Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH MODEL PENGEMBANGAN TERHADAP PROFESIONALISME GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI PROVINSI BANTEN CONTRIBUTION OF THE PRINCIPAL SUPERVISION OF DEVELOPMENT MODEL TOWARDS TEACHER PROFESSIONALISM AT PUBLIC SENIOR SECONDARY SCHOOLS IN BANTEN PROVINCE Eneng Muslihah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Sultan Maulana Hasnuddin Banten Jl. Jenderal Sudirman No. 30 Ciceri Serang Banten e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 26/07/2014; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 05/08/2014; Disetujui tangga l: 07/08/2014 Abstract: This research undertaken at Banten province, aimed at 1) describing the level of the principal supervision of development model and teachers professionalism at public senior secondary schools, and 2) analyzing the contribution of the principal supervision of development model to the teachers professionalism at public senior high schools. The research method used was a quantitative correlation, with a sample of 200 teachers. For the development supervision model and professionalism of teachers a questionnaire was used as the instrument. The research results showed 1) a high level and satisfactory for the principal supervision of development model and the teachers professionalism, and 2) a positive and significant contribution of the principal supervision of development model to the teachers professionalism. Henceforth, the implementation of the principal supervision of development model constitutes one of the factors to determine the level of teachers’ the professionalism. Keywords: principal supervision, observation, curriculum development, teacher professionalism, competence Abstrak: Penelitian yang dilakukan di propinsi Banten bertujuan 1) mendeskripsikan tingkat supervisi kepala sekolah model pengembangan dan profesionalisme guru dan 2) menganalisis kontribusi supervisi kepala sekolah model pengembangan terhadap profesionalisme guru Sekolah Menengah Atas Negeri. Metode penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif korelasional, sedangkan sebagai sampel penelitian adalah 200 orang guru, dengan instrumen penelitian menggunakan angket. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) tingkat supervisi kepala sekolah model pengembangan dan profesionalisme guru adalah tinggi dan memuaskan, dan 2)supervisi kepala sekolah model pengembangan berkontribusi terhadap profesionalisme guru. Dengan demikian, pelaksanaan supervisi kepala sekolah model pengembangan menjadi faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya profesionalisme guru. Kata kunci: supervisi model pengembangan, observasi, pengembangan kurikulum, profesionalisme guru, kompetensi
Pendahuluan
ialah layanan supervisi kepala sekolah (Mark,
Salah satu fakt or yang me mpengaruhi pro-
Stoops dan King-Stoops, 1991). Peter (1994)
fesionalisme guru adalah pembinaan oleh kepala
menyatakan, bahwa rendahnya motivasi dan
sekolah melalui supervisi. Hal ini sesuai dengan
prestasi guru yang mempengaruhi profesi guru
pandangan, bahwa salah satu faktor ekstrinsik
tidak terlepas dari rendahnya kontribusi kepala
yang berkontribusi secara signifikan terhadap
sekolah dalam membina guru di sekolah melalui
motivasi kerja, prestasi, dan profesionalisme guru
kegiatan supervisi. Oleh karena itu, sebagian
295
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
besar waktu supervisor dipergunakan untuk
praktek pembelajaran sedikitnya terdapat tujuh
persoalan administratif di sekolah (Sergiovani dan
kesalahan yang sering dilakukan guru, yaitu: 1)
Starrat, 1993).
mengambil jalan pintas dalam pembelajaran; 2)
Supervisi yang dilaksanakan kepala sekolah
menunggu peserta didik berperilaku negatif; 3)
masih belum maksimal, karena kepala sekolah
menggunakan destructive discipline; 4) meng-
mengalami kesulitan-kesulitan dalam pelak-
abaikan perbedaan peserta didik; 5) merasa
sanaannya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
paling pandai dan paling tahu; 6) tidak adil
Imron (1995) menyimpulkan, bahwa pelaksanaan
(diskriminatif); dan 7) memaksa hak peserta didik
supervisi oleh kepala SDN di Mojokerto meng-
(Mulyasa, 2005).
gunakan teknik: 1) kunjungan; 2) pertemuan
Sup ervi si m emil iki kont ribusi t erha dap
pribadi; 3) musyawarah dewan guru; 4) kun-
profesionalisme guru. Hal ini dibuktikan oleh hasil
jungan antarsekolah; 5) kunjungan antarkelas;
penelitian Hadis (2005) yang menunjukkan, bahwa
6) pert emua n da lam rapa t ke rja; dan 7)
terd apat k ontrib usi antara supervi si kep ala
penerbitan buletin, yang keseluruhannya rata-
sekolah dan profesionalisme guru, serta mutu
rata sulit.
proses dan hasil belajar peserta didik di SMAN
Hal yang sama ditemukan pada supervisi
Kota Bandung. Kontribusi supervisi kepala sekolah
dengan pendekatan tingkah laku ( directive,
terhadap mutu pembelajaran ialah signifikan dan
collaboration, and non-directive) yang dilaksanakan
tingkat korelasinya adalah sedang, yaitu 0,460.
di Oman belum maksimal. Hal ini terlihat dari
Pemilihan pendekatan dan model dalam
rentang skor yang dicapai rata-rata 7,21 untuk
pel aksa naan sup ervi si oleh kepa la sekol ah
directive, rata-rata 5,73 untuk collaborative, dan
memiliki dampak terhadap profesionalisme guru.
rata-rata 6,07 untuk nondirective dari nilai skor 1
Oleh karena itu, diperlukan alternatif, di samping
- 19 (Aljabri, 2008).
model-model supervisi yang telah ada. Alternatif
Supervisi dengan pendekatan tingkah laku
model yang dapat dijadikan pilihan, yaitu supervisi
yang bersifat directive memiliki tiga masalah
mod el p enge mbangan. Supe rvisi model pe-
(Gebhard, 1984), yaitu: 1) Bagaimana cara
ngembangan adalah model supervisi di mana
supervisor mendefinisikan pembelajaran yang baik
kepala sekolah sebagai supervisor melakukan
bukan pembelajaran yang berbeda antara guru-
aktivitas-aktivitas supervisi yang meliputi: 1)
guru (Freeman, 1982); 2) Dampak negatif berupa
pemberian bantuan langsung kepada individu; 2)
hubungan supervisor-supervisee, di mana guru
pemberian bantuan kepada kelompok; 3) pe-
memperlihatkan rasa frustasi dan tidak memiliki
ng emba ngan profesi ona l guru; 4) p enge m-
kesepakatan tentang tujuan dan apa yang harus
bangan kurikulum, dan 5) penelitian tindakan
mereka lakukan (Arnold, 2006); 3) pembagian
(Glickman, Gordon dan Gordon, 2007).
tanggung ja wab
tent ang apa
yang har us
dikerjakan di dalam kelas (Gebhard, 1984).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1) Seberapa
Hasil penelitian lain menunjukkan sebagian
besar t ingka t pe laksa naan supe rvisi kep ala
besar guru-guru di sekolah-sekolah di New York
sek olah mod el p enge mbangan dan ting kat
merasakan, bahwa supervisor tidak mencurahkan
profesionalisme guru; dan 2) Apakah terdapat
waktu cukup untuk perbaikan pengajaran melalui
kontribusi pelaksanaan supervisi kepala sekolah
insfeksi mutu pendidikan (Winc, 1996), dan
model pengembangan terhadap profesionalisme
supe rvisor t idak mem berikan bantuan yang
guru. Terkait dengan permasalahan tersebut,
diharapkan oleh guru (Sergiovani dan Starrat,
tujuan penelitian ini, yaitu: 1) menganalisis tingkat
1983).
pelaksanaan supervisi kepala sekolah model
Belum maksimalnya layanan supervisi yang
pengembangan dan profesionalisme guru; dan 2)
diberikan kepala sekolah mengakibatkan banyak
menganalisis kontribusi pelaksanaan supervisi
permasalahan yang ditemukan berkaitan dengan
kepala sekolah model pengembangan terhadap
kualitas dan profesionalisme guru di Indonesia.
profesionalisme guru.
Pe rmasalahan t erse but di a ntar anya dal am
296
Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
Kajian Literatur
bertukar pendapat, pandangan, ide, dan mencapai
Supervisi Model Pengembangan
perset ujuan dala m proses supervisi d engan
Salah satu bentuk pengawasan yang dilaksa-
me ngab aika n fa ktor ke kuasaan. Kel emahan
nakan pada unit kerja yang berbentuk Unit
supervisi ini sulit untuk mencapai kesepakatan
Pelaksana Teknis (UPT) sekolah adalah supervisi
antara guru dan kepala sekolah tentang apa yang
dan lebih dikenal dengan supervisi pendidikan
akan disupervisi serta program tindak lanjut
(Atmodiwirio, 2000). Perkataan supervisi berasal
supervisi.
dari bahasa Inggris “supervision” dan merupakan
Model supervisi terbarukan yang dikem-
pad uan d ari d ua k ata, yaitu “ sup er” ya ng
bangkan dan dijadikan landasan penelitian ini
maksudnya atas dan “vision” artinya melihat atau
yaitu supervisi model pengembangan (Glickman,
me nsup ervi si. Deng an d emik ian, sup ervi si
dkk., 2007). Kelebihan model ini, yaitu memandang
pendidikan melihat dan mengadakan supervisi
supervisi secara komprehensif mulai dari syarat-
terhadap jalannya proses pendidikan di sekolah.
syarat seorang sup ervi sor, fungsi sup ervi si
Supervisi pendidikan secara umum bertujuan
sebagai pengembangan, teknik-teknik pelak-
memantau dan mengawasi kinerja staf sekolah
sanaan
dal am m elak sana kan tuga s da n ta nggung
masyarakat, individu siswa, dan guru, serta tujuan
jawabnya masing-masing agar para staf tersebut
akhir supervisi yaitu peningkatan keberhasilan
bekerja secara profesional dan mutu kinerjanya
belajar siswa. Model supervisi pengembangan
meningkat (Goldhammer dan Krawjesky, 1993;
dapat dilihat pada Gambar 1, yang menunjukkan
Waite, 1995). Adapun tujuan supervisi secara
keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh
khusus kep ada staf se kola h ad alah unt uk
supervisor pendidikan dan pengajaran, yaitu: 1)
meningkatkan mutu profesionalisme dan kinerja
dasar ilmu; 2) dasar keterampilan hubungan
guru dalam melaksanakan empat kompetensi
antarmanusia; 3) keterampilan teknikal (Glickman,
utama guru secara profesional, yaitu kompetensi
dkk., 2007). Keterampilan dasar tersebut sebagai
pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian
bekal supervisor dalam melaksanakan supervisi
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
model pengembangan.
Tahun 2003).
supe rvisi,
m empe rhat ikan
tuj uan
Pelaksanaan supervisi model pengembangan
Model-model supervisi telah dikembangkan
menghendaki kepala sekolah memberikan ban-
oleh para pakar untuk meningkatkan keber-
tuan langsung, khususnya kepada guru-guru.
hasilan pelaksanaan supervisi di sekolah-sekolah.
Bantuan langsung yang dapat diberikan dalam
Model awal yang paling banyak dilakukan adalah
berbagai bentuk antara lain: peer coaching,
supervisi klinikal yang diperkenalkan oleh Cogan
demonstrasi mengajar, co-teaching, bantuan
(1983) dan dikembangkan oleh Goldhammer dan
dengan sumber daya dan material, bantuan
Krawjesky (1993). Pendekatan supervisi klinik
penilaian terhadap peserta didik, pemecahan
pelak-sanaannya menggunakan teknik observasi
masalah dan mentoring (Glickman, dkk., 2007).
bertujuan memperbaiki pembelajaran guru secara
Peer coaching, yaitu memberi bantuan dan
berkesinambungan dan bertahap. Kelemahan
dukungan kepada guru secara terus-menerus
supervisi klinikal, yaitu memerlukan supervisor
dalam tahun-tahun pertama mengajar. Bantuan
mengobservasi guru di dalam kelas pada saat guru
diberikan dalam bentuk pemberian nasehat,
mengajar. Data utama diperoleh, yaitu peristiwa-
ori enta si t erha dap sekolah dan komunita s ,
peristiwa dalam kelas. Menurut Ramaiah (1999),
bantuan oleh guru-guru dan supervisor, berlatih
kelanjutan proses supervisi klinik, data atau bukti
manajemen kelas dan pembelajaran efektif. Co-
prestasi guru diperoleh dalam observasi di dalam
teaching, yaitu supervisor atau bersama-sama ahli
kelas.
merencanakan untuk mengajarkan serta meng-
Model supervisi lain yang dikembangkan
evaluasi suatu pembelajaran guru. Mentoring,
adalah model supervisi bersama dikemukakan
yaitu bantuan oleh guru yang berpengalaman
ole h Lov ell
kepada guru yang kurang berpengalaman.
d an Wi les
(1983 ).
M ode l
i ni
menekankan kolaborasi atau saling membantu
Supervisi model pengembangan dilaksanakan
antara guru dan kepala sekolah dengan cara
dengan memberikan bantuan kepada kelompok
297
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Prerequisitie
Function
Unification
Technical Task
Outcome
A.Dirrect Assistance
3.
Knowledge
B. Group Assistance School C. Professional Community D. Curriculum Development
2.
Interpersona l Skill
Supervision
Improvement Student
E. Action Research
Cultural Task F.Facilitating Change Individual
1.
Technical Skill
G.Adressing Diversity
H.Building Community
Gambar 1
Supervisi Model Pengembangan
(Glickman, Gordon dan Gordon, 2007)
berupa: dirrective control behavior, directive
sekolah. Peranan kepala sekolah sebagai super-
informational behavior, collaborative behavior,
visor terhadap kurikulum, yaitu untuk mengawal,
nondirective behavior (Glickman, Gordon dan
membantu, dan menilai pengembangan kurikulum
Gordon, 2007). Directive control behavior, yaitu
di sekolah (Rothberg, 1992). Oleh karena itu, kerja
memberi solusi permasalahan yang dihadapi
sama antara guru dan kepala sekolah penting
kepada kelompok yang memiliki fungsi rendah,
untuk melaksana kan kurikulum agar t ujuan
karena kurang ahli dalam memecahkan masalah.
sekolah dapat dicapai.
Directive informational behavior, yaitu pemberian
Supervisi model pengembangan menghendaki
bantuan kepada kelompok yang berfungsi pada
juga dilakukan pengembangan terhadap profe-
tahap wajar, pengembangan rendah, keahlian
sionalitas guru. Craft (2000) mendefinisikan
kecil, dan denga n sedikit persetujua n yang
pengembangan profesional guru sebagai semua
mengikat. Collaborative behavior, yaitu pemberian
bentuk pembelajaran profesional yang diikuti oleh
bantuan terhadap kelompok yang berfungsi pada
guru setelah mereka mengikuti latihan di tempat
taraf sederhana, supervisor dan kelompok yang
kerja. Pengembangan profesional guru telah
mem-punyai tahap keahlian yang sama mengenai
diakui menjadi komponen dasar dalam mem-
suatu masalah, dan keduanya bersama-sama
fasilitasi perubahan yang melibatkan tenaga
menyele saik an m asal ah. Dari nondir ecti ve
pendidik dan usaha-usaha meningkatkan prestasi
behavior , ya itu sup erv isi dengan kel omp ok
sekolah (Guskey, 1994). Pelaksanaan supervisi
menentukan sendiri solusi-solusi atas masalah-
model pengembangan juga mengarahkan guru
masalah yang sedang dihadapi, karena kelompok
untuk melaksanakan penelitian tindakan secara
berfungsi pada tahap pengembangan yang tinggi
individual dan mandiri. Namun, akan lebih baik jika
serta berpendirian dalam memecahkan suatu
dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru lain,
masalah.
kepala sekolah, dan pengawas atau kalangan
Supervisi model pengembangan menghendaki dilakukan pengembangan terhadap kurikulum.
akademisi dari perguruan tinggi untuk meningkatkan pengajaran dan pembelajaran guru.
Pengembangan kurikulum menghendaki guruguru diberi pembinaan, arahan, dan bantuan dari
Profesionalisme Guru
kepala sekolah dalam proses merencanakan,
Kata profesional berasal dari kata profesi yang
mengembangkan, dan melaksanakan kurikulum di
asal katanya dari bahasa Inggris “profession” atau
298
Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
bahasa Belanda “professie”, kedua kata tersebut
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, serta Peraturan
berasal dari bahasa latin “professio” yang berarti
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
pengakuan a tau pernyata an N ata (200 1).
2007.
Pe rofe sional seseorang dal am m enja lank an
Menurut Anderson (1997) kompetensi adalah
tugasnya dengan baik disebut profesionalisme.
sebuah pernyataan tingkah laku yang bersifat
Profesi onal isme dit entuk an oleh tiga fak tor
tetap dan menunjukkan hasil yang dicapai dalam
penting, yaitu: 1) memiliki keahlian khusus yang
bekerja. Pendapat Anderson dilengkapi dengan
dipersiapkan oleh program pendidikan keahlian
Gambar 2, yang memperlihatkan kompetensi
atau spesialisasi; 2) kemampuan untuk mem-
terdiri atas tiga komponen, yaitu: pengetahuan,
perbaiki kemampuan berupa keterampilan dan
keterampilan dan sifat/perilaku. Ketiga komponen
keahlian khusus yang dimiliki; dan 3) penghasilan
sa ling mem peng aruhi p eril aku guru dal am
yang memadai sebagai imbalan terhadap keahlian
melaksanakan tugas dan meningkatkan hasil
yang dimiliki itu (Sagala, 2007). Profesional adalah
kerja individu dan organisasi.
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
Menurut Spencer dan Spencer (1993) kom-
seseorang dan menjadi sumber penghasilan,
petensi adalah ciri-ciri mendasar dari individu yang
kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran,
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan dengan
atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
berbagai situasi secara cermat, sehingga meng-
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
hasilkan kerja unggul. Lebih lanjut, Spencer dan
profesi (Undang-undang Republik Indonesia
Spencer (1993) membuat analog seperti feno-
Nomor 14 Tahun 2005).
mena gunung es, yang menggambarkan bahwa
Guru merupakan pekerjaan profesional yang
keterampilan dan pengetahuan lebih mudah
membutuhkan kemampuan khusus hasil proses
dikenali dan dilihat serta relatif mudah dibentuk
pendidikan yang dilaksanakan oleh lembaga
dan dikembangkan melalui proses pendidikan dan
pendidikan keguruan (Sanjaya, 2008). Karena
latihan yang relatif singkat. Sedangkan citra diri,
guru merupakan jabatan dan pekerjaan pro-
sifat, dan corak tidak mudah untuk diidenti-
fesional Undang-Undang Republik Indonesia
fikasikan, tersembunyi serta relatif membutuhkan
Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
waktu lama untuk dikembangkan.
serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Model kompetensi Spencer dan Spencer
Nom or 1 9 Ta hun 2005 mensyaratka n guru
(1 993) dap at d ilihat pada Gam bar 3 ya ng
profesional memiliki kompetensi. Kompetensi
memperlihatkan inti kompetensi motif dan sifat
merupakan keterampilan berupa motivasi, ciri
berada pada dasar “personality iceberg”, sehingga
pem bawa an, konsep-d iri,
nila i,
sulit dinilai dan dikembangkan serta memakan
pengetahuan, atau keterampilan kognitif atau
sif at a tau
biaya yang besar untuk memilih karakteristik
keterampilan perilaku (Wibowo dan Tjiptono,
tersebut. Adapun konsep diri berada di antara
2002). Kompetensi sebagai suatu tugas yang
keduanya. Sikap dan nilai seperti percaya diri
me mada i at au p emil ika n pe nget ahua n, k e-
dapat diubah melalui pelatihan dan psikoterapi
mampuan dan keterampilan yang dituntut oleh
atau pengalaman pengembangan yang positif,
profesi seseorang (Djamarah, 1994). Seorang
walaupun memer-lukan jangka waktu yang lebih
yang me mili ki k ompe tensi be rart i me mili ki
lama dan sulit (Spencer dan Spencer, 1993).
kemampuan atau keterampilan yang dituntut oleh
Model profesionalisme guru yang dijadikan
pr ofesi de ngan tuntut an p enge tahuan d an
acuan dalam penelitian ini adalah Permendiknas
keterampilan dalam melaksanakannya.
Nomor 16 Tahun 2007. Menurut peraturan ini
Kompetensi dapat dilihat dari model Anderson (1997) dan model gunug es dari Spencer dan
bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Spencer (1993), dan terkait dengan kebijakan
Kompetensi pedagogik adalah keterampilan
pr ofesiona lism e guru pada Und ang- unda ng
mengolah pembelajaran siswa yang meliputi
Re publ ik I ndonesia Nomor 20 Tahun 200 3,
pemahaman terhadap siswa, perencanaan, dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil belajar,
Tahun 2005, Peraturan Pemerintah Republik
dan pengembangan siswa untuk mengamalkan
299
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Kompetensi Memprediksi Kemahiran dalam Sebuah Pekerjaan
Pengetahuan
Kemahiran
Ciri-ciri
(Apa yang diketahui)
(Bagaimana Mengetahui)
(Sifat)
Sistem Organisasi, Proses dan Sokongan Tujuan
Gambar 2 Komponen Kompetensi (Anderson, 1997) berbagai keterampilan yang dimilikinya. Kom-
sta ndar kompe tensi yang dit etapk an da lam
petensi kepribadian, yaitu kepribadian yang
Standar Nasional Pendidikan; Kompetensi sosial
manta p, sk il l de wasa , ar if, dan berw ibaw a,
yaitu keterampilan guru sebagai bagian dari
menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul
mulia; Kompetensi profesional adalah keteram-
secara efektif dengan siswa, tenaga kependidikan,
pilan penyesuaian bahan mata pelajaran pem-
orangtua/wali siswa, dan masyarakat sekitar (PP
be laja ran seca ra l uas dan mendala m ya ng
No.19/2005).
memungkinkan membimbing siswa memenuhi Model Gunung Es Keterampilan
Konsep Diri
Sifat Motif
Sikap Nilai-nilai Terang
Tersembunyi
Keterampilan Pengetahuan
Konsep Diri dan Motif
Pengetahuan
Muka: Mudah dikembangkan
Gambar 3 Model Kompetensi Gunung Es (Spencer dan Spencer 1993)
300
Inti Pribadi: Sukar untuk dikembangkan
Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
Metode Penelitian
bangan maupun profesionalisme guru. Data yang
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
telah terkumpul kemudian diolah menggunakan
Metode kuantitatif paling sesuai digunakan untuk
alat bantu SPSS 16.00 Version.
melihat hubungan antarvariabel (Kerlinger, 1993).
Analisis data dilakukan secara deksriptif dan
Didasarkan atas sifat-sifat masalahnya, maka
melalui pengujian hipotesis. Pendeskripsian data
penelitian ini merupakan correlational research.
menggunakan statistik deskriptif. Statistik des-
Penelitian korelasi bertujuan untuk mendeteksi
kriptif yang digunakan, yaitu nilai rata-rata.
sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor
Statistik inferensial digunakan untuk melakukan
berkaitan dengan variasi-variasi pada satu atau
analisis terhadap hipotesis yang diajukan. Sta-
lebih faktor lain berdasar koefisien korelasi
tistik inferensial yang digunakan persamaan
(Suryabrata, 1992).
regresi sederhana, uji linieritas dan signifikansi
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Mene-
regresi, koefisien korelasi sederhana, yang diikuti
ngah Atas Negeri di lingkungan Dinas Pendidikan
dengan uji signifikansi korelasi dan diakhiri dengan
dan Kebudayaan Provinsi Banten dimulai bulan
koefisien determinasi.
Oktober sampai bulan Desember 2011.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini, yaitu seluruh
adalah terdapat kontribusi pelaksanaan supervisi
guru yang bertugas di Sekolah Menengah Atas
kepala sekolah model pengembangan terhadap
Negeri Provinsi Banten berjumlah 1572 orang.
profesionalisme guru. Desain penelitian berupa
Sampel dalam penelitian ini ditetapkan sebanyak
konstelasi kontribusi variabel X terhadap variabel
200 orang. Sampel sebesar 200 orang merupakan
Y dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 me-
13% dari populasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
nunjukk an super visi mod el p enge mbangan
Arikunto (2005) bahwa, jika subjek besar sampel
meliputi: observasi, pemberian bantuan langsung
dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-25%
ke pada ind ivid u guru, pem beri an b antuan
atau lebih. Sampel ditetapkan secara simple
langsung ke pada kel ompok, p enge mbangan
random sampling. Simple random sampling, yaitu
profesionalisme guru, pengembangan kurikulum,
cara pengambilan sampel di mana sebuah sampel
dan penelitian tindakan. Pelaksanaan supervisi
yang besar jumlahnya n ditarik dari sebuah
kepala sekolah model pengembangan mem-
populasi unit yang besarnya N, sedemikian rupa
pengaruhi profesionalisme guru. Profesionalisme
sehingga tiap unit dalam sampel memiliki peluang
guru meliputi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan
yang sama untuk dipilih (Nazir, 1988).
profesional. Besarnya pengaruh pelaksanaan
Instrumen pelaksanaan supervisi kepala
supervisi kepala sekolah model pengembangan
sekolah model pengembangan mengukur praktek-
seb agai var iabe l ind ependent (X) te rhad ap
praktek yang dilakukan kepala sekolah dalam
profesionalisme guru sebagai variabel dependent
memberikan bimbingan dan arahan kepada guru
(Y) terlihat dari koefisien determinasi, yaitu
yang di tunj ukka n ol eh d imensi-d imensi: 1)
pengaruh variabel X terhadap variabel Y sebesar
observasi; 2) bantuan langsung kepada guru; 3)
r2.
bantuan langsung kepada kelompok; 4) pe-
Sebelum dilakukan analisis inferensial terlebih
ngembangan profesional guru; 5) pengembangan
dahulu dilakukan analisis deskriptif, yaitu tingkat
kurikulum; 6) penelitian tindakan kelas. Instrumen
ketercapaian pelaksanaan supervisi model pe-
angket profesionalisme guru mengukur syarat-
ngembangan dan profesionalisme guru. Untuk
syarat kompetensi yang harus dimiliki guru
mengukur ketercapaian digunakan skor rata-rata.
profesional meliputi dimensi-dimensi: 1) Peda-
Berdasarkan tabel interpretasi Nunally (1978),
gogik; 2) Kepribadian; 3) Sosial; dan 4) Pro-
yaitu skor rata-rata rendah antara 1,00 hingga
fesional.
2,00; skor rata-rata sedang antara 2,01 hingga
Data dikumpulkan dengan menggunakan
3,00; skor rata-rata cukup antara 3,01 hingga
instrumen penelitian berbentuk angket untuk
4,00; dan skor rata-rata tinggi antara 4,01 hingga
variabel pelaksanaan supervisi model pengem-
5,00.
301
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Hasil Penelitian dan Pembahasan
bai k. H asil penelit ian Supa rdi (201 0) j uga
Deskripsi Data
menunjukkan tingkat suvervisi kepala sekolah
Tingkat pelaksanaan supervisi kepala sekolah
menggunakan model kolaborasi 35% di bawah
model pengembangan dimensi observasi tinggi
kelompok rata-rata. Begitu juga dengan hasil
dan memuaska n; ra ta-ra ta= 4,00. D im ensi
penelitian oleh Supartini (2009) mendapati bahwa
pemberian bantuan langsung kepada guru adalah
tingkat supervisi kepala Sekolah di SD Negeri di
tinggi dan memuaskan; rata-rata = 4,09. Dimensi
Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang
pemberian bantuan langsung kepada kelompok
gunakan model kolaboratif masih didapati 33% di
juga tinggi dan memuaskan; rata-rata= 4,10.
bawah rata-rata.
meng-
Dimensi pengembangan profesionalisme guru
Tingkat pelaksanaan supervisi kepala sekolah
juga tinggi dan memuaskan; rata-rata= 4,02.
model pengembangan yang tinggi berdasarkan
Dimensi pengembangan kurikulum juga tinggi dan
hasil penelitian ini memang menjadi keharusan.
memuaskan; rata-rata 3,03. Dimensi penelitian
Karena supervisi merupakan salah satu kompe-
tindakan menunjukkan cukup; rata-rata= 3,84.
tensi yang dipersyaratkan bagi kepala sekolah,
Secara keseluruhan tingkat pelaksanaan supervisi
yaitu: merencanakan program supervisi akademik
kepala sekolah model pengembangan tinggi dan
da lam rang ka m eningka tkan profesi gur u,
memuaskan; rata-rata= 4,21.
melaksanakan supervisi akademik terhadap guru
Pelaksanaan supervisi kepala sekolah model
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi
pengembangan secara keseluruhan yang tinggi
yang tep at, me ninda klanj uti hasil superv isi
berdasarkan hasil penelitian ini sejalan dengan
akademik terhadap guru dalam rangka pening-
hasil penelitian Supardi (2011) di mana supervisi
katan profesi guru (Peraturan Menteri Pendidikan
ke pala sek olah di Kot a Ta ngerang Bant en
Nasional RI Nomor 17 tahun 2007). Supervisi
menggunakan model pengembangan menunjuk-
kepala sekolah model pengembangan yang tinggi
kan skor
rata-rata 3.90 subtema pengembangan
dan memuaskan karena pada dasarnya seperti
kurikulum termasuk kategori tinggi. Skor rata-rata
diungkapkan, layanan supervisi yang diberikan
observasi 4,00 termasuk kategori tinggi, skor rata-
kepala sekolah kepada guru di sekolah, memiliki
rata subtema pengembangan profesional guru
peran strategis dalam mengangkat citra mutu
4,00 termasuk kategori tinggi, dan skor rata-rata
pendidikan di Indonesia (Hadis, 2005).
keseluruhan supervisi model pengembangan 3,93 termasuk kategori tinggi.
sionalisme guru dimensi pedagogik tinggi dan
Hasil penelitian pelaksanaan supervisi model pengemb anga n
ti nggi
Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat profe-
ber dasa rkan
memuaskan; rata-rata= 4,02. Dimensi kepri-
hasil
badian juga tinggi dan memuaskan; rata-rata=
penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian
4.39. Dimensi sosial juga tinggi dan memuaskan;
Afifudin (2007) mengenai supervisi pembelajaran
rata-rata = 4,09. Dimensi profesional juga tinggi
model klinikal yang dilakukan Kepala Madrasah
dan memuaskan; rata-rata = 3,90. Secara ke-
Aliyah di Jawa Barat yang menunjukkan 44,7%
seluruhan tingkat profesionalisme guru tinggi dan
dalam kategori cukup baik, kurang baik, dan tidak
memuaskan; rata-rata = 4,10.
Supervisi Model Pengembangan - Observasi - Pemberian bantuan langsung kepada guru - Pemberian bantuan langsung kepada kelompok - Pengembangan profesionalisme guru - Pengembangan kurikulum - Penelitian tindakan
Profesionalisme Guru - Pedagogik - Kepribadian - Sosial Profesional
Gambar 4 Desain Penelitian Kontribusi Pelaksanaan Supervisi Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru 302
Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
Tabel 1 Statistik Deskriptif Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan Dimensi
Mean
Interpretasi
1
Observasi
4,00
Tinggi
2
Pemberian bantaun langsung kepada guru
4,09
Tinggi
3
Pemberian bantuan langsung kepada kelompok
4,10
Tinggi
4
Pengemabangan profesionalisme guru
4,02
Tinggi
5
Pengembangan kurikulum
4,08
Tinggi
6
Penelitian tindakan kelas
3,84
Cukup
4.21
Tinggi
Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan Keseluruhan
Tabel 2 Statistik Deskriptif Profesionalisme Guru Dimensi
Mean
Interpretasi
1
Pedagogik
4,02
Tinggi
2
Kepribadian
4,29
Tinggi
3
Sosial
4,09
Tinggi
4
Profesional
4,40
Tinggi
4,10
Tinggi
Profesionalisme Guru Keseluruhan
Tingkat profesionalisme guru yang tinggi
Pesanggrahan Jakarta Selatan mencapai 77,07%.
sejalan dengan hasil penelitian Rahmat (2006)
Hasil penelitian lain juga menggunakan instrumen
yang menyatakan rata-rata tingkat kompetensi
angket menunjukkan, bahwa tingkat kinerja guru
guru adalah 73,52% tergolong dalam kategori
madarasah Jakarta Selatan mencapai 71,56%
tinggi dan kompeten. Profesionalisme guru yang
termasuk dalam kategori tinggi (Muslim, 2003).
ti nggi
mem ang
sesuai
d enga n
ap a
ya ng
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil uji
diharapkan Djamarah (1994) bahwa seorang guru
kompetensi guru nasional menggunakan instru-
harus memiliki profesionalisme dengan menguasai
men tes yang mendapati rata-rata skor 4,1 untuk
bahan ajar. Guru yang profesional adalah guru
provinsi Banten dan 5, 01 untuk rata-rata Nasional
yang memiliki keterampilan melaksanakan sesuatu
pada rentang skor antara 1–10 (Uji Kompetensi
yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan
Guru, 2012). Perbedaan antara hasil penelitian
yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotorik
ini dengan hasil uji kompetensi guru nasional
(Sahertian dan Sahertian, 1990).
adalah bahwa dalam penelitian ini instrumen yang
Se orang guru harus me nunj ukka n pr ofe sionalismeny a,
k are na
d alam
digunakan adalah angket, sedangkan pada uji
tingkat an
kompetensi guru menggunakan instrumen tes.
operasional, guru merupakan penentu keber-
Dalam penelitian ini angket diisi sendiri oleh guru
hasilan pendi dikan melal ui ki nerja nya p ada
untuk menilai kompetensi pribadinya. Adapun pada
tingkat intitusional, intruksional, dan eksperensial
uji kompetensi guru, guru diuji dengan instrumen
(Surya, 2000). Guru merupakan sumber daya
tes oleh pihak luar.
manusia yang mampu mendayagunakan faktor-
Perbedaan profesionalisme guru berdasarkan
faktor lainnya, sehingga tercipta pembelajaran
hasil penelitian ini dengan hasil uji kompetensi
yang bermutu.
guru terletak pada teknik pengumpulan data yang
Profesi onal isme gur u ya ng t ingg i juga
berbeda, sehingga menghasilkan keluaran yang
terdapat dalam penelitian Lubis (2007) meng-
ber beda . Na mum demi kian, tuntut an a kan
gunakan i nstrumen angket yang mendap ati
profesionalisme guru sudah menjadi keharusan.
bahwa rata-rata profesionalisme guru Kecamatan
Karena guru profesional memiliki ciri-ciri men-
303
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
desain program pembelajaran, melaksanakan
signifikan terhadap profesionalisme guru pada
pembelajaran, dan menilai hasil belajar peserta
taraf signifikansi 5% telah teruji. Variabel pro-
didik (Nurdin dan Usman, 2002). Profesionalisme
fesiona lism e guru t erje lask an 1 0,56 % ol eh
guru dalam pembelajaran menjadi bagian ter-
variabel pelaksanaan supervisi kepala sekolah
penting dalam mendukung terciptanya proses
model pengembangan.
pendidikan secara efektif terutama dalam mem-
Se lanj utny a, untuk mengeta hui bent uk
bangun sikap disiplin dan mutu hasil belajar
kontribusi atau mengetahui bagaimana variasi dari
peserta didik (Husdarta, 2007).
variabel independen mempengaruhi variabel dependen digunakan analisis model persamaan
Hasil Pengujian Hipotesis
regresi linier X terhadap Y seperti pada Tabel 4.
Penelitian ini mengajukan hipotesis terdapat
Tabel 4 menunjukkan nilai a = 227,53 dan nilai b
kontribusi positif dan signifikan supervisi model
= 0,269, sehingga persamaan regresi kontribusi
pengembangan terhadap profesionalisme guru.
pelaksanaan supervisi kepala sekolah model
Pengujian hipotesis dilakukan dengan meng-
pengembangan terhadap profesionalisme guru
gunakan program aplikasi SPSS 16.00 version dan
ˆ = 225,43+0,269X. Setiap perubahan satu adalah Y
diperoleh nilai ry = 0,345. Menurut Sekaran (1992)
unit pelaksanaan supervisi kepala sekolah model
koefisien korelasi sebesar ry=0,345 terletak antara
peng embangan akan me ningkat kan prof esi-
ni lai 0,34 -0,6 6 de ngan kat egor i hubung an
onalisme guru sebesar 225,53 ditambah hasil kali
sedang. Selanjutnya untuk menguji signifikansi
nilai satu unit profesionalisme guru dengan 0,269.
digunakan juga program aplikasi SPSS.16 dan
Selanjutnya, untuk menguji signifikansi di-
didapatkan nilai = 0,000 seperti pada Tabel 3.
gunakan SPSS 16.00 seper ti pa da Tabel 5.
Ber dasa rkan hasil p erhi tung an t erse but
Berdasarkan perhitungan dengan program SPSS
tampak nilai lebih kecil dari pada tingkat yang
16.00 di atas, nilai Fhitung 23,41 dan nilai lebih kecil
digunakan (0.05) atau 0,000 < 0,05, sehingga H0
daripada tingkat yang digunakan, yaitu 0,05
ditolak. Artinya terdapat kontribusi yang berarti
atau 0,000<0,05, sehingga H 0 ditolak. Artinya
ant ara supe rvisi ke pala sek olah mod el p e-
terdapat kontribusi yang berarti pelaksanaan
ngembangan dan profesionalisme guru.
supervisi kepala sekolah model pengembangan
Nilai korelasi ini merupakan nilai persentase
terhadap profesionalisme guru.
kontribusi variabel pelaksanaan supervisi kepala
Hasil penelitian ini menunjukkan kontribusi
sekolah model pengembangan terhadap variabel
supervisi kepala sekolah model pengembangan
profesionalisme guru, jika dideterminasi dengan
terhadap profesionalisme guru sebesar 10%,
mengkuadratkan nilai korelasi tersebut dan
berbeda dengan hasil penelitian Afifudin (2009)
mengalikannya dengan 100%. Besarnya kontri-
yang menunjukkan kontribusi supervisi akademik
2
busi tersebut yaitu 0,325 X 100 = 10,56%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah berpengaruh secara langsung hanya sebesar 4,15% terhadap kinerja guru.
hipotesis yang menyatakan bahw a terdapat
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian
kontribusi supervisi model pengembangan secara
Supardi (2011) yang menunjukkan pelaksanaan
Tabel 3 Korelasi antara X dan Y
Pelaksanaan Supervisi Kepala Skolah Model Pengembangan
Pearson Correlation
Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan 1
Sig. (2-tailed) N Profesionalisme guru
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
304
Profesionalisme Guru ,345(**)
,000 198
198
,345(**)
1
,000 198
198
Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
supervisi kepala sekolah model pengembangan
Simpulan dan Saran
memberikan sumbangan dan kontribusi terhadap
Simpulan
kompetensi pedagogik guru sebesar 42%.
Mengacu pada hasil penelitian dan pembahasan,
Supervisi kepala sekolah mempengaruhi
dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama,
profesionalisme guru seperti diungkapkan bahwa,
tingkat pelaksanaan supervisi kepala sekolah
rendahnya motivasi, dan prestasi guru yang
model pengembangan dan profesionalisme guru
mempengaruhi profesi guru tidak terlepas dari
menunjukka n, bahwa pelaksanaan supervisi
rend ahnya k ontrib usi kep ala sek olah d alam
kepala sekolah model pengembangan dimensi
me mbina guru d i se kola h me lalui ke giat an
observasi, ti nggi dan memua skan, di m ana
supervisi (Peter, 1994). Karena, banyak waktu
dimensi pemberian bantuan langsung pada guru,
superv isor
per soal an
tinggi dan memuaskan. Adapun dimensi pem-
adminstratif di sekolah (Sergiovani dan Starrat,
berian bantuan kepada kelompok, tinggi, dan
1993).
memuask an. Selanjut nya, dimensi pengem-
dip ergunak an
untuk
Pendapat lain mengatakan bahwa, rendahnya
bangan profesionalisme guru, tinggi, dan me-
profesi, prestasi, mutu proses, dan hasil pem-
muaskan dan
dimensi pengembangan kurikulum,
belajaran peserta didik, juga disebabkan oleh
tinggi dan memuaskan,
peran supervisi sekolah di Indonesia menjadi
tindakan kelas tinggi dan memuaskan. Secara
lem ah, kura ng e fesi en, dan efek tif sesuai
keseluruhan pelaksanaan supervisi kepala sekolah
tujuannya (Sagala, 2007). Supervisi harus di-
model pengembangan menunjukkan tingkat yang
laksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan
tinggi dan memuaskan. Tingkat profesionalisme
profesi onal dan mem ilik i vi si sebag ai a gen
guru pada dimensi pedagogik tinggi dan me-
pembelajaran dalam melakukan pembaharuan
muaska n, d imensi k epr ibad ian ting gi d an
pendidikan dan pembelajaran. Sayangnya tidak
memuaskan, serta dimensi sosial tinggi dan
semua kepala sekolah memiliki kemampuan
memuaskan, dan dimensi profesional tinggi dan
supervisi yang dipersyaratkan, sehingga supervisi
memuaskan. Dengan demikian, secara kese-
yang dilakukan kepala sekolah belum profesional,
luruhan tingkat profesionalisme guru menun-
tida k kont inyu serta i ntensi f kare na ala san
jukkan tingkat yang tinggi dan memuaskan.
serta dimensi penelitian
kesibukan rapat dinas atau kesibukan lainnya.
Tabel 4 Model Persmaan Regresi antara Variabel X dan Y Unstandardized Coefficients
Model
B 1
(Constant) X
Standardized Coefficients
Std. Error
T
Sig.
Beta
225.432
12.513
.269
.056
.325
18.016
.000
4.839
.000
a Dependent Variable: Y
Tabel 5 Signifikanis Regresi X terhadap Y ANOVA (b)
Model 1
Sum of Squares Regression
Mean Square
Df
3186.844
1
3186.844
Residual
26941.951
198
136.070
Total
30128.795
199
F 23.421
Sig. .000(a)
a. Predictors: (Constant), Y b. Dependent Variable: X
305
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Kontribusi pelaksanaan supervisi kepala sekolah model pengembangan terhadap
Saran
profe-
Berdasarkan pada simpulan, maka dirumuskan
sionalisme guru menunjukkan adanya kontribusi
beberapa saran sebagai berikut. Pertama, bagi
positif dan signifikan terhadap profesionalisme
Direktorat Tenaga Pendidik Kementerian Pen-
guru. Dengan demikian, supervisi model pengem-
didikan dan Kebudayaan agar secara terus-
ba ngan
te rhad ap
menerus melakukan supervisi klinis dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru. Peningkatan
mem beri kan
sumb anga n
peningkatan profesionalisme guru yang terkait
terhadap pelaksanaan supervisi model pengem-
dengan kompetensi pedagogik, kepribadian,
bangan akan diikuti dengan peningkatan profe-
sosial, dan profesional sesuai dengan Peraturan
sionalisme guru. Dengan demikian, pelaksanaan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
supervisi kepala sekolah model pengembangan
2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
menjadi faktor yang dapat menentukan tinggi
Kompetensi Guru. Selain itu, mengadopsi supervisi
rendahnya profesionalisme guru.
model pengembangan untuk diterapkan dan
Berdasarkan temuan penelitian yang telah
dilaksanakan para kepala sekolah. Kedua, bagi
dilakukan, dapat dirumuskan dalil semakin efektif
Kepala Sekolah agar melaksanakan tugasnya
pel aksa nan supe rvisi ke pala sek olah mod el
sebagai supervisor dengan membuat program
pengembangan semakin tinggi tingkat profesi-
supervisi model pengembangan serta melaksa-
onalisme guru. Dalil ini dilandasi konsep dasar
nakannya sesuai dengan program yang telah
manajemen sumber daya manusia, bahwa salah
direncanakan secara rutin dan teratur serta
satu fungsi dari manajemen sumber daya manusia
melaksanakannya secara profesional (memberi
adalah pengembangan sumber daya manusia.
masukan balik (feedback) atas hasil supervisinya
Pengembangan sumber daya manusia guru dalam
dan memberikan keteladanan dalam melaksa-
meningkatkan profesionalisme dapat dilakukan
nakan tugasnya; 3) bagi MGMP (Musyawarah Guru
melalui layanan supervisi oleh kepala sekolah. Hal
Mata Pelajaran) agar lebih meningkatkan lagi
ini sesuai dengan tujuan supervisi yaitu mening-
program dan kegiatan-kegiatannya dalam rangka
katkan mutu profesionalisme guru.
peningkatan profesionalisme guru, tidak hanya melakukan pertemuan rutin, tetapi membuat, model peng emba ngan pr ofesiona lism e guru melalui diskusi, seminar atau workhsop secara berkala.
Pustaka Acuan Anonim. 2012. Uji Kompetensi Guru. http://www.ujikompetensiguru.com/2012/03/pengumuman-ujikompetensi-awal-guru.html, diakses 18 Januari 2013 Afifudin. 2007. Kinerja Guru Madrasah Aliyah. Studi tentang Pengaruh Kepemimpinan Kepala Madrasah, Sipervisi Akademik, dan Budaya Organisasi terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri di Jawa Barat. Disertasi Bandung: Universitas Islam Negeri Bandung. Tidak Dipublikasikan. Aljabri, S M N. 2008. Suvervisory Behavior and Its Relationship With Teachers Teaching Performance, Work Motivation and Job Satisfaction: A Proposed Model For Oman. Disertasi. Universiti Sains Malaysia. Tidak diterbitkan. Anderson, R. W. 1997. The future of human resources: forging ahead or falling behind. Human Resource Management, 36(1), 17-22. Arikunto, S. 2005. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Arnold, E. 2006. Assessing The Quality of Mentoring: Singking or Learning to Swim?. ELT Journal, Volume 60/2 OUP. 306
Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
Atmodiwirio, S. 2000. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Ardadizya Jaya. Craft, A. 2000. Continuing Professional Development: A Practical Guide for Teachers and Schools (2th edition). London: Routledge Palmer. Cogan, M.L. 1983. Clinical supervision. Bosion: Houghton Miffin. Djamarah, S B. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Freeman, D. 1982. Observing Teachers: Three Aproaches to In-service Trainig and Development. Tesol Quaerterly. Vol 16, No.1. Gebhard, J. 1984. Models of supervision: Choices. TESOL Quarterly, Vol. 18, No.3. Glickman, C.D.; Gordon, S.P. dan Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership: A Developmental Approach, Boston: Allyn Bacon. Goldhamer, R. A dan R.H. Krawjesky, R.J. 1993. Clinical Supervison: Special Methods for the supervision of teachers (3th edn). Forworth: Harcourt Brace Jovanovich. Guskey, T. R. 1994. Professional Development in Education: In search of The Optimal Mix. Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research Association, New Orleans, April. (ERIC ED 369 181) Hadis, A. 2005. Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah, Profesionalisme, dan Kinerja Guru terhadap Mutu Proses dan Hasil Belajar Siswa di SMAN Kota Bandung. Jurnal Mimbar Pendidikan. No. 2/XXIV/ 2005. H. 40-46 Husdarta, J.S. 2007.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru Pendidikan Jasmani di Sekolah
Dasar. Jurnal Mimbar Pendidikan No. 3/XXVI/2007. h. 12-25. Imron, A. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya. Kerlinger. F. N. 1993. Foundation of Behavior Research. Ed. Ke-2 New York: Holt Saunder. Lubis, P. 2007. Pengaruh Profesionalisme Guru dan Iklim Kerja terhadap Efektivitas Kerja Guru SMA 90 Jakarta Selatan. Tesis. Jakarta: Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Universitas Budiluhur. Tidak Diterbitkan. Lovell, J.T. dan Wiles, K. 1983. Supervison for Better School. Englewood Clifts, New Jersey: Prentice – Hall Inc. Marks, J R; Stoops, E dan King-Stoops, J. 1991. Handbook Educational Supervision A Guide for The Practition, Boston: Allyn & Bacon Inc. Mulyasa, E. 2005. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muslim. 2003. Hubungan antara Iklim Kerja Sekolah dan Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri Jakarta Selatan.
Tesis. Program Pascasarjana Jurusan Administrasi
Pendidikan, UHAMKA Jakarta. Tidak Diterbitkan. Nata, A. 2001. Manajemen Pendidikan Islam. Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Prenada Mulia. Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indoensia.
307
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 3, September 2014
Nunally, J. C. 1978. The Study of Change In Evaluation Research: Principles Concerning Measurement, Experimental Design and Analysis. Dlm Elmer, L. S dan Gutentag, M. (pnyt). Handbook of evaluation Research. Bevelry Hills, California: Sage. Nurdin, S dan Usman, B. 2002. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional. Peter, D.E. 1994. Supervision in Social Work. a Method of Student Trainig & Staff Develovment. London: George Allen & Unwin. Rahmat, M. 2006. Hubungan Antara Persepsi Guru terhadap Pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Supervisi Kepala Sekolah dengan Kompetensi Guru Madrasah Aliyah Negeri Se- Jakarta Timur. TESIS. Jakarta: Program Pascasarjana UHAMKA. Tidak Diterbitkan. Ramaiah. 1999. Kepimpinan Pendidikan: Cabaran Masa Kini. Petaling Jaya: IBS Buku Sdn. Bhd. Rothberg, R.A. 1992. A Work Text for Educational Supervisory Practical, USA: Burgess Publishing Company. Sagala, S. 2007. Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta. Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran (Berorientasi Standar Proses Pendidikan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sahertian, P A. dan Sahertian, I A. 1990. Supervisi Pendidikan dalam Rangka Program Inservice Education. Jakarta: Rineka Cipta. Sekaran, U. 1992. Research Method fo Bussiness: A Skill Building Approach. New York: John Wiley & Son Inc. Sergiovani, T.J. dan Starrat, R.J. 1993. Supervision Human Perspective. New York. McGraw Hill Book Company. Spencer, L. M., Jr. dan Spencer, S. M. 1993. Competence at Work: Model for Superior Performance. New York: John Wiley & Sons. Supardi. 2010. Kontribusi Supervisi Kepala Madrasah, Iklim Kerja dan Pemahaman Kurikulum terhadap Kinerja Guru Madrasah Aliyah Negeri DKI Jakarta. Disertasi. Bandung: Universitas Islam Nusantara Bandung. Tidak Diterbitkan. Supardi. 2011. Pembentukan Profil Amalan Terbaik bagi Penyeliaan Pengetua, Kecerdasan Emosional, dan Kompetensi Guru untuk Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Tangerang Daerah Banten Indonesia. Tesis Fakulti Pendidikan University Malaya Kuala Lumpur. Tidak Diterbitkan Supartini, T. 2009. Supervisi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri di Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang. Program Pascasarjana UNINUS: Bandung: Tesis Tidak Diterbitkan.
308
Eneng Muslihah, Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten
Suryabarata, S. 1992. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rajawali Pres. Surya, M. 2000. Sertifikasi, Kompetensi dan Kinerja” Makalah Seminar Nasional PSPIPS-SPs UPI, Bandung. Waite, D. 1995. Rethinking Intructional Supervision: Not on is Language and Culture. London: Falmers Press. Winc, C. 1996. Qualty dan education. The Jounal of The Philosophy of Education Society of Gret Britain. Oxford: Blcwell Publisher. Wibowo, AJ dan Tjiptono, F (Ed). 2002. Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Undang-Undang Republik Indonesi Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Utama. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang: Guru dan Dosen. Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan Nasional.
309