Kosakata Emosi Sedih dalam Bahasa Jawa: Suatu Analisis Komponen dan Relasi Makna Irwan Suswandi, Ratnawati Rachmat 1 2
Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok Sastra Daerah untuk Sastra Jawa, Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok
[email protected]/
[email protected]
Abstrak Tugas akhir ini membahas mengenai analisis kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Data yang digunakan adalah majalah Panjebar Semangat terbitan tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kata-kata yang mengandung emosi sedih dalam bahasa Jawa, disertai dengan komponen makna dan relasi maknanya. Penelitian ini menggunakan tiga teori, yaitu teori emosi dan keadaan pikiran, teori komponen makna, dan teori relasi makna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitis. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 15 kosakata dalam data majalah Panjebar Semangat yang mengandung emosi sedih. Dari kelima belas kosakata tersebut menunjukkan adanya hubungan sinonimi. Kata kunci: Emosi dan keadaan pikiran; komponen makna; kosakata emosi sedih; relasi makna Sad Emotion Vocabularies in Javanese Language: An Analysis of Component and Relation Meaning Abstract This final assignment describes about analysis of sad emotion vocabularies in Javanese language. The data is Panjebar Semangat magazine in year 2013. The purpose of this thesis is to find out the vocabularies in Javanese language which is has sad emotion. To find out the vocabularies, researcher using 3 theories, there are theory of emotion and state of mind, theory of meaning component, and theory of meaning relation. The method of this research is descriptive-analysis. The result of this research there are 15 vocabularies in Panjebar Semangat magazine in year 2013 that has sad emotion. From those five-teen vocabularies indicate the synonymy relation. Keyword: Emotion and state of mind; meaning component; meaning relation; sad emotion vocabularies
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
Pendahuluan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan Jawa (1979:203-204) menyebutkan bahwa bahasa adalah salah satu unsur di dalam kebudayaan. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa bahasa merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang memiliki kebudayaan. Bahasa merupakan sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan oleh anggota kelompok masyarakat tertentu dalam bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kushartanti, 2009:3). Indonesia sebagai negara yang terdiri dari beraneka ragam etnis, memiliki ratusan bahasa daerah yang tersebar di setiap wilayahnya. Berdasarkan data yang dilansir oleh UNESCO, di Indonesia terdapat 726 bahasa daerah, yang menjadikannya sebagai laboratorium bahasa terbesar kedua di dunia setelah Papua Nugini.1 Salah satu dari ratusan bahasa daerah tersebut, terdapat bahasa Jawa yang merupakan bahasa daerah yang masih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, terutama di provinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Bahasa Jawa merupakan bahasa yang memiliki kekayaan kosakata di dalam mengungkapkan suatu perasaan atau emosi. Hal ini dikatakan pula oleh Mastuti (2003) yang menyatakan bahwa bahasa Jawa sarat dengan kata-kata yang mengandung ungkapan emosi. Salah satu bentuk emosi tersebut adalah emosi sedih. Dalam bahasa Jawa, ditemukan beragam kosakata yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan sedih, sebagai contoh adalah kata giyuh, prihatin, dan mangun-kung. Secara leksikal, ketiga kata tersebut memiliki perbedaan makna yang tipis, yaitu giyuh yang bermakna ‘sĕdhih, susah’ (Poerwadarminta, 1939:147), prihatin yang bermakna ‘susah oet. sĕdhih marga ngrasakake kasekengane, lelakon lsp.’ (Poerwadarminta, 1939:513), dan mangunkung yang bermakna ‘sĕdhih dening kesengsem’ (Poerwadarminta, 1939:294). Perbedaan kosakata tersebut dibedakan atas dasar komponen makna yang dikandungnya, yang secara dasar diteliti dari segi makna leksikalnya.
1
http://fisip.uajy.ac.id/2012/10/10/bahasa-dan-ancaman-kepunahan/ diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 11.20 WIB.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
Makna leksikal (lexical meaning) atau makna semantik (semantic meaning), atau makna eksternal (external meaning) adalah makna kata ketika kata itu berdiri sendiri, entah dalam bentuk leksem atau bentuk berimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam kamus bahasa tertentu (Pateda, 2010:119). Berdasarkan pengertian makna leksikal tersebut dan dengan teori emosi dari Santangelo serta teori komponen makna dari Nida, peneliti menganalisis komponen-komponen makna yang dimiliki oleh kosakatakosakata emosi sedih yang terdapat di dalam bahasa Jawa. Emosi sedih dipilih peneliti sebagai fokus penelitian karena dalam bahasa Jawa, terutama karya sastra ditemukan variasi penggunaan kosakata emosi sedih dan setiap kosakata tersebut mengandung perbedaan makna yang tipis di antara satu dengan yang lainnya. Pengungkapan emosi sedih dalam bahasa Jawa dibedakan atas beraneka ragam kosakata, yang tidak semua orang di luar kebudayaan Jawa mengetahuinya, bahkan tidak banyak pula orang Jawa yang mengetahui kosakata-kosakata tersebut beserta dengan perbedaan komponen makna yang dikandungnya. Dari permasalahan tersebut, peneliti merumuskan beberapa pertanyaan penelitian. 1. Apa batasan kosakata emosi sedih dan apa saja kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa? 2. Bagaimana analisis komponen makna kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa? 3. Bagaimana relasi makna kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa? Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Menjelaskan batasan kosakata emosi sedih dan apa saja kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. 2. Menjabarkan analisis komponen makna kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. 3. Memaparkan relasi makna kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Tinjauan Teoritis • Teori Emosi dan Keadaan Pikiran (1995) Teori dari Santangelo mengenai emosi dipilih karena dalam teori tersebut terdapat klasifikasi-klasifikasi dari emosi yang disertai dengan ciri-ciri dari emosi tersebut. Tidak hanya itu, yang penting mengenai teori emosi oleh Santangelo, yaitu ruang lingkupnya yang lebih luas daripada emosi, yaitu berupa keadaan pikiran. Keadaan pikiran menurut
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
Santangelo, yang selanjutnya disebut juga dengan state of mind, yaitu adanya pengalaman afeksi yang dikomunikasikan melalui simbol berupa bahasa. • Teori Analisis Komponen Makna (1975) Teori analisis komponen makna dari Nida dipilih karena di dalam teori tersebut terdapat prosedur-prosedur yang digunakan dalam menganalisis komponen makna. Dalam bukunya yang berjudul Componential Analysis of Meaning: an introduction to semantic structure, Nida menjelaskan mengenai langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis komponen makna yang menghasilkan komponen makna dari tiap kata. Langkah-langkah yang dimaksud meliputi empat cara, yaitu: a) penamaan; b) parafrasa; c) pendefinisian; dan d) pengklasifikasian. • Teori Relasi Makna (2004) Teori relasi makna yang digunakan oleh peneliti adalah teori yang dikemukakan oleh Alan Cruse (2004), dalam bukunya yang berjudul Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. Relasi makna digunakan untuk mencari hubungan antarmakna di setiap kosakata-kosakata emosi sedih. Hubungan antarmakna kata tersebut bertujuan untuk memberikan makna yang lebih spesifik di setiap kosakata emosi sedih. Dari macammacam relasi makna yang dikemukakan oleh Cruse, peneliti hanya menggunakan relasi makna sinonimi di dalam menganalisis komponen makna kosakata emosi sedih. Hubungan makna sinonimi, membantu peneliti untuk mengetahui kosakata mana saja yang memiliki hubungan persamaan di dalam komponen maknanya sehingga dapat menggantikan atau digantikan dengan kosakata yang lain. Metode Penelitian Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode ini dipilih dengan tujuan agar analisis semata-mata berdasarkan pada fakta yang ada (Sudaryanto, 1998:62). Dengan penjelasan tersebut, diharapkan tujuan penelitian dapat tercapai tanpa adanya subjektivitas peneliti. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan semantik leksikal. Pendekatan jenis ini dipilih karena analisis akan mengacu pada
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
makna leksikal dari data, yaitu makna leksikal yang berkaitan dengan kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Langkah kerja yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut. 1. Melakukan pengumpulan data primer berupa kata beserta kalimatnya yang mengandung kosakata emosi sedih dengan menggunakan teknik simak yang diperoleh dari sumber data primer, yaitu rubrik-rubrik yang berisi cerita fiksi dalam majalah Panjebar Semangat selama tahun 2013. Peneliti membatasi data primer sebagai data yang dihasilkan dari sumber data primer yang di dalamnya terdapat kosakata beserta kalimat yang mengandung emosi sedih. Adapun yang dimaksud dengan teknik simak, yaitu menyimak satu per satu sumber data, yang selanjutnya akan menjadi data dalam penelitian ini. 2. Melakukan pengumpulan data sekunder dengan teknik simak melalui kamus untuk memastikan kosakata yang telah diperoleh dari sumber data primer, untuk mencari kosakata-kosakata lainnya yang secara leksikal mengandung makna emosi sedih yang tidak ditemukan di dalam sumber data primer, serta untuk memaknai kosakata-kosakata emosi sedih yang telah ditemukan. Adapun kamus yang digunakan sebagai sumber data sekunder, yaitu kamus Baoesastra Djawa (Poerwadarminta, 1939) karena umur kamus tersebut yang telah cukup tua sehingga memiliki cakupan kosakata yang lebih lengkap dibandingkan dengan kamus bahasa Jawa yang lainnya. Selain itu, peneliti juga menggunakan Kamus Lengkap Bahasa Jawa-Indonesia (Utomo, 2007) sebagai pendukung untuk menerjemahkan data dari bahasa Jawa ke bahasa Indonesia. Dalam hal ini, peneliti membatasi data sekunder sebagai data yang diperoleh dari kamus Baoesastra Djawa (Poerwadarminta, 1939). 3. Membagikan kuesioner dan melakukan wawancara kepada responden untuk memvalidasi data. 4. Menerapkan teori emosi dan keadaan pikiran dari Santangelo untuk memastikan kosakata-kosakata yang diperoleh dari data primer dan data sekunder adalah kosakata emosi sedih. 5. Pelaksanaan langkah kerja analisis komponen makna Nida untuk melihat komponen makna dari tiap data primer terkumpul. 6. Penerapan teori relasi makna dari Cruse terhadap data-data yang terkumpul untuk melihat relasi/hubungan makna di antara data-data primer tersebut.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
7. Merumuskan hasil kajian dari data-data yang telah terkumpul. Secara ringkas, dalam penelitian analisis komponen makna kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa, peneliti menggunakan tiga jenis sumber data, yaitu sumber data primer, sumber data sekunder, dan sumber data kuesioner. Sumbr data primer memiliki kedudukan sebagai sumber data utama yang digunakan sebagai bahan di dalam menganalisis komponenkomponen serta relasi makna dari kosakata yang mengandung emosi sedih. Sumber data sekunder memiliki kedudukan sebagai sumber data pelengkap dari kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk menambahkan kosakata yang tidak ditemukan di dalam sumber data primer. Meskipun begitu, data yang diperoleh dari sumber data sekunder tidak akan dianalisis komponen makna dan relasi maknanya sebagaimana data yang dihasilkan oleh sumber data primer. Adapun sumber data kuesioner memiliki kedudukan sebagai data validasi yang digunakan untuk memvalidasi data-data dari sumber data primer dan sekunder. Validasi tersebut selanjutnya dapat menjadi sebuah gambaran mengenai kosakata-kosakata yang masih dikenal dan diketahui oleh responden sebagai kosakata emosi dalam bahasa Jawa. Hasil Penelitian Dalam penelitian terhadap kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa dengan menggunakan tiga teori analisis, yaitu teori emosi dan keadaan pikiran, teori analisis komponen makna, dan teori relasi makna, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian, yaitu sebagai berikut. §
Berdasarkan batasan mengenai emosi sedih sebagaimana yang dikemukakan oleh Santangelo dalam teori emosi dan keadaan pikiran, ditemukan 15 kosakata yang ada di dalam sumber data primer, yaitu 1) duhkita, 2) braminta, 3) grantĕs, 4) karanta-ranta, 5) nlangsa, 6) ngĕnĕs, 7) ngĕrĕs, 8) nglangut, 9) ngranta, 10) prihatin, 11) rudatin, 12) sĕdhih, 13) sungkawa, 14) tikbra, dan 15) trĕnyuh. Adapun dalam sumber data sekunder, selain 15 kosakata yang telah ditemukan di dalam sumber data primer, ditemukan pula 42 kosakata lainnya yang dimaknai sebagai kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Kosakata lainnya tersebut, yaitu 1) anglék, 2) angrod, 3) bunĕk, 4) bunĕl, 5) duhka, 6) èmĕng , 7) gĕgĕs, 8) gĕlana, 9) giyuh, 10) gupé, 11) gograg, 12) kamohitan, 13) kapita, 14) karasa-rasa, 15) katrésan atiné, 16) kĕsuh, 17) kĕtuwon, 18) kunyana, 19) kunyana-
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
papa, 20) lading, 21) lĕlĕh, 22) manastapa, 23) manonbawa, 24) mangunĕng, 25) mangun-kung, 26) masgul, 27) pĕrih, 28) priyawiraha, 29) rĕncaka, 30) rimang, 31) rudah, 32) rudita, 33) ruksa, 34) runah, 35) sangsaya, 36) sĕkĕl, 37) turida, 38) wéragé, 39) wigĕna, 40) wiyadi, 41) wiyoga, dan 42) wiragé. Dari hasil validasi sumber data primer dan sekunder yang dilakukan terhadap responden, didapat 6 kosakata di luar sumber data primer yang dikenal dan diketahui sebagai kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Keenam kosakata tersebut, yaitu 1) anglék, 2) bunĕl, 3) karasa-rasa, 4) lĕlĕh, 5) masgul, dan 6) pĕrih. §
Selanjutnya berdasarkan teori analisis komponen makna dari Nida, diperoleh hasil penelitian mengenai komponen makna dari 15 kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa sebagaimana yang terdapat dalam sumber data primer.
braminta
duhkita
grantĕs
karanta-ranta
nlangsa
ngĕnĕs
ngĕrĕs
nglangut
ngranta
prihatin
rudatin
sĕdhih
sungkawa
tikbra
trĕnyuh
Kata
1
Bernuansa sedih
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
2
Melibatkan indra penglihatan
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
-
3
Melibatkan indra pendengaran
-
+
-
-
+
-
-
+
-
-
+
-
-
-
-
4
Bersifat mendalam
-
+
-
+
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
5
Disertai dengan tindakan
-
-
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
+
-
-
6
Disertai kata hati
-
-
+
+
+
-
-
-
+
-
+
-
-
-
+
7
Ada rasa spontanitas
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Disertai dengan sebab
-
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
+
-
-
+
9
Disertai dengan akibat
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
10
Ada pengandaian
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
11
Ditandai dengan kata sedih lain
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
12
Ada rasa mengeluh
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
13
Diikuti dengan ekspresi sedih
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
+
+
-
14
Ada rasa khawatir
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
15
Ada bentuk pengharapan
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16
Ada bentuk ketidakterdugaan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
17
Ada bentuk penyangatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
18
Ada bentuk permintaan
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
-
-
-
No
Komponen Makna
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
§
Adapun hasil penelitian yang terakhir, yaitu hasil relasi makna dari setiap kosakata emosi sedih dalam bahasa yang diperoleh dari sumber data primer. Berikut ini adalah hasil penelitian terhadap relasi makna kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. 1. Braminta dapat digantikan dengan kata ngĕrĕs, nglangut, dan tikbra dalam kalimat. 2. Duhkita dapat digantikan dengan kata sĕdhih dan sungkawa dalam kalimat. 3. Nggrantĕs dapat digantikan dengan kata karanta-ranta, nlangsa, ngĕnĕs, ngranta, rudatin, sĕdhih, dan trĕnyuh dalam kalimat. 4. Karanta-ranta dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, nlangsa, ngĕnĕs, ngranta, rudatin, sĕdhih dan trĕnyuh dalam kalimat. 5. Nlangsa dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, karanta-ranta, ngĕnĕs, ngranta, rudatin, dan sĕdhih dalam kalimat. 6. Ngĕnĕs dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, karanta-ranta, nlangsa, nglangut, dan ngranta dalam kalimat. 7. Ngĕrĕs dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, ngĕnĕs, rudatin dan sĕdhih dalam kalimat. 8. Nglangut dapat digantikan dengan kata braminta, nggrantĕs, ngĕnĕs, sĕdhih, dan tikbra dalam kalimat. 9. Ngranta dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, nlangsa, dan ngĕnĕs dalam kalimat. 10. Prihatin dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, ngĕnĕs, rudatin, sĕdhih, dan trĕnyuh dalam kalimat. 11. Rudatin dapat digantikan dengan kata braminta, nggrantĕs, duhkita, ngranta, sĕdhih, dan tikbra dalam kalimat. 12. Sĕdhih dapat digantikan dengan kata ngĕnĕs dalam kalimat. 13. Sungkawa dapat digantikan dengan kata duhkita dalam kalimat. 14. Tikbra dapat digantikan dengan kata braminta, ngĕrĕs, dan nglangut dalam kalimat. 15. Trĕnyuh dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, ngĕnĕs, ngranta, prihatin, dan sĕdhih dalam kalimat.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
Pembahasan Klasifikasi Kosakata Emosi Sedih dalam Bahasa Jawa Santangelo dalam teorinya, yaitu teori emosi dan keadaan pikiran menjelaskan mengenai berbagai jenis emosi dan keadaan pikiran yang terdapat di dalam teks. Adapun teks tersebut berupa simbol-simbol bahasa atau satuan verbal bahasa yang diteliti di dalamnya, yaitu berupa kata, frasa, klausa, kalimat, dan ungkapan yang mengungkapkan emosi dan keadaan pikiran. Kata, frasa, klausa, kalimat, dan ungkapan tersebut dapat berupa verbal (kata-kata seseorang) atau nonverbal (perbuatan, sifat seseorang). Dalam hal klasifikasi atau pembagian emosi dan keadaan pikiran, Santangelo membedakan menjadi 5 (lima) kategori, yaitu emosi yang mengandung sikap positif serta harapan (positive expectation and interaction), rasa puas (satisfactory affects), penonjolan nilai negatif (negative projection), emosi perlawanan yang negatif (aggressive-opposing emotions), rasa tidak puas (unsatisfactory affects). Penelitian terhadap kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa berfokus kepada klasifikasi yang kelima, yaitu rasa yang tidak puas atau unsatisfactory affects. Ini dapat dilihat dari tanda-tanda atau ciri-ciri dari emosi dan keadaan pikiran tersebut, yaitu a) bersifat negatif, b) bentuknya pasif, c) ditandai dengan tanda-tanda fisiologis yang rendah, dan d) bersifat pribadi berupa evaluasi terhadap kekurangan diri sendiri. Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan menemukan kosakatakosakata yang terdapat dalam sumber data primer dan sumber data sekunder yang memenuhi klasifikasi emosi dan keadaan pikiran berupa rasa yang tidak puas (unsatisfactory affects). Dari penelitian secara semantik leksikal, ditemukan 57 (lima puluh tujuh) kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa, yaitu yaitu anglĕk, angrod, bunĕk, bunĕl, braminta, duhka, duhkita, èmĕng, gĕgĕs, gĕlana, giyuh, gupé, gograg, grantĕs, kamohitan, kapita, karanta-ranta, karasa-rasa, katrésan atiné, kĕsuh, kĕtuwon, kunyana, kunyana-papa, lading, lĕlĕh, manastapa, manonbawa, mangunĕng, mangun-kung, masgul, ngĕnĕs, ngĕrĕs, nglangut, ngranta, nlangsa, pĕrih, prihatin, priyawiraha, rĕncaka, rimang, rudah, rudatin, rudita, ruksa, runah, sangsaya, sĕdhih, sĕkĕl, sungkawa, tikbra, trĕnyuh, turida, wéragé, wigĕna, wiyadi, wiyoga, dan wiragé. Analisis Komponen Makna Kosakata Emosi Sedih dalam Bahasa Jawa
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
Telah disebutkan sebelumnya bahwa dalam analisis komponen makna oleh Nida, terdapat empat
langkah
yang
digunakan,
yaitu
penamaan,
pendefinisian,
parafrasa,
dan
pengklasifikasian. Berikut ini adalah penjelasan mengenai masing-masing langkah yang diterapkan dalam menganalisis komponen kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. 1) Penamaan Dalam langkah ini, peneliti mengumpulkan data berupa kata-kata yang dimaknai sebagai kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Kosakata dimaknai sebagai kosakata emosi sedih, yaitu kosakata yang secara leksikal mengandung emosi sedih. Makna leksikal dari kosakata sedih tersebut dapat dilihat dari kamus. Dari majalah Panjebar Semangat dan kamus Baoesastra Djawa karya Poerwadarminta (1939) ditemukan lima puluh tujuh kata yang mengandung makna emosi sedih. Adapun ke-57 kosakata tersebut, yaitu anglĕk, angrod, bunĕk, bunĕl, braminta, duhka, duhkita, émĕng, gĕgĕs, gĕlana, giyuh, gupé, gograg, grantĕs, kamohitan, kapita, karanta-ranta, karasa-rasa, katrésan atiné, kĕsuh, kĕtuwon, kunyana, kunyana-papa, lading, lĕlĕh, manastapa, manonbawa, mangunĕng, mangun-kung, masgul, ngĕnĕs, ngĕrĕs, nglangut, ngranta, nlangsa, pĕrih, prihatin, priyawiraha, rĕncaka, rimang, rudah, rudatin, rudita, ruksa, runah, sangsaya, sĕdhih, sĕkĕl, sungkawa, tikbra, trĕnyuh, turida, wéragé, wigĕna, wiyadi, wiyoga, dan wiragé. 2) Parafrasa Langkah parafrasa dilakukan untuk mendata makna-makna inti (leksikal) dari setiap kosakata yang mengandung emosi sedih. Makna-makna inti yang diperoleh, yaitu gabungan makna leksikal yang ada di dalam kamus Poerwadarminta (1939) dan Utomo (2007). Dalam hal ini, terdapat lima klasifikasi kosakata di dalam proses parafrasa kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa sebagaimana makna inti/leksikal yang dikandungnya. Kelima klasifikasi tersebut, berupa: a) Mengandung emosi sedih = kosakata tersebut dimaknai sebagai kosakata yang mengandung emosi sedih. b) Bersifat mendalam = kosakata tersebut menunjukkan kondisi emosi yang mendalam atau penyangatan. c) Dalam hati = kosakata tersebut menggambarkan emosi sedih yang terjadi di dalam hati.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
d) Disertai dengan tangisan = kosakata tersebut disertai dengan kosakata yang menunjukkan bentuk ekspresi kesedihan berupa tangisan. e) Diikuti dengan penyebabnya = kosakata tersebut diikuti dengan penyebab dari kesedihan. Dari 57 (lima puluh tujuh) kosakata yang ada, semua kosakata tersebut mengandung emosi sedih dan ada di dalam hati. Adapun kosakata emosi sedih yang bersifat mendalam ada 18, yaitu anglék, gĕgĕs, gĕlana, gupé, gograg, grantĕs, karanta-ranta, karasa-rasa, katrésan atiné, kĕsuh, kĕtuwon, lĕlĕh, masgul, ngĕnĕs, ngĕrĕs, nglangut, nlangsa, dan sangsaya. Selain itu, ada juga kosakata yang disertai dengan tangisan yang berjumlah 2, yaitu grantĕs dan kĕsuh, serta 9 kosakata yang diikuti dengan penyebabnya, yaitu gograg, kunyana-papa, mangun-kung, masgul, ngranta, nlangsa, prihatin, rimang, dan wigĕna. Langkah pendefinisian sebagai salah satu langkah analisis komponen makna dilakukan dengan menerapkan kosakata emosi sedih dalam sebuah kalimat. Dalam langkah ini akan diperoleh makna pembeda, yang tidak ditemukan dalam langkah parafrasa. Makna pembeda ini tidak ditemukan dalam makna leksikal data, sehingga untuk menemukan makna pembeda ini diperlukan kalimat-kalimat atau pernyataan-pernyataan yang mengandung kosakata emosi sedih tersebut. Makna-makna pembeda sebagai unsur-unsur makna inilah yang menjadi pembeda antara kosakata emosi sedih yang satu dengan yang lainnya. Dalam penelitian yang dilakukan terhadap kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa, peneliti hanya menemukan 15 kosakata yang ada di dalam sumber data primer, yaitu dalam majalah Panjebar Semangat yang diterbitkan selama tahun 2013. Kosakata emosi sedih yang ditemukan dalam majalah tersebut, yaitu duhkita, braminta, grantĕs, karanta-ranta, nlangsa, ngĕnĕs, ngĕrĕs, nglangut, ngranta, prihatin, rudatin, sĕdhih, sungkawa, tikbra, dan trĕnyuh. Adapun dalam sumber data sekunder, terdapat 42 kosakata emosi sedih yang lain yang tidak ditemukan dalam sumber data primer. Selanjutnya, pada saat melakukan validasi terhadap data primer dan data sekunder dengan kuesioner yang disertai dengan wawancara terhadap 10 responden, peneliti mendapatkan 6 kosakata dalam sumber data sekunder yang diketahui dan dipahami oleh responden sebagai kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa, di luar data primer yang telah disebutkan sebelumnya. Kosakata-kosakata tersebut, yaitu anglék, bunĕl, karasa-rasa, lĕlĕh, masgul, dan pĕrih. Adapun kosakata emosi sedih lainnya yang berjumlah
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
36 kata, yaitu angrod, bunĕk, duhka, émĕng, gĕgĕs, gĕlana, giyuh, gupé, gograg, kamohitan, kapita, katrésan atiné, kĕsuh, kĕtuwon, kunyana, kunyana-papa, lading, manastapa, manonbawa, mangunĕng, mangun-kung, priyawiraha, rĕncaka, rimang, rudah, rudita, ruksa, runah, sangsaya, sĕkĕl, turida, wéragé, wigĕna, wiyadi, wiyoga, dan wiragé, tidak diketahui dan dipahami sebagai kosakata emosi sedih dalam sumber data primer dan sekunder, serta kuesioner tersebut. Semua responden juga berpendapat bahwa kosakata-kosakata emosi sedih tersebut sudah tidak dikenal dan tidak digunakan lagi dalam percakapan sehari-hari dan dalam pengalaman mereka tidak pernah mengenal ketigapuluhenam kosakata tersebut. Berikut ini adalah salah satu model penelitian dalam proses pendefinisian terhadap kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa berdasarkan sumber data primer, yaitu majalah Panjebar Semangat terbitan tahun 2013. Kata Braminta Kebranang ing tikbra, bramintya sang Tejamurti wuwusnya sarwi nggereng nggero gora krura. (PS 13 ed 30 Maret 2013 hlm 31) ‘Terbakar oleh kesedihan, sang Tejamurti yang sedih berkata sambil mengerang berteriak menakutkan.’ Komponen makna kata braminta • Bernuansa sedih Dalam kalimat tersebut, nuansa sedih yang muncul ditandai dengan adanya kata bramintya atau braminta yang bermakna susah, sĕdhih, bingung ‘susah, sedih, bingung’ (Poerwadarminta, 1939:59). • Ditandai dengan kata sedih yang lain Pada kalimat di atas, selain kata braminta, terdapat kata tikbra yang secara leksikal juga bermakna ‘susah, sedih’ (Poerwadarminta, 1939:695). Kata tikbra muncul sebagai bentuk penyangatan terhadap emosi sedih yang sedang dialami. • Diikuti dengan ekspresi sedih Bentuk ekpresi kesedihan yang terjadi dalam kalimat di atas, yaitu nggereng nggero ‘mengerang berteriak’. Ekspresi ini muncul sebagai dampak dari kesedihan yang dialami oleh subjek.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
Jadi komponen makna yang dikandung oleh kata braminta, yaitu [BERNUANSA SEDIH], [DITANDAI DENGAN KATA SEDIH LAIN], dan [DIIKUTI DENGAN EKSPRESI SEDIH]. Berdasarkan analisis pendefinisian terhadap 15 kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa, diperoleh komponen-komponen makna sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut ini.
braminta
duhkita
grantĕs
karanta-ranta
nlangsa
ngĕnĕs
ngĕrĕs
nglangut
ngranta
prihatin
rudatin
sĕdhih
sungkawa
tikbra
trĕnyuh
Kata
1
Bernuansa sedih
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
2
Melibatkan indra penglihatan
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
-
3
Melibatkan indra pendengaran
-
+
-
-
+
-
-
+
-
-
+
-
-
-
-
4
Bersifat mendalam
-
+
-
+
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
5
Disertai dengan tindakan
-
-
+
+
+
+
+
-
+
+
+
-
+
-
-
6
Disertai kata hati
-
-
+
+
+
-
-
-
+
-
+
-
-
-
+
7
Ada rasa spontanitas
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
8
Disertai dengan sebab
-
-
-
-
+
-
-
+
-
-
-
+
-
-
+
9
Disertai dengan akibat
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
10
Ada pengandaian
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
11
Ditandai dengan kata sedih lain
+
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
+
-
12
Ada rasa mengeluh
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
13
Diikuti dengan ekspresi sedih
+
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
+
+
-
14
Ada rasa khawatir
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
15
Ada bentuk pengharapan
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
16
Ada bentuk ketidakterdugaan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
17
Ada bentuk penyangatan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
-
-
-
-
18
Ada bentuk permintaan
-
-
-
-
-
-
-
-
+
-
+
-
-
-
-
No
Komponen Makna
Pengklasifikasian Langkah kerja yang terakhir dalam prosedur analisis komponen makna dari Nida, yaitu langkah pengklasifikasian. Dalam langkah ini, hasil dari pendefinisian kemudian dispesifikasikan menjadi makna-makna yang lebih spesifik. Hal ini karena sesuai dengan asas komponen makna, bahwa semakin sempit makna suatu kata, maka akan semakin berbeda pula makna yang dikandung oleh suatu kata dengan kata yang lainnya. Dalam teori analisis komponen makna Nida, terdapat tiga prosedur analisis dalam langkah pengklasifikasian,
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
yaitu (1) mengumpulkan kosakata yang berkomponen makna umum; (2) memisahkan kosakata yang berkomponen makna berbeda; dan (3) menentukan dasar komponen makna spesifik. Berikut ini adalah analisis komponen makna dalam langkah pengklasifikasian. (1) Mengumpulkan kosakata yang berkomponen makna umum Komponen makna umum yang dimiliki oleh setiap kosakata emosi sedih, dapat dilihat di tabel 3.2 hasil parafrasa. Dari tabel tersebut komponen makna umum kosakata emosi sedih sebagai berikut. a. Mengandung emosi sedih, yang dimiliki oleh semua data kosakata emosi sedih yang berjumlah 15 (lima belas) kosakata, atau sebesar ± 100%. b. Ada di dalam hati, yang dimiliki oleh semua data kosakata emosi sedih yang berjumlah 15 (lima belas) kosakata, atau sebesar ± 100%. Berdasarkan dua pernyataan tersebut, peneliti menemukan 7 (tujuh) kosakata yang hanya mengandung komponen makna umum [+Mengandung emosi sedih] dan [+Ada di dalam hati]. Dapat dikatakan pula bahwa 7 kosakata tersebut tidak memiliki komponen makna lain selain dua komponen makna tersebut. Kosakata-kosakata yang dimaksud, yaitu bramita, duhkita, rudatin, sĕdhih, sungkawa, tikbra, dan trĕnyuh. Adapun 8 kosakata yang lainnya akan dibahas dalam tahap selanjutnya. (2) Memisahkan kosakata yang berkomponen makna berbeda Tahap kedua dalam langkah pengklasifikasian, yaitu dengan melakukan pemisahan kosakata-kosakata yang berkomponen makna berbeda. Komponen makna berbeda berupa komponen yang tidak dimiliki di dalam makna umum. Oleh karena itu, kosakata yang mengandung komponen makna lain selain komponen makna umum yang telah disebutkan sebelumnya, secara otomatis akan diklasifikasikan ke dalam kosakata yang berkomponen makna berbeda. Jika pada tahap pertama ditemukan 7 (tujuh) kosakata yang berkomponen makna umum, maka dalam tahap kedua ini dikumpulkan 8 (delapan) kosakata yang berkomponen makna berbeda. Adapun kosakata yang berkomponen makna berbeda, yaitu grantĕs [+Bersifat mendalam] dan [+Disertai dengan tangisan], karanta-ranta [+Bersifat mendalam], ngĕnĕs [+Bersifat mendalam], ngĕrĕs [+Bersifat mendalam], nglangut [+Bersifat mendalam],
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
ngranta [+Diikuti dengan penyebabnya], nlangsa [+Bersifat mendalam] dan [+Diikuti dengan penyebabnya], dan prihatin [+Diikuti dengan penyebabnya]. (3) Menentukan dasar komponen makna spefisik Lagkah ketiga dalam pengklasifikasian dilakukan dengan membuat klasifikasi yang lebih spesifik dengan melihat makna spesifik dari setiap kosakata. Kosakata yang masuk dalam tahap dua, yaitu tahap kosakata berkomponen makna berbeda, kemudian diklasifikasian ke dalam beberapa kategori dengan melihat hasil pendefinisian dalam tabel 3.3. Berdasarkan analisis pengklasifikasian tersebut, kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa dapat diklasifikasikan sebagai berikut. a. Melibatkan indra penglihatan, yaitu kata ngĕrĕs dan sungkawa. b. Melibatkan indra pendengaran, yaitu kata duhkita, nlangsa, nglangut, dan rudatin. c. Bersifat mendalam, yaitu kata duhkita, karanta-ranta, nlangsa, dan sĕdhih. d. Disertai dengan tindakan, yaitu kata nggrantĕs, karanta-ranta, nlangsa, ngĕnĕs,
ngĕrĕs, ngranta, prihatin, rudatin dan sungkawa. e. Disertai kata hati, yaitu kata nggrantĕs, karanta-ranta, nlangsa, ngranta, rudatin, dan
trĕnyuh. f. Ada rasa spontanitas, yaitu kata nlangsa. g. Disertai dengan sebab, yaitu kata karasa-rasa, nlangsa, nglangut, sĕdhih, dan
trĕnyuh. h. Disertai dengan akibat, yaitu kata nglangut. i. Ada pengandaian, yaitu kata ngĕrĕs. j. Ditandai dengan kata sedih lain, yaitu kata braminta, nglangut, dan tikbra. k. Ada rasa mengeluh, yaitu kata ngranta. l. Diikuti dengan ekspresi sedih, yaitu kata braminta, ngranta, rudatin, sungkawa, dan tikbra. m. Ada rasa khawatir, yaitu kata ngĕrĕs. n. Ada bentuk pengharapan, yaitu kata ngĕnĕs. o. Ada bentuk ketidakterdugaan, yaitu kata sĕdhih. p. Ada rasa penyangatan, yaitu kata prihatin. q. Ada bentuk permintaan, yaitu kata ngranta dan rudatin.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
Relasi Makna Kosakata Emosi Sedih dalam Bahasa Jawa Analisis terhadap kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa tidak hanya dapat dilihat dari komponen-komponen maknanya saja. Akan tetapi kosakata emosi sedih juga dapat dianalisis dari relasi atau hubungan makna di antara kosakata yang satu dengan kosakata yang lainnya. Adapun analisis relasi makna yang digunakan oleh peneliti, yaitu analisis relasi makna yang dikemukakan oleh Cruse (2004), dengan menggunakan relasi makna sinonimi sebagai dasar utama dalam analisis ini. Ada 15 (lima belas) kata yang akan dianalisis relasi maknanya sebagaimana hasil dari penelitian terhadap sumber data majalah Panjebar Semangat. Adapun kelimabelas kata tersebut, yaitu braminta, duhkita, nggrantĕs, karanta-ranta, ngĕnĕs, ngĕrĕs, nglangut, ngranta, nlangsa, prihatin, rudatin, sĕdhih, sungkawa, tikbra, dan trĕnyuh. Berikut ini salah satu contoh model pembahasan analisis relasi makna terhadap kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. 3.4.4 Analisis Relasi Makna Kata Karanta-ranta Pada analisis relasi makna, kata karanta-ranta akan digantikan posisinya dengan 14 (empat belas) kosakata sedih yang lainnya. Berikut ini adalah kalimat yang mengandung kata karanta-ranta. Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati keranta-ranta. (PS 25 ed 22 Juni 2013 hlm 24) ‘Aku lihat untuk beberapa saat kuburan itu, dengan hati yang sedih sekali.’ Kata-kata yang dapat menggantikan kata karanta-ranta (1) Kata karanta-ranta dengan kata nggrantĕs, nlangsa, ngĕnĕs, dan ngranta. • Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati nggrantĕs. • Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati nlangsa. • Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati ngĕnĕs. • Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati ngranta. Pada kalimat tersebut kata nggrantĕs, nlangsa, ngĕnĕs, dan ngranta dapat menggantikan kata karanta-ranta karena sama-sama disertai dengan kata hati yang menunjukkan kesedihan dalam hati yang teramat sangat.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
(2) Kata karanta-ranta dengan kata rudatin • Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati rudatin. Pada kalimat tersebut kata rudatin dapat menggantikan kata karanta-ranta karena menyatakan kesedihan dalam hati yang teramat sangat. Selain itu, kata rudatin juga sama dengan kata karanta-ranta yang disertai oleh suatu tindakan. (3) Kata karanta-ranta dengan kata sĕdhih • Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati sĕdhih. Pada kalimat tersebut kata sĕdhih dapat menggantikan kata karanta-ranta karena menyatakan kesedihan yang teramat sangat serta merupakan akibat dari suatu tindakan. (4) Kata karanta-ranta dengan kata trĕnyuh • Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati trĕnyuh. Pada kalimat tersebut kata trĕnyuh dapat menggantikan kata karanta-ranta karena samasama diikuti dengan kata hati yang menunjukkan kesedihan dalam hati yang teramat sangat. Selain itu, kata trĕnyuh juga sama dengan kata karanta-ranta yang merupakan akibat dari suatu tindakan. Kata-kata yang tidak dapat menggantikan kata karanta-ranta (1) Kata karanta-ranta dengan kata braminta, duhkita, nglangut, dan tikbra *Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati braminta. *Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati duhkita. *Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati nglangut. *Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati tikbra. Pada kalimat tersebut kata braminta, duhkita, nglangut, dan tikbra tidak dapat menggantikan kata karanta-ranta karena tidak disertai dengan kata hati dan juga tidak disertai suatu tindakan yang menjadi sebab kesedihan tersebut. (2) Kata karanta-ranta dengan kata ngĕrĕs *Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati ngĕrĕs. Pada kalimat tersebut kata ngĕrĕs tidak dapat menggantikan kata karanta-ranta karena tidak diikuti dengan kata hati dan bukan menjadi akibat dari suatu tindakan sebagaimana kata karanta-ranta. (3) Kata karanta-ranta dengan kata prihatin dan sungkawa *Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati prihatin.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
*Dak sawang nganti sauntara kuburan iku, kanthi ati sungkawa. Pada kalimat tersebut kata prihatin dan sungkawa tidak dapat menggantikan kata karantaranta karena tidak diikuti dengan kata hati yang menunjukkan kesedihan yang teramat sangat. Kesimpulan Berdasarkan analisis komponen kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa pernyataan sebagai berikut. 1. Berdasarkan batasan mengenai emosi sedih, ditemukan 15 kosakata yang ada di dalam sumber data primer, yaitu 1) duhkita, 2) braminta, 3) grantĕs, 4) karantaranta, 5) nlangsa, 6) ngĕnĕs, 7) ngĕrĕs, 8) nglangut, 9) ngranta, 10) prihatin, 11) rudatin, 12) sĕdhih, 13) sungkawa, 14) tikbra, dan 15) trĕnyuh. Adapun dalam sumber data sekunder, selain 15 kosakata yang telah ditemukan di dalam sumber data primer, ditemukan pula 42 kosakata lainnya yang dimaknai sebagai kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Kosakata lainnya tersebut, yaitu 1) anglék, 2) angrod, 3) bunĕk, 4) bunĕl, 5) duhka, 6) èmĕng, 7) gĕgĕs, 8) gĕlana, 9) giyuh, 10) gupé, 11) gograg, 12) kamohitan, 13) kapita, 14) karasa-rasa, 15) katrésan atiné, 16) kĕsuh, 17) kĕtuwon, 18) kunyana, 19) kunyanapapa, 20) lading, 21) lĕlĕh, 22) manastapa, 23) manonbawa, 24) mangunĕng, 25) mangun-kung, 26) masgul, 27) pĕrih, 28) priyawiraha, 29) rĕncaka, 30) rimang, 31) rudah, 32) rudita, 33) ruksa, 34) runah, 35) sangsaya, 36) sĕkĕl, 37) turida, 38) wéragé, 39) wigĕna, 40) wiyadi, 41) wiyoga, dan 42) wiragé. Dari hasil validasi sumber data primer dan sekunder yang dilakukan terhadap responden, didapat 6 kosakata di luar sumber data primer yang dikenal dan diketahui sebagai kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Keenam kosakata tersebut, yaitu 1) anglék, 2) bunĕl, 3) karasa-rasa, 4) lĕlĕh, 5) masgul, dan 6) pĕrih. 2. Dari hasil analisis komponen makna ditemukan delapan belas komponen makna yang dimiliki oleh kosakata-kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa. Komponen makna tersebut,
yaitu
1)
[BERNUANSA
SEDIH],
2)
[MELIBATKAN
INDRA
PENGLIHATAN], 3) [MELIBATKAN INDRA PENDENGARAN], 4) [BERSIFAT MENDALAM], 5) [DISERTAI DENGAN TINDAKAN], 6) [DISERTAI KATA HATI], 7) [ADA RASA SPONTANITAS], 8) [DISERTAI DENGAN SEBAB], 9) [DISERTAI
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
DENGAN AKIBAT], 10) [ADA PENGANDAIAN], 11) [DITANDAI DENGAN KATA SEDIH LAIN], 12) [ADA RASA MENGELUH], 13) [DISERTAI DENGAN EKSPRESI SEDIH], 14) [ADA RASA KHAWATIR], 15) [ADA BENTUK PENGHARAPAN], 16) [ADA BENTUK KETIDAKTERDUGAAN], 17) [ADA BENTUK PENYANGATAN], dan 18) [ADA BENTUK PERMINTAAN]. 3. Berdasarkan analisis relasi makna terhadap 15 kosakata emosi sedih yang diperoleh dari
sumber data primer, ditemukan relasi-relasi makna di antara kosakata yang satu dengan kosakata yang lainnya. Relasi makna tersebut dapat digunakan sebagai sinonimi antara kata yang satu dengan kata yang lain. Hasil dari analisis relasi makna terhadap lima belas kosakata tersebut, yaitu (a) braminta dapat digantikan dengan kata ngĕrĕs, nglangut, dan tikbra; (b) duhkita dapat digantikan dengan kata sĕdhih dan sungkawa; (c) nggrantĕs dapat digantikan dengan kata karanta-ranta, nlangsa, ngĕnĕs, ngranta, rudatin, sĕdhih, dan trĕnyuh; (d) karanta-ranta dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, nlangsa, ngĕnĕs, ngranta, rudatin, sĕdhih dan trĕnyuh; (e) nlangsa dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, karanta-ranta, ngĕnĕs, ngranta, rudatin, dan sĕdhih; (f) ngĕnĕs dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, karanta-ranta, nlangsa, nglangut, dan ngranta; (g) ngĕrĕs dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, ngĕnĕs, rudatin dan sĕdhih; (h) nglangut dapat digantikan dengan kata braminta, nggrantĕs, ngĕnĕs, sĕdhih, dan tikbra; (i) ngranta dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, nlangsa, dan ngĕnĕs; (j) prihatin dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, ngĕnĕs, rudatin, sĕdhih, dan trĕnyuh; (k) rudatin dapat digantikan dengan kata braminta, nggrantĕs, duhkita, ngranta, sĕdhih, dan tikbra; (l) sĕdhih dapat digantikan dengan kata ngĕnĕs; (m) sungkawa dapat digantikan dengan kata duhkita; (n) tikbra dapat digantikan dengan kata braminta, ngĕrĕs, dan nglangut; dan (o) trĕnyuh dapat digantikan dengan kata nggrantĕs, ngĕnĕs, ngranta, prihatin, dan sĕdhih dalam kalimat. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa, peneliti memberikan saran supaya penelitian mengenai kosakata emosi dalam bahasa Jawa dapat ditingkatkan. Hal ini karena dalam bahasa Jawa sangat sarat dengan keanekaragaman kosakata dalam mengungkapkan suatu emosi dan keadaan pikiran. Tak
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015
terkecuali kosakata emosi yang lain, kosakata emosi sedih dalam bahasa Jawa pun masih memberikan ruang penelitian yang sangat luas bagi peneliti lain yang ingin mendalami kosakata emosi sedih. Ini dapat dilihat dari kosakata emosi sedih yang peneliti paparkan, di mana hanya membedah secara mendalam lima belas kosakata emosi sedih, dan masih terdapat 42 kosakata lainnya yang dapat dianalisis lebih mendalam lagi. Daftar Referensi Buku Chaer, Abdul. 2009. Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Cruse, Alan. 2004. Meaning in Language: An Introduction to Semantics and Pragmatics. Oxford: Oxford University Press. Koentjaraningrat. 1984. Kebudayaan Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2009. Pesona Bahasa ‘Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Mastuti, Dwi Woro dalam Lilie Suratminto dan Munawar Holil, 2003. Rintisan Kajian Leksikologi dan Leksikografi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Nida, Eugene A. 1975. Componential Analysis of Meaning an introduction to semantic structures. Netherlands. The Hague. Pateda, Mansoer. 2010. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta. Santagelo, Paolo. 1995. “A Research on Emotions and States of Mind in Late Imperial China Preliminary Results dalam Polo Santangelo (Ed) Ming Qing Yanjiu. Napoli, Roma: Dipatimento di Study Asiatici Intituo Universitario Orientale Napoli, 102-209. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik Bagian Kedua: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Kamus Poerwadarminta, W. J. S. 1939. Baoesastra Djawa. Batavia: J. B. Wolters UitgeversMaatschappij N.V. Utomo, Sutrisno Sastro. 2007. Kamus Lengkap Jawa – Indonesia. Kanisius: Yogyakarta. Website http://fisip.uajy.ac.id/2012/10/10/bahasa-dan-ancaman-kepunahan/ oleh Yohanes Widodo yang diakses pada tanggal 25 April 2014 2014 pukul 11.20 WIB.
Kosakata emosi sedih dalam ..., Irwan Suswandi, FIB UI, 2015