LAMPIRAN
Lampiran 1 Peta admninistrasi pemerintahan DAS Ciliwung Hulu
Sumber : Sawiyo et al. (2009)
Lampiran 3. Peta jenis tanah DAS Ciliwung Hulu
294 Lampiran 4 Peta Penutupan Lahan DAS Ciliwung Hulu Tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009
Lampiran 5 Peta Pemanfaatan Kawasan DAS Ciliwung Hulu
295 294
KETERANGAN : HL (Hutan Lindung) HP (Hutan Produksi Tetap) HPT (Hutan Produksi Terbatas) HSAW/TN (Hutan Suaka Alam/Taman Nasional) Sungai / anak sungai Perkebunan Batas DAS Ciliwung Hulu
296
Lampiran 6
No.
1
Hasil penilaian terhadap atribut pada masing-masing dimensi keberlanjutan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu Atribut
Kriteria
Data
2
(0) nilai terendah (jelek/bad) (1) nilai sedang (2) nilai tertinggi (baik/good) 3
Nilai Skor
4
5
A. Dimensi Ekonomi 1
Akses masyarakat lokal kepada modal ekonomi Luas kepemilikan lahan pertanian.
(0) (1) (2) (3)
2
Tingkat pemanfaatan jasa wisata (alam dan buatan) Jumlah kunjungan wisata di DAS Ciliwung Hulu dibandingkan dengan Kab. Bogor Jaminan pasar input dan output kegiatan pertanian (demand)
(0) rendah (0-20%) (1) sedang (20-30%) (2) tinggi. (30-40%) (3) sangat tinggi (.>40%)
3
4
5
6
7
8
9
Sangat rendah (0-0,25 ha) Rendah (0,26-0,50 ha) Sedang (0,51-1,00 ha) Tinggi > 1,00 ha.
(0) rendah (pemasaran sulit) (1) sedang (sedang) (2) tinggi (pemasaran mudah) (3) sangat tinggi. Tingkat keuntungan rangkaian (0) rendah (BEP) usaha tani non- pangan (1) sedang (hortikultura dan buah2an). (2) tinggi (3) sangat tinggi Layanan listrik PLN (0) sangat rendah (<25%) Jumlah pelanggan listrik PLN (1) rendah (25-50%) (2) sedang (50 -75%) (3) tinggi >75% Alternatif pendapatan non(0) kurang, pertanian (ojek, jasa vila, (1) sedang (cukup tersedia tapi warung, usaha peternakan dll.) tidak secara luas), (2) tinggi (ada, menopang penghasilan keluarga, dan cukup menguntungkan). (3) sangat tinggi (ada, mencukupi dan sangat menguntungkan). Adaptasi petani terhadap (0) rendah, (1) sedang, (2) tinggi , perubahan permintaan (3) sangat tinggi ( sangat komoditas dari pasar. mudah.) Status pengembangan ekonomi (0) bukan andalan andalan wilayah. (1) lokal (2) lokal dan regional (3) lokal, regional, dan nasional. Jumlah tenaga kerja terampil sektor pertanian
(0) (1) (2) (3)
sedikit sedang tinggi sangat tinggi
0-0,25 ha (Data responden)
0
Jumlah wisatawan ke Kab. Bogor sebanyak 56,39% berada di DAS Ciliwung Hulu (SLH, 2010) Tinggi (Kuesioner)
3
Tinggi (Kuesioner)
2
Dewi, 2010 (50,44%)
2
2
sedang (Kuesioner, Data pengamatan lapangan)
1
Triangulasi lapangan
2
UU 26/2007 (RTRWN) Ungglan Jabar untuk pariwisata dan agribisnis. Tinggi
3
2
297
Lampiran 6 Lanjutan 10
Jumlah tenaga kerja sektor jasa
(0) (1) (2) (3)
rendah sedang tinggi Sangat tinggi.
Tinggi (Pengamatan lapangan)
2
B. Dimensi Ekologi
1
2
3
4
5
Tanah / Lahan Produktivitas lahan pertanian
(0) rendah (dibawah rata2 Sama dengan rata2 kabupaten), kabupaten (1) sedang (sama dg rata2 (Kuesioner dan kabupaten), Bogor Dalam (2) tinggi (lebih tinggi). Angka 2010) Lahan Kritis. (0). Sangat kritis (>50%) (SLH 2010= 2,5%) Tingkat kekritisan lahan DAS (1). Kritis (25-50%) (2). Potensial kritis (10-25%) (3). Tidak terdegradasi (tidak kritis) (<10%) Tingkat konservatif pengelolaan (0). kurang konservatif Pengamatan lahan pertanian garapan (pengolahan memotong lapangan kontur, pengolahan tanah total, satu jenis, 100% pupuk kimia); (1). cukup konservatif (terasering/guludan, total pengolahan tanah, satu jenis, kombinasi pupuk buatan dan organik, tanpa terasering); (2) konservatif (total pengolahan tanah, satu jenis, pupuk campuran kimia dan organik, dengan terasering), (3) sangat konservatif (pengolahan tanah sebagian, tanaman campuran, berstrata, pupuk organik, dengan terasering). Vegetasi / Penutupan Lahan Perubahan penggunaan lahan bervegetasi dan non-vegetatif menjadi lahan terbangun/permukiman. Perbandingan laju perkembangan permukiman (lppm) : laju pertumbuhan penduduk (lppk). Kemampuan DAS Hulu sebagai Catchment Area. Tingkat penutupan lahan bervegetasi. (landcover) IPL= Lahan Berpenutupan vegetasi Luas DAS
(0) Sangat tinggi (lppm>2x laju pertumbuhan penduduk) (1) tinggi (> laju pertumbuhan penduduk (2) sedang (=laju pertumbuhan penduduk) (3) rendah (
60%).
1
3
0
Tahun 2006-2009, lppm=11,99%. lppk = 3,68% lppm>2x lppk.
0
2009 =41,91% Hutan : 29,06%, Perkebunan : 12,85% (Baplan, 2011)
2
298
Lampiran 6 Lanjutan 6
Kecukupan luas kawasan hutan
(0) (1) (2) (3)
Buruk (0-20%) Kurang (20-30%) Sedang (30-40%) Baik (>40%)
33,24% (Data pemanfaatan DAS)
2
Tahun 2009, KRS=61,93; Rata2 KRS 1989-2009 = 151,64 (Balai PSDA Ciliwung – Cisadane, 2010)
1
Sebagai bahan air minum, air Sungai Ciliwung Hulu tergolong sudah tercemar berat. Sesuai untuk kelas III dan IV (SLHD Bogor 2010, BOD=16-23) Metoda Storet (EPA,environmental protection agency, USA).
0
Pemeliharaan Daerah Tangkapan (0) kurang berhasil (keberhasilan 50-80% Air (tingkat keberhasilan upaya RHL<50%); (BPDAS Ciliwung(1) cukup berhasil (50-80%), peningkatan penutupan lahan, Citarum 2010) (2) berhasil (% keberhasilan penghijauan lingkungan dan pembuatan sumur resapan) RHL>80%). C. Dimensi Sosial
1
Tingkat pertumbuhan penduduk
0
Sumberdaya Air Kuantitas Air /Tata Air Sungai (0) KRS > 120 (buruk), Koefisien Regime Sungai (KRS) (1) KRS =50-120 (sedang), = Qmaks/Qmin (2) KRS< 50 (baik)
7
Kualitas Air Tingkat pencemaran air di hulu sungai (Kadar BOD)
8
Kadar BOD di hulu Sungai Ciliwung Hulu (mg/lt.) (0) air kualitas buruk = tercemar berat (kelas D-buruk skor < -31; (1) air kualitas sedang = tercemar sedang (kelas Csedang/termear ringan): skor -11 s/d -30 (2) air kualitas baik = tercemar ringan (B-skor -1s/d -10) : -1 s/d -10; (3) air kualitas baik sekali = memenuhi baku mutu (kelas A-baik-nilai skor =0).
Pemeliharaan DTA (DTA) dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL)
9
1
(0) sangat tinggi (lebih 2x nasional), (1) tinggi (>nasional); (2) sedang (nasional s/d kabupaten), (3) rendah (
Tahun 2009: Nasional =1,49% Provinsi Jabar=1,73% (sumber: http://www.datastatis tik-indonesia .com/content/view/91 9/934/)
Kab. Bogor =2,08%; DAS Cilhulu =3,68%. 2
Tingkat kesejahteraan petani
(0) rendah (pendapatan 1,5 jta/bl).
UMR Kab. Bogor Rp.991.714,-/bl. Jabar= 628.191,-/bl (2009) Masy petani =Rp.711.000,-/bl. KHL Rp.1,2 juta /bl. (data survey)
0
299
Lampiran 6 Lanjutan 3
Pendidikan Tingkat pendidikan formal masyarakat masyarakat
4
Layanan Pendidikan
5
Layanan kesehatan
6
Layanan peribadatan
(0) Buruk (Tidak tamat SD dan SDdan Tidak Tamat tamat SD>50%) SD =62,86% (2006) (1) Sedang (SD+SLTP>50%) SMP= ..% (2) Baik (SMP+SLTA>50% (3) Sangat baik (SLTA+PT/Akademi)>50% (0) buruk (tinggi yg tidak Tersedia cukup tertampung), (1) sedang, (2) baik (banyak yg tertampung) (0) buruk Tersedia cukup (1) sedang (2) baik (0) buruk Tersedia cukup. (1) sedang (2) baik
Penyerapan Tenaga Kerja Tingkat pengangguran
7
8
9
1
2
3
4
(0) rendah==> pengangguran tinggi (>tkt nasional), (1) sedang (=tkt nasional), (2) rendah ( 70%. D. Dimensi Kelembagaan Organisasi Petani Organisasi Kelompok Petani (Poktan)
Organisasi Penyuluh Swadaya Masyarakat
Institusi (Kelembagaan) Property right (kepemilikan lahan). Kepastian / keamanan lahan untuk upaya RHL (security lang tenure) Batas Yurisdiksi (jurisdiction boundary)
(0) tidak ada, atau ada tetapi tidak berfungsi. (1) ada, belum berjalan lancar (kurang aktif) (2) ada dan kegiatan berjalan lancar / sudah aktif. (0) Tidak ada (1) Ada, kurang berfungsi (2) Ada dan berfungsi dengan baik.
(0) lemah; kurang terjamin (tidak pasti), (1) sedang (cukup terjamin); (2) aman (terjamin), (3) sangat terjamin. (0) buruk (alokasi ruang budidaya maupun lindung, banyak pelanggaran thd aturan (1) sedang (alokasi ruang wilayah agak tertib), (2) baik (pengaturan alokasi ruang cukup ketat), (3) sangat baik (sangat ketat alokasi ruang wilayah).
0
1
1
1
Sedang
1
Rendah (karena kesempatan tidak ada) Apabila diajak, masyarakat ikut berpartisipasi.
0
Ada, aktivitas masih banyak yang menunggu proyek dan pihak lain (masih dalam proses menuju pematangan). Ada dan aktif berperan di lokal maupun regional (P4S / SPKP).
1
70-80% merupakan lahan garapan (Autorized user /penggarap). Buruk. Aturan banyak dilanggar dan ada kesan pembiaran.
0
1
2
0
300
Lampiran 6 Lanjutan 5
Aturan representatif. Aturan yang mengatur tentang alokasi ruang dan sanksi.
6
Pengambilan keputusan dalam pengelolaan lahan untuk rehabilitasi lahan
7
8
9
Lembaga Pasar Ketersediaan pasar input dan output produk pertanian.
Ketersediaan lembaga keuangan mikro (bank/kredit)
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan penyuluhan dengan petugas pemerintah maupun non pemerintah lainnya. Keterangan : Intensitas dan kontinyuitas kegiatan penyuluhan (pertaniankehutanan /KB, konservasi lahan) kepada masy.
10
Organisasi Pemerintah Bidang Penyuluhan
11
Ketersediaan informasi
(0) buruk (aturan banyak dilanggar) (1) kurang baik (aturan hanya dipatuhi warga yang melapor ke pihak pemrintah saja, yg tidak melapor tidak peduli); (2) sedang (aturan dipatuhi sebagian yg melapor, dan masih ada pelanggaran yang dibiarkan); (3) baik (aturan dipatuhi dan dapat ditegaskan di lapangan). (0) berbelit; susah mengambil keputusan, dan susah mengakses karena bersifat satu arah (pihak pemilik lahan bersifat tertutup) dan posisi di luar lokasi; (1) cukup mudah mengambil keputusan, cukup mudah mengakses pihak pemilik dan pemilik berada di luar lokasi. (2) mudah mengambil keputusan, mudah mengakses kpd pihak pemilik, memilik mudah dihubungi darimana saja.
Buruk. Aturan banyak dilanggar.
0
Pengambilan keputusan banyak ditentukan oleh pemilik lahan yang bertempat tinggal di luas DAS Ciliwung Hulu (Jakarta).
0
(0) kecil (<jarang ditemukan, >2 jam perjalanan); (1) sedang (tersedia pasar 1-2 jam); (2) Besar (pasar mudah (<1 jam). (3) Sangat besar (0-1 jam).
Pasar lokal, regional, maupun nasional (Bogor, dan Jabodetabek).
2
(0) tidak ada, (1) ada tetapi kurang berjalan (karena masy kurang tertarik), (2) ada dan berjalan dg baik, (3) beroperasi sangat baik.
Masyarakat kurang tertarik dg sistem agunan untuk kredit.
1
(0) tidak tentu / tidak terjadwal; petugas mendatangi petani. (1) jadwal tidak tentu, pertemuan dikumpulkan bersama. (2) terjadwal dengan baik dan penyuluhan berkumpul bersama, dihadiri <50% masyarakat yg diundang. (3) terjadwal dengan baik dan dihadiri oleh masy >50% dari yg diundang.
Pertemuan penyuluhan intensif dikelola oleh BP3K (Balai Penyuluhan Pertanian dan Kehutanan UPT CIawi), P4S (Pusat Penyuluhan Pertanian dan Perdesaan Swadaya), dan SPKS (Sentra Penyuluhan Kehutanan Swadaya).
3
(0) tidak ada, atau ada tetapi tidak berfungsi; (1) Ada, belum berjalan lancar kegiatannya; (2) Ada dan kegiatan berjalan lancar. (0) akses rendah (jarang televisi, koran desa, pertukaran informasi). (1) cukup mudah mendapatkan informasi teknologi dan pembangunan. (2) mudah memperoleh informasi.
Ada, BP4K dan UPT BP3K.
2
Media cetak, buku, leaflet, media elektronik televisi dan media lainnya mudah didapat.
2
301
Lampiran 6 Lanjutan 12
13
Organisasi Pemerintah Kapasitas organisasi pemeirntah (0) buruk (kurangjelasan tupoksi Terdapat saling masing-2 instansi pemerintah) tumpang tindih (1) sedang (ada kejelasan tupoksi tupoksi pemerintah, masing-2 instansi pemerintah) shg saling (2) baik (saling mendukung mengandalkan. tupoksi instansi pemerintah). Koordinasi antar instansi pemerintah Kapasitas koordinasi antar instansi (0) buruk (mengerti tupoksi pemerintah masing-masing, tidak memahami posisi dan peran pihak mitra koordinasi); (1) sedang (mengerti tupoksi masing-masing, memahami posisi dan peran pihak mitra koordinasi, mementingkan programnya masing-masing); (2) baik (mengerti tupoksi masing2, memahami posisi dan peran pihak mitra koordinasi, dan keterpaduan implementasi program bersama). E. Dimensi Aksesibilitas dan Teknologi Konservasi
0
Karyana (2007) Buruk/lemah
0
Mampu mandiri
2
Mampu
2
Menguasai
2
Cukup menerima
2
Ada
1
Menguasai
2
Teknologi 1
Teknik Persemaian
2
Teknik Penanaman budidaya pertanian.
4
Teknik Pemeliharaan Tanaman
5
Tingkat Penerimaan Teknologi Baru (Inovasi teknologi)
6
Teknologi pengelolaan lahan konservatif
7
Teknologi pasca panen
8
Teknik Pembuatan Pupuk Organik / kompos
Kemampuan rata-rata kelompok yang mampu dalam pembuatan persemaian : (0) tidak mampu, (1) kurang mampu dan perlu bimbingan, (2) sudah mampu mandiri. (0) Tidak mampu; (1) Kurang mampu; (2) Mampu; (3) Mahir / sangat mampu. (0) Tidak menguasai; (1) kurang menguasai; (2) Menguasai (3) sangat mahir (0) Sulit, ada penolakan (1) lambat, secara perlahan (2) Cukup menerima (3) Mudah menerima (0) Tidak konservatif (eksploitatif) (1) Cukup konservatif, sebagian diterapkan teknik konservasi. (2) Baik (Konservatif dan diterapkan teknik konservasi). (3) sangat konservatif. (0) Tidak menguasai; (1) kurang menguasai; (2) Menguasai (3) sangat mahir (0) kurang menguasai (1) cukup menguasai (2) menguasai
Cukup menguasai
1
302
Lampiran 6 Lanjutan 9
Aksesibilitas Infrastruktur jalan masy ke pusat2 pelayanan publik.
10
Prasarana pendidikan
11
Jumlah sarana dan prasarana kesehatan. Sarpras peribadatan
12
0= rendah (musim hujan jalan tidak dapat dilalui kend roda 2 atau 4) 1=sedang (sebagian besar dapat dilalui kend roda 2 atau 4 pd musim hujan) 2=tinggi (segala cuaca dapat dilalui kendroda 2 atau roda4. (0)kurang; tidak memadai; (1) sedang; cukup memadai dan bisa dijangkau; (2) baik; memadai dan mudah dijangkau. (0)tidak memadai, (1) kurang memadai, (2) memadai (0) tidak memadai, (1) cukup memadai, (2) Memadai
Tinggi
2
Baik
2
Memadai
2
Memadai
2
303
Lampiran 7 Kebutuhan aktor terhadap Sistem Pengelolaan DAS Ciliwung Hulu No.
Pelaku (Aktor)
1
Masyarakat Petani Lokal
2
Kelompok tani (poktan)
3
SPKP/P4S
4
Biyong (makelar tanah)
5
Pemilik lahan dari luar DAS
6
Pengusaha lokal pertanian Kepala Desa
7
8
9
produk
Camat Ciawi, Cisarua Ciawi, dan Camat Megamendung Bappeda Kab. Bogor
Kebutuhan (kepentingan) terhadap sistem a. Produksi pertanian tinggi. b. Pendapatan dari kegiatan non-pertanian meningkat. c. Sumber-sumber air permukaan berfungsi optimal sepanjang masa (tidak kekeringan pada musim kemarau, dan banjir pada musim hujan) untuk kegiatan pertanian dan kebutuhan rumah tangga. a. Produksi pertanian masyarakat tinggi. b. Pendapatan masyarakat dari non-pertanian meningkat sehingga kesejahteraan keluarga petani meningkat. c. Sumber-sumber air permukaan berfungsi optimal sepanjang masa (tidak kekeringan pada musim kemarau, dan banjir pada musim hujan). a. Produksi pertanian masyarakat tinggi. b. Pendapatan masyarakat dari non-pertanian meningkat sehingga kesejahteraan keluarga petani meningkat. c. Sumber-sumber air permukaan berfungsi optimal sepanjang masa (tidak kekeringan pada musim kemarau, dan banjir pada musim hujan). d. Masyarakat lebih berdaya dan sejahtera. Keuntungan tinggi (fee dari proses alih penguasaan lahan). Penguasaan lahannya aman ( milik dan atau garapan) dari klaim pihak lain (secure property right). a. Komoditi yang diminta pasar dapat terpenuhi. b. Keuntungan tinggi. a. Layanan masyarakat lancar. b. Konflik dapat diminimalkan. c. Pendapatan lebih tinggi. a. Layanan masyarakat lancar. b. Konflik dapat diminimalkan c. Pendapatan lebih tinggi. Program pembangunan berjalan efektif dan mampu menjawab permasalahan di lapangan dan dapat ditangani secara lintas sektoral dan lintas pelaku sesuai kebutuhan masyarakat.
304 Lampiran 7 Lanjutan 10 11 12
Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kab. Bogor Dinas Tata Bangunan dan Permukiman Kab. Bogor Satpol PP Kab. Bogor
13
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor
14
Balai Pendayagunaan SDAir Sungai CiliwungCisadane
15
Balai Besar Sungai Ciliwung-Cisadane
16
Balai Pengelolaan Citarum-Ciliwung
17
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kab.Bogor (BP4K dan UPT BP3K)
18
Badan Pertanahan Nasional Kab. Bogor
DAS
Penatagunaan ruang tertib sesuai rencana dan optimal. Penatagunaan ruang tertib ruang sesuai rencana dan optimal. Penatagunaan penggunaan ruang tertib sesuai rencana dan optimal. a. Produksi pertanian meningkat dan lestari. b. Pendapatan masyarakat meningkat dan lebih sejahtera. c. Debit sungai tidak fluktuatif, tingkat erosi dan sedimentasi rendah. d. Produktivitas lahan terjaga. a. Bangunan air berfungsi optimal. b. Suplai air ke pengguna lancar, teratur debit dan kualitasnya. c. Pendapatan meningkat. d. Kualitas air baik. a. Bangunan air berfungsi optimal. b. Suplai air ke pengguna lancar. c. Banjir teratasi dengan baik. d. Kuantitas dan kualitas air sungai baik. a. Banjir dan kekeringan teratasi secara baik. b. Rehabilitasi hutan dan lahan berhasil. c. Sumber-sumber air permukaan terjaga dan berfungsi baik. d. Stock air tanah meningkat. e. Debit air sungai tidak fluktuatif, tingkat erosi dan sedimentasi rendah. f. Kesuburan dan produktivitas lahan terjaga. a. Informasi dan teknologi tersedia dan sampai kepada masyarakat. b. Produksi pertanian masyarakat meningkat. c. Pendapatan masyarakat meningkat sehingga masyarakat lebih sejahtera. d. Program pemerintah lebih implementatif dan terpadu berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat. Jaminan pengakuan hak atas tanah oleh negara bagi masyarakat dan pengusaha.