahasaan (Parera, 2004: 90 ). Untuk melakukan komunikasi, konteks, makna, dan sintaksis terjadi bersama-sama. Unsur ini merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan karena sesungguhnya makna itu diwujudkan oleh sintaksis; sintaksis itu ada untuk mewujudkan makna. Sintaksis dan makna merupakan dua buah wujud yang harus ada bersama – sama dalam komunikasi (Dardjowidjojo. 2008: 195). Makna kata tampil dalam kalimat sesuai dengan konteks pemakaiannya. Hubungan makna kata dengan makna kalimat bahasa Inggris yang telah dipahami siswa SD, tetapi ditemukan beberapa kesalahan sebagai berikut. a)
Kesalahan yang terdapat pada soal pertama (1) What do you go to for the beach? (2) What go to the beach do you for? (3) What go do you for to the beach? Pada Kalimat (1), kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), selanjutnya susunan kata berikutnya sudah benar. Pada kalimat (2), kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for terletak setelah what, diikuti auxiliary do kemudian you sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place ‘the beach’. Pada kesalahan (3) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do kemudian you sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, susunan kata selanjutnya sudah benar.
90
Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tidak sesuai dengan kaidah, atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah What for do you go to the beach? Bila susunan kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat digambarkan sebagai berikut. S NP Wh-qustion aux (what for)
NP
VP
NP
Kata ‘What for’ merupakan ‘wh qustion; ‘do’ sebagai auxiliary; ‘you’ berstatus nomina dan berarti kamu. Bentuk ‘go’ berstatus verba; ‘to’ preposition yang diikuti oleh adverb of place yaitu the beach’.
b)
Kesalahan yang terdapat pada soal kedua (1) What does your mother for go to the market?
(2) What does for your mother go to the market? (3) What your mother go does for to the market? (4) What your mother go the market to for does? (5) What does go to the market for your mother? (6) What your mother does go to for the market? Pada k,alimat (1) kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), susunan selanjutnya sudah benar. Pada kalimat (2), kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for terletak
91
setelah what, diikuti auxiliary does, susunan kata berikutnya sudah benar. Kesalahan (3) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, susunan kata selanjutnya sudah benar. Kesalahan (4) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian your mother sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, the market. Pada (5) kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian your mother sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi for, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the market. Pada (6) kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian your mother sebagai NP atau subjek, sedangkan susunan kata selanjutnya benar. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga kata-kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah What for does your mother go to the market? Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat digambarkan sebagai berikut. S NP
92
Wh-qustion aux (what for)
NP
VP
NP
What for merupakan wh question; does sebagai auxiliary; your mother berstatus nomina dan berarti ibumu. Bentuk go berstatus verba; to preposis yang diikuti oleh adverb of plac,e yaitu the market.
c)
Kesalahan yang terdapat pada soal ketiga (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
What go to the zoo for do the pupils? What do go to the zoo for the pupils? What go to the pupils for do the zoo? What the pupils go to for do the zoo? What do the pupils for go to the zoo? What do for the pupils go to the zoo? What the pupils do go to for the zoo?
Pada kalimat (1), kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the pupils sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the zoo. Pada kalimat (2), kesalahan tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for terletak setelah what, diikuti auxiliary do, kemudian the pupils sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, selanjutnya susunan kata berikutnya sudah benar. Kesalahan (3) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian ‘he pupils sebagai NP atau subyjk, setelah itu verba go, susunan kata selanjutnya sudah benar. Kesalahan (4) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the pupils sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the zoo. Kesalahan (5) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak
93
setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the pupils sebagai NP atau subyek, susunan kata selanjutnya benar. Kesalahan (6) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the pupils sebagai NP atau subjek, susunan kata selanjutnya benar. Kesalahan (7) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the pupils sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the zoo. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga ,kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah ‘What for do the pupils go to the zoo? Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat digambarkab sebagai berikut. S NP Wh-question aux (what for)
NP
VP
NP
What for merupakan wh question; does sebagai auxiliary; the pupil berstatus nomina dan berarti siswa. Bentuk go berstatus verba; to preposisi yang diikuti oleh adverb of place yaitu the zoo.
d) Kesalahan yang terdapat pada soal keempat (1) What does go to the farmer for the rice field?
94
(2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
What the farmer does for go to the rice field? What does for the farmer to go the rice field? What the rice field go to for does the farmer? What the rice field the farmer go to for does? What for go to does the farmer the rice field? What does go to the farmer for the rice field? What does go to the rice field for the farmer?
Kesalahan (1) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the ricefield. Kesalahan (2) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, susunan kata selanjutnya benar. Kesalahan (3) tampak pada susunan kata dalam kalimat. Posisi for seharusnya terletak setelah what (whquestion), diikuti auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the ricefield. Kesalahan (4) susunan kata kata dalam kalimat tidak beraturan, siswa tersebut tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya, the farmer sebagai subjek yang diletakkan setelah auxialiary does oleh siswa diletakkan sebagai keterangan (adverbial). Kategori yang benar adalah posisi for seharusnya terletak setelah what (whquestion), diikuti auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the ricefield. Kesalahan (5) susunan kata dalam kalimat tidak beraturan, siswa tersebut tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya, the farmer sebagai subjek yang diletakkan setelah auxialiary does oleh siswa diletakkan setelah the ricefield, penempatan the ricefield sebagai adverbial of place sebagai keterangan dalam sebuah kalimat.
95
Kategori yang benar adalah posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the ricefield.. Kesalahan (6) susunan kata dalam kalimat tidak beraturan, setelah what for (wh-question) diikuti oleh auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the ricefield. Kesalahan (7) susunan kata dalam kalimat tidak beraturan, siswa tersebut tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya, the farmer sebagai subjek diletakkan setelah verba go dan preposisi to. Kategori yang benar adalah posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the ricefield. Kesalahan (8) ) susunan kata dalam kalimat tidak beraturan, siswa tersebut tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya, the farmer sebagai subjek yang diletakkan setelah for yang merupakan kesatuan unit dari wh-question (what for) yang penempatannya sebagai keterangan. Kategori yang benar adalah posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary does, kemudian the farmer sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the ricefield. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan
96
unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah What for does the farmer go to the ricefield? Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat digambarkan sebagai berikut. S NP Wh-question aux (What for)
NP
VP
NP
Kata What for merupakan wh question; does sebagai auxiliary; the ricefield berstatus nomina dan berarti sawah. Bentuk go berstatus verba; to preposisi yang diikuti oleh adverb of place yaitu the farmer. e)
Kesalahan yang terdapat pada soal kelima (1) What the people do for go to the temple?
(2) What do the people go for to the temple? (3) What do the people for go to the temple? (4) What for the people go to the temple? Kesalahan (1) yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the people sebagai NP atau subjek, setelah itu susunan kata sudah benar. Kesalahan (2) yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. siswa tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya, fo yang merupakan kesatuan unit dari wh-question (what for) yang penempatannya setelah verba go. Kategori yang benar adalah posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the people sebagai NP atau subjek, setelah itu verba go, preposisi to, dan sebagai keterangan adalah adverbial of place, yaitu the temple. Kesalahan (3), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. siswa tersebut tidak memahami penempatan kata sesuai dengan
97
kategorinya, for yang merupakan kesatuan unit dari wh-question (what for) yang penempatannya setelah subjek the people. Dalam kalimat tanya (interrogative sentence)) setelah wh- question diikuti oleh auxiliary dan subjek. Kategori yang benar adalah posisi for seharusnya terletak setelah what (wh- question), diikuti auxiliary do, kemudian the people sebagai NP atau subjek, susunan selanjutnya benar. Kesalahan (4) yakni kalimat tidak mengikuti kaidah tata bahasa yang benar karena tidak ada auxiliary do. tetapi susunan kalimat benar. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah What for do the people go to the temple? Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat dilihat sebagai berikut.
S NP Wh-question aux (what for)
NP
VP
NP
Kata ‘What for’ merupakan ‘wh question; ‘do’ sebagai auxiliary; ‘the people’ berstatus nomina dan berarti orang. Bentuk ‘go’ berstatus verba; ‘to’ preposition yang diikuti oleh adverb of place yaitu the temple’. f)
Kesalahan yang terdapat pada soal keenam
98
(1) Mother to sell vegetables goes to the market. (2) My mother to sell the market goes vegetables. Kesalahan (1), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi goes sebagai verba seharusnya terletak setelah subjek mother, diikuti preposisi to dan adverbial of place, yaitu the market. Kemudian terdapat klausa ke dua to sell vegetables yang memiliki kategori kata preposisi to. Verba sell, dan adverbia sebagai nomina vegetables. Kesalahan (2), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi goes sebagai verba seharusnya terletak setelah subjek my mother. Posisi yang benar adalah my mother sebagai subjek diikuti verba goes kemudian preposisi to dan adverbial of place, yaitu the market. Kemudian terdapat klausa ke dua yang diawali oleh preposisi to. Verba sell, dan adverbia sebagai nomina vegetables. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah My mother goes to the market to sell vegetables’ Bila kalimat memakai struktur X-bar,
diagramnya dapat digambarkan
sebagai berikut. S NP
VP V
PP P
S
NP P VP
NP
99
My mother berstatus nomina yang berarti ibu saya; goes sebagai verba dan menempati auxiliary; to sebagai preposisi; the market berstatus nomina dan berarti orang. Bentuk go berstatus verba; to preposisi yang diikuti oleh adverb of place yaitu the market. ‘to sell vegetables’ merupakan klausa kedua diawali oleh frasa preposisional kemudian diikuti frase verbal dan frase nominal. g) Kesalahan yang terdapat pada soal ketujuh (1) People to buy medicine goes to the drugstore. (2) People to medicine go the dugstore to buy. (3) People to buy medicine go to the drugstore. (4) People medicine to buy go to the drugstore Kesalahan (1), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi go sebagai verba seharusnya terletak setelah subjek people, diikuti preposisi to dan adverbial of place, yakni the drugstore. Kemudian diikuti klausa kedua to buy medicine, yang memiliki kategori kata preposisi to. Verba buy, dan adverbia sebagai nomina medicine. Kesalahan (2), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan, siswa tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya. Posisi yang benar adalah subjek people, kemudian verba go, diikuti preposisi to dan adverbial of place, yaitu the drugstore. Kemudian diikuti klausa kdua to buy medicine yang memiliki kategori kata preposisi to. Verba buy dan adverbia sebagai nomina medicine. Kesalahan (3), yakni kalimat tidak beraturan, tetapi bila dilihat pada to buy medicine go to the drugstore memiliki makna. Siswa memahami arti setiap kata tetapi untuk menempatkan sesuai kategori kata, siswa mengalami kesulitan.
Posisi yang benar adalah subjek people,
kemudian verba go, diikuti preposisi to dan adverbial of place, yaitu the drugstore. Kemudian diikuti klausa kedua to buy medicine yang memiliki kategori kata preposisi to.
100
Verba buy, dan adverbial sebagai nomina medicine. Kesalahan (4), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi people sebagai subjek diikuti oleh rangkaian kata go to the drugstore. Kesalahan tampak pada klausa kedua yaitu preposisi to terletak sebelum medicine, sebagai adverbia penempatannya sebelum preposisi to dan verba buy. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah People go to the drugstore to buy medicine. Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagram dapat digambarkan sebagai berikut.
S NP
VP V
PP P
S
NP P VP
NP
Kata ‘people’ berstatus nomina yang berarti ‘orang’; go sebagai verba dan menempati auxiliary; to sebagai preposisi; the drugstore berstatus nomina dan berarti ‘toko obat’ Bentuk ‘go’ berstatus verba; to preposisi yang diikuti oleh adverb of place yaitu the
101
drugstore. To buy medicine merupakan klausa kedua, diawali oleh preposisi, frasa verbal, dan frasa nominal.
h)
Kesalahan yang terdapat pada soal kedelapan (1) My father to buy a ticket goes to the airport. (2) My fathet the airport to buy goes to a ticket. Kesalahan (1), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi goes sebagai verba seharusnya terletak setelah subjek my father, diikuti preposisi to dan adverbial of place, yaitu the airport. Kemudian diikuti klausa ke dua to buy a ticket, yang memiliki kategori kata preposisi to. Verba buy, dan adverbia sebagai nomina a ticket. Kesalahan (2), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi goes sebagai verba diikuti preposisi to, adverbial of place, yaitu the airport dan klausa kedua diawali preposisi to diikuti verba buy, adverbia sebagai objek a ticket. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah My father goes to the airport to buy a ticket. Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat digambarkan sebagai berikut. S NP
VP
102
V
PP P
S
NP P VP
NP
Kata ‘my father’ berstatus nomina yang berarti ayah saya; ‘goes sebagai verba dan menempati auxiliary; ‘to’ sebagai prepostion; ‘the airport’ berstatus nomina dan berarti bandara sebagai adverb of place. ‘To buy a ticket’ merupakan klausa ke dua diawali preposition, verb phrase, dan noun phrase. i)
Kesalahan yang terdapat pada soal kesembilan (1) He and his always wears a suit tie in office.
(2) He always wears his tie and suit in office. (3) He in tie a suit in office and always wears. (4) He wears tie always his a suit in office (5) He and his a suit always wears tie on office. (6) He always a suit and wears tie his on office. (7) He always wears tie and his a suit in office. (8) He always his wears a suit and tie in office (9) He and is a suit always wears his in office. (10)He and his wears always a suit tie in office. Kesalahan (1), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Setelah subjek he diikuti posisi wears sebagai verba menempati auxiliary, kemudian diikuti always (adverbial of frekuensi), objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (2), yakni susunan kata dalam kalimat bila diartikan memiliki makna tetapi bila diperhatikan, penempatan his sebagai pronominal (possessive pronoun) seharusnya menempati sebagai objek dalam in his office. Setelah subjek he diikuti always (adverbial of frequency), posisi wears sebagai verba menempati auxiliary, kemudian diikuti objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (3), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan, siswa tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya. Posisi yang benar, setelah subjek he
103
kemudian diikuti ‘always’ (adverbial of frekuensi), diikuti ‘wears’ sebagai verba menempati auxiliary, kemudian obyek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (4), yakni susunan kata
dalam kalimat tidak beraturan.
Penempatan adverbial of frequency always antara subjek he dan verba wears kemudian diikuti objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (5), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. siswa merespon subyek adalah he and his a suit diikuti always (adv. of frequency), verba wears, obyek tie kemudian on office (adv. of place). Posisi yang benar, setelah subjek he kemudian diikuti always (adverbial of frekuensi), diikuti wears sebagai verba menempati auxiliary, kemudian objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (6), yakni susunan kata kata dalam tidak beraturan. posisi wears setelah always (adv. of frequency) kemudian diikuti oleh obyek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (7), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. posisi his seharusnya menempati objek in his office, yang menyatakan tempat ‘dia’ (he) bekerja dan berfungsi sebagai pronomina (possessive pronoun). Posisi yang benar, setelah subjek he kemudian diikuti always (adverbial of frekuensi), diikuti wears sebagai verba menempati auxiliary, kemudian objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (8), yakni susunan kata dalam kalimat pada his seharusnya menempati objek in his office. Posisi subjek he diikuti always (adv. of frequency), diikuti wears sebagai verba menempati auxiliary, kemudian diikuti oleh objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (9), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan, siswa tidak memahami penempatan kata sesuai dengan kategorinya. Posisi subjek he diikuti always (adv. of frequency), diikuti ‘wears’ sebagai
104
verba menempati auxiliary,kemudian diikuti oleh objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kesalahan (10), yakni susunan kata dalam kalimat pada his seharusnya menempati objek in his office. Always (adv. of frequency) seharusnya terletak setelah subjek he. Posisi subjek he diikuti always (adv. of frequency), diikuti wears sebagai verba menempati auxiliary,kemudian diikuti oleh objek a suit and tie, dan keterangan (adverbial of place) in his office. Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang tersusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah He always wears suit and tie in his office. Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat digambarkan sebagai berikut. S NP
adv.
VP
V
NP
PP
He berstatus nomina yang berarti ‘dia’; always sebagai adverbial of frequency; wears berstatus verba; suit and tie berstatus nomina yang menempati objek yang berarti ‘pakaian’ dan ‘dasi’; in’ preposition yang diikuti oleh adverb of place yaitu in his office dan sebagai pronominal dari he (subjek). j)
Kesalahan yang terdapat pada soal kesepuluh
105
(1) She is in front of standing the class. (2) She is the class in front of standing. (3) She is in front of the class standing. (4) She in front of is standing the class. Kesalahan (1), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi standing setelah is (auxiliary), kemudian diikuti preposisi in front of, adverbial of place, yaitu in class. Kesalahan (2), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi the class menempati objek dan standing setelah is’\ (auxiliary), kemudian diikuti preposisi in front of, adverbial of place, yaitu in class. Kesalahan (3), yakni susunan kata dalam kalimat tidak beraturan. Posisi in front of setelah verba standing. Posisi subjek she diikuti is (auxiliary), standing (verb + ing), in front of (preposisi), in class (adv. of place). Kalimat tersebut di atas bentuknya tidak memiliki unsur sintaksis, yaitu kata yang tersusun dalam kalimat tidak saling berhubungan dan tempatnya tidak sesuai dengan kaidah atau kategori tiap kata dan unsur semantik sehingga dari kata yang terssusun sesuai dengan kaidahnya tidak menjadi kalimat bermakna. Oleh karena itu, penempatan kategori kata dalam kalimat tidak beraturan dan tidak berterima.. Kalimat yang sesuai dengan unsur sintaksis untuk mewujudkan makna adalah She is standing in front of the class. Bila kalimat memakai struktur X-bar, diagramnya dapat digambarkan sebagai berikut. S NP
adv.
VP
V
NP
PP
106
She berstatus nomina yang berarti ‘dia’; is sebagai be yang digunakan pada predikat nominal; standing berstatus verba yang berarti ‘berdiri’; in fron of’ berstatus preposisi yang menempati objek yang berarti ‘di depan’, dan diikuti oleh adverb of place yaitu the class. Kalimat – kalimat tersebut di atas yang merupakan hasil tes siswa dan banyak kesalahan yang ditemukan yaitu kalimat tidak berstruktur dengan benar, tidak sesuai dengan kaidah bahasa. Pada bentuk kalimat interrogative sentence penempatan wh-question yaitu what penempatannya diawal kalimat. Wh-question tidak sesuai dengan fungsinya. Penempatan do tidak sesuai fungsinya (do – inversion). Auxiliary inversion, susunannya terbalik. Dilihat dari hasil kerja siswa, pemerolehan struktur kalimat belum dipahami dengan benar, maka perlu diberikan penjelasan ulang dari awal. Siswa belum memahami perubahan auxiliary dan subjek, siswa belum memahami beberapa bentuk auxiliary, dan siswa belum memahami penempatan auxiliary sesuai dengan kaidah bahasa. Dalam kalimat, makna ditentukan oleh urutan unsur – unsur pembentuk kata. Kesalahan siswa SD yang tersebut di atas akan dianalisis pada bab VI.