Liputan Konferensi Internasional Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara Ke-2 I Wayan Muderawan Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Bali Koresponden: I Wayan Muderawan, Ph.D., Jl. Udayana No. 11 Singaraja Bali 81117, Indonesia. E-mail:
[email protected] Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara ke-2 dengan tema “Kreativitas dan Inovasi” telah dilaksanakan dengan sukses luar biasa di Universitas Pendidikan Ganesha pada tanggal 1-4 Agustus 2013. Konferensi dan Festival Internasional ini diselenggarakan oleh Universitas Pendidikan Ganesha bekerja sama dengan Yayasan Pelestarian Budaya Bali Utara dan didukung oleh Universitas Leiden, Belanda. Konferensi dan Festival Internasional ini dihadiri oleh Direktur Akademi Pertunjukan dan Seni Kreatif, Universitas Leiden, Komposer dari Amerika Serikat dan dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Bapak Ketut Suastika, mewakili Gubernur Bali.
Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara ke-2 dimulai dengan acara pembukaan pada hari pertama, tanggal 1 Agustus 2013. Acara pembukaan diawali dengan tari Kembang Deeng yang merupakan tari penyambutan dan ucapan selamat datang kepada para peserta konferensi dan festival yang diiringi oleh penabuh dari Sekaa Gong Eka Wakia Banjar Paketan Singaraja, kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, doa, laporan ketua panitia penyelengara konferensi dan festival, sambutan Rektor UNDIKSHA, sambutan Bupati Buleleng, dan sambutan Gubernur Bali yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali yang sekaligus membuka acara secara resmi ditandai dengan pemukulan gong sebanyak tiga kali. Dalam laporannya, ketua penyelenggara, Dr. I Gede Budasi, M.Ed., menyampaikan bahwa Pelaksanaan konferensi dan festival tahun ini dilatar belakangi oleh keberadaan budaya khas dan unik Bali Utara yang nampaknya mulai tergerus arus perkembangan jaman. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya generasi muda di Bali Utara yang mau belajar dan mengembangkan seni budaya Bali Utara, yang berpotensi mengakibatkan seni budaya Bali Utara mengalami kepunahan. Konferensi dan festival tahun ini, bertema “Kreatifitas dan Inovasi”. Diharapkan dengan tema tersebut dapat memberikan motivasi bagi para seniman dan para generasi muda untuk berkreatifitas dan berinovasi sehingga keberadaan seni Budaya Bali Utara yang masih bertahan tetap bisa eksis dan bahkan berkembang seiring dengan kemajuan jaman. 1
Gambar 1. Tari Kembang Deeng, Tarian Penyambutan dan Selamat Datang. Kegiatan ini dilaksanakan selama 4 hari, yang dimulai pada hari Kamis, tanggal 1 Agustus 2013, sampai pada hari Minggu, tanggal 4 Agustus 2013. Pada acara pembukaan, dilaksanakan makan malam bersama yang dimeriahkan dengan penampilan beberapa seniman dari Bali Utara. Kemudian, acara dilanjutkan pada hari kedua, yakni tanggal 2 Agustus 2013 dengan agenda kunjungan ke Museum Buleleng, Seminar, dan Evening Concert. Selanjutnya, pada hari ketiga, tanggal 3 Agustus 2013 acara dilanjutkan dengan seminar, penutupan konferensi dan festival, dan festival Gong Kebyar tahap pertama. Untuk hari ke 4, tanggal 4 Agustus 2013, yang merupakn hari terakhir pelaksanaan konferensi dan festival internasional, para pemakalah dan peserta kegiatan diajak untuk mengikuti North Bali Cultural Tour, dan festival Gong Kebyar tahap kedua. Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara ke-2 tahun ini diikuti 47 pemakalah yang terdiri dari 16 orang pemakalah internasional dan 31 orang pemakalah nasional. Kegiatan ini juga diikuti oleh 60 peserta, yang 6 orang diantaranya adalah peserta international dan 54 orang lainnya adalah peserta nasional. Pemakalah dan peserta internasional berasal dari Belanda, Jerman, Prancis, USA, Kanada, India, dan Australia. Sedangkan pemakalah dan peserta nasional datang dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Solo, Denpasar dan Singaraja. Pada kegiatan konferensi ini diundang Frans De Ruiter, Director of Academy for the Performing and Creative Arts, Leiden University; Wayne Vitale Komposer dari Gambar 2. Ketua Panitia Dr. I Gede Budasi, Amerika Serikat; Drs. I Gede Ardika, Mantan M.Ed. menyampaikan laporan Menteri Pariwisata RI; Prof. Dr. Nengah Bawa Atmaja, M.A., dari Universita Pendidikan Ganesha sebagai pembicara kunci. Sedangkan untuk kegiatan Festival, dihadirkan senima-seniman Bali Utara dan manca negara seperti Sekaa Gong Saraswati Menyali, Gong Tripittaka Munduk, Gong Eka Wakya Banjar Paketan, Skaa Gong Taruna Mekar Jagaraga, Sanggar Seni Dwi Mekar Singaraja, Sanggar Rare Kual Singaraja, Slonding Bali Foundation, Mekar Vhuana Conservatory, Pianist Henk Mak van Dijk dan komposer Sinta Wullur, 2
Arnaud Kokosky Deforchauz, Theater Mahima dan Group Musik Perpaduan Tradisional dan Modern Balawan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan anggaran yang bersumber dari Universitas Pendidikan Ganesha dan Para Donatur seperti Bank BNI, Bank BRI, Sawsti Money Changer, Cahaya baru Mini Market, PT. Wijaya Tribuana, Puri Lumbung Munduk, Bapak Drs. Nyoman Bagiarata, Bapak Gede Dharma Wijaya, SE, MM, Ibu Tutik Kusumawardani, Bapak Made Suwita, I Made Suparta Karang ketua Umum Pasemeton Sri Karang Buncing Bali, dan beberapa civitas akademika Undiksha. Pada kesempatan ini, panitia pelaksana menyampaikan terimakasih kepada para donatur yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan ini karena tanpa bantuan dan peran sertanya, acara ini tidak akan dapat terealisasi, ujar Ketua Panitia. Selanjutnya, khusus kepada (1) Prof. Dr. H.I.R Hinzler dari Universiyty of Leiden, (2) Dr. Henrice Vonck dari Rotherdam University, (3) Prof. Dr. I Wayan Dibia dari ISI Denpasar, (4) Prof. Dr. I Gede Arya Sugiartha, M.Hum (Rektor ISI Denpasar), (5) Kepala Desa Bulian, dan (6) Kepala Desa Menyali, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas dukunganya dalam proses persiapan dan pelaksanaan kegiatan ini. Selain itu, pada kesempatan ini, ketua panitia pelaksana mengucapkan selamat datang kepada seluruh peserta konferensi dan festival dan mengucapkan terima kasih atas kesediannya untuk berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh anggota panitia atas kerja keras dan dedikasinya demi kesuksesan acara ini. Akhir kata ketua panitia mengucapkan selamat berkonferensi dan berfestival. Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru.
Gambar 3. Tari Palawakya oleh Sekaa Gong Saraswati Menyali Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd., dalam mengawali sambutannya memanjatkan puji syukur pengahayu bagia ke hadapan Ida Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, atas asung kerta wara nugraha-Nya sehingga kita bisa hadir bersama dalam keadaan sehat walafiat dalam acara pembukaan Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara yang kedua ini. Sivitas akademika Universitas Pendidikan Ganesha (UNDIKSHA) sangat bersyukur karena dipercaya menyelenggarakan konferensi internasional yang kedua ini. Konferensi dan festival ini bisa berlangsung berkat adanya dukungan yang sangat kuat dari Prof. Heidy Hinzler (Leiden University) dan Dr. Henrice Vonck (Rotterdam University), pemerintah, sponsor dan donatur, serta masyarakat seniman dan budayawan Buleleng. Kami bersyukur karena UNDIKSHA bisa berperan dan berkontribusi nyata, walaupun sudah tentu tidak begitu besar, dalam pengukuhan komitmen untuk 3
ikut serta mengawal dan menjaga seni budaya Bali utara yang dinamis dan kreatif. Atas nama lembaga, rektor mengucapkan selamat datang kepada seluruh undangan, terutama undangan yang dari luar negeri, di kampus Undiksha, an selamat datang di kota Singaraja, Buleleng. Menurut Rektor, “orang bijak menyatakan secara tegas bahwa budaya adalah dasar, fondasi, atau landasan suatu bangsa”. Budaya adalah cerminan identitas atau ciri penanda utama suatu bangsa. Bangsa yang kuat harus memiliki akar budaya yang kuat. Tanpa akar budaya yang kuat, runtuhlah bangsa itu. Oleh karena itu, khasanah budaya harus tetap dipelihara, dipupuk, dan dikembangkan selaras dengan perkembangan dinamika masyarakat. Kalau tidak demikian, khasanah budaya yang kita cintai dan kita agungkan tidak mustahil kelak akan tergerus gelombang modernisasi dan globalisasi. Dalam konteks inilah, konferensi dan festival budaya ini dapat mengambil peran yang sangat strategis dalam pelestarian dan pengembangan budaya dalam rangka pengukuhan jati diri bangsa, khusunya jati diri masyarakat Buleleng, yang sebenar-benarnya.
Gambar 4. Rektor UNDIKSHA, Prof. Dr. I Nyoman Sudiana, M.Pd., memberikan sambutan
Lebih jauh Rektor UNDIKSHA mengatakan “secara geografis, Bali Utara, Buleleng, dikenal sebagai kawasan/wilayah nyegara gunung. Buleleng dibatasi oleh jajaran bukit dan gunung di sebelah selatannya yang memmanjang dari barat ke timur. Bagian utaranya dibatasi oleh laut dan yang garis pantainya memanjang kurang lebih 144 km. Demikianlah Buleleng dibatasi bukit dan gunung serta laut dan garis pantai yang memanjang. Kondisi geografis yang isolatif inilah dipandang oleh para ahli budaya sebagai faktor penyebab Buleleng memiliki corak budaya dan seni yang khas, di samping faktor kharater wong den bukit, julukan yang lazim untuk orang Buleleng, itu sendiri yang dinamis dan terbuka. Buleleng sangat termahsyur akan seni dan budayanya. Karya-karya seni dan budaya besar banyak lahir di Buleleng, di Bumi Panji Sakti. Konferensi dan Festival International Budaya Bali Utara yang kedua ini mengusung tema Kreativitas dan Inovasi. Tema ini sungguh sangat tepat. Seni dan budaya bukanlah bersifat statis. Seni dan budaya bersifat dinamis. Oleh karena itu, kreativitas dan inovasi adalah suatu keniscayaan dalam kehidupan berkesenian dan berkebudayaan. Tanpa kreativitas dan inovasi, seni dan budaya akan mandeg. Dengan berbekal pada konsep ini, diharapkan para pegiat seni dan budaya Buleleng dapat secara berkelanjutan menjaga dan mengembangkan seni dan budayanya ke depan. Pemerintah, masyarakat, dan akademisi harus tetap memberikan ruang dan lahan yang subur bagi terus tumbuhnya seni dan budaya Bali Utara ini. Di akhir sambutannya, Rektor UNDIKSHA, menyampaikan ucapan terima kasih kepada para undangan, pemakalah, peninjau, seniman dan budaywan yang telah meluangkan waktunya untuk hadir dan berpartisipasi dalam kegiatan ini. Ucapkan terima kasih juga disampaikan kepada para sponsor dan donatur dan pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per-satu atas segala kontribusinya. Kepada seluruh anggota panitia, diucapkan terima kasih atas komitmennya yang besar untuk menyukseskan penyelenggaraan konferensi dan festival ini. Selanjutnya, rektor menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya manakala ada hal-hal yang kurang berkenan yang Bapak/Ibu alami, baik sebelum, selama, maupun sesudah kegiatan ini. Selamat berkoferensi! Semoga pikiran yang cemerlang berdatangan dari segala penjuru. Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana, mengatakan kota Singaraja sebagai kota bersejarah di Pulau Bali karena kota singaraja ini memiliki sejarah yang panjang dengan perubahan status, dari kota Singaraja sebagai pusat perdagangan saat penjajahan Belanda kemudian menjadi ibu kota Provinsi Sunda Kecil, sampai akhirnya menjadi ibu kota kabupaten Buleleng. Tentu sebagai sebuah kota yang memiliki sajarah panjang di Pulau Bali, menjadikan Buleleng memiliki ciri dan karakteristik 4
tersendiri, yang membedakan dengan kabupaten lain di Pulau Bali. Konotasi tentang adanya Bali selatan dan Bali Utara telah mempertegas perbedaan karakter antara Kabupaten Buleleng dengan sebutan Bali Utara dan sebagian di belahan lain pulau Bali dengan sebutan Bali Selatan. Salah satu ciri khas karakteristik Bali Utara yang kita kenal dengan Buleleng adalah dari sisi dinamika masyarakat merespon segala fenomena sosial yang ada. Sikap reaktif dan kebebasan berkreasi telah mendarah daging pada prilaku dan sikap masyarakat Bali Utara. Semakin terbuka dan cenderung “kasar” dalam berbahasa telah menjadikan interaksi pergaulan masyarakat Buleleng menjadi kelihatan lebih setara dalam segala interkasi sosial. Lebih lanjut Bupati Buleleng menjelaskan karakteristik masyarakat Buleleng dalam kebebasan berkreasi juga tampak dalam hal berkesenian maupun mewujudkan kehidupan berbudayanya. Terkadang pakem-pakem seni dalam budaya Bali sering diterobos dengan gaya yang berbeda. Sehingga terlihat betapa reaktifnya masyarakat Buleleng dalam menghasilkan karya-karyanya. Kondisi ini semakin kental ketika melihat kembali pengaruh sejarah masa lalu yang menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan dari jaman Belanda sampai dengan posisi sebagai pusat pemerintahan provinsi sunda kecil. Dalam berbagai kajian akademis sikap dan prilaku masyarakat metropolitan sebagai daerah urban cenderung akan lebih terbuka, reaktif, dan dinamis. Walupun saat ini Singaraja atau Bali Gambar 5. Bupati Buleleng, Putu Agus Utara sudah tidak lagi menjadi ibu kota Provinsi, Suradnyana, memberikan sambutan warisan sikap dan prilaku secara turun temurun masih tetap nampak menjadi ciri khas masyarakat Buleleng. Dengan sikap dan reaktifnya masyarakat Buleleng terhadap setiap fenomena sosial menjadikan Buleleng memiliki daya tarik tersendiri untuk kajian secara akademik. Para akademisi dan praktisi budaya akan menemukan nilai-nilai yang lain dari kultur masyarakat Bali pada umumnya. Oleh karena itu ajang konferensi dan festival internasional budaya bali utara yang diprakarsai oleh akademisi dari UNDIKSHA dan bernagai Negara dikawasan Eropa dan Amerika Serikat, merupakan bentuk dari responsibility dan keterpanggilan jiwa akademisi terhadap nilai-nilai budaya Bali Utara. Sebagai kepala daerah, Bupati Buleleng memberikan apresiasi yang setinggitingginya kepada panitia pelaksana dan peserta Konferensi dan Festival Internasional Bali Utara ini. Bupati yakin event ini akan memberikan kontribusi yang besar dalam menggali dan mengekspos nilai-nilai budaya Bali Utara. Hasil konferensi ini akan sangat bermanfaat terhadap upaya pemerintah dalam program pelestarian nilai-nilai budaya kearifan lokal Buleleng yang sudah dimasukan dalam program prioritas agenda strategis pembangunan Buleleng tahun 2012-2017. Bupati Buleleng senantiasa memberikan perhatian yang serius terhadap upaya-upaya pelestarian kearifan lokal Buleleng. Ini berarti bahwa adanya sinergitas komitmen dan tekad antara pendekatan akademis pelaksana Gambar 6. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi dan peserta konferensi dengan pendekatan Bali, Ketut Suastika, mewakili Gubernur Bali kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah memberikan sambutan kabupaten Buleleng.
5
Gubernur Bali dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali menyatakan sungguh merupakan suatu kebanggan bagi kita semua, bahwa Bali tidak pernah sepi dari aktivitas budaya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Bali sangat menghargai dan menghormati nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat pendukungnya, karena budaya Bali yang adihulung telah diwarisi oleh para leluhur dan memberikan kontribusi yang sangat positif dalam pembangunan masyarakat Bali. Menurut pandangan Gubernur tidak ada satupun aktivitas masyarakat Bali yang terlepas dari kegiatan budaya, karena aktivitas sosial relegius masyarakat Bali itulah sebagai potensi utama budaya Bali. Lebih jauh Gubernur menjelaskan Pembangunan Bali yang berbudaya menempatkan posisi kebudayaan Bali yang dilandasi segala gerak dan langkah pembangunan menuju masyarakat yang maju, kokoh dalam jati dirinya, dalam membangun harmoni, bermartabat dan menuju Bali yang shanti-jagaditha. Pembangunan Bali yang menempatkan budaya sebagai potensi unggulan merupakan suatu proses dinamika yang menerima keterbukaan atas pengaruh dari budya luar serta globalisasi, nilai-nilai akulturasi sehingga akan terbangun jiwa multikultural, serta memperkokoh identitas budaya lokal dengan menjunjung idiologi nasional Pancasila dan mengapresiasi keragaman budaya yang universal yang bernafaskan nilai-nilai dasar Tri Hita Karana serta nilai logika, etika, estetika dan harmonisasi. Sehubungan dengan itu, pembangunan di bidang kebudayaan dengan puncak-puncaknya berupa hasil karya seni, kerajinan dan sebagainya perlu terus ditingkatkan. Gubernur berkeyakinan bahwa dilaksanakannya kegiatan Konfrensi dan Festival Internasional ini tentu telah mengarah pada konsepsi pikir sebagaimana disampaikan tadi. Hanya saja perlu ditekankan di sini, bahwasannya kebudayaan yang memiliki wujud ide berupa norma-norma tertentu wujud prilaku berupa tindakan manusia dan wujud fisik berupa hasil karya nyata dalam usaha-usaha untuk melestarikan agar pengelolaanya dapat dilakukan secara tepat.
Gambar 7. Pembukaan Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara ke-2 ditandai dengan Pemukulan Gong oleh Kepada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Gubernur Bali menyambut baik dilaksanakanya Konferensi dan Festival International Budaya Bali Utara yang ke-2 ini, karena Bali Utara banyak menyimpan potensi budaya yang sangat unik. Merevitalisasi Potensi Budaya Bali Utara guna memperkokoh budaya Bali dan budaya Nusantara tentu akan menjadi sebuah moment yang sangat strategis dan dapat menggali kembali budaya yang 6
hampir dilupakan. Gubernur berharap konferensi ini benar-benar dapat menghasilakan sebuah rumusan dan tindakan, selanjutnya untuk membangkitkan dan memberdayakan kebudayaan Bali Utara meliputi semua unsur baik itu berupa bahasa, kesenian, arsitektur dan lain sebagainya. Sehingga dengan demikan akan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya, dan berdampak pada penguatan, baik penguatan ekonomi masyarakat, sehingga mampu mendorong pariwisata, dalam menyongsong perkembang peradaban baru berbasis budaya ekonomi kreatif.
Gambar 8. Pembicara Kunci bersama Ketua Panitia, Bupati Buleleng, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Rektor UNDIKSHA.
Gambar 9. Penabuh dari Sanggar Seni Dwi Mekar Banyuning ikut serta memeriahkan pembukaan 7
Gubernur juga berharap Konferensi dan Festival International Budaya Bali Utara ke- 2 ini sebagai forum dialog tempat berkumpulnya para cendikiawan, budayawan dan masyarkat yang peduli terhadap Kebudayaan Bali Utara, dapat mewujudkan Bali yang aman, Damai dan Sejahtera (Bali Mandara) menuju kehidupan berbangsa yang memiliki kekokohan budaya dalam mewujudkan Bali yang santhi dengan dilandasi nilai Satwam, Siwam, dan Sundaram. Dengan demikian pada akhirnya akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi keberlangsungan kebudayaan Bali Utara khususnya dan masyarakat Bali pada umumnya. Pada akhir sambutannya, dengan menghaturkan Asung kertha wara nugraha kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, Konferensi dan Festival International Budaya Bali Utara Ke – 2 tahun 2013 dibuka secara resmi. Pembukaan Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara kali ini dimeriahkan dengan berbagai kesenian khas Bali Utara, seperti tari Palawakya yang diiringi oleh penabuh Seka Gong Saraswati Menyali, Kebyar Ding yang diiringi oleh penabuh dari Sanggar Seni Dwi Mekar Banyuning, tari Wirengjaya yang diiringi oleh Seka Gong Tripitaka Munduk, parade pakaian tradisional Bali Utara dari Puri Kanginan Buleleng, Plastic on Bali Beach kolaborasi Sinta Wullur Belanda dan Seka Gong Banjar Paketan Singaraja, tari Cendrawasih dan Teruna Jaya yang diiringi oleh Seka Gong Banjar Paketan Singaraja, dan Kreasi Baleganjur oleh Seka Gong Tripitaka Munduk.
Gambar 10. Tari Pengeleb ciptaan Guru Cening dari Desa Menyali diiringi oleh Sekaa Gong Eka Wakya Banjar Paketan Pada hari ke-dua, Konferensi dan Festival diawali dengan pembukaan pameran seni lukis khas Buleleng abad 18-19 di Museum Buleleng oleh Asisten III Pemerintah Buleleng dan dilanjutkan dengan konferensi di Ruang Seminar Internasional, Gedung Rektorat UNDIKSHA. Konferensi menampilkan pembicara kunci Drs. I Gede Ardika, mantan Menteri Pariwisata dan Kebudayaan RI, dengan makalah berjudul Pembangunan Buleleng Berwawasan Budaya, dan Prof. Frans de Ruiter, Director of Academy for Performing and Creative Arts, Leiden University, Netherland, dengan judul makalah Artistic Research at Leiden University and Its Possible Implications for North Bali. Konferensi hari ke-dua ini juga dimeriahkan dengan presentasi makalah dalam dan luar negeri yang membahas tentang North Balinese Cultural Heritage and Future Potential (3 makalah), North Balinese Cultural Heritage in Language and Literature (3 makalah), Creativity and Innovation in Noth Balinese Gong Kebyar (4 makalah), Noth Balinese Cultural Heritage on Village Level (4 makalah), North Balinese Cultural Heritage in Performing Arts (3 makalah), dan Create a 8
Sustainable Future for North Balinese Culture (3 makalah). Konferensi hari ke-dua diakhiri dengan concert lecture dengan judul “the eastern wind blows to the west” oleh antropolog Henk Mak van Dijk dan komposer Sinta Wullur. Festival hari ke-dua mempersembahkan inovasi tari kolaborasi BaliBelanda oleh teater Mahima Singaraja dan Arnaud Kokosky Deforchaux dari Belanda, bondres oleh Rarekual dan kombinasi musik jazz-etnik Bali oleh gitaris Balawan di Sasana Budaya Singaraja.
Gambar 11. Parade Pakaian Tradisional Bali Utara oleh Puri Kanginan Buleleng Pada hari ke-tiga Konferensi menampilkan pembicara kunci Sri Empu Tusan dengan judul makalah Documentation, Recontruction and Revival of Selonding Tradition in North Bali – Greate Potential for Innovation and Creativity, Prof. Dr. I Nengah Bawa Atmadja, M.A., dengan judul makalah Pengembangan Bali Utara sebagai Pust Peradaban melalui Pengembangan Ekonomi Kreatif pada Era Masyarakat Post-Industrial, dan komposer Wayne Vitale dengan judul makalah The Fusion of Elements in the Birth of Kebyar. Konferensi hari ke-tiga ini juga dimeriahkan oleh pemakalah dalam dan luar negeri yang membahas tentang topik Creativity and Innovation Abroad (2 makalah), North Balinese Cultural Heritage in Socio-Cultural Perspective (4 makalah), How to Introduce North Balinese Culture to Worldwide Tourism (2 makalah), About Taksu and Flow in and Beyond the Arts (2 makalah), North Balinese Cultural Heritage in Performing Arts (2 makalah), Creativity and Innovation in North Balinese Creative Arts (3 makalah), dan North Balinese Cultural Heritage and Future Potential (3 makalah). Festival hari ke-ketiga mempersembahkan concert lecture Makrokosma Bali oleh Wayne Vitale dan I Made Arnawa bersama Sekaa Gong Taruna Mekar dari desa Tunjuk. Pada hari ke-tiga ini juga dilaksanakan penutupan Konferensi dan Festival Budaya Bali Utara ke-2 oleh Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd. mewakili rektor UNDIKSHA di panggung kesenian Fakultas Bahasa dan Seni. Pada acara penutupan ini diserahkan piagam penghargaan kepada Dr. Henrice Vonck, Dr, H.I.R. Hinzler, Prof. Dr. Frank van Reuter dan Dr. I Wayan Dibia, atas dukungannya yang luar biasa pada Konferensi dan Festival Budaya Bali Utara ke-2 ini. Pada acara penutupan ini juga dibacakan rekomendasi yang dihasilkan dalam Konferensi dan Festival Internasional, seperti di bawah ini. A. Rekomendasi untuk semua pemangku kepentingan baik kalangan pemerintah, masyarakat, maupun individu, adalah sebagai berikut : 1. Untuk secara lebih baik : mempelajari, memahami, mengapresiasi, dan meningkatkan kesadaran akan warisan budayanya sendiri ; 9
2. Untuk menciptakan kondisi yang tepat, ruang, dan lingkungan yang sehat untuk menjamin keberlanjutan inovasi budaya Bali Utara dalam konteks modern; 3. Untuk secara aktif menjaga dan melindungi ruang, sumberdaya kultural dan alam Bali Utara; 4. Untuk mengutamakan dan memberikan ruang bagi eksperimen, kreativitas, dan inovasi yang berkelanjutan bagi pelajar dan masyarakat local; 5. Untuk mengundang pihak luar guna berbagi dan bertukar kearifan lokal, seni dan budaya mereka; dan 6. Untuk mengembangkan bisnis pariwisata yang dilandasi budaya yang kuat, dan memanfaatkan interaksi aktif dengan wisatawan sebagai alat guna meningkatkan budaya Bali Utara, baik yang berwujud maupun yang tak berwujud. B. Rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Buleleng, adalah sebagai berikut : 1. Untuk membuat suatu Rencana Induk Pembangunan Budaya Bali Utara Berkelanjutan, dengan seni dan budaya sebagai kunci utamanya; 2. Untuk membuat Peraturan Daerah tentang pelestarian seni dan budaya Bali Utara; 3. Untuk memberikan perhatian khusus dan mengalokasikan dana yang cukup untuk pelestarian, revitalisasi, rekonstruksi dan pengembangan Budaya Bali Utara dan bentuk-bentuk seninya yang terancam punah. 4. Untuk membuat perencanaan anggaran dan mengalokasikan dana yang cukup untuk pelaksanaan Konferensi dan Festival Internasional 2016, yang melibatkan Undiksha dan pemangku kepentingn lainnya seperti ISI Denpasar, Yayasan PWBBU, Listibiya Buleleng dan pihak terkait lainnya, serta pelaksanaan kegiatan serupa setiap tiga tahun sekali; 5. Untuk membuat perencanaan anggaran dan mengalokasikan dana yang cukup untuk melaksanakan lokakarya/seminar setahun sekali tentang sebuah topik terkait seni budaya Bali Utara sesuai dengan topik-topik yang telah dibahas selama Konferensi dan Festival 2013; 6. Untuk menyelenggarakan perayaan Peringatan 100 Tahun Gong Kebyar pada tahun 2015, yang dilaksanakan bersama untuk para seniman dan budayawan Bali Utara serta kalangan seniman, budayawan dan para ahli di bidang seni budaya dalam serta luar negeri dalam konteks nasional/internasional; 7. Untuk mendirikan Sekolah Menengah Kejuruan Seni Budaya Bali Utara, yang juga memberi pelayanan bagi masyarakat local; 8. Untuk secara sungguh-sungguh melibatkan Desa Pakraman dalam melindungi kesenian dan budaya lokal dari pengaruh negatif modernisasi, guna menjaga kehidupan beragama, adatistiadat, dan budaya di Bali Utara; 9. Untuk bekerjasama dengan Museum Buleleng dalam hal penelitian dan pameran warisan budaya Bali Utara; 10. Untuk membangun dan menyediakan ruang dan tempat bagi Pembelajaran dan Pertunjukan Seni dan Budaya Bali Utara,yang meliputi: (a) Sebuah panggung dengan sistem akustik yang memadai untuk pagelaran seni pertunjukan Bali Utara, di tengah masyarakat, khususnya untuk pagelaran gong kebyar mabarung, (b) Sebuah perpustakaan dengan pusat multimedia untuk menampilkan hasil-hasil penelitian; dan (c) Sebuah galeri untuk memamerkan seni dan hasil kerajinan lokal; dan 11. Untuk membangun dan mengembangkan komunikasi yang efektif tentang hal tersebut di atas, dalam lingkup wilayah kabupaten maupun dengan dunia luar. C. Universitas Pendidikan Ganesha, adalah sebagai berikut : 1. Untuk membuat Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik dan mendesain kurikulum kejuruan - di samping kurikulum nasional - jurusan seni dan budaya Bali Utara, dalam rangka menciptakan kelompok seniman terpelajar; 2. Untuk melatih guru-guru tentang cara mengajar seni, baik bagi kalangan profesional maupun kelompok komunitas lokal, khususnya memberikan perhatian pada pengalihan pengetahuan dan keterampilan dari generasi terdahulu kepada generasi muda; 3. Untuk membuat kurikulum dan melakukan penelitian, dihubungkan dengan Program Studi Magister berbasis Penelitian dalam dan melalui bidang Seni (Pertunjukan dan Kreatif), dalam perspektif historis, kontemporer/ kekinian dan internasional yang mencakup studi mendalam mengenai koleksi-koleksi kesenian Bali Utara dari seluruh dunia; 10
4. Untuk membangun kerjasama yang erat dengan Akademi Seni Pertunjukan dan Kreatif, Universitas Leiden dan universitas potensial lainnya, dan mengembangkan program penelitian, dan saling mebantu serta bertukar peneliti tamu; 5. Untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan, dalam wujud lokakarya, seminar, dan kajian-kajian lokal; 6. Untuk melaksanakan Konferensi dan Festival Budaya Bali Utara 2016 bersama-sama dengan konsultan internasional; dan 7. Untuk membangun sebuah pusat kajian untuk Kajian Budaya Bali Utara dan mempublikasikan data base dalam website, disamping serangkaian publikasi tekstual dan audiovisual.
Gambar 12. Pembantu Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. I Made Sutama, M.Pd., memberikan sambutan dan menutup konferensi dan festival secara resmi Pada malam harinya, Festival mempersembahkan Kontes Gong Kebyar antara Sanggar Dwi Mekar Singaraja dan Institut Seni Indonesia Denpasar, dengan berbagai tarian khas Bali Utara di Sasana Budaya Singaraja. Pada hari ke-empat, peserta konferensi diajak mengunjungi beberapa tempat pusat perkembangan Budaya Bali Utara, antara lain Puri Gede Buleleng, eks Pelabuhan Buleleng dengan bangunan Belanda dan Chinese Temple, Sanggar Dwi Mekar, Pura Madue Karang dan Pura Pamaksan di Kubutambahan, dan kunjungan budaya berakhir di Desa Tua Bulian dengan tarian baris tradisional, makanan khas Buleleng dan kerajinan tangan khas Bulian. Semua peserta konferensi dan festival merasa sangat senang dan menyatakan bahwa Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara ke-2 sangat sukses. Bagi UNDIKSHA, Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara ke-2 ini, merupakan event yang terbesar yang pernah dilaksanakan UNDIKSHA. (IWM)
11
Lampiran: Foto Kegiatan Konferensi dan Festival Internasional Budaya Bali Utara
Pembawa Acara
Peserta Konferensi dan Festival Budaya Bali Utara
12
Peserta Konferensi dan Festival Budaya Bali Utara
Peserta Konferensi dan Festival Budaya Bali Utara
13
Tari Palawakya oleh Sekaa Gong Saraswati Menyali
Sanggar Seni Dwi Mekar Banyuning
14
Tari Pengeleb ciptaan Guru Cening dari Desa Menyali
15
Parade Pakian Khas Buleleng
Tari Teruna Jaya
16
Bapak Gede Dharma Wijaya, SE, MM, , I Made Suparta Karang, Rekktor Prof. Dr. Nyoman Sudiana, Ibu Tutik Kusumawardani dan PR IV UNDIKSHA I Wayan Muderawan
Bapak Dharma Wijaya, S.E., M.M., Dr. I Gede Budasi, M.Ed., Rektor Prof. Dr. Nyoman Sudiana, I Made Suparta Karang, PR IV UNDIKSHA I Wayan Muderawan, Ph.D.
17
Drs. I Wayan Muderawan, M.S., Ph.D., PR IV UNDIKSHA
Pameran Lukisan di Museum Buleleng 18
Penabuh dari ISI Denpasar
19
Sekaa Gong Sanggar Seni Dwi Mekar
Tari Panyembrama
20
Tari Nelayan
Paduan Suara Sanggar Seni Dwi Mekar
21
Tari Oleg Tamulilingan
22
23
Para Pemakalah
Peserta Konferensi
24
Pemakalah
Peserta Konferensi
25
Para Pemakalah
Para Pemakalah
26
Para Pemakalah
Peserta Festival
27
Peserta Festival
28