Volume 18, No.1 (Juni 2016) 1-67
ISSN 1410-8356 E-ISSN 2355-5963
Perdagangan Dan Penyelundupan Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia MISWANTO, DESMAYETI ARFA
1-11
Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian Sebagai Rekonsiliasi Etnis Minangkabau–Batak ALFI ARIFIAN
13-19
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa (Study pada Pengelolaan Dana Desa) TITI DARMI
21-27
Konstruksi Sosial Budaya Minangkabau Atas Pasar DAMSAR, INDRAYANI
29-38
Orang Rejang dan Hukum Adatnya: Tafsiran Atas Kelpeak Ukum Adat Ngen Ca’o Kutei Jang, Kabupaten Rejang Lebong SILVIA DEVI
39-50
Bilou dan Tantangan Mengkonservasinya Di Mentawai: Sebuah Tinjauan Dari Perspektif Sosial Budaya EDI INDRIZAL
51-56
Dinamika Pranata Sosial Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan Dalam Melestarikan Wisata Bahari LUCKY ZAMZAMI
57-67
LABORATORIUM ANTROPOLOGI JURUSAN ANTROPOLOGI FISIP UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya ISSN 1410-8356 E-ISSN 2355-5963 JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA tampil dengan beberapa perubahan, antara lain, perubahan nama Jurnal yang sebelumnya adalah Jurnal Antropologi. JURNAL ANTROPOLOGI diakui oleh LIPI dengan ISSN 1410-8356 pada bulan Mei 2007. Perubahan nama jurnal ini tidak mengurangi dari substansi visi dan tujuan penerbitan jurnal tersebut. Perubahan lainnya adalah perubahan warna cover dengan corak dan warna orange yang seragam dan design yang baru, perubahan penomoran tiap edisi dengan menggunakan jumlah halaman per volume. Hal tersebut dilakukan, karena JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA mengharapkan mencapai jurnal ilmiah yang terakreditasi. JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA diterbitkan dengan tujuan ikut mengembangkan kajian Ilmu Antropologi Sosial dan Budaya di Indonesia, dengan terbuka dan kontribusi dari berbagai disiplin ilmu dan pendekatan yang bertemu di persimpangan hasil penelitian dan analisis-kritis mengenai isu pembangunan kontemporer. Jurnal ini dikelola dan di bawah naungan Laboratorium Antropologi Jurusan Antropologi FISIP Universitas Andalas. Sumbangan artikel meliputi artikel hasil penelitian, kajian kepustakaan dan ulasan ilmiah lainnya Jurnal Antropologi Isu-isu Sosial Budaya terbit secara berkala sebanyak dua kali dalam rentang waktu bulan Juni hingga bulan Desember. Artikel Jurnal ini dapat ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris. Artikel yang diterbitkan telah melalui proses seleksi oleh redaksi dan penelaah ahli. Artikel yang lolos seleksi akan dipungut biaya guna keberlanjutan jurnal, sedangkan pengiriman naskah tidak dipungut biaya. Informasi lengkap untuk pemuatan artikel dan petunjuk penulisan artikel tersedia di dalam setiap terbitan. Penanggung Jawab Wakil Penanggung Jawab
: Ermayanti (Ketua Jurusan Antropologi) : Sidarta Pujiraharjo (Kepala Laboratorium)
Pemimpin Redaksi
: Lucky Zamzami
Penyunting Pelaksana
: Helmi (Universitas Andalas) Semiarto A. Purwanto (Universitas Indonesia) Erwin (Universitas Andalas) Zainal Arifin (Universitas Andalas) Nursyirwan Effendi (Universitas Andalas) Maskota Delfi (Universitas Andalas) Yevita Nurti (Universitas Andalas) Afrizal (Universitas Andalas) Asrinaldi (Universitas Andalas) Elfindri ((Universitas Andalas)
Sekretariat/Tata Usaha
: Zainibar Fajri Rahman Muhammad Hidayat Yetty Oktayanty
DEWAN ALAMATREDAKSI REDAKSI
PENERBIT
JURNAL ANTROPOLOGI Isu-isu Sosial dan Budaya Gedung Jurusan Lantai I FISIP Universitas Andalas Padang Kampus Limau Manis 25162 Website: http://antropologi.fisip.unand.ac.id Website Jurnal: http://jurnalantropologi.fisip.unand.ac.id
LABORATORIUM ANTROPOLOGI JURUSAN ANTROPOLOGI FISIP UNIVERSITAS ANDALAS PADANG Telp. 0751-71266/085274731800 Email:
[email protected]
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 1-67_______________________ ISSN 1410-8356
PENGANTAR REDAKSI Pada edisi kali ini, tetap menyuguhkan tulisan-tulisan hasil penelitian dan hasil pemikiran yang dilakukan oleh dosen/peneliti/pemerhati sosial budaya, baik dari lokal maupun nasional. Hasil penelitian tersebut berupa tulisan Miswanto dan Desmayeti Arfa tentang Perdagangan dan Penyelundupan Pekerja Migran Indonesia di Malaysia, menunjukkan bahwa bahwa ada dua faktor yang menyebabkan para imigran datang dan bekerja di malaysia yaitu adanya faktor pendorong and penarik, Faktor pendorong terdiri dari faktor ekonomi, lingkungan, keluarga, pendidikan, imigrasi penduduk, persaingan yang tinggi untuk mendapatkan pekerjaan, keamanan, dan informasi bencana alam . Faktor penarik yang terdiri dari lapangan kerja di malaysia yang berpenghasilan lebih tinggi dibandingkan kerja di Indonesia, tidak adanya perbedaan budaya antara indonesia dan malaysia dan posisi geografis yang dekat dengan wilayah Indonesia. Tulisan
Silvia Devi mengenai Orang Rejang dalam hukum adatnya berdasarkan Kelpeak Ukum Adat Ngen Ca’o Kutei Jang. Bahwa peran jenang kutei atau hakim desa di Kabupaten Rejang Lebong sangat memiliki peran yang aktif dalam menyelesaikan setiap persoalan di tengah masyarakat. Implikasi dari penerapan hukum adat dengan peran jenang kutei terlihatnya kerukunan di tengah masyarakat, karena setiap ada persoalan akan diselesaikan dengan cara damai sehingga tidak menimbulkan dendam diantara masyarakat
dan Tulisan Lucky
Zamzami mengenai kompleksitas dinamika pranata sosial nelayan Tiku dengan lingkungan sekitar pesisir dalam wujud pengelolaan wisata bahari berdasarkan fenomena kearifan lokal.Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa wujud pengelolaan budaya wisata bahari dalam komunitas nelayan Tiku berbasis pada kearifan lokal yang dicirikan dengan tatanan kehidupan kolektif (sosial-ekonomi) yang kuat dan rapi; pola-pola pemanfaatan sumber daya laut
yang
mencerminkan
hubungan
antar
subjektif
manusia
lingkungan;
kondisi
kesejahteraan sosial-ekonomi penduduk yang merata; dan terjaganya kondisi kelestarian lingkungan dan keseimbangan sumber daya laut Di samping itu, disuguhkan juga tulisan-tulisan mengenai hasil-hasil pemikiran, yakni tulisan Damsar dan Indrayani mengenai kontribusi sosial budaya Minangkabau atas pasar, melihat hubungan kualitatif antara struktur sosial budaya Minangkabau, merantau dan pasar. Tulisan Titi Darmi mengenai studi pada pengelolaan Dana Desa dengan Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa. Tulisan Alfi Arifian mengenai Redefinisi Kaum Paderi ini dilatarbelakangi konflik masa lalu Paderi yang memiliki dampak jangka panjang hingga melibatkan dua etnis besar Sumatera; Minangkabau dan Batak. Redefinisi Kaum Paderi melalui metodologi genealogis merupakan akar solusi untuk mengubah pola pikir dengan pencapaian akhir rekonsiliasi antara etnis Minangkabau-Batak. Luaran hasil teori redefinisi ini bisa mengubah arah sejarah serta memberi pemahaman i
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 1-69_______________________ ISSN 1410-8356
masyarakat tentang dikotomi di tubuh Paderi dan terakhir tulisan Edi Indrizal tentang perspektif sosial budaya dalam upaya pelestarian bilou (Hylobates klossii) di Kepulauan Mentawai, tanpa mengindahkan faktor kearifan lokal masyarakat setempat. Akhirnya, redaksi mengucapkan selamat membaca, semoga apa yang disuguhkan ini ada manfaatnya untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan, terutama dalam bidang sosial budaya masyarakat. “tak ada gading yang tak retak” atas kekurangan ini. Redaksi mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari semua pembaca.
Redaksi Jurnal Antropologi Isu-Isu Sosial Budaya
ii
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 1-67_______________________ ISSN 1410-8356
DAFTAR ISI Halaman Pengantar Redaksi ............................................................................................... Daftar Isi ...............................................................................................................
i iii
Perdagangan Dan Penyelundupan Pekerja Migran Indonesia Di Malaysia MISWANTO, DESMAYETI ARFA .........................................................................
1
Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian Sebagai Rekonsiliasi Etnis Minangkabau–Batak ALFI ARIFIAN ........................................................................................................
13
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa (Study pada Pengelolaan Dana Desa) TITI DARMI ............................................................................................................
21
Konstruksi Sosial Budaya Minangkabau Atas Pasar DAMSAR, INDRAYANI..........................................................................................
29
Orang Rejang Dan Hukum Adatnya: Tafsiran Atas Kelpeak Ukum Adat Ngen Ca’o Kutei Jang, Kabupaten Rejang Lebong SILVIA DEVI...........................................................................................................
39
Bilou dan Tantangan Mengkonservasinya Di Mentawai: Sebuah Tinjauan Dari Perspektif Sosial Budaya EDI INDRIZAL........................................................................................................
51
Dinamika Pranata Sosial Terhadap Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan Dalam Melestarikan Wisata Bahari LUCKY ZAMZAMI..................................................................................................
57
iii
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 21-27_______________________ ISSN 1410-8356
OPTIMALISASI PERAN PEREMPUAN BERBASIS MODAL SOSIAL PADA SEKTOR PEMERINTAHAN DESA (Study pada Pengelolaan Dana Desa) Titi Darmi Received Article: 4 Agustus 2016
1
Accepted Article: 10 November 2016
Abstract
The third Nawa Cita of Presiden Jokowi is build Indonesia on the outskirts, it is meaningful that national development focused on villages oriented throughout Indonesia, so that Indonesian villages become self-sufficient village and competitiveness. Nawa cita is an orientation of the national development planning 2015 -2019. The government has budgeted rural development on average earn 800 - 1M rupiahs for every village in accordance with the Act mandates. Based on the findings of the Coruption Eradication Commission of RI occur irregularities in the management of the Village Fund (Dana Desa/DD), including the use of DD does not correspond to the needs of the community. DD management principle is transparent and acomodate public participation, however it has not been made by manager DD. Women's participation and transparency for the public should be rise the public trust in the village officials in managing the funds of the village, however it never been taken. Role of women in planning the work program of the village called APBDes, can filter aspirations in accordance with the needs of society based on values, norms and culture. By optimizing the women role can capture the aspirations of society and openness in the management of the fund that all can be used as social capital village to village governance in the management of DD. Social capital will make the villagers and village officials have a strong bond, mutual trust, to avoid a conflict so as a valuable capital to build and boost the economy in the village. Keywords : woman's role, social capital, village fund (Dana Desa/DD) management. Abstrak Nawa Cita ketiga Presiden Jokowi tentang membangun Indonesia dimulai dari pinggiran, hal tersebut bermakna bahwa pembangunan nasional difokuskan kepada pembangunan desa-desa. Nawa cita sebagai sebuah orientasi sasaran pembangunan yang strategis dalam RPJMN tahun 2015-2019 yang mengamanatkan sasaran pembanguan desa dengan cara meningkatkan jumlah desa mandiri. Pemerintah memiliki anggaran pembangunan desa rata-rata antara 800 juta sampai 1 milyar rupiah setiap 1 desa berdasarkan kepada amanat Undang-Undang. Berdasarkan kepada temuan KPK RI bahwa banyak ditemukan permasalahan pengelolaan Dana Desa, yaitu: penggunaan Dana Desa tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pengelolaan Dana Desa secara prinsipnya adalah terbuka dan mengakomodasi semua partisipasi masyarakat, akan tetapi dalam pelaksanaannya tidak dilaksanakan oleh pengelola dana desa tersebut. Partisipasi perempuan dan keterbukaan kepada masyarakat seharusnya menjadi suatu kepercayaan masyarakat terhadap pengelola dana desa akan tetapi tidak pernah terjadi. Peranan para perempuan dalam merencanakan pelaksanaan program-program desa yang disebut dengan APBDesa, dapat menampung aspirasi-aspirasi mereka melalui kebutuhan masyarakat berdasarkan nilainilai, norma dan budaya. Melalui optimisasi peranan perempuan dapat melibatkan aspirasi-aspirasi masyarakat dan keterbukaan pengelolaan dana desa yang kesemuanya dapat digunakan sebagai kapital sosial desa menuju pemerintahan yang bersih dalam pengelolaan Dana Desa. Kapital sosial menjadikan warga desa dan pemerintah desa kuat dan memiliki kepercayaan bersama untuk menghindari konflik sehingga sebagai sebuah kesatuan untuk membangun perekonomian desa tersebut. Kata kunci: peranan perempuan, kapital sosial, Pengelolaan Dana Desa 1
Penulis adalah Dosen tetap Administrasi Publik FISIP Universitas Muhammadiyah Bengkulu
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa
21 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 21-27_______________________ ISSN 1410-8356
A.
I
Pendahuluan
stilah “Tikus mati di lubung padi” dan pembangunan desa yang terlupakan, tidak akan terjadi dengan terbitnya Undang - Undang (UU) Desa, merupakan kebijakan kijaksana pemerintah Pusat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ma syarakat Desa, meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa, penanggulangan kemis kinan melalui penyediaan pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan, sehingga desa (masyarakat) memiliki daya saing. Hal ini, sejalan dengan Visi Misi Nawacita Presiden Jokowi bahwa mem bangun Indonesia dimulai dari pinggiran dengan memperkuat daaerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Itu artinya, pembangunan pedesaan tujuan utama pembangunan Nasional karena memiliki sasaran yang strategis dalam RPJMN tahun 2015-2019 yang menga manatkan sasaran pembanguan desa dengan cara meningkatkan jumlah desa 1 mandiri . Komitmen untuk menerapkan UU tersebut, ditunjukkan pemerintah pusat dengan mengalokasikan anggaran dana desa yang cukup besar, tercatat pada tahun 2015 dana desa dialokasikan dan terealisasi sebesar 20,76 triliyun dan pada tahun 2016 ini, pemerintah Pusat mengalokasikan dana desa sebesar 46,98 triliyun, diperuntukan lebih kurang 74.093 desa, kalaulah dibagi rata per desa, desa akan mendapat anggaran lebih kurang 600 juta rupiah sampai 800 juta rupiah setiap 2 desa . Dalam pengalokasian besarnya dana desa yang diterima setiap desa berdasarkan indikator jumlah penduduk, luas wilayah, tingkat kemiskinan, dan tingkat kesulitan geografis. Dana desa tersebut diprioritaskan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kesepakatan masyarakat desa tertuang dalam RPJMDes, RKPDes dan APBDes. Kebijakan pengalokasian Dana Desa (DD) sebetulnya memiliki potensi luar biasa dalam upaya mempercepat pertumbuhan dan pembangunan desa dalam rangka mengatasi berbagai persoalan yang selama ini, yang membuat desa menjadi bagian wilayah yang selalu terpinggirkan. Desa
kemudian identik dengan keterbelakangan, kapasitas sumberdaya manusia yang rendah, penduduk usia renta. Dengan adanya pengalokasian DD merupakan harapan masyarakat desa, sebagai bantuan stimulan atau dana perangsang untuk mendorong dalam membiayai program Pemerintah Desa yang tertuang dalam APBDes. Berdasarkan kajian Komisi Pem berantasan Korupsi (KPK) banyak ditemukan permasalahan pengelolaan DD, yaitu: 1) UU Desa dan regulasi pendukung belum sepunuhnya dipahami oleh stakeholder; 2) masih tingginya potensi korupsi di daerah; 3) desa relatif mudah dimanfaatkan untuk mendapatkan kantung suara pada saat pilkada dan pemilu; 4) partisipasi, akuntabilitas dan transparansi 3 masih rendah . Masih kurang maksimal partisipasi swadaya gotong royong 4 masyarakat . Artinya rendahnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang dibiayai Alokasi Dana Desa (ADD) juga menunjukkan kurangnya keterlibatan masya rakat dan kurang komunikasi dari pemerintahan desa kepada masyarakatnya. Padahal, amanat UU mengatakan bahwa penggunaan dana desa dalam menentukan program pembangunan kerja desa berda sarkan partisipasi masyarakat, artinya masyarakat dilibatkan terutama kaum perempuan dalam membuat program kerja, agar program kerja yang ditetapkan dalam APBDes sesuai dengan kebutuhan masya rakat desa. Pengelolaan dana desa didasarkan dengan partisipasi masyarakat dipercaya akan menimbulkan rasa memiliki. Keikutsertaan masyarakat di dalam setiap tahapan perencanaan pembangunan desa, dengan menggunakan anggaran dana desa, sebagai upaya menumbuhkan rasa memiliki ("sense of ownership" atau "sense of belonging"), rasa memiliki bagian dari unsur modal sosial, terhadap sarana atau prasarana yang dibangun. Dengan adanya rasa memiliki ini pada gilirannya akan menghasilkan pembangunan yang berke lanjutan (sustainability). Masih ada paradigma sebagian masyarakat dan pemerintah, yang belum menyadari bahwa ada ketimpangan relasi Gender yang berbasis kekuasaan yang berlangsung sekarang ini. Di lihat dari kesenjangan status pekerjaan utama. Persentase perempuan sebagai pekerja
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa
22 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 21-27_______________________ ISSN 1410-8356
keluarga mencapai hampir 29 persen dari semua perempuan usia 15 tahun ke atas yang bekerja. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari persentase laki-laki yang hanya 6 persen. Hal ini menunjukkan persentase perempuan yang bekerja namun tidak men dapat upah jauh lebih tinggi dibandingkan 5 laki-laki . Hal ini berdampak pada semakin kecilnya peran dan fungsi perempuan dalam pelaksanaan pembangunan sehingga kua litas hidup perempuan tidak menjadi lebih baik dan jumlah perempuan miskin semakin bertambah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia di Lingkungan Asean Indeks Pembangunan Gender (IPG) masuk katagori rendah menduduki peringkat ke 3 terbawah dari negara-negara Asean. Padahal, potensi jumlah penduduk perem puan usia subur pada tahun 2014 sebesar lebih dari 60 juta, atau lebih dari 50 persen jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk perempuan pada kelompok usia 15 – 16 tahun, mencapai 85 juta, atau sekitar 67 persen dari penduduk perem puan. Jumlah yang besar ini menunjukkan potensi sumber daya manusia untuk pembangunan. Jika perempuan tidak mam pu berkarya secara produktif, maka akan menjadi beban ekonomi bagi bangsa 5 Indonesia . Dalam rangka pembangunan Indo nesia secara umum, Desa khususnya, pada prinsipnya harus memberikan keadilan dan kemakmuran kepada semua masyarakat, kepada laki-laki maupun perempuan, kepada yang kaya maupun yang miskin, tanpa membedakan status sosial untuk melaksanakan sesuai perannya. Terutama perempuan dapat berperan dan ikut serta dalam merencanakan pembangunan desa dengan mengunakan anggaran dana desa. Salah satu pendekatan yang tepat adalah pemerintahan Desa melakukan transparansi dan mengikutsertakan perempuan setiap tahapan perencanaan pembangunan. Pe nulis melihat masih ada gap dan belum ada kesetaraan peran, keterlibatan perempuan dalam pengelolaan dana desa. Banyak kajian yang menyatakan pentingnya modal 6 7 8 9 10 sosial , , , dan agar kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan dapat terwujud, akan timbul rasa memiliki, rasa percaya antara masyarakat dengan pengelola dana desa sesuai dengan norma, 23 | P a g e
nilai dan budaya sosial masyarakat setem pat. Sementara penelitian yang membahas pentingnya keterlibatan masya rakat dalam pengelolaan sumberdaya di Pedesaan akan memiliki kontribusi yang signifikan terhadap suksesnya program 11 12 13 14 15 12 yaang telah ditentukan , , , , dan optimalisasi peran perempuan menjadi so lusi agar dalam merencanakan pengelolaan dana desa untuk pembangunan dapat berjalan maksimal, sehingga mandat UU Desa dan Nawa Cita ke tiga Presiden RI dapat terwujud dengan menjadikan desadesa mandiri dan memiliki daya saing. B.
Peran Perempuan di Sektor Peme rintahan Desa etiap pembangunan seyogyanya melibatkan kaum perempuan sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional. Program kesetaraan dan keadilan gender ini tercantum sebagai salah satu strategi untuk mengoptimalisasi peran perempuan Indonesia. Implementasi PUG disampaikan kepada Departemen maupun Lembaga Pemerintah dan non Departemen serta Pemerintah Daerah (Pemda) seluruh Indonesia, untuk menjalankan pengusunan program dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi dengan memper timbangkan permasalahan kebutuhan, aspirasi perempuaan pada pembangunan dalam kebijakan, program/proyek dan kegiatan. Berdasarkan instruksi Presiden tersebut selayaknya, kiprah perempuan dalam setiap perencanaan pembuatan program pembangunan desa dengan alokasi Dana Desa dapat menjadi pedoman bagi setiap Pemerintahan Desa untuk melibatkan para perempuan. 16 Berdasarkan data BPS keterli batan perempuan di sektor Pemerintahan Desa di lihat dari kesetaraan Gender sangat rendah, dari 78.736 kuota Kepala Desa hanya 4.485 orang Kepala Desa nerjenis kelamin perempuan atau kiprah perempuan hanya 5,70%, sementara untuk Sekretaris Desa dari 70.780 kuota, Sekretaris Desa dari perempuan hanya 7.156 orang atau lebih kurang 10,1%, (baca tabel 1). Ini artinya peran perempuan di sektor Pemerintahan Desa masih sangat rendah,
S
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 21-27_______________________ ISSN 1410-8356
walaupun perempuan diberikan porsi 30% sesuai perundang-undangan, sangat disa yangkan peluang tersebut belum diambil oleh kaum perempuan. Rendahnya kese taraan Gender disebabkan beberapa faktor diantaranya karena faktor sosial, budaya dan tradisi yang dianut oleh warga desa serta kebijakan, regulasi dan program kerja belum konsen terhadap gender. Isu bahwa kaum
perempuan berpartisipasi dalam urusan rumah tangga sedangkan dalam hal isu-isu sosial kemasyarakatan menjadi persoalan kaum pria. Sehingga berimplikasi pada kurangnya kiprah perempuan baik keterli batan perempuan untuk jabatan di pemerintahan Desa maupun keterlibatan dalam proses dan pelaksanan pembangunan Desa.
Tabel 1. Jumlah Kepala Desa Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 Provinsi Laki-Laki (1) (2) Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Kepala Desa Perempuan (3) 6212 5458 1045 1635 1467 2854 1413 2422 338 372 207 5390 7604 376 7343 1221 671 1117 2975 1976 1452 1894 952 457 1511 1835 2687 1898 629 609 842 1131 1517 4741 74251
Jumlah (4) 32 319 66 43 47 182 69 142 19 24 60 367 703 36 780 57 14 14 127 62 71 70 39 12 313 84 307 149 86 17 39 34 26 75
6244 5777 1111 1678 1514 3036 1482 2564 357 396 267 5757 8307 412 8123 1278 685 1131 3102 2038 1523 1964 991 469 1824 1919 2994 2047 715 626 881 1165 1543 4816
4485
78736
Sekretaris Desa Laki-Laki (5) 5456 4640 688 1524 1260 2541 1274 2098 235 224 4753 5951 331 6011 1416 623 966 2342 1578 1287 1485 808 413 1283 1718 2012 1793 356 510 906 1012 1405 4521
204
63624
Jumlah Perempuan__________ (6) (7)____ 101 5557 971 5611 317 1005 124 1648 92 1352 309 2850 130 1404 131 2229 80 315 37 261 56 260 382 5135 781 6732 56 387 572 6583 83 1499 60 683 37 1003 242 2584 152 1730 108 1395 134 1619 110 918 29 442 416 1699 151 1869 598 2610 262 2055 273 629 59 569 71 977 85 1097 68 1473 79 4600__ 7156
70780
Sumber: Potensi Desa 2014, BPS (2014) Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa
24 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 21-27_______________________ ISSN 1410-8356
Isu tersebut terkonfirmasi dengan kondisi perempuan pedesaan Indonesia pada umumnya masih termarginalisasi, seperti faktor yang yang diuraikan di atas, faktor yang sehari-hari dialami perempuan pedesaan adalah 1) beratnya beban kerja dan panjangnya waktu kerja perempuan selain mengurusi urusan rumah tangga, perempuan sangat tinggi berkontribusi atas keuangan keluarga; 2) masih rendahnya tingkat partisipasi perempuan dari pada lakilaki pada tahapan proses dan pelaksanaan pembangunan Desa; 3) masih rendahnya peluang untuk meningkatkan kapasitas diri, misalnya masih ada sebagian masyarakat pedesaan yang beranggapan anak laki-laki lebih diutamakan. Perempuan masih terkesan di nomor duakan, lihat dikegiatan PKK, Dasa wisma, Pos yandu, kelompok pengajian, arisan dan lain-lain, kegiatan tersebut masih bergelut diseputar masak memasak, jahit menjahit, dan urusan rumah tangga. Isu tersebut berimplikasi pada kiprah perempuan di berbagai sektor, ini terjadi di negera berkembang pada umumnya masih 17 terjadi ketidaksetaraan gender, penelitian 18 dan mengatakan perusahan memilih perempuan karena standar upah yang lebih 19 rendah dari laki-laki. Sementara penelitian dilakukan pada perusahan jasa dan manufaktur/ritel di 87 negara berkembang, jumlah manajer puncak perempuan tinggi pada perusahan di bidang jasa dari pada di bidang manufaktur, argumen yang diberikan karena perusahan ritel tidak memerlukan keahlian teknis. Dari hasil penelitian di atas dapat diambil hal positif, bahwa perempuan dominan pada bidang jasa. Bidang jasa banyak tantangan dan permasalahan yang datang tiba-tiba, perlu inovasi dan kreatifitas yang tinggi, perempuan memiliki potensi dan memiliki kecerdasan mencari solusi serta kecerdasan bertahan dalam setiap perma salahan hidup yang dialami. Perempuan ternyata lebih ulet, lebih sabar, lebih tekun dan tetap istiqomah dalam upaya memperbaiki kualitas hidup bagi keluar ganya. Penerapan UU Desa, yang mengalokasikan DD lebih kurang 800 juta per desa menjadi peluang bagi kaum perempuan dalam merencanakan program pembangunan dengan mengintegrasikan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 25 | P a g e
tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam Pembangunan Nasional. Maka tidak ada alasan bagi apartur desa untuk tidak melibatkan perempuan dalam setiap pro gram pembangunan. Perempuan dituntut untuk berpartisapasi agar pengelolaan DD, dapat bermanfaat bagi kaum perempuan khususnya dan masyarakat umumnya. Agar optimalisasi peran perempuan dalam penge lolaan Dana Desa, perlu langka kongkrit dan komitmen bersama semua stakeholder dimulai dengan memperkuat kelembagaan kewanitaan di Desa (PKK, posyandu, dasawisma dan lai-lain) membuat jaringanjaringan individu dan kelompok, jaringan tersebut bisa informal maupun informal, jaringan ini sebagai modal sosial akan membantu setiap permasalahan yang dihadapi perempuan. Penguatan kapasitas kelembagaan kewanitaan sebagai organisasi dan meningkatkan kapasitas individu seba gai individu dengan cara belajar, belajar dan belajar. Dalam pengelolaan Dana Desa peran perempuan sangat dibutuhkan agar Dana Desa dapat dikelola sesuai dengan aspirasi perempuan, diharapkan berimplikasi terhadap kesejahteraan masyarakat dan kemandirian masyarakat desa. C.
Modal Sosial dan Pengelolaan Dana Desa odal sosial adalah seperangkat daya dalam membangun hubungan-hubu ngan sosial, membangun jaringan, membentuk komunitas, membangun orga nisasi, yang dapat dipergunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Modal sosial didefinisikan oleh Fukuyama sebagai serangkaian nilai dan norma informal yang dimilki bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang memungkinkan 6 terjadinya kerjasama diantara mereka . Lebih lanjut Fukuyama menjelaskan ada tiga unsur utama dalam modal sosial adalah trust (kepercayaan), reciprocal (timbal balik), dan interaksi sosial. Dampak modal sosial dan kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan dana desa: 1) dapat mendo rong seseorang atau kelompok untuk bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama yang produktif; 2) menimbulkan produk dari norma-norma sosial kooperation yang sangat penting yang kemudian menunculkan modal sosial; 3) Trust bermanfaat bagi pencipta ekonomi tunggal
M
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 21-27_______________________ ISSN 1410-8356
karena bisa diandalkan untuk mengurangi biaya; 4 ) tercipta kesediaan seseorang untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu; 5) akan terlahir solidaritas kuat yang mampu membuat masing-masing individu bersedia mengi kuti aturan, sehingga ikut memperkuat rasa kebersamaan. B i s a s a j a t e r j a d i low-trust dianggap lebih inferior dalam perilaku ekonomi kolektifnya. Jika low-trust terjadi dalam suatu masyarakat, maka campur tangan negara perlu dilakukan guna 6 memberikan bimbingan . Oleh karena itu, modal sosial yang kita miliki harus kita maksimalkan, karena modal sosial itu membangun koneksi, menghindari isolasi, dan dapat mempermudah pencapaian kesejahteraan masyarakat. Paradigma baru pengelolaan ke uangan daerah melalui kebijakan otonomi daerah dan perimbangan keuangan pusat dan daerah, dimulai dengan terbitnya UU Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemda dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah. Terbitnya UU tersebut babak bau perubahan yang sangat mendasar me ngarah pada reformasi kelembagaan dan reformasi manajemen sektor publik dalam pengelolaan keuangan negara. Paradigma baru tersebut berupa tuntutan untuk melakukan pengelolaan keuangan daerah yang beroreintasi pada kepentingan publik. Meliputi tuntutan kepada Pemda untuk membuat laporan keuangan dan trans paransi informasi anggaran kepada masyarakat. Selain UU di atas ada UU Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, menjelaskan alokasi keuangan yang diperuntukan pembangunan pedesaan, yang langsung dikelola oleh pemerintah desa berasaskan partisipasi masyarakat. Lebih detail ditegas kan dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 Bab II Pasal 2 tentang Azas Pengelolaan Keuangan Desa. Keuangan desa dikelola berdasarkan azasazas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran Dalam konteks pengelolaan DD, penerapan azas transparansi dan partisipasi tersebut, dibutuhkan modal sosial, agar timbul saling percaya antara masyarakat dengan pengelola DD, pengelolaan DD dalam hal ini diwakili oleh aparatur desa,
mampu mengakomodir aspirasi masyarakat dengan cara melakukan musyawarah desa terutama mengajak kaum perempuan dalam Musrembangdes, setiap program pemba ngunan desa yang tertuang dalam APBDes, sesuai nilai dan norma serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dalam pengelolaan DD peran perempuan ditempatkan sebagai subjek bukan objek, menggunakan pende katan Gender And Development (GAD), perempuan menjadi agen perubahan de ngan menitikberatkan pada pola jaringan kesetaraan gender. Dalam pengelolaan DD, semua stakeholder penting memiliki persepsi bahwa kemitraan, kesejajaran antara perempuan dan laki-laki dengan mengu tamakan persamaan hak, kedudukan, kemampuan, peranan, imbalan kerja (upah) yang sama, kesempatan yang sama, da lam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Desa. D.
Kesimpulan ecara umum ketidaksetaraan gender masih terjadi negara-negara berkem bang, begitupun di Indonesia terutama pada masyarakat Desa. Rendahnya kiprah perempuan pada sektor pemerintahan Desa berimplikasi, rendahnya peran perempuan dalam pembanguan desa terutama pengelolaan keuangan DD. Faktor penye babnya adalah 1) kebijakan/regulasi provinsi/kabupaten belum mengintegrasikan kesetaraan gender disetiap program kerja sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2005 bahwa sasaran pembanguan ke dua diprioritaskan kepada keadilan gender; 2) masih sebagian masyarakat memiliki persepsi memposisikan perempuan hanya pada urusan rumah tangga, sementara lakilaki lebih layak diposisikan pada sektor publik; 3) masih rendahnya kapasitas kelembagaan PKK, Posyandu, Dasawisma dan lain lain sebagai organisasi yang menaungi para perempuan dan masih rendah kapasitas individu kaum perempuan. Rekomendasi urgent dilakukan pemberdayaan perempuan dan mening katkan kapasitas organisasi kelembagaan kewanitaan dan individu kaum perempuan ( meningkatkan pengetahuan dan keteram pilan dalam segala aspek) sebagai sumberdaya yang potensial dalam pembangunan nasional.
S
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa
26 | P a g e
JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 21-27_______________________ ISSN 1410-8356
Daftar Pustaka 1. Darmi T. Indonesia Dalam Menghadapi MEA Dalam Perspektif Meningkatkan Kapasitas Aparatur Desa. 2015:169 2. KemenKeu. Alokasi Dana Desa Tahun 2016 Menurut Kabupaten/Desa. 2016:1-7 3. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). KPK Temukan 14 Potensi Persoalan Pengelolaan Dana Desa. http://www.kpk.go.id/id/berita/siaran-pers/2731. June 2015 4. A y u K u s uma s t u t i. Modal Sosial dan Mekanisme Adaptasi Masyarakat Pedesaan dalam Pengelolaan dan Pembangunan Infrastruktur. Masy J Sosiol. 20 Nomor 1:81-97. 5. BPS RI. Indeks Pembangunan Gender 2014. 2015. 6. Francis Fukuyama. Social Capital and Civil Society.; 2000. 7. Lockhart WH. Building Bridges and Bonds: Generating Social Capital in Secular and FaithBased Poverty-to-Work Programs. Sociol Relig. 2005;6 Nomor 1:45-60. ProQuest. 8. Lijun Song. Social Capital and Psychological Distress. J Health Soc Behav. 2010;52(4):478-492. doi:10.1177/0022146511411921. 9. Dominiak.et.al J. Social capital in the Poznań agglomeration. Bull Geogr Socio–economic Ser. 2012;18:5-14. 10. Geeke Waverijn.et.al. A prospective analysis of the effect of neighbourhood and individual social capital on changes in self-rated health of people with chronic illness. BMC Public Health. 2014;14:675. http://www.biomedcentral.com/1471-2458/14/675. 11. Otniel Pontoh. Identifikasi dan Analisis Modal Sosial dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Desa Gangga Dua Kabupaten Mihahasa Utara. J Perikan dan Kelaut Trop. 2010;VI(3). 12. Suwandi. PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KANTOR DESA SUKA DAMAI KECAMATAN MUARA BADAK KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. eJournal Adm Negara. 2015;3(4):1183-1194. ejournal.an.fisipunmul.ac.id. 13. I Wayan Saputra. Efektivitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa Pada Desa Lembean Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli Tahun 2009-2014. Jur Pendidik Ekon. 2016;6 Nomor 1. 14. Hariany Idris. ANALISIS PENGELOLAAN KEUANGAN ALOKASI DANA DESA DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA. J Birokrat Ilmu Adm Publik. 2014;1 Nomor 2:1522. 15. Ni Kadek Darmiasih, Ni Luh Gd Erni Sulindawati NASD. ANALISIS MEKANISME PENYALURAN ALOKASI DANA DESA (ADD) PADA PEMERINTAH DESA (Studi Kasus Desa Tri Buana, Kec.Sidemen, Kab.Karangasem). e-journal S1 Ak Univ Pendidik Ganesha Jur Akunt Progr S1. 2015;1 Nomor 2. 16. BPS RI. Statistik Politik 2014. Jakarta; 2014. https://www.bps.go.id. 17. Seguino S. Gender Inequality and Economic Growth : A Cross - Country Analysis. World Dev. 2000;28(7):1211-1230. doi:10.1016/S0305-750X(00)00018-8. 18. Grotti R, Scherer S. Does gender equality increase economic inequality? Evidence from five countries. Res Soc Stratif Mobil. 2016;45:13-26. doi:10.1016/j.rssm.2016.06.001. 19. Amin M, Islam A. Are there more female managers in the retail sector? Evidence from survey data in developing countries. J Appl Econ. 2014;17(2):213-228. doi:10.1016/S15140326(14)60010-6
27 | P a g e
Optimalisasi Peran Perempuan Berbasis Modal Sosial Pada Sektor Pemerintahan Desa
PETUNJUK PENULISAN YANG WAJIB DIKETAHUI OLEH PENULIS JURNAL ANTROPOLOGI: ISU-ISU SOSIAL BUDAYA Dilarang menggandakan, menyalin atau menerbitkan ulang artikel atau bagian-bagian artikel dalam jurnal tanpa seijin redaksi Penulis yang ingin memasukkan artikel harus memperhatikan poin-poin di bawah ini. Jika artikel tidak sesuai dengan persyaratan yang telah dicantumkan, ada kemungkinan artikel tersebut akan dikembalikan. 1. 2. 3.
4. 5. 6.
Artikel harus orsinil dan berupa hasil penelitian lapangan atau hasil pemikiran konseptual, yang berkaitan dengan isu-isu sosial dan budaya. Artikel tidak sedang dalam proses pengajuan publikasi di Jurnal Lain dan belum pernah dipublikasikan pada Prosiding dan atau Jurnal Ilmiah lain. Artikel ditulis dengan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris, sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa yang berlaku. Artikel diketik dengan satu spasi pada kertas A 4 dengan menggunakan program pengolah kata MS-Word for Windows, menggunakan huruf “Arial” 10 font, rata kiri, tanpa pemenggalan kata (hardhyphenation), dan panjang tulisan 5.000-5.500 kata. Judul artikel ditulis secara spesifik dan efektif, tidak lebih dari 11 kata. Artikel dilengkapi dengan abstrak dalam bahasa Inggris dan Indonesia (dua bahasa), masing-masing berisi 100 s.d 150 kata, disertai 3 s.d 5 kata kunci. Sistematika penulisan JURNAL ANTROPOLOGI, sebagai berikut: Artikel ditulis dalam bentuk essay, sehingga tidak ada format numeric (atau abjad) yang memisahkan antarbab/bagian, ataupun untuk menandai bab/bagian baru; Kesimpulan tidak dirinci dalam poin-poin, tetapi berupa paragraph.
7.
Setiap kutipan harus menyebutkan sumber pustaka yang termutakhir secara lengkap dan ditulis dengan sistem running note, misalnya: Buku: ... hal ini dikemukakan pula oleh Koentjaraningrat (2000: 10) bahwa antropologi telah memiliki metode penelitian yang menjelaskan arti yang sebenarnya. Jurnal: ...”Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan kebudayaan” (Koentjaraningrat, 2000). Daftar pustaka diutamakan terbitan lima tahun terakhir, disusun dengan sistem Harvard, menggunakan urutan alfabetis. Untuk setiap sumber rujukan, cara penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut: Jurnal: Zamzami, Lucky. (2011). Pemberdayaan Pembangunan. Vol. 8, No.3, pp. 209–223.
Masyarakat
Pesisir,
Jurnal
MIMBAR:
Sosial
dan
Buku: Effendi, Nursyirwan, (eds) (2007). ‘Pembangunan Sosial dan Pembangunan’, Edisi 1, Laboratorium Antropologi Bagian dari buku: Manan, B. (2010). Managing Innovation in the Information Age, in: Soelaiman, T.M. (Ed.) Seeing Differently: Insight on Innovation, Harvard Business Review Book, pp.193-202. Conference paper (proceedings): Dahlan, M.D. dan Tirtosudiro, A. (2010). Quality System Based on ISO 9000 Combined with QFD Proceedings: World Innovation & Strategy Conference 1998 incorporating 4th International Symposium on Quality Function Deployment, 2-5 August, Sydney Australia, pp.1-8. Internet (bila ada) disusun dengan menyebutkan nama, judul artikel dan alamat situs web dalam kurung siku serta waktu mengakses. Contoh: R. Ceha (2010). Fenomena Anak Jalanan. (http://www.mailarchive.com/kimia ui.html+anak+jalanan&hl) diunduh pada 1 Januari 2014.
Percetakan: CV. Gemudi Group Jalan Perak Kota Padang