KORUPSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASIA TENGGARA
Corruption and Economic Growth in Southeast Asia
Oleh: SUHERI NPM 120720090024
TESIS Untuk memenuhi salah satu syarat ujian Guna memperoleh gelar Magister Ekonomi Program Magister Ekonomi Terapan Spesialisasi Eko:tomi Pembangunan dan Perencanaan
PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2010
KORUPSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASIA TENGGARA
Corruption and Economic Growth in Southeast Asia
Oleh:
SUHERI ~~120720090024
TESIS Untuk memenubi salab satu syarat ujian Guna memperoleb gelar Magister Ekonomi Program Magister Ekonomi Terapan Spesialisasi Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan Telah disetujui oleh pembimbing pada tanggal Seperti tertera di bawab ini
Bandung, November 2010
KE
B
I N
APROGh E
PhD
NIP.1966081~1991031004
ANGGOTA
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Karya tulis saya, tesis ini, adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor), baik di Universitas Padjadjaran maupun perguruaan tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan pihak lain, kecuali Araban Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain , kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkn dalam daftar pustaka. 4. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena karya tulis ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.
Bandung, November 2010 Yang membuat pemyataan,
SUHERI ~~ 120720090024
111
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh hasil mengenai pengaruh korupsi dilihat dari sisi aturan hukum terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Model analisis kuantitatif yang digunakan adalah model analisis ekonometrika dengan menggunakan data panel 10 negara sdama tujuh tahun. yakni tahun 2002 - 2008. Secara spesisifik penelitian ini menggunakan Model fz.xed effect. Sedangkan hubungan antara variabel dijelaskan dengan analisis deskriptif Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Investasi, Tenaga Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi, sedangkan Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar berpengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Korupsi dari sisi Aturan Hukum yang merupakan variabel utama berpengaruh negatif meskipun tanda dalam model menunjukkan positif sehingga harus dibaca terbalik. Hal ini dikarenakan skala dari variabel tersebut dalam rentang 2.5 (sangat baik) sampai dengan -2.5 (sangat buruk) aturan hukumnya dimana peningkatan indek 1 poin akan meningkatkan penumbuhan ekonomi 0.22 persen dengan kata lain korupsi meningkat akan menurunkan pertumbuhan ekonomi 0.22 persen. Kata Kunci: lnvestasi, Tenaga Kerja, Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar,
Korupsi dan Pertumbuhan Ekonomi.
iv
ABSTRACT
The study aims to get the result on the impact of Corruption related to Rule ofLaws on Economic Growth in Southeast Asia. The quantitative analysis model applied is econometric analysis with 10 data panel of countries within seven years, since 2002 to 2008. Specifically, the study employs Fixed Effect, while variables correlation are described in descriptive analysis. The results show that there are a positive and significant impact of fnvestation, Labour, while Pupil-Teacher Ratio in Primary have negative and significant impact. Corruption is related to Rule of Law where is key variable shows positive sign too and significant impact. Yet Corruption should be read adversary because its scale between 2.5 (good) to -2.5(bad) in rule of law. Indeks increase one point will increase growth 0.22 % and otherword corruption increase will decrease growth 0.22 %. Keywords: Investation, Labour, Pupil-Teacher Ratio in .Primary, Corruption and Economic Growth
v
KATAPENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: "Korupsi dan Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara" sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Ekonomi (ME) pada Program Magister Ekonomi Terapan pada Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besamya kepada yang terhormat 1.
Bapak Budiono, SE, MA, Ph.D selaku Ketua Program Magister Ekonomi Terapan Universitas Padjadjaran sekaligus sebagai dosen penguji pada seminar dan sidang penelitian yang telah banyak memberikan koreksi dan masukan dalam penulisan tesis ini.
2.
Bapak Nury Effendi, SE, MA, Ph.D sebagai ketua pembimbing yang telah menyisihkan waktu beliau yang sangat berharga untuk memberikan arahan, koreksi dan masukan dalam proses penyusunan tesis ini.
3.
Bapak Harlan Dimas, SE, MA sebagai anggota pembimbing yang telah juga menyisihkan waktu yang sangat berharga untuk memberikan arahan, koreksi
dan masukan dalam proses penyusunan tesis ini. 4.
Bapak Prof Dr. Rusli Ghalib, SE, MSP dosen penguji pada sidang penelitian yang telah banyak memberikan koreksi dan masukan dalam penulisan tesis tnt..
vi
5.
Bapak Dr. A. Kemal Hidayat, SE, M.Sc dosen penguji pada sidang penelitian yang telah banyak memberikan koreksi dan masukan dalam penulisan tesis
tru. 6.
Bapak DR. Mohammad Fahmi, SE, MT sebagai dosen penguji pada seminar penelitian yang telah banyak memberikan koreksi dan masukan dalam penulisan tesis ini.
7.
Rektor Universitas Padjadjaran dan para dosen
pada Program Magister
Ekonomi Terapan memberikan bekal ilmu pengetahuan di bidang ekonomi kepada penulis. 8.
Bapak Pimpinan Pusbindiklatren Bappenas beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan beasiswa untuk mengikuti pendidikan Bapak Walikota
~angsa
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melanjutkan pendidikan. 9.
Rekan-rekan peserta beasiswa Pusbindiklatren Bappenas di Magister Ekonomi Terapan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran Angkatan XII. Terima kasih yang terhingga kepada Ayahanda Kusmin dan Ibunda
Rubiah (Almh) serta seluruh keluarga atas segala dukungan dan doanya sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikan pendidikan. Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran serta masukan sangat penulis harapkan. Bandung, November 20 10 Penulis
SUHERI
vii
DAFTARISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... . LEMBAR PENGESAHAN .. ....................... ....... .. ........... ... .. ... ..... ......... ...... ..
11
PE&"JYATAAN ... ... ...... .. ..... .. .......... ... ..... ... .......... .. .......... .. ... .. ... .. . .. .. .......... ..
111
ABSTRAK......................................................................................................
IV
ABSTRACT...................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ·················································································· DAFTARISI ..................................................................................................
VI
VIII
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
X1
DAFTAR GRAFIK ....... .......................... ......................................... ...........
Xlt
DAFTAR GAMBAR ............................... ...................... ................ ...... ........
X!ll
DAFTARLAMPIRAN ...............................................................................
XIV
BABI
BAB II
PENDAHULUAN ....................................................................... .
1
1. 1. Latar Belakang ...................... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . ..........
1
1.2. Identifikasi dan Rumusan Masalah.........................................
7
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... ............ ..... ... .. .... .. ........ .... ....
8
1.4. Kegunaan Penelitian ...............................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ..... ...... .............................. ... ... .. ........... .. ... ................
9
2.1 Tinjauan Pustaka ....... .. .............. .. ............. .. .. ........ ...................
9
2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi......... .. . .. .. ... .. ............. ......
9
2.1.2 Peranan Investasi terhadap Pertumbuhan Ekonomi ....
11
2.1.3 Peranan
Pendidikan
Dasar
bagi
Pertumbuhan
Ekonomi ....................................................................... 2.1.4 Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Korupsi ... .
Vlll
14 15
2.1.5 Korupsi ........................................................................
17
2.1.5.1 Pengertian Korupsi .......................................
17
2.1.5.2 Penyebab Korupsi .........................................
18
2.1.5.3 Tipe-Tipe Korupsi .........................................
21
2.2 Penelitian- Penelitian Sebelumnya ......... ........ ...... .. .............
24
2.2.1 Penelitian Aliyu, Shehu Usman dan Elijah, Akanni Oludele (2008) .... .... ........ .............. .. ... ... ......... ... .. ..... .. .. 2.2.2 Penelitian Emmanuel Anoruo dan Habtu Braha (2005)
24 25
2.2.3 Penelitian Moe Farida dan Fredoun Z AhmadiEsfahani (2006) .......................................................... .
26
2.2.4 Penelitian Jorge Martinez-Vasque, Robert M.McNab
BAB ill
dan Stephen S. Everhart (2005) ........................ .
30
2.2.5 Penelitian Vito Tanzi dan Hamid R. Davoodi (2000)
32
2.2.6 Penelitian Selcuk: Akcay (2003) ........................ .
34
2.3 Kerangka Pemikiran................................................................ .
35
2.4 Hipotesis ................................................................................. .
36
METODE PENELITIAN ........................................................ ..
39
3.1 Data dan Sumber Data ........................................... .
39
3. l. 1 Cakupan Data ............................................................ ..
39
3.1.2 Sumber Data .............................................................. .
39
3.2 Motode Penelitian ............................................... .
39
3.3 Regresi dan Model Penelitian ................................... .
40
3.3.1. Regresi Data Panel ........................................ .
40
3.3.2. Model Penelitian .......................................... ..
42
3.4 Pengujian Kriteria Ekonometrika dan Hipotesis ............ .
44
3.4.1. Pengujian Kriteria Ekonometrika ..................... . .. H.tpotests . .................................... .. 3 4 2 u enguJtan
44
• • • J.
BAB IV
46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................. .
50
4.1. Objek Penelitian ................................................. .
50
IX
4.2.
4.1.1. Deskripsi Wilayah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
50
4 .1.2. Deskripsi Variabel . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ...
51
1) Pertumbuhan Ekonomi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
51
2) lnvestasi ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
56
3) Rasio Murid Guru Sekolah Dasar ... ... ... ... ... ..
57
4) Tenaga Kerja ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
59
5) Korupsi dari sisi Aturan Hukum . . . . . . . . . . . . . . . . . .
61
Analisis Hasil Penelitian .. . ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... . .. . .. ...
64
4.2.1. Hasil Estimasi dan Pengujian Model..................
64
4.2.2.
4.2030
Uji Penyimpangan Asumsi Klasik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
65
1) Uji Multikolinieritas . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . .
65
2) Uji Heteroskedastisitas ....................
66
3)
Uji Otokorelasi
4)
Uji Hausman .. 0 •••
000 00 0 000 000 000 000 ooo
ooo
BAB V
.o
•oo
.0
000 000 000 000 000 000 000 •• 0 •••
69
000 000 000 000 000 000 000 000 000 • 00
70
•• o
000 0
ooo
68
o•o
I) Penaksiran Koefisien Detenninasi
402.40
•• o
000 000
ooo
Pengujian Kritcria Statistika
o
000 000 0. 0 000 0000
70
2)
Uji Signifikansi t
000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 00000
70
3)
Uji Signifikansi F
0. 000 000 000 000 000 000 000 000 000 000 00 0
72
Analisis Ekonomi dan Pembahasan
000 000 000 000 000
ooo
73
4.3. Implikasi Kebijakan dan Solusi terhadap Permasalahan .
76
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN
79
5.1. Kesimpulan
79
5020
Saran
000 00. 000 000 • 00 000 000 000 000 000 000 00. 000 00. 000 000 000 00000
000 000 000 000 000 000 0000 000 000 000 000 000 000 000 00. 000 000 000 000 00000
DAFTAR PUSTAKA.
ooo
0000
ooooooooooooooooo
000000 0000 00 00000 0
ooooo
X
00000 000000000 000000000 0000 00 00 00000
80
82
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1
Deskripsi dan Sumber Data ..................................
29
Tabel
2.2
Deskripsi Variabel ............................................................
31
Tabel
2.3
Ringkasan Penelitian-Penelitian Sebelumnya ................
37
Tabel
3.1
Operasionalisasi Variabel ................................................
43
Tabel
4.1
Data Pertumbuhan Ekonomi ...............................................
52
Tabel
4.2
Jumlah Tenaga Kerja Produktif di Asia Tenggara 2002 s/d 2008 ...................................................................................
60
Tabel
4.3
Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................
65
Tabel
4.4
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ....................................
66
Tabel
4.5
Hasil Pengujian Hausman (Hausman Test) ......................
69
Tabel
4.6
Hasil Pengujian dengan Uji t. ..............................................
71
Tabel
4.7
Hasil Pengujian dengan Uji F ...........................................
72
Tabel
4.8
Koefisien Fixed Effect dan Intersept Hasil Estimasi Model Pengaruh Korupsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi ......
XI
75
DAFTAR GRAFIK
Grafik
1.1
Persentase Pemmbayaran Suap Berdasarkan Instansi ....
Grafik
1.2
Keterkaitan Pendapatan Perkapita dan Korupsi dari s1s1 Aturan Hukum di Asia Tenggara Tahun 2008 ............... .
Grafik
1.3
4
5
Perkembangan Indikasi Kerugian Negara Hasil Audit BPK Semester 1-2005 s.d 1-2007 (miliar rupiah) .......................... .
7
Grafik
2.1
Korupsi dan Pembangunan Ekonomi di 97 Negara ........ .
32
Grafik
2.2
Korupsi dan Pertumbuhan di 97 Negara ..................... .
33
Grafik
4.1
Investasi di Asia Tenggara 2002 s/d 2008 (persentase) .... .
57
Grafik
4.2
Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar di Asia Tenggara
59
2002 s/d 2008 ..................................................... . Grafik
4.3
Jumlah Tenaga Ketja Produktif di Asia Tenggara 2002 s/d
60
2008 (ribu orang) ................................................. . Grafik
4.4
Korupsi dari sisi Penegakan Hukum di Asia Tenggara 2002 s/d 2008 ............................................................ .
XII
63
DAFTAR GAMBAR
Gam bar
2.1
Kerangka Pemikiran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
35
Gambar
4.1
Hasil Uji Durbin Watson ................................................
68
Xlll
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Estimasi Menggunakan Model Fixed Effect ... ... .
85
Lampiran 2
Hasil Uji Multikolinieritas dengan Indikator VIF ... ... ..
86
Lampiran 3
Hasil Uj i Heteroskedastisitas dengan menggunakan Metode White . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Larnpiran 4
90
Perbaikan Masalah Heteroskedastisitas dengan EGLS
(Cross Section weight) ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ..
91
Larnpiran 5
Hasil Uji Hausman ........................................... .
92
Lampiran 6
GDP Perkapita Riil tahun dasar 2000 ................... .
93
Lampiran 7
Investasi (Gross Fixed Capital Formation) persentase dari GDP ........................................................... .
94
Lampiran 8
Rasio Murid dan Guru SD ................................. .
95
Lampiran 9
Jumlah Tcnaga Kerja .................. ·-c-·· ............... .
96
Lampiran 10
Indeks Aturan Hukum sebagai Proksi tingkat korupsi ..
97
XIV
BABI PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Setiap tanggal 9 Desember masyarakat dunia memperingati Hari Antikorupsi, yang hari tersebut pertama kali ditetapkan oleh PBB dikarenakan korupsi sudah menjadi musuh masyarakat dunia. Sekjen PBB Ban Ki Moon pada peringatan Hari Anti Korupsi Dunia 9 Desember 2009 menyatakan bahwa dunia saat ini rentan terhadap korupsi seperti pencurian uang publik atau bantuan asing untuk kepentingan pribadi. Hasilnya menyebabkan sumberdaya yang sedikit untuk mendanai infrastruktur, seperti sekolah rumah sakit dan jalan. Ban mencatat bahwa korupsi yang terjadi selama ini dimotivasi oleh keserakahan dan Konvensi PBB Menentang Korupsi merupakan alat hukum yang kuat dalam membangun integritas dan melawan korupsi 1. Saat yang sama Susilo Bambang Yudoyono selaku Kepala Negara RI menegaskan bahwa pemerintahannya tidak hentihentinya memukul genderang perang terhadap korupsi. (Pidato SBY, Metro TV). Berita di media selalu menampilkan praktek-praktek korupsi yang terjadi yang berarti praktek tersebut masih belum sima. Munculnya berbagai elemen yang terus mengkampanyekan kehidupan yang demokratis, transparan, dan bebas dari korupsi. Hal ini memberikan harapan-harapan baru bahwa perang melawan korupsi bisa terus berjalan dan bisa tercapai. 1
http://www.unodc.org/unodc/en/corruption/index.html?ref=menuside
1
2
Korupsi dilakukan demi keuntungan untuk memperkaya diri sendiri dan atau anggota keluarga. Akibatnya timbul kesenjangan ekonomi dan sosial antara go Iongan kaya dan berkuasa di tingkat atas, dan orang kecil yang sehari-hari harus bekerja keras demi untuk mempertahankan hidup. Pejabat atau orang-orang yang hidup dari hasil korupsi dapat mengurangi kesejahteraan masyarakat, dimana dana yang seharusnya dapat digunakan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat misalnya untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
kesehatan, bantuan sosial
namun di korupsi demi keuntungan pribadi. Begitu kompleknya akibat yang ditimbulkan oleh korupsi sejalan dengan makna korupsi yang dinyatakan oieh lJNODC bahwa korupsi adalah fenomena yang kompleks da..-i sisi sosial, politik dan ekonomi yang mempengaruhi semua negara.
Korupsi
merusak
lembaga-lembaga
demokratis,
memperlambat
pembangunan ekonomi dan menimbulkan ketidakstabilan pemerintah. Korupsi mengganggu demokratis dengan mendistrosi proses pemilihan, menyesatkan aturan hukum dan menciptakan birokrasi yang meminta suap. 2 Kompleknya permasalahan yang ditimbulkan oleh korupsi itu sendiri pakar hukum Saldi Isra menggolongkan korupsi tidak lagi sebagai kejahatan biasa (ordinary
crime)
melainkan telah
menjadi
suatu
kejahatan
luar
biasa
(extraordinary crime), sehingga pemberantasan tidak lagi dapat dilakukan secara
biasa tetapi dituntut cara-cara yang luar biasa pula. (Wijayanto, 2009) Semua orang mungkin setuju bahwa korupsi
dapat mengurangi
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan bt::berapa penelitian yang memberikan 2
http://www.unodc.org/unodc/en/corruption/publications.html?ref=menuside
3
bukti empiris bahwa korupsi menimbulkan efek merugikan pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan pembangunan yang berkelanjutan hal tersebut sesuai yang dinyatakan oleh (Amaro-Reyes, 1983, Mauro , 1995, UNDP, 1997, Wei, 1997, Kaufmann, 1997, World Bank, 2000 dari Aliyu et al., 2008) berpendapat bahwa korupsi mempunyai efek perusak bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Mekanismenya melalui penurunan investasi asing dan domestik, meningkatkan biaya
produksi,
kesalahan
pengalokasian
sumber
daya,
meningkatkan
ketidakmerataan dan kemiskinan, ketidakpastian pembuatan keputusan. Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi, mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dengan membuat distorsi dan ketidak efisienan yang tinggi (Bardhan, 1997) dan (Mouro, 1995). Namun beberapa penelitian menemukan bukti empiris yang berbeda bahwa korupsi memperlancar pertumbuhan ekonomi bagaikan pelicin yang melumasi pertwnbuhan ekonomi. Pcneliti yang membuktikan hal tersebut diantaranya (LefT, 1964, Huntington, 1968, Summers, 1977, dan Lui, 1985 dari Aliyu et al., 2008) yang menyatakan bahwa korupsi mengurangi ongkos pemiagaan dengan mempermudah birokrasi. Orang banyak beranggapan bahwa korupsi merupakan suatu budaya yang telah mengakar di kalangan pemerintah dan masyarakat, sebenamya mungkin tidak demikian bahkan mungkin bisa dikatakan bahwa korupsi merupakan suatu penyakit yang menggerogoti kesehatan masyarakat yang lama kelamaan menghabisi kehidupan manusia. Berikut gambaran korupsi diberbagai instansi
4
pemerintahan dari sisi suap berdasarkan. survey yang dilakukan Transparancy International ketika masyarakat berinteraksi dengan instansi-instansi tersebut.
Graflk 1.1. Persentase Pembayaran Suap berdasarkan lnstansl PolisI
Pengadilan Perizinan Pendidikan
•2009
Kesehatan
2006
Pajak Air, listrik
0
5
10
15
20
25
Sumber : Transparency International Global Corn1ption Barometer 2006 dan 2009.
Grafik 1.1 di atas dapat d.ilihat bahwa instansi yang cenderung sering menerima suap adalah polisi sebesar 21% diikuti Pengadilan 14%, Perizinan 11%, dan terakhir Pelayanan Pajak 6%, dan Pelayanan Air, Listrik 7% yang berarti menerima suap terkecil dari instansi-instansi tersebut. Hal ini cukup mengagetkan bahwa lnstansi Kepolisian, Pengadilan yang seharusnya sebagai lembaga penegak hukum dalam memberantas korupsi persentase suapnya terrnasuk dalam kategori yang tinggi hal ini bisa dianggap peran lembaga tersebut masih diragukan dalam pemberantasan korupsi dimana aturan hukum yang semestinya ditegakkan akhirnya disesatkan oleh oknum penegak hukum. Asia Tenggara adalah kawasan di Benua Asia bagian Tenggara. Kawasan ini mencakup Indocina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan sekitarnya. Asia
5
Tenggara meliputi 10 negara yaitu Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Indonesia, Vietnam, Filipina, Laos, Kamboja, dan Myanmar. Jika dilihat perbandingan Indeks Aturan Hukum dalam hal ini penulis menggunakan indek yang dikeluarkan oleh World Bank (skor -2,5 berarti sangat buruk dan 2,5 sangat baik) dengan Pendapatan Perkapita, menunjukkan bahwa kecenderungan negara dengan aturan hukumnya baik yang menunjukkan korupsinya rendah pendapatan perkapita masyarakatnya cenderung tinggi dan sebaliknya. Lebih jelasnya perhatikan Grafik 1.2. berikut Grafik 1.2. Keterkaitan Pendapatan Perkapita dan Korupsi dari sisi Aturan Hokum di Asia Tenggara cUihun 2008 35000
30000
.,lngapura
25000
nl
~ Q.
20000
nl ..ill:
+
~
Cl.l
a. co 0 a.
Brunei
15000
10000
+
5000
• ••· .._ • lact •• -2
-1.5
-1
-o.5
4 Vietrv~m
Thailand
0
Aturan Hukum
Sumber: WGI-World Bank (data diolah)
Malaysia
0.5
1
1.5
2
6
Untuk melihat lebih jelas korupsi di negara Asia Tenggara dapat dilihat dari kasus-kasus korupsi yang terjadi di Asia Tenggara diantaranya kasus yang terjadi di Indonesia, Filipina dan Thailand, dimana di Indonesia korupsi mulai melembaga selama 32 tahun di masa pemerintahan Presiden Suharto beserta kroni dan keluarganya yang sangat korup. Pada bulan Mei 1999, satu tahun setelah lengsemya Presiden Suharto dari kekuasaannya, (Colmey and Liebhold, 1999 dari
Quah, 2003) memperkirakan Presiden Suharto dan anak-anaknya menimbun sebesar US$15 miliar kekayaan dalam bentuk tunai, properti, seni, perhiasan, dan pesawat jet. Pada bulan Juni 2003 Kartorius Sinaga, seorang konsultan ADB, menyatakan bahwa 40 persen dari pinjaman ADB yang dialokasikan untuk proyek pembangunan di Provinsi Sumatera Utara, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat hilang dikorupsi. ADB memberikan US$1 milyar pinjaman untuk ketiga provinsi tersebut selama 1998 sampai dengan 2003. Pada bulan Desember 1999, Bank Dunia memperkirakan Pemerintah Filipina kehilangan US$ 47 juta setiap tahunnya atau total US$ 48 milyar yang dikorupsi selama 1977 s/d 1997. Pada bulan Juni 2003, Senator Edgardo Angara menyatakan bahwa Pemerintah Filipina telah kehilangan 22 Milyar Peso setiap tahunnya akibat korupsi pengadaan barang dan penawaran kontrak pemerintah (Clapano, 2003 dari Quah, 2003). Kasus di Thailand bahwa tingkat korupsi tertinggi terjadi pada masa Chatichai 633.3 juta Bath pertahun, dibandingkan 86.3 juta Bath di masa Sarit dan 60 juta Bath di masa Thanom-Praphat.
7
Menurut Laporan ICW (2008) Hasil audit BPK juga memperlihatkan keadaan dari tahun ketahun penyimpangan keuangan dan administrasi cenderung meningkat yang menunjukkan rendahnya kemauan pemerintah memperbaiki diri. Terhitung dari semester I tahun 2005 sampai dengan semester I tahun 2006 terjadi kenaikan kerugian negara yang sangat signifikan, walaupun terjadi penurunan kerugian negara yang signifikan pula pada semester II tahun 2006 namun kerugian negara meningkat kembali semester I tahun 2007, hal tersebut dapat dilihat pada Grafik 1.3 berikut.
Grafik 1.3 Perkembangan Indikasi Kerugian Negara Basil Audit BPK, Semester 1-2005 s/d 1-2007 (miliar rupiah)
16.00 12.00
1- 05
I-
II- 05 I - Ut-
-
I- 06 II - Uti
1- Uti
II -06 II - Uti
1-07 -
u
I- I
I
SuuRr. Ookutntm ICW, \Jioldh di:lri ~I pe~r~ BPK 2005- ~~~:stt!f 12007
1.2. IDENTIFIKASI DAN RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang pcnelitian di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain : 1. Apakah korupsi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara ? 2. Berapa besar pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonom di Asia Tenggara?
8
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian adalah : 1. Mengetahui apakah korupsi berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. 2. Mengetahui berapa besar pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara.
1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Manfaat teoritis untuk menarnbah khasanah iimu pengetahuan ekonomi, khususnya
tentang hipotesis
bahwa korupsi
dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi suatu negara. 2. Manfaat praktis sebagai bahan petimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk mengurangi tindakan korupsi di negara Asia Tenggara
BABll
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. TINJAUANPUSTAKA 2.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan kondisi utama atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan. Karena jumlah penduduk bertambah setiap tahun yang dengan sendirinya kebutuhan konsumsi sehari-hari juga bertambah setiap tahun, maka dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. (Tambunan, 2003) Selanjutnya Van den Berg (2001) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah tingkat peitumbuhan kesejahteraan man usia. Beberapa hal yang timbul dari awal model pertumbuhan ekonomi yang penting adalah sebagai berikut : Pertumbuhan ekonomi timbul sejalan dengan meningkatnya spesialisasi dan perubahan, kemudian pola spesialisasi ini akan berubah sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi berhubungan dengan tabungan, yaitu perilaku yang timbul dari konsumsi, dan investasi, yang merupakan penggunaan sumber daya ekonomi dan faktor-faktor untuk memproduksi sumber daya baru dan faktor-faktor yang produktif Pertumbuhan ekonomi disebabkan peningkatan
9
10
tabungan dan investasi yang dikenal sebagai pertumbuhan yang disebabkan faktor akumulasi. Pertumbuhan ekonomi yang didasarkan pada akumulasi faktor-faktor produksi akan cenderung melambat karena adanya diminishing return. Pertumbuhan ekonomi juga berhubungan dengan inovasi dan kreasi ide-ide baru, yang secara umum disebut technological progress. Technological
progress sulit untuk dianalisa dengan menggunakan analisis mikroekonomi dan makroekonomi yang standar. Model pertumbuhan juga bervariasi dalam prediksi jangka panjang dari stagnasi atau pertumbuhan. Secara umum, model yang fokus pada faktor akumulasi memprediksi stagnasi yang akhimya teijadi ketika model pertumbuhan
yang
fokus
pada technological progress
memprediksi
pertumbuhan ekonomi yang tetap. Berbagai teori pertumbuhan ekonomi mulai dari teori klasik sampai teori endogen yang mengidentifikasi dan menjelaskan berbagai variabel yang mempengaruhi pertumbuhan. Pakar Teori Klasik menekankan modal sebagai faktor utama pertumbuhan ekonomi, Teori Neoklasik diperluas oleh perumus klasik Harrod-Domar dengan memasukkan tenaga keija dan mengantarkan variabel ketiga ya!tu teknologi ke dalam persamaan pertumbuhan (Solow dan Swan, 1956 dari Aliyu et al., 2008). Teori Neoklasik lebih fokus pada efek akumulasi kapital (investasi) dan penambahan jumlah tenaga keija terhadap pertumbuhan output. Oleh karena
11
dalam Model
Pertumbuhan Neoklasik tidak ada namanya peningkatan
produktifitas dari input-input produksi. Model Pertumbuhan Endogen dikembangkan sebagai respon terhadap kritik Model Pertumbuhan Neoklasik dan untuk memberikan penjelasan terbaik proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Teori berpendapat bahwa inovasi yang berasal dari investasi dalam pengetahuan sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi jangka panjang (Romer, 1986 dari Aliyu et al., 2008). Yang lebih penting lagi, berbagai Teori Pertumbuhan Endogen termasuk (Lucas Model, 1988, Jones dan Manelli Model, 1990, Model Barro, 1990 dari Aliyu et al., 2008) menunjukkan variabel-variabel Kebijakan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan jangka panjang, variabel-variabel tcrmasuk di dalamnya variabel korupsi. Xavier Sala-i-Martin (Van den Berg, 2001) melakukan survei terhadap berbagai studi statistik pertumbuhan dan menemukan 62 variabel yang berbeda yang digunakan untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi. Termasuk contohnya variabel yang mengukur kegiatan pembangunan dan riset, pendidikan, kegiatan politik, sistem politik, kriminal dan korupsi, perpajakan, sistem keuangan, lokasi geografi, agama, perdagangan internasional, dan investasi internasional.
2.1.2. Peranan Investasi bagi Pertumbuhan Ekonomi Di dalam neraca nasional atau struktur PDB menurut penggunaanya, investasi didefinisikan sebagai pembentukan modal/kapital tetap domestik
(domestic [LXed capital formation). Investasi dapat dibedakan antara investasi
12
bruto (pembentukan modal tetap domestik bruto) dan
investasi neto
(pembentukan modal tetap domestik neto). Perbedaan ini karena adanya penyusutan atas barang-barang modal tetap (capital consumtion) yang digunakan dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap nilai barang modal tetap yang digunakan daiam proses produksi. Menurut definisi dari Biro Pusat Statistik (BPS), pembentukan modal tetap adalah pengeluaran untuk pengadaan, pembuatan, atau pembelian barang-barang modal baru (bukan barang-barang konsumsi) baik dari dalam negeri maupun impor, termasuk barang modal bekas dari luar negeri. Pembentukan modal tetap yang dicakup hanyalah yang dilakuk.an oleh sektor-sektor ekonomi di dalam negeri (domestik). Cakupan dari barang-barang modal tetap adalah sebagai berikut : a.
Barang modal baru dalam bentuk konstruksi (seperti bangunan tempat tinggal dan bukan tempat tinggal, jalan dan bandara), mt:sin-mesin, alat angkutan da.'l perlengkapannya, yang mempunyai umur pemakaian (economic life time) satu tahun atau lebih.
b.
Biaya untuk perubahan dan perbaikan berat barang-barang modal yang akan meningkatkan output atau
produktivitas atau
memperpanjang
umur
pemakaian. c.
Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan tanah, perluasan areal hutan dan daerah pertambangan serta penanaman dan peremajaan tanaman keras.
13
d.
Pembelian ternak produktif untuk keperluan pembiakan, pemerahan susu, pengangkutan dan sebagainya, tidak termasuk ternak untuk dipotong.
e.
Margin perdagangan dan ongkos-ongkos lain yang berkenaan dengan transaksi jual beli tanah, sumber mineral, hak: penguasaan hutan, hak paten, hak cipta, dan barang-barang modal bekas. Investasi merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan proses
pembangunan ekonomi (sustainable development), atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi melibatkan kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor-sektor ekonomi. Untuk keperluan kegiatan-kegiatan tersebut perlu dibangun pabrik-pabrik, gedung-gedung perkantoran, mesin-mesin dan alatalat produksi, infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, bandara (laut dan udara), gudang, bengkel, pusat pembangkit listrik beserta fasilitas distribusinya, lembaga penelitian dan pengembangan (litbang), alat-alat transportasi dan komunikasi. (Todaro, 2003) Investasi adalah komponen GDP yang mengaitkan masa kini dan masa depan. Belanja investasi memainkan peranan penting tidak hanya pada pertumbuhanjangka panjang namunjuga pada siklus bisnisjangka pendek karena investasi merupakan unsur GDP yang paling sering berubah. (Mankiw, 2007) Demikian pula investasi mengarah kepada akumulasi modal, yang mana tambahan atas saham bangunan dan peralatan meningkatan output potensial negara dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi jangka panjang. (Samuelson dan Nordhaus, 2004)
14
Gross Fixed Capital Formation (GFCF) adalah komponen pengeluaran dari GDP dan menunjukkan sesuatu tentang seberapa banyak nilai tambah di
dalam perekonomian yang diinvestasikan dibandingkan dikomsumsi. GFCF dinamakan
"Gross" dikarenakan tidak dilakuk:an
penyesuaian terhadap
pengeluaran konsumsi dari modal tetap (depresiasi dari asset tetap) dari suatu bentuk investasi. Secara statistik GFCF mengukur nilai tambahan dari asset tetap yang ada atau yang baru dari sektor bisnis, pemerintahan, dan rumah tangga.
2.1.3. Peranan Pendidikan Dasar bagi Pembangunan Ekonomi Pendidikan merupakan salah suatu tujuan pembangunan yang mendasar dan penting dimana pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan hal yang fundamental untuk membentuk kemampuan manusia. Pendidikan
juga
memainkan
peranan
utama
dalam
membentuk.
kemampuan negara berkembang untuk menyerap teknologi modem dan kapasitas manusia agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai komponen pertumbuhan dan pertumbuhan dan pembangunan yang vital. Salah satu dari tujuan pembangunan yaitu peningkatan standar hidup tidak hanya berupa peningkatan pendapatan tetapi juga perbaikan kualitas pendidikan. Millennium Development Goals (MDGs) dalam upaya pemberantasan kemiskinan global menyoroti arti penting pendidikan terutama pendidikan dasar sebagai salah satu tujuannya.
15
MDGs . berupaya mencapai pendidikan dasar secara universal dan menargetkan di tahun 2015 setiap anak laki-laki dan perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. (MDGs, 2008). Pendidikan dasar memberikan arti penting bagi pertumbuhan ekonomi seperti studi empiris yang dilakukan oleh Josep L (2005) di Guatemala dimana pendidikan dasar merupakan hal yang paling penting setelah pendidikan lanjutan. Pendidikan sebagai pembentuk sumber daya manusia berkualitas dapat dilihat dari rasio murid dan guru dimana rasio murid dan guru yang besar menunjukkan
kualitas
pendidikan
yang
tidak
baik
dalam
menentukan
pertumbuhan ekonomi sehingga rasio murid dan guru berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi (Selcuk, 2003).
2.1.4. Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dan Korupsi Prosedur yang paling populer dalam studi-studi empiris pertumbuhan ekonomi dan dalam hal ini untuk mengetahui hubungannya dengan korupsi dimulai dengan fungsi produksi Cobb-Douglas dalam bentuk _ a P l-a-p Yt- AKt Ht Lt .................................................................. (2.1)
Koefisien a dan
~
antara 0 dan 1, dan (a +
~)
< 1, K adalah persediaan
modal fisik, H adalah modal manusia, L adalah tenaga kerja pada waktu t, dan A sebagai total produktifitas faktor produksi yang menunjukkan efisiensi yang mana fungsi produksi merubah seluruh faktor ke dalam output. Hal ini didasarkan berbagai hal, termasuk kondisi pengetahuan manusia, efisiensi kaitannya dengan
16
ekonomi, perpolitikan, lembaga sosial yang mendorong aktifitas produktif. Jorge Martinez (2005) memasukkan korupsi sebagai komponen dari A tersebut. Asumsi output adalah decreasing return to scale kaitannya dengan modal kapital dan modal manusia. Hal ini berimplikasi bahwa pada perekonomian dalam jangka panjang, dimana akan cenderung rasio modal swasta-tenaga kerja, modal manusia-tenaga kerja, dan modal publik-tenaga kerja adalah tetap. Saat steady
state tercapai, tambahan peningkatan output perkapita hanya dicapai melalui peningkatan produktifitas kapital atau penurunan tingkat korupsi (asumsi bahwa secara keseluruhan efek korupsi terhadap perekonomian adalah negatif). Untuk menentukan pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi, harus menentukan tingkat steady state dalam fungsi produk:si. Tenaga kerja diasumsikan tumbuh secara eksogeu pada tingkat n, kemajuan teknologi pada g. depresiasi kapital pada tingkat
o, dan perubahan korupsi pada tingkat c. sehingga
tingkat steady state output per tenaga kerja dengan masukan logaritma natural didapat lny
a plnik+ {J plnih- a+{J{Jin(n+g+8+c) ................ (2.2) = 1-a1-a1-a-
Dimana Yt adalah output pertenaga kerja
ik , ih adalah jumlah output yang
diinvestasikan
modal
untuk
modal
fisik
menunjukkan model regresi linier.
dan
manusia.
Persamaan
2.2
17
2.1.5. Korupsi 2.1.5.1. Pengertian Korupsi
UNDP mendefinisikan korupsi sebagai "penyalahgunaan kekuasaan publik, jabatan atau wewenang untuk keuntungan pribadi, melalui suap, pemerasan, mempengaruhi, nepotisme, penggelapan, uang pelicin (bentuk dari penyuapanlpenyngokan) ". (UNDP, 1999) World Bank dengan begitu jelas mengistilahkan bahwa korupsi adalah suatu penyalahgunaan jabatan publik untuk kepentingan pribadi. Jabatan publik digunakan untuk kepentingan pribadi ketika seorang pejabat menerima, meminta, dan memeras suatu penyogokan. Korupsi juga penyalahgunaan ketika perusahaan swasta secara aktif menyogok untuk mengelak dari kebijakan pemerintah dan sebagai cara untuk mendapat keuntungan dan profit. 1 Todaro (2006) menyatakan secara sederhana bahwa korupsi adalah penyalahgunaan kepercayaan publik demi keuntungan pribadi dan merupakan salah satu bentuk pencurian. Penanganan masalah korupsi di berbagai negara menunjukkan keberhasilan pada tahun-tahun belakangan ini dilakukan dengan mengurangi kekebalan hukum dari tokoh-tokoh eksekutif, legislatif, dan yudikatif, menjamin independsi lembaga peradilan dan menghilangkan peraturan yang tidak efisien
dan membuat
regulasi
yang
dibutuhkan
lebih
efisien.
Todaro
menghubungkan aturan hukum dan GDP Perkapita yang menunjukkan bahwa aturan hukum yang lebih baik terkait dengan pendapatan perkapita yang lebih tinggi.
1 World
Bank (1997). Helping Country Combat Corruption : The Role of World Bank
18
Korupsi dari sisi aturan hukwn diambil dari World Governance Indicator (WGI) yang merupakan indikator yang mengukur enam komponen utama governance, yaitu voice and accountability, political stability and absence of
violance, governance efectiveness, regulatory quality, rule of law, dan control of corruption. WGI merupakan indeks komposit dari sekitar 35 survei independen yang dilakukan oleh berbagai lembaga independen diantaranya World Economic Forum Gobal Competitiveness Report, IMD, lEU, Global Insight, Political Risk Services, Freedom House, Bertelsman Foundation dan ADB.
2.1.5.2. Penyebab Korupsi Sebagian orang mengatakan bahwa akar penyebab korupsi adalah kemiskinan dan tanpa adanya kemiskinan tidak akan ada korupsi. Meskipun sebagai penyebab korupsi kemiskinan buk:an merupakan satu-satunya penyebab. Jika kemiskinan yang menyebabkan korupsi maka sulit menjelaskan mengapa Negara-negara kaya dan makmur penuh dengan skandal korupsi. Korupsi dapat dikatakan sebagai pisau bermata dua, yang mana korupsi dapat muncul dari harta dan kemakmuran atau dapat muncul dari ketiadaan harta dan kemakmuran. Oleh karena untuk mempermudah melihat penyebab korup dapat dikelompokkan dalam empat kelompok faktor, yaitu 1.
Faktor Politik Secara umum korupsi berkaitan dengan ketidakefisien
aturan
pemilu,
tingkat
desentralisasi
pemerintahan.
sistem politik,
Demokrasi
dengan
menjunjung persaingan politik meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
19
Sistem Peradilan juga diharapkan mengambil peran dalam mengontrol korupsi. Peran Sistem Peradilan dan aturan hukum secara mencolok menggambarkan kualitas pemerintahan yang berdampak bagi pembangunan. Dasar hukum yang kuat dan sistem hukum yang efisien akan melindungi hak cipta dan mendukung aktivitas ekonomi. Kegagalan sistem hukum akan mendorong rusaknya sistem pasar bebas, sehingga mengurangi dorongan para pelaku ekonomi untuk berpartisipasi dalam aktivitas produktif. 2.
Faktor Sejarah Secara garis besar, sulit untuk memisahkan faktor sejarah dari faktor-
faktor politik dan hukum karena efektivitas sistem peradilan tergantung pada warisan kolonial negara yang bersangkutan. (La PorL& et. al.,l999 dari Draher et. al., 2008) menunjukkan bahwa negara-negara yang bekas koloni Inggris dan yang mengadopsi Sistem Common Law tampaknya memiliki sistem peradilan yang lebih efektif 3.
Faktor Sosial dan Budaya Suap dan pemberian adalah masalah budaya, tetapi budaya merupakan
sesuatu yang dinamis dan selalu berubah. Jika perilaku yang dicap "korup" oleh beberapa pengamat, namun tetap dianggap sebagai kebiasaan pemberian hadiah atau persenan yang wajar dalam suatu negara maka kebiasaan ini sebaiknya dibuat menjadi legal dan dilaporkan. Perilaku yang dapat diterima akan berubah jika masyarakat sadar akan beban yang timbul dari membiarkan suap kepada politisi dan petugas pemerintah (Rose-Ackermen, 2006).
20
Di negara-negara yang sedang berkembang sering dikatakan bahwa korupsi adalah bagian dari kebudayaan. Bahwa rakyat eli suatu negara mungkin mau membayar uang semir yang jumlahnya tidak besar dengan senang hati tidak berarti bahwa mereka menyetujui hal itu. Memberi uang semir mungkin merupakan cara yang paling praktis untuk memperoleh apa yang mereka inginkan atau butuhkan. 4.
Faktor Ekonomi (Draher et. al., 2008). Faktor-faktor ekonomi penyebab korupsi di seluruh negara biasanya
difokuskan pada tiga faktor: tingkat keterbukaan, sumber daya alam dan ukuran sektor publik. Negara kurang terbuka membatasi perdagangan dan memaksakan kontrol atas arus modal. Hal ini menciptakan sewa dan karenanya meningkatkan insentif untuk terlibat dalam kegiatan korupsi. Ada sejumlah penelitian yang telah menyelidiki masalah ini: misalnya, Ades dan Di Tella (1999) telah menunjukkan bahwa meningkatnya kompetisi mengurangi korupsi dan ekonomi yang lebih terbuka. Kepemilikan sumber daya alam menimbulkan kegiatan korupsi, hal berkaitan dengan ekspor sumber daya alam adalah kesempatan adanya renk-
seeking. Ades dan Di Tella ( 1999) menyatakan bahwa korupsi memberikan keuntungan
bagi
para
pejabat yang
melakukan
kontrol
distribusi
hak
mengeksploitasi sumber daya alam. Ada beberapa penelitian tentang penyebab korupsi yang menekankan dalam ukuran sektor publik. Tanzi ( 1999) misalnya menyatakan bahwa peran sektor publik dalam perekonomian memberikan kesempatan pejabat publik
21
menetapkan kebijakan dalam pengalokasian barang dan jasa dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan teljadinya korupsi.
2.1.5.3. Tipe-Tipe Korupsi (United Nations, 2000) Korupsi memiliki bentuk yang berbeda-beda. Biasanya meliputi bentuk sebagai berikut : 1.
Penyuapan Penyuapan melibatkan janji, penawaran atau pemberian manfaat yang
tidak semestinya mempengaruhi tindakan atau keputusan yang diambil oleh pejabat publik. Seorang menyuap dapat dengan uang, saham perusahaan, informasi, seksual atau kenikmat laitmya, hadiah, hiburan, pekeljaan, janji dan lain-lain. Keuntungan yang diperoleh oleh pejabat yang korup dapat langsung atau tidak langsung. Penerima suap di sektor publik adalah politisi, regulator, penegak hukum, hakim, atau golongan PNS lain. 2.
Penggelapan, Pencurian, Penipuan Penggelapan termasuk mengubah milik pemerintah dan personil untuk
kepentingan pribadi. Pejabat kadang-kadang menggunakan kendaraan dan alat pemerintah untuk kepentingan pribadi. Kendaraan-kendaraan yang didanai World Bank sering digunakan para pejabat untuk mengantar anaknya pergi kesekolah. Aset publik dialihfungsikan oleh pejabat untuk kepentingan pribadi. Pegawai pemerintah dalam mendistribusikan bahan makanan ke desa-desa, mencuri dan menjual sebagian makanan tersebut untuk mendapatkan keuntungan.
22
3.
Pemerasan Tindakan pemerasan termasuk memaksa seseorang untuk membayar uang
atau memberikan barang berharga atau barang pribadi lain dalam menukar tindakan atau menggagalkan tindakan. Pemaksaan ini dapat berada di bawah ancaman bahaya fisik, kekerasan atau pengekangan. Sebagai contoh, seorang wanita sakit perlu ke dokter dan di rumah sakit, perawat mengatakan kepada suaminya bahwa ia harus membayar sesuatu yang ekstra hanya untuk ketemu dokter. Akhimya Istrinya meninggal ketika ia mencari uang. Di banyak negara, polisi dikenal untuk memeras uang atas penangkapan dengan mengancam alasan palsu. Insiden kecil, seperti pelanggaran lalu lintas, adalah digunakan sebagai dasar untuk rnengancam penangkapan. 4.
Pemanfaatan Konflik Kepentingan, Insider Trading Terlibat dalam transaksi, "rnenjual" pengaruh, atau mengakuisisi postst
atau menjual kepentingan yang tidak sesuai dengan peran resmi dan kewajiban untuk tujuan memperkaya secara ilegal. Sebagai contoh, dengan maksud untuk rnendapatkan
keuntungan
dari
informasi
rahasia,
seorang
pejabat publik membeli tanah di daerah tempat pembangunan besar yang direncanakan akan dibangun. Pejabat publik memilih sendiri para pengembang yang ak:an membangun proyek tersebut. 5.
Penawaran atau Penerimaan persen yang tidak sah, Penyokongan perbuatan ilegal Pelanggaran ini ditujukan untuk pejabat publik yang menerima apapun
yang berharga sebagai tambahan kompensasi atas kinetjanya. Sebagai contoh,
23
setelah menerbitkan paspor atau dokumen lainnya, si penerima memberikan "tip" atau "uang persen" untuk layanan yang diterima. Di banyak negara ini belum tentu dianggap sebagaitindak korupsi. Khususnya di mana pegawai negeri yang bergaji kecil, budaya tip tersebar secara luas dan secara umum diterima. Namun, praktek ini melemahkan integritas pelayanan publik dan dapat menyebabkan insiden pemerasan di mana warga mungkin tidak bersedia atau tidak mampu memberikan 'tip'. 6.
Pilih Kasih, Nepotisme, dan Pengutamaan Klien Ini berkaitan dengan penetapan suatu janji, layanan sesuai dengan ikatan
keluarga, afiliasi partai, suku, agama, sekte dan kelompok preferensi lainnya. Sebagai contoh, PNS memberikan layanan yang luar biasa, keljaan, tugas yang mengutamakan sekutu politik, keluarga dan ternan-ternan, sementara anggota masyarakat umum tidak akan menerima perlakuan khusus ini. Klientelisme adalah inti dari bagaimana korupsi menjalar di seluruh negara. Suatu bentuk wewenang pusat,
mis~lnya,
konsolidasi kekuasaan wilayah kaitan dengan pengangkatan dan
pemindahan PNS di tingkat lokal tanpa aturan yang berlaku. Mekanisme ini didasarkan pada praktek-praktek cliente/istic. 7.
Penerimaan sumbangan politik secara ilegal/konstribusi politik ilegal Hal ini erat kaitannya dengan penyuapan. Kelompok kepentingan yang
kuat, khususnya perusahaan memberikan kontribusi untuk memperoleh sedikit aturan bagi industri mereka. Politisi dapat memperpanjang perlindungan dalam kaitannya dengan pertukaran kontribusi bagi kampanye politik.
24
8.
Pencucian Uang Setiap strategi yang komprehensif dalam melawan korupsi harus
mencakup tindakan yang bertujuan mencegah dan mengendalikan pencucian basil korupsi. Hubungan antara korupsi, dan pencucian bukanlah hal yang baru dan telah disorot pada beberapa kesempatan yang lalu. Hubungan antara korupsi dan pencucian uang tidak hanya berkaitan dengan pencucian da..ri basil korupsi tetapi lebih jauh lagi.
2.2. PENELITIAN-PENELITIAN SEBELUMNYA 2.2.1. Penelitian Aliyu, Sbehu Usman dan Elijah, Akanni Oludele (2008) Penelitian ini berjudul "Corruption and Economic Growth in Nigeria: 1986-2007". Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria da1i 1986 sampai 2007. Tipe Barro dari model pertumbuhan endogen digunakan dan diperbaharui untuk mencocokkan dengan tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teknik Engle-Granger Cointegration dan Error Correction Mechanism (ECM) untuk akar unit variabel. Model yang digunakan dalam penelitian ini meliputi model untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi. Untuk mengetahui pengaruh langsung korupsi menggunakan model : GOP= ao+ a1GCEt+ a2TEMt+ a3TSEt+ 04CORt+Jl .............................. (2.3) Sedangkan untuk mengetahui pengamh tidak langsung korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan tiga (3) model berikut :
25
GCEt =Po+ P1TSEt+ P21EMt+ P3CORt+J.1 .......................................... (2.4) TSEt = bo + b1GCE1it + b21EMt+ b3 CORt+J.l ...................................... (2.5) TEMt =Yo+ 11 IDNt + 12 TPTt+ 'Y3 CORt+J.l ........................................ (2.6) dimana GDP adalah Gross Domestik Product, GCE adalah Government Capital Expenditure, 1EM adalah Total Employment, TSE adalah Tertiary School Enrolment {TSE) dan COR adalah Corruption Perception Index. Hasil penelitian menunjukkan bahawa korupsi mempunyai efek negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian juga menemukan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap pembangunan modal manusia dan jumlah pekerjaan, tetapi berpengaruh positif terhadap pengeluaran modal pemerintah. Hal ini tidak mengagetkan karena pengeluaran publik akan digelembungkan dengan tujuan untuk digelapkan dan dari basil tersebut kira-kira 20% peningkatan pengeluaran modal pemerintah masuk ke kantong pribadi.
2.2.2. Penelitian Emmanuel Anoruo dan Habtu Braha (2005) Judul penelitian "Corruption and Economic Growth: The African Experience" yang bertujuan menguji pengaruh korupsi terhadap perturnbuhan ekonomi 18 Negara Africa yaitu Angola, Burkina Faso, Cameron, Democratic Republic of Congo, Republic of Congo, Cote d'Ivoire, Ghana, Guinea-Bissau, Kenya, Madagascar, Malawi, Mali, Niger, Mozambique, Siera Leone, Togo, Uganda dan Zambia. Penelitian ini menggunakan FM-OLS untuk menguji dinamika jangka panjang pertumbuhan ekonomi dan korupsi untuk panel dari 18 Negara Afrika.
26
Khususnya menggunakan prosedur IPS panel unit root untuk menentukan rentetan waktu untuk pertumbuhan ekonomi, persentase investasi dari GDP, dan
pertumbuhan populasi. FM-OLS digunak:an untuk memastikan dinamika jangka panjang pertumbuhan ekonomi dan korupsi. Selanjutnya menggunakan Philip dan Hansen untuk memodifikasi prosedur FM-OLS. Model yang digunakan meliputi : EGt = 0{) + a1CORt + azKt + a3PGt + (4 Yo+ E:t ................................... (2. 7)
Kt = 0{) + a1CORt + azEGt + a3PGt + E:t ............................................ (2.8) PGt = 0{) + a.coRt + azEGt + a3Kt + E:t ............................................ (2.9) dimana EG menunjukkan tingkat pertumbuhan dari GDP, COR adalah Indeks Korupsi, K ada!ah Kapital (proksi dari persentase Investasi dari GDP), PGmenunjukkan
tingkat
pertumbuhan
populasi
(proksi
untuk
labor),
Yo
menunjukkan output awal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa satu unit peningkatan korupsi memperlambar
pertumbuhan
ekonomi
0.87
persen,
korupsi
mengurangi
persentase investasi dari GDP dimana satu unit peningkatan korupsi menghasilkan penurunan investasi sebesar 4.69 persen, korupsi juga menimbulkan implikasi terhadap pertumbuhan populasi.
2.2.3. Penelitian Moe Farida dan Fredoun Z Ahmadi-Esfahani (2006) "Corruption and Economic Growth in Lebanon" merupakan judul dari penelitian ini dengan mengembangkan dan menguji model pertumbuhan neoklasik yang secara tegas memasukkan efek langsung maupun tidak langsung korupsi
27
terhadap pertumbuhan ekonomi di Lebanon. Fokusnya adalah pengaruh korupsi terhadap investasi, modal manusia, pengeluaran pemerintah dan bantuan luar negeri. Penelitian ini tidak hanya membantu dalam meningkatkan kesadaran publik terhadap bahaya korupsi, tetapi juga memberikan kebijakan yang membantu memerangi korupsi di Lebanon. PBB (2001) melalui laporan penilaian korupsi di Lebanon yang merupakan dokumen yang pertama menggambarkan tingkat korupsi yang sebenarnya di Institusi Libanon dan korupsi sangat mengharcurkan perekonomian. PBB memperkirakan Negara Libanon menghambur-hamburkan US$ 1.5 milyar dolar per tahun sebagai hasil merembesnya korupsi pada semua tingkat pemerintahan (mendekati 10% dari GDP tahunan). Model dasar untuk mengukur tingkat riil GDP tanpa korupsi akan digunakan untuk memperkirakan elastisitas output (modal manusia dan modai fisik) menggunakan OLS sebagai metode cstimasi pada persamaan berikut: LnGDPt = ~o + ~~ lnGOVt + ~zlnPOP + ~3 lniNVt + ~4lnEDUt + Ct 00. o. 0. 00 (2010) Kemudian menambahkan variabel korupsi ke dalam model dasar di atas ke berbagai bentuk persamaan estimasi berikut : LnGDP1 = ~0 + ~ 1 lnGOV1 + ~2 lnPOP + ~ 3 lniNV1 + ~4 lnEDUt + p5 lnCRPTt + €t 0000000000000(2°11) LnGDP1 =
l3o +
P 1lnGOVt + fulnPOP + P31niNVt + P4lnEDUt + PslnCRPT + P6lnCRPTSQt
+ E:t • 0.• 0•. 00...•••............. 0. 0. 0000. 0.... 000. 0000. 0... 00... 00. 0.... 0. 0.. 0. 0.... 0.. 000.0 000000. (2.12) LnGDPt =Po+ p,lnGOVt + P2lnPOP + P3lniNVt + P4lnEDUt + P5lnCRPTSQt + €t
oo. o........ (2.13)
LnGDP1 =Po+ P1lnGOV1 + P2lnPOP + P3lniNVt + P4lnEDUt + P5lnCRPTQt + €t ..........
0
•
o.
(2.14)
Hasil dari persamaan ini akan memberikan bukti jika perubahan tingkat korupsi mengakibatkan perubahan tingkat steady state output perkapitao
28
Perbandinga.n persamaan (2.1 0) denga.n persamaan (2.11) akan memberikan acuan apakah korupsi berpengaruh pengeluamn pemerintah, investasi, produktifitas modal manusia dan output agregat. Persamaan (2.12, 2.13 dan 2.14) menguji lebih lanjut hubunga.n nonlinier antara korupsi dan output. Sarna hal nya dengan dengan persamaan (2.15 dan 2.16) berikut yang akan menguji pengaruh korupsi terhadap bantuan asing. LnGDPr =
f3o + PI D lnFAr + 132 lnPOP + fJJ lniNVr + P4 lnEDUr + €t ...................
LnGDPr =
f3o + PI D InFAr + 132 lnPOP + fJJ lniNVr + P4 lnEDUr + Ps lnCRPTr + €t .. (2.16)
(2.15)
Persamaan (2.1 0) sampai (2.16) akan membantu pengujian empiris untuk berbagai hipotesis pengaruh korupsi terhadap output agregat seperti dalam model teoritis. Supaya lebih memahami model-model di atas perhatikan Tabel 2.1 berikut:
29
Tabel 2.1. Deskripsi dan Somber Data Variabel
Sumber
Deskripsi
~
ICRG
Crpt
Diperoleh dengan menggunakan variabel ~t Diperoleh dengan menggunakan variabel ~t IMF; Bank Libanon
Rata-rata korupsi dari 1985-2005 di Libanon. Survey data korupsi dari "0" sampai "6", dimana "6" menunjukkan n~gara kurang korup Konversi data dari "0" ke "1" indeks besar menunjukkan tingginya korupsi Crptsq = Crpt*Crpt
Crptsq GDP LNGDP INV LNINV EDU LNEDU POP LNPOP GOV
LNGOV FA LNFA 8
Diperoleh dengan menggunakan GDP World Bank Diperoleh dengan menggunakan INV World Bank Diperoleh dengan menggunakan EDU Penn world Table (2006) Menggunakan POP dan 8 IMF ; Bank Libanon
Diperoleh dengan m:mggunakan GOV Kementrian Keuangan Libanon Diperoleh dengan menggunakan FA IMF (2006)
GDP Perkapita rill (harga normal dalam USD) (1985-2005) LNGDP =Log (GDP) Investasi riil dari GDP (1985-2005) LNINV = log (INV) Persentase Pengeluaran Pendidikan dari GDP (1985-2005) LNEDU =log (EDU) Pertumbuhan populasi (1985-2005) LNPOP = log (pop +8) Pengeluaran Pemerintah harga normal diperoleh dari persentase pengeluaran pemerintah dari GDP (1985-2005) LNGOV = log (GOV) Bantuan asing (1985-2005) pada harga normal USD LNFA =log (FA) Tingkat depresiasi kapital diaswnsikan 4% (0.04)
Penelitian ini memberikan bukti empms bahwa korupsi cenderung memperlambat pertumbuhan ekonomi di Lebanon. Korupsi mengurangi standar hidup masyarakat Lebanon. Korupsi menghambat pertumbuhan secara tidak langsung melalui pengurangan faktor input dalam fungsi Cobb-Douglas. Korupsi meningkatkan inefisiensi pengeluaran pemerintah dan mengurangi investasi dan produktivitas modal manusia, menimbulkan efek negatif terhadap output.
30
2.2.4. Penelitian Jorge Martinez-Vasquez, Robert M.McNab dan StephenS. Everhart (2005)
"Corruption,
Investment, and C'rrowth In Developing Countries"
merupakan judul dari penelitian ini dengan memperluas model pertumbuhan neoklasik untuk meneliti secara empiris pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menguji pengaruh korupsi terhadap investasi modal manusia, modal swasta dan modal publik dan pemerintah yang demoktratis. Pengaruh korupsi
terhadap tingkat
investasi
publik dan swasta
memperlihatkan suatu ambigu dan pada setiap tingkat korupsi dan kurang berdampak dibandingkan studi-studi terdahulu. Namun peneliti mendapatkan bahwa pengaruh korupsi terhadap akumulasi modal manusia lebih terlihat dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti juga menemukan bahwa pengaruh korupsi terhadap pemerintahan adalah negatif yang mana menghambat pertumbahan ekonomi. Adapun model-model yang digunakan pada penelitian ini meliputi : a.
Model untuk melihat pengaruh korupsi terhadap investasi swasta
Jft b.
Model untuk melihat pengaruh korupsi terhadap investasi publik
Ig c.
= pl Cit+ Pz( cit Jg) + P3Ift + P4Qlt + PsZit + /li +At+ Vtt ...... (2.17) =
P1CLt
....... (2.18)
Model untuk melihat pengaruh korupsi terhadap modal manusia
Hit= P1Cit d.
+ Pz(Cit Ift) + P3I{e + P4Qit + PsZit + /li +At+ vit
+ PzYit + P3Qit + P4Zit + /li +At+ vit ... ................... (2.19)
Model untuk melihat pengaruh korupsi terhadap pemerintahan
Qit
= P1 cit+ PzCit * Jg + P3Yit + P4Zit + !li +At+ vit ................ (2.20)
31
e.
Model untuk melihat pengaruh korupsi terhadap pertmnbuhan ekonomi ·
Ytt
= P1Ctt + P2Ii~ + P3Ift + P4Qit + PsHtt + P6Ztt + J.lt +At+ Vtt ..(2.2l) Dimana Jft !ldalah investasi swasta, Cit adalah korupsi, 11~ adalah investasi
publik, Qit adalah pemerintahan, Cit li~ adalah interaksi antara korupsi dan investasi publik, y adalah perubahan GDP perkapita, Zit adalah sekumpulan variabel kondisional. Tabel 2.2 berikut menggambarkan secara jelas variabel-variabel yang digunakan oleh model-model di atas :
Tabel2.2 Deskripsi Val'iabel Varia bel Kualitas Birokrasi
Korupsi
Investasi Swasta Investasi Publik GDP Perkapita Arus Uang Bantuan asing
Utang Luar Negeri Perdagangan Kematian Bayi Populasi
Deskripsi dan somber Kualitas birokrasi, diskala ulang dari 0 = buruk sampai 6 = baik, menjadi 0 = buruk sampai l=baik sumber : ICRG Indeks korupsi, diskala ulang dari 0 = buruk sampai 6 = baik, menjadi 0 = buruk sampai 1=baik Sumber : ICRG Rasio investasi swasta dan GDP Sumber : olahan peneliti Rasio investasi publik dan GDP Sumber : olahan peneliti Gross Domestic Produk Perkapita Sumber : WDI 2002 Persentase saldo arus uang dari GDP Sumber : WDI 2002 Persentase bantuan intemasional dari pengeluaran pemerintah pusat Sumber : WDI 2002 Persentase utang luar negeri dari GDP Sumber : Global Development Finance 2002 Persentase Ekspor dan Impor dari GDP Sumber : Global Develo_l)_ment Finance 2002 Kematian dari 1000 kelahiran bayi Sumber : US Cencus 2002 Total populasi Sumber : WDI 2002
32
l.l.S. Penelitian Vito Tanzi dan Hamid R. Davoodi (2000) Penelitian yang berjudul
"Corruptio~
Growth, and Public Finances"
mendiskusikan beberapa cara yang mempengaruhi
pertumbuhan
seperti
pengaruhnya terhadap perusahaan, alokasi bakat dan investasi. Demikian pula penelitian ini mendiskusikan pengaruh korupsi terhadap beberapa aspek dari keuangan publik. Peneliti menjelaskan bahwa korupsi berhubungan negatif dengan pembangunan ekonomi yang diukur dengan GDP Perkapita riil. Grafik 2.1. memperlihatkan hubungan tersebut dari 97 negara pada tahun 1997 yang mana negara dengan persepsi korupsi tinggi cenderung memiliki pendapatan perkapita riil rendah.
Grafik 2.1. Korupsi dan Pembangunan Ekonomi di 97 Negara
-
40 3~
I
,i I
&
I.
I
.liO
2' 20
as 10 ~
•
0 0
?
10
Demikian pula hubungan negatif antara indeks persepsi korupsi dan pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan pertumbuhan GDP perkapita riil. Hal tersebut bisa tergambarkan dari Grafik 2.2. yang negara nya sama dengan Grafik 2.1. di atas
33
Grafik 2.2. Korupsi dan-Pertumbuhan di 97 Negara 10 -,-------------------------------------~------~
•
a 6
•
•
• • •• • • •
• . -· -· ..... - ...... . -..,. . ......... ..
• •
••
• •
~~,
•
•
-10-·
• •
,
• •
•
~-----~-~-~--~--~----.--~-~-~ 2 6 7 9 4 0
c • ..-..-.... r.~•P•••• .....
•
Korupsi dari sisi perusahaan berdasarkan survei dari 3000 perusahaan di masa transisi ekonomi menunjukkan bahwa sogok dibayarkan 5 persen dari pendapatan tahun oleh perusahaan kecil, 4 persen oleh perusahaan sedang, kurang
dari 3 oleh perusahaan besar. Perusahaan lebih kecil membayar sogok lebih sering dibandingkflll perusahaan kecil dan besar. Korupsi bisa berpengaruh terhadap investasi dengan cara yang berbeda. korupsi berpengaruh terhadap (a) total investasi, (b) ukuran dan komposisi dari FDI, (c) ukuran investasi publik, (d) kualitas keputusan investasi dan proyek investasi. Korupsi mempengaruhi alokasi bakat, dimana menunjukkan bahwa negara dengan korupsi yang tinggi cenderung memiliki pendapatan perkapita yang rendah, dan tingginya rasio pengacara dan teknisi. Negara yang masyarakatnya lebih korup membutuhkan lebih banyak pengacara. lndek korupsi yang tinggi lebih banyak orang ingin lulus jurusan hukum. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa ada pengaruh negatifterhadap pertumbuhan dari alokasi lulusan hukum.
34
2.2.6. Penelitian Selcuk Akcay (2003)
Penelitian yang berjudul "Corruption and Economic Growth : A CrossNation Study" bertujuan untuk mempelajari pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi di 54 negara yang sedang berkembang dan negara maju dari tahun 1960 sampai 1995. Metode yang digunakan adalah ordinary least
squares (OLS) dengan kerangka kerja teoritis berdasarkan Barro dan Mauro yang digunakan untuk dianalisis. Model yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: G =a+
~I
~9Darr+E
Y+
~2C
+
~3SSER
+
~4
PTRSC+
~sGDI+ ~6GC+ ~1POP+ ~siNF+
.......................................................................................... 2.22
Dimana: G = tingkat pertumbuhan GDP perkapita Y = GDP perkapita, nilai awal (1960) C = indeks korupsi SSER = siswa yang diterima di sekolah lanjutan PTRSC = rasio murid dan guru di sekolah lanjutan GDI = rasio investasi domestik bruto dan GDP GC = konsumsi pemerintah persentase dari GDP POP = rata-rata pertumbuhan populasi INF = tingkat inflasi Darr = dummy untuk Afrika Hasil peneltian menunjukkan bahwa korupsi secara statistik signifikan dan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tingkat inflasi,
35
pertumbuhan populasi, konsumsi pemerintah, rasio murid dan guru, berpengaruh negatif, tingkat siswa yang diterima di sekolah lanjutan, investasi domestik bruto berpengaruh positif. Penelitian-penelitian sebelwnnya diatas dapat dilihat lebihjelas pada Tabel 2.3. di halaman 37 sampai 38.
2.3. KERANGKA PEMIKIRAN
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
INVESTASI
,_
RASIO MURID-GURU SEKOLAH DASAR
1-
---. TENAGA KERJA
ATURAN HUKUM
1-
PERTUMBUHAN EKONOMI
1--
Aturan hukum yang tegas diterapkan bagi koruptor dan independensi lembaga peradilan dan kepolisian merupakan hal yang penting dalam keberhasilan pemberantasan korupsi. Kaitannya dengan gambar kerangka pemikiran di atas dilandasi penelitian Eric Chetwynd et al (2003) tentang Corruption and Poverty, untuk mengetahui pengaruh korupsi terhadap kemiskinan menggunakan dalil
economic model, dimana korupsi terlebih dahulu mempengaruhi faktor-faktor pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain korupsi mengurangi investasi, merubah
36
pasar, menggangu kompetisi, menimbulkan inefisiensi dengan menimbulkan biaya dalam berbisnis, dan meningkatkan ketidakmerataan pendapatan. Demikian pula kerangka pemikiran di atas juga melihat dari penelitian Emmanuel Anoruo dan Habtu Braha (2005), dimana korupsi mempengaruhi pertumbuhan melalui Investasi, Kapital dan Pertumbuhan Populasi. Jorge Martinez-Vasquez et al. (2005) menambahkan pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan melalui Modal Manusia. Namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan tiga faktor produksi yaitu investasi, pendidikan dan tenaga keija yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.
2.4. HIPOTESIS Dari tinjauan teoritis dan penelitian sebelumnya dapat dibangun hipotesis bahwa: I) Investasi berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara 2) Rasio
Murid-Guru
Sekolah
Dasar
berpengaruh
negatif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara 3) Tenaga Keija berpengaruh positifterhadap Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara. 4) dan Korupsi dari sisi Aturan Hukum berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara dimana peningkatakan indeks aturan hukum menunjukkan tingkat korupsi yang rendah sehingga meningkatakan Pertumbuhan Ekonomi.
Tabel 2.3. Ringkasan Penelitian-Penelitian Sebelumnya Penelitian Aliyu, Shehu Usman Rano dan Akanni Oludele (2008) Emmanuel Anoruo anrl Habtu Braha (2003)
Moe Farida dan Fredoun Z. AhmadiEsfahani (2006)
Jorge MartinezVasquez, Robert M.McNab dan Stephen S. Everhart (2005)
Tujuan Penelitian Meramalkan pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Nigeria melalui pengaruhnya terhadap modal fisik, modal rnanusia dan tenaga keria. Meneliti efek korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi 18 negara Africa
Model Penelitian Y=ao+ a 1 CJCE~+ a2TEM1+ a3 TSE,+ ~OR,+p GCE,=Po+ P1TSE,+ P2TEM,+ PJ COR,+p TSE,=h0 + h1GCE,+ h2TEM,+ b3 TSE,+ b-1COR,+p, TFM,=yo+ Y1GCE,+ Y2TSE,+ YJCOR,+p,
EG,=ao + a1COR,+ a~,+ a~G,+ «4Y0+e1 K,= ao + a1COR, + a2EG,+ a~G,+ e, PG,= ao + a1COR,+ a2EG,+ a~,+ e,
Membangun dan menguji model pertumbuhan neoklasik yang secara eksplislt meliputi secara langsung maupun tidak langsung pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Libanon. Fokusnya terhadap pengaruh korupsi terhadap investasi, modal manusia, pengeluaran pemerintah dan bantuan luar negeri
LnGDP, =Po+ P1 lnGOV, + P2lnPOP + PJ ln!NV, + P<~lnEDU, + e, Ln GDP, =Po+ P11nGOV,+ fillnPOP+ PJNV+ P41nEDU+ P51nCRPT +e, LnGDP, =Po+ P1lnGOV, + P~nPOP + PJiniNV, + P-~lnEDU, + P5lnCRPT + PrJnCRPTSQ, + e, LnGDP, = Po + P1lnGOV, + P~nPOP + PJinJNV, + P-~lnl.lJU, + P5lnCRPTSQ, + e, LnGDP, =Po+ P11nGOV, + P~nPOP + P:Jin!NV, + P<~lnEDU, + P5lnCRPTQ, + e, LGDP, =Po+ P1 D lnFA, + P2lnPOP + P:Jin!NV, + P4 1nEDU, + e, LGDP, =Po+ P1D lnFA, + P2lnPOP + P:Jin!NV, + P-~lnEDU, + Ps lnCRPT, -r e,
Meneliti secara empiris pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi dengan menguji pengaruh korupsi terhadap investasi modal manusia, modal swasta dan modal publik dan pemerintah yang demoktratis
1ft= PtCit + flz(Cit I~)+ {13Ift + {J4Qtt + PsZtt +J.Lt +At+ Vtt I~= PtCit + fJz(Cit ift) + {13Ift + {J4Qtt + fJsZtt +J.Lt +At+ Vtt Hit = Pt Ctt + PzYtt + {J3Qit + fJ4Ztt + llt +At +vtt Qu = Pt Cit + fJzCtt * Jg + P3Yit + fJ4Zit + llt +At+ Vtt h=~~+~~+~~+~~+~~ +{J6Zit + lli +At + Vit
Huil Penelitian Korupsi secara signifikan berpengaruh negatifterbadap pertumbuhan ekonomi, penelitian juga menemukan bahwa korupsi menimbulkan p~ngaruh negatifterhadap modal manusia dan total pekerjaan, tetapi berpengaruh postif terhad'lp pengeluaran modal pemerintah Korupsi memperlambat pertumbuban ekonomi 0.87 persen, korupsi memiliki pengaruh negatif terbadap pertumbuhan ekonomi, korupsi mempunyai hubungan negatif dengan investasi. Korupsi mempunyai dampak bagi pertumbuhan populasi Korupsi menghambat pertumbuhan secara tidak langsung melalui pengurangan produktivitas faktor input dalam fungsi Cobb-Douglas, peneliti memberikan bukti empiris yang menjelaskan bahwa korupsi meningkatkan inefisiensi per.geluaran pemerintah dan mengurangi investasi dan produduktivita& modal manusia, menimbulkan pengaruh negatif terhadap output. I I
Pengaruh korupsi terhadap tingkat investasi publik dan swasta memperlihatkan suatu ambigu dibandingkan studi-studi terdahulu. Namun peneliti mendapatkan bahwa pengaruh korupsi terbadap akumulasi modal manusia lebih terlihat dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya. Peneliti juga menemukan bahwa pengaruh korupsi terhadap pemerintahan adalah negatif yang mana menghambat pertumbuban ekonomi
31
Penelitian Vito Tanzi dan Hamid R. Davoodi (2005)
Selcuk Akcay
Tujuakl Penelitian Model Penelitian Mendisk.usikan beberapa cara yang mempengaruhi pertumbuhan seperti pengaruhnyaterhadap perusahaan, alokasi bakat dan investasi. Demikian pula penelitian ini mendisk.usikan pengaruh korupsi terhadap beberapa aspek dari keuangan publik Mempelajari pengaruh korupsi G =a+ P1 Y+ {J~ + PJSSER + P<~ PTRJ;C+ dan pertumbuhan ekonomi di 54 PsGDI+ Pt!JC+ P7POP+ Ps!NF+ P~afr+ £ negara yang sedang berkembang dan negara maju 1960 s/d 1995
-
Basil Penelitian Negara yang memiliki tingkat korupsi yang tinggi pembangunan dan pertumbuban ekonominya rendah. Perusahaan kecil cenderung membayar uang sogok yang besar. Korupsi berpengaruh terbadap investasi baik dari segi investasi total, uk.uran dan komposisi dari FDL ukuran investasi publik, kualitas keputusan investasi dan proyek investasi. Korupsi mempengaruhi alokasi bakat i
Analisis empiris menunjukkan bahwa korupsi mempunyai hubungan negatif dan signifikan terbadap pertumbuban ekonomi. Sedangkan inflasi, pertumbuhan populasi, konsumsi pemerintah, rasio murid dan guru (proksi kualitas modal manusia) berpengaruh negatif terhadap pertumbuban ekonomi, tingkat diterima siswa ke sekolah lanjutan (proksi k.uantitas modal manusia) . _dan investasi domestik bruto berpengaruh positif.
38
BABID METODE PENELITIAN
3.1. Data dan Somber Data 3.1.1. Cakupan Data Data yang diteliti adalah data panel yang mencakup wilayah Asia Tenggara dengan data cross section 10 Negara Asia Tenggan, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, Vietnam dan data time series tahun 2002 sampai tahun 2008. 3.1.2. Somber Data Data yang digunakan dalam tulisan ini berupa data sekunder yang bersumber dari UNCTAD, UNDP, dan World Bank. Data-data dalam penelitian ini diperoleh melalui metode riset kepustakaan dan metode dokumentasi. Untuk metode riset kepustakaan, data berasal dari kepustakaan yang berupa literatur, tulisan ilmiah maupun artikel, sedangkan motode dokumentasi merupakan data yang bersumber dari World Bank serta sumber lainnya yang menunjang penelitian 1m.
3.2. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui pendekatan metode anal isis kualitatif (deskriptit) dan
kuantitatif
Metode anal isis kualitatif
memaparkan semua data dan informasi berdasarkan data yang bersumber pada
39
40
data sekunder, jurnal, artikel, studi literatur dan basil-basil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan objek penelitian. Analisis kuantitatif memaparkan seluruh data dan informasi olahan yang berhubungan dengan objek penelitian secara ekonometrika, baik dalam bentuk uji validasi asumsi OLS (Ordinary Least Squares) seperti multikolinieritas, heteroskedastisitas dan otokorelasi, maupun uji statistik (uji t, uji F dan R 2). Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini membatasi pembuktian pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi. Teknik ekonometrika yang digunakan untuk mengolah data panel adalah dengan Ordinary Least Squares,
Fixed Effect, dan Random Effect Model.
3.3. Regresi dan Model Penelitian 3.3.1. Regresi Data Panel Data panel merupakan gabungan data cross section dan data time series. Keuntungan yang diperoleh dengan data panel, diantaranya adalah ketersediaan data menjadi degree offreedom (df) semakin besar dan bisa melakukan anal isis heterogenitas antar individu atau antar waktu. Beberapa teknik untuk meregresi model dengan data panel adalah : 1)
OLS (Ordinary Least Squares) Untuk menaksir data panel dengan metode OLS (Ordinary Least Squares)
atau Common Effect Model, tekniknya sama dengan regresi menggunakan data
cross section atau data time series. Untuk data panel, sebelum membuat regresi maka data cross section dan data deret waktu harus digabungkan dulu (pool data).
41
Data gubungan ini diperlukan sebagai satu kesatuan pengamatan yang akan diestimasi. Ketika data digabungkan menjadi pool data, maka hasilnya akan cenderung menjadi lebih baik dibandingkan dengan regresi yang hanya menggunakan data
cross section atau data time series saja, tetapi dengan menggabungkan data, perbedaan individu maupun antar waktu tidak terlihat. Untuk mengatasi hal tersebut dapat menggunakan Metode Fixed Effect
Model atau Random Effect Model yang diuji dengan Metode Hausman untuk mendapatkan model terbaik.
Fixed Effect Model
2)
Fixed Effect Model merupakan model yang dapat menunjukk:an konstan antar objek meskipun dengan koefisien regressor yang sama. Untuk membedakan satu objek dengan objek lainnya digunakan variabel dummy, sehingga setiap objek memiliki konstan yang berbeda. Regresi yang menggunakan variabel dummy sebagai variabel bebas dapat diregresikan menggunak:an OLS yang menghasilk&n
estimator yang tidak bias dan konsisten. 3)
Random Effect Model Jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (t) lebih besar
dibandingkan jumlah individu (i), maka disarankan untuk menggunak:an Fixed
Effect Model. Jika data panel mempunyai jumlah waktu (t) lebih kecil dibandingkan jumlah individu (i) maka disarankan menggunakan Random Effect
A1odel.
42
Dalam Random Effect Model perbedaan individu diakomodasi melalui
e"or. Ada dua komponen yang membentuk e"or yang individu dan waktu. random e"or diurai menjadi error untuk komponen individu, e"or komponen waktu dan e"or gabungan.
Random Effect Model menganggap efek rata-rata dari cross section dan deret time series direpresentasikan dengan intercept, untuk data time series direpresentasikan dalam Vt dan untuk cross section dinyatakan dalam Uj. 4)
Uji Hausman Uji Hausman digunakan untuk melihat konsistensi pendugaan dengan OLS.
Jika Metode Fixed Effect dan Random Effect lebih baik dari OLS, metode mana yang h~uus dipilih? Hausman telah mengembangkan suatu uji statistika untuk memilih Metode
Fixed Effect atau Random Effect. Statistika Uji Hausman mengikuti distribusi chi squares dengan degree offreedom sebanyak k dimana k adalah jumlah variabel independen. J ika nilai statistik bausman lebih besar dari nilai kritisnya, maka model yang tepat adalahfzxed effect. Jika nilai statistik hausman lebih kecil dari nilai kritisnya, maka dipilih model random effect. 3.3. 2. Model Penelitian Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :
PDBKAP = f(INV, PEND, TK, AH) Log(PDBKAP)it = ao+ UJ INVIit + Uz RMG2it+ U3 TK3it + U4AH4it+Jlit ......... (3.1) Dimana:
43
Cli = koefisien variabel ke-i, i = 0-4
PDBKAP = PDB perkapita riil tahun dasar 2000
INV = lnvestasi RMG = Rasio Murid dan Guru SD TK = Tenaga Keija AH = Aturan Hukum i =Data Cross section ke-i (negara ke-1 sampai ke-10 di Asia Tenggara) t =Data Times Series tahun t (tahun 2002 sampai dengan 2008) untuk mengetahui dengan jelas data interpretasi dari variabel-variabel dari model ekonometrika di atas dapat dilihat dari Tabel berikut ini
T ABEL 3.1 OPERASIONALISASI VARIABEL NO
SIMBOL
1
PDBKAP
2
INV
BATASAN PENGERTIAN Pertumbuhan Pertumbuhan PDB Produk Perkapita riil Asia Domestik Bruto Tenggara tahun dasar 2000 Perkapita Investasi Gross Fixed Capital Formation meliputi bangunan, jalan, bandara, mesin-mesin, alat dan VARIABEL
SUMBER UNCTAD
World Bank
seb~in_y~
3
RMG
4
TK
Rasio Murid dan Guru SD Tenaga Keija
5
AH
Aturan Hukum
Rata-rata jumlah siswa per &!!_ru di Sekolah Dasar Jumlah orang yang bekerja merupakan angkatan kerja dikurangi jumlah penganggur Sejauhmana Kepolisian dan Pengadilan dalam penegakan hukum proksi untuk tingkat korupsi Skomya antara -2.5 (sangat buruk) s/d 2.5 _(saJ!g_at baik_l
World Bank UNDP
World Bank
44
3.4. Pengujian Kriteri Ekonometrika dan Hipotesis Metode regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi antar variabel dengan teknik ekonometrik menggunakan Ordinary Least Squares (OLS) atau Common Effect, Fixed Effect dan Random Effect Model yang akan membantu mengukur sejauhmana variabel independen mempengaruhi variabel de penden. Dalam ekonometrika, analisis regresi menuntut dipenuhinya berbagai asumsi agar model dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Untuk itu dilakukan uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas dan uji otokorelasi. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kemungkinan terjadinya hubungan tinier antar variabel independen dan adanya observasi yang menggunakan data deret wal1u yang mempunyai kaitan satu sama lain. Selain itu, pengujian hipotesis juga merupakan hal yang sangat penting dalam ekonometrika. Dua tipe pengujian hipotesis adalah uji t dan uji F. Uji t untuk menguji hipotesis pada koefien-koefisien secara simultan, sedangkan koefisien determinasi (R2) digunakan untuk menguji kebagusan model (goodness of fit). Selanjutnya dilakukan analisis ekonomi untuk mengetahui kesesuaian
antara hasil uji empiris dengan model teoritis yang digunakan.
3.4.1. Pengujian Kriteria Ekonometrika 1)
Uji Multikolinieritas Multikolinieritas adalah adanya hubungan tinier antar variabel independen
di dalam regresi. Multikolinieritas tidak akan terjadi pada persamaan garis regresi
45
sederhana yang hanya terdiri dari satu variabel dependen satu variabel independen, tetapi tetjadi pada regresi majemuk yang melibatkan beberapa variabelindepende~
Adanya multikolinieritas dapat dideteksi dari nilai R2 yang tinggi, tetapi variabel indepcnden banyak yang tidak signifikan, menggunakan VIF (Variance Inflation Factor) atau dengan melihat matriks korelasi antar variabel. Apabila
koefisiennya rendah maka tidak terdapat multikolinieritas dan sebaliknya. (Gujarati, 2003) menyatakan bahwa jika tujuan analisis hanya untuk peramalan, maka multikolinieritas bukan masalah serius. Pada model yang mengandung multikolinieritas, estimator masih bersifat BLUE tetapi memiliki varians kovarians yang besar, sehingga sulit dipakai sebagai alat estimasi. Akibat lain adalah interval estimasi cenderung Iebar dan nilai t akan kecil, sehingga menyebabkan variabel independen tidak signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel independen. 2)
Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dalam model regresi tinier adalah vanan residual
bersifat homokedastis atau bersifat konstan. Dalam kenyataannya, nilai residual sulit sekali bersifat konstan atau disebut heteroskedastis. Heteroskedastisitas pada suatu model
regresi
akan menyebabkan
penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien karena varian tidak lagi minimum, meskipun estimator itu sendiri tidak bias. Untuk menguji adanya gejala heteroskedastisitas salah satunya menggunakan metode Uji White.
46
Pengujian gejala heteroskedastisitas menggunakan metode Uji White, adalah dengan membandingkan nilai obs*R-Squares-hitung dengan nilai ChiSquare dari tabel, maka model dianggap mempunyai heteroskedastisitas. Sebaliknya jika nilainya lebih kecil, maka dianggap tidak terjadi masalah heteroskedasitisitas (Gujarati, 2003). 3)
Uji Otokorelasi Model
regrest
menggunakan
metode
kuadrat
terkecil
(OLS)
mengasumsikan bahwa error merupakan variabel random yang independen (tidak berkorelasi) agar estimator bersifat BLUE. Apabila data yang dianalisis mengandung otokorelasi, maka estimator metode kuadrat terkecil memiliki karakteristik yang masih tinier, masih tidak bias, tapi tidak lagi memiliki varian minimum sehingga estimator hanya bersifat BLUE, tidak lagi BLUE. Metode yang dapat diterapkan untuk mendetcksi adanya otokorelasi salah satunya adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson. 3.4.2. Pengujian Hipotesis 1)
Uji t Uji t pada dasamya digunakan untuk melihat adanya pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara individual. Pengujian didasarkan atas hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (H 1). Dengan membangun hipotesis nol dan hipotesis alternatif, dapat disusun pemyataan yang kuat hila hipotesis nol ditolak. Apabila kita mengharapkan suatu koefisien yang negatif, maka hipotesisnya adalah:
47
Ho : p ~ 0
(nilai yang tidak diharapkan)
Ht : P< 0
(nilai yang diharapkan benar)
Cara lain adalah dengan menguji hipotesis, bahwa
p
tidak berbeda secara
signifikan dari nol untuk masing-masing arab. Untuk pendekatan seperti ini hipotesis di tulis :
Ho: P=O Ht
:P *0
Cara pengujiannya adalah dengan membandingkan nilai t-hitung dengan nilai ttabel. Jika nilai t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak (signifikan), yang berarti secara individual variabel independen mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen. Jika t-hitung < t-tabel, maka Ho tidak ditolak (tidak signifikan) yang berarti bahwa variabel independen tidak dapat menerangkan variabel dependen (Gujarati, 2003) 2)
Uji F Uji t bennanfaat untuk menguji koefisien regresi secara individual namun
tidak dapat digunakan untuk menguji hipotesis lebih dari satu koefisien sekaligus. Untuk menguji adanya pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen maka digunakan uji F. Hipotesis nol dalam sebuah uji F menyatakan, bahwa semua koefisien dalam sebuah persamaan adalah sama dengan nol secara serentak. Untuk persamaan dengan k variabel bebas, hipotesisnya adalah :
Ho : Pt = P2 =
.....
Ht :salah satu Pk
= Pk = o
*
0
48
Jika F-hitung > F-tabel, maka
Ho ditolak. Artinya semua variabel independen
mempunyai pengaruh secara bersamaan terhadapa variabel dependen. Jika F-hitung < F-tabel, maka
Ho tidak ditolak. Artinya semua variabel
independen tidak mempunyai pengaruh secara bersamaan terhadapa variabel dependen. 3)
Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi (R2) atau goodness offit merupakan ukuran penting
dalam regresi, karena dapat menginformasikan baik atau tidak model regresi yang ditaksir. R 2 menunjukkan kemampuan model untuk menjelaskan hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen dan mempunyai nilai O
Anal isis Ekonomis Untuk model yang telah diuji secara statistik, dilakukan analisis ekonomi
untuk mengetahui kesesuaian antara hasil uji empiris dengan model teoritis yang digunakan. Pada model di atas diketahui, bahwa secara teoritis parameter Korupsi mempunyai pengaruh negatif terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Bila hasil uji
49
secara empiris memiliki tanda yang sama, berarti model tersebut sesuai dengan landasan teoritisnya, sebaliknya jika tandanya berbeda, maka model empiris tersebut tidak memenuhi spesifikasi teori ekonomi, sehingga perlu dicari proksi variabellain yang relevan.
BABIV HASll.. PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Objek Penelitian 4.1.1. Deskripsi Wilayah Asia Tenggara adalah kawasan di Benua Asia bagian Tenggara. Kawasan ini mencakup Indochina dan Semenanjung Malaya serta kepulauan sekitarnya. Asia Tenggara berbatasan dengan Republik Rakyat Cina di sebelah
U~ra,
Samudera Pasifik di Timur, Samudera Hindia di Selatan, Teluk Benggala dan anak Benua India di Barat. Asia Tenggara biasanya dibagi dalam dua kelompok yaitu Asia Tcnggara Daratan (ATD) dan Asia Tenggara Maritim (ATM). Negaranegara yang tennasuk dalam ATD adalah Kamboja, Laos,
My~_nrnar,
Thailand,
Vietnam dan Negara yang tennasuk dalam ATM adalah Brunei, Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Timor Leste. Malaysia, meskipun ada bagian yang tersambung ke benua Asia, biasa dimasukkan ke dalam ATM karena alasan budaya. Semua negara Asia Tenggara terhimpun ke dalam organisasi ASEAN, kecuali Timor Leste. Secara geografis (dan juga secara historis) sebenarnya Taiwan dan pulau Hainan juga tennasuk Asia Tenggara, sehingga diikutkan pula. Namun demikian, karena alasan politik Taiwan dan pulau Hainan lebih sering dimasukkan ke kawasan Asia Timur. Kepulauan Cocos dan Pulau Christmas, yang terletak di
so
51
selatan Ja~ oleh beberapa pihak dimasukkan sebagai Asia Tenggara meskipun secara politik berada di bawah administrasi Australia.
4.1.2. Deskripsi Variabel Gambaran singkat mengenai varibel-variabel penelitian dijelaskan dengan maksud untuk mengetahui dinamika dan fenomena yang teijadi selama periodc penelitian yang meliputi variabel Pendapatan Perkapita, Investasi, Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar, Tenaga Keija, dan Aturan Hukum.
1)
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan
ekonomi
sebagai
suatu
ukuran
kuantitatif
yang
menggambarkan perkembangan suatu perekonomian dalam suatu tahun tertentu apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dihitung berdasarkan nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu atau sering disebut dengan Produk Domestik Bruto (PDB). Konsep yang berkembang saat ini tidak hanya sekedar pertumbuhan ekonomi tetapi lebih jauh dikarenakan pertumbuhan ekonomi belum mampu menjawab aspek-aspek lain yang mengalami perubahan dan pembangunan ckonomi dan peningkatan kesejahteraan. Pembangunan ekonomi merupakan pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan dimana ada tidaknya pembangunan ekonomi tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun namun diukur pula perubahan-perubahan yang terjadi dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan,
52
perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan pendapatan dan kemakmuran rakyat.
Tabel 4.1. Data Pertumbuhan Ekonomi Negara Brunei
Filipina
Indonesia
Kamboja
Laos
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006
GDP (US$ Juta) 5845.69 6015.10 6045.49 6068.92 6380.94 6405.80 6245.65 95338.67 100038.60 106420.66 111602.22 117681.40 126309.30 132119.53 236103.24 247133.77 259566.76 274342.78 289460.28 307743.60 326515.96 5073.20 5504.72 6073.93 6878.73 7619.65 8397.20 8817.06 2309.22 2442.48 2611.36 2801.22 3033.98
GDP Perkapita
Pertumbuhan Ekonomi
2.9% 0.5% 0.4% 5.1% 0.4% -2.5%
4.9% 6.4% 4.9% 5.4% 7.3% 4.6%
4.7% 5.0% 5.7% 5.5% 6.3% 6.1%
8.5% 10.3% 13.3% 10.8% 10.2% 5.0%
5.8% 6.9% 7.3% 8.3%
I
.(US$) 18783.02 18884.32 18502.59 17971.88 18495.95 18230.42 17412.83 1014.83 1044.13 1077.79 1107.73 1145.07 1206.80 1237.57 849.75 877.72 909.82 949.23 988.70 1037.81 1086.98 322.52 344.12 373.43 414.41 448.19 522.04 537.40 351.00 362.73 379.04 398.61 423.28
53
Negara
Tahun
2007 2008 Malaysia 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 Myanmar 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 Singapura 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Thailand 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Vietnam 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 SUMBER:UNCTAD
GDP (US$ Juta) 3276.70 3512.62 117947.01 124774.37 133238.37 140342.82 148446.94 157869.04 165131.01 14939.66 17007.90 19328.10 21956.73 24745.23 26097.10 27193.17 113377.75
Pertumbuhan Ekonomi 8.00/o 7.2%
5.8% 6.8% 5.3% 5.8% 6.3% 4.6%
13.8% 13.6% 13.6% 12.7% 5.5% 4.2%
3.5% 9.0% 7.3% 8.2% 7.7% 1.1%
7.1% 6.3% 4.5% 5.1% 4.8% 2.6%
7.3% 7.8% 8.4% 8.2% 8.3% 6.2%
GDP Perkapita (US$)
448.66 471.97 4050.95 4205.54 4407.23 4555.65 4738.20 4954.65 5095.98 173.95 194.08 216.21 240.78 266.01 275.02 280.92 22565.81 23702.70 25511.87 26738.40 28035.71 28961.62 28784.66 2080.84 2210.43 2311.80 2415.39 2532.14 2633.93 2675.63 447.54 473.44 503.27 537.94 573.76 615.74 644.90
54
Dari Tabel 4.1. menunjukka.n bahwa Myanmar mengalami pertumbuhan ekonomi paling pesat pada tahun 2003 dengan laju pertumbuhan sebesar 13.8% dan merupakan laju pertumbuhan tertinggi dibandingkan negara lainnya selama tahun 2002 sampai 2008. Tahun 2004, 2005 dan 2006 pertumbuhan ekonomi tertinggi berturutjuga dialami negara Myanmar yakni sebesar 13.6%, 13.6%, dan 12.7% disusul oleh Kamboja berturut tahun 2004, 2005, sampai 2006 sebesar 10.3%, 13.3% dan 10.8%. Tahun 2006 ekpor gas alam dan hasil panen yang baik yang mendukung aktivitas ekonomi di Myanmar sedangkan di Kamboja pertumbuhan ekonomi di tahun tersebut didukung oleh ekpor tekstil yang tinggi, peningkatan jumlah wisatawan, dan konstruksi dan pertumbuhan ekonomi di tahun 2007 yang sebesar 10.2% diperkirakan disebabkan penguatan aktivitas ekonomi dalam negeri meliputi aliran masuk FDI dan pengeluaran modal pemerintah (ADB, 2007). Myanmar meskipun di tahun 2003 sampai 2006 menempati pertumbuhan ekonomi tertinggi
dibandingkan negara lain namun ada kecenderungan
pertumbuhan mengalami penurunan sampai dengan 2008. 5.46% dari 12.07% lebih dari 50% penurunan pertumbuhan ekonomi yang teijadi di tahun 2007 merupakan suatu kemunduran yang besar.
Hal ini dikarenakan kurang
dikembangkan suasana investasi yang baik bagi sektor swasta dan sektor energi sehingga dapat merangsang pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Kurangnya transparansi dan birokrasi yang berkualitas untuk menciptakan iklim bisnis yang baik juga yang mendorong terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi di Myanmar.
55
Pertumbuhan Indonesia dari tahun ketahun kecenderungan mengalami peningkatan meskipun mengalami penurunan tetapi bisa dikatakan penurunannya tidak terlalu tajam. Sesudah pertumbuhan ekonomi bertahan di atas 5% karena konsumsi swasta dan ekpor dan sampai 6.32% di tahun 2007 akibat membaiknya iklim investasi dan akhimya mengalami penurunan di tahun 2008 sebesar 6.1 0%. Hal ini terjadi karena ekpor dan manufaktur global mengalami penurunan namun Indonesia merupakan negara dengan GDP paling besar disusul oleh Thailand dan Malaysia. GDP Brunei Darussalam mempunyai porsi terkecil kedua setelah Laos. Namun karena penduduk Singapura sedikit dibandingkan neg?.ra lain sehingga pendapatan perkapitanya terbesar kedua sete!ah Singapura. Singapura termasuk negara dengan GDP besar dikarenakan jumlah penduduk di Singapura sedikit sehingga pendapatan perkapita masyarakatnya paling besar dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya. Singapura digolongan sebagai negara
maju. Brunei
Darussalam pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan yang sangat signifikan sebesar -2.5% hal ini dikarenakan penurunan produksi minyak dan gas yang merupakan produk andalan dari negara ini. Filipina mengalami pertumbuhan 4.6% di tahun 2008 yang termasuk pertumbuhan terendah selam 2002 sampai 2008 hal ini akibat penurunan permintaan ekspor luar negeri. Berbeda dengan Indonesia GDP besar namun GDP perkapita rendah dimana hal ini sesuai dengan model Solow yang memprediksi bahwa negaranegara dengan populasi yang lebih tinggi akan memiliki pendapatan perkapita yang rendah.
56
Penurunan pertumbuhan ekonomi K.amboja tahun 2008 disebabkan lemahnya ekpor garmen dan sektor kepariwisataan. Demikian pula kombinasi kondisi ketidakstabilan perpolitikan negara tetangga Thailand dan sentimen negatif investor menyebabkan pertumbuhan mengalami penurunan sebesar 5%. (ADB, 2009). Malaysia dengan 5. 8% pertumbuhan ekonomi di tahun 2006 didukung penguatan pada investasi publik dan swasta sedangkan pertumbuhan ekonomi tahun 2006 di Thailand diperkuat oleh ekpor namun ada hal-hal yang memperlemah yaitu ketidakpastian perpolitikan. Vietnam pertumbuhan ekonomi di tahun 2006 yang sebe.sar 8.2% didukung oleh penguatan ekspor, peningkatan pengeluaran konsumsi dan penguatan investasi. (ADB, 2007)
2)
Investasi Investasi merupakan suatu faktor penting bagi kelangsungan proses
pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi berkaitan dengan kegiatan produksi baik barang maupun jasa di semua sektor. Untuk itu diperlukan kegiatan produksi perlu dibangun pabrik-pabrik, gedung-gedung perkantoran, mesin-mesin dan alat-alat produksi, infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, bandara (laut dan udara), gudang, bengkel, pusat pembangkit listrik beserta fasilitas distribusinya, dan sebagainya.
untuk
pengadaanya diperlukan dana untuk membiayainya yang disebut dana investasi. Kegiatan produksi yang tumbuh subur akan tercipta kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat pun meningkat maka terciptalah pertumbuhan ekonomi.
57
Grafik 4.1. Investasi di Asia Tenggaran 2002 sld 2008 (persentase) 50
45 40 35 30
Kamboja
25
laos
20
Malaysia
15
Myanmar Slngapura
10
Thailand
5 0
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber : World Bank Perkembangan investasi di Asia Tenggara jika diperhatikan pada Grafik 4.1 di atas menunjukkan bahwa Vietnam termasuk negara yang paling besar investasi nya dibandingkan negara lain dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kecuali di tahun 2008 mengalami penurunan. Laos termasuk negara kedua terbesar investasi nya setelah Vietnam.
3) Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar Perturnbuhan ekonomi seperti yang dijelaskan Teori Ekonomi Modem dan Model Pertumbuhan Endogen tidak hanya memerlukan jurnlah tenaga kerja yang banyak namun sangat memperhatikan kualitas dari tenaga kerja tersebut. Pentingnya kualitas dari tenaga kerja terhadap perturnbuhan dapat diambil kasus di negara-negara Afrika karena berdasarkan studi-studi yang ada bahwa terhentinya pembangunan ekonomi di negara tersebut disebabkan salah satunya kualitas dari tenaga kerja yang masih rendah. Pendidikan dasar menjadi hal yang
58
sangat penting dikarenakan pendidikan yang pertama kali diterima dan diharapkan semua orang tanpa terkecuali dapat mengenyam pendidikan dasar begitu pentingnya pendidikan dasar sehingga pendidikan dasar menjadi tujuan kedua dari Milleniwn Development Goals (MDGs) yang berbunyi Achieving Universal
Primary Education.(ADB, 2009) Kualitas SDM dapat dilihat dari sisi Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar dimana semakin besar rasio murid dan guru menunjukkan kualitas pendidikan semakin buruk: dikarena banyak murid semakin kurang efisien dalam penyampaian materi pendidikan atau dengan kata lain menjadi tidak fokus. Grafik 4.2 berikut menggambarkan bagaimana Rasio Murid dan Guru SD di negara-negara Asia Tenggara dimana terlihat bahwa Kamboja termasuk negara yang kualitas pendidikan yang paling buruk dibandingkan negara Asia Tenggara lainnya dengan rasio di atas 49 sampai dengan 56 namun dari 2002 sampai 2008 mengalami
penurunan
sehingga
ada
kecendurangan
membaik
kualitas
pendidikannya. Filipina termasuk negara dengan kualitas pendidikannya masih rendah yang menempati posisi kedua setelah Kamboja dengan rasio 34 sampai 35 dari 2002 sampai 2008. Brunei termasuk negara dengan Rasio Murid Guru SD terendah sehingga dapat dikatakan Brunei termasuk negara yang kualitas pendidikannya sangat baik, Brunei sudah sangat memperhatikan kualitas pendidikan dari sisi rasio murid guru SD dimana sepanjang tahun 2002 sampai 2008 rasionya cenderung stabil. Posisi Indonesia termasuk negara yang memiliki kualitas pendidikan yang tidak terlalu buruk: dibanding negara Asia Tenggara
59
lainya dan cenderung stabil berkisar rasionya 20 dan 21 yang berarti 20 atau 21 murid diajarkan oleh seorang guru. Grafik 4.2. Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar di Asia Tenggara 2002 sld 2008 60
55
53 50
51
50
• Brunei il Flllplna
40
•Indonesia • Kamboja
• Laos
30
•Malaysia •Myanmar
20
•Singapura Thailand
10
•VIetnam 0
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Surnber : World Bank 4)
Tenaga Kerja Tenaga Kerja sangat diperlukan dalarn proses pembangunan melalui
kegiatan-kegiatan produksi, tanpa adanya tenaga kerja yang mencukupi pembangunan ekonomi akan berjalan tidak lancar. Aspek penting dalam kinerja perekonomian adalah seberapa efektif suatu perekonomian menggunakan surnber daya dengan baik dan dikarenakan pekerja merupakan sumber daya utama sehingga menjaga agar pekerja tetap bekerja menjadi perhatian penting. Perkembangan
jumlah
tenaga
kerja
di
Asia
Tenggara
menunjukkan
kecenderungan peningkatan, tapi jika dilihat per negara, Indonesia termasuk negara yang memiliki jumlah tenaga kerja yang sangat besar dibandingkan negara
60
lain. Hal ini cukup beralasan dikarenakanjumlah penduduk Indonesia yang sangat besar didukung pula dengan wilayah yang luas.
Grafik 4.3. Jumlah Tenaga Kerja Produktif di Asia Ten ara 2002 s/d 2004 ribu Oran
• Brunei
120000
• Filipina
100000
•Indonesia • Kamboja
80000
•Laos
60000
• Malaysia
40000
• Myanmar •Singapura
20000
Thailand
0
•Vietnam
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Sumber : UNDP
Tabel 4.2. Jcmlah Tenaga Kerja Produktif di Asia Tenggara 2002 s/d 2004 (ribu Orang) TU!un
Brunei
fiQNna
lndoneU
Kaaboja
I.-
Mala)'Wb
M}'liiWUII"
SinaaPW"•
Thailand
Vletnaa
2002
153
30062
91647
4480
2490
9543
24600
1574
33061
39SOO
2003
152
30635
92811
4SCO
2537
9870
25291
1605
33841
40600
2004
159
31613
93722
4520
2600
9980
25819
1632
34729
41600
2005
162
32539
93958
4613
2664
10045
26327
2267
35257
42775
2006
174
32963
95177
4724
2712
10275
26833
2S06
35686
43980
2007
179
33S60
97583
47SO
2767
10538
27352
2632
36249
45208
2008
182
34089
102553
4813
2821
10660
27852
2858
37017
46461
Sumber : UNDP Indonesia termasuk negara dengan jumlah tenaga kerja terbesar dibanding negara Asia Tenggara lainnya. Tahun 2006 tenaga kerja di Indonesia sebesar 95 juta orang dimana terbesar bekerja di sektor pertanian yaitu berkisar 40% lebih, 38% bekerja di sektor jasa. Filipina tahun 2006 sebesar 38% bekerja di sektor
61
pertanian, 50% di . sektor j~ Malaysia dominan di tahun 2006 tenaga kerja bekerja di sektor jasa sebesar 58%, 18% di sektor pertanian dan sisanya di sektor industri, Singapura sebesar 68% bekeija di sektor jasa, sisanya 22% bekerja di sektor industri dan tidak ada yang bekerja di sektor pertanian. Tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian di Vietnam tahun 2006 sebesar 55%, 28% di sektor jasa, sisanya di sektor industri. Thailand tahun 2006 dari 35 juta tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 42%, 38% di sektor jasa, sisanya di sektor industri, tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian dan jasa hampir seirnbang. (ILO, 2008)
5) Korupsi dari sisi Aturan Hokum Pemberantasan korupsi merupakan hal yang sangat penting dalam pembangunan, dimana pemerintahan yang jujur dapat mendorong pertumbuhan dan pendapatan yang tinggi yang berkesinambungan. Negara-negara yang menghindari atau berhasil menangani korupsi pada tahun tahun belakangan ini cenderung mendorong persaingan dan meningkatkan kemudahan untuk memasuki pasar dalam perekonomian, menghindari terpusatnya kekuasaan di tangan monopolis-monopolis besar, memastikan perusahaan swasta bersaingan secara sehat. Tidak kalah pentingnya adanya pengurangan kekebalan hukum dari tokohtokoh eksekutif, legislatif, dan yudikatif dan menjamin independensi badan peradilan menegakkan dan mendorong kebijakan promosi yang transparan dan menghilangkan peraturan-peraturan yang tidak efisien dan membuat regulasi yang dibutuhkan lebih transparan.
62
Berbagai ahli hukum menyatakan bahwa korupsi merupakan perbuatan
kriminal yang bukan hanya perbuatan biminal biasa (ordinary crime) bahkan sudah berkembang menjadi perbuatan kriminalluar biasa (extraordinary crime).
Hal ini cukup beralasan dikarenakan akibat yang ditimbulkan dari korupsi tersebut baikjangka pendek maupunjangka panjang. Para pelaku korupsi perlu dilakukan penanganan serius dikarenakan akibat yang ditimbulkannya. Lembaga penegak hukum dalam hal ini Kepolision dan Pengadil~
Komisi Pemberantasan Korupsi di Indonesia harus mampu menjerat
para koruptor sesuai dengan perbuatan yang telah dilakukannya, jangan sampai terjadi tebang pilih dalam penanganan kasus korupsi. Survei yang dilakukan oleh Transparancy International yang menyatakan bahwa Kepolisian dan Pengadilan tennasuk lembaga yang paling menerima suap hal ini terbukti, masih rendahnya penegakkan hukum yang harus nya dilakukan oleh lembaga yang semestinya taat akanhukum. Kasus korupsi Gayus Tambunan menunjukkan dimana aparat penegak hukum dalam hal ini kepolisian dan kejaksaan ikut terlibat di dalamnya dan kasus BLBI yang berujung pada penyuapan yang dilakukan oleh Arthalyta kepadajaksa Urip Tri Gunawan menunjukkan masih lemahnya penegakkan hukum di Indonesia. Kasus-kasus seperti ini menurut Wijayanto (2009) sebagai suatu Illegal
Corruption yakni korupsi yang dilakukan dengan mengacaukan bahasa hukum atau interpretasi hukum. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Bank Dunia terhadap 212 negara di dunia kaitannya dengan WGI (Worldwide Government Indicators) khususnnya
63
berkaitan dengan penegakkan aturan hulrum (rule of law) oleh lembaga . Kepolisian dan Pengadilan diperoleh gambaran penegakkan hukum di Negara Asia Tenggara khususnya sesuai dengan grafik 4.5 dibawah ini. Indeks dalam skala 2.5 yang berari sangat baik aturan hulrum dan -2.5 yang berarti sangat buruk penegakkan hukum.
Grafik 4.4. Korupsi dari sisi Aturan Hokum di Asia Tenggara 2002 sld 2008
2.00
1.73
1.66
1.74
1.73
1.50
1.50
L----------------,.....----------ll-----------1•Brunei
1.00
•FIIiplna •Indonesia
0.50
•Kamboja
• Laos 0.00
• Malaysia • Mvanmar
-0.50
• Singapura Thailand
-1.00
• Vietnam
-1.50
-1.42 -1.59
-2.00
-1.62
-1.63
-1.42
-1.48
-1.61
..1.=========================:=:7
Sumber : World Bank Grafik 4.4 di atas menunjukkan bahwa Singapura termasuk negara yang sangat tegas dalam penegakan hukum dimana skala indeksnya paling tinggi mendekati 2.5 diikuti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam, Filipina, Indonesia, Laos, Kamboja, dan terakhir Myanmar.
64
Sehubungan basil survei di atas Calavan et al (2004) menyatakan bahwa korupsi di Kamboja sudah menjadi kebiasaan sehari-hari bahkan berkembang menjadi penyakit. Korupsi bahkan diperburuk dengan sangat lemahnya pengadilan dan tidak adanya penegakkan aturan hukum di Kamboja. Pemberantasan korupsi dilakukan secara serius di Indonesia ditandai dengan dibentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) yang bertujuan meningkatkan daya guna dan basil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi dikarenakan
institusi
Kepolisian,
Kejaksaan,
Pengadilan, tidak
berjalan
sebagaimana mestinya bahkan larut dan terbuai dalam korupsi itu sendiri (lnovasi, 2010). Myanmar termasuk negara dengan penegakan hukum yang paling buruk dengan indeks mendekati -2 sehingga Myanmar dapat dikatakan negara yang paiing korup. Korupsi di Myanmar secara umum dikarenakan lemahnya aturan dan hukum yang transparan (Hodesh, 2009).
4.2. Analisis Basil Penelitian 4.2.1. Basil Estimasi dan Pengujian Model Penelitian dengan menggunakan data cross section sebanyak 10 negara Asia Tenggara dengan time series selama tujuh tahun dari 2002 sarnpai 2008 menghasilkan estimasi bagaimana Pengaruh Korupsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi dengan menggunakan model fixed effect (lihat larnpiran 1) sebagai berikut:
65
Log(PDBKAP) = 5. 7169 + 0.0098 INV- 0.0401 RMG + 0.2789 Log(TK) + t-stat (5.5326) (3.0644)• (-6.5258)• (2.6071)•• 0.2233AH + J.1t •••••••••••••.••••••••••••••••••••••••.••••••.•••.•. ( 4.1) (6.9284) •• R 2 = 0.9984 F-stat = 2799.699 Catatan: • = signifikan pada a = 1% •• = signifikan pada a = 5% • •• = signifikan pada a = 10% Ts = tidak: signifikan (-) = menyatakan pengaruh negatif
Adj. R 2 = 0.9981 DW= 1.1644
4.2.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 1) Uji Multikolinieritas Pengujian multikolinieritas dilakukan dengan menggunakan indikator
variance inflation factor (VIF). Tingkat kolinieritas tersebut tinggi atau tidak dapat dengan cara melihat nilai (VIF) (Gujarati, 2003), yang dirumuskan:
VIF
1 = 1-R2
..........................................................................
(4.3)
Dengan ketentuan sebagai berikut : 0
; tidak terdapat multikolinieritas
VIF > 10 ; terdapat multikolinieritas Hasil pengujian multikolinieritas terhadap model pengaruh korupsi terhadap pertu..mbuhan ekonomi disaj ikan pada tabel berikut ini :
..
T a be I 4 3 H 8SI"I u·· . "tas I 0 rIDierl 'l• M u lfk Nilai R.! Kesimpulan VIF Tidak terdapat multikolinieritas 0.1202 1.1366 Tidak terdapat multikolinieritas 0.3841 1.6236
Dimensi Investasi Rasio Murid dan Guru SD Tidak terdapat multikolinieritas Tenaga Keija 1.3517 0.2602 Tidak terdapat multikolinieritas Penegakkan Hukum 0.4679 1.8793 Sumber: Uji multikolinieritas dengan indikator VIF (lihat lamptran 2)
66
Dari Tabel 4.3 di atas didapat, bahwa nilai VIF untuk keseluruhan dimensi berada di bawah 10 dan di atas 0. Dengan demikian dapat disimpulkan tidak terjadi gejala multikolinearitas antara variabel-varibel bebas dalam model tersebut.
2) Uji Heteroskedastisitas Salah satu cam untuk mendeteksi adalah masalah heteroskedastistas dilakukan dengan menggunakan pengujian White Heteroskedasticity Test, yang didalam metode panel disebut White Heteroskedasticity-Consistent Standart Error & Covariance.
Pengujian
heteroskedastistas
dengan
menggunakan
Metode
White
Heteroskedasticity Test Cross disajikan dalam Tabel4.4, sebagai berikut: T a be14.4.. H as•'I P engujtan Ht e eros ke d as ft 1 as Heteroskedasticity Test: White F-statistic 3.047235 Prob. F(l4,55) 30.57803 Prob. Chi-Square(l4) Pbs *R-squared Sumber: Uji Heteroskedastistas dengan Metode White (Lampiran 3)
0.0016 0.0063
Jika nilai chi-square hitung (n, R 2) lebih besar dari nilai kritis chi-square dengan derajat kepercayaan tertentu (a.), maka terdapat heteroskedastistas dan sebaliknya jika chi-square hitung (n, R 2) lebih kecil dari nilai kritis menunjukkan tidak terdapat heteroskedastistas. Nilai chi-square sendiri diperoleh dari nilai Obs *R-squared.
Software eviews membantu pengolahan data sehingga diperoleh basil sebagaimana pada Tabel 4.4, yakni nilai Obs*R-squared sebesar 30.57803 dan nilai kritis chi-square pada a= 5 % dengan df 14 = 23.6848. Dengan demikian,
67
nilai chi-square_hitung lebih besar dari dari nilai kritis, sehingga model tersebut terdapat masalah heteroskedastistas. Dalam eviews telah disediakan fasilitas untuk membebaskan regresi dari masalah heteroskedastistas, yakni dengan Metode
EGLS (Cross Section Weights). Perbaikan mengbasilkan persamaan sebagai berikut: Log(PDBKAP) = 4.4402 + 0.0106 INV- 0.0330 RMG + 0.3959 Log(TK) + (3.6634) • (-6.8794) • (4.2791) (4.3197)• t-stat 0.2030AH + f.1t ••..••••.••.••..••••..••.••.••.••..•..•..•....••.••. ( 4.2) (2.7341). R 2 =0.9989 F-stat = 3857.028 Catatan: • = signifikan pada a = 1% • * = signifikan pada a = 5% •• * = signifikan pada a = 10% Ts = tidak signifikan (-) = menyatakan pengaruh negatif
Adj. R 2 = 0.9986 DW= 1.1601
Setelah dilakukan perbaikan menggunakan EGLS (cross section weights), temyata hasil yang didapat menjadi lebih baik, karena telah terbebas dari masalah heteroskedastisitas. Variabel Investasi (INV) signifikan pada tingkat signifikansi a = 1% demikian pula untuk variabel Tenaga Keija (TK) dan Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar (RMG), dan variabel Aturan Hukum (AH). Nilai R 2 sebesar 0.9989 berarti 99% variasi dari model variabel terikat Pertumbuhan Ekonomi dapat dijelaskan oleh variabel bebas (Investasi, Rasio Murid dan Guru SD, dan Aturan Hukum) dan sisanya dijelaskan oleh variabellain dil uar model.
68
3) Uji Otokorelasi Salah satu cara untuk mendeteksi adanya otokorelasi dapat menggunakan Uji Durbin Watson. Uji Durbin Watson dilakukan dengan membandingkan nilai statistik DW (d-stat) dengan nilai kritis Durbin Watson Upper (du) dan Durbin Watson Lower (dL) yang dapat dilihat dari tabel statistik. Nilai statistik DW akan berada dikisaran 0 hingga 4, sedangkan p (koefisien otokorelasi) mempunyai nilai : -1 :S p :S 1. Hipotesisnya adalah Ho : p :S 0 tidak ada otokorelasi positif HI : p > 0 ada korelasi positif Agar dapat mengambil keputusan yang tepat, jika DW < dL, maka tolak Ho dan jika DW > du maka Ho tidak ditolak. Hasil regresi didapat nilai Durbin Watson sebesar 1.1644 dengan k = 4 dan n = 70, maka dari tabel dapat dihitung dL dan du. Hasilnya adalah dL = 1.343 dan du = 1.578. Nilai p diperoleh dari rumus p = 1-(DW/2), hasilnya p = 0.4176. Ini berarti Ho ditolak sehingga terdapat otokorelasi positif pada model. Kemudian DW < dL maka Ho ditolak atau signifikan yang berarti terdapat otokorelasi positif dalam model tersebut seperti terlihat pada Gambar 4.1 berikut: Gambar 4.1. HasH Uji Durbin Watson DW= 1. 1644 dL du 4-du 4-dL Otokorelasi ~ositif ragu-ragu Tidak ada otokorelasi ragu-ragu Otokorelasi negatif
I 0
I
1.1644
1.343
I
1.578
I
2.422
I
I
2.657
4
Berdasarkan pengujian otokorelasi dengan menggunakan Metode DurbinWatson Statistik dapat disimpulkan pada model terdapat otokorelasi. Terdapatnya
69
masalah otokorelasi berdasarkan basil uji otokorelasi dapat diabaikan, karena model ini menggunakan data panel (cross section) yang diestimasi dengan metode efek tetap (model fvced e.ffoct). Menurut Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman (2006), bahwa metode efek tetap (model fvced effect) tidak membutuhkan terbebas dari serial korelasi, maka uji tentang otokorelasi dapat diabaikan.
4) Uji Hausman Uji ini digunakan untuk memilih antarafvced effect dan random effect yang dikemukakn oleh Hausman dengan membuat hipotesis sebagai berikut : Ho : Random Effect H 1 : fixed effect Keputusan !olak Ho jika
lhit > X,2dr atau p-value
Hasil Uji Hausman terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Korupsi dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5. Basil Pengujian Hausman (Hausman Test)_ torrelated Random Effects - Hausman Test fool: PDBKAP KOR Test cross-section random effects Chi-Sg. Statistic Chi-S~ d.f. Test Summary 4 63.540733 random tross-section Sumber: Uji Hausman (Hausman Test) (lihat Lampiran 5)
Pro b. 0.0000
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dijelaskan, bahwa nilai statistik Hausman sebesar 63.540733 dengan nilai
:ltaool (4) a= 5% =
9.43773, yang berarti bahwa
nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai tabel chi-square dengan df = 4 dan a =
5 %, dan p-value < a ini berarti
adalah modelfued effect.
Ho ditolak sehingga model yang tepat digunakan
70
4.2.3. Pengujian Kriteria Statistika 1) Penaksiran KoefiSien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur kebaikan sesuai (goodness offit) dari persamaan regresi, yaitu memberikan proporsi atau persentase variasi total dalam variasi terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Besamya R2 antara 0 < R2 <1, dimanajika nilai R 2 semakin mendekati satu, maka suatu model dikatakan baik sebab semakin tinggi variasi variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebas. Berdasarkan hasil estimasi pada diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9985 yang berarti pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara dapat dijelaskan sebesar 99,85 % oleh variabel-variabel bebas, sedangkan sisanya sebesar 0,15 % dipengaruhi oleh variabellain. 2) Uji Signifikansi t
Pengujian signifikansi t-stat dimaksudkan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat, yang dalam hal ini pengaruh Investasi, Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar, Tenaga Kerja, dan Korupsi dari Sisi Aturan Hukum terhadap Pertumbuhan Ekonomi. Pengujian regresi secara individual terhadap masing-masing variabel bebas dijelaskan pada Tabel 4.6, berikut:
71
Tabel4.6. Basil Pengujian dengan Uji t Variabel
DF={n-k-1)
a
65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65 65
1%
Investasi
Tenaga Kerja
Aturan Hukum Rasio Murid danGuruSD
5% 10% 1%
5% 10% 1%
5% 10% 1%
5% 10%
t-tabel 2.660 2.000 1.671 2.660 2.000 1.671 2.660 2.000 1.671 2.660 2.000 1.671
t-hitung 3.064
2.607
2.234
-6.526
Kesimpulan Signifikan Si~kan
Signifikan Tidak Signifikan Signifikan Signifikan Tidak: Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
Sumber : Data Diolah Dari Tabel 4.6 di atas dapat dijelaskan, bahwa untuk variabel Investasi menunjukkan signifikansi dikarenakan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel pada masing-masing tingkat 1 %, 5 % dan 10 % sehingga Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti pengaruhnya signifikan dalam menentukan besamya Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara. Demikian pula pada variabel Tenaga Kerja menunjukkan signifikansi pada masing-masing tingkat 5 % dan 10 % dan Kualitas Pendidikan dari sisi Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar juga menunjukkan signifikansi pada masingmasing tingkat 1%, 5 % dan 10 % sehingga
Ho ditolak dan H 1 diterima yang
berarti pengaruhnya signifikan dalam menentukan besamya Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara. Namun Variabel Rasio Murid dan Guru SD menunjukkan tanda yang berbeda yaitu tanda negatif, ini dikarenakan semakin besar rasio murid dan guru menunjukkan kualitas pendidikan menjadi kurang baik.
72
Terakhir variabel Aturan Hukum yang digunakan untuk menjelaskan korupsi menunjukkan signifikansi pada tingkat 1%, 5% dan 10% dimana t-hitung lebih besar dari t-tabel. Ho ditolak dan H 1 diterima pada tingkat 1%, 5% dan 10% yang berarti pengaruhnya signifikan dalam menentukan besarnya Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara. Semakin tinggi Indeks Aturan Hukum kaitannya dengan korupsi semakin tinggi pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara.
3) Uji Signifikansi F Pengujian signifikansi koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan dengan menggunakan peagujian F. Pengujian koefisien regresi dengan pengujian F dijelaskan pada Tabel4.7 sebagai berikut:
..
T a beI 4 7 H aSI·n P eD2UJiaD den1 an u·· IJI F F-hitung DF=(k-1; n-k-1) F-tabel a 1% 4.13 2799.699 (3; 65) 5% 2.76 10% 2.18 Sumber : Data D10lah
Kesimpulan Signifikan Signifikan Signifikan
Dari Tabel 4. 7 di atas dapat dijelaskan, bahwa nilai F-hitung sebesar 2799.699 jauh lebih besar jika dibandingkan dengan nilai F-tabel pada masingmasing tingkat 1 %, 5 % dan I 0 %. Dengan demikian variabel Investasi, Tenaga Kerja, Korupsi dari sisi Aturan Hukum dan Rasio Murid dan Guru SD secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan dalam menentukan besarnya Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara.
73
4.2.4. Analisis Ekonomi dan Pembahasan Pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang telah dijelaskan bukan hanya peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) melainkan memiliki arti penting yaitu berkaitan dengan peningkatan standar hidup, kalau membahas suatu negara berarti adauya suatu peningkatan standar hidup masyarakat suatu negara. Peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) yang tinggi belum bisa menggambarkan standar hidup dan kesejahteraan masyaralr~t. Cara untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu dengan membagi Produk Domestik Bruto (PDB) denganjumlah penduduk sehingga dihasilkan pendapatan perkapita. Semakin tinggi pendapatan perkapita suatu negara menunjukkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Pendapatan perkapita yang tinggi dicapai dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tidak kurang dari pertumbuhan penduduk suatu negara. Hasil regresi untuk variabel investasi adalah 0.0098 dengan probabilitas 0.0034 hal ini berarti terdapat hubungan positif dan signifikan antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi yang artinya setiap peningkatan persentase investasi sebesar 1% berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi 0.98%. Semakin tinggi persentasi investasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang ditanamkan di
suatu negara akan semakin meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dengan demikian terjadi peningkatan kesejahteraan rakyat suatu negara. Hal ini sesuai yang diharapkan sehingga investasi yang dilakukan
74
tidak sia-sia terbukti dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang tentunya mensejahterakan rakyat.
Hasil regresi variabel tenaga kelja sebesar 0.2789 dengan probabilitas 0.0117, ini berarti hubungan positif dan signifikan antara jumlah tenaga kelja dengan pertumbuhan ekonomi, yang berarti setiap peningkatan 1% tenaga kerja akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi 0.27%. Jumlah tenaga kerja yang tersedia di suatu negara akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga meningkatkan kesejahteraan rakyat suatu negara. hal ini sesuai yang diharapkan, dikarenakan peran tenaga kerja sebagai aktor pembangunan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan dirinya sendiri. Variabel rasio murid guru sekolah dasar menunjukkan basil yang berbeda yaitu sebesar -0.0401 dengan probabilitas 0.0000 ini berarti ada hubungan negatif dan signifikan antara rasio murid guru sekolah dasar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara dimana peningkatan rasio 1 poin akan menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 4%. Rasio murid guru sekolah dasar semakin baik jika rasionya semakin kecil bukan semakin besar, dengan rasio semakin kecil potensi penyerapan pelajaran yang disampaikan oleh guru akan semakin baik dibandingkan rasionya besar. Hasil ini sesuai yang diharapkan dimana rasio murid guru yang semakin besar menunjukkan pembentukan kualitas sumber daya manusia yang buruk sehingga akan menurunkan pertumbuhan ekonomi dan akhimya kesejahteraan rakyat pun menurun.
75
Korupsi dari sisi aturan hukwn menunjukkan basil sebesar 0.2233 dengan probabilitas 0.0295 berarti ada hubungan positif dan signifikan antara korupsi dan pertumbuhan ekonomi. Namun ada suatu catatan bahwa tanda positif tersebut
harus dibaca terbalik yaitu negatif dikarenakan indeks dari aturan hukwn tersebut antara 2.5 berarti sangat baik dalam penegakkan aturan hukwnnya dan -2.5 berarti sangat buruk dalam aturan hukwn. Peningkatan indeks aturan hukwn 1 poin akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0.22%. Dari basil regresi dengan menggunakan fzxed effect diperoleh basil koefisien konstanta sebesar 5.7169 dengan probabilitas sebesar 0.0000 artinyajika variabel-variabel bebas bernilai nol, ceteris paribus, maka pertwnbuhan ekonomi akibat pengaruh variabel-variabel lain yang tidak tennasuk dalam model adalah sebesar 5.7169. Untuk masing-masing negara selama pe1iode waktu penelitian jika variabel-variabel bebas bernilai nol, ceteris paribus, maka nilai pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada Tabel4.8 berikut ini :
Tabel 4.8. Koefisien Fixed Effect dan Intersept Basil Estimasi Model Pengaru h K orups1. t erha dap Pe rt um b u han Ekon om•. Intercept No. Negara Fixed Effect Intercept Negara
Rata-Rata
1 Brunei Darussalam 2 Filipina 3 Indonesia 4 Kamboja 5 Laos 6 Malaysia 7 Myanmar 8 Singapura 9 Thailand 10 Vietnam Sumber: Data dwlah
2.917914 -0.240522 -1.308699 0.154009 -0.772983 0.488166 -1.637758 2.575943 -0.402881 -1.773188
5.716907 5.716907 5.716907 5.716907 5.716907 5.716907 5.716907 5.716907 5.716907 5.716907
8.634821 5.476385 4.408208 5.870916 4.943924 6.205073 4.079149 8.29285 5.314026 3.943719
76
Pertumbuhan ekonomi masing-masing negara menunjukkan nilai positif yaitu:
•
Brunei sebesar 8.65%
•
Filipina sebesar 5.48%
•
Indonesia sebesar 4.41%
•
Kamboja sebesar 5.87%
•
Laos sebesar 4. 94%
o
Malaysia sebesar 6.21%
•
:Myanmar sebesar 4.08%
•
Singapura sebesar 8.29%
•
Thailand sebesar 5.31%
•
Vietnam sebesar 3.94% Semua negara mengalami pertumbuhan positif dimana Brunei mengalami
pertwnbuhan yang paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa korupsi mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan ekonom Asia Tenggara.
4.4. Implikasi Kebijakan dan Solusi Terhadap Permasalahan Kompleksitas permasalahan yang ditimbulkan dari korupsi diantaranya korupsi merusak pemerintahan yang baik, pengikis aturan hukum, menghambat pertumbuhan ekonomi dan upaya
mengurangi
kemiskinan,
menyimpang
kompetisi dalam transaksi bisnis. Oleh karenanya ADB/OECD Anti-Corruption Initiative for Asia and The Pasific melakukan upaya pemberantasan korupsi yang
77
tertuang dalam Anti-Corruption Action Plan for Asia Pasific yang dicanangkan eli Tokyo melalui beberapa pilar: 1) Membangun efektifitas dan sistem yang transparan dalam pelayanan publik
a. Integritas pelayanan publik ; Membangun
sistem
perekrutan
pejabat
publik
yang
menjamin
keterbukaan, kesetaraan, dan efisiensi dan mempromosikan pegawai yang memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi melalui: •
Mengembangkan sistem kompensasi yang mencukupi kebutuhan dan harus berdasarkan tingkat perekonomian negara
•
Mengembangkan sistem perekrutan yang transparan dan promosi untuk
membantu menghilangkan nepotisme dan favoritisme,
membantu
mewujudkan
independensi
pelayanan publik,
dan
membantu mempromosikan kesetaraan antara politik dan kariri. •
Mengembangkan sistem kepegawaian tennasuk didalamnya sistem rotasi tugas secara priodik untuk mengurangi terjadi korupsi
Membangun kode etik dan administratif yang melarang timbulnya konflik kepentingan, memastikan secara tepat pegawai publik, dan mempromosi pegawai yang memiliki profesionalisme dan integritas yang tinggi
b. Akuntabi/itas dan Tranparansi; Menjaga akuntabilitas pelayanan publik melalui kerangka hukum yang efektif, menggunakan manajemen dan prosedur audit. 2)
Memperkuat aksi antisuap dan meningkatkan integritas dalam operasi bisnis
78
'
a. Pencegahan yang efektif, investigasi dan penuntutan dengan secara aktif memerangi suap. b. Akuntabilitas dan Tanggungjawab peruYahaan. 3) Mendukung keterlibatan publik secara aktif dalam pemberantasan korupsi
a. Diskwi publik kaitan dengan korupsi b. Kemudahan akses infomasi ; Menjamin masyarakat dan media memperoleh kebebasan memperoleh informasi publik dan khususnya informas tentang korupsi sesuai dengan aturan hukum yang ada c. Partisipasi publik ; mendorong peran aktif masyarakat dalam kegiatan yang mendorong anti korupsi
BABV KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Pengaruh Korupsi terhadap Pertumbuhan Ekonomi Asia Tenggara selama periode tahun 2002 s/d 2008, maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut : 1.
Korupsi dari sisi Aturan Hukum berpengaruh positif terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Asia Tenggara. Hasil regresi menunjukkan tanda yang berbeda hal ini dikarenakan indeks yang digunakan menunjukkan bahwa semakin besar angka indeks semakin baik suatu negara dalam penegakkan aturan hukum dalam pemberantasan korupsi, dimana angka mdeks dalam rentang 0.25 yang berarti sangat buruk dan 0.25 sangat baik, peningkatan 1 poin indeks aturan hukum meningkatkan pertumbuhan 0.22 persen dengan katalain semakin korupsi berkurang pertumbuhan semakin meningkat. Hasil penelitian ini dapat menjawab kontroversi para peneliti yang berbeda pendapat dimana beberapa peneliti mengatakan bahwa korupsi sebagai peluma3 bagi pertumbuhan ekonomi dan peneliti lain beranggapan bahwa korupsi sebagai penghambat
pertumbuhan.
Akhimya
peneliti
berkeyakinan
bahwa
berdasarkan hasil penelitian korupsi sebagai penghambat pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara khususnya.
79
80
2.
Variabel Investasi, Tenaga Kerja yang produktif berpengaruh positif dan signiflkan terhadap peningkatan pertumbuhan Ekonomi. Hal berarti bahwa peningkatan persentase investasi dari GDP akan meningkatkan pertwnbuhan ekonomi, dan peningkatanjumlah tenaga kerja yang benar-benar bekerja akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pula
3.
Variabel Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar akan menyoroti kualitas dari sumber daya manusia yang akan terbentuk d.imana semakin besar Rasio Murid dan Guru menunjukkan kualitas SDM yang rendah. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif dan signifikan antara Rasio Murid dan Guru terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi.
5.2. Saran Saran Praktis Berdasarkan analisis dati hasil penelitian serta kesimpulan yang telah dirumuskan di atas, maka penulis perlu untuk mengajukan saran-saran yang relevan sebagai usaha untuk memecahkan permasalahan yang ditentukan dalam analisis serta diharapkan dapat berguna sebagai masukan bagi pihak-pihak yang terkait. Adapun saran-saran tersebut, sebagai berikut: 1.
Salah satu tujuan dari MDGs adalah pendidikan dasar bagi semua menunjukkan pentingnya pendidikan dasar bagi semua negara saat ini. Kualitas pendidikan dasar dapat ditinjau dari rasio murid dan guru Sekolah Dasar dimana semakin kecil rasio nya menunjukkan semakin baik. Pemerintah mengupayakan agar memperhatikan rasio murid dan guru agar tercipta sumber daya manusia masa depan yang lebih baik.
81
2.
Berbagai akibat yang sangat komplek seperti aspek sosial, ekonomi dan politik yang ditimbulkan dari korupsi sehingga korupsi harus diperangi sesegera mungkin. Upaya pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan memperhatikan ADB/OECD Anti-Corruption Action Plan for Asia Pasific dicanangkan di Tokyo yang meliputi 3 pillar yaitu membangun efektifitas dan sistem yang transparan dalam pelayanan publik. memperkuat aksi antisuap dan meningkatkan integritas dalam operasi bisnis, mendukung keterlibatan publik secara aktif dalam pemberantasan korupsi.
3.
Pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi jangka panjang agar dapat berlangsung terns diperlukan investasi sehingga investasi menjadi faktor yang sangat penting. Agar tercapai diperlukan iklim investasi yang kondusif seperti penyederhanaan prosedur perijinan.
4.
Tenaga kerja sangat penting dalam proses pembangunan sehingga diperlukan ketersediaan tenaga keija yang mencukupi sekaligus memiliki keahlian yang memadai.
Saran Akademis Untuk mengembangkan cakrawala pemikiran tentang pengaruh korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara, kiranya perlu ada penelitian lanjutan yang bisa dlkembangkan yaitu dengan mencari variabel baru yang paling relevan dalam membahas korupsi sehingga dapat lebih pasti mengetahui dampak korupsi terhadap pertumbuhan ekonomi seperti jumlah dana yang hilang akibat dikorupsi, serta perlu dilakukan penelitian yang dapat mengetahui penyebab dari timbulnya korupsi itu sendiri di masing-masing negara sehingga dapat dicari jalan keluar yang paling tepat.
DAFI'ARPUSTAKA
Ackerman, Susan R. 1999. Corruption and Government: Causes, Consequences, and Reform. (Cambridge: Cambridge University Press, UK) ADB. 2009. Achieving The Millennium Development Goals in An Era of Global Uncertainty. _ _ . 2009. Asian Development Outlook (ADO) 2009. Anoruo, Emmanuel dan Habtu Braha. 2005. Corruption and Economic Growth: The African Experience. Journal of Sustainable Development in Africa, 2005- jsd-africa.com Aliyu, Shehu et al. 2009. Corruption and Economic Growth in Nigeria I9862007. :MPRA Paper No.12504 Bardhan, Pranab. 1997. Corruption and Development: A Review of Issues. Journal of Economic Literature, Vol. 35, No. 3 (Sep., 1997), pp. 13201346 Calavan. 2004. Cambodian Corruption Assessment. USAID and Casals. Chetwynd, Eric et al. 2003. Corruption and Poverty : A Review Literature. Management System International. Washington DC US. Draher, Axel et al. 2008. Corruption Around The World: Evidence From A Structural Model. Department of Economics, School of Business and Economics, University of Exeter England, UK Ebben, Wouter dan Albert de Vaal. 2009. Institutions And The Relation Between Corruption And Economic Growth. Nijmegen School of Management, Department of Economics. Netherlands Farida, Moe and Fredoun Z. Ahmadi-Esfahani. 2006. Curruption and Economic Growth in Lebanon. Australian Agricultural and Resource Economics Society. Gujarati, Damodar N. 2003. Basic Econometrics. Prentice Hall. New York. Hodesh, Robin. 2009. Overview Corruption in Burma (Myanmar). U4 AntiCorruption Resource Centre.
82
83
llo. 2008. Labour and Social Trends in ASEAN 2008 : Driving Competitiveness and Prosperity with Decent Work. Indonesia Corruption Watch (ICW). 2008. Independent Report Corruption Assessment and Compliance United Nation Convention Against Corruption (UNCAC)-2003 in Indonesian Law. Anti-corrutpion Public Forum of UNCAC 24th- 26th January 2008 and 2nd Confrence of State Party (CoSP) Nusa Dua-Baii, 28th January- 1st February 2008. lnovasi. 2010. Perang Tanpa Akhir Melawan Korupsi. PPI Jepang Kaufman, Daniel. 2009. Governance Matter Vlli Aggregate and Individual Indicators 1996-2008. The World Bank Development Research Group Macroeconomics and Growth Team June 2009, Policy Research Working Paper4978. Loening, Josef L. 2005. Effect of Primary, Secondary and Tertiary Education on Economic Growth. World Bank Policy Research Working Paper 3610 Mankiw, N. Gregory. 2007. Makroekonomi. Edisi Keenam Terjemahan. Penerbit Erlangga. Martinez-Vazquez, Jorge et al. 2005. Corruption, Investment, and Growth in Developing Countries. Defense Resources Management Institute Naval Postgraduate School. WPS 2005/04. Michailova et. al. 2009. Gender, Corruption and Sustainable Growth in Transition Countries. MPRA Paper No.20469. Mauro, Paolo. 1995. Corruption and Growth. Quarterly Journal of Economics. Vol 110 (2). MIT Press. Nachrowi Djalal Nachrowi dan Hardius Usman. (2006). Ekonometrika Untuk Ana/isis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Peenerbit Fakultas Ekonomi.Universitas Indonesia. Jakarta. Quah, Jon ST. 2003. Causes and Consequences of Corruption in Southeast Asia: A Comparative Analysis of Indonesia, the Philippines and Thailand. Asian Journal Of Public Administration Vol. 25, NO. 2 (December 2003)- 235-266 Samuelson, Paul A dan William D. Nordhaus. 2004. Ilmu Makroekonomi. Edisi 17. PT. Media Edukasi. Selcuk, Akcay. 2003. Corruption and Economic Growth : A Cross-National Study. Ankara University
84
Tamb~
Tulus. 2003. Perekonomian Indonesia : Beberapa Masalah Penting. Ghalia Indonesia. Jakarta.
Tanzi, V dan Hamid R.D. 2000. Corruption Growth and Public Finance. IMF Working Paper UNDP. 1999. Fighting Corruption to Improve Governance. New York: UNDP.
UN. 2001. UN Global Programme Against Corruption. Anti-corruption. Toolkit. www. unodc.org/pdf/crime/gpacpublicationsimanual. pdf Van den Berg, Hendrik. 2001. Economic Growth and Development. McGrawHill Wijayanto dan Ridwan Zachrie. 2009. Korupsi Mengorupsi Indonesia : Sebab, Akibat dan Prospek Pemberantasan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. World Bank. 1997. Helping Country Combat Corruption : The Role of World Bank. Poverty Reduction and Economic Management World Bank.
http://info. worldbank.org/govemance;wgi/sc
chart.~sp
http://metrotvnews.com/index.php/metromain/newscatvideo/pnlkam/2009/12/08/'JSS 77/Pidato-Presiden-SBY-Menyambut-Harj-Antikorupsi
LAMPIRAN
Lampiran 1. Basil Estimasi menggunakan Model Fixed Effect Dependent Variable: LOG(PDBKAP?) Method: Pooled Least Squares Date: 10/03110 Time: 08:35 Sample: 2002 2008 Included observations: 7 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
5.716907 0.009843 0.278888 -0.040051 0.223268
1.033319 0.003212 0.106973 0.006137 0.099962
5.532567 3.064352 2.607093 -6.525787 2.233521
0.0000 0.0034 0.0117 0.0000 0.0295
INV? LOG(TK?) RMG? AH? Fixed Effects (Cross) _BRU-C _FIL--C _IN D-C _KAM-C _LAO--C _MAL-C _MYA-C _SING-C _THA--C _VIE--C
2.917914 -0.240522 -1.308699 0.154009 -0.772983 0.488166 -1.637758 2.575943 -0.402881 -1.773166 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.996464 0.996107 0.066139 0.260002 96.51692 2799.699 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
85
7.364090 1.566142 -2.357663 -1.907964 -2.179056 1.164432
86
Lampiran 2. Basil Uji MultikoHnieritas dengan Indikator VIF a. Investasi di Asia Tenggara Dependent Variable: INV Method: Least Squares Date: 10/04110 Time: 05:55 Sample: 170 Included observations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-statistic
Prob.
c
13.19977 -0.126416 1.416412 0.221447
6.063105 0.102690 0.567161 1.365268
2.177064 -1.231043 2.497373 0.162200
0.0331 0.2227 0.0150 0.8716
RMG LOG(TK) AH R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log li!(elihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.120189 0.080197 7.724571 3938.154 -240.3747 3.005364 0.036500
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
22.79431 8.054286 6.982135 7.110620 7.033171 0.309658
R2 = 0.1202 Nilai hitung untuk regresi auxiliary antara Investasi dengan Jumlah Tenaga Kerja , Aturan Hukum, dan Rasio Murid Sekolah Dasar.
VIF
=
1 1 _ (0. 1202 )
= 1.1366
87
b. Rasio Murid dan Guru Sekolah Dasar di Asia Tenggara Dependent Variable: RMG Method: Least Squares Date: 10/04110 Time: 05:58 Sample: 170 Included observations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-statistic
Prob.
c
33.81557 -0.177558 -0.641536 -7.764738
6.165640 0.144234 0.698757 1.305970
5.484520 -1.231043 -0.918110 -5.945573
0.0000 0.2227 0.3619 0.0000
INV LOG(TK) AH R-squared Adj•Jsted R-squared S. E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prcb(F-statistic)
0.384142 0.356148 9.154666 5531.322 -252.2647 13.72249 0.000000
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
26.07823 11.40905 7.321850 7.450335 7.372886 0.423519
R 2 = 0.3841 Nilai hitung untuk regresi auxiliary antara Rasio Murid dan Guru dengan Investasi, Aturan Hukum dan Tenaga Kerja
1
VIF
= 1 _ (0. 3841 ) = 1.6236
88
c. Korupsi dari sisi Aturan Hukwn di Asia Tenggara
Dependent Variable: AH Method: Least Squares Date: 10/04/10 Time: 05:59 Sample: 1 70 Included observations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
2.476339 0.001799 -0.177830 -0.044920
0.476696 0.011093 0.048801 0.007555
5.194801 0.162200 -3.643956 -5.945573
0.0000 0.8716 0.0005 0.0000
INV LOG(TK) RMG R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resicJ Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.467898 0.443711 0.696302 31.99924 -71.92829 19.34542 0.000000
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
-0.280360 0.933572 2.169380 2.297865 2.220416 0.374575
R 2 = 0.4679 Nilai hitung untuk regresi auxiliary antara Aturan Hukum dengan Investasi Jumlah Tenaga Kerja dan Rasio Murid Sekolah Dasar. VIF =
1
1-(0.4679)
=1.8795
89
d. Jumlah Tenaga Kerja yang potensial di Asia Tenggara
Dependent Variable: LOG(TK) Method: Least Squares Date: 10/04110 Time: 06:01 Sample: 170 Included obseiVations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
8.004276 0.060956 -0.019657 -0.941860
0.851423 0.024408 0.021410 0.258472
9.401059 2.497373 -0.918110 -3.643956
0.0000 0.0150 0.3619 0.0005
INV RMG AH R-squared Adjusted R-squared S. E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.260208 0.226581 1.602465 169.4811 -130.2743 7.738077 0.000167
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
9.145176 1.822138 3.836409 3.964894 3.887445 0.238352
R 2 = 0.2602
Nilai hitung untuk regresi auxiliary antara Tenaga Kerja dengan Investasi, Rasio Murid Sekolah Dasar, dan Aturan Hukum.
VIF =
1 1-{0.2602)
=1.3517
90
Lampiran 3. Basil Uji Heteroskedastisitas dengan menggunakan Metode White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic Obs*R-squared Scaled explained SS
3.047235 30.57803 13.52045
Prob. F(14,55) Prob. Chi-Square(14) Prob. Chi-Square(14)
0.0016 0.0063 0.4860
Test Equation: Dependent Variable: RESID"2 Method: Least Squares Date: 10/19/10 Time: 17:47 Sample: 170 Included observations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Pro b.
c
0.182754 -0.006617 -0.000192 -3.28E-05 0.001600 0.002003 0.055111 -0.000420 -0.003856 -0.007894 -0.160799 0.012344 -0.011435 0.213315 0.002716
0.602741 0.018702 0.000243 0.000393 0.001402 0.003398 0.037925 0.000310 0.002714 0.007727 0.166310 0.011467 0.031434 0.369014 0.040028
0.303205 -0.353817 -0.788795 -0.083535 1.140748 0.589325 1.453180 -1.355393 -1.420790 -1.021677 -0.966863 1.076464 -0.363766 0.578068 0.067856
0.7629 0.7248 0.4336 0.9337 0.2589 0.5581 0.1519 0.1808 0.1610 0.3114 0.3378 0.2864 0.7174 0.5656 0.9461
INV INV"2 INV*RMG INV*(LOG(TK)) INV*AH RMG RMG"2 RMG*(LOG(TK)) RMG*AH LOG(TK) (LOG(TK))"2 (LOG(TK))*AH AH AH"2 R-squared Adjusted R-squared S. E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.436829 0.293476 0.073659 0.298412 91.69639 3.047235 0.001582
Mean dependent var S.D. dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.085911 0.087632 -2.191325 -1.709505 -1.999941 1.793417
91
Lampiran 4. Perbaikan Masalah Heteroskedastisitas dengan EGLS (Cross Section weight) Dependent Variable: LOG(PDBKAP?) Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 10/03110 Time: 08:38 Sample: 2002 2008 Included observations: 7 Cross-sections included: 10 Total pool (balanced) observations: 70 Unear estimation after one-step weighting matrix Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
4.440225 0.010571 0.395896 -0.032980 0.202964
1.037665 0.002447 0.108067 0.004794 0.074236
4.279056 4.319668 3.663434 -6.879442 2.734049
0.0001 0.0001 0.0006 0.0000 0.0084
INV? LOG(TK?) RMG? AH? Fixed Effects (Cross) BRU-C FIL-C IN D-C KAM-C LAO-C MAL-C MYA-C SING-C _THA-C _VIE-C
-
-
3.511311 -0.446380 -1.550900 0.031280 -0.680740 0.559104 -1.813518 2.827020 -0.498386 -1.938792 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S. E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.998884 0.998625 0.066612 3857.028 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
8.801420 3.360287 0.248477 1.160125
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.998407 0.269552
Mean dependent var Durbin-Watson stat
7.384090 0.983837
92
Lampiran S. Basil Uji Hausman
Correlated Random Effeds - Hausman Test Pool: GOP_KOR Test cross-section random effects
Test Summary Cross-sedion random
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
63.540733
4
Prob. 0.0000
Cross-sedion random effects test comparisons: Variable INV? LOG(TK?) RMG? AH?
Fixed 0.009843 0.278888 -0.040051 0.223268
Random
Var(Diff.)
Prob.
0.008524 -0.196022 -0.047037 0.617566
0.000001 0.008610 0.000010 0.003417
0.1292 0.0000 0.0266 0.0000
Cross-sedion random effects test equation: Dependent Variable: LOG(PDBKAP?) Method: Panel Least Squares Date: 10/03110 Time: 09:46 Sample: 2002 2008 Included observations: 7 Cross-sedions included: 10 Total pcol (balanced) observations: 70 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
c
5.716£07 0.009843 0.278888 -0.040051 0.223268
1.033319 0.003212 0.106973 0.006137 0.099962
5.532567 3.064352 2.607093 -6.525787 2.233521
0.0000 0.0034 0.0117 0.0000 0.0295
INV? LOG(TK?) RMG? AH?
Effeds Specification Cross-sedion fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.998464 0.998107 0.068139 0.260002 96.51892 2799.699 0.000000
Mean dependent var S.D.dependentvar Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
7.384090 1.566142 -2.357683 -1.907984 -2.179058 1.164432
93
Lampiran 6. GDP Perkapita rill tahun dasar 2000 Negara Brunei
Filipina
Indonesia
Kamboja
Laos
Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Somber: UNCTAD
GDP Perkapita (USS) 18783.02 18884.32 18502.59 17971.88 18495.95 18230.42 17412.83 1014.83 1044.13 1077.79 1107.73 1145.07 1206.80 1237.57 849.75 877.72 909.82 949.23 988.70 1037.81 1086.98 322.52 344.12 373.43 414.41 448.19 522.04 537.40 351.00 362.73 379.04 398.61 423.28 448.66 471.97
Negara
Tahun
Malaysia
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
GDP Perkapita (USS) 4050.95 4205.54 4407.23 4555.65 4738.20 4954.65 5095.98 173.95 194.08 216.21 240.78 266.01 275.02 280.92 22565.81 23702.70 25511.87 26738.40 28035.71 28961.62 28784.66 2080.84 2210.43 2311.80 2415.39 2532.14 2633.93 2675.63 447.54 473.44 503.27 537.94 573.76 615.74 644.90
94
Lampiran 7. Investasi (Gross Fixed Capital Formation) penetase dari GDP Ne2ara
Tahun GFCF(% )
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Filipina 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 Indonesia 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 Kamboja 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Laos 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber: World Bank Brunei
21.26 15.06 13.49 11.37 10.44 12.95 11.90 17.67 16.83 16.75 14.58 14.51 15.38 15.24 21.40 25.60 24.06 25.08 25.40 24.95 27.80 18.12 20.10 16.21 18.47 20.55 20.79 18.99 26.52 28.03 31.87 34.48 30.70 38.32 37.13
Ne2ara Malaysia
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
Tabun GFCF(% ) 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
24.78 22.76 23.05 19.99 20.95 21.94 21.69 10.15 11.02 12.05 13.19 13.75 14.49 14.69 23.62 16.00 21.76 20.24 20.09 20.74 30.89 23.80 24.97 26.79 31.44 28.28 26.43 28.87 33.23 35.44 35.47 35.57 36.81 43.13 41.13
95
Lampiran 8. Rasio Murid dan Guru SD Ne&ara Brunei
Tahun
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Filipina 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Kamboja 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Laos 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Sumber : World Bank
RMG 12.69 12.25 10.88 10.12 12.51 12.67 12.55 35.39 34.93 34.53 35.07 34.59 33.67 35.48 20.90 20.29 20.13 20.41 20.30 18.82 20.56 56.29 56.24 55.05 53.21 50.42 50.88 48.54 29.88 30.64 31.43 31.48 31.03 30.12 30.49
Ne2ara
Tahun
Malaysia
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
RMG 18.92 17.51 17.49 16.90 15.75 14.48 18.63 32.57 32.81 32.00 30.90 29.90 29.11 31.72 24.23 20.67 21.88 20.12 21.44 20.42 19.30 19.09 19.09 19.09 18.40 18.27 17.72 15.99 26.33 24.65 23.03 21.56 20.69 20.44 19.93
96
Lampiran 9. Jumlah Tenaga Kerja. Negara Brunei
Filipina
Indonesia
Kamboja
Laos
Tahun
Tenaga Kerja (ribu orang)
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
153 152 159 162 174 179 182 30062 30635 31613 32539 32963 33560 34089 91647 92811 93722 93958 95177 97583 102553 4480 4500 4520 4613 4724 4750 4813 2490 2537 2600 2664 2712 2767 2821
Sumber : UNDP
Negara
Tahun
Tenaga Kerja (ribu orang)
Malaysia
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
9543 9870 9980 10045 10275 10538 10660 24600 25291 25819 26327 26833 27352 27852 1574 1605 1632 2267 2506 2632 2858 33061 33841 34729 35257 35686 36249 37017 39500 40600 41600 42775 43980 45208 46461
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam
97
Lampiran 10. Indeks Aturan Hokum sebagai proksi tingkat Korupsi Negara
Tahun
Indeks Aturan Hokum
0.508967304 2002 0.648638985 2003 0.392289807 2004 0.31501399 2005 0.285639478 2006 0.448029065 2007 0.513782141 2008 -0.51518003 2002 Filipina -0.58158735 2003 -0.62069659 2004 -0.41656916 2005 -0.43792039 2006 -0.54090 192 2007 -0.48910947 2008 -1.00545473 Indonesia 2002 -0.95234787 2003 -0.7821I23 2004 -0.840 I 0 13 7 2005 -0.738148I4 2006 -0.70I96386 2007 -0.65593809 2008 Kamboja -1. !5030473 2002 2003 -1.221803I4 -1.25120798 2004 -1.18230419 2005 2006 -1.17900667 2007 -1.09938176 2008 -1.08240961 Laos 2002 -1.08301933 2003 -1.17603929 2004 -1.06560584 2005 -1.09908359 2006 -0.9903561 2007 -0.97575101 2008 -0.90198747 Sumber: WGI-World Bank Bnmei
Negara
Tahun
Indeks Aturan Hokum
Malaysia
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
0.421703865 0.455598399 0.552651654 0.576649815 0.563452443 0.518807022 0.490454787 -1.586199437 -1.61993704 -1.628024911 -1.605415035 -1.417334158 -1.420853241 -1.482503671 I.50027245I I.662843388 1.783414114 I. 790726033 l.73I103 502 1. 735416452 I. 728618441 0.25I937111 0.073489387 0.053860141 O.II3729981 0.0045115 -0.071631775 -0.030533087 -0.54203392 -0.483863707 -0.456619431 -0.328284256 -0.444895424 -0.462990969 -0.429397833
Myanmar
Singapura
Thailand
Vietnam