Last But Not Least - Nilai Kesempurnaan Oleh: Iqbal Islami *)
Pendahuluan Sebagai bagian akhir dari serial tulisan dari penulis tentang nilai-nilai Kementerian Keuangan (Kemenkeu), berikut ini penulis akan menyajikan tulisan mengenai nilai yang kelima atau nilai terakhir dari nilai-nilai Kemenkeu yaitu nilai Kesempurnaan. Last but not least, walaupun nilai ini diurutkan pada urutan terakhir tidak berarti bahwa nilai ini tidak penting dibandingkan dengan empat nilai sebelumnya. Pengertian nilai Kesempurnaan pada nilai-nilai Kemenkeu adalah senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi dan memberikan yang terbaik. Terdapat tiga hal penting dari pengertian tersebut yaitu upaya perbaikan, menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik. Untuk melaksanakan nilai kesempurnaan tersebut dalam praktiknya, terdapat dua perilaku utama yang harus dilakukan yaitu melakukan perbaikan terus menerus dan mengembangkan inovasi dan kreativitas. Dengan memiliki dan menjalankan nilai kesempurnaan ini maka setiap pegawai di lingkungan Kemenkeu diharapkan akan selalu melakukan perbaikan terus menerus. Selalu mencari ruang untuk melakukan perbaikan yang dapat menghasilkan yang lebih baik dan lebih baik lagi. Dalam melakukan upaya perbaikan tersebut maka menjadi penting bagi setiap pegawai di lingkungan Kemenkeu untuk mampu melakukan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru dan berfikir kreatif untuk dapat mencari cara-cara baru atau solusi-solusi baru yang bersifat out of the box dan kemudian merealisasikannya agar dapat menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik.
Perbaikan Terus Menerus Dalam Wikipedia, proses perbaikan terus menerus atau continuous improvement process (CIP) didefinisikan sebagai usaha-usaha yang berkelanjutan untuk memperbaiki atau meningkatkan nilai dari produk, jasa, ataupun proses. CIP ini bisa bersifat perubahan yang 1
kecil ataupun perubahan besar secara sekaligus. Namun demikian, perbaikan tersebut, besar atau pun kecil, sifatnya harus terus menerus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan lebih baik lagi. Perbaikan terus menerus ini sejalan dengan kalimat bijak yang sering sekali kita dengar yaitu hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Perbaikan terus menerus ini berlaku untuk seluruh individu maupun organisasi baik pada sektor pemerintah maupun swasta. Oleh sebab itu, perbaikan terus menerus juga harus dilakukan oleh Kemenkeu. Para pemangku kepentingan Kemenkeu akan terus menerus meminta pelayanan yang lebih baik dan lebih baik lagi dari Kemenkeu. Tingkat pelayanan yang sudah memuaskan para pemangku kepentingan pada saat ini akan tidak lagi memuaskan para pemangku kepentingan tersebut di masa yang akan datang karena banyaknya perubahan yang terjadi. Sebagai contoh, saat ini pelayanan yang bersifat one day service sudah dapat memuaskan para pemangku kepentingan. Namun, seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka para pemangku kepentingan akan semakin meningkatkan tuntutannya. Misalnya, sangat mungkin sekali dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi, mereka ingin pelayanan yang lebih cepat lagi. Mereka yang tadinya puas dengan pelayanan one day service akan menuntut pelayanan yang bersifat one hour service atau bahkan real time service. Menghadapi tuntutan ini, apabila Kemenkeu sebagai penyedia pelayanan tetap saja menyediakan pelayanan one day service, maka pelayanan tersebut tidak akan lagi memberikan kepuasan kepada para pemangku kepentingannya. Untuk menjawab tantangan tersebut, maka menjadi penting bagi setiap pegawai di lingkungan Kemenkeu untuk dapat menjiwai dan melaksanakan nilai kesempurnaan ini. Dengan menjiwai nilai kesempurnaan ini maka kita tidak akan pernah merasa puas dengan apa yang telah dicapai. Kita akan selalu mencari ruang dan peluang untuk melakukan yang lebih baik lagi. Tuntutan yang lebih tinggi dari para pemangku kepentingan tidak dianggap sebagai beban namun dianggap sebagai peluang untuk dapat memberikan pelayanan dan kepuasan yang lebih tinggi lagi. Perbaikan kecil akan lebih mudah dan lebih murah untuk dilaksanakan dibandingkan dengan perbaikan besar atau sekaligus. Dalam perbaikan terus menerus ini maka kita dapat 2
memulainya dari perbaikan-perbaikan kecil misalnya dari apa-apa yang kita lakukan seharihari. Masing-masing pegawai harus selalu berusaha untuk mencari cara-cara baru untuk meningkatkan kinerjanya. Terlebih lagi, ide-ide baru yang berasal dari pegawai itu sendiri biasanya tidak terlalu bersifat radikal tapi lebih bersifat perbaikan-perbaikan kecil sehingga lebih mudah untuk dapat dilaksanakan. Perbaikan terus menerus ini dapat lebih mudah dilakukan apabila seseorang telah menjiwai nilai kesempurnaan dengan baik. Misalnya, seorang pelaksana yang tadinya hanya menunggu perintah dari atasannya dan mengisi waktu luangnya hanya dengan melakukan yang tidak produktif, misalnya dengan mengobrol kosong atau bermain games saja, maka dengan menjiwai nilai kesempurnaan ini, dia akan mempunyai motivasi untuk menghilangkan kebiasaan buruk dan menggantinya dengan kebiasaan yang baik. Secara sukarela dan tanpa disuruh atasannya, dia akan mengisi waktu luangnya dengan melakukan hal yang produktif misalnya dengan membaca peraturan-peraturan yang belum dikuasainya atau meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya agar dapat meningkatkan kompetensinya. Lebih jauh lagi, perbaikan yang datang dari diri sendiri (inside out) akan lebih tinggi tingkat keberhasilan implementasinya dibandingkan dengan perbaikan yang diinisiasi dari luar (outside in). Dengan perbaikan yang berasal dari diri sendiri maka rasa memiliki (ownership) dan motivasi untuk melaksanakan perbaikan tersebut menjadi tinggi sehingga tingkat keberhasilan dari perbaikan yang dilakukan akan menjadi lebih tinggi pula. Salah satu teknik atau alat yang banyak digunakan untuk melakukan perbaikan terus menerus adalah plan-do-check-act (PDCA) cycle, atau dikenal juga dengan nama Deming Cycle atau Shewhart Cycle sesuai dengan nama penemunya yaitu W. Edwards Deming seorang pakar yang sangat terkenal dalam bidang kualitas dan Walter A Shewhart, seorang ilmuwan pada Bell Laboratories yang juga merupakan teman dan mentor dari Deming. Berdasarkan Deming Cycle tersebut maka dalam melakukan perbaikan terus menerus, kita dapat melakukannya dengan tahap-tahap berikut. 1. Plan: Identifikasikan suatu kesempatan untuk melakukan perbaikan dan rencanakan perubahan tersebut. 2. Do: Implementasikan perubahan tersebut pada sebuah skala yang kecil dan ukur hasilnya. 3
3. Check: Nilai hasil yang diperoleh dari perubahan tersebut dan tentukan apakah perbaikan tersebut memberikan hasil yang dinginkan atau tidak. 4. Act: Apabila perubahan tersebut berhasil maka implementasikan perubahan tersebut dengan skala yang lebih luas. Apabila perubahan tersebut tidak berhasil maka mulai lagi siklus dari awal. Dengan menjiwai nilai Kesempurnaan ini, maka penerapan penilaian kenerja yang menggunakan Indikator Kinerja Utama (IKU) tingkat individu untuk masing-masing pegawai di lingkungan Kemenkeu tidak akan dipandang sebagai beban. Malahan, IKU tersebut akan dipandang sebagai tantangan dan peluang untuk memberikan atau menghasilkan kinerja yang lebih baik dari yang telah ditetapkan. Sehingga, IKU tersebut akan dapat menjadi pendorong untuk melakukan perbaikan terus menerus. Dengan demikian, penetapan IKU tidak dilakukan sekedar untuk memenuhi aspek formal namun sudah dapat meningkat untuk masuk ke aspek yang lebih bersifat substansial. Apabila hal itu dapat terjadi maka dapat diharapkan kinerja Kemenkeu secara keseluruhan akan meningkat dengan sendirinya seiring dengan meningkatnya kinerja masing-masing pegawainya. Jadi, perbaikan terus menerus merupakan hal yang tidak dapat ditawar-tawar lagi untuk dilakukan oleh para pegawai Kemenkeu dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Kreativitas Menurut kamus Merriam-Webster, kreativitas dapat diartikan pertama sebagai kemampuan untuk menciptakan (create) dan kedua kreativitas berarti juga mempunyai kualitas untuk menjadi kreatif. Sesuatu dikatakan mempuanyai sifat kreatif apabila hal tersebut merupakan hal yang baru diciptakan dan bukan dari hasil imitasi. Dalam Wikipedia, kreativitas merujuk pada penemuan (invention) atau memulai segala sesuatu yang baru yang mempunyai nilai seperti produk, solusi, karya seni, atau pun cara-cara kerja baru. Menurut Naiman, seorang pakar kreativitas dan inovasi, kreativitas merupakan tindakan untuk merubah ide-ide baru dan imajinatif menjadi realitas. Kreativitas meliputi dua proses yaitu fikiran (thinking) kemudian menghasilkan (producing). Inovasi adalah produksi atau implementasi dari suatu ide. Jika anda punya ide, tapi tidak bentindak atas ide tersebut, maka 4
anda imajinatif tapi tidak kreatif.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kreativitas
meliputi dua hal yaitu creative thinking dan producing. Untuk menjadi orang yang kreatif maka seseorang tidak cukup hanya punya daya imajinasi yang tinggi tetapi juga harus mampu untuk merubahnya menjadi realitas. Menurut Franken, seorang pakar motivasi, untuk menjadi seorang yang kreatif, kita harus mampu untuk melihat sesuatu dengan cara-cara baru ataupun dari perspektif yang berbeda. Dengan lain perkataan, orang yang kreatif harus mampu untuk menghasilkan kemungkinankemungkinan baru ataupun alternatif-alternatif baru. Kreativitas tidak diukur dari banyaknya jumlah alternatif yang ditawarkan tapi dari keunikan dan kebaruan dari alternatif tersebut. Kemampuan untuk menghasilkan alternatif atau melihat sesuatu secara unik tidaklah terjadi dengan kebetulan. Kemampuan untuk menjadi kreatif ini terkait juga kualitas berfikir yang lebih fundamental seperti fleksibilitas, toleransi atas sesuatu yang bersifat ambigu atau tidak dapat diprediksi sebelumnya, dan kesenangan atas hal-hal yang belum diketahui sampai saat ini. Menurut Csikszentmihalyi, seorang pakar psikologi, salah satu karakteristik orang yang kreatif adalah sangat bergairah dan bersemangat (passionate) dengan pekerjaannya namun sekaligus juga mereka dapat bersikap sangat objektif terhadap pekerjaannya. Karakter ini sesuai dengan perilaku kedua dari nilai Profesionalisme pada nilai Kemenkeu yaitu bekerja dengan hati. Dengan memiliki passion terhadap pekerjaannya maka seseorang akan bekerja dengan sepenuh hati, dengan penuh semangat, dan komitmen tinggi sehingga dapat mengeluarkan segala potensi kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut pada akhirnya akan memicu dan mendorong timbulnya kreativitas seseorang sehingga dapat menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru yang bernilai. Oleh sebab itu, dengan memiliki dan menjiwai nilai kesempurnaan dimana kita dituntut untuk dapat melaksanakan perbaikan terus menerus untuk menghasilkan yang terbaik maka kita akan mampu untuk terus mengembangkan kreativitas agar mampu untuk melahirkan ide-ide atau cara-cara baru yang dapat dipakai dalam melaksanakan pekerjaan sehari-hari ataupun untuk pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Ide-ide tersebut selanjutnya diaktualkan dengan diproduksi kalau ide tersebut terkait dengan produk dan diimplementasi apabila ide tersebut terkait dengan jasa dan cara atau pun proses kerja. Sebagai contoh, seorang pelaksana yang tugasnya membuat evaluasi atas suatu kegiatan di kantornya, dengan meliliki nilai Kesempurnaan, dia akan terus memikirkan bagaimana cara 5
untuk melaksanakan pekerjaaan dengan lebih cepat dan lebih baik. Dia tidak akan pernah puas dengan apa yang telah dicapai selama ini. Dia selalu memikirkan cara-cara baru yang tidak pernah dilakukan sebelumnya untuk dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan hasil yang lebih baik baik secara kuantitas maupun kualitas.
Inovasi Dalam kamus Merriam-Webster, inovasi diartikan pertama sebagai pengenalan sesuatu yang baru dan kedua sebagai suatu ide, metode, atau alat baru. Pengertian ini sejalan dengan pengertian inovasi pada Wikipedia yaitu pengembangan nilai pelanggan baru melalui solusi yang memenuhi kebutuhan baru, kebutuhan yang belum dinyatakan, atau kebutuhan pelanggan lama dan pasar lama dengan cara-cara baru yang bernilai tambah. Inovasi ini dicapai melalui produk, proses, jasa, teknologi, atau ide-ide baru yang siap tersedia untuk pasar, pemerintah, dan masyarakat. Inovasi dan kreativitas sangat berkaitan erat. Itulah mengapa dua kata ini seringkali disebut secara bersamaan. Misalnya, kedua kata tersebut digunakan secara bersamaan pada perilaku utama yang kedua dari nilai Kesempurnaan yaitu mengembangkan inovasi dan kreativitas. Inovasi dan kreativitas sangat bergantung pada orang (people) bukan pada alat. Oleh sebab itu, hanya pada organisasi yang mempunyai orang-orang yang mempunyai kompetensi tinggi dalam melakukan inovasi dan kreativitas, organisasi tersebut akan mampu untuk menghasilkan temuan-temuan baru baik berupa produk dan jasa atau pun cara kerja baru yang lebih bernilai bagi organisasi itu sendiri atau pun untuk para pemangku keperntingannya. Menurut Loop, seorang pakar inovasi, inovasi dibangun berdasarkan kebebasan (freedom) dan kebebasan dibangun berdasarkan kepercayaan (trust). Untuk itu, pada suatu organisasi yang menginginkan adanya inovasi maka organisasi tersebut harus memberikan kepercayaan pada orang-orangnya. Tanpa kepercayaan, suatu organisasi tidak akan dapat membangun suatu budaya inovasi yang tumbuh subur dalam organisasi tersebut. Lebih jauh lagi, Loop mengatakan bahwa kepercayaan dalam konsep ini merupakan jalan dua-arah, yaitu top-down dan bottom-up. Artinya, selain manajemen mempercayai para pegawainya, para pegawai 6
harus pula mempercayai manajemen mereka. Para pegawai harus meyakini, bahwa lateral thinking dan oposisi bukanlah hal yang buruk yang akan mengakibatkan mereka mendapakan penilaian negatif. Untuk mendorong budaya inovasi tersebut, seorang pemimpin tidak boleh takut akan kegagalan. Walaupun pegawai atau bawahannya melakukan kegagalan dalam melakukan inovasi, mereka tetap harus memberikan kepercayaannya kepada para pegawainya untuk terus mencoba sampai mereka berhasil. Sekali saja muncul ketidakpercayaan dari para pemimpin terhadap para bawahannya karena kegagalan yang mereka alami, maka di masa yang akan datang para bawahannya tersebut akan takut untuk melakukan inovasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Von Oech seorang inventor, penulis, dan pakar teori kreativitas yaitu “Remember the two benefits of failure. First, if you do fail, you learn what doesn't work; and second, the failure gives you the opportunity to try a new approach.” Artinya, untuk dapat melakukan inovasi kita tidak boleh takut dengan kegagalan. Walaupun kita gagal maka tetap ada manfaat yang dapat kita peroleh yaitu kita menjadi tahu mengapa kegagalan tersebut terjadi. Sebagai contoh, dapat diilustrasikan apa yang terjadi pada waktu Thomas Alva Edison berusaha menemukan lampu pijar. Barulah setelah ia melakukan ribuan kali percobaan, dengan berbagai jenis filament, untuk mendapatkan material yang dapat berpijar dengan baik dan tahan lama, akhirnya ia dapat menghasilkan sebuah lampu pijar yang tahan lebih dari 1.500 jam. Apabila ia berhenti untuk terus melakukan percobaan setelah mengalami kegagalan berulang kali, maka dia tidak akan dikenal sebagai penemu lampu pijar seperti yang kita kenal sekarang ini. Dalam melakukan inovasi, maka kegagalan merupakan hal yang biasa. Apabila kita takut gagal maka kita akan terus melakukan hal yang sama atau cara yang sama. Akibatnya, kita akan diam di tempat dan tidak akan mengalami kemajuan. Apabila ini dilakukan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut akan tertinggal dan bahkan akan ditinggalkan pelanggannya yang berpindah ke kompetitornya karena kompetitornya mampu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan baru dari para pelanggannya. Demikian juga dengan Kemenkeu, sebagai suatu institusi pemerintah, Kemenkeu harus terus melakukan inovasi untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pemangku 7
kepentingannya. Para pimpinan di Kemenkeu harus mampu untuk membangun dan mendorong
budaya inovasi dalam unit kerjanya masing-masing. Salah satunya adalah
dengan memberikan kepercayaan kepada para bawahannya untuk mencoba ide-ide baru, cara-cara baru, atau pun hal-hal yang baru. Mereka tidak boleh takut akan kegagalan. Kegagalan harus dipandang secara positif sebagai kesempatan untuk belajar mengapa kegagalan tersebut terjadi sehingga tidak akan mengulanginya lagi di masa yang akan datang.
Kesimpulan Last but not least, terakhir tapi bukan tidak penting. Itulah hal tepat dikatakan untuk nilai Kesempurnaan yang ditempatkan sebagai nilai kelima atau terakhir
dari lima nilai
Kemenkeu. Walaupun Kesempurnaan adalah nilai yang terakhir namun bukanlah nilai yang tidak penting. Malahan keberadaan nilai ini sangat penting bagi empat nilai yang lain agar nilai-nilai tersebut dapat mencapai hasil yang maksimal. Nilai Integritas, Profesionalisme, Sinergi, dan Pelayanan akan seperti masakan yang tidak bergaram apabila tidak dilengkapi dengan nilai Kesempurnaan. Dengan adanya nilai Kesempurnaan ini diharapkan setiap orang di lingkungan Kemenkeu akan senantiasa melakukan upaya perbaikan di segala bidang untuk menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik. Dengan menjiwai nilai kesempurnaan ini maka perilaku untuk melakukan perbaikan terus menerus dan mengembangkan inovasi dan kreativitas akan menjadi budaya yang hidup dalam kegiatan sehari-hari pada seluruh unit kerja di Kemenkeu. *) Penulis adalah Widyaiswara Madya pada Pusdiklat PPSDM
Daftar Pustaka: 1.
Csikszentmihalyi, Mihaly, From Creativity - Flow and the Psychology of Discovery and Invention, dimuat di http://www.csun.edu/~vcpsy00h/creativity/define.htm, diakses tanggal 4 Januari 2013
2.
Franken,
Robert
E.
From
Human
Motivation,
3rd
ed.,
dimuat
di
http://www.csun.edu/~vcpsy00h/creativity/define.htm, diakses tanggal 4 Januari 2013 3.
Loop, Dirk, Innovation Management – on line Magazine, How to create a culture that supports innovation?,
http://www.innovationmanagement.se/imtool-articles/creating-a-culture-where-
innovation-can-thrive/, diakses tanggal 8 Januari 2013 4.
Naiman, Linda, Creativity at Work, http://www.creativityatwork.com/quotes-creativity-innovationworkplace/#.UOvm-5G9_xg, diakses tanggal 8 Januari 2013
5.
Von Oech, Roger, http://www.brainyquote.com/quotes/authors/r/roger_von_oech.html, diakses tanggal 8 januari 2013
8
6.
Kamus Merriam-Webster, mobile version
7.
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Innovation, diakses tanggal 8 Januari 2013
8.
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Creativity, diakses tanggal 4 Januari 2013
9.
Wikipedia, http://en.wikipedia.org/wiki/Continual_improvement_process, diakses tanggal 3 Januari 2013
9