KONSULTASI NEGARA CLUSTER BRUNEI, INDONESIA, MALAYSIA, FILIPINA, SINGAPURA TENTANG PENGURANGAN KERENTANAN HIV PARA PEKERJA MIGRAN PRA-KEBERANGKATAN, PASCA-KEDATANGAN DAN REINTEGRASI PEKERJA YANG KEMBALI
15-17 April 2002, Makati City, Filipina
Pengelola: Lee-Nah Hsu Membangun Ketahanan HIV Regional Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP
September 2002
Hak Cipta © UNDP 2002 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang. Dicetak di Thailand. Isi dapat dikutip, direproduksi atau diterjemahkan sebagian atau seluruhnya, dengan syarat bahwa sumber bahan diakui. Isi tidak boleh direproduksi untuk tujuan komersial tanpa persetujuan tertulis dari UNDP. Informasi korespondensi:
Lee-Nah, Manager Building Regional HIV Resilience UNDP South East Asia HIV and Development Programme
Alamat email:
[email protected]
Rancangan sampul:
Marissa Marco
Katalog Perpustakaan Nasional Thailand dalam ISBN publikasi: 974-680-221-6 Pandangan yang dikemukakan dan istilah yang dipakai di sini tidak mutlak mewakili pandangan dari negara-negara anggota Badan Eksekutif UNDP atau lembaga-lembaga dalam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang disebutkan dalam terbitan ini. Penyebutan dan istilah yang dipakai dan penyajian bahan tidak menyiratkan pendapat apapun dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menyangkut status hukum negara, wilayah, kota atau daerah, atau aparat pemerintahannya, atau garis perbatasannya.
KATA PENGANTAR HIV/AIDS menyentuh seluruh sektor masyarakat. Ini merupakan suatu hal yang memerlukan respon yang pantas pada tingkat nasional, regional dan dunia. Para pekerja migran merupakan sumber daya bernilai yang merangsang kemakmuran ekonomi dan ikut berperan pada pembangunan sosial ekonomi Asia. Jutaan pekerja migran bergerak masuk dan keluar dari negara-negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura (BIMPS) karena alasan-alasan ekonomi dan lainnya. Para pekerja migran, Organisasi Non-Pemerintah, badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan para pejabat pemerintahan yang bertanggung jawab atas para pekerja migran, datang berkumpul dari negara-negara cluster BIMPS untuk berbagi respon dan untuk merumuskan tindakan-tindakan bersama untuk mengurangi kerentanan HIV para pekerja migran dalam wilayah ini dan dalam wilayah yang lebih jauh. Para delegasi mengusulkan sebuah Nota Kesepahaman dan merancang satu set respon kerjasama. Hanya melalui perlindungan kolektif terhadap sumber daya manusia yang bernilai, negara-negara BIMPS akan dapat mengurangi dampak sosial ekonomi dan kemanusiaan dari HIV/AIDS di dalam negara mereka masing-masing. Adalah harapan dari Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP bahwa Nota Kesepahaman yang dihasilkan dan Program Aksi Gabungan dari Konsultasi BIMPS tersebut dapat dipertimbangkan oleh Kementrian-kementrian Tenaga Kerja, dan juga Otoritas AIDS Nasional dari negara-negara ini di dalam rencana masa depan dan penjabaran program mereka. Diharapkan pula bahwa Sekretariat Satuan Tugas ASEAN tentang AIDS dan para mitra dialognya akan memberikan dukungan keuangan dan teknis yang diperlukan untuk melaksanakan Program Aksi Gabungan yang diusulkan untuk sub-wilayah BIMPS.
Lee-Nah Hsu Pengelola Membangun Ketahanan HIV Regional Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP
iii
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................................ iii I.
SESI PEMBUKAAN DAN PIDATO SAMBUTAN..................................................5
II.
KONSULTASI BIMPS DALAM KONTEKS USAHA GABUNGAN ASEAN.....7 1. Tujuan konsultasi ....................................................................................................................... 7 2. Latar belakang konsultasi........................................................................................................... 7 3. Program pra-keberangkatan, pasca-kedatangan dan reintegrasi pekerja yang kembali bagi para pekerja migran ........................................................................................................................... 8 4. Kaitan dengan Program Kerja II ASEAN dan pembaruan MOU cluster GMS dan Program Aksi Gabungan........................................................................................................................... 9
III. BERBAGAI RESPON DAN PERLENGKAPAN YANG ADA..................................13 1. Membangun ketahanan HIV regional ...................................................................................... 13 2. Suara seorang mantan pekerja migran dengan AIDS .............................................................. 13 3. Modul HIV/AIDS dalam Seminar Orientasi Pra-Pekerjaan Pre-Employment Orientation Seminar (PEOS)....................................................................................................................... 17 4. Isu-isu Pra-keberangkatan........................................................................................................ 19 5. Perlengkapan bertahan hidup para pekerja .............................................................................. 21 6. Program reintegrasi .................................................................................................................. 22 7. Berbagai respon Singapura ...................................................................................................... 23 8. Buku pegangan tentang pelayanan di Hong Kong ................................................................... 23 9. Manual migran generik ............................................................................................................ 24 10. CARAM................................................................................................................................... 26
IV. RANGKUMAN KUNJUNGAN LAPANGAN..............................................................26 1. 2. 3. 4.
Philippine Overseas Employment Administration (POEA)..................................................... 27 Fairview Shipping Agency Corporation (FSAC) – sebuah biro rekruitmen............................ 29 Overseas Placement Association of the Philippines (OPAP)................................................... 30 Advancement of Workers’ Awareness Regarding Employment (AWARE) ........................... 30
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................................................31 2. Nota Kesepahaman..................................................................................................................... 32 3. Program Aksi Gabungan yang diusulkan negara cluster BIMPS untuk pra-keberangkatan, pasca kedatangan, dan reintegrasi orang yang pulang ....................................................................... 35
Lampiran I
Agenda konsultasi .......................................................................................39
Lampiran II
Program Aksi Gabungan GMS, Februari 2002 .......................................42
Lampiran III
Daftar Para Peserta ..................................................................................45
Lampiran IV
Pengelompokkan Kunjungan Lapangan................................................48
Lampiran V
Daftar Istilah.................................................................................................49
iv
I.
SESI PEMBUKAAN DAN PIDATO SAMBUTAN
1. Yang Terhormat Manuel Dayrit, Sekretaris Departemen Kesehatan (Department of Health) (DOH) Filipina menyambut para delegasi lokakarya dan menyampaikan salam khusus dari Yang Mulia Ny. Gloria Macapagal Arroyo, Presiden Filipina. Sekretaris menyatakan bahwa lokakarya tersebut menandai suatu langkah penting dalam memperkuat pencegahan dan kontrol atas HIV/AIDS dalam wilayah tersebut. Beliau menegaskan komitmen dan solidaritas Filipina terhadap negara-negara lain dalam perang terhadap epidemi HIV. Ada 5 juta pekerja orang Filipina di luar negeri. Dengan memberikan 8 milyar dolar A.S. untuk Filipina setiap tahunnya, mereka dianggap sebagai pahlawan ekonomi Filipina. Di Asia Tenggara, para pekerja orang Filipina terdapat di Brunei, Singapura, Taiwan, Hong Kong dan Jepang. Berada jauh dari mekanisme dukungan sosial, para pekerja berpindah ini rentan terhadap HIV, dan usaha-usaha oleh negara-negara tuan rumah untuk memberikan program pencegahan mungkin tidak efektif akibat adanya hambatan bahasa. Para pekerja berpindah di luar negeri menyumbang 26% dari kasus-kasus yang dilaporkan dalam Catatan AIDS Filipina. HIV/AIDS merusak individu dan keluarga. Selain menghilangkan pendapatan potensial, kondisi kesehatan dapat memberatkan bagi para keluarga. Beberapa orang dengan HIV/AIDS (PWHA) telah merahasiakan infeksi mereka dari keluarganya karena stigma yang dikaitkan dengan HIV/AIDS dan rasa takut akan penolakan. Banyak yang hidup dalam isolasi sosial dan mencari perlindungan bersama orang lain yang juga terinfeksi. Tantangan konsultasi ini adalah membuat suatu program aksi gabungan bagi negara-negara cluster Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura (BIMPS) dari Perhimpunan Negaranegara Asia Tenggara (ASEAN). Jika berhasil, usaha ini akan membawa kita lebih dekat kepada pencapaian Deklarasi Gabungan tentang HIV/AIDS yang disepakati para Kepala Pemerintahan dalam Pertemuan Tingkat Tinggi ASEAN di bulan November 2001. Sekretaris berterima kasih kepada Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP (UNDPSEAHIV), Kontrol atas Proyek Kemitraan HIV/AIDS/STD di Wilayah Asia (CHASPPAR) dan Sekretariat ASEAN atas dukungan mereka di dalam melaksanakan konsultasi ini. 2. Yang Terhormat Wilhelm D. Soriano, Administrator Administrasi Kesejahteraan Para Pekerja Luar Negeri (Overseas Workers’ Welfare Administration) (OWWA) Filipina membuka konsultasi dengan menyatakan bahwa AIDS merupakan masalah semua orang. Pada bulan Mei 2001, ada 1503 orang di Filipina dilaporkan terinfeksi HIV, 503 di antaranya memiliki HIV lanjut dan 223 orang telah meninggal dunia akibat penyakit tersebut. Ia mengajak negara-negara peserta untuk memberikan perhatian dan kasih sayang, serta menyerukan tentang perlunya suatu “kekuatan yang menyatukan negara-negara yang kaya, yang maju, yang berkembang dan yang miskin” untuk mengontrol epidemi HIV di wilayah Asia Tenggara. Pemerintah Filipina memberlakukan Undang-undang Republik 8504 (Republic Act 8504): Undang-undang Pencegahan dan Kontrol AIDS Filipina tahun 1998. Aturan tersebut bertujuan untuk melindungi warga negara Filipina dari HIV/AIDS dan menegakkan hak-hak mereka yang telah terinfeksi.
5
OWWA bertanggungjawab atas perlindungan dan peningkatan kesejahteraan para pekerja Filipina di luar negeri dan keluarga mereka, termasuk pendidikan dan penyebaran informasi untuk pencegahan HIV. Beliau mengajak para anggota ASEAN untuk menyusun mekanisme gabungan untuk mengurangi HIV/AIDS. 3. Tn. Terence D. Jones, Koordinator Tetap dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Perwakilan Tetap Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) Filipina menyambut para peserta. Beliau memberitahukan kepada para delegasi bahwa HIV/AIDS tidak hanya merupakan krisis pembangunan yang serius, tapi juga merupakan epidemi yang paling merusak dalam sejarah. HIV/AIDS dengan cepat menjadi hambatan terbesar dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium. HIV/AIDS memberikan tantangan sosial, ekonomi dan pembangunan yang serius. Berulangkali disampaikan juga bahwa jumlah total orang yang terinfeksi HIV/AIDS sudah mengkhawatirkan. Hampir 58 juga penduduk telah terinfeksi dan hampir 22 juta di antaranya telah meninggal dunia. Epidemi tersebut berlanjut dengan menularkan 15000 infeksi yang baru setiap hari. Meskipun HIV/AIDS baru masuk belakangan ke wilayah ini, negara-negara di wilayah Asia Pasifik menunjukkan tanda-tanda peningkatan kerentanan akan HIV. Menurut data tahun 2001, diperkirakan terdapat 1,07 juta orang dewasa dan anak-anak yang baru terinfeksi, sehingga menghasilkan total jumlah orang yang hidup dengan HIV/AIDS dalam wilayah tersebut sebesar 7,1 juta orang. Sejak bulan Februari 2002, Filipina memiliki 1633 orang yang positif HIV; 26% di antara mereka adalah para pekerja migran. Perpindahan penduduk dalam jumlah besar melalui migrasi tenaga kerja, perdagangan manusia, serta perpindahan akibat konflik, faktor-faktor politis/ekonomis dan bencana alam berperan dalam penyebaran epidemi HIV. Di dalam wilayah BIMPS, Filipina dan Indonesia adalah dua negara dengan jumlah migran tertinggi, sedangkan Brunei, Malaysia dan Singapura terus menerima banyak pekerja asing dalam jumlah besar. Negara-negara pengirim tenaga kerja sedang berusaha mengurangi pengiriman tenaga kerja ke luar negri, tetapi karena suatu kebutuhan dan juga untuk menyelaraskan kebijakan dan program dengan negara-negara penerima tenaga kerja, kebijakan ini perlu ditinjau ulang. Karena itu, kerjasama dan koordinasi di antara negara-negara di dalam sub wilayah sangat diinginkan. Kebutuhan akan kerjasama dan koordinasi menjadi semakin mendesak, karena integrasi regional yang semakin cepat dan semakin banyak penduduk yang berpindah akibat konflik atau kebutuhan ekonomis. Usaha baru-baru ini untuk menghidupkan kembali program Area Pertumbuhan ASEAN Timur BIMPS (BIMPS East ASEAN Growth Area) (EAGA) juga memerlukan adanya campur tangan yang lebih lanjut untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS. Usaha-usaha Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang HIV/AIDS adalah mendukung pemerintah dalam kerjasama yang sedemikian rupa untuk memastikan pelaksanaan Deklarasi Komitmen yang diadopsi oleh Sesi Khusus Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang HIV/AIDS (United Nations General Assembly Special Session on HIV/AIDS) (UNGASS). Pada bulan Juli 2001, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Tn. Kofi Annan menulis kepada seluruh Koordinator Tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa sambil mengungkapkan kekhawatirannya yang mendalam mengenai cepatnya penyebaran HIV/AIDS di seluruh Asia. Cepatnya penyebaran tersebut juga ditegaskan dalam konferensi internasional baru-baru ini di Melbourne tentang AIDS di Asia dan Pasifik. Inti pesan dari konferensi Melbourne tersebut adalah “waktu untuk bertindak di Asia adalah saat ini”.
6
HIV/AIDS adalah satu dari enam area praktek utama UNDP. UNDP gencar mendukung seruan diperlukannya tindakan melalui kepemimpinan politis yang diperkuat, khususnya pada berbagai respon nasional. Dukungan diperlukan untuk memeriksa kembali rencana dan prioritas pembangunan nasional dalam kaitannya dengan epidemi tersebut serta rekomendasi dari UNGASS. Tn. Jones menegaskan pandangan ke depan dari para pemimpin ASEAN dalam mengakui pentingnya perang terhadap HIV/AIDS dan tekad mereka untuk memperkuat kerjasama dan koordinasi di antara negara-negara. Ia lebih jauh lagi menegaskan tentang sumbangan Program Regional UNDP-SEAHIV dalam usahanya untuk memfasilitasi, memperkuat dan mempertahankan kerjasama di antara negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Selain itu, ia menegaskan berbagai usaha dan sumbangan, baik yang besar atau yang kecil dari beragam organisasi yang bekerja untuk perang terhadap HIV/AIDS. Dukungan terus menerus dari organisasi-organisasi tersebut terhadap aksi-aksi dan program-program tentu saja akan memberikan suatu perbedaan yang nyata dan diperlukan. Tn. Jones mengungkapkan antusiasmenya terhadap sebuah konsultasi yang produktif dari cluster BIMPS, khususnya dalam menyusun sebuah strategi yang realistis dan dapat dicapai melalui pelaksanaan Rencana kerja ASEAN tentang HIV/AIDS (2001-2004) yang tentu saja menyoroti penduduk berpindah sebagai suatu prioritas. Fokus ini telah ditekankan lebih jauh dalam Deklarasi Gabungan tentang HIV/AIDS dari Pertemuan Tingkat Tinggi ASEAN ke-7. Diharapkan bahwa konsultasi ini akan menghasilkan sebuah persetujuan yang konkrit mengenai kebijakan dan program yang relevan untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS lebih jauh, khususnya di antara para pekerja migran dalam wilayah BIMPS. Dengan mengulang kembali, saat ini adalah waktu untuk bertindak di Asia.
II. 1.
KONSULTASI BIMPS DALAM KONTEKS USAHA GABUNGAN ASEAN
Tujuan konsultasi
Tujuan konsultasi ini adalah: 1. Menyajikan sebuah pandangan tentang usaha-usaha yang berkaitan dengan kerentanan HIV/AIDS dari para pekerja migran. 2. Mengadakan kunjungan lapangan bagi para peserta untuk mengamati pelaksanaan aktual dari program pra-keberangkatan di Filipina, mengenali kekuatan dan kesenjangan untuk dijadikan dasar dalam mengembangkan sebuah program-program spesifik-negara dan kerjasama. 3. Menyusun sebuah program aksi gabungan untuk negara-negara cluster BIMPS yang meliputi kegiatan, output, hasil, rangka waktu, badan-badan yang bertanggungjawab dan perkiraan anggaran.
2.
Latar belakang konsultasi
Dr. Loreto B. Roquero, Direktur Dewan AIDS Nasional Filipina memberikan latar belakang konsultasi ini. Perpindahan penduduk yang mendorong penyebaran HIV/AIDS telah diakui oleh Satuan Tugas ASEAN tentang AIDS (ASEAN Task Force on AIDS) (ATFOA) pada awal tahun 1996, dan merupakan sebuah masalah mendesak yang harus ditangani dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, Program Kerja Jangka Menengah dalam Pencegahan dan Kontrol HIV/AIDS
7
ASEAN memprioritaskan pengembangan garis-garis pedoman dan program-program gabungan tentang perpindahan penduduk dan HIV/AIDS dengan negara Thailand sebagai koordinator utama. Selanjutnya, koordinasi dialihkan ke Kamboja sebagai koordinator tema Mobilitas ATFOA. Tujuannya adalah untuk menjelaskan pola dan efek pergerakan penduduk dalam kaitannya dengan penularan HIV dan membahas isu-isu prioritas melalui perumusan garis pedoman dan pelaksanaan intervensi. Pada Lokakarya tentang Penduduk Berpindah dan Kerentanan HIV ASEAN di Chiang Rai, yang diorganisasir oleh UNDP-SEAHIV dan diselenggarakan oleh Pemerintah Thailand dalam bulan September 1999, Viet Nam ditunjuk sebagai koordinator negara cluster Sub-wilayah Mekong Raya (Greater Mekong Sub-region) (GMS) dan negara Malaysia dipilih untuk mengordinasikan cluster BIMPS negara-negara ASEAN. Negara-negara cluster BIMPS mengidentifikasi prakeberangkatan, pasca-kedatangan dan reintegrasi pekerja yang kembali dari para pekerja migran sebagai tugas utama mereka. Menyusul keputusan di Chiang Rai, sebuah pertemuan tingkat tinggi regional untuk para pekerja migran yang diorganisasikan oleh Koordinasi Riset Aksi tentang AIDS dan Mobilitas (Coordination of Action Research on AIDS and Mobility) (CARAM) bekerjasama dengan UNDP-SEAHIV dan Yayasan Hak Asasi Manusia Kanada, diselenggarakan di bulan September 2000. Pertemuan tersebut mengusulkan aksi-aksi berikut: x Negara-negara pengekspor dan tuan rumah akan menyusun sebuah program komprehensif pencegahan HIV pra-keberangkatan, pasca-kedatangan dan reintegrasi bagi para pekerja migran agar menyertakan seluruh tahap migrasi; dan, x Membuat bahan-bahan pencegahan HIV tersedia dan dapat diakses dalam bahasa-bahasa para pekerja asing di negara-negara yang menjadi tuan rumah. Rencana kerja ASEAN yang baru untuk tahun 2002-2005 menyoroti “Penduduk Berpindah dan HIV/AIDS” sebagai suatu prioritas. Pembuatan prioritas semacam itu ditekankan dalam Deklarasi Gabungan Sesi Khusus tentang HIV/AIDS pada Pertemuan Tingkat Tinggi Para Kepala Negara ASEAN yang ke-7. Deklarasi tersebut menyerukan negara-negara anggota ASEAN untuk: x Memperkuat mekanisme regional, meningkatkan dan mengoptimalkan sumber-sumber daya guna mendukung aksi regional gabungan demi peningkatan akses terhadap pengobatan dan zat pereaksi yang terjangkau; x Mengurangi kerentanan terhadap infeksi HIV dan menyediakan akses untuk perawatan, pengobatan dan informasi bagi penduduk yang berpindah; x Mengadopsi dan meningkatkan kerjasama sektoral yang inovatif untuk mengurangi kerentanan dan dampak sosial ekonomi secara efektif; dan x Memperluas strategi pencegahan dan memberikan perawatan, pengobatan dan dukungan.
3.
Program pra-keberangkatan, pasca-kedatangan dan reintegrasi pekerja yang kembali bagi para pekerja migran
Penduduk yang berpindah rentan terhadap HIV. Terputus dari keluarga dan sistem pendukung sosialnya, ditunjang dengan mengalami perbedaan budaya dan sering tidak adanya pengetahuan tentang HIV/AIDS membuat seseorang yang berpindah-pindah dalam lingkungan tuan rumah mungkin tertarik untuk melakukan perilaku berisiko, misalnya seks tanpa pelindung atau seks komersial atau penggunaan narkotika suntik. Program Pra-keberangkatan merupakan program bagi para pekerja migran potensial dalam negara-negara pengekspor tenaga kerja sebelum keberangkatan mereka, untuk membantu mereka beradaptasi dengan dan membiasakan diri dengan situasi kerja, lingkungan sosial budaya, hukum, sistem hukum, dan sistem pemeliharaan kesehatan di negara-negara pengimpor tenaga kerja.
8
Dalam negara-negara cluster BIMPS banyak negara-negara pengirim tenaga kerja tidak memiliki program pra keberangkatan apapun. Bila terdapat program semacam itu, kualitasnyapun beragam sehingga memerlukan pembakuan. Filipina telah memiliki mekanisme legislatif yang mewajibkan orientasi tentang HIV/AIDS bagi mereka yang mencari pekerjaan kontrak di luar negeri. Program Pasca-kedatangan merupakan program orientasi terstruktur yang diberikan oleh negara tuan rumah kepada para pekerja migran pada saat kedatangan mereka di negara tuan rumah, diikuti oleh serangkaian pelayanan medis, kesehatan, sosial dan rujukan. Pada saat kedatangan di negara-negara penerima, para pekerja migran seringkali harus mengikuti pengujian wajib tentang HIV dan bisa dideportasikan jika hasil tesnya positif. Para pekerja migran sering tidak diberikan penyuluhan pra-ujian atau pasca-ujian yang pantas dan biasanya memiliki akses yang lebih sedikit untuk mendapatkan informasi dan program pencegahan HIV. Halangan terhadap pendidikan pencegahan ini semakin berat ketika bahan-bahan tersebut hanya tersedia dalam bahasa negara tuan rumah yang tidak dapat diakses bagi pekerja asing. Di luar hal-hal tersebut di atas terdapat masalah: x Sosial budaya dan nilai keagamaan dari negara-negara tuan rumah; x Hukum, kebijakan, etiket masyarakat negara-negara tuan rumah; x Persyaratan keuangan dan kebijakan medis/kesehatan untuk pendaftaran rumah sakit, dan; x Pengobatan dan pengujian HIV, yang mungkin perlu dihadapi oleh para pekerja migran. Program Re-integrasi merupakan sebuah program yang membantu para pekerja migran untuk beradaptasi kembali pada lingkungan asal sesudah bekerja di sebuah negara asing selama beberapa tahun.
4. Kaitan dengan Program Kerja II ASEAN dan pembaruan MOU cluster GMS dan Program Aksi Gabungan Tn. Yong Chanthalangsy, Pejabat Senior Biro Kerjasama Fungsional, Sekretariat ASEAN mempresentasikan usaha kerjasama dengan UNDP-SEAHIV mengenai tema mobilitas dari Program Kerja ASEAN. Pada Pertemuan Tingkat Tinggi ASEAN ke-7 tanggal 5 November 2001 di Brunei Darussalam, para Kepala Negara-negara Anggota ASEAN mendeklarasikan komitmen mereka untuk membatasi dampak HIV/AIDS dan mengadopsi Deklarasi tentang HIV/AIDS.1 Pada tanggal tersebut, Program Kerja ASEAN tentang HIV/AIDS II (2002-2005) (AWP II) juga diadopsi untuk mendukung implementasi Deklarasi tersebut. AWP II mendukung kegiatan gabungan dimana pendekatan regional menambahkan nilai dan kegiatan regional, yang mendukung program-program nasional. Satuan Tugas ASEAN tentang AIDS (ASEAN Task Force on AIDS) (ATFOA) telah menambahkan prioritas tertinggi pada kegiatan regional gabungan, termasuk menekan dampak sosial ekonomi dari HIV/AIDS dalam wilayah ASEAN. Dengan diangkatnya AWP II oleh Pertemuan Tingkat Tinggi ASEAN, Sekretariat ASEAN mulai bekerja dengan UNAIDS untuk mempersiapkan suatu rencana kerja terperinci mencakup konsep-konsep proyek yang digunakan untuk menggerakkan dukungan para penyumbang. Selain itu, dilakukan pula usaha-usaha untuk mempercepat pelaksanaan proyek-
1
Deklarasi tentang HIV/AIDS Pertemuan Tingkat Tinggi ASEAN ke-7 diadopsi pada tanggal 5 November 2001 di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
9
proyek regional prioritas tinggi, misalnya seperti kerja sama yang dilakukan dengan SEAHIV UNDP, yang mendukung kegiatan antar-negara pada penduduk berpindah.2 Berawal dari komitmen di atas, dan menyusul serangkaian pertemuan ATFOA bersama, muncullah sebuah cetak biru bagi persiapan Konsultasi Cluster BIMPS tentang Kerentanan HIV Para Pekerja Migran, 20023 yang didukun oleh UNDP-SEAHIV. a) Kegiatan antar negara ASEAN tentang penduduk berpindah Kegiatan I bertujuan memulai dan memperkuat kegiatan antar negara bagi para pekerja migran, khususnya dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi program penduduk berpindah. Kegiatan ini akan dicapai dengan memperkuat kerjasama di antara: Sekretariat ASEAN, koordinator-koordinator negara ATFOA, dan Satuan Tugas Regional Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV. Kamboja sebagai koordinator proyek tentang “Pola dan Efek Perpindahan Penduduk”, akan menggabungkan sebuah program aksi regional. Program tersebut akan membahas kerentanan HIV dan penduduk berpindah, berdasarkan pada MOU Program Aksi Gabungan (lihat bagian II.4.c). Malaysia akan bertindak sebagai koordinator kelompok cluster, yang meliputi Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura (BIMPS). Kegiatan II akan menggunakan ASEAN untuk meningkatkan kesadaran para pembuat kebijakan tentang isu meningkatnya kerentanan HIV/AIDS di antara penduduk berpindah dan untuk mendapatkan dukungan politik, baik secara nasional dan internasional, demi pendekatan multi sektoral tentang isu-isu yang berkaitan dengan penduduk berpindah. Secara khusus, pembelaan akan dilakukan melalui pemerintah untuk: x Mendukung perwakilan-perwakilan dan organisasi-organisasi yang relevan untuk memusatkan perhatian pada masalah perpindahan penduduk yang tidak terdokumentasi/ ilegal; x Meningkatkan kepemerintahan masyarakat untuk membangun hubungan antara masyarakat dan penduduk berpindah agar mereka dapat bereaksi bersama terhadap pengurangan kerentanan HIV/AIDS; dan, x Mengembangkan kemitraan multi sektoral untuk memfasilitasi kebijakan, berbagai respon program dan strategi pembangunan yang lebih baik. Kegiatan III akan menganalisis kapasitas yang ada, memperbaiki pemahaman dinamika sistem mobilitas dan mengidentifikasi aksi responsif masyarakat dan faktor-faktor terkait yang dapat mempengaruhi kerentanan HIV/AIDS dari beragam kelompok yang berbeda dalam masyarakat. Kegiatan ini juga akan:
2
Kegiatan-kegiatan antar-negara terhadap penduduk berpindah sedang dilakukan melalui program UNDPSEAHIV untuk mempersiapkan rencana kerja bagi Sub-wilayah Mekong Raya dan Cluster BIMPS. 3
Pertemuan ke-9 ATFOA yang diadakan di Yangon, Myanmar (26-28 September 2001) mencatat sebuah karya tulis yang diserahkan oleh Malaysia tentang program pra-keberangkatan dan pasca-kedatangan bagi para pekerja migran. Menanggapi karya tulis tersebut, pertemuan itu menyetujui untuk mengadakan sebuah lokakarya regional bagi kelompok cluster BIMPS untuk mengembangkan rencana aksi tentang isuisu prakeberangkatan dan pasca kedatangan bagi para pekerja migran. Disetujui bahwa lokakarya tersebut akan dirundingkan di Filipina pada tahun 2002.
10
x
x
x
Mengembangkan buku-buku dan perlengkapan informasi tentang HIV/AIDS dan sebuah buku re-integrasi pekerja yang kembali, memperkuat kesadaran HIV/AIDS bagi bagi para pekerja migran saat pra keberangkatan dan pasca kedatangan; Meningkatkan keterampilan kehidupan dan program komunikasi perubahan perilaku tentang pencegahan HIV/AIDS melalui pendidikan, termasuk menabung dan keterampilan investasi bagi para pelaut; dan, Meningkatkan komunikasi perubahan perilaku, promosi kondom dan program pencegahan STI bagi para pengemudi truk.
Kegiatan IV akan melengkapi ketiga kegiatan di atas dengan: x Mendorong negara-negara pengirim untuk menerapkan pelatihan keterampilan kehidupan pra-keberangkatan, memberikan informasi bagi para pekerja migran potensial, penyuluhan, perhatian dan dukungan bagi pekerja yang kembali; x Mendorong negara-negara penerima untuk mengusahakan informasi pasca kedatangan dan pelayanan pencegahan, penyuluhan, perhatian dan dukungan; x Mempelajari kelayakan pengadopsian sebuah kebijakan bersama yang membutuhkan kontraktor asing/pengembang komersil/investor dalam proyek konstruksi utama guna mendanai program penilaian dampak HIV dan pencegahan HIV bagi proyek-proyek mereka dan; x Membentuk sebuah jaringan para pekerja migran. b) ASEAN Project Coordination Committee (PCC) Komite Koordinasi Proyek bertanggungjawab terhadap ATFOA untuk memfasilitasi koordinasi berikut: x Koordinator Keseluruhan (Kamboja) dari Proyek mengenai “Reducing the HIV/AIDS Vulnerability among the Mobile Population” di bawah ATFOA; x Kamboja sebagai Koordinator MOU di antara Sub-Wilayah Mekong Besar (GMS); x Malaysia sebagai Koordinator Rencana Kerja BIMPS; x Titik Perhatian Negara tentang mobilitas yang ditentukan oleh ATFOA; x Sekretariat ASEAN; dan x Sebuah Perwakilan dari Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP (UNDPSEAHIV). Komite Koordinasi Proyek (PCC) harus berunding sehari sebelum ATFOA dengan partisipasi dari seluruh Titik Fokus ATFOA yang bertanggungjawab untuk isu-isu mobilitas. Ketua PCC dengan konsultasi bersama dengan UNDP-SEAHIV, harus mengundang perwakilan-perwakilan dari badan-badan PBB, para mitra dialog dan para pakar ASEAN. Sebuah Pertemuan tidak resmi PCC yang terdiri atas Ketua, Koordinator cluster BIMPS, Sekretariat ASEAN dan Pengelola UNDP-SEAHIV juga harus bertemu pada sela-sela Pertemuan Satuan Tugas Regional PBB tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV untuk menegakkan hubungan dengan badanbadan regional dan internasional yang relevan, yang bekerja untuk HIV/AIDS. Untuk dapat mencapai kaitan-kaitan yang perlu, tugas-tugas berikut akan dilakukan: x Meningkatkan kesadaran dan pembelaan di antara pembuat kebijakan; x Mengkoordinasikan pembangunan, pemantauan dan implementasi Program Aksi Gabungan untuk (GMS) dan negara-negara BIMPS;
11
x x x
x
Memobilisasi dan bekerjasama dengan LSM-LSM; Mendorong integrasi isu-isu HIV/AIDS; Memperdalam dan memperluas kerjasama dengan organisasi-organisasi internasional: UNAIDS, UNDP, Para Mitra Dialog ASEAN, kelompok-kelompok profesional, LSM-LSM dan sektor swasta; dan Menentukan titik perhatian untuk koordinasi nasional dan regional guna mengembangkan dan mengimplementasikan Program Aksi Gabungan dan MOU.
Komite Koordinasi Proyek dipimpin oleh Kamboja sebagai Koordinator Keseluruhan untuk Kegiatan Program Aksi Gabungan tentang Penduduk Berpindah yang termasuk dalam Program Kerja ASEAN tentang HIV/AIDS II (2002-2005) (AWP II). Ketua PCC akan mengerjakan hal berikut: x Menyerahkan sebuah laporan PCC kepada ATFOA untuk disetujui; x Melaporkan keputusan-keputusan yang relevan ATFOA kepada PCC dan kepada para Koordinator GMS dan BIMPS; x Menangani dan melaporkan keputusan-keputusan ATFOA kepada Satuan Tugas Regional PBB tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV; dan x Mempersiapkan sebuah rencana kerja tahunan yang terkonsolidasi untuk mengimplementasikan kegiatan-kegiatan yang bertujuan mengurangi kerentanan HIV di antara penduduk yang berpindah. c) Pembaruan Program Aksi Gabungan negara cluster GMS Strategi Regional Asia Tenggara4 untuk mengurangi mobilitas yang terkait dengan kerentanan HIV digunakan sebagai dasar untuk merumuskan kerangka kerja Program Aksi Gabungan Negara Cluster GMS. (Program Aksi Gabungan GMS ada di dalam Lampiran II). Kerangka kerja GMS memiliki sasaran-sasaran sebagai berikut:5 x Memperkuat kerjasama multi sektoral dan koordinasi di antara pemerintah dan mitra regional (badan-badan internasional dan LSM-LSM, jaringan regional dari orang-orang yang hidup dengan HIV/AIDS, para penyumbang internasional dan sektor swasta) untuk memfasilitasi program nasional dan regional; x Membangun ketahanan dan memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan pilihanpilihan mereka dalam mengurangi kerentanan HIV/AIDS yang disebabkan oleh mobilitas yang terkait dengan pembangunan; x Meningkatkan berbagai respon nasional untuk mengurangi kerentanan HIV/AIDS dengan memperbaiki sistem kepemerintahan atas mobilitas yang terkait dengan pembangunan; x Membangun berbagai respon kerjasama regional untuk mengurangi kerentanan HIV/AIDS dari mobilitas yang terkait dengan pembangunan, sambil mengembangkan metode-metode untuk membangun masyarakat, keuletan HIV/AIDS nasional dan regional dan untuk mendokumentasikan metode-metode ini sebagai dasar pengetahuan untuk penyebaran; dan, x Meningkatkan akses ke perawatan, pengobatan dan informasi yang layak bagi penduduk yang berpindah.
4
Towards Borderless Strategies Against HIV/AIDS, Jacques du Guerny dan Lee-Nah Hsu, Mei 2002, ISBN: 974-680-211-9, http://www.hiv-development.org/publications/Borderless-Strategies.htm.
5
Negara-negara GMS adalah Kamboja, Lao PDR, Myanmar, Thailand dan Viet Nam, plus Cina.
12
III. BERBAGAI RESPON DAN PERLENGKAPAN YANG ADA 1.
Membangun ketahanan HIV regional
Dr. Lee-Nah Hsu, Pengelola, Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP menyajikan strategi UNDP-SEAHIV untuk membangun ketahanan HIV regional Asia Tenggara sebagai berikut: x Sebuah lingkungan kebijakan yang memungkinkan diciptakan, yang timbul dari Rekomendasi Chiang Rai6 tahun 1999, yang meliputi pengembangan perlengkapan dan sebuah klausul kontrak model selama tahun 2001. Selain itu, Nota Kesepahaman negaranegara cluster Sub-wilayah Mekong Raya ditandatangani pada tahun 2001 dan Program Aksi Gabungannya diselesaikan pada musim semi tahun 2002. Bersama dengan Komitmen UNGASS tentang HIV/AIDS (Juni 2001) dan Deklarasi Komitmen tentang HIV/AIDS dari Pertemuan Tingkat Tinggi Para Kepala Negara ASEAN (November 2001), instrumeninstrumen ini memberikan suatu lingkungan yang kondusif untuk membangun ketahanan HIV di Asia Tenggara. x Strategi pembangunan untuk membangun ketahanan HIV masyarakat dipromosikan melalui berbagai sistem respon cepat peringatan dini, pemetaan kerentanan HIV dan kepemerintahan masyarakat, serta juga menggerakkan dan mendorong sektor-sektor pembangunan, misalnya konstruksi, transportasi darat, industri kelautan, pertanian dan sektor pembangunan pedesaan. x Pencegahan, perawatan dan dukungan untuk masyarakat sumber-transit-tuan rumah dicapai melalui program pra-keberangkatan, pasca-kedatangan, reintegrasi pekerja yang kembali, hasil kerjasama dengan Sekretariat ASEAN, para mitra dialognya dan LSM-LSM di wilayah tersebut. x Bersama-sama, kita dapat membuat perbedaan.
2.
Suara seorang mantan pekerja migran dengan AIDS MAR Liwanag, Pinoy Plus, Philippines
Nama saya MAR. Saya adalah bekas pelaut pedagang berusia 34 tahun dan merupakan sulung dari tiga bersaudara. Saya berada di sini untuk membagikan cerita saya kepada anda, sehingga orang-orang di dalam pertemuan ini akan mengetahui bagaimana rasanya menjadi seorang pelaut pedagang, atau seorang pekerja migran yang sesungguhnya. Dan saya berharap pengalaman saya ini akan membantu. Sumber pendapatan keluarga saya adalah dengan bertani. Kami semua disekolahkan melalui cara ini. Masa kecil saya sederhana. Saya biasanya pergi ke sekolah dan pulang kembali. Saya bekerja di tanah pertanian dalam waktu luang saya untuk mendapatkan uang saku. Sungguh, kehidupan keluarga saya benar-benar sederhana. Ambisi kehidupan saya adalah saya dapat segera menyelesaikan studi, sehingga saya dapat bekerja dan bahwa suatu hari nanti saya dapat pergi berkeliling dunia. 6
Towards Borderless Strategies Against HIV/AIDS, Jacques du Guerny dan Lee-Nah Hsu, Mei 2002, ISBN: 974- 680-211-9, http://www.hiv-development.org/publications/Borderless-Strategies.htm, Lampiran I (a) halaman 20
13
Bahkan sesudah menyelesaikan sekolah lanjutan, saya masih tetap tidak mengetahui jurusan pendidikan yang ingin saya ambil. Saya berhenti sekolah selama dua tahun dan pergi ke Manila untuk mencoba peruntungan saya. Di Manila, saya bertemu dengan banyak orang yang selalu membawa masalah. Meskipun saya dikenalkan pada hal-hal buruk seperti anggur, wanita dan merokok, saya bisa menjaga diri. Saya didorong oleh sanak keluarga saya untuk mengambil pendidikan teknik kelautan dan saya menjadi seorang pelaut pedagang. Pada waktu itu, seorang teman berjanji membantu saya memperoleh pekerjaan sesudah saya lulus. Ia mencarikan saya pekerjaan pada majikannya. Saya menganggap bahwa sungguh sulit untuk mencari pekerjaan jika anda tidak memiliki koneksi yang tepat – sama halnya seperti melewati sebuah lubang jarum. Saya mulai bekerja sebagai seorang pekerja peralatan di kantor tersebut selama satu tahun sebelum saya diperbolehkan naik ke atas kapal. Pada bulan Desember 1992, saya ditugaskan untuk bekerja sebagai seorang pelaut pedagang. Ini adalah masa Natal pertama dimana saya terpisah dari orangtua saya. Saya merasa sangat sedih pada masa itu, tetapi saya perlu bekerja demi masa depan keluarga saya. Semuanya tampak berjalan lancar ketika saya memperoleh penempatan kerja melalui biro tenaga kerja terakreditasi dengan peraturan yang minim. Biro saya menanggung seluruh pengeluaran untuk kesehatan dan pemeriksaan medis dan juga dokumendokumen yang terkait. Pengujian HIV adalah suatu keharusan bagi pekerja migran dan merupakan bagian dari pemeriksaan medis yang rutin. Saya mengalaminya setiap kali saya memulai kontrak yang baru. Sebagai informasi, Filipina baru saja merancang undang-undang AIDS-nya, dan negara saya melarang pengujian HIV wajib. Sebagai bagian dari pengujian, harus diperoleh persetujuan tertulis, penyuluhan pra- dan pasca-tes yang memadai. Ini diberlakukan pada tahun 1998. Tidak ada klausul tentang pengujian HIV di negara-negara penerima. Sejauh menyangkut para pekerja migran, apa yang kami ketahui adalah bahwa kita harus mematuhi pengujian HIV dari negaranegara penerima jika kita ingin agar mendapat kesempatan kerja untuk mencari nafkah bagi keluarga kami. Sebelum kami memulai pekerjaan kami, kami mendapatkan seminar orientasi pra-keberangkatan yang dikenal sebagai PDOS yang diberikan oleh biro kami karena Philippine Overseas Employment Agency (POEA) mengakreditasinya. Pada tahun 1992, seminar-seminar PDOS berlangsung selama lebih dari tiga jam. Ini dapat dipersingkat jika anda pernah menjadi seorang pekerja migran, karena biro penempatan tersebut diakreditasi dan biro tersebut dapat dengan mudah memberikan anda sertifikat. Seingat saya, tidak banyak informasi yang diberikan kepada kita kecuali informasi mengenai peraturan dan dokumen bandar udara yang mungkin dibutuhkan. Tidak ada topik yang dibahas mengenai masalah kesehatan atau biro-biro yang dapat kita datangi bila menemui kesulitan atau memiliki masalah. Tidak ada informasi apa pun tentang asuransi atau manfaat bagi para pekerja migran yang mengundurkan diri. Bagaimanapun, sulit untuk berkonsentrasi dan sungguh-sungguh memperhatikan apa yang disampaikan kepada kita, karena kami terlalu bergairah akan meninggalkan negara tersebut keesokan harinya. Pekerjaan ini memberikan saya kesempatan yang pertama untuk naik pesawat terbang. Kami menuju ke Inggris dimana kapal kami berlabuh. Saya tidak dapat mengingat berapa jam perjalanan saya ke Inggris, tapi yang saya ingat dalam benak saya adalah bahwa itulah permulaan ambisi kehidupan saya dan permulaan mimpi saya yang menjadi kenyataan.
14
Saat tiba, kami tinggal di sebuah hotel sambil menunggu keberangkatan kapal kami. Kapal itu sendiri menjadi rumah kedua saya, saat saya sedang bekerja dan jauh dari keluarga tercinta. Ketika kapal berlayar, saya menyadari bahwa saya tidak akan menemui daratan dalam waktu lama. Kami memperoleh berita bahwa dalam perjalanan kami ke Amerika Serikat, kami akan menghadapi suatu angin topan. Saya sangat khawatir. Inilah pertama kalinya kami akan memasuki laut ganas sesudah lebih dari dua puluh hari di laut. Selama minggu-minggu pertama saya di laut, saya bergaul dengan orang - orang dari berbagai bangsa. Saya bergaul dengan mereka selama hampir satu tahun. Bergaul dengan keluarga baru saya sungguh memberikan saya perasaan yang baik. Saya tidak terlalu mengetahui siapa mereka atau bagaimana sikap mereka. Tetapi saya tahu bahwa saya perlu bergaul dengan mereka agar tidak merasa kesepian. Saya sadar bahwa saya akan berada jauh dari keluarga saya dalam waktu yang lama dan saya ingin melakukan perjalanan ini demi masa depan saya dan untuk merealisasikan mimpi saya. Saya tidak pernah mengalami kesulitan pada permulaan pekerjaan saya, yang terdiri atas kerja bergilir selama delapan jam sehari, dan lima hari setiap minggunya. Saya merasa ini wajar. Gaji saya US$1000 dan jumlah tersebut akan lebih besar lagi bagi yang telah memperoleh posisi. Ini jauh lebih baik daripada gaji pegawai biasa di Filipina. Sekitar 80% pendapatan saya dikirimkan langsung kepada keluarga saya, sedangkan yang 20% dan pembayaran lembur diberikan kepada kami pada setiap akhir bulan. Saya merasa bahwa ini adalah pekerjaan yang baik bagi para pekerja migran dari Filipina. Selama jam-jam bebas, kami menonton video bersama, merokok dan minum alkohol. Kadangkadang kami minum sampai mabuk agar mudah tertidur. Ada pula wanita disana. Seluruhnya adalah bagian dari rekreasi setiap kali kita berlabuh. Membaca surat dari kekasih juga merupakan suatu hobi, meskipun kita sudah membacanya berulang kali. Hal itu membantu kami memerangi kesepian di hati kita semua. Saya selalu gembira bila kapal kami hendak bersandar di pelabuhan. Saya tahu bahwa saya akan menerima surat-surat dari kekasih saya. Bila tidak ada surat, saya merasa tertekan. Saya mempunyai banyak keluarga dan kekasih di kampung halaman, tapi tidak satupun dari mereka yang dapat menulis kepada saya. Untuk mengurangi rasa tertekan, saya mencoba menghibur diri dengan berjalan-jalan bersama kawan-kawan saya dan berkencan dengan wanita. Saya menyadari bahwa bagaimanapun rupa seseorang, sepanjang ia memiliki uang, ia tidak akan kesulitan menemukan wanita. Saya mengingat hal tersebut selama masa-masa “gembira” saya. Saya merasa seperti bermimpi. Saya tidak pernah memikirkan tindakan pengamanan kecuali menikmati hidup, berkencan dengan wanita dan merasa bergembira. Tetapi di dalam kabin selama masa istirahat, saya selalu merenungkan kembali kehidupan saya. Saya menyesal telah memboroskan begitu banyak uang untuk hura-hura, dan mestinya akan lebih baik jika uang itu ditabung untuk kedua orang tua saya. Begitulah saya menjalani kehidupan saya selama dua tahun. Salah satu kejadian yang tidak diduga dalam perjalanan saya adalah beberapa rekan kerja saya di kapal menunjukkan tanda-tanda dan gejala penyakit yang ditularkan secara seksual (PHS) sebagai akibat dari perilaku mereka. Yang menyedihkan adalah bahwa mereka tidak memberitahu pejabat kapal tentang keadaan mereka dan mencoba untuk mengobatinya sendiri. Tidak ada pejabat medis di atas kapal kami, kecuali jika kapal tersebut adalah kapal penumpang. Obat-obatan biasanya tidak diresepkan, tetapi dikeluarkan oleh pejabat kelautan pedagang, pejabat tertinggi kedua di kapal tersebut.
15
Beberapa pelaut pedagang hanya akan bercerita tentang sakit mereka jika mereka tidak dapat menahannya lagi atau bila kapal mereka ada di dekat dok, dimana konsultasi medis dapat diakses. Satu kasus yang saya ingat adalah seorang rekan Overseas Foreign Worker (OFW) yang tidak lagi mampu berjalan karena sakit di kemaluannya. Saya tahu pasti bahwa pelaut pedagang kekurangan informasi tentang PHS dan komplikasinya yang terkait. Kami memerlukan informasi agar kami dapat bertanggungjawab, sehingga kami mengetahui fakta-fakta untuk melindungi kami sendiri. Salah satu waktu yang paling membahagiakan bagi para pelaut pedagang adalah masa sebelum akhir sebuah kontrak. Kami bertekad pulang kepada keluarga. Tetapi kepulangan adalah hal yang sulit bagi para pekerja migran pula, karena kami harus mempersiapkan cerita tentang kami selama di laut dan kadang – kadang berita dari kampung halaman dapat membuat kita merasa lebih tertekan. Meskipun berkumpul kembali bersama keluarga, kadang-kadang saya pun merasa kesepian dan merenungkan masa-masa dimana saya bersenang-senang dengan banyak wanita di pelabuhan-pelabuhan. Saya bertanya-tanya kapan saya mendapat giliran tertular. Saya masih merasa bahwa saya tidak tahu bagaimana akan menjalani hidup saya ini dan bahwa saya tidak memiliki cukup pengetahuan tentang PHS. Ada saat-saat dimana saya menjadi ketakutan karena saya membaca berbagai majalah di atas kapal dan mendengar tentang PHS dan AIDS. Pada kontrak ketiga, saya memutuskan untuk membatasi perilaku seksual saya dan menahan diri dari kegiatan seksual berisiko. Saya berharap hal ini akan menenangkan pikiran saya. Meskipun demikian, pada kontrak keempat saya, saya tidak dapat meninggalkan negara tersebut karena tidak saja saya didiagnosis terjangkit PHS tapi juga HIV. Saya merasa bahwa saya tertular selama masa kontrak ketiga saya. Pengalaman mengetahui hal ini adalah sangat traumatis bagi saya. Tidak seorangpun di klinik medis mengatakan langsung kepada saya tentang hasil tes HIV saya. Saya diminta untuk kembali beberapa kali ke klinik, sementara mereka menjelaskan kepada saya bahwa saya memiliki kadar gula darah yang tinggi. Saya menjadi sangat was-was, karena hal ini menyebabkan banyak penundaan dalam persiapan surat-surat saya. Saat itulah majikan saya menyampaikan bahwa saya terkena HIV. Mimpi buruk saya menjadi kenyataan. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan atau kemana harus pergi. Saya bertanya pada diri sendiri mengapa hal ini terjadi pada diri saya, seakan-akan seluruh dunia menghukum saya. Sangat sulit untuk menerima kenyataan yang terjadi. Saya merupakan pencari nafkah dalam keluarga saya. Saya tidak tahu apa yang harus dilakukan, kemana harus meminta pertolongan atau siapa yang harus didekati. Saya menghadapi masalah ini dengan cara saya sendiri sebelum saya bertemu dengan orang-orang lain yang juga positif HIV. Orang-orang pertama yang saya beritahu tentang status saya adalah orangtua saya, dan ternyata mereka mau mengerti tentang hal ini. Saya sangat gembira saat itu. Dengan usaha saya sendiri, saya bertemu dengan orang-orang positif HIV lainnya. Saya menyadari bahwa mereka tetap bahagia meski memiliki kondisi seperti itu. Mereka tetap produktif dan dengan mengingat hal ini saya melanjutkan kehidupan yang normal. Mimpi saya tidak sepenuhnya menjadi nyata. Meski demikian, sedikitnya mimpi saya berkeliling dunia menjadi kenyataan. Menjadi positif HIV sangat sulit bagi saya. Saya berusia 28 tahun dan pencari nafkah bagi keluarga saya. Keluarga saya dan saya tahu bahwa saya harus menghadapi stigma dan diskriminasi yang terkait HIV/AIDS. Orang-orang positif HIV ingin terus bekerja, kami ingin menyumbang bagi ekonomi, tetapi dengan tidak dapat diaksesnya pelayanan kesehatan berarti bahwa banyak dari kami tidak dapat menerima pengobatan yang “MEMADAI” dan “PADA
16
WAKTUNYA” terhadap kemunculan infeksi yang dapat memperpendek waktu produktif kita. Kadang-kadang kita tidak mendapatkan pengobatan ataupun pemantauan kesehatan yang teratur saat infeksi muncul. Saat ini, saya bekerja dengan sebuah kelompok individu positif HIV yang dikenal dengan nama Pinoy Plus Association sebagai Officer-in-Charge. Pinoy Plus adalah satu-satunya organisasi PWHA di Filipina dan melalui biro ini saya belajar banyak tentang cara menjalankan sebuah organisasi. Saya bertemu orang-orang yang tidak hanya berstatus sama dengan saya, tapi juga orang-orang lain yang terkena HIV/AIDS dan telah belajar untuk hidup lebih produktif. Melalui biro ini pulalah, saya mengenal Remedios AIDS Foundation, yang saat ini adalah majikan saya. Saya memilih untuk bekerja dengan biro-biro ini untuk melanjutkan pekerjaan pembelaan, untuk mencegah epidemi HIV/AIDS di negara saya. Saya masih tetap ingin produktif. Mimpi saya untuk berkeliling dunia menjadi kenyataan ketika saya masih muda. Sekarang, kadang – kadang saya masih memiliki kesempatan untuk melakukan perjalanan untuk menghadiri konferensi AIDS. Saya terus bermimpi, saya memiliki kesempatan untuk membangun sebuah keluarga untuk diri saya sendiri. Saya menjalani kehidupan pernikahan yang membahagiakan bersama istri saya dan kami memiliki seorang anak. Saya mampu membeli sendiri sebuah rumah kecil bagi keluarga saya yang sangat saya cintai. Ada satu pesan yang ingin saya sampaikan kepada para pekerja migran rekan saya: “Menjadi seorang pekerja migran adalah sebuah kesempatan besar untuk memiliki masa depan yang baik bagi kita dan keluarga kita. Kita harus mengakui bahwa kita rentan dan akan menghadapi banyak risiko sementara kita jauh dari kekasih kita, jauh dari sistem pendukung kita. Saya berharap bahwa kita masing-masing akan lebih hati-hati dan bertanggungjawab atas tindakan kita dan saya berharap bahwa orang lain akan belajar dari pengalaman-pengalaman saya.”
3. Modul HIV/AIDS dalam Seminar Orientasi Pra-Pekerjaan Pre-Employment Orientation Seminar (PEOS) Ms. Eloisa Borreo, Sekretaris Proyek-proyek Khusus, Young Men’s Christian Association Filipina Banyak peserta yang terkejut bahwa YMCA merupakan bagian dari Lokakarya Regional penting ini. Banyak yang bahkan lebih terkejut mengetahui seorang wanita bekerja di YMCA dan bukan YWCA. Mungkin reaksi awal ini timbul tidak hanya dari citra YMCA sebagai sebuah organisasi yang didominasi pria, tapi juga dari program-program yang diikutinya, seperti pemberdayaan wanita dalam masyarakat dan dengan para migran; pencarian paradigma pembangunan alternatif, memperkuat masyarakat sipil; mengorganisasi sektor-sektor terpinggirkan dan aksi pemuda. YMCA secara tradisional dikenal akan pelayanan losmen, pendidikan fisik, program rekreasi dan program kepemimpinan pemuda melalui kemah-kemah kerja di masa lalu. a) Bagaimana YMCA terlibat dengan PEOS Sebagai suatu dasar Gerakan Ekumenis Kristen, YMCA mendapatkan mandat bagi program migrannya dari misi Kristennya. Kenyataannya, sebuah Lokakarya YMCA Dunia tentang “Pekerja Migran dan Hak Asasi Manusia” diadakan pada tahun 1988. Sembilan tahun kemudian, diselenggarakan lokakarya lain tentang ‘Konsultasi dan Pertemuan Persiapan untuk Aksi bagi Masalah Para Pekerja Migran’ di antara YMCA-YMCA di Asia dan Pasifik di Osaka, Jepang
17
pada bulan September 1997. Lokakarya ni diadakan untuk merumuskan garis pedoman dan sebuah kerangka kerja untuk aksi pada YMCA regional, nasional dan lokal. YMCA Filipina, yang menyadari bahwa Filipina merupakan pengekspor tenaga kerja utama di wilayah tersebut, dengan serius menyambut tantangan tersebut dan menciptakan Pusat Koordinasi Sumber Daya/Pelayanan bagi Para Pekerja Migran. Semula lembaga ini memberikan penyuluhan bagi para pekerja asing luar negeri yang tertekan, kemudian kembali serta korban rekruitmen ilegal serta ketidakberesan lainnya. Ada juga kasus-kasus yang membutuhkan bantuan hukum dan rujukan untuk klaim keuangan, tetapi dampak kerjanya masih terbatas dan bersifat reaktif. Program migran internasional yang pertama diadakan di Tainan, Taiwan dalam kemitraan bersama YMCA di sana. Seorang penyuluh orang Filipina ditugaskan untuk bekerja dengan sekitar 400 pekerja orang Filipina di sana selama satu tahun. Tetapi, tetap ada batasan-batasan dan program tersebut lebih bersifat reaktif daripada proaktif. Dari beberapa pekerja asing luar negeri dipelajari bahwa beberapa masalah terjadi akibat ketidaktahuan dan kurangnya informasi tentang risiko dan manfaat bekerja di luar negeri. Menanggapi situasi ini, YMCA memutuskan untuk mengikuti pendidikan dan kampanye informasi melalui PEOS. Dengan bantuan dari organisasi mitra pemerintah dan non-pemerintah dan YMCA lokal, serangkaian pelatihan PEOS bagi penyedia informasi dan diskusi yang terkait diselenggarakan. Menghadapi pengangguran yang berkembang akibat kesempatan kerja yang menyusut di negara sendiri, bekerja di luar negeri menjadi pilihan yang populer di antara para pencari kerja di Filipina. Untuk melengkapi Seminar Orientasi Pra-Keberangkatan (PDOS), YMCA dengan serius menerima tantangan untuk membuat PEOS informal sebagai suatu bagian penting dari sebuah strategi dua cabang, yang dilaksanakan oleh Philippine Overseas Employment Administration (POEA) sebagai program pendidikan utama bagi pekerja migran. PDOS bersifat wajib. b) Garis besar rangkuman modul PEOS Sebuah kuesioner pertama-tama disebarkan kepada para peserta pada permulaan Modul HIV/AIDS dan Migrasi dari PEOS. Para peserta diperintahkan untuk membaca kuesioner tersebut dengan seksama dan menjawab setiap pertanyaan dengan jujur. Latihan ini mencakup tujuan pembelajaran, isu-isu mobilitas dan poin-poin untuk dipertimbangkan. Sesudah para peserta melengkapi kuesioner tersebut, dibahas alasan mengapa OFW rentan terhadap STI dan HIV/AIDS, dan kemungkinan situasi berisiko akibat pola perilaku. Jenis-jenis pekerjaan yang membuat pekerja asing luar negeri rentan meliputi: x Pembantu rumah tangga x Penghibur pria dan wanita x Pekerja seks x Pelaut x Buruh pabrik Fasilitator kemudian mengajak para peserta dalam sebuah latihan yang dimaksudkan untuk menginformasikan kepada mereka tentang cara penularan melalui mitra seksual. Modul tersebut meliputi statistik HIV terbaru, definisi istilah-istilah dan memeriksa apakah pengetahuan umum dalam masyarakat merupakan fakta atau mitos. Tindakan pencegahan dibahas
18
bersama dengan ‘siklus kerentanan’, termasuk pra-keberangkatan, pasca-kedatangan dan isu-isu pekerja yang kembali. Informasi tentang ‘hidup bersama AIDS’ , penunjukkan, organisasi jaringan HIV/AIDS dan hak-hak para pekerja migran juga diberikan kepada para peserta. Program tersebut membutuhkan masukan berikut agar tercapai implementasi yang efektif: x Kebijakan untuk memperkuat PEOS; x Strategi untuk melakukan seminar-seminar di sekolah-sekolah dan masyarakat, termasuk pembentukan jaringan dan kemitraan dengan Departemen Pendidikan, Budaya dan Olahraga (Department of Education, Culture and Sports) (DECS), dan melalui program radio (dimulai tahun 1999 pada DZRB 738 kHz, “OFWs Pag-Usapan Natin” sebuah “PEOS di Udara” akan diluncurkan pada DZRM 1278 kHz, pada setiap hari Rabu mulai pukul 7-8 malam); dan x Pengawasan, pemantauan dan evaluasi PEOS dengan tindak lanjut langsung dan refleksi kritis.
4.
Isu-isu Pra-keberangkatan Mr. Ricardo Casco, Direktur, Philippine Overseas Employment Administration (POEA)
Mandat POEA adalah sebuah biro lini di bawah Departemen Tenaga Kerja dan Pekerjaan yang menjadi ujung tombak dalam pengelolaan Program Pekerjaan Luar Negeri negara tersebut. POEA diciptakan tahun 1982 sesuai dengan Keputusan Publik 797. Misi dan visi POEA adalah untuk memastikan pekerjaan yang layak dan produktif bagi para Pekerja Filipina di Luar Negeri dan menjadi sebuah penasehat yang peka budaya, berpusat pada pelanggan dan berorientasi bisnis untuk kesejahteraan pekerja Filipina di luar negeri. POEA akan secara aktif mendukung penciptaan pekerjaan melalui badan-badan rekruitmen berlisensi berdasarkan pengaturan pemerintah-ke-pemerintah. POEA akan memfasilitasi, mendorong dan memelihara pekerjaan para Pekerja Filipina Luar Negeri. Fungsi Pre-Employment Services Office (PSO) ditugaskan mengakreditasi biro-biro rekruitmen prinsipal, verifikasi dan persetujuan perintah kerja, pemrosesan kontrak, penerbitan sertifikat pekerjaan luar negeri (overseas employment certificates) (OEC), pengembangan standar pekerjaan serta melakukan penelitian pasar dan kegiatan promosi. Licensing and Regulation Office (LRO) mengevaluasi dan merekomendasikan penerbitan surat izin kepada pelamar swasta, memantau kinerja biro-biro bersurat izin dan merekomendasikan pembaruan surat izin. Kantor ini membantu para korban rekruitmen ilegal dan pada saat yang sama melakukan pengawasan atas para perekrut ilegal yang dicurigai. Kantor ini juga membantu dalam penuntutan kasus di pengadilan dan memberikan pelayanan bantuan bandar udara kepada para pekerja sebelum embarkasi. Adjudication Office (AO) menangani keputusan pengadilan akibat pelanggaran peraturan rekruitmen dan kasus-kasus disipliner, melakukan penelitian hukum dalam bantuan kebijakan, serta mengoperasikan sebuah sistem “daftar pengawasan” yang tidak hanya diperuntukkan bagi para pekerja kontrak yang menghadapi tuntutan dan keluhan yang timbul dari pelanggaran ketentuan pekerjaan, tetapi juga para majikan dan prinsipal asing yang bersalah.
19
Welfare and Employment Office (WEO) memberikan pelayanan bantuan kesejahteraan kepada para pekerja kontrak dan keluarganya, memelihara sebuah catatan tenaga kerja serta memfasilitasi kebutuhan pemerintah asing akan pekerja dan para majikan lain yang ingin bernegosiasi dengan badan penempatan pemerintah. Kantor ini mengevaluasi dan memproses dokumen pekerjaan bagi para pekerja yang memperoleh pekerjaan tanpa bantuan biro berlisensi apapun. Kantor ini mengadakan Pre-Employment Orientation Seminars (PEOS), sebuah orientasi yang diberikan kepada para pelamar yang prospektif untuk bekerja di luar negeri, dan juga mengadakan PreDeparture Orientation Seminars (PDOS).
20
Pre-Departure Orientation Seminar (PDOS) PDOS adalah sebuah kegiatan wajib bagi seluruh pekerja Filipina yang berangkat untuk bekerja di luar negeri. Seminar ini adalah bagian dari keseluruhan prosedur rekruitmen dan dokumentasi yang perlu dijalani para pekerja sebelum berangkat. PDOS diadakan untuk memastikan bahwa para pekerja yang berangkat telah dipersiapkan secara memadai tentang kenyataan pekerjaan luar negeri. Seminar ini adalah sebuah sistem terakreditasi yang memenuhi standar minimum untuk memastikan bahwa para klien pelayanan tersebut memperoleh informasi yang konsisten dan komprehensif. Seminar ini memberikan informasi tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban para pekerja, mekanisme penanganan diri sendiri, lembaga dan informasi lain yang perlu untuk mencegah terjadinya masalah kesejahteraan serta memfasilitasi proses penyesuaian bagi para pekerja di tempat-tempat kerja asing mereka. PDOS diadakan oleh sejumlah badan termasuk Philippines Overseas Employment Agency, organisasi non-pemerintahan, asosiasi rekruitmen industri, dan biro-biro rekruitmen bersurat izin. Seminar-seminar tersebut terdiri atas tiga modul yang meliputi kenyataan dan mekanisme penanganan, pelayanan dan manfaat yang tersedia bagi pekerja luar negeri dan keluarganya, serta informasi umum tentang prosedur bandar udara, tips perjalanan, HIV/AIDS, PHS dan penularannya.
5.
Perlengkapan bertahan hidup para pekerja
Ms. Sinag de Leon, Women’s Media Circle, Foundation, Inc., menyajikan latar belakang Perlengkapan Bertahan hidup (Survival Kit). Perlengkapan tersebut dirancang untuk mengingatkan para pekerja asing tentang alasan bekerja di luar negeri, dan khususnya, tujuan menabung demi masa depan keluarga. OFW yang terinfeksi HIV mencakup tiga kategori pekerjaan sebagai berikut: pelaut (20%), pembantu rumah tangga (20%), dan para profesional medis (8,5%), selain para penghibur dan kategori tenaga kerja yang lainnya. Kaum pria terdiri dari 74% dari ketiga pekerjaan di atas, sedangkan 26% sisanya adalah kaum wanita. Di antara mereka, 40%-nya telah menularkan HIV kepada pasangannya. Sekitar 300.000 orang Filipina setiap tahun bekerja atau pindah ke luar negeri. Mereka dapat menjadi rentan terhadap PHS/HIV/AIDS karena situasi dan perilaku yang berisiko. Untuk melengkapi pengetahuan yang dapat R.A. 8504 § 1, Bag. 7 melindungi mereka dari virus, pemerintah Filipina telah menjalankan Undang-undang “Negara harus memastikan bahwa seluruh Republik no.8504, Pasal 1, Bagian 7. Pekerja Filipina dan para diplomat, militer, pejabat pedagang dan buruh dan para personel Beberapa biro dan organisasi masyarakat yang ditugaskan di luar negeri harus menjalani menyediakan informasi HIV/AIDS untuk Preatau menghadiri sebuah seminar mengenai Departure Orientation Seminars (PDOS). sebab, pencegahan dan akibat dari HIV/AIDS Meski demikian, konsultasi bersama antara sebelum sertifikasi penugasan luar negeri.” Departemen Kesehatan, Perwakilan Philippine National AIDS Council (PNAC) dan Satuan Tugas Penduduk Berpindah dan HIV/AIDS menyarankan adanya kebutuhan untuk mengembangkan material bagi “perlengkapan bertahan hidup” yang dapat mendukung PDOS. Departemen Kesehatan telah mengambil prakarsa untuk membuat material yang sensitif terhadap jenis kelamin, akurat dan prototipe HIV/AIDS yang
21
layak secara budaya, khususnya Survival Kit tentang HIV/AIDS bagi tiga audiens sasaran: pekerja Filipina di luar negrei yang bekerja di laut, di darat dan para seniman wanita yang tampil di luar negeri. Ada video berdurasi 11 menit tentang “Pabaon Sa Pag-Alis Mo. Apa yang Anda Bawa/Ambil pada Perjalanan Anda,” untuk OFW dan keluarganya, sebagai tambahan untuk menguntungkan biro-biro pemerintahan dan organisasi-organisasi yang memberikan PDOS dan masyarakat umum. Survival Kit meliputi pamflet untuk tiga audiens sasaran, sebuah surat untuk keluarga, informasi dasar tentang STI & HIV/AIDS, cara-cara penularan dan pencegahan, mitos dan fakta penggunaan kondom, seks yang aman dan HIV/AIDS, sebuah Kuis HIV/AIDS, serta sebuah daftar STI. Paket Survival Kit meliputi sebuah kaset audio dengan lagu untuk para pekerja asing luar negeri yang berjudul “Alon” (“Ombak”), lembaran lirik dan paduan nada. Ada ruang untuk tempat paspor, kondom, kartu kredit, kartu telepon, foto-foto dan benda pribadi lainnya. Survival Kit adalah sebuah acuan yang serbaguna dan siap mengenai HIV/AIDS & PHS. Perlengkapan ini memberikan pengingat yang baik kepada OFW agar menjaga diri dan merawat kesehatannya. Mereka harus pulang kembali ke rumah dengan sehat.
6.
Program reintegrasi
Tn. Bienvenido A. Molina, Jr., Pusat Migran Asia, dan Nn. Rosario Canete, UNLADKABAYAN, menyajikan contoh-contoh reintegrasi pekerja yang kembali. Reintegrasi pekerja yang kembali adalah lawan dari proses migrasi keluar tenaga kerja. Reintegrasi menunjukkan sebuah aksi Para Pekerja Migran memasuki kembali negara asal atau masyarakatnya dan berkumpul kembali bersama keluarganya. Jika kemiskinan adalah penyebab utama migrasi keluar tenaga kerja, penting juga untuk memastikan bahwa saat reintegrasi tenaga kerja bisa bertahan secara ekonomis dengan mengangkat sebuah proses reintegrasi ekonomi. Reintegrasi ekonomi adalah sebuah proses yang memfasilitasi pemanfaatan pendapatan para migran dan keluarga mereka serta sumber daya manusia untuk mengembangkan masyarakat migran dan Kerangka Kerja Pusat Migran Asia ekonomi lokal. Program Reintegrasi Orang-orang seringkali pulang dalam keadaan yang sulit, misalnya melalui Biaya sosial sebuah kebijakan deportasi massa dari negara-negara penerima, potongan upah, perubahan dalam keamanan pekerjaan, Kebijakan dan perubahan dalam uraian pekerjaan, dan Potensi kondisi ekonomi ekonomi masalah-masalah tempat tinggal. Maka negara penerima para migran biaya sosial, psikososial dan kesehatan dikeluarkan dalam keluarga dan masyarakat dalam kondisi sedemikian rupa bagi pekerja yang kembali. Proses reintegrasi memfasilitasi pengorganisasian keuntungan Ketidakmampuan para tersebut (dan kekurangannya) mengenai migran untuk menabung pekerjaan di luar negeri melalui penciptaan dan berinvestasi kesadaran dan visi yang sama di antara para migran dan keluarga mereka atas kebutuhan untuk persiapan psikososial dan ekonomi bagi kepulangan akhir para migran.7
7
Dari Konferensi Nasional Pertama tentang Reintegrasi-Filipina
22
7.
Berbagai respon Singapura
Elaine Loh, Dewan Promosi Kesehatan, memberikan tanggapan kepada para migran asing oleh pemerintah Singapura. Di antara total penduduk 4 juta orang, sekitar 700.000 orang asing bekerja dalam pekerjaan bidang konstruksi, pabrikasi dan sektor domestik. Dewan Promosi Kesehatan Singapura menghasilkan tiga perlengkapan informasi yang berhubungan dengan pembantu dan pekerjaan mereka. Ini adalah buku-buku kecil mengenai: 1. Mempekerjakan pembantu rumah tangga asing 2. Penuntun bermanfaat untuk para pekerja domestik asing 3. Penuntun budaya Kementrian Tenaga Kerja mengatur pekerjaan dari pekerja asing. Sebuah lamaran izin kerja diperlukan untuk yang berpenghasilan kurang dari S$2,500 per bulan, sedangkan aplikasi untuk sebuah employment pass diperlukan bagi mereka yang berpenghasilan lebih besar dari S$2,500 per bulan. Penyaringan medis diperlukan saat permulaan dan saat pekerjaan berjalan bagi para pekerja asing. Pemegang izin kerja akan menjalani sebuah pemeriksaan medis pra-pekerjaan dan pemeriksaan medis dua tahunan. Para pemegang kartu pekerjaan juga memerlukan pemeriksaan pra-pekerjaan dan pemeriksaan medis yang lebih jauh ketika memperbarui kartu. Tes penyaringan pra-pekerjaan meliputi sinar-X dada, pengujian antibodi HIV dan tes kehamilan untuk para wanita. Tes untuk pemeriksaan dua tahunan bervariasi. Para pekerja asing diminta untuk menjalani tes antibodi HIV setiap dua puluh empat bulan. Mereka yang ditemukan positif HIV langsung dipulangkan. Program pendidikan kesehatan tentang AIDS meliputi sebuah video, pamflet dan strip komik.
8.
Buku pegangan tentang pelayanan di Hong Kong
Tn. William Tsui, Biro Dalam Negeri Hong Kong, menyajikan buku petunjuk, “Your Guide to Services in Hong Kong”. Yang dikompilasi oleh Home Affairs Bureau (HAB) dengan bantuan dari organisasi masyarakat yang relevan. Buku petunjuk tersebut adalah bagian dari program berkesinambungan pemerintah Hong Kong untuk mempromosikan kesempatan yang sama bagi semua orang dari berbagai latar belakang etnis. Pada bulan Desember 1998, HAB menerbitkan buku petunjuk pelayanan ini dengan tujuan membantu para pekerja migran bermukim dalam masyarakat tersebut. Tidak mudah untuk meninggalkan orang - orang yang dicintai untuk bekerja di sebuah kota yang baru di antara orang-orang yang kehidupan, budaya dan bahasanya berbeda. Mereka memerlukan waktu untuk dapat menetap di lingkungan dan pekerjaan yang baru. Buku petunjuk tersebut bertujuan untuk memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang seringkali dilontarkan oleh para pendatang baru dan para pekerja migran lainnya, misalnya “bagaimana saya bepergian di Hong Kong,” atau “bagaimana cara saya mengirimkan uang ke kampung halaman,” atau, “dimana saya dapat menyekolahkan anak-anak saya ketika berada di Hong Kong”. Informasi di dalam buku petunjuk dapat membantu proses penyesuaian lebih mudah saat menjalalani kehidupan di Hong Kong.
23
Agar buku petunjuk berguna, seluruh informasi faktual di dalamnya harus diperbarui secara ekstensif, dan agar sesuai, beberapa teks telah direvisi menjadi lebih mudah digunakan. Sebagai contoh, sebuah bab tentang struktur pemerintahan telah ditambahkan dan sebuah salinan kontrak pekerjaan standar bagi para pembantu rumah tangga asing telah disertakan. Sejak edisi pertama buku petunjuk pelayanan bagi para pekerja migran diterbitkan pada bulan Desember 1998, banyak komentar yang membangun dan saran-saran yang berharga dari para pembaca maupun kelompok pendukung tentang cara-cara meningkatkan kualitas buku untuk edisi yang baru. Edisi yang pertama, yang merupakan versi bahasa Inggris, juga digunakan sebagai cetakan bagi edisi baru versi non-Inggris. Buku petunjuk tersebut kini tersedia dalam enam bahasa: Inggris, Hindi, Indonesia, Nepal, Tagalog dan Thai. Versi bahasa Singh dan Urdu sedang dalam persiapan. Tn. William Tsui menekankan bahwa HAB berterimakasih kepada banyak orang dan organisasi yang telah memberikan sumbangan dalam proses pembaruan tersebut. Tetapi, ucapan terima kasih yang khusus diberikan kepada Pusat Migran Asia, yang berkat dukungannya yang terus menerus telah membuat penerbitan seri ini terjadi. Buku ini juga akan disertakan sebagai informasi pelengkap untuk disalurkan kepada pendatang non-Cina baru di Bandar Udara Internasional Hong Kong.
9.
Manual migran generik
Nn. Aegile Fernandez, CARAM, Malaysia dan Nn. Malu Marin, ACHIEVE, menyajikan rancangan manual migran. Tujuannya adalah untuk memberdayakan Para Pekerja Migran dan masyarakatnya melalui promosi dan perlindungan hak-hak mereka dan pembuatan lingkungan yang memungkinkan pada seluruh tahapan migrasi untuk mengurangi kerentanan HIV. Tujuannya adalah: x Produksi informasi tentang status kesehatan dan kelemahan para pekerja migran akan HIV/AIDS. x Pembangunan landasan atau campur tangan berbasis masyarakat untuk mendidik dan memberdayakan para migran dan masyarakatnya dalam menahan dan memerangi HIV/AIDS; x Memperkuat pembelaan, khususnya pembangunan kebijaksanaan guna memastikan sebuah lingkungan yang memungkinkan bagi para pekerja migran dan untuk mempromosikan serta melindungi hak-hak migran agar dapat mengurangi kerentanan HIV; dan, x Inisiasi dan pembangunan model-model penelitian aksi dimana pengumpulan data dilakukan oleh para migran agar pembelaan efektif, untuk merealisasikan perubahan pada beragam tingkat. Manual Generik adalah sebuah output dari “Pertemuan Tingkat Tinggi Regional tentang Pra Keberangkatan, Pasca kedatangan dan Program Reintegrasi bagi para pekerja migran, yang diadakan dalam bulan September 2000 di Genting Highlands, Malaysia, yang diorganisasi secara bersama oleh CARAM-Asia dan UNDP-SEAHIV dengan dukungan dari Yayasan Hak Asasi Manusia Kanada dan IOM. Manual tersebut berupa sebuah gambaran tentang isu-isu yang berhubungan dengan migrasi dan HIF/AIDS, seperti proses migran, kerentanan yang dihadapi
24
selama siklus migrasi dari pra-keberangkatan, pasca kedatangan dan reintegrasi, kebijakan imigrasi, para pemberi pengaruh dan para mitranya, serta aksi dan strategi yang memungkinkan. Ini dimaksudkan untuk menyediakan suatu kerangka kerja bagi para mitra nasional untuk meninjau dan mengadaptasi rencana-rencana strategis nasional dan aktivitas serta kerjasama antar wilayah, dan ini memberikan indikator pemantauan generik. Hampir 100 peserta dari pemerintah, LSM-LSM, biro-biro internasional, para pekerja migran dan biro-biro rekruitmen di Asia menghadiri Pertemuan Tingkat Tinggi Regional tersebut. Manual generik adalah sebuah penelitian berbasis hak asasi, peka gender dan penelitian yang komprehensif tentang para pekerja migran.
25
10.
CARAM
Vrije Universiteit, Bagian Perawatan Kesehatan dan Budaya, Fakultas Kedokteran, menyajikan CARAM, sebuah organisasi yang bergantung pada mitra-mitra regionalnya sebagi input. Mitramitranya meliputi Shisuk, Bangladesh; CARAM, Kamboja; Peace Trust, India; Solidaritas Perempuan, Indonesia; Tenaganita, Malaysia; Institut Studi Pembangunan Nepal, para Pengacara Hak Asasi Manusia dan Bantuan Hukum, Pakistan; ACHIEVE (Action for Health Initiatives) Inc., Filipina; Pusat Pelayanan Migran (Migrant Assistance Programme) (MAP), Thailand; dan Penelitian Mobilitas dan Pusat Pendukung, Viet Nam. Ada lima program dalam wilayah Asia yaitu: program 7 Bersaudara tentang masyarakat pinggiran, Program Pelatihan Atase Tenaga Kerja, Timur Tengah (AOHR), ICAAP-Kongres Dunia yang mengarah ke program berbasis masyarakat, dan Pertemuan Regional 2000 yang mengarah pada Pertemuan Tingkat Tinggi FDW di bulan Agustus 2001, yang akan digunakan oleh Manual Generik dan dimitrakan oleh Pelapor Khusus PBB tentang Hak Asasi Manusia, ILO dan IOM.
IV. RANGKUMAN KUNJUNGAN LAPANGAN Konsultasi tersebut meliputi tiga kelompok kunjungan lapangan bagi para delegasi untuk mengamati program pra-keberangkatan. Philippines Overseas Employment Agency mengkoordinasi kunjungan lapangan dengan petunjuk singkat, garis pedoman untuk pengamatan, jadwal dan pengelompokkan. Ketiga kelompok tersebut mengunjungi 1) Fairview Shipping Agency Corporation, 2) Overseas Placement Association Filipina (OPAP), 3) Kemajuan Kesadaran Para Pekerja Tentang Pekerjaan Workers’ Awareness Regarding Employment (AWARE) dan 4) PDOS dari PEOS (Pengelompokkan para peserta ada di dalam Lampiran III). Tujuan kunjungan lapangan adalah untuk mengidentifikasi dan menggerakkan kemitraan bersama sektor-sektor lain untuk orientasi pra-keberangkatan. Para mitra yang potensial termasuk diantaranya biro-biro rekruitmen, badan sektor swasta dan asosiasi-asosiasi. Khususnya, para pekerja migran yang telah kembali dan terinfeksi HIV, dengan pengalaman pekerjaan luar negeri yang berbeda-beda merupakan sumber daya instrumental bagi pekerja migran potensial yang berbeda tipe. Pendekatan dan isi orientasi pra-keberangkatan mungkin perlu mengadaptasi kebutuhan dari setiap jenis pekerja migran agar efektif. Sebagai contoh, kurikulum pelatihan UNDP-SEAHIV/UNESCAP/UNAIDS/CIDA untuk para pelaut dapat digunakan secara spesifik bagi sebagian besar pekerja asing luar negeri yang bekerja di laut. PEOS, PDOS dan pasca kedatangan harus melengkapi dan saling menambahkan. Dalam hal orientasi pra keberangkatan, perlu dipertimbangkan untuk menyatukan program-program ke dalam sebuah kurikulum pelatihan keterampilan. Kesempatan untuk program pasca kedatangan harus diidentifikasi dan penggunaan program yang ada harus dimaksimalkan. Adalah tanggungjawab negara pengirim dan penerima untuk mendukung dan mengimplementasikan program pasca kedatangan. Pelatihan bagi pelatih harus dipastikan mampu mengembangkan kompetensi para pelatih supaya dapat secara efektif mengimplementasikan program tersebut dengan mengamati garis pedoman berikut: penggunaan istilah-istilah yang dapat diterima secara politis, budaya dan ilmiah, penggunaan metode-metode yang partisipatif dan interaktif, penggunaan statistik yang sesuai, serta penggunaan alat bantu visual yang berbeda.
26
1.
Philippine Overseas Employment Administration (POEA)
a) Modul HIV/AIDS dalam Pre-Departure Orientation Seminar (PDOS) Seminar Orientasi Pra-Keberangkatan (PDOS) adalah sebuah program kesejahteraan dan pemberdayaan yang akan diberikan kepada para pekerja asing luar negeri untuk menginformasikan mereka akan hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi kesulitan hidup dan pekerjaan di luar negeri. Seperti diatur dalam peraturan dan perundang-undangan POEA, setiap pekerja yang berangkat ke luar negeri sebagai tenaga kerja baru harus menjalani Orientasi Pra-Keberangkatan. Karena sifat wajib dari PDOS, seminar ini merupakan orientasi paling komprehensif bagi para pekerja asing luar negeri. Jadi, seorang pekerja yang telah direkrut dan dipilih serta telah memperoleh pekerjaan dan dokumen perjalanan, secepatnya dikirimkan oleh biro/badan pengirim untuk PDOS dan ia hanya dapat meminta POEA memproses dokumennya hanya pada saat kehadiran dengan penunjukkan sebuah sertifikat PDOS. Seorang OFW yang mengikuti PDOS diterima dengan menunjukkan paspornya, lembar acuan yang telah ditandatangani dan sebuah salinan kontrak pekerjaan. Untuk menyediakan PDOS bagi hampir 2000 OFW setiap hari, POEA mengimplementasikan sebuah sistem akreditasi bagi para pelatih dan penyedia PDOS in-house bagi biro-biro dan organisasi-organisasi yang berkualifikasi. Akreditasi untuk pelatih PDOS mensyaratkan kehadiran dalam sebuah program pelatihan tiga hari dengan kurikulum, metodologi dan teknik PDOS. Untuk akreditasi program in-house, mensyaratkan penyerahan dokumen yang relevan, akreditasi pelatih PDOS serta ketersediaan tempat dan fasilitas seminar. Penyedia PDOS terakreditasi disyaratkan untuk memenuhi peraturan dan perundang-undangan POEA. Ini meliputi: telah melakukan minimum enam jam PDOS, memenuhi silabus standar yang disarankan POEA, persyaratan laporan, persyaratan tempat dan fasilitas, menghadiri pertemuan pembaruan dan sesi membangun kapabilitas lain yang diadakan oleh POEA serta menjalani pemantauan dan evaluasi yang periodik. POEA memberikan wewenang kepada badan-badan berikut untuk melakukan PDOS: 1. PDOS in-house POEA untuk para pekerja berbasis daratan diproses melalui Cabang Penempatan Pemerintah serta para pekerja berbasis daratan dan lautan diproses melalui unit penyewanya. 2. Organisasi non-pemerintahan yang terakreditasi Ini untuk para pekerja rumah tangga di dalam suatu program PDOS terpusat. Saat ini ada enam LSM dengan Nota Kesepahaman dengan POEA untuk mengadakan PDOS. Organisasi tersebut adalah Women in Development Foundation, National Greening Movement Foundation, KAIBIGAN, Centre for Overseas Workers, ZONTA Club, dan Advancement of Workers’ Awareness Regarding Employment, Inc. 3. Asosiasi industri rekruitmen Mereka mengadakan PDOS untuk para calon dari biro-biro anggota mereka yang tidak memiliki program PDOS in-house terakreditasi di bawah suatu perjanjian bersama, yang disetujui oleh POEA. Ada tiga asosiasi yakni: Philippine Association of Service Exporters, Inc.(PASEI), Overseas Placement Association of the Philippines (OPAP) dan Association of Service Contractors of the Philippines (ASCOP). 4. Biro-biro/badan-badan berlisensi dengan program PDOS in-house yang disetujui. Saat ini ada 395 biro dengan program in-house terakreditasi, 204 untuk para pekerja berbasis daratan dan 191 untuk para pekerja berbasis lautan.
27
b) Kurikulum PDOS Standar Apakah modul-modul yang dibahas dalam PDOS? a. Situasi nasional – memberikan sebuah pandangan tentang situasi tenaga kerja Filipina saat ini yang memusatkan pada para pekerja migran; b. Aturan disiplin – membahas kewajiban dan tanggungjawab OFW sewaktu bekerja di luar negeri termasuk tindakan-tindakan disiplin dari pemerintah Filipina dan negara tuan rumah; c. Pelayanan pemerintahan – memberikan sebuah mandat yang sah bagi biro-biro pemerintah untuk membantu, melindungi dan mempromosikan hak-hak, kepentingan dan kesejahteraan semua orang Filipina di luar negeri; d. Jenis kelamin dan pembangunan – menjelaskan peran pria dan wanita dalam masyarakat yang dipengaruhi oleh hukum, kebiasaan, tradisi, budaya, serta agama dari orang asing dan negara tuan rumah; e. Pengiriman uang – menjelaskan cara mengirimkan pendapatan mereka; f. Pencegahan HIV/AIDS/PHS dan obat-obat terlarang – menciptakan kesadaran akan HIV/AIDS/PHS dan obat-obat ilegal; dan g. Prosedur perjalanan – memberikan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana mengatur perjalanan mulai dari Filipina hingga kedatangan mereka di negara-negara tuan rumah. Seluruh penyedia PDOS terakreditasi disyaratkan untuk mengikuti sebuah kurikulum standar yang terdiri atas tiga modul berikut; masing-masing modul memerlukan waktu dua jam untuk dilaksanakan: Modul 1 Kenyataan dan penanganan x Klarifikasi nilai-nilai x Hak-hak, berdasarkan kontrak pekerjaan x Obligasi, berdasarkan aturan disiplin para pekerja asing luar negeri x Hukuman dan penalti atas pelanggaran disiplin x Informasi spesifik negara termasuk Yang Dapat Dilakukan dan Yang Tidak Dapat Dilakukan x Mekanisme penanganan x Tugas dan tanggungjawab Modul 2 Pelayanan dan manfaat bagi pekerja asing luar negeri dan keluarga x Pelayanan pemerintah x Pelayanan bantuan LSM x Pelayanan perbankan, prosedur pengiriman Modul 3 Topik-topik relevan lain x Prosedur bandar udara x Tips perjalanan x HIV/AIDS dan PHS x Program reintegrasi untuk para pekerja asing luar negeri
28
c) Komponen HIV/AIDS dari PDOS Sejak tahun 1993, berkoordinasi dengan Departemen Kesehatan, sebuah modul HIV/AIDS dimasukkan ke dalam kurikulum standar PDOS. Modul hanya berupa sebuah presentasi audio visual berdurasi 15 menit, yang membahas fakta-fakta dasar tentang HIV/AIDS dengan menggunakan sebuah pendekatan medis dan memberikan kesadaran dengan mengajukan pertanyaan saja. Dengan pengakuan kerentanan para pekerja migran terhadap HIV/AIDS, CHASPPAR, dan Philippine National AIDS Council memulai pembuatan Modul PDOS standar tentang HIV/AIDS dan Pendidikan Pencegahan STI yang digunakan dalam PDOS di tahun 2001. Modul standar ini merupakan hasil kerja sama dengan Departemen Tenaga Kerja dan Pekerjaan (Department of Labour and Employment) (DOLE) melalui POEA, Overseas Workers’ Welfare Administration (OWWA) dan Occupational Safety and Health Center (OSHC). Dengan modul yang baru, POEA mengeluarkan Catatan Edaran No.1, Seri 2002, yang menginstruksikan seluruh penyedia PDOS terakreditasi untuk menggunakan secara resmi modul HIV baru ini dalam PDOS mereka. Ini merupakan bagian dari Program Pelatihan Para pelatih PDOS yang disyaratkan untuk akreditasi, merupakan bagian dari pembaruan dan syarat pembangunan kapabilitas bagi mereka yang telah diakreditasi sebelumnya. Ada 134 pelatih yang sedang dilatih menggunakan modul baru ini. Modul tersebut menggunakan metodemetode penyampaian yang interaktif dan partisipatif, yang sesuai dengan kebutuhan informasi dari para pekerja asing luar negeri yang berhubungan dengan HIV/AIDS dan PHS. Tujuan utamanya adalah untuk membuat para pekerja menyadari bahwa ada kondisikondisi dan kenyataan tertentu saat bekerja di luar negeri yang dapat membuat seseorang rentan terhadap HIV/AIDS dan bahwa ia sendiri memiliki kemampuan untuk melindungi diri sendiri dari hal ini. Versi yang komprehensif memakan waktu 2 hingga 3 jam, tapi versi 40 menit yang singkat digunakan dalam PDOS karena keterbatasan waktu.
2.
Bagian 1 Kondisi dan kenyataan bekerja di luar negeri Apa yang harus dipersiapkan ketika bekerja di luar negeri Mengapa OFW rentan akan HIV/AIDS dan PHS Kategori pekerjaan yang rentan Bagian 2 Fakta-fakta dasar HIV/AIDS dan PHS Situasi HIV/AIDS Tentang HIV/AIDS/PHS Melindungi diri sendiri Bagian 3 Dampak HIV/AIDS Ekonomi Psikologi Sosial
Fairview Shipping Agency Corporation (FSAC) – sebuah biro rekruitmen
FSAC adalah sebuah perusahaan anak kapal dan dagang internasional yang berdiri tahun 1993. Perusahaan tersebut menyediakan awak untuk kapal-kapal pokok Norwegia, Jepang dan Taiwan yang dikelola oleh para profesional Ilmu Kelautan, Administrasi Bisnis dan Ilmu Sosial. Biro tersebut menawarkan pelatihan teknis antar disiplin tentang operasi kapal dan manajemen personel laut. Biro tersebut tunduk pada peraturan Standar Pelatihan Organisasi Kelautan Internasional International Maritime Organization (IMO) dan Certification & Watchkeeping (STCW). Program pengembangan sumber daya manusianya bertujuan membangun para pelaut FSAC menjadi orang Filipina terhormat, pria berkeluarga yang bertanggungjawab dan pelaut yang profesional.
29
3.
Overseas Placement Association of the Philippines (OPAP)
OPAP adalah sebuah perusahaan tanpa persediaan dan nirlaba yang terdaftar pada Securities and Exchange Commission (SEC) pada bulan Maret 1977 dan kini menjalani tahun ke-25 keberadaannya. Dari sebuah kelompok yang terdiri dari 19 biro rekruitmen sah yang belum berpengalaman pada tahun 1977, OPAP telah berkembang dengan lebih dari 400 anggota saat ini, dan menjadi mitra terbesar dan tertua dari pemerintah Filipina dalam mengekspor jutaan pekerja secara internasional. Selama dua dekade terakhir, OPAP telah mempromosikan pembangunan program pekerjaan luar negeri sebagai salah satu sarana pemulihaan ekonomi negara tersebut, telah berhasil menyiapkan semangat kepeloporan dari para anggota asalnya dan memperkuatnya sehingga akhirnya diikuti oleh keanggotaan saat ini. OPAP diberikan wewenang oleh Philippine Overseas Employment Administration untuk mengadakan Seminar Orientasi Pra-keberangkatan wajib kepada para calon dari para anggota yang akan pergi. Seminar-seminar PDOS meliputi topik tentang HIV/AIDS untuk meningkatkan kesadaran para pekerja, khususnya mereka di sektor hiburan. OPAP menyadari pentingnya pencegahan HIV dan memberikan Yayasan Aksi Positif Filipina, Inc. Positive Action Foundation Philippines, Inc. (PAFPI) sebuah kesempatan yang teratur dalam seminar tersebut. PDOS bertujuan untuk melindungi para pekerja luar negerinya, mempromosikan dan mengembangkan pasar tenaga kerja internasional, serta mengembangkan keterampilan bekerja dan pengalaman bagi pekerja luar negeri yang prospektif guna memastikan upah yang lebih tinggi bagi para pekerja Filipina di luar negeri. Tujuan akhirnya adalah untuk meningkatkan dan memprofesionalkan industri penempatan hasil kerja sama dengan pemerintah untuk mengeliminasi rekruitmen ilegal, pungutan ilegal, birokrasi dalam proses rekruitmen dan pada akhirnya untuk menempatkan negara dalam sebuah posisi bersaing yang komparatif dalam pasar tenaga kerja internasional.
4.
Advancement of Workers’ Awareness Regarding Employment (AWARE)
Menyadari pentingnya peran sektor swasta dalam pembangunan negara, pemerintah Filipina memberikan pengakuan setimpal kepada organisasi-organisasi non pemerintah yang mewakili sektor-sektor kemasyarakatan yang berbeda untuk menjalankan berbagai program demi pembangunan nasional. AWARE adalah sebuah organisasi non pemerintah tercatat yang didirikan untuk membantu, melindungi dan mempromosikan kesejahteraan para pekerja Filipina luar negeri, yang mewakili bagian terbesar dari angkatan kerja Filipina. AWARE didirikan untuk memperbaiki kelemahankelemahan dari biro-biro lain yang memberikan PDOS, meningkatkan keefektifan sesi orientasi, mempersiapkan para pekerja untuk pekerjaan yang produktif dan yang memberikan penghargaan, mempromosikan hubungan majikan-karyawan yang harmonis, menciptakan kesadaran tentang jenis kelamin, obat-obat ilegal, pencegahan HIV/AIDS serta meningkatkan penerimaan yang lebih luas dari program pekerjaan luar negeri Filipina.
30
V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil konsultasi meliputi 1) sebuah daftar rekomendasi untuk negara-negara anggota cluster BIMPS, Sekretariat ASEAN dan UNDP-SEAHIV, 2) sebuah rancangan Nota Kesepahaman tentang Pra-Keberangkatan, Pasca kedatangan dan Reintegrasi Orang yang kembali bagi para Pekerja Migran, dan 3) sebuah Program Aksi Gabungan. 1. Rekomendasi Para delegasi merekomendasikan hal berikut: Untuk negara-negara anggota cluster BIMPS: 1. Menyerahkan rancangan MOU tentang Pra-Keberangkatan, Pasca-kedatangan dan Reintegrasi Pekerja yang Kembali bagi para Pekerja Migran untuk negara-negara BIMPS kepada otoritas yang berkepentingan di dalam negaranya masing-masing, menginformasikan kepada Sekretariat ASEAN dan Satuan Tugas Regional PBB tentang Mobilitas dan kemajuan Pengurangan Kerentanan HIV tentang kemajuan serta melaporkannya pada Pertemuan ATFOA ke-10 di Vientiane; 2. Menetapkan sebuah titik perhatian yang bertanggungjawab atas koordinasi dalam negara dan antar negara tentang mobilitas, serta menginformasikannya kepada Sekretariat ASEAN dan UNDP-SEAHIV dengan cara sesuai; 3. Memberikan UNDP-SEAHIV daftar biro-biro yang mengurus para pekerja migran dan tentang mobilitas; 4. Menindaklanjuti pembentukan sebuah Komite Nasional tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV dan menyusun Kerangka Acuan Terms of Reference (TOR) dari Komite Nasional tersebut untuk diserahkan kepada PCC dan ATFOA; dan 5. Menyerahkan komentar dan input mereka ke dalam rancangan TOR dari Project Coordination Committee (PCC) yang diusulkan untuk diserahkan pada Pertemuan ATFOA ke-10. Untuk Malaysia sebagai koordinator negara cluster BIMPS, dengan dukungan dari Filipina, akan menyajikan kerangka kerja Program Aksi Gabungan bagi negara-negara BIMPS pada Pertemuan ATFOA ke-10 dalam bulan September 2002 di Vientiane. Untuk Filipina sebagai perunding Perumusan Program Aksi Gabungan Cluster BIMPS, akan menyajikan sebuah laporan kepada Satuan Tugas Regional PBB tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV, yang akan diadakan dalam bulan Mei 2002 di Myanmar. Malaysia dan Indonesia telah diminta untuk mengirimkan seorang perwakilan untuk menghadiri Satuan Tugas Regional PBB tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV. Untuk Sekretariat ASEAN akan mengusulkan sebuah rencana mobilisasi sumber daya (2002 hingga 2005) untuk meminta dukungan pendanaan dari Mitra Dialog ASEAN dan biro-biro internasional; dan Untuk UNDP-SEAHIV akan menerbitkan catatan konsultasi cluster BIMPS; guna membantu dalam pembentukan sebuah rencana kerja empat tahun operasional yang terinci bagi Program Aksi Gabungan untuk disetujui oleh ATFOA; serta akan memberikan bantuan teknis kepada cluster tersebut untuk membentuk sebuah usulan gabungan kepada Dana Global guna Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria sebagai pertimbangan bagi Mekanisme Koordinasi Negara Country Coordination Mechanism (CCM) dari negara-negara BIMPS.
31
2. Nota Kesepahaman tentang Pra-keberangkatan, Pasca-kedatangan dan Reintegrasi Pekerja yang Kembali untuk para Pekerja Migran antara Kesultanan Brunei Darussalam Republik Indonesia Malaysia Republik Filipina dan Singapura Rancangan versi 17 April 02 Pembukaan Kerjasama regional merangsang kemakmuran ekonomi dan para pekerja migran adalah sumber daya manusia yang memberi sumbangan pada perkembangan sosial ekonomi Asia yang berlanjut. Untuk memastikan pertumbuhan dan kemakmuran negara-negara ASEAN, adalah hal yang kritis bahwa negara-negara pengirim dan penerima bekerjasama untuk melindungi sumber daya ekonomi mereka dan untuk menekan dampak sosial ekonomi dan kemanusiaan dari HIV/AIDS. Latar Belakang Lokakarya ASEAN yang diorganisasi oleh UNDP tentang Pergerakan Penduduk dan Kerentanan HIV diadakan di Chiang Rai mulai 10 hingga 12 November 1999, dimana negara-negara cluster Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina dan Singapura (BIMPS) setuju untuk merumuskan aksi kolaboratif dalam program pra-keberangkatan, pasca-kedatangan dan reintegrasi pekerja yang kembali. Pada Pertemuan Satuan Tugas ASEAN (ATFOA) ke-7, Malaysia ditunjuk sebagai koordinator cluster BIMPS dengan tema mobilitas (Kamboja, dalam tahun 2001, ditunjuk dalam pertemuan ATFOA ke-9 sebagai koordinator tema mobilitas ATFOA keseluruhan). Pada tanggal 5 November 2002, Para Kepala Negara ASEAN dalam Deklarasi tentang HIV/AIDS, alinea 22, membuat komitmen untuk bekerjasama dalam mengurangi kerentanan HIV yang terkait mobilitas regional. Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP, bekerja sama dengan CHASPPAR dan Pemerintah Republik Filipina mengorganisasi konsultasi cluster BIMPS dari tanggal 15 hingga 17 April 2002 di Makati, Filipina. Dalam konsultasi disetujui untuk menyusun sebuah Nota Kesepahaman guna mengimplementasikan Program Aksi Gabungan untuk menyatukan pencegahan / perawatan / dukungan HIV dalam program-program prakeberangkatan, pasca kedatangan dan reintegrasi pekerja yang kembali di antara negara-negara ASEAN. Usaha spesifik Disetujui pada pertemuan Makati di bulan April 2002, bahwa para pemerintah memfasilitasi dan mendukung lebih jauh kolaborasi di antara negara-negara ini dalam implementasi dari “Program Aksi Gabungan Sub-regional BIMPS tentang pengurangan kerentanan HIV di antara para pekerja migran”.
32
Secara khusus, direkomendasikan: Bahwa Pihak-pihak di dalam Nota Kesepahaman ini setuju untuk menyelaraskan kebijakan, prosedur dan peraturan bagi para pekerja migran: x Seluruh negara tunduk dengan peraturan medis yang disetujui bersama bagi para pekerja migran termasuk akreditasi pusat-pusat/klinik-klinik pengujian/ pemeriksaan. x Seluruh pengujian HIV harus memiliki penyuluhan pra- dan pasca- pengujian dan hasil tes HIV harus diberikan kepada orang yang diuji. x Negara penerima dan pengirim harus memfasilitasi transaksi pengiriman ke kampung halaman, yang melibatkan majikan dan keluarga selain karyawan. Bahwa pemerintah, bila sesuai, akan mendukung dan memfasilitasi kolaborasi dengan dan di antara organisasi non pemerintahan internasional dan nasional, masyarakat sipil, otoritas setempat dan masyarakat serta juga memastikan Keterlibatan yang Lebih Besar dari Orang-orang dengan HIV/AIDS Greater Involvement of People with HIV/AIDS (GIPA) dalam program-program berikut: x Seluruh negara harus menyediakan program orientasi pra-keberangkatan dan pasca kedatangan, yang isi dan metodenya dikembangkan bersama oleh negara penerima dan pengirim, dimana bahannya dibuat dalam bahasa para pekerja migran. Seluruh majikan yang menyewa pekerja migran harus memberikan pelayanan kesehatan medis atau perlindungan asuransi kesehatan bagi para pekerja mereka. x Pemerintah tuan rumah menyediakan pelayanan pendukung bagi pemulangan kembali pekerja dengan sebuah mekanisme penunjukkan sistematis, sebagai contoh: pekerjaan dan sertifikat keterampilan. x Memfasilitasi dan mempromosikan perencanaan yang berbasis masyarakat, investasi dan organisasi pengiriman demi pembentukan pendapatan, pembangunan ekonomi masyarakat termasuk pendidikan anak-anak, pelatihan keterampilan, pembentukan pendapatan skala kecil dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan pemasaran produk-produk sendiri, serta juga memfasilitasi reintegrasi pekerja yang kembali dalam masyarakat asalnya sendiri. Bahwa pemerintah, LSM dan perusahaan-perusahaan swasta, termasuk biro-biro rekruitmen, melakukan pertukaran informasi secara teratur, tetapi tidak terbatas pada hal yang berikut: x Hasil pengujian HIV termasuk profil demografis sambil tetap mempertahankan kerahasiaan penuh dan perlindungan pribadi individu. x Pembaruan rekruitmen, imigrasi dan kebijakan pekerjaan dan peraturan di antara negaranegara. x Mengordinasikan dan memantau kemajuan dan implementasi Program Aksi Gabungan dengan menggunakan forum dan mekanisme yang diperlukan,.
33
Perpanjangan Nota Kesepahaman Ketentuan Nota Kesepahaman ini adalah untuk suatu periode empat tahun dimulai dari tanggal tanda tangan. Dengan persetujuan bersama seluruh pihak, Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang untuk mencakup jenis-jenis kolaborasi lain, untuk mengurangi kerentanan HIV akibat mobilitas di Asia Tenggara di bawah syarat dan kondisi yang akan disetujui bersama. Pemerintah lain di wilayah tersebut dapat diundang sebagai pihak - pihak Nota Kesepahaman saat ini di bawah syarat dan ketentuan yang disebutkan. Perubahan apapun akan ditunjukkan dalam revisi tertulis yang disetujui bersama atau tambahan pada Nota Kesepahaman ini. Nota Kesepahaman ini dapat dibatalkan oleh persetujuan tertulis bersama jika menurut penilaian Pihak-pihak, suatu keadaan tertentu timbul yang dapat mencampuri dengan atau mengancam untuk campur tangan terhadap berhasilnya pencapaian tujuan. Di depan para saksi, Pemerintah menandatangani Nota Kesepahaman saat ini pada tanggaltanggal yang berseberangan dengan tanda tangan mereka masing-masing. Negara Kementrian Tanggal Menteri Tenaga Kerja Tanggal penandatangan Kesehatan Kesultanan Brunei Darussalam Republik Indonesia Malaysia Republik Filipina Singapura N.B. Seluruh istilah yang digunakan dalam dokumen ini konsisten dengan definisi Sesi Khusus Sidang Umum PBB tentang HIV/AIDS Pertemuan Umum tentang Deklarasi Komitmen tentang HIV/AIDS, Juni 2001.
34
Kebijakan
BIDANG
1. Seluruh negara BIMPS mengimplementasikan program pra-pekerjaan dan prakeberangkatan untuk seluruh warga negara yang berangkat (misalnya para pekerja migran, diplomat, militer, dsb.) yang bersifat melengkapi dan selaras dengan program pasca kedatangan 2. Standar untuk peraturan medis (misalnya jenis/ frekuensi ujian medis, pusat-pusat pengujian terakreditasi, dsb.) yang disetujui bersama-sama oleh negaranegara pengirim dan penerima. 3. Seluruh pengujian HIV di negara pengirim dan penerima harus disertai penyuluhan pra dan pasca tes.
Pra-keberangkatan
HASIL
1. Membuat rancangan TOR Komite Koordinasi Nasional tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV. Mengadakan komite nasional ad-hoc 2. Mengadakan pertemuan konsultasi nasional/ pembentukan konsensus dengan biro-biro yang relevan 3.Mengumpulkan informasi/ daftar biro-biro pemerintahan dan non pemerintahan, yang bekerja dalam kaitannya dengan penduduk migran/berpindah dan menyerahkan kepada UNDP sebuah profil regional 4. Menyerahkan laporan kemajuan kepada ATFOA
1. Pertemuan konsultasi dan pembentukan konsensus dengan lembaga-lembaga yang relevan (mis. Departemen Luar Negeri, Sumber Daya Manusia, Pertahanan, Tenaga Kerja, Kesehatan, Organisasi Pemerintah dan Organisasi Non Pemerintah, dsb.) 2. Pembelaan persetujuan oleh lembaga pemerintahan yang sesuai dengan menggunakan platform seperti BIMPS, ATFOA, ASEAN, dsb. 3. Pembangunan gabungan protokol pengujian dan akreditasi gabungan pusat-pusat pengujian oleh negara-negara pengirim dan penerima
35
KEGIATAN
STRATEGI
PCC
Komite Koordinasi Nasional tentang Mobilitas dan HIV
ORANG/BADAN PEMIMPIN/ PERHATIAN Orang pusat ATFOA
September 2002
2002
RENTANG WAKTU
3. Program Aksi Gabungan yang diusulkan negara cluster BIMPS untuk pra-keberangkatan, pasca kedatangan, dan reintegrasi orang yang pulang
6. Sebuah protokol standar yang disetujui bersama oleh negara pengirim dan penerima tentang isu-isu deportasi / pemulangan kembali para pekerja migran yang tidak terdokumentasi dan terbukti HIV+ (harus menyertakan pengungkapan alasan-alasan deportasi)
Reintegrasi pekerja yang kembali
4. Seluruh negara penerima mengimplementasikan program pasca kedatangan yang melengkapi program prakeberangkatan 5. Kontrak para pekerja migran meliputi asuransi perawatan medis/kesehatan yang ditanggung oleh majikan
Pasca kedatangan
36
7. Membela dan melobi untuk memperoleh persetujuan kebijakan dan MOU (Bagian V.2) 8. Mengordinasikan dan memantau implementasi kebijakan pada tingkat nasional dan regional (pada saat persetujuan kebijakan dan MOU) 9. Mengadakan pertemuan koordinasi yang teratur pada IMPS/ATFOA dan pertemuan para menteri ASEAN yang spesifik (Tenaga Kerja, Kesehatan, Luar Negeri), yang akan meliputi tinjauan berkala / penilaian kebijakan 10. Mengusahakan prosedur yang disetujui bersama menyangkut pengujian di lokasi * penyuluhan pra & pasca tes * pengungkapan (pertukaran informasi) 11. Mengidentifikasi badan pihak lawan dimana dilakukan pertukaran informasi yang teratur mengenai pengujian HIV 12. Membangun kapasitas para pejabat kesejahteraan untuk menjalankan penyuluhan pra integrasi 13. Dokumentasi praktik-praktik yang
6. Pembelaan dan konsultasi
5. Menyusun sebuah program pasca kedatangan negara yang spesifik
5. Mengadakan sebuah Komite Koordinasi Nasional tentang Mobilitas dan Pengurangan Kerentanan HIV (multi sektor; negara-negara penerima dapat menyertakan perwakilan dari negara-negara pengirim dan sebaliknya) 6. Rancangan, kebijakan, karya tulis teknis yang menyangkut isu-isu yang berhubungan dengan penduduk berpindah (mis. peraturan medis, pengujian, dsb.)
4. Pembelaan konsultasi, pemantauan dan evaluasi di antara negara-negara BIMPS
2003
2003
Berlanjut
Oktober 2002Oktober 2003
Pelayanan
2. Para pekerja migran memiliki akses ke fasilitas kesehatan dan pelayanan lain di negara-negara tuan rumah/penerima.
Pasca kedatangan
1. Program pra-pekerjaan dan pra-keberangkatan meliputi pendidikan pencegahan, perencanaan ekonomi (pengiriman uang), aturan dan perundangan negara penerima dan topik-topik relevan lainnya.
Pra-keberangkatan
3. Penyebaran informasi melalui berbagai saluran komunikasi yang berbeda (mis. radio, media cetak, TV, media elektronik, dsb.) 4. Pembelaan
1. Pengembangan dan produksi material IEC oleh sebuah kelompok multi sektor termasuk PWHA 2. Identifikasi biro-biro pelaksana sesuai yang dapat menyampaikan program pra pekerjaan dan pra keberangkatan
37
1. Mengumpulkan dan meninjau material IEC yang relevan secara nasional dan regional 2. Mengembangkan dan memproduksi material IEC yang sesuai untuk program pra-keberangkatan, pascakedatangan dan reintegrasi 3. Membuat percontohan implementasi material IEC 4. Membuat perlengkapan informasi tentang negara-negara penerima bagi para pekerja yang berangkat 5. Komite multi sektor akan mengidentifikasi mitra/biro yang relevan secara nasional untuk implementasi 6. Pelatihan para pelatih termasuk keterlibatan PWHA terhadap kompetensi yang perlu tentang program pra-keberangkatan, pascakedatangan dan reintegrasi pekerja yang kembali dalam negara-negara pengirim dan penerima 7. Mengadakan seminar/lokakarya tentang program pra keberangkatan, pasca kedatangan dan reintegrasi bagi para majikan / biro-biro perekrutan
sudah ada yang berhubungan dengan pemulangan kembali pekerja dengan HIV+ 14. Mengembangkan, melakukan tes percontohan, merevisi dan menyelesaikan protokol standar
2004
2003
2003
Pertukaran Informasi
1. Informasi negara-negara pengirim secara teratur diperbarui oleh negara-negara penerima tentang kebijakan, aturan dan perundangan dan isu-isu lain yang terkait dengan para pekerja migran (misalnya Pengujian, dsb.) 2. Data regional yang lengkap dan transparan, yang relevan bagi para pekerja migran tersedia bagi seluruh negara BIMPS
Pasca keberangkatan
3. Orang yang kembali dengan HIV+ diberikan pelayanan mengenai kebutuhan pengobatan, perawatan dan dukungan. 4. Reintegrasi ekonomi adalah bagian dari pelyanan yang tersedia bagi para pekerja migran. 5. Sistem penunjukkan untuk dukungan psikososial, emosi, ekonomi dan dukungan lain tersedia bagi para pekerja migran
Reintegrasi Pekerja yang Kembali
1. Membangun basis data informasi yang relevan tentang mobilitas dan HIV mis. profil demografis para pekerja migran, kebijakan, peraturan, pengujian, protokol, standar, dan penyedia sumber daya pada tingkat nasional dan regional.
2. Mendokumentasikan praktik yang baik dari biro-biro / sektor-sektor yang terlibat dalam penduduk berpindah
1. Penggunaan berbagai mekanisme yang berbeda (mis. pemerintah dengan pemerintah, pertemuan BIMPS/ATFOA, dsb.) 2. Pembentukan jaringan
3. Konsultasi yang teratur
38
8. Mendorong pemakaian terapi alternatif misalnya tradisional, jamu, dsb. 9. Pembangunan kapasitas para profesional kesehatan yang memberikan pelayanan kepada orangorang penderita HIV/AIDS khususnya pada tingkat masyarakat 10. Integrasi HIV/AIDS dalam kurikulum sekolah 11. Pengembangan program perawatan berbasis masyarakat untuk PWHA 12. Pelatihan para pemberi perawatan 13. Pembentukan sistem rujukan 14. Mengimplementasikan programprogram reintegrasi ekonomi termasuk rencana tabungan dan pengembangan perusahaan 15. Pembangunan kapasitas keluarga yang akan berpartisipasi dalam program reintegrasi 16. Membela untuk mendapatkan pekerjaan kembali di luar negeri bagi para pekerja migran HIV+
5. Memantau implementasi program 6. Keikutsertaan keluarga, organisasi kemasyarakatan, para majikan, sekolah dan PWHA di dalam program ini. 7. Kaitan dengan lembagalembaga yang menyangkut pengiriman uang, investasi, rencana pensiun, dan manfaat sakit
Negara-negara BIMPS
Negara-negara BIMPS
2003
Lampiran I
Agenda konsultasi
Konsultasi cluster BIMPS tentang pengurangan kerentanan HIV para pekerja migran pra-keberangkatan, pasca-kedatangan, dan reintegrasi pekerja yang kembali 15-17 April 2002 Senin, 15 April 2002 08:00
Pendaftaran
08:30
Upacara Pembukaan Lagu Kebangsaan Pidato Sambutan YM. Manuel Dayrit, Departemen Kesehatan (DOH) Sekretaris, Filipina Pesan Tn. Wilhelm Soriano, Overseas Workers Welfare Administration (OWWA) Administrator, Filipina Pesan Tn. Terrence Jones, United Nations Resident Coordinator, Perwakilan Tetap UNDP, Filipina Perkenalan Para Peserta
09:00
Konsultasi BIMPS dalam konteks usaha gabungan ASEAN (1) Tujuan, sasaran dan pengaturan konsultasi oleh Dr. Loreto B. Roquero, Direktur, Dewan AIDS Nasional Filipina (2) Kaitan dengan Program Kerja II ASEAN dan pembaruan MOU cluster GMS dan Pembangunan Program Aksi Gabungan oleh Mr. Yong Chanthalangsy, Sekretariat ASEAN (3) Pembangunan sosial ekonomi, pengurangan kerentanan yang terkait mobilitas: strategi regional Asia Tenggara oleh Dr. Lee-Nah Hsu, Pengelola, Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP
10:00
Rehat teh/kopi pagi
10:30
Ulasan tanggapan & peralatan yang tersedia (masing-masing 15 menit) (1) Suara seorang pekerja migran PWHA oleh Tn. Mar Liwanag, APN+ (2) PEOS, PDOS dan Perlengkapan Bertahan Hidup untuk para pekerja orang Filipina luar negeri oleh Nn. Eloisa Borreo, Young Men’s Christian Association Tn. Ricardo Casco, Direktur, Administrasi Pekerjaan Luar Negeri Filipina Nn. Sinag de Leon, Women’s Media Circle (3) Program Reintegrasi oleh Tn. Bien Molina, Pusat Migran Asia (4) Tanggapan Singapura oleh Nn. Elaine Loh, Eksekutif promosi kesehatan, Dewan Promosi Kesehatan Singapura
12:30 Makan siang
39
14:00
(5) (6)
Buku pegangan tentang Pelayanan di Hong Kong oleh Tn. William Tsui, Biro Dalam Negeri Hong Kong Manual Migran oleh Nn. Aegile Fernandez, CARAM, Malaysia Nn. Malu Marin, ACHIEVE
15:00
Kelompok-kelompok kerja untuk membentuk sebuah kerangka kerja program aksi gabungan untuk kerjasama cluster BIMPS: pra-keberangkatan, pasca-kedatangan & reintegrasi pekerja yang kembali a. Strategi b. Hasil-hasil kunci
16:00
Kelompok kembali memberikan laporan
16:45
Pengumuman logistik untuk kunjungan lapangan Selasa, 16 April 2002 Kunjungan lapangan ke program pra-keberangkatan
08:00
Kelompok kunjungan lapangan: Pengamatan implementasi komponen HIV/AIDS dari PDOS: (1) Philippine Overseas Employment Administration (POEA) (2) Recruitment Agency: Fairview Shipping Agency Corporation (3) LSM: Advancement of Workers’ Awareness Regarding Employment (AWARE) (4) LSM: Overseas Placement Association of the Philippines (OPAP) Makan Siang Tengah Hari di POEA
15:00
Diskusi pleno tentang hasil kunjungan lapangan dengan penyajian teh/kopi Difasilitasi oleh CHASPPAR
17:00
Kesimpulan diskusi kunjungan lapangan/rekomendasi untuk Program Gabungan BIMPS Rabu, 17 April 2002
08:30
Tiga (3) kelompok kerja tentang kegiatan, rentang waktu dan badan pemimpin yang bertanggungjawab untuk Program Gabungan BIMPS
10:00
Rehat teh/kopi pagi
10:30
Kelompok melaporkan kembali tentang kegiatan dan output, rentang waktu serta badan yang bertanggungjawab
12:00
Makan siang
13:30
Diskusi pleno tentang apa yang haru dilakukan pada tingkat negara, Sekretaria ASEAN dan para mitra
15:30
Rehat teh/kopi siang
40
16:00
Pleno tentang sinergi dengan program cluster GMS – Koordinator Mobilitas TFOA ASEAN Sekretariat laporan pertemuan rangkuman kepada seluruh peserta
17:00
Kesimpulan dan penutupan
41
Program Aksi Gabungan GMS, Februari 2002
Hasil 3. Pemahaman yang lebih baik tentang hubungan di antara pembangunan, sistem mobilitas, kerentanan HIV, dan aksi-aksi yang lebih efektif pada seluruh tingkat
Strategi
Hasil 2. Masyarakat akan memiliki kapasitas untuk menganalisis situasi, merencanakan dan mengimplementasikan tangggapan untuk mengurangi dampak negatif dari perkembangan kerentanan HIV.
42
Strategi 3. Mengidentifikasi dan menggunakan hubungan di antara area-area, sektor-sektor, lembaga-lembaga, masyarakat-masyarakat, keluarga-keluarga dan individu-individu yang
2. Meningkatkan ketahanan masyarakat dengan menyiapkan masyarakat untuk memahami, mengantisipasi dan menyesuaikannya terhadap faktor-faktor pembangunan yang memberikan sumbangan pada kerentanan HIV akibat dari mobilitas. Perhatian khusus harus diberikan untuk area-area geografis tertentu yang merupakan pusat gempa bumi regional
Strategi 1. Membentuk mekanisme dan kapasitas untuk peringatan dini dan berbagai sistem respon cepat, termasuk pembelaan, penelitian dan pengawasan, yang mengidentifikasi dan menyebarkan informasi tentang faktor-faktor pembangunan terkait dengan mobilitas yang mempengaruhi kerentanan HIV
Hasil 1. Informasi/data yang disediakan untuk organisasi multi sektor, meningkatkan pemantauan dan evaluasi mobilitas, dan tanggapan multi sektor yang tepat waktu
Kegiatan 1.1 Melalui lokakarya multi sektor nasional dan regional, mengidentifikasi indikator-indikator inti dan membentuk metodologi standar untuk EWRRS 1.2 Mengorganisasi dan melatih titik-titik fokal dari kementrian dan biro yang relevan untuk EWRRS, menemukan sistem di dalam lembaga yang sesuai, yang akan mengumpulkan dan memproses data yang diperoleh dari EWRRS 1.3 Mendokumentasikan dan menyebarkan data/informasi dan menggunakannya sebagai alat pembelaan kepada pembuat kebijakan serta untuk merencanakan tanggapan Kegiatan 2.1 Mengidentifikasi praktik-praktik terbaik untuk meningkatkan ketahanan masyarakat, dan ikut serta dalam kegiatan penyadaran masyarakat untuk mendukung penerimaan praktik-praktik ini 2.2 Mendukung dan memperkuat pemerintahan masyarakat untuk membangun ketahanan terhadap kerentanan HIV 2.3 Mendukung dan menjalankan kegiatan pembangunan kapasitas pada tingkat masyarakat untuk analisis situasi, perencanaan dan implementasi tanggapan, serta pemantauan dan evaluasi 2.4 Memberikan bantuan dalam perencanaan dan implementasi tanggapan 2.5 Mendukung dokumentasi dan mempromosikan penyebaran dan pembagian pengalaman Kegiatan 3.1 Menjalankan sebuah analisia situasi untuk mengidentifikasi dan mengakses penggunaan dari hubungan yang ada di antara area, sektor, lembaga, masyarakat, keluarga dan individu yang terlibat di dalam sistem migrasi.
Tujuan 1: Membangun ketahanan dan memberdayakan masyarakat dengan meningkatkan pilihan mereka dalam mengurangi kerentanan terhadap HIV/AIDS yang disebabkan oleh pembangunan yang terkait dengan mobilitas
Lampiran II
terlibat dalam sistem migrasi untuk mengurangi kerentanan HIV. Sebagai contoh, membangun hubungan di antara masyarakat berpindah dan menetap, atau membangun kemitraan di antara sektor pertanian dan perhubungan 3.4 Mendokumentasikan dan menyebarkan pelajaran yang dipelajari
3.3 Mendukung dan mengimplementasikan proyek percontohan untuk mengevaluasi penggunaan penghubung
3.2 Mengadakan konsultasi dengan para aktor/lembaga yang terlibat untuk mengurangi Kerentanan HIV
Strategi 5. Membela, mempromosikan dan memfasilitasi kerjasama multi sektor pada tingkat intra negara dan antar negara, yang relevan dengan isu-isu HIV dan mobilitas
Strategi 6. Meningkatkan kesadaran dan dukungan di antara para pembuat kebijakan untuk kebijakan mendukung yang terkait dengan pengurangan kerentanan HIV bagi penduduk berpindah
Hasil 5. Pemahaman yang lebih baik dari sifat mobilitas multi sektor dan HIV/AIDS, seperti kerjasama dan koordinasi yang lebih besar di antara sektor-sektor di dalamnya dan di antara negara-negara dalam wilayah GMS
Hasil 6. Pembuat kebijakan dalam berbagai sektor dan tingkat yang berbeda untuk mendukung suatu kebijakan yang lebih efektif guna mengurangi kerentanan HIV, dan agar terdapat keharmonisan yang lebih besar dengan dan di antara negaranegara
43
Strategi 4. Menyebarkan dan membela adopsi dan implementasi MOU pada berbagai tingkat dan di antara sektor-sektor yang relevan
Hasil 4. Dukungan, keterlibatan dan komitmen politis diperoleh pada berbagai tingkat dan sektor
Kegiatan 4.1 Menyebarkan MOU kepada seluruh tingkat dengan bahasa yang berbeda sesuai keperluan 4.2 Mendukung pengembangan kebijakan, garis pedoman atau peraturan yang berkaitan dengan MOU 4.3 Menerapkan MOU ke dalam aksi pada berbagi tingkat dan sektor yang berbeda 4.4 Membela dan mengalokasi sumber daya untuk setiap sektor yang relevan Kegiatan 5.1 Mengembangkan peralatan pembelaan termasuk contohcontoh praktik terbaik yang melibatkan kerjasama multi sektor 5.2 Mengadakan lokakarya pembelaan 5.3 Mendukung komite-komite berbasis luas pada beragam tingkat untuk mempromosikan kerjasama di antara sektor-sektor 5.4 Mengidentifikasi dan menunjuk orang fokal dalam sektor yang relevan, yang akan memfasilitasi kerjasama di antara sektor-sektor Kegiatan 6.1 Membangun kapasitas di dalam negara-negara, pada sektor dan tingkat yang berbeda, tentang bagaimana beragam kebijakan mempengaruhi kerentanan HIV 6.2 Meninjau serta mengembangkan kebijakan dan kepemerintahan dalam berbagai sektor dan tingkat yang berbeda di dalam negara 6.3 Mempromosikan dialog di antara para pembuat kebijakan dalam negara-negara yang berbeda
Tujuan 2: Menciptakan lingkungan yang memungkinkan untuk mengurangi kerentanan HIV/AIDS dengan memperbaiki sistem kepemerintahan atas mobilitas yang terkait dengan pembangunan
dalam berbagai sektor (regional, nasional, lokal) - oleh masyarakat, pemerintah, dan sektor swasta untuk mengurangi kerentanan terhadap HIV
Hasil 9. Pengalaman dan pelajaran yang dipelajari akan dipahami secara luas, dan kisaran strategi pencegahan dan perawatan yang meningkat akan digunakan.
Hasil 7. Orang-orang yang terpengaruh mobilitas telah memperbaiki dukungan dari program pencegahan dan perawatan HIV, ada kemajuan ke arah berlanjutnya program dengan menggunakan sumber daya masyarakat, masyarakat mampu untuk merawat diri sendiri dengan lebih baik, dan terdapat lebih banyak dukungan bagi orang yang hidup dengan HIV Hasil 8. Bertambahnya jumlah program yang teridentifikasi, program berhasil akan didukung
Kegiatan 8.1 Mengidentifikasi dan memilih kegiatan/program yang dianggap berhasil 8.2 Mendukung pembesaran program/kegiatan yang dipilih (jika internal) 8.3 Membuat percontohan program-program yang dipilih (bila diperkenalkan secara eksternal) untuk menilai potensi pembesaran 8.4 Mengevaluasi proses dan dampak pembesaran Kegiatan 9.1 Membuat katalog intervensi yang sedang berjalan dan menarik pelajaran dari yang dipelajari 9.2 Menjalankan intervensi baru dimana pelajaran yang dipelajari akan menguntungkan negara-negara di wilayah tersebut 9.3 Mengevaluasi kegiatan percontohan yang berhasil 9.4 Mengembangkan metode untuk memperbesar percontohanpercontohan yang berhasil
Strategi 8. Mengidentifikasi metode-metode dan dukungan untuk memperbesar kegiatan pencegahan dan perawatan yang berhasil
44
Strategi 9. Mendukung dan membela pengujian percontohan dan menyebarkan secara regional hasil, kegiatan pencegahan dan perawatan yang inovatif
Kegiatan 7.1 Menetapkan suatu program aksi gabungan dengan keterlibatan multi sektor 7.2 Mengidentifikasi dan menetapkan lembaga dan pelayanan pada lokasi-lokasi yang sesuai untuk program pencegahan, perawatan dan dukungan. 7.3 Bertukar informasi, pengalaman dan pelajaran yang dipelajari
Strategi 7. Bekerjasama untuk mengembangkan dan mengimplementasikan pencegahan HIV dan program perawatan di dalam masyarakat pada lokasi sumber, transit, tujuan dan lokasi perbatasan.
mengembangkan metode-metode untuk membangun masyarakat, ketahanan HIV/AIDS nasional dan regional, serta mendokumentasikan metode-metode ini sebagai pengetahuan dasar untuk penyebaran
Tujuan 3: Membangun berbagai respon kolaboratif regional untuk mengurangi kerentanan HIV/AIDS dari pembangunan yang terkait dengan mobilitas sambil
6.4 Mempromosikan pengembangan kebijakan gabungan dan terselaraskan di antara provinsi-provinsi, negara-negara, dan untuk wilayah tersebut
Lampiran III
Daftar Para Peserta
Para Delegasi Negara BIMPS Brunei
Dr. Hajah Norhayati binti Haji Md Kassim Pejabat Medis, Unit Promosi dan Pendidikan Kesehatan Departemen Pelayanan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Awg Haji Jaafar bin Haji Jais Pejabat Kesehatan Umum, Unit Kontrol Penyakit
Indonesia
Nn. RR Gunarti Pamungkas Petunjuk dan Penempatan Pekerja Migran Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dr. Saiful Jazan, MSc. Kepala Sub – Direktorat AIDS & PHS, CDC & EH Direktorat Jendral CDC Umum, Kementrian Kesehatan Nn. Pande K. Trimayuni Pejabat Proyek, Solidaritas Perempuan-Caram Indonesia
Malaysia
Dato Dr. Faisal b. Hj Ibrahim Deputi Direktur Kontrol Penyakit (AIDS/PHS), Kementrian Kesehatan Nn. Aegile Fernandez Koordinator Program - CARAM Malaysia- Tenaganita
Singapura
Nn. Elaine Loh Health Promotion Executive, Marketing & Communication Division Marketing Department, Level 5, Health Promotion Board
Filipina
Dr. Loreto Roquero, Jr. Direktur III, Philippine National AIDS Council (PNAC), Departemen Kesehatan Dr. Roderick Poblete Deputi Direktur, Philippine National AIDS Council (PNAC) Tn. Ricardo Casco Direktur IV, Philippine Overseas Employment Administration (POEA) Nn. Maybelle Gorospe Kepala, Divisi Pendidikan Para Pekerja, Philippine Overseas Employment Administration (POEA) Nn. Teresita Laurel Kepala – Divisi Pengembangan Tenaga Kerja, Philippine Overseas Employment Administration Nn. Vivian Tornea Direktur, Overseas Workers’ Welfare Administration (OWWA) Nn. Leovy Aguila OIC, Departemen Pengembangan Tenaga Kerja, Overseas Workers’ Welfare Administration (OWWA) Dr. Purreza Fontelera Pejabat Kesehatan Pekerjaan, Occupational Safety and Health Center (DOLE – OSHC) Nn. Rosario Cañete Manajer Dana, UNLAD Kabayan Migrant Services
Narasumber
Nn. Noemi Diaz dan N. Merlin Magallona Asisten khusus untuk Undersecretary for Migrant Workers Affair, Departemen Luar Negeri Tn. William Yiu Leung Tsui Pembantu Sekretaris, Hong Kong Home Affairs Bureau
45
Tn. Bienvenido A. Molina, Jr. Koordinator Program, Pusat Migran Asia Tn. Mar Liwanag Pejabat berwenang, PINOY Plus Association Nn. Malu Marin Direktur Pelaksana, Action for Health Initiatives (ACHIEVE)/CARAM – Filipina Nn. Eloisa D. Borreo Direktur Proyek-proyek Khusus, Young Men’s Christian Association of the Philippines (YMCA) Nn. Sinag de Leon Pembantu Direktur untuk Proyek-proyek, Women’s Media Circle Foundation, Inc.
Sekretariat ASEAN
Tn. Yong Chanthalangsy Pejabat Senior, sekretariat ASEAN
Badan-badan PBB ILO
Nn. Sylvia Fulgencio Asisten Program Senior, International Labor Organization (ILO)
UNAIDS
Nn. Malou Quintos Asisten Program, UNAIDS
UNDP
Nn. Lee-Nah Hsu Pengelola, Program HIV & Pembangunan Asia Tenggara UNDP Dr. Terence D. Jones Koordinator Tetap Perserikatan Bangsa-bangsa dan Perwakilan Tetap UNDP, Filipina Nn. Bella Evidente Titik Focal UNDP HIV, Filipina
UNICEF
Dr. Paul Moselina UNICEF, Philippines
WHO
Dr. Bernard Fabre-Tesle Organisasi Kesehatan Dunia, Filipina
Badan-badan Lain IOM
Tn. Zlatko Zigic International Organization for Migration (IOM), Filipina Nn. Katsui Kaya International Organization for Migration (IOM), Filipina
FHI
Nn. Kristina Maningas Family Health International, Filipina
CHASPPAR
Dr. Kristine Bunagan Kontrol Proyek Kemitraan HIV/AIDS/PHS di Wilayah Asia (CHASPPAR-Filipina) Dr. Ma. Sandra Tempongko CHASPPAR, Koordinator Proyek Regional, SEAMEO TROPMED Network Central Office Nn. Gemma O. Victoriano CHASPPAR-Filipina Nn. Glenda Ramos-Gagante CHASPPAR- Filipina Nn. Juanita D. Ilustre CHASPPAR- Filipina
46
Nn. Mayumi A. Balanay CHASPPAR- Filipina
47
Lampiran IV
Pengelompokkan Kunjungan Lapangan
KELOMPOK I – Fairview Shipping Agency Corporation 1. Dato Dr. Faisal b. Hj Ibrahim - Malaysia 2. Nn. RR Gunarti Pamungkas - Indonesia 3. Dr. Hajah Norhayati binti Haji Md Kassim - Brunei 4. Tn. Zlatko Zigie - IOM 5. Dr. Bernard Fabre-Teste - WHO, Filipina 6. Nn. Malu Mrin - ACHIEVE 7. Nn. Lee-Nah Hsu - UNDP SEA-HIV 8. Nn. Kristina Maningas – FHI, Filipina 9. Dr. Loreto Roquero – PNAC 10. Mar Liwanag – Pinoy Plus 11. Nn. Rosario Canete – UNLAD Kabayan KELOMPOK II – OPAP
1. Tn. Yong Chanthalangsy – ASEAN Secretariat 2. Dr. Saiful Jazan – Indonesia 3. Awg Haji Jaafar bin Haji Jais – Brunei 4. Nn. Sylvia Fulgencio – ILO, Filipina 5. Tn. Katsui Kaya – IOM, Filipina 6. Nn. Eloisa Borreo – YMCA 7. Dr. Paul Moselina – UNICEF, Filipina 8. Tn. William Tsui – Departemen Dalam Negeri, Hong Kong 9. Nn. Maybelle Gorospe – POEA 10. Nn. Belle Evidente – UNDP Manila KELOMPOK III – AWARE 1. Nn. Aegile Fernandez – Malaysia 2. Nn. Pande K. Trimayuni – Indonesia 3. Nn. Elaine Loh – Singapore 4. Nn. Malou Quintos – UNAIDS, Filipina 5. Tn. Bien Molina – Asia Migrant Center 6. Dr. Roderick Poblete – PNAC 7. Dir. Ricardo Casco – POEA 8. Nn. Tess Laurel – POEA 9. Dr. Vivian Tornea – OWWA 10. Nn. Merlin Magallona – DFA
48
Lampiran V AHOSS AIDS AO ASEAN ATFOA AWARE BIMPS CARAM CHASPPAR CHRF DOH GMS HIV LRO MAP MOU MSC OEC OFW OI OPAP OSHC OWWA PCC PDOS PEOS PNAC POEA PSO PWHA STI/D UNDP UNGASS WEO
Daftar Istilah
Pertemuan Tingkat Tinggi Kepala Negara-negara ASEAN (ASEAN Heads of State Summit) Sindrom Menurunnya Kekebalan Tubuh (Acquired Immune Deficiency Syndrome) Kantor Keputusan Pengadilan (Adjudication Office) Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (Association of South East Asian Nations) Satuan Tugas ASEAN tentang HIV/AIDS (ASEAN Task Force on HIV/AIDS) Peningkatan Kesadaran Para Pekerja Mengenai Pekerjaan, Filipina (Advancement of Workers’ Awareness Regarding Employment, Philippines) Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina (Philippines) dan Singapura Koordinasi Penelitian Aksi tentang AIDS dan Mobilitas (Coordination of Action Research on AIDS and Mobility) Kontrol Proyek Kemitraan HIV/AIDS/PHS di Wilayah Asia (Control of HIV/AIDS/STD Partnership Project in Asia Region) Yayasan Hak Asasi Manusia Kanada (Canadian Human Rights Foundation) Departemen Kesehatan (Department of Health) Sub-wilayah Mekong Raya (Greater Mekong Sub-region) Virus penurun kekebalan tubuh manusia (Human Immuno-deficiency virus) Kantor Perizinan dan Pengaturan (Licensing and Regulation Office) Program Bantuan Migran (Migrant Assistance Programme), Thailand Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) Pusat Pelayanan Migran (Migrant Services Centre), Sri Lanka Sertifikat Pekerjaan Luar Negeri (Overseas Employment Certificate) Pekerja Asing Luar Negeri (Overseas Foreign Workers) Infeksi Oportunistis (Opportunistic Infections) Asosiasi Penempatan Luar Negeri Filipina (Overseas Placement Association of the Philippines) Pusat Keselamatan dan Kesehatan Pekerjaan (Occupational Safety and Health Centre) Administrasi Kesejahteraan Pekerja Luar Negeri (Overseas Workers’ Welfare Administration) Komite Koordinasi Proyek (Project Coordination Committee) Seminar Orientasi Pra-Keberangkatan (Pre-Departure Orientation Seminar) Seminar Orientasi Pra-Pekerjaan (Pre-Employment Orientation Seminar) Dewan AIDS Nasional Filipina (Philippine National AIDS Council) Administrasi Pekerjaan Luar Negeri Filipina (Philippine Overseas Employment Administration) Kantor Pelayanan Pra-Pekerjaan (Pre-Employment Services Office) Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (People with HIV/AIDS) Infeksi/Penyakit yang Ditularkan Secara Seksual (Sexually Transmitted Infection/Disease) Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations Development Programme) Sesi Khusus Sidang Umum Perserikatan Bangsa-bangsa (United Nations General Assembly Special Session) Kantor Kesejahteraan dan Pekerjaan (Welfare and Employment Office)
49
Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-bangsa Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara http://www.hiv-development.org
DAFTAR TERBITAN SAMPUL
JUDUL Pertanian Afrika-Asia Melawan AIDS African-Asian Agriculture against AIDS http://www.hiv-development.org/publications/5A_id.htm
Membangun Pengelolaan yang Demokratis-dinamis dan Ketahanan Masyarakat Terhadap HIV Building Dynamic Democratic Governance and HIV-Resilient Societies http://www.hiv-development.org/publications/Oslo_Paper_id.htm Pedoman Farmers’ Life School Farmers’ Life School Manual http://www.hiv-development.org/publications/FLS_id.htm
Perpindahan Penduduk dan HIV/AIDS: Kasus Ruili, Yunnan, Cina Population Movement and HIV/AIDS: The case of Ruili, Yunnan, China http://www.hiv-development.org/publications/Ruili_Model_id.htm
Dari Peringatan Dini Menuju Tanggapan Sektor Pembangunan Menghadapi Wabah HIV/AIDS From Early Warning to Development Sector Responses against HIV/AIDS Epidemics http://www.hiv-development.org/publications/EWDSR_id.htm Tanggapan Multisektoral terhadap Kerentanan HIV pada Penduduk yang Berpindahpindah Tempat: Contoh-contoh dari Republik Rakyat Cina, Thailand dan Viet Nam Multisectoral Responses to Mobile Populations’ HIV Vulnerability: Examples from People’s Republic of China, Thailand and Viet Nam http://www.hiv-development.org/publications/Multisectora_id.htm HIV/AIDS dan Ancaman terhadap Ketersediaan Pangan: peran teknologi tepat daya (labour saving technology/LST) dalam rumah tangga petani Meeting the HIV/AIDS Challenge to Food Security: The role of labour-saving technologies in farm-households http://www.hiv-development.org/publications/meeting-challenge_id.htm Konsultasi Negara Cluster Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura Tentang Pengurangan Kerentana HIV Para Pekerja Migran: Pra-Keberangkatan, PascaKedatangan dan Reintegrasi Pekerja Yang Kembali Brunei, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapore Cluster Country Consultation on Migrant Workers’ HIV Vulnerability Reduction: Pre-departure, post-arrival and returnee reintegration http://www.hiv-development.org/publications/BIMPS-Report_id.htm
TANGGAL ISBN 974-91418-5-7 April 2004
974-91870-8-3 Feburari 2004
974-91708-1-4 Januari 2004
974-91669-7-3 Agustus 2003
974-91330-6-4 Mei 2003
974-91165-8-5 Februari 2003
974-680-220-8 Desember 2002
974-680-221-6 September 2002
Masyarakat Menghadapi Tantangan HIV/AIDS: Dari Krisis ke Kesempatan Dari Kerentanan Masyarakat ke Ketangguhan Masyarakat Communities Facing the HIV/AIDS Challenge: From crisis to opportunities, from community vulnerability to community resilience http://www.hiv-development.org/publications/Crisis_id.htm Suatu Strategi Pembangunan Untuk Memberdayakan Para Petani Pedessaan dan Mencegah HIV A Development Strategy to Empower Rural Farmers and Prevent HIV http://www.hiv-development.org/publications/HESA_id.htm
Mobilitas Penduduk dan HIV/AIDS di Indonesia Population Mobility and HIV/AIDS in Indonesia http://www.hiv-development.org/publications/Indonesia_id.htm
Pergerakan Penduduk dan Kerentanan Terhadap HIV: Kaitan Brunei-IndonesiaMalaysia-Filipina Di Wilayah Pertumbuhan Asean Timur Assessing Population Movement & HIV Vulnerability: Brunei – Indonesia – Malaysia – Philippines linkages in the East ASEAN Growth Area http://www.hiv-development.org/publications/BIMP_id.htm Pengetahuan tentang HIV Para Pekerja Kontrak Dari Indonesia Di Luar Negeri: Jeda dalam informasi Indonesian Overseas Contract Workers’ HIV Knowledge: A gap in information http://www.hiv-development.org/publications/Contract%20Workers_id.htm
974-680-271-8 Juli 2002
974-680-200-3 Januari 2002
92-2-112631-5 November 2001
974-680-175-9 November 2000
974-680-173-2 September 2000
Pengembangan Kapasitas
Kemitraan Multisektoral
Advokasi Kebijakan
Pembangunan Ketahanan
UNDP adalah jaringan pembangunan global PBB yang mengadvokasi perubahan dan menghubungkan negara-negara ke pengetahuan, pengalaman dan sumber daya untuk membantu masyarakat membangun kehidupan yang lebih baik. Program HIV dan Pembangunan Asia Tenggara UNDP, United Nations Building, Rajdamnern Nok Avenue, Bangkok 10200, Thailand Tlp: +66-2-288-2165; Fax: +66-2-280-1852; Website: www.hiv-development.org
Pembangunan adalah proses memperbesar pilihan rakyat untuk menjalin kehidupan yang lebih panjang dan sehat, memiliki akses ke pengetahuan, dan untuk memiliki akses ke penghasilan dan aset; untuk menikmati taraf kehidupan yang layak.
ISBN : 974-680-221-6