MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH DALAM PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU Oleh: SITI MARIYAH SMPN 14 TANJABTIM JAMBI
[email protected] Abstract: The principal was a functional staff of teachers who were given the task to lead a school organized a learning process, or where there was interaction between teacher gave lesson and pupils received lessons. Duties and responsibilities of principals as educational leaders were required to have a high commitment to manage and organize school activities could be done optimally, then by carrying out management of the principal would be able to increase profesionalism teachers. Key words: Teacher, profesionalism,
A. PENDAHULUAN Pada saat ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat sehingga pemerintah selalu berusaha untuk memajukan pendidikan bagi masyarakat bangsa Indonesia, karena dengan pendidikan pemerintah mengharapkan akan dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang handal dan bisa mengisi kemerdekaan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sejalan dengan pesatnya ilmu dan tekhnologi dewasa ini menuntut perubahan di segala bidang pembangunan, karena itu perlu adanya peningkatan sumber daya manusia Indonesia agar dapat menyesuaikan dengan kemajuan zaman serta kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Oleh sebab itu sistim pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global sehingga perlu dilakukan perubahan pendidikan secara terencana, terarah dan berkesinambungan demi terwujudnya pendidikan yang baik.
1
Di era globalisasi sekarang ini di mana dunia sudah berkembang bila tidak diimbangi dengan sumber daya manusia yang handal khususnya untuk para pendidik, maka pendidikan di Indonesia akan dihadapkan pada problem yang sangat besar, di mana bangsa ini akan terpuruk seandainya para pendidik tidak mempunyai kompetensi yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Maju mundurnya bangsa ini bergantung kepada para generasi mudanya, sedangkan generasi muda yang akan datang bergantung bagaimana para pendidik merencanakan dan mengantarkan serta mengembangkan potensi peserta didiknya ke arah kemajuan, karena hal itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional, sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional yaitu bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.(Undang Undang SISDIKNAS) Agar mencapai suatu tujuan pendidikan, guru selaku tenaga pendidik memegang peranan yang sangat penting yaitu menentukan keberhasilan pendidikan nasional, terutama guru memegang peranan yang sangat strategis dalam membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilainilai yang diinginkan oleh tujuan pendidikan itu sendiri. Dilihat dari peranannya guru memang tidak bisa digantikan oleh orang lain yang tidak berprofesi sebagai guru. Mungkin dari sisi pembelajaran bisa dengan menggunakan alat-alat elektronik seperti infokus, dan lain-lainya, namun peran guru masih sangat dibutuhkan karena ada proses-proses tertentu yang diperankan oleh guru dan tidak dapat digantikan dengan alat apapun. Tugas dan tanggung jawab guru yang tidak bisa digantikan oleh orang lain, maka ia harus bersungguh-sungguh melaksanakan tugasnya, tidak menjadikan tugas mengajar sebagai pekerjaan sambilan, di samping itu guru harus menyadari bahwa ia selalu dituntut untuk meningkatakan pengetahuan dan kemampuan dalam rangka melaksanakan tugas yang menyangkut dengan profesinya sebagai seorang guru. Ia harus peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, khususnya dalam bidang pendidikan dan pengajaran. Sebagai
2
seorang guru sudah semestinya menguasai ilmu-ilmu baru yang sesuai dengan perkembangan zaman, jangan sampai lebih dahulu siswa atau orang lain yang tahu dengan perkembangan tersebut, sebagaimana yang diungkapkan Udin Syaifudin bahwa “dunia ilmu pengetahuan tidak pernah berhenti tetapi selalu memunculkan hal-hal yang baru, guru harus dapat mengikuti perkembangan tersebut, ia harus lebih dahulu mengetahuinya dari pada siswa dan masyarakat pada umunya.1 Realitas menunjukkan tidak semua guru mempunyai kemampuan tersebut, sehingga guru sering terkesan sebagai aktor yang kurang cepat mengikuti perubahan dunia yang sangat pesat. Informasi yang diberikan guru selalu ketinggalan zaman, ilmunya kadaluarsa, teorinya usang, dan wawasannya tidak mampu mencerahkan dan membangkitkan potensi anak didik. Dalam rangka mengemban tugas tersebut di atas tentunya seorang guru harus membekali diri dengan ilmu dan teknologi yang sesuai dengan kualifikasi pendidikannya. Akan tetapi kenyataaan menunjukkan bahwa tidak semua guru mempunyai kemampuan tersebut, sehingga guru terkesan sebagai aktor yang mempunyai satu peran sehingga para penontonya dalam hal ini peserta didik merasa bosan dan jenuh dengan apa yang disampaikan oleh guru, sehingga transfer ilmu pun tidak akan berjalan dengan optimal. Kenyataan ini harus diakhiri melihat pada kenyataan kita dihadapkan pada tantangan globalisasi yang sangat kompleks yang angat memerlukan pengetahuan yang mendalam, keluasan cakrawala berfikir, kecepatan dalam bergerak dan mengambil keputusan agar tetap relevan dengan perkembangan zaman, efektif dan kontekstual. Guru sebagai seorang personil yang menduduki posisi strategis dalam rangka perkembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsepkonsep baru dalam dunia pengajaran tersebut. Kemampuan atau kompetensi profesional guru adalah sejumlah kompetensi yang berhubungan dengan profesi yang menuntut berbagai keahlian di bidang
pendidikan
atau
keguruan.
Kompetensi
profesional
merupakan
kemampuan dasar guru dalam pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku 1
Syafrudin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2009, hlm. 15
3
manusia, bidang studi yang dibinanya, sikap yang tepat tentang lingkungan proses pembelajaran dan mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar.2 Profesi guru menuntut kompetensi yang merupakan kemampuan dasar agar dapat mengajar dengan optimal, kemampuan tersebut meliputi menguasai bahan, mengelola program belajar mengajar, mengelola kelas, menggunakan media sumber, menguasai landasan pendidikan, mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah serta memahami prinsip-prinsip dari hasil penelitian guru untuk kepentingan pengajaran.3 Kenyataan menunjukkan bahwa kemajuan sekolah sangat ditentukan oleh kompetensi guru di sekolah, akan tetapi kompetensi guru tidak akan bisa berkembang tanpa adanya bimbingan dari berbagai pihak. Usaha peningkatan profesional guru dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan Diknas melalui kegiatan pembenahan kompetensi guru dengan pembinaan kelembagaan, pembinaan kurikulum dan pembinaan sistem lainya. Dalam hal ini berbagai kebijakan telah dilakukan oleh kantor Diknas Provinsi dan Kabupaten untuk membina sekolahsekolah yang ada di lingkungannya dengan memberikan pembinaan untuk meningkatkan profesional guru melalui berbagai pelatihan dan pendidikan, baik yang dilakukan mmelalui kegiatan-kegiatan formall dan nonformal. Meningkatkan profesional guru berarti mendorong kualitas pendidikan, maka peran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin dituntut untuk meningkatkan profesionalisme guru di sekolah. Meskipun selalu dihadapkan pada proses belajar dengan pengawasan guru atau tenaga pendidik profesional. Proses belajar di sekolah dilaksanakan sebagai suatu sistem dengan tahapan-tahapan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Tenaga pengajar (pendidik) bukan hanya mengajar tapi juga mendidik, artinya bahwa tenaga pengajar tidak hanya memberikan konsep berfikir melainkan juga harus menumbuhkan prakarsa, motivasi dan aktualisasi pada diri peserta 2
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2009, hlm. 127 3 Sardiman A,M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Surabaya: Usaha Nasional, 2007, hlm. 30
4
didik ke arah pencapaian tujuan pendidikan nasional maupun tujuan intruksional yang telah ditetapkan. Salah satu aspek yang penting dan strategis dalam meningkatkan kinerja adalah dengan meningkatkan profesionalisme guru dan kompensasi kerja, karena seorang guru yang profesional dan mendapatkan kompensasi kerja yang tinggi akan memberikan pelayanan pendidikan yang baik dan diharapkan akan melahirkan lulusan yang berkualitas. Masalah profesionalisme guru sangat berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah
untuk
selalu
melakukan
peningkatan
kinerja
guru
yang
berkesinambungan, melalui hubungan yang harmonis dengan seluruh guru di sekolahannya. Dalam rangka mengembangkan manajemen kinerja guru, maka kepala sekolah selaku pimpinan harus bisa memotivasi dan memfasilitasi seluruh program yang menyangkut dengan kinerja para guru di sekolah. Kepala sekolah /pemimpin sekolah adalah subjek atau pelaku dari unsurunsur yang terdapat dalam kepemimpinan, yaitu adanya kekuasaan, pengaruh, kekuatan, dan penanggungjawab utama bagi seluruh kegiatan yang dilakukan oleh bawahannya. “Meskipun tidak semua pemimpin memiliki jiwa kepemimpinan yang sama, secara timbal balik dan fungsional, kedua konsep tersebut tidak bisa dipisahkan “.4 Pada konteks pendidikan, peran kepala sekolah tidak saja mempunyai tugas secara struktural memberikan tanggungjawab kepada para stafnya dalam mengembangkan pendidikan, akan tetapi secara fungsional dia juga harus berprestasi dalam proses pembelajaran. Keikutsertaan kepala sekolah dalam proses pembelajaran di sekolah akan memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, sebab dia akan mampu memahami secara langsung apa kelemahan dan kelebihan yang ada disekolahnya. Peran kepala sekolah yang berhubungan dengan manajerial sekolah harus bertanggung jawab atas seluruh kebijakan yang ada di sekolah, diantaranya sebagai motivator bagi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan. Peningkatan
4
Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009, hlm. 247
5
kualitas pendidikan mutlak dilakukan oleh kepala sekolah sebagai agen perubahan melalui kegiatan pembenahan kepemimpinan sekolah. Evaluasi program peningkatan profesionalisme guru adalah salah satu bagian tugas dari kepala sekolah, yang merupakan proses di mana kinerja guru yang profesional dinilai dan dievaluasi. Profesionalitas guru tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi yang tumbuh dari dalam diri yang bersangkutan saja melainkan dapat di pengaruhi oleh faktor luar dari dirinya, antara lain: Pemberian kompensasi kerja baik langsung maupun tidak langsung dan penciptaan lingkungan kerja yang kondusif. Sikap profesional yang harus dimiliki oleh tenaga kependidikan, diharapkan mendapat imbalan yang seimbang dengan fasilitas yang memadai sehingga tenaga kependidikan dapatmencurahkan pengabdiannya dengan sungguh-sungguh.5 Apabila dibandingkan dengan profesi yang lainnya, guru adalah sebuah profesi yang masih bisa dikatakan dibawah, maka kesejahteraan tenaga kependidikan berada pada posisi paling rendah. Upah untuk menanggulangi masalah penghasilan ini merupakan hal yang klasik, mereka mengajar di beberapa tempat sehingga waktunya nyaris habis tersisa untuk mengajar dari sekolah satu ke sekolah lainnya, dan bahkan mencari pekerjaan lain selain mnejadi guru, sehingga tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya. Kondisi tersebut umumnya dialami oleh para guru baik yang sudah menjadi pegawai negeri apalagi yang berstatus honorer, hal ini terjadi kaarena kesejateraan guru masih relatif rendah, sehingga dengan keadaan seperti ini kondisi para pendidik pun masih memprihatinkan, baik dalam segi ekonomi, kesehatan maupun sosialnya. Oleh karena itu, tidak jarang dijumpai tenaga pengajar sibuk mengajar di tempat lain atau melakukan pekerjaan lain yang tidak ada sangkut pautnya dengna kegiatan belajar-mengajar. Akibatnya tidak dapat memusatkan perhatiannya kepada pekerjaan mengajar, akan tetapi murid pun kehilangan haknya untuk mendapatkan pengajaran yang baik dari guru di sekolah tempat guru mengajar. 5
Engkoswara, Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah, Bandung: Yayasan Amal Keluarga, 2007, hlm. 44
6
Dengan masih rendahnya profesionalisme dan kompensasi kerja yang diterima guru mengakibatkan kinerja para guru menjadi cenderung menurun. Hal ini terlihat antara lain seringnya guru yang terlambat datang bahkan tidak hadir untuk memberikan pelajaran kepada siswa, memberi pelajaran hanya dengan mendiktekan dari materi yang sudah ada di buku, memberi tugas rumah tidak diperiksa
bahkan
menyampaikan
materi
pelajaran
pun
seperti
kurang
bersemangat. Upaya memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi para pendidik, dapat dibebankan kepada pemerintah daerah, karena sesuai dengan semangat otonomi daerah, dengan lahirnya Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan dan Undang-undang No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah, bahwa daerah diberikan kewenangan untuk membangun dan mengelola daerahnya sendiri, maka selain merupakan kewajiban lembaga pendidikan tempat guru bekerja , pemerintah daerah juga mempunyai tanggung jawab atas segala kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan guru di daerahnya masing-masing. Melalui pemberian kompensasi kerja yang layak tersebut diharapkan para guru dapat meningkatkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. Kompensasi kerja tidak hanya bersifat finansial, seperti gaji, tunjangan keluarga, kesehatan, perumahan, sarana transportasi tetapi juga dalam bentuk lain (non finansial), seperti, jaminan keamanan, perlindungan hukum, penghargaan, pendidikan dan latihan serta pengembangan karier. Guru yang profesional akan mampu melaksanakan kewajiban dengan baik, sehingga kualitas pendidikan yang diharapkan akan segera terwujud. Selain itu guru yang profesional dapat menunjukkan kepada masyarakat bahw ia layak dapat menjadi panutan atau teladan masyarakat di sekelilingnya. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintahan dalam bidang pendidikan. Peningkatan profesionalisme guru, maka guru tidak tampil hanya sebagai pengajar, seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan sebagai pelatih, pembimbing dan manajer belajar. Sejalan dengan itu, untuk dapat tampil secara profesional, para guru harus memiliki karakteristik dasar (basic traits) sebagai
7
elemen inti (core elements) yang membedakannya dengan pendidik - guru lain yang tidak profesional.6 Karakteristik seorang guru yang profesional, paling tidak memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa yang kreatif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen yang tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (continuous imrovement) melalui organisasi profesi, internet, buku seminar dan sebagainya.7 Pada dasarnya kompetensi merupakan suatu variabel yang dapat distimulus dengan berbagai cara. Meningkatkan kompetensi guru berarti berupaya mendorong peningkatan kualitas pendidikan. Peran kepala sekolah sangat penting dalam memberikan adopsi bagi kegiatan pembelajaran di sekolah dengan memberikan dan mengenalkan model dan metode pendidikan baru kepada guru sejawat. Berkaitan dengan peningkatan profesionalisme guru maka peran sekolah dan instansi terkait adalah melakukan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan profesionalime guru.
B. MANAJEMEN KEPALA SEKOLAH Manajemen berasal dari bahasa Latin, yaitu dari asal kata manus yang berarti tangan dan agete yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dalam bentuk kata kerja to manage, dengankata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, managemen diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.8 Menurut Luther Gulick manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami
6
Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka, 2008, hlm. 199 7 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Belajar, 2008, hlm. 38-39 8 Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara 2009, hlm. 5
8
mengapa dan bagaimana orang bekerja sama.9 Sedangkan menurut George R Terry yang dikutip oleh Ahmad Ridwan Managemen is distinicprocess consisting of planning, organizing, actuating and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use of human being and other resources, maksudnya adalah manajemen merupakan suatu proses khusus yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang pemanfaatan sumber daya manusia dan lainnya.
telah ditentukan melalui
10
Beberapa definisi menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu proses yang sistematis dalam melakukan kegiatan organisasi. Proses manajemen secara umum mengikuti langkah-langkah POAC (planning, organizing, actuating and controlling). a. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah membuat suatu target-target yang akan dicapai atau diraih di masa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah suatu proses memikirkan dan menetapkan secara matang, arah, tujuan dan tindakan sekaligus mengkaji berbagai sumber daya dan metode/teknik yang tepat. Perencanaan pada dasarnya membuat keputusan mengenai arah yang akan dituju, tindakan yang diambil, sumber daya yang akan diolah dan teknik/metode yang dipilih untuk digunakan. Rencana mengarahkan tujuan organisasi dan menetapkan prosedur terbaik untuk mencapainya. Prosedur itu dapat berupa pengaturan sumber daya dan penetapan teknik/metode. Keberadaan suatu rencana sangat penting bagi organisasi karena rencana berfungsi untuk: 1) Menjelaskan dan merinci tujuan yang ingin dicapai. 2) Memberikan pegangan dan menetapkan kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
9
Fattah, Nanang , Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013, hlm.1 10 Ridwan, Ahmad, Manajemen Perguruan Tinggi Islam, Yogyakarta: Insan Madani 2013, hlm.50
9
3) Organisasi memperoleh standar sumber daya terbaik dan mendayagunakan sesuai tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan. 4) Menjadi rujukan anggota organisasi dalam melaksanakan aktifitas yang konsisten prosedur dan tujuan. 5) Memberikan batas kewenangan dan tanggungjawab bagi seluruh pelaksana. 6) Memonitor dan mengukur berbagai keberhasilan secara intensif sehingga bisa menemukan dan memperbaiki penyimpangan secara dini. 7) Memungkinkan untuk terpeliharanya persesuaian antara kegiatan internal dengan situasi eksternal. 8) Menghindari pemborosan.11 Perencanaan adalah proses penentu tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan seefisien mungkin. Perencanaan dalam pendidikan adalah kepuasan yang diambil untuk melakukan tindakan selama waktu tertentu (sesuai dengan jangka waktu perencanaan), agar penyelenggaraan sistem pendidikan menjadi lebih efektif dan efisien, serta menghasilkan lulusan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan.12 Dalam setiap perencanaan harus selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain. Kegiatan tersebut adalah (1) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan program untuk mencapai tujuan tersebut;(3) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas. 13 Khusus perencanaan dalam peningkatan profesionalisme guru, Ace Suryadi mengemukakan bahwa status kompetensi profesional tidak dapat diberikan oleh siapa pun, tetapi harus dicapai oleh guru dalam kelompok profesional yang bersangkutan. Awalnya tentu harus membina melalui landasan profesi, misalnya pembinaan tenaga pendidikan yang sesuai, pengembangan
11
Syafrudin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2009, hlm. 16 Op.cit. Fattah, hlm.49 13 Ibid. 12
10
infrastruktur, pelatihan jabatan (in servis training) yang memadai, efisiensi dalam sistem perencanaan, serta pembinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.14 Perencanaan dalam manajemen sesungguhnya dari konsep ajaran Islam, di mana Islam mengajarkan bahwa kehidupan manusia di dunia ini hanyalah sementara dan kehidupan di akhirat nanti, akan seperti apa nasib manusia di kehidupan akhirat nanti akan sangat ditentukan oleh bagaimana sikap dan perilaku kehidupannya di dunia ini. Artinya manusia bisa merencanakan kehidupan akhirat ketika dia masih hidup di alam dunia, apakah dia akan menjadi orang yang bahagia di akhirat nanti atau sebaliknya menjadi orang yang celaka. Karenanya manusia bisa membuat perencanaan sekaligus mewujudkan rencana tersebut melalui amal sholeh ketika masih hidup di dunia. Hal tersebut sesuai dengan isi kandungan yang tertuang di dalam Al-qur’an surat al-Hasyr: 18
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesuangguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al hasyr: 18) Dalam proses perencanaan terhadap program pendidikan yang akan dilaksanakan, khususnya dalam lembaga pendidikan Islam, maka prinsip perencanaan harus mencerminkan terhadap nilai-nilai islami yang bersumberkan pada al-Qur'an dan al-Hadits. Dalam hal perencanaan ini al-Qur'an mengajarkan kepada manusia :
)77 : وافعل اخلري لعلكم تفلحون (احلج...) Artinya : Dan berbuatlah kebajikan supaya kamu mendapatkan keberuntungan (QS. Al-Hajj : 77) 14
Uno B, Hamzah, Profesi Kependidikan; Problem, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008, hlm. 18
11
Setelah mendapat kepastian tentang tujuan, sumber daya dan teknik/metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, lebih lanjut manajer melakukan upaya pengorganisasian agar rencana tersebut dapat dikerjakan oleh orang yang ahlinya secara sukses. Pengorganisasian
adalah
proses
mengatur,
mengalokasikan
dan
mendistribusikan pekerjaan, wewenang dan sumber daya diantara anggota organisasi untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian adalah suatu proses yang dilakukan oleh para manajer untuk menetapkan hubungan kerja diantara para karyawan agar memungkinkan mereka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Dalam sebuah perkataan (qawl) Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengatakan: “Allhaqqu bilaa nizomi yaglibuhulbatilu binnazomi” yang artinya kebenaran yang tidak terorganisasi dapat dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisasi. Qawl ini megingatkan kita pada urgensi berorganisasi dan ancaman pada kebenaran yang tidak terorganisasi melalui langkah-langkah yang konkret an strategi-strategi yang mantap. Maka, perkumpulan apa pun yang menggunakan identitas Islam, meski menangani pertandingan, persaingan, maupun perlawanan, tidak memiliki garansi jika tidak diorganisasikan dengan baik. Mengorganisasikan berarti (1) menentukan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) merancang dan mengembangkan kelompok kerja yang berisi orang yang mampu membawa organisasi pada tujuan, (3) menugaskan seseorang atau kelompok orang dalam suatau tanggungjawab tugas dan fungsi tertentu, (4) mendelegasikan wewenang kepada individu yang berhubungan dengan keluwesan melaksanakan tugas. Dengan rincian tersebut, manajer membuat suatu struktur formal yang dapat dengan mudah dipahami orang, di mana menggambarkan suatu posisi dan fungsi seseorang di dalam pekerjaannya.
Perencanaan dan pengorganisasian yang baik, akan kurang berarti apabila tidak diikuti dengan pelaksanaan kerja. Untuk itu dibutuhkan kerja keras, kerja
12
cerdas dan kerja sama dalam suatau organisasi, semua sumber daya manusia yang ada harus dioptimalkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Pelaksanaan kerja harus sejalan dengan arencana kerja yang telah disusun, kecuali ada hal-hal khusus sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Setiap sumber daya manusia, harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan perannya masing-masing, yang dalam hal ini dikendalikan oleh pemimpin. Memimpin institusi pendidikan lebih menekankan pada upaya mengarahkan dan memotivasi para personil agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinyadengan
baik.
Memimpin
adalah
proses
menggerakkan
dan
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok atau seluruh organisasi. Seorang pemimpin dalam melaksanakan amanatnya apabila ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan yang senantiasa dapat menjadi pengarah yang didengar ide dan pemikirannya oleh para anggota organisasi. Hal ini tidak semata-mata mereka cerdas membuat keputusan, tetapi dibarengi dengan memiliki kepribadian yang dapat dijadikan suri teladan. Jelasnya para pemimpin memainkan peran yang penting dalam membantu kelompok, organisasi, masyarakat untuk mencapai tujuan mereka dengan cara mengajak dan mempengaruhi orang-orang di sekitarnya.
b. Pengawasan (Controlling) Agar pekerjaan berjalan sesuai dengan yang direncanakan melalui program kerja maka untuk itu dibutuhkan pengawasan atau pengontrolan. Fungsi pengawasan (controlling) adalah fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini sangat penting dan sangat menentukan pelaksanaan proses manajemen, karena itu harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Pengawasan ialah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindak korektif guna penyempurnaan lebih lanjut. Beda pengendalian dengan pengawasan adalah pada wewenang dari pengembang kedua istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi
13
saran,
sedangkan
tindak
lanjutnya
dilakukan
oleh
pengendalian.
Jadi,
pengendalian lebih luas dari pada pengawasan. Kata-kata tersebut memang memiliki makna yang berbeda, tetapi yang terpenting adalah bagaimana sejak dini dapat diketahui penyimpangan-penyimpangan yang terjadi, baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pengorganisasian. Sehingga dengan hal tersebut dapat segera dilakukan koreksi, antisipasi dan penyesuaian-penyesuaian sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan zaman. C. PERAN/FUNGSI KEPALA SEKOLAH Menurut Sudarwan Danim, kepala sekolah adalah guru yangmendapat tugas tambahan sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses pembelajaran, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan siswa yang menerima pelajaran. Kepala
sekolah
mempunyai
kewajiban
untuk
mengembangkan
profesionalisme guru di sekoah, sehingga tenaga pendidik mempunyai kemampuan profesional dan dapat memberikan kontribusinya secara penuh dalam mencapai tujuan pendidikan. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai manajer kepala sekolah harus menjalin kerja sama dengan tenaga kependidikan dari sekolah atau pihak lain yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan akademik. Ada beberapa peran kepala sekolah yang harus dilaksanakan dalam mengemban tugasnya sebagai kepala sekolah, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah dengan peningkatan kompetensi guru. a. Kepala sekolah sebagai edukator (pendidik) Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah.Kepala sekolah yang menunjukkan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan atingkat kemampuan yang dimiliki oleh gurunya, sekaligus juga
14
akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat secara terus menerus meningktkan kemampuannya, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien. b. Kepala sekolah sebagai manajer Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi guru. Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, seperti musyawarah guru mata pelajaran tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelaltihan di luar sekolah, seperti: kesempatan melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan pihak lain. c. Kepala sekolah sebagai administrator Khusunya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan profesionalisme guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi terhadap tingkat profesionalisme para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan profesionalisme guru. d. Kepala sekolah sebagai supervisor Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan
melalui
kegiatan
kunjungan
kelas
untuk
mengamati
proses
pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibataan siswa dalam proses pembelajaran. Kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan biimbingan kepada guru sementara dia sendiri tidak menguasai dengan baik. e. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)
15
Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuhsuburkan
kreativitas
sekaligus
dapat
mendorong
terhadap
peningkatan
profesionalisme guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinanyang berorientasi pada manusia. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada. Melakukan tindakan-tindakan efektif dalam memotivasi bawahan adalah sebuah keharusan bagi seorang kepala sekolah. f. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk mewujudkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai beriut: (1) para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru, sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberi tahu tentang dari setiap pekerjaanya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan. g. Kepala sekolah sebagai wirausahawan Dari beberapa peranan kepala sekolah tersebut yang menjadi fokus penelitian dan pembahasan dalam penulisan ini adalah yang berkenaan dengan tugas kepala sekolah sebagai manajer. Kepala sekolah harus kreatif dan mampu memiliki ide-ide dan inisiatif yang menunjang perkembangan sekolah, ide kreatifnya dapat digunakan untuk membuat perencanaan, menyusun organisasi sekolah, memberikan pengarahan, dan mengatur pembagian kerja, mengelola keppegawaian yang ada di lingkungan sekolah agar keseluruhan proses administrasi di lembaga pendidikan yang didampinginya dapat berjalan dengan lancar dan mampu mencapai tujuan yang diharapkan.
16
Upaya yang dilakukan kepala sekolah dalam membina dan meningkatkan kompetensi dan kinerja guru berupa: 1) Mengirim guru untuk mengikuti pelatihan, penataran, lokakarya, workshop, dan seminar, 2) Mengadakan sosialisasi hasil pelatihan dan berbagai kebijakan pemerintah dengan mendatangi narasumber, 3) Mengadakan pelatihan komputer dan bahasa Inggris, 4) Mendorong guru untuk melanjutkan studi agar sesuai dengan tuntutan pemerintah, 5) Mengadakan studi banding ke sekolah lain yang dianggap lebih maju, 6) Mengirim guru untuk magang ke sekolah lain, 7) Melengkapi sarana dan berbagai media penujang kegiatan pembelajaran, 8) Memberikan penghargaan bagi guru yang berprestasi, 9) Meningkatkan kesejahteraan guru dengan memberikan tambahan pendapatan yang bersumber dari komite sekolah dan orang tua siswa, 10) Memberikan keteladanan, dorongan dan menggugah hati nurani guru agar menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru. D. PROFESIONALISME GURU Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang. Profesionalisme adalah kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan yang berkaitan dengan mata pencaharian seseorang. Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenanagan dalam bidang pendidikan dan pengajaranyang berkaitan dengan dengan pekerjaan seseorang yang menjadi mata pencaharian. Profesionalisme adalah komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya. Mennurut Surya yang dikutip oleh Dadi Permadi profesionalisme guru mengandung pengertian kegiatan atau usaha meningkatakan kompetensi guru ke arah yang
17
lebih baik dilihat dari berbagai aspek demi terselenggaranya satu optimalisasi pelayanan kegiatan atau pekerjaan profesi guru yang memiliki makna penting. Profesionalisme menunjuk pada derajat penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu pekerjaan sebagai profesi, ada yang profesionalismenya tinggi, sedang, dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang tinggi dan kode etik profesinya. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi. 15 Profesionalisme seorang guru merupakan suatu keharusan dalam mewujudkan
sekolah
berbasis
pengetahuan,
yaitu
pemahaman
tentang
pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada umumnya sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional
akan menerapkan “pembelajaran
dengan melakukan”
untuk
menggantikan cara belajar di mana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan.
E. SIMPULAN Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen kepala sekolah adalah proses merencanakan, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi pendidikan tercapai secara efektif dan efisien. Peran kepala sekolah dalam penulisan ini dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling dominan dalam upaya peningkatan profesionalisme guru adalah komitmen kepala sekolah untuk memajukan pendidikan melalui perencanaan dan program peningkatan kompetensi guru. Kepala sekolah sebagai penyelenggara pendidikan berkewajiban untuk membantu para guru dalam meningkatkan profesionalnya, dengan berbagai macam cara, 15
Muslich, Masnur, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007, hlm. 23
18
misalnya dengan meningkatkan kualitas akademik, mengikutsertakan guru dalam pendidikan profesi, dan juga dalam program sertifikat guru dan yang lainnya yang bertujuan untuk menjadikan guru benar-benar menjadi profesional dalam melaksanakan tugasnya.
BIBLIOGRAFI Anonim Alqur’nulkarim Tafsir perkata Tajwid Kode, Jakarta: Alfatih, 2013 Anonim Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional ________, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Alma, Buchari, Guru Profesional, Bandung: Alfabeta, 2012 Arikunto Suharsimi, Organisasi dan Administrasi Pendidikan, Jakarta: Rajawali, 2007 Asmani, Ma’mur, Jamal, Tips Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Jogjakarta: Diva Press, 2012 Danim, Sudarwan, Agenda Pembaharuan Sistem Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka, 2008 Engkoswara, Paradigma Manajemen Pendidikan Menyongsong Otonomi Daerah, Bandung: Yayasan Amal Keluarga, 2007 Fattah, Nanang , Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2013 Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Handoko, Manajemen, Personalia dan SDM, Hikmat, Manajemen Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2009 Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktek dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara 2009 Kunandar, Guru Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013 Mudlofir, Ali, Pendidik Profesional, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012 Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan, Jakarta: Gaung Persada, 2009. Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Surabaya: Pustaka Belajar, 2008 Mulyasa, E, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya: 2007 Muslich, Masnur, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta: Bumi Aksara, 2007 Permadi, Dadi dan Arifin, Daeng, Panduan Guru Profesional, Bandung: Nuansa Aulia, 2013 Qomar, Mujamil, Manajemen Pendidikan Islam, Malang, Erlangga, 2007 Ridwan, Ahmad, Manajemen Perguruan Tinggi Islam, Yogyakarta: Insan Madani 2013
19
Sardiman A,M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Surabaya: Usaha Nasional, 2007 Saud, Syaifudin, Udin, Pengembangan Profesi Guru, Bandung: Alfabeta, 2009 Soetjipto dan Kosasi, Raflis, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2011 Solihin, Ismail, Pengantar Manajemen, Jakarta: Erlangga, 2009 Syafrudin, Manajemen Lembaga Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers,2009 Syamsudin , Sadili, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung: Pustaka Setia, 2009 Uno B, Hamzah, Profesi Kependidikan; Problem, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 2008 Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008
20