Main Judi Dipasar, 10 Orang Digelandang Polisi PURWOREJO,FP – Main judi memang tidak mengenal tempat waktu, dimana dan kapanpun bisa digelar selama bandar dan pemasang ada. Seperti yang terjadi di Pasar Suronegaran Purworejo. Pasar yang seharusnya sebagai tempat jual beli ternyata dijadikan arena perjudian dadu. Akibatnya arena adu keberuntungan itu digerebeg anggota Sat Reskrim Polres Purworejo. 10 pemain berhasil diamankan aparat. Meski sempat berusaha melarikan diri saat polisi datang, namun karena lokasi sudah terkepung mereka akhirnya pasrah saja dikeler ke Polres Purworejo. 10 orang yang diamankan antara lain, Par (48), warga Tambak Rejo; Dwi (40) dan Der (33), warga Purworejo; End (55), warga Pangen Juru Tengah; Pan (43), Ulf (33), warga Baledono; Har (62), warga Karang Talun; AL (55), warga Kaliboto; Eko (48), warga Meranti dan Suy (34) warga Sidoleren. Kasat Reskrim, AKP Kholid Mawardi, S.H, menuturkan, pelaku ditangkap oleh saat sedang bermain judi dadu kopyok, Sabtu (20/02/2016) di dalam salah satu kios komplek Pasar Suronegaran Purworejo. “Par sebagai bandar, Ulf sebagai kasir, Dwi sebagai pengepul, sementara 7 pelaku lainya sebagai pemasang,” ungkapnya, Minggu (28/02/2016). Dikatakan, selain menangkap para pemain, aparat juga mengamankan uang senilai Rp. 980 ribu dan alat peraga perjudian. “Semua sudah kami sita sebagai barang bukti,” tambah Kasat Reskrim. Saat ini ke-10 pelaku masih dalam penahanan guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Ke-10 pelaku perjudian tersebut dijerat dengan Pasal 303 KUHP tentang perjudian dan terancam hukuman penjara selama 10 tahun penjara.
Boyongan Kerumah Dinas, Wakil Bupati Purworejo Jalan Kaki PURWOREJO,FP – Sabtu (27/2/2016), Wakil Bupati Purworejo Yuli Hastuti boyongan kerumah dinas di komplek Pendopo Kutoarjo. Wakil Bupati menuju ke rumah dinas dari kediamanya di Desa Grabag, Kecamatan Grabag dengan berjalan kaki. Ritual boyongan dengan berjalan kaki diikuti oleh ribuan masyarakat. Ritual jalan kaki dimulai sekitar pukul 07.15.WIB, diawali dengan mubeng deso (keliling Desa Grabag). Ritual ini mengandung maksud Wakil Bupati berpamitan kepada warga sekaligus mohon doa restu. Usai keliling desa Yuli Hastuti berjalan kaki menuju Pendopo Rumas Dinas Wakil Bupati di Kutoarjo yang berjarak sekitar 12 Km. Langkahnya diikuti oleh ribuan warga yang sudah sejak pagi buta berkumpul dirumah Yuli Hastuti. Tak urung aksi jalan kaki massal ini sempat membuat arus lalu litas macet. Sepanjang perjalanan banyak warga yang menyalami Yuli Hastuti, tak sedikit pula yang menitikan air mata. Yuli Hastuti memang tokoh masyarakat yang cukup dihormati dan disegani. Hal itu tak lepas dari pengaruh suaminya, Kelik Sumrahadi yang mantan Bupati Purworejo. Namun setelah berjalan sekitar 1 jam lebih Yuli Hastuti harus meneruskan perjalananya dengan naik andong karena staminanya mulai menurun. Sekitar pukul 09.15 WIB Yuli Hastuti tiba di pintu gerbang timur Pendopo Rumah Dinas. Begitu memasuki pintu gerbang Yuli Hastuti mendapat kalungan bunga dari siswi SMA. Ratusan pendukung dari berbagai elemen masyarakat langsung menyalami Yuli Hastuti yang wajahnya tampak sedikit kelelahan.
Diteras pendopo, suaminya, Kelik Sumrahadi sudah siap menyambutnya. Kelik Sumrahadi tidak bisa ikut ritual jalan kaki lantaran sedang sakit dan jalanya harus dibantu kruk. Begitu dipeluk suaminya Yuli Hastuti tidak bisa menahan tangisnya. Memasuki pendopo, Yuli Hastuti dan keluarga disambut Bupati Agus Bastian beserta istri, Setda Tri Handoyo dan pejabat lainnya. Termasuk Muh. Saebani, Ketua RT 01 RW 05, Kutoarjo dimana nantinya Yuli Hastuti akan tinggal. Bupati Purworejo, Agus Bastian mengatakan, ritual boyongan jalan kaki itu bukan untuk mencari popularitas, melainkan sebagai ungkapan rasa syukur. Disamping itu juga merupakan bentuk budaya yang harus dilestarikan. “Purworejo dan Kutoarjo banyak menyimpan tradisi budaya adiluhung yang perlu dilestarikan,” ujarnya. Diharapkan, setelah memasuki rumah dinas itu, Yuli Hastuti bisa menjalankan roda pemerintahan sebagai wakil bupati Purworejo secara baik dan lancar.
Setelah Ngamuk Dan Merusak Barang, Oknum TNI Todong Pistol Kades PURWOREJO,FP – Nasib sial menimpa Aji Pamungkas (29) warga RT 01 RW 03 Desa Kedondong, Kecamatan Ngombol. Tanpa sebab yang jelas rumahnya didatangi oknum TNI dan mengobrak abrik isi rumah hingga berantakan. Selain itu, oknum TNI yang memegang senjata pistol shoftgun juga merusak tv 32 inc, sound, mebel dan sepeda motor Honda Supra X 125 milik Aji. Tak hanya itu
saja, disamping mengamuk, oknum TNI itu juga menodongkan pistol ke arah Aji dan memukulnya berulang kali. Saat ditemui dirumahnya, Jumat (26/2/2106), Aji menuturkan, perusakan terjadi Kamis (25/2/2016) sekitar pukul 14.30 WIB. Saat kejadian dirinya sedang keluar untuk mencari makanan tak jauh dari rumahnya. Sewaktu pulang dirinya kaget karena ada orang asing dirumahnya sedang mengamuk dan mengacak-acak isi rumah. “Saat saya masuk tiba-tiba orang itu menodongkan pistol shoftgun dan memukuli saya berkali-kali. Saya berusaha menghindar dan tidak melawan tapi tetap dipukuli, saya kemudian lari ke rumah kepala desa untuk melaporkan kejadian itu,” kata Aji. Mendapat laporan dari Aji, Kepala Desa kedondong, Joko Winoto berniat melaporkan kejadian itu ke Polsek Ngombol. Namun ketika menuju Polsek Ngombol dan kebetulan melewati samping rumah Aji, Joko Winoto dicegat oleh oknum TNI tersebut. Joko Winoto ditarik pakainya hingga sobek dan ditodong pistol shoftgun. “Pak Kades melawan dan berusaha merebut pistol sehingga terjadi keributan,” ujar Aji. Keributan itu diketahui oleh Agus Budiwinarso, putra Joko Winoto, melihat ayahnya ditodong dia berusaha melerai. Karena kesulitan melerai dan khawatir keselamatan ayahnya, Agus kemudian mengambil sabit yang berada di kandang sapi tak jauh dari tempat itu dan membacok kening oknum TNI hingga berdarah. “Setelah itu baru pistol berhasil direbut dan orang itu melarikan diri,” ucap Aji. Setelah pelaku pergi, Joko dan sejumlah warga kemudian melaporkan kejadan itu ke Polsek dan Koramil Ngombol sambil membawa barang bukti pistol shoftgun. Mendapat laporan anggota Polsek dan Koramil kemudian mendatangi lokasi untuk olah tempat kejadian perkara dan mencari keberadaan pelaku. Belakangan diketahui pelaku adalah Didik Hariyanto, anggota
TNI Angkatan Laut, Marinir Yon 4 Cilandak berpangkat Praka. Setelah beberapa dalam pencarian akhirnya Didik Hariyanto berhasil ditemukan oleh aparat Denpom Purworejo di rumah Tono di Desa Jatikontal, Kecamatan Purwodadi. Pelaku kemudian diamankan di Makodim 07 08 Purworejo. Hingga kini belum diketahui pasti apa penyebab sampai peristiwa itu terjadi. Pelaku merupakan warga Desa Sumbersari, Kecamatan Purwodadi. Namun demikian dari penuturan salah seorang warga, balas dendam yang melatar belakangi kejadian itu. “Sebenarnya permusuhan sudah lama terjadi jauh sebelum pelaku menjadi anggota TNI,” kata warga yang mengaku masih ada hubungan famili dengan pelaku dan korban.
Sekdes Pundensari Ngaku Salah dan Siap Bongkar Kandang Ayam PURWOREJO, FP – Marsudi, Sekdes Pundensari, Kecamatan Purwodadi pemilik peternakan ayam yang diprotes warga akhirnya mengaku salah. Sekdes Arogan itu juga berjanji akan menghentikan usahanya. Marsudi yang datang didampingi istrinya juga bersedia mendatangani surat pernyataan yang isinya akan membongkar sendiri kandang ayamnya. Hanya saja marsudi meminta waktu enam bulan sejak ditandatanganinya surat kesepakatan itu. Hal itu dilakukan dalam pertemuan dengan pejabat Sat Pol PP dan perwakilan Muspika Purwodadi, Kamis (25/2/2016). Pertemuan juga dihadiri oleh perwakilan Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Kesehatan, Dinas Peternakan dan Kelautan serta Kantor Perijinan. “Yang bersangkutan meminta waktu enam bulan untuk menyiapkan lokasi baru,” kata Mujono, Kabid Penegakan Perda
Sat Pol PP Purworejo. Dikatakan Mujono, pertemuan tersebut sebagai tindak lanjut pengaduan dari masyarakat yang keberatan adanya peternakan ayam milik Sekdes Pundensari yang berada ditengah pemukiman warga. Mujono menuturkan, di Desa Pundensari ada salah satu warga yang memiliki usaha peternakan ayam potong (broiler). Usaha itu sudah berjalan sekitar satu tahun namun tidak memiliki ijin. Usaha itu kemudian diprotes warga karena bau dari kandang ayam tersebut sangat mengganggu warga. “Jadi pertemuan ini sebagai tindak lanjut surat pengaduan warga ke Sat Pol PP. Dalam klarifikasi ini kami mengundang pelaku usaha dan dinas terkait,” ujar Mujono.
Marsudi, Pundensari
Sekdes
Dijelaskan, dengan mendirikan usaha peternakan ayam ditengah pemukiman warga Marsudi dinilai sudah melanggar empat perda sekaligus. Yakni Perda RT RW No. 27 tahun 2011, Perda No. 11 tahun 2012 tentang izin mendirikan bangunan (IMB), Perda No. 16 Tahun 2012 tentang HO (gangguan), Perda No. 4 Tahun 2015 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. “Namun begitu, Sekdes pelanggaran Perda dan
Pundensari tidak dikenai sanksi hanya dilakukan pembinaan serta
pengarahan. Kami juga tidak meminta Marsudi untuk mengurus ijin karena lokasi usahanya tidak termasuk dalam zona perda yang diijinkan,” ucap Mujono. Tambah Mujono, jika sampai batas waktu yang sudah ditentukan kandang ayam belum juga dibongkar oleh pemilikya maka akan dilakukan bongkar paksa oleh Sat Pol PP. “Jika itu sampai terjadi maka pelaku usaha akan dikenai biaya yang besarnya sudah ditentukan,” tandasnya
Program Bedah Rumah Desa Wanurejo Diduga Bermasalah PURWOREJO, FP – Program bantuan bedah rumah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahaan Rakyat tahun 2015 di Desa Wanurejo, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo diduga bermasalah. Dari 151 peserta bedah rumah, 30 diantaranya belum selesai. Belum selesainya 30 rumah itu dikarenakan pasokan material dari supplier terhenti. Kalupun didrop itupun terkesan tersendat-sendat. Padahal program tersebut sesuai kontrak sudah harus selesai pada bulan Desember 2015 lalu. Akibatnya banyak warga penerima bantuan terpaksa numpang tidur ditempat familinya. Bahkan ada juga warga yang rela tidur di kandang kambing lantaran tidak ada lagi tempat untuk menumpang. Maniso (48) dan Khidir misalnya, warga yang tinggal di RT 01/02 Desa Wanurojo mengaku mendapatkan bantuan bedah rumah sebesar Rp 15 juta. Dalam pemberian bantuan itu awalnya warga disuruh memilih material apa saja yang dibutuhkan. Maniso menerima bantuan barang berupa 60 sak semen, 11 ribu batu bata, 50 batang besi dan pasir sejumlah 5 rit. “Material yang
belum diberikan masih Maniso.
2 ribu batu bata, 15 sak semen, “ jelas
Penerima bantuan lainya, Khoiri (40), warga RT 02/02 Desa Wanurojo, mengaku mendapat bantuan sebesar 10 juta, sampai saat ini baru mendapatkan material berupa 30 sak semen, 20 batang besi, 2 rit pasir, dan 4 ribu batu bata. Padahal seharusnya, panitia memberikan sebanyak 5 ribu batu bata, 30 besi, 57 sak semen dan pasir 1 rit. “Kalau satu rumah saja masih kurang 10 sak semen, jika dikalikan 30 rumah ada berapa semen yang belum diberikan,” ujarnya. Akibat bedah rumah tak kunjung selesai, Khidir dan istri beserta 2 anak terpaksa tinggal di tempat seadanya. Khidir dan keluarganya tinggal di bangunan samping rumah yang awalnya berfungsi sebagai kandang ayam dan kandang kambing. Kondisinya sangat mengenaskan, tempat itu hanya berisi dipan sederhana dan dinding yang hanya ditutupi lembaran kain bekas spanduk. Khidir dan keluarganya tinggal ditempat bekas kandang ayam dan kambing itu sejak bulan Oktober 2015. Kepala Desa Wanurejo, Maeno saat ditemui dirumahnya, Jumat (18/2/2016) mengaku tidak tahu menahu masalah proyek bedah rumah tersebut karena semua sudah diserahkan perangkat desa. Yakni Hariono selaku Sekretaris Desa (Sekdes) dan Sarjono yang menjabat sebagai Kepala Urusan Keuangan (Kaur Keuangan). “Semua sudah saya serahkan ke Sekdes dan Kaur keuangan, jadi yang lebih tahu persoalan proyek ini ya kedua orang itu,” kata Maeno.
Maeno, Kades Wanurejo Menurut Maeno, selama ini dirinya hanya mendapat laporan dari perangkatnya mengenai perkembangan proyek bedah rumah itu. Kata Maeno, berdasarkan laporan, keterlambatan proyek itu karena pihak supplier tidak mengirim material. “Penyebab lainnya karena faktor cuaca dan bertepatan dengan bulan Suro. Warga disini mempunyai keyakinan kalau bulan Suro tidak boleh mbangun rumah,” tuturnya. Disinggung siapa supplier yang menangani program bedah rumah itu Maeno mengaku tidak tahu dari CV mana dan siapa namanya. Atas keterlambatan itu pada tanggal 13 Februari 2016 pihak desa pernah dipanggil ke Dinas PU Kabupaten Purworejo. Dalam pertemuan itu pihak desa diperintahkan untuk segera menyelesaikan program itu dan diberi waktu sampai tanggal 15 Februari 2016. Namun sampai sekarang kenyataan proyek itu tidak kunjung selesai. Program bantuan bedah rumah di Desa Wanurejo pada awalnya tercatat 153 peserta. Namun karena dua peserta tidak memenuhi kriteria maka yang mendapat bantuan hanya 151 orang. Berdasarkan peraturan yang ada, jika penerima bantuan bedah rumah dalam satu desa lebih dari 100 orang maka suppliernya harus dua CV. Namun begitu dari program bedah rumah tersebut yang muncul
hanya satu supplier sedang yang satunya tidak diketahui. Oleh karena itu banyak yang menduga sebenarnya hanya ada satu supplier saja sementara yang satunya fiktif.
Kandang Ayam Milik Sekdes Pundensari Diprotes Warga PURWOREJO, FP – Keberadaan kandang ayam milik Marsudi, Sekretaris Desa Pundensari, Kecamatan Purwodadi diprotes warga. Pasalnya, kandang ayam yang terletak di Dusun Ngabean RT 01 RW 02 itu berada ditengah pemukiman warga. Akibatnya bau yang sangat menyengat dari kotoran ayam itu membuat warga harus menutup semua pintu dan jendelannya. “Bahkan banyak warga yang melintas didekat kandang itu sampai muntah-muntah,” kata Riyadi yang rumahnya persis didepan kandang ayam itu saat ditemui Senin (22/2/2016). Dituturkan Riyadi, kandang tersebut berada di tanah milik Reso Winoto yang tak lain orang tua Marsudi. Sejak berdiri sekitar satu tahun lalu tidak pernah memiliki ijin. Baik ijin lingkungan maupun dari dinas terkait. “Sudah beberapa kali warga protes namun Marsudi tetap nekad memelihara ayam hingga lima kali panen. Padahal kepada warga dia omongnya hanya sekali panen sehingga warga marah,” ucapnya. Kata Riyadi, selain protes, warga juga pernah melaporkan ke Kepala Desa namun tidak ada tanggapan bahkan Marsudi balik mengancam akan memenjarakan warga jika berani melaporkan ke dinas terkait. “Tapi lantaran sudah tidak kuat dengan kondisi seperti itu dan takut berdampak pada kesehatan warga, akhirnya kami nekad melaporkan permasalahan ini ke kecamatan, Polsek,
Koramil dan Sat Pol PP Purworejo,” paparnya. Selain melapor warga juga meminta agar kandang ayam itu dibongkar dan melarang aktivitas pemeliharaan ayam di tengah pemukiman. Sementara itu kepala Desa Pundensari, Sumarman mengakui keberadaan kandang ayam milik Marsudi tidak memilik ijin. “Marsudi hanya pernah bercerita akan membuat kandang ayam, tapi tidak pernah minta ijin kepada saya atau lingkungan,” kata Sumarman.
Kandang
ayam
yang
dikosongkan karena protes warga Menurut Sumarman, semenjak dilaporkan oleh warga Marsudi sudah membuat surat pernyataan yang intinya tidak akan memelihara ayam lagi. “Namun demikan warga sudah membuat surat protes yang ditanda tangani 23 orang yang isinya selain tidak memelhara ayam warga juga menghendaki agar bekas kandang harus dibongkar karena takut kandang tersebut akan digunakan untuk memelihara ayam lagi,” pungkas Sumarman. Menurut penuturan sejumlah warga, selama ini Marsudi terkenal sebagai Sekdes yang arogan dan mau menang sendiri. Akibat sikapnya itu Marsudi kerap berselisih dengan warga. Selain itu Marsudi juga jarang masuk kantor dan lebih memilih mengurusi usaha peternakan ayam yang berada di beberapa tempat di luar desa.
Agus Utomo Serahkan Jabatan Bupati Kepada Agus Bastian PURWOREJO,FP – Serah terima jabatan Bupati Purworejo dari pejabat bupati Agus Utomo kepada Agus Bastian, SE, M.M Kams (18/2/2016) berlangsung khidmad. Acara yang digelar di pendopo rumah dinas bupati dihadiri Gusti Bendoro Pangeran Haryo H. Prabukusumo, Pengaggeng keraton Yogyakarta. Hadir juga dalam kesempatan itu Forum komunikasi Pimpinan Daerah, Dandim 0708, Kapolres, Kepala Pengadilan, Kepala Kejaksaan Negeri, Ketua MUI, Ketua dan anggota DPRD dan sejumlah tokoh masyarakat. Agus Bastian, SE, M.M dalam pidato pertamanya sebagai bupati mengatakan, akan menjadikan pengabdian kepada masyarakat sebagai landasan dan semangat dalam melaksanakan tugasnya lima tahun ke depan. Ia juga akan melakukan reformasi birokrasi. “Saya juga akan menyelenggarakan pemerintahaan dengan trasparan dan akuntabel,” ucap Agus Bastian, SE, M.M Kata Agus Bastian, SE, M.M, dirinya akan menjadikan Kabupaten Purworejo sebagai kabupaten yang terbuka, bermartabat, nyaman, agamis, toleransi dan berbudaya. “Saya siap melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Pj bupati Agus Utomo seperti melanjutkan pembangunan pasar Baledono,” tandasnya. Sementara itu Pj bupati Agus Utomo dalam kesempatan itu menyampaikan kata pamitan dan ucapan permohonan maaf sekaligus terimaksih atas dukungan masyarakat Purworejo. Dirinya juga berpesan agar Agus Bastian tetap melanjutkan penyelsaian masalah Pasar Baledono yang selama ini sudah dirintisnya.
Buntut Penolakan Wartawan, Pewarta Purworejo Akan Somasi RSUD Tjitrowardoyo PURWOREJO,FP – Pewarta Purworejo yang merupakan komunitas jurnalis lintas media bakal melayangkan somasi kepada RSUD Tjitrowardoyo. Somasi dilayangkan menyusul insiden penolakan oleh pihak RSUD Tjitrowardoyo terhadap sejumlah wartawan yang hendak masuk rumah sakit untuk peliputan kasus pembunuhan yang terjadi di Desa Kaljering Kecamatan Pituruh, Senin (15/2/2016) sore. Dimana pada saat itu terduga pelaku pembunuhan, Lasimah (35) sedang dirawat di ruang Bougenvil RSUD dan jenazah korban, Siti Rahmawati (5) akan di outopsi oleh tim forensik Polda Jateng. Ada sembilan wartawan cetak, eletronik maupun online yang pada waktu itu diltolak dan dilarang masuk saat akan mengadakan peliputan Selasa (16/2/2016). Pihak RSUD membuat peraturan bagi wartawan yang akan meliput harus membawa surat ijin bermaterai dari keluarga korban dan surat ijin tertulis dari kepolisian jika akan meliput outopsi. Atas penolakan itu sejumlah wartawan sempat adu agumentasi dengan bagian humas RSUD. Namun demikian tetap saja wartawan tidak diperbolehkan masuk rumah sakit untuk peliputan. “Alasanya masalah privasi pasien,” kata Eko Mulyanto salah satu wartawan anggota Pewarta Purworejo. Menanggapi insiden penolakan itu, Ketua Pewarta Purworejo, Hantoro Wibowo, menyayangkan sikap yang dilakukan pihak RSUD, dimana sesuai UU Pers No. 40 tahun 1999 Pasal 4 ayat 1,2,3
tentang penjaminan kemerdekaan pers, dan Pasal 18 ayat 1 tentang sanksi pelarangan peliputan, wartawan seharusnya diberikan akses informasi dan peliputan di RSUD.
“Sepanjang hal itu tidak mengganggu kenyamanan pasien, serta tidak melampaui koridor kode etik UU Pers tidak ada alasan untuk menolak wartawan. Atas dasar laporan itu, Pewarta Purworejo sepakat berencana akan melakukan Somasi ke pihak RSUD,” tegas Hantoro. Menurut Hantoro, semestinya pihak RSUD bisa menjadi penengah antara wartawan dan pasien untuk melakukan komunikasi kepentingan peliputan. Bukan justru melarangnya.
Kabag Ops Polres Purworejo Diganti PURWOREJO, FP – Kompol Agung Nugroho, S.IK, M.T, yang sebelumnya menjabat Kapolsek Laweyan Polresta Surakarta kini menduduki jabatan sebagai Kabag Ops Polres Purworejo. Kompol Agung menggantikan Kompol Pahala Martua Nababan yang mendapat kesempatan untuk menjabat sebagai Kasubbag Sisinfolap Bag Rbp
Rorena Polda Jateng. Serah terima itu dilakukan di ruang auditorium Polres Purworejo, pada Selasa (16/02/2016). “Untuk Kompol Ph Nababab, S.H, S.IK, selamat atas jabatan yang baru dan untuk pejabat yang baru di lingkungan Polres Purworejo selamat datang dan segera beradaptasi dengan lingkungan Polres Purworejo,” kata Kapolres Purworejo, AKBP Th Arsida Septiana, S.H, dalam sambutannya. Selain Kabagops, Kabag Perencanaan dan Kapolsek Banyuurip juga dilakukan pergantian. Kabag Perencanaan yang sebelumnya dijabat oleh Kompol Muslikhayat digantikan oleh AKP Mangarif, sedangkan Kapolsek Banyuurip yang sebelumnya dijabat oleh AKP Mangarif diganti oleh AKP Rachmad Efendi S.Sos
Depresi Berat, Ibu Bunuh Anak Kandungnya PURWOREJO,FP – Diduga lantaran depresi berat, Lasimah (35) warga Dusun Kaliduren RT 03 RW 02 Desa Kalijering, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo tega membunuh anak kandungnya sendiri, Siti Rahmawati (5) Senin (15/2/2016) sekitar pukul 15.00 WIB. Lasimah menghabisi buah hatinya menggunakan pisau dapur dengan cara menusuk-nusuk perutnya hingg ususnya terburai keluar. Usai membunuh anaknya Lasimah berusaha bunuh diri dengan menyayat perut dan lehernya sendiri. Kontan kejadian tersebut membuat geger warga desa dan sekitarnya. Kepala Desa Kalijering, Kasimun menuturkan, Lasimah nekad menghabisi nyawa anaknya diduga karena depresi berat sehingga jiwanya sedikit tergoncang. “Lasimah sedang digugat cerai oleh suaminya. Kecuali itu himpitan ekonomi dan melihat kondisi anaknya yang mentalnya sedikit terbelakang membuat dia tak
kuat menghadapi keadaan,” kata Kasimun. Dituturkan Kasimun, peristiwa pembunuhan berawal saat Lasimah yang sedang emosi hendak menyembelih kambing milik bapaknya, Tukiman (60). Melihat itu Tukiman kemudian berusaha menyingkirkan kambing tersebut kerumah Poniran yang berjarak sekitar 100 meter dari rumahnya. “Namun saat kembali Tukiman melihat anak dan cucunya sudah tergeletak bersimbah darah dan disampingnya tergeletak pisau dapur berlumuran darah,” kata Kasimun. Tukiman melihat perut cucunya sobek dan ususnya keluar dan kondisi Lasimah juga parah, Perut dan lehernya luka akibat sayatan. Mendapati pemandangan itu Tukiman kemudian berteriak minta pertolongan, dalam sekejap warga pun berdatangan ketempat itu. Beberapa warga kemudian melaporkan kejadian itu ke Polsek Pituruh.
Lasimah dalam perawatan medis di RSUD Purworejo Mendapat laopran itu petugas Polsek Pituruh dibantu anggota Polres langsung mendatangi lokasi kejadian dan melakukan olah TKP. Pelaku dan korban kemudian dibawa ke RSUD Purworejo didampingi bidan desa Yetnaning Riyanti. Petugas juga mengamankan pisau dapur sebagai barang bukti.
Kapolres Purworejo AKBP Arsida Septian SH saat dikonfirmasi membenarkan adanya peristiwa pembunuhan itu. “Dugaan pelaku pembunuhan adalah ibu kandungnya sendiri. Dugaan sementara pelaku kesal atau dendam pada suaminya dan melampiaskan ke anaknya, “ kata Kapolres. Dijelaskan, kasus tersebut kini masih dalam proses penyidikan dan pelaku belum ditetapkan sebagai tersangka. Sementara jenazah korban sudah selesai diotopsi oleh tim medis dari Polda jawa Tengah dan akan diserahkan kepada keluarganya untuk dimakamkan. “Jika terbukti bersalah pelaku akan dikenakan pasal 338 dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara,” tandas Kapolres.