KOMUNIKASI PEMASARAN RADIO KOMUNITAS LINTAS MERAPI DALAM MENDAPATKAN PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT Halimatus Sa’diyah Prodi DIII Penyiaran Akademi Komunikasi Radya Binatama (AKRB), Yogayakarta Alamat Korespondensi : Jln Raya Janti 3/47 Karang Jambe, Banguntapan, Yogyakarta (0274) 489970 E-mail: diyah,halimatussa@gmail,com
Abstrak Radio komunitas Lintas Merapi FM 107,90 Mhz merupakan radio komunitas yang didirikan dan dikembangkan oleh masyarakat Kampung Deles, Desa Sidorejo, Klaten, Jawa Tengah, sejak 1999 dan terus berkembang hingga sekarang. Radio ini mendapatkan berbagai penghargaan dan mampu bertahan hingga tujuhbelas tahun. Kunci kesuksesan radio komunitas ini adalah adanya partisipasi aktif dari komunitasnya secara nyata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi pemasaran yang dilakukan untuk mendapatkan partisipasi aktif dan langkah pengelola mengatasi kendala yang ada. Harapannya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai model bagi radio komunitas lain agar dapat bertahan dan berkembang. Konsep marketing mix (4P), elemen komunikasi pemasaran dan konsep tentang radio komunitas digunakan sebagai dasar teori. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif diskripstif dengan metode studi kasus tunggal Robert K.Yin. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi produk radio ini adalah informasi mengenai cuaca dan kondisi puncak Merapi, memperdengarkan musisi lokal dangdut dan karawitan, disiarkan dengan kekuatan 60 kw dan dapat diakses melalui handy talky (HT), radio dan internet streaming. Lokasi radio ini dibuka untuk warga selama 24 jam, memiliki ruang latihan gamelan, teras untuk kumpul warga/temu pendengar dan fasilitas lain. Kegiatan promosi yang dilakukan antara lain WOM, Public Relations, melakukan program off air serta membangun relasi dengan organisasi, akademisi dan praktisi radio komunitas dalam dan luar negeri. Radio ini mengatasi masalah pendanaan dengan membuat usaha mandiri seperti sablon dan bagi hasil gembala sapi dan kambing serta menarik sumbangan warga. Regenerasi SDM diatasi dengan membuat program off air untuk anak-anak dan remaja, serta penjadwalan yang fleksibel bagi penyiaranya. Kata Kunci : komunikasi, komunitas, partisipasi, pemasaran, radio 1. PENDAHULUAN Radio komunitas Lintas Merapi FM 107,90 Mhz adalah radio komunitas yang sudah berdiri sejak 1999 di Kampung Deles (4,5 kilometer dari kaki Gunung Merapi), Desa Sidorejo, Klaten, Jawa Tengah. Radio ini berguna sebagai sarana bertukar informasi sekaligus menjadi pusat informasi utama seputar kondisi Gunung Merapi, terutama saat kondisi gunung mulai aktif. Radio yang didirikan secara swadaya ini, telah mendapatkan berbagai penghargaan, seperti Kick Andy Hope (2011), Suara Kencana Award dari Radio Republik Indonesia/RRI (2011) dan penghargaan dari Radio BBC Siaran Indonesia (2007). Pendirinya juga mendapatkan penghargaan sebagai Tokoh Inspirasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) 2012 [18]. Sejak berdirinya hingga kini, radio komunitas ini masih aktif memancarkan siarannya baik saat kondisi gunung sedang aktif maupun saat tenang. Berbagai program on air dan kegiatan off air terus dilakukan untuk menyampaikan pesan kewaspadaan dan himbauan akan pentingnya mitigasi bencana (13]. Masyarakat Kampung Deles menempatkan radio ini sebagai media utama untuk mendapatkan informasi sekaligus hiburan. Radio ini dipilih bukan karena tidak adanya media massa lain yang bisa diakses, melainkan karena kecintaan dan kepuasannya terhadap radio komunitas ini. Hal ini tampak dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan Anastasia Catur Ema F (2011) tentang kepuasan warga Sidorejo terhadap siaran informasi penanggulangan bencana Gunung Merapi di radio komunitas Lintas Merapi. Penelitian ini menunjukan bahwa warga 372
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Sidorejo mengalami kepuasan dalam kategori identitas pribadi dan kategori hiburan.Kecintaan terhadap radio komunitas Lintas Merapi juga tampak dari partisipasi aktif yang dilakukan masyarakat setempat dalam mengelola radio Lintas Merapi ini. Berbagai karya masyarakat sengaja dibuat untuk disiarkan di radio ini seperti lagu ciptaan, rekaman kegiatan kemasyarakatan serta mendedikasikan diri menjadi penyiar dan crew (relawan) [13]. Partisipasi aktif dari komunitasnya adalah salah satu pencapaian positif dari radio komunitas Lintas Merapi. Menurut UNESCO, radio komunitas memiliki dua makna penting yaitu geografis dan partisipasi. Geografis diukur dari radius frekuensi yang dibatasi ketentuan Kepmenhub No.15 tahun 2002 dan No.15A tahun 2003, yang menyatakan bahwa radio komunitas hanya bisa berada di frekuensi FM 107,7 Mhz; 107,8 Mhz; atau 107,9 Mhz, dengan jangkauan yang terbatas yaitu power maskimal 50 watt dan jangkauan layanan maksimal 2,5 km. Sedangkan partisipasi adalah keterlibatan komunitas (masyarakat sepetempat) baik secara kuantitatif dan kualitas baik sejak pendirian hingga operasional siaran. Radio komunitas yang melayani segenap kelompok sosial dalam komunitas merumuskan bentuk partisipasi yang berbeda, tidak seragam agar setiap individu berpeluang bergabung tanpa merasa kecil kontribusi siarannya. Partisipasi adalah prinsip dasar pengelolaan radio komunitas. Tanpa partisipasi, terutama dari tiap anggota komunitas, segenap aktivitas siaran hambar dan tidak signifikan [12]. Mendapatkan partisipasi aktif seperti yang sudah dicapai radio komunitas Lintas Merapi, tidaklah mudah, banyak radio komunitas yang tidak dapat mempertahankan eksistensinya karena kurangnya partisipasi aktif dari komunitasnya tersebut. Radio komunitas sendiri didefinisikan sebagai pelayanan radio nonprofit yang dimiliki dan dikelola oleh suatu komunitas berdasarkan pada kepercayaan, foundation atau asosiasi. Radio ini bertujuan untuk melayani dan memberikan manfaat bagi komunitasnya [4]. Menurut UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, radio komunitas merupakan lembaga penyiaran yang bergerak di bidang pelayananan siaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, berdaya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya [4]. Berdasarkan definisi tersebut di atas, radio komunitas penting sebagai media alternatif dan media yang dapat melayani kepentingan komunitasnya. Namun, format radio komunitas ini memiliki keterbatasan di berbagai hal yang rentan mendapatkan berbagai kendala. Radio komunitas kerap menjumpai kendala perijinan, kepemilikan, keuangan hingga masalah isi konsep program dan produksi program siaran [10]. Sebagai radio nonkomersial, radio komunitas tidak diijinkan untuk menjual iklan komersial seperti yang tertulis pada Pasal 23 UU Penyiaran No.32 Tahun 2002. Peraturan itu secara eksplisit melarang penayangan iklan niaga bagi lembaga penyiaran komunitas. Dalam hal ini radio komunitas perlu menemukan alternatif sumber dana yang lain [10]. Tanpa dana yang cukup, kelangsungan hidup radio komunitas dapat dipastikan tidak bisa bertahan lama. Problem finansial ini tidak hanya berdampak pada kelangsungan radio komunitas secara umum, tetapi turut berdampak pada lini produksi penyiaran. Tanpa dana yang mencukupi, personil radio komunitas kurang memiliki kemampuan yang memadai dalam memproduksi program siaran. Dana yang terbatas itu juga membatasi radio komunitas untuk menyampaikan informasi terkait kebutuhan dan minat komunitas tersebut [10] akibatnya mayoritas radio komunitas memiliki porsi siaran nonkomunitas dan nonlokalitas yang justru mendominasi. Siaran dangdut menjadi andalan banyak radio komunitas, sedangkan kebutuhan spesifik komunitas hanya terkesan pelengkap saja [10]. Meskipun banyak kendala yang dihadapi radio komunitas secara umum, radio komunitas Lintas Merapi FM dapat menunjukan eksistensinya hingga kini dan mendapatkan berbagai penghargaan baik dari lembaga pemerintah maupun lembaga swasta. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba mencari tahu strategi dan kegiatan komunikasi pemasaran seperti apa yang dilakukan untuk mendapatkan partisipasi aktif dari komunitasnya dan mengatahui kegiatan yang dilakukan radio komunitas Lintas Merapi untuk mengatasi masalah dasar radio komunitas, seperti masalah keuangan, sumber daya manusia, konsep dan produksi program juga merupakan tujuan penelitian ini dilakukan.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
373
2. METODE PENELITIAN Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode studi kasus. Jenis penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi secara sitematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu. Riset ini menggambarkan realitas yang sedang terjadi tanpa menjelaskan hubungan antarvariabel [5]. Metode penelitian kualitatif yang digunakan adalah studi kasus (case study). Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif menganai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial [8]. Robert K. Yin [11] memberikan batasan mengenai metode kasus sebagai riset yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus tunggal. Salah satu ciri metode penelitian ini adalah keunikan kasus yang di teliti. Keunikan radio komunitas Lintas Merapi berada pada pendiri dan pengelolanya yang merupakan masyarakat pedesaan dengan tingkat pendidikan dan status ekonomi sosial menengah tetapi mampu mendapatkan dukungan (partisipasi) aktif baik secara kuantitatif maupun kualitatif dari komunitasnya, serta meraih berbagai macam penghargaan sehingga dapat mempertahankan eksistensinya hingga lebih dari enam belas tahun. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer dalam penelitian ini antara lain, frasa, tanggapan, tindak tanduk dari pendiri, penyiar dan pengurus komunitas radio komunitas Lintas Merapi, Kampung Deles RT 27/009, Desa Sidorejo, Kemalang, Klaten, Jawa Tengah, dan beberapa warga setempat. Sumber sekunder berupa informasi tertulis mengenai radio komunitas Lintas Merapi yang dapat diperoleh melalui situs resmi dan jejaring sosial radio Komunitas Lintas Merapi dan artikel serta buku pendukung. Penelitian ini akan menggunakan teknik pengumpulan data pada studi kasus seperti yang dikemukakan oleh Yin [11], yaitu dokumentasi, rekaman arsip, wawancara, dan observasi langsung. Setelah data terkumpul, analisis data yang dilakukan adalah melakukan kategorisasi; menciptakan analisis data dengan membuat flowchart yang menunjukan keterkaitan satu sama lain dan dimasukan ke dalam urutan skema konsep atau teori yang digunakan. Bentuk analisis data yang digunakan adalah penjodohan pola dengan membandingkan antara kenyataan dan dugaandugaan yang berdasarkan teori dan konsep. Pada penjodohan pola ini variabel-variabel spesifik sudah diprediksi dan ditentukan sebelum pengumpulan data dilakukan [11]. Validitas data dan uji kualitas data juga perlu dilakukan untuk memastikan data yang disampaikan dalam penelitian ini terpercaya dan dipastikan kebenarannya. Validitas data dan uji kualitas data yang dilakukan pada penelitian ini adalah kepercayaan (kredibilitas/ credibility), dan ketergantungan (dependability). Jenis uji kredibiliti yang digunakan dalam penelitian ini adalah respondent validation atau member validation, yaitu upaya peneliti untuk mendapatkan konfirmasi dari pihak yang [2]. Sedangkan untuk mendapatkan data yang reliable hasil penelitian ini dapat dinilai oleh kolega, seperti peers review baik sejak desain penelitian maupun hasil penelitian [2]. 3. KOMUNIKASI PEMASARAN RADIO KOMUNITAS LINTAS MERAPI DALAM MENDAPATKAN PARTISIPASI AKTIF MASYARAKAT Komunikasi pemasaran radio komunitas Lintas Merapi dalam mendapatkan partisipasi aktif masyarakat dapat dilihat dari penjabaran marketing mix 4P (product, price, place dan promotion) dengan menitiberatkan pada promosi (komunikasi pemassaran) dan cara radio ini mengatasi kendala manajemen dan sumber daya manusia, pendanaan dan lain lain yang dihadapi. Marketing Mix atau bauran pemasaran diartikan Machfoedz [7] sebagai suatu sarana pemasaran taktis yang meliputi produk, harga, tempat dan promosi yang dibaurkan untuk mendapatkan respons yang diinginkan dari pasar sasaran. Sementara kendala yang biasa dihadapi oleh radio komunitas dijabarkan Masduki [12] bahwa radio komunitas di Indonesia menghadapi setidaknya empat masalah besar yaitu: (1) persoalan membentuk institusi dan manajemen radio yang berbasis pada partisipasi komunitas; (2) implementasi regulasi siaran terkait program siaran, perizinan, standar teknologi siaran dan etika siaran; (3) persoalan SDM; dan (4) persoalan dana. Untuk masalah 374
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
perijinan penggunaan frekuansi setelah ketentuan Kepmenhub No.15 tahun 2002 dan No.15A tahun 2003 diresmikan, masalah ini tidak lagi menjadi kendala yang berarti. Ketentuan ini menyebutkan radio komunitas bisa berada di frekuensi FM 107,7 Mhz; 107,8 Mhz; atau 107,9 Mhz, dengan jangkauan yang terbatas yaitu power maskimal 50 watt dan jangkauan layanan maksimal 2,5 km. Berikut penjabaran strategi radio komunitas Lintas Merapi dalam mendapatkan partisipasi masyarakat dengan memperhatikan profil radio komunitas lintas merapi dan penjabaran marketing mix 4P (product, price, place dan promotion). 3.1 Product, Price, Place dan Promotion (4P) 3.1.1 Product (Produk) Product (produk) dalam media penyiaran adalah informasi atau hiburan yang disampaikan kepada audiens dalam bentuk suatu program. Program siaran radio komunitas Lintas Merapi terdiri dari hiburan lokal berupa lagu dan musik dangdut dan karawitan dari musisi lokal serta informasi mengenai keadaan langit/cuaca puncak Gunung Merapi. Informasi ini sangat dibutuhkan masyarakat di sekitar Kampung Deles, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai penambang pasir yang berada di sungai kaki Gunung Merapi. Dengan informasi ini, mereka dapat lebih waspada dan dapat menghindari banjir yang dapat menghanyutkan kendaraan mereka. Selain itu, informasi tentang mitigasi bencana juga disampaikan dalam bentuk insert dan jingle, sedangkan informasi dari pemerintah seperti anjuran keluarga berencana disiarkan melalui iklan layanan masyarakat hasil kerjasama dengan BKKBN [20]. Format program siaran radio komunitas Lintas Merapi lebih didominasi oleh hiburan. Sukiman Mohtar Pratomo [19] menyatakan bahwa, agar radio komunitas didengarkan dan disukai, muatan hiburan harus diprioritaskan, sehingga apabila ada informasi yang disampaikan, banyak masyarakat yang mendengarkan. Meskipun UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 21 Ayat 2 menyatakan bahwa lembaga penyiaran komunitas diselenggarakan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang menggambarkan identitas bangsa, radio Lintas Merapi merasa hiburan menjadi aspek penting agar didengarkan masyarakat sehingga informasi penting yang disampaikan bisa diterima masyarakat. Program siarannya terdiri dari program on air dengan penyiar langsung dan ada pula hanya lagu-lagu tanpa penyiar (operator). Format lagu yang diperdengarkan antara lain lagu dangdut, lagu karawitas (uyon-uyon) dan lagu pop Indonesia-Barat. Informasi yang disampaikan berupa informasi mengenai kondisi langit (cuaca) di puncak Gunung Merapi, Iklan Layanan Masyarakat (ILM) tentang Keluarga Berencan, insert/jingle mengenai pencegahan/ mitigasi bencana gunung meletus. Format program dan penjadwalan siaran radio komunitas Lintas Merapi diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap warga Kampung Deles. Target audiens radio ini adalah remaja hingga manula. Pada pukul 13,00 hingga pukul 17.00 program radio ini ditujukan kepada remaja dan anak muda yang menyukai musik dangdut, sementara pukul 17.00 sampai 19.00 ditujukan kepada manula atau orang tua yang sedang bersantai, musik yang diperdengarkan adalah karawitan dengan siaran menggunakan bahasa Jawa Inggil, sedangkan malam pukul 19.00 hingga 23.00 ditujukan untuk remaja dan anak muda. Bahasa yang digunakan saat siaran adalah campuran bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Penjadwalan program siaran radio komunitas Lintas Merapi tampak dari gambar berikut ini.
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
375
Gambar 1. Jadwal Program Siaran Radio Komunitas Lintas Merapi 2016 Nama Program
o.
-
.
GENDUT SIANG I (Goyang Dangdut) GENDUT SIANG II (Goyang Dangdut)
.
.
KARAWITA N SORE
.
Waktu
Tipe Siaran
Setiap hari 12.00 – 13.00
Operator
Setiap hari 13.00 – 15.00
Live Penyiar: Reto
Dangdut artis lokal daerah
Setiap hari 15.00 – 17.00
Operator
Dangdut artis lokal daerah
Setiap hari 17.00 – 19.00
Live Penyiar: Kakek (Pak Slamet) – Nenek (bu Slamet) Live Penyiar: Anakanak SMP/SMA
MUKA Setiap hari TEBAL (Musik 19.00 – 21.00 Asik Teman Belajar) GENDUT Setiap hari MALAM (Goyang Operator 21.00 – 23.00 Dangdut) (Sumber : Reto dan Sukiman Mohtar Pratomo, 2016)
.
.
Format Lagu Karawitan (uyon-uyon)
Karawitan (uyon-uyon)
Pop Indonesia Barat Dangdut artis lokal daerah
Berdasarkan gambar di atas diketahui bahwa radio komunitas Lintas Merapi siaran on air selama 11 (sebelas) jam mulai dari pukul 12.00 sampai 23.00. Siaran dimulai pukul 12.00 karena pada pukul ini, kebanyakan masyarakat Kampung Deles, sudah berada di rumah sepulang bekerja. Profesi masyarakat Kampung Deles rata-rata bekerja sebagai petani, pencari rumput ternak, dan penambang pasir yang selesai bekerja antara pukul 12.00-13.00. Sementara, format musik yang diperdengarkan terdiri dari 18,2 persen musik pop Indonesia-Barat; 27,3 persen musik karawitan; dan 54,5 persen musik dangdut. Keunikan dari musik yang diperdengarkan oleh radio komunitas Lintas Merapi adalah lagu-lagu dari musisi lokal daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta seperti Sera, Delta dimana penyanyi atau kru musiknya dikenal secara pribadi oleh pendengarnya. Selain itu, penyanyi atau kru musik/lagu karawitan yang diperdengarkan juga berasal dari seniman setempat, tidak jarang warga Kampung Deles yang berprofesi sebagai dalang dan sinden merekam sendiri lagunya di radio komunitas Lintas Merapi. Radio ini dilengkapi dengan satu ruangan gamelan yang bisa digunakan untuk latihan maupun rekaman. Karya musik karawitan yang diperdengarkan tidak jarang merupakan hasil karya warga setempat yang direkam secara mandiri. Setiap siaran, penyiar radio Lintas Merapi memiliki SOP (standar operasional) yang berisi pedoman apa saja yang disampaikan di awal siaran dan informasi apa saja yang disampaikan, penyiar wajib menyampaikan salam kepada keluarganya pada awal siaran dan meminta maaf apabila ada salah-salah kata atau yang kurang berkenan di akhir siaran [20] Peralatan siaran radio komunitas Lintas Merapi sudah didukung oleh peralatan standar siaran radio seperti komputer berjaringan internet, mixer untuk tiga input suara, headset dan ponsel untuk membaca SMS dan telepon. Sementara software siaran radio yang digunakan adalah “Zara” [20]. Radio komunitas Lintas Merapi terus melakukan pengembangan, tidak hanya sebagai radio, tetapi juga sebagai pusat kegiatan masyarakat. Selain produk on air, radio ini juga memiliki berbagai macam program off air yang ditujukan untuk semua lapisan komunitas warga Kampung Deles. Salah satu bagian masyarakat yang banyak dikembangkan adalah anak-anak usia sekolah dasar dan remaja. Pimpinan radio ini bapak Sukiman Mohtar Pratomo membentuk Kelompok Anak Cinta Lingkungan atau dikenal dengan Kancing pada tahun 2008. Awal mulanya, banyak anak-anak yang bermain dan berkumpul di sekitar radio komunitas Lintas Merapi, mereka datang 376
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
dan main tanpa tujuan dan pengarahan. Muncul ide untuk mengarahkan anak-anak ini agar kegiatannya lebih positif. Awalnya pengurus radio berinisiatif mengumpulkan buku-buku bekas layak pakai yang dikumpulkan menjadi perpustakaan mini, selain itu juga membentuk kelompok belajar agara anak-anak mau belajar bersama, dan bapak Sukiman Mohtar Pratomo dan kru Lintas Merapi menjadi mentor yang mengajarkan bagaimana belajar yang baik dan benar. Radio juga menyediakan mesin cetak/printer, kertas serta internet secara cuma-cuma yang bisa digunakan anak-anak untuk mengerjakan tugas dan belajar dengan nyaman. Ternyata kegiatan ini membawa pengaruh yang positif bagi prestasi belajar anak-anak. Hal ini mendapat sambutan positif dari orang tua dan warga. Citra radio komunitas Lintas Merapi semakin positif dan disukai masyarakat. Kegiatan untuk KANCING terus berkembang mulai dari pengenalan lingkungan seperti penanaman pohon hingga pendidikan tentang mitigasi bencana. 3.1.2 Price (Harga) Price (harga) merupakan dampak langsung dari produk, Lavine dan Wackman [6] memberikan definisi harga pada media penyiaran sebagai “the cost of a media product to the customer”. Harga lebih banyak diartikan dengan berapa banyak uang yang dibayarkan untuk mendapatkan suatu produk, padahal ada pengeluaran atau pengorbanan nonmoneter dari menggunakan media, misalnya apakah media tersebut bisa diakses dengan mudah oleh audien di rumah, atau membutuhkan lokasi khusus atau perangkat khusus. Radio komunitas Lintas Merapi dapat diakses melalui radio, handy talky (HT), dan radio streaming via internet. Radio ini memiliki kekuatan pemancar 60 KW yang dapat menjangkau wilayah Klaten, Prambanan, Sleman tenggara, Kota Yogyakarta timur laut, Sukoharjo, Karanganyar, Solo, hingga Sragen. Posisinya yang tinggi, sekitar 1188 meter dari permukaan laut, menjadikan siarannya dapat didengarkan hingga jangkauan yang luas. Akan tetapi, ada beberapa daerah seperti Cangkringan utara di Sleman dan Boyolali tidak dapat mendengarkan radio ini karena kehalang pegunungan dan bukit-bukit. 3.1.3 Place (Lokasi) Place (lokasi) ditujukan kepada bagaimana sebuah media mendistribusikan produk atau pelayanannya kepada audien [6]. Lokasi juga didefinisikan sebagai lokasi fisik dimana produk dari media penyiaran tersebut dipasarkan dan langkah-langkah mendistribusikan produknya [1]. Lokasi radio ini berada di rumah koordinator radio komunitas Lintas Merapi. Bangunannya terdiri dari dua lantai dengan halaman parkir dan teras yang luas untuk berkumpul warga. Bangunan ini sangat representastif bagi sebuah radio komunitas yang bukan hanya menjadi media penyebar informasi tetapi juga sebagai pusat kegiatan warga. Radio ini dilengkapi dengan sebuah ruangan siaran yang berada di lantai dua. Ruangan berukuran kurang lebih 9 m2 ini memiliki jendala yang langsung menghadap puncak Gunung Merapi, komputer yang terhubung CCTV pemantau dan dilengkapi peralatan teknis siaran yang terstandar. Selain ruangan siaran, di lantai yang sama juga terdapat ruang gamelan yang dilengkapi peralatan gamelan. Gamalan set tersebut adalah milik salah satu penyiar (relawan) radio komunitas Lintas Merapi yang berprofesi sebagai seniman wayang (dalang dan sinden). Selain itu, kebudayaan tradisional jawa masih sangat kental di Kampung Deles. Hal ini menunjukan, bahwa radio komunitas Lintas Merapi tidak hanya menyiarkan informasi tetapi juga berperan sebagai pusat kegiatan positif masyarakat. Hal menarik dari lokasi radio komunitas Lintas Merapi adalah bangunan tersebut didesain untuk menerima banyak orang. Halaman dapat digunakan sebagai lahan parkir, sedangkan di bagian samping rumah terdapat ruangan kosong yang biasa digunakan untuk berkumpul warga. Ruangan ini juga dicat dengan desain yang meriah dan disediakan alas tikar untuk lesehan. Bangunan radio terpisah dari rumah pemilik, sehingga setiap warga bisa datang dan masuk ke radio kapan saja. Bangunan radio ini juga dilengkapi dengan kamar mandi umum yang berada di luar rumah utama, memiliki ruang perpustakaan mini untuk menyimpan buku bacaan anak-anak dan ruang rekaman atau produksi untuk keperluan siaran radio. Bangunan radio komunitas Lintas Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
377
Merapi terbuka bagi siapa saja, baik untuk kalangan pendengar yang ingin bertemu penyiarnya atau antar warga yang sekedar hadir untuk berbincang-bincang.
3.1.4 Promotion (Promosi) Promotion (promosi) di dalamnya termasuk alat-alat yang bertujuan untuk meyakinkan komunitas untuk berpartisipasi aktif dalam radio komunitasnya. Kebanyakan alat yang digunakan dalam promosi antara lain, beriklan, public relations, sales promotion dan penjualan langsung (direct selling) [6]. Promosi disini termasuk kombinasi berbagai aktifitas yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi aktif komunitas serta menjaring pendengar radio komunitas. Kegiatan promosi yang dilakukan pengurus radio komunitas Lintas Merapi antara lain menyebarkan informasi atau undangan rapat dan undangan berkegiatan lain melalui word of mouth atau dikenal dalam istilah setempat sebagai gethok tular. Word of mouth adalah penyebaran informasi dari satu individu ke individu lain secara oral dan langsung. Selain itu, kegiatan utama yang dilakukan radio ini adalah melakukan branding dan berbagai kegiatan Public Relations. Kegiatan branding dilakukan untuk meningkatkan nilai suatu merek, dalam hal ini nama “Radio Komunitas Lintas Merapi”. Pengelola radio ini perlu membentuk persepsi di benak komunitas agar mendapatkan partisipasi aktif. Salah satunya hal yang bisa dilakukan yaitu membentuk persepsi nilai dan persepsi kualitas. Persepsi nilai adalah persepsi kualitas (perceived value) dibagi dengan harga, dimana ini berkaitan dengan manfaat fungsional, praktek pembelian dan penggunaan merek tersebut. Sementara persepsi kualitas (perceived quality) menurut David A Aaker adalah persepsi konsumen terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa layanan yang sama dengan maksud yang diharapkan [3]. Selain itu merek atau brand juga dibangun untuk diasosiasikan dengan sesuatu seperti dengan inovasi, perhatian kepada pelanggan, menjadi lokal atau global [3]. Radio komunitas Lintas Merapi lebih menekankan pada persepsi kualitas (perceived quality), yaitu memberikan manfaat, sangat lokal dan sesuai yang diharapkan komunitas. Untuk mencapai hal ini, radio hadir dengan memprakarsai kegiatan-kegiatan bermanfaat bagi komunitas Kampung Deles, mulai dari mengarahkan anak-anak usia sekolah dalam kegiatan KANCING (kelompok anak cinta lingkungan), memberikan penyuluhan pertanian, menggerakan warga untuk kerja bakti rutin dan bersih-bersih, hingga memprakarsai pembuatan tabungan bencana dan pembuatan standar operasional (SOP) jika terjadi bencana gunung meletus. Pengelola radio ini terus mengembangkan programnya agar memberikan banyak manfaat bagi warga. Radio ini tidak hanya menyebarkan informasi yang dibutuhkan masyarakat tetapi memiliki program nyata di bidang pendidikan, sosial hingga ekonomi. Berbagai program yang dibuat dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat, sehingga himbauan yang disampaikan pengelola radio ini (bapak Sukiman Mohtar Pratomo) disambut dan dilaksanakan oleh komunitasnya. Citra inilah yang dibangun oleh pengelola radio, bahwa radio ini hadir sebagai pusat kegiatan masyarakat yang membawa pengaruh baik bagi kehidupan komunitas sekitar. Citra ini ditanamkan pada benak komunitas, sehingga radio ini mendapatkan tempat yang istimewa di benak komunitasnya. Selain itu, pengelola radio ini juga menjalin hubungan dengan berbagai pihak diantaranya para akademisi, organisasi non-profit, pihak swasta, dan pers. Koordinator radio ini bapak Sukiman Mohtar Pratomo, telah banyak menjadi pembicara dalam berbagai cara yang diadakan banyak organisasi dari dalam dan luar negeri termasuk PBB (persatuan bangsa bangsa) diantaranya pemerintahan Swiss, Japan termasuk BNPB (badan nasional penanggulangan bencana) dan acara televisi Kick Andy. Dengan prestasi ini, radio komunitas Lintas Merapi juga memiliki nilai berita yang tinggi yang membuat berbagai media cetak maupun elektronik membuat berita tentangnya. Hal-hal tersebut memberikan kebanggan kepada siapa saja yang terlibat dalam radio Lintas Merapi, mulai dari kru/relawannya hingga warga masyarakat sekitar. Pemanfaatan media online juga digunakan untuk memperkenalkan radio komunitas Lintas Merapi kepada masyarakat luas, akun Lintas Merapi dibuat di beberapa jejaring sosial seperti 378
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
Facebook (https://id-id.facebook.com/LINTAS-MERAPI-FM). Selain itu, radio ini juga blog (lintas-merapi.blogspot.com/) dan website resmi yang tergabung dalam “Jalin (http://merapi.combine.or.id/ dan jalinmerapi.net/). Penyiar dan koordinator radio menggunakan berbagai media jejaring sosial seperti Facebook yang digunakan untuk komunikasi dan relasi dengan masyarakat Kampung Deles, Sidorejo. 3.2
memiliki Merapi” ini juga menjalin
Mengatasi kendala Manajemen, Sumber Daya Manusia dan Pendanaan
Sebagai relawan, penyiar dan kru radio komunitas Lintas Merapi mendonasikan waktu dan tenaga tanpa bayaran. Oleh karena itu, radio ini tidak bisa dikelola dengan cara-cara seperti radio komersial dengan penjadwalan dan pembagian kerja yang tegas dan kaku; memberikan punishment terhadap keterlambatan dan ketidakhadiran; atau memberikan kewajiban untuk hadir selama delapan jam sehari. Radio komunitas Lintas Merapi dikelola dengan kesadaran sukarela, dimana koordinator/pimpinan tidak bisa memaksakan para relawan untuk bekerja sesuai keinginan pihak manajemen radio. Penyiar radio komunitas Lintas Merapi diberi kebebasan untuk siaran di waktu luang mereka dengan jenis acara yang mereka sukai dan dibuat sesuai kreativitas penyiarnya, jika berhalangan hadir mereka tidak wajib mencari pengganti atau menginformasikan kepada pengelola. Para relawan siaran ini dapat datang untuk membuat daftar lagu pada software on air lalu pulang untuk melanjutkan kegiatan pribadinya atau ijin siaran selama beberapa hari atau sesuai dengan kebutuhan. Pada saat tidak ada penyiar, bapak Sukiman Mohtar Pratomo beserta keluarga (dimana rumahnya menjadi lokasi radio komunitas Lintas Merapi) melakukan daftar lagu sesuai dengan format programnya pada software on air agar tetap ada musik yang on air [20]. Peranan pimpinan sangat penting dalam keberhasilan pengelolaan radio berbasis komunitas. Bapak Sukiman Mohtar Pratomo adalah pimpinan radio komunitas Lintas Merapi yang sangat berperan dalam pengelolaan radio ini. Pimpinan radio komunitas Lintas Merapi menyadari perlunya jaringan dan rekanan dengan berbagai lembaga non-profit, akademisi, pemerintahan serta pihak swasta untuk menunjang kebutuhan radio. Pelatihan tenaga teknis, peralatan bahkan teknologi yang berada di radio ini, tidak jarang adalah hasil sumbangan dan kerjasama dari pihak luar. Bagi radio berbasis komunitas, perlu adanya kerjasama dengan pihak luar untuk mengatasi keterbatasan pengetahuan, teknologi dan pendanaan. Sumber daya manusia radio komunitas Lintas Merapi adalah aspek penting dalam menajemen radio, kru senior menjadi pimpinan dibagiannya masing-masing, ada yang berperan sebagai program director yang melakukan kendali (mengawasi, memberikan saran dan kritik) terhadap isi siaran dan mengajarkan penyiar junior, adapula yang ahli di bidang teknis. Pada radio ini, penyiar juga berperan menjadi music director yang mencari dan memasukan lagu langsung ke dalam software siaran. Saat ini penyiar yang dijadwalkan secara tetap berjumlah empat (4) orang, sementara total penyiar terdapat 14 orang sedangkan total kru berjumlah 32 orang [19]. Radio Lintas Merapi tidak melakukan proses rekruitmen berkala dengan persyaratan yang ketat. Syarat utamanya adalah jika rumahnya jauh harus sudah pulang pukul 16.00 dari radio Lintas Merapi dan diantar orangtua (jika masih dibawah umur) pada hari pertama. Orang tua juga diwajibkan menyimak anaknya siaran dan dapat menghubungi pimpinan melalui SMS/telepon Pengurus mengijinkan siapa saja untuk bergabung. Warga Kampung Deles yang ingin menjadi kru dapat datang, latihan siaran dan ikut berkegiatan [19]. Dengan menjadi kru di radio komunitas Lintas Merapi, warga mendapatkan keuntungan sosial berupa penghargaan dan pengakuan dari masyarakat. Kru atau relawan ini, merasa bangga jika banyak masyarakat yang mengenali dirinya di tempat umum dan menanyakan keadaannya ketika tidak dapat hadir siaran. Kepuasan pribadi dan menyalurkan hobi/passion juga menjadi alasan utama warga bergabung menjadi relawan radio komunitas Lintas Merapi. Regenerasi kepengurusan adalah hal penting yang harus dilakukan demi keberlangsungan radio ini. Bapak Sukiman Mohtar Pratomo merancang dan melaksanakan berbagai program yang ditujukan untuk anak-anak dan remaja. Kegiatan ini adalah kegiatan off air yang bertujuan untuk mendidik serta menumbuhkan kecintaan terhadap radio komunitas Lintas Merapi. Selain itu, bapak
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
379
Sukiman Mohtar Pratomo juga berbagi ilmu dan pengalaman pada relawan lainnya atau kaderisasi demi terciptanya keberlanjutan kepengurusan. Sedangkan masalah pendanaan diatasi dengan membuat usaha yang melibatkan masyarakat sekitar dan meminta sumbangan kepada masyarakat. UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran Pasal 22 menyatakan Lembaga Penyiaran Komunitas (dalam hal ini radio komunitas) didirikan atas biaya yang diperoleh dari kontribusi komunitas tertentu dan menjadi milik komunitas tersebut. Lembaga Penyiaran Komunitas dapat memperoleh sumber pembiayaan dari sumbangan, hibah, sponsor, dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Berdasarkan peraturan tersebut, radio komunitas Lintas Merapi memiliki keterbatasan dalam membiayai operasional radionya. Untuk mendapatkan sejumlah dana, radio ini membuka berbagai usaha rumahan hingga mengajukan sumbangan kepada warga dalam bentuk dana segar maupun tenaga. Awal berdirinya radio ini, tahun 2000-an sumbangan dari warga masyarakat belum dapat diandalkan. Warga belum menyadari arti penting keberadaan radio ini, sehingga untuk mendapatkan dana, para kru dan relawan mengumpulkan dari dana pribadinya. Selain itu, radio ini juga menjual kartu request ke berbagai sekolah dengan tarif Rp.1.000,00 untuk 12 lembar. Peralatan yang dimiliki radio ini tidak jarang merupakan sumbangan dari berbagai organisasi dan instansi serta masyarakat setempat [19]. Pada saat ini biaya operasional rutin radio berasal dari usaha sablon yang bekerjasama dengan masyarakat setempat dengan 20 persen keuntungan digunakan untuk kegiatan radio. Selain itu, radio ini berada di kawasan wisata Deles Indah, sehingga memungkinkan ada kegiatan outbond, dan tracking. Apabila kegiatan ini menggunakan nama radio Lintas Merapi, maka keuntungan sebesar 20 persen menjadi pemasukan radio. Radio ini juga memelihara kambing yang digembalakan oleh warga. Keuntungan ternak ini akan dibagi dengan warga dan menjadi pemasukan bagi radio. Selain itu, jika ada kerusakan besar yang tidak bisa dipenuhi oleh pemasukan rutin, pengurus radio menarik iuran atau sumbangan kepada warga. Warga dapat berpartisipasi semampunya dengan menyumbangkan dana, tenaga atau barang-barang yang dibutuhkan. Untuk memudahkan mendapatkan sumbangan dari warga, radio komunitas Lintas Merapi memberikan ‘kebaikan’ dengan memfasilitasi warga yang ingin acara/hajatan/pertunjukan wayang warga disiarkan langsung oleh radio komunitas Lintas Merapi, pengundang hanya menyediakan alat transportasi dan memberikan uang tip. Akibat kegiatan ini, nama Lintas Merapi menjadi lebih dikenal serta memberikan citra positif di mata komunitasnya. Dampak positifnya, warga yang pernah mendapatkan fasilitas ini tidak keberatan jika dimintai sejumlah dana atau bantuan [19]. 4. KESIMPULAN Komunikasi pemasaran radio komunitas Lintas Merapi untuk mendapatkan partisipasi masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh kegiatan branding dengan menekankan pada persepsi kualitas (perceived quality), yaitu memberikan manfaat, sangat lokal dan sesuai yang diharapkan komunitas. Persepsi yang ditanamkan ini diterapkan dalam produk yang sangat lokal dan memuasakan komunitas radio Komunitas Lintas Merapi dan lokasi radio komunitas Lintas Merapi yang terbuka untuk umum dan menjadi pusat kegiatan masyarakat. Berbagai kegiatan on air berisikan informasi yang diperlukan masyarakat sedangkan kegiatan off air dibuat untuk memperdayakan masyarakat dan meningkatkan kualitas pendidikan, ekonomi hingga sosial masyarakat Kampung Deles. Membangun hubungan yang baik dengan stakeholder terkait seperti akademisi, organisasi dan pemerintahan dikembangkan radio ini untuk mengatasi permasalahan dana, teknis dan sumber daya manusia. Word of mouth digunakan untuk mengkomunikasikan kegiatan radio komunitas Lintas Merapi kepada warga. Media online juga dimanfaatkan untuk memperkenalkan radio ini ke masyarakat luas.
380
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk
DAFTAR PUSTAKA [1] [2] [3]
Albarran, Alan B. 1997. Management of Electronic Media.USA : Wadsworth Bryman, Alan. 2015. Social Research Methods, 5Th Edition : Oxford University Press Durianto, Darmadi Et Al. (2004). Brand Equity Ten, Strategi Memimpin Pasar. Jakarta : Gramedia [4] Fraser, Colin dan Sonia Restrepo Estrada. 2001. Community Radio Handbook. UNESCO [5] Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group [6] Lavine, John M dan Daniel B. Wackman. 1988. Managing Media Organizations. New York : Longman. [7] Machfoedz, Mahmud. 2011. Komunikasi Pemasaran Modern. Yogyakarta : Cakra Ilmu [8] Mulyana, Deddy. 2003. Metodologi Penelitain Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung : Remaja Rosdakarya [9] Rusidi. 1990. Dasar-dasar Penelitian dalam Rangka Pengembangan Ilmu. Pasca Universitas Padjajaran. Bandung [10] Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta : LkiS [11] Yin. Robert K. 2006. Studi Kasus Desain Dan Metode. Terj. Djauzi Mudzakir. Jakarta : Rajagrafindo Persada Jurnal Ilmiah [12] Masduki. 2004. Perkembangan dan Problematika Radio Komunitas di Indonesia dalam Jurnal Ilmu Komunikasi Volume 1, Nomor 1, Juni 2004. Media Massa [13] Jiwana, Gilang. 2014. “Radio Komunitas Andalan Warga Merapi” dalam Harian Jogja. Edisi 7 Oktober 2014 Laporan Penelitian dan Skripsi [14] F, Anastasia Catur Ema. 2011.”Kepuasan Warga Sidorejo Terhadap Siaran Informasi Penanggulangan Bencana Gunung Merapi Di Radio Komunitas Lintas Merapi (Studi Deskripstif Kuantitatif tentang Kepuasan Pendengar di Desa Sidorejo Kemalang Klaten terhadap Siaran Informasi Penanggulangan Bencana Gunung Merapi di Radio Komunitas Lintas Merapi)”. (Skripsi S-1). Yogyakarta : UAJY [15] Intania, Ogi I. 2003. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Penanggulangan kemiskinan di Perkotaan (P2KP). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. [16] Pratiwi, Ayu Tri. 2008. “Tingkat Partisipasi Warga Dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). Skripsi, Program Studi Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. [17] Wahyuni, T. H. Ankai. 2003. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Wanita dalam Proyek Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani Nelayan Kecil (P4K). Skripsi. Jurusan Sosial Ekonomi. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor. Internet [18] Anonim. 2011. “Bersama Kami Bisa” (online tanggal 7 Desember 2014, http://kickandy.com/hope/hope/sinopsis/sinopsisshow/read/1874/BERSAMA-KAMIBISA.html)
Seminar Nasional dan Gelar Produk | SENASPRO 2016
381
Wawancara [19] Pratomo, Sukiman Mochtar. Wawancara Pribadi di Radio Komunitas Lintas Merapi, Klaten. 3 Juni 2016 [20] Retto. Wawancara Pribadi di Radio Komunitas Lintas Merapi, Klaten. 3 Juni 2016
382
SENASPRO 2016 | Seminar Nasional dan Gelar Produk