LITERASI INFORMASI SISWA KELAS XI TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI PUSAT INFORMASI KONSELING REMAJA (PIK-R) “SPIRIT” SMKN 31 JAKARTA Lia Andika Pratiwi, S. Hum Margareta Aulia Rachman, S. Hum, M. Hum Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia
[email protected] [email protected]
Abstrak Salah satu permasalahan remaja di era keterbukaan informasi saat ini adalah cara yang benar mencari dan menemukan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Diantara berbagai permasalahan dalam menemukan informasi maka diperlukan sebuah literasi informasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses literasi informasi tentang kesehatan reproduksi remaja yang dilakukan oleh remaja kelas XI SMKN 31 Jakarta. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretif. Hasil penelitian menunjukan bahwa literasi informasi siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta hanya sampai pada tahap ke lima dari model literasi informasi The Big6, yaitu mengorganisasikan informasi. Kata kunci: Literasi informasi, Kesehatan reproduksi, Pencarian informasi.
Abstract One of the problems of youth in the era of information today is the right way for and find information on adolescent reproductive health. Among the various problems in finding the information will require an information literacy. The purpose of this study is to investigate, identify and describe the process of information literacy on adolescent reproductive health are committed by class XI SMK 31 Jakarta students. This study is a qualitative research with an interpretive approach. The results showed that the information literacy class XI of SMK 31 Jakarta students only up to the stage five of The Big6 model of literacy information, that is organizing information. Keyword: Information literacy, Reproductive health, Information search.
I.
Pendahuluan
Ledakan informasi dan kemajuan teknologi telah memunculkan masalah yang kemudian membingungkan masyarakat dalam menentukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan informasinya. Untuk memenuhi kebutuhan informasi masyarakat tersebut maka perlu adanya lembaga informasi yang dapat memenuhi segala macam informasi dan kemudahan akses informasi tersebut, yaitu perpustakaan. Segala informasi yang dimiliki perpustakaan secara terus menerus bertambah jumlah koleksinya sejalan dengan perkembangan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Perpustakaan juga sebagai sarana belajar bagi 1 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
masyarakat harus dimanfaatkan secara lebih optimal oleh masyarakat yang membutuhkannya. Masalah yang sering muncul di masa remaja adalah cara remaja yang salah dalam mencari tahu informasi tentang kesehatan reproduksi. Namun umumnya masyarakat Indonesia menganggap informasi terkait kesehatan reproduksi remaja sangat terbatas dan masih dianggap tabu. Padahal remaja membutuhkan advokasi untuk mengetahui perkembangan biologis pada tubuh mereka. Untuk itu para remaja perlu dibekali dengan informasi yang benar tentang bagaimana mempersiapkan diri sebagai generasi penerus bangsa yang sehat jasmani, rohani, mental dan spiritual. Program pemerintah Indonesia, dalam hal ini diwakili oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sejak tahun 2000, juga telah mengangkat kesehatan reproduksi remaja menjadi program nasional. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah melalui BKKBN untuk mengatasi masalah remaja tersebut diantaranya melalui Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R). Dukungan terhadap program pemerintah ini terus dilanjutkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2009 - 2014. Program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) merupakan upaya pelayanan untuk membantu remaja memiliki status kesehatan reproduksi yang baik melalui : pemberian informasi, pelayanan konseling, dan pendidikan keterampilan hidup (Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi, 2008 : 2). Temuan di lapangan berdasarkan data BKKBN, bahwa kasus kesehatan reproduksi remaja mengalami peningkatan, dari permasalahan yang sederhana sampai pada permasalahan yang dapat merugikan diri sendiri bahkan sampai membahayakan orang lain. Diperkirakan setiap tahun jumlah aborsi di Indonesia 2,4 juta jiwa. Bahkan, 800.000 diantaranya terjadi di kalangan remaja. Ketidaktahuan, ketidakpahaman dan belum terpenuhinya hak-hak reproduksi itu mengakibatkan timbulnya masalah dan bahkan petaka (kematian) bagi remaja. Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2002-2003) didapatkan bahwa remaja mengatakan mempunyai teman yang pernah berhubungan seksual pada usia 14-19 tahun (wanita 34,7%, pria 30,9%), sedangkan usia 20-24 tahun (wanita 48,6%, pria 46,5%). Selain itu, pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang Kesehatan Reproduksi Remaja relatif masih rendah. Remaja perempuan yang tidak tahu tentang perubahan fisiknya sebanyak 13,3%. Hampir separuh (47,9%) remaja perempuan tidak mengetahui kapan seorang perempuan memiliki hari atau masa suburnya. Sebaliknya, dari survey yang sama, pengetahuan dari responden laki-laki yang mengetahui masa subur perempuan lebih tinggi (32,3%) dibanding dengan responden remaja perempuan (29%). Mengenai pengetahuan remaja laki-laki tentang mimpi basah lebih tinggi (24,4%) dibandingkan dengan remaja perempuan (16,8%). Sedangkan pengetahuan remaja laki-laki tentang menstruasi lebih rendah (33,7%) dibandingkan dengan remaja perempuan (76,2%). Pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menghindari HIV AIDS masih terbatas, hanya 14% remaja perempuan dan 95% remaja laki-laki 2 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% remaja perempuan dan 25% remaja laki-laki menyebutkan menggunakan kondom serta 11% remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki menyebutkan membatasi jumlah pasangan (jangan bergantiganti pasangan seksual) sebagai cara menghindari HIV AIDS (SKRRI,2007). Di era keterbukaan informasi dan teknologi informasi seperti sekarang, banyak pilihan informasi bagi para remaja, terutama terkait dengan kesehatan reproduksi remaja. Informasi secara tidak langsung merubah pola pikir remaja termasuk cara bersikap dan cara bertindak para remaja saat ini menjadi sangat liberal, contohnya yang berkaitan dengan seksualitas sebelum nikah. Selain itu usia remaja merupakan usia rawan, karena remaja mudah sekali terpengaruh pada hal-hal baru. Oleh sebab itu para remaja sangatlah perlu diberikan informasi serta pemahaman tentang kesehatan reproduksi remaja agar tidak terjerumus pada kehidupan seks bebas yang justru akan mengakibatkan suramnya kehidupan masa depan remaja itu sendiri. Namun kemampuan remaja untuk mendapatkan informasi dalam pemenuhan kebutuhan informasi berbeda-beda. Tingkat kemampuan yang berbeda ini yang menentukan baik atau tidaknya hasil dari analisis informasi yang diperoleh. Untuk mengatasi hal ini, remaja perlu dibekali pengetahuan cara menemukan informasi yang dibutuhkannya. Remaja harus dapat menentukan informasi yang dibutuhkan, dan untuk memenuhi kebutuhan informasinya tersebut, maka remaja harus dibekali dengan keterampilan literasi informasi. Literasi informasi secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mencari dan menemukan informasi adalah berupa serangkaian keterampilan yang dipindahkan dari pustakawan kepada pengguna untuk tujuan memudahkan pelayanan dan agar tidak merepotkan pustakawan. Dengan keterampilan literasi informasi, maka remaja akan mampu memilih informasi yang dibutuhkannya, teutama tentang kesehatan reproduksi remaja yang benar, sehingga tidak mudah saja percaya dengan informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Penelitian yang dilakukan ini menekankan model literasi informasi The Big6 yang cocok diterapkan bagi siswa Sekolah Menengah Atas. Untuk mampu bertahan di era informasi, maka semua orang harus memiliki kemampuan dan pengetahuan terkait literasi informasi. Kemampuan literasi informasi ini bersifat long life learning atau pembelajaran yang berguna sepanjang hayat. Kemampuan ini nantinya dapat digunakan dalam kehidupan mereka di masa yang akan datang dalam berinteraksi sosial dan dalam mengambil keputusan. Literasi informasi model ini merupakan model literasi informasi yang paling dikenal dan paling umum digunakan dalam mengajarkan keahlian informasi (Sudarsono, et.al, 2007: 21). The Big6 tidak hanya merupakan sebuah model literasi informasi dan teknologi, namun merupakan sebuah kurikulum di sekolah. Terdapat enam langkah utama dalam The Big6, yang dalam masing-masing langkahnya memiliki 2 sub langkah, yaitu : 1. Definisi Tugas 1.1. Mendefinisikan masalah informasi 1.2. Mengidentifikasi kebutuhan informasi 2. Strategi Pencarian Informasi 2.1. Menetapkan semua sumber yang dapat digunakan 3 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
2.2. Menseleksi sumber terbaik 3. Lokasi dan Akses 3.1. Melokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik) 3.2. Menemukan informasi dalam sumber-sumber yang ada 4. Pemustakaan Informasi 4.1. Menghubungkan informasi 4.2. Mencari informasi yang relevan 5. Sintesa 5.1. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber 5.2. Mempresentasikan informasi 6. Evaluasi 6.1. Menilai produk (efektif atau tidak) 6.2. Menilai proses (efektif atau tidak) Interaksi sosial remaja kebanyakan bersama teman-temannya, hal ini lah yang menyebabkan remaja cenderung lebih dekat dengan teman sebayanya maka kemungkinan ia pun akan lebih percaya pada informasi yang berasal dari lingkungan teman - temannya, termasuk informasi tentang kesehatan reproduksi. Padahal informasi seperti itu belum tentu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian di Universitas Indonesia mengenai literasi informasi yang sudah pernah dilakukan pada siswa sekolah alam. Penelitian dilakukan oleh Nuruls Sofa, dengan judul penelitian adalah “ Penerapan Literasi Informasi di Sekolah Alam Indonesia Rawa Kopi”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan literasi di Sekolah Alam Indonesia dan mengetahui peran guru dan perpustakaan sekolah dalam penulisan project penelitian siswa. Hasil penelitiannya adalah siswa dapat menerapkan literasi informasi dalam penulisan project penelitian mulai dari menentukan tema, identifikasi sumber, mencari informasi, menyeleksi, mengolah, dan yang terakhir presentasi. Penelitian lainnya mengenai literasi informasi juga dilakukan oleh Arsidi, dengan judul “ Literasi Informasi di Perpustakaan SMA Negeri 1 “Teladan” Yogyakarta (Evaluasi Literasi Informasi dengan Menggunakan Standar dari Association of College and Research Libraries). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi informasi yang dimiliki oleh siswa SMA Negeri 1 Teladan Yogyakarta dengan menggunakan standar Association of College and Research Libraries. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif, dengan hasil penelitian bahwa kemampuan literasi informasi yang dimiliki oleh siswa dinyatakan masih kurang, maka diperlukan kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan literasi informasi siswa di sekolah. Menurut hasil SDKI tahun 2007, akibat kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi remaja ini, maka timbul masalah-masalah yang dapat mengganggu perkembangan hidup remaja di masa yang akan datang. Pentingnya keterampilan literasi informasi remaja untuk membantu siswa dalam mengambil keputusan dan menjadi manusia pembelajar di era pengetahuan dan informasi. Oleh karena itu, rumusan masalahnya adalah Bagaimana literasi informasi kelas XI SMKN 31 Jakarta tentang Kesehatan Reproduksi Remaja ? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman, mengetahui, mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses literasi informasi 4 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
tentang Kesehatan Reproduksi Remaja yang dilakukan oleh remaja kelas XI SMKN 31 Jakarta dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi Kesehatan Reproduksi Remaja di PIK-R. Dalam penelitian ini, peneliti memilih tempat penelitian di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 31 Jakarta. Hal ini dikarenakan SMKN 31 Jakarta memiliki Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R). PIK-R SMKN 31 Jakarta merupakan PIK-R terbaik ke 6 tingkat Nasional. PIK-R merupakan suatu wadah kegiatan program penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja, yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja, guna memberikan pelayanan informasi dan konseling remaja. PIK-R juga merupakan salah satu upaya mempersiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas sejak dini dalam rangka menciptakan keluarga berkualitas di masa yang akan datang (BKKBN dan UNFPA, 2005). Dalam penelitian ini, akan diteliti literasi informasi yang dilakukan oleh remaja kelas XI, karena secara usia, siswa kelas XI merupakan remaja usia pertengahan yang rentan akan pengaruh negatif. Secara biologis, remaja usia pertengahan telah memiliki kematangan organ reproduksi, dipengaruhi pula dengan psikologis remaja yang sedang membutuhkan informasi yang banyak dan benar tentang kesehatan reproduksi (BKKBN, 2006: 35). Kemampuan literasi informasi merupakan prasyarat masyarakat informasi dalam upaya belajar sepanjang hayat (life long learning). Konsep literasi informasi berawal dari pendidikan pemakai di perpustakaan. Idealnya pengenalan dan pengembangan kemampuan literasi informasi ini dilakukan semenjak di pendidikan dasar. Namun hal ini mungkin belum terjadi di Indonesia, karena belum ada pemahaman tentang konsep literasi informasi. Pendit dalam Purwono (2008: 2) mengungkapkan bahwa literasi informasi dikaitkan dengan kemampuan mengakses dan memanfaatkan secara benar sejumlah informasi yang tersedia di internet. Hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatkan teknologi internet ini pengguna (user) diharapkan pengetahuan atau keterampilan dalam menelusur informasi serta mengetahui strategi penelusuran agar dalam penelusuran bisa lebih efektif dan efisien. Menurut Eisenberg (2004: 7) selain memiliki kemampuan literasi informasi, seseorang juga harus membekali diri dengan literasi yang lain seperti : 1. Literasi visual adalah kemampuan seseorang untuk memahami, menggunakan dan mengekspresikan gambar. Termasuk pula kemampuan untuk berpikir, belajar serta mengekspresikan gambar tersebut. 2. Literasi media merupakan kemampuan untuk mengakses, menganalisis dan menciptakan informasi untuk hasil yang spesifik. 3. Literasi komputer adalah kemampuan untuk membuat dan memanipulasi data melalui perangkat lunak pengolah kata, pangkalan data dan sebagainya. 4. Literasi digital merupakan keahlian yang berkaitan dengan penguasaan sumber dan perangkat digital. 5. Literasi jaringan adalah kemampuan untuk menggunakan, memahami, menemukan, memanipulasi informasi dalam jaringan misalnya internet. 5 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secermat mungkin mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993: 29) yang dilakukan terhadap siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian interpretif. Menurut Pendit (1998: 7), bahwa informasi adalah abstraksi di dalam pikiran manusia yang berkaitan dengan cara manusia membangun realitas di kepalanya. Untuk melakukan penelitian interpretif ini, peneliti berupaya untuk dapat dekat dengan orang-orang yang ditelitinya. Salah satunya dengan cara mengembangkan keakraban dan kedekatan dengan orang-orang yang diteliti tersebut. Peneliti membangun keakraban dan kedekatan dengan para informan, seperti dengan teman sendiri. Ini dimaksudkan agar peneliti mudah mendapatkan data yang diinginkan. Peneliti melakukan wawancara dengan para informan sebanyak 6 (enam) kali. Hal ini dilakukan agar peneliti mendapatkan jawaban yang berulang dari para informan. Wawancara dilakukan dalam suasana santai ketika jam istirahat sekolah. Agar tidak bosan dan menjemukan, peneliti berbincang dengan para informan dengan suasana santai dan memberikan suguhan kue-kue untuk para informan. Hal ini dilakukan peneliti, agar para informan antusias dalam menjawab pertanyaan yang berulang. Dalam pengumpulan data dalam penelitian ini, hal yang menjadi bahan pertimbangan peneliti adalah pemilihan informan pertama yang akan diwawancarai yang disebut dengan the purpose of the first sample, yang ditunjuk oleh guru Bimbingan Konseling yang merupakan fasilitator PIK-R. Dalam hal ini informan pertama merupakan informan yang datanya akan segera digunakan untuk bahan analisis. Selanjutnya dengan bantuan informan pertama, peneliti mengidentifikasi siswa kelas XI lainnya yang akan dijadikan informan. Yang diinginkan oleh peneliti adalah informan yang merupakan anggota PIK-R dan bukan anggota PIK-R untuk menjadi informan penelitian. Informan yang dipilih adalah mereka yang diasumsikan dapat memberi informasi sehubungan dengan penelitian ini, atau disebut dengan information rich access. Dari seluruh siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta yang berjumlah 206 orang, pemilihan informan ditentukan berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang ditentukan oleh peneliti adalah : 1. Informan merupakan kelas XI; 2. Siswa yang menjadi anggota PIK-R SPIRIT SMKN 31 Jakarta sebanyak 2 (dua) orang; 3. Siswa yang bukan anggota PIK-R SPIRIT SMKN 31 Jakarta sebanyak 2 (dua) orang; 4. Siswa bersedia diwawancara.
6 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
Selain itu, peneliti juga menetapkan informan seorang guru yang juga merupakan seorang fasilitator PIK-R SPIRIT SMKN 31 Jakarta. Untuk menentukan informan pertama yang akan diwawancarai, peneliti melakukan observasi dan menanyakan melalui guru bimbingan konseling, sehingga peneliti mendapatkan informan pertama sesuai yang diinginkan. Sedangkan untuk informan selanjutnya, infoman pertama membantu peneliti untuk menentukan informan yang bersedia dan memiliki waktu untuk melakukan wawancara. III. ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA Semua model literasi informasi mempunyai ciri tersendiri. Alasan peneliti menggunakan model literasi informasi The Big6 sebagai alur proses penelitian dalam mengetahui literasi informasi siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta adalah karena The Big6 sudah banyak diterapkan di sekolah-sekolah di luar negeri (Diem, 2011: 107). Orang yang sangat ahli dalam memecahkan masalah informasi cenderung menggunakan langkah-langkah The Big6 tanpa disadari atau mengetahui apa itu model literasi informasi The Big6 meskipun tidak mempelajarinya. Model literasi informasi The Big6 digunakan oleh peneliti untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan proses literasi informasi siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta tentang kesehatan reproduksi per tahapan. 1.
Mendefinisikan Masalah Informasi
Dari paparan analisa situasi para siswa kelas XI, diidentifikasi beberapa fakta bahwa siswa kelas XI, merupakan remaja yang bermasalah dalam mencari informasi. Siswa tersebut membutuhkan informasi yang terkait tentang kesehatan reproduksi remaja (Partosuwido dalam Idrus, 2009: 172). Tentunya remaja harus memahami dan mengetahui maksud dari pencarian informasi tersebut. Masalah tersebut perlu mendapatkan prioritas dalam penyelesaian masalahnya, sehingga diperlukan tahapan merumuskan masalah dan mengidentifikasi informasi yang diperlukan. Dari keterangan yang disampaikan oleh para informan, terlihat bahwa mereka mendefinisikan masalah dengan melihat topiknya terlebih dahulu. Setelah mendapatkan topik, barulah informasi yang diinginkan dicari. Pencarian informasi dilakukan melalui internet ataupun buku. Menurut Yusup (2010 : 67), seorang manusia ketika mencari informasi secara tidak langsung berkomunikasi dan berinteraksi melalui media yang dipilihnya, dipengaruhi oleh motif-motif yang menggerakkan dalam dirinya. Setiap manusia mempunyai alasan untuk memilih apa yang dianggapnya baik. Usaha untuk memenuhi dan mencari informasi untuk proses pengembangan diri, individu secara aktif melakukan proses pencarian informasi melalui media komunikasi yang dipilihnya, yang menurutnya mampu memberikan kepuasan dan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, para informan mengetahui kebutuhan informasi yang mereka butuhkan. Berawal dari adanya masalah yang harus dipecahkan itu lah, maka harus diikuti dengan serangkaian keterampilan pencarian informasi dan pemanfaatan informasi. Pemecahan masalah dapat terjadi dalam situasi formal maupun non formal dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang bergerak dalam proses berinteraksi dengan informasi, dan berimbas saat menggunakan media dalam penelusuran informasi yang dicari. 7 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
Seseorang diharapkan memiliki keterampilan berliterasi media, komputer dan literasi pendukung lainnya. Dari hasil wawancara dengan para informan, mereka sepakat bahwa remaja di usia mereka membutuhkan informasi tentang kesehatan reproduksi remaja. Informasi-informasi tersebut dibutuhkan karena rasa keingintahuan mereka akan hal-hal terkait masalah yang ada dalam dirinya dan untuk mencari solusi untuk memecahkan masalah, pengambilan keputusan dan menyelesaikan tugas sekolah yang diberikan oleh guru. Dari keterangan yang disampaikan oleh para informan menggambarkan bahwa informasi tentang kesehatan reproduksi itu penting untuk menjamin kesehatan dan pergaulan mereka agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif. Mendapatkan informasi yang benar merupakan hak remaja. Hak-hak remaja tersebut telah dikukuhkan oleh masyarakat internasional melalui Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan. Kemampuan mengidentifikasi masalah dilihat dari bagaimana usaha yang yang siswa lakukan untuk memahami suatu topik permasalahan. Untuk mengidentifikasi masalah, siswa dapat memanfaatkan bantuan dari lingkungan sekitar, misalnya guru, teman dan orang tua untuk membantu memahami topik permasalahan yang harus diselesaikan. Sejauh pengamatan peneliti, kesulitan yang dialami dalam menentukan informasi yang dibutuhkan adalah dalam mendefinisikan topik permasalahan itu sendiri. 2.
Strategi Pencarian informasi
Kemudahan dalam melakukan pencarian informasi dengan memanfaatkan fasilitas searching dan browsing di internet untuk menyelesaikan persoalan juga menuntut keterampilan dalam menerapkan strategi pencarian informasi. Dari penuturan para informan, mayoritas informan mengatakan bahwa mereka menemukan informasi dari buku dan internet. Selain itu, mereka juga mendapatkan informasi dari omongan orang dan dari tayangan televisi. Hal ini berarti para informan memperoleh informasi dari sumber informasi ketiga (tertiary source), yaitu jenis informasi yang telah diolah menjadi suatu kesimpulan atau rangkuman yang dikumpulkan dari sumber informasi utama dan kedua (Sulistyo-Basuki, 1996: 38). Para informan yang merupakan siswa SMK sudah dapat meramu pendapat tentang seluruh kemungkinan sumber yang didapat atau strategi yang akan digunakan untuk menyelesaikan permasalahan. Menurut Diem (2011: 110), dengan memperhatikan berbagai format dan teknik penelitian, seharusnya para informan sudah dapat menghasilkan daftar sumber yang mungkin didapat baik dalam bentuk tekstual, visual maupun berupa orang untuk memecahkan permasalahan serta mampu mengidentifikasi berbagai alasan menggunakan jenis sumber tertentu. Pada tahapan ini, mempersempit daftar yang sesuai dengan sumbersumber yang akan digunakan untuk tugas atau permasalahan tertentu merupakan langkah berikutnya. Ketika mengidentifikasi kebutuhan informasi, para siswa tidak selalu bisa memahami permasalahan yang harus mereka selesaikan. Biasanya mereka mencari penjelasan atau meminta pendapat orang-orang yang dekat dengan mereka. 8 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
3.
Lokasi dan Akses
Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi, maka penyediaan akses informasi saat ini tentunya menjadi lebih mudah. Sarana dan prasarana akses informasi sudah banyak yang menggunakan internet. Hal ini mensyaratkan agar para siswa lebih teliti dalam mencari informasi dengan akses internet. Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi satu hal yang menjadi tuntutan adalah kemampuan dalam penggunaan komputer. Skill atau kemampuan penggunaan komputer menjadi hal yang paling utama dalam menikmati kemajuan teknologi. Komputer adalah alat bantu dalam penelusuran informasi. Literasi komputer merupakan salah satu bagian penting literasi informasi. Dari jawaban yang diberikan oleh informan, keahlian menggunakan komputer sudah dimiliki para informan sejak mengenal bangku sekolah. Semua informan mengatakan bahwa mereka memiliki kemampuan yang cukup dalam menggunakan komputer. Para informan dapat menggunakan beberapa aplikasi yang ada di komputer seperti pengolah kata (Ms. Word), pengolah kertas kerja (Ms. Excel), pengolah presentasi (Ms. Power Point) dan aplikasi edit photo (Photoshop) yang diajarkan melalui mata pelajaran KKPI ( Keterampilan Komputer dan Pengelolaan Informasi), keahlian ini diperlukan untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru mereka. Eisenberg (2004: 7) mengatakan bahwa literasi komputer adalah kemampuan untuk membuat dan memanipulasi data melalui perangkat lunak pengolah kata, pangkalan data dan sebagainya. Keterampilan menggunakan komputer mencakup beberapa keahlian dasar seperti menggunakan keyboard, mouse dan printer. Semua informan mengatakan kemampuan komputernya cukup atau lumayan, walaupun mereka hanya bisa menggunakan program-program yang sama dan standar. Kemampuan informan yang terbatas dalam mengoperasikan komputer, dikarenakan para informan kurang tertarik dan tidak memiliki bakat untuk mendalami komputer. Sehingga para informan tidak memanfaatkan aplikasi komputer dengan sebaik-baiknya, kecuali untuk mengerjakan tugas saja. Dari hasil wawancara dengan para informan, diketahui bahwa siswa kelas XI tidak mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan untuk mengetahui informasi tentang kesehatan reproduksi. Mereka tidak mempedulikan apakah sumber yang mereka dapat berasal dari sumber primer, ilmiah atau terkenal. Bagi mereka, asalkan informasi tersebut lengkap dan sesuai dengan apa yang ingin mereka cari, informasi tersebut lah yang diambil. Dalam upaya memenuhi kebutuhan informasinya, tentunya para informan mencari informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Proses penelusuran informasi dari berbagai sumber akan melibatkan pemanfaatan media sebagai alat untuk mencari informasi tersebut. Para informan dalam menelusur informasi akan memilih cara yang dianggap lebih efektif. Dari hasil wawancara dengan para informan, diketahui bahwa siswa kelas XI tidak mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan untuk mengetahui informasi tentang kesehatan reproduksi. Mereka tidak mempedulikan apakah sumber yang mereka dapat berasal dari sumber primer, ilmiah atau terkenal. Bagi mereka, asalkan informasi tersebut lengkap dan sesuai dengan apa yang ingin mereka cari, informasi tersebut lah yang diambil. 9 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
Cara menemukan informasi tidak hanya didapat melalui internet, namun juga dapat ditemukan dalam indeks ataupun abstrak. Apabila para informan tidak mengetahui cara bagaimana menggunakan indeks, bukan berarti para informan harus membaca seluruh isi buku. Oleh karena itu, untuk menemukan sumber informasi, biasa dilakukan dengan cara skimming ( membaca cepat untuk menemukan ide pokok) dan scanning ( membaca cepat untuk menemukan faktafakta tertentu). Secara umum, para informan mengetahui bahwa BKKBN memberikan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja. Hal ini diajukan peneliti ketika mengajukan pertanyaan, menurut kalian apakah informasi yang disampaikan BKKBN benar? Dan semua informan menyatakan bahwa informasi yang disampaikan oleh lembaga resmi pemerintah BKKBN adalah benar.Sebagian informan mengatakan bahwa mereka memutuskan untuk menggunakan suatu sumber informasi dilihat dari isi informasi tersebut, tidak memperhatikan bentuk, otoritas, akurasi dan kebaruan informasi tersebut. Ini menggambarkan kemampuan berliterasi informasi yang rendah, karena kualitas sebuah informasi tidak dilihat dari kemasannya akan tetapi dari isinya. Literasi informasi dalam hal identifikasi sumber dilihat dari pertimbangan informan memilih sumber-sumber informasinya, kemudian melihat apakah sumber tersebut primer, ilmiah, pembahasannya lengkap. Dalam mencari informasi, terlihat pula bahwa kondisi lingkungan dan perekonomian informan mempengaruhi informan dalam pola pencarian informasi. SMKN 31 Jakarta terletak di kawasan padat penduduk dengan tingkat kemampuan ekonomi yang rendah dan biasa saja, Hal ini tentu menjadi hambatan ketika mereka mencari informasi yang dibutuhkan. Tentu banyak faktor pula yang menyebabkan siswa kesulitan mencari informasi, selain faktor ekonomi, dimana harga buku mahal dan menyebabkan siswa tidak mampu membelinya. Mengakses informasi melalui internet pun, merupakan suatu hal yang mahal bagi sebagian masyarakat. Satu-satunya cara para siswa tersebut memperoleh informasi tentang kesehatan reproduksi remaja adalah dengan mengunjungi PIK-R SPIRIT, yang di dalamnya terdapat perpustakaan PIK-R yang memuat segala macam sumber informasi dalam bentuk buku, leaflet, brosur dan alat peraga. 4.
Menggunakan Informasi
Dengan kemajuan era teknologi informasi maka sumber informasi yang ditawarkan semakin beragam. Sesuai dengan kebutuhan informasinya. Kemampuan menggunakan informasi digunakan agar seseorang mampu menggunakan informasi yang diperolehnya secara efektif dan efisien. Kemampuan menggunakan informasi dapat diketahui dengan memahami bagaimana siswa menggunakan informasi baru dan informasi yang sudah dimiliki sebelumnya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dari hasil wawancara dengan keempat informan, semuanya dihadapkan pada masalah pemilihan cara yang efektif untuk menyaring informasi yang banyak jumlahnya tersebut menjadi informasi yang terseleksi dan dapat menyelesaikan permasalahan. Sejauh pengamatan dan hasil wawancara, ditemukan fakta lapangan bahwa para informan menyimpan infomasi dengan caranya masing-masing. Ada yang menyimpan dengan cara membuat catatan 10 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
kecil bahkan ada yang menyimpan informasi yang diperolehnya hanya dengan mengingatnya saja. Sebagaimana telah diungkapkan oleh seluruh informan, bahwa mereka membutuhkan informasi untuk berbagai macam kepentingan, termasuk untuk memperlancar proses pengambilan keputusan. Ketika seseorang membaca sebuah buku misalnya, ia dihadapkan pada informasi yang begitu banyak. Sebagai langkah awal untuk mengetahui keseluruhan isi gagasan-gagasan yang terdapat dalam buku tersebut biasanya dilakukan : skimming, scanning dan menarik kesimpulan. Dalam mengolah atau mengorganisir informasi, informan melakukan hal yang berbeda untuk informasi yang didapat dari media elektronik seperti internet dan dari media cetak seperti buku. Untuk informasi dari internet sebagian informan melakukan copy paste ke ms. word. Namun sebelum copy paste, informan membaca dulu dan memilih informasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Mereka belum mempelajari metode skimming dan scanning, terlihat dari keterangan yang disampaikan para informan dalam wawancara dengan peneliti. Menurut Diem (2011:111), skimming adalah cara yang dilakukan seseorang untuk memahami isi sebuah buku dengan cara melihat daftar isi sehingga mendapat gambaran menyeluruh mengenai isi atau ide utama sebuah buku. Sedangkan scanning adalah membaca cepat untuk menemukan fakta-fakta tertentu. Teknik skimming dan scanning dapat diaplikasikan untuk menemukan bahan informasi yang tepat di situs web ataupun di dalam buku. Setelah data-data untuk informasi yang mereka butuhkan didapatkan, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah memilah data yang dianggap aktual, akurat dan terpercaya. Sehingga data yang tidak diperlukan disisihkan. Data-data yang dianggap perlu dikelompokkan kemudian disimpan. Literasi informasi seseorang dalam mengolah informasi dilihat dari teknik yang digunakan seperti menggunakan fungsi copy paste, foto kopi, scan atau menciptakan suatu sistem sendiri untuk mengorganisir informasi. Dalam penelitian ini informan masih hanya sebatas copy paste dan foto kopi, belum sampai pada pembuatan sistem. 5. Mengorganisasikan Informasi Setelah informan menemukan dan merangkum informasi yang relevan, mereka perlu mengorganisir informasi sedemikian rupa sehingga mencerminkan pemahaman bagi diri mereka sendiri. Agar informasi saling terkait satu sama lain sehingga terpadu dengan baik. Dari hasil wawancara dengan para informan, didapati fakta bahwa informan Dungkar dan Obi, kurang tertarik untuk menyusun informasi yang diperoleh dengan membuat catatan atas informasi yang diperoleh dan informasi yang dimilikinya sebelumnya. Peneliti menganalisa bahwa informan Dungkar dan Obi adalah anak laki-laki, sehingga masih ada rasa malas dalam diri mereka untuk menyusun informasi ke dalam bentuk catatan. Seseorang dikatakan literate jika dapat menggunakan suatu informasi untuk memecahkan suatu permasalahan serta dapat menggabungkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi baru untuk mendapatkan pengetahuan baru. Penggunaan informasi berkaitan erat dengan dengan karakter informan. Mereka sadar betul bahwa pengetahuan atau informasi yang dimiliki menjadi dasar utama untuk mencari pengetahuan baru. Mereka menyadari bahwa informasi yang mereka ketahui belum tentu paling benar sehingga mereka lebih percaya pada informasi yang sumbernya lebih jelas. 11 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
Media adalah cara terbaik untuk menyebarkan informasi sangat tergantung pada konteks informasi itu sendiri. Setiap media memiliki keunggulan tersendiri dan pemahaman tersebut seharusnya dimiliki seseorang agar dapat menentukan media yang tepat untuk menyampaikan informasi pada orang lain. Dalam standar dikatakan bahwa salah satu kriteria seseorang yang dikatakan literate menggunakan informasi adalah apabila dapat menentukan media atau cara yang efektif untuk menyampaikan informasi pada orang lain. Dari penuturan para informan, semua informan sepakat menyebarkan informasi melalui obrolan kepada teman-temannya. Diskusi dengan teman-teman dapat memberikan informasi yang diketahui menjadi lebih mudah. Dalam penelitian ini, tulisan atau informasi merupakan salah satu cara terbaik untuk menyebarkan informasi. Komunikasi tertulis atau lisan memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk komunikasi yang disebarkan oleh para siswa anggota PIK-R melalui majalah dinding tentu dibutuhkan kreatifitas untuk membuat tampilan majalah dinding tersebut menarik untuk dibaca, sehingga pesan yang ingin disampaikan, sampai kepada para siswa yang membaca majalah dinding tersebut. 6. Evaluasi Informasi Kegiatan mengevaluasi informasi merupakan bagian penting yang harus dilakukan secara kritis. Evaluasi tidak hanya menyangkut informasi, tetapi juga sumber-sumber informasi yang didapatkan. Pada tahapan ini dilakukan penilaian terhadap produk yang dihasilkan dan menilai proses dari segi efektifitas dan efisiensi. Seseorang menilai bagaimana produk akhir yang dihasilkan itu menjawab pertanyaan atau tidak. Untuk memilih bagian-bagian penting dari informasi yang ditemukan, informan umumnya membaca dan mencocokkan dengan topik yang sedang dibahas. Kesesuaian informasi dengan variable-variabel topik menjadi acuan utama untuk menentukan informasi mana yang paling cocok. Judul dari teks juga menentukan informasi mana yang diambil. Dimana juduljudul yang mendekati tema, itulah yang dianggap relevan. Siswa harus benarbenar menelaah dan memahami isi sebuah informasi dan tidak hanya sekedar membaca judul atau melihat paragaraf tertentu. Dari penuturan para informan didapatkan fakta bahwa mereka tidak benar-benar melakukan evaluasi terhadap proses yang mereka lakukan dalam mencari informasi. Mereka hanya sebatas melakukan pencarian informasi yang dianggap benar, tanpa menyadari evaluasi yang mereka lakukan dalam tahapan pencarian informasi. Mereka juga tidak menemukan cara lain untuk menyelesaikan masalah mereka. Sebatas pengetahuan mereka tentang proses memenuhi kebutuhan informasi mereka, maka dapat dikatakan mereka belum melakukan proses evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan saat proses pencarian informasi berlangsung, selama berkali-kali, tidak hanya pada akhir kegiatan saja (Diem, 2011: 114). Evaluasi diperlukan untuk melihat apakah ada informasi yang yang belum terpenuhi oleh informan. Kalau informasinya diperoleh lewat internet, pemilihan sumber yang paling mudah adalah dengan melihat prioritas yang ditampilkan search engine. Halaman depan dianggap paling relevan dengan topik yang dicari. Ketika proses pemilihan informasi di website atau buku, sebetulnya juga telah dilakukan evaluasi, sehingga ketika informasi tersebut diambil, evaluasi tidak diperlukan lagi karena sudah dianggap relevan dengan kebutuhan. Evaluasi informasi melibatkan cara berpikir kritis seseorang. Artinya orang yang berpikir 12 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
kritis biasanya akan selalu melakukan evaluasi terhadap informasi apapun yang didapatkannya. Evaluasi biasanya dilakukan dengan membuat perbandingan antara informasi yang satu dengan informasi lainnya, mengaitkan informasi yang diperoleh dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan bertanya pada orang lain apabila ada yang tidak dipahami. Penilaian mengenai keakuratan informasi merupakan hal penting dan biasa dilakukan. Faktor pribadi umumnya menjadi alasan utama untuk mempercayai informasi apa dan sumber mana yang layak digunakan. Artinya seseorang yang sudah mempunyai keyakinan tertentu mengenai suatu hal, akan lebih percaya pada informasi yang mendukung atau sesuai dengan keyakinannya itu. IV.
KESIMPULAN
Dari beberapa tahapan The Big6 yang digunakan peneliti sebagai teori, didapati beberapa kesimpulan bahwa keempat informan yang merupakan siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta sudah dapat melaksanakan proses literasi informasi model The Big6. Tahap pertama informan dapat merumuskan dan mengidentifikasi kebutuhan informasinya. Mereka melakukan beberapa tindakan seperti mendefinisikan permasalahan dan bertanya pada guru ataupun fasilitator PIK-R, orang tua dan teman-teman, hampir semua informan mengatakan bahwa mereka mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi informasi yang mereka inginkan karena keterbatasan dalam memahami topik permasalahan. Pada tahapan selanjutnya, informan juga telah dapat menetapkan sumber apa yang mereka gunakan serta menyeleksi sumber terbaik. Sumber terbaik bagi para informan adalah buku, dan mereka menyadari bahwa sumber informasi terbaik adalah perpustakaan. Namun mereka belum memanfaatkan fasilitas perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan PIK-R dengan baik. Pada tahapan ketiga, siswa telah dapat melokasikan sumber-sumber informasinya baik isi maupun fisik serta menemukan sumber informasi terbaik, walaupun informan hanya mengenal search engine google saja. Pada tahapan ke empat, informan telah dapat menghubungkan informasi dan mencari informasi yang relevan. Umumnya informasi digunakan oleh para siswa untuk menyelesaikan suatu masalah. Informan juga menggunakan informasi untuk menambah wawasan dan pengembangan diri, serta untuk disebarluaskan kepada temannya yang belum mengetahui informasi tersebut. Pada tahapan kelima, mereka juga telah memiliki pemahaman mengenai media dan cara yang tepat untuk menyampaikan informasi pada orang lain. Namun pada tahapan keenam, dimana siswa dituntut untuk melakukan evaluasi proses, mereka belum sepenuhnya memahami dan menerapkan evaluasi proses dan hasil akhir yang didapatkan. Proses literasi informasi yang dilakukan oleh para remaja terutama siswa kelas XI SMKN 31 Jakarta dapat mempengaruhi penguasaan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi remaja. Dan PIK-R sebagai salah satu sumber informasi tentang kesehatan reproduksi remaja telah menyediakan informasi dan kemudahan akses informasi bagi para siswa SMKN 31 Jakarta. 13 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
Daftar Acuan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2006). Modul workshop : Konseling kesehatan reproduksi remaja bagi calon konselor sebaya. Jakarta : BKKBN. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2010). Pedoman pembentukan dan pengelolaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R). Jakarta : BKKBN. Chuzaimah Dahlan Diem. (2011). Perpustakaan, kepustakaan, dan keaksaraan : Model pembelajaran EYL. Palembang : Universitas Sriwijaya. Diao Ai Lien. (1996). Metode penelitian kualitatif dalam penelitian tentang kebutuhan dan perilaku pemakai informasi. Prosiding seminar sehari layanan pusdokinfo berorientasi pemakai di era informasi pandangan akademisi dan praktisi. Depok, 16 maret 1996. Eisenberg, M.B., and Berkowitz, R. (2002). The big 6 : an information problem solving process [Online]. http://www.big6.com diakses tanggal 6 Maret 2013. Eisenberg, Michael. (2004). Information literacy : essential skills for the information age.2nd.ed. London : Libraries Unlimited. Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Muhammad Idrus. (2007). Hubungan antara teman sebaya dengan kompetensi interpersonal mahasiswa. Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia. Pawit M. Yusup, Priyo Subekti. Teori dan praktik penelusuran informasi : information retrieval. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Putu Laxman Pendit. (1998). Sistem informasi sebagai sistem sosial : Pengantar ke pendekatan interpretif. Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan dan Kearsipan, Vol 1 No.1. September 1998. Purwono. (2008). Strategi penelusuran informasi melalui internet. Makalah disampaikan dalam Seminar di Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Jakarta, tanggal 30 April 2008. Sudarsono, Blasius, et.al. (2009). Literasi informasi : pengantar untuk perpustakaan sekolah. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Sulistyo-Basuki, et.al. (2006). Perpustakaan dan informasi dalam konteks budaya. Jakarta : Departemen Ilmu Perpustakaan dan Informasi, FIB UI.
14 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013
15 Literasi informasi..., Lia Andika Pratiwi, FIB UI, 2013