LIFT ELEVATOR & ESCALATOR I. JENIS ELEVATOR / LIFT Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu : 1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator) 2. Lift Barang ( Freight elevator ) 3. Lift Pelayan ( Dumb Waiter, lift barang berukuran kecil ). Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda secara prinsip. Perbedaan yang nyata pada interior dan perlengkapan operasi dari lift-lift tersebut. Juga pada sistem pengamanan operasi yang dipasang sebagian besar sama, hanya pada dumb waiter sistem pengamanan operasi yang disediakan lebih sederhana. Perbedaan tersebut akan semakin nyata apabila dibandingkan antara lift barang untuk pabrik (besar) dengan lift penumpang yang dipergunakan didalam gedung-gedung diperkantoran. Lift barang untuk pabrik (sesuai dengan kebutuhan) dilengkapi dengan pembuka pintu yang lebih besar, baik dipasang dengan pembukaan secara horizontal (terdiri lebih dari dua pintu) maupun yang dipasang dengan sistem pembukaan pintu vertikal (biasanya terdiri dari dua daun pintu atau lebih). Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara penulisan kapasitas muatannya. Kapasitas digerakan pada COP (Car Operation Panel, Operation Panel Board) didalam kereta biasanya dinyatakan dalarn kilogram (kg) atau (Ib) untuk jenis lift barang, sedangkan untuk penumpang sering dinyatakan dalam jumlah orang (persons) atau kombinasi keduanya. Akan tetapi perbedaan tersebut akan menjadi semakin tipis apabila kita bandingkan lift penumpang dan lift barang yang terpasang dalam gedung perkantoran. Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar lift barang yang terpasang didalam gedung hunian dipersyaratkan juga untuk dapat mengangkut penumpang atau orang. Jenis Elevator / lift dilihat dari penggunaannya, adalah ; 1. Passenger Elevator. 2. Observation Elevator (Panoramic Elevator, Lift Capsul). 3. Service Elevator (passenger-freight elevator). 4. Fireman lift (lift Pemadam Kebakaran). Observation elevator adalah jenis lift penumpang yang sebagian besar pada dindingnya atau pintunya dilengkapi dengan kaca. Sehingga memungkinkan penumpangnya dapat melihat kearah luar. Lift jenis ini biasanya dipasang pada pertokoan atau hotel yang memiliki pemandangan yang bagus.
II. KOMPONEN UTAMA ELEVATOR Komponen utama elevator terdiri dari 2 ( dua ) bagian besar , yaitu ruang mesin ( Machine Room ) dan ruang luncur ( Hoistway ). 1. Ruang mesin ( Machine Room ) Ruang mesin adalah ruang terpenting, dimana diruangan tersebut terjadinya semua proses pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan. Didalam ruang mesin terdapat beberapa alat penggerak elevator. 2. Motor penggerak Motor penggerak elevator ini memiliki asupan daya tegangan bolak-balik (Ac) dari PLN yang sangat berperan dalam pelaksanaan kerja elevator, motor penggerak ini mempunyai kemampuan putar antara 50 putaran per menit sampai dengan 210 putaran per menit. Dengan kapasitas tegangan motor yang disesuaikan dengan kapasitas angkut . Motor penggerak ini dilengkapi dengan rem magnet ( magnetic brake ) yang berfungsi menahan motor ketika kereta telah sampai pada lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur oleh PLC (Programable Logic Control) . Motor penggerak dalam menarik dan menurunkan elevator menggunakan tali baja ( rope ) yang melingkar pada puli mesin ( sheave ).
Jenis Penggerak Elevator / lift pada umumnya Pada umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu : A. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic elevator). B. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik (traction type elevator). Jenis Lift Dengan Traction Motor Lift yang mempergunakan traction motor dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Jenis Tarikan Langsung (Drum Type) 2. Jenis Tarikan Gesek (Traction Drive) 1. Drum Type Elevator Cara operasi lift jenis ini seperti crane-crane pada proyek kontruksi bangunan, dengan menggulung tali baja pada tabung gulung. Pemakaian jenis lift ini pada lift penumpang tidak terlalu populer seperti pada lift traksi jenis motor pully, hal ini disebabkan adanya beberapa keterbatasan dalam pemakaian. Oleh karena itu lift jenis ini hanya dipergunakan untuk lift-lift dengan kapasitas kecil seperti pada lift perumahan (home elevator) dan (lift pelayan) dumbwaiter. Adapun kelemahan tersebut, antara lain : a. Kecepatan yang dapat dicapai secara teknis terbatas ( +/- 15 m/menit) b. Kapasitas angkut terbatas (maksimal 200 kg). c. Penggunaan tenaga listrik lebih boros ( tanpa bobot imbang ).
2. Traction Type Elevator Lift jenis ini dapat digolongkan menjadi 2 (dua ) penggolongan, yaitu : a. Dilihat dari segi mesin penggerak , dibagi menjadi 2 (dua ) yaitu : a.1 Geared Elevator a.2 Gearless Elevator b. Dilihat dari jenis motor traksi yang dipergunakan dapat menjadi dua (2) jenis, yaitu : b.1 Lift traksi motor AC b.2 Lift traksi motor DC Geared elevator dengan penggerak motor AC geared biasanya dipergunakan pada lift berkecepatan rendah dan sedang. Sebaliknya Gearless elevator dengan penggerak motor DC ( AC VVVF ) dipergunakan pada lift kecepatan tinggi. Pada umumnya lift jenis traksi meletakkan motor traksi dan panel control diatas ruang luncur (hoistway), namun demikian dalam beberapa kasus tertentu penempatan motor traksi dan panel control ada yang diletakkan samping bawah atau disamping atas ruang luncur. Untuk mengatasi masalah dimana ketinggian bangunan yang terbatas. 3. Governor Governor adalah komponen penggerak utama dalam elevator, didalam governoor ini terdapat saklar yang berfungsi untuk menonaktifkan semua rangkaian sehingga otomatisasi elevator mati dan tidak berfungsi. Selain saklar juga terdapat pengait rem, pengait rem ini berfungsi untuk menghentikan kawat selling dan kawat selling ini menarik rem yang ada di kereta elevator. 4. Panel Panel ini adalah tempat control elevator secara otomatis, panel ini terdapat inverter motor dan program logic control yang berfungsi untuk mengatur geraknya elevator. 5. Ruang luncur Ruang luncur ini adalah tempat dimana elevator beroperasi berbentuk lorong vertikal, disinilah elevator menjangkau tiap-tiap lantainya.didalam ruang luncur ini terdapat beberapa komponen utama yang tak kalah pentingnya dibandingkan dalam ruang mesin. 6. Kereta ( Sangkar ) Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak pada rail di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail ( sliding guide ) yang berfungsi memandu atau menapaki rail. Selain pemandu rail ( sliding guide ) juga terdapat karet peredam ( silencer rubber ) yang berfungsi untuk mengurangi kejutan ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain itu pula terdapat pendeteksi beban (switch overload) yang terdapat dibawah kereta elevator. Pada pintu kereta elevator juga terdapat sensor gerak ( safety ray ) dan sensor sentuh ( safety shoe ) yang
terpasang pada pintu kereta dan berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak terjepit pintu elevator, didalam kereta elevator juga terdapat tombol-tombol pemesanan lantai ( floor button ) yang akan dituju oleh pengguna elevator. Kereta elevator memiliki pintu otomatis yang digerakkan oleh motor stepper yang bekerja berdasarkan sinyal digital yang asalnya dari sensor kedekatan ( proximity ) yang berfungsi menentukan level atau tidaknya lantai, setelah lantai dinyatakan level atau rata maka motor stepper akan membuka pintu secara otomatis. 10. Lobi lift ( Lift Hall ): a. Lobi lift (Lift Hall) adalah ruang bebas yang lerletak didepan pintu hall lift. b. Tombol Lantai (Hall button ) adalah Tombol pemanggil kereta, di hall. c. Sakelar Parkir (Parking switch) terletak di lobby utama didekat tombol lantai (hall button),berfungsi mematikan dan menjalankan lift. d. Sakelar Kebakaran (Fireman Switch) terletak di lobby utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktipkan fungsi fireman control atau fireman operation. e. Petunjuk Posisi Kereta (Hall indicator) terletak di transom masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing kereta. 11. Konstruksi tali baja tarik Tali baja tarik khusus untuk lift harus dibuat dari kawat baja yang cukup kuat, tetapi cukup lemas tahan tekukan, dimana tali tersebut bergerak bolak balik melalui roda. Batas patah elemen kawat baja ialah kira-kira 19.000 kgf/cm2 atau 190kgf/mm2 (high content carbon steel). Konstruksi tali yang khas untuk lift terdiri dari 8 pintalan yang dililitkan bersama, arah kekiri ataupun kekanan dengan inti ditengah dari serat sisal manila henep, yang jenuh mengandung minyak lumas. Tiap-tiap pintalan terdiri dari 19 kawat yaitu 9.9.1, artinya 9 kawat diluar, 1 dipusat dan 9 lagi diantaranya. Biasanya 9 elemen kawat baja yang diluar dibuat dari baja "lunak" (130 kgf7mm2) agar menyesuaikan gesekan dengan roda puli dari besi tuang, tanpa rnenimbulkan keausan berlebihan. Konstruksi tali sering disebut atau ditulis 8x19 atau 8 x 9.9.1. FC (fibre core). Inti serat sisa dapat juga diganti dengan serat sintetis. Adapun tujuannya hanya sebagai bantalan untuk mempertahankan bentuk bulat tali dan memberikan pelumasan pada elemen kawat. Tali baja yang dilengkapi inti serat diberi kode FC (fibre core), untuk membedakan dengan tali yang dilengkapi inti kawat baja atau kawat besi yang diberi kode IWC (independent wire core). Yang tersebut terakhir tidak memberikan pelumasan dan tidak digunakan untuk lift karena tidak luwes. Dilihat dari segi arah pilinan, tali dibedakan atas 2 jenis yaitu : 1. Regular lay, jika arah pilinan kawat berlawanan dengan arah lilitan dan strand 2. Lang lay, jika arah pilinan kawat sama searah dengan lilitan dan stand.
Keuntungan dari lang lay ialah kemuluran tali lebih kecil yaitu 0.1 % hanya dibanding dengan regular lay 0.5%. Tekanan pada alur puli lebih kecil sehingga lebih awet dan lebih luwes, tidak mempunyai sifat kaku (menendang) saat mau dipasang. Lang lay dipakai untuk instalasi lift berkecepatan tinggi diatas 300 m/menit, dan jarak lintas diatas 200 m. Lang lay juga lebih tahan terhadap fatigue, tetapi batas patah lebih kecil kira-kira 10% dibanding dengan regular lay. Umpama pada tali berdiameter 13 mm, untuk regular lay batas patah 6500 kgf, sedangkan pada lang lay sebesar kira-kira 5800 kgf. Tali baja kompensasi Tali baja kompensasi dipasang sebagai pengimbang berat tali baja tarik, terutama pada instalasi lift dengan tinggi lintas lebih dari 35 meter dan lift dengan berkecepatan 210 m/menit keatas. Lift dengan lintas rendah sampai 35 m dan berkecepatan dibawah 210 m/menit menggunakan rantai gelang sebagai pengimbang berat tali baja tarik. Salah satu manfaat penggunaan kompensasi berat atas tali baja ialah menjaga hubungan traksi T1/T2 konstan sepanjang lintasan. Lonjakan kereta dapat terjadi saat bobot imbang membentur peredam di pit. Oleh karena itu overhead harus diperhitungkan tingginya untuk cukup menampung tinggi ruang aman disamping lonjakan kereta setinggi setengah langkah peredam. Setelah terjadi Ionjakan, kereta akan jatuh kembali ke posisi menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja tarik sesaat, setelah lonjakan. Kejutan semacam itu juga dapat terjadi saat pesawat pengaman bekerja yaitu kereta meluncur overspeed kebawah tibatiba dihentikan, sehingga bobot irnbang melonjak keatas sesaat dan kembali ke kedudukannya menggantung dengan menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja tarik. Tali kompensasi mempunyai peranan meredam peristiwa lonjakan tersebut. Untuk mengurangi tegangan dinamis pada tali baja tarik, terutama pada lift berkecepatan diatas 210 m/m, maka dipasang roda teromol di pit sebagai penegang tali kompensasi. Teromol tersebut beralur sesuai dengan jumlah dan besarannya tali kompensasi serta duduk pada rumah yang bebas naik-turun mengikuti ayunan, yang dipandu oleh sepasang rel vertikal. Gerakan ayunan naik-turun rumah teromol tersebut perlu diredam dengan satu atau dua buah shock breaker (sejenis yang digunakan pada kendaraan bermotor) yang diikat pada dasar pit sekaligus sebagai penahan kereta agar tidak atau hampir tidak melonjak. Posisi kereta diujung atas dimulai dari tali kendor atau kecepatan Vo = 0, saat bobot imbang membentur penyangga dan terhenti. Tahapan berikutnya tegangan puncak tali terjadi saat tali baja tarik menahan kereta yang turun kembali dari lonjakan. Jika tali kompensasi tidak dilengkapi dengan teromol penegang yang sesuai, dan peredam dari bobot imbang tidak dilengkapi dengan saklar pemutus arus, maka kereta dapat saja meloncat sampai membentur bagian bawah lantai kamar mesin, yaitu sesaat setelah bobot imbang membentur penyangga. Peristiwa ini sering disebut oleh teknisi lapangan sebagai peristiwa "jatuh keatas".
Komponen lift Pemasangan lift dianggap efisien setelah tinggi bangunan mencapai 4 lantai ke atas, dan disarankan menggunakan sistem gearless (mesin diatas). Rumah lift dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : 1. Lift Pit yaitu tempat pemberhentian akhir yang paling bawah, berupa buffer sangkar dan buffer beban pengimbang. 2. Ruang luncur (Hoistway) yaitu tempat meluncurnya sangkar/kereta lift, tempat pintupintu masuk ke kereta lift, tempat meluncurnya beban pengimbang (counter weight), dan tempat meletakkan rel-rel peluncur dari kerete lift dan beban pengimbang. 3. Ruang mesin yaitu tempat meletakkan mesin/motor traksi lift dan tempat panel control (mengatur jalannya kereta).
Komponen Lift dalam hoistway terdiri dari : 1. Control System 2. Geared Machine 3. Primary Velocity Tranducer 4. Governor 5. Hoisting Ropes 6. Roller Guide/ Guide Shoe 7. Secondary Possition Tranducer 8. Door Operator 9. Entrance Protection System 10. Load Weighing Tranducers 11. Car Safety Device 12. Traveling Cable 13. Elevator Rail 14. Counterweight 15. Compesation Ropes 16. Governor Tension Sheave 17. Counterweight Buffer 18. Car Buffer
Macam Macam Motor Elevator Jika kita lihat dari jenis motornya, maka elevator bisa dibagi menjadi beberapa jenis. 1. Geared Elevator
Geared Elevator Machine Gearless Elevator Motor
Tipe ini merupakan model yang masih digunakan dari dulu sampai sekarang. Perubahannya adalah besar motornya. Dimana geared motor yang sekarang menggunakan inverter dan ukurannya lebih kecil dari yang dulu. Geared menggunakan motor AC dengan worm gear untuk mengurangi kecepatan RPM nya. Setiap manufaktur mempunyai rancangannya masing masing. Tapi pada dasarnya desainnya hampir sama.
2. Gearless Elevator
Untuk Elevator / Lift High rise dengan kecepatan tinggi, maka digunakan gearless elevator. Gearless Elevator mempunyai variasi kecepatan yang diatur oleh inverter. Model terbaru saat ini adalah VVVF (Variable Voltage Variable Frequency). Tanpa menggunakan gear, putaran motor dapat lebih cepat sehingga dapat diaplikasikan ke kecepatan diatas 100 mpm.
3. Machine Room Less Elevator (MRL)
Kone MRL
Dengan teknologi synchronous permanent magnet maka mesin elevator dapat dibuat lebih kecil, sehingga dapat masuk kedalam hoistway. Untuk mesin MRL lainnya seperti pada home lift ada juga yang berbentuk seperti drum, hanya saja namanya tetap gearless, tetapi lebih kecil.
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN UNIT LIFT Metode pelaksanaan untuk pekerjaan pengadaan dan pemasangan unit Lift: 1. PEKERJAAN PERSIAPAN
1) 2) 3) 4)
Pelaksanaan persiapan pekerjaan pengadaan dan pemasangan Lift meliputi: Klasifikasi final Specifikasi Teknis unit Lift Membuat Shop Drawing untuk disetujui oleh pihak terkait sebagai gambar pelaksanaan. Membuat schedule pelaksanaan pekerjaan. Monitoring Lapangan.
2.
PABRIKASI Pelaksanan pekerjaan pabrikasi, dapat dilaksanakan setelah Final Specifikasi Teknis dan Shop Drawing disetujui bersama. 3.
SHIPMENT Pengiriman ( pengapalan ) dilaksanakan setelah seluruh kelengkapan unit Lift selesai diproduksi, dan diperkirakan 1 ( satu ) minggu setelah tiba di pelabuhan Tanjung Priok unit tersebut akan sampai dilokasi proyek. 4. UNIT ONSITE. Pengiriman unit dari pelabuhan Tanjung Priok ke lokasi proyek, sesuai kondisi lapangan dengan menggunakan Truk Container. Untuk kelancaran pekerjaan tersebut diatas, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pihak lain ( MK ) antara lain : -. Pengadaan lokasi penempatan unit onsite. -. Pengadaan jalan masuk kelokasi penempatan untuk akses Truk Container dan Forklit. 5. PEKERJAAN PEMASANGAN UNIT LIFT A. Pekerjaan pemasangan Lift dapat dimulai setelah : 1) Hoistway Lift ( termasuk ruang mesin ) telah selesai pengerjaannya 2) Unit Lift dan sudah masuk kelokasi proyek. B. Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh kontraktor sipil dalam pembuatan Hoistway Lift antara lain : 1) Ukuran bersih Hoistway Lift dan ketegak lurusannya. 2) Kedalaman pith Lift . 3) Tempat dudukan beam mesin Lift / dudukan ( reaction force ) 4) Hoisting hook untuk pengangkatan mesin lift.
5) Ketinggian over head dan ruang mesin Lift. 6) Ring balok (kelipatan 2,5 M ) untuk pemasangan bracket Main dan CWT Rail Lift. 7) Tinggi dan lebar bersih kolom / balok praktis untuk pemegang jamb ( kusen ) pintu Lift pada setiap lantai. 8) Lubang sparing untuk Hall Button, Indicator dan Fireman Switch. Ukuran / dimensi dari hal tersebut diatas telah tercantum dalam Shop Drawing Lift TAHAPAN PEKERJAAN PEMASANGAN LIFT 1. Pemasangan Steger Bambu. Adalah pemasangan perancang bambu guna pemasangan komponen lift yang akan dipasang di area hoistway lift dan dapat dilaksanakan setelah seluruh hoistway lift selesai dikerjakan. 2. Plumb / Centering Adalah pelaksanaan pekerjaan untuk menentukan as pintu seluruh lantai dan maju mundurnya posisi lift serta titik as seluruh pemasangan komponen lift yang akan dipasang didalam hoistway lift. 3. Pemasangan Bracket Main dan CWT rail. Adalah pemasangan bracket pengikat / kedudukan rel yang terdiri dari dua bagian pekerjaan : Pemasangan dynabolt untuk mengikat bracket (bila ring balok dibuat dari bahan beton). Pengelasan bracket dudukan rel terhadap bracket yang telah dipasang pada ring balok pada setiap jarak 2,5 meter dan apabila ring balok terbuat dari baja maka langsung dilas ke ring balok baja tersebut. 4. Pemasangan Main dan CW rail. Adalah Penyusunan rel peluncur car lift dan beban (CounterWeight) mulai dari bawah yang kemudian dilakukan pengecekan untuk mencari ketegakan rel tersebut satu persatu dengan acuan kawat plumb yang telah disiapkan. 5. Periksa QC Pengecekan oleh Team QC dari Kantor pusat mengenai pemasangan Rail dengan menggunakan form - form dari kantor pusat. 6. Pengangkatan Mesin, Panel Kontrol Lift Adalah Pemindahan mesin lift dari lantai penempatan sementara ke ruang mesin lift dengan menggunakan alat pengangkat chain block melalui lubang hoistway lift. Bisa juga diangkat dengan menggunakan bantuan alat Tower Crane. 7. Pemasangan Sill, Jamb dan Header. Adalah pemasangan komponen lift didaerah pintu lift. Pekerjaan ini dapat dilaksanakan setelah as pintu lift ditentukan dan garis pinjam finishing lantai (elevasi) tersedia didaerah sekitar pintu lift.
8. Setting Mesin Adalah proses pengesetan mesin lift dan panel lift di ruang mesin dengan melakukan pengelotan as pulley mesin terhadap as car lift dan as counter weight. 9. Assembling Sangkar. Adalah pelaksanaan perakitan car lift, biasanya dilaksanakan dilantai dasar. 10. Roping Adalah Pelaksanaan pemasangan wire rope (seling) yang menghubungkan antara car dan couhter weight. 11. Pemasangan Door dan Setting Adalah Pemasangan pintu (Hall Door) pada setiap lantai dan dilaksanakan mulai dari lantai atas. Pekerjaan ini dapat dilaksanakan setelah penutupan celah didaerah sekitar pintu (sill, jamb & pocket) lift selesai dikerjakan. 12. Wirring dan Koneksi Kabel Adalah Pelaksanaan penyambungan kabel-kabel lift yang akan dipasang didaerah hoistway lift, car lift dan ruang mesin dan penurunan kabel kabel tail core serta pembuatan jalur kabel / tray diruang mesin untuk koneksi dari panel ke mesin. 13. Slow Speed Test Adalah Pelaksanaan Pengetesan untuk menjalankan lift secara manual dan diteruskan dengan setting mekanik yang diperlukan (terutama daerah pintu) dengan melakukan terlebih dahulu pembongkaran steger bambu. 14. High Speed Test Adalah Pelaksanaan Pengetesan fungsi seluruh sistem operasional lift secara otomatis. 15. Reksa Uji Proses pengajuan dan pemeriksaan kelayakan lift oleh pihak depnaker sebelum lift dioperasikan. 16. ST 1 Proses penyerahan unit pertama ke pihak kedua sebagai syarat bahwa unit telah terpasang dengan baik 17. Free Maintenance Service rutin unit sesuai dengan bunyi yang tercantum dalam kontrak yang telah disepakati bersama.
Metode Pekerjaan Pengangkatan Mesin & Panel Pekerjaan pengangkatan mesin dan panel dapat dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut : 1. Pengangkatan dengan menggunakan tower crane Mesin dan panel langsung diangkat ke ruang mesin dengan menggunakan tower crane secara bertahap dari luar gedung, dimana berat mesin adalah 2 ton, sehingga perlu diperhatikan mengenai safety (letak tali tower crane) 2. Pengangkatan dengan menggunakan Chain Block (20 ton) Metode ini akan dipakai seandainya pada saat pengangkatan tower crane telah dibongkar atau tower crane tidak dapat mengangkat(overload). Dalam hal ini mesin harus terlebih dahulu didekatkan dengan lobang hoistway yang akan dilalui menuju ruang mesin. Sebelumnya dilakukan persiapan terlebih dahulu seperti pemasangan chain block dan rantai untuk mengangkat mesin dan panel tersebut serta hook atau balok / kolom diatap ruang mesin sebagai tempat menggantungkan chain block tersebut. Setelah segala persiapan selesai dilakukan maka akan dilakukan pengikatan rantai ke mesin atau panel dan setelah dilakukan pengecehekan semua safety maka mesin atau panel dapat dilakukan pengangkatan. Selama perjalanan keatas akan dilakukan pengawalan mesin agar rantai tidak terbelit atau mesin menabrak bibir lantai dan lain lainnya. Ø Metode Pre - Commissioning Test. Hal - hal yang perlu dipersiapkan sebelum dilaksanakan Commisioning Test : . Sub panel daya + grounding tersedia didalam ruang mesin Lift. . Tegangan yang dibutuhkan adalah 380 VAC dengan daya sesuai kebutuhan KW meter. . Sistem penerangan dan pendingin ruang mesin lift sudah terpasang . Kebersihan ruang mesin . Kebersihan hoistway lift . Pintu lift pada setiap lantai sudah terpasang Ø Metode Commissioning Test. Testing commisioning bisa dilakukan setelah persiapan test terpenuhi dengan langkah- langkah sebagai berikut : . Merger kabel kontrol . Merger terminal RST dan VW pada control panel . MCCB pada sub panel di on-kan . Cek tegangan RST . MCCB pada control panel lift di on-kan . Cek tegangan komponen power suplay . Nyalakan lampu pada sangkar Lift . Fungsikan Interphone.
. . . . . . .
Program slow speed Fungsikan gavenor safety Fungsikan Final limit up & down Balance sangkar lift Setting pintu pada seluruh lantai Program test high speed Setting level.
Eskalator Aplikasi Motor Induksi Pada Eskalator/Travolator - Suatu bangunan yang besar dan tinggi, memerlukan sarana angkut/transportasi yang nyaman untuk aktifitas perpindahan orang dan barang secara vertikal. Sarana angkut vertikal yang bekerja secara mekanik elektrik adalah eskalator dan travolator yang merupakan alat transportasi antar lantai pada gedung bertingkat yang menggunakan tangga berjalan yang digerakkan oleh motor listrik. Dengan adanya alat tersebut maka para pengunjung tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk berjalan antar lantai. Kemudahan tesebut tentunya harus didukung oleh kinerja sistem yang baik untuk mendapatkan performa yang terbaik pula. Sebuah eskalator mempunyai lebih dari sepuluh komponen utama seperti truss, motor penggerak, sistem transmisi, tangga, track system, balustrade, decking, peralatan pengaman dan sistem kelistrikan seperti yang terlihat pada gambar dibawah.
Prinsip kerja eskalator akan dijelaskan sebagai berikut : a. Pendaratan/Landing Floor plate rata dengan lantai akhir dan diberi engsel atau dapat dilepaskan untuk jalan ke ruang mesin yang berada di bawah floor plates. Comb plate adalah bagian antara floor plate yang statis dan anak tangga bergerak. Comb plate ini sedikit miring ke bawah agar geriginya tepat
berada di antara celah-celah anak tangga-anak tangga. Tepi muka gerigi comb plate berada dibawah permukaan cleat. b. Landasan penopang/Truss Landasan penopang adalah struktur mekanis yang menjembatani ruang antara pendaratan bawah dan atas. Landasan penopang pada dasarnya adalah kotak berongga yang terbuat dari bagian-bagian bersisi dua yang digabungkan bersama dengan menggunakan sambungan bersilang sepanjang bagian dasar dan tepat dibawah bagian ujungnya. Ujung-ujung truss tersandar pada penopang beton atau baja. c. Lintasan Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer). Perbedaan posisi dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak tangga-anak tangga muncul dari bawah comb plate untuk membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan penopang.
Gambar (2): Sistem transmisi pada Eskalator Prinsip Kerja Eskalator secara sederhana dapat dijelaskan dengan menggunakan gambar (2) diatas: Tangga (step) dan handrail digerakkan oleh sebuah motor listrik seperti yang terlihat pada sistem transmisi eskalator dalam gambar (2). Mekanisme berputarnya 2 menggunakan batang
utama (shaft) 4 yang digerakkan oleh driving equipment 13 melalui rantai penggerak 1. Sproket penggerak handrail dan tangga menggunakan rantai yang terpasang secara terpisah. Ukuran dari tiap roda rantai dan jumlah giginya dirancang sesuai dengan keperluan pergerakan eskalator. Semua rantai mudah untuk dirakit dan dibongkar serta dijamin kuat. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PENGADAAN DAN PEMASANGAN UNIT ESCALATOR Metode pelaksanaan untuk pekerjaan pengadaan dan pemasangan unit escalator adalah sebagai berikut : 1. PEKERJAAN PERSIAPAN Pelaksanaan persiapan pekerjaan pengadaan dan pemasangan Escalator meliputi : a. Klarifikasi final specifikasi teknis unit escalator b. Membuat shop drawing untuk disetujui oleh pihak terkait sebagai gambar pelaksanaan. c. Membuat schedule pelaksanaan pekerjaan. d. Pembuatan site office untuk penyimpanan sebagian material dan alat kerja. 2. PABRIKASI Pelaksanaan pekerjaan pabrikasi, dapat dilaksanakan setelah final specifikasi teknis dan shop drawing disetujui bersama. 3. SHIPMENT Pengiriman (pengapalan) dilaksanakan setelah seluruh kelengkapan unit escalator selesai diproduksi, dan diperkirakan 3 (tiga) minggu setelah pengapalan unit tersebut akan sampai dilokasi proyek. 4. UNIT ON SITE Pengiriman unit dari pelabuhan tanjung periok ke lokasi proyek secara bertahap, sesuai kondisi lapangan dengan mengunakan truk container. Untuk kelancaran pekerjaan tersebut diatas, ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pihak lain (Kontraktor Sipil), antara lain : a. Pengadaan lokasi penempatan unit onsite (diperkirakan sebannyak ….. case) b. Pengadaan jalan masuk kelokasi penempatan untuk akses truk container dan forklif. 5. PEKERJAAN PEMASANGAN UNIT ESCALATOR Pekerjaan pemasangan escalator dapat dimulai setelah : a. Unit escalator sudah masuk ke lokasi proyek b. Hoistway escalator telah selesai pengerjaannya. Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan oleh kontraktor sipil dalam pembuatan hoistway escalator, antara lain : a. Ukuran bersih hoistway escalator dan ketegak lurusnya.
b. Kedalaman pit escalator. c. Tempat dudukan escalator (reaction force) d. Hoisting hook untuk pengangkatan escalator (Kapasitas 8 ton). Ukuran / dimensi dari hal tersebut diatas telah tercantum dalam shop drawing escalator.
v Pekerjaan Pemasangan Escalator terdiri dari beberapa tahap antara lain : v Pekerjaan Pemasangan Escalator : 1. Transportasi ke void escalator. Yaitu pengangkatan unit untuk di letakkan ditempat yang paling dekat dengan lobang dengan menggunakan Hand Pallet dan Pallet kotak atau dengan menggunakan forklift. 2. Joint Frame dan Rail Pekerjaan penyambungan potongan frame dan rail escalator menjadi satu sebelum diletakkan di pit escalator.peralatan yang harus disediakan yaitu joice, hand pallet, kunci – kunci, peralatan pengelasan. 3. Wiring dan Koneksi Kabel Koneksi safety device dan panel escalator serta pemasangan kabel – kabel 4. Erection Frame Peletakkan Unit Escalator ke dalam void / pit escalator dengan menggunakan Chain block yang diletakkan di hook yang disediakan oleh gedung 5. Plumb / Centering Proses pengukuran level escalator terhadap finishing floor untuk dipakai sebagai ukuran pemasangan bracket. 6. Pemasangan Bracket Pekerjaan Pemasangan bracket untuk dudukan kaca escalator serta outside deck 7. Pemasangan Out Side Adalah Cover Frame yang dipasang pada sisi luar kaca escalator 8. Pemasangan Kaca Pemasangan Kaca escalator dengan posisi menumpang pada bracket. 9. Pemasangan Handrail Pemasangan karet pegangan untuk penumpang yang naik di escalator. 10. Pemasangan Inside Deck dan Skirt Guard Pemasangan Cover Frame yang dipasang pada sisi dalam kaca escalator dan pemasangan dinding pembatas step sisi kanan kiri bagian dalam escalator
11. Testing Pelaksanaan pengetesan escalator dengan secara bertahap dengan langkah pertama escalator dijalankan manual, maintenant,baru sesudahnya dapat dijalankan secara normal. 12. Pemasangan Step Adalah pemasangan seluruh step ( pijakan kaki penumpang escalator ) sebelum pelaksanaan running test. 13. Commissioning Proses running test escalator. 14. Reksa Uji Proses pengujian kelayakan escalator oleh pihak depnaker.