KONTRIBUSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KPRIBADIAN MUSLIM SISWA SMP Negeri 217 JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pdi)
Oleh : YATHMI 106011000206
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1431 H / 2010 M
PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBENTUKAN KPRIBADIAN MUSLIM SISWA SMP Negeri 217 JAKARTA TIMUR Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S. Pdi)
Oleh : YATHMI 106011000206
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1431 H / 2010 M
IDENTITAS Nama
:
Kelas
:
Jenis Kelamin :
PETUNJUK 1. Sebelum menjawab pertanyaan hendaklah di mulai dengan membaca basmalah ! 2. Lingkarilah di antara jawaban (a, b, c dan d) yang tersedia sesual dengan pendapat dan keyakinan anda! 3. Setiap pertanyaan hanya satu jawaban !
PERTANYAAN A. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ( Variabel X) 1. Guru agama saya menerapkan materi yang telah di jelaskan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pemah
2. Guru agama saya memberikan tugas di akhir pembelajaran a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. TidakPernah
3. Saya aktif mengikuti pelajaran agama a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pemah
4. Saya memahami materi pelajaran agama yang di berikan guru agama a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
5. Guru agama menyuruh saya untuk menghormati orang tua, guru dan teman a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
6. Guru agama memberikan bimbingan dan nasehat pada saat belajar a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
7. Guru agama saya hadir pada saat ada pelajaran agama a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
8. Guru agama saya mewajibkan muridnya untuk mengikuti Rohis a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
9. Guru agama saya menyuruh saya untuk mengikuti pengajian di rumah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pemah
10. Guru agama saya menyuruh saya untuk mengikuti Sanlat a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
11. Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam ilmu agama a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pemah
12. Guru agama saya mengajak saya shalat dzuhur berjamaah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pemah
B. Kepribadian Muslim Siswa ( Variabel Y) 13. Saya berdo’a sebelum belajar a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
14. Saya melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
15. Saya berpuasa di bulan Ramadhan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
16. Saya membaca AI-Qur’an pada waktu siang dan malam a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pemah
17. Saya melaksanakan shalat karena kemauan sendiri a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
18. Saya meininta izin orang tua ketika keluar dari rumah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
19. Saya merasa berdosa bila berbohong pada guru dan orang tua a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
20. Saya berjabat tangan dan memberi salam jika bertemu dengan guru di jalan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
21. Saya memperhatikan bapak / ibu guru menjelaskan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
22. Saya menghormati orang tua, guru dan ternan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
23. Saya membantu teman yang membutuhkan pertolongan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. TidakPernah
24. Saya mengikuti sanlat pada bulan Ramadhan a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
25. Saya mengikuti kegiatan Rohis di sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
26. Saya memberi salam dan mencium tangan orang tua ketika mau sekolah a. Selalu
c. Kadang-kadang
b. Sering
d. Tidak Pernah
HASIL WAWANCARA DENGAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMP NEGERI 217 JAKARTA TIMUR
Nama
: H. Tarmizi
Jabatan
: Guru bidang Studi Pendidikan Agama Islam
Hari / Tanggal : Rabu / 13 Oktober 2010 Tempat
: Ruang Guru
POKOK PEMBICARAAN 1. Metode apa yang di gunakan dalam mengajarkan pelajaran pendidikan agama Islam? 2. Apa target yang ingin di capai dalam pembelajaran agama Islam. 3. Usaha apa yang di lakukan untuk membentuk kepribadian muslim siswa? 4. Kendala apa yang di temukan selama pembelajaran agama Islam dan bagaimana solusinya? 5. Apa target yang telah tercapai selama pembelajaran agama Islam? 6. Evaluasi apa yang di gunakan dalam mengajarkan pendidikan agama Islam?
HASIL WAWANCARA 1. Metode yang di gunakan dalam pembelajaran agama Islam adalah metode ceramah dan praktek, akan tetapi guru lebih sering menggunakan metode ceramah. Hal ini di karenakan sebagian besar materi pendidikan agama Islam untuk kelas VIII lebih cocok menggunakan metode ceramah. 2. Target yang ingin di capai dari pembelajaran agama Islam adalah pertama agar siswa bisa memahami makna pelajaran agama Islam dan mengetahui bahwa pelajaran agama Islam sangat bermanfaat bagi mereka. Kedua agar siswa bertakwa kepada Allah SWT, taat beribadah dan berakhlak mulia. 3. Mengontrol emosi siswa dengan cara melakukan pendekatan kepada siswa. Dalam hal ini seorang guru tidak boleh langsung memberikan hukuman kepada siswa yang bermasalah, akan tetapi guru harus terlebih dahulu
melakukan pendekatan kepada anak untuk mengetahui pokok permasalahan yang siswa alami. Hal ini dapat membantu memecahkan permasalahan yang siswa alami. 4. Pertama, jam pelajaran yang sangat minim. Solusinya adalah dengan memberikan tugas-tugas di luar jam pelajaran, memberikan tausiah. Kedua, situasi di kelas, dimana jumlah siswa tertalu banyak. Solusinya adalah guru selalu memantau dan mengawasi siswa gerak gerik siswa dan guru selalu bersikap sabar dan tegas. 5. Target yang telah tercapai melalui pembelajaran agama Islam siswa taat dan hormat kepada guru, taat kepada tata tertib sekolah, taat beribadah, disiplin dalam belajar. Dan terbentuknya kepribadian atau akhlak siswa meskipun belum maksimal. 6. Evaluasi yang di gunakan terdiri dari evaluasi formatif yakni evaluasi hasil belajar pada setiap akhir satuan pelajaran, evaluasi harian yang di lakukan sehari-hari baik di beritahukan terlebih dahulu maupun tidak. Dan evaluasi sumatif yakni evaluasi hasil belajar pada setiap akhir catur wulan (semester). Adapun bentuk evaluasinya dengan cara tertulis maupun lisan. Untuk mengevaluasi ketiga aspek binaan, aspek kognitif melalui pengetahuan, aspek afektif melalui sikap keberagaman dan aspek kognitif melalui prilaku.
Jakarta, 13 Oktober 2010
H. Tarmizi
Yathmi
Interviewee
Intervieweer
HASIL WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH SMP NEGERI 217 JAKARTA TIMUR
Nama
: Dra. Hj. Mastanah AS
Jabatan
: Kepala Sekolah
Hari / Tanggal : Rabu / 13 Oktober 2010 Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
POKOK PEMBICARAAN 1. Sejarah berdirinya SMP Negeri 217 Jakarta Timur. 2. Keadaan Guru dan Murid. 3. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
HASIL WAWANCARA 1. SMP Negeri 217 Jakarta yang berlokasi di jalan Gongseng Raya tepatnya di Gg. Gotong Royong No. 30 Cijantung, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. SMPN 217 Jakarta Timur berdiri di atas tanah ± seluas 2. 155 M2 dengan luas bangunan 1. 450 M2, luas halaman 78 M2, lapangan olah raga seluas 445, 60 M2 dan luas kebun sebesar 181, 40 M2. Lokasi tersebut letaknya sangat strategis karena dapat dijangkau dari segala arah sehingga para siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencapainya. Di samping letaknya yang sangat strategis kondisi wilayah di sekitar sekolah tersebut sangat tenang dan aman, jauh dari kebisingan lalu lintas jalan raya sehingga para siswa dapat belajar dengan nyaman. 2. Pada saat ini, SMP Negeri 217 Jakarta Timur memiliki tenaga pengajar sebanyak 36 orang, Pendidikan terakhir para Guru-guru SMP Negeri 217 Jakarta Timur yaita 28 orang lulusan S1 dan 1 orang luhasan S2 dan lainya lulusan SMA yang sederajat. Adapun keadaan siswa dan tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah. Pada tahun ajaran 2008 / 2009 siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur berjumlah 494 orang.
3. Sarana dan Prasarana yang ada di SMP Negeri 217 Jakarta Timur terdiri dan 13 ruang kelas, satu ruang kepala sekolah dan satu ruang guru, satu ruang perpustakaan, dua laboratorium, musholla, kantin, dua WC guru, tiga WC siswa, lapangan bola, satu ruang UKS, satu ruang BP dan sata sanggar pramuka.
Jakarta, 13 Oktober 2010
Dna. Hi. Mastanah AS
Yathmi
Interviewee
Intervieweer
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Agama Islam adalah agama universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mewajibkan kepada umat manusia untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran
Islam pendidikan
merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi demi tercapainya kebahagian dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Salah satu aspek yang diperhatikan Islam adalah pendidikan. Oleh karena itu pendidikan adalah merupakan perubahan yang diinginkan dan di usahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidik, baik pada tingkah laku individual
dalam
kehidupan
pribadinya
maupun
dalam
kehidupan
bermasyarakat serta alam sekitarnya. Dalam pendidikan Islam, agama merupakan salat satu aspek yang perlu ditanamkan dalam diri anak didik. Karena melalui pendidikan agama, bukan hanya untuk mengembangkan intelek anak didik saja, tapi melalui pendidikan agama kepribadian anak didikpun akan terbentuk secara keseluruhan, mulai dari pengetahuan agama, latihan-latihan amaliah seharihari, sikap keberagaman dan prilaku yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia lain serta manusia dengan dirinya sendiri. 1
2
Untuk mewujudkan terbentuknya kepribadian anak didik tersebut, maka penekanannya dititik beratkan melalui Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana dikemukakan oleh Drs. Ahmad D Marimba, beliau mengatakan bahwa “Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum ajaran Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian umat menurut ukuran-ukuran Islam”.1 Pembentukan kepribadian pada dasarnya adalah upaya untuk mengubah sikap ke arah kecenderungan. Terhadap nilai-nilai yang berlaku umum dan keislaman. Perubahan sikap tersebut tidak terjadi secara spontan, akan tetapi di kepribadian yang dimaksud diatas adalah kepribadian islami atau kepribadian muslim, yaitu kepribadian yang seluruh aspeknya, baik tingkah laku luar maupun dalam, seperti kegiatankegiatan jiwanya, filsafat hidupnya dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Allah dan penyerahan kepada-Nya.2 Dengan demikian jelas bahwa tujuan dari Pendidikan Agama Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia yang menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepada-Nya dan dapat mencapai kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Sebagaimana diketahui bahwa siswa pada sekolah menengah pertama adalah siswa yang sedang memasuki masa remaja yang penuh dengan kontradiktif. Masa remaja ini ditandai oleh ketidak mantapan remaja yang berpindah-pindah dari prilaku atau norma-norma lama ke normanorma baru atau sebaliknya. Masa ini sering disebut “Strum and drung”. Artinya adalah emosi seorang remaja sering timbul dengan cepat, sehingga menimbulkan kemauan-kemauan yang keras. Ia mulai sadar dengan dirinya sendiri dan ingin melepaskan dirinya dari segala bentuk kekangan dan bentrokan terhadap norma-norma yang berlaku yang kiranya tidak dikehendakinya.3 Dengan demikian guru agama di sekolah menengah pertama ini selain dituntut untuk menyampaikan materi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, guru agama Islam dituntut untuk mampu mengorientasikan Pendidikan Agama Islam bukan hanya agar anak didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, tapi juga 1
Ahmad D. Marimba, Pengantar Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’Arif, 1980), h. 23 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…, h. 68 3 H. Sahilin A. Masir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problem Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 1999), Cet. I. h. 64 2
3
harus mampu mengupayakan bagaimana agar anak didik mempunyai kepedulian sosial yang tinggi, mempunyai semangat kerja yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam dan mampu berinteraksi dengan sesamanya (teman, guru, orang tua dan lingkungan) dengan baik. Dalam
masyarakat
tujuan
Pendidikan
Agama
Islam
sering
dipertanyakan mereka menganggap bahwa “Pendidikan agama yang diberikan di sekolah hanya ditekankan pada aspek ibadah. Bukan untuk membangun moral siswa. Sehingga banyak yang menyarankan agar Pendidikan Agama Islam didekatkan pada masalah moralitas saja. Sedangkan masalah ibadah sebaiknya diserahkan kepada keluarga.4 Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting, yakni aspek pendidikan agama yang ditunjukkan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian, dalam hal ini anak didik dibimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik yang sesuai dengan ajaran agama, aspek kedua ditunjukkan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, yakni kepercayaan kepada Tuhan. Begitu pentingnya pendidikan agama dalam pembentukan kepribadian, maka apabila pendidikan agama di sekolah dilakukan dengan baik maka pembentukan pribadi anak terbentuk dengan baik pula dan sebaliknya apabila pendidikan agama dilakukan dengan tidak baik, maka kepribadian anak akan sulit dibentuk. Begitu pentingnya pendidikan agama bagi pembentukan kepribadian siswa. Memandang perlu untuk menciptakan suasana yang betul-betul islami di lingkungan sekolah. Karena pendidikan agama disekolah merupakan pendidikan lanjutan yang dilakukan oleh keluarga. Dengan demikian tugas guru agama tidak hanya melaksanakan pendidikan agama secara baik, akan tetapi ia juga harus mampu memperbaiki pendidikan agama secara yang telah terlanjur salah diterima oleh anak didik, baik dalam keluarga maupun 4
Departemen Agama RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 40
4
masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu seorang guru agama harus mampu melakukan langkah-langkah yang bersifat keagamaan. Contohnya adalah membiasakan siswa secara rutin untuk melaksanakan shalat dzhuhur berjamaah setiap hari, langkah lain dengan sesering mungkin melaksanakan hari-hari besar Islam, Mengadakan Pesantren kilat, mengisi buku yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan ibadah yang dilaksanakan selama bulan puasa dan sebagainya. Kita mengetahui juga bahwa tujuan penting dari pendidikan Islam adalah membentuk atau mencapai suatu akhlak atau budi pekerti yang mulia dan sempurna karena ruh dari pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak. Secara sederhana dapat kita katakan bahwa akhlak yang baik itu bukan terletak pada segi perbuatan yang lahir, akan tetapi terletak pada segi dorongan hati nurani yang ikhlas, jika akhlak yang dimiliki baik, maka baik pula perbuatan akhlak itu, dan jika perbuatan akhlak itu buruk maka lahirlah perbuatan yang buruk pula. Di zaman sekarang ini kita banyak dapat mengetahui bahwa anak-anak sekolahan itu banyak melakukan prilaku tidak terpuji baik itu di sekolah maupun diluar sekolah, misalnya di dalam sekolah itu sendiri para siswa terkadang tidak mematuhi peraturan yang sudah diberikan oleh pihak sekolah, apakah itu berupa dari segi berpakaian atau sopan santun terhadap guru, sedangkan yang di luar itu sendiri para siswa setelah pulang dari sekolah kebanyakan siswa duduk dipinggir jalan bahkan terkadang melakukan perkelahian antar pelajar bahkan ada juga antar teman sendiri melakukan keributan, yang sehingga dapat meresahkan masyarakat sekitar. Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala pembentukan. Jika manusia membiasakan perbuatan jahat, maka ia akan menjadi orang yang jahat. Oleh karena itu akhlak harus diajarkan, yaitu dengan melatih jiwa kepada pekerjaan, sikap atau tingkah laku yang mulia. Pentingnya pendidikan itu diberikan sejak dini, orang tua harus dapat membimbing anak sejak kecil kepada hal-hal yang baik dan benar. Pendidikan
5
akhlak terhadap anak didik akan mempengaruhi dan mewarnai watak, pribadi, pola pikir, sikap dan prilaku serta tutur katanya setelah dewasa kelak. Sebenarnya bila dicermati lebih teliti, salah satu penyebab dari kelemahan Pendidikan Agama Islam yang gagal dalam membangun nuansa ibadah dan moralitas sekaligus adalah keterbatasan waktu yang ada di sekolah. Bagaimanakah membelajarkan agama dengan durasi dua jam perminggu, sementara lingkungan sekolah dan setelah pulang sekolah. Seorang siswa menghadapi suasana yang berbeda. Apakah memungkinkan untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam itu sendiri, yaitu membentuk kepribadian muslim siswa? Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis ingin meneliti apakah Pendidikan Agama Islam memberikan kontribusi yang signifikan dalam pembentukan kepribadian siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur yang di kemas dalam sebuah skripsi yang berjudul “Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur” .
B. Permasalahan 1. Identifikasi masalah Sejalan dengan judul penelitian ini, maka masalah yang akan di kaji antara lain adalah : a. Prestasi siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur. b. Akhlak siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur. c. Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta Timur. d. Keadaan lingkungan SMP Negeri 217 Jakarta Timur. e. Sarana Prasarana di SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
2. Pembatasan Masalah Untuk mempermudah dan memperjelas masalah yang akan di teliti, maka penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut :
6
a. Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah Pendidikan Agama Islam SMP yang akan dilihat dari segi unsur pengetahuan, perasaan keberagaman, prilaku dan langkah-langkah yang dilakukan guru agama dalam membentuk kepribadian siswa. b. Kepribadian yang dimaksud disini adalah kepribadian Muslim, yakni jati diri seseorang yang dapat diperolah dari cara dia berbuat dalam kehidupan sehari-hari, baik di rumah maupun di sekolah yang diwarnai oleh ajaran agama Islam.
3. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana Kontribusi Terhadap Pembentukan Kepribadian Muslim Siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur?“.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini bertujuan untuk : a. Untuk mengetahui sejauh mana guru agama Islam itu berperan dalam kehidupan siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur. b. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam memberikan sumbangan Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur yang lebih baik. c. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan siswa dalam menjalankan ajaran agama Islam. d. Untuk mengetahui kontribusi Pendidikan Agama Islam di sekolah dalam pembentukan kepribadian muslim siswa di SMP Negeri 217 Jakarta Timur.
7
2. Manfaat Penelitian a. Memberikan masukan kepada guru agama dalam upaya meningkatkan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta Timur. b. Memberikan motivasi kepada guru agama untuk lebih meningkatkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta Timur dalam rangka membentuk kepribadian siswa. c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan bagi penulis sebagai calon guru dan memberikan informasi tentang pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam upaya pembentukan kepribadian Muslim Islam.
8
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran “an”, yang mengandung arti perbuatan. Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogie” yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Kemudian istilah ini di terjemahkan ke dalam bahasa inggris “education” yang berarti pengembangan atau bimbingan. Dalam
kamus
besar
bahasa
Indonesia
disebutkan
bahwa
“pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan dan cara mendidik.”1 Selanjutnya menurut H. M. Arifin, M. Ed disebutkan bahwa “pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik, baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal.”2 1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), Cet. I, h. 204 2 H. M. Arifin, M. Ed, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 14
8
9
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan manusia dalam rangka membentuk kepribadian yang berkualitas. Aktivitas pendidikan ini dilaksanakan dalam suatu proses panjang baik melalui bimbingan, pengajaran dan latihan-latihan secara formal maupun non formal. Selanjutnya mengenai pengertian Pendidikan Agama Islam, menurut Zakiah Daradjat adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar ia memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai pendangan hidup demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.3 Dalam kurikulum PAI 2004 dijelaskan bahwa, Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan dengan tuntutan menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kurikulum antar umat beragama hingga terwujud persatuan dan kesatuan bangsa.4 Selanjutnya menurut Sutrisno Muslimin, Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab AlQur’an dan Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan dan penggunaan pengalaman. Dibarengi tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.5
3
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III, h. 86 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI, diakses pada 15 Mei 2007 dari http://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam 5 Sutrisno Muslimin, Pengembangan nilai-nilai Islam dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam, diakses pada 25 Mei 2007 dari http://sutrisno2.wordpress.pdf 4
10
Sedangkan menurut Zuhairini, “Pendidikan Agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.”6 Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah usaha sadar yang dilakukan secara sistematis melalui bimbingan, pengarajan dan latihan dalam rangka menyiapkan anak didik, untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bahkan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari.
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam “Segala sesuatu yang dilakukan manusia memiliki dasar yang menjadi landasan dan akan mengarahkan kepada tujuan yang akan dicapai. Demikian juga dengan Pendidikan Agama Islam. Adapun dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam dapat ditinjau dari segi religius, yuridis formil dan sosial psikologis.”7 Ditinjau dari segi religius, Pendidikan Agama Islam berlandaskan pada sumber ajaran agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qu’ran dan Hadits Nabi. Dalam ajaran Islam pendidikan agama harus dilaksanakan dan hal itu merupakan salah satu bentuk ibadah. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah yang berbunyi :
“Ajaklah kepada agama tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik” (QS. An-Nahl: 125). Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa dalam ajaran Islam terdapat perintah untuk melaksanakan Pendidikan Agama Islam, di mana dengan pendidikan tersebut akan dapat mengantar seseorang kepada agama Allah, yaitu agama Islam. 6
Zuhairini dkk., Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana Offset Printing, 1981), h. 27 7 Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), h. 25
11
Selain itu Rasulullah juga bersabda :
“Tidak ada seorangpun orang yang baru lahir melainkan dalam keadaan suci. Maka kedua orang tuanya yang menjadikan anak tersebut beragama yahudi, nasrani atau majusi”. (H. R. Muslim)8 Hadits tersebut menunjukkan bahwa pendidikan agama sangatlah penting untuk mengantarkan manusia pada fitrahhnya. Yaitu percaya kepada Allah SWT. Oleh karena itu Pendidikan Agama Islam seharusnya diberikan sejak dini kepada anak. Karena akan menentukan apakah anak itu tetap pada fitrahnya, yaitu beragama Islam ataukah sebaliknya. Dari segi yuridis formil, Pendidikan Agama Islam berlandaskan pada perundang-undangan dan peraturan-peraturan yang berlaku di Indonesia. Secara yuridis, ada tiga dasar yang menjadi landasan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yaitu Pancasila, UUD 1945. Pada sila pertama pancasila disebutkan bahwa dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya. Untuk merealisasikan hal tersebut maka diperlukan adanya pendidikan agama yang akan mengantarkan bangsa Indonesia untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Demikian juga dalam UUD 1945 pada Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2 disebutkan bahwa, Negara berdasar atas ketuhanan yang maha esa dan Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masingmasing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu. Bunyi dari pada UUD 1945 tersebut mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama dan Negara akan menjamin umat beragama untuk menjalankan ajaran agamanya. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia bisa beribadah sesuai dengan ajaran agamanya masingmasing, maka diperlukan pendidikan agama.9 8
Al-Imam Nawawi, Shahih Muslim. Jilid IV. Terjemahan dari Shahih Muslim Oleh Ma’mun Daud, (Klang Slangor Book Centre, 1997), Cet. V, h. 243 9 Shahilin A. Nasir, Peranan Pendidika Agama……, h.45-46
12
Selanjutnya pelaksanaan pendidikan agama telah diatur dalam undang-undang Sisdiknas tahun 2003 pada Bab VI pasal 30 ayat 3 yang menyatakan bahwa “pendidikan keagamaan diselenggarakan pada jenjang pendidikan formal, non formal dan informal.”10 Dari segi sosial psikologis, Pendidikan Agama Islam berlandaskan pada kebutuhan manusia akan adanya pegangan hidup, yaitu agama. Dengan beragama seseorang akan merasa jiwanya tentram, sehingga ia akan selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah untuk mendapatkan ketentraman jiwa tersebut. Dalam hai ini Pendidikan Agama Islam akan mengarahkan fitrah manusia kea rah yang benar sehingga mereka akan selalu mengamalkan ajaran agama Islam.
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup keseluruhan ajaran agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Ruang lingkup tersebut meliputi keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dengan diri sendir dan dengan lingkungannya.11 Selanjutnya ruang lingkup Pendidikan Agama Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yang merupakan kerangka dasar ajaran Islam, Yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Akidah merupakan penjabaran dari konsep iman, syari’ah merupakan penjabaran dari konsep islam dan akhlak merupakan penjabaran dari konsep ihsan. Dari ketiga kerangka dasar tersebut berkembang berbagai kajian keislaman seperti ilmu kalam yang merupakan pengembangan dari aqidah, ilmu fiqh yang merupakan pengembangan dari syari’ah dan ilmu akhlak yang merupakan pengembangan dari ilmu akhlak.12
10
Departemen Pendidikan Nasional, UU Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafik, 2006), h. 16 Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI, diakses pada 15 Mei 2007 dari hhtp://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam 12 Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, 2004), h. 3 11
13
Dari ketiga aspek di atas maka ruang lingkup Pendidikan Agama Islam antara lain meliputi : a. Pendidikan Keimanan dan Keislaman Pokok yang utama dan pertama dalam Islam adalah beriman dan mengi’tikadkan adanya Allah SWT. Oleh karena itu pendidikan keimanan dan ketauhidan adalah pendidikan yang utama dan pertama bagi setiap muslim. Menurut Zakiah Daradjat, pembinaan keimanan dan ketauhidan ini seharusnya diberikan kepada anak mulai sejak dalam kandungan, karena pendidikan yang diberikan kepada anak ketika dalam kandungan akan berpengaruh bagi perkembangan anak di masa yang akan datang.13 Dalam surat Luqman terdapat ayat yang berkenaan tentang pendidikan keimanan kepada Allah SWT :
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman: 13) Ayat tersebut menjelaskan tentang pembentukan keyakinan kepada Allah SWT yang ditanamkan Luqman kepada anaknya. Hal itu menjadi pedoman bagi kita bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah membentuk keyakinan kepada Allah SWT yang diharapkan dapat melandasi sikap, tingkah laku dan kepribadian anak didik.
b. Pendidikan Akhlak Mulia Sejalan dengan pembentukan dasar keyakinan dan keimanan, maka diperlukan juga usaha membentuk akhlak yang mulia. Akhlak
13
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, (Jakarta: Ruhama, 1995), h. 55
14
merupakan modal bagi semua orang yang hidup dalam lingkungan sosial. Akhlak sangat berhubungan erat dengan muamalah manusia dengan manusia lainnya secara individual maupun kolektif, tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia lainnya, tetapi juga mengatur hubungan antara Tuhan dengan Hambanya. Salah satu ayat yang berhubungan dengan pendidikan akhlak al-karimah adalah:
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun [1180]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 14) Dari ayat di atas jelaslah bahwa pendidikan akhlak itu sangat diperlukan bagi kehidupan kita. Dengan adanya pendidikan akhlak, orang akan mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, mana seharusnya dan mana yang tidak seharusnya. Allah SWT berfirman dalam durat Luqman :
Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. (QS. Luqman: 17) Ayat di atas menceritakan tentang pendidikan yang dilakukan Luqman kepada anaknya, yaitu untuk mendirikan shalat, berbuat baik dan mencegah yang mungkar. Dari ayat tersebut jelaslah bahwa
15
pendidikan dalam keluarga sangat berpengaruh bagi anak untuk bekal di masa yang akan datang. Adapun dalam pengajaran agama Islam ruang lingkup Pendidikan Agama Islam digambarkan dalam mata pelajaran agama Islam yang meliputi : 1) Al-Qur’an dan Hadits 2) Aqidah 3) Akhlak 4) Fiqh 5) Tarikh dan Kebudayaan Islam14
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam Sebelum tujuan yang ingin dicapai dari Pendidikan Agama Islam, maka terlebih dahulu harus diketahui fungsi dari Pendidikan Agama Islam itu sendiri. Adapun funsi Pendidikan Agama Islam di sekolah lembaga pendidikan formal adalah sebagai berikut : a. Pengembangan Yaitu untuk mengembangkan dan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Oleh karena itu fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah adalah menumbuh kembangkan lebih lanjut keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah SWT yang telah ditanamkan dalam keluarga melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan. b. Penyaluran Yaitu menyalurkan peserta didik yang memiliki bakat khusus di bidang agama sehingga dapat berkembang secara optimal. c. Perbaikan Yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan pemahaman dan pengamalan ajara Islam dalam kehidupan sehari-hari. 14
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, diakses pada 15 Mei 2007 dari http://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam.pdf
16
d. Pencegahan Yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungan peserta didik atau dari budaya asing yang dapat membahyakan pertumbuhan dan perkembangan mereka. e. Penyesuaian Yaitu
untuk
menyesuaikan
diri
dengan
lingkungannya,
baik
lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan mampu mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam. f. Sumber Nilai Yaitu sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. g. Pengajaran Yaitu menyampaikan pengetahuan keagamaan secara fungsional.15
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam Tujuan merupakan sasaran yang akan dicapai oleh seseorang yang melakukan suatu kegiatan. Dalam bidang pendidikan tujuan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu. Demikian pula halnya dalam pendidikan agama, maka tujuan pendidikan agama itulah yang hendak di capai dalam pelaksanaan pendidikan. Pendidikan Agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.16 Dalam buku metodologi pengajaran agama Islam, Ahmad Tafsir menyatakan,
15
Yunus Namsa, Metodolohi Pengajaran…., h. 34 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004), h. 135 16
17
Bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam harus meliputi aspek kognitif, efektif dan psikomotorik. Untuk aspek kognitif tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam, agar siswa paham akan ajaran Islam. Pada aspek efektif tujuan yang ingin dicapai adalah siswa menerima ajaran islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotorik, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehair-hari.17 Dalam kurikulum berbasis kompetensi mata pelajaran PAI untuk SMP disebutkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah : a. Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan serta pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. b. Mewujudkan manusia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi, menjaga kehormatan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dan komunitas sekolah.18 Menurut Zakiah Daradjat, “tujuan pengajaran agama Islam harus mengandung
bahan
pelajaran
yang
bersifat
menumbuhkan
dan
memperkuat iman. Membekali dan memperkaya ilmu agama, membina keterampilan beramal, menumbuhkan dan memupuk rasa sosial dan sifatsifat terpuji”.19 Menurut Yunus Namsa, “Pendidikan Agama Islam bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslin yang
17
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), h. 86 18 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, diakses pada 15 Mei 2007 dari http://www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam 19 Zakiah Daradjat, Metodologi pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), h. 79
18
beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.20 Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berilmu pengetahuan serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang mampu mengabdikan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya.
B. Kepribadian Muslim 1. Pengertian Kepribadian Muslim Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kepribadian adalah sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau suatu bangsa yang membedakan dirinya dari orang lain atau bangsa lain.21 Prof. Dr. Djalaluddin mengatakan bahwa kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat yang berbeda dengan orang lain.22 Sedangkan secara terminologis, banyak para ahli yang berpendapat tentang arti kepribadian, antara lain : a. G. W. Allport mengatakan bahwa “kepribadian adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai system psikofisik yang menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya”.23 b. E. Y. Kemp menyatakan bahwa “kepribadian adalah integritasi daripada system kebiasaan-kebiasaan yang menunjukkan cara khas pada individu untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan”.24
20
Yunus Namsa, Metodologi Pengajaran…, h. 33 Tim Kamus Pusat pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K. Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 70 22 Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 173 23 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998), h. 136 24 Rahmayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 288 21
19
c. Zuhairini mengatakan bahwa “kepribadian adalah hasil dari suatu proses kehidupan yang dijalani seseorang’.25 Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat yang berbeda dari orang lain, baik daripada pola pikir, sikap dan tingkah laku dalam kehidupannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selanjutnya pengertian kepribadian islami, adalah kepribadian yang seluruh aspeknya, baik tingkah laku luar maupun dalam, seperti kegiatan-kegiatan
jiwanya,
filsafat
hidupnya
dan
kepercayaannya
menunjukkan pengabdian kepada Allah SWT dan penyerahan kepadaNya.26
2. Unsur-unsur Kepribadian Muslim Menurut Ahmad D. Marimba kepribadian seseorang terdiri dari tiga unsur, yaitu: a. Aspek-aspek kejasmanian; meliputi tingkah laku luar yang mudah Nampak. Seperti cara orang berbicara dan cara orang bertindak. b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak segera tampak dilihat. Seperti cara-cara berfikir, sikap dan minat seseorang. c. Aspek-aspek kerohanian; aspek ini meliputi kejiwaan yang lebih abstrak, yaitu filsafat hidup dan kepercayaan.27
Ketiga aspek tersebut (kejasmanian, kejiwaan dan kerohanian) secara naluriah berada dalam satu kesatuan manusia secara utuh, yaitu manusia berkehendak, berperasaan, berpikir dan berbuat. Apabila dalam diri manusia tersebut memiliki jiwa yang sehat, ketiga unsure tersebut bekerja dalam suatu susunan yang harmonis maka segala bentuk tujuan dan segala gerak-geriknya selalu memenuhi keperluan dan keinginan 25
Zuhairini, filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 187 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…, h. 68 27 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat…, h. 67 26
20
manusia. Sebaliknya apabila ketiga sistem tersebut bertentangan satu sama yang lainnya, maka orang tersebut akan dinamakan sebagai orang yang tidak dapat menyesuaikan diri, ia menjadi tidak puas dengan dirinya dan lingkungannya. Dalam
psikologi
Kepribadian
Islam
“ketiga
unsur
diatas
dinamakan sebagai struktur kepribadian, yaitu aspek-aspek yang bersifat stabil, menetap, abadi, serta merupakan unsur-unsur pokok pembentukan pembukaan tingkah laku individu”.28 Dalam terminology Islam, “ketiga unsur di atas disebutkan dalam istilah lain, yaitu struktur jasad, ruh dan nafs. Jasad merupakan aspek biologis atau psikis manusia, sedangkan nafs merupakan aspek psikopisik manusia yang merupakan sinergi antara jasad dan ruh”.29 Jasad kepribadian seseorang tidak akan bisa dipisahkan dari ketiga unsur diatas (jasad, ruh dan nafs). Ketiga unsur tersebut akan saling membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Keberadaan jasad tanpa ruh merupakan substansi yang mati, sedangkan ruh tanpa jasad tidak akan teraktualisasi. Oleh karena itu perlu adanya sinergi antara dua aspek tersebut sehingga menjadi nafs. Dengan nafs ini maka masing-masing keinginan jasad dan ruh akan terpenuhi.
3. Dinamika Kepribadian Muslim Struktur kepribadian yang ada pada diri seseorang tidak dapat dikatakan
baik
ataupun
buruk
sebelum
ada
usaha
untuk
mengaktualisasikannya. Aktualisasi struktur tersebut tergantung pada pilihan
seseorang.
Upaya
seseorang
untuk
memilih
dan
mengaktualisasikan potensi itu memiliki dinamika proses, seiring dengan hal-hal lain yang mempengaruhinya. Berdasarkan pembagian struktur kepribadian manusia yang telah di kemukakan di atas, maka dinamika kepribadian seseorang terbagi menjadi 28
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 54 29 Abdul Mujib, Kepribadian Dalam…, h. 56
21
dinamika struktur jasmani, dinamika struktur rohani dan dinamika struktur nafsani.
a. Dinamika Struktur Jasmani Struktur jasmani merupakan aspek psikologis dari struktur kepribadian manusia. Aspek ini merupakan wadah struktur ruh dan tidak dipersiapkan untuk membentuk tingkah laku. Kesendirian struktur jasmani tidak akan mampu membentuk tingkah laku lahiriah maupun batiniah. Struktur jasmani memiliki daya atau energi yang menggambarkan proses fisiknya yang disebut dengan daya hidup. Akan tetapi daya hidup ini belum mampu menggerakkan suatu tingkah laku selama struktur jasmani ini belum ditempati oleh struktur ruhani.
b. Dinamika Struktur Ruhani Struktur ruhani merupakan aspek psikologis dari struktur kepribadian manusia. Ia diciptakan untuk menjadi substansi sekaligus esensi kepribadian manusia. Eksistensinya tidak hanya di alam imateri, tetapi juga di alam materi kedirian dan kesendiriannya mampu bereksistensi meskipun sifatnya imateri di dunia. Tingkah laku ruhaniah dapat terwujud dengan kesendirian struktur ruhani dan tingkah laku dapat menjadi actual apabila struktur ruhani menyatu dengan struktur jasmani. Struktur ruhani sifatnya kekal, adanya lebih dulu dan kehidupannya
lebih
lama
dari
pada
kehidupan
manusia.
Kedahuluannya memberikan motivasi bagi kehidupan nafs kelak, agar manusia mengerjakan perbuatan yang benar dan meninggalkan perbuatan yang salah. Sedang keabadiannya akan mendapatkan balasan atas kepribadian yang telah diperbuat. Ditinjau dari segi kontruksi kebutuhan hidup, ruh manusia membutuhkan agama yang dapat membimbing kehidupan manusia kearah fitrah aslinya, yaitu suci dan rindu akan kehadirat Allah SWT.
22
Tanpa agama maka kehidupan manusia hanyalah sebatas susunan tulang, daging dan organ-organ biologis semata. Apabila agama Islam menjadi kerangka bagi kepribadian manusia, maka segala tindakan kepribadiannya dianggap sebagai ibadah, karena ibadah merupakan aktualisasi diri yang paling sesuai dengan konstruksi kepribadian Islam. Aktualisasi diri ini akan membentuk suatu jati diri dan harga diri yang benar-benar fitrahh dan islami. jati diri manusia dtentukan oleh kemampuannya meningkatkan kualitas keberagaman melalui ketakwaan.
c. Dinamika Struktur Nafsani Struktur nafsani merupakan struktur psikofisik dari kepribadian manusia. Struktur ini dapat mengaktualisasikan semua rencana dan perjanjian Allah kepada manusia yang berwujud tingkah laku atau kepribadian. Struktur nafsani merupakan paduan integral antara struktur jasmani dan ruhani. Struktur nafsani ini tediri dari aspek fisik dan psikis yang akan selalu berinteraksi satu sama lain. Aspek struktur nafsani tidak sama dengan struktur jasmani karena telah menyatu dengan aspek psikis struktur ruhani. Dalam membentuk suatu kepribadian, kedua aspek ini akan saling tarik menarik. Apabila struktur nafsani cenderung mengikuti nature ruhani maka nilai kepribadiannya menjadi baik.30 Aspek fisik struktur nafsani tidak hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan nafsu implusif jasmaniah, tapi juga harus digunakan untuk membantu kebutuhan aspek psikis struktur nafsani. Misalnya makan dan minum tidak hanya untuk sekedar menguatkan tubuh, tapi setelah itu juga harus digunakan untuk beribadah. Selanjutnya aspek psikis struktur nafsani juga memiliki korelasi erat dengan aspek fisik. Misalnya penggunaan energi psikis untuk berfikir harus diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan fisik. Misalnya kegiatan berzikir, harus diimbangi dengan makan, minum, 30
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam…, h. 124
23
tidur dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar keduanya seimbang sehingga seseorang akan terhindar dari penyakit.
4. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian Untuk membentuk kepribadian seseorang bukanlah hal yang mudah. Secara fitrah manusia memang terdorong melakukan sesuatu yang baik dan benar. Namun terkadang naluri mendorong seseorang untuk melakukan yang bertentangan dengan realita yang ada. Kepribadian itu terkadang dan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi di dalam perkembangan itu makin terbentuklah pola-polanya yang tetap dan khas sehingga merupakan ciri-ciri yang unik bagi setiap individu. Menurut M. Ngalim Purwanto, faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan terbentuknya kepribadian adalah : a. Faktor Biologis Faktor biologis ini berhubungan dengan keadaan jasmani. Semenjak dilahirkan keadaan jasmani seseorang telah menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat dilihat pada setiap bayi yang baru lahir yang menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada seseorang ada yang diperoleh dari keturunan dan ada pula yang merupakan pembawaan. Keadaan fisik baik yang berasal dari keturunan maupun yang merupakan pembawaan yang dibawa sejak lahir itu memainkan peranan penting pada kepribadian seseorang. Contohnya mengenai konstitusi tubuh, seperti tingginya, besarnya, beratnya dan sebagainya. b. Faktor Sosial Yang dimaksud faktor sosial adalah masyarakat, yaitu manusia-manusia lain di sekitar individu yang bersangkutan. Yang termasuk faktor sosial ini antara lain tradisi, adat istiadat, peraturanperaturan, bahasa dan sebagainya yang berlaku dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah anak sejak dilahirkan telah bergaul
24
dengan orang-orang di sekitarnya. Pertama-tama dengan keluarganya, terutama dengan ayah dan ibu, kemudian dengan anggota keluarga yang lain seperti kakak dan adik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peran keluarga sangat penting dalam menentukan pembentukan kepribadian anak selanjutnya. Demikian pula dengan tradisi dan kebiasaan yang berlaku dalam keluarga itu. c. Faktor Kebudayaan Sebenarnya
faktor
ini
masuk
kedalam
faktor
sosial.
Kebudayaan itu tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa kebudayaan tiap daerah atau Negara itu berbeda. Hal itu menunjukkan bahwa cara-cara hidup, kebiasaan, bahasa, kepercayaan dan sebagainya dari suatu daerah atau masyarakat tertentu berbeda dengan daerah atau masyarakat lain. Contohnya seorang anak cenderung meniru tingkah laku atau perbuatan orangorang yang ada di sekitarnya. Maka secara tidak langsung ia akan menyerap sifat-sifat kepribadian orang-orang yang ditirunya.31
5. Proses Pembentukan Kepribadian Sebagaimana kita ketahui bahwa segala sesuatu membutuhkan satu proses untuk bisa mencapai tujuan yang di inginkan. Demikian pula dengan pembentukan kepribadian seseorang dapat dilakukan melalui tiga macam pendidikan : a. Pranatal Education Proses pendidikan ini dilakukan secara tidak langsung. Proses ini dimulai di saat pemilihan calon suami atau istri dari kalangan yang baik dan berakhlak. Kemudian dilanjutkan dengan sikap dan prilaku orang tua yang islami disaat bayi sejak dalam kandungan ditambah lagi dengan pemberian makanan dan minuman yang halal dan baik, serta dilengkapi dengan sikap penerimaan yang baik dari kedua orang tua atas kelahiran bayi tersebut. 31
Abdul Mujib, Kepribadian Dalam…, h. 130
25
b. Education By Another Proses pendidikan ini dilakukan secara langsung oleh orang lain (orang tua di rumah, guru di sekolah dan pemimpin di masyarakat). Manusia sewaktu dilahirkan tidak mengetahui suatu apapun. Oleh karena itu diperlukan orang lain untuk mendidik manusia agar ia mengetahui dirinya dan lingkungannya. Proses ini dimulai semenjak anak lahir sampai anak mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohani. c. Self Education Proses ini dilakunkan melalui kegiatan pribadi tanpa bantuan orang lain, seperti membaca buku, majalah, Koran, mengadakan penelitian dan sebagainya.32
C. Kerangka Berfikir Pendidikan Agama Islam adalah suatu bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada peserta didik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim. Ia merupakan proses pendidikan yang mengarah pada pembentukan akhlak atau kepribadian. Pendidikan Agama Islam memiliki tujuan untuk merealisasikan manusia muslim yang beriman dan bertakwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabdikan diri kepada Allah dengan sikap dan kepribadian bulat yang merujuk pada penyerahan diri kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan, baik dunia maupun akhirat. Kepribadian adalah sifat khas seseorang yang menyebabkan seseorang mempunyai sifat yang berbeda dari orang lain, baik pola pikir, sikap dan tingkah laku dalam kehidupannya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Setiap orang akan memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Hal itu sangat dipengaruhi oleh faktor biologis, faktor sosial dan faktor kebudayaan.
32
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam…, h. 296-297
26
Proses pembentukan kepribadian ini dapat dilakukan melalui pendidikan prenatal, pendidikan oleh orang lain atau pendidikan oleh diri sendiri. Sebagaimana di uraikan di atas bahwa pendidikan merupakan salah satu prose pembentukan kepribadian seseorang. Dalam hal ini Pendidikan Agama Islam ikut mewarnai terbentuknya pribadi muslim seseorang yang mana hal itu merupakan tujuan akhir dari Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu apabila seseorang telah mendapatkan Pendidikan Agama Islam dengan baik, maka akan terbentuklah pribadi muslim pada dirinya, sehingga ia akan memilki pribadi dan budi pekerti yang baik atau akhlak alkarimah. Berdasarkan kesimpulan tersebut maka semakin jelas bahwa Pendidikan Agama Islam ikut andil dalam pembentukan kepribadian siswa. Jika Pendidikan Agama Islam diberikan kepada siswa dengan baik dan sempurna dalam proses pembelajaran, maka output yang akan dihasilkan dari proses pembelajaran tersebut adalah terbentuknya kepribadian siswa sehingga gerak dan tingkah lakunya akan sesuai dengan ajaran agama Islam.
27
BAGAN HUBUNGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KEPRIBADIAN MUSLIM
Pendidikan Agama Islam (X) Aqidah Akhlak Ibadah Muamalah
Proses pembelajaran
Kepribadian Islami (Y) Prilaku sehari-hari Pelaksanaan ibadah Hubungan dengan masyarakat
Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang baik dalam proses pembelajaran akan membentuk kepribadian muslim pada diri siswa. Sehingga prilaku sehari-harinya, pelaksanaan ibadah dan hubungan dengan lingkungannya (masyarakat) akan selaras dan sejalan dengan ajaran agama Islam.
28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian Variabel dapat diartikan sebagai “obyek pengamatan atau fenomena yang diteliti”. 1 Dari judul penelitian penulis, yaitu Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Pembentukan Kepribadian Muslim Siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur, maka ditetapkan variabel Pendidikan Agama Islam sebagai variabel (X), yaitu variabel bebas yang dapat memberikan pengaruh terhadap variabel yang lain, sedangkan pembentukan kepribadian muslim siswa merupakan variabel (Y), yaitu variabel terikat yang dipengaruhi variabel bebas.
B. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun tempat yang di laksanakan Penelitian adalah SMP Negeri 217, yang berlokasi di jalan Gongseng Raya tepatnya di Gg. Gotong Royong Kelurahan Baru, Kecamatan pasar Rebo Jakarta Timur. Adapun waktu yang diperlukan dalam kegiatan penelitian ini adalah sejak tanggal 16 Juni 2010 sampai dengan 14 November 2010. 1
Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1996), cet.ke-1, h. 156
28
29
C. Populasi dan Sampel Populasi adalah “keseluruhan subjek penelitian”. 2 Adapaun populasi sasaran dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Negeri 217 Jakarta Timur tahun ajaran 2008/2009. Populasi yang terjangkau adalah siswa-siswi kelas VIII yang terdiri dari 4 kelas dengan jumlah keseluruhan 155 orang siswa-siswi. Sampel adalah “kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian”. 3 Pengambilan sampel dalam penelitian ini berdasarkan yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto, yaitu apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika subyeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.4 Maka sampel dalam penelitian ini diambil 21% dari populasi yakni berjumlah 32 orang. Adapaun teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling atau system acak sederhana.
D. Teknik Pengumpulan Data Adapun dalam pengumpulan data, penulis menggunakan penelitian lapangan (Field Reseach) yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung untuk mengumpulkan data yang diperlukan secara obyektif dari lapangan penelitian. Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan beberapa metode teknik pengumpulan data, yaitu:5 1. Teknik Observasi adalah “pengamatan dan pencatatan secara sistematik dan langsung terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian”. Pengamatan ini langsung terhadap obyek yeng diteliti oleh peneliti untuk
2
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002) cet. ke-12, h. 102 3 Ibnu Haja, dasar-dasar Metodologi…., h. 133 4 Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian…., h. 112 5 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-2, h. 158
30
mengumpulkan data tentang gambaran umum, keadaan guru, siswa, karyawan serta sarana dan prasarana di SMP Negeri 217 Jakarta Timur. 2. Teknik Interview (wawancara), adalah mengumpulkan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam hal ini penulis melakukan interview kepada berbagai pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti, di antaranya dengan kepala sekolah dan guru bidang studi agama Islam. Informasi yang di inginkan dari kepala sekolah adalah mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya SMP Negeri 217 Jakarta Timur, beserta sarana dan prasarana yang tersedia. Selanjutnya untuk memperdalam data angket, informasi di dapatkan dari kepala sekolah dan guru bidang studi agama Islam mengenai kepribadian muslim siswa di sekolah. Angket dan kuesioner, yaitu mengumpulkan informasi dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab sacara tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini penulis menyebarkan kuesioner (daftar pertanyaan) kepada 32 orang siswa-siswi SMP Negeri 217 Jakarta Timur yang dijadikan sebagai sampel dan responden hanya memilih salah satu jawaban dianggap paling tepat baginya.
Kisi-kisi Angket (kuesioner) No
Variabel
Indikator Variabel
Jumlah
Jumlah
Item
Item
(v, x) 1
Pendidikan Agama Islam
1. Guru selalu memberikan contoh
12
1
dalam menjelaskan materi PAI 2. Guru
mengadakan
evaluasi
2
dalam proses pembelajaran PAI 3. Guru memberikan nasihat untuk
5
salaing menghormati 4. Guru mengajarkan untuk selalu melaksanakan shalat lima waktu
12
31
5. Guru memberikan nasihat dan
6
bimbingan 6. Guru memotivasi siswa untuk
8,9,10,11
mengikuti kegiatan keagamaan 7. Keaktifan
siswa
dalam
3
mengikuti pembelajaran 8. Pemahaman siswa terhadap
7
materi yang diberikan 9. Keaktifan guru agama dalam
4
PBM
(v,y) 2
Kepribadian 1. Pelaksanaan ibadah siswa muslim siswa 2. Kesadaran
siswa
14 untuk
1,2,3,4 5
melaksanakan ibadah 3. Rasa hormat siswa terhadap
6,7,14
orang tua 4. Rasa hormat siswa terhadap
8,9,10
guru dan teman 5. Sikap
tolong
menolong
11
mengikuti
12,13
terhadap sesama 6. Keaktifan
siswa
kegiatan keberagamaan
E. Teknik Pengolahan Data Dalam pengelolaan data, penulis menempuh cara-cara sebagai berikut : 1. Editing adalah penulis memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden serta memeriksa pengisian angket yang berhasil dikumpulkan. Hal ini dilakukan agar angket terhindar dari keslahan dan diharapkan nantinya hasil yang diperoleh benar-benar objektif.
32
2. Scoring, setiap jawaban mempunyai angka kode sendiri untuk menghitung data tentang penelitian ini dengan menggunakan angket, penulis memberikan skor pada setiap pertanyaan/jawaban yang terdapat pada angket. Cara untuk menjumlahkan skor dalam angket pada variabel X Pendidikan Agama Islam dengan memberikan bobot nilai sebagai berikut : Jawaban
Skor
Selalu
4
Sering
3
Kadang-kadang
2
Tidak Pernah
1
Sedangkan untuk menjumlahkan skor dalam angket pada variabel Y Kepribadian Muslim dengan memberikan bobot nilai sebagai berikut : Jawaban
Skor
Selalu
4
Sering
3
Kadang-kadang
2
Tidak Pernah
1
3. Tabulating, berdasarkan data-data yang telah terkumpul setelah pemberian skor, lalu data tersebut dimasukkan ke dalam table, kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh intrepetasi data lewat tabulasi. Adapaun rumus yang digunakan yaitu :
Keterangan : P : Angket persentase F : Frekuensi jawaban N : Jumlah of class
33
F. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan teknik analisis korelasi product moment, analisis korelasi ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel X yaitu kontribusi Pendidikan Agama Islam, dengan variabel Y yaitu pembentukan kepribadian muslim siswa. Adapun rumus korelasi product moment tersebut, yaitu :
Keterangan : rxy
: Angka indeks korelasi “r” Product Moment
N
: Number Of Cases
∑ χỵ
: Jumlah hasil perkalian antara sektor X dan sektor Y
∑χ
: Jumlah seluruh sektor X
∑ỵ
: Jumlah seluruh sektor Y6
Selanjutnya hasil analisis dilakukan interpretasi dengan teknik analisis sederhana dan kunsultasi tabel “r”.
G. Teknik Interpretasi Data Setelah angka indeks korelasi diketahui, langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi terhadap angka indeks korelasi yang telah didapat. Teknik interpretasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Teknik interpretasi sederhana Teknik interpretasi sederhana dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan melihat posisi angka indeks korelasi yang telah didapat pada tabel tingkat koefisien korelasi berikut ini:
6
Anas Sudjono, Pengantar Statistik pendidikan, (Jakarta: Rajawali Persana, 1994), Cet. Ke-5, h. 206
34
Klasifikasi Koefisien Korelasi Besarnya “r” Interpretasi
Product moment 0,00-0,20
Antara variabel V dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu (diabaikan atau dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah.
0,40-0,70
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup.
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
0,90-1,00
Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yangdangat kuat atau sangat tinggi.
H. Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menentukan apakah hipotesis yang telah ditetapkan diterima atau ditolak. Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut : Ha : Pendidikan Agama Islam memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan kepribadian muslim siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur. Ho : Pendidikan Agama Islam tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pembentukan kepribadian muslim siswa SMP Negeri 217 Jakarta Timur. 1. Merumuskan hipotesis alternative (Ha) dan hipotesis (Ho). 2. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah di ajukan dengan cara membandingkan besarnya “r” product moment (r hitung) dengan “r”
35
yang tercantum dalam tabel (r tabel), dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau Degrees of fredomnya (df) dengan rumus :
df = N-nr Keterangan : df = Degrees of Freedom N = Number of Casses nr = Banyak variabel yang di korelasi Dengan diperoleh “db” atau “df” dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel nilai “r” product moment baik pada taraf signifikan 5% maupun pada taraf signifikan 1% sama dengan atau lebih besar dari pada ”r” maka hipotesa alternative (Ha) disetujui atau di terima atau terbukti kebenarannya dan hipotesis nihil (Ho) tidak dapat disetujui atau di terima atau tidak dapat diterima atau tidak terbukti kebenarannya.7
7
Anas Sudjono, Pengantar Statistik pendidikan ….., h. 193-195
36
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Negeri 217 Jakarta Timur 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 217 Jakarta Timur SMP Negeri 217 Jakarta yang berlokasi di jalan Gongseng Raya tepatnya di Gg. Gotong Royong No. 30 Cijantung, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. SMPN 217 Jakarta Timur berdiri di atas tanah ± seluas 2. 155 M2 dengan luas bangunan 1. 450 M2, luas halaman 78 M2, lapangan olah raga seluas 445, 60 M2 dan luas kebun sebesar 181, 40 M2. Lokasi tersebut letaknya sangat strategis karena dapat dijangkau dari segala arah sehingga para siswa tidak mengalami kesulitan dalam mencapainya. Di samping letaknya yang sangat strategis kondisi wilayah di sekitar sekolah tersebut sangat tenang dan aman, jauh dari kebisingan lalu lintas jalan raya sehingga para siswa dapat belajar dengan nyaman. Untuk menyalurkan bakat siswa, sekolah menyediakan saranasarana berupa kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler berupa Pramuka, PMR, Paskibra, Beladiri Ju Jit Su, Olahraga dan kegiatan keagamaan khususnya Agama Islam. Alhamdulillah berkat bimbingan dari para pembina dan para pelatih yang dibantu para alumni, Pramuka, PMR, Rohis dan Paskibra SMPN 217 dapat terus berjalan, bahkan selalu meraih prestasi dalam kegiatan lomba. Dalam memperingati hari-hari besar nasional maupun hari-hari besar keagaman, OSIS SMPN 217 selalu turut aktif merayakannya, seperti peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 36
37
Hari Pendidikan Nasional, Hari Kebangkitan Nasional, Maulid Nabi Muhammad SAW. perayaan Idul Qurban, dan lain-lain. Dalam bidang akademis, SMPN 217 berupaya terus mengadakan pembenahan di sana-sini, guna dapat meraih prestasi, segenap dewan guru telah berusaha secara maksimal untuk mewujudkan hal tersebut. Berkaitan dengan hal tersebut, maka khusus untuk kelas III diadakan kegiatan Pendalaman Materi (PM) yang dilaksanakan pada sore hari. Hal itu dimaksudkan agar siswa kelas III dapat meraih nilai yang cukup memadai untuk menaikkan peringkat sekolah ke jenjang yang lebih baik. 2. Letak Geografis SMP Negeri 217 Jakarta yang berlokasi di jalan Gongseng Raya tepatnya di Gg. Gotong Royong No. 30 Cijantung, Kelurahan Baru, Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur. SMPN 217 Jakarta Timur berdiri di atas tanah ± seluas 2. 155 M2 dengan luas bangunan 1. 450 M2, luas halaman 78 M2, lapangan olah raga seluas 445, 60 M2 dan luas kebun sebesar 181, 40 M2. 3. Visi dan Misi Visi SMP Negeri 217 Jakarta adalah Beriman Kuat, Berilmu Manfaat Demi terwujudnya SMP yang Unggul dalam Iptek dan lmtaq. Adapun misi SMP Negeri 217 Jakarta adalah a. Mewujudkan
sistem
pembelajaran
yang
efektif,
kreatif
dan
menyenangkan. b. Mendorong dan membantu siswa untuk mengenali dan menggali potensi sehingga dapat di kembangkan secara optimal. c. Memberi motivasi dan menumbuhkan semangat penghayatan dan pengalaman ajaran Islam. d. Meningkatkan strategi kegiatan belajar mengajar (KBM) sehingga di peroleh lulusan terbaik. e. Mendorong siswa untuk menguasai Iptek dal Imtaq.
38
4. Keadaan Guru dan Staf Administrasi SMP Negeri 217 Jakarta Pada saat ini, SMP Negeri 217 Jakarta memiliki tenaga pengajar sebanyak 36 orang, Pendidikan terakhir para Guru-guru SMP Negeri 217 Jakarta yaitu 28 orang lulusan S1 dan 1 orang lulusan S2 dan lainya lulusan SMA yang sederajat. Kondisi mengajar di SMP Negeri 217 Jakarta sampai saat ini di nilai baik, karena guru-guru di SMP Negeri 217 Jakarta, mengajar sesuai dengan bidang yang dikuasai atau sesuai dengan disiplin ilmu yang telah di pelajari selama di perkuliahan. Sistim belajar yang di gunakan di SMP Negeri 217 Jakarta Sudent Oriented atau berorientasi pada siswa. Guru hanya sebagai fasilitator, guru tidak semata-mata di posisikan orang yang serba tahu, tetapi bisa sebagai teman belajar. Tabel 1 Data Personil Guru berdasarkan Pendidikan Terakhir serta Jabatan dan Bidang Studi yang Dipegang No
Nama
Pendidikan Terakhir
Jabatan
Bidang Studi
1
Dra. Hj. Mastanah
S1
Kepala Sekolah/Guru
Matematika
2
Hj. Maronih, S. Ag
S1
Wakil Kep.Sek/ Guru
Bahasa Indonesia
3
Drs. H. Marzuki
S1
Guru
PPKN
4
Dra. Hj. Siti Nurbaiti
S1
Guru
Matematika
5
Hj. Fatimah Bishry, BA
S1
Guru
IPA
6
Drs. Mastari A. Latif, MA
S2
Guru
Agama
7
Hj. Asmanih, BA
S1
Guru
Sejarah
8
H. Tarmizi
S1
Guru
Agama
9
Abdul Wahab, S. Pd
S1
Guru
Pend. Jasmani
-
39
10
Muhammad Zen
Guru
PPKN
11
Dra. Masiti
S1
Guru
B. Indonesia
12
Drs. Subhan
S1
Guru
Komputer
13
Drs. H. Mansyur
S1
Guru
Seni Budaya
14
Dra. Hj. Muhibah Yusuf
S1
Guru
IPS
15
Mu’min, S. Pd
S1
Guru
Komputer
16
Hasan Asy’ari, S. Ag
S1
Guru
IPS
17
Sofiyah, S. Ag
S1
Gum
Agama
18
Yose Rusdiana, S. Pd
S1
Guru
B. Indonesia
19
Muh. Nur Kholily, S. Pd
S1
Guru
B. Inggris
20
Dra. Arfah
S1
Guru
PKN
21
Siti Maesaroh, SE
S1
Guru
IPS
22
Siti Hairoh, S. Ag
S1
Guru
PPKN
23
Siti Maryam, SP
S1
Guru
IPA
24
Ahmad Rijadi
Guru
Matematika
25
Mukhtar Lutfi
Guru
Seni Budaya
26
Hi. Suprihartini, S Ag
Guru
Seni Budaya
27
Maryadi
Guru
Bahasa Inggris
28
Supendi
Guru
Komputer
29
Sri Rahayu Lestari, S. Pd
S1
Guru
Bahasa Inggris
30
Tuti Alfiyah Ustuti, S. Si
S1
Guru
Matematika
31
H. Syukron Kurniawan, Lc
S1
Guru
Bahasa Inggris
32
Nasrullah, S. Komp
S1
Guru
IPA
33
Budi Sabenih
Guru
Penjas
S1
40
34
Hj. Nurun Nabilah, S. Ag
35 36
S1
Guru
Sejarah
Mahmudi
Guru
Penjas
Khalifsyah
Pegawai
5. Keadaan Siswa SMP Negeri 217 Jakarta Pada tahun ajaran 2008/2009 siswa siswi SMP Negeri 217 Jakarta berjumlah 494 yang terbagi menjadi 13 kelas. Yaitu kelas VII Kelas VIII Kelas IX. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel berikut. Tabel 2 Keadaan Siswa SMP Negeri 217 Jakarta Kelas
Rombongan Belajar 5 4 4
VII VIII IX Jumlah
13
L
P
Jurnlah
100 83 89
80 72 70
180 155 159
273
222
494
6. Sarana dan Prasarana a. Bangunan / Gedung Tabel 3 Bangunan / Gedung No
Uraian
Jumlah
Kondisi
1
Ruang Belajar
13
Baik
2
Ruang Perpustakaan
1
Baik
3
Ruang Laboratorium
Baik
a. LabBahasa
1
Baik
b. Lab Komputer
1
Baik
4
Ruang Kepala Sekolah
1
Baik
5
Ruang Guru
1
Baik
6
Ruang Ibadah/Musholla
1
Baik
41
7
Ruang UKS/PMR
1
Baik
8
Ruang BP
1
Baik
9
Kantin
1
Baik
10
WC Siswa
3
Baik
11
WC Guru
2
Baik
12
Sanggar Pramuka
1
Baik
b. Sarana Penunjang Selain Meniliki Prasarana yang berbentuk bangunan, SMP Negeri 217 Jakarta juga mempunyai sarana penunjang, baik penunjang kegiatan
pembelajaran,
maupun
penunjang
kegiatan.
Adapun
rinciannya sebagai berikut: Tabe 4 Alat Kegiatan No 1.
2.
Uraian
Jumlah
Kondisi
Marawis
1
Baik
Angklung
1
Baik
Qasidah
1
Baik
Band
1
Baik
Lapangan Basket
1
Baik
Lapangan Volley
1
Baik
Lapangan Badminton
1
Baik
Lapangan Futsal
1
Baik
Kesenian
Olah Raga
7. Kegiatan Kurikuler Kegiatan Kurikuler di SMP Negeri 217 Cijantung Jakarta Timur terdiri dari kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan intra
42
kurikuler adalah kegiatan belajar mengajar yang mana kegiatan tersebut telah di tetapkan dalam kurikulum. Sedangkan kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan yang di laksanakan di luar jam pelajaran yang mana kegiatan tersebut tidak ada kaitannya dengan kegiatan kurikuler dan bertujuan untuk menambah wawasan siswa. Kegiatan ekstra kurikuler tersebut adalah : Pramuka, Paskibra, Futsal, KIR (Kajian Ilmiah Remaja), Volley, Basket dan Marawis. B. Pelaksanaan PAl di SMP Negeri 217 Jakarta Pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta disampaikan dengan durasi waktu 1 jam dan 3 kali dalam dalam satu minggu. Proses pembelajaran agama Islam lebih banyak di sampaikan dengan menggunakan metode ceramah dan sesekali dengan menggunakan metode praktek atau unjuk kerja ketika sampai pada sub pokok bahasan yang harus dipraktekkan, seperti diantaranya thaharoh, shalat fardhu, dan ilmu tajwid/bacaan Al-qur’an. Target yang ingin di capai dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMP Negeri 217 Cijantung Jakarta Timur adalah mewujudkan insan yang memiliki pengetahuan agama, membentuk insan yang berbudi pekerti luhur, dan berakhlak mulia, menanamkan iman/aqidah yang benar, mewujudkan insan yang memiliki imtaq (iman dan taqwa) dan memiliki rasa solidaritas sosial dan setia kawan yang tinggi.1 Jadi secara garis besar target yang ingin di capai adalah mewujudkan manusia yang tidak hanya memiliki ilmu pengetahuän yang luas tapi juga berakhlak mulia, beriman, bertaqwa dan memiliki rasa solidaritas sosial yang tinggi. Untuk merealisasikan target tersebut maka usaha yang dilakukan guru agama Islam adalah dengan cara memberikan dan menjadikan “Uswatun Hasanah” (suri tauladan yang baik) kepada siswa. Dalam hal ini guru dituntut 1
Dra. Hj. Mastanah As, Kepala Sekolah MTs Miftahul Umam, (Jakarta: 27 Mei 2009)
43
untuk membenikan contoh yang baik terlebih dahulu kepada siswa baru kemudian siswa mengikutinya. Hal yang paling penting dilakukan oleh guru agama adalah dakwah bil hal (mengajak dengan tindakan) dengan berpedoman pada semboyan “Ibda’ binafsika” (mulailah dari diri sendiri). Dalam usaha membentuk kepribadian siswa, guru agama juga harus melakukan pendekatan kepada siswa. Hal ini di lakukan karena siswa SMP adalah siswa yang memasuki masa remaja, yaitu suatu masa pancarobaan dan masa dimana ia ingin mencari jati diri mereka. Oleh karena itu mereka tidak bisa di kekang atau di paksa untuk mengikuti aturan-aturan tertentu melainkan harus diberikan pengertian terlebih dahulu sehingga ia mau menerima aturan tersebut. Selanjutnya usaha yang dhlakukan dalam rangka membentuk kepribadian siswa adalah mengontrol emosi siswa dengan cara melakukan pendekatan kepada siswa. Dalam hal ini seorang guru tidak boleh langsung memberikan hukuman kepada siswa yang bermasalah, akan tetapi guru harus terlebih dahulu melakukan pendekatan kepada anak untuk mengetahui pokok masalah yang siswa alami.2 Adapun target yang telah tercapai dan proses pembelajaran agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta adalah terbentuknya kepribadian siswa meskipun belum maksinal. Hal ini bisa di lihat dan sikap siswa yang selalu mencium tangan dan memberi salam ketika bertemu dengan guru, mengetuk pintu dan memberi salam ketika terlambat masuk kelas dan berdo’a sebelum belajar. SMP Negeri 217 Jakarta sangat kental dengan ajaran Islam dan mampu melaksanakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah ubudiyah, muamalah dan syariah secara terpadu dan konsekwen. Selain itu pendidikan agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta tidak hanya memberikan kontribusi terhadap kepribadian siswa ketika mereka berada di dalam lingkungan sekolah, tapi juga sampai mereka menjadi alumni SMP Negeri 217 Jakarta.
2
Dra. Hj. Mastanah AS, Kepala Sekolah.
44
C. Deskripsi Data Data-data penelitian tentang kontribusi pendidikan Agama Islam dalam pembentukan kepribadian siswa di SMP Negeri 217 Jakarta di peroleh melalui observasi, wawancara dan angket. Wawancara penulis lakukan dengan guru mata pelajaran Agama Islam dan Kepala sekolah untuk mendapatkan gambaran tentang pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta. Sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas VIII. Untuk mendapatkan gambaran mengenai kontribusi Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan kepribadian siswa SMP Negeri 217 Jakarta, maka terlebih dahulu angket ini di analisa dengan cara di uraikan datam bentuk tabel prosentase. Data yang di ambil tentang kontribusi Pendidikan Agama Islam dalam pembentukan kepribadian siswa SMP Negeri 217 Jakarta melalui angket masing-masing di berikan 4 altematif jawaban, yaitu selalu, sering, kadankadang dan tidak pernah. Setelah data di peroleh berdasarkan hasil angket yang di berikan kepada siswa kelas VIII, maka langkah pertama yang dilakukan adalah mencari angka prosentase dalam bentuk tabel dengan menggunakan tehnik prosentase sebagai berikut:
Dimana “P” adalah angka prosentase , “F” adalah yang sedang di cari prosentasenya dan “N’” adalah jumlah responden. Berikut ini penulis sajikan hasil angket dan 26 pernyataan yang di berikan kepada 32 respondent (21% dari 494 siswa kelas VIII).
45
1. Tabel Variabel X (Pendidikan Agama Islam) Tabel 5 Guru mempraktekan materi yang telah di jelaskan Alternatif
Frekuensi %
Selalu
12
38
Sering
9
28
Kadang-kadang
10
31
Tidak Pernah
1
3
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu”38 %, respondent yang menyatakan “sering” 28%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 31% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 3% maka dan hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru mata pelajaran Agama Islam selalu mempraktekan materi yang telah dijelaskan. Tabel 6 Guru Agama saya memberikan tugas di akhir pembelajaran Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
7
22
Sering
4
13
Kadang-kadang
19
59
TidakPernah
2
6
Jumlah
32
-
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 22%, respondent yang menyatakan “sering” 13%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 59% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
46
6% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru Agama jarang memberikan tugas di akhir pembelajaran. Tabel 7 Keaktifan Siswa mengikuti pelajaran agama Islam Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
21
66
Sering
7
22
Kadang-kadang
4
12
TidakPernah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 66%, respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 12% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu mengikuti pelajaran agama Islam. Hal ini berarti respon siswa terhadap mata pelajaran agama Islam sangat bagus. Tabel 8 Siswa memahami materi pelajaran agama Islam Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
17
53
Sering
7
22
Kadang-kadang
6
25
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 53%, respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan
47
“kadang-kadang” 25% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil. Perhitungan tersebut diketahui bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran agama Islam sangat bagus. Tabel 9 Guru menyurh siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
22
69
Sering
6
19
Kadang-kadang
4
12
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 69%, respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 12% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahul bahwa guru selalu menyuruh siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman. Tabel 10 Guru memberikan bimbingan dan nasehat waktu pembelajaran Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
22
69
Sering
8
25
Kadang-kadang
2
6
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
32
100
48
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 69%, respondent yang menyatakan “sering” 25%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 6% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru selalu memberikan nasehat dan bimbingan pada waktu pembelajaran. Tabel 11 Guru hadir pada mata pelajaran agama Islam Alteniatif
Frekuensi
%
Selalu
13
41
Sering
7
22
12
37
Tidak Pernah
0
0
Jumlab
32
100
Kadang-kadang
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 41%, respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 37% dan respondent yang menyatakan “tidak pemah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa kehadiran guru selalu hadir pada mata pelajaran agama Islam. Tabel 12 Guru mewajibkan siswa untuk mengikuti Rohis Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
9
28
Sering
7
22
Kadang-kadang
8
25
Tidak Pernah
8
25
Jumlah
32
100
49
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 28%, respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 25% dan respondent yang menyatakan “tidak pemah” 25% maka dari hasil perhitungan tersebut diletahui bahwa guru selalu rnewajibkan siswa untuk mengikuti rohis. Tabel 13 Guru menyuruh siswa untuk mengikuti pengajian di rumah Mternatif
Frekuensi
%
Selalu
13
4l
Sening
6
19
Kadang-kadang
9
28
Tidak Pemah
4
12
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 41%, respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 28% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 13% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru selalu niemotivasi siswa untuk mengikuti pengajian di rumah. Tabel 14 Guru menyurub siswa untuk mengikuti shalat Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
7
22
Sering
5
16
Kadang-kadang
11
Tidak Pernah
9
28
Jumlah
32
100
34
50
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 22%, respondent yang menyatakan “sering” 16% respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 34% dan respondent yang menyatakan “tidak pemah” 28% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru terkadang menyuruh siswa untuk mengikuti sanlat di bulan Ramadhan. Tabel 15 Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam ilmu agama Atternatif
Frekuensi
%
Selalu
20
62
Sering
7
22
Kadang-kadang
5
Tidak Pemah
0
0
Jnmlah
32
100
-
16
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 62%, respondent yang menyatakan “sering” 22%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 16% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dan hash perhitungan tersebut diketahui bahwa guru selalu memberikan motivasi kepada siswa untuk memperdalam ilmu agama. Tabel 16 Guru mengajak siswa untuk shalat dzuhur herjamaah Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
2
6
Sering
1
3
Kadang-kadang
24
75
Tidak Pemah
5
16
Jumlah
32
100
51
Dari hasil tersebut respondent yang menyamkan “selalu” 6%, respondent yang menyatakan “sering” 3%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 75% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 16% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa guru sering mengajak siswa untuk melaksanakan shalat dzuhur berjamaah. 2. Tabel Variabel Y ( kepribadian) Tabel 17 Siswa berdoa sebelum belajar Alternatif
Frekuensi %
Selalu
20
62,5
Sering
9
28,1
Kadang-kadang
3
9,4
Tidak Pernah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “sela1u” 62,5%, respondent
yang
menyatakan
“sering”
28,1%,
respondent
yang
menyatakan “kadang-kadang” 9,4% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu berdoa sebelum belajar. Tabel 18 Siawa melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam Alternatif
Frekuensi
%
Selalu
17
53,1
Sering
11
34,4
Kadang-kadang
3
9,4
52
Tidak Pernah
1
3,1
Jumlab
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 53,1%, respondent
yang
menyatakan
“sering”
34,4%,
respondent
yang
menyatakan “kadang-kadang” 9,4% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 3,1% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Tabel 19 Siswa melaksanakan puasa di bulan Ramadhan Alternatif
Frekuensi %
Selalu
22
69
Sering
4
12
Kadang-kadang
5
16
Tidak Pemah
1
3
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 69%, respondent yang menyatakan “sering” 12%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 16% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 3% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan. Tabel 20 Siswa membaca Al-Quran waktu siang dan malam Alternatif
Frekuensi %
Selalu
1
3
Sering
4
13
53
Kadang-kadang
27
84
Tidak Pemah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 3%, respondent yang menyatakan “sering” 13%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 84% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa terkadang membaca Al-Quran waktu siang dan malam. Tabel 21 Siswa melaksanakan shalat berdasarkan kemauan sendiri Alternatif
Frekuensi %
Selalu
16
50
Sering
5
16
Kadang-kadang
10
31
Tidak Pemah
1
3
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 50%, respondent yang menyatakan “sering” 16%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 31% dan respondtnt yang menyatakan “tidak pernah” 3% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu melaksanakan shalat berdasarkan kemauan sendiri. ini berarti kesadaran siswa dalam beribadah cukup bagus.
54
Tabel 22 Siswa meminta ijin orang tua ketika keluar rumah Alternatif
Frekuensi %
Selalu
14
44
Sering
4
12
Kadang-kadang
12
38
Tidak Pemah
2
6
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 44%, respondent
yang
menyatakan
“sering”
12,5%,
respondent
yang
menyatakan “kadang-kadang” 38% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 6% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu meminta izin kepada orang tua ketika keluar rumah. Tabel 23 Siwa merasa berdosa ketika berbohong pada orang tua dan guru Alternatif
Frekuensi %
Selalu
19
59
Sering
4
13
Kadang-kadang
9
28
Tidak Pemah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 59%, respondent yang menyatakan “sering” 13%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 28% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah”
55
0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahul bahwa siswa selalu merasa berdosa ketika berbohong kepada orang tua dan guru. Tabel 24 Siswa berjabat tangan dan memberi salam ketika bertemu guru Alternatif
Frekuensi %
Selalu
20
62
Sering
6
19
Kadang-kadang
6
19
Tidak Pemah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 62%, respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 19% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa berjabat tangan dan memberi salam ketika bertemu guru. Tabel 25 Siswa memperhatikan penjelasan dari guru Alternatif
Frekuensi %
Selalu
15
47
Sering
9
28
Kadang-kadang
8
25
Tidak Pemah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 47%, respondent yang menyatakan “sering” 28%, respondent yang menyatakan
56
“kadang-kadang” 25% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu memperhatikan penjelasan dari guru. Tabel 26 Siswa menghormati orang tua, guru dan teman Alternatif
Frekuensi %
Selalu
23
72
Sering
6
19
Kadang-kadang
3
9
Tidak Pemah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 72%, respondent yang menyatakan “sering” 19%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 9% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu menghormati orang tua, guru dan teman. Tabel 27 Siswa membantu teman yang membutuhkan pertolongan Alternatif
Frekuensi %
Selalu
12
38
Sering
10
31
Kadang-kadang
10
31
Tidak Pemah
0
0
Jumlah
32
100
57
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 380%, respondent yang menyatakan “sering” 31%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 31% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu membantu teman yang membutuhkan pertolongan. Tabel 28 Siswa mengikuti sanlat pada bulan Ramadhan Alternatif
Frekuensi %
Selalu
6
19
Sering
3
9
Kadang-kadang
16
50
Tidak Pemah
7
22
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selatu” 19%, respondent yang menyatakan “sering” 9%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 50% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 22% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa kadangkadang mengikuti sanlat pada bulan Ramadhan. Tabel 29 Siswa mengikuti kegiatan rohis di sekolah Alternatif
Frekuensi %
Selalu
9
28
Sering
3
9
Kadang-kadang
7
22
Tidak Pemah
13
41
Jumlah
32
100
58
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 28%, respondent yang menyatakan “sering” 9%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 22% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 41% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa terkadang mengikuti kegiatan rohis di sekolah. Tahel 30 Siswa mencium tangan dan memberi salam kepada orang tua ketika hendak sekolah Alternatif
Frekuensi %
Selalu
23
72
Sering
4
12
Kadang-kadang
5
16
Tidak Pemah
0
0
Jumlah
32
100
Dari hasil tersebut respondent yang menyatakan “selalu” 72%, respondent yang menyatakan “sering” 12%, respondent yang menyatakan “kadang-kadang” 16% dan respondent yang menyatakan “tidak pernah” 0% maka dari hasil perhitungan tersebut diketahui bahwa siswa selalu memberi salam dan mencium tangan orang tua ketika mau sekolah. D. Analisis Data Setelah memperoleh angka prosentase dari masing-masing angket maka langkah berikutnya adalah mencari angka korelasi antara variabel X dan variabel Y dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut:
Namun sebelumnya akan disajikan data tentang pendidikan agama Islam (vaniabel X) dan data tentang kepribadian siswa (variabel Y) berdasarkan scoring.
59
Tabel 31 Data tentang pendidikan agama Islam (Variabel X) berdasarkan scoring
60
Tabel 32 Data tentang kepribadian siswa (Variahel Y) berdasarkan scoring
61
Selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk memperoleh indeks korelasi antara variabel X dan variabel Y. Tabel 33 Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Kepribadian Siswa)
62
30
33
42
1386
1089
1764
31
36
49
1764
1296
2401
32
36
49
1764
1296
2401
N=32
1143
1408
50607
41365
62644
Dari data yang telah diperoleh dapat diketahui : N
= 32
∑X
= 1143
∑Y
= 1408
∑XY = 50607 ∑X²
= 41365
∑Y²
= 62644
Maka perhitungannya adalah sebagai berikut :
63
Selanjutnya adalah memberikan interpretasi terhadap nilai “r” Product memenat
melalui dua cara :
1. Interpretasi sederhana Berdasarkan perhitungan diatas, ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda positif. Hal ini didasarkan dengan memperhatikan hasil
yaitu sebesar 0,5 16 yang besarnya berkisar
antara 0.40-0.70. Berdasarkan hasil tersebut maka diketahui bahwa antara variabel X dan variabel Y memang ada dan korelasi tersebut, sedang atau cukup. 2. Interpretasi dengan menggunakan tabel nilai “r” product moment Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan agama Islam (variabel X) dengan kepribadian siswa (Vanabel Y) atau tidak. Maka nilai “r” hasil perhitungan diatas nnnndibandingkan dengan “r” tabel. Langkah pertama yang ditempuh yaitu terlebih dahulu melakukan uji hipotesa. Untuk melakukan uji hipotesa maka perlu dibuat rumusan hipotesis sebagai berikut: Ha
:
Terdapat korelasi yang signifikan antara pendidikan agama Islam dalam pembentukan kepribadian muslim siswa.
Ho
:
Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara pendidikan agama Islam dalam pembentukan kepribadian muslim siswa.
Untuk menguji kebenaran dan hipotesis yang telah di rumuskan di atas, manakah yang benar, Ha atau Ho maka langkah selanjutnya yang harus di tempuh adalah terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (df) dengan menggunakan rumus: Df = N-x,y Berdasarkan responden yang di teliti, maka df = 32 - 2 = 30 Setelah di ketahui df = 30 maka berikutnya adalah berkonsultasi pada tabel nilai “r” Product Moment. Dengan memeriksa tabel “r” Product Moment ternyata dengan df sebesar 30, pada taraf signifikansi 5% diperoleh r tabel = 0,349, sedangkan pada taraf signifikansi 5% (0,516>
64
0,349) maupun pada taraf signifikansi 1% (0,516 > 0,449). Dengan demikian hipotesis alternatif yang menyatakan terdapat hubungan positif yang signifikan antara pendidikan agama Islam dengan kepribadian siswa SMP Negeri 217 Jakarta. Meskipun hubungan antara kedua variabel tersebut masih termasuk kategori sedang. Adanya hubungan antara kedua variabel yang masih rendah tersebut di sebabkan karena ada beberapa faktor yang menghambat tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam secara utuh di SMP Negeri 217 Jakarta misalnya, shalat dzuhur berjamaah. Jadi dapat di simpulkan bahwa pendidikan agama Islam yang di laksanakan di SMP Negeri 217 Jakarta memberikan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian siswa. Kontribusi yang di berikan tersebut adalah dalam aspek akidah dan akhlak, sedangkan dalam aspek ibadah dan muamalah masih belum maksimal seperti terlihat dan hasil angket yang menyatakan bahwa siswa belum maksimal dalam melaksanakan ibadah, khusunya dalam shalat dzuhur berjamaah yang jumlah persentasenya sebesar 75%. E. Interpretasi Data (Penafsiran dari data/arti dari data) Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang sangat penting untuk mengantarkan manusia pada fitrahnya, yaitu percaya pada Allah SWT, oleh karena itu pendidikan agama Islam seharusnya di berikan sejak dini kepada anak, karena akan menentukan apakah anak itu tetap pada fitrahnya, yaitu beragama Islam ataukah sebaliknya. Pendidikan Agama Islam berlandaskan pada Al-Qur’an dan sunnah yang merupakan pedoman hidup seluruh umat manusia. Oleh karena itu ruang lingkup pendidikan agama Islam ini meliputi tiga aspek yang merupakan kerangka dasar ajaran Islam, yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak. Dimana aqidah merupakan penjabaran dan konsep iman yang berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan seseorang. Syari’ah merupakan penjabaran dan konsep Islam dan akhlak merupakan penjabaran dan konsep ihsan.
65
Sehubungan dengan pendidika agama Islam yang di sampaikan dalam proses pembelajaran di SMP, maka ketiga aspek yang masuk dalam ruang lingkup pendidikan agama Islam yang memiliki pokok bahasan meliputi keimanan, ibadah dan akhlak. Pada pembahasan keimanan pendidikan agama Islam berfungsi untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa yang telah di tanamkan dalam keluarga mereka. Sehingga di harapkan keimanan dan ketakwaan siswa kepada Allah SWT semakin meningkat, bukan semakin menurun. Pada pembahasan ibadah Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk menjadikan siswa selalu dan rajin menjalankan ibadah serta dapat menjalankan ibadah dengan baik dan benar. Selain itu juga berfungsi untuk memperbaiki kesalahan-.kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalan kehidupan sehari-hari. Selanjutnya pada pembahasan akhlak Pendidikan Agama Islam berfungsi untuk menangkal hal-hal negatif dan budaya asing yang dapat mempengaruhi pertumbuhan siswa. Dari ketiga hal tersebut (keimanan, ibadah dan akhlak) setelah disampaikan dalam proses pembelajaran di harapkan dapat merealisasikan manusia muslim yang taat beribadah, bertakwa, berilmu pengetahuan dan berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi dan bermasyarakat. Inilah tujuan akhir dari pendidikan agama Islam. Akan tetapi tujuan tersebut akan tercapai apabila didukung oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: a. Pendidik Yang di maksud pendidik di sini adalah guru, seorang guru yang baik tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga harus yang mampu mendidik peserta didiknya dalam rangka membentuk kepribadian peserta didik. Selanjutnya seorang guru juga harus pandai dalam memilih metode mengajar. Ketika menyampaikan meteri tentang akhlak, guru harus terlebih dahulu memberikan contoh atau suri tauladan yang baik terhadap
66
peserta didiknya, baik itu di dalam lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Selain itu guru harus memantau keadaan siswa ketika mereka berada di luar lingkungan sekolah, karena tugas guru tidak hanya selesai di dalam ruang kelas tapi juga guru memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap peserta didiknya di luar kelas. OIeh karena itu di harapkan ada kerjasama yang baik antara guru dan orang tua demi tercapainya tujuan pendidikan agama Islam secara sempurna. b. Lingkungan Perkembangan jiwa anak sangat di pengaruhi oleh keadaan lingkungannya. Berhasil atau tidaknya Pendidikan agama Islam sangat di pengaruhi oleh faktor lingkungan ini. Dalam hal ini lingkungan yang di maksud adalah lingkungan di luar sekolah. Lingkungan hidup anak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pembentukan akhlak dan pribadinya, baik itu pengaruh positif ataupun pengaruh negative, sesuai dengan keadaan lingkungan tersebut. Oleh karena itu yang pertama kali perlu mendapat perhatian adalah lingkungan keluarga. Seorang anak akan berada di lingkungan keluarga lebih lama dari pada ketika berada di lingkungan sekolah. Oleh karena itu anggota keluarga, khususnya orang tua harus sëlalu menciptakan lingkungan yang agamis. Meskipun orang tua telah menyerahkan pendidikan anak kepada gurunya, akan tetapi orang tua tidak boleh lepas tanggung jawab begitu saja. Orang tua harus selalu memberikan suri tauladan yang baik bagi anak. Apa yang telah disampaikan oleh guru di sekolah akan sia-sia apabila tidak didukung oleh orang tua dan keluarga. Selain lingkungan keluarga , yaitu lingkumgan masyarakat juga ikut mempengaruhi berhasil tidaknya pendidikan agama Islam. Pergaulan dengan teman dan masyarakat sangat mempengaruhi kepribadian seorang anak. Seorang anak, lebih-lebih pada usia remaja cenderung mudah terpengaruh oleh pergaulan mereka sehari-sehari. Oleh karena itu keluarga, khususnya orang tua tidak boleh lepas kontrol terhadap pergaulan anak.
67
Pengaruh lingkungan dikatakan positif apabila lingkungan itu dapat memberikan motivasi dan rangsangan bagi anak untuk melakukan hal-hal yang baik dan membaawa dampak positif bagi anak. Seorang anak yang mendapat pendidikan agama Islam di sekolah, selalu mendapatkan bimbingan dari orang tua dan berada di lingkungan masyarakat yang agamis, maka jiwa keagamaan dan kepribadian anak tersebut akan selalu terpupuk dan terbina dengan baik. Sebaliknya apabila seorang anak mendapatkan pendidikan agama Islam disekolah, akan tetapi keluarganya tidak bisa menciptakan suasana agamis sehingga ia tidak pernah mendapat bimbingan dari orang tuanya, ditambah lagi masyarakat yang ada disekitarnya bukan masyarakat yang agamis, maka akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan jiwa keberagamaan dan kepribadian anak karena kurang mendapatkan pembinaan dari lingkungannya. Adapun faktor-faktor yang menghambat tercapainya tujuan pendidikan agama Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim adalah: 1. Guru hanya menyampaikan materi pendidikan agama Islam, tanpa disertai dengan memberikan suri tauladan yang baik. 2. Tujuan guru menyampaikan materi hanya sebatas agar siswa bisa lulus dalam ujian tanpa ada tujuan untuk membentuk akhlak siswa. 3. Guru sama sekali tidak memperhatikan tingkah laku siswa di luar kelas. 4. Orang tua tidak pernah memberikan bimbingan keagamaan. 5. Tidak adanya kerjasama antara orang tua dan guru. 6. Orang tua tidak mampu menciptakan lingkungan keluarga yang agamis dan harmonis. 7. Lingkungan masyarakat juga non agamis 8. Orang tua membebaskan anak dalam pergaulan sehari-hari. Pada kajian teori penulis mengemukakan sebuab teori yang mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Islam dengan baik akan memberikan kontribusi dalam pembentukan kepribadian siswa, sehingga perilaku sehari-harinya, pelaksanaan ibadahnya dan hubungan sosialnya akan selaras dan sejalan dengan ajaran agama Islam.
68
Akan tetapi setelah diadakan penelitian. ternyata kontribusi yang diberikan dari pelaksanaan pendidikan agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta Timur masih belum maksimal dikarenakan adanya beberapa faktor penghambat. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan agama Islam yang dilaksanakan di sekolah dapat membentuk kepribadian siswa apabila didukung oleh beberapa faktor, diantaranya kerjasama yang baik antara guru agama Islam atau pihak sekolah dengan orang tua siswa. Kerjasama yang dimaksud adalah orang tua mampu menciptakan suasana lingkungan yang agamis sebagaimana yang telah diciptakan disekolah. Ketika seorang anak/siswa diwajibkan untuk melaksnakan shalat zhuhur berjamaah di sekolah dengan tujuan agar siswa melaksanakan shalat tepat pada waktunya (misalnya), akan tetapi orang tua di rumah tidak pernah memerintahkan anak untuk melakukan shalat tepat pada waktunya atau bahkan orang tua tidak pernah mengontrol apakah anak melaksanaakan shalat atau tidak, maka suasana yang dilakukan guru tersebut tidak akan membuahkan hasil dikarenakan suasana yang ada di lingkungan sekolah sangat berbeda dengan suasan yang ada di keluarga mereka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa landasan teori yang diajukan penulis dalam penelitian ini belum bisa diterima sepenuhnya di SMP Negeri 217 Jakarta Timur. Hal ini dikarenakan tujuan dan perndidikan agama Islam yaitu membentuk kepribadian siswa di SMP Negeri 217 Jakarta Timur belum bisa tercapai secara sempurna.
69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis perbaiki, melakukan pengolahan data dengan hasil penghitungan yang menggunakan rumus korelasi product moment, dihasilkan perolehan angka korelasi 0,516 yang berada pada kisaran 0,40-0,70, maka antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi positif sedang atau cukupan. Kemudian langkah selanjutnya yaitu dengan memeriksa tabel “r” product moment, ternyata dengan df sebesar 30, pada tarif signifikansi 5% diperoleh “r” tabel sebesar 0,349. Sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh “r” tabel sebesar 0,449. Jika dilihat berdasarkan nilai “r” tabel tersebut, rxy lebih besar daripada “r” tabel, baik pada taraf signifikansi 5% (0,516>0,349) maupun pada taraf signifikansi 1% (0,516=0,449). Dari kedua hipotesis yang penulis ajukan, setelah melakukan penelitian ternyata hipotesis pertama (hipotesis alternatif) yang menyatakan terdapat korelasi positif antara pelajaran Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian muslim siswa diterima walaupun pada taraf yang sedang, artinya kontribusi yang diberikan pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 217 Jakarta Timur masih belum maksimal, hal ini dikarenakan masih ada beberapa faktor penghambat diantaranya adalah: kurang adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan keluarga siswa. Dengan demikian hipotesis kedua yang menyatakan tidak ada korelasi positif antara Pendidikan Agama Islam dengan kepribadian muslim siswa tidak dapat diterima atau dianggap gagal.
69
70
Jadi dalam penelitian ini berdasarkan alasan-alasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pendidikan Agama Islam yang dilaksanakan di sekolah akan memberikan kontribusi terhadap pembentukan kepribadian muslim siswa apabila di barengi dengan adanya Pendidikan Agama Islam yang berlangsung di lingkungan keluarga siswa. Dengan demikian pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di keluarga merupakan faktor terpenting demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antara pihak sekolah dan keluarga demi tercapainya tujuan Pendidikan Agama Islam, yaitu terbentuknya kepribadian muslim siswa secara sempurna.
B. Saran 1. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diharapkan selalu berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan tujuan pelajaran Agama Islam yang belum tercapai secara maksimal. 2. Semua guru diharapkan untuk berpartisipasi dan selalu bekerjasama dengan guru Agama Islam dalam rangka mencapai tujuan Agama Islam yang ingin dicapai. 3. Guru mata pelajaran Agama Islam diharapkan mempunyai motivasi, inovasi dan kreasi tersendiri dalam kegiatan belajar mengajar sebagai solusi dari minimnya jam pelajaran Agama Islam yang diberikan sekolah. 4. Guru (Khususnya guru mata pelajaran Agama Islam) diharapkan menjalin hubungan komunikasi yang baik dengan wali murid dalam rangka mengontrol keadaan siswa diluar lingkungan sekolah. 5. Guru diharapkan senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan motivasi pada siswa. 6. Semua pihak yang ada disekolah atau (Guru dan seluruh Staffnya) diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang islami, sehingga akan menjadi suri tauladan bagi seluruh siswa. 7. Pendidikan Islam dan pengajaran dalam keluarga sebagai pendidikan non formal terhadap peserta didik harus ditingkatkan pula dalam proses kerja sama yang baik.
71 DAFTAR PUSTAKA
Anas, Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Persada, (1994), Cet. Ke5 Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di Lingkungan Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 1984) Daradjat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), Cet. III ______, Metodologi Pendidikan Agarna lslam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996) _______, Pendidikan Agama Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta : Ruhama, 1995) Departemen Agama RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2005) Departemen Pendidikan Nasional, “Kurikulum Berbasis Kompetensi PAI”. Diakses pada 15 Mei 2007 dari http//www.puskur.Net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Islam ______, Pedoman Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama, 2004) ______, UU Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafik, 2006) Djalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2005) Hajar, Ibnu, Dasar-áasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 1996), eet.ke-1, h.156 Mujib Abdul, Kepribadian Dalam Psikologi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) Marimba D. Ahmad., Pengantar Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif, 1980) Muslimin, Sutrisno, Pengembangan nitai-nilai Islam dalam Kurikulum Pendidikan Agama Islam, diakses pada 25 mei 2007 dari http:/sutrisno2.wordpress.pdf Al-Nawawi, Imam, Shahih Muslim. Jiid IV. Terjemahan dari Shahih Muslim Oleh Ma„mun Daud (Klang Slangor Book Centre, 1997), Cet. V Namsa, Yunus, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000) Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 1998)
71
72 Rahmayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar, Diakses pata 15 Mei 2007 dari http//www.puskur.net/inc/si/smp/Pendidikan Agama Is1am.pdf Abdul Madjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandang : PT. Remaja Rosda Karya, 1997) Tim Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa P dan K. Kamus Besar Bahasa Indonesia Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan P dan K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai pustaka, 1998), Cet. I Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usana offset Printing, 1981) _____, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995)
DAFTAR ISI ABSTRAKSI ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................
ii
DAFTAR ISI .................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL .........................................................................................
vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Permasalahan ...............................................................................
5
1. Identifikasi Masalah ...............................................................
5
2. Pembatasan Masalah ..............................................................
5
3. Perumusan Masalah ...............................................................
6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
6
1. Tujuan Penelitian ...................................................................
6
2. Manfaat Penelitian ...................................................................
7
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta .....................
8
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta ………………………………………………………..
8
2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta ………………………………………………………..
10
3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta ………………………………………………………..
12
4. Fungsi Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta ….................................................................................
15
5. Tujuan Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 217 Jakarta ………………………………..……….......................
16
B. Kepribadian Muslim SMP Negeri 217 Jakarta …………..........................................................................
18
1. Pengertian Kepribadian Muslim .............................................
18
iv
2. Unsur-unsur Kepribadian Muslim ..........................................
19
3. Dinamika Kepribadian Muslim ..............................................
20
4. Faktor-faktor Pembentuk Kepribadian ...................................
23
5. Proses Pembentukan Kepribadian ..........................................
24
C. Kerangka Berfikir ………………................................................
25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Variabel Penelitian ......................................................................
28
B. Tempat dan Waktu ……..............................................................
28
C. Populasi dan Sampel …………...................................................
29
D. Teknik Pengumpulan Data ……..................................................
29
E. Teknik Pengolahan Data ………..................................................
31
F. Teknik Analisis Data …………...................................................
33
G. Teknik Interpretasi Data ..............................................................
33
H. Hipotesis ……………………….................................................
34
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Negeri 217 .............................................
36
B. Pelaksanaan PAI di SMP Negeri 217 …………………. …….....
42
C. Deskripsi Data ……………….....................................................
43
D. Analisis Data …………………...................................................
58
E. Interpretasi Data ………………..................................................
63
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….....................................................................
69
B. Saran ………………..…..............................................................
70
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL 1. Tabel 1
Data pesonil guru berdasarkan pendidikan terakhir serta jabatan dan bidang studi yang dipegang ……………………………….
38
2. Tabel 2
Keadaan Siswa SMP Negeri 217 Jakarta ………………………. 40
3. Tabel 3
Sarana dan Prasarana SMP Negeri 217 Jakarta …………..…....... 40
4. Tabel 4
Alat Kegiatan ………..………….................................................
41
5. Tabel 5
Guru mempraktekkan materi yang telah di jelaskan ...................
44
6. Tabel 6
Guru Agama saya memberikan tugas di akhir pembelajaran .....
45
7. Tabel 7
Keaktifan Siswa mengikuti pelajaran agama Islam .................
45
8. Tabel 8
Siswa memahami materi pelajaran agama Islam ……...............
46
9. Tabel 9
Guru menyuruh siswa untuk menghormati orang tua, guru dan teman ……………………………..............................................
46
10. Tabel 10
Guru memberikan bimbingan dan nasehat waktu pembelajaran .
47
11. Tabel 11
Guru hadir pada mata pelajaran agama Islam ……......................
47
12. Tabel 12
Guru mewajibkan siswa untuk mengikuti Rohis ……...............
48
13. Tabel 13
Guru menyuruh siswa untuk mengikuti pengajian di rumah .....
48
14. Tabel 14
Guru menyuruh siswa untuk mengikuti shalat …………..........
49
15. Tabel 15
Guru agama saya memberikan motivasi untuk memperdalam ilmu agama
............................................................................
49
16. Tabel 16
Guru mengajak siswa untuk shalat dzuhur berjamaah ……….
50
17. Tabel 17
Siswa berdoa sebelum belajar ....................................................
50
18. Tabel 18
Siswa melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari semalam
19. Tabel 19
.............................................................................
51
Siswa melaksanakan puasa di bulan Ramadhan ........................
51
vi
20. Tabel 20
Siswa membaca Al-Quran waktu siang dan malam .................
52
21. Tabel 21
Siswa melaksanakan shalat berdasarkan kemauan sendiri ……
52
22. Tabel 22
Siswa meminta ijin orang tua ketika keluar rumah ..................
53
23. Tabel 23
Siswa merasa berdosa ketika berbohong pada orang tua dan guru 53
24. Tabel 24
Siswa berjabat tangan dan memberi salam ketika bertemu guru
54
25. Tabel 25
Siswa memperhatikan penjelasan dari guru …........................
54
26. Tabel 26
Siswa menghormati orang tua, guru dan teman ........................
55
27. Tabel 27
Siswa membantu teman yang membutuhkan pertolongan ….....
55
28. Tabel 28
Siswa mengikuti shalat pada bulan Ramadhan ………….........
56
29. Tabel 29
Siswa mengikuti rohis di sekolah .............................................
56
30. Tabel 30
Siswa mencium tangan dan memberi dalam kepada orang tua ketika hendak sekolah ……………………...............................
31. Tabel 31
Data tentang pendidikan agama Islam (Variabel X) berdasarkan scoring .................................................................
32. Tabel 32
58
Data tentang kepribadian siswa (Variabel Y) berdasarkan scoring ......................................................................................
33. Tabel 33
57
59
Indeks Korelasi Antara Variabel X (Pendidikan Agama Islam) dan Variabel Y (Kepribadian Siswa) ........................................
vii
60