Laporan Ringkas Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan 2013
Daftar Isi : 1.
Analisis Kebijakan Penelolaan Kawasan Budidaya Laut di Provinsi Sulawesi Selatan (Studi Kasus Kabupaten Takalar dan Bantaeng)
2.
Analisa Potensi Ekosistem “Karbon Biru” sebagai Mitigasi Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Provinsi Sulawesi Utara
3.
Analisis Kebijakan Pengembangan Pulau-pulau Kecil Berbasis Konservasi di Kabupaten Wakatobi
4.
Penyusunan Model Kebijakan Ekonomi Biru Berbasis Perikanan Pelagis Besar di Perairan Barat (Studi Kasus:Pps Bungus) Sumatera
5.
Analisis Potensi BLUE CARBON di Wilayah Kepulauan Derawan danTanjung Lesung sebagai Mitigasi Perubahan Iklim Global
6.
Analisis Karakteristik Dinamika Laut Selat Madura, sebagai faktor Penentu dalam Peningkatan Kualitas Produksi Garam Rakyat
7.
Analisis Kondisi Geodinamika terhadap Potensi Sumber Daya Perairan Teluk Kao Halmahera
8.
Kajian Karakteristik Sumber Daya Aktivitas Hidrotermal dan Lingkungan Laut Kawasan Halmahera Selatan
9.
Penataan Klaster Kawasan Industri Garam Rakyat
10.
Pengolahan Limbah Garam untuk Mendapatkan Magnesium Hidroksida sebagai Bahan Baku Industri
11.
Pemeliharaan Mutu Air Cuci Garam Melalui Sistem Filter dan Bak Air
12.
Analisis Sumberdaya Kawasan Mangrove Manggar Kabupaten Belitung Timur Dalam Rangka Pengelolaan Wilayah Pesisir
13.
Pemetaan Kualitas Air Tua sebagai Bahan Turunan Garam
14.
Pengembangan Pulau Madura sebagai Sentra Ekonomi Biru Berbasis Industri Garam Rakyat
15.
Penerapan IPTEK untuk Pengembangan Model Kawasan Industri Garam Rakyat
16.
Kajian Sumber Daya dan Dinamika Laut Natuna sebagai Basis Data Kelautan di WPP 711
17.
Analisis Sumberdaya Kelautan di WPP 717 dan WPP 718 dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
18.
Kajian Perubahan Monsun di Perairan Indonesia (MOMSEI)
19.
Kajian Variabilitas Laut-Iklim dan Hidrodinamika di Perairan Indonesia
20.
Penyusunan Strategi Klaim Batas Landas Kontinen Indonesia (LKI) di Luar 200 mil Laut
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 1. Analisis Kebijakan Penelolaan Kawasn Budidaya Laut di Provinsi Sulawesi Selatan (Studi Kasus Kabupaten Takalar dan Bantaeng) Latar Belakang : Dendrogram physico-chemical water parameters
Similarity
80.47
86.98
93.49
1 3 2 5 32 6 33 13 18 41 25 12 39 14 9 36 17 40 28 48 56 10 37 50 11 38 51 19 42 15 22 45 52 26 24 47 21 44 4 20 43 55 27 7 34 8 35 29 49 30 54 31 16 23 53 46
100.00 Observations
Kabupaten Takalar dan Bantaeng merupakan daerah yang potensial untuk pengembangan rumput laut. Luas wilayah Kabupaten Takalar sekitar 566,51 km2, dimana 240,88 km2 diantaranya merupakan wilayah pesisir dengan panjang garis pantai sekitar 74 km, luas pantai sekitar 246,99 km2 atau 46,6% luas wilayahnya. Kabupaten Bantaeng mempunyai potensi lahan sekitar 6.000 Ha dan sudah dikelola seluas 1.965 Ha. Adapun produksi rumput laut yang dihasilkan antara 1.000-1.500 kg/ha/siklus berat kering pada musim baik (Maret-Juli) dan dari segi kualitas, rendemen yang dihasilkan berkisar 25-30%. Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan adalah Eucheuma cottonii. Jenis ini mempunyai nilai ekonomis penting karena sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri dan perdagangan karaginan mempunyai manfaat yang sama dengan agar-agar dan alginat, karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, kosmetik, makanan dan lain-lain. Tujuan : 1. Mengidentifikasi potensi dan kebutuhan ruang perairan kawasan budidaya rumput laut, 2. Mengestimasi daya dukung yang dapat dimanfaatkan bagi kegiatan budidaya rumput laut secara berkelanjutan, 3. Merumuskan kebijakan pengelolaan budidaya rumput laut. Metode : Penelitian dilaksanakan di bagian selatan Propinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Kabupaten Takalar dan Bantaeng. 1. Parameter fisika-kimia perairan dianalisis dengan menggunakan Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis/PCA), Hubungan antara parameter fisika-kimia perairan dengan produksi rumput laut dianalisis menggunakan regresi linear berganda 2. Potensi kawasan budidaya rumput laut, menggunakan SIG berbasis matriks kesesuaian yang disusun berdasarkan parameter fisika-kimiawi perairan, disusun dengan pembobotan (weighting) dan pengharkatan (scoring), sedangkan kebutuhan ruang perairan menggunakan ecological footprint (EF). 3. Implikasi kebijakan., diperoleh dari atribut sensitif dengan pendekatan Rapfish, berbasis Multi Dimensional Scaling. Hasil : 1.
. Analisis ragam (Anova) terhadap parameter fisika-kimia perairan dengan produksi rumput laut, menunjukkan bahwa produksi di Kecamatan Sanrobone dipengaruhi oleh parameter suhu, BOT dan kedalaman, sedangkan di Kecamatan Mangarabombang, yaitu suhu, DO dan kecepatan arus. 2. Estimasi daya dukung ruang perairan untuk pengembangan kawasan budidaya rumput laut menunjukkan ruang perairan Kabupaten Takalar dan Bantaeng mengalami surplus dan memiliki tingkat keberlanjutan dimana tingkat kebutuhan ruang lebih kecil dibandingkan ketersediaan ruang perairan untuk budidaya rumput laut. 3. Dimensi hukum-kelembagaan dan ekonomi merupakan dimensi yang paling rendah indeks keberlanjutannya. Intervensi kebijakan yang dapat dilakukan adalah mendorong pergeseran status nelayan kecil menjadi nelayan mandiri dan memfasilitasi mereka agar lebih berdaya dan memiliki kemampuan penyangga ekonomi keluarga yang kuat melalui diversifikasi produk hasil olahan rumput laut.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Kab. Takalar dan Kab Bantaeng Prov. Sulawesi Selatan Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Dr. Taslim Arifin Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Hadiwijaya Lesmana Salim, M.Si Sumber Dana : - RM : Rp. 165.020.000,00- Realisasi: Rp. 157.634.900,00Muhammad Ramdhan, MT - PHLN : Herawati Haruna, S.Pi
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : : Dinas KP
1
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 2. Analisa Potensi Ekosistem “Karbon Biru” sebagai Mitigasi Perubahan Iklim di Wilayah Pesisir Selatan Provinsi Sulawesi Utara Latar Belakang : Secara alami ekosistem laut dan pesisir ini menyerap gas karbon dari atmosfir serta memanfaatkan karbon inorganik lainnya dalam mekanisme autotrofik melalui proses fotosintesis. Di laut, fitoplankton dan alga sangat berperan penting dalam menjaga keseimbangan antara budget karbon di atmosfir dan laut. Sedangkan di pesisir, ekosistem mangrove dan padang lamun menyumbang kontribusi yang nyata secara alami dalam penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk material organik. Karbon organik dan inorganik ini juga ternyata tersimpan di dalam sistem sedimen/subsrat yang ada dan biasanya diperhitungkan sebagai total karbon. Informasi tentang pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir terutama di wilayah Teluk Tomini dalam upaya mitigasi perubahan iklim belum tereksplorasi. Hal ini sangat terkait dengan komplesitas sistem alami yang ada di wilayah pesisir selatan Provinsi Sulawesi Utara, ditambah dengan meningkatnya aktifitas pembangunan di wilayah tersebut. Untuk itu, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir pada tahun 2013 ini menginisiasi sebuah kegiatan penelitian di Kabupaten Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow Timur yang berada di wilayah Teluk Tomini. Kegiatan ini direncanakan akan berlangsung selama 3 tahun yaitu tahun 2013 – 2015. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui jenis dan tingkat pemanfaatan/pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir yang meliputi ekosistem mangrove, padang lamun dan rumput laut. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika pengelolaan ekosistem laut dan pesisir 3. Mengetahui potensi ekosistem laut dan pesisir dalam mitigasi perubahan iklim Metode : Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam beberapa tahap yaitu perencanaan, kegiatan survei lapangan dan pelaporan. Kegiatan perencanaan terdiri atas pertemuan konsultasi dengan para narasumber, pakar dan serta forum pemangku kepentingan (stakeholder) terkait serta pertemuan koordinasi internal. Kegiatan konsultasi ini dilaksanakan di kota Bogor dan Manado. Untuk survey digunakan metode purposive sampling dengan teknik pengukuran dan pengambilan data untuk masing-masing eksosistem mengacu pada metode seagraswatch (lamun), serta Bengen (2000) dan Kauffman & Donato (2012) di ekosistem mangrove. Hasil : 1. Distribusi parameter perairan suhu, salinitas dan pH di perairan Teluk Buyat dan Teluk Totok nilainya cenderung meningkat ke arah perairan terbuka. 2. Terdapat tujuh spesies lamun dalam dua famili. Famili Hydrocharitaceae tiga jenis yaitu Enhalus acoroides (Ea), Thalassia hemprichii (Th) dan Halophila ovalis (Ho).Empat jenis dari famili Cymodoceaceae yaitu Cymodocea serrulata (Cs), Cymodocea rotundata (Cr), Halodule pinifolia (Hp) dan Syringodium isoetifolium (Si). 3. Kisaran prosentase penutupan rata-rata antara 22,5% - 89,5%. Kerapatan individu lamun perstasiun tertinggi lamun jenis Ho sebesar 473 ind/m2. Nilai INP tertinggi pada lamun jenis Ea sebesar 128% diikuti dengan urutan ke 2 sampai ke 7 sebagai berikut: Si (41%), Th (36%), Ho (27%), Cs (26%), Cr (24%) an Hp (17%). 4. Keberadaan lamun di lokasi penelitian sebagian dalam kondisi kurang baik. 5. Berdasarkan hasil perhitungan citra satelit, luas lahan mangrove di pesisir selatan mengalami peningkatan dari 1298,64 ha (2001) menjadi 1370,495 ha (2007). 6. Jenis mangrove yang ada sebanyak 9 jenis yaitu Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera hainessii, Bruguiera cylindrica,Xylocarpus granatum, Schyphiphora hydrophyllacea, Avicennia alba dan Avicennia eucalyptifolia. R. stylosa dan R. apiculata juga tumbuh di kawasan penelitian walalupun tidak teramati di dalam transek pengamatan. 7. Diameter rata-rata mangrove yang ada berkisar antara 6,20 – 14,10 cm. Diameter pohon tertinggi sebesar yaitu 61,78 cm jenis B. gymnorhiza. 8. Kisaran nilai rata-rata biomass adalah 0,02 – 0,2 ton. Rata-rata biomass mangrove di Kec. Ratatotok dan Kotabunan pada luasan 550 ha berkisar antara 23,72 – 217,56 ton. 9. Kegiatan penelitian dan hasilnya didesiminasikan pada beberapa acara seperti FGD, PIT X ISOI, Radio Green FM.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Kab. Pohuwato, Kab. Boalemo, Kab. Gorontalo di Provinsi Gorontalo (Teluk Tomini) Terry L. Kepel, M.Sc Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Dr. Andreas Hutahaean Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Restu Nur Afi Ati, M.Si Sumber Dana : - RM : Rp 153.120.000,00Realisasi: Rp. 152.973.300,00Agustin Rustam, M.Si - PHLN : August Daulat, S.STPi M. Astrid Kusumaningtyas, S.SI Peter Mangindaa, M.Si
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : : Dinas KP, NGO, Universitas, Swasta
2
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 3.Analisis Kebijakan Pengembangan Pulau-pulau Kecil Berbasis Konservasi di Kabupaten Wakatobi Latar Belakang : Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki wilayah perairan pesisir yang unik dan memiliki nilai cukup strategis dalam pembangunan ekonomi, baik dalam pemanfaatan ekonomi maupun ekologinya. Dalam pengelolaannya diperlukan keterpaduan antar berbagai kegiatan dalam koordinasi dan mengarahkan berbagai kegiatan yang ada di wilayah pesisir tersebut. Hal ini dimaksudkan sebagai suatu upaya secara terprogram untuk mencapai tujuan yang dapat mendukung antara berbagai kepentingan agar terpelihara lingkungan dan tercapainya pembangunan ekonomi dalam rangka kebijakan MP3EI. Wakatobi juga merupakan nama kawasan taman nasional yang ditetapkan pada tahun 1996, dengan total area 1,39 juta ha, menyangkut keanekaragaman hayati laut, skala dan kondisi karang; yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. Kabupaten ini mempunyai 25 gugusan terumbu karang yang masih asli dengan spesies beraneka ragam bentuk. Taman laut yang dinilai terbaik di dunia ini sering dijadikan ajang diving dan snorkling bagi para penyelam nasional maupun internasional. Dengan seluruh potensi yang ada, Kabupaten Wakatobi membutuhkan percepatan pengembangan ekonomi yang berbasis kelautan dan perikanan agar kesejahteraan bagi seluruh masyarakat dapat diwujudkan lebih dini. Tujuan : 1. Mengetahui pengembangan Pulau-Pulau Kecil Berbasis Konservasi di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara 2. Memetakan pengembangan Pulau-Pulau Kecil Berbasis Konservasi di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara 3. Memberikan bahan rekomendasi pengelolaan Pulau-Pulau Kecil Berbasis Konservasi di Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara Metode : 1. Metode pengamatan dan pengukuran langsung di lapang dengan menggunakan metode Point Intercept Transect dan metode visual sensus 2. Metode purposive sampling secara in situ 3. Metodepengamatan geologi (litologi penyusun), morfologi pantai, dan karakteristik garis pantai berdasarkan metode Dolan et al (1975) 4. Analisis kesesuaian kawasan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) 5. Analisis Ekonomi Wilayah menggunakan Analisis LQ untuk mengetahui kemampuan suatu sub-wilayah dalam sektor/kegiatan tertentu 6. Analisis Prospektif Partisipatif untuk pengambilan keputusan bagi kelanjutan pembangunan Hasil : Hasil riset berupa peta pengembangan Pulau-Pulau Kecil Berbasis Konservasi khususnya pengembangan wisata bahari di Pulau Wangi-wangi dan sekitarnya, Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara. Peta ini menunjukkan pengembangan kawasan wisata bahari antara lain berada di utara Pulau Wangi-wangi, Kecamatan Wangi-wangi dan di utara Pulau Kapota, Kecamatan Wangi-wangi Selatan dengan luas sekitar 2.786,9 hektar atau 20,3% dari luas total wilayah kawasan. Perlu adanya manajemen yang baik dengan menambahkan teknologi pada daerah wisata bahari sesuai marjinal sehingga dapat meningkat menjadi sesuai. Hasil pengamatan dan pengukuran langsung di lapang menunjukan terumbu karang di daerah penelitian memiliki bentuk wall (reef wall) dan tubir (reef slope), berjarak 200-300 meter dari pinggir pantai dengan kedalaman ±2 meter lalu berbentuk tubir hingga kedalaman mencapai 100 meter. Ikan karang di daerah penelitian ditemukan 17 famili ikan karang yang terdiri dari 89 spesies. Hasil penelitian kualitas air di daerah penelitian sebagai daerah wisata bahari berdasarkan parameter yang terukur masih dalam kondisi bagus. Karakteristik pantai daerah penelitian secara keseluruhan termasuk jenis pantai berpasir bercampur pecahan karang kemudian pantai bertebing karang (cliff), dan pantai berkantong (sandy pocket beach). Berdasarkan analisis Prospektif Patisipatif diperoleh empat variabel utama: 1. Prilaku Masyarakat menjaga lingkungan, 2. Karakter Masyarakat, 3. Sumber Daya Manusia dan 4. Motivasi. Keempat variabel tersebut berperan dalam penyusunan regulasi kebijakan Pengembangan Pulau-Pulau Kecil Berbasis Konservasi di Kabupaten Wakatobi.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara Yulius, M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan 1. Dr. Taslim Arifin, M.Si Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek 2. Dr. Dini Purbani Sumber Dana : - RM : Rp. 158.400.000,00Realisasi: Rp. 157.561.000,003. Muhammad Ramdan, ST, MT - PHLN : 4. Hadiwijaya LS, M.Si. 5. Aida Heriati. MT
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
3
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 4. Penyusunan Model Kebijakan Ekonomi Biru Berbasis Perikanan Pelagis Besar di Perairan Barat Sumatera(Studi Kasus:Pps Bungus)
Aktivitas kegiatan Ekonomi Biru melakukan wawancara dengan stkaeholder, nelayan dan meninjau lokasi TPI Muaro Kota Padang
Latar Belakang : Pelagis Besar (Tuna, Tongkol dan Cakalang) merupakan komoditas utama Propinsi Sumatera Barat ditangkap dalam skala industri dan rakyat menggunakan armada kapal antara < 10 GT hingga > 35 GT. Hasil tangkapan pelagis besar skala industri berukuran antara > 35 G Kg dan < 30 Kg, hasil tangkapan umumnya jenis tuna mata besar dan madidihang sedangkan skala rakyat hasil tangkapan < 10 kg hasil tangkapan tuna kategori baby tuna terdiri dari 2 jenis tuna yaitu tuna sirip kuning/madidihang (Thunnus albacares) dan tuna matabesar (Thunnus obesus). Kondisi yang terjadi antara PPS Bungus dan TPI Muara Anai Kota Padang berbeda. PPS Bungus ikan tuna diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, kelompok A langsung dieksport ke Jepang, Kelompok B diolah menjadi loin dan stik sedangkan Kelompok C dipasarkan di pasar lokal. Hasil tangkapan ikan tuna tidak semua dapat diolah, bagian yang tidak diolah yaitu: sirip punggung dan sirip ekor, yang selalu terbuang dan menimbulkan polusi. Sesuai dengan konsep Ekonomi Biru tidak menimbulkan limbah (less wasting) sehingga perlu adanya peningkatan industri dalam pengelolaan limbah sirip ikan yang tentunya berkaitan dengan peningkatan sumberdaya manusia. Sedangkan kondisi di TPI Muaro Kota Padang hasil tangkapan ikan tuna sebagian besar baby tuna, hal ini terjadi karena para nelayan menggunakan kapal tangkapan berukuran < 10 GT sehingga ruaya sekitar lokasi disekitar Kepulauan Mentawai. Oleh karena itu agar para nelayan dapat menangkap ikan tuna dengan berat > 10 kg perlu adanya inovasi umpan agar target tangkapan tuna dapat tercapai. Dalam upaya peningkatan inovasi umpan disertai dengan peningkatan sumber daya manusia Tujuan : Menyusun model kebijakan penerapan ekonomi biru sumberdaya perikanan tuna
Grafik Indeks Location Quotient Produksi Ikan TCT di Kota Padang 2007-2011 (Sumber: Pengolahan Data, 2013)
Hasil analisis pengaruh langsung antar variabel
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Metode : - Analisis suhu permukaan laut dan khlorofil-a sebagai parameter distribusi ikan pelagis besar di Perairan Barat Sumatera untuk membuat peta sebaran tuna berbasis Sistem Informasi Geografis - Analisis Ekonomi Wilayah menggunakan Analisis LQ untuk mengetahui kemampuan suatu sub-wilayah dalam sektor/kegiatan tertentu - Analisis Prospektif Partisipatif untuk pengambilan keputusan bagi kelanjutan pembangunan dengan cara mengidentifikasi variebel kunci dan analisis antar-variabel - Analisis skenario terhadap variabel kunci untuk menentukan kondisi ideal penerapan ekonomi biru berbasis perikanan pelagis Hasil : . Suhu rata-rata perairan 25o-31oC dan klorofil-a 0,025-0,25 mg/m3 . Kondisi demikian sesuai untuk jenis Tuna: 1). Madidihang/Yellowfin tuna (Thunnus albacares), 2). Tuna mata besar (Thunnus obesus), 3). Albakora (Thunnus alalunga) dan 4). Cakalang/skipjack (Katsuwonus pelamis) (Uktolseja et el. 1998 dalam Widjopriono dan Abdul Samad Genisa 1999) Ke empat jenis Tuna yang terdapat di perairan Barat Sumatera atau yang berada di WPP 572 mempunyai nilai ekonomis untuk itu dilakukan analisis location quotient (LQ), menggunakan data Jumlah Produksi dan Nilai Ikan menurut Jenis Ikan dari tahun 2007 sampai 2011. Hasil analisis data selama 5 tahun dari tahun 2007 hingga 2011, potensi terbesar terjadi pada tahun 2010 dengan besar indeks LQ 3.9 dan terendah di tahun 2009 dengan nilai indeks LQ sebesar 3.7. Nilai indeks LQ lebih dari 3 untuk setiap tahun pengamatan dari tahun 2007 sampai 2011. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sektor perikanan pelagis besar berjenis TTC (Tuna Tongkol dan Cakalang) memiliki potensi yang sangat baik di kota Padang. Analisis Prospektif Patisipatif untuk menyusun kebijakan ekonomi biru berbasis perikanan pelagis besar di perairan Barat Sumatera melibatkan 15 personil yang terdiri dari instansi: Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sumatera Barat, Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Padang, Pelabuhan Perikanan Samudera Bungus, Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumatera Barat, PT Dempo dan Nelayan PPS Bungus dan TPI Muaro Kota Padang. Hasil dari analisis diperoleh 4 (empat) variabel penyusun kebijakan yaitu: 1. Ramah Lingkungan, 2. Kebersamaan Gotong Royong, 3. Peningkatan Industri dan 4. Tidak Menyisakan Limbah/Zero Waste.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Pelabuhan perikanan di Sumatera Barat Dr. Dini Purbani Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Sumber Dana : - RM : Rp. 209.170.000,00Realisasi: Rp. 195.119.400,00- PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
4
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 5. Analisis Potensi BLUE CARBON di Wilayah Kepulauan Derawan danTanjung Lesung sebagai Mitigasi Perubahan Iklim Global Latar Belakang :
Estimasi DBH = 76,43 – 232, 48 cm
Penelitian ini membahas mengenai potensi karbon biru yang berasal dari ekosistem pesisir sebagai bagian dari upaya untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim global. Ekosistem mangrove dan padang lamun memberikan kontribusi nyata secara alami untuk penyerapan dan penyimpanan karbon dalam bentuk material organik. Karbon organik dan inorganik juga tersimpan dalam sistem sedimen atau subsrat dan diperhitungkan sebagai total karbon sehingga dapat dihitung sebagai bagian dari carbon sink di lautan
b). S.alba Th
Ho
a). R. mucronata
Kepulauan Derawan
Tanjung Lesung
Tujuan: 1. Memperoleh informasi dasar mengenai BLUE CARBON di perairan Kepulauan Derawan dan Tanjung Lesung 2. Mengetahui peranan BLUE CARBON di perairan Indonesia dalam mitigasi perubahan Iklim Globa 3. Mengkaji penerapan BLUE CARBON dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara terpadu dan berkelanjutan sebagai bagian dari carbon incentive mechanisms Metode: Variabel utama yang diukur dalam penelitian adalah mengetahui nilai biomass lamun - mangrove, potensi penyerapan karbon pada lamun, mangrove dan sedimen. Data oseanografi fisik-kimia, data meteorologi dan klimatologi, dan struktur komunitas merupakan variabel pendukung untuk mengetahui karakteristik wilayah penelitian serta mendukung variabel utama. Biomassa lamun dihitung dengan menghitung berat kering yang dikalikan dengan kerapatan (kepadatan) lamun dalam satu meter persegi. Perhitungan Biomass mangrove dilakukan dengan menggunakan persamaan allometrik berdasarkan masing-masing jenis mangrove. Estimasi jumlah karbon tersimpan per komponen dihitung dengan mengalikan total berat biomassanya dengan konsentrasi karbon. Hasil: Hasil analisa biomassa dan karbon stok pada dua lokasi yang berbeda didapati hasil bahwa ekosistem pesisir Teluk Miskam, Tanjung Lesung memiliki nilai karbon stok yang lebih besar daripada pesisir Tanjung Bohei-Tanjung Batu, Kepulauan Derawan. Potensi blue carbon pada ekosistem lamun, mangrove dan substrat Teluk Miskam, Tanjung Lesung berkisar antara 410,914 gbk/m2 atau 132,1747 gC/m2; 49,44 – 55,33 ton C ha -1 untuk jenis Avicennia marina dan 0,124-0,134 gC/m2 pada sedimen lamun (0-30cm) dan 5,81 – 6,98 Mg ha -1 untuk substrat mangrove di kedalaman 40-50cm. Pesisir Tanjung Bohei-Tanjung Batu, Kepulauan Derawan memiliki potensi karbon stok di ekosistem pesisir lamun, mangrove dan substrat dengan kisaran yang lebih rendah yaitu karbon total lamun Halophila ovalis sebesar 10,061 gC/m2, Haludule uninervis sebesar 3,824 gC/m2, Thalassia hemprichii sebesar 1,25 gC/m2 dan Halodule pinifolia sebesar 0,799 gC/m2; total karbon stok mangrove di pesisir Tanjung Bohei - Tanjung Batu adalah sebesar 0,18 – 673,01 ton C ha-1 dan karbon stok sedimen mangrove di Tanjung Bohei - Tanjung Batu berkisar antara 0,06 – 6,77% atau setara dengan 0,07 – 8,63 Mg ha-1. Hasil rasio antara karbon dan nitrogen menunjukkan bahwa Ekosistem lamun di Kepulauan Derawan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menyimpan karbon daripada nitrogen, Sebaliknya, ekosistem mangrove memiliki kemampuan sangat baik dalam menyimpan nitrogen, sehingga nilai karbon stok pada mangrove relatif rendah. Menjaga, memelihara dan mengelola ekosistem pesisir dapat membawa banyak keuntungan, selain kelestarian hutan dan biota laut lainnya, juga dapat memberikan devisa bagi pemerintah karena menjadikannya sebagai carbon incentive mechanism.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 / E-mail :
[email protected] Kepulauan Derawan danTanjung Lesung Andreas A. Hutahaean, M.Sc Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama Restu Nur Afi Ati, M.Si; Terry L. Kepel, M.Sc; Agustin Program APBN Pengguna : Penelitian dan Pengembangan Iptek Rustam, M.Si; M.Astrid.K, S.Si, A. Daulat, S.ST.Pi dan Sumber Dana : - RM : Rp. 370.570.000,00Realisasi: Rp. 367.740.000,00Peter Mangindaan, M.Si - PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
: : Direktorat lingkup KKP seperti Ditjen : KP3K, Dirjen PSDKP, SekJen KP dan Balitbang KP. Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat dan Universitas dan Masyarakat
5
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 6. Analisis Karakteristik Dinamika Laut Selat Madura, sebagai faktor Penentu dalam Peningkatan Kualitas Produksi Garam Rakyat
Pengambilan data lapangan
Latar Belakang : Dikenal sebagai Pulau Garam tentunya Pulau Madura memiliki karakteristik khusus yang sangat dominan bagi produktivitas garam di Indonesia. Dari sisi bahan baku, garam di Pulau Madura sangat bergantung pada kualitas air laut perairan Selat Madura. Dengan kondisi lingkungan perairan yang cenderung berubah akibat perubahan iklim, menumpuknya berbagai polutan, bahkan konsekuensi dari buangan lumpur Lapindo tentunya berpengaruh besar terhadap kualitas air laut perairan Selat Madura sebagai bahan baku utama produksi garam di Pulau Madura. Perairan Selat Madura mempunyai pola aliran permukaan yang tidak konsisten dimana kecepatan arus permukaan bervariasi antara 0,013 – 0,77 m/detik. Pada musim Barat hingga peralihan I (Desember-Mei) arus permukaan ini bergerak dari Barat ke Timur namun sebaliknya pada musim Timur hingga peralihan II (Juni-November) arus permukaan cenderung bergerak dari Timur ke Barat. Pada kolom air bagian tengah dan dasar perairan, kecepatan arus sangat kecil, berkisar antara 0,076 – 0,10 m/detik. Kondisi ini dimungkinkan karena bathimetri antara Selat Madura bagian Timur dengan bagian Barat memiliki perbedaan kedalaman cukup signifikan sehingga pergerakan arus tengah dan dasar perairan banyak mengalami refleksitas dan peredaman. Salinitas di perairan Selat madura cukup bervariasi pada tiap area dan kedalaman. Pada bulan Maret hingga Mei, salinitas perairan Selat Madura bervariasi dari 29,5 – 32,5 %0. Salinitas tertinggi dengan nilai 31,5 %0 tercatat ada pada area perairan depan Sumenep dan Pamekasan sedangkan pada kolom airnya, salinitas tertinggi terdapat pada kedalaman lebih dari 40 meter dengan nilai 32,5 %0. Selanjutnya memasuki bulan September hingga November nilai salinitas perairan Selat Madura makin bertambah tinggi yaitu antara 32,80 – 35 %0. Tujuan : Diketahuinya pola sirkulasi massa air laut perairan Selat Madura pada musim Barat dan musim Timur Diperolehnya komposisi unsur mineral yang terkandung pada air laut di lokasi kajian, serta Diketahuinya model pengelolaan dan pemanfaatan air laut bagi bahan baku produksi garam rakyat
Distribusi salinitas musim Barat
Distribusi salinitas musim Timur
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Metode : Teknik pengumpulan data lapangan yang dilakukan dengan teknik observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan sesuatu obyek secara sistematik atas fenomena yang diselidiki. Observasi dapat dilakukan sesaat ataupun mungkin dapat diulang. Analisis mineral air laut dilakukan di laboratorium menggunakan metode spektrofotometer, spektrofotometer serapan atom (atomic absorption spectrophotometer), dan kromatografi gas. Hasil : Pada musim Barat, massa air dari Laut Jawa yang bergerak melalui Selat Surabaya lebih dominan memberikan tekanan pada perairan Selat Madura, sedangkan pada musim Timur, massa air dari laut flores serta tekanan dari Samudra Hindia yang melewati Selat Bali, lebih dominan memberikan tekanan pada perairan Selat Madura di semua kedalaman. Pertemuan arus permukaan antara massa air dari Laut Jawa dan Laut Flores terjadi di sekitar perairan Sampang dan Pamekasan, sehinggga kondisi ini sering menimbulkan turbulensi dan gelombang tinggi. Adapun pergerakan arus dasar perairan Selat Madura lebih dominan dari Timur ke Barat dengan pergerakan lamban akibat kontur dasar perairan bagian Barat cenderung dangkal. Kondisi Salinitas tinggi terjadi pada musim Timur dengan distribusi unsur mineral pada musim Timur lebih kaya/tinggi, ditemukan di perairan Pamekasan yang banyak dipengaruhi oleh pertemuan arus, pengaruh angin dan pasang surut.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Laut Selat Madura Hari Prihatno, MSc Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Dr. Ahmad Najid; Muhammad Ramdhan, M,Sc Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Sumber Dana : - RM : Rp. 221.120.000,00Realisasi: Rp. 217.906.700,00- PHLN ::
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
6
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 7. Analisis Kondisi Geodinamika terhadap Potensi Sumber Daya Perairan Teluk Kao Halmahera Latar Belakang : Teluk Kao yang merupakan bagian dari Pulau Halmahera di kelilingi zona penunjaman aktif yaitu dibagian timur – timur laut dan sepanjang pantai barat Halmahera, serta sesar geser aktif regional yang memanjang dari kepala burung, Papua. Seperti kita ketahui bahwa zona penunjaman aktif ini akan sangat mepengaruhi kestabilan Pulau Halmahera yang akan mengakibatkan terjadinya gempa bumi serta munculnya gunung-gunung api aktif, yang tidak hanya ditemukan di daratan Pulau Halmahera, tetapi juga dibawah Perairan dan Laut di sekitar Pulau Halmahera. Zona penunjaman tersebut juga mengakibatkan adanya struktur-struktur geologi lokal di Pulau Halmahera baik yang berupa lipatan maupun sesar, dimana sepanjang jalur sesar tersebut merupakan zona lemah yang sangat rawan terhadap gempa dan kemungkinan longsor (avalanche/landslide) Akibat dari posisi tersebut di Pulau Halmahera dalam satu tahun dapat terjadi puluhan bahkan ratusan kali aktivitas seismik (kegempaan). Oleh karena itu, potensi site maritim, terumbu karang dan keanekaragaman biota laut yang teridentifikasi dalam kawasan ini, akan sangat membutuhkan data dan informasi yang kompleks mengenai kondisi geodinamika di lingkungannya, yaitu Perairan Teluk Kao, untuk mendukung pengelolaanya kedepannya. Melalui analisis kondisi geodinamika, akan dapat diketahui kelayakan Perairan Teluk Kao dalam pengembangan potensi sumberdaya lautnya. Gambar 1 Seismisitas Maluku Utara dan sekitarnya
Tujuan : 1. Mengidentifikasi kondisi geodinamika perairan Teluk Kao dan sekitarnya (WPP 715). 2. Mengidentifikasi kondisi eksisting potensi dan sumberdaya laut di lingkungannya. 3. Merumuskan rekomendasi data dan informasi untuk pengelolaan kawasan konservasi perairan di Teluk Kao yang juga menopang CTI. Metode : 1. Studi kepustakaan : arsip sejarah situs dan kebencanaan di teluk kao, peta seismisitas dan referensi-referensi ilmiah terkait riset mengenai potensi arkeologi maritim dan data lingkungan fisik perairanTeluk kao 2. Survey lapangan : pengamatan kondisi eksisting situs dan lingkungannya dengan metode penyelaman, pengukuran kualitas perairan dan dokumentasi tingkat kerusakan situs 3. Wawancara, Forum Group Discussion (FGD) dan pemetaan partisipatif untuk mendapatkan informasi mengenai sejarah situs, sejarah kegempaan, sosial ekonomi, dan aktivitas masyarakat pesisir Teluk Kao terkait dengan sebaran dan lokasi situs, serta dampak sesmisitas terhadap situs. 4. Metode analisis : dengan menggunakan pendekatan arkeologi laut dan Cultural Resource Management (CRM), pendekatan Geologi-Geofisik dan ekologi.
Gambar 2 Intensitas gempa bumi Teluk Kao
Aircraft wreck – Pulau Meti Kawiamaru Shipwreck
Toshimaru Shipwreck
Barnabas Shipwreck
Hawiamaru Shipwreck
KESIMPULAN Di Teluk Kao terdapat 8 situs sumberdaya arkeologi laut dengan 3 jenis karakteristik morfologi yang berbeda. Kerentanan situs terutama disebabkan keletakannya yang berada di wilayah pesisir dengan kedalaman antara 0 – 25 meter yang merupakan wilayah seismitas paling aktif di Teluk Kao.Studi ini memberikan data dan informasi dasar
Field box – Louvra 1 Field box – Louvra 2
Gambar 3 Sumberdaya Arkeologi Maritim Teluk Kao Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Hasil : . Teluk Kao memiliki geomorfologi yang unik. Wilayah ini berada di bagian utara Pulau Halmahera dengan bukaan teluk relatif sempit menghadap ke arah Samudera Pasifik. Sementara itu di bagian tengah terdapat sill sedangkan bagian dalam teluk memiliki bentuk cekungan dengan kedalaman maksimum 460 m. Wilayah ini secara geodinamika berada di sekitar batas lempeng aktif dan sesar-sesar aktif. Sehingga wilayah ini memiliki tingkat seismisitas yang tinggi. Berdasarkan Peta Bahaya Gempa Indonesia 2010 yang dikeluarkan Kemen PU untuk probabilitas keruntuhan bangunan 10% dalam 50 tahun dapat diturunkan nilai intensitas gempa menggunakan pendekatan matematis. Intensitas gempa hasil model menunjukkan pesisir Teluk Kao didominasi oleh intensitas gempa skala IX MMI. Ini menunjukkan wilayah tersebut termasuk daerah yang memiliki kerusakan cukup serius ketika terjadi gempa dengan probabilitas keruntuhan bangunan 10% dalam 50 tahun atau gempa dalam 500 tahun. Sementara itu sumberdaya arkeologi umumnya tersebar di pesisir Teluk Kao demikian juga dengan permukiman penduduk. Informasi mengenai bahaya geologi ini selayaknya bisa digunakan sebagai pertimbangan dalam pengelolaan kawasan konservasi perairan di Teluk Kao. Sementara itu berbagai jenis dan karateristik sumberdaya arkeologi maritim di Perairan Teluk Kao yang telah teridentifikasi potensi pemanfaatannya sebagai daya tarik wisata bahari, umumnya tersebar di pesisir Teluk Kao pada kedalaman 0 – 17 m dari permukaan laut. Wilayah tersebut merupakan wilayah seismisitas aktif dengan tingkat kegempaan tinggi yang dapat mengancam keberadaan situs, sehingga melalui Informasi ini diharapkan dapat menjadii bahan rekomendasi dalam meminimalisir kerentanan situs terhadap ancaman di lingkungan perairannya dan sebagai bahan pertimbangan untuk penetapan wilayah situs sebagai kawasan konservasi maritim di Teluk Kao ( Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan no 17/2008).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Perairan Galela dan Tanjung Sulamadaha Halmahera Lestari Cendikia Dewi Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Ira Dillenia Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Joko Prihantono Sumber Dana : - RM : Rp. 161.920.000,00- Realisasi : Rp. 159.410.000,00Rainer Arief Troa - PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
7
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 8. Kajian Karakteristik Sumber Daya Aktivitas Hidrotermal dan Lingkungan Laut Kawasan Halmahera Selatan Latar Belakang : Perairan Halmahera berada dalam kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) dan tektonik aktif menjadikan perairan ini memiliki keanekaragaman hayati laut dan sumber daya non hayati yang tinggi. Potensi ini masih belum diungkap dan diinventarisasi secara terpadu. Padahal kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan dewasa ini terfokus pada pengembangan KawasanTimur Indonesia yang memiliki SDA melimpah, sehingga data dan informasi harus terlebih dahulu didapatkan agar secara dini dapat meminimalisasi dampak pembangunan terhadap sumber daya kelautan dan lingkungan laut serta untuk pengembangannya di masa depan sebagai potensi ekonomi baru bangsa Indonesia. Sumber daya aktivitas hidrotermal bawah laut dan pantai sangat potensial untuk dikembangkan sebagai potensi ekonomi baru Indonesia di sektor kelautan, baik pemanfaatan sumber daya non hayati ataupun biota dan ekosistem yang hidup dalam lingkungan hidrotermal. Tujuan & Sasaran: Tujuan Melakukan inventarisasi sumber daya aktivitas hidrotermal dan lingkungan laut untuk mendapatkan karakteristik sumber daya dan lingkungan laut di lokasi kajian. Sasaran Mendapatkan karakteristik sumber daya aktivitas hidrotermal dan kondisis lingkungan laut. Data dan informasi yang didapatkan dapat digunakan untuk penyusunan rekomendasi teknis sebagai bahan masukan bagi kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan dalam wilayah WPP 715. Metode : Studi kepustakaan: Penelusuran data sekunder dan referensi ilmiah terkait topik penelitian. Survey lapangan: Melakukan pengamatan lapangan dan pengambilan data primer kondisi lingkungan laut dan sumber daya aktivitas hidrotermal. Analisis laboratorium: Sampel terpilih dari lapangan dianalisis komposisi penyusun dan biotanya dengan melakukan analisis laboratorium Hasil : . Sumber daya aktivitas hidrotermal di kawasan Halmahera Selatan lebih dominan keberadaannya pada kawasan daratan pesisir/pantai. Manifestasinya berupa uap panas bertemperatur >90oC pada rekahan batuan dasar pantai dan mata air panas mencapai temperatur > 60oC. Di lingkungan perairan hadir berupa gelembung panas (bubble) dengan temperatur dan tekanan yang lebih rendah. Kondisi batuan dan sedimen di sekitar lokasi hidrotermal mengalami ubahan baik secara fisik dan kimiawi. Lingkungan laut dangkal di sekiar manifestasi hidrotermal secara umum masih terjaga kualitas perairannya. Salah satu karakteristik lingkungan hidrotermal adalah anomali temperatur. Berdasarkan hasil analisis kondisi lingkungan laut/perairan menunjukkan bahwa temperatur di stasiun sebelah barat dan sebelah timur Pulau Bacan, kondisinya terlihat normal mengikuti pola umum yaitu dengan bertambahnya kedalaman nilai temperatur akan menurun. Tetapi secara detail masih terlihat anomali pada kedalaman sekitar 15 meter, terjadi kenaikan temperatur sekitar 0,2 °C yang kemudian turun kembali. Berdasarkan analisis regresi linear antara temperatur dan kedalaman di perairan barat Pulau Bacan terjadi korelasi negatif antara temperatur dengan kedalaman, dimana kedalaman berperan sebesar 77 % (R2=0.77) dalam mempengaruhi variasi temperatur. Sedangkan di perairan timur Pulau Bacan terlihat rentang temperatur sekitar 2,94° yang lebih besar dibandingkan temperatur sebelah barat yang hanya berkisar 0,71°C dengan hasil analisis regresi linear menunjukkan korelasi negatif dengan bertambahnya kedalaman dan menurunnya temperatur, dimana kedalaman menyumbang sekitar 69,5 % (R2= 0.695), berarti ada faktor luar yang mempengaruhi pola umum penurunan temperatur berdasarkan kedalaman, diduga terkait dengan manifestasi hidrotermal pada lingkungan laut/perairan dan pantainya tersebut. Pemanfaatan ekonomi sumber daya aktivitas hidrotermal dapat dikembangkan sebagai geowisata-bahari dengan tetap memperhatikan aspek konservasi alam untuk kelestarian sumber dayanya, sedangkan sumber daya hayati yang hidup dalam lingkungan hidrotermal merupakan hal khusus yang menantang bagi penelitian masa depan tentang keberadaan biota yang hidup di daerah hidrotermal terkait dengan kemampuan menghasilkan metabolit sekunder dalam menghadapi kondisi lingkungan yang ekstrim. Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Kawasan Perairan Halmahera Selatan, Prov. Maluku Utara Rainer A.Troa, M.Si Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Eko Triarso, M.Si Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Joko Prihantono, M.Si Sumber Dana : - RM : Rp. 325.605.000,00Realisasi:Rp 325.302.600,00Hadiwijaya L.Salim - PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
8
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 9. Penataan Klaster Kawasan Industri Garam Rakyat Latar Belakang : Data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KPP) menyebutkan bahwa pada tahun 2012 Indonesia sudah mencapai titik swasembada garam rakyat. Sebab petani garam Indonesia telah berhasil memproduksi 2,2 juta ton garam konsumsi, produksi sebesar itu sebenarnya telah melampaui target di 2012, yakni sebesar 1,32 juta ton, surplus produksi garam hingga 153 persen ini mendorong KPP untuk merekomendasikan penghentian impor garam di tahun 2013.Namun Kementerian Perdagangan punya alasan tersendiri terkait rendahnya kualitas garam sehingga tetap bermaksud melakukan impor garam di tahun 2013. Sudah saatnya Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai mempertimbangkan program peningkatan kualitas garam yang dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan industri. Namun tidak semua sentra garam berpotensi untuk menghasilkan garam berkualitas tinggi, harus dilakukan identifkasi terhadap setiap sentra yang benar-benar potensial, baik dari aspek kesiapan lahan, sumberdaya manusia maupun infrastruktur pendukungnya menuju pengembangan klaster industri garam rakyat. Selanjutnya dapat ditentukan stratifikasi dari tiap klaster yang ada. Dengan melakukan optimalisasi pengelolaan tambak potensial dapat meningkatkan efisiensi ongkos produksi sehingga selisih dengan harga jual lebih besar yang dapat membangkitkan semangat para petambak garam untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi garamnya. Tujuan : 1. Menggali informasi karaktristik spesifik lokasi, teknik/pola produksi dan pelaku usaha garam rakyat 2. Mendapatkan identifikasi peran dari unsur-unsur yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam faktor produksi pada Industri Garam Rakyat 3. Mengetahui faktor-faktor utama dan penunjang yang mempengaruhi produksi-konsumsi komoditi garam sebagai acuan untuk merumuskan model penataan klaster kawasan industri garam rakyat Metode : 1. Analisis Karakteristik pengelolaan tambak garam untuk mengetahui produktivitas, pengelolaan dan optimalisasi pengelolaan tambak garan di sentra garam 2. Analisis klaster untuk pengorganisasian kumpulan pola ke dalam cluster (kelompok-kelompok) berdasarkan atas kesamaannya yang dimiliki dalam mengelola tambak garam dengan variabel antara lain: produktivitas tambak (ton/ha/musim), pengelolaan lahan (ha/orang), kemampuan produksi petambak (ton/orang), masa panen dari meja Kristal (hari), rata-rata panjang musim kemarau dalam 10 tahun terakhir (dasarian), proporsi kualitas produksi garam kp1 dibanding seluruh produksi di tiap kecamatan (%), kondisi akses ke jalan besar dan kondisi saluran primer
Tree Diagram for 20 Variables Single Linkage Euclidean distances Sampang Pademawu Banyuates Kota Giligenting Galis Tlanakan Pragaan Pangarengan Camplong Ra'as Sreseh Saronggi Jrengik Sapeken Arjasa Talango Gapura Kalianget Dungkek 0
5
10
15
Linkage Distance
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
20
25
Hasil : . Dari hasil survey diperoleh informasi bahwa dalam memproduksi garam terdapat faktor-faktor teknis dan non teknis mempengaruhi kuantitas dan kualitas garam rakyat. Beberapa faktor teknis yang menjadi variabel produksi garam adalah peningkatan kecepatan penguapan air laut, penurunan peresapan tanah, pengaturan konsentrasi pengkristalan garam, perbaikan cara pengolahan lahan dan penggunaan teknologi. Sedangkan faktor non teknisnya antara lain adalah ketidakpastian harga, keterbatasan luas lahan garapan, sistem pengelolaan dan kepemilikan tambak, perubahan lama musim kemarau, kondisi infrastruktur serta keterbukaan terhadap teknologi baru. Hasil analisis cluster dengan mengambil studi kasus di Pulau Madura, menunjukkan bahwa 15% sentra garam (dalam lingkup kecamatan) di Pulau Madura berada dalam kelompok 1 yang terdiri dari Kecamatan Sampang, Pademawu, Bayuates, Kota, Giligenting, Galis, Tlanakan, Pragaan dan Pangarengan dengan ciri dominan produktivitas sedang, masa panen dari meja kristal 7 hari, panjang musim 24 dasarian, kondisi akses dan saluran primer baik. Sebanyak 75% sentra garam berada dalam kelompok 2 (Kecamatan Camplong, Raas, Sreseh, Saronggi, Jrengik, Speken, Arjasa dan Talango) dengan ciri dominan produktivitas tinggi, luas pengelolaan lahan kurang dari 1 ha/orang, kemampuan produksi setiap petambak kurang dari 60 ton/orang dan kondisi akses kurang hingga baik dan kondisi saluran primer sedang hingga baik. Dan sisanya 10% yang terdiri dari Kecamatan Gapura, Kalianget dan Dungkek berada dalam kelompok 3 dengan ciri dominan luas pengelolaan lahan diatas 1,6 ha/orang, kemampuan produksi setiap petambak lebih dari 150 ton/orang, kondisi akses ke jalan besar sedang hingga baik dan kondisi saluran primer baik. Di antara ketiga klaster di Pulau Madura, klaster 3 merupakan klaster paling ideal pengelolaan tambaknya. Dengan menyandingkan data pengelolaan tambak garam (ha/orang) dan kemampuan/produktivitas petambak (ton/orang) diketahui 4 Kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Kalianget, Gapura, Pangarengan dan Lasem yang memanfaatkan lahan secara optimal.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Cirebon, Indramayu, Pati, Rembang, Sampang, Pamekasan dan Sumenep Rikha Bramawanto, S.Pi Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Dr. Ifan Ridlo Suhelmi, Rizki Anggoro Adi, ST, Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Ahmad Nadjid, MT, Muhammad Ramdhan, M,Sc Sumber Dana : - RM : Rp. 212.070.000,00Realisasi: Rp. 204.415.050,00Dani Saepuloh, A.Md - PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
9
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 10. Pengolahan Limbah Garam untuk Mendapatkan Magnesium Hidroksida sebagai Bahan Baku Industri
(c) 10 mL/min NH3
(a) 10 mL/min H2O (NaOH utk 5.52%)
(d) 30 mL/min H2O
(b) 10 mL/min H2O
9000
0.00
(e) dr MgCl2 (kontrol)
Mg(OH)2 dari MgCl2 (kontrol)
Mg(OH)2 20 mL/min H2O
Mg(OH)2 10 mL/min H2O
Mg(OH)2 30 mL/min H2O
-5.00
(a)
(c)
-10.00
TG (%)
(b)
-15.00 -20.00
3000
(e)
0
10
20
30
40
50
60
-25.00 -30.00
201
110 111
103
100
102
101
(d) 001
Intensitas
6000
70
-35.00 0.2 0.0 0.8 0.6 0.4 1.6 1.4 1.2 1.0 2.0 1.8
80
100
200
300
Pola XRD Mg(OH)2 yang diperoleh dari: (a-d) bittern/limbah garam dan (e) larutan garam MgCl2
400
500
600
700
800
900 1000 1100
o
Temperature ( C)
2 tetha (degree)
Thermogravimetric analysis Mg(OH)2 yang diperoleh pada studi ini
Mg(OH)2 dari MgCl2 (kontrol) Mg(OH)2 dari bittern (30 mL/min, H2O)
70 60
%T
50 40
1635 3400
30
1415 20 442 10 4000
3697 3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
-1
Bilangan gelombang (wavenumber, cm )
Spektrum FTIR Mg(OH)2 yang diperoleh pada penelitian ini: Mg(OH)2 dari bittern (garis merah) dan Mg(OH)2 dari larutan MgCl2 15% (garis hitam)
Latar Belakang : Dalam produksi garam (NaCl) dihasilkan air sisa dengan densitas tinggi (> 27oBe), lebih sering disebut limbah garam (bittern) yang mengandung garamgaram/mineral-mineral lainnya, seperti Mg, K, Br, B, dll yang masih bermanfaat bagi kebutuhan manusia dan bernilai ekonomis tinggi. Biasanya bittern yang dihasilkan pada produksi garam ini dicampur kembali dengan air laut atau air tua densitas ± 10 oBe’ oleh petambak garam untuk mempercepat penuaan air sehingga mempercepat proses pembuatan garam. Proses seperti ini dapat menyebabkan terikutnya mineral lain dalam garam yang terbentuk, dikenal dengan zat pengotor (impurities) dikarenakan di dalam bittern kandungan Na relatif rendah dibandingkan kandungan mineral lain. Oleh sebagian petambak garam, bittern ini dibuang dan tidak dimanfaatkan kembali. Salah satu mineral yang terkandung, khususnya yang paling besar di dalam bittern adalah magnesium. Pada penelitian ini, bittern diolah untuk mendapatkan magnesium hidroksida dengan memanfaatkan soda api. Magnesium hidroksida dapat bermanfaat sebagai bahan aktif antasida dalam farmakologi dan bahan tahan api dalam industri. Magnesium ini memiliki nilai ekonomis lebih tinggi daripada garam krosok. Meninjau kandungan mineral dalam bittern dan manfaatnya bagi manusia, maka kajian pemanfaataan bittern untuk mengambil (merecovery) mineral yang terkandung perlu dilakukan. Selain itu, teknik pengolahan bittern yang mudah diadaptasi dan sederhana perlu dipertimbangkan agar dapat diaplikasikan dan didesiminasikan kepada (kelompok) petambak garam guna meningkatkan nilai tambah dalam produksi garam. Tujuan : 1. Menentukan kondisi optimum proses pengolahan limbah garam menggunakan NaOH (soda abu) dan efektifitas NaOH sebagai bahan pengendap (precipitation agent) untuk mendapatkan magnesium hidroksida yang bermanfaat sebagai bahan baku industri atau, 2. Menentukan komponen-komponen dan morfologi serta struktur kristalinitas produk padatan yang terbentuk. Metode : 1. Analisa komposisi untuk mengetahui komposisi kation yang terkandung di dalam sampel bittern dan padatan yang terbentuk Atomic Absorption Spectroscopy (AAS), Inductively Coupled Plasma (ICP-OES), Microwave Plasma Atomic Emission Spectroscopy (MP-AES). Sedangkan untuk analisa anion, seperti Cl, SO4, dan I, dilakukan analisis dengan Ion Chromatography (IC), UV-Vis Spectrophotometer, dan unit titrasi. 2. Analisa Struktur Kristalinitas dan Morfologi menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) sedangkan kristalinitas padatan diamati dengan X-Ray Diffraction (XRD) menggunakan radiasi CuKα pada 10-70 derajat (2θ). Analisa menggunakan Fourier Transformation Infra Red (FTIR) untuk mengetahui apakah Mg(OH)2 pada padatan terbentuk, analisa menggunakan pellet KBr dilakukan untuk melihat gugus OH- yang berikatan sebagai Mg(OH)2. Analisis thermogravimetric (TGA). untuk melihat dekomposisi termal padatan 3. Analisa Data menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel dan Origin8. Hasil : Kadar Mg dalam bittern dengan densitas 31oBe adalah sebesar 3.8% (hasil analisa Lab. Biomassa Unila). Hal ini menunjukkan bahwa hasil analisa laboratorium dan metode analisa yang diterapkan memegang peranan penting dalam proses pengolahan bittern sebagai bahan baku Mg. Dari proses pengolahan bittern yang diaplikasikan diketahui pengolahan bittern melalui penambahan soda api 1M (4%) dengan laju 30 mL/min (untuk kadar Mg dalam bittern 3.9%) dan dicuci dengan akuades dapat memberikan produk Mg(OH)2 dengan kadar 80%. Hasil analisis struktur, kristalinitas dan dekomposisi mengarahkan bahwa padatan Mg yang terbentuk adalah benar sebagai magnesium hidroksida dengan struktur heksagonal. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan yang dikembangkan pada penelitian ini cukup selektif untuk memisahkan Mg sebagai Mg(OH)2 dari bittern / limbah produksi garam yang awalnya tidak mahal sebagai bahan baku, namun dapat memberikan nilai tambah yang tinggi. Penerapan metode ini memberikan keuntungan tertentu dalam pengolahan bittern dimana proses pretreatment (pengolahan awal), seperti filterisasi bittern sebagai bahan baku tidak dilakukan namun dapat menghasilkan magnesium hidroksida dengan kadar tinggi (± 80%).
Proses pengolahan bittern untuk mendapatkan Mg(OH)2.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Jakarta, Lampung, Pamekasan Sophia L. Sagala, M.Sc Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan 1. Dr. Ifan Ridlo Suhelmi; 2. Dian Septiani Pratama; Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek 3. Dr. Andi Setiawan; 4. Drs. Sunardi, M.S; Sumber Dana : - RM : Rp. 224.545.000,00Realisasi: Rp. 214.157.000,005. Aris Wahyu Widodo, ST;6. Rikha Bramawanto, S.Pi - PHLN : 7. Hariyanto Tri Wibowo, ST
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: Universitas Negeri Lampung : :
10
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 11. Pemeliharaan Mutu Air Cuci Garam Melalui Sistem Filter dan Bak Air Latar Belakang : Program Iptekmas Garam yang dilaksanakan Pusat Litbang Sumberdaya Laut dan Pesisir yang dimulai tahun 2009 sampai tahun 2012 bergerak pada pemurnian garam dengan sistem mekanis. Sistem ini bertumpu pada pengecilan butir garam menggunakan hamermill/discmill dan pencucian dengan menggunakan air bersalinitas tinggi (180 – 300 permil). Air pencuci dari sistem mekanis berasal dari air tua di tambak garam, generator peminihan air tua atau air tawar yang “dijenuhkan” dengan garam krosok. Sebagai pembanding, air cuci yang berasal dari air tawar dengan volume 1400 liter berkadar salinitas 180 permil diperlukan 700 kg garam krosok (Instalasi Pemanfaatan Sumberdaya Air Laut Lamongan, 2011). Dengan pertimbangan bahan krosok yang begitu banyak untuk membuat air cuci tersebut, maka komponen air pencuci dalam sistem pencucian garam mekanis digunakan sebagai bahan yang dipakai secara berulang. Pemakaian berulang air pencuci pada pemurnian garam sistem mekanis akan berdampak pada meningkatnya nilai kekeruhan serta mineral garam ikutan selain Natrium Chlorida (NaCl). Pada batas tertentu air pencuci akan mengalami disfungsi pencucian dengan menurunnya kualitas garam tercuci. Secara mekanis material penyebab kekeruhan serta mineral ikutan garam dapat ditangkap. Dalam pengamatan awal diidentifikasi bahwa kekeruhan menyebabkan warna garam tercuci kurang putih serta mineral ikutan terutama magnesium (mg) yang terikat oleh Chlor (Cl) menyebabkan garam tercuci terasa agak pahit. Pengukuran garam-garam ikutan secara berkala mengacu pada SNI 3556:2010 hasil dari air cuci pada kondisi yang berbeda, akan diketahui “batas” pemakaian air cuci garam sistem mekanis. Dengan ditangkapnya mineral tersebut, dengan sendirinya air pencuci pada sistem pencucian garam mekanis diharapkan tidak pernah mencapai “batas” serta dapat digunakan secara terus menerus. Tujuan dan Sasarsn: Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah sistem filter dan bak alir yang kompak dengan bahan material yang lebih murah, mudah pengoperasiannya dan tahan terhadap korosi.Dengan ditangkapnya material dan mineral tersebut, dengan sendirinya air pencuci pada sistem pencucian garam mekanis diharapkan tidak pernah mencapai “batas” pemakaian serta dapat digunakan secara terus menerus Metode : Identifikasi karakter proses pencucian garam Alur proses pencucian garam sistem mekanis salah satu simpul penting adalah air bersalinitas tinggi sebagai media pencucinya. Pada prinsipnya media ini bisa digunakan secara berulang dengan jalan mempertahankan kualitasnya. Analisa kandungan mineral serta kekeruhan air limbah dalam penelitian ini digunakan sebagai data awal dalam penelitian ini. Kekeruhan diukur berdasarkan berat zat pengotor non senyawa garam-garaman pada kantung filter. Berat kotoran tersebut merupakan tujuan utama proses pencucian garam sistem mekanis. Semakin bersih air pencuci semakin baik hasil yang diperoleh dari proses pencucian. Pemilihan Alat dan Bahan Dua alat utama yang digunakan dalam sistem perbaikan mutu air cuci garam dengan cara mekanis adalah filter dan penetaan sistem aliran bak pencucinya. Penelitian mengutamakan proses pembuatan dan pemilihan bahan yang murah, mudah dalam pembuatannya, ada di pasaran serta tahan terhadap korosi. Tabung filter dibuat menggunakan plat berbahan Poly Vinyl Copolimer (PVC) setebal 1 cm. bak menggunakan material fiveplex dengan kerangka kayu. Laminasi menggunakan bahan resin dengan penguat serat fiber. Untuk mencegah retak digunakan kalsium sebagai pencampur resin. Pembuatan dan perakitan alat Diawali dengan pembuatan gambar kerja berdasarkan perhitungan volume air dan karakteristik material pengotornyauntuk menentukan jumlah material serta teknik yang dipakai dalam pembuatannya. pembentukan lingkaran (rolling plat) PVC diperlukan pemanasan merata pada saat proses rolling sebelum dilakukan pengelasan, proses selanjutnya adalah perakitan. Hal yang pertama dirakit adalah tabung filter. Teknik penyambungan menggunakan pengelasan sistem panas dengan bantuan material penyambung stick Poly Vinyl Copolimer.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Hasil : . Untuk menampung kotoran dengan volume sedemikian besar diperlukan filter dengan kapasitas yang besar dan lubang media filter yang tepat sesuai karakteristik material pengotor. Dengan material bahan plat PVC setebal 1 cm, tabung filter untuk proses filterisasi dibuat dengan volume 1,3 m3. Diameter lubang (mesh) Ø sebesar 100 micron. Dimensi filter berbentuk kantung silindris berukuran panjang 100 cm dan diameter 20 cm. Dalam unit filter terdapat sebanyak 12 kantung yang diletakkan pada lubang-lubang penyangga. Jumlah total luasan filter didalam tabung adalah 7,5 m2. Dari proses pencucian yang dilakukan dititik Iptekmas Garam diketahui volume air pencuci adalah 4200 liter air dengan kadar mineral garam-garaman berkisar 30 % serta material non senyawa garam-garaman 0,8 % (garam krosok lokal Tuban kualitas K2). Material ikutan non senyawa mineral garam (material pengotor) berupa lempung, pasir, kerang-kerangan juga ikut didalam badan air cuci tersebut. Kandungan tersebut terukur dengan menggunakan boume meter sebesar 300 Beumium. Dalam praktek pencucian garam, diskmill dapat mengecilkan butiran sekaligus mencuci garam dengan volume berkisar 500 kg/jam. Pada proses tersebut dibutuhkan debit air pencuci sebanyak 65 liter x 60 menit = 3900 liter. Dengan asusmsi material pengotor pada air cuci adalah 0 %, material pengotor hanya berasal dari garam krosok yang akan dilembutkan maka material pengotor yang dapat difilter adalah 500 kg x 0,8 % = 4 kg/jam. Sehingga dengan 2 ton garam tercuci material pengotor yang berpotensi untuk difilter adalah 16 Kg. Sebagai informasi, kapasitas terpasang pada titik iptekmas adalah 2000 kg garam krosok tergiling halus. Waktu yang diperlukan untuk penggilingan sebanyak 2000 kg adalah 4 jam. Dengan debit air cuci sebanyak 1560 liter. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Pamekasan, Surabaya Aris Wahyu Widodo, ST Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 181.900.000,00Realisasi: Rp. 171.592.000,00- PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
11
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 12. Analisis Sumberdaya Kawasan Mangrove Manggar Kabupaten Belitung Timur Dalam Rangka Pengelolaan Wilayah Pesisir Latar Belakang : Secara geografis Kabupaten Belitung Timur yang beribukota Manggar terletak antara 107o45’ BT sampai 108o18’ BT dan 02o30’ LS sampai 03o15’ LS dengan luas daratan mencapai 250.691 Ha. Wilayahnya dikelilingi zona pesisir, ditambah jejaring sungai memenuhi sebagian wilayah daratnya dengan akses akhir beberapa muara sungai besar di pesisir. Ada (empat) sistem jejaring sungai utama dengan muara utamanya: zona Sungai Buding di utara, zona sungai Manggar di timur laut, zona Gantung di timur dan zona sungai di kecamatan Dendang bagian selatan kabupaten(Tim Survey SDLP 2013). Sebagian besar wilayah pesisirnya bervegetasi mangrove. NO 1 2 3 4
BAGIAN SUNGAI MANGGAR SAMPEL KLASIFIKASI Hulu MG 1 Buruk/ cemar berat Tengah1 MG 2a Buruk/ cemar berat Tengah 2 MG 2b Buruk/ cemar berat Hilir MG 3 Buruk/ cemar berat
Kabupaten bermaksud menata ruang pesisirnya khususnya kawasan mangrove kota Manggar untuk mengisi detil tata ruang RTRW di Bappeda Beltim, dan mengisi tata ruang tersebut dengan kegiatan untuk meningkatkan PAD melalui sektor Kelautan Perikanan berupa alokasi KJA(Keramba Jaring Apung) di muara Sungai Manggar dengan mengundang investasi asing dari Korea. Dari pertemuan teknis di Manggar dengan seluruh stakeholder kabupaten Belitung Timur, Tim SDLP dimintai bantuan untuk studi kelayakan muara Sungai Manggar untuk KJA. Hal ini sejalan dengan visi misi KKP, Balitbang KP dan Puslitbang SDLP, khususnya kegiatan survey riset ini, maka Tim survey SDLP menyelaraskan kebutuhan User ini dengan kegiatan survey. Permasalahan eksisting di lokasi telitian: 1. Degradasi kualitas dan kuantitas air sungai dan hutan mangrove 2. Program perencanaan tata ruang wilayah pesisir Kabupaten Beltim membutuhkan data mangrove 3. Program peningkatan PAD di area mangrove dengan tanpa kalahkan eksistensi mangrove 4. Kultur masyarakat perlakukan mangrove yang cenderung destruktif= kebutuhan ekonomi 5. Kondisi wilayah yang sebelumnya telah dikonsesikan untuk kegiatan pertambangan Tujuan Mendapatkan identifikasi peran dari unsur-unsur yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dalam aspek-aspek dasar penataan ruang pesisir Mengetahui faktor-faktor utama dan penunjang yang mempengaruhi penentuan area dan peruntukannya sebagai acuan untuk merumuskan model penataan ruang pesisir yang sustainabel Sasaran Rekomendasi strategis kebijakan penataan ruang kawasan pesisir Manggar yang dapat diakomodir dalam penyusunan tata ruang Kabupaten Metode : 7. Metode pengamatan dan pengukuran langsung di lapang dengan menggunakan metode Point Intercept Transect dan metode visual sensus 8. Metode purposive sampling secara in situ 9. Metodepengamatan geologi (litologi penyusun), morfologi pantai, dan karakteristik garis pantaiberdasarkan metode Dolan et al (1975) 10. Pemodelan kawasan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) 11. Analisis Ekonomi Wilayah menggunakan Analisis LQ untuk mengetahui kemampuan suatu sub-wilayah dalam sektor/kegiatan tertentu 12. Analisis Prospektif Partisipatif untuk pengambilan keputusan bagi kelanjutan pembangunan Hasil :
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Hasil riset berupa Peta identifikasi ekologi di area mangrove Manggar, Peta kualitas air sungai dan muara Manggar, Peta lokasi ideal budidaya payau, Peta kelayakan transportasi sungai, Peta pengembangan wilayah pesisir kota Manggar, Peta draft sistem Water Way kota Manggar. Peta ini menunjukkan pengembangan kawasan wisata bahari pesisir di muara sungai bervegetasi mangrove dan wisata susur sungai kota Manggar. Hal ini adalah hasil dari kegiatan Tim SDLP dalam menjawab problem Pemkab Belitung Timur yang sedianya menentukan titik lokasi bakal KJA dengan investor dari Korea bertempat di muara sungai Manggar. Setelah dilakukan survey dan analisa didapati bahwa sebagian besar wilayah Sungai Manggar hingga ke muara tidak layak untuk kegiatan budidaya maupun konsumsi manusia termasuk biota yang hidup didalamnya. Pemkab Beltim berupaya mengingkatkan PAD dengan menghidupkan sektor kelautan perikanan dalam hal ini bidang hayati. Namun hasil survey Tim SDLP menunjukkan kualitas air sungai Manggar dan geografisnya tidak cukup layak. Tim SDLP kemudian melakukan surevy tambahan dan akhirnya mengusulkan alternatif pemasukan PAD melalui sektor Non Hayati : Wisata Susur Sungai dan Wisata Mangrove dengan pemberlakukan sistem Water Way. Perlu adanya manajemen yang baik dengan dalam mengelola alam mangrove di lokasi agar tetap lestari, terlindungi dr faktor alam dan manusia serta perlu peningkatan sarana infrastruktur penunjang wisata tersebut. Peta didukung rekomendasi dan semua data riset serta sampling di lokasi insitu beserta perhitungan dan analisanya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Kabupaten Belitung Timur (Pulau Nangka) Prov. Bangka Belitung Fajar Yudi Prabawa, MT Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Dr. Taslim Arifin, M.Si Dana Pendamping : Belitung Timur Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Muhammad Ramdan, ST, MT Pengguna : Sumber Dana : - RM : Rp. 151.720.000,00Realisasi: Rp. 150.530.300,00DR.Agustin Rustam Diskanla Kab.Belitung Timur, Bappeda - PHLN :: Peter Mangindaan,MSi Kab Belitung Timur, Masyarakat setempat, kalangan usahawan, nelayan
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
12
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 13. Pemetaan Kualitas Air Tua sebagai Bahan Turunan Garam
800
Latar Belakang : Secara umum prores pembuatan garam rakyat Indonesia menggunakan teknik kristalisasi total dan belum memanfaatkan kondisi lingkungan secara optimal sehingga kualitas garam rakyat rendah atau kadar NaCl masih dibawah 90%. Hal ini dapat terlihat dari bentuk Kristal yang tidak jernih dan kristal mudah hancur. Lebih lanjut teknik pengelolaan garam rakyat lebih cenderung dikelola didasarkan pada pengalaman mengatasi permasalahan yang ada di lapangan dan belum dikelola dengan satandar baku operasional yang dapat mengarah ke perbaikan kualiatas secara terus menerus. Untuk saat ini sentra produksi garam masih ter pusat di P. Jawa khususnya pantai Utara. Hal penting lainnya yang belum mendapat perhatian petani garam adalah peran ekosistem di sekitar sentra produksi garam dan pemanfaatan produk turunan garam. (Korovessi. 2009) .Produksi garam yang sangat bergantung dengan faktor alam maka perlu disikapi dengan bijaksana. Manusia tidak dapat melawan kondisi alam namun perlu berpikir untuk mensikapinya secara bijaksana. Produksi garam yang murni menggunakan evaporasi hendaknya dapat dilakukan dengan cara merekayasan kondisi lahan pegaraman dengan menempatkan jumlah bozem, peminihan dan meja garam secara optimal. Penataan lahan yang baik, pemanfaatan kembalai lahan terlantar serta perluasana lahan dengan tetap memperhatikan faktor teknis dan kepentingan lainnya adalah hal yang mutlak dilakukan (Ihsannudin. 2011). Tujuan : Tujuan penelitian ini adalah : a. Memperoleh informasi karakteristik air tua pada berbagai kondisi penggaraman yang ada di lokasi penelitian b. Memperoleh tahapan yang baku untuk mendapatkan air tua sesuai dengan karakteristik lokasi penggaraman
Garam Krosok Indramayu
Intensitas
600 400 200 150 100 50 0 20
40
60
80
2 theta (degrees) Garam Krosok Cirebon
800 600 400 200 150 100 50 0 20
40
60
80
2tetha (degrees)
Pola XRD garam krosok pada beberapa lokasi studi
-
Hasil SEM garam krosok Rembang: (i) dengan freezedry, (ii) dengan Si dan freeze-dry Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Sasaran kegiatan ini adalah: a. Memperoleh informasi mengenai karakteristik air tua sebagai hasil akhir atau limbah dalam proses produksi garam b. Memperoleh dan memahami variasi kualitas air tua pada berbagai lokasi dengan berbagai kondisi yang ada c. Mendapatkan uji sederhana dalam analisa air tua untuk memperoleh informasi potensi pemanfaatan air tua d. Mendapatkan produk standard berupa kualitas air tua sesuai dengan kondisi penggaraman yang ada pada masing-masing lokasi Metode : Lokasi pengambilan sampel brine dan bittern dilakukan di beberapa lokasi antara lain (1) Desa Losarang dan Krangkeng di Kabupaten Indrmayu (2) Desa Eretan, Astana Mukti dan Mlakasari di Kabupaten Cirebon. Analisa karakteristik air tua ddilakukan dengan tahapan (1) Uji Sederhana (meliputi uji oBe, pH, kejernihan, dan warna akan di validasi di laboratorium untuk dapat diterapkan dilapangan), (2) melihat komposisi air tua (anion dan kationnya). Analisis Anion dilakukan pada Komponen Anion (F-, Br-, NO3-, SO42-, dan PO43-) sampel dianalisis dengan metoda kroatografi menggunakan peralatan Ion Chromatography. Sedangkan analisis Kation dilakukan pada Komponen kation (Ca, Mg, Fe, Zn, Pb, Mn, K, Cu, dan Cd) sampel dianalisis dengan metoda spektroskopi menggunakan peralatan Microwave Plama Atomic Emmision Spectroscopy (MP-AES) dan Inductively Coupled Plasma Oscillating Emission Spectroscopy (ICP-OES). (3) melihat morfologi dan kristalinitas garam krosok dengan Scanning Electron Miscroscope (SEM) dan X-Ray Diffraction (XRD). Hasil : Kadar Na pada brine dengan densitas 24-26 Beo berkisar antara 9,8-10,3% dengan kadar Mg antara 1,6-1,8%. Diketahui dari hasil analisa komposisi bahwa densitas brine ataupun brine berkolerasi langsung dengan total dissolved solids (TDS) dan juga kandungan Na, Cl, dan Mg. Pada densitas yang sama, kandungan Na dalam brine dengan system TUF lebih tinggi dibandingkan dengan kadar Na dalam brine dengan system tradisional. Sebaliknya, brine dengan system TUF mengandung konsentrasi Mg relative lebih rendah daripada brine dengan system konvensional. Uji kristalinitas menunjukkan bahwa garam krosok tiap lokasi memiliki struktur halite potassian, hanya saja intensitas puncak yang berbeda mengindikasikan kemungkinan adanya impurities atau struktur yang amorf. Proses pencucian dengan system mekanis meningkatkan kristalinitas dari garam. Hasil uji bakteri dan mikroalga menunjukkan bahwa keempat sampel brine dan bittern mengandung bakteri, namun tidak ditemukan pertumbuhan mikroalga. Akan tetapi perlu dilakukan studi lebih lanjut mengenai pertumbuhan bakteri ini
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Dr. Ifan Ridlo Suhelmi Sophia L Sagala, M.Sc, Hari Prihatno, M.Sc, Hariyanto triwibowo, ST, Rikha Bramawanto, S.Pi, Aris Wahyu Widodo, ST, Ahmad Najid, MT
Program Renstra Program APBN Sumber Dana
: Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan : Penelitian dan Pengembangan Iptek : - RM : Rp. 219.820.000,00Realisasi: Rp. 215.536.800,00- PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: Universitas Negeri Lampung : :
13
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 14. Pengembangan Pulau Madura sebagai Sentra Ekonomi Biru Berbasis Industri Garam Rakyat Latar Belakang : Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat atau lebih dikenal dengan nama PuGaR yang telah diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2010, telah berhasil memicu tercapainya Swasembada Garam Rakyat. Produksi garam rakyat tahun 2012 tercatat lebih dari 2,1 juta ton, sementara kebutuhan garam konsumsi pada tahun yang sama diperkirakan 1,5 juta ton. Berbagai upaya pemerintah dalam upaya mendorong terwujudnya swasembada garam, salah satu diantaranya pada tahun 2012 telah dideklarasikan Pulau Madura sebagai Pulau Garam. Deklarasi ini mengandung makna adanya perhatian khusus kepada pulau Madura baik secara potensi maupun sumber mata pencaharian sebagian besar penduduk pulau Madura dalam berproduksi garam. Pada kenyataanya mendominasi hampir 60% dari produksi garam nasional. Garam telah menjadi bagian hidup penting bagi penduduk pulau Madura. Beranjak dari kenyataan yang ada, pada tahun 2013 pemerintah memberikan perhatian khusus dalam menyiapkan pulau Madura sebagai lumbung garam nasional melalui beberapa kebijakan nasional, diantara kebijakan MP3EI yang diperkuat dengan kebijakan industrialisasi kelautan dan perikanan. Sudah barang tentu mewujudkan pulau Madura sebagai pusat garam nasional diperlukan suatu strategi komperhensif yang dibangun oleh sebuah pemikiran berdasarkan pemahaman ilmiah. Gambar 1. Peluncuran hasil oleh Wakil Gubernur Jawa Timur
Gambar 2. Prototipe alat pengolah bittern (limbah garam) menghasilkan magnesium padat
Gambar 3. Antar Muka SiTEGAR Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Tujuan : Tujuan kegiatan ini adalah melalui pemahaman terhadap potensi sumberdaya alam maupun sosial di pulau Madura sebagai sentra ekonomi biru berbasiskan industrialisasi garam rakyat, dengan memperhatikan: • Analisa kebijakan pengembangan ekonomi biru berbasiskan industralisasi garam rakyat melalui pendekatan pembahasan para pakar, pemerintah daerah, perguruan tinggi dan tokoh masyarakat dalam merumuskan masterplan pengembangan sentra ekonomi biru berbasis industrialisasi garam rakyat • Kajian sumberdaya pesisir, laut dan cuaca sebagai basis analisa prakiraan kemampuan produksi garam rakyat • Analisa berbagai teknologi produksi garam serta pengembagan protipe produksi garam berkualitas berbasis kearifan lokal yang mendukung sistem pemanfaatan limbah garam untuk poduk turunan garam • Sumberdaya Garam Pulau Madura yang meliputi proses produksi, pemasaran sampai sejarah masyarakat madura dalam memproduksi garam. Metode : Kajian dilakukan melalui 1. Forum Group Discussion, 2. Observasi lapangan, 3. Pembuatan Prototipe pengolah limbah garam (bittern) menjadi magnesium padat sesuai dengan metode yang telah dihasilkan pada kajian mengenai produk garam dan turunan 4. Mengidentifikasi sumberdaya garam yang tersebar di sentra produksi garam di Pulau Madura, menggali proses produksi, termasuk sejarah produksi garam yang ada di Pulau Madura untuk membangkitkan dan memperkuat kembali Pulau Madura sebagai sentra garam nasional sesuai dengan karakteristik pesisir Pulau Madura. Hasil : Hasil penelitian ini terdiri dari 4 (empat) hal yang terdiri dari (1) Kebijakan pengembangan ekonomi biru berbasis industrialisasi garam rakyat yang merupakan hasil dari Focus Group Discussion yang melibatkan stakehoder garam rakyat, (2) Sistem informasi garam rakyat berbasis digital yang terdiri dari 3 (tiga) modul utama yaitu modul spasial berisi data spasial sebaran tambak garam dan karakteristik pesisir dan laut lokasi tambak garam, Modul prediksi Modul Kalender Produksi, modul ini berisi informasi iklim dan cuaca yang dapat digunakan sebagai perkiraan waktu produksi garam dan Modul Pelaporan Produksi, modul ini berisi sistem pelapaoran produksi garam untuk tiap kabupaten, masing-masing dinas KP memiliki username dan password tersendiri, (3) Prototipe pengolah limbah garam (bittern) untuk menghasilkan turunan garam berupa magnesium berupa Mg(OH)2 padat yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi sebagai bahan baku farmasi, dan (4) Buku mengenai kondisi garam rakyat di Pulau Madura, kajian ini menguak sejarah dan awal mula pembuatan garam oleh rakyat Madura, seluk beluk perdagangan pada masa lampau dan kini serta kondisi penggaraman pada masing-masing kabupaten di Pulau Madura.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Pulau Maadura (kabupaten Bangkalan,Sampang, pamekasan dan Sumenep) Provinsi Jawa Timur Dr. Ifan Ridlo Suhelmi Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Dr. Widodo S Pranowo, Dr. Anastasia Rita TDK, Dr Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Taslim Arifin, Herlina Ikawati, S.Si, Eva Mustika Sari, Sumber Dana : - RM : Rp. 2.000.000.000,00 (BA999) MT, Sophia L Sagala, M.Sc, Hari Prihatno, M.Sc, : Realisasi: Rp. 1.946.553.100,00Hariyanto triwibowo, ST, Rikha Bramawanto, S.Pi, Aris Wahyu Widodo, ST, Ahmad Najid, MT - PHLN
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: Universitas Hang Tuah Surabaya : : Petambak Garam, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov dan Kabupaten di Madura, Ditjen KP3K
14
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 15. Penerapan IPTEK untuk Pengembangan Model Kawasan Industri Garam Rakyat Perbaikan system sirkulasi air pemurnian (lihat volume air pada tanki atau bak air bila terlihat penuh maka aturlah kran di diskmill dan karan pada tanki air) atau mungkin di perlukan penambahan pipa untuk menyeimbangkan volume air di masing-masing tangki atau bak. Penambahan daya dan pemasangan keamanan alat dilakukan dengan cara : 1.lihat dan ukurlah daya yang dibutuhkan untuk memenuhi performance alat IPTEKMAS 2.tambahkan atau gantikan overload hyterises bila tidak memenuhi daya yang dibutuhkan Alat untuk meniriskan garam hasil olahan disebut spinner dan ada beberapa perbaikan komponen diantaranya : 1.Pemberian sabuk peredam disekeliling tabung. 2.Pegantian bearing peredam disekiling tabung. 3.pemberian oil/pelumas di bearing vertical tabung. Komponen kapasitor yang disamping ini adalah salah salah asutu alat pengaman yang terdapat di motor listrik yang berfungsi sebagai pemfikter tegangan yang tidak rata atau stabil Perbaikan generator set dengan pergantian AVR(automatic volteg regulator) agar tegangan yang dihasikannya stabil. Pergantian Accu kadang perlu dilakukan apabila genset tidak bisa di starter secara elektrik. Pemasangan alat ukur hz untuk mengetahui berapa frekuensi yang dikeluarkan oleh genset agar tidak terjadi lonjakan tegangan.atur keluaran frekuansi genset pada 50 hz. Pembuatan/pengelasan dudukan untuk genset,diskmill ataupun rotary dryer agar sesuai dengan kebutuhan.
Penggantian heat exchanger dengan Pemasangan burner untuk proses pengeringan yang menggunakan rotary dryer.
Latar Belakang : Tahun 2012, Indonesia telah mencatat sejarah penting dalam upaya pemenuhan kebutuhan garam konsumsi. Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat atau lebih dikenal dengan nama PuGaR yang telah diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2010, telah berhasil memicu tercapainya Swasembada Garam Rakyat. Produksi garam rakyat tahun 2012 tercatat lebih dari 2,1 juta ton, sementara kebutuhan garam konsumsi pada tahun yang sama diperkirakan 1,5 juta ton. Ketersediaan garam yang berlimpah dapat memicu jatuhnya harga. Di sinilah diperlukan sebuah pemikiran untuk menciptakan inovasi yang dapat membantu masyarakat untuk mendapatkan nilai tambah dalam berproduksi Perangkat pemurnian garam sederhana, yang telah dihasilkan Puslitbang Sumberdaya Laut dan Pesisir - Badan Litbang Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan Universitas Hangtuah Surabaya, telah berhasil mendongkrak nilai tambah garam. Alat ini mampu meningkatkan tingkat kemurnian rata-rata kandungan NaCl 88% garam krosok menjadi garam halus dengan kandungan NaCl lebih dari 94%. Alat pemurnian garam telah diterapkan sejak tahun 2009 sebagai IPTEK untuk Masyarakat atau lebih dikenal sebagai IPTEKMAS Garam di 18 lokasi kelompok penerima tersebar di Indramayu, Cirebon, Pati, Rembang, Tuban, Lamongan, Tuban, Gresik, Surabaya, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Pada tahun 2012 paket teknologi telah mengalami penyempurnaan. Paket yang diterapkan tidak hanya proses pemurnian, namun juga telah dilengkapi dengan peralatan iodisasi dan pengemasan. Kemampuan produksi rata-rata dapat mencapai 2 ton per hari dan menyerap 3 – 5 tenaga kerja. Inovasi sederhana dalam pengolahan garam krosok yang disiapkan menjadi garam konsumsi rumah tangga ini, telah berhasil memberikan nilai tambah 200 – 1.000 rupiah per kilonya. Tujuan : Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan produksi garam olahan dengan teknologi pencucian garam paket IPTEKMAS pada 18 lokasi penerima, sebagai upaya terwujudnya industrialisasi garam rakyat. Sasaran Peningkatkan kemampuan produksi dilakukan melalui penguatan sistem produksi, perbaikan dan penambahan komponen peralatan serta pendampingan teknis dan manajerial pengolahan garam Metode : 1. Koordinasi dan Konsultasi merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan didalam melaksanakan kegiatan IPTEKMAS 2013 2. Identifikasi dilakukan untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan penerima IPTEKMAS 3. Pendampingan pada proses produksi yang berfungsi sebagai alat atau media komunikasi sebagai wadah untuk meningkatkan Sumber daya Manusianya,Sehingga kita dapat mentransfer pengetahuan teknologi kepada kelompok penerima IPTEKMAS. 4. Call center adalah sebuah wadah untuk menerima informasi berupa permasalahan seputar peralatan IPTEKMAS untuk menunjang keberhasilan program kementerian kelautan dan perikanan tentang penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan model kawasan industry garam rakyat. 5. Monitoring dan evaluasi adalah proses rutin didalam pengumpulan data dan pengukuran untuk mengevaluasi kemajuan atas objektif program./ Memantau perubahan. Hasil :
Paket pekerjaan konstruksi dikerjasamakan dengan Universitas Hang Tuah surabaya (UHT) secara swakelola dan pengadaan barang dan jasa menggunakan pelelangan umum. Pemberian paket penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk pengembangan model kawasan industri garam rakayat kepada penerima di 10 (Sepuluh) kabupaten pesisir pantai utara jawa dan pulau Madura terdiri dari 3 macam: Paket konstruksi produksi garam system mekanis Paket alat bantu produksi garam system mekanis Paket bahan pendampingan produksi garam system mekanis Setidaknya ada 13 kriteria standar mutu yang harus dipenuhi oleh penerima alat IPTEKMAS didalam pengolahan garam. Di antaranya adalah penampakan bersih, berwarna putih, tidak berbau, tingkat kelembaban rendah, dan tidak terkontaminasi dengan timbal/bahan logam lainnya. Kandungan NaCl untuk garam konsumsi manusia tidak boleh lebih rendahdari 97 % untuk garam kelas satu, dan tidak kurang dari 94 % untuk garam kelas dua. Tingkat kelembaban disyaratkan berkisar0,5 % dan senyawa SO4 tidak melebihi batas 2,0 %. Kadar iodium berkisar 30 - 80 ppm. Gambaran bahwa mesin pemurni garam secara mekanik dapat menurunkan kadar senyawa-senyawa dan secara umum masih memenuhi standar baku mutu untuk garam konsumsi.Sebaliknya untuk kadar iodin (metode iodometri) yang awalnya tidak terdeteksi pada garam krosok, menjadi terdeteksi sebesar 35-40 ppm setelah diiodisasi, dan masih memenuhi standar baku mutu garam konsumsi beriodium. kadar logam berat berbahaya seperti merkuri, arsen, timbal masih berada di bawah standar baku mutu garam konsumsi beriodium. Demikian juga untuk Zn,Sn, dan Cu kadarnya masih rendah, jauh dari ambang batas baku mutu garam konsumsi, sehingga masih aman untuk dikonsumsi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Sentra garam di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur Hariyanto Triwibowo Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Mitra Kerja Sama : Dana Pendamping : Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek : Sumber Dana : - RM : Rp. 4.980.920.000,00- Realisasi: Rp. 4.881.954.050,00- Pengguna - PHLN :
Contoh produk kemasan yang terdapat di titik-titik lokasi dan 1 lokasi menggunakan kemasan botol yaitu lokasi dilamongan dengan merek SAMUDRA.
Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
15
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 16. Kajian Sumber Daya dan Dinamika Laut Natuna sebagai Basis Data Kelautan di WPP 711
Model arus saat pasang purnama
Latar Belakang : Natuna adalah salah satu pulau terluar Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berada di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 711 yang memiliki sumber daya alam yang tinggi. Oleh karena berada di perbatasan maka potensi pencurian sumber daya di Natuna cukup tinggi. Selain itu Laut Natuna adalah salah satu dari Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) di Indonesia sehingga potensi terjadinya pencemaran lingkungan laut oleh limbah minyak ataupun logam berat cukup tinggi. Lokasi penelitian kegiatan ini berada di perairan sekitar Pulau Senoa yang merupakan pulau terluar NKRI. Lokasi penelitian ini sama dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti P3SDLP tahun 2011. Penelitian ini dilakukan untuk menginventarisasi sumber daya kelautan yang ada di Natuna, serta memetakan dinamika kelautannya. Sumber daya kelautan erat kaitannya dengan kondisi lingkungan perairan, dimana kondisi lingkungan perairan yang berbahaya akan merusak sumber daya kelautan di daerah perairan tersebut. oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai kondisi lingkungan perairan dengan mengukur kualitas air, baik secara kimiawai ataupun secara fisika. Pengambilan conto sedimen bawah permukaan, pengukuran laju sedimen vertikal di situs kapal tenggelam, pemodelan hidrodinamika, pengukuran beberapa parameter oseanografi, dan installasi seismometer dilakukan dalam penelitian ini. Tujuan : - Menginventarisasi sumberdaya laut Natuna sebagai basis data kelautan di WPP 711. - Mengenal karakteristik dan dinamika Laut Natuna Metode : 1. Analisis nutrien dan logam berat perairan dan sedimen. 2. Analisis kualitas (pH,DO, Salinitas) dan PAH perairan 3. Pemodelan hidrodinamika, analisis CTD, dan pengolahan data seismograf
Contoh botol yang ditemukan di lokasi situs kapal karam
Seismogram hasil perekaman seismometer di stasiun seismik di Natuna Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Hasil : Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa kualitas perairan Natuna masih bagus dan sesuai standar yang ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH). Namun terdapat beberapa logam berat terlarut yang mempunyai nilai di atas ambang baku mutu air yang ditetapkan oleh KLH. Lokasi penelitian sangat cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata karena memiliki potensi pasir putih, dan batu granit yang bagus. Selain itu potensi situs maritim yang berupa kapal tenggelam di dekat Tanjung Senubing dapat dikembangkan menjadi wisata bawah air yang dilakukan pada musim timur atau saat bulan April s.d Agustus. Usaha menjadikan situs kapal tenggelam sebagai wisata bawah air dapat membantu melestarikan situs tersebut dari ancaman pencurian, perusakan, dan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Lokasi penelitian dinilai kurang cocok untuk dijadikan kawasan budidaya kelautan dan perikanan walaupun kualitas airnya bagus. Hal ini dikarenakan lokasi penelitian memiliki ombak yang besar saat musim barat yaitu pada bulan September s.d Maret, mengingat lokasi penelitian langsung berhadapan dengan laut lepas yang kecepatan anginnya rata-rata cukup tinggi. Sesuai dengan KKLD yang telah ditetapkan oleh Pemda setempat, Lokasi penelitian ini sangat cocok untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata karena memiliki potensi pasir putih, dan batu granit yang bagus. Selain itu potensi situs maritim yang berupa kapal tenggelam di dekat Tanjung Senubing dapat dikembangkan menjadi wisata bawah air dengan penyelaman minat khusus, yang dilakukan pada musim timur atau saat bulan April s.d Agustus. Usaha menjadikan situs kapal tenggelam sebagai wisata bawah air dapat membantu melestarikan situs tersebut dari ancaman pencurian, perusakan, dan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Lokasi situs tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu proyek percontohan In-Situ Preservation yang sangat sesuai dengan Konvensi UNESCO 2001 dan juga sangat sesuai dengan konsep pengembangan Kawasan Konservasi Maritim dari Kementerian Kelautan dan Perikanan yang tercantum dalam PP no 17 tahun 2007
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Perairan P. Senoa, Kab. Natuna, Propinsi Kepulauan Riau Joko Prihantono, M.Si. Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan 1. Rainer A. Troa, M.Si. 4. Lestari C. Dewi, M.Si. Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek 2. Ira Dillenia, M.Hum. 5. Eko Triarso, M.Si. Sumber Dana : - RM : Rp. 327.600.000,00- Realisasi: Rp. 325.716.800,003. Riswan Hasan - PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: SIO - Cina : :
16
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 17. Analisis Sumberdaya Kelautan di WPP 717 dan WPP 718 dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Tampilan Antarmuka (Interface) WebGIS WPP
Latar Belakang : Undang-Undang RI nomor 45 tahun 2009 tentang Perikanan mengamanatkan adanya kebijakan pengelolaan sumberdaya ikan secara lestari, dengan didukung dengan pendugaan potensi, pengendalian dan pengawasan yang sistematis, diperlukan satuan wilayah pengelolaan yang mencerminkan karakteristik wilayah dan sumberdaya. Amanat ini disikapi dengan penyusunan willayah-wilayah pengelolaan perikanan dan komponen sistem pengelolaannya. Dalam upaya mencapai pemanfaatan perikanan secara optimal dan berkelanjutan dalam pengelolaan perikanan yang menjamin kelestarian sumber daya ikan dan lingkungan di seluruh Indonesia, Menteri Kelautan dan Perikanan keluarkan Peraturan Menteri nomor PER.01/MEN/2009 tentang Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI). Satuan-satuan WPP ini dalam perkembangan selanjutnya harus memiliki kemampuan untuk: 1. menjadi peta dasar dengan sistem koordinat nasional, bagi kegiatan pendugaan potensi, perizinan dan pengawasanditetapkan sebagai satuan spasial dengan batasan deskripsi maupun koordinat yang jelas dan standar 2. ditetapkan sebagai satuan spasial dengan batasan deskripsi maupun koordinat yang jelas dan standar 3. diolah dalam sistem digital, sehingga memudahkan pertukaran data dalam pengelolaan sumberdaya. 4. disajikan dalam format standar kartografi dan mudah dicetak sebagai lampiran perijinan yang diterbitkan Tujuan: Menyusun kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan secara terpadu berkelanjutan di WPP 717 dan WPP 718 Metode: 1. Analisis data menggunakan metode analisa menggunakan GIS sebagai alat untuk mengolah dan menyajikan data spasial yang berkaitan dengan WPP 2. Analisis terhadap pengelolaan perikanan, khususnya yang berkaitan dengan sumberdaya kelautan yang mendukung keberlanjutan pengelolaan perikanan di WPP kajian
Sebaran kandungan Oksigen di Perairan WPP 717
Hasil: Hasil kajian berupa basisdata spasial dengan memanfaatan WebGIS yang dapat dilihat secara online. WebGIS WPP merupakan Aplikasi Sistem Informasi Geografis yang berbasis web yang mampu menampilkan informasi spasial yang berhubungan dengan Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) online ini telah dirintis sejak tahun 2012 dan terus diupdate isi kontennya melalui kajian yang dilakukan pada tahun 2013. Untuk hasil kajian pada tahun ini telah menambahkan konten data kedalam WebGIS WPP berupa Data Tematik Laut yang meliputi Kualitas Air dengan parameter Fosfat, Nitrat, Silikat, Silikat, Klorofil, PH, Oksigen, Salinitas dan Temperatur untuk kedalaman 0 m, 50 m, 100 m, 150 m, dan 200 m), Data Tematik Pesisir yang meliputi Pasang Surut, Terumbu Karang, Sebaran Mangrove dan Sebaran Lamun. Untuk mengetahui tingkat kesuburan perairan dalam dalam mendukung keberlanjutan pengelolaan perikanan khususnya untuk di perairan Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik sebelah utara Papua (WPP 717) dan di perairan Laut Arafura sebelah selatan Papua (WPP 718) telah dilakukan kajian Parameter Oseanografi yang meliputi Suhu, Salinitas, Oksigen, Fosfat dan Silikat untuk tiap kedalaman 0 meter, 50 meter, 100 meter, 300 meter, 400 meter dan 500 meter pada Musim Barat, Musim Peralihan 1, Musim Timur, Musim Peralihan 2, serta kajian Parameter Atmosfer yang meliputi Angin, Penyerapan Cahaya, Sea Level Pressure, Kelembaban Udara, Suhu dan Curah Hujan.
Sebaran kandungan fosfat di Perairan WPP 718 Unit Kerja : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Alamat : Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Lokasi Kegiatan : WPP 717 dan WPP 718 Peneliti Utama Keg : Rizki A. Adi Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Peneliti Anggota : Widodo S. Pranowo, Anastasia R.T.D. Kuswardani, Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Candra D. Puspita, Herlina I. Ratnawati, Dani Sumber Dana : - RM : Rp 193.170.000 Realisasi : Rp 185.894.600 Saepuloh, Wida H. Samyono - PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
17
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 18. Kajian Perubahan Monsun di Perairan Indonesia (MOMSEI) Latar Belakang : Wilayah Indonesia mempunyai system Monsun yang unik karena dipengaruhi oleh Asian Moonsoon dan Australian Monsoon. Perubahan sea surface temperature, perubahan zonal wind (trade wind) yang berinteraksi dengan proses upwelling dan downwelling di laut sangat mempengaruhi perubahan interaksi laut dan atmosfir yang mengakibatkan adaya pola perubahan presipitasi hujan di daerah Indonesia dan juga perubahan produktifitas primer terkait dengan produktifitas ikan di laut Indonesia. MOMSEI (Monson Onset Monitoring and Its Social and Ecosystem Impacts) adalah suatu kegiatan penelitian Kerjasama Indonesia China yang dilaksanakan sejak 2010, yang difokuskan kepada pengamatan perubahan iklim regional pada saat monsoon onset di daerah Asia, korelasinya dengan perubahan sea-air interaction di daerah barat Sumatra, dampaknya terhadap ekosistem laut, dan pengaruh sosial yang diakibatkannya. Lingkup kerja yang akan dikerjakan antara lain: studi literatur, survey lapangan (Pelaksanaan Cruise MOMSEI), Pengolahan data, Analisis data dan penggunaan numerik perhitungan. Tujuan :
Jalur Pelayaran Ilmiah MOMSEI Cruise 2013 di Samudera Hindia Selatan Jawa menggunakan Kapal Penelitian Baruna Jaya VIII
Acara pelepasan pelayaran MOMSEI 2013 di Pelabuhan Benoa yang diliput oleh Koran, majalah dan televisi Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Tujuan dari penelitian “Kajian Perubahan Monsun di Peraian Indonesia (MOMSEI)” pada tahun 2013 ini adalah menyusun bahan rekomendasi dan/atau ikhtisar kebijakan (policy brief) terkait dampak perubahan monsun/iklim terhadap sumberdaya laut yang terkait dengan industrialisasi kelautan dan perikanan di level nasional dan regional (Asia Tenggara dan Pasifik Barat) berdasarkan hasil pengamatan dan pengukuran parameter oseanografi di Samudera Hindia Selatan Jawa. Metode : Metode umum yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: Studi literatur; Survey lapangan (Pelaksanaan Cruise MOMSEI); Pengolahan data; Analisis data dan penggunaan numerik perhitungan. Hasil : Kegiatan Kajian Perubahan Monsun di Perairan Indonesia Tahun Anggaran 2013 telah selesai dilaksanakan dengan baik, menghasilkan: [1]. Data dan informasi laut-atmosfer perairan Samuder Hindia Selatan Jawa dan sekitarnya [2]. Naskah Akademik (versi pertama) tentang “Monsoon Onset Monitoring and Its Social and Ecosystem Impacts” (MOMSEI) [3]. Rekomendasi Teknologi Mooring Buoy Pemantauan Sumberdaya Laut dan Pesisir [4]. Ikhtisar Kebijakan (Policy Brief) tentang Rekomendasi Teknis Sistem Peringatan Dini Kenaikan Muka Laut terhadap Infrastruktur Perikanan Tangkap dan Perikanan Budidaya [5]. Rekomendasi teknis terkait lingkungan laut sebagai habitat Tuna Rekomendasi teknis terkait lingkungan laut dan pesisir untuk ekstensfikasi lahan baru bagi produksi garam
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Samudera Hindia Selatan Jawa pada khususnya, dan Perairan Indonesia pada umumnya Widodo S. Pranowo Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Anastasia R.T.D. Kuswardani, Rizki A. Adi, Candra D. Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Puspita, Herlina I. Ratnawati, Salvienty Makarim, Sumber Dana : - RM : Rp. 2.026.920.000,00- Realisasi: Rp. 2.019.486.600,00Riswan Hasan, Dani Saepuloh, Wida H. Samyono - PHLN : Rp. 916.000.000,-
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: First Institute of Oceanography, China : -: Kementerian Lingkungan Hidup, Perguruan Tinggi, Badan Litbang KKP
18
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 19. Kajian Variabilitas Laut-Iklim dan Hidrodinamika di Perairan Indonesia
Gambar 1. Nilai Suhu Permukaan Laut (SPL) Klimatologi Bulanan Laut Jawa tahun 1995-2008
Latar Belakang : Samudera Hindia Selatan Jawa, Selat Makassar dan Selat Lombok memiliki aspek strategis secara sumberdaya kelautan dan perikanannya. Salah satu contohnya adalah Selat Makassar sebagai salah satu portal penting dari pertukaran massa air Samudera Hindia dan Pasifik yang disanyalir mempunyai interaksi erat dengan Monsun yang terjadi di Indonesia. Massa air dari Samudera Pasifik mengalir ke Samudera Hindia Selatan Jawa melalui Selat Lombok, dan menjadikan Selat Lombok sebagai perairan yang cukup strategis untuk mempelajari Arus Lintas Indonesia. Samudera Hindia Selatan Jawa merupakan wilayah pengelolaan perikanan yang setiap tahunnya terdapat ribuan kapal penangkap Tuna baik dari nelayan Indonesia maupun dari negara lain. Tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk lebih mengenal karakteristik interaksi laut dan atmosfer Samuedra Hindia Selatan Jawa, Selat Makassar, Selat Lombok dan sekitarnya. Dimana pemahaman tersebut dapat digunakan sebagai dukungan data dan informasi untuk menuju konsep industrialisasi kelautan dan perikanan. Dengan menggunakan metode penelitian analisis dan/atau pemodelan numerik dan/atau analisis statistik terhadap data-data hasil survei/pengukuran in situ parameter oseanografi dan meteorologi serta data-data historis klimatologi, diproyeksikan akan dihasilkan 3 (Tiga) dokumen laporan; 1 Paket data dan informasi; 3 manuskrip karya tulis ilmiah. Tujuan : Kegiatan ini bertujuan untuk menganalisa data dengan melakukan analisa data secara time series dan juga melakukan analisa secara statistik, melakukan pemodelan hidrodinamika. Analisa data ini kemudian akan dijadikan informasi sebagai alat bantu untuk memberikan informasi yang akurat. Metode : Data dan informasi dari penelitian/survei yang telah dilakukan sebelumnya oleh Badan Litbang KP (2003-2011) dan kompilasi dari berbagai sumber akan diolah menjadi suatu informasi yang berguna untuk mendukung program nasional lintas kementerian terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, serta program KKP dalam industrialisasi kelautan dan perikanan. Adapun metode yang akan digunakan adalah: forum group discussion (FGD) , time series analysis, pemodelan numerik, dan statistik.
Gambar 2. Lokasi penelitian. Kotak hitam menunjukan zona bagian barat, kotak merah menunjukan zona bagian tengah, Hasil : dan kotak hijau menunjukan zona bagian timur. 1. Gradien temperatur muka laut bernilai negatif di perairan Samudera Hindia selatan Jawa, terkait dengan bulan-bulan dimana terjadi fenomena upwelling dan monsoon. 2. SPL pada Musim Timur lebih rendah daripada Musim Barat. Penurunan SPL dimulai pada awal Musim Timur (Juni) dan kembali meningkat pada pertengahan Musim Peralihan II (Oktober), adapun puncak dari SPL terendah ditemukan pada bulan Agustus dan diikuti dengan konsentrasi klorofil-a yang tinggi. 3. Pada setiap Musim Timur dalam rentang waktu 1958-2008 umumnya terjadi penaikan kolom air yang menyebabkan berubahnya lapisan termoklin dengan isotherm 20 ºC. Terjadinya penaikan kolom air ini memperkuat indikasi kejadian upwelling di lokasi-lokasi yang diprediksi sebagai daerah upwelling. 4. Stabilitas upwelling di bagian timur perairan Samudera Hindia selatan Jawa merupakan fenomena yang cukup menarik dan merupakan kejadian yang menarik apabila dihubungkan dengan penangkapan ikan di area tersebut. Gambar 3. Hubungan antara hasil tangkapan ikan mata besar 5. Indeks upwelling memperlihatkan pola yang konsisten dengan Dipole Mode Event (Indian Ocean Dipole Mode) (Bigeye tuna) , klorofil-a dan indeks upwelling di perairan Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Adanya relasi yang positif antara tangkapan ikan dengan indeks upwelling, dimana relasi linier terkuat adalah relasi antara indeks upwelling dan hasil tangkapan ikan Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Samudera Hindia bagian selatan Jawa, Selat Makassar, Laut Flores Dr. Anastasia Rita Tisiana Program Renstra : Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan Dr-ing. Widodo Setiyo Pranowo Program APBN : Penelitian dan Pengembangan Iptek Rizky Anggoro Adi, ST Sumber Dana : - RM : Rp 115.947.000,00Realisasi: Rp. 111.177.400,00Wida Hanayasashi, S.Si - PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
19
SUMBERDAYA LAUT DAN PESISIR – TAHUN 2013 20. Penyusunan Strategi Klaim Batas Landas Kontinen Indonesia (LKI) di Luar 200 mil Laut Latar Belakang : Kegiatan ini merupakan kegiatan baru atau kegiatan tambahan pada tahun anggaran 2013, merupakan hasil revisi dari anggaran yang semula akan dipergunakan untuk melaksanakan kerjasama antara pihak Indonesia (KKP) dengan NOAA-Amerika dalam melaksanakan penyelidikan kelautan khususnya aktivitas gunungapi bawah laut. P3SDLP telah menganggarkan hari layar yang merupakan dana pendamping, tetapi pihak Amerika membatalkan kedatangan Kapal Eksplorasi Okeanos sebagai salah satu wahana yang dipergunakan pada kerjasama ini yang dapat memantau keberadaan sumberdaya laut di perairan Indonesia. Karena itu telah dibuat kegiatan baru dengan judul “Penyusunan Strategi Klaim Batas Landas Kontinen di Luar 200 Mil Laut”. Kegiatan ini merupakan kebutuhan dari tim Landas Kontinen Indonesia yang berhasil dalam memperluas wilayah kedaulatan NKRI di perairan barat Sumatera. Hal ini menjadikan dasar untuk melakukan pendokumentasian keberhasilannya yang patut dibanggakan. Kerjasama antar kementerian dan lembaga yang begitu solid serta pelaksanaan submisi batas landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut yang banyak kendala perlu didokumentasikan sehingga dapat peristiwa perjalanan maupun strategi tim Landas Kontinen Indonesia hingga subimisi tersebut diterima oleh Commissision on the Limits of the Continetal Shelf (CLCS) dapat tercatat sebagai pembelajaran bagi bangsa Indonesia untuk menghadapi kegiatan yang sama ke depan. Tujuan : Melakukan pendokumentasian tentang strategi tim Landas Kontinen Indonesia dalam melakukan klaim batas Landas Kontinen di luar 200 mil laut ke PBB. Metode : - Persiapan Kegiatan: Koordinasi dengan tim LKI dari berbagai institusi yang terlibat dalam pelaksanaan submisi batas landas kontinen baik sebagai tim ahli maupun tim teknis. - Pengumpulan data: Dalam rangka penelusuran informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penyusunan, maka dibutuhkan data terkait yaitu: hasil desktop study; hasil survei; perhitungan jarak dan luas wilayah submisi. - Koordinasi Pelaksanaan Kegiatan: Membentuk kelompok kerja sesuai dengan bidang kompetensi dalam penyusunan dokumen submisi Landas Kontinen Indonesia di luar 200 mil laut; Meakukan pertemuan teknis & konsultasi narasumber; Konsinyasi untuk masing-masing kelompok kerja dalam rangka pelaksanaan kegiatan dan penyusunan hasil penelitian. - Pendokumentasian strategi tim LKI: Melakukan kompilasi bahan dari hasil perjalanan sebuah dokumen yang digunakan untk melakukan submisi Landas kontinen ke CLCS sebagai hasil kerja dari berbagai instansi yang terlibat yang kemudian akan dirangkum oleh tim Landas Kontinen Indonesia. Hasil : Berdasarkan pasal 76 di dalam United Nation Convention on the Law Of the Sea (UNCLOS) atau Hukum Laut International tahun 1982, Indonesia sebagai negara kepulauan sekaligus sebagai negara pantai mempunyai kesempatan untuk melakukan submisi batas landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut. Kajian-kajian dan persiapan-persiapan untuk melakukan submisi ini telah dilakukan sejak Indonesia meratifikasi UNCLOS’82 pada tahun 1985. Pada tahun 1996 dilaksanakan survei pendahuluan landas kontinen dengan fokus untuk mendapatkan data batimetri melalui proyek Digital Marine Resources Mapping (DMRM). Berdasarkan data-data yang telah tersedia dilakukan Desktop Study untuk mengidentifakasi potensi wilayah landas kontinen Indonesia di luar 200 mil laut. Dari desktop study ini teridentifikasi 3 wilayah potensi, yakni: sebelah barat laut Sumatera, sebelah selatan Nusatenggara dan sebelah utara Papua. Tahun 2013 KKP diundang untuk ikut sebagai tenaga ahli dalam survei seismik LKI di perairan sebelah utara Papua menggunakan kapal riset Geomarin 3 milik Puslitbang Geologi Kelautan (P3GL). Hasil survei ini kemudian didiskusikan dengan negara-negara tetangga dalam kawasan tersebut yaitu PNG dan FSM (Mikronesia) sebagai penugasan DELRI yang dikoordinatori oleh Kemlu RI untuk pertemuan Trilateral di Canberra, Australia. Hasil sementara adalah bahwa data LKI milik Indonesia merupakan yang terlengkap dengan data primer lintasan seismik dan pengukuran batas yang lebih detil, sehingga pihak negara tetangga meminta waktu kembali untuk berdiskusi dengan opsi pengajuan klaim submisi yang kemungkinan akan dilakukan bersama-sama antar negara kawasan tersebut (Indonesia, PNG, FSM). Hal ini akan menjadi agenda pembicaraan khusus ke depan lintas instasi Indonesia untuk menanggapi opsi tersebut, disamping adanya rencana untuk melakukan survei seismik kembali pada tahun 2014 oleh P3GL dengan resolusi yang lebih detail. Data ini nantinya sebagai penguatan strategi klaim batas LKI di luar 200 mil laut ke PBB dan juga sebagai data ilmiah terbaru bagi inventarisasi kondisi sumberdaya laut dalam dan geodinamika pada Kawasan Timur Indonesia, khususnya di utara Papua. Unit Kerja Alamat Lokasi Kegiatan Peneliti Utama Keg Peneliti Anggota
: : : : :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Laut dan Pesisir Jl. Pasir Putih I Lantai 3, Ancol Timur, Jakarta Utara 14430 – DKI Jakarta / Telp. : (021) 64711583 pes 4304 / Fax. : (021) 64711654 Rainer A. Troa, M.Si Eko Triarso, M.Si Joko Prihantono, M.Si Lestari C. Dewi, M.Si
Program Renstra Program APBN Sumber Dana
: Penelitian dan Pengembangan Iptek Kelautan dan Perikanan : Penelitian dan Pengembangan Iptek : - RM : Rp. 187.389.000,00- Realisasi: Rp. 168.289.700,00- PHLN :
LAPORAN RINGKAS PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2013
Mitra Kerja Sama Dana Pendamping Pengguna
: : :
20