1
KONTEKS SEBAGAI JEMBATAN KOMUNIKASI: ANALISIS KONTEKS ACARA SIAR “MORNING BLAST” RADIO TELEKOMUNIKASI CIPTA (RTC) UNIVERSITAS INDONESIA oleh Dera Annisa, Nitrasattri Handayani, M.Hum. Program Studi Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya
[email protected]
ABSTRAK Konteks sebagai hal-hal yang membangun wacana menjadi salah satu faktor penting dalam sebuah komunikasi, salah satunya komunikasi radio. Pemahaman konteks yang baik oleh peserta percakapan, dalam hal ini penyiar dan pendengar, membantu interaksi antarpeserta dapat berjalan dengan baik pula. Pemahaman unsurunsur konteks, seperti latar (setting), peserta (participants), hasil (ends), amanat (act sequences), cara (key), sarana (instrument), norma (norms), dan jenis (genre) yang diakronim menjadi SPEAKING, membantu peserta percakapan untuk saling memahami dan memenuhi fungsi primer bahasa, sebagai salah satu alat untuk berkomunikasi. Kata kunci
: Konteks, Komunikasi, Radio
ABSTRACT As the element that built discourse, context is become the important factor in communication, for example radio communication. With a good understanding to context,two participants—announcer and listener—can establish a good interaction. The elements of context are setting, participant, result, act sequences, method, instrument, norm,and genre (SPEAKING) . Those elements help participant to understand each other and fulfill primary language function, as an instrument to communicate.
Key Word : Context, Communication, Radio
Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
2
1. Pendahuluan Gerak, isyarat, tanda, simbol, dan gambar diciptakan manusia sebagai alat untuk dapat berhubungan dengan sesamanya dalam kelompok, bahkan antarkelompok. Demikian bahasa dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi primer bahasa sebagai alat komunikasi menjadikan ilmu pengkajian bahasa berperan penting, baik dalam mewujudkan inovasi berbahasa, sebagai perencanaan pendidikan bahasa maupun untuk memahami manusia sebagai pencipta bahasa tersebut. Analisis wacana adalah salah satu cabang kajian bahasa. Pengkajian inilah yang menjadi dasar pada penelitian ini. Brown dan Yule (1983: 1) mengatakan bahwa analisis wacana seharusnya menganalisis penggunaan bahasa, tidak terbatas pada bentuk wacana, tetapi fungsi dari bentuk wacana disajikan dalam kebutuhan manusia. Analisis wacana dipercaya menginvestigasi untuk apa bahasa digunakan. Analisis wacana adalah ilmu mengenai bahasa dalam komunikasi—lisan atau tulis (Hatch, 1992: 1). Pendapat Brown dan Yule, serta Hatch mengenai analisis wacana menekankan analisis wacana pada sebuah penggunaan bahasa, peranan bahasa dalam sebuah komunikasi baik lisan maupun tulisan. Penggunaan bahasa dalam penyiaran radio merupakan salah satu contoh bentuk komunikasi yang menjadi bahan dalam penelitian ini. Radio yang digunakan sebagai sumber penelitian pada skripsi ini adalah radio komunitas mahasiswa Universitas Indonesia, Radio Telekomunikasi Cipta (RTC) UI. Acara radio yang diambil sebagai data adalah acara pagi RTC UI, “morning blast” yang disiarkan dari pukul 07.00—10.00 WIB. RTC merupakan salah satu radio komunitas yang pengelolaannya dilakukan sepenuhnya oleh mahasiswa sebagai pelaku komunitas. Sejak diakui sebagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UI tahun 1998, RTC merupakan radio mahasiswa pertama dan satu-satunya yang dimiliki oleh Universitas Indonesia. RTC sebagai radio mahasiswa tertua di antara radio mahasiswa lainnya menjadi wadah apresiasi mahasiswa Universitas Indonesia untuk berkreasi, salah satunya dalam pengelolaan berbahasa. Karena latar belakang sejarah dan peranan radio tersebut itulah, RTC UI dipilih sebagai sumber data pada penelitian ini. Penggunaan radio komunitas mahasiswa sebagai bahan penelitian dapat pula menjadi gambaran perwujudan penggunaan bahasa dalam komunitas tersebut. Secara umum diketahui, radio merupakan media komunikasi lisan yang dibangun satu arah antara pembicara dalam hal ini penyiar dan pendengarnya. Hal inilah yang membuat radio disebut sebagai wacana lisan transaksional1. Radio sebagai sebuah alat komunikasi pada kenyataannya tidak hanya membangun komunikasi antara penyiar dan pendengarnya saja, namun membangun sebuah komunikasi lisan interaksional2 antara penyiar dan penyiar lainnya. Acara radio yang memiliki dua orang penyiar, seperti data pada penelitian ini yaitu acara “morning blast”, dituntut harus mampu menyampaikan informasi kepada pendengarnya melalui percakapan yang dibangun antara penyiar satu dengan penyiar lainnya. Begitulah komunikasi yang terjadi dalam acara radio yang melibatkan dua orang penyiar sebagai perwujudan fungsi primer bahasa, komunikasi. Pemahaman terhadap informasi menjadi penting dalam membentuk sebuah komunikasi. Pemahaman pendengar terhadap informasi yang disampaikan oleh penyiar, pemahaman antarpenyiar, dan pemahaman penyiar terhadap bahan (teks) yang akan dibacakan menjadi penting dalam keberhasilan sebuah komunikasi. Penelitian ini akan melihat peranan konteks dalam proses pemahaman informasi oleh peserta tutur, penyiar dan pendengar, sebagai sebuah bentuk penggunaan bahasa. Tanpa melihat si lawan bicara, pendengar dituntut mengerti terhadap isi percakapan yang dilakukan penyiar sehingga penggunaan bahasa menjadi faktor penting dalam penerimaan informasi, selain intonasi, nada wicara, dan unsur nonverbal lainnya. Konteks sebagai salah satu unsur dalam penggunaan bahasa dikaji dalam penelitian ini. Unsur-unsur konteks yang telah dirumuskan oleh Hymes (1972: 65), yaitu latar (setting), peserta (participants), hasil (ends), amanat (act sequences), cara (key), sarana (instrument), norma (norms), dan jenis (genre), dikaji dalam penelitian ini. Cook (1989: 1) menjelaskan, analisis wacana menyelidiki bagaimana bahasa secara tekstual, sosial, psikologi, dan konteks menjadi sebuah arti yang utuh dan padu dalam penggunaanya. Pendapat 1
Brown dan Yule (1983, hlm 2) mengatakan bahwa fungsi transaksional bahasa yang utama adalah fungsi bahasa yang mementingkan pemberian infromasi. Hal ini membuat fungsi transaksional berorientasi pada pesan atau isi komunikasi. 2
Fungsi interaksional berkaitan dengan penggunaan bahasa. Fungsi ini mementingkan adanya interaksi pada penggunaan bahasa (Ibid, hlm 3). Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
3
Cook tersebut menegaskan peranan konteks sebagai salah satu komponen yang membentuk sebuah arti menjadi utuh dalam penggunaan bahasa. Pemahaman konteks memudahkan peserta percakapan untuk memahami ujaran dalam sebuah komunikasi. Konteks dibutuhkan untuk menentukan isi informasi yang disampaikan dalam sebuah komunikasi. Perubahan sebuah konteks membuat pemaknaan dalam sebuah wacana berubah pula. Analisis konteks yang dilakukan dalam penelitian ini tidak hanya menunjukkan konteks yang digunakan, namun melihat peranan konteks tersebut dalam pemahaman wacana. Berdasarkan latar belakang yang telah disinggung di atas, terdapat dua hal yang menjadi masalah dalam penelitian ini, yaitu bentuk unsur-unsur konteks yang terkandung dalam sebuah acara siar radio komunitas mahasiswa UI, “morning blast” dan peranan konteks tersebut dalam proses komunikasi. Dari masalah tersebut, melahirkan tujuan dari diadakannya penelitian ini. Terdapat dua hal yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu menjelaskan unsur-unsur konteks dalam data dan menganalisis proses interaksi dalam komunikasi dan hubungannya dengan konteks. Analisis konteks dan kaitan konteks dengan proses komunikasi yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan beberapa teori analisis wacana. Permasalahan konteks yang dikaji dalam penelitian ini menggunakan teori dari Deborah Schiffrin (1994), David Nunan (1993), dan Dell Hymes (1972). Konteks adalah hal-hal yang mengisi dunia seseorang ketika memproduksi ujarannya. Konteks adalah dunia sosial dan budaya, identitas personal, pengetahuan, kepercayaan, tujuan, dan keinginan seseorang yang berinteraksi dengan satu sama lainnya dalam kelompok sosial dan budaya yang dibatasi situasi (Schiffrin, 1994: 364). Konteks berhubungan dengan situasi yang membangun wacana dan berhubungan dengan hal-hal yang sedang dibahas di dalam wacana (Nunan, 1993: 7). Pengertian dari kedua ahli ini menjelaskan peranan konteks yang penting untuk memproduksi sebuah ujaran dan membentuk sebuah wacana. Pemahaman konteks yang baik mendukung sebuah keberhasilan dalam komunikasi, salah satunya dalam radio komunitas. Hymes (1972: 65) membagi konteks dalam beberapa unsur, yaitu latar (setting dan scene), peserta (participants), hasil (ends), amanat (act sequences), cara (key), sarana (instrument), norma (norms), dan jenis (genre). Dalam melihat pemahaman konteks pada acara siar radio komunitas, penganalisisan unsur-unsur konteks yang diakronim menjadi SPEAKING tersebut diperlukan dalam penelitian ini. Dalam mendukung teori Hymes, penelitian ini menggunakan pula teori-teori lain, yaitu teori komunikasi dari Widdowson yang dikutip oleh Philip Riley (1985), teori peserta percakapan dari Barbara Johnstone (2002), dan teori Revill yang dikutip oleh Hymes (1972). Penguraian proses komunikasi dalam penelitian ini menggunakan teori komunikasi dari Burhan Bungin (2013), Philip Riley (1985), teori pendekatan pragmatik dari Jan Renkema (2004), dan teori mengenai informasi (pesan) dari Werren Weaver yang dijelaskan kembali oleh Jan Renkema (2004). Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas (Bungin, 2013: 71). Melalui pengertian di atas, dapat kita lihat peran media massa sebagai alat untuk saling berhubungan, berbahasa, mengutarakan pikiran, dan berbagai tujuan komunikasi lainnya. Komunikasi yang dilakukan dalam radio dan menjadi sumber penelitian dalam skripsi ini adalah sebuah bentuk proses komunikasi yang memiliki tujuan sendiri dalam menyampaikan informasi. Bungin (2013: 71) menjelaskan kembali bahwa unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah komunikator, media masa, informasi (pesan) massa, gatekeeper, khalayak (publik), dan umpan balik. Sebuah informasi disampaikan oleh peserta percakapan, diterima, dan menghasilkan umpan balik yang berupa informasi baru ataupun penegasan dari lawan bicaranya. Penyampaian informasi dan penerimaan umpan balik, sebagai dua unsur yang terdapat dalam komunikasi dan menjadi penanda adanya interaksi, digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah komunikasi. Dalam ilmu wacana, pendekatan pragmatik menjadi penting ketika wacana tidak hanya berupa kombinasi abstrak dari sintaksis dan semantik, namun dapat pula mengkombinasikan phonetics dalam wacana lisan. Wacana dengan pendekatan pragmatik berfokus pada penggunaan bahasa dalam situasi spesifik (Renkema, 2004: 37). Pendekatan wacana melalui pragmatik inilah yang digunakan dalam mengungkapkan unsur informasi (pesan) yang terkandung dalam interaksi topik acara “morning blast”. Proses interaksi dalam komunikasi acara “morning blast” dilihat untuk menentukan peranan konteks yang menjadi fokus penelitian dalam skripsi ini. Riley mengatakan (1985: 1) bahwa komunikasi adalah proses peserta percakapan membuat, menegosiasi, dan melakukan interpretasi sendiri akan pesan. Unsur informasi (pesan) serta umpan balik Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
4
yang menjadi alat untuk melihat keberhasilan proses komunikasi dianalisis untuk dapat melihat peranan konteks di dalamnya. Weaver yang dikutip oleh Renkema (2004: 41) menjelaskan bentuk komunikasi umum yang biasa diaplikasikan dalam wacana, pembicara atau penulis menjadi sumber informasi (apa yang dalam pikiran pembicara dan penulis tentunya menjadi dasar dari sumber informasi lainnya). Pesan adalah kode di dalam kata. Pesan inilah yang ditrasformasikan melalui saluran komunikasi, bunyi, kertas atau gambar kepada penerima pesan. Penerima pesan menguraikan kode pesan, setelah sebelumnya pesan tersebut diterima pada tujuan akhir, pikiran pembaca. Pernyataan Weaver di atas menegaskan unsur informasi (pesan) dan umpan balik dapat menjadi alat untuk melihat keberhasilan komunikasi. Sebuah pesan yang merupakan kode di dalam kata ditransformasikan ke dalam sebuah bentuk saluran komunikasi kepada penerima pesan, setelah sebelumnya diuraikan. Penguraian kode pesan dalam komunikasi membuat sebuah umpan balik dari penerima pesan kepada mitra tuturnya. Penelitian mengenai pemahaman komunikasi ini dikonsentrasikan pada komunikasi tidak langsung dalam sesi interaksi topik. Unsur informasi (pesan) dan umpan balik diuraikan untuk melihat pemahaman akan kode yang dikirimkan antarpeserta percakapan. Peranan konteks dalam proses pemahaman kode ini dilihat pula dalam penelitian. 2. Analisis Konteks Dalam Wacana Lisan “Morning Blast” 2.1 Latar (Setting) Latar dalam acara “morning blast” diklasifikasikan menjadi dua jenis, latar dalam komunikasi langsung dan latar dalam komunikasi tidak langsung. Pada kenyataanya, acara “morning blast” yang merupakan data penelitian memiliki dua buah komunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Selain pertukaran informasi diberikan dari penyiar satu ke penyiar lain, pemberian informasi diberikan pula dari penyiar kepada pendengar. Pemberian informasi dari penyiar kepada pendengar dapat dikelompokkan sebagai komunikasi tidak langsung. Komunikasi ini terlihat dalam sesi pemberian topik yang dilakukan dalam acara “morning blast”. Setiap pendengar memberikan tanggapan terhadap topik yang diberikan penyiar sehingga menimbulkan interaksi atau percakapan tidak langsung melalui media SMS (Short Messages Sender) dan Twitter. Latar tidak langsung tidak terlihat dalam data transkripsi pertama karena sebagian besar pendapat yang diberikan pendengar RTC UI berasal dari media sosial Twitter sehingga tidak memberikan informasi domisili pendengar. Latar tidak langsung terlihat dalam percakapan antara penyiar dan pendengar RTC UI yang melakukan komunikasi melalui SMS (Short Messages Sender). Latar dalam percakapan tidak langsung tersebut, yaitu kabin siar, Barel, Kukel, Kober, Kutek, dan Beji. RTC UI merupakan sebuah radio komunitas mahasiswa Universitas Indonesia yang pelaku pembuatnya adalah mahasiswa Universitas Indonesia dan diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Indonesia. Hal ini jelas terlihat dalam unsur latar percakapan tidak langsung di atas. Tempat-tempat dalam uraian di atas, yang merupakan domisili pendengar, merupakan tempat-tempat di sekitar kawasan Universitas Indonesia. Domisili ini memudahkan pengertian dalam pertukaran informasi antara penyiar dan pendengarnya. Perhatikan uraian dalam tabel penggalan data di bawah. No
Nomor Dialog
4
96—100
Data
I: Hahaha..Juamawa bet…. Ada Dio di Beji E: Beji? I: Nama jalan di Depok. E: Ooo. Terus? I:.. dia bilang, fix pake dua-duanya…………
Penanda Unsur Latar Beji
Unsur Latar Beji
Perilaku penyiar dalam penggalan tabel uraian di atas dapat menggambarkan adanya usaha penyiar dalam membangun komunikasi dengan pendengarnya. Penyiar berpura-pura tidak mengetahui Beji sebagai salah satu tempat di daerah Depok. Pemahaman latar dapat membantu peserta percakapan untuk membuat strategi komunikasi. Salah satunya dapat dilihat dalam penggalan data di atas. Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
5
Penyiar yang telah memahami latar pendengar memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai latar tersebut sehingga seolah-olah tidak mengetahui latar pendengarnya. Hal ini dilakukan penyiar dalam membangun atau menjalin kedekatan dengan pendengar lainnya selain Dio. Cara penyiar membangun kedekatan dengan melakukan tanya jawab dalam mengawali percakapan dapat dikategorikan sebagai perwujudan dari fungsi fatik3 wacana. Paradigma kedua dari penggalan tabel di atas adalah adanya sebuah komunikasi yang terhambat dikarenakan pemahaman latar yang terbatas. Ketidaktahuan Eda, penyiar RTC, dengan domisili pendengarnya akan menghambat lancarnya komunikasi. Hal ini menyimpulkan pentingnya pemahaman latar dalam membangun sebuah komunikasi. Terhambatnya komunikasi dapat terjadi apabila tidak adanya pemahaman latar oleh peserta percakapan. Uraian dalam tabel pertama di atas menjelaskan pula adanya latar ganda dalam percakapan tidak langsung. Percakapan tidak langsung antara kedua penyiar dan pendengarnya melalui media lisan dan tulis menjadikan latar fisik pada peristiwa tutur ini terbagi atas, latar kabin siar yang menjadi latar penyiar dan latar tempat dari pendengar. No
Nomor Dialog
Data
Penanda Unsur Latar
Unsur Latar
E: Dari lantai 2 Gedung Pusgiwa Fakultas Dari lantai 2 Lantai 2 Gedung Teknik Universitas Indonesia, You’re still Pusgiwa Fakultas Gedung listening 107,9 FM Teknik, Pusgiwa I: Dan gen muda, tadi kita udah membuka Universitas Fakultas topik ya, yaitu elo anaknya sebelum pergi ke Indonesia (kabin Teknik kampusya………….. siar 107,9 RTC) Universitas ………..Eheh.. kita banyak atensi ya Indonesia I: Dari line sms dulu ya 107,9 FM 2 93 E: Iya, ada Lisa dari Barel, pake parfum juga Barel Barel (Belakang dong, biar wanginya menyengat pria!! Ada Rel) tanda serunya nih…………………………... Hal itu berbeda dengan percakapan langsung, percakapan antarpenyiar yang dilakukan secara langsung memiliki latar tunggal, yaitu kabin siar. Hal ini terlihat dari penggalan data di bawah ini. 1
87—92
E: Dari lantai 2 Gedung Pusgiwa Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 107,9 RTC UI FM. Bersama gue Eda Bianca I: Gue Inge Ivory, di “morning blast” ……………………………………(percakapan nomor 1 dan 2, transkrip 1). 2.2 Peserta (Participants) Unsur kedua dari konteks menurut Hymes ini tidak dapat terpisahkan dari sebuah komponen komunikasi. Komunikasi dapat terbentuk apabila dalam penggunaan bahasa tersebut terdapat komponenkomponen seperti pembicara (penyapa) dan pendengar (pesapa), penulis dan pendengar. Data penelitian yang memuat dua jenis komunikasi, langsung dan tidak langsung, membuat peserta komunikasi tersebut juga beragam. Peserta komunikasi dapat berasal dari pembicara dan pendengar, juga penulis dan pembaca, misalnya dalam komunikasi langsung antara Eda Bianca dan Inge Ivory yang tergambar dalam penggalan di bawah ini. ………………….. I: Kita udah bacain atensi dari elo semua ya Eheh, dari via twitter, sekarang… mau tahu gak sih, kalau Eda Bianca tuh, punya ide-ide gila itu dapet dari mana? E: Gue gak pernah punya ide gila I: Ohh.. yaudah.. E: Kalau Inge Ivory gimana sih? 3
Fungsi fatik adalah fungsi wacana sebagai perlancar komunikasi dalam membuka percakapan (Djajasudarma, 2006: 14). Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
6
………………….. (percakapan nomor 173—176, transkrip 1) Percakapan langsung antara Eda dan Inge dapat dilihat sebagai sebuah komunikasi antara pembicara dan pendengar. Eda sebagai pembicara dan Inge pendengar, demikian pula sebaliknya sehingga terjadi percakapan antarkeduanya. Peserta dalam percakapan tidak langsung tidak hanya pembicara dan pendengar, tetapi juga pembaca dan penulis. Penyiar, Eda dan Inge, berposisi sebagai pembicara yang didengarkan oleh pendengar RTC UI. Pendengar RTC UI mengirimkan pendapat melalui SMS dan Twitter yang dibacakan penyiar RTC UI sehingga didengarkan kembali oleh pendengar RTC lainnya. E: Putra Utama, katanya pernah, biasanya ide muncul waktu ngelamun di tengah-tengah misa bagian kothbah. Sebenernya tidak boleh ngelamun di Gereja. Gak boleh nakal ya! I: Gak khusuyuk ya? Yaudah ya, gak apa-apa. Suka-suka dia lah ya! E: Gak apa-apa ya Putra I: Kemudian ada Bunga Pelangi. Bagus banget ya namanya, Bunga Pelangi. Eee…Dia bilang pas mandi, itu sering banget, sampe kadang mandi berkali-kali E: Dia anaknya berlebihan ya I: Fokus ya dia ya. Tujuan mandi ini jadinya ya. (percakapan nomor 131—136, transkrip 1) Peristiwa percakapan di atas membuktikan adanya proses komunikasi yang lebih kompleks karena menggabungkan unsur pembicara, pendengar, penulis, dan pembaca. Pemahaman unsur peserta dalam proses komunikasi menjadi salah satu komponen penting untuk keberlangsungan komunikasi tersebut. Uraian di bawah menunjukkan adanya perbedaan antara pendengar RTC yang sudah dikenal penyiar lebih dahulu dan pendengar yang baru dikenal penyiar pada saat siaran acara “morning blast” berlangsung. Pemahaman peserta percakapan yang lebih terhadap lawan bicaranya membuat komunikasi menjadi lebih lama, apabila dibandingkan dengan pemahaman peserta yang terbatas. Tabel 1 (Perbandingan Kedekatan Peserta Percakapan Dalam Peristiwa Tutur)
Tidak Saling Mengenal Bani Ontanior Adbarinaya E: Terus ada dari Bani E: Ada dari Ontanior, paling Adbarinaya, katanya sering sih kalau lagi di pas lagi di kamar kereta. Kan, bengong- mandi, hahaha… bengong gimana gituh. Iya betul sekali Tiba –tiba dicerahkan (percakapan nomor deh! Sama siapa nih? 135, transkrip 1) I: Iya, sama apa sih? (percakapan nomor 157 dan 158, transkrip 1)
*penanda ditandai dengan cetak tebal Mengenal Adistira Maryata Lukitamer I: Dari Adistira E: Ada lagi kamar Maryata, Adisgrudi, Lukitamer, Adis Kribo! mandi dong! Kayaknya E: Ahaiii di kamar mandi banyak I: Kata dia, pernah pas hal yang misterius lagi nyetir, malem- yang bisa menstimulasi malem yang sepi. otak gue. E: Anaknya galau I: Yang kayak gini-gini banget ya gen muda? ya, yang bikin ambigu. I: Parah! E: Ini kayaknya Lukita E: Kayaknya ini balada cewek cowok sih? gejolak-gejolak cinta I: Cewek ya E: Waaaw I: Betul, betul. Betul! I: Salah satu Prod kita E: Semoga dia tidak E: Ohhh.. ternyata dia galau-galau lagi ya! kolega ya.. Kok jadi ke dia ya? hahaha..Aduh nakal Haha…(percakapan banget ya. nomor 160—167, I: Eheh.. Cewe lagi ya. transkrip 1) (percakapan nomor 135—142, transkrip 1)
Penggalan data yang disajikan melalui tabel perbandingan di atas menggambarkan hubungan antara komunikasi dan pemahaman terhadap lawan bicaranya. Adbarinaya, pendengar RTC yang berpartisipasi memberikan pendapatnya, baru dikenal penyiar RTC, Inge dan Eda. Hal ini membuat Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
7
percakapan hanya sebatas mengomentari isi dari pendapat dan tidak berlangsung lama. Begitu pula komunikasi dengan Bani Ontarior, penyiar RTC UI hanya mengomentari sebatas isi dari pendapat Bani, bukan Bani secara personal. Berbeda dengan komunikasi Lukitamer dan Adistira dengan penyiar RTC, komunikasi tersebut menggambarkan adanya keterkaitan pendengar dan penyiar RTC sebelumnya. Penyebutan nama Adistira Maryata menjadi Adisgrudi atau Adis Kribo, menyiratkan kedekatan sebelumnya antara penyiar dan Adistira. Penyiar RTC tidak hanya mengomentari pendapat, namun dapat pula menyebutkan nama-nama lain dari Adistira dan ciri fisiknya. Percakapan dengan Lukitamer misalnya, disebutkan jenis kelamin, bahkan disebutkan pula Lukitamer adalah produser RTC sehingga dapat dipastikan adanya hubungan antara peserta percakapan, penyiar dan pendengar. Lukitamer yang disebutkan sebagai salah satu produser di RTC mendapatkan komentar yang lebih beragam terhadap pendapat yang dia berikan. Hal ini membuat komunikasi antara penyiar RTC dan Lukitamer menjadi lebih lama, dibandingkan percakapan dengan Adbarinaya. 2.3 Hasil (Ends) Unsur hasil yang diterima membentuk pola yang sama, pendengar RTC UI mengetahui nama acara, tujuan acara, bentuk acara, tema acara, waktu dan tempat acara, kontak narahubung acara, dan pendengar mengetahui acara tersebut didukung oleh RTC. Pola-pola dalam uraian unsur tersebut terbentuk karena tujuan yang dimiliki oleh penyiar ketika menyampaikan semua percakapan dalam sesi itu adalah sama. Pendengar mengetahui acaranya, tujuannya, bentuknya, waktu dan tempat, dan kontak narahubung. Hal ini dapat terjadi dalam sebuah wacana lisan radio karena terdiri atas sesi-sesi yang telah dikonsepkan tujuannya. Unsur hasil, yang oleh Hymes dikaitan pada tujuan percakapan dan terlihat dalam penguraian pada penelitian ini, berkaitan pula dengan unsur peserta. Tujuan percakapan yang dilakukan oleh peserta percakapan membuat unsur hasil berkaitan pula dengan unsur peserta tersebut. Tujuan diberikan dari si pembicara kepada lawan bicaranya, baik untuk menginformasikan, memengaruhi, mengomentari, dan lain sebagainya. No 1
Nomor Dialog 1 dan 2
Data
Unsur Hasil (Ends)
E: Dari lantai 2 gedung pusgiwa ……………… Bersama gue Eda Bianca I: Gue Inge Ivory, di “morning blast”
Keseluruhan Konteks Hasil Pendengar RTC mengetahui mulainya acara “morning blast” dan nama penyiarnya.
“morning blast” Gue Eda Bianca Gue Inge Ivory.
Penggalan uraian hasil di atas menunjukkan adanya keterkaitan antara peserta, tujuan percakapan, dan unsur hasil. Penyiar RTC sebagai peserta percakapan memberikan ujaran-ujaran dengan tujuan pendengarnya mengetahui bahwa acara “morning blast” dimulai, serta Eda dan Inge sebagai penyiarnya. Hal ini membuat hasil percakapannya, yaitu pendengar mengetahui informasi mengenai dimulainya acara “morning blast”. Tujuan percakapan yang dilakukan oleh peserta percakapan membuat hasil percakapan dirasakan oleh peserta percakapan tersebut. 2.4 Amanat (Act Sequences) Teori Hymes yang mengaitkan amanat dengan bentuk dan isi amanat dapat dilihat dalam tabel uraian di bawah ini. Isi amanat dipengaruhi oleh bentuk amanat. Bentuk amanat dalam sesi info kampus, yaitu iklan pemberitahuan, memengaruhi isi amanatnya sehingga mengandung bahasa iklan yang informatif dan persuasif. Berikut ini adalah penggalan uraian sesi info. No
4
Nomor Dialog/ transkripsi 56—58/ 1
Data
E: Nah seperti yang kita tahu ya gen muda, bayangin, sekarang ini dunia broadcasting itu lagi maju banget, tapi masih banyak banget orang belum begitu
Penanda Unsur Amanat
Unsur Amanat
Bertujuan untuk memberi wawasan ke elo semua gen muda tentang
Dunia broadcasting saat ini sedang maju pesat dan menjadi industri lapangan pekerjaan
Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
8
ngerti nih, mengenai dunia broadcasting ini I: Eheh Padahal industri ini lapangan pekerjaan yang menjanjikan banget gak sih iya kan gen muda? E: Betul, makanya si VOMS, si radionya Untar ngadain rangkaian acara Rute ini
dunia broadcasting. Dunia broadcasting itu lagi maju banget. Padahal industri ini lapangan pekerjaan yang menjanjikan banget. Masih banyak banget orang belum begitu ngerti nih, mengenai dunia broadcasting ini.
yang menjanjikan dan dengan acara Rute dari VOMS, radio Untar, hal ini dapat lebih dipahami.
Sesi topik yang diisi oleh pendapat-pendapat dari pendengar dan penyiar memiliki amanat yang terbagi atas pendapat-pendapat yang diberikan tersebut. Setiap pendapat yang diberikan pendengar dan penyiar memiliki amanatnya masing-masing. Bentuk amanat yang berupa pendapat tersebut memengaruhi isi amanatnya. 2.5 Cara (Key) Cara kedua penyiar ini melakukan siarannya, secara keseluruhan, adalah dominan ceria dan besemangat. “Morning blast” yang merupakan acara pagi menuntut penyiarnya untuk tetap bersemangat agar dapat membangunkan pendengarnya. Hal ini tentunya berbeda dengan acara malam di Radio RTC. Cara ini terlihat dalam penggalan data di bawah ini. …………………………. E: Gen muda bangun yuk! I: Enggak ahh.. E: Haha..Gen muda bangun yuk! Semangat paginya mana nih? (percakapan nomor 71—73, transkrip 2) Ajakan yang dilakukan penyiar RTC terhadap pendengarnya di atas untuk bangun pagi disampaikan dengan bersemangat. Hal tersebut terlihat dari kalimat-kalimat seruan dan ajakan yang digunakan. Cara penyiar RTC yang ceria dapat dilihat dalam penggalan data di bawah ini. ………………………………….. E: Masih dengan topik yang sama. Ada Karin dari Barel. I: Hai Karin! E: Pakai dua-duanya nih min. hahaha (percakapan nomor 108—110, transkrip 2) Adanya kata sapaan ―Hai‖ dan adanya ekspresi tawa ―hahaha” yang tergambar dari penggalan transkripsi di atas menegaskan penyiar menyampaikan ujaran-uajrannya dengan ceria. 2.6 Sarana (Instrument) Menganalisis unsur sarana pada data radio ini tidak dapat kita dipisahkan dengan jenis komunikasi yang ditemukan dalam data, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Kedua jenis komunikasi ini menentukan analisis unsur konteks, yaitu sarana. Percakapan yang dilakukan pada komunikasi langsung, yaitu antarpenyiarnya, memiliki sarana lisan sebagai alat penyampaiannya. Percakapan dalam komunikasi tidak langsung yang terlihat pada sesi topik dalam acara “morning blast” ini tentunya memiliki dua sarana, lisan dan tulis. …………………………………………………..
Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
9
E: Iya gen muda ya, masih dengan topik. Gimana sih gen muda, kapan sih ide muncul? Eh maksudnya, ide gila itu muncul ke diri lo ya? Banyak banget dari twitter kali yah, sekarang kita bacain yah! I: Parah, parah, parah, parah! E: Putra utama, katanya pernah, biasanya ide muncul waktu ngelamun di tengah-tengah misa bagian kothbah. Sebenernya tidak boleh ngelamun di Gereja. Gak boleh nakal ya! (percakapan nomor 108—110, transkrip 2) Kata ―bacain‖ dalam data di atas menunjukkan adanya komunikasi dengan sarana tulis. Putra Utama sebagai pendengar RTC memberikan pendapatnya melalui sarana tulis. Penyiar membacakan pendapat Putra Utama kepada pendengar RTC lainnya sebagai bentuk komunikasi lisan. 2.7 Norma (Norms) Unsur norma, yang dijelaskan oleh Hymes mengacu pada perilaku peserta percakapan, membuat unsur ini tidak dapat dipisahkan dengan unsur konteks lain, yaitu peserta. Percakapan antarpenyiar memiliki norma dua arah, misalnya dalam terlihat dalam penggalan di bawah ini. ……………………………………………………………. E: Gen muda bangun yuk! I: Enggak ahh.. E: Haha..Gen muda bangun yuk! Semangat paginya mana nih? I: Engakkk ahhhh…. E: Hahaha.. gen muda Inge Ivory emang anaknya males-malesan, beda banget sama gen muda ya! I: Oke fine…………………………………………………………… (percakapan nomor 71—76, transkrip 2) Penggalan percakapan di atas menggambarkan adanya perubahan peran pembicara dan pendengar antara kedua penyiar “morning blast”. Hal ini menandakan adanya norma percakapan dua arah dalam komunikasi tersebut. Percakapan penyiar dan pendengar radio memiliki norma satu arah. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya pergantian peran pembicara dan pendengar. Penyiar radio menguasai jalannya percakapan dengan menentukan arah percakapan tersebut, membahas apa dan berkomentar apa pun. Percakapan tersebut dapat dilihat melalui penggalan data di bawah ini. ………………………………………….. I: Namanya Eda Lina? Haha E: Ehmm.. I: Edel kali! E: Yaudah fine! I: 085692840884 itu di Dude E: Dude..haha.. Ya acara ini didukung seluruhnya oleh 107,9 RTC UI FM I: Dan acara yang gak kalah seru adalah ………………………….. (percakapan nomor 33—42, transkrip 2) Penggalan percakapan di atas menunjukkan penyiar acara “morning blast” mengganti topik pembicaraan dari sebuah informasi acara ke informasi acara lain; semua hal ini dilakukan oleh penyiar, tanpa ada peranan pendengar RTC untuk mengendalikan percakapan. Hal ini jelas membuktikan komunikasi tersebut memiliki norma satu arah. Selain norma satu arah tersebut, percakapan penyiar dan pendengar memiliki norma dua arah pula. Hal ini terlihat saat acara “morning blast” melakukan interaksi terhadap topik. Penyiar memberikan topik kepada pendengar sebagai bahan percakapan, kemudian pendengar mengomentari topik tersebut sehingga muncul tanggapan kembali dari penyiar. ………………………………. I: Dan gen muda, tadi kita udah membuka topik ya, yaitu elo anaknya sebelum pergi ke kampusya itu, ngandelin wangi dari sabun yang lo pake ketika mandi? Atau elo gak usah mandi, tapi pake parfum aja? E: Atau keduanya gen muda? I: Nah.. wangi banget…. E: Kenapa memilih itu gen muda? Eheh.. kita banyak atensi ya I: Dari line sms dulu ya Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
10
E: Iya, ada Lisa dari Barel, pake parfum juga dong, biar wanginya menyengat pria!! Ada tanda serunya nih ……………………..(percakapan nomor 88—93, transkrip 2) 2.8 Jenis (Genre) Unsur jenis dalam penelitian ini adalah acara radio. Hal ini terlihat dari bentuk wacana yang merupakan dialog-dialog. ………………………… E: RTC UI FM, radio mahasiswa Universitas Indonesia I: Abang none Jakarta Pusat 2012 dan Suku Dinas Pariwisata Jakarta Pusat proudly present E: Balada Kopaja 13, balada dan adu konsentrasi pemuda dan pelajar Jakarta 2013………………….. (percakapan nomor 3—5, transkrip 1) Penggalan data di atas menunjukkan kedua penyiar dalam acara “morning blast” saling berdialog untuk membangun wacana lisan radio ini. Kata ―radio‖ pada penggalan transkripsi di atas menegaskan bahwa unsur jenis wacana ini adalah acara radio. 3. Konteks dan Keberhasilan Komunikasi Hubungan unsur amanat dan unsur hasil terhadap sebuah pemahaman pada komunikasi terlihat dalam data penelitian. Pemahaman pada komunikasi terbentuk, apabila unsur amanat dan hasil dipahami oleh peserta percakapan. …………………………………………………..…›› Konteks Penyiar (Informasi Penyiar) Gen muda (pendengar RTC) apakah pernah mendadak mendapatkan hikmah atau ide gila? kapan ide gila itu datang? ………………………………………………………›› Konteks Pendengar (Informasi Pendengar) Ernas mendapatkan ide saat memainkan gitar. Memainkan sebuah lagu, membuatnya tiba-tiba mendapatkan ide aransemen yang lebih ‗gokil‘. ………………………………………………………›› Konteks Penyiar (Umpan Balik Penyiar) Menurut penyiar RTC, ide Ernas memang sangat gila, keren.
Pemahaman unsur hasil
Pemahaman unsur amanat
Ernas, pendengar RTC, mengomentari topik bahwa dia mendapatkan ide saat dirinya bermain musik. Ujaran Ernas, yang memiliki tujuan agar penyiar RTC mengetahui pendapatnya tersebut, membentuk unsur hasil sehingga pendapatnya tersebut mendapatkan umpan balik, berupa komentar bahwa caranya mendapatkan ide tersebut hebat. Ernas sebagai peserta percakapan memahami unsur hasil yang dia dapatkan melalui tujuan ujarannya. Penyiar RTC menangkap tujuan tersebut dan menghasilkan unsur yang sama. Komunikasi yang baik terjalin antara Ernas sebagai pendengar RTC dan penyiar RTC karena adanya pemahaman unsur hasil yang sama sehingga tujuan percakapan pun tersampaikan dari peserta percakapan yang satu dengan peserta lainnya. Pemahaman dalam percakapan antara Ernas, pendengar RTC, dan penyiar RTC tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh unsur hasil, tetapi juga unsur amanat. Isi amanat dalam penggalan percakapan di atas adalah ide mengaransemen musik akan didapatkan ketika memainkan sebuah lagu dengan gitar. Pemahaman terhadap isi percakapan dipengaruhi oleh pemahaman amanat tersebut. Pemahaman unsur hasil yang berbeda oleh peserta percakapan terlihat pula dalam penggalan data di bawah ini.
………………………›› Konteks Penyiar Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
11
(Informasi Penyiar) Gen muda (pendengar RTC) apakah pernah mendadak mendapatkan hikmah atau ide gila? kapan ide gila itu datang? ………………………›› Konteks Pendengar (informasi Pendengar) Natania Karina, mendapatkan pikiran-pikiran unik saat bersama pacar. ………………………›› Konteks Penyiar Berbeda dengan Pendengar (Umpan Balik Penyiar) Penyiar mencurigai pikiran unik Natania adalah pikiran tidak baik.
Pemahaman Pemahaman unsur hasil unsur amanat Pemahaman unsur hasil
Natania, pendengar RTC, berkomentar mengenai ide unik yang didapatkannya saat bersama kekasihnya. Penyiar RTC dengan pemahaman unsur hasil yang berbeda menangkap tujuan percakapan yang berbeda. Penyiar RTC memberikan umpan balik terhadap komentar Natania, yaitu ketidakpercayaannya akan ide unik Natania. Pemahaman konteks hasil yang berbeda ini menyebabkan komunikasi terganggu dan lebih jauh ketidaksenangan Natania sebagai salah satu peserta percakapan atas umpan balik yang diterimanya. Unsur latar dan peserta percakapan penting pula diketahui oleh pembicara saat menyampaikan informasi agar proses komunikasi dapat berjalan dengan baik. Hal ini tergambar pada penggalan analisis di bawah ini. ………………………………………………›› Konteks Penyiar (Informasi Penyiar) Gen muda (pendengar RTC) apakah pernah mendadak mendapatkan hikmah atau ide gila? kapan ide gila itu datang? ………………………………›› Pendengar tanpa pemahaman unsur peserta dan latar (Informasi Pendengar) Rienda F mendapatkan ide saat sedang ‗boker‘ (buang air besar) karena mendadak pikirannya menjadi segar. ………………………………………………›› Konteks Penyiar (Komunikasi terhenti) Dari uraian penggalan data di atas dapat dilihat, pemahaman peserta percakapan terhadap unsur peserta dan latar dalam komunikasi memengaruhi kelancaran dari komunikasi tersebut. Rienda sebagai salah satu peserta percakapan tidak memahami terlebih dahulu latar percakapan dari peserta percakapan lainnya|. Penyiar RTC yang memiliki latar langsung, yaitu kabin radio, berkeberatan untuk meneruskan perbincangan Rienda mengenai mendapatkan ide saat sedang ‗boker’. Pemahaman mengenai peserta yang kurang baik dapat pula memengaruhi jalannya proses komunikasi. RTC UI merupakan radio komunitas mahasiswa UI yang pengelolaan dan penyiarannya dilakukan oleh mahasiswa UI. Penggunaan diksi yang salah yang dilakukan Rienda merupakan salah satu contoh adanya pemahaman terhadap peserta percakapan, begitu memengaruhi proses komunikasi. Dalam penggalan data di atas dapat dilihat, Rienda, pendengar RTC, tidak memahami lawan bicaranya yaitu penyiar RTC UI yang tentunya adalah mahasiswa sehingga menyebabkan digunakannya diksi yang kurang tepat. Proses komunikasi pun terhambat dikarenakan tidak adanya umpan balik dari penyiar karena hal tersebut. 4. Kesimpulan Analisis wacana sebagai sebuah cabang ilmu linguistik mengantarkan konteks sebagai sebuah hal yang terpenting untuk dapat berbahasa, dalam kaitan ini adalah komunikasi. Fungsi primer bahasa sebagai alat komunikasi dapat terwujud, apabila sebuah pemahaman akan informasi (pesan) yang disampaikan peserta percakapan dapat berlangsung dengan baik. Konteks sebagai sebuah hal yang membangun wacana lisan tersebut turut andil penting dalam proses pemahaman tersebut. Hymes membagi konteks menjadi beberapa unsur dalam menggambarkan situasi percakapan, antara lain latar (setting), peserta (participants), hasil (ends). amanat (act sequences), cara (key), sarana Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
12
(instrument), norma (norms), dan jenis (genre). Unsur-unsur tersebut dianalisis baik dalam percakapan langsung, ataupun tidak langsung. Komunikasi yang unik dalam radio, telah membagi komunikasi dalam wadah tersebut menjadi dua jenis yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Perbedaan jenis komunikasi ini memengaruhi unsur latar dalam data. Percakapan dalam komunikasi langsung antarpenyiar memiliki latar tempat, yaitu kabin siar atau studio radio. Percakapan dalam komunikasi tidak langsung yang dilakukan pada sesi topik memiliki latar tempat ganda, yaitu latar tempat penyiar, kabin siar, dan latar pendengar-pendengar yang memberikan reaksi terhadap topik. Hasil analisis unsur latar secara keseluruhan dapat menggambarkan latar fisik peserta percakapan berada di kawasan Universitas Indonesia, yaitu Barel (Belakang Rel), Kukel (Kukusan Kelurahan), Kober, Kutek (Kukusan Teknik), dan Beji. Hal ini membuktikan adanya komunikasi antarpeserta percakapan yang berjalan baik dikarenakan kesamaan unsur latar ini. Memahami sebuah unsur konteks dengan baik oleh peserta percakapan, salah satunya latar dan terdapat dalam penelitian ini, dapat membantu pembicara selaku peserta percakapan dalam membuat strategi percakapan. Peserta dalam data siar radio ini adalah dua orang penyiar dan pendengar. Adanya komunikasi tidak langsung dalam data penelitian radio ini menjadikan unsur peserta menjadi lebih kompleks karena menggabungkan antara, pembicara, pendengar, penulis, dan pembaca. Memahami unsur peserta dalam percakapan memengaruhi lamanya komunikasi berlangsung dan keberhasilan interaksi tersebut. Hasil yang dikaitkan pada tujuan peserta percakapan membuat unsur ini berpola mengikuti tujuan pada setiap sesinya. Pemahaman yang baik terhadap unsur hasil oleh peserta percakapan membuat komunikasi antar peserta percakapan berjalan dengan lancar. Pemahaman akan hasil yang diinginkan oleh salah satu peserta percakapan dengan lawan bicara akan menghindari konflik antarpeserta tersebut. Keterkaitan antara unsur hasil dengan tujuan tersebut membuat unsur ini berkaitan pula dengan unsur peserta. Penguraian unsur amanat dalam penelitian ini menggambarkan adanya hubungan antara isi amanat dan bentuk amanat. Pemahaman unsur amanat dalam percakapan membatu pemahaman atas isi sebuah percakapan. Cara penyiar RTC menyiarkan acara “morning blast” dominan dilakukan dengan ceria dan bersemangat. Unsur cara ini memengaruhi diterimanya informasi yang diberikan oleh penyiar RTC untuk pendengar RTC. Sarana yang terdapat dalam percakapan radio ini dilakukan dengan lisan dan tulis. Hal ini dikarenakan adanya komunikasi langsung dan komunikasi tidak langsung. Norma dalam percakapan pada data ini dilakukan satu arah dan dua arah. Percakapan antara penyiar dan pendengar terjadi dalam komunikasi satu arah tanpa umpan balik. Komunikasi dua arah terjadi pada saat penyiar berkomunikasi dengan penyiar lainnya dan penyiar melakukan komunikasi tidak langsung dengan pendengarnya. Jenis data penelitan ini adalah acara siaran dalam radio. Uraian-uraian kesimpulan dari data tersebut membuktikan adanya kaitan konteks dengan sebuah komunikasi. Pemahaman konteks melalui unsur-unsurnya tersebut membantu peserta percakapan dalam berkomunikasi dengan lawan bicaranya. Pemahaman konteks yang berbada antarpeserta percakapan dapat membuat komunikasi terganggu. Hal ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan sebuah komunikasi dapat terwujud dengan pemahaman konteks yang baik antarpeserta percakapan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Bustanul dan Abdul Rani. 2000. Prinsip-Prinsip Analisis Wacana. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Brown, Gillian dan George Yule. 1983. Discourse Analysis. London: Cambrige University Press. Bungin, Burhan. 2013. Sosiologi Komunikasi: Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.
Dawson, Catherine. 2002. Practical Research Metods. United Kingdom: How To Books. Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Wacana. Jakarta: Refika Aditama. Gee, James Paul. 2005. An Introduction to Discourse Analysis. New York: Routledge. Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013
13
Gibb, Jack R, dkk. 1992. Komunikasi. Semarang: Dahara Prize. Hatch, Evelyn. 1992. Discourse and Language Education. United States of America: Cambridge University Press. Hoed, B.H. 1994. ―Wacana, Teks, dan Kalimat‖. Dalam Liberty P. Sihombing, dkk. (ed.), Bahasawan Cendekia: Seuntai Karangan untuk Anton M. Moeliono, hlm. 125-135. Jakarta: Intermasa Hymes, Dell. 1972. The Ethnoghrapy of Communication. United States of America: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Johnstone, Barbara. 2002. Discourse Analysis. UK: Blackwell. Kushartanti, Untung Yuwono, dan Multamia RMT Lauder. 2007. Pesona Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Nunan, David. 1993. Discourse Analysis. England: Penguin Group. Pietch, William. 1989. Komunikasi Timbal Balik. Semarang: Dahara Prize. Purwo, Bambang Kaswanti. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. Rahardi, Kunjana. 2005. Pragmatik. Jakarta: Erlangga. Renkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam: John Benjamins Publishing. Riley, Philip. 1985. Discourse and Learning. London: Longman. Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. UK: Blackwell Publishers Inc. _______________. 2006. ―Discourse‖ dalam An Introduction to Language and Linguistics. UK: Cambridge University Press. Soejono dan Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta. Yule, George. 2006. The Study Of Language. New York: Cambridge University Press.
Universitas Indonesia
Konteks sebagai..., Dera Annisa, FIB UI, 2013