Bidang Ilmu :Kesehatan
LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING TAHUN II PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI ERGONOMI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN PEMATUNG DI DESA PELIATAN, UBUD, GIANYAR, BALI
OLEH:
Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. (NIDN 0017126802) Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd.(NIDN 0004015001) Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan Nomor DIPA: 023.04.2.552581/2014 Tanggal 5 Desember 2013
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA Tahun 2014
i
HALAMAN PENGESAHAN Judul Penelitian
: Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan dan Implementasi Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali
Bidang Penelitian
: Kesehatan
Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. NIP/NIK c. NIDN d. Jabatan Fungsional e. Jabatan Struktural f. Fakultas/Jurusan g. Pusat Penelitian h. Alamat Institusi i. Telpon/Faks/E-mail
: Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. : 196812171993031003 : 0017126802 : Guru Besar : : MIPA/ Pendidikan Biologi : Universitas Pendidikan Ganesha : Jalan Udayana Singaraja Bali : 081338193753/
[email protected]
Waktu Penelitian Pembiayaan : a. Tahun pertama b. Tahun kedua c. Tahun ketiga d. Biaya dari instansi lain
: Tahun ke II dari rencana dua tahun : Rp. 47.250.000,: Rp. 27.000.000,: Rp. : tidak ada
Mengetahui, Dekan Fakultas MIPA
Singaraja, 25 Agustus 2014 Ketua Peneliti,
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si. NIP.19581231198601 1 005
Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. NIP. 19681217199303 1 003
Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian
Prof. Dr. Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni, M.A. NIP. 19640326199003 2 002
ii
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat’Nyalah maka Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahap II yang berjudul: “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan dan Implementasi Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali” dapat diselesaikan sesuai rencana. Dalam penulisan laporan penelitian ini, kami banyak mendapat masukan-masukan atau saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penulisan laporan penelitian tersebut. Kami menyadari sepenuhnya akan kekurangan isi laporan penelitian ini, sehingga dengan kerendahan hati kami mohon kritik dan saran untuk kelengkapan dan kesempurnaan laporan penelitian tersebut. Sebagai akhir kata kami berharap agar laporan penelitian ini bermanfaat terutama bagi mereka yang tertarik dengan masalah-masalah ergonomi di industri kecil, khususnya dalam bidang kesehatan pekerja.
Singaraja, Agustus 2014
Peneliti
iii
DAFTAR ISI Halaman Judul……………………………………………………………………….
i
Halaman Pengesahan..................................................................................
ii
Kata Pengantar............................................................................................
iii
Daftar Isi…………………………………………………………………...
iv
Daftar Tabel..................................................................................................
vi
Daftar Gambar..............................................................................................
vii
Daftar Lampiran............................................................................................
viii
Abstrak……………………………………………………………….........
ix
Abstract ......................................................................................................
x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1.2 Tujuan Khusus................................................................................................. 1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian...................................................................... 1.4 Temuan atau Inovasi yang Ditargetkan.............................................................
1 3 3 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ergonomi dan Manfaatnya dalam Pemberdayaan Masyarakat.......................... 2.2 Antropometri dan Stasiun Kerja ....................................................................... 2.3 Faktor Beban Kerja yang Dipertimbangkan dalam Mendesain Stasiun Kerja... 2.4 Faktor Kelelahan yang Dipertimbangkan dalam Mendesain Stasiun Kerja..... 2.5 Kaitan antara Keluhan Muskuloskeletal dan Stasiun Kerja............................... 2.6 Kearifan Lokal yang Berkaitan dengan Ergonomi............................................ 2.7 Studi Pendahuluan yang Telah Dilakukan.......................................................... 2.8 Peta Jalan Penelitian.......................................................................................... 2.9. Hipotesis Penelitian..........................................................................................
6 8 9 10 11 11 12 14 15
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian.......................................................................................... 3.2 Penentuan Sumber Data………………………………………………………. 3.2.1 Subjek Penelitian................................................................................. 3.2.2 Populasi dan Sampel............................................................................ 3.2.3 Kriteria Sampel.................................................................................... 3.3 Besar Sampel...................................................................................................... 3.4 Variabel Penelitian…………………………………………………………….. 3.5 Prosedur Penelitian……………………………………………………………. 3.6 Analisis Data………………………………………………………………… 3.7 Bagan Alir Penelitian......................................................................................
16 17 17 17 17 17 18 18 20 21
iv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian............................................................................................. 4.2 Pembahasan................................................................................................. 4.2.1 Beban Kerja Pematung................................................................ 4.2.2 Keluhan Muskuloskeletal Pematung.......................................... 4.2.3 Kelelahan Pematung.................................................................... 4.2.4 Produktivitas.................................................................................
22 27 27 28 30 32
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan....................................................................................................... 5.2 Saran.............................................................................................................
34 34
DAFTAR PUSTAKA…….................................................................................
35
LAMPIRAN........................................................................................................
38
v
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan Pematung…………………
22
Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Kondisi Awal Pematung sebelum Perbaikan Kondisi Kerja……………………………………………….
22
Tabel 4.3 Data Kondisi Lingkungan pada Periode I…………………………..
23
Tabel 4.4 Data Kondisi Lingkungan pada Periode II………………………….
24
Tabel 4.5 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Beban Kerja Pematung …………………………………….
25
Tabel 4.6 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Keluhan Muskuloskeletal Pematung………………………… 25 Tabel 4.7 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Kelelahan Pematung…………………………………………
26
Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Produktivitas Kerja Pematung…………………………………………… 26
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Jalan Penelitian........................................................................
Halaman 14
Gambar 4.1. Posisi dan Sikap Kerja Pematung Saat Beraktivitas …………………………………………………………….
27
vii
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
Lampiran 1. Luaran Penelitian dalam Bentuk Artikel....................................
38
Lampiran 2. Luaran Penelitian dalam Bentuk Desain Stasiun Kerja..............
53
Lampiran 3. Hasil Analisis Data Beban Kerja ………………………………..
54
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Keluhan Muskuloskeletal..............................
55
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Kelelahan ………………………………….
56
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Produktivitas.................................................
57
Lampiran 7. Justifikasi Anggaran Penelitian tahun II ………………………….
58
Lampiran 8. Susunan Organisasi Tim Peneliti dan Pembagian Tugas………….
60
Lampiran 9. Ketersediaan Sarana dan Prasarana Penelitian...............................
61
Lampiran 10. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti……………………………………………………………..
64
viii
ABSTRAK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI ERGONOMI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN PEMATUNG DI DESA PELIATAN, UBUD, GIANYAR, BALI Oleh: I Made Sutajaya & Ni Putu Risttiati Jurusan Pedidikan Biologi FMIPA Undikksha Email;
[email protected] Tujuan penelitian adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan dan implementasi ergonomi untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan produktivitas pematung. Setelah dilakukan pelatihan ergonomi dengan pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner, dan partisipatori (SHIP) diharapkan agar kualitas kesehatan yang dinilai dari beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan pematung dapat dikurangi serta produktiviitas dapat ditingkatkan. Penelitian eksperimental ini melibatkan 30 sampel yang diberikan perlakuan berupa pelatihan ergonomi dan implementasi hasil pelatihan tersebut. Melalui rancangan pre and post test group design (treatment by seubjject design) didata denyut nadi, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan sebelum dan sesudah kerja. Produktivitas dihitung setiap akhir kerja. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t paired dengan taraf signifikansi 5%. Hasilnya adalah terjadi penurunan: (a) beban kerja sebesar 83,45%; (b) keluhan muskuloskeletal sebesar 13,52%; dan kelelahan sebesar 11,27% secara bermakna (p<0,05). Itu membuktikan bahwa kualitas kesehatan pematung dapat ditingkatkan. Konsekuensinya adalah terjadi peningkatan produktivitas secara bermakna sebesaar 19,45% (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan implementasi ergonomi dapat mengurangi beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan, serta meningkatkan produktivitas pematung. Kata kunci: ergonomi, kualitas kesehatan, dan produktivitas
ix
ABSTRACT COMMUNITY DEVELOPMENT THROUGH TRAINING AND IMPLEMENTATION OF ERGONOMICS TO IMPROVE SCULPTOR QUALITY HEALTH IN PELIATAN VILLAGE, UBUD, GIANYAR, BALI by I Made Sutajaya & Ni Putu Risttiati Biology Education Department FMIPA Undikksha Email;
[email protected] The research objective is to empower the community through training and implementation of ergonomics to improve the health and productivity of the sculptor. After training on ergonomics with a systemic, holistic, interdisciplinary, and participatory (SHIP) approach is expected to be quality assessed health of the workload, musculoskeletal complaints, and fatigue can be reduced and produktiviitas sculptor can be improved. This experimental study involved 30 samples of a given treatment in the form of ergonomics training and implementation of the training results. Through pre and post test design group design (treatment by subject design) recorded heart rate, musculoskeletal complaints, and fatigue before and after work. Productivity is calculated every end of the work. Data were analyzed by paired t test with a significance level of 5%. The result is a decrease: (a) workload by 83.45%; (b) musculoskeletal complaints by 13.52%; amounted to 11.27% and fatigue were significantly (p <0.05). It proves that the quality of the sculptor's health can be improved. The consequence is an increase in productivity was significantly sebesaar 19.45% (p <0.05). It can be concluded that community empowerment through training and implementation of ergonomics can reduce the workload, musculoskeletal complaints, and fatigue, and increase productivity sculptor. Keywords: ergonomics, health quality, and productivity
x
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergonomi telah dilakukan di tahun I dan implementasi ergonomi yang dilakukan di tahun II dinilai sangat diperlukan. Dikatakan demikian karena terbukti bahwa kondisi kerja yang menyertai pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali dinilai tidak ergonomis sehingga pematung mengalami peningkatan beban kerja sebesar 13,5%, keluhan muskuloskelatal sebesar 41,3%, dan kelelahan sebesar 46,8% (Sutajaya & Ristiati, 2013). Itu terjadi karena di dalam mendesain stasiun kerja, sampai saat ini belum mengacu kepada data antropometri pekerja. Di samping itu dalam proses desain belum menyertakan pekerja sejak dini sehingga sering terjadi ketidaksesuaian antara yang diinginkan oleh desainer dengan pekerja yang akan menggunakan desain tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan pemberdayaan pekerja melalui pelatihan ergonomi yang dapat meningkatkan pengetahuan pematung sebesar 39%, motivasi kerja sebesar 34,9%, kepedulian terhadap kondisi tubuhnya sebesar 36,9% dan sikap kewirausahaan berbasis kesehatan sebesar 37,2% (Sutajaya & Ristiati, 2013). Untuk membuktikan kehandalan pelatihan ergonmi tersebut perlu diimplementasi konsep-konsep ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dalam mendesain stasiun kerja pematung, sehingga diharapkan dapat mengurangi beban kerja, keluuhan muskuloskeletal, dan kelelahan yang merupakan indikator kualitas kesehatan. Di samping itu melalui pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP) akan terwujud desain stasiun dan proses kerja yang secara teknis sesuai dengan pekerjanya dan secara fisiologis tidak menimbulkan keluhan muskuloskeletal, tidak mengakibatkan beban kerja yang terlalu berat dan dapat memperlambat munculnya kelelahan (Azadeh, et al, 2007). Penerapan ergonomi yang mengupayakan agar pekerja selalu dalam kondisi sehat, aman, dan nyaman dalam proses kerja merupakan suatu yang urgen untuk dilaksanakan dan sesegera mungkin harus diimplementasikan (Manuaba, 2008; Azadeh, et al, 2007). Jika hal ini diabaikan, maka kualitas kesehatan pekerja diyakini akan terganggu bahkan bisa menimbulkan deformitas pada organ tubuhnya dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Salah satu cara yang bisa ditempuh agar para pekerja yang berkecimpung 1
di dalam kegiatan yang ada di industri kecil tetap dalam kondisi yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien serta produktivitasnya tinggi maka diperlukan kaidah-kaidah ergonomi yang berbasis kearifan lokal di dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di tempat kerja. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut.
Pada Tahun I 1. Apakah pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan pematung tentang konsep ergonomi yang dapat diimplementasikan di tempat kerja? 2. Apakah pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat memotivasi pematung untuk mendesain stasiun kerjanya berdasarkan konsep ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal? 3. Apakah pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kepedulian pematung terhadap kondisi tubuhnya yang dinilai dari kualitas kesehatannya? 4. Apakah pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kewirausahaan pematung berbasis kesehatan sebagai wujud nyata dari keberhasilan pemberdayaan masyarakat ?
Pada Tahun II 1. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi beban kerja pematung ? 2. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung ? 3. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi kelelahan pematung ? 4. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat meningkatkan produktivitas pematung ?
2
1.2 Tujuan Khusus Menyimak latar belakang masalah tersebut, tujuan khusus yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Tujuan penelitian pada tahun pertama adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan pengetahuan pematung tentang konsep ergonomi yang dapat diimplementasikan di tempat kerja. 2. Mengetahui pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat memotivasi pematung untuk mendesain stasiun kerjanya berdasarkan konsep ergonomi yang relevan dengan kearifan local. 3. Mengetahui pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kepedulian pematung terhadap kondisi tubuhnya yang dinilai dari kualitas kesehatannya. 4. Mengetahui pelatihan ergonomi sebagai salah satu cara pemberdayaan masyarakat dapat meningkatkan kewirausahaan pematung berbasis kesehatan sebagai wujud nyata dari keberhasilan pemberdayaan masyarakat. b) Tujuan penelitian pada tahun kedua adalah sebagai berikut. 1. Mengatahui implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi beban kerja pematung. 2. Mengatahui implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung. 3. Mengatahui implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi kelelahan pematung. 4. Mengatahui implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat meningkatkan produktivitas pematung.
1.3 Urgensi (Keutamaan) Penelitian Urgensi (keutamaan) penelitian difokuskan pada luaran sebagai berikut. 1. Implementasi data antropometri yang mengacu kepada kearifan lokal dan dilengkapi dengan hasil analisis persentil dan digunakan sebagai acuan di dalam mendesain stasiun kerja. Luaran ini dapat digunakan sebagai acuan dalam 3
memperbaiki infrastruktur di industri kecil sehingga dapat meminimalkan penyakit akibat kerja dan kualitas kesehatan pekerja dapat ditingkatkan. 2. Implementasi data ukuran alat kerja termasuk meja kerja dan tempat duduk yang dapat digunakan untuk mencari kesesuaian antara antropometri pekerja dengan stasiun kerjanya serta geometri yang mengacu kepada konsep asta bumi. 3. Implementasi data antropometri dan data ukuran alat kerja di dalam melakukan uji coba modul penataan stasiun kerja yang mengacu kepada prinsip asta kosalakosali dan asta bumi. 4. Implementasi data antropometri dan data ukuran alat kerja di dalam membuat miniatur tempat kerja yang ergonomis. 5. Kualitas kesehatan
yang mengacu kepada indikator: beban kerja, keluhan
muskuloskeletal, dan kelelahan. 6. Implementasi data antropometri, data ukuran alat kerja, data kondisi lingkungan di dalam menguji coba modul dan desain stasiun kerja yang ergonomik yang dirancang pada tahun I 7. Gambaran tentang kualitas kesehatan pematung yang dapat ditingkatkan melalui implementasi ergonomi yang yang relevan dengan kearifan lokal sebagai temuan pada tahun II 8. Gambaran tentang produktivitas pematung setelah diimplementasikan konsep ergonomi yang yang relevan dengan kearifan lokal sebagai temuan pada tahun II.
1.4 Temuan atau Inovasi yang Ditargetkan Temuan atau inovasi yang ditargetkan adalah: (1) Pada tahun pertama: (a) berhasil diberdayakan 30 orang pematung melalui pelatihan ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dan cocok diimplementasikan dalam memperbaiki kondisi kerja pematung sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatannya; (b) draft modul penataan ruang kerja; dan (c) draft desain stasiun kerja yang ergonomis; (2) Pada tahun kedua hasil yang ditargetkan adalah (a) dapat diketahui keberhasilan implementasi ergonomic dalam memperbaiki kondisi kerja pematung sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan pematung yang dinilai dari indikator keluhan muskuloskeletal, kelelahan, beban kerja, dan produktivitasnya, (2) desain stasiun kerja, (3) modul penataan stasiun kerja yang ergonomic, dan (4) artikel ilmiah. 4
Terkait dengan temuan atau inovasi tersebut dapat dijelaskan tentang luaran penelitian yang ditargetkan adalah sebagai berikut. a. Luaran wajib: (a) artikel ilmiah yang dipublikasikan di seminar nasional; (b) artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal nasional ber-ISSN; dan (c) gambaran tentang Teknologi Tepat Guna yang diimplementasikan dalam desain dan modul penataan stasiun kerja. b. Luaran tambahan berupa modul penataan stasiun kerja yang ergonomis.
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi dan Manfaatnya dalam Pemberdayaan Masyarakat Ergonomi berasal dari kata Yunani yaitu ergon (kerja) dan nomos (aturan). Definisi ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan alat, cara kerja dan lingkungan pada kemampuan, kebolehan dan batasan manusia sehingga diperoleh kondisi kerja dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman dan efisien sehingga tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya (Manuaba, 2008). Ergonomi sangat diperlukan di dalam suatu kegiatan yang melibatkan manusia di dalamnya dengan memperhitungkan kemampuan dan tuntutan tugas. Kemampuan manusia sangat ditentukan oleh faktor-faktor profil, kapasitas fisiologi, kapasitas psikologi dan kapasitas biomekanik, sedangkan tuntutan tugas dipengaruhi oleh karakteristik dari materi pekerjaan, tugas yang harus dilakukan, organisasi dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilakukan (Manuaba, 2008). Dengan ergonomi dapat ditekan dampak negatif pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena dengan ergonomi berbagai penyakit akibat kerja, kecelakaan, pencemaran, keracunan, ketidak-puasan kerja, kesalahan unsur manusia, bisa dihindari atau ditekan sekecil-kecilnya (Manuaba, 2008). Sumber kerja diartikan sebagai aspek-aspek fisik, social atau organisasional dari pekerjaan yang dapat: (a) menurunkan tuntutan pekerjaan dan biaya yang berkaitan dengan faktor fisiologis dan psikologis; (b) berfungsi dalam pencapaian tujuan kerja; (c) menstimulasi pertumbuhan, pembelajaran, dan perkembangan individu. Sumber kerja merupakan predictor terpenting dari engagement, karena mampu memprediksi komitmen suatu organisasi. Sumber kerja berperan dalam pembentukan proses motivasi karena karyawan mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan ekonomi, kompetensi, dan berhubungan dengan orang lain. Penelitian terkini menyatakan
bahwa suber kerja
termasuk pada level tugas sebagai umpan balik kinerja, level interpersonal sebagai dukungan dari rekan kerja, dan level organisasi sebagai pembinaan supervisor (Bakker & Leiter, 2010; Bakker, 2010; Bakker, et al, 2011 ; Bakker, et al, 2008; Shimazu, et al, 2010) Pemanfaatan prinsip-prinsip ergonomi dalam mendesain suatu produk membuat produk tersebut menjadi lebih sesuai dengan pemakai (users friendly), memuaskan, nyaman dan 6
aman (Manuaba 2008; Fam, et al, 2007; Limerick, et al, 2007). Untuk memudahkan dan mengurangi dampak negatif yang mungkin timbul, penerapan ergonomi hendaknya menggunakan bahasa yang sederhana, bahasa perusahaan atau bahasa masyarakat. Pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP) hendaknya selalu dimanfaatkan dalam setiap pemecahan masalah atau merencanakan sesuatu sehingga tidak ada lagi masalah yang tertinggal atau muncul di kemudian hari (Manuaba, 2008; Azadeh, et al, 2007). Di samping itu pendekatan SHIP hendaknya diterapkan dalam pemilihan dan alih teknologi sehingga menjadi tepat guna, dengan persyaratan: (a) secara teknik hasilnya lebih baik; (b) secara ekonomi lebih menguntungkan; (c) secara sosial budaya dapat diterima; (d) kesehatan dapat dijamin dan dipertanggungjawabkan; (e) hemat dalam pemakaian energi; dan (f) tidak merusak lingkungan (Manuaba, 2008; Munaf, et al., 2008). Dari beberapa perbaikan ergonomi terbukti bahwa dengan penerapan ergonomi mampu memberikan keuntungan secara ekonomi, meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kerja. Malah telah sampai pada simpulan good ergonomi is good economic (Sutjana, et al., 2008). Pemberdayaan masyarakat terkait erat dengan faktor internal dan eksternal. Tanpa mengecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi secara sinergis dan dinamis. Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self-organizing dari masyarakat namun juga perlu memberikan perhatian pada faktor eksternalnya (Anonim, 2012). Cook (1994) dalam Anonim (2012) menyatakan pembangunan masyarakat
merupakan
konsep
yang
berkaitan
dengan
upaya
peningkatan
atau
pengembangan masyarakat menuju ke arah yang positif. Giarci (2001) (dalam Anonim, 2012) memandang community development sebagai suatu hal yang memiliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan berkembang melalui berbagai fasilitasi dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan fisiknya serta kesejahteraan sosialnya. Proses ini berlangsung dengan dukungan collective action dan networking yang dikembangkan masyarakat. Itu berarti pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergonomi sesungguhnya mengupayakan agar masyarakat menyadari betapa pentingnya kesehatan dan kebugaran dalam bekerja. Di sisi lain melalui pelatihan ergonomi dapat diwujudkan pembangunan berkelanjutan, karena 7
akan tercipta pekerja-pekerja yang tangguh tanpa terpapar oleh kondisi kerja yang tidak aman, tidak sehat, dan tidak nyaman. Pada akhirnya akan diperoleh mekanisme kerja yang efektif, efisien, dan produktif.
2.2 Antropometri dan Stasiun Kerja Di dalam mendesain alat kerja dan ruang kerja yang mengacu kepada antropometri pemakai, perlu dipertimbangkan: (a) tinggi rendahnya tuntutan terhadap beban otot pada saat beraktivitas; (b) tingkat bahaya yang ditimbulkan pada saat melakukan aktivitas dengan menggunakan alat kerja tertentu dan di ruang kerja tertentu pula; (c) letak beban paling besar pada saat mengangkat dan mengangkut beban, mengoperasikan alat-alat kerja, duduk di kursi kerja, dan bekerja di meja kerja; (d) posisi kerja pada saat melakukan kegiatan (duduk, berdiri, jongkok, setengah jongkok, duduk bersila, kombinasi); (e) sikap kerjanya (alamiah atau tidak alamiah); (f) sifat kerjanya statis atau dinamis dilihat dari kontraksi otot yang terjadi pada saat melakukan aktivitas; (g) kemungkinan variasi posisi dan sikap kerja; (h) pola-pola gerakan badan yang dikaitkan dengan batasan-batasan gerakan sendi; (i) lamanya kerja dengan memanfaatkan tenaga fisik atau otot; (j) tinggi rendahnya presisi atau ketelitian yang diinginkan; dan (k) organ-organ yang terlibat langsung dengan komponen-komponen alat (Grandjean, 2007; Bazrgari, 2007; Sutjana, et al, 2008). Di dalam mendesain alat dan ruang kerja perlu dipertimbangkan konponen-komponen di atas, karena upaya untuk menyesuaikan antropometri dengan desain alat dan ruang kerja pada dasarnya tergantung kepada: (a) keadaan, frekuensi dan kesulitan dari aktivitas yang dilakukan terkait dengan pengoperasian alat-alat kerja; (b) sikap tubuh selama beraktivitas; (c) syarat-syarat untuk keleluasaan gerak terkait dengan aktivitas yang dilakukan di ruang kerja tersebut; dan (d) keamanan, kenyamanan dan keselamatan yang diharapkan dengan penambahan dimensi kritis (Grandjean, 2007). Di samping itu ada beberapa gerakan yang harus didukung oleh kesesuaian antara antropometri pemakai dengan alat yang dioperasikan atau ruang kerja tempat beraktivitas yaitu; (a) gerakan pada saat duduk, berdiri, berjalan atau kombinasi; (b) gerakan di dalam menggunakan fasilitas atau mengoperasikan alat-alat kerja; (c) gerakan-gerakan yang berkaitan dengan emergency; (d) gerakan pada saat mengambil atau menaruh dan
8
menjangkau sesuatu; dan (e) gerakan melintas di gang atau di antara alat-alat kerja yang ada pada saat pindah tempat kerja (Grandjean, 2007). Antropometri memang sangat diperlukan untuk menyesuaikan antara alat atau ruang kerja dengan orang yang bekerja atau beraktivitas di tempat tersebut, sebab seandainya ini tidak terpenuhi maka akan menimbulkan: (a) ketidak-nyamanan dalam beraktivitas; (b) kelelahan lebih cepat muncul; (c) risiko terjadinya kesalahan dalam beraktivitas lebih tinggi; (d) beban kerja meningkat lebih cepat; (e) energi yang diperlukn untuk usaha kerja yang sama ternyata lebih tinggi; (f) sering menimbulkan gangguan otot terutama pada sistem musculoskeletal; dan (g) produktivitas menurun (Grandjean, 2007).
2.3 Faktor Beban Kerja yang Dipertimbangkan dalam Mendesain Stasiun Kerja Aasa, et al (2006) melaporkan bahwa aktivitas yang disertai dengan adanya stres mental dan fisik dapat meningkatkan rerata denyut nadi secara bermakna sebesar 16,80 denyut per menit pada pria dan 18,70 denyut per menit pada wanita (p < 0,01). Pada proses kerja tampaknya beban kerja yang dipengaruhi oleh faktor eksternal maupun internal akan saling mempengaruhi sehingga memunculkan perpaduan antara beban kerja fisik dan mental. Beban kerja tersebut diekspresikan melalui perubahan frekuensi denyut nadi yang dapat digunakan sebagai salah satu data objektif untuk menentukan berat-ringannya suatu aktivitas. Akan tetapi dari beberapa laporan peneliti tampaknya suatu pekerjaaan yang didominasi oleh beban kerja mental tidak akan mengubah kategori beban kerja atau beban kerja berada pada kategori ringan (75 - 100 denyut per menit). Oleh karena itu perlu dilihat peningkatan frekuensi dari denyut nadi istirahat ke denyut nadi kerja sesuai dengan pernyataan Adiputra (2006) bahwa perubahan frekuensi denyut nadi tidak boleh melebihi 35 denyut per menit pada pria dan 30 denyut per menit pada wanita dari denyut nadi istirahat. Adiputra (2006) menyatakan bahwa untuk beban kerja yang sama, subyek orang Bali telah merespon lebih berat 15% di atas orang Thai dan 30% di atas orang Barat. Itu berarti kriteria di atas harus dikurangi 30% dari orang barat yaitu: (a) untuk pria 35 – (35 x 30%) = 24,5 denyut per menit dan (b) untuk wanita 30 – (30 X 30%) = 21 denyut per menit. Dengan kata lain, walaupun kategori beban kerjanya sama, namun peningkatan frekuensi denyut nadi dengan subjek orang Bali tidak boleh melebihi 25 denyut per menit untuk pria dan 21 denyut per menit untuk wanita. Kondisi seperti ini diprediksi akan berlaku sama untuk orang 9
Indonesia karena mereka hidup di daerah tropis dengan temperatur udara dan kelembaban yang tinggi. Kondisi seperti ini dinyatakan dapat mempengaruhi kemampuan dan kesehatan seseorang.
2.4 Faktor Kelelahan yang Dipertimbangkan dalam Mendesain Stasiun Kerja Kelelahan secara umum merupakan suatu keadaan yang tercermin dari gejala perubahan psikologis berupa kelambanan aktivitas motoris dan respirasi, adanya perasaan sakit, berat pada bola mata, pelemahan motivasi, aktivitas dan fisik lainnya yang akan mempengaruhi aktivitas fisik maupun mental (Grandjean, 2007; Steward, et al, 2008; Suter, 2008). Kelelahan sesungguhnya merupakan suatu mekanisme perlindungan tubuh agar terhindar dari kerusakan lebih lanjut atau dapat dikatakan sebagai alarm tubuh yang mengisyaratkan seseorang untuk segera beristirahat. Mekanisme ini diatur oleh sistem saraf pusat yang dapat mempercepat impuls yang terjadi di sistem aktivasi oleh sistem saraf simpatis dan memperlambat impuls yang terjadi di sistem inhibisi oleh saraf parasimpatis. Menurunnnya kemampuan dan ketahanan tubuh akan mengakibatkan menurunnya efisiensi dan kapasitas kerja. Seandainya kondisi seperti ini dibiarkan berlanjut tentunya akan mempengaruhi produktivitas seseorang. Grandjean (2007) menyatakan bahwa kelelahan yang berlanjut dapat menyebabkan kelelahan kronis dengan gejala: (a) terjadi penurunan kestabilan fisik; (b) kebugaran berkurang; (c) gerakan lamban dan cenderung diam; (d) malas bekerja atau beraktivitas; dan (e) adanya rasa sakit yang semakin meningkat. Di samping itu kelelahan juga menyebabkan gangguan psikosomatik seperti: (a) sakit kepala; (b) pusing-pusing; (c) mengantuk; (d) jantung berdebar; (e) keluarnya keringat dingin; (f) nafsu makan berkurang atau hilang; dan (g) adanya gangguan pencernaan (Grandjean, 2007). Terkait dengan fakta tersebut tampaknya dalam proses kerja para pekerja tidak akan terlepas dari kelelahan saat mengikuti aktivitas. Kondisi tersebut akan semakin parah jika pada proses kerja disertai dengan kondisi lingkungan yang tidak sehat, aman dan nyaman, suasana kerja yang membosankan dan sarana atau prasarana yang tidak mengacu aspek-aspek ergonomi.
10
2.5 Kaitan antara Keluhan Muskuloskeletal dan Stasiun Kerja Aasa, et al (2006), David, et al (2008), dan Marras, et al (2009) melaporkan bahwa keluhan sistem muskuloskeletal merupakan masalah besar dalam suatu industri yang disebabkan oleh: (a) tempat kerja yang tidak memadai; (b) aktivitas yang bersifat repetitif; (c) desain alat dan peralatan yang tidak sesuai dengan si pemakai; (d) organisasi kerja yang tidak efisien; (e) jadwal istirahat yang tidak teratur; dan (f) sikap kerja yang tidak alamiah. Escorpiso (2008) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal menempati urutan pertama di antara penyakit akibat kerja lainnya yang dipengaruhi oleh karakteristik individu (umur lebih dari 30 tahun), di mana pekerja yang mengalami gangguan tersebut sebanyak 44,9%. Grandjean (2007) menyatakan bahwa sikap kerja yang tidak alamiah menimbulkan kontraksi otot secara statis (isometrik) pada sejumlah besar sistem otot tubuh manusia dan kontraksi otot statis dapat mengakibatkan: (a) tenaga atau energi yang diperlukan lebih tinggi dalam usaha yang sama; (b) denyut nadi meningkat lebih tinggi; (c) cepat merasa lelah; dan (d) setelah bekerja, otot memerlukan waktu pemulihan yang lebih lama. Reenan, et al (2009) dan Vieira, et al (2008) menyatakan bahwa keluhan muskuloskeletal terjadi pada sistem muskuloskeletal yang meliputi: (a) tulang-tulang yang merupakan struktur penyangga tubuh; (b) jaringan otot yang dapat berkontraksi sehingga menimbulkan gerakan; (c) tendo yang merupakan jaringan penghubung otot dengan tulang; (d) ligamen yang merupakan jaringan penghubung tulang dengan tulang; (e) kartilago (tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan sendi; (f) saraf yang merupakan sistem komunikasi antara otot, tendo dan jaringan lainnya dengan otak; dan (g) pembuluh darah yang berfungsi sebagai organ transportasi nutrisi ke seluruh jaringan tubuh melalui darah dan ke organ pembuangan.
2.6 Kearifan Lokal yang Berkaitan dengan Ergonomi Kearifan lokal adalah unsur kebudayaan tradisional yang telah memiliki sejarah yang panjang dan hidup dalam kesadaran kesadaran kolektif manusia dan masyarakat sejagat, terkait dengan sumber daya alam, sumber daya kebudayaan, sumber daya manusia, ekonomi, hokum dan keamanan (Geriya, 2007). Secara konseptual kearrifan lokal merupakan bagian dari sistem pengetahuan sederhana (Sarna, 2008). Di antara keanekaragaman jenis kearifan lokal, ditemukan beberapa kearifan lokal yang memiliki kualitas dan keunggulan dengan 11
kandungan nilai-nilai universal seperti historis, religius, etika, estetika, sains dan teknologi yang disebut lokal genius. Tri Hita Karana sebagai warisan budaya Bali ternyata memiliki banyak keterkaitan dengan ergonomi karena kaya dengan filosofi, nilai, etika lokal, dan dengan focus berupa konfigurasi nilai harmoni. Dalam hal ini prinsip ergonomi yang mengutamakan unsur kenyamanan, kesehatan, keamanan, efisiensi, dan efektivitas serta produktivitas kerja amat terkait dengan konsep Tri Hita Karana yang sangat mempengaruhi perilaku orang Bali dalam beraktivitas. Di samping itu warisan leluhur tentang konsep keseimbangan yang dikenal dengan istilah Tri Hita Karana tersebut selalu menjadi inspirasi bagi pengelolaan sumber daya alam di Bali. Dalam hal ini penerapan ergonomi di industri kecil yang berbasis kearifan lokal sesungguhnya adalah beruasaha agar terjadi keseimbangan antara aktivitas manusia dengan daya dukung alam di sekitarnya. Penanganan limbah perusahaan dan pembatasan waktu kerja merupakan upaya ergonomi untuk menserasikan antara tuntutan tugas dengan kemampuan manusia dan faktor lingkungan yang menyertai para pekerja saat beraktivitas. Budaya Bali sangat menekankan keseimbangan dari pola relasi hubungan dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan. Kedinamisan keseimbangan pola relasi ini sangat terkait dengan dinamika perjalanan waktu dan keadaan yang terjadi (desa, kala, patra). Konsep desa kala patra juga menjadi acuan dalam perbaikan stasiun dan proses kerja di industri kecil, karena konsep ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan intervensi ergonomi di suatu daerah. Ajaran Catur Purusartha (Dharma, Artha, Kama, Moksa) diarahkan untuk mencapai tujuan kebebasan yang abadi dan kesejahteraan seantero alam semesta dengan istilah mokshartam jagadhita. Tujuan untuk mencapainya adalah dengan Catur Marga (Karma, Bhakti, Jnana, Raja). Konsep ini amat terkait dengan prinsip ergonomi yang menekankan kepada upaya manusia untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam mencapai kesejahteraan hidup dan tetap terjaganya kualitas kesehatan jasmani dan rohani.
2.7 Studi Pendahuluan yang Telah Dilakukan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan ditemukan bahwa manusia dalam memenuhi kebutuhannya tidak bisa terlepas dari: (a) alat-alat kerja dan tugasnya (task); (b) organisasi kerja; dan (c) lingkungan kerja. Di tempat kerja berbagai masalah ergonomi masih banyak terjadi seperti: (a) alat kerja yang tidak memadai atau tidak sesuai denngan 12
antropometri; (b) sikap kerja yang tidak alamiah; (c) mikroklimat yang tidak memadai; (d) organisasi kerja yang tidak mendukung tercapainya hasil yang maksimal; (e) jam kerja berkepanjangan tanpa istirahat; (f) kerja bergilir yang tidak manusiawi; (g) kerja statis; (h) kurang gizi; dan (i) ligkungan kerja yang tidak aman dan tidak nyaman. Untuk mengatasi masalah tersebut penerapan ergonomi sejak dini mutlak diperlukan dan merupakan suatu keharusan untuk mempertimbangkan unsur-unsur budaya yang akan mempengaruhi mekanisme atau proses penerapannya demi tercapainya hasil yang maksimal (Sutajaya & Ristiati, 2009, 2010, 2011, 2012, 2013) Penelitian ergonomi yang menyentuh unsur tubuh manusia yaitu: bayu (kekuatan), sabda (suara) dan idep (pikiran) dapat dijelaskan: (a) dalam menentukan permasalahan di tempat kerja hendaknya memperhatikan status nutrisi atau energi dan pemanfaatan tenaga otot (bayu) terkait dengan subjek yang akan dilibatkan dan intervensi ergonomi yang dikenakan terhadap subjek penelitian; (b) dalam membuat protokol penelitian unsur sabda atau pendapat (suara) subjek perlu diperhatikan, karena apa yang diinginkan peneliti belum tentu sesuai dengan keinginan subjek; dan (c) saat memperbaiki kondisi kerjanya diharuskan untuk mengajak subjek secara partisipatori turut berpikir atau memanfaatkan idep mereka demi tercapainya kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak (Sutajaya, dkk, 2009). Penelitian ergonomi yang menyentuh unsur sarana berlogika yaitu desa (tempat), kala (waktu) dan patra (kebiasaan) dapat dijelaskan: (a) pada proses penelitian karateristik lokasi (tempat) penelitian sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian karena terkait dengan cara pemilihan sampel, rancangan yang digunakan, dan strategi pendataan. Untuk itu perlu diketahui karakteristik suatu wilayah yang akan dijadikan objek penelitian sehingga penelitian dapat berlangsung lancar dengan hasil yang maksimal; (b) waktu penelitian juga sangat menentukan validitas dan reliabilitas data yang diperoleh karena jika salah menentukan alokasi waktu penelitian bisa berakibat fatal atau penelitian mengalami kegagalan, misalnya: penelitian dilakukan saat ada upacara agama, ini tentu akan mempengaruhi kondisi subjek; dan (c) kebiasaan setempat perlu dipertimbangkan agar diperoleh data yang akurat karena kebiasaan seseorang yang mungkin sudah dilakukan selama bertahun-tahun atau bahkan berabad-abad lamanya tidak bertindak sebagai variabel pengganggu atau menjadi masking effect dalam analisis data (Sutajaya, dkk, 2009).
13
Penelitian ergonomi yang menyentuh unsur peradilan yaitu bukti, saksi dan ilikita (logika) dapat dijelaskan: (a) bukti keberhasilan intervensi ergonomi sering digunakan sebagai acuan di dalam melaksanakan intervensi berikutnya, karena bukti yang bisa dilihat dan dirasakan oleh pekerja dapat bertindak sebagai pemicu motivasi pihak terkait untuk memperbaiki kondisi kerjanya; (b) saksi juga diperlukan untuk mempromosikan keberhasilan intervensi ergonomi karena apa yang dikatakan atau dilaporkan oleh saksi yang dalam hal ini adalah subjek dan peneliti dapat mempengaruhi minat pekerja atau orang lain yang tertarik dengan intervensi tersebut untuk diterapkan di tempat mereka; dan (c) ilikita atau logika sangat berpengaruh dalam mengambil suatu keputusan terkait dengan upaya perbaikan yang akan dilakukan, karena dalam penerapan ergonomi diawali dengan perbaikan yang sifatnya mudah dikerjakan, murah biayanya dan masuk akal. Itu berarti secara logis apa yang diterapkan dalam penelitian ergonomi hendaknya masuk akal dan bisa berlanjut atau tidak hanya terbatas sebagai penelitian saja (Sutajaya, dkk, 2009). 2.8 Peta Jalan Penelitian Peta jalan penelitian yang telah dilakukan lima (lima) tahun terakhir dapat dicermati pada Gambar 2.1. Stranas (2009): Penerapan Ergonomi Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pekerja di Industri Kecil Stranas (2010): Implementasi Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Mengatasi Kondisi Kerja di Industri Kecil Hibah Bersaing Periode I (2011 dan 2012):Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar Hibah Bersaing Periode II (Tahun I) (2013) Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan dan Implementasi Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali
Gambar 2.1 Peta Jalan Penelitian
14
2.9. Hipotesis Penelitian Bertolak dari kajian pustaka dan studi pendahuluan yang telah dilakukan dapat dibuat hipotesis penelitian (khusus untuk penelitian tahun II) sebagai berikut. 1. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi beban kerja pematung. 2. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung. 3. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi kelelahan pematung. 4. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat meningkatkan produktivitas pematung.
15
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pada tahun I dilakukan penelitian deskriptif yang difokuskan pada pelatihan ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dan cocok diimplementasikan dalam mendesain stasiun kerja pematung dan dikaitkan dengan kualitas kesehatannya yang dinilai dari indikator beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan. Penelitian deskriptif tersebut dirancang berdasarkan pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP) (Manuaba, 2006 a dan 2006 b). Penelitian ekperimental pada tahun II menggunakan rancangan pre and post test group design (treatment by subjects design), dengan pola dasar sebagai berikut (Colton, 2007). P ---- RS-------O1-----(-)-----O2-------WOP-----O3------(p)-------O4 Gambar 1. Bagan Rancangan Penelitian Keterangan: P adalah populasi berupa pekerja di industri kecil RS adalah sampel dipilih secara random O1 adalah pendataan sebelum kerja pada kelompok yang belum mendapatkan perlakuan berupa implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal O2 adalah pendataan sesudah kerja pada kelompok yang belum mendapatkan perlakuan berupa implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal O3 adalah pendataan sebelum kerja pada kelompok yang sudah mendapatkan perlakuan berupa implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal O4 adalah pendataan sesudah kerja pada kelompok yang sudah mendapatkan perlakuan berupa implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal (-) adalah kondisi kerja sebelum implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal (p) adalah kondisi kerja setelah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal WOP adalah washing out period atau proses penghilangan efek sebelum diberi perlakuan yang diberikan selama dua hari
16
3.2 Penentuan Sumber Data
3.2.1 Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah pematung yang ada di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, alat kerjanya, dan stasiun kerja yang digunakan untuk beraktivitas.
3.2.2 Populasi dan Sampel Populasi target pada penelitian ini adalah semua pematung yang ada di Desa Peliatan. Populasi terjangkau adalah semua pematung yang memenuhi kriteria inklusi yang berjumlah 107 pematung. Sampel pada penelitian ini adalah pematung yang terpilih dalam penentuan jumlah sampel dan dilibatkan secara penuh pada penelitian ini.
3.2.3 Kriteria Sampel Untuk menghindari adanya bias yang disebabkan oleh karakterisistik subjek dibuat kriteria untuk membatasi jumlah subjek yang bisa dilibatkan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi dalam penentuan sampel adalah: berbadan sehat, bersedia sebagai subjek penelitian, tidak memiliki cacat tubuh, dan tidak dalam keadaan sakit pada otot dan tulangnya. Di samping itu juga ditentukan kriteria eksklusi dengan ketentuan: bekerja secara individu, jika bekerja berkelompok, jumlah anggota kelompok kurang dari 12 orang, dan tidak menggunakan peralatan bermesin Kriteria drop out yang dipersyaratkan pada penelitian ini adalah: tidak bekerja pada saat penelitian, menderita sakit saat penelitian berlangsung, dan karena alasan tertentu mengundurkan diri sebagai sampel
3.3 Besar Sampel Jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling). Teknik penentuan besar sampel adalah: (a) mengacu kepada jumlah populasi terjangkau sebanyak 107 pematung yang tersebar di sepuluh banjar yang ada di Desa Peliatan dibuat daftar nama pematung; (b) dari daftar nama tersebut dicermati jumlah pematung yang bekerja berkelompok dan bekerja secara individu; (c) pematung yang bekerja secara berkelompok di masing-masing banjar 17
dirandom untuk mendapatkan tiga kelompok pematung dengan jumlah anggota kelompok antara 12 – 17 pematung; dan (d) dari ketiga kelompok pematung tersebut dipilih secara acak 30 pematung sebagai sampel penelitian.
3.4 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: (a) variabel bebasnya adalah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal; (b) variabel tergantungnya adalah kualitas kesehatan yang dinilai dari indikator beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas pematung; dan (c) variabel kontrolnya adalah kondisi subjek (umur, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, dan status kesehatan), organisasi kerja (sistem pengupahan, metode kerja, dan proses kerja), dan kondisi lingkungan di tempat kerja (suhu, kelembaban, dan kebisingan)
3.5 Prosedur Penelitian Untuk menghindari adanya kesalahan dalam pengumpulan data, dibuat prosedur penelitian sebagai berikut.
Pendataan pada tahun I 1. Data kearifan local yang relevan dengan konsep ergonomi didata dengan metode wawancara dan dikaitkan dengan literatur yang relevan dan digunakan sebagai materi pada pelatihan ergonomic. 2. Antropometri pekerja diukur dengan menggunakan antropometer di mana pekerja diminta untuk bersandar di tembok pada posisi tegak dimana buttock dan belakang kepala harus menyentuh tembok. 3. Gambaran tentang kualitas kesehatan pematung didata dengan cara: (a) denyut nadi (beban kerja) dihitung dengan metode sepuluh denyut (ten pulse method), dilakukan sebanyak 2 kali yaitu denyut nadi istirahat (pretest) dihitung 10 menit sebelum kerja (setelah pekerja istirahat selama 5 menit) dan denyut nadi kerja dihitung sesaat akan berakhirnya pekerjaan (posttest). Data dasar ini digunakan untuk menentukan kriteria beban kerja; (b) keluhan muskuloskeletal yang didata dengan kuesioner Nordic Body Map, dilakukan sebelum dan sesudah kerja dengan 18
jalan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia, sesuai dengan rasa sakit atau kaku pada otot skeletal yang dirasakan. Data dasar ini digunakan untuk membuat penuntun praktis penentuan lokasi keluhan muskuloskeletal; dan (c) kelelahan didata dengan 30 items of rating scale dengan cara memilih item-item yang tersedia sesuai dengan kondisi pekerja saat itu. Data dasar ini digunakan untuk menganalisis validitas dan reliabilitas kuesioner dan nantinya akan digunakan sebagai penuntun praktis dalam penentuan tingkat kelelahan pekerja. 4. Keseluruhan data di atas dan dilengkapi dengan data kondisi lingkungan seperti intensitas penerangan, kelembaban relatif, suhu ruang kerja, dan kecepatan angin serta data ukuran alat-alat kerja digunakan sebagai data dasar di dalam membuat desain stasiun kerja yang mengacu kepada kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi.
Pendataan pada Tahun II 1. Kualitas kesehatan pematung dinilai dari indicator: (a) denyut nadi (beban kerja) dihitung dengan metode sepuluh denyut (ten pulse method), dilakukan sebanyak 2 kali yaitu: (1) denyut nadi istirahat (pretest) dihitung 10 menit sebelum kerja (setelah pekerja istirahat selama 5 menit) dan (2) denyut nadi kerja dihitung sesaat akan berakhirnya pekerjaan (posttest); (b) keluhan muskuloskeletal yang didata dengan kuesioner Nordic Body Map, dilakukan sebelum dan sesudah kerja dengan jalan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia, sesuai dengan rasa sakit atau kaku pada otot skeletal yang dirasakan; (c) kelelahan didata dengan 30 items of rating scale dengan cara memilih item-item yang tersedia sesuai dengan kondisi pekerja saat itu; dan (d) produktivitas dihitung dengan rumus output (jumlah produk yang dihasilkan) per input (perubahan parameter fisiologis) dikalikan time (waktu yang diperlukan dalam bekerja) 2. Kondisi lingkungan antara sebelum dan sesudah perbaikan kondisi kerja didata sebanyak tiga kali yaitu: (a) ketika pematung mulai bekerja; (b) setelah pematung bekerja selama dua jam; dan (c) setelah pematung bekerja empat jam.
19
3.6 Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis dengan cara sebagai berikut. 1. Data kondisi subjek dianalisis secara deskriptif dengan mencari rerata dan simpang baku atau standar deviasinya. 2. Data antropometri pekerja dianalisis dengan uji persentil 5, 50, dan 95. 3. Data kondisi lingkungan dianalisis dengan uji t group jika datanya berdistribusi normal atau dengan uji Mann-Whitney jika datanya tidak berdistribusi normal pada taraf signifikansi 5%. 4. Data penilaian terhadap dampak pelatihan atau lokakarya ergonomi dengan pendekatan SHIP yang menyangkut tentang pengetahuan, motivasi, kepedulian, dan kewirausahaan pematung dianalisis secara deskriptif. 5. Data kualitas kesehatan pekerja (frekuensi denyut nadi, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan) dan produktivitas pematung dianalisis dengan uji t paired pada taraf signifikansi 5%.
20
3.7 Bagan Alir Penelitian Identifikasi Masalah Temuan pada studi pendahuluan (tahun 2012) Sarana dan prasarana atau infrastrustur di industri kecil tidak antropometris Proses kerja sangat statis Kondisi lingkungan di tempat kerja tidak nyaman Produktivitas rendah Muncul berbagai penyakit akibat kerja yang berpotensi menurunkan kualitas kesehatan pematung
Indikator yang dinilai sebagai akibat dari masalah tersebut adalah 1. Kualitas kesehatan yang tercermin dari: a) Peningkatan kelelahan pekerja b) Peningkatan keluhan muskuloskeletal c) Peningkatan frekuensi denyut nadi kerja (beban kerja) 2. Produktivitas 3. Kondisi lingkungan kerja
Rencana aksi/ tindak lanjut (action plan) yang mengacu kepada unsur 5 W 2H dan 1R yaitu; What: apa yang akan dikerjakan Why: mengapa itu yang dikerjakan How: bagaimana cara mengerjakannnya When: kapan mulai dilaksanakan Where: di mana dilaksanakan Who: siapa stakeholders yang dilibatkan How Much: berapa biaya yang diperlukan Regulation: peraturan yang mana yang bisa memayungi kegiatan tersebut
SHIP Approach
Prioritas masalah (urgen, esensial, dan penting)
Delapan (8) aspek ergonomi: (1) energi/ status nutrisi; (2) pemanfaatan tenaga otot; (3) sikap/posisi tubuh saat beraktivitas; (4) kondisi lingkungan; (5) kondisi waktu; (6) kondisi sosial; (7) kondisi informasi; dan (8) interaksi manusia dan alat kerja. Enam (6) kajian teknologi tepat guna: (1) secara teknik bisa dikerjakan; (2) secara ekonomi terjangkau dan lebih menguntungkan; (3) secara sosial budaya dapat diterima semua pihak; (4) kesehatan dapat dijamin dan dipertanggungjawabkan; (5) hemat energi; dan (6) tidak merusak lingkungan Konsep kearifan lokal berupa: (1) Asta Kosala-kosali; (2) Asta Bumi; (3) Tri Hita Karana; (4) konsep pemali; dan (5) Ayurveda Ilmu Kedokteran Hindu
SWOT analisis terhadap sarana/prasarana, infrastruktur di industri kecil, peluang peningkatan produktivitas, dan kondisi tempat kerja
Temuan pada Tahun I (2013) adalah: (1) hasil penilaian terhadap subjek setelah diberikan pelatihan ergonomi yang relevan dengan konsep kearifan local yaitu pengetahuannya meningkat 39%, motivasi meningkat 34,9%, kepedulian terhadap kondisi tubuhnya meningkat 36,9% dan sikap kewirausahaan berbasis kesehatan meningkat 37,2% dan (2) diperoleh gambaran tentang kualitas kesehatan pematung yaitu beban kerjanya meningkat 13,5%, keluhan musculoskeletal meningkat 41,3%, dan kelelahan meningkat 46,8% Luarannnya: draft modul penataan stasiun kerja yang ergonomic, draft desain stasiun kerja, dan artikel yang telah dipublikasikan di seminar nasional
Rencana Penelitian Tahun II (2014) Implementasi ergonomi yang relevan dengan kosep ergonomi dalam memperbaiki stasiun kerja patung yang betujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan yang dinilai dari beban kerja, keluhan muskuuloskeletal, kelelahan, dan produktivitasnya. Luarannya: (1) gambaran teknologi tepat guna yang diimplementasikan dalam desain dan modul penataan stasiun kerja; (2) modul penataan stasiun kerrja; dan (3) artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal nasional ber-ISSN
21
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian pada tahun I yang difokuskan pada kualitas kesehatan pematung dapat dicermati pada Tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan Pematung Variabel Beban kerja Keluhan Muskuloskeletal Kelelahan
Sebelum Kerja Rerata SB 80,93 5,93 29,80 0,97 31,30
0,65
Sesudah Kerja Rerata SB 91,82 3,93 42,10 1,89 45,94
1,56
Nilai p
Perubahan
0,0001 0,0001
13,5% 41,3%
0,0001
46,8%
Bertolak dari hasil analisis data pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa kualitas kesehatan pematung dalam kondisi yang mengkhawatirkan karena terjadi perubahan antara sebelum dan sesudah kerja yang melebihi 10%. Itu berarti perlu dilakukan pembenahan atau redesain terhadap kondisi kerjanya dengan harapan agar kualitas kesehatan pematung dapat ditingkatkan. Untuk mengetahui kondisi awal pematung sebelum diberikan perbaikan yang mengacu kepada konsep ergonomic yang diimplementasikan melalui pendekatan partisipatore, dilakukan pendataan terhadap kualitas kesehatan pematung. Hasil analisis data dapat dicermati pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil Analisis Data Kondisi Awal Pematung sebelum Perbaikan Kondisi Kerja Variabel Beban kerja Keluhan Muskuloskeletal Kelelahan
Sebelum Kerja Rerata SB 81,64 4,06 29,51 0,54 31,12
0,47
Sesudah Kerja Rerata SB 100,66 2,93 48,37 1,93 52,42
1,59
Nilai p
Perubahan
0,0001 0,0001
22,3% 63,9%
0,0001
68,4%
Ternyata dari hasil analisis sesuai Tabel 4.2 ditemukan bahwa kondisi awal dari kualitas kesehatan pematung cukup mengkhawatirkan dilihat dari persentase peningkatan beban kerja, keluhan musculoskeletal, dan kelelahannya yang meningkat lebih dari 20%. Itu berarti bahwa kalau hanya melalui pelatihan saja belum mampu mengatasi kondisi kerja yang 22
tidak ergonomic yang menyertai pematung dalam aktivitasnya di temppat kerja. Dengan demikian diperlukan aplikasi ergonomic yang lebih nyata terutama yang berkaitan dengan perbaikan kondisi kerja. Data kondisi lingkungan yang didata selama tiga hari pada Periode I dapat dicermati pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Data Kondisi Lingkungan pada Periode I Variabel Suhu basah Suhu kering Kelembaban Relatif Intensitas Cahaya Tingkat kebisingan Sirkulasi Udara
Hari I
Hari II
Hari III
Rerata
Pk. 07.30
Pk. 11.30
Pk. 15.30
Pk. 07.30
Pk. 11.30
Pk. 15.30
Pk. 07.30
Pk. 11.30
Pk. 15.30
26,5 27,5 65
26 28 67
26 29 68
26,5 27,5 65
26 28 67
26 29 68
26,5 27,5 65
26 28 67
26 29 68
26,17 28,17 66,67
254
312
338
280
358
352
280
345
348
318,56
62
76
80
58
78
80
54
78
82
72,00
0,02
0,03
0,03
0,01
0,02
0,03
0,02
0,02
0,02
0,02
Bertolak dari kondisi lingkungan pada periode I dapat dinyatakan bahwa suhu basah dan suhu kering dalam kondisi nyaman. Kelembaban relatif juga dalam batas nyaman yang disertai dengan intensitas penerangan dalam kategori cukup memadai. Dilihat dari tingkat kebisingan alat kerja juga masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh manusia. Sirkulasi udara juga dalam kategori nyaman. Dengan demikian berarti perubahan kualitas kesehatan pematung lebih dominan diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak alamiah. Data kondisi lingkungan yang didata selama tiga hari pada Periode II dapat dicermati pada Tabel 4.4.
23
Tabel 4.4 Data Kondisi Lingkungan pada Periode II Variabel Suhu basah Suhu kering Kelembaban Relatif Intensitas Cahaya Tingkat kebisingan Sirkulasi Udara
Hari I
Hari II
Hari III
Rerata
Pk. 07.30
Pk. 11.30
Pk. 15.30
Pk. 07.30
Pk. 11.30
Pk. 15.30
Pk. 07.30
Pk. 11.30
Pk. 15.30
26,5 27,5 65
26 28 67
27 30 66
26,5 27,5 65
26 30 64
26 29 68
26,5 27,5 65
26 30 64
26 29 68
26,28 28,72 65,78
258
310
325
270
340
358
275
335
345
312,89
54
78
82
54
74
80
58
80
84
71,56
0,02
0,02
0,03
0,02
0,03
0,03
0,02
0,02
0,02
0,02
Bertolak dari kondisi lingkungan pada periode II dapat dinyatakan bahwa suhu basah dan suhu kering dalam kondisi nyaman. Kelembaban relatif juga dalam batas nyaman yang disertai dengan intensitas penerangan dalam kategori cukup memadai. Dilihat dari tingkat kebisingan alat kerja juga masih dalam batas yang dapat ditoleransi oleh tubuh manusia. Sirkulasi udara juga dalam kategori nyaman. Dengan demikian berarti perubahan kualitas kesehatan pematung lebih dominan diakibatkan oleh sikap kerja yang semula tidak alamiah menjadi alamiah yang disertai dengan istirahat aktif untuk setiap satu jam kerja. Di samping itu respon fisiologis yang dinilai dari kelelahan, keluhan musculoskeletal, dan beban kerja yang mengacu kepada perubahan denyut nadi dipastikan diakibatkan oleh perubahan kondisi kerja yang memungkinkan pematung bekerja lebih alamiah yang disertai dengan aktivitas pindah tempat saat mengambil bahan yang akan digunakan sebagai bakalan patung. Intervensi ini dikenal dengan istilah istirahat aktif, dimana sesunggguhnya para pematung masih aktif bekerja, akan tetapi saat pindah tempat memberikan kesempatan kepada bagian jaringan otot yang tadinya tertindih sehingga sirkulasi darah terhambat menjadi terbebas yang menyebabkan sirkulasi darah menjadi lancar. Hasil analisis data kualitas kesehatan dilihat dari perubahan beban kerja yang terjadi sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 4.5
24
Tabel 4.5 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Beban Kerja Pematung Variabel
Periode I Rerata SB 81,64 4,06
Denyut nadi istirahat Denyut nadi kerja Nadi kerja
Periode II Rerata SB 80,91 3,82
Nilai t
Nilai p
Perubahan
1,428
0,164
0,89%
100,66
2,94
92,26
3,01
12,814
0,0001
83,45%
19,02
3,95
11,35
2,77
12,320
0,0001
40,33%
Beban kerja pematung sebelum kerja antara periode I dan II adalah komparabel. Itu berarti bahwa, kondisi awal pematung sesaat sebelum bekerja adalah relatif sama dilihat dari jumlah denyut nadi per menit. Dengan demikian perubahan yang terjadi di akhir kegiatan semata-mata diakibatkan oleh kondisi kerja yang sudah didesain secara ergonomis. Hasil analisis data kualitas kesehatan dilihat dari perubahan keluhan muskuloskeletal yang terjadi sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 4.6 Tabel 4.6 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Keluhan Muskuloskeletal Pematung Variabel Keluhan muskuloskeletal sebelum kerja Keluhan muskuloskeletal sesudah kerja Selisih
Periode I Rerata SB 29,51 0,54
Periode II Rerata SB 29,52 0,68
Nilai t
Nilai p
Perubahan
0,096
0,924
0,03%
48,37
1,93
41,83
1,44
16,516
0,0001
13,52%
18,86
1,97
12,31
1,79
15,093
0,0001
34,73%
Keluhan muskuloskeletal pematung sebelum kerja antara periode I dan II adalah komparabel. Itu berarti bahwa, kondisi awal pematung sesaat sebelum bekerja adalah relatif sama dilihat dari skor keluhan muskuloskeletal. Dengan demikian perubahan yang terjadi di akhir kegiatan semata-mata diakibatkan oleh kondisi kerja yang sudah didesain secara ergonomis. Hasil analisis data kualitas kesehatan dilihat dari perubahan kelelahan yang terjadi sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 4.7 25
Tabel 4.7 Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Kelelahan Pematung Variabel Kelelahan sebelum kerja Kelelahan sesudah kerja Selisih
Periode I Rerata SB 31,12 0,47
Periode II Rerata SB 31,17 0,74
Nilai t
Nilai p
Perubahan
0,286
0,777
0,16%
52,42
1,59
46,51
1,54
12,763
0,0001
11,27%
21,30
1,69
15,34
1,58
11,833
0,0001
27,98%
Kelelahan pematung sebelum kerja antara periode I dan II adalah komparabel. Itu berarti bahwa, kondisi awal pematung sesaat sebelum bekerja adalah relatif sama dilihat dari tingkat kelelahannya. Dengan demikian perubahan yang terjadi di akhir kegiatan sematamata diakibatkan oleh kondisi kerja yang sudah didesain secara ergonomis. Hasil analisis data produktivitas kerja pematung sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 4.8 Tabel 4.8 Hasil Analisis Data Produktivitas Kerja Pematung Variabel Produktivitas
Periode I Rerata SB 229,49 44,69
Periode II Rerata SB 274,13 42,61
Nilai t
Nilai p
Perubahan
9,574
0,0001
19,45%
Produktivitas kerja antara Periode I dan II mengalami peningkatan sebesar 19,45%. Ini menunjukkan bahwa dengan mengurangi kelelahan, keluhan musculoskeletal, dan beban kerja secara bersamaan akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas. Posisi dan sikap kerja pematung saat beraktivitas dapat dicermati pada Gambar 4.1.
26
Gambar 4.1. Posisi dan Sikap Kerja Pematung Saat Beraktivitas
4.2 Pembahasan 4.2.1 Beban Kerja Pematung Temuan penelitian mengindikasikan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergoonomi berorientassi kearifan lokal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi beban kerja pematung. Dikatakan demikian karena ternyata setelah bekerja pematung mengalami peningkatan beban kerja sebesar 13,5% (p < 0,05). Persentase peningkatan beban kerja yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif, penyesuaian antropometri dengan peralatan kerja, perbaikan kondisi lingkungan dan sikap kerja sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya untuk menurunkan beban kerja secara bermakna. Hal itu perlu dilakukan agar pematung dapat bekerja secara efektif dan efisien yang disertai dengan kondisi lingkungan yang nyaman, sehat, dan aman. Melalui perbaikan tersebut ternyata dapat mengurangi beban kerja sebesar 83,45% (p < 0,05) dilihat dari denyut nadi kerja yang dihitung sesaat setelah pematung bekerja. Itu bisa terjadi karena dengan semakin alamiahnya sikap kerja pematung membuat mereka merasa lebih nyaman untuk beraktivitas. Di sisi lain penggunaan peralatan kerja yang 27
antropometris juga berkontribusi terhadap upaya untuk mengurangi beban kerja pematung. Dalam hal ini penerapan istirahat aktif ternyata sangat berguna untuk memperlancar sirkulasi darah pematung, sehingga denyut nadi kerja yang semula cukup tinggi yaitu dengan rerata 100,66 dpm dapat diturunkan menjadi 92,26 dpm. Temuan ini setara dengan temuan peneliti lain yaitu: (a) Arimbawa (2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja secara ergonomis dapat mengurangi beban kerja para pembuat minyak kelapa di Kecamatan Dawan Klungkung sebesar 14,69%; (b) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat angkut kelapa dapat mengurangi beban kerja sebesar 10,61%; (c) Purnomo (2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat mengurangi beban kerja pekerja di industri gerabah Kasongan Bantul sebesar 21,69%; (d) Sajiyo (2008) melaporkan bahwa beban kerja tukang gulung sigaret kretek tangan di Kediri Jawa Timur menurun sebesar 20,81% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain tempat dan sistem kerja dengan intervensi ergonomi; (e) Josephus (2011) melaporkan bahwa beban kerja nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara menurun sebesar 53,56% setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (f) Widana, dkk (2012) melaporkan bahwa beban kerja petani sayur menurun sebesar 18,67% setelah dilakukan implementasi ergonomi pada pengolahan tanah pertanian di Tabanan Bali; (g) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat mengurangi beban kerja pembuat banten ngaben pranawa sebesar 13,22%; dan (h) Adnyana (2013) melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat mengurangi beban kerja pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 21,90%.
4.2.2 Keluhan Muskuloskeletal Pematung Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergoonomi berorientassi kearifan lokal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung. Dikatakan demikian karena ternyata setelah bekerja pematung mengalami peningkatan keluhan muskuloskeletal sebesar 41,3% (p < 0,05). Persentase peningkatan keluhan muskuloskeletal yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif, penyesuaian antropometri dengan peralatan kerja, perbaikan kondisi lingkungan dan sikap kerja sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya 28
untuk menurunkan keluhan muskuloskeletal secara bermakna. Melalui perbaikan tersebut ternyata dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal sebesar 13,52% (p < 0,05) dilihat dari keluhan muskuloskeletal yang didata sesaat setelah pematung bekerja. Itu bisa terjadi karena dengan semakin alamiahnya sikap kerja pematung membuat mereka merasa lebih nyaman untuk beraktivitas dan terjadi keleluasaan gerak pada otot-otot yang bekerja Di sisi lain penggunaan peralatan kerja yang antropometris juga berkontribusi terhadap upaya untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung. Dalam hal ini penerapan istirahat aktif ternyata sangat berguna untuk memperlancar sirkulasi darah pematung, sehingga skor keluhan muskuloskeletal yang semula cukup tinggi yaitu dengan rerata 48,37 dapat diturunkan menjadi 41,83. Penurunan skor tersebut membuktikan bahwa terjadi sirkulasi darah yang semakin lancar pada sistem muskuloskeletal yang membuat suplai oksigen ke otot semakin memadai. Temuan ini setara dengan temuan peneliti lain seperti: (a) Purnomo (2007) melaporkan bahwa pekerja di industri kecil pembuat gerabah di Kasongan Bantul mengalami penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 87,80% (p < 0,05) setelah diterapkan sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total; (b) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pekerja wanita pengangkut kelapa di Semaja Antosari Tabanan mengalami penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 10,61% setelah diterapkan pendekatan ergonomi total; (c) Sajiyo (2008) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal tukang gulung sigaret kretek tangan di Kediri Jawa Timur menurun sebesar 66,94% dilihat dari gerak kepala, 61,52% dilihat dari gerak bahu, dan 81,75% dilihat dari gerak anggota gerak atas (p < 0,05), setelah dilakukan redesain tempat dan sistem kerja dengan intervensi ergonomi; (d) Arimbawa (2009) juga melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal pembuat minyak kelapa di Dawan Klungkung menurun sebesar 26,17%
(p < 0,05) setelah dilakukan redesain peralatan kerja secara
ergonomis; (e) Surata (2011) melaporkan bahwa petani budidaya rumput laut di Desa Ped Nusa Penida mengalami penurunan keluhan muskuloskletal sebesar 56,15% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain alat pengering rumput laut dan sistem kerjanya; (f) Josephus (2011) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara menurun sebesar 53,55% setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (g) Suardana (2012) melaporkan bahwa ergo-arsitektur dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pekerja sebesar 2,22% pada 29
penggunaan gedung yang ergonomik; (h) Widana, dkk (2012) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal petani sayur menurun sebesar 14,27% setelah dilakukan implementasi ergonomi pada pengolahan tanah pertanian di Tabanan Bali; (i) Sudarma (2012) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal penyelaras gamelan Bali menurun sebesar 21,87% setelah diterapkan desain piranti lunak GAENet dan redesain stasiun kerja yang ergonomis; (j) Adnyani (2013) melaporkan bahwa rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal perajin kain endek sebesar 35,21%; (k) Handari (2013) melaporkan bahwa penerapan ergo-psikofisiologi dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal karyawan akuntansi sebesar 9,08%; (l) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pembuat banten ngaben pranawa sebesar 37,98%; dan (m) Adnyana (2013) melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 15,10%.
4.2.3 Kelelahan Pematung Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergoonomi berorientassi kearifan lokal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi kelelahan pematung. Dikatakan demikian karena ternyata setelah bekerja pematung mengalami peningkatan kelelahan sebesar 46,8% (p < 0,05). Persentase peningkatan kelelahan yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif, penyesuaian antropometri dengan peralatan kerja, perbaikan kondisi lingkungan dan sikap kerja sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya untuk menurunkan kelelahan secara bermakna. Itu dilakukan untuk mengatasi kondisi kerja yang tidak memadai dan sebagai upaya untuk mengenalkan konsep-konsep ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat setempat, misalnya: tidak boleh bekerja saat matahari tepat berada di atas kepala (tengai tepet), tidak boleh bekerja saat matahari terbenam (sandiikala), dan saat bekerja diwajibkan untuk berdoa terlebih dahulu untuk memohon berkah kepada Tuhan dengan harapan agar hasil karyanya bermanfaat bagi orang banyak dan metaksu. Melalui perbaikan kondisi kerja ternyata dapat mengurangi kelelahan sebesar 11,27% (p < 0,05) dilihat dari skor kelelahan yang dihitung sesaat setelah pematung bekerja. Itu bisa 30
terjadi karena dengan semakin alamiahnya sikap kerja pematung membuat mereka merasa lebih nyaman untuk beraktivitas. Di sisi lain penggunaan peralatan kerja yang antropometris juga berkontribusi terhadap upaya untuk mengurangi kelelahan pematung. Dalam hal ini penerapan istirahat aktif ternyata sangat berguna untuk memperlancar sirkulasi darah pematung, sehingga skor kelelahan yang semula cukup tinggi yaitu dengan rerata 52,42 dapat diturunkan menjadi 46,51. Temuan tersebut setara dengan laporan peneliti lain, seperti: (a) Purnomo (2007) melaporkan bahwa pekerja di industri kecil pembuat gerabah di Kasongan Bantul mengalami penurunan kelelahan sebesar 77,50% (p < 0,05) setelah diterapkan sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total; (b) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pekerja wanita pengangkut kelapa di Semaja Antosari Tabanan
mengalami penurunan keluhan
muskuloskeletal sebesar 53,97% setelah diterapkan pendekatan ergonomi total; (c) Arimbawa (2009) juga melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal pembuat minyak kelapa di Dawan Klungkung menurun sebesar 25,83%
(p < 0,05) setelah dilakukan redesain
peralatan kerja secara ergonomis; (d) Surata (2011) melaporkan bahwa petani budidaya rumput laut di Desa Ped Nusa Penida mengalami penurunan kelelahan sebesar 50,84% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain alat pengering rumput laut dan sistem kerjanya; dan (e) Josephus (2011) melaporkan bahwa kelelahan nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara menurun sebesar 16,15% dilihat dari kategori kelelahan umum, 19,96% dilihat dari kategori kelelahan aktivitas, 11,70% dilihat dari kelelahan motivasi, dan 14,53% dilihat dari kelelahan fisik, setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (f) Widana, dkk (2012) melaporkan bahwa kelelahan petani sayur menurun sebesar 13,06% setelah dilakukan implementasi ergonomi pada pengolahan tanah pertanian di Tabanan Bali; (g) Sudarma (2012) melaporkan bahwa kelelahan penyelaras gamelan Bali menurun sebesar 28,57% setelah diterapkan desain piranti lunak GAENet dan redesain stasiun kerja yang ergonomis; (h) Adnyani (2013) melaporkan bahwa rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat mengurangi kelelahan perajin kain endek sebesar 53,07%; (i) Handari (2013) melaporkan bahwa penerapan ergo-psikofisiologi dapat mengurangi kelelahan karyawan akuntansi sebesar 22,18%; (j) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat mengurangi kelelahan 36,24% pembuat banten ngaben pranawa sebesar 37,98%; dan (k) Adnyana (2013) 31
melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat mengurangi kelelahan pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 22,23%.
4.2.4 Produktivitas Temuan pada penelitian ini mengindikasikan bahwa perbaikan yang mengacu kepada kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan yang dinilai dari indikator beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan sangat diperlukan. Jika ini bisa dilakukan berarti secara otomatis produktivitas kerja akan dapat ditingkatkan, karena pematung akan lebih segar dan lebih bugar saat bekerja di tempat kerja yang nyaman dengan motivasi dan spirit kerja yang tinggi. Diyakini demikian karena melalui perbaikan kondisi kerja berbasis kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi yang diterapkan pada tahun kedua ini ternyata dapat mengurangi beban kerja pematung sebesar 83,45%, keluhan muskuloskeletal menurun sebesar 13,52% yang diiringi dengan penurunan kelelahan sebesar 11,27% (p < 0,05) Temuan pada tahun II menunjukkan bahwa produktivitas pematung meningkat secara bermakna sebesar 19,45% (p < 0,05) antara periode I dan periode II. Itu bisa terjadi karena kualitas kesehatan pematung dapat ditingkatkan setelah diterapkan perbaikan kondisi kerja berbasis kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi yang diawali dengan proses pelatihan. Hal serupa juga dilaporkan oleh beberapa peneliti yaitu: (a) Arimbawa (2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja secara ergonomis dapat meningkatkan produktivitas kerja para pembuat minyak kelapa di Kecamatan Dawan Klungkung sebesar 35,71%;
(b) Adiatmika (2007) melaporkan bahwa perbaikan kondisi kerja dengan
pendekatan ergonomi total dapat meningkatkan produktivitas perajin pengecatan logam di Kediri Tabanan sebesar 61,66%; (c) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat angkut kelapa dapat meningkatkan produktivitas sebesar 48,84%; (d) Purnomo (2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat meningkatkan produktivitas pekerja di industri gerabah Kasongan Bantul sebesar 59,49%; (e) Surata (2011) melaporkan bahwa produktivitas petani budidaya rumput laut di Desa Ped Nusa Penida meningkat sebesar 37,93% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain alat pengering rumput laut dan sistem kerjanya; (f) Josephus (2011) melaporkan bahwa produktivitas nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara meningkat 32
sebesar 3,53% setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (g) Sudarma (2012) melaporkan bahwa produktivitas penyelaras gamelan Bali meningkat sebesar 29,63% setelah diterapkan desain piranti lunak GAENet dan redesain stasiun kerja yang ergonomis; (h) Adnyani (2013) melaporkan bahwa rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat meningkatkan produktiviitas perajin kain endek sebesar 56,86%; (i) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat meningkatkan produktivitas pembuat banten ngaben pranawa sebesar 78%; dan (j) Adnyana (2013) melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat meningkatkan produktivitas pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 71,66%.
33
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan Bertolak dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi beban kerja pematung sebesar 83,45%. 2. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung sebesar 13,52% 3. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi kelelahan pematung sebesar 11,27%. 4. Implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat meningkatkan produktivitas pematung sebesar 19,45%.
5.2 Saran Saran yang tampaknya penting untuk disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Agar para pekerja di industri kecil mencermati kondisi kerjanya ditinjau dari pendekatan ergonomic yang dipadukan dengan kearifan local yang relevan. 2. Penerapan kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi hendaknya dimaksimalkan agar dicapai hasil yang memuaskan terkait dengan upaya perbaikan kondisi kerja yang diawali dengan pelatihan. 3. Penerapan konsep ergonomi berbasis kearifan lokal sudah seharusnya dilakukan sejak dini, agar dicapai kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif, dan efisien serta tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya.
34
DAFTAR PUSTAKA Aasa, U., Bergkvist, M.B., Axel, K., Brulin, C. 2006. Relationship Between Work-Related Factors and Disorders in The Neck Shoulders and Low Back Region among Female and Male Ambulance Personnel. Journal Occupational Health, Vol. 47. No. 6. November: 481 – 489. Adiatmika, I P.G. 2007. Perbaikan Kondisi Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Perajin Pengecatan Logam di Kediri Tabanan. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Adiputra, N. 2006. Facing the Changing World: How do the Balinese Survive with Their Culture Wisdoms, from Ergonomis Perspective. Proceeding Ergo Future, International Symposium on Past, Present and Future Ergonomis, Occupational Safety and Health. Ed. Adiatmika & Dewa Alit Putra. Denpasar: Department of Physiology, Udayana University. Adnyani, I.A.S. 2013. Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomatis yang Ergonomis Meningkatkan Kinerja Perajin Kain Endek di Kecamatan Blahbatuh Gianyar. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Adnyana, I W.B. 2013. Aplikasi Synergy Ergo-Mechanical System Meningkkatkkan Kapasitas Kerja Para Pekerja Wanita dan Efisiensi Energi Bahan Bakar Alat Pengering pada Industri Sarana Banten di Blahbatuh Gianyar Bali. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Anonim, 2012, Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan [Cited 2012 March 29] Available at http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaanmasyarakat-dan-pembangunan-berkelanjutan.html. Arimbawa, I M.G. 2009. Redesain Peralatan Kerja secara Ergonomis Meningkatkan Kinerja Pembuat Minyak Kelapa Tradisional di Kecamatan Dawan Klungkung. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Artayasa, N. 2007. Pendekatan Ergonomi Total Meningkatkan Kualitas Hidup Pekerja Wanita Pengangkut Kelapa di Banjar Semaja Desa Antosari Tabanan Bali. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Azadeh, A., Fam, M., Garakani,M.M. 2007. A Total Ergonomis Design Approach to Enhance the Productivity in A Complicated Control System. Journal of Information Technology. 6 (7): 1036 – 1042. Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P. & Taris, T.W. 2008. Work Engagement: An Emerging Concept in Occupational Health Psychology. Work and Strees Journal, Vol.22. No. 3., 187-200. Bakker, A.B. & Leiter, M.P. 2010. Where to Go from Here: Integration and Future Research on Work Engagement; In: Bakker, A.B. & Leiter, M.P. Editor: Work Engagement, A Handbook of Essential Theory and Research. New York: Psychology Press. Bakker, A.B. 2010. Engagement and Job Crafting: Engaged Employees Create Their Own Great Place to Work, In: Albrecht,S. Editor. Handbook of Employee Engagement Perspectives, Issues, Researches and Practices. USA: Edward Elgar. Bakker, A.B. Albrecht, S.L. & Leiter,M.P. 2011. Key Question Regarding Work Engagement, European Journal of Work and Organizational Psychology. 20 (1), 4-28 35
Bazrgari, B,, Shirazi-Adl, A., & Arjmand, N. 2007. Analysis of Squat and Stoop Dynamic Lifting: Muscle Forces and Internal Spinal Loads. Journal of Eur Spine. Vol. 16: 687699 David, G., Wood, V., Li, G., Buckle, P. 2008. The Development of the Quick Exposure Check (QEC) for Assessing Exposure to Risk Factors Work Related Musculosceletal Disorders. Journal of Applied Ergonomis. Vol. 39. No. 1: 57 – 69. Escorpizo, R. 2008. Understanding Work Productivity and Its Application to Work-Related Musculosceletal Disorders. International Journal of Industrial Ergonomis. Vol. 38, No. 3 – 4: 291 – 297. Fam, M., Azadeh, A., Azam, A. 2007. Modeling an Integrated Health, Safety, and Ergonomis Management System: Application to Power Plants. Journal of Res Health Sciences. Vol 7 (2): 1 – 10. Geriya. 2007. Konsep dan Strategi Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Penataan Lingkungan Hidup di Bali. Denpasar: Universitas Udayana. Grandjean, E. 2007. Fitting the task to the Man. A Textbook of Occupational Ergonomis. 4th Edition. London: Taylor & Francis. Handari, L.M.I.S. 2013. Ergo-Psikofisiologi Menurunkan Respon Fisiologis Meningkatkan Kesigapan, Kemampuan Kerja dan Work Engagement Karyawan Bagian Akuntansi hotel Bali Hyatt di Denpasar. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Josephus, J. 2011. Intervensi Ergonomi pada Proses Penangkapan Ikan dengan Pukat Cincin Meningkatkan Kinerja dan Kesejahteraan Nelayan di Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Disertasi. PPS Universitas Udayana Bali. Limerick, L.B. Straker, L., Pollock, C. Dennis, G., Leveritt, S., Johnson, S. 2007. Implementation of the Participative Ergonomis for Manual Tasks (PErforM) Programme at Four Australian Underground Coal Mines. International Journal of Industrial Ergonomis. Vol. 37, No. 2. February: 145 – 155. Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau Membangun di Bali. Bali-HESG. Denpasar. Marras, W., Cutlip, R.G., Burt, S.E., Waters, T.R. 2009. National Occupational Research Agenda (NORA) Future Direction in Occupational Musculoskeletal Disorders Health Research. Journal of Applied Ergonomic. Vol. 40: 15 – 22. Munaf, D.R., Suseno, T., Janu, R.I., Badar, A.M. 2008. Peran teknologi Tepat Guna untuk Masyarakat Daerah Perbatasan. Jurnal Sosioteknologi No. 13 Tahun 7, April. Purnamawati, M.S.P. 2013. Intervensi Ergonomi Meningkatkan Efisiensi Pekerja pada Proses Pembuatan Banten Upacara Ngaben Pranawa di Kota Denpasar. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Purnomo, H. 2007. Sistem Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Beban Kerja serta Meningkatkan Produktivitas Pekerja Industri Gerabah di Kasongan Bantul. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Reenan, H.H.H., Van der Beek, A.J., Blatter, B.M., Van Mechelen, W., Bongers, P.M. 2009. Age-Related Differences in Muscular Capacity among Workers. Journal of Int Arch Occup Environ Health. No. 82: 1115 – 1121. Sajiyo, 2008. Redesain Tempat dan Sistem Kerja dengan Intervensi Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tukang Giling Sigaret Kretek Tangan pada Industri Rokok “X” di Kediri Jawa Timur. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. 36
Sarna, K. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Lokal Genius. Makalah disampaikan dalam Seminar Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja. Shimazu, A. Miyanaka,D. Schaufeli,W.B. 2010. Work Engagement from A Culture Perspective: In: Albrecht,S. editor. Handbook of Employee Engagement Perspectives, Issue, Researches and Practices. USA: Edward Elgar Steward, I.B., McDonald, M.D., Hunt, A.P., Paker, T.W. 2008. Physical Capacityof Rescue Personnel in The Mining Industry. Journal of Occupational Medicine and Toxicology. Available at http://www.occup-med.com/content/3/1/22. Sudarma, M. 2012. Desain Piranti Lunak GAENet dan Redesain Stasiun Kerja yang Ergonomis Meningkatkan Kinerja Penyelaras Gamelan Bali. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Sutajaya, I M. Ristiati, N.P, Setiabudi, G. I. 2009. Penerapan Ergonomi Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pekerja di Industri Kecil. Laporan Penelitan Strategis Nasional. Jurusan Pendidikan Biologi. F MIPA. UNDIKSHA.
Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2010, Implementasi Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Mengatasi Kondisi Kerja di Industri Kecil. Laporan Penelitian. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA. Undiksha. Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2011. Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora ISSN 1979-7095. Vol. 5, No.3, Des.2011 Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2012, Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar. Laporan Penelitian. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA. Undiksha. Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2013, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan dan Implementasi Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali. Laporan Penelitian. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA. Undiksha. Suter, P.M., Schutz, Y. 2008. The Effect of Exercise, Alcohol or Both Combined on Health and Physical Performance Alcohol Metabolism during Exercise. International Journal of Obesity. Vol. 32: 48 – 52. Sutjana, I D.P. Sutajaya, I M., Purnawati, S. Adiamika, P, Tunas, K. Suardana, E, & Swamardika, I.B.A. 2008. Preliminary Anthropometric Data of Medical Students for Equipment Applications. Journal of Human Ergology Vol. 37. No 1.: 45 – 48. Surata, I W. 2011. Redesain Alat Pengering dan Sistem Kerja Meningkatkan Kinerja Petani dan Mutu Rumput Laut di Desa Ped Nusa Penida. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Vieira, E.R., Kumar, S., Narayan, Y. 2008. Smoking, No-Exercise, Overweight and Low Back Disorder in Welders and Nurses. International Journal of Industrial Ergonomis. Vol. 38: 143 – 149. Widana, K. Adiputra, N. Sutjana, I D.P. dan Sutajaya, I M. 2012. Redesign Tractor for Soil Treatment Decreases Productions Cost and Increase Productivity, Health of Workers in Agricultural Industry. Proceeding of the Second International Conference of Southeast Asian Network of Ergonomics Societies. Ed. Halimahtun M. Khalid, Alvin W. Yeo. Martin G. Helander. and Tek Yong Lim. Publisher Damai Sciences ISBN 978-98341742. 37
LAMPIRAN Lampiran 1. Luaran Penelitian dalam Bentuk Artikel ARTIKEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PELATIHAN DAN IMPLEMENTASI ERGONOMI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS KESEHATAN PEMATUNG DI DESA PELIATAN, UBUD, GIANYAR, BALI Oleh: I Made Sutajaya & Ni Putu Risttiati Jurusan Pedidikan Biologi FMIPA Undikksha Email;
[email protected] Tujuan penelitian adalah memberdayakan masyarakat melalui pelatihan dan implementasi ergonomi untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan produktivitas pematung. Setelah dilakukan pelatihan ergonomi dengan pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner, dan partisipatori (SHIP) diharapkan agar kualitas kesehatan yang dinilai dari beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan pematung dapat dikurangi serta produktiviitas dapat ditingkatkan. Penelitian eksperimental ini melibatkan 30 sampel yang diberikan perlakuan berupa pelatihan ergonomi dan implementasi hasil pelatihan tersebut. Melalui rancangan pre and post test group design (treatment by seubjject design) didata denyut nadi, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan sebelum dan sesudah kerja. Produktivitas dihitung setiap akhir kerja. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji t paired dengan taraf signifikansi 5%. Hasilnya adalah terjadi penurunan: (a) beban kerja sebesar 83,45%; (b) keluhan muskuloskeletal sebesar 13,52%; dan kelelahan sebesar 11,27% secara bermakna (p<0,05). Itu membuktikan bahwa kualitas kesehatan pematung dapat ditingkatkan. Konsekuensinya adalah terjadi peningkatan produktivitas secara bermakna sebesaar 19,45% (p<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan dan implementasi ergonomi dapat mengurangi beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan, serta meningkatkan produktivitas pematung. Kata kunci: ergonomi, kualitas kesehatan, dan produktivitas COMMUNITY DEVELOPMENT THROUGH TRAINING AND IMPLEMENTATION OF ERGONOMICS TO IMPROVE SCULPTOR QUALITY HEALTH IN PELIATAN VILLAGE, UBUD, GIANYAR, BALI by I Made Sutajaya & Ni Putu Risttiati Biology Education Department FMIPA Undikksha Email;
[email protected] The research objective is to empower the community through training and implementation of ergonomics to improve the health and productivity of the sculptor. After training on ergonomics with a systemic, holistic, interdisciplinary, and participatory (SHIP) 38
approach is expected to be quality assessed health of the workload, musculoskeletal complaints, and fatigue can be reduced and produktiviitas sculptor can be improved. This experimental study involved 30 samples of a given treatment in the form of ergonomics training and implementation of the training results. Through pre and post test design group design (treatment by subject design) recorded heart rate, musculoskeletal complaints, and fatigue before and after work. Productivity is calculated every end of the work. Data were analyzed by paired t test with a significance level of 5%. The result is a decrease: (a) workload by 83.45%; (b) musculoskeletal complaints by 13.52%; amounted to 11.27% and fatigue were significantly (p <0.05). It proves that the quality of the sculptor's health can be improved. The consequence is an increase in productivity was significantly sebesaar 19.45% (p <0.05). It can be concluded that community empowerment through training and implementation of ergonomics can reduce the workload, musculoskeletal complaints, and fatigue, and increase productivity sculptor. Keywords: ergonomics, health quality, and productivity PENDAHULUAN Latar Belakang Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergonomi telah dilakukan di tahun I dan implementasi ergonomi yang dilakukan di tahun II dinilai sangat diperlukan. Dikatakan demikian karena terbukti bahwa kondisi kerja yang menyertai pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali dinilai tidak ergonomis sehingga pematung mengalami peningkatan beban kerja sebesar 13,5%, keluhan muskuloskelatal sebesar 41,3%, dan kelelahan sebesar 46,8% (Sutajaya & Ristiati, 2013). Itu terjadi karena di dalam mendesain stasiun kerja, sampai saat ini belum mengacu kepada data antropometri pekerja. Di samping itu dalam proses desain belum menyertakan pekerja sejak dini sehingga sering terjadi ketidaksesuaian antara yang diinginkan oleh desainer dengan pekerja yang akan menggunakan desain tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan pemberdayaan pekerja melalui pelatihan ergonomi yang dapat meningkatkan pengetahuan pematung sebesar 39%, motivasi kerja sebesar 34,9%, kepedulian terhadap kondisi tubuhnya sebesar 36,9% dan sikap kewirausahaan berbasis kesehatan sebesar 37,2% (Sutajaya & Ristiati, 2013). Untuk membuktikan kehandalan pelatihan ergonmi tersebut perlu diimplementasi konsep-konsep ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dalam mendesain stasiun kerja pematung, sehingga diharapkan dapat mengurangi beban kerja, keluuhan muskuloskeletal, dan kelelahan yang merupakan indikator kualitas kesehatan. Di samping itu melalui pendekatan sistemik, holistik, interdisipliner dan partisipatori (SHIP) akan terwujud desain stasiun dan proses kerja 39
yang secara teknis sesuai dengan pekerjanya dan secara fisiologis tidak menimbulkan keluhan muskuloskeletal, tidak mengakibatkan beban kerja yang terlalu berat dan dapat memperlambat munculnya kelelahan (Azadeh, et al, 2007). Penerapan ergonomi yang mengupayakan agar pekerja selalu dalam kondisi sehat, aman, dan nyaman dalam proses kerja merupakan suatu yang urgen untuk dilaksanakan dan sesegera mungkin harus diimplementasikan (Manuaba, 2008; Azadeh, et al, 2007). Jika hal ini diabaikan, maka kualitas kesehatan pekerja diyakini akan terganggu bahkan bisa menimbulkan deformitas pada organ tubuhnya dan pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Salah satu cara yang bisa ditempuh agar para pekerja yang berkecimpung di dalam kegiatan yang ada di industri kecil tetap dalam kondisi yang sehat, aman, nyaman, efektif dan efisien serta produktivitasnya tinggi maka diperlukan kaidah-kaidah ergonomi yang berbasis kearifan lokal di dalam melakukan kegiatan atau aktivitas di tempat kerja.
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut dapat dibuat rumusan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi beban kerja pematung ? 2. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung ? 3. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi kelelahan pematung ? 4. Apakah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat meningkatkan produktivitas pematung ?
METODOLOGI Subjek penelitian adalah pematung yang ada di Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar dan objeknya adalah alat kerjanya, dan stasiun kerja yang digunakan untuk beraktivitas. Jumlah sampel yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling).
40
Penelitian ekperimental pada tahun II menggunakan rancangan pre and post test group design (treatment by subjects design). Variabel bebasnya adalah implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dan variabel tergantung adalah kualitas kesehatan yang dinilai dari indikator beban kerja, keluhan muskuloskeletal, kelelahan dan produktivitas pematung. Data kualitas kesehatan pekerja (frekuensi denyut nadi, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan) dan produktivitas pematung dianalisis dengan uji t paired pada taraf signifikansi 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Hasil analisis data kualitas kesehatan dilihat dari perubahan beban kerja yang terjadi sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 01. Tabel 01. Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Beban Kerja Pematung Variabel Denyut nadi istirahat Denyut nadi kerja Nadi kerja
Periode I Rerata SB 81,64 4,06
Periode II Rerata SB 80,91 3,82
Nilai t
Nilai p
Perubahan
1,428
0,164
0,89%
100,66
2,94
92,26
3,01
12,814
0,0001
83,45%
19,02
3,95
11,35
2,77
12,320
0,0001
40,33%
Beban kerja pematung sebelum kerja antara periode I dan II adalah komparabel. Itu berarti bahwa, kondisi awal pematung sesaat sebelum bekerja adalah relatif sama dilihat dari jumlah denyut nadi per menit. Dengan demikian perubahan yang terjadi di akhir kegiatan semata-mata diakibatkan oleh kondisi kerja yang sudah didesain secara ergonomis. Hasil analisis data kualitas kesehatan dilihat dari perubahan keluhan muskuloskeletal yang terjadi sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 02
41
Tabel 02. Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Keluhan Muskuloskeletal Pematung Variabel Keluhan muskuloskeletal sebelum kerja Keluhan muskuloskeletal sesudah kerja Selisih
Periode I Rerata SB 29,51 0,54
Periode II Rerata SB 29,52 0,68
Nilai t
Nilai p
Perubahan
0,096
0,924
0,03%
48,37
1,93
41,83
1,44
16,516
0,0001
13,52%
18,86
1,97
12,31
1,79
15,093
0,0001
34,73%
Keluhan muskuloskeletal pematung sebelum kerja antara periode I dan II adalah komparabel. Itu berarti bahwa, kondisi awal pematung sesaat sebelum bekerja adalah relatif sama dilihat dari skor keluhan muskuloskeletal. Dengan demikian perubahan yang terjadi di akhir kegiatan semata-mata diakibatkan oleh kondisi kerja yang sudah didesain secara ergonomis. Hasil analisis data kualitas kesehatan dilihat dari perubahan kelelahan yang terjadi sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 03 Tabel 03. Hasil Analisis Data Kualitas Kesehatan dilihat dari Kelelahan Pematung Variabel Kelelahan sebelum kerja Kelelahan sesudah kerja Selisih
Periode I Rerata SB 31,12 0,47
Periode II Rerata SB 31,17 0,74
Nilai t
Nilai p
Perubahan
0,286
0,777
0,16%
52,42
1,59
46,51
1,54
12,763
0,0001
11,27%
21,30
1,69
15,34
1,58
11,833
0,0001
27,98%
Kelelahan pematung sebelum kerja antara periode I dan II adalah komparabel. Itu berarti bahwa, kondisi awal pematung sesaat sebelum bekerja adalah relatif sama dilihat dari tingkat kelelahannya. Dengan demikian perubahan yang terjadi di akhir kegiatan sematamata diakibatkan oleh kondisi kerja yang sudah didesain secara ergonomis. Hasil analisis data produktivitas kerja pematung sesudah perbaikan kondisi kerja yang dilakukan pada penelitian tahun II dapat dicermati pada Tabel 04.
42
Tabel 04. Hasil Analisis Data Produktivitas Kerja Pematung Variabel Produktivitas
Periode I Rerata SB 229,49 44,69
Periode II Rerata SB 274,13 42,61
Nilai t
Nilai p
Perubahan
9,574
0,0001
19,45%
Produktivitas kerja antara Periode I dan II mengalami peningkatan sebesar 19,45%. Ini menunjukkan bahwa dengan mengurangi kelelahan, keluhan musculoskeletal, dan beban kerja secara bersamaan akan berdampak terhadap peningkatan produktivitas.
Pembahasan Beban Kerja Pematung Temuan penelitian mengindikasikan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergoonomi berorientassi kearifan lokal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi beban kerja pematung. Dikatakan demikian karena ternyata setelah bekerja pematung mengalami peningkatan beban kerja sebesar 13,5% (p < 0,05). Persentase peningkatan beban kerja yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif, penyesuaian antropometri dengan peralatan kerja, perbaikan kondisi lingkungan dan sikap kerja sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya untuk menurunkan beban kerja secara bermakna. Hal itu perlu dilakukan agar pematung dapat bekerja secara efektif dan efisien yang disertai dengan kondisi lingkungan yang nyaman, sehat, dan aman. Melalui perbaikan tersebut ternyata dapat mengurangi beban kerja sebesar 83,45% (p < 0,05) dilihat dari denyut nadi kerja yang dihitung sesaat setelah pematung bekerja. Itu bisa terjadi karena dengan semakin alamiahnya sikap kerja pematung membuat mereka merasa lebih nyaman untuk beraktivitas. Di sisi lain penggunaan peralatan kerja yang antropometris juga berkontribusi terhadap upaya untuk mengurangi beban kerja pematung. Dalam hal ini penerapan istirahat aktif ternyata sangat berguna untuk memperlancar sirkulasi darah pematung, sehingga denyut nadi kerja yang semula cukup tinggi yaitu dengan rerata 100,66 dpm dapat diturunkan menjadi 92,26 dpm. Temuan ini setara dengan temuan peneliti lain yaitu: (a) Arimbawa (2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja secara ergonomis dapat mengurangi beban kerja para pembuat minyak kelapa di Kecamatan Dawan Klungkung sebesar 14,69%; (b) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat angkut kelapa dapat 43
mengurangi beban kerja sebesar 10,61%; (c) Purnomo (2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat mengurangi beban kerja pekerja di industri gerabah Kasongan Bantul sebesar 21,69%; (d) Sajiyo (2008) melaporkan bahwa beban kerja tukang gulung sigaret kretek tangan di Kediri Jawa Timur menurun sebesar 20,81% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain tempat dan sistem kerja dengan intervensi ergonomi; (e) Josephus (2011) melaporkan bahwa beban kerja nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara menurun sebesar 53,56% setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (f) Widana, dkk (2012) melaporkan bahwa beban kerja petani sayur menurun sebesar 18,67% setelah dilakukan implementasi ergonomi pada pengolahan tanah pertanian di Tabanan Bali; (g) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat mengurangi beban kerja pembuat banten ngaben pranawa sebesar 13,22%; dan (h) Adnyana (2013) melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat mengurangi beban kerja pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 21,90%.
Keluhan Muskuloskeletal Pematung Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergoonomi berorientassi kearifan lokal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung. Dikatakan demikian karena ternyata setelah bekerja pematung mengalami peningkatan keluhan muskuloskeletal sebesar 41,3% (p < 0,05). Persentase peningkatan keluhan muskuloskeletal yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif, penyesuaian antropometri dengan peralatan kerja, perbaikan kondisi lingkungan dan sikap kerja sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya untuk menurunkan keluhan muskuloskeletal secara bermakna. Melalui perbaikan tersebut ternyata dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal sebesar 13,52% (p < 0,05) dilihat dari keluhan muskuloskeletal yang didata sesaat setelah pematung bekerja. Itu bisa terjadi karena dengan semakin alamiahnya sikap kerja pematung membuat mereka merasa lebih nyaman untuk beraktivitas dan terjadi keleluasaan gerak pada otot-otot yang bekerja Di sisi lain penggunaan peralatan kerja yang antropometris juga berkontribusi terhadap upaya untuk mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung. Dalam hal ini penerapan istirahat aktif ternyata sangat berguna untuk memperlancar sirkulasi darah pematung, sehingga skor 44
keluhan muskuloskeletal yang semula cukup tinggi yaitu dengan rerata 48,37 dapat diturunkan menjadi 41,83. Penurunan skor tersebut membuktikan bahwa terjadi sirkulasi darah yang semakin lancar pada sistem muskuloskeletal yang membuat suplai oksigen ke otot semakin memadai. Temuan ini setara dengan temuan peneliti lain seperti: (a) Purnomo (2007) melaporkan bahwa pekerja di industri kecil pembuat gerabah di Kasongan Bantul mengalami penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 87,80% (p < 0,05) setelah diterapkan sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total; (b) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pekerja wanita pengangkut kelapa di Semaja Antosari Tabanan mengalami penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 10,61% setelah diterapkan pendekatan ergonomi total; (c) Sajiyo (2008) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal tukang gulung sigaret kretek tangan di Kediri Jawa Timur menurun sebesar 66,94% dilihat dari gerak kepala, 61,52% dilihat dari gerak bahu, dan 81,75% dilihat dari gerak anggota gerak atas (p < 0,05), setelah dilakukan redesain tempat dan sistem kerja dengan intervensi ergonomi; (d) Arimbawa (2009) juga melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal pembuat minyak kelapa di Dawan Klungkung menurun sebesar 26,17%
(p < 0,05) setelah dilakukan redesain peralatan kerja secara
ergonomis; (e) Surata (2011) melaporkan bahwa petani budidaya rumput laut di Desa Ped Nusa Penida mengalami penurunan keluhan muskuloskletal sebesar 56,15% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain alat pengering rumput laut dan sistem kerjanya; (f) Josephus (2011) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara menurun sebesar 53,55% setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (g) Suardana (2012) melaporkan bahwa ergo-arsitektur dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pekerja sebesar 2,22% pada penggunaan gedung yang ergonomik; (h) Widana, dkk (2012) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal petani sayur menurun sebesar 14,27% setelah dilakukan implementasi ergonomi pada pengolahan tanah pertanian di Tabanan Bali; (i) Sudarma (2012) melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal penyelaras gamelan Bali menurun sebesar 21,87% setelah diterapkan desain piranti lunak GAENet dan redesain stasiun kerja yang ergonomis; (j) Adnyani (2013) melaporkan bahwa rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal perajin kain endek sebesar 35,21%; (k) Handari (2013) melaporkan bahwa penerapan ergo-psikofisiologi dapat mengurangi 45
keluhan muskuloskeletal karyawan akuntansi sebesar 9,08%; (l) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pembuat banten ngaben pranawa sebesar 37,98%; dan (m) Adnyana (2013) melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 15,10%.
Kelelahan Pematung Temuan penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan ergoonomi berorientassi kearifan lokal sangat diperlukan sebagai upaya untuk mengurangi kelelahan pematung. Dikatakan demikian karena ternyata setelah bekerja pematung mengalami peningkatan kelelahan sebesar 46,8% (p < 0,05). Persentase peningkatan kelelahan yang relatif besar tersebut mengindikasikan bahwa penerapan istirahat aktif, penyesuaian antropometri dengan peralatan kerja, perbaikan kondisi lingkungan dan sikap kerja sangat perlu untuk diimplementasikan sebagai upaya untuk menurunkan kelelahan secara bermakna. Itu dilakukan untuk mengatasi kondisi kerja yang tidak memadai dan sebagai upaya untuk mengenalkan konsep-konsep ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal yang dianut oleh masyarakat setempat, misalnya: tidak boleh bekerja saat matahari tepat berada di atas kepala (tengai tepet), tidak boleh bekerja saat matahari terbenam (sandiikala), dan saat bekerja diwajibkan untuk berdoa terlebih dahulu untuk memohon berkah kepada Tuhan dengan harapan agar hasil karyanya bermanfaat bagi orang banyak dan metaksu. Melalui perbaikan kondisi kerja ternyata dapat mengurangi kelelahan sebesar 11,27% (p < 0,05) dilihat dari skor kelelahan yang dihitung sesaat setelah pematung bekerja. Itu bisa terjadi karena dengan semakin alamiahnya sikap kerja pematung membuat mereka merasa lebih nyaman untuk beraktivitas. Di sisi lain penggunaan peralatan kerja yang antropometris juga berkontribusi terhadap upaya untuk mengurangi kelelahan pematung. Dalam hal ini penerapan istirahat aktif ternyata sangat berguna untuk memperlancar sirkulasi darah pematung, sehingga skor kelelahan yang semula cukup tinggi yaitu dengan rerata 52,42 dapat diturunkan menjadi 46,51. Temuan tersebut setara dengan laporan peneliti lain, seperti: (a) Purnomo (2007) melaporkan bahwa pekerja di industri kecil pembuat gerabah di Kasongan Bantul mengalami 46
penurunan kelelahan sebesar 77,50% (p < 0,05) setelah diterapkan sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total; (b) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pekerja wanita pengangkut kelapa di Semaja Antosari Tabanan mengalami penurunan keluhan muskuloskeletal sebesar 53,97% setelah diterapkan pendekatan ergonomi total; (c) Arimbawa (2009) juga melaporkan bahwa keluhan muskuloskeletal pembuat minyak kelapa di Dawan Klungkung menurun sebesar 25,83%
(p < 0,05) setelah dilakukan redesain
peralatan kerja secara ergonomis; (d) Surata (2011) melaporkan bahwa petani budidaya rumput laut di Desa Ped Nusa Penida mengalami penurunan kelelahan sebesar 50,84% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain alat pengering rumput laut dan sistem kerjanya; dan (e) Josephus (2011) melaporkan bahwa kelelahan nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara menurun sebesar 16,15% dilihat dari kategori kelelahan umum, 19,96% dilihat dari kategori kelelahan aktivitas, 11,70% dilihat dari kelelahan motivasi, dan 14,53% dilihat dari kelelahan fisik, setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (f) Widana, dkk (2012) melaporkan bahwa kelelahan petani sayur menurun sebesar 13,06% setelah dilakukan implementasi ergonomi pada pengolahan tanah pertanian di Tabanan Bali; (g) Sudarma (2012) melaporkan bahwa kelelahan penyelaras gamelan Bali menurun sebesar 28,57% setelah diterapkan desain piranti lunak GAENet dan redesain stasiun kerja yang ergonomis; (h) Adnyani (2013) melaporkan bahwa rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat mengurangi kelelahan perajin kain endek sebesar 53,07%; (i) Handari (2013) melaporkan bahwa penerapan ergo-psikofisiologi dapat mengurangi kelelahan karyawan akuntansi sebesar 22,18%; (j) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat mengurangi kelelahan 36,24% pembuat banten ngaben pranawa sebesar 37,98%; dan (k) Adnyana (2013) melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat mengurangi kelelahan pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 22,23%.
Produktivitas Temuan pada penelitian ini mengindikasikan bahwa perbaikan yang mengacu kepada kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan yang dinilai dari indikator beban kerja, keluhan muskuloskeletal, dan kelelahan sangat diperlukan. Jika ini bisa dilakukan berarti secara otomatis produktivitas 47
kerja akan dapat ditingkatkan, karena pematung akan lebih segar dan lebih bugar saat bekerja di tempat kerja yang nyaman dengan motivasi dan spirit kerja yang tinggi. Diyakini demikian karena melalui perbaikan kondisi kerja berbasis kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi yang diterapkan pada tahun kedua ini ternyata dapat mengurangi beban kerja pematung sebesar 83,45%, keluhan muskuloskeletal menurun sebesar 13,52% yang diiringi dengan penurunan kelelahan sebesar 11,27% (p < 0,05) Temuan pada tahun II menunjukkan bahwa produktivitas pematung meningkat secara bermakna sebesar 19,45% (p < 0,05) antara periode I dan periode II. Itu bisa terjadi karena kualitas kesehatan pematung dapat ditingkatkan setelah diterapkan perbaikan kondisi kerja berbasis kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi yang diawali dengan proses pelatihan. Hal serupa juga dilaporkan oleh beberapa peneliti yaitu: (a) Arimbawa (2009) melaporkan bahwa redesain peralatan kerja secara ergonomis dapat meningkatkan produktivitas kerja para pembuat minyak kelapa di Kecamatan Dawan Klungkung sebesar 35,71%;
(b) Adiatmika (2007) melaporkan bahwa perbaikan kondisi kerja dengan
pendekatan ergonomi total dapat meningkatkan produktivitas perajin pengecatan logam di Kediri Tabanan sebesar 61,66%; (c) Artayasa (2007) melaporkan bahwa pendekatan ergonomi total pada proses angkat angkut kelapa dapat meningkatkan produktivitas sebesar 48,84%; (d) Purnomo (2007) melaporkan bahwa sistem kerja dengan pendekatan ergonomi total dapat meningkatkan produktivitas pekerja di industri gerabah Kasongan Bantul sebesar 59,49%; (e) Surata (2011) melaporkan bahwa produktivitas petani budidaya rumput laut di Desa Ped Nusa Penida meningkat sebesar 37,93% (p < 0,05) setelah dilakukan redesain alat pengering rumput laut dan sistem kerjanya; (f) Josephus (2011) melaporkan bahwa produktivitas nelayan di Amurang Minahasa Selatan, Provinsi Sulawesi Utara meningkat sebesar 3,53% setelah dilakukan intervensi ergonomi pada proses penangkapan ikan dengan pukat cincin; (g) Sudarma (2012) melaporkan bahwa produktivitas penyelaras gamelan Bali meningkat sebesar 29,63% setelah diterapkan desain piranti lunak GAENet dan redesain stasiun kerja yang ergonomis; (h) Adnyani (2013) melaporkan bahwa rancang bangun alat pemidangan otomatis yang ergonomis dapat meningkatkan produktiviitas perajin kain endek sebesar 56,86%; (i) Purnamawati (2013) melaporkan bahwa intervensi ergonomi dapat meningkatkan produktivitas pembuat banten ngaben pranawa sebesar 78%; dan (j) Adnyana
48
(2013) melaporkan bahwa aplikasi sinergi Ergo-Mechanical-System dapat meningkatkan produktivitas pekerja wanita pembuat sarana banten sebesar 71,66%.
Simpulan dan Saran Bertolak dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan: (a) implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi beban kerja pematung sebesar 83,45%; (b) implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi keluhan muskuloskeletal pematung sebesar 13,52%; (c) implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat mengurangi kelelahan pematung sebesar 11,27%; dan (d) implementasi ergonomi yang relevan dengan kearifan lokal dapat meningkatkan produktivitas pematung sebesar 19,45%. Saran yang tampaknya penting untuk disampaikan adalah: (a) agar para pekerja di industri kecil mencermati kondisi kerjanya ditinjau dari pendekatan ergonomic yang dipadukan dengan kearifan local yang relevan; (b) penerapan kearifan lokal yang relevan dengan konsep ergonomi hendaknya dimaksimalkan agar dicapai hasil yang memuaskan terkait dengan upaya perbaikan kondisi kerja yang diawali dengan pelatihan; dan (c) penerapan konsep ergonomi berbasis kearifan lokal sudah seharusnya dilakukan sejak dini, agar dicapai kondisi kerja yang sehat, aman, nyaman, efektif, dan efisien serta tercapai produktivitas yang setinggi-tingginya.
Daftar Rujukan Aasa, U., Bergkvist, M.B., Axel, K., Brulin, C. 2006. Relationship Between Work-Related Factors and Disorders in The Neck Shoulders and Low Back Region among Female and Male Ambulance Personnel. Journal Occupational Health, Vol. 47. No. 6. November: 481 – 489. Adiatmika, I P.G. 2007. Perbaikan Kondisi Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Menurunkan Keluhan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Perajin Pengecatan Logam di Kediri Tabanan. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Adiputra, N. 2006. Facing the Changing World: How do the Balinese Survive with Their Culture Wisdoms, from Ergonomis Perspective. Proceeding Ergo Future, International Symposium on Past, Present and Future Ergonomis, Occupational Safety and Health. Ed. Adiatmika & Dewa Alit Putra. Denpasar: Department of Physiology, Udayana University.
49
Adnyani, I.A.S. 2013. Rancang Bangun Alat Pemidangan Otomatis yang Ergonomis Meningkatkan Kinerja Perajin Kain Endek di Kecamatan Blahbatuh Gianyar. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Adnyana, I W.B. 2013. Aplikasi Synergy Ergo-Mechanical System Meningkkatkkan Kapasitas Kerja Para Pekerja Wanita dan Efisiensi Energi Bahan Bakar Alat Pengering pada Industri Sarana Banten di Blahbatuh Gianyar Bali. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Anonim, 2012, Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan Berkelanjutan [Cited 2012 March 29] Available at http://www.pemberdayaan.com/pembangunan/pemberdayaanmasyarakat-dan-pembangunan-berkelanjutan.html. Arimbawa, I M.G. 2009. Redesain Peralatan Kerja secara Ergonomis Meningkatkan Kinerja Pembuat Minyak Kelapa Tradisional di Kecamatan Dawan Klungkung. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Artayasa, N. 2007. Pendekatan Ergonomi Total Meningkatkan Kualitas Hidup Pekerja Wanita Pengangkut Kelapa di Banjar Semaja Desa Antosari Tabanan Bali. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Azadeh, A., Fam, M., Garakani,M.M. 2007. A Total Ergonomis Design Approach to Enhance the Productivity in A Complicated Control System. Journal of Information Technology. 6 (7): 1036 – 1042. Bakker, A.B., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P. & Taris, T.W. 2008. Work Engagement: An Emerging Concept in Occupational Health Psychology. Work and Strees Journal, Vol.22. No. 3., 187-200. Bakker, A.B. & Leiter, M.P. 2010. Where to Go from Here: Integration and Future Research on Work Engagement; In: Bakker, A.B. & Leiter, M.P. Editor: Work Engagement, A Handbook of Essential Theory and Research. New York: Psychology Press. Bakker, A.B. 2010. Engagement and Job Crafting: Engaged Employees Create Their Own Great Place to Work, In: Albrecht,S. Editor. Handbook of Employee Engagement Perspectives, Issues, Researches and Practices. USA: Edward Elgar. Bakker, A.B. Albrecht, S.L. & Leiter,M.P. 2011. Key Question Regarding Work Engagement, European Journal of Work and Organizational Psychology. 20 (1), 4-28 Bazrgari, B,, Shirazi-Adl, A., & Arjmand, N. 2007. Analysis of Squat and Stoop Dynamic Lifting: Muscle Forces and Internal Spinal Loads. Journal of Eur Spine. Vol. 16: 687699 David, G., Wood, V., Li, G., Buckle, P. 2008. The Development of the Quick Exposure Check (QEC) for Assessing Exposure to Risk Factors Work Related Musculosceletal Disorders. Journal of Applied Ergonomis. Vol. 39. No. 1: 57 – 69. Escorpizo, R. 2008. Understanding Work Productivity and Its Application to Work-Related Musculosceletal Disorders. International Journal of Industrial Ergonomis. Vol. 38, No. 3 – 4: 291 – 297. Fam, M., Azadeh, A., Azam, A. 2007. Modeling an Integrated Health, Safety, and Ergonomis Management System: Application to Power Plants. Journal of Res Health Sciences. Vol 7 (2): 1 – 10. Geriya. 2007. Konsep dan Strategi Revitalisasi Kearifan Lokal dalam Penataan Lingkungan Hidup di Bali. Denpasar: Universitas Udayana. Grandjean, E. 2007. Fitting the task to the Man. A Textbook of Occupational Ergonomis. 4th Edition. London: Taylor & Francis. 50
Handari, L.M.I.S. 2013. Ergo-Psikofisiologi Menurunkan Respon Fisiologis Meningkatkan Kesigapan, Kemampuan Kerja dan Work Engagement Karyawan Bagian Akuntansi hotel Bali Hyatt di Denpasar. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Josephus, J. 2011. Intervensi Ergonomi pada Proses Penangkapan Ikan dengan Pukat Cincin Meningkatkan Kinerja dan Kesejahteraan Nelayan di Amurang Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Limerick, L.B. Straker, L., Pollock, C. Dennis, G., Leveritt, S., Johnson, S. 2007. Implementation of the Participative Ergonomis for Manual Tasks (PErforM) Programme at Four Australian Underground Coal Mines. International Journal of Industrial Ergonomis. Vol. 37, No. 2. February: 145 – 155. Manuaba, A. 2008. Membangun Bali atau Membangun di Bali. Bali-HESG. Denpasar. Marras, W., Cutlip, R.G., Burt, S.E., Waters, T.R. 2009. National Occupational Research Agenda (NORA) Future Direction in Occupational Musculoskeletal Disorders Health Research. Journal of Applied Ergonomic. Vol. 40: 15 – 22. Munaf, D.R., Suseno, T., Janu, R.I., Badar, A.M. 2008. Peran teknologi Tepat Guna untuk Masyarakat Daerah Perbatasan. Jurnal Sosioteknologi No. 13 Tahun 7, April. Purnamawati, M.S.P. 2013. Intervensi Ergonomi Meningkatkan Efisiensi Pekerja pada Proses Pembuatan Banten Upacara Ngaben Pranawa di Kota Denpasar. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Purnomo, H. 2007. Sistem Kerja dengan Pendekatan Ergonomi Total Mengurangi Keluhan Muskuloskeletal, Kelelahan, dan Beban Kerja serta Meningkatkan Produktivitas Pekerja Industri Gerabah di Kasongan Bantul. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Reenan, H.H.H., Van der Beek, A.J., Blatter, B.M., Van Mechelen, W., Bongers, P.M. 2009. Age-Related Differences in Muscular Capacity among Workers. Journal of Int Arch Occup Environ Health. No. 82: 1115 – 1121. Sajiyo, 2008. Redesain Tempat dan Sistem Kerja dengan Intervensi Ergonomi Meningkatkan Kinerja Tukang Giling Sigaret Kretek Tangan pada Industri Rokok “X” di Kediri Jawa Timur. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Sarna, K. 2008. Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Lokal Genius. Makalah disampaikan dalam Seminar Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja. Shimazu, A. Miyanaka,D. Schaufeli,W.B. 2010. Work Engagement from A Culture Perspective: In: Albrecht,S. editor. Handbook of Employee Engagement Perspectives, Issue, Researches and Practices. USA: Edward Elgar Steward, I.B., McDonald, M.D., Hunt, A.P., Paker, T.W. 2008. Physical Capacityof Rescue Personnel in The Mining Industry. Journal of Occupational Medicine and Toxicology. Available at http://www.occup-med.com/content/3/1/22. Sudarma, M. 2012. Desain Piranti Lunak GAENet dan Redesain Stasiun Kerja yang Ergonomis Meningkatkan Kinerja Penyelaras Gamelan Bali. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Sutajaya, I M. Ristiati, N.P, Setiabudi, G. I. 2009. Penerapan Ergonomi Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pekerja di Industri Kecil. Laporan Penelitan Strategis Nasional. Jurusan Pendidikan Biologi. F MIPA. UNDIKSHA.
51
Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2010, Implementasi Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Mengatasi Kondisi Kerja di Industri Kecil. Laporan Penelitian. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA. Undiksha. Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2011. Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora ISSN 1979-7095. Volume 5, No.3, Desember 2011 Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2012, Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar. Laporan Penelitian. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA. Undiksha. Sutajaya, I M., & Ristiati, N.P. 2013, Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan dan Implementasi Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali. Laporan Penelitian. Jurusan Pendidikan Biologi. FMIPA. Undiksha. Suter, P.M., Schutz, Y. 2008. The Effect of Exercise, Alcohol or Both Combined on Health and Physical Performance Alcohol Metabolism during Exercise. International Journal of Obesity. Vol. 32: 48 – 52. Sutjana, I D.P. Sutajaya, I M., Purnawati, S. Adiamika, P, Tunas, K. Suardana, E, & Swamardika, I.B.A. 2008. Preliminary Anthropometric Data of Medical Students for Equipment Applications. Journal of Human Ergology Vol. 37. No 1.: 45 – 48. Surata, I W. 2011. Redesain Alat Pengering dan Sistem Kerja Meningkatkan Kinerja Petani dan Mutu Rumput Laut di Desa Ped Nusa Penida. Disertasi. Program Pascasarjana Universitas Udayana Bali. Vieira, E.R., Kumar, S., Narayan, Y. 2008. Smoking, No-Exercise, Overweight and Low Back Disorder in Welders and Nurses. International Journal of Industrial Ergonomis. Vol. 38: 143 – 149. Widana, K. Adiputra, N. Sutjana, I D.P. dan Sutajaya, I M. 2012. Redesign Tractor for Soil Treatment Decreases Productions Cost and Increase Productivity, Health of Workers in Agricultural Industry. Proceeding of the Second International Conference of Southeast Asian Network of Ergonomics Societies. Ed. Halimahtun M. Khalid, Alvin W. Yeo. Martin G. Helander. and Tek Yong Lim. Publisher Damai Sciences ISBN 978-98341742.
52
Lampiran 2. Luaran Penelitian dalam Bentuk Desain Stasiun Kerja
U Tempat produk yang siap dipasarkan (200 lux)
(400 lux)
S Tempat produk setengah jadi
Tempat mengoperasikan band saw Tempat air minum
(200 lux)
5m
(400 lux)
400 lux Tidak ergonomis
Tempat memahat dan menghaluskan patung
Ergonomis
3m 5m 400 lux Tempat bahan baku Tidak ergonomis
Ergonomis
(200 lux)
Tempat mengoperasikan chain saw
53
Kamar mandi/ WC
Lampiran 3. Hasil Analisis Data Beban Kerja One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
DN Ist P1 30
DN Kerja P1 30
NKerja P1 30
DN Ist P2 30
DN Kerja P2 30
NKerja P2 30
81.6447
100.6627
19.0190
80.9110
92.2620
11.3510
4.06067
2.93643
3.94780
3.81660
3.00743
2.77370
.134
.145
.148
.146
.113
.124
.134 -.086 .732 .657
.131 -.145 .793 .556
.114 -.148 .811 .526
.133 -.146 .798 .548
.103 -.113 .622 .834
.124 -.089 .676 .750
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2 Pair 3
Mean 81.6447 80.9110 100.6627 92.2620 19.0190 11.3510
DNIstP1 DNIstP2 DNKerjaP1 DNKerjaP2 NKerjaP1 NKerjaP2
N 30 30 30 30 30 30
Std. Deviation 4.06067 3.81660 2.93643 3.00743 3.94780 2.77370
Std. Error Mean .74137 .69681 .53612 .54908 .72077 .50641
Paired Samples Correlations
N Pair 1 Pair 2 Pair 3
DNIstP1 & DNIstP2 DNKerjaP1 & DNKerjaP2 NKerjaP1 & NKerjaP2
30 30 30
Correlation .747 .270 .532
Sig. .000 .149 .002
Paired Samples Test
Mean Pair 1 Pair 2 Pair 3
DNIstP1 - DNIstP2 DNKerjaP1 DNKerjaP2 NKerjaP1 NKerjaP2
Paired Differences Std. 95% Confidence Std. Error Interval of the Deviation Mean Difference
.73367
2.81356
.51368
Lower -.31694
8.40067
3.59067
.65556
7.05989
9.74145
7.66800
3.40906
.62241
6.39504
8.94096
54
Upper 1.78427
t
1.428 12.81 4 12.32 0
df
Sig. (2-tailed)
29
.164
29
.000
29
.000
Lampiran 4. Hasil Analisis Data Keluhan Muskuloskeletal One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters(a, b) Most Extreme Differences
MSDP1Seb 30
MSDP1Sed 30
MSDP2Seb 30
MSDP2Sed 30
SeisihP1 30
SelisihP2 30
29.5113
48.3663
29.5217
41.8333
18.8557
12.3100
.54452
1.93213
.68185
1.44583
1.97047
1.79420
.193
.101
.144
.116
.073
.141
.193 -.115 1.056 .215
.074 -.101 .554 .919
.144 -.125 .789 .562
.089 -.116 .637 .811
.073 -.055 .400 .997
.141 -.109 .772 .591
Mean Std. Deviation Absolute
Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2 Pair 3
Mean 29.5113 29.5217 48.3663 41.8333 18.8557 12.3100
MSDP1Seb MSDP2Seb MSDP1Sed MSDP2Sed SeisihP1 SelisihP2
N
Std. Deviation .54452 .68185 1.93213 1.44583 1.97047 1.79420
30 30 30 30 30 30
Std. Error Mean .09942 .12449 .35276 .26397 .35976 .32757
Paired Samples Correlations
N Pair 1 Pair 2 Pair 3
MSDP1Seb & MSDP2Seb MSDP1Sed & MSDP2Sed SeisihP1 & SelisihP2
Correlation 30 30 30
Sig. .558 .202 .206
.001 .284 .274
Paired Samples Test
Paired Differences Mean Pair 1 Pair 2 Pair 3
MSDP1Seb - MSDP2Seb MSDP1Sed - MSDP2Sed SeisihP1 - SelisihP2
-.01033 6.53300 6.54567
Std. Deviation
.58936 2.16650 2.37539
55
Std. Error Mean
.10760 .39555 .43369
t
df
Sig. (2tailed)
95% Confidence Interval of the Difference Lower -.23040 5.72402 5.65868
Upper .20974 7.34198 7.43265
-.096 16.516 15.093
29 29 29
.924 .000 .000
Lampiran 5. Hasil Analisis Data Kelelahan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Kelelah P1Seb 30 Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Kelelah P1Sed 30
Selisih P1 30 21.299 7 1.6919 0
Kelelah P2Seb 30
Kelelah P2Sed 30
Selisih P2 30
31.1673
46.5113
15.3447
.74222
1.53579
1.57761
31.1223
52.4223
.46757
1.59415
.163
.147
.095
.149
.137
.140
.137 -.163 .895 .399
.147 -.082 .806 .534
.079 -.095 .523 .948
.149 -.118 .814 .522
.137 -.125 .753 .622
.140 -.120 .766 .599
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2 Pair 3
Mean 31.1223 31.1673 52.4223 46.5113 21.2997 15.3447
KelelahP1Seb KelelahP2Seb KelelahP1Sed KelelahP2Sed SelisihP1 SelisihP2
N 30 30 30 30 30 30
Std. Deviation .46757 .74222 1.59415 1.53579 1.69190 1.57761
Std. Error Mean .08537 .13551 .29105 .28040 .30890 .28803
Paired Samples Correlations
N Pair 1
KelelahP1Seb & KelelahP2Seb
Pair 2
KelelahP1Sed & KelelahP2Sed
Pair 3
SelisihP1 & SelisihP2
Correlation
Sig.
30
.038
.841
30
-.314
.092
30
-.421
.021
Paired Samples Test
Paired Differences Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
t
Pair 2 Pair 3
KelelahP1Seb KelelahP2Seb KelelahP1Sed KelelahP2Sed SelisihP1 - SelisihP2
Sig. (2tailed)
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Pair 1
df
Upper
-.04500
.86192
.15736
-.36685
.27685
-.286
29
.777
5.91100
2.53677
.46315
4.96376
6.85824
12.763
29
.000
5.95500
2.75650
.50327
4.92570
6.98430
11.833
29
.000
56
Lampiran 6. Hasil Analisis Data Produktivitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
ProdP1 N Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
ProdP2
30 229.4873 44.68931 .076 .058 -.076 .419 .995
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
30 274.1313 42.61373 .109 .087 -.109 .597 .868
a Test distribution is Normal. b Calculated from data. Paired Samples Statistics
Mean Pair 1
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
ProdP1
229.4873
30
44.68931
8.15912
ProdP2
274.1313
30
42.61373
7.78017
Paired Samples Correlations N Pair 1
ProdP1 & ProdP2
Correlation 30
Sig.
.830
.000
Paired Samples Test
Mean Pair 1
ProdP1 ProdP2
-44.64400
Paired Differences Std. Std. Error 95% Confidence Interval Deviation Mean of the Difference
25.54001
4.66295
57
Lower
Upper
-54.18080
-35.10720
t
-9.574
df
29
Sig. (2tailed)
.000
Lampiran 7. Justifikasi Anggaran Penelitian tahun II 1.1 Honorarium Tim Peneliti (20%) No
NAMA
1
Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd.
2
JABATAN Ketua
Alokasi waktu (Jam/minggu) 8 Jam/Mg
Anggota
6 Jam/Mg
Gaji/ upah 1.100.000
Satuan (8 bln) OB
775.000
Total Anggaran
OB
Total (Rp) 8.800.000 6.200.000 Rp. 15.000.000
1.2 Bahan Habis Pakai dan Peralatan (40%) a. Anggaran untuk Bahan Habis Pakai No 1 2 3 4 5
Nama Bahan
Kegunaan
ATK Biaya pembuatan kuesioner Biaya pembuatan modul penataan stasiun kerja Biaya penataan stasiun kerja Biaya komunikasi
Total biaya (Rp)
Untuk administrasi Untuk pendataan keluhan musculoskeletal dan kelelahan Untuk menghasilkan modul penataan stasiun kerja Untuk menghasilkan stasiun kerja yang ergonomis Untuk konsultasi dengan pakar Total Anggaran
2.000.000 450.000 7.000.000 13.550.000 2.000.000 25.000.000
b. Peralatan No
Nama peralatan
Spesifikasi
Keguanaan
1
Meteran logam
Merek Imundex dengan ketelitain 1 mm
2
Termometer ruangan
Merek MC dengan skala Celcius
3
Luxmeter
Merek Gossen Panlux Electronic
4
Antropometer
Merek Super 686
5
Anemometer
Merek Lutron AM-4201
6
Timbangan badan
Merek Elephant
Untuk mengukur alat-alat kerja dan geometri Untuk mengukur suhu basah dan suhu kering Untuk mengukur intensitas pencahayaan Untuk mengukur antropometri pebelajar Untuk mengukur kecepatan angin Untuk mengukur berat badan
Total Anggaran Total bahan habis pakai dan peralatan
58
Total biaya (Rp) 200.000
300.000
1.000.000
1.500.000
1.000.000 1.000.000 5.000.000 30.000.000
1.3 Anggaran Perjalanan (25%) No
Uraian Kegiatan
1
Biaya perjalanan Singaraja-Denpasar (2 orang peneliti) Biaya perjalanan Singaraja-Denpasar (2 orang peneliti) Biaya perjalanan Singaraja-Denpasar (2 orang peneliti dan 5 orang calon petugas lapangan ) Biaya perjalanan ke Kabupaten Gianyar (2 orang pakar, 2 orang peneliti, dan 5 orang petugas lapangan) Biaya perjalanan ke Kabupaten Gianyar (2 orang pakar, 2 orang peneliti, dan 5 orang petugas lapangan) Biaya perjalanan ke Kabupaten Gianyar (2 orang pakar, 2 orang peneliti, dan 5 orang petugas lapangan)
2
3
4
5
6
Tujuan
Total biaya (Rp)
Konsultasi dengan pakar di Bagian Fisiologi terkait dengan materi fisiologi dasar
2.000.000
Konsultasi dengan pakar di S2 Ergonomi-Fisiologi Kerja terkait dengan materi Ergonomi
2.000.000
Konsultasi dengan pakar di S3 Ilmu Kedokteran terkait dengan materi ergonomi yang dapat diimplementasi di tempat kerja yang telah atau sedang diteliti oleh para kandiidat doktor
2.750.000
Mengobservasi tempat penelitian dan memberikan masukan terkait dengan perbaikan yang akan dilaksanakan
4.000.000
Melaksanakan pendataan sebelum intervensi
4.000.000
Melaksanakan pendataan sesudah intervensi
4.000.000
Total Anggaran
18.750.000
1.4 Biaya lain-lain (15%) No 1 2 3
Uraian Kegiatan Pertemuan/ lokakarya/ seminar Pembuatan Laporan/ publikasi Penggandaan laporan Total Anggaran
Total biaya (Rp) 7.250.000 2.000.000 2.000.000 11.250.000
59
Lampiran 8. Susunan organisasi tim peneliti dan pembagian tugas No
Nama
NIDN
Bidang Ilmu
Alokasi Waktu (Jam/minggu)
1
Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes.
0017126802
ErgonomiFisiologi Kerja
8 jam/ minggu
Uraian Tugas
2
Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd.
0004015001
Mikrobiologi
6 jam/ minggu
60
Membuat proposal Menyiapkan instrumen penelitian Melaksanakan pendataaan Tabulasi dan analisis data Menyusun laporan Menyeminarkan laporan Mempublikasikan laporan Membuat proposal Menyiapkan instrumen penelitian Melaksanakan pendataaan Tabulasi dan analisis data Menyusun laporan
Lampiran 9. Ketersediaan sarana dan prasarana penelitian Instrumen atau peralatan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Kuesioner Nordic Body Map yang dimodifikasi dengan empat skala Likert yang sudah valid dan reliabel serta sudah digunakan secara internasional untuk mendata keluhan muskuloskeletal . 2. Kuesioner 30 items of rating scale dengan skala Likert yang sudah valid dan reliabel serta sudah digunakan secara internasional untuk mendata kelelahan. 3. Meteran logam merek Imundex dengan ketelitian 1 mm untuk mengukur diameter alat-alat kerja dan jarak antara alat dan tempat kerja. 4. Termometer ruangan merek MC dengan skala Celsius untuk mengukur suhu basah dan suhu kering di ruang kerja. 5. Psychrometric Chart digunakan untuk menentukan kelembaban relatif ruang belajar yang dinilai dari suhu basah dan suhu kering. 6. Luxmeter merek Gossen Panlux Electronic 2 buatan Jerman untuk mengukur intensitas pencahayaan di ruang kerja. 7. Anthropometer merek Super 686 buatan Jepang dengan ketelitian 1 mm untuk mengukur antropometrik pematung. 8. Anemometer merek Lutron AM-4201 buatan Taiwan untuk mengukur kecepatan angin di ruang belajar. 9. Timbangan badan merek Elephant buatan Jepang dengan ketelitian 0,2 kg untuk mengukur berat badan pematung. 10. Kamera merek Yashica buatan Jepang untuk mendokumentasikan sikap tubuh pematung dalam proses pembelajaran.
61
Kuesioner Nordic Body Map
62
KUESIONER 30 ITEMS OF RATING SCALES DENGAN SKALA LIKERT UNTUK MENGUKUR KELELAHAN SECARA UMUM Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang tersedia sesuai dengan kondisi saudara saat ini ! STT TT AT T ST
: sangat tidak terasa : tidak terasa : agak terasa : terasa : sangat terasa JAWABAN
NO
PERTANYAAN STT
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Apakah saudara merasa berat di bagian kepala ? Apakah saudara merasa lelah pada seluruh badan ? Apakah kaki saudara terasa berat ? Apakah saudara merasa sering menguap ? Apakah pikiran saudara terasa kacau ? Apakah saudara merasa mengantuk ? Apakah saudara merasakan ada beban pada mata ? Apakah saudara merasa kaku atau canggung dalam bergerak ? Apakah saudara merasa sempoyongan ketika berdiri ? Apakah ada perasaan ingin berbaring ? Apakah saudara merasa susah berpikir ? Apakah saudara merasa lelah untuk bicara ? Apakah saudara merasa gugup ? Apakah saudara merasa tidak bisa berkonsentrasi ? Apakah saudara merasa tidak dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu ?
Apakah saudara merasa punya kecenderungan untuk lupa ? Apakah saudara merasa kurang percaya diri ? Apakah saudara merasa cemas terhadap sesuatu ? Apakah saudara merasa tidak dapat mengontrol sikap ? Apakah saudara merasa tidak dapat tekun dalam pekerjaan ? Apakah saudara merasa sakit kepala ? Apakah saudara merasa kaku di bagian bahu ? Apakah saudara merasakan nyeri di punggung ? Apakah nafas saudara terasa tertekan ? Apakah saudara merasa haus ? Apakah suara saudara terasa serak ? Apakah saudara merasa pening ? Apakah kelopak mata saudara terasa kejang/kaku ? Apakah anggota badan saudara terasa bergetar (tremor) ? Apakah saudara merasa kurang sehat ?
63
TT
AT
T
ST
Lampiran 10. Biodata Ketua dan Anggota Tim Peneliti BIODATA KETUA PENELITI I. IDENTITAS DIRI 1.1 Nama Lengkap (dengan Gelar) 1.2 Jabatan Fungsional 1.3 NIP 1.4 Tempat dan Tanggal Lahir 1.5 Alamat Rumah 1.6 No. Telepon 1.7 Nomor HP 1.8 Alamat Kantor 1.9 No Telepon/ Fax 1.10 Alamat Email 1.11 Lulusan yang telah dihasilkan 1.12 Mata kuliah yang diampu
Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes. Guru Besar 196812171993031003 Gianyar, 17 Desember 1968 Br. Tengah Kauh, Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali 081338193753 Jalan A. Yani 67 Singaraja Bali (0362) 22570/ Fax (0362) 25735
[email protected] S1 Pendidikan Biologi sebanyak 34 orang; S2 Ergonomi-Fisiologi Kerja sebanyak 18 orang; dan S3 Ilmu Kedokteran sebanyak 14 orang 1)
Anatomi-Fisiologi Manusia (di S1 PSP Biologi Undiksha) 2) Histologi & Sitologi (di S1 PSP Biologi Undiksha) 3) Pengantar Pendidikan (di S1 PSP Biologi Undiksha) 4) Bahasa Inggris Bidang Studi II (di S1 PSP Biologi Undiksha) 5) Statistika(di S1 PSP Biologi Undiksha) 6) Perkembangan Peserta Didik (di S1 PSP Biologi Undiksha) 7) Fisiologi Dasar (di S2 PPS Unud) 8) Ergonomi 1,2,3,5,7, dan 8 (di S2 PPS Unud) 9) Tugas Lapangan (di S2 PPS Unud) 10) Workload (di S3 Ilmu Kedokteran Udayana) 11) Ergonomi dlm Pembelajaran (di S3 Ilmu Kedokteran Unud) 12) Biologi Reproduksi (di AKBID Singaraja)
64
II. RIWAYAT PENDIDIKAN 2.1 Program 2.2 Nama PT
S1 FKIP Unud
2.3 Bidang Ilmu 2.4 Tahun Masuk 2.5 Tahun Lulus 2.6 Judul Skripsi/ Tesis/ Disertasi
Pend. Biologi 1987 1992 Pengaruh Perendaman Biji Kedelai pada Media yang Ditumbuhi Rhizopus, Sp terhadap Perkecambahannya
2.7 Nama Pembimbing/ Promotor
Prof. Dr. I Made Rideng, M.Ed. dan Drs. Nengah Sumardika
S2
S3
Ergonomi-Fisiologi Kerja Unud Ergonomi 1996 1998 Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi Gangguan thd. Sistem Muskuloskeletal dan Denyut Nadi Kerja serta Meningkatkan Produktivitas Pematung Prof. dr. I G.N. Nala, MOH dan dr. Tjening Kerana, M.Si
Ilmu Kedokteran Unud Ergonomi 2002 2005 Pembelajaran mll Pendekatan SHIP Mengurangi Kelelahan, Keluhan Muskuloskeletal dan Kebosanan serta Meningkatkan Luaran Proses Belajar Mahasiswa Biologi IKIP Singaraja
Prof. I.B. Adnyana Manuaba, HonFErgS, FIPS dan Prof. dr. I Dewa Pt. Sutjana, M.Erg.
III. PENGALAMAN PENELITIAN No
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan Sumber Jml (juta Rp)
1
2004
2
2006
3
2006
4
2007
5
2008
Perbaikan Sarana Pembelajaran yang Mengacu Aspek Ergonomi dan Penerapan Ergonomik Partisipatore Mengurangi Beban Kerja, Gangguan Muskuloskeletal dan Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Pematung di Jurdik Biologi Penerapan Istirahat Aktif secara Ergonomik Partisipatori Mengurangi Beban Kerja dan Gangguan Muskuloskeletal Tukang Ampelas Wanita di Perusahaan X Gianyar Bali Pengembangan Kurikulum Konsentrasi Biologi Bilingual Berbasis Kompetensi Pengembangan Pembelajaran Anatomi dan Fisiologi Manusia Berbasis Masalah Berbantuan Teknologi Informasi untuk Meningkatkan Kualitas Perkuliahan dan Ketrampilan Berpikir Mahasiswa Studi Kelayakan pada Pembukaan Strata 1 (S1) Jurusan Biologi Non Kependidikan di Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Pendidikan MIPA Undiksha
6
2009
Pemahaman terhadap Ergonomi 65
DIKTI Muda)
(Dosen
6.000.000,-
DIKTI (Kajian Wanita)
8.125.000,-
Hibah Kemitraan
81.000.000,-
DIKTI
10.000.000,-
DIPA Undiksha
I’MHERE
5.000.000,-
15.000.000,-
dalam Pembelajaran di Kelas Internasional sebagai Upaya Peningkatan Profesionalisme Dosen 7
2009
Penerapan Ergonomi Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pekerja di Industri Kecil Implementasi Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Mengatasi Kondisi Kerja di Industri Kecil
8
2010
9
2010
Pembelajaran Hortikultura Melalui Pendekatan Ergonomik Partisipatori Mengurangi Beban Belajar, Kelelahan, dan Kebosanan serta Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi
10
2011
Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar
11
2011
Pembelajaran Histologi Melalui Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Berorientasi Kearifan Lokal Meningkatkan Literasi Sains, Luaran Proses, dan Hasil Belajar Mahasiswa Biologi Fakultas MIPA Undiksha
12
2012
13
2012
14
2012
15
2013
Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar Meta-analisis terhadap Penelitian Pemberdayaan Masyarakat dan Rencana Pengembangannya Pendekatan Ergonomik Partisipatori Berorientasi Kearifan Lokal pada Pembelajaran Anatomi Fisiologi Manusia Mengurangi Kebosanan dan Kelelahan Mahasiswa Biologi Fakultas MIPA Undiksha Pemberdayaan Masyarakat Melalui
66
DIKTI (Stranas tahun I)
100.000.000,-
DIKTI (Stranas tahun II)
71.000.000,-
DIPA (LP3)
15.000.000,-
DIKTI (Hibah Bersaing Tahun I)
DIPA (LP3)
45.000.000,-
15.000.000,-
DIKTI (Hibah Bersaing Tahun II)
45.500.000,-
DIPA Undiksha
10.000.000
DIPA (LP3)
15.000.000
DIKTI (Hibah
47.200.000
16
2013
17
2013
Pelatihan dan Implementasi Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Pematung di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar, Bali Pemberdayaan Masyarakat Melalui Usaha Kuliner Lokal untuk Mengembangkan Sikap Kewirausahaan dan Meningkatkan Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Desa Peliatan, Ubud, Gianyar Pembelajaran Perkembangan Peserta Didik Berbasis Sains Teknologi Masyarakat Berorientasi Kearifan Lokal Meningkatkan Luaran Proses dan Hasil Belajar Mahasiswa Biologi FMIPA UNDIKSHA
Berasaing Periode II tahun I) DIPA (Institusional Pusit)
20.000.000
DIPA (LP3)
17.000.000
IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT No
Tahun
Judul Pengabdian kepada Masy.
1.
2005
2.
2006
3.
2007
4.
2008
5.
2008
6.
2009
Pelatihan Pembelajaran Inovatif dan Penilaian Berbasis Kompetensi dalam Rangka Mendukung Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (sebagai anggota) Bimbingan Olimpiade Biologi jenjang SMA Tingkat Propinsi (sebagai anggota) Pelatihan PTK bagi Guru SMP Negeri Gianyar (sebagai anggota) Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru (sebagai anggota) Sosialisasi Implementasi Ergonomi dalam Pembelajaran di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng(sebagai ketua) Penyuluhan tentang Aplikasi Ergonomi dalam Mengatasi Kondisi Kerja pada Perajin Perak di Kelurahan Beratan Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng(sebagai ketua)
67
Pendanaan Sumber DIPA Undiksha
Jml (Juta Rp.) 5.000.000,-
DIPA Undiksha
5.000.000,-
DIPA Undiksha
5.000.000,-
DIPA Undiksha
5.000.000,-
DIPA Undiksha
5.000.000,-
DIPA Undiksha
5.000.000,-
V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL No. Tahun
Judul Artikel Ilmiah
Volume/ Nomor
Nama Jurnal
1
2004
Kontrol-Displai yang Ergonomik dalam Kajian Hubungan Manusia dan Mesin (Penulis Utama)
Vol.5 N0.1
Jurnal Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN: 1411-951x Juni 2004 Hal. 5-9
2
2004
Peranan Ergonomi dalam Menata Sarana Pembelajaran (Penulis Utama)
Vol.5 No.2
Jurnal Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN: 1411-951x Desember 2004 Hal. 48-52
3
2004
Vol.5 No.2
Jurnal Ergonomi Indonesia (The Indonesian Journal of Ergonomics) ISSN: 1411-951x Desember 2004 Hal. 62-67
4
2005
Vol.36 No. 127
5
2006
Perbaikan Kondisi Kerja Mengurangi Beban Kerja, Gangguan Muskuloskeletal, dan Kelelahan serta Meningkatkan Produktivitas Perajin Perak di Desa Poh Manis Penatih Denpasar” (Penulis anggota) Tari Kecak sebagai Ilustrasi Kerjasama Tim yang Kondusif dan Irama Kerja yang Dinamik (Penulis Utama) Penerapan Ergonomi pada Kegiatan Praktikum di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (Penulis Utama)
Vol: 39 No.
Majalah Kedokteran Udayana (Udayana Medical Journal) ISSN: 02216-4701 Januari 2005 Hal. 60 – 65 Jurnal Pendidikan dan
3
Pengajaran ISSN:0215-8250 Juli 2006 Hal. 516-533
6
2007
Pembelajaran melalui pendekatan Sistemik, Holistik, Interdisipliner, dan Partisipatori (SHIP) Mengurangi Kelelahan, Keluhan Muskuloskeletal, dan Kebosanan serta Meningkatkan Luaran Proses Belajar Mahasiswa Biologi IKIP Singaraja (Penulis Utama)
Volume 38 Nomor 1
Medicina (Jurnal Ilmiah Kedokteran) yang sebelumnya bernama Majalah Kedokteran Udayana (Udayana Medical Journal) terakreditasi No.23a/Dikti/Kep/ 2004. ISSN 0216-4701, , Januari 2007 Hal. 45 – 49
7
2007
Peningkatan Profesionalisme Guru melalui Pemahaman terhadap Ergonomi dalam Pembelajaran (Penulis Utama)
Vol: 40 Edisi Khusus
Jurnal Pendidikan dan
Penerapan Ergonomik Partisipatore pada Proses Pembelajaran Mengurangi Gangguan Muskuloskeletal dan Kelelahan Pematung di Jurusan Pendidikan Biologi IKIP Negeri Singaraja (Penulis Utama) Preliminary Anthropometric Data of Medical Students for Equipment
Vol:40 No. 3.
8
9
2007
2008
Pengajaran ISSN:0215-8250 Mei 2007. Hal. 556-574
68
Jurnal Pendidikan dan Pengajaran ISSN:0215-8250 Juli 2007. Hal. 684 – 696
Vol.37, No.1,
Journal of Human Ergology Th.
Applications (Penulis Anggota) 10
2011
11
2011
12
2011
2008
Ergonomic Participatory Approach in Teaching-Learning Process Reduce Musculoskeletal Complaints and Fatigue among Biology Student IKIP Singaraja Implementasi Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Mengatasi Kondisi Kerja di Industri Kecil Perbaikan Kondisi Kerja Berbasis Kearifan Lokal yang Relevan dengan Konsep Ergonomi untuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan dan Produktivitas Pematung di Desa Peliatan Ubud Gianyar
Vol 1, No. 1
Jurnal Pendidikan Biologi (Journal of Biology Education)
Volume 5. Nomor 2. Agustus 2011 Volume 5, No.3, Desember 2011
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan ISSN 1979-7109 Jurnal Penelitian dan Pengembangan Sains dan Humaniora ISSN 1979-7095
VI. PENGALAMAN PENULISAN BUKU No
Tahun
Judul Buku
Jumlah Halaman
1
2003
Neurologi dan Organ Indera
78 halaman
Percetakan Univ. Udayana ISBN: 979-8286-45-6 Tgl. 20-12-2003
2
2006
Miologi
53 halaman
Bagian Ilmu Faal FK UNUD Denpasar Bali, ISBN: 97915364-2-2 Tgl. 11-8-2006
3
2006
Endokrinologi
55 halaman
Bagian Ilmu Faal FK UNUD Denpasar Bali, ISBN: 97915364-0-6 Tgl. 15-9-2006
4
2006
Osteologi
58 halaman
Bagian Ilmu Faal FK UNUD Denpasar Bali, ISBN: 97915364-1-4 Tgl. 18-9-2006
5
2006
Ergonomi dalam Pembelajaran
58 halaman
6
2006
Manfaat Praktis Ergonomi
93 halaman
7
2007
Respirasi, Osmoregulasi, Ekskresi pada Hewan
Bagian Ilmu Faal FK UNUD Denpasar Bali, ISBN: 97915364-4-9 23 – 11 - 2006 Bagian Ilmu Faal FK UNUD Denpasar Bali, ISBN: 97915364-5-7 23 – 11 - 2006 Bagian Faal FK Unud dgn. ISBN 978-979-15364-8-6 Tgl. 4 – 6 – 2007
dan
69
57 halaman
Penerbit
8
2009
Silabus, Rencana Program Pembelajaran, Materi Ajar dan Instrumen Penilaian Struktur dan Fungsi Organ Manusia dan Hewan
29 halaman
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha
9
2010
153 halaman
PGBI Undiksha
10
2011
Hand Out Human Anatomy and Physiology Buku Pedoman Penilaian Kualitas Kesehatan Pekerja
26 halaman
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha
11
2011
38 halaman
12
2011
Buku Pedoman Penataan Lingkungan Kerja Hand Out Cytology & Histology
Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Undiksha PGBI Undiksha
163 halaman
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan penelitian Hibah Bersaing (HB) tahun II. Singaraja, 25 Agustus 2014 Ketua Peneliti,
Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes.
70
BIODATA ANGGOTA PENELITI I. IDENTITAS DIRI 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5
Nama Lengkap (dengan Gelar) Jabatan Fungsional NIP Tempat dan Tanggal Lahir Alamat Rumah
1.6 1.7 1.8 1.9 1.10 1.11 1.12
No. Telepon Nomor HP Alamat Kantor No Telepon/ Fax Alamat Email Lulusan yang telah dihasilkan Mata kuliah yang diampu
Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd. Guru Besar 195001041980032001 Tabanan, 4 Januari 1950 Jalan Gunung Rinjani Blok C Barat No. 11 Singaraja 08123803946 Jalan A. Yani 67 Singaraja Bali (0362) 22570/ Fax (0362) 25735 S1 = 31 org, S2 = 0, S3 = 0 1. Profesi Kependidikan 2. Mikrobiologi 3. Telaah dan Pengembangan Kurikulum 4. Pengajaran Mikro 5. Kapita Selekta 6. Bahasa Inggris Biologi I 7. Bahasa Inggris Biologi II
II. RIWAYAT PENDIDIKAN 2.1 Program 2.2 Nama PT 2.3 Bidang Ilmu 2.4 Tahun Masuk 2.5 Tahun Lulus 2.6 Judul Skripsi/ Tesis/ Disertasi
2.7 Nama Pembimbing/ Promotor
S1
S2
IKIP Negeri Surabaya Pendidikan Biologi
IKIP Negeri Malang Pendidikan Biologi
1971 1978 Hubungan antara Peralatan Laboratorium IPA di SMA Surabaya dengan Penerimaan Mahasiswa Lewat SKALU Prof. Dr. Dwidjoseputro
1985 1988 Pengaruh Balikan VTR terhadap Microteaching Mahasiswa D3 Biologi FKIP UNUD Prof. Dr. Yusuf Abdurrajak
71
S3 PPS Unud Ilmu Kedokteran (Mikrobiologi) 2001 2007 Bioaktivitas Formazol E terhadap Hambatan Pertumbuhan dan Kerusakan Ultrastruktur Dinding Sel Staphylococcus Aureus Prof. dr. Ketut Suata, Sp.MK.,Ph.D. dan Prof.Dr. Ir. I Dewa Ngurah Suprapta, M.Sc.
III. PENGALAMAN PENELITIAN No Tahun Judul Penelitian 1
2004
2
2005
3
2006
4
2007
Toksisitas bakteri Baccilus thuringiensis var kurstaki (Bt k) terhadap Larva Nyamuk Culex quinquefasciatus Say (Diptera: Culicidae) Aktivitas Bakterisida Forbazol E terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Isolasi, Pemurnian dan Karakterisasi Lipase Termostabil dari Bakteri Termofilik yang Diisolasi dari Sumber Air Panas Banyu Wedang Kecamatan Gerokgak Buleleng Bali Isolasi, Identifikasi Bakteri Penambat Nitrogen Non Simbiosis dari Dalam Tanah
Pendanaan Sumber Jml (juta Rp) DIPA Undiksha 5.000.000
DIPA Undiksha
5.000.000
DIPA Undiksha
5.000.000
DIPA Undiksha
5.000.000
IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT No Tahun Judul Pengabdian kepada Pendanaan Masy. Sumber Jml (Juta Rp.)
V. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nama Jurnal Nomor 1
2004
2
2007
3
2007
Analisis Kualitas Air Minum Isi Ulang pada Depo di Kota Singaraja secara Bakteriologis Aktivitas Bakterisida Forbazol E terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus Isolasi, Identifikasi Bakteri Penambat Nitrogen Non Simbiosis dari Dalam Tanah
Volume 3 No. 2 Volume 5 No. 2 Volume 4 No. 8
Jurnal Ekologi Kesehatan. The Indonesian Journal of Health Ecology Jurnal IKA
Jurnal Matematika dan Sains
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima risikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan penelitian Hibah Bersaing (HB) tahun II. Singaraja, 25 Agustus 2014 Anggota Peneliti,
Prof. Dr. Ni Putu Ristiati, M.Pd. 72
73