MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN ANGGOTA KELUARGA MELALUI MEDIA KARTU GAMBAR DI KELAS II SDN 1 TOLINGGULA ULU KECAMATAN TOLINGGULA KABUPATEN GORONTALO UTARA
LIAN HARUN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO PEMBIMBING Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si Drs. Hi. Haris Mahmud, S.Pd., M.Si.
ABSTRAK Lian Harun, Skripsi 2013 ” Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi Peran Anggota Keluarga Melalui Media Kartu Gambar Di Kelas II SDN I Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara, Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Dra. Hj. Hakop Walangadi, M.Si dan Pembimbing II Drs. Hi. Haris Mahmud, S.Pd., M.Si. Penelitian ini bermaksud untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam materi Peran Anggota Keluarga di Kelas II SDN 1 Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara melalui media gambar. Permasalahan dalam karya ilmiah ini adalah “Apakah Melalui Media Kartu Gambar pada materi Peran Anggota Keluarga dapat meningkatkan minat belajar siswa di kelas II SDN 1 Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara? Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan media kartu gambar dalam materi Peran Anggota Keluarga mata pelajaran IPS dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas II SDN I Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara. Hasil pengamatan pada observasi awal menunjukkan bahwa 22,2% siswa tuntas, sedangkan yang tidak tuntas 77,8%, meningkat pada Siklus I menjadi 27,8% siswa yang tuntas, sedang yang tidak tuntas 72,2%, dan pada Siklus II menjadi 83,3% siswa yang tuntas sedang yang tidak tuntas 16,7%. Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa melalui media pembelajaran kartu gambar dapat meningkatkan minat belajar siswa dalam materi Peran Anggota Keluarga mata pelajaran IPS pada siswa kelas II SDN I Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara . Kata kunci: Minat Belajar, dan Media Kartu Gambar.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan awal yang dilakukan penulis, permasalahan siswa dalam pembelajaran IPS di Kelas II Sekolah Dasar NegeriI Tolinggula Ulu Kecamatan Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara antara lain : kurangnya siswa dilibatkan dalam proses pembelajaran, minat siswa dalam belajar sangat rendah, hal ini disebabkan karena siswa hanya diberikan tugas-tugas dalam buku pelajaran oleh guru, siswa masih beranggapan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tampak pada saat pembelajaran siswa hanya menerima yang diberikan oleh guru untuk dihafalkan. Permasalahan tersebut di atas ternyata berakibat rendahnya minat belajar siswa dalam mata pelajaran yang diajarkan, hal ini disebabkan karena penggunaan media pembelajaran yang kurang mengarah kepada berfikir kreatif dan inovatifdengan ditunjukkan sebagian besar siswa tidak dapat mengikuti pelajaran IPS dengan baik karena materi pelajaran yang terlalu banyak, sehingga siswa merasa jenuh, malas dan pasif. Guru hanya mengejar target kurikulum dengan menjejali siswa hanya dengan pengetahuan saja. Tujuan Penelitian Adapun yang menjaditujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam materi Peran Anggota Keluarga di Kelas II SDN 1 Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara melalui media kartu gambar. Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan peningkatan minat belajar siswa terhadap materi yang diajarkan. Sedangkan secara praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1.
Bagi Guru
2.
Bagi Siswa
3.
Bagi Sekolah
4.
Bagi Peneliti
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Pengertian Belajar Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya teaching & Media-A systematic Approach (1971) dalam Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku
adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”. Sedangkan Menurut Gagne dalam Whandi (2010) belajar di definisikan sebagai “suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman” (http://whandi.net. Diakses 7 April 2013) Slameto (2010:5) menyatakan belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Lebih lanjut Abdillah (2002) dalam Aunurrahman (2010:35) menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Belajar menurut Omar Hamalik (2007:154) adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman. Hilgard dan Bower seperti yang dikutip Ngalim Purwanto (2006:84) bahwa “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungannya berupa respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang”. Pendapat tersebut menegaskan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman yang berulang-ulang. Menurut Gadne yang dikutip Ngalim Purwanto (2006:84) bahwa “Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga perbuatannya berubah. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh situasi stimulus yang menyebabkan perubahan perbuatan”. Morgan yang dikutip Ngalim Purwanto (2006:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Pendapat ini menggambarkan bahwa belajar merupakan perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. Witherington yang dikutip Ngalim Purwanto (2006:84) bahwa “Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Pendapat tersebut menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”. Menurut Abdul Rahman Saleh (2007:207) “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkahlaku yang baru berkat pengalaman dan latihan.” Berdasarkan pengertian ini maka yang dimaksud dengan minat belajar adalah aspek psikologi seseorang yang menampakkan diri dalam bebrapa gejala seperti:
gairah, keinginan, perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman, dengan kata lain minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar. Selanjutnya hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Kegiatan pembelajaran yang berpijak pada teori belajar kognitif ini sudah banyak digunakan. Dalam merumuskan teori pembelajaran, tidak lagi mekanistik sebagaimana yang dilakukan dalam pendekatan behavioristik. Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat
diperhitungkan,
agar
belajar
lebih
bermakna
bagi
siswa.Sedangkan
kegiatan
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Siswa bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahaptahap tertentu; (2) Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda-benda kongkrit; (3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik; (4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar; (5) Pengalaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks; (6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa; (7) Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya pada motivasi, persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya. (Budiningsih, 2009:80-81) Melihat pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya. Pengertian Minat Belajar Siswa Menurut Djamarah (2008:166), minat berarti kecenderungan yang menetap dan mengenang beberapa aktivitas. Seseorang yang berminat terhadap aktivitas akan memperhatikan aktivitas itu secara konsisten dengan rasa senang. Menurut Agus Sujanto (2006:92), minat sebagai sesuatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa minat merupakan pemusatan perhatian.
Witherington yang dikutip oleh Buchori (2009:135), juga berpendapat bahwa minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu obyek, seseorang, soal atau situasi yang bersangkutan dengan dirinya. Selanjutnya minat harus dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar dan kesadaran itu disusul dengan meningkatnya perhatian terhadap suatu obyek. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perhatian di dalam minat seseorang terhadap sesuatu. Menurut Djaali (2007:121), minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pernyataan tersebut mengidentifikasikan bahwa orang yang berminat akan ada rasa tertarik. Tertarik dalam hal tersebut merupakan wujud dari rasa senang pada sesuatu. Slameto (2010:57), berpendapat bahwa minat sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan terus-menerus yang disertai rasa senang. Beberapa pendapat di atas menunjukkan adanya unsur perasaan senang yang menyertai minat seseorang. Melihat beberapa pendapat dari para ahli di atas, dapat diketahui ciri-ciri adanya minat pada seseorang dari beberapa hal, antara lain: adanya perasaan senang, adanya perhatian, adanya aktivitas yang merupakan akibat dari rasa senang dan perhatian. Dengan kata lain, minat timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja yang dapat menjadi penyebab partisipasi dalam kegiatan. Dengan demikian minat merupakan kecendrungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan yang bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda dan kegiatan. Sementara itu menurut Slameto (2010:191) minat merupakan “Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal dari pada hal yang lain, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik memiliki minat terhadap subjek tertentu cendrung untuk mencapai memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Lamanya minat bervariasi kemampuan dan kemauan menyelesaikan suatu tugas yang diberikan untuk selama waktu yang ditentukan berbeda-beda baik dari segi umur maupun bagi masing-masing individu. Minat tidak di bawa sejak lahir melainkan di peroleh kemudian dengan kata lain minat dapat di tumbuhkan dan dikembangkan pada diri anak didik yaitu dengan jalan memberikan informasi pada anak didik mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu atau menguraikan keguanaannya dimasa akan datang bagi anak didik (Slameto, 2010:191). Hakikat Media Gambar Menurut Alwi, dkk. (2006:329) “gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dsb) yang dibuat dengan coretan pinsil pada kertas dan sebagainya. Gambar sering disebut
dengan lukisan. Berdasarkan pengertian itu, gambar mati atau gambar diam adalah tiruan barang yang dibuat dengan coretan pinsil dan sebagainya pada kertas dan sebagainya yang tidak bisa berubah-ubah, hanhya bisa digerakkan oleh guru tanpa alat apapun dan wujud bendanya tetap. Pengertian gambar menurut Sa’adah dalam Rina (2010:24) adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran, bahwa gambar adalah sebuah lukisan, ilustrasi, iklan, akrtun, potret, gambar seri dan gambar tunggal. Media gambar dapat digunakan guru untuk memberikan pengalaman-pengalaman siswa yang sulit didapat dengan media langsung. Gerlach dan Ely (dalam Anitah, 2008:14) menyatakan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi seribu tahun atau seribu mil. Gambar juga dapat memberikan pengalaman dari waktu ke waktu, bahkan keadaan yang sudah lampau. Melalui gambar dapat diterjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih realistik serta dapat mengalihakn pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lenih kongkrit. Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi, bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Arif S. Sadiman, 2011:6). Proses pembelajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa. Pengertian Media Kartu Gambar Kata media memiliki
multi makna, baik terlihat secara terbatas maupun secara luas.
Sadiman (2008:6) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam
proses
penyaluran informasi. Artinya media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Dari pendapat ini dapat disimpulkan bahwa media sebagai komponen sumber belajar peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Kartu adalah sebuah objek kecil tipis datar, umumnya terbuat dari kertas tebal atau plastik. (id.wikipedia.org/wiki/Kartu, diakses tanggal 20 Juli 2013). Sedangkan gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai hasil perasaan dan pikiran, bahwa gambar adalah sebuah lukisan, ilustrasi, iklan, akrtun, potret, gambar seri dan gambar tunggal. (id.wikipedia.org/wiki/Kartu, diakses tanggal 20 Juli 2013). Dengan demikian, pengertian kartu gambar adalah media yang bergambar dilakukan dengan cara menunjukkan gambar secara cepat untuk memicu otak anak agar dapat menerima
informasi yang ada dihadapan mereka, dan sangat efektif untuk membantu anak belajar membaca, mengenal angka, mengenal huruf, di usia sedini mungkin. Atau kartu gambar adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata, kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak, tujuan dari metode itu adalah melatih kemampuan otak kanan untuk mengingat gambar dan katakata, sehingga perbendaharaan kata dan kemampuan membaca anak bisa dilatih dan ditingkatkan sejak usia dini (blog.tp.ac.id/tag/pengertian-media-kartu-gambar,diakses tanggal 20 Juli 2013). Adapun manfaat dari kartu gambar adalah (1) Anak akan dapat membaca pada usia sedini mungkin; (2) Mengembangkan daya ingat otak kanan; (3) Melatih kemampuan konsentrasi anak; (4) memperbanyak perbendaharaan kata anak. Penggunaan Media Gambar Dalam Pembelajaran IPS Kelebihan gambar ini dikemukakan oleh Helmi Hasan, dkk. (2003: 41-42) yaitu: (1) sifatnya kongkrit, lebih realistik menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata; (2) dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; (3) dapat mengatasi keterbatasan pengamatan; (4) dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah kesalahpahaman; dan (5) murah dan mudah didapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Kelebihan
gambar
yang
hanya
lebih
menekankan
pada
visual
(penglihatan),
mengakibatkan penggunaan gambar semata belum tentu efektif untuk digunakan dalam pembelajaran. Kelemahan ini wajar karena setiap media yang digunakan tentu memiliki kelebihan dan kekuarangannya. Menurut Helmi Hasan, dkk. (2003: 41-42), kekurangan dari media gambar adalah: (1) hanya menekankan persepsi indra mata; (2) benda yang terlalu kompleks kurang untuk kegiatan pembelajaran; dan (3) ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Dengan demikian, guru perlu mempertimbangkan berbagai kelebihan dan kekurangannya bila akan menggunakan media gambar dalam pembelajaran. Dengan memperhatikan kelemahan gambar di atas, berarti guru perlu memilih gambar yang tidak terlalu kompleks, cukup dengan gambar yang sederhana tetapi memiliki pesan informasi yang jelas dan tepat. Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis cerita, mencari gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk mendemonstrasikan suatu obyek. Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar, dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin, menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian, dan menambah pengetahuan siswa.
METODE PENELITIAN
Berdasarkan data dokumen yang peneliti peroleh di lapangan menunjukkan bahwa pada mulanya SDN 1 Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggulamerupakan SDN Tolinggula Ulu Kecamatan Sumalata yang berdiri sejak tahun 1959 yang didirikandengan tujuan sebagai sekolah yang menampung anak-anak yang telah wajib belajar di SD di Tolinggula dan di desa-desa skitanya. Pada Tahun 2007, ketika terjadi pemekaran Kabupaten Gorontalo Utara dari Kabupaten Gorontalo, yang diikuiti pemekaran kecamatan Sumalata menjadi beberapa kecamatan diantaranya kecamatan Tolinngula, maka pada tahun 2007 tersebut berubalah nama dari SDN Tolinggula Ulu menjadi SDN 1Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula.
PEMBAHASAN Pada kegiatan ini peneliti bersama guru mitra melakukan analisis perbaikan terhadap Proses Belajar Mengajar (PBM). Observasi dilaksanakan di kelas dengan fokus pengamatan kepada aktivitas siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar IPS materi Peran Anggota Keluarga dan aktivitas guru dalam mata pelajaran IPS dengan menggunakan media kartu gambar. Adapun hasil observasi dari pelaksanaan Siklus I dapat dilihat pada tabel 4 di bawah ini:
Table 1. Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Kegiatan Guru Pada Siklus 1 NO. 1.
AKTIVITAS YANG DIAMATI Kegiatan Pra Pembelajaran
2. Kegiatan Pembukaan 3. Kegiatan Inti Pembelajaran 4. Penutup JUMLAH PERSENTASE
SB -
PENILAIAN B C √ √
K -
√ √ 9 42,86
-
√ √ √ 12 57,14
Keterangan Penilaian : SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang Berdasarkan tingkat kemampuan mengajar guru mencapai presentase 42,86% atau 9 (sembilan) aspek dari 21 (dua puluh satu) aspek yang diamati berada dalam kategori baik, dan sisanya 57,14% atau 12 (dua belas) aspek dari 21 (dua puluh satu) aspek yang diamati hanya berada dalam kategori cukup. Untuk pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa pada Siklus I juga menunjukkan bahwa dari 20 aspek yang diamati selama kegiatan belajar mengajar berlangsung, 11 (sebelas) siswa atau 55% berada dalam kategori kurang, sedangan 9 (sembilan) siswa atau 45% berada dalam kategori cukup. Adapun rekapan hasil pengamatan aktivitas siswa pada proses kegiatan mengajar pada Siklus I dalam pembelajaran mata pelajaran PKn dengan menggunakan media kartu gambardikelas II SDN I Tolinggula Ulu dapat dilihat pada tabel 5 di bawah ini :
Table 2. Rekapan Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I NO. 1.
AKTIVITAS YANG DIAMATI Perhatian pada kegiatan pra pembelajaran
SB -
2. Perhatian pada kegiatan pembukaan 3. Penguasaan materi pembelajaran 4. Perhatian terhadap strategi pembelajaran 5. Penggunaan media pembelajaran 6. Keterlibatan dalam KBM 7. Penggunaan Bahasa 8. Keantusiasan mengerjakan LKS JUMLAH PERSENTASE
-
PENILAIAN B C √ -
√ √ √ √ 9 45%
K √ √ √ 11 55%
Keterangan Penilaian : : Sangat Baik : Baik : Cukup : Kurang
SB B C K
Terkait dengan observasi aktivitas belajar siswa untuk minat belajar terhadap pelajaran yang sedang diajarkan oleh guru, maka minat siswa tercermin dari aspek memperhatikan materi, aspek kepuasan, dan aspek rasa senang atas kegaiatan belajar mengajar (KBM) yang sedang dilaksanakan. Adapun hasil observasi dari aktivitas belajar siswa pada Siklus I dapat dilihat melalui tabel 6berikut ini:
Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Minat Belajar Siswa Pada Proses Belajar MengajarDengan Media Kartu Gambar Siklus 1 NO. 1.
JUMLAH SISWA 10
2. 12 3. 13 JUMLAH RATA-RATA
INDIKATOR MINAT Perhatian Kepuasan Rasa Senang √ -
√ -
√
PRESENTASE % 55,6 66,7 72,2 194,5 64,8
Berdasarkan Tabel di atas menunjukkan bahwa pada pelaksanaan tindakan Siklus Imenyangkut minat belajar siswa dari 3 (tiga) aspek yang diamati, secara rata-rata perolehan nilai dari ketiga aspek tersebut sebesar 64,8%, dengan uraian sebagai berikut : 10 siswa atau 55,6% dari 18 siswa berada dalam kategori memiliki perhatian, 12 siswa atau 66,7% dari 18 siswa berada dalam kategori kepuasan, dan 13 siswa atau 72,2% dari 18 memiliki rasa senang terhadap KBM. Untuk mengukur dan mengetahui keadaan hasil belajar siswa kelas II SDN I Tolinggula Ulu terhadap mata pelajaran yang diajarkan pada Siklus I, maka dilakukan evaluasi menggunakan instrumen soal yang telah disediakan sebelumnya. Dari hasil evaluasi tersebut, rata-rata perolehan nilai siswa adalah 58,6 dengan perincian sebagai berikut yaitu sebanyak 5 (lima) siswa atau 27,8%
dari 18 (delapan belas) jumlah keseluruhan siswa adalah tuntas, dan sebanyak 13 (tiga belas) siswa atau 72,2% belum tuntas, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :
Table 4. Rentang Nilai Hasil Evaluasi Siswa Pada Siklus I No.
Rentang Nilai
1. 91-100 2. 81-90 3. 71-80 4. 61-70 5. 51-60 6. 0-50 JUMLAH PRESENTASE
Frekuensi (Jumlah Siswa 1 2 2 3 2 8 18 100%
TUNTAS √ √ √ -
5 27,8%
Keterangan TIDAK TUNTAS √ √ √
13 72,2%
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa siswa yang berada dalam rentang nilai 91-100 ada 1 (satu) siswa, berada dalam rentang nilai 81-90 ada 2 (dua) siswa, berada dalam rentang nilai 7180 ada 2 (dua) siswa, dan 51-60 ada 2 (dua) siswa, dan 0-50 ada 8(delapan) siswa. Refleksi Setelah melakukan tindakan pada siklus pertama, tahap selanjutnya adalah dengan melakukan diskusi antara mitra peneliti dengan peneliti yaitu untuk mengoreksi dan memperbaiki segala sesuatunya agar pembelajaran menggunakan media gambar ini bisa diterapkan secara maksimal. Berdasarkan observasi pada siklus pertama secara keseluruhan masih banyak kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu bersama kolaborator, peneliti mengadakan refleksi untuk perbaikan agar selanjunya kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus pertama tidak terulang kembali. Untuk hasil observasi aktivitas belajar siswa menunjukkan dari 20 (dua puluh) aspek sebanyak 9 sub aspek atau 45% berada dalam kategori cukup, sedangan yang masih perlu tindakan lanjut berada dalam kategori kurang sebanyak 11 sub aspek atau 55%. Sub aspek yang masih kurang ini yaitu keikusertaan siswa mengindentifikasi kebutuhan belajar, motivasi siswa belajar, penguasaan materi, keantusiasan siswa bekerjasama mengerjakan LKS, kemampuan penggunaan media, penggunaan media secara efektif dan efisein, penggunaan bahasa lisan secara jelas dan lancar, penggunaan bahasa tulis yang baik dan benar dan keantusiasan siswa dalam mengerjakan LKS. Hasil Tindakan Siklus II Berdasarkan hasil pengamatan dilaksanakan di kelas dengan fokus pengamatan kepada aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar IPS materi Peran Anggota Keluargadan aktivitas guru dalam mengembangkan pembelajaran IPS dengan menggunakan media kartu gambar. Adapun hasil pengamatan aktivitas mengajar guru pada saat proses pembelajaran mata pelajaran IPS dalam materi Peran Anggota Keluarga di kelas II SDN 1
Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara pada pelaksanaan tindakan Siklus II diperoleh hasil sebagaimana terlibat pada tabel 8 di bawah ini :
Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Pada Proses Pembelajaran Siklus II NO.
AKTIVITAS YANG DIAMATI
1.
Kegiatan Pra Pembelajaran
2. Kegiatan Pembukaan 3. Kegiatan Inti Pembelajaran 4. Penutup JUMLAH PERSENTASE
SB -
PENILAIAN B C √ √ √ √ 19 90,48
√ 3 9,52
K -
Keterangan Penilaian : SB : Sangat Baik B : Baik C : Cukup K : Kurang Tabel di atas menunjukkan bahwa aktivitas mengajar guru dalam proses kegiatan mengajar pada mata pelajara IPS materi Peran Anggota Keluarga nmelalui media gambar untuk meningkatkan minat belajar siswa pada tindakan Siklus II yaitu 90,48% atau 19 (sembilan belas) aspek dari 21 (dua puluh satu) aspek sudah dapat dilaksanakan dengan baik, dan sisanya sebanyak 3 (tiga) aspek atau 9,52% dari keseluruhan aspek yang diamati masih d dilaksanakan dengan kategori cukup. Terkait dengan pengamatan atas aktivitas belajar siswa menunjukkan bahwa dari 20 (dua puluh) aspek yang diamati sebanyak 16 (enam belas) aspek atau 80% sudah dilakukan dengan baik, hanya sebanyak 4 (empat) aspek atau 20% yang belum dilakukan dengan baik, masih dalam kategori cukup, sebagaimana terlihat pada tabel 9 berikut ini :
Table 6. Rekapan Pengamatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II NO. 1.
AKTIVITAS YANG DIAMATI
Perhatian pada kegiatan pra pembelajaran Perhatian pada kegiatan pembukaan Penguasaan materi pembelajaran Perhatian terhadap strategi pembelajaran Penggunaan media pembelajaran Keterlibatan dalam KBM Penggunaan Bahasa Keantusiasan mengerjakan LKS JUMLAH PERSENTASE 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
PENILAIAN SB B C √ √ √ √ √ √ √ √ 16 4 - 80% 20%
K -
Adapun hasil observasi aktivitas belajar siswa yang terkait dengan minat mereka terhadap proses belajar mengajardari pelaksanaan tindakan Siklus II dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:
Tabel 7 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Minat Belajar Siswa Pada Proses Belajar Mengajar Dengan Media Kartu Gambar Siklus 1I
NO. 1.
JUMLAH SISWA 15
INDIKATOR MINAT Perhatian Kepuasan Rasa Senang √ -
2. 16 3. 14 JUMLAH RATA-RATA
-
√ -
PRESENTASE % 88,3 88,9 77,8 255 85
√
Tabel di atas, menunjukkan bahwaaktivitas belajar siswa pada pelaksanaan tindakan Siklus IIdarikeseluruhanaspek yang diamati yaitu perhatian, kepuasan,dan rasa senang, diperoleh
hasil yang lebih baik dari tindakan sebelumnya. Peningkatan hasil belajar siswa
tersebut terlihat pada peningkatan presentase jumlah siswa yang memiliki perhatian terhadap pelajaran dan tetap memiliki kepuasan terhadap pelajaran diajarkan serta memiliki rasa senang terhadap KBM. Dari keseluruhan aspek yang diamati, secara rata-rata presentase mencapai sebesar 85%. Adapun rinciannya yaitu 88,33% atau 15 (lima belas) siswa kelas II SDN I Tolinggula Ulu yang berjumlah 18 (delapan belas) memiliki perhatian atas KBM yang berlangsung, dan 16 siswa atau 88,9% dari 18 (delapan belas) siswa merasa puas terhadap KBM serta 14 siswa atau 77,8% dari 18 (delapan belas) siswa memiliki rasa senang atas KBM Untuk mengetahui keadaan belajar siswapada Siklus II, maka dilakukan evaluasi menggunakan instrumen soal yang telah disediakan sebelumnya, hasilnya menunjukkan bahwa pada pelaksanaan tindakan pada Siklus IIrata-rata perolehan nilai siswa sebesar 82,2%, dengan perincian sebagai berikut yaitu :15 (limabelas) siswa atau 83,3% dari 18 (delapan belas) siswa dari jumlah keseluruhan siswa tuntas, dan sebanyak 3(tiga) siswa atau 16,7% belum tuntas.Berdasarkan hasil capaian siswa dalam mengerjalan lembaran soal obyektif tersebut, maka dibuat tabel rentang nilai siswa sebagaimana tabel 11 pada berikut ini :
Tabel 8. Rentang Nilai Siswa Dalam Hasil Evaluasi pada Siklus II No.
Rentang Nilai
1. 91-100 2. 81-90 3. 71-80 4. 61-70 5. 51-60 6. 0-50 JUMLAH PRESENTASE
Frekuensi (Jumlah Siswa 4 9 2 3 18 100%
TUNTAS √ √ √ 15 83,3%
Keterangan TIDAK TUNTAS √ 3 16,7%
Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa siswa yang mencapai antar rentang nilai 91-100 adalah 4 (empat) siswa, 81-90 adalah 9 (sembilan) siswa, 71-80 adalah 2 (dua) siswa, keseluruhan siswa dalam rentang nilai disebutkan ini, masuk dalam kategori tuntas, sedangkan siswa yang memperoleh rentang nilai antara 61-70 ada 3 (tiga), siswa dalam nilai ini dalam kategori tidak tuntas. Dengan demikian tingkat ketuntusan siswa kelas II SDN I Tolinggula Ulu mencapai 83,3%
dengan nilai-nilai rata-rata peroleh siswa 82,2, telah sesuai dengan indikator penelitian yang telah ditetapkan yaitu jika 75% jumlah siswa keseluruhan telah mencapai atau memperoleh nilai 75 keatas dinyatakan tuntas.
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan rumusan masalah, hipotesis tindakan, hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas II SDN I Tolinggula Ulu Kecamatan Tolinggula Kabupaten Gorontalo Utara. Berdasarkan hasil observasi dalam lembar pengamatan aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran materi Peran Anggota Keluarga pada mata pelajaran IPS mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada Siklus I nilai rata-rata 64,8% meningkat pada siklus II menjadi 85 atau terjadi peningkatan sebesar 20%. Begitu juga halnya hasil belajar siswa dalam mengerjakan dari Siklus I dengan nilai perolehan siswa rata-rata 58,6 dimana siswa yang tuntas hanya 5 (lima) siswa atau 27,8%, sedangkan yang tidak tuntas ada 13 (tiga belas) atau 72,2%. Hasil ini meningkat pada siklus II naik menjadi 15 (lima belas) siswa atau 83,3% yang tuntas dan hanya 3 (tiga) siswa atau 16,7 % yang tidak tuntas.
Saran Sehubungan denganpenggunaan media gambar dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan minat belajar siswa dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut : 1. Setiap guru hendaknya senantiasa melakukan uji coba penerapan berbagai media pembelajaran khususnya media gambar dalam setiap pembelajaran di kelas. 2. Bagi lembaga terkait dengan pendidikan misalnya Dinas Pendidikan Nasional, Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan hendaknya membantu penelitian-penelitian khususnya yang terkait dengan uji coba penggunaan media-media pembelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Ahmad, Rohani, 2007, Media Intruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta Arsyad, Azhar.2011. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo AlwiHasan, dkk. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen. Pendidikan Nasional Balai Pustaka. Angkowo. R, A. Kosasih, 2007,Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta,Grasindo Anitah, S., 2008, Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Agus Sujanto, 2006, Psikologi Perkembangan, Jakarta : Aksara Baru. Budiningsih, C. Asri, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta ; Rineka Cipta. Buchori, M. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Aksara Baru Djamarah, Syaiful Bahri, 2008, Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Djaali, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara. Depdikbud, 2006. Kurikulum Pendidikan Dasar, Jakarta : Proyek peningkatan Mutu SLB.
SD, TK, dan
Darmiyati Zuchdi, 2008, Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi, Jakarta; Bumi Aksara. Hamalik,Omar,2007, Media Pendidikan . Bandung : Citra Aditya Bakti. ------------.2010. Kurikulum dan Pembelajaran.Jakarta;Bumi Aksara. Hamid Hassan, S.. 2010, Pendidikan IPS (Definisi,Tujuan, SKL, Konten, Proses dan Asesmen)”Panduan, Yogyakarta: HISPISI. Ngalim Purwanto, 2006, Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Purwanto, Ngalim. M.,2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: RemajaRosdakarya. Rina Rahmawati, 2010, Manajemen Informatika dan Komputer, Nusa Mandiri Jakarta Rahman Saleh. Abdul, 2007. Pendidikan Anak Bangsa. Bandung : Remaja. Rosdakarya Slameto. 2010, Belajar dan Faktor – Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka. Cipta. Sadiman, Arif S.dkk. 2011. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sapriya, 2009, Pembelajaran Dan Evaluasi Hasil Belajar IPS. Bandung : UPI Press. Setyosari, Punaji, Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang : Elang Press Sundawa, D. Masyitoh, S., 2006, Konsep Dasar IPS, Bandung, UPI Press. Whandi. 2010. Pengertian Belajar. http://whandi.net/pengertian-belajar.html. Diakses 7 April 2013. Witherington, Hc, 2009, Psikologi Pendidikan, Terjemahan Mochtar Buchori, Jakarta, Aksara Baru.
Zuchdi, Darmiyati. 2008.Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan.