ISSN 1978-2713 Volume 3 Nomor 1 M aret 2009 Ha lama n I - 53
Linskunaan Tropis
Djte rbitkan olch Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan In donesi a (IATPT) Penanggung J awab Umulll
If. P oedjastanto, CES., DEA.
K etua Dewan Redaksi
Dr.lr. Priana Sudjono, MS., DipIEng·(ITB)
Anggota Redaksi D r. F. Lucia Nugroho (UNPAS)
Ir. Jyu s Ruskiman, MM. (lATPI .Tabar)
If. Nana Terangna, DipLSE (PUSKIM)
Dr.1r. Set yo S. Moersidik, DEA (IU)
Ir.Soedjana Wirakoesoemah (lATPI Jabar)
ProfDr.Ir. Wahyono Hadi (ITS)
Ir. Sulton Sahara, M .Eng. (lATPI Jabar)
Ir. Tardan Setiawan (PDAM Bandung)
D r.Ir. Yonik Meilawati Yustiani, MT (UNPAS)
Tata Usah a
Kania
KATA PENGANTA R Lingkungan T ropis volume 3 nomor 1 berisi makalah pilihan yang telah disajikan pada Seminar N asional Penelitian Masalah Linghmgan di Indonesia 2008 dan makalah yang ditcrima langsung oleh redaksi dari hasil penelitian penting. Redaktur merasa bangga akan ragam topik dan isi makalah dalam terbitan in i. Dilain pihak, redaktur menginginkan agar sctiap penerbitan dapal terus menampilkan makalah berbobot lJ ntuk itu partisipasi para ilmuwan kh ususnya dalam bidang lingkungan sangat diharapkan. Akhir kata redaksi mengucapkan terima kasih kepada para penulis dan semoga kerja kerasnya ab.n belmall!aat bagi ilmu pengetahuan dan kehidupan manusia.
Terbitan pertama pada Maret 2007
Liug kunga n Tropis adalah majalah ilmi:lh dari Ikatan Ahli Teknik Penyehata n da n Lill g ku ngan Indonesia (lATPI). Tcrbit setcngah [ahunan pada bulan Maret dan Septcmber. Setiap jud ul makalah dinilai oleh minimal dua juri. Alamat Redaksi ialan Merdeka 2 Bandung 40132, TelplFak. (022) 2534166, Email :
[email protected]
Berlangganan
Lingkungao Tropis dapat diperoleh secara berlangganan dengan mengirimkan identitas d iri kepada
redaksi meJalui pos atau email. Penggantian ongkos cetak dan kirim adalah Rp. 30.000,- unluk
setiap nomor atau Rp. 60.000,- pertahun yang terdiri dari dua nomor.
Rekening Bank BNI Cab. ITB No. Rek. 0028227997 (a.n. Priana).
Dicetak di Jakarta
Lingkunsan TrODIS
Daftar isi ISSN 1978-27 13 Volume 3 Nomor 1 Maret 2009
NERACA AIR UNTUK ORANG P ULAU KECIL: SUATU KONSEP DAN INSTRUMEN UNTUK PENGELOLAAN AIR
1 - 10
Senslls Wijonarko PENENTUAN INDIKATOR PENCEMARAN AIR DENGAN PENDEKATAN I NDEK K UALITAS AIR PADA AIR BAKU AIR lVIINUM DARI SALURAN TARUM BARA.T
10 - 22
Ojoko M. Hartono, Sulistyoweni W, and Dwita Sutjiningsih PENDEKATAN STATISTIK UNTUK MENENTUKAN PARAMETER DOMINAN DALAM PENGELOLAAN KUALITAS AIR BAKU
23 -32
Set yo S. M oersidik dan Djoko M. Hartono PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksm an ii DAN PIlI.it!iJ/iw., spi" u IQs u", DALAl\'I BIOREMEDIASI LIMBAH M1NYAK NABATI
33 - 40
Hefni Effendi, lndah Widiastuti, Surantiningsih, dan Sigid Hariyadi PENGOLA HAN LTh1:BAH MINYAK GORENG BEKAS MENJADI BAH AN BAKAR Mawar SilaJahi, Edison Efendi, dan Antonius Angga Wicaksono
11
-----
41-53
Pemanfaalan Mikrofungi (Hefn; Effendi)
PEMANFAATAN MIKROFUNGI Penicillium waksm anii
DAN Penicillium spillulosum DALAM BIOREMEDIASI
LIMBAH MINYAK NABA TI
UTILIZATION O F MICROFUNGI Peniciliium waksmanii
AND Penicillium spinulosum IN BIOREMEDIATION OF
PLANT OIL WASTE
Hefni Effendi l >, I ndah Widiastuti 2l , Surantiningsih 3l , dan Sigid H ariyadi 4 )
Il Pusat Penelitian Lingh.'ungan Hidup (PPLH), IPB
2. 3.4 lLaboratorium Produktivitas dan Lingh.'ungan Perairan
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB
Email:
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelilian ini adalah untuk menguji kemampuan mi/...Tofungi a/.:ualik, yailu Penicillium lVaksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak nabati dan pengaruhnya lerhadap parameter kuaiitas ..Mikrofimgi P. waksmanii dan P. spinulosum diisiolas i dari perairan hutan mangrove lv/uara Kapuk, Jakarta. Penurunan konsentrasi minyak nabati pada perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P. waksmanii dan P. spinulosum adalah sebesar 76,70% dan 89% Sedangk(;n pada konsenlrasi minyak 200 ppm kedua mih'ofimgi berhasil menurunkan minyak sebesar 57,65% (P. waksmanii) dan 89,30% (P. spinulosum) . Penumnan COD [ertinggi baik pada konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm terjadi pada perlakuan P. sp inulosum sebesar 56.25% dan 59, 69% Luas penutupan dicapai P. waksmanii anlara 10-100% dan P. spinulosum 10 98% dalam enam hari. PeningkaJan nilai kekeruhan P. waksmanii dan P. spinulos!lm mencc.pai 85,94% da n 94.43% pada percobaan konsentrasi minyak nabali 100 ppm. Pada percobaan konsentrasi minyak nabati 200 ppm lingkat kekeruhan mencapai 73.94% pada perlal,:uan P. wahmanii dall 90,47% pado p erlakuan P. spinulosum. Secara keseluruhan P. spinulosum memilil.i kema.'71puan yang lebih tinggi dalam menurunkan kadar minyak nahali dibandingkan dengall P. waksmanii. Kata kUl/ci: bioremedias, inyak nabali.. Penicillium spinulosum. Jan Penicillium waJ:smanii.
Abstract: 71,e aims of the research were to determine Penicillium waksmanU and Penicillium spiflulosum ability in reduction ofplant oil waste and their effects on water quality. P. waks.'nanii and P. spinulosum were collected from waters ofmangrove ofMucra Kapuk, Jakarta. In 100 ppm oil concentralion P. waksmanii reduced 76. 70% oil concentration alld 89%.oil concentration for P. spinu/asum. P. waksmanii reduced oil in 200 ppm treatment "fica H.O] ,/(! and F. spinu(osum reduced 89.3% concentration. The highest decrease of COD occurred at J()() ppm and 200 ppm oil concentration of P. spinulosum treatment nam ely 56.25% and 59. 69%. Coverage percentage of P. waksmanii ranged 10-100% and P. spinulosum 10-98%for six days. Turbidity reached 94.43 % and 90.47% at 100 ppm and 200 ppm of P. spinulosum. Meanwhile turbidity of? waksmanii treatment was 85.94% (100 ppm oil cOl/centration) and 73.94% (200 ppm oil concentralior.). P. spinulosum pe/formed beller reduction ofoil concentration than P. waksmanii did. Keywords: bioremediation, plant oil. Penicillium spinulosum. and Penicillium waksmanii.
PENDAHULUAN Minyak dan lemak yang mencemari air sangat merugikan lingkungan karena lapisan tipis yang d ibentuk oleh minyak di pennukaan perairan dapat menghambat peiaru tan oksigen dalarn air dan menggangu organisme yang hidup dalarn peairan. Oleh karena itu diperlukan penanganan limbah minyak nabati terutama dari industri sebelum di buang ke lingkungan perairan agar tidak menimbulkan dampak negatifterhadap lingkungan. Pengembangan teknik bioremediasi adalah tekno logi altematif pengolahan limbah minyak nabati yang relatif 33
Lingkungan Tropis, vol. 3, no. 1, Maret 2009: 33-40
murah, sederhana dan ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan proses bioremediasi dalam mendegradasi limbah memanfaatkan aktifitas mikroorganisme sebagai pengurai polutan kompleks dirubah menjadi senyawa yang lebih sederhana (Citroreksoko, 1996; Fleury, 2007; Molla et al., 2001). Selain itu teknologi prosesnya cukup sederhana. Mikrofun gi merupakan mikroorganisme heterotrofik yang terdapat di dalam air limbah dan pada umumnya bersifat saprofitik di fingkungan perairan. Mikrofungi dapat dijadikan sebagai bioremediator, karen a mikrofungi memiliki kemampuan menguraikan sisa sisa tumbuhan dan hewan serta bahan organik kompleks menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhan a dengan bantuan enzim yang dihasilkan dalam metabolismenya untuk dijadikan nutrien dalam pertumbuhannya (Coulibaly et aI., 2003; Fleury, 2007). Percobaan inl dilakukan untuk menguji kemampuan mikrofungi akuatik, yaitu Penicillium waksmanii dan Penicillium spinulosum dalam mereduksi kandungan minyak dan p engaruhnya terhadap parameter kualitas air di limbah minyak nabati serta membandingkan ti ngkat efektivitas dari kedua spesies mikrofungi tersebut dalam mereduksi kadar minyak nabati.
METODE PENELITIAN A. Tabap Percobaan Pendabuluan
1. Isolasi mikrofungi
Sampel diambil dari daun, ranting, buah mangrove yang telah membusuk, dan batu di daerah Muara Kapuk (Jakarta). Kemudian dikerik dengan menggunakan j arum ose dan ditumbuhkan pada media agar PDA (Potatoes Dextrose Agar), diinkubasi pada suhu 27°C selama 2-5 hari dan diamati pertumbuhannya. 2. Sclcksi mikrofungi
Setelah 2-5 hari isolat ditumbuhkan pada media, didapatkan J...llitur mikrofungi yang heterogen dalam media. Mikrofungi yang cukup dominan dalam med ia diseleksi berdasarkan perbedaun warna dan disubkultur agar diperoleh kultur mikrofungi yang homogen. 3. Idcntifika si mikrofungi 3.a. Pembuat an slide kultur
Identifikasi mikrofungi dilakukan berdasarkan em-cm mikroskopik dengan pengamatan struktur morfologi mikrofungi dengan membuat slide kultur mikrofungi yang kemudian cliamati dengan mengunakan mikroskop. Slide kultur dibuat dengan menggunakan cawan petri yang diberi kertas saring pada bagian alasnya dengan bentuk seperti cawan petri. Pipa berbentuk V diletakkan di dalam cawan petri, kemudian di bagian atas pipa V diletakan gelas obyek dan gelas penutup dan disteri lisasai di dalam autoklaf pada suhu 121 -126 oC elanla ± 15 meni t. Setelah dingin, di atas gel as obyek diberi setetes PDA steril kemudian inokulan ditaruh pada pennukaan agar dengan menggunakan jarum ose. Pada kertas sating diteteskan 5-7 ml gIiserol 10% steriJ secara menyeluruh untuk melembabkan kondisi di dalam cawan petri. Kemudian diinkubasi pada suhu kamar (27 oC- 30°C )selama 2-5 han.
34
Pemanfaatall M ikro/ung i (Hefni J:;lJendi)
3.b. Pengamatan secara mik r oskop
Mikrofungi yang sudah tumbuh di slide kultur diamati ciri-ciri mikroskopiknya dengan menggunakan mikroskop pada peibesaran lOxlO dan 40x l O. Idenlifikasi mikrofungi dil ihat berdasarkan bentuk morfologis seperti konidiofor, konidia, metul a, fialid, ada tidaknya septa, dan tipe percabangan. SecaI'a makroskopik diamati wama hi fa, bentuk spora atau konidia dengan menggunakan buku identifikasi oleh Gilman (1945) dan Fassatiova (1986). 4. Penentuan efisiensi k onsentrasi media PDB dengan air
Penentuan konsentrasi penggunanaan media PDB (Potatoes Dextrose Broth) pada percobaan air limbah yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian yang dilakukan sebelurnnya oleh Widiyanti et at. (2007) sebesar 1 : 5. Sete1ah itu dicobakan pada isolat mikrofungi P. waksmanii dan P. spinulosum dan memberikan hasil yang baik terhadap pertumbuhan kedua mikrofungi tersebut. Pengamatan juga dilakukan untuk mengetahui wai.'tu pertumbuhan mikrofungi (fase iag, fase eksponensial, dan fase stasioner). 6. Penentuan konsentrasi m inyak nabati untuk penelitian
Konsentrasi min yak nabati yang digunakan dalam percobaan ini adalah 100 mg/l dan 200 mg/I. Peneiltuan konsentrasi minyak tersebut didasarkan pada pendekatan kadar alamiah minyak nabati di perairan. 7. Penyiapan media air
Air laut bersalinitas 33 psu diberi kaporit dan diinapkan semalam. Hal ini dilakukan untuk memb unuh mikroorganisme dalam air laut. Proses seianjutnya air PDAM yang telah difiltrasi kain saring dengan ukuran pori-pori 20 /lm dicampur dengan air laut sampai diperoleh salinitas 9 psu. Lalu air tersebut dipanaskan sampai golak pertama di permukaao. Air yang sudah steril tcrsebut dimasukkan ke dalam wadah steril dan ditutup rapat. B. Tahap Pelaksanaan
1. lnokulasi mikr ofu ngi ke limbah uji coba Larutan media PDB dicampur dengan air bersalinitas 9 psu dengan perb andi ngan konsentrasi 1 : 5 (1 66,67 ml dan 833,33 ml) ditambClhkan minyak goreng nabati dengan konsentrasi 100 ppm dan 200 ppm pada masing-masing percobaan dengan volume total I liter dalam setiap wadah toples yang telah disterilisasi, kemudian wadah percobaan tersebut ditambahkan inokulan m ikrofungi P. waksmanii atau P. spinulosum sebesar l;4 bagian cawan petri . 2. Pengamatan p ertumbuhan mikrofungi dan analisis kualitas air
Pengamatan mikrofungi dan analisis kualitas air pada percobaan dilakukan emp at kali selama 6 hari. Pertumbuhan mikrofungi diamati secara visual dan diukur berdasarkan presentase Iuas penutupan mikrofungi . Parameter kualitas air yang diukur adalah ChemicaL Oxygen Demand (Titrimetri k dikromat, Boyd, 1979), minyak (Partisi-gravimetri k), turbidity (Turbiditi-meter Mode! 2 1OOp), Suhu (Tennomet~r), pH (pH meter CG 825 Schott), dissolved oxygen (DO meter ORION 862).
35
Lingkungan Tropis, vol. 3, no. I, Maret 2009: 33-40
BASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Mikrofungi Penicillium waksmanii memiliki karakteristik koloni berwama hij au keabu-abuan dan tepi koloni berwama putih keabu-abuan. Pennukaan koloni berbentuk powder halus (gambar I .A). P. waksmanii m erupakan j enis mikrofungi yang memproduksi konidia. Konidiopor dapat mencapai panjang 100-200 11m dengan lebar 2,5-3 11m setelah 3-5 hari . Miselium . bersepta dan hial in, memiliki metula yang merupakan cabang apikal dari suatu konidiofor yang membawa fi alid (gambar 1.B). Konidia P. waksmanii berbentuk butiran halus dengan diameter 2-2,5 11m dan tumbuh seperti rantai yang panjang dari fiali d (Fassatiova, 1986; Gilman, J945).
Gambar 1. lsoiat mumi koloni Penicillium waksmanii. A. Isolat mumi koloni Penicillium waksmanii. B. Morfclogi koloni Penicillium waksmanii, perbesaran 40x) O. k nis mikrofungi kedua yang digunakan dalam percobaan adalah spesies Penicillium spinulosum. Ciri-ciri makroskopik koloni P. spinulosum terlihat hampir sarna dengan koloni P. waksmanii yang berwama hijau keabu-abuan, tepi koloni berwama putih keabu-abuan seperti debu. Penn ukaan koloni berbentuk powder hal us (gambar 2.A). Tetapi konidiofor P. spiuuJos u m ( 150-300 11m) namp&k lebih panjang dari P. waksmanii. (1 00-200 J.un) (Fas~atiova, 1986; Gilman, 1945).
Gambar 2. Isolat mumi koloni P enicillium spinuloswn. A. Is01at mumi koloni Penicillium spinulosum. B. Morfologi kolonj Penicillium spillulosum, oerbesaran 40xl O.
36
Pemanfaatan Mikrofimgi (Hefni Effendi)
2. Kemampuan mikrofungi mendegradasi Iimbah minyak nabati KisaTan presentase luas penutupan mikrofungi pada percobaan konsentrasi minyak nabati 100 mg/l P. waksmanii sebesar 10-98%, P. spinlilosum sebesar 10-98% dan kontrol sebesar 0-40%. Luas penutupan tertinggi P. spinulosum dicapai pada saat pengamatan han ke 6 (T6) sebesar 98%, begitu j uga dengan P. waksmanii sebesar 98 % dalam waktu en am hari (gambar 3). Pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 m g/l , kisaran presentase luas penutupan mikrofungi pada kontrol sebesar 0-40%, P. spinu!osum sebesar ] 0-98 %, dan P. waksmanii sebesar 10-1 00%. Pada han keenam luas penutupan mikrofungi P. spinu!osunz, dan P. waksmaniii mencapai maksimum hampir 100% menutupi permukaan wadah (gambar 4). Pada konsentrasi minyak 100 mg/l dan 200 mg/I, pertumbuhan P. waksmanii dan P. spinu!osum mengalami tahap eksponensi al pada waktu yang sarna yaitu hari kedua (T2). Tabap ini ditandai dengan pertumbuhan sel yang cepat. Pada pengamatan hari kedua sampai hari keempat, pertumbuhan P. waksnzanii dan P. spinlilosum mengalami tahap deselerasi yaitu waktu sel-sel mulai kurang aktif membelah dibandingkan dengan fase eksponensial (Griffin, 198 1). Pola pertumbuhan mikrofungi seperti gambar 3 dan 4 menunjukkan terjadinya tahap fase pertumbuban pada mikrofungi . Mikrofungi menguraikan bahan organik yang berasal dari limbah minyak nabati diuraikan dan mengabsorbsinya sebagai nutrien untuk pertumbuhannya. Sehingga pola pertumbuhan mikrofungi yang dilihat berdasarkan luas penuropan dapat dikorelasikan dengan penurunan konsentrasi minyak nabati atau bahan organik daJam limbah yang semakin menurun. 100
100
...I a. => => c
c.. '"
80
.,'"
60
"'
.:!
."
60
c:
.(0
c..
~
.(0
;!!
20
20
0
0 I~
10
14
16
10
Waklu Pengam alan (hari)
--+- Pspinulosum
_ _ P.waKsmanii
12
14
16
Waklu Pengamalan (hari) _ _ Konlrol
--+- P.spinulosum _ _ P.W3Ksmanii _ _ Kontrol
Gambar 3. Persentase luas penutupan
Gambar 4. Presentase pertumbuhan
mikrofungi pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam han.
mikrofungi pada limbah minyak nabati konseBtrasi 200 ppm selama en am han .
Penurunan COD pad a percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm untuk P. waksmanii sebesar 37,5% ( 8800-5 500 mg/I), P. spinulosum sebesar 56,25% (88 00-3850 mg/I) dan kontrol sebesar 37,5% (8800-5500 mg/I ). Pada percobaan limbah minyak nabati dengan konsentrasi 200 ppm, p erl akuan P. waksmanii menurunkan nilai COD sebesar. 54,08% (9800-4500 mg/I), perl akuan P. spinulosum mampu menurunkan COD sebesar 59,69% (9800~3950 mg/I), dan penurunan COD pada kontrol sebesar 48,98% (9800-5000 mg/I) (gambar 5 dan 6). Penurunan ini berkaitan dengan adanya proses penguraian molekuJ
37
Lingkungan Tropis, vol. 3. no. 1, Maret 2009: 33-40
kompleks yang berasal dati limbah m in yak nabati menjadi moJekuJ sederhana oIeh mi krofungi sebagai nutrien wltuk pertumbuhannya. r-----------------------------~
10000
10000
8000
8000
0.
6000
E
]'
6000
o
0
0
o
4000
u
4000
U
20: 1
2000
o 12
10
14
10
16
W"klu PengiOl11atan (hari)
12
14
tG
Waklu Pengamatan (hari)
___ P.spinulosum _ _ P._ksmanii ___ Kont,oI
___ Pspinulosum _ _ P_waksmanii ___ Konkol
Ga mba r 5. P enurunan nilai COD pada Iimbah mi nyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam hari.
Gambar 6. Penurunan nilai COD pada Iimbah m inyak nabati konsenirasi 200 ppm selama enam hari.
Konsentrasi oksigen pada perlakuan kontroI, P. spinulosum, dan P. waksmanii selama enam hari p en gamatan mengalami penurunan. Kisaran oksigen terlarut pada percobaan konsentrasi limb-ah minyak nabati 100 ppm untLik kontroI 6,3-0,65 mg/l, P. spinu/osum, dan P. waksmanii rn emiliki kisaran oksigen terIarut selama enam hari pengamatan sebesar 6,3-0 mg/1. Pada P. spinulosum dan P. waksmanii terjadi penurunan oksigcn terlarut yang sangal signij'ikan sebesar 100% selama pengamatan dari hati ke nol sampai hari kedua (To - T 2) · Penurunan oksigen sccara mencolok ini juga ditemukan pada penelitian Agustina e{ al.(2007), Widiyanti etal. (2007), Effendi clan Surantiningsih (2006), dan Effend i et al. (2006). Hal ini diduga karena pada To - T2 terjadi pcnggumian oksigen yang optimal dalam proses dekomposisi bahan organik yang dilaku kan oleh mikrofungi untuk menghasilkan energi sebagai nutrisi untuk pertumbuhnnya. Sehingga dapat diduga tingginya penggunaan oksigcn p ada To - T2 terkait dengan terjadinya fase pertumbl1han logaritmik at au eksponensiaJ dari kcdua rnikrofu ngi tersebut (gambar 7). Hal yang sarna juga terjadi pada kOl1sentrasi minyak nabati 200 ppm, penurunan kandungan oksigen terlarut yang signifikar. terjadi pada waktu pengamatan To - T2 (gambar 8). Kedua mikrofungi dapat mengambil oksigen selai n da ri air 11mbah juga dari ruang di atas media melalui aerial hyphae atau miseli um udara (Gandj ar et a l., 2Q06). 7
J
6
5 4
0 0
3
E
E
o0
~
3
2
2
~
0
0
to
12
14
10
t6
Waktu Pe ngam atan IhMi)
12
14
Waklu Pengam aun
t6 (~i)
___ P.spinulosum _ _ P.waksmanii ___ Ko n!rol
______ Pspinulosum _ _ P.waksmanii ___ Kontrol
Ga m bar 7. Konsentrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam hari.
Gambar 8. Konscntrasi oksigen pada limbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama cnam hari. 38
Pemanfaatan MiJ.."roJungi (Hefti EffendI)
Kisaran nilai kekeruhan dalam konsentrasi limbah minyak nabati 100 ppm pada kontrol yaitu 4,05-25 NT U, P. spinu/osllm sebesar 4,05-12,5 NTU, dan P. ,vaksmanii sebesar 4,05-34 NTU (gambar 9). Sedangkan pada konsentrasi limbah minyak nabati 200 ppm. nilai kekeruhan pada kontrol, P. spinulosum dan P. waksmanii juga mengalami peningkatan yaitu kontrol (4,43-12,5 NTU), P. waksmanii (4,43-17 NTU), dan P. spinu/osum (4,43-44,5 NTU) (gambar 10). Nilai kekeruhan yang meningkat dapat disebabkan ol eh terbentuknya ion-ion yang merupakan hasil dari proses dekomposisi (Effendi, 2003). Peningkatan kekeruhan secara gradual hingga akhir penelitian ini juga terlihat pada penel itian Agustina et ai.(2007), Widiyanti et al.(2007), Effendi dan Surantiningsih (2006), dan Effendi et al. (2006). Gandjar et al. (2006) mengatakan bahwa pertumbuhan mikrofungi pada media cair akan meningkatkan nilai kekeruhan. 80
1 70 1 60 50
~
40
80 70
GO
1
GO
i
:::l
~ 40
"j
30
20
20
10 .
10
i
0 to
t4
t2
t6
to
-+- p.spinlJlosu.m ___ P.waksmanii
t4
t2
Wa k tu Pengamatan (harl)
t6
Waktu PengamatAln (hari)
----A--
---+-- P.spinulosum
Kontrol
Gambar 9. Nilai kekeruhan pada limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm selama enam hari .
____ P .waksmani;
----A-- K('ntrol
Gambar 10. Nilai kekeruhan pada limbah minyak nabati konsentrasi 200 ppm selama enam hari.
Peourunan konsentrasi minyak nabati pada percobaan limbah minyak nabati konsentrasi 100 ppm pad a kontrol yaitu 100-56,60 mgll, P. spinulosum sebesar 100-11 mg/l, dan P. H'aksman ii sebesar 100-23,30 mg/l (gambar 11). Kisaran minyak pada percobaa.'1 limbah minyak n ab ati dengan konsentrasi 200 ppm, kontrol yaitu 200-68 mgll, P. spinulosum berkisar antara 200-2 1,40 mg!l dan kisaran minyak pada perlakuan P. waksmanii scbesar 200-84 ,70 mg/I (gambar 12). Penurunan konsentrasi minyak diduga adanya aktivitas enzim Lipase yang disekresikan mikrofungi ke lingkungan untuk memecah molekul minyak menjadi lebih sederhana kemudian diserap ke dalam tubuh mikrofungi sebagai nutri en untuk pertumbuhan dan reproduksi dari mikrofungi . •
:J
2GO
200
r
=& 150 E ~
~ 100
:.:
60
o I
1GO
i
~ 100 :!;
~ ,
to
,
t2
60
,
14
0-1-1- -- -
Waklu Pengamaun (had) ---+-- P ,spinulosum _____ P. 'fI'tIaksmanii
__
to
t6
12
t4
t6
Waktu Pe-ngamatan (harl)
---+-- P.spinu/osum
---6--- Kontrol
___ P.waksmani,
----A--
Kontrol
Gambar 11. Penurunan konsentrasi Ga mb ar 12. Penurunan konsentrasi minyak minyak nabati pada limbah mi nyak nabati nabati pada limbah minyak nabati konsentrasi konsentrasi 100 ppm selama enam han. 200 ppm sel ama enam han. 39
Ungkungan Tropis, vol. 3, no. I. Maret 2009: 33-40
KESIMPULAN P. spinufosum lebih baik kemampuannya dalam menu runkan kadar minyak nabati dibandingkan P. waksmanii. Reduksi konsentrasi minyak nabati pad a perlakuan 100 ppm yang dilakukan oleh P. waksmanii dan P. sp inulosum sebesar 76,70% dan 89%. Pada percobaan dengan konsentrasi minyak nabati 200 mg/I, kedua mikrofungi berhasil menurunkan minyak nabati sebesar 57,65% (P. waksmanii) dan 89,30% (P. spinulosum). Penurunan nilai COD sebesar 45,79% pada perlakuan P. waksmanii dan sebesar 57,97% pada perl akuan P. spinufosum. Peningkatan kekeruhan pada perlakuan P. waksmanii mencapai 85,94% (konsentrasi minyak nabati 100 ppm» dan 73,94% (konsentrasi mi nyak nabati 200 ppm). Pada perlakuan P. spinulosum, kekeruhan juga mengalami peningkatan sebesar 94,43 % (konsentrasi minyak nabati 100 ppm) dan 90,47% (konsentrasi minyak nabati 200 ppm). Konsentrasi oksigen terlarut (DO) mengalami penurunan yang sangat berarti pada kedua perlukan mikrofungi terutama waktu To - T2 dan sampai akhir percobaan yakni 6.3 -0 mg/I.
Ucap an tcrima k asih Terima kasih disampaikan kepada Osaka Gas Foundation Japan yang telah mendanai penelitian ini melalui Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor.
Daftar Pus taka Agustina, E. , Surantini ngsih. N.T.M. Pratiwi dan H. Effendi. Penggunaan mikrofungi akuatik (Rhizopus st% ni(€r) sebagai bioremediator daJa'll mendegradasi limbah . minyaJ;. nabati. Prosiding Seminar Nasional P eneli tian LirrgJ,..u ngan di Perguruan Tinggi. Bandung, 20 Juni 2007. Boyd, C. L Water Q uality in Wannv:ater Fish Ponds. Auburn University. Alabama. 359 p. 1979. Citroreksoko, P. Pengantar Bioremediasi. Prosiding, PeIatihan dan Lokakarya Peranan Bioremediasi dalam PcngeIolaan Lingkungan. Pusat PeneIitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI. Cibinong.{l 996): 1-5. Coulibaly, L. , G . Gourene, and S.N. Agathos. Utilization of fungi for biotreatment of raw wastewaters. African Journal of Dioteclmolog y VoL 2, No. 12 (2003): 620-630. Effendi, H. Telaah kualit as air bag! pengelolaan sumberdava dan lingkungan perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal. 2003 . Effendi, H. dan Surantiningsih. Prospek penggunaan mikrofungi akuatik sebagai bioremediator air li mbah organik. Prosiding Seminar Nasional Perikanan. Fakultas Peri kanan, Universitas Brawijaya. Malang, 20 - 2 ] Februari 2006. Effendi, H., Suranti ningsih, M. Krisanti, dan Destilawaty. Pemanfaatan mikrofungi akuatik sebagai agen biokonversi air limbah organi k. Makalah pada Seminar Nasional Limnologi. Pusat Penelitian L imnologi LIP!. Jakarta, 5 September 2006. Fassatiova, O. Moulds and Filamentous Fungi in Technical Microbiology. Volume 22. Churchill Livingstone. Britain. 217 p. 1986. Fleury, S. Method for treatment of sewage plant sludges by a fungal process. Free Patent Online, USA. 2007 . Gandj ar, I., W. Sjamsuridzal dan A. Oetari. Mikologi : Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 238 hal. 2006 G ilman, J.e. A Manual of Soil Fungi. The Lowa State Collage Press. Florida. 329p. 1945. Gri ffi n, D. H. Fungal Physiology. A Willey Interscience Publication. John Willey and Sons. New York. 35] p. 1981. Moll a et at. "In-vitro compatibility evaluation of fungal mixed culture for bioconversion of domestic wastewater sl udge." World Journal of Microbiology and Biotechnology, Vol. 17, No.9 (200 1): pp. 84 9~ 856. Widiyanti, D. A. D., Surantiningsih, S. Haryadi, dan H . EtTendi. 2007. Pemanfaatan mikrofungi akuati k (Acremonium strictum dan Mucor hiemalis) dalam mereduksi kandungan minyak nabati limbah caiL Prosiding Seminar Nasional PeneI itian Lingkungan di Perguruan Tinggi. Bandung, 20 Juni 2007. 0
40