PRODUKSI IKAN CORYDORAS Corydoras aenus PADA PADAT PENEBARAN 8, 12 DAN 16 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI
Oleh :
YUDHI AMRIAL C14104066
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
i
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
PRODUKSI IKAN CORYDORAS Corydoras aenus PADA PADAT PENEBARAN 8, 12 DAN 16 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini.
Bogor, Oktober 2009
YUDHI AMRIAL C14104066
ii
RINGKASAN
YUDHI AMRIAL. Produksi Ikan Corydoras Corydoras aenus pada Padat Penebaran 8, 12 dan 16 Ekor/liter dalam Sistem Resirkulasi. Dibimbing oleh IRZAL EFFENDI dan HARTON ARFAH. Salah satu ikan hias yang berprospek untuk dikembangkan adalah ikan corydoras (Corydoras aeneus). Permintaan ikan corydoras dari beberapa negara Eropa dan Asia cukup tinggi yaitu sebanyak 10.000 – 20.000 ekor/bulan, akan tetapi permintaan tersebut belum mampu dipenuhi produksi dalam negeri (Marliani, 2007). Hal ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas para pembudidaya yang masih menggunakan sistem tradisional dengan padat penebaran yang rendah, yaitu kurang dari 3 ekor/liter yang dipelihara pada bakbak semen di luar ruangan. Upaya intensifikasi budidaya ikan corydoras dapat dilakukan dengan meningkatkan padat penebaran dan pengelolaan lingkungan perairan yang baik dengan sistem resirkulasi. Kepadatan yang optimal dapat memaksimalkan produksi. Penentuan kepadatan yang optimal merupakan langkah awal yang penting pada kegiatan budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi ekonomi dalam rangka mencari kepadatan optimal ikan corydoras (C. aenus) yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi. Penelitian dilaksanakan pada September-November 2008 di Laboratorium Sistem dan Teknologi, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ikan C. aenus dengan panjang awal rata-rata 2,13±0,23 cm (ukuran S) dipelihara dalam akuarium berukuran 60x30x28 cm sebanyak 9 unit yang disusun dalam suatu sistem resirkulasi. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter) dengan tiga kali ulangan pada setiap perlakuannya. Selama masa pemeliharaan, ikan diberi cacing sutera (Limnodrilus sp.) yang disebar merata ke dasar akuarium secara ad satiation (sekenyangnya) pada kisaran 7,53 – 45,37 gram dari awal sampai akhir pemeliharaan. Pakan diberikan tiga kali sehari yaitu pukul 08.00, 14.00 dan 19.00 WIB. Pertumbuhan, kelangsungan hidup, koefisien keragaman, dan efisiensi pakan serta fisika-kimia air diamati setiap tujuh hari selama 42 hari masa pemeliharaan. Peningkatan padat penebaran (X) ikan corydoras dari 8 hingga 16 ekor/liter menyebabkan penurunan pertumbuhan panjang mutlak (Y1), laju pertumbuhan bobot harian (Y2), tingkat kelangsungan hidup (Y3) dan efisiensi pakan (Y4) (p<0,05) secara linier mengikuti persamaan masing-masing; Y1= 1,532 – 0,033X, Y2=2,661 – 0,021X, Y3=100,1 – 0,766X dan Y4= 17,92- 0,038X. Koefisien keragaman panjang (Y5) meningkat seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X), mengikuti persamaan Y5= 8,230+0,503X.
iii
PRODUKSI IKAN CORYDORAS Corydoras aenus PADA PADAT PENEBARAN 8, 12 DAN 16 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Oleh: Yudhi Amrial C14104066
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
iv
SKRIPSI Judul Skripsi
: Produksi Ikan Corydoras Corydoras aenus pada Padat Penebaran 8, 12 dan 16 Ekor/liter dalam Sistem Resirkulasi
Nama Mahasiswa : Yudhi Amrial Nomor Pokok
: C14104066
Program Studi
: Teknologi dan Manajemen Akuakultur
Departemen
: Budidaya Perairan
Disetujui Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Irzal Effendi, M. Si
Ir. Harton Arfah, M. Si
NIP. 19640330 198903 1 003
NIP. 19661111 199103 1 003
Mengetahui: Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Indra Jaya, M.Sc. NIP. 19610410 198601 1 002
Tanggal Lulus Ujian : ..........................................
v
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Azza wa ’Jalla atas segala nikmat, rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam beserta keluarga dan para Sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Produksi Ikan Corydoras Corydoras aenus pada Padat Penebaran 8, 12 dan 16 Ekor/liter dalam Sistem Resirkulasi”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis dengan penuh keikhlasan dan ketulusan hati mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ir. Irzal Effendi, M.Si selaku Pembimbing I dan Ir. Harton Arfah, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan motivasi, bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi. 2. Dr. Eddy Supriyono selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis menuntut ilmu di IPB. 3. Dr. Widanarni selaku Dosen Penguji Tamu yang telah memberikan banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi. 4. Ibunda Kustiyah dan Ayahanda Dadang Iskandar, serta saudara-saudaraku; Denny Kurniawan, Aditya Jatnika, Novi Maulida dan Fajrian Ilman atas doa, kasih sayang dan dukungan yang diberikan. 5. Teman-teman BDP 40, 41 dan 42, Sisteker’z 41 (Aditya Prima Yudha, Basuki Setiawan, Feby Irliandy dan Lazuardi Yudha Anggoro), Rachman Saleh dan Asri Sutanti atas bantuan yang diberikan selama penelitian, pengolahan data dan penulisan skripsi. 6. Cahya Najumuddinrohman, Maulana Fajri, Emilea Yavanica dan Septi Khairunnisa atas doa, dukungan dan kebersamaan dalam penyelesaian skripsi. 7. Indah Prastiwi, Arsitektur Lanskap 45 atas semangat dan doa yang diberikan kepada penulis.
vi
8. Pak Jajang dan Kang Abe di laboratorium lingkungan atas bantuan dalam pengambilan data sampling fisika-kimia air. Mba Desi, Pak Marijanta, Kang Asep dan seluruh staf BDP atas bantuan dalam pengurusan administrasi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan juga bagi semua pihak yang memerlukan informasi yang berhubungan dengan tulisan ini. Amin. Bogor, Oktober 2009
Yudhi Amrial
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta, pada 27 Agustus 1986, sebagai anak ke-tiga dari lima bersaudara pasangan Dadang Iskandar A.Pi dan Kustiyah. Penulis memulai pendidikan di SDN Kraton 02 Pekalongan lulus 1998, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di SLTPN 2 Pekalongan dan lulus 2001. Di tahun yang sama penulis diterima di SMUN 1 Pekalongan dan lulus 2004. Penulis diterima menjadi mahasiswa Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (IPB) pada 2004 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama masa perkuliahan penulis pernah melaksanakan Praktek Lapangan pembesaran
ikan
kerapu tikus
(Cromileptes altivelis) di
Balai
Besar
Pengembangan Budidaya Air Laut (BBPBAL) Lampung pada Januari – Februari 2006, kemudian pembenihan dan pembesaran udang windu (Penaeus monodon) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara pada Juli – Agustus 2007. Penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen pada Mata Kuliah Nutrisi Ikan dan Teknologi Produksi Pakan Alami Semester Genap 2007/2008. Tugas akhir di perguruan tinggi diselesaikan penulis dengan menulis skripsi yang berjudul “PRODUKSI IKAN CORYDORAS Corydoras aenus PADA PADAT PENEBARAN 8, 12 DAN 16 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI”.
viii
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR....................................................................................... i DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1.2 Tujuan ....................................................................................................
1 1 2
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 3 2.1 Biologi Ikan Corydoras (Corydoras aenus)............................................. 3 2.2 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan.................................. 5 2.3 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Kelangsungan Hidup .................... 9 2.4 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Fisika-kimia Air............................. 11 2.5 Sistem Resirkulasi ................................................................................... 15 2.5.1 Filter Fisik ...................................................................................... 16 2.5.2 Filter Kimia. .................................................................................. 16 2.5.1 Filter Biologi................................................................................... 17 III. BAHAN DAN METODE .......................................................................... 3.1 Tempat dan Waktu ................................................................................ 3.2 Rancangan Percobaan ............................................................................ 3.3 Persiapan Wadah ................................................................................... 3.4 Penebaran Ikan ...................................................................................... 3.5 Pemberian Pakan .................................................................................... 3.6 Pengelolaan Fisika-Kimia Air ................................................................ 3.7 Pencegahan Hama dan Penyakit ............................................................ 3.8 Pengamatan................................ ............................................................ 3.8.1 Kelangsungan Hidup...................................................................... 3.8.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak........................................................ 3.8.3 Laju Pertumbuhan Bobot Harian.................................................. 3.8.4 Koefisien Keragaman Panjang...................................................... 3.8.5 Efisiensi Pakan.............................................................................. 3.8.6 Analisis Usaha................................................................................ 3.8.7 Analisis Data..................................................................................
18 18 18 18 20 22 22 23 24 24 24 24 25 25 26 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 4.1 Hasil ...................................................................................................... 4.1.1 Pertumbuhan Panjang .................................................................. 4.1.2 Pertumbuhan Bobot Harian ......................................................... 4.1.3 Kelangsungan Hidup ................................................................... 4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang .................................................. 4.1.5 Efisiensi Pakan .............................................................................
27 27 27 28 29 29 30
ix
4.1.6 Produksi........................................................................................ 4.1.7 Fisika-kimia Air ........................................................................... 4.1.8 Keuntungan Usaha......................................................................... 4.2 Pembahasan ...........................................................................................
31 32 34 35
V. KESIMPULAN .......................................................................................... 42 5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 42 5.2 Saran ..................................................................................................... 42 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 43 LAMPIRAN ..................................................................................................... 47
x
DAFTAR GAMBAR Halaman 1.
Corydoras aenus (Anonim, 2009) ........................................................... 4
2.
Filter 1, filter 2 dan tandon air bersih dalam pemeliharaan ikan Corydoras aenus pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari .......................................................................... 20
3.
Pakan alami berupa cacing sutera yang diberikan pada pemeliharaan ikan Corydoras aenus dengan padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari .................................................... 22
4.
Pertambahan panjang ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari............................................................................................................. 27
5.
Pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari .......................................................................................... 28
6.
Laju pertumbuhan bobot harian ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari…………………………...……………………….………. 28
7.
Kelangsungan hidup ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari............................................................................................................. 29
8.
Koefisien keragaman ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari............................................................................................................. 30
9.
Efisiensi pakan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari………………………………………………………………………. 31
10. Suhu wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............... 32 11. DO wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............... 32 12. pH wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............... 33
xi
13. TAN wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............... 33 14. Nitrit wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............... 34 15. Alkalinitas wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari............................................................................................................. 34
xii
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup beberapa spesies ikan hias kultur dalam akuarium pada berbagai tingkat kepadatan .................................... 2
7
Fisika-kimia air pada pemeliharaan beberapa spesies ikan hias kultur dalam akuarium pada berbagai tingkat kepadatan ..................................... 12
3. Persentase keragaman hasil panen ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8,12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. ........................................................................................................ 29
4. Peubah produksi ikan corydoras (Corydoras aenus) yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari………….………………………………………………………………....... 31
5. Analisis usaha ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ....................... 34
xiii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Statistik industri ikan hias dunia tahun 2004 ................................................ 48 2. Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan Corydoras aenus pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter yang dipelihara selama 42 hari .................................................................................................................. 48 3. Skema akuarium pemeliharaan ikan Corydoras aenus dalam sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter yang dipelihara selama 42 hari.............................................................................................. 49 4. Struktur tandon filter dan aliran air dalam sistem resirkulasi pemeliharaan Ikan Corydoras aenus pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter yang dipelihara selama 42 hari.................................................................... 49 5. Rancangan pengacakan akuarium pada pemeliharaan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ....................................................... 50 6. Panjang (cm) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............................................................................................................. 50 7. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari .............................................................................. 50 8. Analisis ragam pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari................................................................... 51 9. Uji lanjut polinomial orthogonal pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 42 hari......................... 51 10. Bobot (gram) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari................. 51 11. Laju pertumbuhan bobot (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............................................................................................... 52 12. Analisis ragam laju pertambahan bobot ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. ............................................................................ 52 13. Uji lanjut polinomial orthogonal laju pertumbuhan bobot ikan Corydoras
xiv
aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari...................................................... 52 14. Kelangsungan hidup (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. .............................................................................................. 52 15. Analisis ragam kelangsungan hidup ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............................................................................. 53 16. Uji lanjut polinomial orthogonal kelangsungan hidup ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. ..................................................... 53 17. Jumlah (ekor) ikan Corydoras aenus yang mati selama pemeliharaan pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............................................................................ 53 18. Koefisien keragaman ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari............................................................................................ 54 19. Analisis ragam koefisien keragaman ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari.... ......................................................................... 54 20. Uji lanjut polinomial orthogonal koefisien keragaman panjang ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ...................................... 54 21. Efisiensi pakan (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ............................................................................................... 55 22. Analisis ragam efisiensi pakan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari............................................................................................ 55 23. Uji lanjut polinomial orthogonal efisiensi pakan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari ...................................................... 55 24. Data jumlah intake pakan mingguan (gram) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. ............................................................... 56 25.
Rata-rata pakan yang dimakan (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem
xv
resirkulasi selama 42 hari ........................................................................... 56 26. Bobot rata-rata (gram) ikan Corydoras aenus yang mati selama pemeliharaan pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. ............................................................... 56 27. Fisika-kimia air media pemeliharaan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari................................................................................................. 57 28. Analisis usaha ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari.... 58
xvi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen terbesar ikan hias dunia dengan potensi sumber daya ikan hias air tawar sebesar 240 jenis dan ribuan jenis ikan hias air laut. Dari 8.000 jenis ikan hias dunia, 60%-nya (4.800 jenis) ada di tanah air (Numberi, 2005). Namun dari sekian banyak jenis ikan hias air tawar, baru sekitar 50 jenis yang telah dikembangkan. Ikan hias Indonesia masih berpotensi besar untuk mengisi pasar ekspor dunia. Mengingat pangsa di pasar ikan hias global mencapai 500 juta US$ dan yang berhasil diisi oleh Indonesia baru 15,7 juta US$ atau hanya 3,14% (Lampiran 1). Nilai ekspor ikan hias pada 2000 sebesar 11,3 juta US$, kemudian terus meningkat pada 2001 menjadi 14,6 juta US$, 2002 sebesar 15,05 juta US$ dan 2004 sebesar 15,7 juta US$, kemudian mengalami penurunan pada 2006 menjadi US$ 13,8 juta dan 2007 sebesar US$ 8,17 juta. Amerika Serikat (AS) masih menjadi pasar yang utama. Pada 2003, Indonesia memasok 12,2% dari impor ikan hias AS sebesar 41 juta US$ (Poernomo, 2008). Saat ini, jenis ikan hias air tawar asal Indonesia yang banyak diekspor antara lain; arwana (Schleropages formosus sp.), botia (Botia macrachanta sp.) dan cupang (Beta splendens). Disamping itu, Indonesia juga telah berhasil mengembangkan usaha budidaya ikan hias seperti koi (Cyrpinus carpio), maskoki (Carrasius auratus), coydoras (Corydoras sp.) dan guppy (Poecilia reticulata). Ikan corydoras merupakan salah satu jenis ikan hias air tawar yang banyak diminati pecinta ikan hias dan mempunyai peluang ekspor. Beberapa negara Asia yang mengimpor ikan ini adalah Jepang, Singapura dan Malaysia, sedangkan permintaan pasar global berasal dari Amerika Serikat, Australia, dan Eropa (Mudjiutami, 2000). Ikan ini mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan gemuk, punggung lebih melengkung dibandingkan dengan perut, memiliki dua pasang kumis yang terletak pada rahang atas dan bawah, serta panjang tubuh dapat mencapai 8 cm. Harga jual Ikan hias ini ditentukan berdasarkan ukuran tubuhnya. Permintaan paling banyak umumnya berukuran midle atau sedang (M). Harga corydoras ukuran M di tingkat eksportir pada 2008 mencapai Rp. 1.500 per ekor,
1
sedangkan di pasar mancanegara dapat mencapai Rp. 24.130 – 28.405 per ekor. Di Indonesia sentra produksi corydoras terpusat di daerah Jawa Barat seperti Bogor, Bandung dan Tangerang. Permintaan ikan corydoras dari beberapa negara Asia dan Eropa mencapai 10.000 – 20.000 ekor/bulan. Permintaan tersebut belum mampu dipenuhi produksi dalam negeri (Marliani, 2007). Hal ini disebabkan oleh rendahnya produktivitas para pembudidaya yang masih menggunakan sistem tradisional dengan padat penebaran yang rendah, yaitu kurang dari 3 ekor/liter yang dipelihara di bak-bak semen di luar ruangan. Upaya intensifikasi budidaya corydoras dapat dilakukan dengan meningkatkan padat penebaran dan pengelolaan lingkungan perairan yang baik menggunakan sistem resirkulasi. Sistem resirkulasi yang digunakan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Salah satu kelebihan dari sistem resirkulasi adalah efisien dalam penggunaan air dan kestabilan dalam lingkungan perairan. Kekurangan dari sistem ini adalah biaya usaha yang digunakan untuk pembuatan sistem resirkulasi cukup tinggi. Oleh karena itu, untuk mengatasi kekurangan dari sistem resirkulasi harus dilakukan upaya untuk memaksimumkan produksi. Salah satu upaya dalam memaksimumkan produksi adalah dengan menggunakan kepadatan optimal. Penentuan kepadatan yang optimal merupakan langkah awal dalam budidaya. Berdasarkan penelitian Dewi (2008) tentang pengaruh padat penebaran 3, 5 dan 8 ekor/liter terhadap produksi ikan corydoras didapatkan kelangsungan hidup yang tinggi yaitu masing-masing 98,35; 98,81 dan 97,89% serta pertumbuhan panjang mutlak sebesar 1,53; 1,50 dan 1,38 cm yang tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (p>0,05). Dari acuan tersebut diatas, padat penebaran ikan corydoras dalam sistem resirkulasi masih bisa ditingkatkan lagi dan untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menghitung pertumbuhan, kelangsungan hidup dan efisiensi ekonomi dalam rangka mencari kepadatan optimal ikan corydoras yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Corydoras (Corydoras aenus) Ikan corydoras termasuk dalam golongan ikan catfish yang berasal dari kawasan Amerika Selatan. Secara etimologis, nama corydoras berasal dari bahasa Yunani, yaitu kory yang berarti helm dan doras yang berarti kulit, karena morfologi ikan ini yang mempunyai kulit pelindung keras yang menyerupai bentuk baju perang (Studdart, 2007). Ikan corydoras sangat beragam yaitu sekitar 180 spesies, beberapa diantaranya termasuk golongan ikan mahal dengan kekhasan bentuk tubuh, warna dan bentuk sirip yang unik (Anonim, 2009). Di Indonesia sendiri corydoras sejak lama telah berhasil dibudidayakan terutama di daerah Jawa Barat seperti Bogor, Bandung dan Tangerang (Mudjiutami, 2000). Sistematika klasifikasi ikan Corydoras aenus menurut Hoedeman (1975) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
: Actynopterygii
Ordo
: Siluriformes
Famili
: Callichthyidae
Genus
: Corydoras
Spesies
: Corydoras aenus
Ikan corydoras adalah ikan akuarium air tawar tropis yang populer. Ikan ini pemalu, hidup secara bergerombol dan termasuk bottom feeders. Mills dan Lambert (2004) menambahkan bahwa ikan C. aenus mempunyai karakteristik yang unik yaitu memiliki warna perunggu dan penutup tubuh transparan dengan lekukan tulang yang menonjol, terlihat dari samping berwarna hijau keabu-abuan dan kemilau seperti logam, operkulum berwarna logam kehijauan dan siripnya merah muda kecokelatan (Gambar 1). Jenis ikan corydoras lain yang umum dibudidayakan diantaranya C. panda, C. paleatus dan C. sterbai.
3
Gambar 1. Corydoras aenus (Anonim, 2009)
Ikan corydoras mempunyai bentuk tubuh yang pendek dan gemuk, memiliki dua pasang kumis yang terletak pada rahang atas dan bawah, punggungnya berwarna hitam keemasan dan bagian perut berwarna agak kecoklatan, panjang tubuh ikan ini dapat mencapai 8 cm. Ikan corydoras betina umumnya memiliki sirip dorsal yang lebih lancip daripada jantan, selain itu ikan betina juga memiliki tubuh yang lebih besar daripada jantan. Betina yang perutnya membulat suka menyangkutkan hidungnya pada kerikil dasar akuarium saat sedang istirahat (Dewi, 2008). Ikan Corydoras tergolong ikan demersal, bersifat nokturnal dan omnivor. Sifat ikan yang hidup di dasar perairan, membuat ikan ini menyukai perairan yang lebih dingin dimana kadar oksigen terlarut relatif stabil, sehingga aktivitas pergerakan lebih digunakan untuk mencari makanan di dasar perairan daripada mengambil oksigen dari permukaan air. Sesuai dengan Effendi (2003), suhu yang tinggi akan menurunkan jumlah kadar oksigen terlarut dalam perairan, demikian sebaliknya. Suhu yang lebih dingin akan menurunkan kecepatan metabolisme dan respirasi organisme sehingga konsumsi oksigen lebih stabil. Namun demikian, ikan ini mampu hidup di perairan kolam yang dangkal dengan kadar oksigen yang rendah karena memiliki suatu alat bantu pernafasan yaitu organ labyrinth. Alat pernafasan tambahan ini mampu mengikat oksigen langsung dari udara bebas sehingga mampu menoleransi perairan dengan kadar oksigen terlarut < 3 mg/liter (Mudjiutami, 2000). Mudjiutami (2000) menyatakan ikan C. aenus termasuk ikan yang tahan terhadap lingkungan yang tidak nyaman, dan sangat mudah memijah jika pakan yang diberikan mencukupi. Corydoras tumbuh optimal pada kisaran suhu perairan
4
20-27 oC dan pH perairan 6,5-7,2 (Anonim, 2007). Kondisi lingkungan yang direkomendasikan untuk C. aenus adalah pH 6-8 dan suhu 22-26º C (Dewi, 2008).
2.2 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Pertumbuhan Padat penebaran menurut Hickling (1971) adalah jumlah ikan per satuan volume air, sedangkan Effendi (2004) menyatakan bahwa padat penebaran ikan adalah jumlah ikan atau biomassa yang ditebar per satuan luas atau volume wadah pemeliharaan. Ikan dapat ditebar dengan kepadatan yang maksimal sehingga ruang gerak individu atau kolektif menjadi faktor pembatas produksi. Namun demikian, dengan semakin meningkatnya kepadatan, kualitas air akan semakin menurun dan pemanfaatan pakan menjadi tidak merata. Hal ini menjadi faktor pembatas utama ikan pada kepadatan tinggi (Schmittou et al., 1997a). Sesuai dengan Huet (1972) yang menyatakan pertumbuhan ikan yang menurun dalam kepadatan tinggi lebih disebabkan oleh kompetisi pakan dibandingkan kompetisi ruang. Dengan demikian bertentangan dengan pendapat umum bahwa kepadatan tinggi atau overcrowding ikan bukan merupakan faktor pembatas utama terhadap kinerja produksi. Di dalam kolam, faktor utama yang membatasi produksi pada kepadatan ikan yang tinggi adalah oksigen terlarut yang rendah, limbah metabolik (Schmittou et al., 1997a), kompetisi pakan (Huet, 1972) dan konsumsi pakan yang rendah ( Kebus et al., 1992; Ellis et al., 2002) Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, sedangkan pertumbuhan populasi adalah pertambahan jumlah (Effendie, 1997). Secara umum pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal yang meliputi sifat genetik dan kondisi fisiologis ikan, serta faktor eksternal yang berhubungan dengan pakan dan lingkungan meliputi, bahan buangan metabolik, sisa pakan yang tidak termakan, ketersediaan oksigen dan komposisi fisika kimia air. Jumlah ikan yang ditebar juga bergantung pada produktivitas kolam. Peningkatan produksi melalui peningkatan padat penebaran hanya dapat dilakukan dengan pengelolaan pakan dan lingkungan (Hepher dan Pruginin, 1981).
5
Peningkatan kepadatan akan diikuti dengan penurunan pertumbuhan (critical standing crop), jika telah sampai pada batas tertentu dimana ketersediaan pakan hanya cukup untuk memenuhi pemeliharaan tubuh namun tidak mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan maka pertumbuhan akan berhenti (carrying capacity). Untuk menghindari critical standing crop (CSC) yang dapat membatasi faktor pertumbuhan, intensitas dan jumlah pakan harus ditingkatkan atau dengan penambahan food suplement (Hepher dan Pruginin, 1981). Kepadatan ikan yang rendah berdampak pada pertumbuhan yang baik dan tingginya derajat kelangsungan hidup tetapi produksi per area rendah (Gomes et al., 2000). Pada kepadatan yang rendah, buangan metabolik yang disekresikan ikan dan sisa pakan yang tidak termakan tidak mengakibatkan penurunan kualitas air. Hal ini membuat kondisi perairan ideal dan optimal untuk pertumbuhan ikan. Kualitas air yang stabil juga mengurangi gangguan dari luar, sehingga mengurangi stres pada ikan yang membuat pemanfaatan pakan dan energi lebih digunakan untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan, akan tetapi keuntungan produksi yang diperoleh menjadi tidak maksimal karena pada kepadatan yang rendah daya dukung perairan tidak dimanfaatkan secara optimal. Kepadatan ikan yang tinggi berdampak pada rendahnya pertumbuhan dan meningkatnya stres pada ikan (Montero et al., 1999). Tingginya interaksi sosial pada ikan dengan kepadatan tinggi akan menimbulkan heterogenitas ukuran ikan (Cavero et al., 2003 dalam Brandao, 2004). Akan tetapi peningkatan kepadatan ikan akan meningkatkan total produksi (Hepher and Pruginin, 1981) dan biaya produksi per unit menjadi rendah (Islam et al., 2006). Pada kepadatan yang tinggi, buangan metabolik yang disekresikan ikan, sisa pakan yang tidak termakan dan konsumsi oksigen untuk mengkonversi pakan menjadi energi mengakibatkan penurunan kualitas air. Kualitas air yang buruk, terutama penurunan oksigen terlarut mengakibatkan penurunan nafsu makan sehingga energi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan dari asupan makanan tidak terpenuhi. Akibat lanjutnya pertambahan panjang ikan mengalami variasi ukuran, akan tetapi keuntungan produksi yang diperoleh menjadi maksimal karena pada kepadatan yang tinggi daya dukung perairan dimanfaatkan secara optimal.
6
Padat penebaran erat kaitannya dengan produksi dan pertumbuhan ikan (Hickling, 1971). Tabel 1 menunjukkan pengaruh padat penebaran beberapa spesies ikan hias terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
Tabel 1.
Pertumbuhan dan kelangsungan hidup beberapa spesies ikan hias kultur dalam akuarium pada berbagai tingkat kepadatan
Spesies dan ukuran tebar (cm)
Padat tebar (ekor/liter)
Maanvis (Pterophyllum scalare) ;
1
Pertumbuhan Pm Ph (cm) (%) 0,88 7,44
2
0,57
6,32
81,94
2,25 cm
3
0,47
6,39
75
3
1,53
2,83
98,35
5
1,49
2,77
98,81
8
1,38
2,52
97,89
25
0,77
-
81,87
50
0,77
-
74,8
75
0,77
-
75,6
100
0,77
-
68,4
Corydoras (Corydoras aenus) ; 2 cm
Neon tetra (Paracheirodon innesi) ; 1,04 cm
Keterangan :
Setiawan
Kelangsungan hidup (%)
Sumber
100 Setiawan, 2009
Dewi, 2008
Solehudin, 2006
Pm = Pertumbuhan panjang mutlak Ph = Laju pertumbuhan bobot harian
(2009)
menyatakan
pertumbuhan
bobot
ikan
maanvis
(Pterophyllum scalare) semakin menurun seiring peningkatan kepadatan. Hasil analisis ragam untuk laju pertumbuhan spesifik menunjukkan bahwa perlakuan padat penebaran 1, 2, dan 3 ekor/liter memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan bobot harian (P<0,05). Hal ini menunjukkan peningkatan padat penebaran ikan maanvis dari 1 hingga 3 ekor/liter menyebabkan penurunan pertumbuhan bobot. Pertumbuhan panjang mutlak selama masa pemeliharaan juga menunjukkan kecenderungan yang menurun walaupun tidak berbeda nyata setelah diuji secara statistik. Pada ikan corydoras (Corydoras aenus) ukuran 2 cm yang dipelihara selama 42 hari memperlihatkan peningkatan pertumbuhan panjang mutlak seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Peningkatan waktu pemeliharaan (X)
7
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan panjang mutlak (p<0,05) dengan persamaan Y = 0,2651X + 1,9655 (Dewi, 2008). Laju pertumbuhan bobot harian juga menunjukkan penurunan dengan semakin bertambahnya kepadatan dari 3 hingga 8 ekor/liter, walaupun tidak berbeda nyata setelah diuji secara statistik. Solehudin (2006) menyatakan pada ikan neon tetra (Paracheirodon innesi) peningkatan perlakuan padat penebaran dari 25 hingga 75 ekor/liter tidak mempengaruhi laju pertumbuhan panjang. Hal tersebut disebabkan karena pada perlakuan padat penebaran tertinggi masih pada kisaran optimal daya dukung perairan (carrying capacity), sehingga ketersediaan pakan masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan tinggi akan mengalami pertumbuhan yang lambat karena banyaknya akumulasi buangan metabolik yang disekresikan ikan dan sisa pakan yang tidak termakan akan mengakibatkan penurunan kualitas air, sehingga energi yang ada lebih digunakan untuk pemeliharaan tubuh dari gangguan lingkungan daripada untuk kebutuhan pertumbuhan. Dengan semakin bertambahnya kepadatan juga mengakibatkan kompetisi mendapatkan makanan, sehingga pemanfaatan pakan menjadi tidak merata antara ikan satu dengan yang lain yang mengakibatkan variasi ukuran ikan. Selain faktor pembatas utama, kualitas air dan kompetisi pakan. Peningkatan kepadatan akan membatasi ruang gerak dan aktivitas pergerakan ikan. Hal ini mengakibatkan terganggunya proses fisiologis dan tingkah laku ikan yang dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan, akibatnya pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan Wedemeyer (1996). Ditambahkan Bardach et al. (1972), padat penebaran juga akan mempengaruhi keagresifan ikan. Ikan yang dipelihara dalam kepadatan yang rendah lebih agresif dibanding yang dipelihara dalam kepadatan yang lebih tinggi. Pada kepadatan rendah, kompetisi ruang gerak tidak menjadi faktor pembatas ikan, sehingga aktivitas pergerakan dan mencari makan dapat dilakukan secara maksimal.
8
2.3 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Kelangsungan Hidup Menurut Effendie (1997) kelangsungan hidup suatu populasi ikan merupakan nilai persentase jumlah ikan yang hidup dalam suatu wadah selama masa pemeliharaan tertentu. Tingkat kelangsungan hidup ikan atau survival rate (SR) akan menentukan jumlah produksi yang diperoleh. Pada ikan kelangsungan hidup berkaitan erat dengan ukuran. Ikan-ikan yang berukuran kecil (benih) akan lebih rentan terhadap parasit, penyakit dan penanganan yang kurang hati-hati sehingga memiliki SR yang rendah (Hepher dan Pruginin, 1981). Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh kondisi fisika-kimia perairan. Secara alamiah setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya dalam batasbatas tertentu atau disebut tingkat toleransi. Jika perubahan lingkungannya terjadi di luar kisaran toleransi suatu hewan, maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mati (Hoar, 1979). Peningkatan padat penebaran akan menurunkan nilai oksigen terlarut akibat tingginya kebutuhan oksigen karena proses metabolisme, pengelolaan makanan, aktivitas pergerakan dan proses respirasi. Ketersediaan oksigen merupakan salah satu penentu konsumsi pakan ikan (nafsu makan), karena oksigen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mengubah makanan menjadi energi. Saat nafsu makan berkurang, asupan pakan ke dalam tubuh ikan pun berkurang sehingga energi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan tidak terpenuhi. Hal ini bila berlangsung lama akan menyebabkan kematian (Effendi, 2004). Konsentrasi oksigen terlarut dalam air bagi kehidupan ikan minimal sebesar 5 mg/liter (Boyd, 1990). Ikan corydoras mampu mentoleransi perairan dengan kadar oksigen terlarut < 3 mg/liter karena memiliki alat pernafasan tambahan yaitu organ labyrinth, yang mampu mengikat oksigen langsung dari udara bebas (Mudjiutami, 2000). Proses respirasi yang dilakukan ikan menghasilkan CO2 yang larut dalam air. Semakin tinggi CO2 menyebabkan penurunan pH perairan. Kisaran pH yang optimal untuk kehidupan ikan adalah 6,5-9,0, sedangkan kisaran pH 5-6 dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan menjadi lambat (Boyd, 1990). Kondisi
9
lingkungan perairan yang direkomendasikan untuk Corydoras aenus adalah pH 6 – 8 dan suhu 22-26º C. Peningkatan padat penebaran juga mengakibatkan peningkatan kandungan amoniak dari buangan metabolik yang disekresikan ikan dan sisa-sisa pakan yang tidak termakan. Konsentrasi amoniak yang tinggi berpengaruh terhadap kerusakan selaput insang ikan yang berfungsi untuk poses respirasi dan menghalangi air toksik masuk ke dalam tubuh ikan, sehingga konsumsi oksigen terlarut menjadi rendah. Hal ini dapat merangsang pembentukan methehemoglobin, sehingga mengakibatkan penurunan transportasi oksigen dalam darah yang dapat mengakibatkan stres dan kematian ikan. Energi yang tersedia di dalam tubuh digunakan untuk penanggulangan stres yang ditimbulkan, dan mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah yang pada akhirnya mengakibatkan kematian (Boyd, 1990). Konsentrasi beracun amoniak terhadap ikan air tawar berkisar antara 0,7-2,4 mg/liter (Boyd, 1990). Amoniak bersifat toksik pada chanel catfish dengan konsentrasi 0,5-0,2 mg/liter sebagai NH3-N (Tucker dan Hargreaves, 2004). Adapun toleransi maksimum konsentrasi amoniak adalah 0,1 mg/liter. Pada Tabel 1 ditunjukkan pengaruh padat penebaran beberapa spesies ikan hias terhadap derajat kelangsungan hidup. Setiawan (2009) menyatakan derajat kelangsungan hidup ikan maanvis (P. scalare) semakin menurun seiring peningkatan kepadatan. Penggantian air dan penyifonan yang dilakukan setiap hari membuat kualitas air pada akuarium pemeliharaan relatif stabil. Kematian ikan pada masa pemeliharaan lebih dikarenakan sifat ikan maanvis yang agresif ketika diberi pakan. Ikan-ikan tersebut saling berebut sehingga terjadi “tabrakan” antar ikan yang menyebabkan tubuhnya luka dan kematian secara perlahan. Pada ikan corydoras (C. aenus) kelangsungan hidup tidak berubah dengan meningkatnya padat penebaran dari 3 hingga 8 ekor/liter (Dewi, 2008). Perbedaan tingkat padat penebaran ikan corydoras masih memberikan derajat kelangsungan hidup yang sama (p>0,05). Kualitas air pada penelitian ini masih pada kisaran yang optimal untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan. Kematian ikan yang terjadi lebih disebabkan oleh kompetisi dalam ruang. Ikan-ikan yang berkumpul di dasar perairan mengalami kontak fisik yang menyebabkan luka pada tubuh dan kematian secara perlahan. Seperti jenis bottom spesies ikan lain yang
10
memiliki tingkah laku hidup di dasar perairan. Pada ikan lele, jika pemberian pakan tidak merata akan terjadi kanibalisme, yaitu ikan yang lebih besar memakan ikan yang lebih kecil. Untuk produksi ikan neon tetra, peningkatan padat penebaran juga menyebabkan menurunnya kelangsungan hidup (Solehudin, 2006). Pada perlakuan padat penebaran tertinggi, 100 ekor/liter, didapatkan derajat kelangsungan hidup terendah sebesar 68,4 %. Hal tersebut disebabkan pada perlakuan padat penebaran yang tinggi, kebutuhan makanan dan kompetisi dalam mencari makanan serta kebutuhan oksigen semakin meningkat. Sesuai dengan Suresh dan Lin (1992) dalam Nurhamidah (2007) bahwa tingkat kepadatan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan individu, pemanfaatan pakan dan kelangsungan hidup ikan menurun.
2.4 Pengaruh Padat Penebaran terhadap Fisika-Kimia Air Kualitas air dapat mempengaruhi produksi budidaya. Beberapa variabel kunci dalam kualitas air diantaranya adalah suhu, oksigen terlarut, pH dan amoniak (Schmittou et al.,1997a). Peningkatan padat penebaran akan menurunkan nilai oksigen terlarut akibat tingginya kebutuhan oksigen karena proses respirasi. Proses respirasi menghasilkan CO2 yang larut dalam air. Semakin tinggi CO2 menyebabkan penurunan pH. Peningkatan padat tebar juga mengakibatkan peningkatan kandungan amoniak akibat sisa metabolisme dan sisa pakan yang terdekomposisi. Jika faktor-faktor tersebut dapat dikendalikan maka peningkatan kepadatan bisa dilakukan tanpa menurunkan laju pertumbuhan ikan (Hepher dan Pruginin, 1981). Konsentrasi oksigen terlarut merupakan faktor utama yang membatasi daya dukung perairan pada sistem resirkulasi. Untuk mempertahankan kisaran optimal konsentrasi oksigen terlarut yang cukup dalam akuarium pemeliharaan didistribusikan oksigen ke dalam akuarium pada tingkat yang sama atau lebih besar dari tingkat konsumsi atau kehilangan oksigen. Pemberian oksigen dapat dilakukan dengan pemberian aerasi dan penggunaan batu aerasi untuk memperluas permukaan keluaran udara. Kebutuhan oksigen tergantung dari ukuran ikan, temperatur air dan oksigen terlarut (Boyd, 1990; Tucker dan
11
Hargreaves, 2004). Konsentrasi oksigen terlarut dibawah 5.0 mg/liter dihindari dalam kolam (Swingle, 1969 dalam Boyd, 1990). Menurut Stickney (1979) suplai oksigen di perairan sebaiknya berbanding lurus dengan kepadatan ikan dan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Oksigen yang semakin berkurang dapat ditingkatkan dengan pergantian air dan aerasi (Goddard, 1996).
Tabel 2 menunjukkan bahwa perbedaan kepadatan memberikan nilai fisika kimia air yang berbeda. Pada ikan maanvis (P. scalare) peningkatan kepadatan menyebabkan peningkatan kadar amoniak dan pH serta menurunkan oksigen terlarut (Setiawan, 2009).
Tabel 2. Fisika-kimia air pada pemeliharaan beberapa spesies ikan hias kultur
dalam akuarium pada berbagai tingkat kepadatan Spesies dan Ukuran Tebar (cm)
Maanvis (Pterophyllum scalare) ; 2,25 cm
Padat Tebar (ekor/ liter) 1
Neon tetra (Paracheirodon innesi) ; 1,04 cm
pH
Suhu (oC)
Amoniak (mg/l)
6,01-7,30
6,98-7,27
5,07-6,94
6,94-7,18
3
4,71-6,98 4,6 – 6,28
6,93-7,08 5,57 – 7,36
5
4,55 – 6,57
5,57 – 7,3
8
3,4 – 5,84
5,2 – 7,19
26,128,7 26,228,5 26,228,4 29 – 29,5 28,5 – 29 29
25
4,03-6,62
6,6
27-28
0,00080,0055 0,00080,0153 0,00080,0948 0,0004 – 0,0128 0,0003 – 0,0112 0,0002 – 0,0091 0,0003
50
3,23-6,62
6,1
27-28
0,0004
75
3,20-6,62
6,3
27-28
0,0003
100
3,0-6,62
5,9
27-28
0,0005
2 3
Corydoras (Corydoras aenus); 2 cm
Oksigen Terlarut (mg/l)
Sumber
Setiawan, 2009
Dewi, 2008
Solehudin, 2006
Penurunan kadar oksigen terlarut akibat peningkatan padat penebaran juga terjadi pada pemeliharaan ikan corydoras oleh Dewi (2008) dari kisaran 5,84 – 6,28 mg/liter di awal pemeliharaan menurun menjadi 3,40 – 4,60 mg/liter di akhir pemeliharaan. Menurut Mudjiutami (2000), pada kondisi oksigen < 3 mg/liter, ikan corydoras masih bisa menggunakan labyrinth organ sebagai alat bantu
12
pernapasan. Penurunan konsentrasi oksigen terlarut sampai 3,40 mg/liter di akhir pemeliharaan masih pada batas yang bisa ditoleransi ikan corydoras. Pada ikan neon tetra (P. innesi) nilai oksigen terlarut dari kisaran 6,62 mg/liter di awal pemeliharaan mengalami penurunan sampai 3,0 mg/liter di akhir pemeliharaan (Solehudin, 2006). Hal tersebut disebabkan oleh akumulasi bahan organik pada sistem resirkulasi yang memerlukan banyak oksigen dalam proses perombakan. Menurut Pescod (1973) jika tidak terdapat senyawa beracun, kandungan oksigen 2 ppm masih cukup untuk mendukung kehidupan organisme secara normal. Pada pemeliharaan ikan neon tetra dalam sistem resirkulasi terjadi penurunan pH seiring dengan peningkatan penebaran. Nilai pH dalam media pemeliharaan ikan neon tetra berkisar antara 5,9 – 6,6. Kisaran tersebut ideal bagi pertumbuhan ikan neon tetra karena berada dalam kisaran pH optimum yaitu antara 5,5 – 7,5 (Solehudin, 2006). Nilai pH antara 6.5 sampai 9 sesuai untuk pertumbuhan ikan (Tucker dan Hargreaves, 2004). Pada pH 7 atau kurang sebagian amoniak akan terionisasi, sehingga yang banyak berada dalam perairan adalah dalam bentuk ion amonium (NH4+) yang tidak beracun bagi ikan. Meningkatnya konsentrasi amoniak pada penelitian ini tidak mempengaruhi kondisi ikan karena amoniak terionisasi atau sangat kecil. Dalam penelitian ini nilai pH berkisar di bawah 7, sehingga nilai amoniak sangat kecil yaitu 0,0003 – 0,0005 mg/liter. Nilai pH yang cenderung asam menyebabkan nilai amoniak cukup rendah. Sesuai dengan pernyataan Boyd (1990) bahwa jumlah fraksi amoniak semakin meningkat dengan semakin meningkatnya pH perairan dan sebaliknya. Nilai pH optimum untuk menumbuhkan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter yang digunakan dalam proses nitrifikasi berkisar antara 6-9 (Timmons dan Losordo, 1994). Padat penebaran akan meningkatkan suhu media apabila di ruang tertutup (packing), tidak ada pergantian air, difusi oksigen dengan atmosfer, dan aerasi (Stickney, 1979). Suhu air berpengaruh terhadap daya toksik bahan-bahan pencemar, kecepatan metabolisme hewan air dan kelarutan oksigen dalam air. Kenaikan suhu di luar batas normal akan meningkatkan daya racun dari kontaminan terlarut, meningkatkan konsumsi oksigen yang disebabkan oleh
13
peningkatan suhu tubuh dan metabolisme tubuh yang dapat mengakibatkan kematian organime akuatik. Sedangkan penurunan suhu di luar batas normal akan mengurangi nafsu makan, aktivitas metabolisme dan pertumbuhan menjadi lambat pada ikan (Boyd, 1990). Kenaikan suhu yang masih dapat ditolelir akan diikuti oleh peningkatan derajat metabolisme dan kebutuhan oksigen. Kenaikan suhu akan meningkatkan kebutuhan energi pemeliharaan (maintenance) dan ikan akan lebih aktif mencari makan (Goddard, 1996). Sedangkan penurunan suhu akan mengakibatkan aktivitas organisme hidup menurun (Hickling, 1971). Pada pemeliharaan ikan corydoras (C. aenus) dalam sistem resirkulasi, peningkatan penebaran akan meningkatkan kandungan amoniak di akhir pemeliharaan sebesar 0,0002 – 0,0091 mg/liter dari kandungan awal sebesar 0,0004 – 0,0128 mg/liter. Nilai ini masih di bawah kadar maksimum yang bisa ditoleransi ikan yaitu sebesar 0,1 mg/liter (Hart dan Dos, 1993). Hal ini disebabkan adanya peran bakteri nitrifikasi (Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp.) yang mengurai amoniak menjadi nitrat dalam keadaan aerob pada biofilter. Jumlah amoniak yang diekskresikan juga bergantung pada sejumlah faktor seperti spesies, ukuran, makanan, dan temperatur (Boyd, 1990). Disamping parameter tersebut, penurunan kandungan amoniak juga disebabkan menurunnya pH air yang cenderung menjadi asam dari 7,19 – 7,36 menjadi 5,2 – 5,57. Menurut Boyd (1990) bahwa pada pH < 7, gas amoniak tereduksi menjadi ion amonium, sehingga nilai yang terhitung hanya dalam nilai Total Ammonium Nitrogen. Pada masa pemeliharaan, kisaran pH yang cenderung asam membuat proporsi kandungan amoniak dari Total Ammonium Nitrogen (TAN) semakin kecil. Kandungan amoniak yang meningkat dari 0,0002 – 0,0091 menjadi 0,0004 – 0,0128 mg/liter di akhir pemeliharaan tidak membahayakan ikan, karena amoniak terionisasi atau jumlahnya sangat kecil. Penurunan pH tidak terlepas dari keberadaan zeolit yang mampu meningkatkan alkalinitas sehingga buffer mampu mengatasi fluktuasi pH (Rahmadani, 2007).
14
2.5 Sistem Resirkulasi Sistem
resirkulasi
adalah
suatu
wadah
pemeliharaan
ikan
yang
menggunakan sistem perputaran air yaitu air dari wadah pemeliharaan dialirkan ke dalam wadah filter (treatment), selanjutnya dialirkan kembali ke dalam wadah pemeliharaan, pergerakan aliran air dilakukan dengan bantuan pompa dan secara gravitasi (Effendi, 2004). Kelebihan dari sistem resirkulasi dalam pemeliharaan ikan antara lain tidak membutuhkan lahan yang luas, efektif dalam pemanfaatan air dan ramah lingkungan karena kondisi air yang digunakan dapat terkontrol dengan baik. Kelemahan sistem ini adalah mahalnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pembuatan sistem, meliputi biaya alat dan bahan yang digunakan untuk membuat sistem resirkulasi bila dibandingkan dengan sistem tradisional lain yang tidak memerlukan biaya (Timmons dan Losordo, 1994). Pada wadah dengan sistem resirkulasi, daya dukung perairan lebih tinggi dibandingkan dengan sistem tergenang. Berdasarkan Dewi (2008), ikan corydoras yang dipelihara dalam bak-bak semen dengan kepadatan < 3 ekor/liter dapat ditingkatkan dengan menggunakan sistem resirkulasi menjadi 8 ekor/liter dan masih menunjukkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang optimal. Satu unit sistem resirkulasi biasanya terdiri dari empat komponen yaitu wadah budidaya untuk pemeliharaan ikan, filter mekanik atau wadah pengendapan primer, filter biologi dan wadah pengendapan sekunder (Stickney, 1993). Secara umum sistem resirkulasi memiliki dua komponen utama yaitu wadah pemeliharaan dan filter. Filter merupakan suatu alat yang digunakan untuk menahan material tertentu yang tidak dikehendaki (amoniak, bahan padatan, residu organik dan bahan kimia lainnya) dan meloloskan material lain yang dikehendaki. Menurut Spotte (1970) proses pengolahan limbah pada sistem resirkulasi dapat berupa filtrasi fisik atau mekanik, filtrasi kimia dan filtrasi biologi. Filtrasi fisik berupa pemisahan atau penyaringan. Filtrasi kimia berupa proses oksidasi atau peyerapan bahan-bahan organik. Filtrasi biologi berupa penguraian senyawa nitrogen anorganik oleh bakteri pengurai pada filter. Selanjutnya akan diuraikan lebih jelas mengenai filter-filter tersebut.
15
2.5.1 Filter Fisik Filter fisik merupakan suatu alat untuk memisahkan padatan dari air secara fisik (berdasarkan ukuran) dengan cara menangkap atau menyaring sehingga kandungan bahan tersebut menjadi berkurang. Dalam proses ini, partikel-partikel organik yang berukuran besar dan tidak larut dalam air akan mengendap sehingga filter ini dapat digunakan sebagai pre-filter (Lesmana, 2002) sedangkan yang berukuran kecil dan tidak mengendap akan disaring melalui filter biologi atau biofilter. Fungsi dari filter fisik adalah mengurangi kekeruhan air yang disebabkan mikroorganisme dan bahan partikel lainnya serta untuk mengurangi tingkat koloid organik (Spotte, 1970). Filter fisik dapat disusun dengan beberapa material tertentu seperti pasir dan batu kerikil yang berfungsi mengurangi kekeruhan air dengan menjebak partikel-partikel dan menyaringnya dari suspensi. Meskipun filter fisik dapat memisahkan kotoran berupa partikel-partikel secara efisien, namun tidak efektif untuk memisahkan partikel-partikel yang terlarut sehingga dibutuhkan filter biologi (biofilter) (Stickney, 1979).
2.5.2 Filter Kimia Filter kimia berupa pembersihan molekul-molekul bahan organik terlarut melalui proses oksidasi atau penyerapan langsung (Spotte, 1970). Termasuk pada filter kimia adalah proses ozonisasi dan penggunaan PAC (poly alumunium chloride) untuk proses pengendapan, sedangkan yang digunakan untuk penelitian ini adalah zeolit untuk desinfeksi dan penjernihan air. Filter kimia bekerja menangkap bahan-bahan terlarut dalam air. Cara kerja filter kimia melalui tiga cara yaitu serapan (absorbsi), jerapan (adsorpsi) dan pertukaran ion (Yudha, 2009). Zeolit berperan sebagai filter kimia yang bekerja dengan memanfaatkan kemampuan pertukaran ion. Sesuai dengan Boyd (1990), +
zeolit menukar ion-ion NH4+ dengan ion-ion Ca2 atau Na+ yang terkandung dalam zeolit tersebut, dengan persamaan reaksi. +
Zeolit Na+ + NH4+ → Zeolit NH4+ + Na
16
2.5.3 Filter Biologi Menurut Stickney (1979), bagian penting dalam sistem resirkulasi adalah filter biologi. Hal ini disebabkan filter biologi menyediakan area permukaan untuk tumbuhnya koloni bakteri yang mendetoksifikasi hasil metabolisme ikan. Selain itu filter biologi merupakan tempat penyaringan partikel-partikel organik berukuran kecil dan larut dalam air yang tidak dapat tersaring oleh filter fisik. Fungsi utama filter biologi adalah mengubah amonia menjadi nitrit (NO2-) yang kemudian diubah menjadi nitrat (NO3-) yang relatif tidak berbahaya. Fungsi ini dapat berjalan dengan adanya bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter. Sebelum ikan dipelihara dalam sistem resirkulasi, bakteri nitrifikasi harus ditumbuhkan terlebih dahulu dengan menambahkan pakan dan menempatkan beberapa ikan. Faktor penting dalam nitrifikasi adalah ketersediaan permukaan substrat bagi penempelan bakteri (Spotte, 1970). Menurut (Stickney, 1979) media yang paling baik sebagai filter biologi adalah polyvinyl chloride (PVC) karena sifatnya yang tidak berkarat dan tidak beracun. Untuk dapat menyediakan area permukaan digunakan potongan PVC kecil-kecil dalam jumlah banyak sehingga koloni bakteri perombak cepat berkembang. Agar kinerja filter biologi efektif dalam mereduksi buangan metabolik yang berasal dari ekskresi organisme perairan, maka kondisi aerobik harus terus dipertahankan karena proses nitrifikasi melibatkan bakteri aerob. Jika oksigen terlarut dalam perairan berkurang, filter biologi menjadi anaerobik sehingga amoniak yang beracun bagi ikan akan meningkat. Kadar oksigen minimal yang diperlukan untuk proses nitrifikasi adalah 2 mg/liter. Kondisi aerobik dalam filter biologi dapat dilakukan dengan cara aerasi (Stickney, 1979).
17
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada September-November 2008 bertempat di Laboratorium Sistem dan Teknologi, Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tahapan penelitian yang dilakukan meliputi persiapan penelitian pada September, pemeliharaan ikan pada OktoberNovember kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data serta penulisan skripsi.
3.2 Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan (padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter) masingmasing 3 ulangan. Ikan yang telah diketahui bobot dan panjang rata-rata dari sampling awal ditempatkan secara acak pada tiap akuarium (Lampiran 5). Model linear yang digunakan sesuai Steel dan Torrie (1991) adalah:
Yij = µ + σi + εij Keterangan: Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ
= Nilai tengah dari pengamatan
σi = Pengaruh aditif dari perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
3.3 Persiapan Wadah Penelitian ini menggunakan sistem resirkulasi yang terdiri dari 9 unit akuarium untuk pemeliharaan ikan yang berukuran 60 x 28 x 30 cm dan tiga unit bak fiber bulat sebagai wadah unit pengolahan air yang masing-masing berkapasitas 100 liter (Lampiran 3 dan 4). Tahap persiapan wadah meliputi pembuatan konstruksi sistem resirkulasi, penempatan wadah, pengisian air, sterilisasi dan stabilisasi sistem. Jenis filter yang digunakan adalah filter fisik dan biologi. Sebelum pembuatan konstruksi dilakukan sterilisasi alat-alat terlebih dahulu dengan perendaman alat pada larutan kalium permanganat (KMnO4)
18
dengan dosis 25 ppm, yang bertujuan untuk meminimalisasi penyebaran penyakit. Media filter yang akan digunakan, yaitu pasir, kerikil, karang dan zeolit dicuci dengan air bersih dan dijemur. Akuarium dan alat-alat yang akan digunakan seperti selang aerasi, batu aerasi, dan termostat didesinfektan dengan direndam pada larutan kalium permanganat (KMnO4) 25 ppm selama 24 jam kemudian dicuci hingga bersih. Konstruksi sistem resirkulasi dilakukan dengan penempatan dan penyusunan alat-alat yang akan digunakan serta pengisian air akuarium. Sterilisasi untuk yang kedua kali dengan memasukkan dan mengalirkan larutan kalium permanganat (KMnO4) 25 ppm melalui pompa dalam sistem resirkulasi yang bertujuan agar pipa-pipa, talang, dan selang-selang dalam sistem steril dari penyakit, kemudian ditambahkan tiosulfat sebanyak 5% untuk menetralkan bahan-bahan kimia dan diaerasi kuat untuk menghilangkan residu bahan kimia. Sebelum digunakan untuk pemeliharaan ikan sistem dijalankan selama 14 hari untuk menstabilkan debit air sekaligus memeriksa komponen yang belum berfungsi. Debit air pada sistem resirkulasi sebesar 2800 liter/jam. Stabilisasi sistem juga berfungsi untuk menumbuhkan bakteri nitrifikasi pada filter biologi. Selama masa penstabilan sistem, ditambahkan pakan dan beberapa ikan ke dalam akuarium pemeliharaan. Pakan yang tidak termakan dan buangan metabolik dari ikan akan menghasilkan amoniak yang diperlukan sebagai pemicu pertumbuhan bakteri nitrifikasi. Pengecekan bakteri nitrifikasi yang sudah tumbuh dapat diketahui dari nilai amoniak dan nitrit media pemeliharaan (Lampiran 27). Bakteri Nitrosomonas sp. akan menguraikan amoniak menjadi nitirit dan bakteri Nitrobacter sp. menguraikan nitrit menjadi nitrat. Proses nitrifikasi sudah terjadi bila nilai amoniak dan nitrit yang toksik bagi ikan rendah dan nilai nitrat yang relatif tidak toksik tinggi. Pada sistem ini aliran air dari wadah budidaya masuk ke dalam wadah filter melalui pipa pengeluaran (Lampiran 4). Aliran air yang telah melewati wadah budidaya akan diolah melalui bak filter sebelum digunakan kembali. Sebuah saringan yang dilengkapi dengan busa ditempatkan pada outlet untuk menyaring kotoran yang ikut terbuang. Air yang keluar langsung memasuki bak fiber-1 yang telah dilengkapi oleh susunan pasir dan kerikil sebanyak 50% dari volume bak.
19
Kemudian dengan prinsip bejana berhubungan, air yang telah melewati bak filter memasuki bak fiber-2 yang telah dilengkapi dengan zeolit, kemudian air yang telah bersih dan siap digunakan ditampung dalam bak fiber-3 sebagai tandon air bersih. Setelah itu air dipompa dan dialirkan ke masing-masing akuarium dengan menggunakan paralon yang dilengkapi dengan selang (Gambar 2 dan Lampiran 4). Pompa yang digunakan adalah pompa celup dengan debit 2800 liter/jam. Pengukuran debit dilakukan secara sederhana, yaitu dengan mengisi satu botol dan dicatat waktu yang diperlukan untuk mengisi penuh botol tersebut. Untuk menstabilkan suhu pada kisaran 28-30oC dalam sistem resirkulasi dipasang 4 unit termostat dengan daya masing-masing 100 watt pada bak tandon. Untuk penambahan oksigen digunakan blower yang dihubungkan ke setiap akuarium dengan selang aerasi. Agar penyebaran udara merata, pendistribusian dilakukan dengan menempatkan dua buah batu aerasi di dua titik yang berbeda.
3
4
2 1
Keterangan : 1. bak fiber-1 2. bak fiber-2 3. bak fiber-3 4. saringan (busa)
Gambar 2. Filter 1, filter 2 dan tandon air bersih dalam pemeliharaan ikan Corydoras aenus pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem
resirkulasi selama 42 hari 3.4 Penebaran Ikan Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Corydoras aenus dengan panjang awal 2,0 – 2,2 cm dan bobot awal 0,29±0,103 gram yang berumur 60 hari dari petani ikan di daerah Cimanggu, Bogor.
20
Produksi benih ikan corydoras dilakukan di bak-bak semen berukuran 2x1 m dengan tinggi air 15 cm. Induk yang digunakan berumur 8 – 11 bulan. Jenis kelamin induk corydoras dapat dibedakan dari bentuk tubuh. Ikan jantan lebih langsing dan ukurannya lebih kecil daripada betina, mempunyai bentuk tubuh seperti terpedo dan bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Ikan betina berukuran lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan dan perut tampak membundar berisi telur. Pemijahan dilakukan secara masal di bak semen dengan perbandingan induk jantan dan betina l:1 atau 1:2. Penggantian air dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitas air media pemijahan. Plastik gelombang dengan ukuran 30x30 cm diletakkan di dasar bak sebagai substrat penempelan telur yang dihasilkan. Corydoras mengeluarkan telurnya secara parsial, sehingga setiap hari dapat ditemukan substrat yang ditempeli telur. Setiap induk mampu menghasilkan 200-350 butir telur. Selanjutnya substrat diambil dan dipindahkan pada akuarium berukuran 60x40x40 cm. Telur akan menetas dalam waktu enam hari. Selama penetasan telur, media pemeliharaan diberi methylene blue 0,1 ppm untuk mencegah infeksi jamur. Derajat penetasan telur berkisar 60-70%. Larva ikan diberi pakan berupa nauplius artemia sampai berumur tujuh hari, setelah itu ikan sudah bisa diberi cacing Limnodrilus sp. yang dicacah. Ikan yang akan digunakan sebagai benih untuk penelitian dipelihara selama ± 60 hari (size S). Sebelum dilakukan penebaran dilakukan pengambilan contoh bobot dan panjang sebanyak 30 ekor dari populasi untuk mengetahui ukuran awal penebaran. Perhitungan bobot digunakan timbangan digital (ketelitian 0,01 gram) sedangkan panjang menggunakan jangka sorong (ketelitian 0,01 cm). Panjang ikan dihitung berdasarkan panjang total, mulai dari ujung mulut hingga ujung ekor. Penebaran diawali dengan aklimatisasi suhu, setelah suhu pada kantong plastik benih sama atau tidak berbeda jauh dengan suhu di akuarium, benih ditebar perlahan-lahan ke dalam akuarium. Padat pengangkutan pada plastik packing sebesar 30 ekor/liter dengan ditambahkan daun ketapang untuk menjaga kestabilan pH. Aklimatisasi dilakukan agar tidak terjadi kematian benih akibat perbedaan suhu air pada kantong plastik dengan air pada akuarium. Suhu air saat penebaran 27-28 oC.
21
3.5 Pemberian Pakan Selama masa pemeliharaan, ikan diberi pakan cacing sutera (Limnodrilus sp.) yang berasal dari pengumpul di kawasan Cimanggu, Bogor dengan harga Rp.5000,00/takar
(Gambar
3).
Pakan
diberikan
secara
ad
satiation
(sekenyangnya) pada kisaran rata-rata 7,53 – 45,37 gram/hari dari awal sampai akhir pemeliharaan. Pakan diberikan dengan frekuensi 3 kali sehari yaitu pukul 08.00, 14.00 dan 19.00 WIB dengan disebarkan secara merata ke dasar akuarium. Sebelum diberikan pakan direndam dalam larutan tetracyclin selama 2 – 3 detik untuk membunuh organisme patogen yang kemungkinan menempel pada cacing.
Gambar 3. Pakan alami berupa cacing sutera yang diberikan pada pemeliharaan ikan Corydoras aenus dengan padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam
sistem resirkulasi selama 42 hari 3.6 Pengelolaan Fisika-Kimia Air Fisika-kimia air pada sistem resirkulasi yang diamati selama pemeliharaan berupa; suhu (oC ), oksigen terlarut (dissolved oxygen, DO) (mg/liter), pH, alkalinitas (mg/liter CaCO3), nitrit (mg/liter) dan amoniak (mg/liter). Pengambilan sampel air dilakukan dengan menggunakan botol sampel yang tertutup rapat. Seluruh pengamatan parameter fisika-kimia air dilakukan seminggu sekali kecuali parameter suhu yang dilakukan setiap hari. Kualitas air media pemeliharaan dipertahankan dengan penyifonan yang dilakukan setelah pemberian pakan pagi yaitu pada pukul 09.00 WIB dan pergantian air sebanyak 10% volume setiap satu minggu sekali. Pengukuran suhu media dilakukan dengan menggunakan termometer celup yang berada di setiap akuarium perlakuan. Oksigen terlarut diuji dengan menggunakan DO meter di laboratorium lingkungan. Pengukuran DO sampel dilakukan pertama kali agar oksigen dalam botol sampel tidak tercampur dengan
22
udara luar. Air dalam botol sampel dianalisa di laboratorium lingkungan, karena tidak memungkinkan untuk mengukur fisika-kimia air secara langsung. Prosedur pengukurannya yaitu memasukkan air sampel sebanyak ± 30 ml ke dalam gelas ukur kemudian batang sensor DO dicelupkan sampai terlihat nilai oksigen terlarut pada layar DO meter. Pengukuran derajat keasaman (pH) dilakukan dengan menggunakan pH meter. Prosedur pengukuran yang dilakukan yaitu memasukkan air sampel sebanyak ± 30 ml ke dalam gelas ukur kemudian batang sensor pH dicelupkan sampai terlihat nilai derajat keasaman pada layar pH meter. Pengukuran alkalinitas dilakukan dengan metode titrasi. Pengukuran amoniak yang diuji berupa (NH3) dengan metode indophenol (phenate). Prosedur pengukuran yang dilakukan yaitu memasukkan air sampel ± 30 ml ke dalam gelas ukur kemudian ditambahkan MnSO4 (1 tetes), klorox (0,5 ml), dan phenat (0,6 ml). Selanjutnya membuat larutan standar dan blanko. Air sampel tersebut didiamkam selama 5 menit lalu nilai absorbansi setiap air sampel dilihat dengan spektrofotometer. Nilai amoniak (NH3) diperoleh dari hasil perkalian nilai total amoniak nitrogen (TAN) dengan persentase amoniak di dalam aqueus pada nilai pH dan suhu yang berbeda (Tabel Boyd).
3.7 Pencegahan Hama dan Penyakit Pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan sterilisasi peralatan dan wadah pemeliharaan pada larutan kalium permanganat (KMnO4) 25 ppm serta perendaman cacing dalam larutan tetracyclin selama 2-3 detik untuk membunuh organisme patogen yang kemungkinan terbawa oleh cacing. Untuk pencegahan penyakit fin root digunakan termostat yang ditempatkan pada bak tandon bersih. Penyakit fin root atau penyakit columnaris disebabkan bakteri Cytophaga columnaris dan Flexibacter columnaris. Gejala penyakit ini antara lain ikan tidak nafsu makan, sirip rontok dan pada bagian yang terinfeksi terdapat bercak-bercak putih halus yang kemudian menjadi merah karena pendarahan.
23
3.8 Pengamatan Parameter
yang diamati selama penelitian meliputi jumlah, panjang total,
biomassa ikan, jumlah pakan serta kualitas air yang dilakukan setiap satu minggu sekali, pengamatan dilakukan selama 42 hari. Parameter tersebut digunakan untuk menentukan kelangsungan hidup, laju pertumbuhan harian panjang, laju pertumbuhan harian bobot, koefisien keragaman dan efisiensi pakan. 3.8.1 Kelangsungan Hidup Untuk menghitung derajat kelangsungan hidup (SR) digunakan rumus dari Goddard (1996) : SR =
Nt x 100% No
Keterangan : SR = Kelangsungan hidup (%) Nt = Jumlah ikan hidup pada akhir pemeliharaan (ekor) No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor)
3.8.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak Panjang total tubuh ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 30 ekor/akuarium untuk diukur panjangnya setiap satu minggu sekali dengan menggunakan jangka sorong.
Pertumbuhan panjang mutlak dihitung dengan
menggunakan rumus dari Effendi (1979): _
_
Pm L L t 0 Keterangan
: Pm
= Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
_
Lt L0
= Panjang rata-rata akhir (cm) = Panjang rata-rata awal (cm)
3.8.3 Laju Pertumbuhan Bobot harian Bobot ikan diukur dengan pengambilan contoh sebanyak 30 ekor/akuarium menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.01 gram. Laju pertumbuhan harian (α) dihitung dengan menggunakan rumus dari Huisman (1987) :
24
α
Keterangan:
t
Wt 1 x100 % Wo
α = Laju pertumbuhan harian (%) Wt = Bobot rata-rata ikan pada saat akhir (gram) Wo = Bobot rata-rata ikan pada saat awal (gram) t
= Lama pemeliharaan (hari)
3.8.4 Koefisien Keragaman Panjang Variasi ukuran dalam penelitian ini berupa variasi panjang ikan, yang dinyatakan dalam koefisien keragaman.
Keragaman nilai ini merupakan
persentase dari simpangan baku panjang ikan contoh terhadap nilai tengahnya dengan rumus : KK = (S/Y ) x 100 % (Steel dan Torrie, 1982) Keterangan : KK = Koefisien keragaman S = Simpangan baku Y
= Rata-rata contoh
3.8.5 Efisiensi Pakan Pada penelitian ini perhitungan efisiensi pakan menggunakan rumus menurut Zonneveld et al., (1991): Wt Wd Wo EP = 100 % F Keterangan : EP = Efisiensi pakan (%) Wt = Biomassa ikan akhir (gram) Wo = Biomassa ikan awal (gram) Wd = Biomassa ikan mati (gram) F = Jumlah pakan yang diberikan (gram)
25
3.8.6 Analisis Usaha Analisis usaha meliputi input dan output usaha sehingga dapat diketahui keuntungan atau kerugian usaha. Produksi ikan corydoras yang dilakukan berskala laboratorium, sehingga tidak memungkinkan untuk menganalisis semua komponen secara terperinci. Oleh karena itu, input hanya meliputi biaya pembelian alat dan bahan untuk pembuatan sistem resirkulasi, pengadaan benih dan biaya pakan selama pemeliharaan. Keuntungan (profit) dihitung berdasarkan selisih antara penerimaan yang diperoleh dengan total biaya produksi yang dikeluarkan pada setiap perlakuan padat penebaran. Komponen penerimaan berupa total penjualan ikan corydoras yang diperoleh di akhir pemeliharaan. Sedangkan komponen total biaya produksi meliputi pengeluaran untuk pengadaan bahan resirkulasi, benih ikan corydoras dan biaya pakan selama masa pemeliharaan. Keuntungan dihitung dengan rumus : Keuntungan = Penerimaan - Total Biaya Produksi
3.8.7. Analisis Data Data yang telah diperoleh kemudian ditabulasi dan dianalisis menggunakan program SPSS 11.5 yang meliputi: 1) Analisis ragam (ANOVA) dengan uji F pada selang kepercayaan 95% digunakan untuk menentukan apakah perlakuan padat penebaran memberikan pengaruh yang signifikan pada parameter produksi seperti; pertumbuhan
panjang
mutlak,
laju
pertumbuhan
bobot
harian,
kelangsungan hidup, koefisien keragaman panjang dan efisiensi pakan. Apabila perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji lanjut polinomial orthogonal untuk melihat kecenderungan (trend) grafik parameter yang diukur terhadap peningkatan padat penebaran; apakah linier atau kuadratik. 2) Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan parameter produksi dan kelayakan media pemeliharaan bagi kehidupan ikan corydoras selama penelitian dengan menggunakan tabel dan grafik.
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Berdasarkan hasil penelitian didapat data berupa pertumbuhan panjang mutlak (cm), laju pertumbuhan bobot harian (%), kelangsungan hidup (%), koefisien keragaman panjang (%), efisiensi pakan (%), serta data hasil analisis kualitas air dan analisis usaha selama pemeliharaan.
4.1.1 Pertumbuhan Panjang Pertambahan panjang (cm) ikan corydoras (Corydoras aenus) pada padat penebaran 8, 12, dan 16 ekor/liter (Gambar 4) menunjukkan semakin bertambahnya waktu pemeliharaan, panjang tubuh ikan corydoras semakin bertambah. Pertambahan panjang tertinggi diperoleh pada perlakuan 8 ekor/liter dari 2,13±0,23 cm di awal pemeliharaan menjadi 3,41±0,42 cm di akhir pemeliharaan. Pertambahan panjang terendah diperoleh pada perlakuan 16 ekor/liter dari 2,13±0,23 cm di awal pemeliharaan menjadi 3,15±0,51 cm di akhir
Pertambahan Panjang (cm)
pemeliharaan (Lampiran 6).
4.0 3.8 3.6 3.4 3.2 3.0 2.8 2.6 2.4 2.2 2.0
8 ekor/liter 12 ekor/liter 16 ekor/liter
7
14
21 28 Hari ke-
35
42
Gambar 4. Pertambahan panjang ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
Pertumbuhan panjang mutlak (Y1) menurun dari 1,28 cm menjadi 1,02 cm seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 menjadi 16 ekor/liter mengikuti persamaan Y1 = 1,532 – 0,033X (p<0,05). Dari Gambar 5, dapat
27
diketahui bahwa semakin padat ikan dalam wadah pemeliharaan maka
Pertumbuhan Panjang mutlak (cm)
pertumbuhan panjang mutlak semakin rendah.
2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0
Y1 = 1,532-0,003X R² = 0,872
6
8
10 12 14 Padat Penebaran (ekor/liter)
16
18
Gambar 5. Pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
4.1.2 Pertumbuhan Bobot Harian Pertumbuhan bobot harian (Y) menurun dari 2,49% menjadi 2,32% seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 menjadi 16 ekor/liter mengikuti persamaan Y2 = 2,661 – 0,021X (p<0,05). Dari Gambar 6, dapat diketahui bahwa semakin padat ikan dalam wadah pemeliharaan maka laju pertumbuhan bobot
Perttumbuhan Bobot Harian (%)
harian semakin rendah.
3.0 2.8 2.6 2.4 2.2 2.0 1.8 1.6 1.4 1.2 1.0
Y2 = 2,661-0,021X R² = 0,804
6
8
10 12 14 Padat Penebaran (ekor/liter)
16
18
Gambar 6. Laju pertumbuhan bobot harian ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
28
4.1.3 Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup (%) yang diperoleh pada kepadatan 8, 12, dan 16 ekor/liter berturut-turut adalah 94,56; 89,74, dan 88,43 % (Gambar 7 dan Lampiran 14). Kelangsungan hidup (Y3) menurun dari 94,56% menjadi 88,43% seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 menjadi 16 ekor/liter mengikuti persamaan Y3 = 100,1 – 0,766X (p<0,05). Dari Gambar 7, dapat diketahui bahwa semakin padat ikan dalam wadah pemeliharaan maka derajat
Kelangsungan Hidup (%)
kelangsungan hidup semakin rendah.
100 98 96 94 92 90 88 86 84 82 80
Y3 = 100,1-0,266X R² = 0,769
6
8
10 12 14 Padat Penebaran (ekor/liter)
16
18
Gambar 7. Kelangsungan hidup ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
4.1.4 Koefisien Keragaman Panjang Nilai koefisien keragaman panjang (%) menunjukkan variasi ukuran pada setiap perlakuan. Pada akhir pemeliharaan, persentase keragaman ukuran ikan tertinggi pada kepadatan 8, 12, dan 16 ekor/liter didapatkan pada ukuran ML (3 – 4 cm) masing-masing sebesar 67,35; 56,43 dan 60,41% (Tabel 3). Tabel 3. Persentase keragaman hasil panen ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8,12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat Penebaran (ekor/liter) Produksi per size (%)
8
12
16
U1
U2
U3
U1
U2
U3
U1
U2
U3
M (2,5 – 3 cm)
23,81
25
27,54
34,43
33,42
33,76
30,63
36,54
32,55
ML (3 – 4 cm)
69,60
69,40
63,04
55,19
58,68
55,41
64,23
56,58
60,43
L (> 4 cm)
6,59
5,60
9,42
10,38
7,89
10,82
5,14
6,88
7,02
29
Nilai koefisien keragaman panjang (%) yang diperoleh pada padat penebaran 8, 12, dan 16 ekor/liter berturut-turut adalah 12,19±0,79, 14,10±0,85 dan 16,20±0,53 % (Gambar 8 dan Lampiran 18). Kisaran nilai koefisien keragaman tersebut masih dibawah 20% sehingga masih dianggap seragam. Koefisien keragaman panjang (Y5) meningkat dari 12,19% menjadi 16,20% seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 menjadi 16 ekor/liter mengikuti persamaan Y5 = 0,503X + 8,230 (p<0,05). Dari Gambar 8, dapat diketahui bahwa semakin padat ikan dalam wadah pemeliharaan maka koefisien
Koefisien Keragaman (%)
keragaman panjang semakin tinggi.
20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
Y5= 8,230+0,503X R² = 0,839
6
8
10 12 14 Padat Penebaran (ekor/liter)
16
18
Gambar 8. Koefisien keragaman ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
4.1.5 Efisiensi Pakan Berdasarkan
jumlah
pakan
yang
dikonsumsi
ikan
selama
masa
pemeliharaan, nilai efisiensi pakan (%) yang diperoleh pada kepadatan 8, 12, dan 16 ekor/liter berturut-turut adalah 17,63, 17,44 dan 17,32% (Gambar 9 dan Lampiran 21). Efisiensi pakan (Y4) menurun dari 77,47% menjadi 73,56% seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 menjadi 16 ekor/liter mengikuti persamaan Y4 = 17,92 – 0,038X (p<0,05). Dari Gambar 9, dapat diketahui bahwa semakin padat ikan dalam wadah pemeliharaan maka efisiensi pakan semakin kecil.
30
Efisiensi Pakan (%)
18.0 17.9 17.8 17.7 17.6 17.5 17.4 17.3 17.2 17.1 17.0
Y4 = 17,92-0,038X R² = 0,692
6
8
10 12 14 Padat Penebaran (ekor/liter)
16
18
Gambar 9. Efisiensi pakan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
4.1.6 Produksi Berdasarkan hasil penelitian setelah masa pemeliharaan selama enam minggu didapatkan data mengenai parameter produksi ikan corydoras yang meliputi pertumbuhan panjang mutlak (cm), laju pertumbuhan bobot harian (%), kelangsungan hidup (%), efisiensi pakan (%) dan koefisien keragaman panjang (%) dan hubungan (korelasi) antara perlakuan dan masing-masing parameter uji yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Peubah produksi ikan corydoras (Corydoras aenus) yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat penebaran (ekor/liter)
Hubungan
Peubah 8
12
16
(korelasi)
Pertumbuhan panjang mutlak (cm)
1,29±0,021
1,09±0,042
1,02±0,046
Y1 = 1,532-0,033X
Pertumbuhan bobot harian (%)
2,49±0,214
2,41±0,199
2,32±0,186
Y2 = 2,661-0,021X
Kelangsungan hidup (%)
94,56±1,403
89,74±1,737
88,43±0,609
Y3 = 100,1-0,766X
Efisiensi pakan (%)
17,63±1,407
17,44±1,369
17,32±3,469
Y4 = 17,92-0,038X
Koefisien keragaman (%)
12,19±0,794
14,10±1,186
16,20±0,532
Y5 = 8,230+0,503X
Peningkatan padat penebaran (X) ikan corydoras dari 8 hingga 16 ekor/liter menyebabkan penurunan pertumbuhan panjang mutlak (Y1), laju pertumbuhan bobot harian (Y2), tingkat kelangsungan hidup (Y3) dan efisiensi pakan (Y4) (p<0,05) secara linier mengikuti persamaan masing-masing; Y1= 1,532 – 0,033X, Y2=2,661 – 0,021X, Y3=100,1 – 0,766X dan Y4= 17,92- 0,038X (Tabel 4).
31
Koefisien keragaman panjang (Y5) meningkat seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X), mengikuti persamaan Y5= 8,230+0,503X. 4.1.7 Fisika – Kimia Air Fisika-kimia air pada sistem resirkulasi yang diamati selama pemeliharaan berupa; suhu (oC ), DO (mg/liter), pH, alkalinitas (mg/liter CaCO3),nitrit (mg/liter) dan amoniak (mg/liter). Berdasarkan hasil sampling fisika-kimia air yang dilakukan setiap tujuh hari sekali selama 42 hari masa pemeliharaan didapatkan data fisika-kimia air yang berfluktuasi (Lampiran 27). Pada Gambar 10, suhu air sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter mengalami peningkatan dari awal pemeliharaan sebesar 27,63; 27,50 dan 27,3°C menjadi 27,70; 27,63 dan 27,50°C di tengah pemeliharaan, kemudian mengalami penurunan mejadi 27,67; 27,50 dan 27,50°C pada akhir pemeliharaan. DO sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter mengalami penurunan dari awal pemeliharaan sebesar 7,00; 7,10 dan 7,23 mg/liter menjadi 5,91; 5,81 dan 5,64 mg/liter di tengah pemeliharaan, terus menurun hingga 5,07; 4,93 dan 4,82 mg/liter pada akhir pemeliharaan. Dari Gambar 11, dapat diketahui bahwa dengan bertambahnya waktu pemeliharaan, kebutuhan oksigen semakin meningkat seiring dengan peningkatan padat penebaran dari 8 hingga 16 ekor/liter, sehingga oksigen yang terlarut dalam wadah pemeliharaan
28.4
8
28.2
7
28.0
6
27.8
8 ekor/liter
27.6
12 ekor/liter
27.4
16 ekor/liter tandon
27.2
outlet
27.0
DO (mg/liter)
Suhu (oC)
semakin berkurang karena oksigen digunakan untuk respirasi dan metabolisme.
5
8 ekor/liter
4
12 ekor/liter
3
16 ekor/liter
2
tandon outlet
1
26.8
0 0
7
14 21 Hari ke-
35
42
Gambar 10. Suhu wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
0
7
14 21 Hari ke-
35
42
Gambar 11. DO wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
32
Pada Gambar 12, pH air sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter mengalami penurunan dari awal pemeliharaan sebesar 7,14; 7,08 dan 7,03 menjadi 5,91; 5,81 dan 5,64 di tengah pemeliharaan, terus menurun hingga 5,07; 4,93 dan 4,82 pada akhir pemeliharaan. Kecenderungan penurunan nilai pH air dengan semakin bertambahnya masa pemeliharaan membuat kandungan amoniak semakin menurun. Sesuai dengan pernyataan Boyd (1990) bahwa pada pH < 7, gas amoniak tereduksi menjadi ion amonium, sehingga nilai yang terhitung hanya dalam nilai Total Ammonium Nitrogen (TAN). Pada Gambar 13, TAN sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter mengalami peningkatan dari awal pemeliharaan sebesar 0,0200; 0,0223 dan 0,0237 menjadi 0,0531; 0,0553 dan 0,0590 di tengah pemeliharaan, terus meningkat hingga 0,1057; 0,1190 dan 0,1317 pada akhir
8.0 7.5 7.0 6.5 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0
0.16 0.14
0.12 8 ekor/liter 12 ekor/liter
16 ekor/liter tandon outlet
TAN (mg/liter)
pH
pemeliharaan.
0.10
8 ekor/liter
0.08
12 ekor/liter
0.06
16 ekor/liter tandon
0.04
outlet
0.02 0.00
0
7
14 21 Hari ke-
35
42
0
7
14 Hari ke-
21
35
42
Gambar 12. pH wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara Gambar 13. TAN wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari sistem resirkulasi selama 42 hari
Pada Gambar 14, Nitrit sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter mengalami penurunan dari awal pemeliharaan sebesar 0,4393; 0,5283 dan 0,6893 mg/liter menjadi 0,0877; 0,0893 dan 0,0910 mg/liter di tengah pemeliharaan, terus menurun hingga 0,0113; 0,0087 dan 0,0097 mg/liter pada akhir pemeliharaan. Nilai nitrit yang tinggi di awal pemeliharaan diduga karena bakteri nitrifikasi belum bekerja. Pada Gambar 15, Alkalinitas sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter mengalami penurunan dari awal pemeliharaan sebesar 47,67; 50,67 dan 52,67 mg/liter CaCO3 menjadi 18,67; 23,67 dan 28,00 mg/liter CaCO3
33
di tengah pemeliharaan, terus menurun hingga 15,00; 17,00 dan 17,33 mg/liter CaCO3 pada akhir pemeliharaan. 0.8
60 Alkalinitas (mg/liter CaCO3)
0.7 Nitrit (mg/liter)
0.6 0.5
8 ekor/liter
0.4
12 ekor/liter
16 ekor/liter
0.3
tandon
0.2
outlet
0.1
50 40 8 ekor/liter
30
12 ekor/liter
16 ekor/liter
20
tandon outlet
10 0
0.0 0
7
14 21 Hari ke-
35
0
42
Gambar 14. Nitrit wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
7
14 21 Hari ke-
35
42
Gambar 15. Alkalinitas wadah ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
4.1.8 Keuntungan Usaha Nilai keuntungan usaha pemeliharaan ikan Corydoras aenus pada masingmasing perlakuan selama penelitian berlangsung tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Analisis usaha ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat penebaran (ekor/liter) Keterangan 8
12
16
Biaya Benih (Rp)
36.000
54.000
72.000
Pakan Rp 5000/takar
44.159
62.759
80.056
bahan resirkulasi
17.000
17.000
17.000
Total Biaya (Rp)
97.159
133.759
169.056
M (2,5 cm – 3 cm)
70
132
170
ML (3 cm – 4 cm)
184
219
308
Produksi (ekor)
L (> 4 cm)
20
38
33
274
389
571
M (2,5 cm – 3 cm)
24.266,67
45.966,67
59.266,67
ML (3 cm – 4 cm)
82.500,00
98.400,00
138.450,00
Total Produksi Pendapatan per size (Rp)
L (> 4 cm) Total pendapatan (Rp) Keuntungan (Rp)
11.800,00
22.600,00
19.400,00
118.567,00
166.967,00
217.117,00
21.408,00
33.207,00
48.061,00
34
Tabel 5 menjelaskan aspek usaha dari kegiatan budidaya ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. Pada penelitian ini penghitungan biaya yang dikeluarkan hanya
berupa biaya produksi seperti biaya bahan pembuatan resirkulasi, biaya benih dan biaya pakan. Sedangkan pengeluaran investasi dan biaya tetap tidak dihitung karena tidak sebanding dengan keluaran dari produksi ikan corydoras yang hanya berskala laboratorium. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa produksi tertinggi terdapat pada padat penebaran 16 ekor/liter yaitu sebanyak 308 ekor dengan size ML (3 – 4 cm). Setelah dianalisa, keuntungan usaha terbesar juga terdapat pada padat penebaran 16 ekor/liter sebesar Rp. 48.061,00 dengan asumsi biaya tetap dianggap nol. 4.2 Pembahasan Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu dengan peningkatan padat penebaran dan perbaikan sistem resirkulasi. Semua hal yang berkaitan dengan teknis pemeliharaan seperti pemberian pakan, pengambilan sampel (sampling) pertumbuhan, pengelolaan kualitas air serta pencegahan hama dan penyakit dilakukan dengan prosedur yang sama seperti penelitian terdahulu, sehingga diharapkan hasil yang didapatkan merupakan pengaruh dari perlakuan padat penebaran dan meminimalisasi pengaruh dari luar. Peningkatan padat penebaran (X) ikan corydoras dari 8 hingga 16 ekor/liter menyebabkan peningkatan jumlah biomassa ikan. Pada padat penebaran 16 ekor/liter, jumlah biomassa ikan lebih tinggi dari padat penebaran yang lain, karena populasi ikan yang ada juga semakin bertambah. Jumlah biomassa yang tinggi membutuhkan jumlah pakan yang lebih banyak untuk melakukan pertumbuhan. Jumlah pakan rata-rata yang diperlukan pada padat penebaran 16 ekor/liter sebesar 14, 61 – 45,37 gram/hari menunjukkan kebutuhan pakan yang tinggi dibandingkan padat penebaran 8 dan 12 ekor/liter sebesar 7,53 – 26,79 dan 9,90 – 40,81 gram/hari. Jumlah pakan yang tinggi berpengaruh terhadap kebutuhan konsumsi oksigen ikan, karena oksigen diperlukan untuk mengkonversi pakan menjadi energi. Peningkatan biomassa ikan juga meningkatkan konsumsi oksigen yang digunakan untuk proses respirasi, aktivitas metabolisme di dalam
35
tubuh, aktivitas pergerakan dan aktivitas pengelolaan makanan. Oksigen juga diperlukan oleh bakteri untuk proses dekomposisi pakan dan bahan organik lain, sehingga konsentrasi oksigen terlarut pada perairan mengalami penurunan.. Peningkatan padat penebaran dari 8 hingga 16 ekor/liter mengakibatkan penurunan oksigen terlarut dari awal pemeliharaan sebesar 7,00 – 7,23 mg/liter menjadi 5,03 – 5,47 mg/liter di tengah pemeliharaan, terus menurun hingga 3,47 – 3,89 mg/liter pada akhir pemeliharaan (Gambar 11). Penurunan oksigen terlarut perairan merupakan faktor pembatas utama karena ketersediaan oksigen merupakan salah satu penentu konsumsi pakan ikan (nafsu makan). Oksigen merupakan salah satu unsur yang diperlukan untuk mengubah makanan menjadi energi. Saat nafsu makan berkurang, asupan pakan ke dalam tubuh ikan pun berkurang sehingga energi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan tidak terpenuhi. Konsentrasi oksigen terlarut dalam air bagi pertumbuhan ikan minimal sebesar 5 mg/liter (Boyd, 1990). Semakin mendekati akhir pemeliharaan, konsentrasi oksigen terlarut menurun di bawah batas optimal untuk pertumbuhan. Peningkatan padat penebaran (X) dari 8 hingga 16 ekor/liter menyebabkan penurunan pertumbuhan panjang mutlak (Y1) dari 1,28 hingga 1,02 cm mengikuti persamaan Y1 = 1,532 – 0,033X (Gambar 5). Pertambahan panjang tertinggi diperoleh pada perlakuan 8 ekor/liter dari 2,13±0,23 cm di awal pemeliharaan menjadi 3,41±0,42 cm di akhir pemeliharaan. Pertambahan panjang terendah diperoleh pada perlakuan 16 ekor/liter dari 2,13±0,23 cm di awal pemeliharaan menjadi 3,15±0,51 cm di akhir pemeliharaan (Lampiran 6). Laju pertumbuhan bobot harian (Y2) mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 hingga 16 ekor/liter, dari 2,49 hingga 2,32%, mengikuti persamaan Y2 = 2,661 – 0,021X (Gambar 6) Selain ketersediaan oksigen terlarut yang semakin menurun, faktor pembatas lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan dengan semakin meningkatnya padat penebaran adalah kompetisi pakan dan kondisi fisiologis ikan, karena ruang gerak ikan menjadi lebih sempit. Dengan ruang gerak yang terbatas, peluang ikan memperoleh makanan secara merata menjadi lebih kecil sehingga terjadi kompetisi dalam mendapatkan makanan dimana ikan-ikan yang lebih besar akan lebih dominan daripada ikan-ikan kecil. Pada pengamatan tingkah laku yang
36
dilakukan selama penelitian, kebiasaan ikan saat makan menunjukkan kecenderungan ikan makan secara bergerombol dan mengerumuni pakan yang disebar pada titik-titik tertentu. Ikan-ikan yang berukuran lebih kecil sulit mendapatkan makanan karena terhalang oleh kerumunan ikan-ikan lain yang lebih besar. Hal ini dapat menyebabkan ikan-ikan yang kecil tidak mengalami pertumbuhan karena kalah dalam persaingan memperebutkan makanan, sesuai dengan Huet (1972) yang menyatakan bahwa pertumbuhan ikan yang menurun dalam kepadatan tinggi lebih disebabkan oleh kompetisi pakan dibandingkan kompetisi ruang. Peningkatan kepadatan akan berakibat terganggunya proses fisiologis dan tingkah laku ikan terhadap ruang gerak yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan dan fisiologis ikan, akibatnya pemanfaatan makanan, pertumbuhan, dan kelangsungan hidup mengalami penurunan (Wedemeyer, 1996). Dengan semakin bertambahnya waktu pemeliharaan, pada kepadatan tertinggi diketahui jumlah ikan yang mati lebih banyak dari kepadatan yang lebih rendah (Lampiran 17). Peningkatan jumlah biomassa ikan dengan semakin bertambahnya kepadatan juga mengakibatkan peningkatan buangan metabolik yang disekresikan ikan. Akumulasi buangan metabolik dan sisa pakan yang tidak termakan mengakibatkan peningkatan kandungan amoniak. Ketika konsentrasi amoniak pada lingkungan meningkat, ekskresi amoniak dalam darah dan jaringan ikan meningkat. Amoniak pada konsentrasi lebih dari 0,04 mg/liter berbahaya bagi ikan, karena dapat menurunkan kapasitas darah untuk membawa oksigen sehingga jaringan akan kekurangan oksigen. Energi yang tersedia di dalam tubuh digunakan untuk penanggulangan stres yang ditimbulkan, dan mengganggu proses pengikatan oksigen dalam darah yang pada akhirnya mengakibatkan kematian (Boyd, 1990). Kadar amoniak semakin meningkat dengan semakin bertambahnya kepadatan dari 8 hingga 16 ekor/liter dari awal pemeliharaan sebesar 0,0200 – 0,0237 mg/liter menjadi 0,0513 – 0,0590 mg/liter di tengah pemeliharaan, terus meningkat hingga 0,1057 – 0,1317 mg/liter pada akhir pemeliharaan (Gambar 13). Peningkatan konsentrasi amoniak selain dipengaruhi oleh akumulasi buangan metabolik juga dipengaruhi oleh pH. Peningkatan padat penebaran dari 8 hingga
37
16 ekor/liter mengakibatkan penurunan pH dari awal pemeliharaan sebesar 7,03 – 7,14 menjadi 5,64 – 5,91 di tengah pemeliharaan, terus menurun hingga 4,82 – 5,07 pada akhir pemeliharaan (Gambar 12). Penurunan pH air dengan semakin bertambahnya masa pemeliharaan (< 7) membuat sebagian amoniak terionisasi, sehingga yang banyak berada dalam perairan adalah dalam bentuk ion amonium (NH4+). Amonium dalam perairan tidak beracun bagi ikan. Sesuai dengan pernyataan Boyd (1990) bahwa pada pH < 7, gas amoniak tereduksi menjadi ion amonium, sehingga nilai yang terhitung hanya dalam nilai Total Ammonium Nitrogen (TAN). Nilai amoniak yang tidak berbahaya bagi ikan ini juga disebabkan kinerja dari filtrasi biologi dan filtrasi kimia yang ada pada sistem resirkulasi. Pada filter biologi bakteri nitrifikasi mengoksidasi amoniak dalam reaksi dua tahap yaitu mengubah amoniak menjadi nitrit, kemudian mengubah nitrit menjadi nitrat yang relatif tidak toksik. Persamaan reaksi dalam nitrifikasi (Spotte, 1970) adalah sebagai berikut : NH4+ + OH− + 1.5 O2 NO2− + 0.5O2
Nitrosomonas sp. Nitrobacter sp.
H+ + NO2− + 2H2O NO3−
Proses nitrifikasi yang melibatkan bakteri aerob mengharuskan filter biologi mempertahankan kondisi aerobik. Fisika-kimia air pada penelitian ini optimal untuk nitrifikasi, dimana kadar oksigen terlarut minimal yang diperlukan untuk proses nitrifikasi adalah sebesar 2 mg/liter (Stickney, 1979) dan nilai pH optimum untuk menumbuhkan bakteri Nitrosomonas dan Nitrobacter dalam proses nitrifikasi berkisar antara 6,0 – 9,0 (Timmons dan Losordo, 1994). Pada filter kimia zeolit bekerja dengan memanfaatkan kemampuan pertukaran ion. Sesuai dengan Boyd (1990), zeolit menukar ion-ion NH4+ dengan +
ion-ion Ca2 atau Na+ yang terkandung dalam zeolit tersebut, dengan persamaan +
reaksi : Zeolit Na+ + NH4+ → Zeolit NH4+ + Na
Air yang mengandung TAN 0,107 mg/liter dapat diturunkan hingga mencapai konsentrasi 0 mg/liter dalam 295 detik atau sekitar 5 menit. Dalam waktu satu jam zeolit dengan berat 10 gram mampu menurunkan kandungan TAN sampai 1,2 mg/liter (Syauqi, 2009).
38
Kelangsungan hidup ikan dipengaruhi oleh kondisi fisika-kimia perairan. Secara alamiah setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungannya dalam batasbatas tertentu atau disebut tingkat toleransi. Jika perubahan lingkungannya terjadi di luar kisaran toleransi suatu hewan, maka cepat atau lambat hewan tersebut akan mati (Hoar, 1975). Parameter fisika-kimia perairan yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan adalah amoniak dan ketersediaan oksigen. Pada penelitian ini, didapatkan nilai amoniak yang rendah akibat dari kerja filtrasi pada sistem resirkulasi yang berjalan dengan baik, sehingga yang menjadi faktor pembatas utama kelangsungan hidup ikan adalah oksigen terlarut. Ketersediaan oksigen merupakan salah satu penentu konsumsi pakan ikan (nafsu makan). Saat nafsu makan berkurang, asupan pakan ke dalam tubuh ikan pun berkurang sehingga energi untuk pemeliharaan dan pertumbuhan tidak terpenuhi. Hal ini bila berlangsung lama akan menyebabkan kematian (Effendi, 2004). Kelangsungan hidup (Y3) mengalami penurunan dengan semakin bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 hingga 16 ekor/liter, dari 94,56 hingga 88,43%, mengikuti persamaan Y3 = 100,1 – 0,766X (Gambar 7). Pada pengamatan yang dilakukan selama penelitian, kematian ikan juga disebabkan oleh kontak fisik yang terjadi pada ikan. Sifat ikan corydoras yang tergolong ikan demersal membuat ikan ini berkumpul di dasar akuarium. Dengan semakin bertambahnya ukuran ikan, ruang gerak menjadi semakin sempit sehingga tidak bisa dihindari terjadinya gesekan-gesekan antara ikan. Sirip-sirip pectoral dan kulit ikan corydoras yang keras dapat melukai ikan-ikan lainnya yang lebih lemah. Luka yang terdapat pada ikan memudahkan penyakit untuk menyerang. Beberapa ikan yang mati memiliki ciri-ciri tubuh berlendir dan berwarna pucat, terdapat luka-luka gesekan pada beberapa bagian tubuh, terdapat jamur disekeliling luka gesekan pada beberapa ikan dan ukuran ikan lebih kecil daripada ukuran dalam populasi. Penurunan oksigen terlarut juga mengakibatkan terjadinya stres pada ikan. Secara alamiah setiap organisme mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan dalam batas-batas tertentu atau disebut tingkat toleransi. Jika perubahan lingkungan terjadi di luar toleransi akan mengakibatkan
39
stres pada ikan (Hoar, 1975). Akibat lanjut dari stres yang tinggi maka energi yang
didapatkan
dari
asupan
makanan
cenderung
digunakan
untuk
penanggulangan stres ikan sehingga pemanfaatan pakan untuk pertumbuhan menjadi terbatas. Efisiensi pakan (Y4) menurun dari 77,47% menjadi 73,56% seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 menjadi 16 ekor/liter mengikuti persamaan Y4 = 17,92 – 0,038X (Gambar 9). Menurut Effendi (2004), efisiensi pakan bergantung pada spesies (kebiasaan makan, ukuran /stadia), kualitas air (terutama oksigen, suhu, pH dan amoniak), pakan (kualitas dan kuantitas). Pemanfaatan pakan yang tidak optimal membuat pertumbuhan yang tidak merata, sehingga mengakibatkan variasi ukuran pada ikan. Variasi ukuran panjang pada setiap padat penebaran ditunjukkan oleh koefisien keragaman panjang. Semakin besar nilai koefisien keragaman panjang maka ukuran antar individu dalam populasi tersebut akan semakin beragam. Koefisien keragaman (Y5) meningkat dari 12,19% menjadi 16,20% seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X) dari 8 menjadi 16 ekor/liter mengikuti persamaan Y5 = 0,503X + 8,230 (Gambar 8). Kisaran nilai koefisien keragaman tersebut masih dibawah 20% sehingga masih dianggap seragam. Pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang didapatkan dari peningkatan padat penebaran berpengaruh terhadap keuntungan yang diperoleh. Peningkatan padat penebaran berdampak pada menurunnya parameter biologi pada ikan. Akan tetapi, peningkatan kepadatan ikan akan meningkatkan total produksi (Hepher and Pruginin, 1981) dan biaya produksi per unit menjadi rendah (Islam et al., 2006). Secara umum dalam produksi ikan hias, variasi ukuran panjang ikan sangat berpengaruh karena berkaitan dengan penentuan harga ikan. Disamping itu, parameter-parameter lain seperti kecerahan warna, kemontokan bentuk tubuh, dan kelincahan ikan merupakan faktor yang tidak boleh dikesampingkan dalam produksi ikan hias. Harga jual ikan corydoras ditentukan berdasarkan ukuran tubuhnya, sehingga parameter produksi yang paling berpengaruh pada keberhasilan produksi adalah pertumbuhan panjang dan kelangsungan hidup. Setelah 42 hari masa pemeliharaan didapatkan ukuran rata-rata ikan yang berkisar antara 3,15±0,51 cm sampai 3,41±0,42 cm (Lampiran 6) dan kelangsungan hidup
40
ikan yang berkisar antara 88,43 % – 94, 56 % (Lampiran 14). Harga ikan Corydoras aenus pada ukuran ML (3 – 4 cm) di pasar petani berkisar Rp. 600 – 700 per ekor. Dari tabel 6 didapatkan produksi rata-rata padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter masing-masing ukuran M (2,5 cm – 3 cm) berturut-turut sebesar 69, 131 dan 169 ekor, ukuran ML (3 cm – 4 cm) sebesar 183, 219 dan 308 ekor, serta ukuran L (>4 cm) sebesar 20, 38 dan 32 ekor. Efisiensi ekonomi yang didapatkan hanya dapat dihitung melalui keuntungan usaha, sedangkan parameter lain seperti R/C, BEP dan PP tidak dapat dihitung karena produksi yang dilakukan masih dalam skala laboratorium dengan tiga ulangan pada masing-masing perlakuan, sehingga nilai investasi dan biaya tetap yang dikeluarkan tidak sebanding dengan pemasukan yang diperoleh. Hasil analisis usaha menunjukkan perlakuan padat penebaran 16 ekor/liter memberikan keuntungan usaha tertinggi sebesar Rp. 48.061,00 (Tabel 5). Dengan demikian, perlakuan padat penebaran 16 ekor/liter menghasilkan efisiensi usaha yang paling tinggi di antara perlakuan lainnya.
41
V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Peningkatan padat penebaran ikan corydoras dari 8 hingga 16 ekor/liter menyebabkan penurunan pertumbuhan panjang mutlak (Y1), laju pertumbuhan bobot harian (Y2), tingkat kelangsungan hidup (Y3) dan efisiensi pakan (Y4) (p<0,05) secara linier mengikuti persamaan masing-masing; Y1= 1,532–0,033X, Y2= 2,661–0,021X, Y3= 100,1–0,766X dan Y4= 17,92–0,038X. Koefisien keragaman (Y5) meningkat seiring dengan bertambahnya padat penebaran (X), mengikuti persamaan Y5= 8,230+0,503X. Efisiensi usaha tertinggi didapatkan pada padat penebaran 16 ekor/liter karena keuntungan produksi yang diperoleh paling tinggi dari perlakuan lain sebesar Rp. 48.061,00. Dari hasil penelitian, diketahui perlakuan 16 ekor/liter merupakan kepadatan optimal ikan corydoras ukuran 2 cm yang dipelihara pada sistem resirkulasi.
5.2 Saran Untuk tujuan produksi ikan corydoras (Corydoras aenus) disarankan menerapkan padat penebaran 16 ekor/liter, yang disertai dengan penggunaan sistem resirkulasi untuk peningkatan pengelolaan kualitas air.
42
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007. Breeding Corydoras Aenus. http://www.waterfish.org/news1.php [15 Februari 2009] Anonim. 2009. Corydoras aenus. http://www.aquahobby.com. [15 Februari 2009] Bardach JE, Ryther JH dan McLarney W O. 1972. Aquaculture : The Farming and Husbandry of Fresh Water and Marine Organism. John Wiley and Sons. New York. Boyd CE. 1990. Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham Publishing Co, Alabama. Brandao FR, Gomes LC, Chagas EC, Araujo LD, Silva ALF dan Silva CR. 2004. Stocking density of matrinxã juveniles during second growth phase in cages. Fish culture performance in the tropics, Manaus. hlm 127-129. Dewi AP. 2008. Pengaruh Padat Tebar terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ikan Corydoras (Corydoras aenus). Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta. Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Ellis T, North B, Scott A P, Bromage N R, Porter M and Gadd D. 2002. The Relationships beetwen Stocking Density and Welfare in Farmed Rainbow Trout. Journal Fish Biologi 61. hlm 493-531 Goddard S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and Hall. New York. hlm 194. Gomes LC, Baldisserotto B dan Senhorini JA. 2000. Effect of stocking density on water quality, survival, and growth of larvae of the matrinxã, Brycon cephalus (Characidae), in Ponds. Journal Aquaculture, 183 (1). 73-81. Hart P dan Dos O’S. 1993. Recirculation Systems: Design, Construction and Management. University of Tasmania, Australia. Hepher B dan Pruginin Y. 1981. Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. John Wiley and Sons, New York.
43
Hickling CF. 1971. Fish Culture. Faber and Faber, London. Hoar WS, Randall DJ dan Brett JR. 1979. Fish Physiology Volume III. Bioenergenetics and Growth. Academic Press, San Diego. Hoedeman, JJ. 1975. Naturalist’ Guide to Freshwater Aquarium Fish. Sterling Publishing Co., Inc, New York. Huet M. 1972. Text Book of Fish Culture Cultivation. Fishing New Books Ltd, London. ________. 1994. Text Book of Fish Culture: Breeding and Cultivation of Fish. Fishing New Books Ltd, London. Huisman EA. 1987. The Principles of Fish Culture Production. Departement of Aquaculture, Wageningen University, The Netherland. Islam MS, Rahman M dan Tanaka M. 2006. Stocking density positively influences the yield and farm profitability in cage aquaculture of suchi catfish, Pangasius sutchi. Journal of Apllied Ichtyology, 22(5): 441-445. Jobling, M. 1994. Fish bioenergetics. London: Chapman & Hall, London Kebus MJ, Collins MT, Brownfield MS, Amundson CH, Kayes TB dan Malison JA. 1992. Effects of rearing density on the stres response and growth of rainbow trout. Journal Aquatic Animal Health, 4: 1-6 Lesmana DS dan Dermawan I. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya, Jakarta. Marliani L. 2007. Berebut Corydoras untuk Ekspor. http://www.trubusonline.com. [21 September 2008]. Mills D dan Lambert D. 2004. The Aquarium Fish Handbook: The Complete Reference from Anemonefish to Zamora Woodcats. Quarto Inc, London. Montero D, Izquierdo MS, Tort L, Robaina L dan Vergara JM (1999). High stocking density produces crowding stres altering some physiological and biochemical parameters in gilthead seabream, Sparus aurata, juveniles. Journal Fish Physiology and Biochemistry, 20 (1 ): 53-60 Mudjiutami E. 2000. Ikan Hias Air Tawar Corydoras. Penebar Swadaya, Jakarta. Numberi F. 2005. Trend Pasar Ikan Hias Dunia. http://www.dkp.go.id. [ 28 Maret 2009].
44
Nurhamidah D. 2007. Pengaruh Padat Penebaran pada Kinerja Pertumbuhan Benih Ikan Patin Pangasius hypophthalmus dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Pescod. 1973. Investigation of Rational Effluent and Stream Standars for Tropical Countries Asian. Institute Technology of Bangkok, Thailand. Poernomo S. 2008. Statistik Industri Ikan Hias Dunia. Pusat Data Statistik dan Informasi (PUSDATIN) Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Rahmadani D. 2006. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Gurame (Osphronemus gouramy) Ukuran 3,14 cm yang Dipelihara dengan Padat Penebaran yang Berbeda dalam Akuarium Sistem Resirkulasi. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Schmittou HR, Cremer MC dan Jian Zhang. 1997a. Beberapa Prinsip dan Praktek Budidaya Ikan Pada Kepadatan Tinggi dalam Keramba Volume Rendah. Soy in Aqua program. American Soybean Association. Jakarta Setiawan B. 2009. Pengaruh Padat Penebaran 1, 2 dan 3 ekor/liter terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Maanvis Pterophyllum scalare. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. Solehudin MA. 2006. Produksi Ikan Neon Tetra Paracheirodon innesi Ukuran M dengan Padat Tebar 25, 50, 75 dan 100 Ekor/Liter dalam Sistem Resirkulasi. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Spotte S. 1970. Fish and Invertebrate Culture: Water Management in Closed Systems. John Wiley and Sons, New York. Steel RGD dan Torrie JH. 1991. Prinsip-prinsip dan Prosedur Statistika. Terjemahan PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Stickney RR. 1993. Advance in Fisheries Science: Culture of Nonsalmoid Freshwater Fishes Second Edition. CRS Press, Boca Ratio, Florida. ________. 1979. Principles of Warmwater Aquaculture. John Wiley and Sons, New York. Studdart J. 2007. Common Corydoradine Catfish (Helmet Skin Catfish). http://Aquariacentral.com/Freshwater topics/Freshwater Bottom dweller. [15 Februari 2009]
45
Syauqi A. 2009. Kelangsungan Hidup Benih Bawal Air Tawar Colosomma macropomum Cuvier. pada Sistem Pengangkutan Tertutup dengan Padat Penebaran 43, 86, dan 129 ekor/liter. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Timmons MB dan Losordo TM. 1994. Aquaculture Water Reuse System: Engineering Design and Management. Elsevier Science Publisher, Netherland. Tucker CS dan Hargreaves JA. 2004. Biology and Culture of Channel Catfish. Elseiver. Amsterdam Netherlands. Wedemeyer GA. 1996. Physiology of Fish in Intensive Culture Systems. Northwest Biological Science Center, National Biological Service U. S Departement of the Interior. Chapman and Hall. hlm 232. Yudha AP. 2009. Efektivitas Penambahan Zeolit terhadap Kinerja Filter Air dalam Sistem Resirkulasi pada Pemeliharaan Ikan Arwana Sceleropages formosus di Akuarium. Skripsi. Program Studi Teknologi dan Manajemen Akuakultur. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor. Zonneveld N, Huisman EA dan Boon JH. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
46
LAMPIRAN
47
Lampiran 1. Statistik industri ikan hias dunia tahun 2004 No.
Negara Pengekspor
Nilai (1000 US $)
Negara Pengimpor
Nilai (1000 US $)
1
Singapura
41.460
Amerika Serikat
39.686
2
Malaysia
17.559
Jepang
25.618
3
Republik Ceko
13.353
Jerman
24.373
4
Indonesia
12.648
Inggris
23.646
5
Hongkong
9.477
Perancis
20.859
6
Amerika Serikat
8.381
Singapura
11.274
7
Jepang
8.332
Italia
10.300
8
Peru
6.439
Belgia
10.163
9
Filipina
6.439
Belanda
9.954
10
Israel
5.603
Hongkong
9.430
11
Sri Langka
5.527
Kanada
6.520
12
Thailand
5.245
Spanyol
5.244
13
Belgia
4.322
Malaysia
4.916
14
Kolombia
4.284
Meksiko
2.819
15
Spanyol
3.570
Australia
2.790
16
Irlandia
3.322
Swiss
2.702
17
Brazil
3.250
Norwegia
2.334
18
Perancis
3.046
Swedia
2.295
19
Jerman
2.744
Korea
2.283
20
Cina
2.166
Denmark
Jumlah
Lampiran 2.
167.167
2.025
Jumlah
219.231
Skema sistem resirkulasi pemeliharaan ikan Corydoras aenus pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter yang dipelihara selama 42 hari 3 4
5 6 7 2
11 Keterangan : 1. Filter 2. Selang pompa inlet air bersih 3. pipa pemasukan air bersih 4. Pipa pemasukan udara (aerasi) 5. akuarium perlakuan 6. paralon pembuangan air (bejana berhubungan) 7. talang air (outlet air budidaya)
48
Lampiran 3. Skema akuarium pemeliharaan ikan Corydoras aenus dalam sistem resirkulasi pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter yang dipelihara selama 42 hari 1 2 33
5
4
6
Lampiran 4.
Keterangan : 1. pipa pengeluaran air bersih 2. pipa pengeluaran udara (aerasi) 3. selang pengeluaran air bersih 4. batu aerasi untuk pendistribusian udara 5. paralon pembuangan air (bejana berhubungan) 6. talang air (outlet budidaya)
Struktur tandon filter dan aliran air dalam sistem resirkulasi pemeliharaan ikan Corydoras aenus pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter yang dipelihara selama 42 hari
air di pompa masuk kembali Outlet resirkulasi
kapas filter
pasir
karang
kerikil potongan paralon
zeolit
Air bersih
kolom air bersih
49
Lampiran 5.
P1U1
P2U3
Rancangan pengacakan akuarium pada pemeliharaan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
P3U2
P1U3
P3U1
P1U2
P2U1
P3U3
P2U2
Keterangan : P1=8 ekor/liter ; P2=12 ekor/liter ; P3=16 ekor/liter U1=ulangan 1 ;U2=ulangan 2 ;U3=ulangan 3
Lampiran 6.
Panjang (cm) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
Padat penebaran (ekor/liter) 1 2 8 3 Rataan STDEV 1 2 12 3 Rataan STDEV 1 2 16 3 Rataan STDEV
0 2,13 2,13 2,13 2,13 0,23 2,13 2,13 2,13 2,13 0,23 2,13 2,13 2,13 2,13 0,23
7 2,52 2,52 2,54 2,52 0,28 2,50 2,50 2,49 2,49 0,29 2,46 2,47 2,46 2,46 0,32
14 2,81 2,81 2,81 2,81 0,34 2,69 2,67 2,68 2,68 0,36 2,64 2,65 2,66 2,65 0,44
Hari ke21 3,01 2,98 3,00 3,00 0,34 2,79 2,79 2,79 2,79 0,36 2,73 2,72 2,73 2,73 0,41
28 3,25 3,22 3,23 3,23 0,40 2,94 2,93 2,92 2,93 0,39 2,83 2,84 2,85 2,84 0,41
35 3,33 3,32 3,30 3,31 0,39 3,05 3,12 3,09 3,08 0,38 2,95 2,99 3,02 2,99 0,46
42 3,43 3,39 3,42 3,41 0,42 3,21 3,19 3,27 3,22 0,45 3,13 3,20 3,11 3,15 0,51
Lampiran 7. Pertumbuhan panjang mutlak (cm) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
Ulangan 1 2 3 Rata-rata
8 1,30 1,26 1,29 1,28
Padat penebaran (ekor/liter) 12 1,08 1,06 1,14 1,09
16 1,00 1,07 0,98 1,02
50
Lampiran 8.
Analisis ragam pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
Sumber keragaman Padat penebaran Sisa
Jumlah kuadrat 0,11390 0,00882
derajat bebas 2 6
Total
0,12273
8
Kuadrat tengah 0,05695 0,00147
F hit
P-value
F tab
38,7250
0,00037
5,14325
F hit > F tabel menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 5%
Lampiran 9.
Uji lanjut polinomial orthogonal pertumbuhan panjang mutlak ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter pada akuarium sistem resirkulasi selama 42 hari
Derajat Sumber keragaman bebas Regresi 2 Linier 1 kuadratik 1 Sisa 6 Total 8
Jumlah kuadrat 0.113945 0.107147 0.006798 0.008823 0.122768
Kuadrat Fhit P tengah 0.056973 38.74 0.000 48.01 0.000 4.62 0.075 0.001471
Persamaan regresi, Y1 =1,533 - 0,0334 X Lampiran 10. Bobot (gram) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat penebaran (ekor/liter) 1 2 8 3 Rataan STDEV 1 2 12 3 Rataan STDEV 1 2 16 3 Rataan STDEV
0 0,29 0,29 0,29 0,29 0,103 0,29 0,29 0,29 0,29 0,103 0,29 0,29 0,29 0,29 0,103
1 0,33 0,33 0,34 0,33 0,123 0,31 0,30 0,30 0,30 0,093 0,30 0,30 0,30 0,30 0,096
14 0,45 0,45 0,44 0,44 0,112 0,39 0,40 0,40 0,40 0,100 0,39 0,40 0,39 0,39 0,105
Hari ke21 0,64 0,64 0,64 0,64 0,115 0,58 0,59 0,60 0,59 0,122 0,58 0,57 0,57 0,57 0,121
28 0,73 0,71 0,72 0,72 0,122 0,69 0,70 0,69 0,69 0,116 0,65 0,65 0,65 0,65 0,110
35 0,84 0,80 0,81 0,82 0,134 0,71 0,73 0,73 0,72 0,125 0,69 0,70 0,71 0,70 0,133
42 0,84 0,81 0,83 0,83 0,137 0,81 0,79 0,80 0,80 0,130 0,77 0,79 0,76 0,77 0,150
51
Lampiran 11. Laju pertumbuhan bobot (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Ulangan
8 2,53 2,45 2,49 2,49
1 2 3 Rata-rata
Padat penebaran (ekor/liter) 12 2,44 2,37 2,41 2,41
16 2,31 2,37 2,28 2,32
Lampiran 12. Analisis ragam laju pertambahan bobot ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Sumber keragaman
Jumlah kuadrat
derajat bebas
Padat penebaran Sisa
0,043473 0,010549
2 6
Total
0,054022
8
Kuadrat tengah 0,021736 0,001758
F hit 12,3628
P-value 0,0074
F tab 5,1432
F hit > F tabel menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 5%
Lampiran 13. Uji lanjut polinomial orthogonal laju pertumbuhan bobot ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Derajat Jumlah Kuadrat Fhit P bebas kuadrat tengah Regresi 2 83.543 41.7716 12.36 0.007 Linier 1 67.282 28.82 0.001 kuadratik 1 16.260 0.00 0.96 Sisa 6 20.317 3.3861 Total 8 103.860 Sumber keragaman
Persamaan regresi, Y2 =2,662 - 0,0213 X Lampiran 14. Kelangsungan hidup (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Ulangan 1 2 3 Rata-rata
8 94,79 93,06 95,83 94,56
Padat penebaran (ekor/liter) 12 91,44 87,96 89,81 89,74
16 87,85 88,37 89,06 88,43
52
Lampiran 15. Analisis ragam kelangsungan hidup ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Sumber keragaman Padat penebaran Sisa
Jumlah kuadrat 62,606572 10,718968
Derajat bebas 2 6
Total
73,325540
8
Kuadrat tengah 31,30328 1,78649
F hit 17,5222
P-value 0,0031
F tab 5,1432
F hit > F tabel menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 5%
Lampiran 16. Uji lanjut polinomial orthogonal kelangsungan hidup ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Derajat bebas Regresi 2 Linier 1 kuadratik 1 Sisa 6 Total 8 Sumber keragaman
Jumlah Kuadrat Fhit P kuadrat tengah 62,6066 31,3033 17,52 0,003 56,4437 23,4 0,002 6,1629 3,45 0,113 10,7190 1,7865 73,3255
Persamaan regresi, Y3 = 100,1 - 0,7668 X Lampiran 17. Jumlah (ekor) ikan Corydoras aenus yang mati selama pemeliharaan pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
Hari ke7 14 21 28 35 42
1 0 2 4 0 3 6
8 2 0 0 2 4 6 8
3 0 0 2 1 4 5
Padat penebaran (ekor/liter) 12 1 2 3 1 1 2 2 3 3 4 3 5 4 7 7 8 7 9 6 11 9 13 11 18 13 17 15 25
16 2 4 3 6 10 17 27
3 1 4 8 12 15 23
53
Lampiran 18. Koefisien keragaman ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari
Ulangan 1 2 3 Rata-rata
8 13,20 11,72 11,95 12,29
Padat penebaran (ekor/liter) 12 14,41 15,27 12,93 14,20
16 16,37 16,82 15,76 16,32
Lampiran 19. Analisis ragam koefisien keragaman ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Sumber keragaman Padat penebaran Sisa
Jumlah kuadrat 24,345446 4,637947
Derajat bebas 2 6
Total
28,983393
8
Kuadrat tengah 12,172723 0,772991
F hit 15,7475
P-value 0,0041
F tab 5,1432
F hit > F tabel menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 5%
Lampiran 20. Uji lanjut polinomial orthogonal koefisien keragaman panjang ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Derajat bebas Regresi 2 Linier 1 kuadratik 1 Sisa 6 Total 8 Sumber keragaman
Jumlah Kuadrat Fhit P kuadrat tengah 24.3411 12.1705 15.75 0.004 24.3211 36.56 0.001 0.02 0.03 0.877 4.6365 0.7728 28.9776
Persamaan regresi, Y5 = 8,230 + 0,5033 X
54
Lampiran 21. Efisiensi pakan (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat penebaran (ekor/liter) Ulangan
8
12
16
1
17.7371
17.5469
17.3126
2
17.6023
17.3656
17.4431
3
17.5605
17.4088
17.2192
Rata-rata
17.6333
17.4404
17.3250
Lampiran 22. Analisis ragam efisiensi pakan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Sumber keragaman Padat penebaran Sisa
Jumlah kuadrat 26,4903 4,6385
derajat bebas 2 6
Total
31,1289
8
Kuadrat tengah 13,2452 0,7731
F hit 17,1328
P-value 0,0033
F tab 5,1433
F hit > F tabel menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 5%
Lampiran 23. Uji lanjut polinomial orthogonal efisiensi pakan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Derajat bebas Regresi 2 Linier 1 kuadratik 1 Sisa 6 Total 8 Sumber keragaman
Jumlah kuadrat 0.043457 0.043452 4.7E-06 0.010548 0.054005
Kuadrat Fhit P tengah 0.021728 12.36 0.007 28.82 0.009 0.00 0.071 0.001758
Persamaan regresi, Y4 = 80,88 – 0,8732 X
55
Lampiran 24. Data jumlah intake pakan mingguan (gram) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat penebaran (ekor/liter) Hari ke-
8 1
12
2
3
1
16 1
2
3
7
57.02
52.73
59.57
69.32
70.67
2
71.32
3
105.54
121.74
102.25
14
128.45
121.78
139.23
158.17
156.32
166.74
256.52
265.44
248.09
21
156.83
142.36
146.56
215.47
197.08
202.85
277.42
287.74
266.07
28
172.24
162.96
166.36
252.87
251.88
242.68
294.46
296.88
286.99
35
178.28
173.86
175.56
260.50
258.77
256.83
301.68
306.32
297.87
42
187.53
180.72
183.36
284.43
272.84
285.68
325.84
328.63
317.63
Lampiran 25. Rata-rata pakan yang dimakan (%) ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat penebaran (ekor/liter) 8
Hari ke1
12
2
3
1
16
2
3
1
2
3
7
15.79
17.62
22.37
11.30
4.17
2.55
2.53
2.96
2.07
14
23.62
25.57
20.56
18.56
19.84
18.51
15.40
15.15
16.13
21
29.24
31.84
29.25
27.96
30.14
29.85
25.54
23.48
25.62
28
25.03
25.84
25.34
24.51
26.01
24.81
21.95
21.08
22.74
35
21.32
21.88
20.78
18.78
20.16
20.21
18.63
18.23
19.79
42
17.74
17.60
17.56
17.55
17.37
17.41
17.31
17.44
17.22
Lampiran 26. Bobot rata-rata (gram) ikan Corydoras aenus yang mati selama pemeliharaan pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Padat penebaran (ekor/liter) Hari ke-
8 1
12
2
3
16
1
2
3
1
2
3
7
0
0
0
0,23
0,24
0,26
0,21
0,19
0,23
14
0,33
0
0
0,35
0,29
0,32
0,29
0,33
0,29
21
0,56
0,48
0,53
0,49
0,54
0,45
0,55
0,48
0,52
28
0,64
0,57
0,59
0,63
0,62
0,57
0,59
0,63
0,63
35
0,72
0,66
0,76
0,65
0,67
0,62
0,62
0,66
0,64
42
0,75
0,68
0,77
0,66
0,72
0,69
0,74
0,72
0,66
56
Lampiran 27. Fisika-kimia air media pemeliharaan ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari Hari ke-
0
7
14
21
35
42
Fisika-kimia Air Wadah 8 ekor/liter
Suhu (°C) 27,63
DO (mg/l) 7,00
7,14
TAN (mg/l) 0,0200
Nitrit (mg/l) 0,4393
12 ekor/liter
27,50
7,10
7,08
0,0223
0,5283
50,67
16 ekor/liter tandon air bersih tandon filter
27,30
7,23
7,03
0,0237
0,6893
52,67
28,20
7,20
7,00
0,0180
0,4270
53,00
27,80
6,60
6,90
0,0170
0,4790
50,00
8 ekor/liter
27,53
6,67
6,59
0,0273
0,3083
38,67
12 ekor/liter
27,60
6,57
6,49
0,0310
0,3870
41,67
16 ekor/liter tandon air bersih tandon filter
27,57
6,27
6,45
0,0367
0,4297
43,67
27,90
6,80
6,80
0,0270
0,2430
44,00
27,50
6,60
6,71
0,0380
0,2640
42,00
8 ekor/liter
27,53
6,53
6,53
0,0307
0,1537
27,33
12 ekor/liter
27,47
6,37
6,42
0,0340
0,1833
28,67
16 ekor/liter tandon air bersih tandon filter
27,50
6,13
6,37
0,0373
0,1963
31,00
27,70
6,70
6,47
0,0260
0,1370
30,00
27,50
6,50
6,32
0,0280
0,1480
29,00
8 ekor/liter
27,70
5,47
5,91
0,0513
0,0877
18,67
12 ekor/liter
27,63
5,40
5,81
0,0553
0,0893
23,67
16 ekor/liter tandon air bersih tandon filter
27,50
5,03
5,64
0,0590
0,0910
28,00
27,70
6,70
5,70
0,0480
0,0620
26,00
27,50
6,30
5,41
0,0540
0,0790
24,00
8 ekor/liter
27,60
4,63
5,55
0,0877
0,0167
16,00
12 ekor/liter
27,50
4,27
5,37
0,0997
0,0227
17,00
16 ekor/liter tandon air bersih tandon filter
27,53
3,73
5,20
0,1120
0,0283
18,00
27,80
6,30
5,43
0,0980
0,0250
21,00
27,60
5,80
5,26
0,1200
0,0280
20,00
8 ekor/liter
27,67
3,89
5,07
0,1057
0,0113
15,00
12 ekor/liter
27,50
3,69
4,93
0,1190
0,0087
17,00
16 ekor/liter tandon air bersih
27,50
3,47
4,82
0,1317
0,0097
17,33
27,70
5,00
5,20
0,1200
0,0060
17,00
tandon filter
27,60
3,85
5,05
0,1400
0,0050
16,00
pH
Alkalinitas (mg/l CaCO3) 47,67
57
Lampiran 28. Analisis usaha ikan Corydoras aenus yang dipelihara pada padat penebaran 8, 12 dan 16 ekor/liter dalam sistem resirkulasi selama 42 hari. Padat Penebaran (ekor/liter) 8
Keterangan
12
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
36,000
36,000
36,000
45,109
42,755
17,000 98,109
rata-rata
16 rata-rata
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
rata-rata
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
36,000
54,000
54,000
54,000
54,000
72,000
72,000
72,000
72,000
44,612
44,159
63,577
61,875
62,826
62,759
80,009
82,330
77,829
80,056
17,000
17,000
17,000
17,000
17,000
17,000
17,000
17,000
17,000
17,000
17,000
95,755
97,612
97,159
134,577
132,875
133,826
133,759
169,009
171,330
166,829
169,056
Biaya Benih (Rp) Pakan Rp 5000/takar bahan resirkulasi Total Biaya (Rp)
Produksi (ekor) M (2,5 cm – 3 cm)
65
67
76
69.33
136
127
131
131.33
155
186
167
169.33
ML (3 cm – 4 cm)
190
186
174
183.33
218
223
215
218.67
325
288
310
307.67
18
15
26
19.67
41
30
42
37.67
26
35
36
32.33
22,750
23,450
26,600
24,266.67
47,600
44,450
45,850
45,966.67
54,250
65,100
58,450
59,266.67
85,500
83,700
78,300
82,500.00
98,100
100,350
96,750
98,400.00
146,250
129,600
139,500
138,450.00
10,800
9,000
15,600
11,800.00
24,600
18,000
25,200
22,600.00
15,600
21,000
21,600
19,400.00
119,050
116,150
120,500
118,567
170,300
162,800
167,800
166,967
216,100
215,700
219,550
217,117
20,941
20,395
22,888
21,408
35,723
29,925
33,974
33,207
47,091
44,370
52,721
48,061
L (> 4 cm) Pendapatan per size (Rp) M (2,5 cm – 3 cm) ML (3 cm – 4 cm) L (> 4 cm) Total pendapatan (Rp)
Keuntungan (Rp)
Keterangan biaya tetap dianggap nol
58