KARYA TULIS ILMIAH
KONSEP SAFETY AND SECURITY PADA PEMANFAATAN ZAT RADIOAKTIF
Oleh : I Gde Antha Kasmawan, S.Si., M.Si. I Made Yuliara, S.Si., M.T.
JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Hyang Widhi Wasa atas karunia-Nya penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul Konsep Safety and Security pada Pemanfaatan Zat Radioaktif, telah berhasil kami selesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu unsur publikasi dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Udayana.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini. Selain itu tak lupa juga mengucapkan banyak terimakasih kepada rakan-rekan sejawat yang telah membantu dalam memotivasi untuk terselesainya Karya Tulisan Ilmiah ini.
Akhirnya, kami berharap saran dan kritik demi peningkatan kualitas Karya Tulis Ilmiah ini.
Bukit Jimbaran, Desember 2015 Penyusun
DAFTAR ISI Halaman Lembaran Judul....................................................................................................................i Kata Pengantar.....................................................................................................................ii Daftar Isi.............................................................................................................................iii Bab I. Pendahuluan.............................................................................................................1 Bab II. Penggunaan Zat Radioaktif …………………………………...............................3 2.1. Potensi Bahaya Dirty Bomb .............................................................................5 2.2. Tindakan yang Dilakukan Apabila Terjadi Ledakan .......................................6 Bab III. Pengamanan Zat Radioaktif ………………………………………….…………8 3.1. Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir …………........................................9 BAB IV. Penutup ……………………………………………………………………….12 Daftar Pustaka....................................................................................................................14
BAB I PENDAHULUAN
Pada tanggal 20 Oktober 2000 dilaporkan telah terjadi kehilangan 21 unit zat radioaktif (ZRA) di gudang penyimpanan sementara PT Krakatau Steel, Cilegon. Kejadian ini dan kejadian lain di Indonesia atau di dunia yang berkaitan dengan pengamanan pemanfaatan zat radioaktif mendorong dikembangkannya konsep safety menjadi konsep safety and security. Peristiwa tragedi 11 September di Amerika Serikat dan peristiwa Bom Bali semakin memperkuat dorongan ini. Kemungkinan penyalahgunaan ZRA yang akan memicu kepanikan dan ketakutan di dalam masyarakat oleh orang yang tidak bertanggung jawab (dibaca: para teroris) menyebabkan kekhawatiran kepada pengguna ZRA, petugas keselamatan radiasi, petugas keamanan dan masyarakat. Oleh karena itu pengguna ZRA, petugas keselamatan radiasi dan penegak hukum (petugas keamanan) perlu memahami konsep safety and security dalam upaya menangkal kemungkinan penyalahgunaan ZRA tersebut. Konsep ini sebenarnya sudah diaplikasikan pada pemanfaatan bahan bakar nuklir untuk reaktor nuklir atau bahan untuk senjata nuklir seperti uranium, thorium dan plutonium. Dirty bomb adalah sebuah bom yang mengkombinasikan peledak konvensional; seperti dinamit; dengan ZRA yang berbentuk serbuk atau pelet. Ide dibalik dirty bomb ialah untuk menyebarkan ZRA tersebut ke suatu area di sekitar ledakan yang menyebabkan gedung, lahan dan masyarakat sekitar akan terpapar radiasi dan terkontaminasi ZRA. Tujuan utama terjadinya ledakan pada dirty bomb ialah terciptanya
kepanikan dan ketakutan di masyarakat dan menjadikan gedung serta lahan yang menjadi sasaran untuk tidak dapat digunakan dalam jangka waktu lama. Dirty bomb didesain untuk menyebarkan ZRA dan menimbulkan terjadinya kontaminasi ZRA dalam suatu area yang relatif sempit di sekitar ledakan. Namun efeknya dapat sangat besar khususnya bagi masyarakat yang awam terhadap potensi bahaya suatu ZRA. Hal ini berbeda dengan efek radiasi dan kontaminasi yang disebabkan oleh produk fisi (pembelahan nuklir) sebagai akibat dari terjadinya ledakan bom atom (bom nuklir) sebagaimana pernah terjadi di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945. Penyebaran ZRA akibat ledakan nuklir ini sangat luas dengan tingkat aktivitas yang sangat tinggi dan tentunya dengan efek terhadap kesehatan dan lingkungan yang sangat signifikan. Menurut laporan PBB, pada tahun 1997 Irak pernah menguji efek dari dirty bomb. Dari uji tersebut ditemukan bahwa tingkat radiasi atau kontaminasi ZRA yang diakibatkan oleh ledakan dirty bomb terlalu rendah untuk menimbulkan kerusakan yang signifikan sehingga akhirnya uji dirty bomb sebagai senjata kemudian ditinggalkan.
BAB II PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF
Ada banyak spekulasi tentang dimana orang yang tidak bertanggung jawab (teroris) mendapatkan ZRA untuk digunakan dalam pembuatan dirty bomb. ZRA yang merupakan bahan bakar nuklir banyak ditemukan di pusat listrik tenaga nuklir (PLTN), pusat riset/industri nuklir (reaktor riset, pusat riset bahan bakar nuklir atau pabrik pengkayaan bahan bakar nuklir) dan area pusat senjata nuklir. Namun area yang mengandung bahan bakar nuklir ini dijaga dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi sehingga sangat sulit untuk mendapatkan bahan bakar nuklir tersebut.
Aspek tingkat kesulitan dan tingkat bahaya radiasi yang tinggi untuk mendapatkan ZRA (bahan bakar nuklir) di fasilitas nuklir mendorong digunakannya ZRA dengan tingkat bahaya radiasi/kontaminasi yang relatif rendah. ZRA dengan aktivitas relatif rendah banyak dimanfaatkan di rumah sakit, industri uji tak rusak (radiografi industri), industri minyak, konstruksi, pusat penelitian nuklir/radiasi, dan pabrik pengawetan makanan. ZRA di sini digunakan untuk diagnosis,terapi, uji tak rusak, pengukuran (gauging), logging, sterilisasi, penelitian fungsi organ dan lain-lain. Namun tingkat keamanan berupa proteksi fisik di fasilitas radiasi ini tidak seketat sistem keamanan di fasilitas nuklir sehingga lebih mudah diterobos. Hal ini berarti ZRA tersebut lebih mudah untuk diperoleh. Waktu paro ialah waktu yang diperlukan oleh suatu jenis ZRA untuk meluruh sehingga aktivitasnya (kekuatan ZRA) tinggal setengah dari aktivitas awal. Semakin besar waktu paro, berarti semakin lama ZRA tersebut menimbulkan paparan radiasi.
Selain itu, tingkat bahaya suatu jenis ZRA dipengaruhi oleh toksisitas ZRA. Apabila suatu ZRA memiliki toksisitas tinggi dan waktu paro panjang maka ZRA selain secara kimia meracuni tubuh (apabila masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan dan kulit) juga akan memberikan paparan radiasi selama tinggal di dalam tubuh.
Tabel 1. Jenis ZRA yang banyak dimanfaatkan di bidang kesehatan, industri dan penelitian. No.
Nama ZRA
Waktu Paro
1.
Cobalt-60
5,3 tahun
2.
Cesium-137
30 tahun
3.
Iridium 192
74 hari
4.
Americium-241
432 tahun
5.
Iodium-131
8 hari
6.
Phosphor-32
14,3 hari
2.1. Potensi Bahaya Dirty Bomb Radiasi tidak dapat dilihat, tidak berbau dan tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia. Yang dapat dirasakan atau dilihat hanyalah akibat atau efek yang ditimbulkan oleh paparan radiasi tersebut. Oleh karena itu orang tidak dapat mengetahui segera setelah terjadi ledakan apakah pada ledakan itu terdapat ZRA. Kondisi hipotetik yang mungkin terjadi apabila orang yang tidak bertanggung jawab mencuri ZRA dari tempat penyimpanan baik di fasilitas radiasi, rumah sakit atau fasilitas industri pengguna
ZRA dan meledakkannya bersama bom konvensional. Ledakan itu mampu menyebarkan ZRA ke seluruh kota atau area tempat tinggal penduduk sehingga banyak orang akan terpapar radiasi atau terkontaminasi ZRA. Menurut para ahli fisika kesehatan (proteksi radiasi) risiko terbesar terjadinya sebaran ZRA yang diakibatkan oleh ledakan dirty bomb adalah terjadinya kepanikan penduduk yang menjurus terjadinya kekacauan, bukan timbulnya penyakit akibat radiasi; misalnya kanker. Paparan radiasi tingkat rendah memang dapat memicu timbulnya kanker walaupun munculnya kanker bukan semata-mata diakibatkan oleh paparan radiasi yang mengenai tubuh atau organ tersebut. Orang yang berdekatan dengan ZRA dan menerima paparan radiasi secara singkat atau terkontaminasi ZRA di bagian tubuhnya tidak dapat kemudian divonis bahwa ia akan menderita kanker. Risiko besar bahwa seseorang mungkin menderita kanker tidak serta merta bahwa kanker dipastikan muncul. Masih banyak faktor yang mempengaruhi misalnya makanan, tingkat kesehatan, keturunan dan lain-lain. Seorang ahli fisika kesehatan di Universitas Rochester, New York, Andrew Karam mengkawatirkan bahwa ledakan suatu dirty bomb akan mengakibatkan kematian yang disebabkan bukan oleh radiasi atau kontaminasi ZRA tetapi oleh kecelakan di jalan raya karena terjadinya kepanikan atau stres dan ketakutan yang mendorong munculnya serangan jantung. Dosis radiasi yang dipancarkan oleh ZRA akibat ledakan dirty bomb relatif kecil. Bahkan suatu dirty bomb yang potensial yang mengandung batangan Cobalt60 akan memancarkan radiasi gamma dengan dosis beberapa mrem (rem adalah satuan dosis ekivalen radiasi). Bandingkan dengan dengan dosis rerata yang diterima oleh manusia dari radiasi alam yang besarnya antara 300 sampai 400 mrem per tahun.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa potensi bahaya yang cukup signifikan akibat terjadinyaledakan suatu dirty bomb adalah timbulnya kepanikan dan ketakutan yang dapat mendorong terjadinya rangkaian kejadian yang dapat menimbulkan luka atau bahkan kematian.
2.2. Tindakan yang Dilakukan Apabila Terjadi Ledakan Jika suatu ledakan bom terjadi dan diperkirakan terjadi sebaran ZRA maka tindakan pertama yang harus dilakukan oleh orang yang tidak terluka parah adalah tidak panik dan segera meninggalkan area ledakan dengan berjalan kaki. Jangan naik kendaraan pribadi atau kendaraan umum misalnya bis dan taksi. Masuklah ke dalam gedung yang terdekat dan tinggal di dalam untuk mengurangi paparan atau kontaminasi ZRA yang mungkin berada di udara bersama debu. Selanjutnya ganti baju sesegera mungkin. Bungkus baju yang lama dengan pembungkus plastik dan ikat dengan erat agar material yang menempel di baju tidak terlepas ke luar tas plastik ke udara. Dengan mengganti baju yang dipakai, maka potensi radiasi atau kontaminasi ZRA pada tubuh dapat dikurangi secara signifikan. Baju tersebut kemudian disimpan dan diserahkan kepada petugas yang berwenang untuk diuji apakah terjadi kontaminasi di baju tersebut atau tidak. Jika tidak maka baju tersebut dapat dipakai kembali. Mandi adalah tindakan yang efektif untuk mengurangi ZRA yang terkontaminasi pada tubuh. Tindakan ini juga akan mengurangi paparan radiasi total yang diterima oleh tubuh. Apabila ledakan yang terjadi tidak melibatkan ZRA maka tindakan awal yang sudah diuraikan di atas dapat mengurangi terjadinya luka yang diakibatkan oleh bahan kimia yang mungkin ada dalam ledakan tersebut. Informasi lanjutan tentang ledakan dan
dampak yang terjadi dapat terus diikuti melalui radio dan televisi. Jika ZRA memang dilepaskan ke lingkungan maka petugas berwenang dapat memberikan informasi kepada masyarakat tentang hasil pemantauan radiasi/kontaminasi yang sudah dilakukan dan menyampaikan informasi seperlunya kepada masyarakat dan memeriksakan darahnya untuk mengetahui apakah terjadi efek radiasi yang signifikan pada tubuh. Dalam kaitan penyebaran ZRA yodium ke lingkungan, maka serapan yodium oleh kelenjar gondok (tiroid) dan paparan radiasinya pada kelenjar ini dapat dicegah dengan cara minum tablet yodium (potasium yodida-KI). Tablet yodium akan mencegah serapan yodium radioaktif oleh kelenjar gondok, namun tidak dapat menahan serapan ZRA lainnya oleh organ tubuh. Jika tidak ada sebaran yodium radioaktif, minum tablet yodium tidak memberikan keuntungan (tidak dianjurkan), bahkan dapat menimbulkan bahaya.
BAB III PENGAMANAN ZAT RADIOAKTIF
Di dalam Undang-undang No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran disebutkan bahwa “Setiap kegiatan yang berkaitan dengan pemanfaatan tenaga nuklir wajib memperhatikan keselamatan, keamanan dan ketenteraman, kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup”. Salah satu bentuk perhatian akan keselamatan dan keamanan adalah ketersediaan fasilitas pemanfaatan tenaga nuklir (dibaca pemanfaatan ZRA) yang memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan. Persyaratan ini menjadi salah satu persyaratan untuk mendapatkan izin pemanfaatan ZRA (Pasal 3 butir b, Peraturan Pemerintah No. 64/2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir). Persyaratan adanya fasilitas yang memenuhi ketentuan keselamatan dan keamanan juga terkait dengan upaya pencegahan agar ZRA tidak jatuh ke tangan orang yang tidak berhak. Pengungkungan ZRA berkaitan dengan upaya agar tingkat radiasi yang dipancarkan ke lingkungan serendah mungkin. Selain itu dapat dicegah terjadinya pelepasan ZRA ke lingkungan (kontaminasi). Dengan demikian keselamatan dan kesehatan pekerja radiasi dan masyarakat dapat terjamin karena dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi dan masyarakat relatif rendah atau bahkan tidak ada. Dengan dikembangkannya konsep safety menjadi konsep safety and security dalam pemanfaatan ZRA maka pemasangan proteksi fisik seperti bangunan, sistem penguncian jalan dan penghalang (barrier) termasuk sistem kendali jalan masuk (control acces) harus memenuhi persyaratan keamanan yang sudah ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Bangunan, sistem penguncian jalan masuk dan penghalang harus mampu mencegah menyusupnya orang yang tidak berkepentingan ke dalam tempat pemanfaatan dan penyimpanan ZRA. Selain itu sistem kendali jalan masuk ke tempat penyimpanan ZRA harus disusun di bawah tanggung jawab Petugas Proteksi Radiasi (PPR) yaitu petugas yang ditunjuk oleh pengusaha instalasi (pemilik ZRA) untuk mengawasi pemanfaatan ZRA agar aman dan selamat. Kunci untuk memasuki tempat penyimpapan sumber dipegang oleh PPR. Setiap pemasukan dan pengeluaran ZRA harus mendapatkan persetujuan dari PPR dan dicatat dalam logbook. Semua ZRA yang tersimpan atau dimanfaatan harus terinventarisasi dalam buku inventarisasi sumber yang berisi jenis dan aktivitas sumber serta lokasi sumber disimpan atau dimanfaatkan.
3.1. Pengawasan Pemanfaatan Tenaga Nuklir. Undang-undang No. 10/1997 tentang Ketenaganukliran pada Pasal 14 Ayat (1) disebutkan bahwa “Pengawasan terhadap pemanfaatan tenaga nuklir dilaksanakan oleh Badan Pengawas”. Badan Pengawas yang dimaksud ialah BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir). Pada Ayat (2) disebutkan bahwa” Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui peraturan, perizinan dan inspeksi”. Berdasarkan pasal ini artinya BAPETEN memiliki wewenang untuk melakukan pengawasan tenaga nuklir termasuk juga pemanfaatan ZRA agar pemanfaatannya menjamin terciptanya kesejahteraan, keamanan dan ketenteraman masyarakat. Di samping itu pemanfaatan ZRA juga menjamin terciptanya keselamatan dan kesehatan pekerja dan anggota masyarakat serta perlindungan terhadap lingkungan hidup. Di atas diuraikan secara jelas konsep safety and security pada pemanfaatan ZRA di bidang kesehatan, industri dan penelitian/pendidikan dan pelatihan.
Peraturan ketenaganukliran sudah diterbitkan berupa undang-undang, peraturan pemerintah, surat keputusan Kepala BAPETEN atau Kepala/Dirjen BATAN. Semua mengatur ketentuan dan cara pemanfaatan ZRA secara aman dan selamat. Oleh karena itu ketentuan-ketentuan yang ada di dalam peraturan perundang-undangan seharusnya ditaati oleh para pengguna ZRA (tenaga nuklir) sehingga kejadian yang tidak diharapkan khususnya yang berkaitan dengan dirty bomb dapat dicegah atau dapat diantisipasi. Perizinan pemanfaatan ZRA (tenaga nuklir) adalah suatu instrumen BAPETEN yang bertujuanuntuk mengetahui di mana saja kegiatan pemanfaatan ZRA dilaksanakan di Indonesia agar dengan demikian dapat diawasi dan dipantau sehingga tidak timbul dampak negatif terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Di samping itu untuk mengetahui apakah pemohon izin mampu melaksanakan kegiatan pemanfaatan yang direncanakannya secara aman dan selamat. Izin pemanfaatan ZRA akan diterbitkan oleh BAPETEN apabila ketentuan atau persyaratan sebagaimana ditetapkan di dalam peraturan perundang-undangan dapat dipenuhi oleh pemohon izin. Dengan demikian ada jaminan bahwa pemohon izin mampu mengelola ZRA yang dimilikinya dan mencegah ZRA itu jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab untuk disalahgunakan khususnya untuk pembuatan dirty bomb. Inspeksi pemanfaatan ZRA (tenaga nuklir) diperlukan untuk memastikan bahwa pemegang izin mematuhi semua peraturan perundang-undangan yang ada, tidak melanggar kondisi perizinan dan tidak melanggar spesifikasi teknis serta tidak melanggar prosedur keselamatan. Inspeksi pemanfaatan ZRA (tenaga nuklir) dilaksanakan oleh BAPETEN melalui audit atas kelengkapan, kebenaran dan kecukupan dokumen serta verifikasi atas kegiatan pemegang izin dan kesesuaian dengan peraturan perundang-
undangan/spesifikasi teknis/laporan analisis keselamatan/prosedur keselamatan/kondisi izin. Inspeksi pemanfaatan ZRA (tenaga nuklir) dapat dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu. Suatu fasilitas yang memanfaatan ZRA (tenaga nuklir) wajib menerima inspektur BAPETEN yang datang secara sah dengan membawa surat perintah pemeriksaan.
BAB IV PENUTUP
Meningkatnya ancaman teror oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan menggunakan zat radioaktif yang dikombinasikan dengan bom konvensional mendorong perubahan konsep safety menjadi konsep safety and security pada pemanfaatan zat radioaktif. Kombinasi penggunaan ZRA dengan bom konvensional dikenal dengan dirty bomb. Efek yang ingin ditimbulkan pada ledakan dirty bomb ialah terjadinya kepanikan dan ketakutan dalam masyarakat sesuai dengan tujuan pelaksanaan teror itu sendiri dan bukan efek radiasi yang diakibatkan oleh ZRA yang tersebar dalam area tertentu setelah ledakan terjadi. Oleh karena itu tindakan yang harus dilakukan apabila terjadi ledakan dirty bomb di dekatnya adalah berusaha untuk tidak panik dan berusaha menjauhi area ledakan tanpa menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi untuk mencegah penyebaran ZRA lebih lanjut. Upaya yang harus dilakukan untuk mencegah jatuhnya ZRA ke tangan orang yang tidak berhak adalah dengan memasang proteksi fisik dan menyusun sistem kendali jalan masuk. Di sisi lain BAPETEN sebagai badan pengawas sesuai UU No. 10/1999 melaksanakan pengawasan pemanfaatan ZRA (tenaga nuklir) melalui peraturan, perizinan dan inspeksi. Melalui pengetahuan mengenai dirty bomb yang meliputi juga potensi bahaya dirty bomb, tindakan yang dilakukan apabila terjadi ledakan dan pencegahan agar ZRA tidak jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab diharapkan pengguna ZRA (termasuk pekerja radiasi) dan masyarakat umum tidak terjebak oleh kepanikan dan
ketakutan akan kemungkinan terjadinya ledakan bom yang menyebabkan penyebaran ZRA ke lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA 1. BAPETEN, Ketenaganukliran., Undang-undang No. 10 Tahun 1997. (1997) 2. BAPETEN, Keselamatan dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion., Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000. (2000) 3. BAPETEN, Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir., Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2000. (2000) 4. BAPETEN, Rekualifikasi Petugas Proteksi Radiasi Bidang Industri., Modul Rekualifikasi PPR. (2001) 5. www.bt.cdc.gov, Dirty Bomb., Artikel Internet (2004) 6. Jumpeno, B.Y.E.B. Inspeksi Keselamatan Nuklir BATAN., Diktat Pelatihan Inspeksi Keselamatan Instalasi Nuklir dan Fasilitas Radiasi. Pusdiklat-BATAN (2004)