Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 8 Nomor 1, Januari 2013
MIGRAN PEKERJA WANITA DAN REMITANNYA DI KABUPATEN JEMBER Nanik Istiyani Staf pengajar jurusan IESP Fakultas Ekonomi Universitas Jember Jl. Kalimantan no. 37 Jember telp. 0331-3379970 fax. (0331) 335150 HP.0816590293
Abstract low-income factors in areas of origin is a major cause of female workers decided to migrate to Jember. Most of the migrant education level is high school level is 46.67%. While the views of the respective jobs maisng shows, most of the educational level of the service sector, employee groups, the trade is a high school respectively 45%, 30% and 5% from their respective jobs. The average income of workers by employment a wek are: (a) Rp. 990,000, - for the services sector to the variation between Rp. 400.000, - to Rp. 750.000, -; (b) Rp. 1.600.000, - for the class of employees with a variation of between Rp. 800.000, - to Rp. 1,100,000, (b) Rp. 1.9 million, - to the trade sector with variations between Rp. 1.250.000, - until Rp.1.500.000, (c) Length of migrants working in Jember varies from 6 months to 24 years, while the average length of work by service sector jobs in the year 9.225; olongan employee 8.325 years, and 13.35 in the trading sector. The majority (35%) motivated migrants working in Jember is to istkerja in Jember more available and smoothly. Most of the class of employees is to provide for the family and for the trade is that trade in Jember more smoothly than regions. While the service sector has sufficient motivation balance between the needs of families with a more smooth work in Jember. (d) Variation largest remittance sending are those of Rp. 400.000, - s / d Rp. 750.000, - as many as 46.16%, for the class of employees and trade sectors are those of Rp.800.000, - s / d Rp. 1,100,000, - ie respectively 57.14% and 35.71%. Frequency of sending remittances to their home every month and beneficiaries, especially to help the elderly and the cost of education. (f) Factors jobs, long work in Jember, and education attained not influence on the size of the remittances sent to their hometown, while the income of migrants and the number of family members covered in the areas of origin have a significant effect. Keywords: reminten, motivation, income
1. Pendahuluan Wanita Indonesia yang berjumlah lebih dari separuh penduduk Indonesia, merupakan sumber daya insani yang potensial dalam pembangunan. Jaminan atas persamaan hak antara kaum pria dan wanita, merupakan modal bagi wanita untuk berpartisipasi aktif menyumbangkan pikiran dan tenaga dalam proses pembangunan. Hal ini berarti, wanita sebagai mitra sejajar kaum pria yang mempunyai tanggung jawab yang sama sebagai pribadi yang mandiri baik dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Namun demikian, potensi kaum wanita yang relatif besar belum termanfaatkan, terutama dalam kegiatan-kegiatan produktif. Kegiatan produktif yang dimaksud disini adalah apa yang sering disebut dengan 107
Nanik Istiyani, Migran Pekerja Wanita Dan Remitannya
bekerja atau melakukan suatu kegiatan atau membantu dalam melakukan suatu kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan. Meningkatnya peluang kerja bagi wanita disektor insutri khususnya ditafsirkan : pertama, karena banyak industri yang menuntut ketelitian dan ketekunan serta sifat-sifat lain yang dimiliki oleh wanita, misalnya industri rokok, pakaian jadi, tekstil, makanan dan minuman, dan sebagainya. Kedua, kondisi yang dituntut oleh tenaga kerja wanita lebih ringan dari tenaga kerja pria sehingga memberikan keuntungan yang lebih besar bagi pengusaha. Kesimpulan kedua ini kurang menguntungkan bagi tenaga kerja wanita, tetapi hal ini sering kali terjadi. Selain itu, khususnya di pedesaan, sebagian besar wanita terkena perubahan sosial yang terjadi pada masyarakatnya, sementara kondisi sosial ekonominya kurang membuka alternatif untuk bersaing dengan wanita lain mengisi kesempatan kerja yang lebih baik, terpaksa harus bekerja keras dan berjuang dengan sekuat tenaga dalam keadaan yang serba kurang dengan berperan ganda untuk menompang kelangsungan ekonomi rumah tangganya disektor-sektor informal atau banyak diantara mereka yang bekerja sebagai pekerja keluarga yang tidak menerima imbalan. Kondisi wanita yang seperti ini, dengan berbagai keterbatasan dan ditambah lagi dengan keadaan sosial budaya yang sering kali kurang mendukung, maka akan berpengaruh terhadap pemanfaatan tenaga kerja wanita itu sendiri. Pemanfaatan tenaga kerja wanita dapat diukur dengan menggunakan penekatan labour utilazation framework yang dikembangkan oleh Philip Hauser yaitu dengan cara melihat jam kerjanya, pendapatannya dengan kesesuaian antara pekerjaan dan pendidikan. Dalam upaya peningkatan peran wanita dalam pembangunan yang sekarang ini sedangan hangat dibicarakan, tentu saja peningkatan [eran dalam kegiatakegiatan prodiktif/bekerja merupakan salah satu titik perhatian. Kehadiran wanita sebagai salah satu potensi untuk meningkatkan pembangunan dirasakan sudah sangat mendesak, karena pada saat sekarang bangsa Indonesia sedang berada suatu momentum yang sangat penting dalam melanjutkan pembangunan. Kehadiran industri besar dan sedang memberikan alterntif baru dalam membuka kesempatan kerja bagi wanita. Namun untuk dapat bekerja pada industri-indutri ini diperlukan keterampilan untuk memungkinkan pengunaan tenaga kerja wanita secara produktif dan efisien.Wanita keputusannya untuk turut berpartisipasi dalam pasar kerja selain dipengaruhi oleh status perkawinan juga dipengaruhi oleh faktor usia, daerah tempat tinggalnya (kota/desa), pendapatan, agama, tingkat pendidikan, tingkat rendahnya pendapatan suami (bagi yang sudah kawin), pendidikan wanita itu sendiri, serta tingkat pengangguran regional. Keikutsertaan wanita dalam pembangunan tidak mengurangi perannya dalam pembinaan keluarga sejahtera pada umumnya dan pembinaan generasi muda pad khususnya, dlam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya serta mewujudkan kesejahteraan keluarga. Secara formal Undang-undang Dasar 1945 dalam pasal 27 ayat 1 dan 2, pasal 30 dan 31 menunjukkan bahwa kesamaan kedudukan antra pria dan wanita yang intinya menyatakan bahwa : a) Setiap warga negara sama kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dengan tidak ada pengecualiannya. b) Setiap warga negara berhak atas penghidupan dan pekerjaaan yang layak bagi kemanusiaan. c) Setiap warga negara berhak untuk ikut serta dalam pembelaan negara dan mendapatkan pengajaran.
108
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 8 Nomor 1, Januari 2013
Perjuangan wanita pada saat ini bukan sekedar menuntut persamaan hak tetapi juga terhadap fungsinya dalam masyarakat. Kenyataan menunjukkan bahwa wanita mempunyai peranan penting dalam pekerjaan rumah tangga yang erat kaitannya dengan proses produksi maupun dalam pekerjaan mencari nafkah. Jadi jelaslah bahwa sebagai konsekuensinya ketentuan tersebut dikriminasi antara pria dan wanita tidak diperbolehkan. Dalam hubungan ini tenaga kerja yang dimaksudkan mencangkup wanita yang mampu melakukan pekerjaan di dalam dan di luar hubungan kerja guna untuk menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebetuhan keluarga atau masyarkat, termasuk buruh wanita, karyawati atau pegawai wanita dan juga mereka yang melakukan pekerjaan mandiri. Mengingat pekerjaan wanita di pedesaan sebagian besar adalah bertani dan dengan meningkatnya teknologi di bidang tersebut serta diperkenalkannya bibit unggul, terjadi perubahan pola kerja yang dulunya memanen menggunakan ani-ani sekarang sudah berganti dengan sabit. Demikian juga dalam pemprosesan beras yang dulunya ditumbuk sekarang sudah memakai penyosohan beras (huller). Semua itu lebih banyak menyerap tenaga kerja laki-laki yang menyebabkan menyempitnya lapangan pekerjaan bagi wanita. Hal tersebut mendorong mereka memasuki sektor non pertanian, baik dibidang perdagangan, jasa dan bidang lainnya walaupun harus meninggalkan rumah untuk beberapa jam atau beberapa hari (Pujiwati Sayogyo, 1983) Dengan perkembangan Jember sebagai pusat perdagangan nomor tiga di Jatim, hal ini mengakibatkan banyak tenaga kerja yang datang ke kota tersebut, khususnya tenaga kerja wanita baik itu sebagai pendatang, karyawati toko atau kantor pemerintahan maupun swasta, pembantu rumah tangga dan sebagainya. Disamping itu semakin lancarnya transportasi yang menguhubngkan daerah satu dengan daerah lainnya di kota tersebut. Mantra dan Polo (1986) juga menyatakan volume migrasi dari suatu daerah disebabkan oleh faktor-faktor seperti : a) Perbaikan saranan trasportasi, b) Naikknya mobilitas sosial, c) Bertambahnya tekanan penduduk, d) Semakin melebarnya jurang daerah maju dengan daerah terbelakang. Disini nampak ada kaitan erat antara keadaan sosial ekonomi dengan kelancaran kominukasi dengan migrasi. Sehubungan dengan fenomena tersebut maka sangatlah penting untuk meneliti mengenai migran pekerja wanita dan remitannya sebagai akibat berkembangnya pembangunan di Kabupaten Jember.
2. Perumusan Masalah Semakin keterbatasannya kesempatan kerja di daerah pedesaan terutama bagi pekerja wanita karena kemajuan teknologi terutama disektor pertanian dan didukung adanya sarana serta prasaranan yang semakin lancar, mengakibatkan banyak pekerja wanita yang tidak memperoleh pekerjaan pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Sehubungan dengan hal tersebut dan berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka pokok permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini sebagai berikut ; a) Mengapa banyak pekerja wanita yang berasal dari luar daerah kotatif Jember yang bekerja di daerah tersebut ? b) Bagaiman karakteristik dan pekerjaan migran di daerah tujuan ?/ c) Berapa besar remitan yang dikirimkan migran ke daerah dan bagaimana pemanfaatannya ? d) Bagaimana hubungan antara remitan dan motivasi mereka untuk bekerja ? 109
Nanik Istiyani, Migran Pekerja Wanita Dan Remitannya
3. Metode Penelitian Lokasi penelitian di Kabupaten jmeber dan yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah migran wanita yang bekerja sebagai respondennya. Dipilih kabupaten Jember sebagai penelitian, karena mengalamai perkembangan yang pesat dari tahun ke tahun dan telah memacu perkembangan aktifitas ekonomi, terutama di daerah perkotaan, seperti perkembangan perdagangan, jasa transportasi, sektor informal, dan lain sebagainya. Kondisi seperti itu sangat memungkinkan terjadinya migrasi ke Kabupaten Jember. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode cluster random sampling atas jenis lapangan pekerjaannya. Dalam hal ini, jenis lapangan pekerjaan dibedakan atas ; pegawai (negeri maupun swasta), sektor jasa, dan sektor perdagangan. Jumlah sampel ditetapkan sebanyak 60 responden dengan distribusi sampel sebagai berikut : a) 20 orang migran pekerjaan wanita di sektor perdagangan b) 20 orang migran pekerja wanita di sektor jasa c) 20 orang migran pekerja wanita sebagai pegawai negeri maupun swasta. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara kualitatif fan kuantitatif sesuai dengan tujuan dalam penelitian. Metode analisis yang diipakai dalam penelitian ini, yaitu menggunakan statistik deskriptif dan induktif. Untuk menjawab tujuan 1, 2, 3, dipakai metode statistik deskriptif (distribusi frekuensi) dengan melihat presentasenya. Untuk menjawab pertanyaan ke empat, yaitu pengaruh antara independent variabel dan dependent variabel digunakan metode statistik induktif yaitu regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut ; Y = a + bX1 + cX2 + dX3 + eX4 + fX5 + e Dimana : Y adalah besar remitan (dependent variabel) X1 adalah lapangan pekerjaan (independent variabel) X2 adalah pendapatan migran dalam rupiah (indpendent variabel) X3 adalah jumlah tanggungan snak saudara di daerah asal (independent variabel) X4 adalah lama bekerja di daerah tujuan (idependent variabel) X5 adalah pendidikan migran (idependent variabel) e adalah variabel pengganggu
4. Hasil analisis dan Pembahasan 4.1 Faktor-faktor yang Mendorong Pekerja Wanita Melakukan Mobilitas ke Kabupaten Jember Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang (tenaga kerja wanita) dari luar Kabupaten Jember memutuskan bekerja di Kabupaten Jember dapat diperoleh dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat tertutup kepada responden. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab penghasilan rendah dan sulitnya mencari pekerjaan non pertanian di daerah, yaitu masing-masing sebesar 21 orang atau 35 % dan 19 orang atau 31,67 %, kemudain 12 orang atau 20 % memiliki tanah yang sangat sempit di daerah asalnya dan faktor-faktor lain 8 orang atau 13,33 %. Menurut sektor jasa dan pegawai, faktor sulit mencari pekerjaan non pertanian di daerah asal menyebabkan seseorang bermigrasi di Kabupaten Jember. Faktor penghasilan rendah di daerah asal merupakan penyebab utama pekerja wanita di sektor perdagangan bermigrasi ke Kabupaten Jember dan faktor ini merupakan penyebab kedua dari sektor jasa dan pegawai di Kabupaten Jember. Memiliki tanah pertanian yang 110
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 8 Nomor 1, Januari 2013
sempit di daerah asal merupakan penyebab ketiga pekerja wanita bermigrasi di Kabupaten Jember di semua sektor (jasa, pegawai dan perdagangan). 4.2
Karekteristik Sosial Ekonomi dan Demografi Migran Karakteristik migran dibedakan menjadi karakteristik sosial ekonomi dan karekteristik demografi. Karateristik demografi merupakan ciri-ciri migran dilihat dari : umur, asal daerah migran, status pernikahan, dan jumlah tanggungan keluarga. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari tingkat pendidikan, pendapatan, lama bekerja di Kabupaten Jember, dan motivasi bekerja di Kabupaten Jember.
4.2.1 Karakteritik Sosial Ekonomi a. Tingkat Pendidikan Migran Tingkat pendidikan migran yang berbeda-beda antara jenis lapangan pekerjaan yang satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Tingkat Pendidikan Migran Menurut Lapangan Pekerjaan Jenis Tingkat Pendidikan No. Lapangan SD SLTP SLTA Diploma Pekerjaan 1. Sektor Jasa 4 4 9 1 2. Sektor 0 2 13 3 Perdagangan 3. Pegawai 1 3 6 4 Jumlah 5 9 28 8 Prosentase 8,33 15 46,67 13,33 (%) Sumber: data primer diolah, 2011
Sarjana
Jumlah
2 2
20 20
6 10 16,67
20 60 100
Tabel 1 menunjukkan, bahwa tingkat pendidikan migran bervariasi dari sekolah dasar sampai tingkat sarjana. Sebagian besar tingkat pendidikan migran adalah SLTA yaitu 28 orang atau 26,67 %, sedangkan tingkat pendidikan yang paling sedikit terdapat pada tingkat Sekolah Dasar yaitu 1 (satu) orang atau 8,33 %. Masing-masig lapangan pekerjaan mempunyai penyebaran yang berbeda terhadap tingkat pendidikan : a) Pada migran di sektor jasa, tingkat pendidikan berkisar dari Sekolah dasar sampai tingkat Perguruan Tinggi dengan mayoritas tingkat pendidikan di tingkat SLTA, yaitu sebesar 9 orang atau 45 % b) Pada migran dari sektor perdagangan, tingkat pendidikan berkisar dari SLTA sampai tingkat Perguruan Tinggi, yaitu sebanyak 13 orang atau 65 % c) Pada migran dari golongan pegawai, tingkat pendidikan berkisar dari tingkat SD sampai Perguruan Tinggi, dengan mayoritas tingkat pendidikan SLTA dan Perguruan Tinggi masing-masing sebanyak 6 orang tau 30 % Dari penjelasan tersebut dapat pula disimpulkan, bahwa mayoritas pendidikan SLTA berasal dari lapangn sektor jasa dan perdagangan, sedangkan mayoritas pendidikan diploma dan sarjana berasal dari golongan pegawai. Sedangkan dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi, maka tingkat pendidikan dari yang paling tinggi terdapat pada golongan pegawai 111
Nanik Istiyani, Migran Pekerja Wanita Dan Remitannya
yaitu tingkat sarjana, sedangkan tingkat pendidikan terendah pada golongan jasa yaitu tingkat SD. b. Tingkat Pendapatan Migran Penjelasan mengenai pendapatan migran dibedakan antara pendapatan migran dan pendapatan keluarga migran. Baik pendpatan migran maupun pendapatan keluarga migran mempunyai variasi yang berbeda antara lapangan pekerjaan satu dengan lainnya. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2 dan 3 sebagai berikut : Tabel 2. Variasi dan Rata-rata Pendapatan Migran No. Lapangan Pekerjaan Variasi Pendapatan per bulan 1. Sektor jasa 2. Pegawai 3. Sektor perdagangan Sumber: data primer diolah, 2011
Pendapatan Rata-rata per bulan Rp. 1.000.000 s/d Rp. 1.500.000 > Rp. 1.250.000 Rp. 1.000.000 s/d Rp. 1.850.000 > Rp. 1.450.000 Rp. 1.250.000 s/d Rp. 1.900.000 > Rp. 1.500.000
Variasi pendapatan migran terbesar terjadi pada sektor perdagangan yaitu Rp 1.250.000,- s/d Rp 1.900.000,-. Hal tersebut terjadi karena pendapatan migran di sektor perdagangan tergantung pada besarnya modal yang digunakan, sehingga semakin besar modal yang digunakan maka semakin besar pula pendapatan yang akan diperolehnya, dan sebaliknya. Selanjutnya variasi pada golongan pegawai berkisar dari Rp 1.000.000 s/d Rp 1.850.000. untuk golongan pegawai, variasi pendapatan disebabkan karena perbedaan status pekerjaan, sedangkan status pekerjaan berhubungan dengan tingkat pendidikannya. Dengan demikian, semakin tinggi tingkat pendidikan akan semakin besar pula tingkat pendapatannya. Variasi pendapatan di sektor jasa berkisar Rp 1.000.000 s/d Rp 1.500.000, besar kecilnya pendapatan ini tergantung dari jenis pekerjaannya. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata untuk pegawai Rp 1.850.000,-, perdagangan Rp 1.900.000,- dan sektor jasa Rp 1.500.000,-.. Karakteristik mengenai pendapatan keluarga migra terdapat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Variasi dan Rata-rata Pendapatan Keluarga Migran No. Lapangan Pekerjaan Variasi Pendapatan per bulan 1. Sektor jasa Rp. 1.000.000,- s/d Rp.1.230.000 2. Pegawai Rp. 1.000.000,- s/d 3. Rp. 1.800.000,Sektor perdagangan Rp. 1.125.000,- s/d Rp. 1.900.000,Sumber: data primer diolah, 2011
Pendapatan Rata-rata per bulan Rp. 1.150.000,Rp. 1.400.000,Rp. 1.475.000,-
Variasi dan rata-rata pendapatan keluarga migran mempunyai kecenderungan yang hampir sama dengan variasi dan rata-rata pendapatan migran. Penyebabnya adalah karena pendapatan keluarga migran berasal dari pendapatan migran ditambah dengan penghasilan tambahan dari keluarga. Penghasilan tambahan keluarga bisa berasal dari penghasilan anggota keluarga lain atau dari hasil petanian keluarga maupun hasil hasil ternak keluarga. 112
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 8 Nomor 1, Januari 2013
Variasi dan rata-rata pendapatan keluarga migran terbesar terjadi pada sektor perdagangan, selanjutnya pada golongan pegawai. Tingginya jumlah tersebut selain disebabkan karena relatif tingginya pendapatan migran juga karena relatif tingginya pendapatan keluarga. Pada sektor jasa, variasi dan rata-rata pendapatan keluarga relatif kecil selain karena rendahnya pendapatan migran juga rendahnya pendapatan keluarga migran. c. Lama Bekerja di Kabupaten Jember Lama bekerja sangat bervariasi mulai dari bulan sampai yang mencapai 24 tahun. Secara rata-rata lama bekerja di kota dapat dilihat dari tabel 4 berikut : Tabel 4. Lama Migran Bekerja di Kabupaten Jember Menurut Lapangan Pekerjaan No. Lapangan Pekerjaan Variasi Lama Pekerjaan Rata-rata (tahun) 1. Sektor jasa 2,5 s/d 20 9,22 2. Pegawai 0,5 s/d 20 8,32 3. Sektor perdagangan 2 s/d 24 13,55 Rata-rata 9,97 Sumber: data primer diolah, 2011 Rata-rata migran bekerja di Kabupaten Jember dilihat dari lapangan pekerjaannya cukup bervariasi antara 8,32 tahun pada golongan pegawai sampai 13,35 tahun pada sektor perdagangan. Rata-rata tertinggi terdapat di sektor perdagangan karena ada yang sudah bekerja sampai mencapai 24 tahun, sedangkan pada golongan pegawai sekitar 60 % migran, baru bekerja sekitar 8 tahun sehingga rata-ratanya relatif rendah. Secara keseluruhan lama migran bekerja di Kabupaten Jember adalah 9,97 tahun. d. Motivasi Bekerja di Kabupaten Jember Motivasi yang mendorongmigran untuk bekerja di Kabupaten Jember ada beberapa macam, yaitu : untuk mencukupi kebutuhan keluarga, karena bekerja di kota lebih lancar, membantu orang tua, membantu suami, karena ingin mencari pengalaman, dan ada juga yang bekerja daripada mengganggur. Sebagian besar motivasi migran bekerja di Kabuapten jember adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarga (35%) dan karena lapangan kerja di kota lebih tersedia, lebih mudah dan lebih lancar. Namun demikian, bila dilihat dari titik berat motivasi masing-masing lapangan pekerjaan ternyata mempunyai tekanan yang berbeda. Sebagian besar motivasi dari migran sebagai pegawai adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarga, sedangkan dari sektor perdagangan sebagian besar motivasi migran adalah karena berdagang di kota akan lebih lancar dan lebih mudah di bandingkan di desa. Migran dari sektor jasa mempunyai motivasi yang seimbang antara mencukupi keluarga dengan lebih lancarnya pekerjaan di kota. Sedangkan motivasi-motivasi lain relatif sedikit, antara lain : mebantu orang tua bagi yang belum berkeluarga; mencari pengalaman; dan ada pula yang mempunyai motivasi daripada menganggur di rumah.
113
Nanik Istiyani, Migran Pekerja Wanita Dan Remitannya
4.2.2 Karakteristik Demografis a. Umur Migran Dilihat dari umurnya, maka sebagian besar migran berumur antara 20 tahun s/d 29 tahun (36,67%) dan antara 30 tahun s/d 39 tahun (38,34%), sedangkan sisanya (24,99%) berumur di atas 40 tahun dan di bawah 20 tahun. Bila dilihat dari masing-masing lapangan pekerjaannya, maka sebagian besar migran dari golongan pegawai dan sektor jasa berumur antara 20 th s/d 49 th, sedangkan sebagian besar migran dari sektor perdagangan berumur anatara 30 th s/d 34 th. Untuk migran yang berumur antara 40 th s/d 49 th, sebagian besar dari golongan pegawai dan perdagangan, sedangkan untuk migran yang berumur kurang dari 20 tahun, masingmasing 1 (satu) orang dari golongan pegawai dan sektor perdagangan. b.
Asal Daerah Migran Dari berbagai daerah di kabupaten Jember terdapat 12 Kabupaten yang merupakan daerah asal dengan distribusi jumlah migran yang cukup bervariasi antara 1 orang sampai 11 orang pada setiap Kabupate. Kabupaten yang merupakan daerah asal terbanyak terdapat pada Kabupaten Bondowoso dengan jumlah migran sebanyak 11 orang atau 18,33 %. Selanjutnya Kabupaten yang merupakan daerah asal migran terbanyak kedua adalah Kabupaten Probolinggo sebanyak 9 orang atau 15%. Kabupaten Lumajang dan Madura sebanyak 7 orang, Surabaya dan Banyuwangi sebanyak 6 orang, Situbondo sebanyak 4 orang, Solo Sidoarjo dan Jogjakarta masing-masing sebanyak 2 orang dan Tulung Agung sebanyak 1 orang atau 1,67 %. Bila dilihat dari jenis lapangan pekerjaannya, di sektor jasa sebagian besar migran yang berasal dari Kabupaten Bondowoso, Lumajang, dan Probolinggo. Pegawai berasal dari migran pekerja wanita dari Kabupaten Bondowoso dan Surabaya, sektor perdagangan sebagian besardari migran pekerja wanita Madura. c. Status Perkawinan Migran Sebagian besar migran berstatus kawin, yaitu sebanyak 43 orang atau 71,67%, sedangkan sisanya yaitu 17 orang atau 28,33% berstatus tidak kawin. Kecenderungan tersebut ternyata juga terjadi pada setiap jenis lapangan pekerjaan, dimana sebagian besar tenaga kerjanya juga berstatus kawin. Dari seluruh migran, maka tenaga kerja yang berstatus kawun berkisar anatara 20,00% sampai 30,00% dan tenaga kerja yang berstatus belum kawin berkisar antara 3,33% sampai 13,33%. Sedangkan dilihat dari setiap jenis lapangan pekerjaan maka tenaga kerja berstatus kawin berkisar 27,91% sampai 41,86%, dan tenaga kerja berstatus tidak kawin berkisar antara 11,76% sampai 47,06%. d. Jumlah Tanggungan Keluarga Migran Menurut Lapangan Pekerjaan Jumlah tanggungan keluarga migran adalah jumlah anggota keluarga yang secara ekonomi menjadi tanggungan migran baik migran kawin maupun tidak kawin. Pengertian anggota keluarga adalah anak, istri/suami, orang tua, adik, kakak/saudara yang lain. Sebagian besar keluarga migran yaitu sebanyak 72 %, memiliki jumlah tanggungan keluarga antara 1 s/d 2 orang, sedangkan sisanya, yaitu sebanyak 28% memiliki jumlah tanggungan keluarga antara 3 s/d 4 orang. Kecenderungan tersebut ternyata juga terjadi pada setiap jenis lapangan pekerjaan dimana sebagian besar tenaga kerja memiliki jumlah anggota keluarga 1 s/d 2 orang. Dari tiap jenis lapangan pekerjaan, maka migran yang memiliki tanggungan keluarga antara 1 s/d 2 orang berkisar antara 20 % sampai dengan 28 %, dan migran yang memiliki tanggungan keluarga antara 3 sampa dengan 4 orang berkisar antara 4 % sampai dengan 16 %. Sedangkan 114
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 8 Nomor 1, Januari 2013
dilihat dari setiap jenis lapangan pekerjaan maka migran yang memiliki 1 sampai 2 orang berkisara 27,78 % sampai 38,89 %, dan migran yang memiliki jumlah tanggungan keluarga berkisar antara 3 sampa 4 orang berkisar 14,28 % sampai 57,14 %.
4.3
Jumlah Pengiriman Remitan dan Pemanfaatannya di Daerah Asal Hasil penelitian menunjukkan bagi migran yang bestatus belum kawin 100 % mengirim remitan ke daerah asalnya, sedangkan yang berstatus kawin hnaya 50 %, hal ini dikarenakan mereka pada umumnya sudah mempunyai tanggungan terutama untuk keluarganya (suami dan anak). Bagi mereka yang belum kawin remitan yang dikirim umumnya untuk orang tuanya. Besar kecilmya remitan yang dikirim ke daerah asal tergantung dari pendapatan yang diperoleh, status perkawinan, dan banyaknya tanggungan sanak keluarga di daerah asal. Besarnya remita yang dikirim berkisar antara Rp. 500..000,- s/d Rp. 1.000.000,- per bulan dan frekuensi pengirimannya satu bulan sekali. Variasi pengiriman remitan yang terbesar di sektor jasa terdapat pada kelompok Rp. 200.000,- s/d Rp. 350.000,- yaitu sebanyak 46,15 %. Untuk golongan pegawai dan sektor perdagangan terdapat antara Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 2.000.000,- yaitu masing-masing sebesar 8 orang atau 57,14 % dan 5 orang atau 35,72 %. Variasi pengiriman remitan terkecil, disektor jasa terdapat pada kelompok Rp. 500.000,- s/d Rp. 590.000,- yaitu sebanyak 1 orang atau 7,69 %, golongan pegawai Rp. 600.000,- s/d Rp. 750.000,- sebanyak 1 orang atau 7,14 % dan sektor perdagangan antara Rp. 800.000,- s/d Rp. 1.000.000,- sebanyak 2 orang atau 14,29 %. Secara total, pengiriman remitan terbesar terdapat pada kelompok Rp. 500.000,- s/d Rp. 590.000,-, disusul pada kelompok Rp. 200.000,- s/d Rp. 350.000,-, kemudian pada kelompok Rp. 400.000,- s/d Rp. 550.000,-, dan urutan terakhir pada kelompok Rp. 600.000,- s/d Rp. 750.000,-. Secara ratarata besarnya remitan yang dikirim untuk sektor jasa sebesar Rp 30.000,-, golongan pegawai Rp. 650.000,- dan sektor perdagangan sebesar Rp. 947.250,-. Pemanfaatan remitan bagi sanak keluarga di daerah asal bervariasi tergantung kepentingannya. Pemanfatan remitan bagi sanak keluarga di daerah asal dipergunakan untuk membantu orang tua, biaya pendidikan, investasi, peristiwa penting, membayar hutang, dan lain-lainnya. Hasil penelitian menunjukkan membantu orang tua merupakan pemanfaatan yang terbesar bagi semua lapangan pekerjaan, selanjutnya untuk biaya pendidikan dan investasi. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di atas.
4.4
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Besar Kecil Remitan yang Dikirim Ke Daerah Asal
Berdasarkan analisis data diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Y = -21,88 – 1,27 X1 + 0,26 X2 + 20,74 X3 + 6,59E-02 X4 - 0,21 X5 Dimana : Y adalah besar remitan X1 adalah lapangan pekerjaan X2 adalah pendapatan migran per bulan (Rp.) X3 adalah jumlah tanggungan snak saudara di daerah asal 115
Nanik Istiyani, Migran Pekerja Wanita Dan Remitannya
X4 X5
adalah lama bekerja di Kabupaten Jember (bulan) adalah pendidikan yang ditamatkan
Dari persamaan diatas diperoleh nilai konstanta -21,88 menunjukkan apabila lapangan pekerjaa, pendapatan migran, jumlah keluarga yang menjadi tanggungan di daerah asal, lama bekerja di Kabupaten Jember, dan tingkat pendidikan yang ditamatkan tetap, maka besarnya remitan yang dikirim ke daerah asal minus Rp 21.880,- per bulannya atau dengan kata lain tidak ada remitan yang dikirim ke daerah asla. Koefisien regresi lapangan pekerjaan sebesar minus 1,27 artinya apabila faktor-faktor lainnya tetap maka setiap ada perubahan lapangan pekerjaan akan menyebabkan turunnya besarnya remitan yang dikirim ke daerah asal. Koedisien regresi pendapatan migran sebesar 0,26 artinya apabila faktor-faktor yang lainnya tetap, maka setiap ada kenaikan pendapatan Rp. 1000,- maka pengiriman remitan akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 260 setiap bulannya. Koedisien regresi jumlah keluarga yang menjadi tanggungan di darah asal sebesar 20,74 artinya apabila faktor-faktor yang lainnya tetap, maka setiap ada tambahan satu orang yang menjadi tanggungan keluarga migran, besarnya pengiriman remitan akan mengalami kenaikan sebesar Rp. 20.740,- setiap bulannya. Koefisien regresi lama bekerja bagi migran di Kabupaten Jember sebesar – 6,59 E-2 artinya apabila faktor-faktor lainnya tetap, maka setiap ada perubahan lama bekerja bagi migran di Kabupaten Jember akan menurunkan besarnya remitan yang dikirim. Koefisien regresi pendidikan yang ditamatkan bagi migran yaitu sebesa – 0,21 artinya faktor-faktor yang lainnya tetap maka setiap ada kenaikan pendidikan yang ditamatkan, remitan yang dikirim ke daerah asal akan mengalami penurunan. Pengujian terhadap pengaruh lapangan pekerjaan, pendapatan migran, jumlah sanak keluarga yang ditanggung di daerah asal, lama bekerja di Kabupaten Jember dan pendidikan yang ditamatkan terhadap remitan secara parsial berdasatkan uji-t menunjukkan bahwa : a) t hitung koefisien regresi lapangan pekerjaan – 0,299 < t tabel sebesar 2,007. Berarti Ho diterima dan Ha ditolak ; ini menunjjukan bahwa variabel bebas lapangan pekerjaan tidak berpengaruh secara nyata dan negatif pada besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal. b) t hitung koefisien regresi pendapatan migran sebesar 9,265 > t tabel sebesar 2,007. Berarti Ho ditolak dan Ha d terima, ini menunjukkan bahwa variabel bebas pendapatan migran berpengaruh secara nyata dan positif pada besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal. c) t hitung koefisien regresi jumlah sanak keluarga yang ditanggung di daerah asal sebesar 6,249 > t tabel sebesar 2,007. Berarti Ho ditolak dan Ha diterima, ini menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut berpengaruh secara nyata dan positif pada besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal. d) t hitung koefisien regresi lama bekerja di Kabupaten Jember sebesar – 1,453 > t tabel sebesar 2,007. Berarti Ho diterima dan Ha ditolak, ini menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara nyata dan negatif pada besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal. e) t hitung koefisien regresi pendidikan yang ditamatkan sebesar – 0,141 > t tabel sebesar 2,007. Berarti Ho diterima dan Ha ditolak, ini menunjukkan bahwa variabel bebas tersebut tidak berpengaruh secara nyata dan negatif pada besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal. 116
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 8 Nomor 1, Januari 2013
Pengaruh variabel bebas lapangan pekerjaan, pendapatan migran, jumlah sanak keluarga yang ditanggung di daerah asal, lama bekerja di Kabupaten Jember dan tingkat pendidikan yang ditamatkan terhadap besar kecilnya remitan dapat dilihat melalui kuat tidaknya diantara variabel-variabel bebas dan terikatnya. Bedasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa ; a) Koefisien korelasi lapangan pekerjaan memberikan hasil r = 0,171793 : artinya hubungan lapangan pekerjaan terhadap besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal sangat lemah. b) Koefisien korelasi pendapatan migran memberikan hasil r = 0,78481 : artinya hubungan pendapatan migran terhadap besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal sangat kuat. c) Koefisien korelasi jumlah sanak keluarga yang ditanggung di daerah asal memberikan hasil r = 0,57328 : artinya hubungan jumlah sanak keluarga yang ditanggung terhadap besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal sedang. d) Koefisien korelasi lama bekerja di Kabupaten Jember memberikan hasil r = - 0,34079 : artinya hubungan lama bekerja di Kabupaten Jember terhadap besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal sangat lemah dan tidak searah. e) Koefisien korelasi pendidikan yang ditamatkan memberikan hasil r = 0,5986 : artinya hubungan pendidikan yang ditamatkan terhadap besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal sangat kuat dan searah. Uji terhadap koefisien regresi yang dilakukan secara bersama-sama atau simultan dengan uji F berdasarkan perhitungan nilai F hitung sebesar 49,781 > pada F tabel sebesar 1,53 menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak berarti secara bersama-sama ada pengaruh yang significant dari lapangan pekerjaan, pendapatan migran, jumlah sanak keluarga yang menjadi tanggungan di daerah asal, lama migran bekerja di Kabupaten Jember dan pendidikan yang ditamatkan terhadap besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal. Dilihat dari koefisien determinasi (R2) yang berguna untuk mengetahui proposi atau sumbangan variabel bebas terhadap variasi (naik turunnya variabel terikat) hasil perhitungan menunjukkan R2 = 0,82, hal ini berarti bahwa sumbangan faktor lapangan pekerjaan, pendapatan migran, jumlah sanak keluarga yang menjadi tanggungan di daerah asal, lama migran bekerja di Kabupaten Jember dan pendidikan yang ditamatkan terhadap variasi (naik turunnya) besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal sebesar 82 %, sedangkan sisanya 18 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data pada bagian sebelumnya tentang Migran Pekerja Wanita dan Remitannya di Kabupaten Jember, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : a) Faktor penghasilan yang rendah di daerah asal merupakan penyebab utama pekerja wanita memutuskan migrasi ke Kabupaten Jember. b) Sebagian besar tingkat pendidikan migran adalah tingkat SLTA yaitu 46,67 %. Sedangkan dilihat dari maisng-masing lapangan pekerjaan menunjukkan ; sebagian besar tingkat pendidikan sektor jasa, golongan pegawai, sektor perdagangan adalah 117
Nanik Istiyani, Migran Pekerja Wanita Dan Remitannya
SLTA yaitu masing-masing 45 %, 30 % da 65 % dari masing-masing lapangan pekerjaan. c) Rata-rata pendapatan migran menurut lapangan pekerjaan per mimggu adalah : • Rp. 990.000,- untuk sektor jasa dengan variasi antara Rp. 400.000,- sampai Rp. 750.000,• Rp. 1.600.000,- untuk golongan pegawai dengan variasi antara Rp. 800.000,- sampai Rp. 1.100.000,• Rp. 1.900.000,- untuk sektor perdagangan dengan variasi antara Rp. 1.250.000,sampai Rp.1.500.000,d) Lama migran bekerja di Kabupaten Jember bervariasi dari 6 bulan sampai 24 tahun, Sedangkan rata-rata lama bekerja menurut lapangan pekerjaan di sektor jasa 9,225 tahun ; olongan pegawai 8,325 tahun ; dan sektor perdagangan 13,35 tahun. Sebagian besar (35%) motivasi migran bekerja di Kabupaten Jember adalah untuk istkerja di Kabupaten Jember lebih tersedia dan lancar. Sebagian besar golongan pegawai adalah untuk mencukupi kebutuhan keluarga dan untuk sektor perdagangan adalah karena berdagang di Kabupaten Jember lebih lancar daripada didaerahnya. Sedangkan dari sektor jasa mempunyai motivasi yang seimbang antara mencukupi kebutuhan keluarga dengan lebih lancarnya pekerjaan di Kabupaten Jember. e) Variasi pengiriman remitan terbesar terdapat pada kelompok Rp. 400.000,- s/d Rp. 750.000,- yaitu sebanyak 46,16%, untuk golongan pegawai dan sektor perdagangan terdapat pada kelompok Rp.800.000,- s/d Rp. 1.100.000,- yaitu masing-masing sebesar 57,14% dan 35,71%. Frekuensi pengiriman remitan ke daerah asal setiap bulan sekali dan pemanfaatnya terutama untuk membantu orang tua dan biaya pendidikan. f) Faktor lapangan pekerjaan, lama bekerja di Kabupaten Jember, dan pendidikan yang ditamatkan tidak berpengaruh secara nyata terhadap besar kecilnya remitan yang dikirim ke daerah asal, sedangkan pendapatan migran dan jumlah sanak keluarga yang ditanggung di daerah asal mempunyai pengaruh nyata. Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian ini maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut : Ketentuan upah minimum hendaknya selain disesuaikan dengan tingkat kebutuhan hidup yang layak juga perlu disesuaikan dengan tingkat produktivitas tenaga kerjanya. Untuk itu, diperlukan bantuan dari pihak perusahaan untuk menyediakan sarana bagi peningkatan produktivitas tenaga kerja, misalnya dengan jaminan kesehatan, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan lain sebagainya.
118
Jurnal Ilmu Ekonomi, Volume 8 Nomor 1, Januari 2013
Daftar Pustaka Abdullah, T. 1998. School and Pholitics : The Kaum Muda Movement in West Sumatera 1927-1939. New York : Cornell Modern Indonesia Project, Monograph Series. Anton, Dayan. 2006. Pengantar Metode Statistik, LP3ES. Jakarta. Hugo, Greame J,. 1997. Population Mobility and Wealth Transfers in Indonesia and Other World Societies. Honolulu : Paper of The east-West Population Institute, No 87. Lee, Everret S. 2006. A theory of Migration dalam Demography. 3(1) : 47-57. Mantra, Ida Bagus. 2004. Population Movement in Wetrics Cominities : A case Study of Two Dukuh in Yogyakarta Special Region. PhD. Dissertation, Dep. Of Geography, University of Hawai, Honolulu. Maude, A.M. 2003. Intervillage Differences in Outmigration in West Sumatera. Journal of Tropical Geography 49 : 41-54 Naim, Mochtar. 2004 Merantau Minangkabau Voluntery Migration, PhD. Dissertation, University of Singapure. Standing, Grey. 2002. Circulation and Prolctarianization. Internasional Labour Pffice. Genewa. Suharto, Hs. 2004. Perencanaan Pola Migrasi di Indonesia 1991-2000. Yogyakarta. Fakultas Geografi, Universitas Gajah Mada. Sugyanto, H. Sukadi. 2006. Mobilitas Sirkuler Penduduk ke Kotamadya Surakarta. Yogyakarta: Graha Ilmu
119
Nanik Istiyani, Migran Pekerja Wanita Dan Remitannya
120