SALWA: PEMEROLEHAN BAHASA ANAK INDONESIA (Studi tentang Penyerapan Fonologis dan Metatesis sebagai Salah Satu Masalah Fonologis)
Melinda Roza Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
[email protected] ABSTRACT Pemerolehan bahasa anak Indonesia pada Salwa Fadiyah An-Nashir, diuasia 2 tahun dalam bidang penyerapan Fonologis telah mampu menghasilkan hampir semua bunyi atau fonem yang ada dalam bahasa Indonesia. Ia dapat menyerap bunyi dan menggunakan bahasa. Sedangkan dalam bidang Metatesis atau pertukaran letak bunyi, huruf, atau suku kata dalam pembentukan kata merupakan suatu kasus yang sering terjadi pada masa pemerolehan bahasa pertama pada anak Indonesia.
Kata Kunci: Pemerolehan, Fonologis, Metatesis proses semantik. Pada akhirnya, anak akan
I. PENDAHULUAN Perkembangan bahasa anak meru-
belajar
membentuk
kalimat
lengkap
pakan salah satu topik yang menarik untuk
melalui beberapa tahap yang disebut
diteliti, karena setiap anak memiliki
dengan proses penyerapan sintaksis. Masa
kemampuan yang berbeda-beda dalam
penyerapan semua proses ini tidak dapat
menyerap bahasa. Ada anak yang perkem-
ditentukan karena banyak faktor yang
bangan bahasanya tergolong cepat, namun
mempengaruhinya seperti faktor lingku-
ada pula yang sangat lamban contohnya
ngan dan faktor pertumbuhan biologis
anak-anak yang belum mampu berbicara
(Lenneberg, 1967).
dengan jelas pada umur di atas 3 tahun. Menurut
psiko-
mengenai proses penyerapan bahasa anak,
linguistik (Tarigan, 1988, Dulay, 1982,
yang dominan kita temui untuk anak usia
Brown, 1964) perkembangan bahasa anak
di bawah 3 tahun adalah tentang penye-
memiliki fase-fase tertentu mulai dari
rapan bunyi dan kata. Masalah yang
masa
membabel,
muncul tidak sama pada masing-masing
mengucapkan kata, dll. Namun, tidak
anak. Contohnya: pada rentang usia ini
setiap fase dilewati oleh setiap anak.
bunyi yang dimiliki anak normalnya sudah
Penyerapan bahasa anak dimulai dengan
lengkap
penyerapan bunyi yang berangsur-angsur
digunakannya, namun ada yang sudah
menjadi suku kata dan kata. Penyerapan
melewati usia balita baru lengkap. Begitu
kata atau proses morfologis biasanya
juga halnya dengan pemakaian kata, yakni
diiringi dengan penyerapan makna atau
anak yang memiliki lingkungan yang baik
35
beberapa
penyerapan
bunyi,
ahli
Dari berbagai macam permasalahan
sesuai
dengan
bahasa
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
yang
dan tidak monoton akan lebih banyak
yang diproduksi oleh anak yang berusia
menyerap kata dibandingkan dengan anak
2,3 tahun, dan menjelaskan bentuk-bentuk
yang hidup di lingkungan yang monoton.
pertukaran bunyi atau metatesis yang
Penyerapan kalimat belum terlalu muncul
terjadi dalam memproduksi bunyi bahasa
pada anak usia ini karena yang timbul baru
dalam bentuk kata.
pemahaman
makna
dan
penyampaian
secara kontekstual. Kalimat yang dimunculkan hanya akan dapat diteliti secara pemahaman atau secara semantik, namun tidak secara struktural atau sintaksis.
Penelitian ini diharapkan akan memberikan pengetahuan pada masyarakat pada
umumnya
terutama
kalangan
pendidik dan ibu yang memiliki balita tentang perkembangan bahasa anak. Hal
Penelitian ini diarahkan pada bidang
ini akan mampu menambah wawasan
fonologis, yaitu penelitian tentang bunyi.
dalam mendidik dan mengarahkan anak-
Selanjutnya, bunyi yang diserap akan
nya sesuai dengan kemampuan yang ada.
sedikit dikaitkan dengan produksi bunyi dalam bentuk kata. Hal ini penting karena tidak akan mungkin bunyi dapat diteliti langsung, melainkan dengan menggunakan media yaitu kata. Penelitian ini mengungkapkan bunyi-bunyi yang dihasilkan oleh seorang anak yang berusia 2 tahun 3 bulan, beserta masalah fonologis yang muncul dalam memproduksi bahasa dalam bentuk kata. Masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut: “Fonem apa sajakah yang sudah mampu diproduksi oleh anak yang berusia 2,3 tahun serta bentuk metatesis (pertukaran bunyi) apa saja yang terjadi dalam memproduksi bunyi bahasa dalam bentuk kata?”. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan
perkembangan
fonologis anak yang berusia 2,3 tahun. Secara teoritis penelitian ini bertujuan untuk:
36
menggambarkan
fonem-fonem
II.
Kajian Teori 1. Fonologi Fonologi adalah salah satu bidang
ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi suatu bahasa tertentu menurut fungsinya
untuk
membedakan
makna
leksikal
dalam
bahasa
tersebut
(Verhaar,1995:36).
Selanjutnya,
dalam
bunyi yang diamati adalah bunyi yang dapat membedakan arti yang dikenal dengan fonem. Lebih jelas lagi, yang dimaksud dengan fonem adalah satuan bunyi terkecil yang mampu menunjukkan perbedaan makna (Kridalaksana, 1993:56). Sebagai contoh, dalam bahasa Indonesia, /r/ dan /l/ merupakan fonem yang berbeda karena /paru/ dengan /palu/ memiliki makna yang berbeda. Ada fonem yang memiliki beberapa variasi seperti fonem
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
/o/ dalam bahasa Indonesia memiliki
contoh: kata /dzilbab/sering diucapkan
variasi [o] dan [ô], seperti dalam kata
/dziblab/, dimana pertukaran yang terjadi
[botol] dan [ôdol]. Akan tetapi, dalam
adalah pertukaran letak fonem /l/ dengan
bahasa Jawa /o/ dan /ô/ merupakan fonem
/b/. Perubahan ini juga sering terjadi dalam
yang berbeda karena dapat membedakan
bahasa yang banyak menyerap bahasa
arti, seperti kata /loro/ yang berarti ‘dua’
asing sehingga beberapa kata yang jarang
dengan /lôrô/ yang berarti ‘sakit. Jadi
digunakan akan mengalami perubahan.
fonem pada setiap bahasa memiliki bentuk tertentu.
III.
Metodologi Bentuk penelitian ini merupakan
2. Metatesis
Dalam
penelitian deskriptif yang akan mema-
menyerap
bunyi
bahasa
parkan data apa adanya.
Data
dari
seringkali terjadi kesalahan yang tidak
penelitian ini akan dianalisis dengan
disengaja,
ketidakmampuan
metode kualitatif karena bukan merupakan
menghasilkan bunyi atau fonem tertentu,
data numerik. Oleh sebab itu, penelitian ini
pertukaran letak fonem dari tempat yang
secara keseluruhan dapat disebut dengan
seharusnya,
penelitian deskriptif kualitatif.
seperti
penambahan
fonem
yang
seharusnya tidak ada, ataupun penghilangan fonem yang seharusnya ada. Hal ini sering terjadi pada anak maupun orang dewasa yang sedang menyerap bahasa lain.
Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus terhadap seorang anak yang untuk selanjutnya disebut responden. Data berupa bunyi ujaran yang ditranskripsikan dalam bentuk transkripsi fonetis, diambil
Salah satu dari kesalahan tersebut
pada awal Maret 2009 sampai dengan awal
adalah pertukaran letak fonem yang
April 2009. Pada saat pengambilan data
disebut dengan istilah metatesis. Lebih
responden berusia 2 tahun bulan. Berikut
jelasnya, metatesis adalah perubahan letak
ini adalah data informan:
huruf, bunyi, atau suku kata dalam kata
Nama
: Salwa Fadiyah An-Nashir
(Keraf, 1987, Kridalaksana, 1993). Meta-
Lahir
: 18 Maret 2007
tesis ini sering terjadi dalam proses
Putra dari
: Pasangan Dr. Nasir, S.Pd., M.Pd dengan Melinda Roza, S.Pd., M.Pd.
Alamat
: Margorejo 25, Metro Selatan Lampung
penyerapan bahasa pada anak-anak. Kita sering mendengar anak mengucapkan kata yang
terbalik
dari
yang
seharusnya
meskipun dia tidak menyadari. Sebagai
37
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
Responden lahir dan menetap di Lampung
dan
sesuai dengan kebutuhan. Korpus-korpus
lingkungan yang menggunakan berbahasa
tersebut diklasifikasikan ke dalam bentuk
Indonesia sebagai bahasa sehari-hari. Oleh
fonem dan kata. Selanjutnya, semua
sebab itu, bahasa Indonesia merupakan
korpus yang berbentuk fonem didata dan
bahasa pertama bagi responden. Bahasa
dikelompokkan menjadi fonem vokal dan
pertama ibunya adalah bahasa Minang-
fonem konsonan.
kabau,
dengan
orang
sedangkan
tua
korpus-korpus yang akan dipisah-pisahkan
bahasa
pertama
bapaknya adalah bahasa Jawa (Dialek Jawa Timur). Orang-orang disekitanya juga menggunakan bahasa Indonesia jika berkomunikasi dengan responden. Akan tetapi,
karena
hidup
di
lingkungan
pendatang yang berbahasa Jawa, maka bunyi yang dihasilkan informan lebih cenderung
kepada
bunyi-bunyi
yang
dihasilkan penutur bahasa Jawa. Meskipun demikian, dalam penelitian ini tidak akan diperhitungkan
jenis
bahasa
yang
digunakan karena hanya akan mendes-
Untuk mencari kasus perubahan bunyi, data yang dipakai adalah yang berbentuk
bermasalah di kelompokkan lagi berdasarkan permasalahannya sehingga akan didapatkan kesimpulan akhir sebagai hasil penelitian. Karena keterbatasan alat penelitian, analisis yang dilakukan adalah analisis fonologi struktural pada fonem, jadi belum melihat pada tingkat yang lebih jauh lagi yaitu tingkat fonologi generatif yang melibatkan ciri-ciri distingtif fonem.
kripsikan semua bunyi yang muncul tanpa melihat jenis bahasanya. Instrumen kunci dalam hal ini adalah peneliti sendiri. Instrumen pendukung berupa alat perekam/tape recorder beserta kasetnya, alat-alat tulis, dan buku “An
kata, dimana kata yang
Dalam penulisan, penulis sedikit menemui
kesulitan
untuk
menuliskan
lambang [ ] dengan lambang [d ]. Oleh sebab itu, lambang [ ] diganti dengan [ô], dan [d ] dengan [dj]. IV.
Temuan Penelitian
Outline of English Phonetics” sebagai
Pada bagian ini akan diuraikan data
panduan dalam menentukan bunyi yang
beserta analisisnya secara berkesinam-
dihasilkan.
bungan. Jadi setiap data yang muncul
Data yang berupa ujaran ditranskripsikan ke dalam transkripsi fonetis.
langsung diberikan ulasan atau analisis dan kesimpulannya.
Selanjutnya, transkripsi tersebut dijadikan
38
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
1. Fonologi Dari
kesulitan menghasilkan bunyi tersebut
penelitian
yang
dilakukan,
ditemukan
bahwa
Salwa
Fadiyah,
selanjutnya
disebut
responden,
telah
mampu menghasilkan hampir semua bunyi
semenjak usianya kurang dari 2 tahun. Untuk lebih jelasnya, fonem-fonem yang sudah dihasilkan responden adalah sebagai berikut:
atau fonem yang ada dalam bahasa
a. Fonem Konsonan
Indonesia. Jika dibandingkan dengan rekan
Fonem konsonan yang sudah muncul
sebayanya, responden termasuk anak yang serta
sebanyak 18 fonem yaitu: /b/, /t∫/, /d/, /g/,
menggunakan bahasa. Dalam usia ini
/h/, /dj /, /k/, /l/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /p/, /r/, /s/,
responden sudah dapat dianggap tidak
/t/, /w/, /y/. Dari 18 fonem konsonan yang
cadel
mampu
muncul tersebut, 8 diantaranya memiliki
menghasilkan kata dengan jelas dan
variasi, sehingga jumlah fonem yang
lengkap. Pada umumnya, anak seusianya
dihasilkan secara keseluruhan adalah 27
masih belum dapat memproduksi bunyi
fonem konsonan. Variasi fonem-fonem
[r]. namun responden ini tidak mengalami
tersebut adalah:
cepat
dalam
lagi
menyerap
karena
bunyi
sudah
Konsonan/
Posisi Fonem dalam Kata
Variasi 1
/b/
2
/ t∫/
3
/d/
4
/g/
5
/dj/
6
/k/
Awal
Tengah
[b]
[bintaŋ] ‘bintang’
[ibu?]
[bh]
[bholoŋ]
‘bolong’
[robbhoh] ‘roboh’
[t∫]
[t∫it∫a?]
‘cecak’
[bε t∫a?]
‘becak’
[t∫]
[t∫hoblos] ‘coblos’
[bhot∫hor]
‘bocor’
[d]
[diam]
[hidup]
‘hidup’
[dh]
[dhudhu?]‘duduk’
[kodhok]
‘kodok’
[g]
[gula]
[gigi]
‘gigi’
[gh]
[ghosok] ‘gosok’
[s∂ghô]
‘nasi/J’*
[dj]
[dj∂llek] ‘jelek’
[idjaw]
‘hijau’
[djh]
[djhorok]
‘jorok’
[bendjhol]
‘benjol’
[k]
[kaki]
‘kaki’
[buka?]
‘buka’
‘diam’
‘gula’
[?] 7
/p/
8
/s/
‘pintu’
Akhir ‘ibu’
[gh oblog] ‘bodoh’
[kotak]
‘kotak’
[ba?wan] ‘bakwan’
[bhapha?]
‘bapak’
[simpan] ‘simpan’
[a∫ap]
‘asap’
[lepas]
‘lepas’
[p]
[pintu]
[ph]
[phi phis] ‘pipis’
[dhuphan] ‘depan’
[s]
[susu]
‘susu’
[bisa]
‘bisa’
[∫ ]
[∫ôlat]
‘shalat’
[u∫ah]
‘usah’
* data dalam bahasa Jawa
39
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
Variasi fonem /b/, /t∫/, /d/, /g/, /dj/,
fonem /h/. Jika fonem ini berada di tengah
/p/
karena
kata, maka responden akan menekan dan
pengaruh bahasa Jawa dari lingkungan
mengulang fonem tersebut, contohnya:
responden.
Indonesia
[pohhon] ‘pohon’, [lehher] ‘leher’, dan
merupakan
lainnya. Responden masih kesulitan untuk
dan
diperkirakan Dalam
fonem-fonem
muncul
bahasa
tersebut
konsonan hambat (stop) saja, sedangkan
mengucapkan fonem ini secara normal.
pada bahasa Jawa pada umumnya fonemfonem
konsonan
konsonan
plosive
tersebut
merupakan
atau
bunyinya
diletupkan.
b. Fonem Vokal Responden telah mampu menghasilkan 6 fonem vokal ditambah 2 variasinya sehingga semua berjumlah 8 fonem vokal.
Kasus lain yang ditemukan pada
Fonem tersebut adalah:
responden ini adalah dalam memproduksi No
Vokal/ Variasi
Posisi Awal
Tengah
Akhir
1.
/a/
[a]
[aduh] ‘aduh’
[siyapa] ‘siapa’
[buŋa] ‘bunga’
2.
/∂/
[∂]
[∂ll∂k] ‘ditelan/J’*
[bhund∂r] ‘bunder’
[tant∂] ‘tante’
3.
/e/
[e]
[ekor]
‘ekor’
[meŋkol] ‘belok’
[tempe] ‘tempe’
[ε]
[εlε?]
‘jelek/J’*
[lεlε]
‘lele’
[tolε] ‘anak laki-laki/J’*
4.
/i/
[i]
[ikan] ‘ikan’
[biru]
‘biru’
[nanti?] ‘nanti’
5.
/o/
[o]
[obat]
[t∫oba]
‘coba’
[ba?so] ‘bakso’
[ô]
[ôdol] ‘odol’
[t∫ôkôt]
‘gigit/J’*
[silô] ‘bersila/J*
[u]
[untu?] ‘untuk’
[rusak]
‘rusak’
[susu] ‘susu’
6.
/u/
•
‘obat’
* data dalam bahasa Jawa
dibandingkan dengan bahasa Indonesia. c. Diftong
Diftong ini muncul ketika responden yang
menirukan ucapan ibunya yang sedang
berlangsung kurang lebih satu bulan ini
menggunakan bahasa Minangkabau saat
hanya ditemukan 5 buah diftong yaitu:
memarahinya. Kata yang berhasil ditirukan
/au/, /ai/, /ei/, /oi/, dan /ua/. Diftong /ua/
adalah /buyuaŋ/ ‘anak laki-laki’, dan
bukanlah diftong yang umum pada bahasa
/jatuah/ ‘jatuh’.
Dalam
pengambilan
data
Indonesia. Diftong /ua/ muncul dalam bahasa Minangkabau yang dikenal memiliki diftong lebih banyak fonem /h/.
40
Empat diftong lainnya yakni /au/, /ai/, /ei/, dan /oi/ hanya muncul pada akhir kata saja seperti: /harimau/, /pandai/, /hei/,
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
dan
/koboi/.
yang
Dalam hal ini, responden yang diteliti juga
juga
mengalaminya. Pada rentang waktu kurang
dengan pengambilan data yang hanya satu
lebih 1 bulan ditemukan 19 kata yang
bulan saja. Namun, hal ini sudah cukup
mengandung unsur metatesis. Dari 19 kata
mewakili bunyi ujaran yang muncul dalam
tersebut, ditemukan 5 jenis atau bentuk
bentuk diftong tersebut.
pertukaran bunyi dan diiringi penambahan
didapatkan
Sedikitnya
barangkali
data
berkaitan
dan pengurangan bunyi.
2. Metatesis
Metatesis
atau
pertukaran
letak
Untuk lebih jelasnya, pengelompok-
bunyi, huruf, atau suku kata dalam
kan data dan analisisnya sebagai berikut:
pembentukan kata merupakan salah satu
a.
kasus yang sering terjadi pada masa
Pertukaran murni pada suku kata sama sebanyak 4 kata.
pemerolehan bahasa pertama pada anak. a. No.
Kata yang
Kata yang dimaksud
Bunyi yang Bermasalah
diucapkan 1
[nu - lur]
[nu- rul]
‘Nurul/nama’
2
[kon - tlor]
[kon - trol]
‘kontrol’
[r] bertukar letak dengan [l]
3
[tre - mos]
[ter - mos]
‘termos’
[e] bertukar letak dengan [r]
4
[ta - naŋ]
[ta - ŋan]
‘tangan’
[r] bertukar letak dengan [l]
[ŋ] bertukar letak dengan [n]
b. Perpindahan dan pertukaran murni pada suku kata yang berbeda sebanyak 9 kata. No. 1 2
Kata yang dimaksud [pa – ra - lon]
‘paralon’
[se – per - ti]
‘seperti’ ‘Jakarta’
Bunyi yang Bermasalah [r] bertukar letak dengan [l]
3
[jar – ka ta]
[ja – kar - ta]
4
[go - blog]
‘goblok’
[mag - rib]
‘Magrib’
[r] bertukar letak dengan [b]
6 7
[gol bog] [mar gib] [gur - dus] [pan - ta?]
[r] pada suku kata kedua pindah ke akhir suku kata pertama [r] pada suku kata kedua pindah ke akhir suku kata pertama [b] bertukar letak dengan [l]
8 9
[ji - blab] [i - ∫rat]
5
41
Kata yang diucapkan [pa – la ron] [ser – pe ti]
[gus - dur]’Gus Dur/nama’ [tam - pa?] ‘tampak’ [jil - bab] [ir - ∫at]
‘jilbab’ ‘Irsyad/nama’
[s] bertukar letak dengan [r] [t] pada awal suku kata pertama bertukar letak dengan [p] awal suku kata kedua [l] bertukar letak dengan [b] [r] bertukar letak dengan [∫]
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
c. Perpindahan/pertukaran letak fonem pada suku kata yang berbeda diikuti dengan penghilangan fonem lainnya sebanyak 3 kata. No.
Kata yang diucapkan
Kata yang dimaksud
Bunyi yang Bermasalah
1
[ri - tik]
[lis - trik] ‘listrik’
[r] pada suku kata kedua pindah menggantikan [l] pada awal kata, sedangkan fonem [l] dan [s] hilang
2
[re - na?]
[ter - na?] ‘ternak’
[t] pada awal kata hilang dan diikuti pertukaran letak [e] dengan [r].
3
[u - raŋ]
[ru - waŋ] ‘ruang’
[e] bertukar letak dengan [r], bunyi luncur [w] hilang.
d. Perpindahan/pertukaran letak fonem pada suku kata yang berbeda diikuti dengan penambahan fonem lain yang membentuk suku kata baru sebanyak 2 kata. No.
Kata yang diucapkan
Kata yang dimaksud
Bunyi yang Bermasalah
1
[s∂ - pa tik]
[plas – tik] ‘plastik’
[s] pada suku akhir suku kata pertama pindah menggantikan [p] pada awal kata, sedangkan [p], namun muncul [∂] untuk membentuk suku kata baru.
2
[a - r∂m bu?]
[am-bru?] ‘ambruk’
[r] pada suku kata kedua pindah ke tengah suku kata pertama dengan tambahan [∂] yang membentuk suku kata baru, sedangkan [b] dihilangkan.
e. Pertukaran suku kata sama sebanyak 1 kata.
Dari
No.
Kata yang diucapkan
Kata yang dimaksud
Bunyi yang Bermasalah
1
[kε - lε?]
[lε - kε?] ‘ketiak/J’*
[r] bertukar letak dengan [l]
data
di
atas
dilakukan
rekapitulasi fonem-fonem yang berma-
c. Fonem yang muncul atau ditambahkan : [∂].
salah. Ternyata jumlah fonem-fonem yang
d. Fonem yang dihilangkan adalah: [s], [t],
bermasalah adalah 15 fonem yaitu: [∂],
[l], [w].
[u], [e], [b], [g], [k], [l], [m], [n], [ŋ], [p], [r], [s], [t], [w]. Secara lebih rinci lagi, fonem tersebut terbagi atas 3 kelompok masalah yakni: a. Fonem yang mengalami pertukaran letak adalah: [u], [e], [b], [g], [k], [l],
Data di atas menunjukkan bahwa yang
paling
sering
terjadi
pertukaran letak fonem, sedangkan fonem yang muncul dan yang dihilangkan sedikit. [∂] hanya muncul untuk membentuk suku kata baru.
[m], [n], [ŋ], [p], [r], [s], [t]. b. Fonem yang muncul atau ditambahkan : [∂].
42
adalah
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].
Daftar Pustaka Brown, Roger, and Ursula B. 1964. “Three Processes in the Child’s Acquisition of Syntax”. Dalam Lennenberg, 1981. Biological Foundation of Language. New York: John Wiley & Garman. Dulay, Heidy, Marina Burt and Stephen Krashen. 1982. Language Two. Oxford: Oxford Univ. Press. Hyman, L.M. 1975. Phonology: Theory and Analysis. New York: Holt, Rinehart and Winston. Jones, Daniel. 1967. An Outline of English Phonetics. Cambridge: W. Heffer & Sons Ltd. Keraf, Gorys. 1987. Linguistik Banding Historis. Jakarta: PT Gramedia. Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.
43
Lennenberg, E.H. 1981. Biological Foundation of Language. New York: John Wiley & Garman. Richards, Jack C. 1974. Error Analysis. London: Longman. Skinner, B.F. 1957. Verbal Behaviour. New York: Appleton – Century – Crofts. Stark, Rachel E. 1981. Prespeech Segmental Feature Development. Fletcher & Sons Tarigan, H.G. 1988. Pengajaran Kedwibahasaan. Bandung: Penerbit Angkasa. Verhaar, J.M.W. 1995. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada Univ. Press. Wilkins, D.A. 1978. Linguistics in Language Teaching. London: Edward Arnold, Ltd.
Universitas Nahdlatul Ulama Lampung, Indonesia. Email:
[email protected].