REALISASI UNGKAPAN EMOSI SENANG, SEDIH, DAN MARAH DALAM BAHASA JEPANG DI TWITTER Luciana Meiranda Purnamasari dan Filia Program Studi Jepang Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Jurnal ini membahas bagaimana realisasi ungkapan emosi remaja Jepang di Twitter. Fokus penelitian adalah ungkapan emosi yang paling produktif, terdapat dalam data yang telah terkumpul dari berbagai emosi yang muncul, yaitu emosi senang, sedih, dan marah. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain deskriptif. Dari hasil penelitian, diketahui bagaimana keterbukaan remaja Jepang dalam mengekpresikan emosinya di Twitter. Twitter menjadi salah satu sarana remaja Jepang untuk mengekspresikan emosinya, diungkapkan baik secara eksplisit, implisit, maupun eksplisit-implisit sekaligus. Keterbukaan remaja Jepang di Twitter diharapkan tetap memperhatikan dampak yang akan muncul dalam menggunakan Twitter, mengingat penyebaran informasi di jejaring sosial sangat cepat dan masif.
REALIZATION OF EXPRESSION ABOUT HAPPINESS, SADNESS, AND ANGER IN JAPANESE ON TWITTER ABSTRACT This research is about realization of expression on Twitter by Japanese adolescent. The focus of this study is the most productive expression in the collected data on respondents‟ Twitter account. That‟s expression about happiness, sadness, and anger. This research is qualitative descriptive interpretive. Research outcome shows Japanese adolescents, either explicitly or implicitly, express their thought and emotion on Twitter. But, it still needs to notice the impact in using Twitter that any expression posted is not a harmful one, so it can be bad influence to others or themselves, because anything can easily spread on the internet. Keywords: adolescent, expression, mental lexicon, Twitter
PENDAHULUAN
Manusia menggunakan bahasa untuk mengekspresikan emosinya. Emosi yang dirasakan dapat tampak melalui bahasa yang digunakan, apakah ia merasa sedih, senang, marah, dan lain-lain. Selain diungkapkan secara lisan, bahasa sebagai ekspresi emosi manusia
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
juga diungkapkan secara tulisan. Salah satu media yang digunakan dewasa ini adalah situs jejaring sosial, di mana penggunanya dapat berkomunikasi dengan pengguna lainnya. Ekspresi emosi yang ditunjukkan melalui bahasa tulisan dalam akun jejaring sosial masingmasing, selain dari tulisan berbalas dengan pengguna lainnya, juga dapat dilihat dari status pengguna, biasanya berupa ungkapan emosi yang dirasakan, kegiatan yang sedang dilakukan, dan lain sebagainya. Remaja cenderung mengikuti perkembangan zaman, termasuk penggunaan jejaring sosial. Berbagai survei membuktikan bahwa remaja adalah pengguna terbesar jejaring sosial. Di Jepang, Twitter menjadi salah satu jejaring sosial terbesar yang paling banyak digunakan remajanya untuk berbagi informasi atau mengungkapkan emosi pada status. Hadirnya Twitter dalam kehidupan sehari-hari remaja Jepang menunjukkan keterbukaan mereka dan kemudahan dalam berbagi apa yang mereka rasakan. Berdasarkan pengamatan data penelitian yang telah terkumpul, ungkapan emosi yang paling produktif muncul adalah ungkapan emosi senang, sedih, dan marah. Oleh karena itu, saya akan fokus pada ketiga emosi ini. Hal yang menjadi pokok permasalahan ialah “Bagaimana realisasi ungkapan emosi senang, sedih, dan marah dalam Bahasa Jepang di jejaring sosial Twitter?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi realisasi ungkapan emosi senang, sedih, dan marah oleh remaja Jepang di jejaring sosial Twitter, serta menemukan pemarkah linguistik berkenaan dengan emosi tersebut. Dalam penelitian ini, penulis memperoleh data dari 100 responden. 100 responden ini merupakan mahasiswa dari berbagai universitas di daerah Tokyo, Jepang, dengan komposisi 50 reponden perempuan dan 50 responden laki-laki agar hasil yang diinginkan dapat lebih berimbang, serta pengambilan 100 responden dengan pertimbangan dengan jumlah responden tersebut dapat mewakili setidaknya untuk remaja Jepang, khususnya mahasiswa tingkat tiga dan empat dari berbagai universitas di daerah Tokyo, Jepang, yang berusia sekitar 20 sampai dengan 21 tahun pada saat data diambil. Responden juga merupakan pengguna aktif jejaring sosial Twitter, dilihat dari frekuensi penggunaan Twitter setiap harinya untuk berkomunikasi atau berbagi informasi, ekspresi, atau pemikiran dan cerita mengenai aktivitasnya sehari-hari. Selain itu, frekuensi keaktifan penggunaan Twitter juga dilihat dari banyaknya tweet yang telah dilakukan, setidaknya telah mencapai lebih dari 500 tweet sampai bulan Januari 2014. Data merupakan ungkapan emotif responden yang ditulis di jejaring sosial Twitter, berupa tweet. Data diambil langsung dan apa adanya dari akun masing-masing responden dengan seizin responden, dalam kurun waktu terhitung sejak Bulan Januari sampai Bulan Maret 2014.
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
TINJAUAN TEORITIS
B. Suhardi dan B. Cornelius Sembiring dalam buku Pesona Bahasa (2009: 53-54) menjelaskan mengenai fungsi bahasa menurut seorang ahli bahasa, Roman Jakobson (1960). Jakobson merinci fungsi-fungi bahasa berdasarkan segi perhatian sebuah tuturan. Pokok pikirannya ini kemudian dikembangkan oleh Dell Hymes (1974) (Istilah yang digunakan di sini berdasarkan paparan Guy Cook [1993] yang mengacu pada pokok pikiran kedua tokoh tersebut, tanpa mengikuti satu di antara keduanya). Suatu peristiwa tutur memiliki tujuh faktor, yaitu waktu dan tempat (setting), pesan atau pokok pembicaraan (message), penutur (addresser), mitra tutur (eddressee), jalur (channel), bentuk atau kemasan pesan (message form), dan aspek bahasa (code). Ketika penekanan diberikan pada salah satu faktor tersebut, bahasa yang dipakai memiliki fungsi tertentu. Sebagai contoh, ujaran yang member penekanan atau pusat perhatian pada tempat dan waktu terjadinya tuturan berfungsi kontekstual. Jika penekanan diberikan pada penutur, bahasa tersebut berfungsi emotif. Bahasa menjadi fungsi emotif kalau yang menjadi pusat perhatian adalah penuturnya sendiri. Di sini penutur menyatakan perasaannya seperti yang terwujud dalam rasa senang, misalnya “Horeee!” atau rasa kesal, misalnya “Sialan!” Tindak tutur (speech act) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan. Dalam penerapannya, tindak tutur digunakan oleh beberapa disiplin ilmu. Teori tindak tutur mula-mula dikenalkan oleh J. L. Austin, seorang guru besar di Universitas Harvard, pada tahun 1956. Austin membedakan tuturan berdasarkan maknanya menjadi konstantif dan performatif. Konstantif adalah ujaran yang berisi pernyataan belaka, sedangkan performatif adalah ujaran yang berisi perlakuan – apa yang diucapkan oleh si penutur berisi apa yang dilakukannya. Makna kalimat konstantif ini merupakan makna yang dapat diuji benar-salahnya. Tuturan ini merupakan penyataan belaka yang dapat dinilai benar-salahnya. Sedangkan, kalimat performatif dapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara eksplisit dan implisit. Kalimat performatif mengandung suatu tindakan di dalamnya. Di balik tutur performatif yang implisit itu, tentunya ada pihak yang meminta agar kita melakukan apa yang dituturkannya, ada maksud lain yang ingin disampaikan oleh penutur lebih dari penyataan yang ia sampaikan. J.L. Austin menyatakan bahwa secara pragmatis, setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Searle, murid Austin, kemudian mendeskripsikan tindak ilokusi ke dalam lima jenis tindak tutur, yaitu: 1. Asertif atau Representatif Tindak tutur yang menjelaskan apa dan bagaimana sesiatu itu ada, misalnya member pernyataan, saran, laporan. 2. Komisif Tindak tutur yang mendorong penutur melakukan sesuatu, misalnya bersumpah, berjanji. 3. Direktif Tindak tutur yang berfungsi mendorong pendengar melakukan sesuatu, misalnya menyuruh, meminta, menasihati. 4. Deklarasi Tindak tutur yang menghubungkan isi proposisi dengan realitas yang sebenarnya, misalnya, menghukum, menetapkan, membaptis, memecat, memberi nama. 5. Ekspresif Tindak tutur yang menyangkut perasaan dari sikap, misalnya berupa tindakan meminta maaf, berterima kasih menyampaikan ucapan selamat, memuji, menyatakan belasungkawa, mengkritik; tindakan ini berfungsi untuk mengekspresikan dan mengungkapkan sikap psikologis penutur. Soenjono Dardjowidjojo dalam bukunya yang berjudul Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (2005: 162-166) menyatakan bahwa mental leksikon dapat diibaratkan sebagai gudang di mana kita menyimpanan barang. Akan tetapi, gudang ini bukan sembarang gudang karena tidak hanya barangnya yang disimpan itu unik, yakni kata, tetapi cara pengaturannya juga sangat rumit. Masih dalam buku yang sama, Dardjowidjojo menjelaskan bahwa leksikon mental, yang sering dinamakan kamus mental, mempunyai sistem yang memungkinkan kita untuk meretrif kembali kata-kata secara cepat. Dapat disimpulkan bahwa leksikon mental memiliki informasi yang jauh lebih banyak, lebih lengkap, dan lebih rinci daripada kamus biasa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia emosi adalah luapan perasaan yang berkembang dan surut pada waktu singkat; keadaan reaksi psikologi dan psikologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian) yang bersifat subyektif. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti “ menggerakkan, bergerak”, di tambah awalan “e”- untuk memberi arti “bergerak menjauh” menyiratkan kecenderungan
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411), emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Biasanya, emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh, emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa atau tersenyum, terlihat sumringah. Sedangkan, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis atau menunjukkan ekspresi wajah murung. Lazarus (1991) membaginya menjadi dua yaitu (1) kelompok emosi negatif dan kelompok emosi positif. Emosi negatif: marah, takut, cemas, rasa bersalah, malu, sedih, irihati dan jijik; (2) Emosi positif: senang, bahagia dan cinta. Emosi negatif muncul dari anggitan (appraisal) terhadap stimulus lingkungan yang tidak sesuai dan tidak sama (goal irelevance dan
goal
incongruence)
dengan
tujuan
sehingga
stimulus
dipandang
menunda,
menghilangkan, menentang, atau bahkan mengancam tujuan individu. Emosi positif muncul dari anggitan terhadap stimulus lingkungan yang sesuai dan sama dengan tujuan (goal relevance dan goal congruence) sehingga stimulus dinilai mendukung pencapaian tujuan individu. Lazarus mengklasifikasikan emosi lebih spesifik lagi. Meskipun sebenarnya belum bisa dipastikan ada berapa macam dan banyaknya emosi yang muncul dari diri manusia, namun para ahli mencoba mengambil garis besarnya. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data dengan tingkat banyaknya ungkapan emotif yang mengungkapkan emosi marah, sedih, dan senang, cukup tinggi. Oleh karena itu, saya akan menjelaskan mengenai emosi-emosi tersebut menurut Lazarus (1991): 1. Kemarahan Kemarahan merupakan emosi yang paling kuat dampaknya terhadap hubungan sosial maupun pada orang yang mengalami emosi ini. Menurut Lazarus, amarah identik dengan menyalahkan orang lain, ketimbang dirinya sendiri. Penyebab rasa ini biasanya karena komentar yang menghina, sarkastis, dan menyakiti hati; nasihat-nasihat yang tidak diharapkan; kegagalan-kegagalan yang dialami atas apa yang telah direncanakan; dan harapan-harapan yang tidak terpenuhi. 2. Kesedihan Kesedihan merupakan emosi paling menarik dan tidak jelas (kabur). Emosi sedih biasanya dihubungkan dengan perasaan kehilangan sesuatu yang tidak tergantikan, kegagalan dalam hidup, dan sejenisnya. Emosi sedih ini biasanya juga terjadi ketika seseorang menyadari bahwa tidak ada yang bisa dilakukan atas kehilangan
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
yang ia alami, identik dengan menyerah daripada bertahan. Emosi ini diungkapkan dengan cara menangis, wajah murung, atau kehilangan gairah unutk melakukan kegiatan sehari-hari. 3. Kebahagiaan/ Kegembiraan Kebahagiaan dan kegembiraan merupakan dua emosi yang hampir, namun tidak sama persis. Kegembiraan merupakan emosi yang biasanya mengacu pada reaksi positif yang intens atas suatu peristiwa khusus. Sedangkan, jika kebahagiaan merupakan kesenangan, itu merupakan bentuk lain yang ringan, sementara kegembiraan lebih bertenaga. Emosi ini biasanya muncul ketika seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan. Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa kemarahan dan kesedihan sama-sama termasuk dalam emosi negatif, namun berbeda cara dalam pengungkapannya, sebab, dan output dari emosi-emosi ini. sedangkan, kebahagiaan termasuk emosi positif, dimana emosi ini merupakan emosi yang menjadi emosi tujuan bersama, identik dengan rasa bahagia, syukur, dan ceria.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang mendeskripsikan objek penelitian berupa kata-kata. Sedangkan, metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu dengan mengamati akun Twitter 100 remaja Jepang sebagai responden, yang juga merupakan pengguna aktif Twitter. Langkah-langkah pengolahan data yang saya lakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengamati sumber data, yaitu akun Twitter sejumlah remaja Jepang. 2. Memilih dan menerjemahkan tweet yang merupakan ungkapan emotif dalam Bahasa Jepang. 3. Mengambil data apa adanya yang tertulis di akun Twitter masing-masing responden. 4. Mengumpulkan data hingga 100 responden secara bertahap, yaitu 10 responden, 20 responden, baru kemudian 100 responden. 5. Mengelompokkan data berdasarkan emosi yang diungkapnya. 6. Menganalisis data dan maknanya yang merupakan ungkapan emotif yang menunjukkan emosi senang, sedih, dan marah. 7. Membuat kesimpulan dari analisis data yang telah dilakukan.
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
HASIL PENELITIAN
Dari 100 data yang diperoleh, berikut adalah perolehan data dengan ungkapan emosi senang, sedih, dan marah dalam Bahasa Jepang di Twitter: Tabel 1. Jumlah ungkapan emosi senang, sedih, dan marah Kombinasi Emosi
Eksplisit
Implisit
Eksplisit –
Total
Implisit Senang
24
10
7
41
Sedih
12
2
4
18
Marah
14
6
3
23
Total
50
19
13
82
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa penulis mengambil ungkapan emosi yang paling produktif muncul dari 100 data yang telah diperoleh, yaitu emosi senang, sedih, dan marah dengan perolehan 82 data atau 82% dari keseluruhan data. Sedangkan, 18 data atau 18% lainnya merupakan ungkapan emosi lainnya, selain emosi senang, sedih, dan marah, seperti emosi pengharapan, kagum, takut, dan cemas. Ungkapan-ungkapan emosi ini dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ungkapan emosi senang merupakan ungkapan emosi yang paling banyak muncul dengan perolehan 41 data atau 41% dari keseluruhan data. Dari tabel tersebut pula dapat dilihat bahwa dalam pengungkapannya, ungkapan emosi di jejaring sosial Twitter ini lebih banyak diungkapkan secara eksplisit, ketimbang secara implisit ataupun secara kombinasi keduanya antara eksplisit dan implisit. Data yang akan disajikan dalam pembahasan sejumlah data data, dengan pertimbangan enam data yang akan disajikan merupakan data yang dapat mewakili keseluruhan data yang diperoleh, sesuai dengan kategori emosi masing-masing. Ungkapan emotif eksplisit ditandai beberapa kata atau pemarkah, berupa adjektiva, adverbia, frasa, atau verba yang memiliki mental leksikon yang merujuk pada emosi tersebut. Sedangkan ungkapan implisit merupakan ungkapan yang maknanya tersirat, dan biasanya disesuaikan dengan konteks tertentu dalam memaknainya.
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
PEMBAHASAN
1. Ungkapan Emosi Senang Terdapat 41 tweet yang merupakan ungkapan emosi senang dari keseluruhan data yang diperoleh. Dari 41 data tersebut, 24 tweet merupakan ungkapan emosi senang secara eksplisit, sepuluh tweet merupakan secara implisit, dan tujuh tweet merupakan secara eksplisit-implisit. Berikut beberapa data yang mengungkapkan emosi senang di Twitter: (1) ホテルの隣の日本人がやってるカフェにゃう♪(v^_^)v抹茶最高♪(v^_ お
^)vそして日が落ちてお祭りや♪(v^_^)v Hoteru no tonari no nihonjin ga Hotel GEN di sebelah GEN orang Jepang NOM yatteru kafe nyau. Macha saikoo. Melakukan kafe FP teh terbaik Soshite hi ga ochite omatsuri ya. Kemudian matahari NOM terbenam festival FP “Kafe di samping hotel adalah kafe milik orang Jepang. Tehnya paling enak. Kemudian, akan ada festival setelah matahari terbenam.” (12 Maret 2014) Responden merupakan mahasiswi Jepang yang sedang melakukan study-tour ke luar negeri. Study-tour bagi mahasiswa Jepang merupakan kegiatan untuk melakukan studi banding dan belajar mengenai studi yang sedang ia pelajari dari negara lain. Dalam tweet ini ia mengungkapkan atau menggambarkan keadaan di sekitar tempat ia tinggal sementara (hotel) di negara tersebut. Di dalam tweet-nya itu ia juga mengungkapan emosi senangnya. Pada data (1) terdapat pemarkah emosi yang merupakan secara implisit menunjukkan emosi senang responden, yaitu 最高. 最高 (Saikoo) „terbaik‟ sebenarnya memiliki mental leksikon hal positif, yaitu sesuatu yang paling tinggi atau paling baik. Secara harfiah 最高 (saikoo) „terbaik‟ tidak memiliki makna emosi, Namun, pada data (1) ini, 最高 (saikoo) „terbaik‟ menjadi pemarkah emosi yang diungkapkan secara implisit. Merujuk pada teh kafe tersebut, makna terbaik yang melekat pada teh menerangkan bahwa teh di kafe tersebut enak. “enak” menjadi suatu penilaian subyektif responden akan teh dari kafe yang disebutkan.
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
Responden mencoba menggambarkan emosinya melalui kondisi-kondisi yang diungkapkan berturut-turut: menemukan bahwa pemiliki kafe di samping hotel di mana ia menginap adalah orang Jepang, teh di kafe tersebut (menurutnya) paling enak, dan setelah matahari terbenam akan ada matsuri. Dari kondisi-kondisi tersebut memberikan kesan bahwa responden merasa senang saat itu dan menikmati kegiatannya selama di tempat tersebut. Emosi juga dapat diketahui dari tanda ♪, menunjukkan seolah ia mengungkapkannya dengan riang atau sambil bernyanyi ringan. Selain itu, emoticon ( v ^ _ ^ ) v merupakan pemarkah paling jelas pada data (1) ini untuk menggambarkan emosi senang responden pada saat menuliskan tweet ini. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tweet ini merupakan ungkapan emosi senang secara implisit-eksplisit. (2) バイトおわり((((((*'ω'*≡*'ω'*≡*'ω'*)))) 疲れてしまった Baito owari Kerja paruh waktu selesai tsukareteshimatta melelahkan “Kerja paruh waktu selesai Lelahnya” (18 Maret 204) Responden adalah seorang mahasiswi Jepang yang juga sehari-harinya melakukan kerja paruh waktu. Ia mengungkapkan emosi senangnya dalam sebuah tweet karena telah menyelesaikan pekerjaannya, meskipun sebenarnya ia juga merasa kelelahan. Namun, emosi yang ia tekankan pada tweet ini adalah emosi senang atau lega yang ia dapati setelah ia menunaikan kewajiban kerja paruh waktunya tersebut. Hal tersebut dapat diketahui secara implisit melalui kata おわり. おわり(Owari) „selesai‟ menggambarkan responden baru saja menyelesaikan perkerjaan paruh waktunya. おわり(Owari) „selesai‟ tidak memiliki mental leksikon yang merujuk pada emosi senang atau bahagia. Namun, secara pragmatik ungkapan ini dapat menggambarkan emosi lega responden yang baru saja menyelesaikan pekerjaan paruh waktunya. お わ り (Owari)
„selesai‟ hanya akan bermakna „selesai‟ dan tidak
mengandung emosi apapun, namun ketika kata おわり (owari) „selesai‟ mengikuti kata seperti kata バイト(baito) „kerja paruh waktu‟ yang merupakan suatu kewajiban yang harus diselesaikan, menjadi suatu kata pemarkah emosi tertentu, dalam konteks ini adalah emosi
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
senang atau lega. Meskipun ia kelelahan, ia tetap merasa lega karena pekerjaannya selesai setelah bekerja keras. たの
す
(3) さむいけどほーんと楽しかった!!本当に好き!ありがとう Samui kedo ho-nto tanoshikatta!! Dingin CONJ INJ menyenangkan Hontoo ni suki! Arigatoo INJ P suka terima kasih “Meskipun dingin, benar-benar menyenangkan! Aku benar-benar menyukainya! Terima kasih.” (9 Maret 2014) Responden merupakan mahasiswi Jepang yang sehabis menikmati liburan bersama teman-temannya dengan melakukan snow-boarding. Pada data (3) ini terdapat tiga pemarkah emosi, yaitu 楽 し い 、 好 き 、 dan あ り が と う . 楽 し い (tanoshii)‟menyenangkan‟ mendapatkan penekanan adverbia oleh ほ ー ん と (ho-nto)
„sangat‟ menjadi „sangat
menyenangkan‟. Pemarkah ini secara eksplisit mengungkapkan emosi senang pada keseluruhan data (1), yaitu sangat menyenangkan. 好き(suki) „suka‟ yang juga mendapat penekanan oleh 本当(hontoo) „sangat‟ yang kemudian menjadi „sangat menyukai‟. 好き(suki) „suka‟ ini juga memiliki mental leksikon suatu emosi positif, yaitu membuat perasaan hati senang dengan menyukai suatu hal. Kalimat kedua ini merupakan pendukung dari ungkapan emotif di kalimat pertama. あ り が と う (arigatoo)
„terima kasih‟ dalam data (1) ini
merupakan ungkapan rasa syukur atas apa (sesuatu yang membahagiakan) yang ia alami. Mental leksikon ungkapan ini masih merupakan emosi positif, yaitu rasa syukur atas suatu hal yang dirasa membahagiakan hati. Kalimat ketiga ini pun menjadi pendukung atas emosi yang diungkapkan di kalimat pertama. Kalimat pertama data (3) ini diawali dengan kata さ む い (samui) „dingin‟ yang memiliki mental leksikon emosi negatif, yaitu suatu hal yang dirasa dengan tidak menyenangkan dan semakin lama semakin menyakitkan. Namun, segera diikuti dengan konjungsi berlawanan けど(kedo) „tetapi‟ yang kemudian menegaskan bahwa informasi たの
utama yang ingin disampaikan adalah justru kalimat setelahnya, yaitu ほーんと楽しかっ た!! (ho-nto tanoshikatta!!) „sangat menyenangkan‟. Emosi responden ditunjukkan pula dengan tanda baca seru (!) yang digunakan responden. Tanda seru (!) pada data (3) menunjukkan seruan, namun dengan adanya emosi senang yang ditunjukkan melalui
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
pemarkah emosi senang, dapat dipastikan bahwa seruan tersebut merupakan seruan emosi senang. 2. Ungkapan Emosi Sedih Terdapat delapan belas tweet yang merupakan ungkapan emosi sedih dari keseluruhan data yang diperoleh. Dari delapan belas data tersebut, dua belas tweet merupakan ungkapan emosi sedih secara eksplisit, dua tweet merupakan secara implisit, dan empat tweet merupakan secara eksplisit-implisit. Berikut akan disajikan dua tweet yang merupakan ungkapan emosi sedih: (4) バイト以外の予定全然ない悲しい ( ゚_゚ ) せっかく春休みなのに!!! Baito igai no yotei zenzen Kerja paruh waktu selain GEN rencana INJ nai kanashii. Tidak ada menyedihkan Sekkaku haru yasumi nanoni!!! Padahal musim semi liburan P “Tidak ada rencana lain selain kerja paruh waktu. Benar-benar menyedihkan. Padahal ini adalah liburan musim semi!!” (1 Februari 2014) Responden ini adalah mahasiswi Jepang yang juga melakukan kerja paruh waktu sehari-harinya. Dalam tweet ini ia mengungkapkan kesedihannya karena ia masih harus melakukan kerja paruh waktu. Ia sedih karena tidak memiliki rencana lain selain menyelesaikan kerja paruh waktu, bahkan saat liburan musim semi. Data (4) ini memiliki kalimat pertama yang menunjukkan emosi sedih secara eksplisit. Hal ini diungkapkan pada kalimat pertama, yaitu バイト以外の予定全然ない悲しい (baito igai no yotei zenzen nai) „(aku) tidak punya rencana lain selain bekerja paruh waktu‟, ditambah dengan emoticon sedih ( ゚_゚ ). Kemudian, ia jelaskan lagi alasan kesedihannya ini pada kalimat kedua, yaitu せっか く春休みなのに (sekkaku hiruyasumi nanoni) „padahal liburan musim semi‟. Terdapat konjungsi berlawanan pada kalimat kedua ini, yaitu kata せっかく (sekkaku) yang diikuti bentuk ~のに (~noni) menekankan kembali bahwa ia sebenarnya sangat menantikan liburan musim semi ini. Kalimat pertama menjelaskan secara eksplisit emosi sedih dalam tweet ini, sedangkan kalimat kedua menjelaskan bahwa saat itu merupakan liburan musim semi yang seharusnya identik dengan keceriaan dengan berlibur. Kalimat kedua memiliki makna berlawanan dengan kalimat pertama, namun kalimat ini justru secara implisit menjadi
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
interjeksi emosi sedih yang diungkapkan pada kalimat pertama, yaitu emosi sedih yang menjadi emosi keseluruhan tweet. Oleh karena itu, tweet ini merupakan ungkapan emosi sedih yang diungkapkan secara eksplisit-implisit. (5) 毎日一緒だったニコイチと帰るのもあしたで最期か…。。。 Mainichi isshou datta nikoichi1 to Setiap hari bersama COP nama orang P kaeru no mo ashita de saigo ka pulang VN P besok P terakhir QP “Apakah besok merupakan kesempatan terakhir untuk pulang bersama yang biasa dilakukan tiap hari dengannya…” (8 Maret 2014) Responden adalah mahasiswa Jepang yang memiliki seorang teman baik. Mereka biasa bersama, bahkan saat pulang ke rumah. Namun, suatu hari temannya itu akan pergi yang memungkin responden tidak dapat pulang bersama lagi. Tweet ini merupakan ungkapan emosi sedih yang ia ungkapkan mengenai hal tersebut. Emosi sedih identik dengan perasaan melankolis seseorang. Pada data (5) emosi sedih ini diungkapkan sepenuhnya secara implisit atau tersirat, yaitu emosi dapat dipahami ketika maknanya disesuaikan dengan konteks. Pada dasarnya ini merupakan kalimat tanya pada diri sendiri, namun mengandung suatu emosi karena responden akan berpisah dengan temannya, yang biasa selalu pulang bersama, ditunjukkan pada kalimat あしたで最期か (ashita de saigo ka) „apakah besok adalah yang terakhir kali‟ Partikel ~か di sini membentuk kalimat tanya, namun kalimat tanya yang ditujukan pada dirinya sendiri, seperti pertanyaan untuk meyakinkan diri sendiri. 最期(Saigo) „saat terakhir‟ sebenarnya tidak mengandung suatu emosi tertentu, namun pada konteks ini, responden secara tersirat mengungkapkan kesedihan ketika ia harus menghadapi saat terakhir tersebut dengan temannya, padahal biasanya mereka sering pulang bersama. Saat terakhir ini menjadi suatu emosi yang menyedihkan, terlebih tweet ini merupakan suatu pertanyaan retoris menerawang yang ditujukan pada diri sendiri, meyakinkan diri sendiri bahwa esok adalah saat terakhirnya pulang bersama dengan sahabatnya tersebut. Secara tersirat pula dijelaskan adanya kesedihan, kesepian, jika ia harus pulang sendirian setelah kepergian sahabatnya.
Nikoichi (ニコイチ) merupakan slang bahasa Jepang, berarti dua hal yang tidak terpisahkan. Misalnya, sushi dengan sausnya. Dalam konteks ini adalah dua sahabat yang terbiasa pulang bersama. 1
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
わ
(6) 今日の夜の匂いすごーく好き。でもなんか寂しい感じ。なんていうか別れの匂い がする。春の夜の匂いだな。 Kyou no yoru no nioi sugo-ku suki. Hari ini GEN malam GEN bau INJ suka Demo nanka sabishii kanji. CONJ sesuatu sepi merasa Nanteiuka ware no nioi ga suru. (aku merasa)perpisahan GEN bau NOM melakukan Haru no yoru no nioi da na. Musim semi GEN malam GEN bau COP FP “Bau malam ini aku benar-benar suka. Tapi, entah kenapa aku merasa sepi. Aku merasa seperti bau perpisahan. Ini bau malam musim semi ya..” (25 Januari 2014) Responden merupakan mahasiswa Jepang tingkat akhir yang sebentar lagi akan lulus dari universitas. Ia mengungkapkan pemikiran serta emosinya mengenai musim semi. Di Jepang, musim semi memang diidentikkan dengan keceriaan dan kehangatan. Di saat yang bersamaan, upacara kelulusan di berbagai jenjang sekolah juga dilaksanakan pada awal musim semi, sehingga dapat dihubungkan dengan konteks tersebut bahwa maksud responden dengan rasa sepi dan bau perpisahan pada tweet adalah hal ini. dapat dikatakan bahwa perasaan responden sedang komplikasi, di satu sisi ia menyukai musim semi yang hangat, namun di sisi lain ia merasa sepi dan sedih karena akan berpisah dari teman-temannya. Data (6) secara tersurat mengungkapkan kesedihan, dengan adanya pemarkah emosi 寂しい. 寂し い(Sabishii) „sepi‟ menjadi emosi utama yang ditonjolkan oleh responden, yaitu rasa kesepian わ
yang membuat responden merasa sedih. 別 れ の 匂 い (Ware no nioi) „bau perpisahan‟ merupakan penjelas dari emosi sedih yang diungkapkan sebelumnya karena perpisahan seringkali diasosiasikan dengan emosi sedih dan sepi. Responden menyebutkan ia sangat menyukai bau malam itu pada kalimat 今日の夜の匂いすごーく好き(kyoo no yoru no nioi sugo-ku suki) „aku sangat menyukai bau malam ini‟. Penulis kemudian menggarisbawahi kata 好 き (suki) ‟suka‟ yang mengungkapkan bahwa responden menyukai, dengan penekanan adverbia すごーく(sugo-ku) ‟sangat‟ menjadi sangat menyukai, memiliki makna leksikon emosi positif, yaitu emosi senang. Namun, di kalimat kedua perasaan responden menjadi lebih komplikatif, tanpa ia sadari kenapa hal itu justru membuatnya merasa sepi yang
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
diasosiasikan dengan perasaan sedih. Dijelaskan lebih lanjut pada kalimat selanjutnya, bahwa ia merasa bau malam itu menjadi bau perpisahan baginya, bau malam musim semi. Dengan adanya pemarkah emosi sedih 寂しい(sabishii) „sepi‟ dapat diketahui bahwa data (7) ini merupakan ungkapan emosi sedih yang diungkapkan secara eksplisit.
3. Ungkapan Emosi Marah Terdapat 23 tweet yang merupakan ungkapan emosi marah dari keseluruhan data yang diperoleh. Dari 23 data tersebut, empat belas tweet merupakan ungkapan emosi marah secara eksplisit, enam tweet merupakan secara implisit, dan tiga tweet merupakan secara eksplisitimplisit. Berikut akan disajikan dua tweet yang merupakan ungkapan emosi marah: せいりけん
こん
(7) うん、楽しかった!で、整理券ってなに!なんでこんなに混んでるの! Un, Hmm
tanoshikatta! De, seiriken tte nani! menyenangkan CONT nomor antrian apaan
Nande konna ni konderu no! Kenapa (hal)seperti ini P ramai VN “Hmm, menyenangkan! Tapi, nomor antrian apaan ini! Kenapa ramai begini!” (12 Maret 2014) Responden adalah mahasiswi Jepang yang sedang menikmati liburan musim semi bersama teman-temannya. Ia pergi ke taman bermain, namun yang didapati adalah antrian yang panjang, yang justru membuatnya kesal. Hari libur merupakan hari di mana orang-orang biasanya melepas penat setelah hari-hari biasa dilalui dengan kesibukan bekerja, sekolah, atau lain sebagainya. Liburan identik dengan suatu yang menyenangkan, yang dapat melepaskan kepenatan tersebut. Data (7) ini merupakan ungkapan kesal responden yang diungkapkan secara implisit, berupa ironi. Dilihat dari kalimat pertama, う ん 、 楽 し か っ た ! (un, tanoshikatta) „hmm.. menyenangkan!‟ terlihat baik-baik saja, dengan pemarkah emosi senang, yaitu 楽しかった(tanoshikatta) „menyenangkan‟. Namun, pada kalimat kedua dan ketiga, で、 せいりけん
整理券ってなに! (de, seiriken tte nani!) „tapi nomor antrian apaan ini!‟ dan なんでこん こん
なに混んでるの! (nande konna ni konderu no!) „kenapa ramai begini!‟ secara berturutturut merupakan pertanyaan retoris, menggambarkan emosi kesal karena liburan yang ia sangka menyenangkan, ternyata ia harus menghadapi antrian yang panjang. Hal itu membuat ia kesal, mempertanyakan dengan dua kalimat pertanyaan retoris tersebut berturut-turut, yang kemudian emosi yang muncul adalah emosi kesal, bukannya emosi senang yang di awal
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
diungkapkan. Selain itu, dapat dilihat pula tanda baca seru (!) yang menjadikan kalimatkalimat tersebut menjadi kalimat seru, menunjukkan penekanan emosi responden dalam tweet tersebut. Melihat keterkaitan antarkalimat tersebut, dapat diketahui bahwa kalimat pertama hanyalah ironi dari kalimat selanjutnya, yaitu dengan munculnya emosi kesal yang diungkapkan secara implisit melalui ironi yang muncul pada kalimat-kalimat selanjutnya. (8) ESで 258%って書こうとして無意識に 258 条って書いた。くそ。法学部かよ。法 学部だけど。くそ。くっそ。 ES de 258% tte kakou to ES LOC 258% QUOT (bermaksud(menulis)QUOT Shite muishiki ni 258 jou tte Melakukan tanpa disadari P 258 pasal QUOT kaita. Kuso2. Hougakubu ka yo. menulis sial Fakultas Hukum QP FP Hougakubu kedo. Kuso. Kusso. Fakultas Hukum CONJ sial sial “Dalam ES aku bermaksud menulis 258%, tapi tanpa kusadari aku menulis pasal 258. Sial. Memangnya Fakultas Hukum.. ya walaupun Fakultas Hukum sih. Sial. Sial.” (8 Maret 2014) Responden adalah mahasiswa Jepang jurusan Hukum. Ia sehabis mengikuti tes ES, yaitu semacam tes masuk kerja di Jepang bagi fresh graduate. Ia mengungkapkan kekesalannya karena ia menyadari bahwa ia melakukan kesalahan dalam tes tersebut, berkaitan dengan jurusan Hukum. Data (8) ini muncul sebagai ungkapan emosi marah secara eksplisit. Hal ini tampak jelas dengan adanya umpatan, bahkan diungkapkan hingga beberapa kali, yaitu くそ. くそ(Kuso) „sialan‟ merupakan kata umpatan atas suatu keadaan yang tidak diingini. Mental leksikon yang muncul jelas emosi negatif. Pada tweet ini, muncul emosi marah atau kesal. Umpatan ini juga diungkapkan secara berulang (repetitif) hingga tiga kali. Pengulangan ini mengintensifkan umpatan ini hingga emosi marah yang dimunculkan terkesan lebih dalam. Dapat digambarkan betapa kesalnya responden karena ia salah menulis pada tes ES, semacam tes masuk ke perusahaan bagi fresh graduate, seharusnya ia menulis “258%”, namun ia malah menuliskan “pasal 258”. Selain itu, ia mempertanyakan identitas dirinya sebagai mahasiswa Fakultas, ketika ia bertanya pada dirinya sendiri, “ 法学部かよ。 2
Kuso (くそ) secara harfiah berarti kotoran. Namun, dalam penggunaannya kuso (くそ) ini menjadi slang yang berarti „sialan‟.
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
法学部だけど。” (Hougakubu ka yo. Hougakubu kedo.) ‟Memangnya Fakultas Hukum.. Ya, walaupun Fakultas Hukum sih..‟ yang hanya membuatnya semakin kesal, ditunjukkan dengan adanya umpatan yang ia ulang kembali di kalimat berikutnya dalam tweet tersebut. (9) 春休み楽しみたいのに何もできない! Haru yasumi tanoshimitai noni Musim semi liburan ingin menikmati P nanimo dekinai apapun tidak bisa (melakukan) “Padahal ingin menikmati liburan musim semi, tapi tidak bisa melakukan apa-apa!” (15 Februari 2014) Responden adalah mahasiswa Jepang yang bekerja paruh waktu, bahkan di saat liburan musim semi. Oleh karena itu, ia mengungkapkan kekesalannya karena sementara ia sangat menantikan musim semi, namun pada saatnya tiba ia justru tidak bisa melakukan apaapa (selain kerja paruh waktu). Pada data (9) ini ungkapan emosi kesal tersebut diungkapkan secara implisit. Responden mengungkapkan keinginannya pada kalimat pertama, yaitu 春休 み楽しみたい (haru yasumi tanoshimitai) „(aku) ingin menikmati liburan musim semi‟. Namun, kalimat ini kemudian diikuti oleh konjungsi berlawanan ~のに (~noni) „meskipun‟, memberikan makna bahwa informasi selanjutnya, yang kemudian menjadi informasi utama, tidak sejalan dengan kalimat pertama ini. Kalimat kedua berupa 何もできない! (nanimo dekinai!) „tak dapat melakukan apapun‟, menjadi informasi utama dan munculnya emosi responden, yaitu kesal karena tidak dapat melakukan apapun. Diikuti tanda baca seru (!) setelah kalimat ini juga mendukung adanya emosi kesal atau marah pada tweet ini dan menjadi kalimat ini merupakan seruan atau penekanan bentuk kekesalannya. Jika dirunut dari kalimat pertama, dapat diketahui bahwa responden mengungkapkan emosi marah atau kesalnya secara implisit. Responden ingin menikmati liburan musim semi, namun yang ia dapati justru tidak dapat melakukan apapun. Responden kesal, musim semi identik dengan keceriaan, namun tidak dengan apa yang ia alami karena ia tidak dapat melakukan apapun.
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, realisasi ungkapan emosi oleh remaja Jepang di jejaring sosial Twitter terdapat dalam berbagai macam emosi. Dari data yang ada, ungkapan emosi senang, sedih, dan marah muncul sebagai tiga ungkapan emosi yang paling banyak muncul dibanding ungkapan emosi lainnya. Melihat jumlahnya, ungkapan emosi senang merupakan ungkapan emosi yang paling banyak diungkapkan oleh remaja Jepang di jejaring sosial Twitter, dibandingkan emosi lainnya. Dalam pengungkapan emosi di jejaring sosial Twitter, ungkapan emosi ini tidak hanya direalisasikan secara eksplisit dan implisit saja. Namun, ternyata terdapat dalam tweet pengungkapan emosi yang direalisasikan secara baik eksplisit maupun implisit sekaligus. Pada ungkapan emosi yang diungkapkan secara baik eksplisit maupun implisist sekaligus, ditandai dengan adanya pemarkah ungkapan emosi sebagai ciri khas ungkapan eksplisit, sekaligus diperlukan analisis keterkaitan makna antarkalimat dan konteks yang menyertainya layaknya ungkapan implisit. Dari penelitian ini diketahui bahwa bermacam-macam emosi yang diungkapkan anak muda Jepang di Twitter. Mulai dari emosi senang, sedih, marah, kagum, cemas, takut, dan lain sebagainya. Kita dapat melihat bahwa selain untuk berkomunikasi dan berbagi informasi, Twitter juga menjadi media untuk mencurahkan isi hati. Di satu sisi, kita dapat melihat bahwa ungkapan perasaan atau ekspresi emosi, jika sebelumnya orang Jepang dikenal tertutup dalam mengungkapkan emosinya karena berbagai hal, misalnya hal tersebut dianggap hal yang privasi dan budaya malunya yang terkenal, nilai ini mulai luntur, dengan keterbukaan anak muda Jepang dalam mengekpresikan emosinya di jejaring sosial. Di sisi lain kita juga dapat melihat sisi positif bahwa Twitter menjadi tempat curahan isi hati dan ekspresi emosi. Dengan begitu, anak muda mendapatkan tempat untuk mencurahkan dan mengekspresikan isi hatinya, diharapkan dapat memberikan efek lega karena dapat memiliki tempat untuk mengungkapkan isi hatinya, yang mungkin selama ini dipendam. Namun, perlu diperhatikan bahwa bagaimanapun jejaring sosial Twitter merupakan ranah publik, sehingga siapapun dapat melihat dan menilai pengguna sesuka hatinya melalui tweet yang diposting. Selain itu, bisa jadi ungkapan yang digunakan di Twitter ini dapat menjadi suatu tren, termasuk ungkapan hal-hal negatif dan vulgar. Jangan sampai sarana untuk mendapatkan ketenangan hati dengan meluapkan emosi di Twitter justru berdampak buruk bagi yang lain di kemudian hari.
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Buku Austin, J.L. 1962. How to Do Things with Words. New York: Oxford University Press. Goleman, Daniel. 2002. Kecerdasan Emosional. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. Lazarus, R.S. 1991. Emotion and Adaptation. Oxford: Oxford University Press. Juju, Dominikus dan Matamaya Studio. 2009. Gaya Gaul Anak Muda dengan Facebook. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1984. Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kushartanti dkk. 2005. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif (Edisi Revisi). Bandung: Remaja Rosda Karya. Searle. 1969. Speech Acts An Essay in The Philosophy of Language. Cambridge: Cambridge University Press. Taniguchi, Goro. 1999. Kamus Standar Bahasa Jepang – Indonesia. Jakarta: PT Dian Rakyat. Yule, George. 1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jurnal Mitchell, Monique M. dkk. “The Effects of Anger, Sadness and Happiness on Persuasive Message Processing: A Test of the Negative State Relief Model” (2003). http://www.communicationcache.com (online)
Artikel di Internet Abillien. 2014. “TwiCas Menjadi Trend Baru Dikalangan Anak Muda Jepang”. http://jurnalotaku.com/2014/01/21/twicas-menjadi-trend-baru-dikalangan-anak-mudajepang/ diakses pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 22.43 WIB. “Line Lebih Disukai Anak Muda Jepang, Disusul Twitter dan Facebook” (ed. Hermanto Ansam).
http://www.goriau.com/riau-tekno/line-lebih-disukai-anak-muda-jepang-
disusul-twitter-dan-facebook.html diakses pada tanggal 26 Mei 2014 pukul 22.30 WIB.
Internet http://dictionary.goo.ne.jp/ jisho.org
Realisasi ungkapan..., Luciana Meiranda Purnamasari, FIB, 2014