KOMPETENSI KONSELOR SEBAGAI DASAR PENILAIAN KINERJA UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALITAS GURU BK
Wiwik Kusdaryani Siti Fitriana
Abstrak: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia salah satu faktor yang paling penting dan sangat mempengaruhi adalah keprofesionalan guru.Konselor atau guru BK adalah tenaga pendidik profesional yang memiliki standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dengan keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja.Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.Kompetensi guru BK mencakup empat hal penting yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi paedagogik. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, kompetensi guru BK sangat diperlukan untuk memenuhi spesifikasi dalam pelaksanaan tugas-tugas yang berorientasi pada kualitas. Disamping itu pula harus ada penghargaan dan pengakuan yang tinggi kepada seorang guru BK agar dapat menghasilkan pendidikan dan pelayanan BK yang berkualitas.Dengan demikian kompetensi konselor diharapkan dapat menjadi dasar dalam memberikan penilaian kinerja guru BK di Sekolah sehingga dapat mewujudkan guru BK yang profesional. Kata-kata Kunci: Kompetensi Konselor, Penilaian Kinerja, Profesionalitas
A. PENDAHULUAN Setiap individu yang pernah sekolah di SMAyang sering ”bermasalah”, pasti sudah tidak asing lagi mendengar istilah bimbingan dan konseling (BK).Tujuan pendidikan menengah sering kali disalah artikan oleh pandangan umum, demi mutu keberhasilan akademis seperti persentase lulusan, tingginya nilai ebtanas murni, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dipungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum
menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum/SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan/SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja. Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi hanya memperhatikan sisi materi pelajaran saja, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan tinggi negeri atau agar siswanya dapat memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi individu yang sebetulnya sangat penting dalam kehidupannya di masa yang akan datang. Pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Situasi demikian diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia salah satu faktor yang paling penting dan sangat mempengaruhi adalah keprofesionalan guru. Peran konselor dalam pemberian pelayanan bimbingan konseling (BK) di Sekolah sering direduksi sekedar sebagai polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal. Seharusnya BK itu dijadikan tempat untuk membantu memandirikan siswa agar setiap peserta didik mampu berkembang sesuai dengan tugas-tugas perkembangan yang yang ada. Hakikat bimbingan konseling di sekolah seharusnya bertujuan untuk dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang
terbuka bagi mereka, sekarang maupun yang akan datang. Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah. Empat peran di atas dapat efektif, jika BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah secara baik. Shertzer dan Stone (1981) mengemukakan bahwa bimbingan (guidance) adalah suatu proses membantu orang-perseorangan untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Dalam kerangka ini, maka bimbingan bisa diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku (Prayitno, 2004: 99). Senada dengan itu, Djumhur dan Moh. Surya (1975:15), berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, agar tercapai kemampuan untuk dapat memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance), kemampuan untuk mengarahkan dirinya (self direction) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization) sesuai dengan potensi atau kemampuannya dalam mencapai penyesuaian diri dengan lingkungan, baik keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan konseling (counseling) didefinisikan oleh Prayitno dan Erman Amti (2004: 105) sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien atau konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sedangkan menurut Winkel (2005:35), konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.Dari sini kemudian bisa disimpulkan bahwa konseling adalah
usaha membantu konseli atau klien dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang dihadapinya dan berujung pada pemecahan masalah tersebut. Jika diambil benang merah antara bimbingan (guidance) dan konseling (counseling), maka bisa dikatakan bahwa masing-masing mempunyai peranan yang khas namun saling melengkapi satu sama lain. Bimbingan lebih bersifat membantu secara preventif (menentukan langkah atau mengambil keputusan ke depan untuk menghindari munculnya masalah atau problem), sedangkan konseling merupakan bantuan yang lebih bersifat represif (mengupayakan solusi setelah mengalami masalah atau problem). Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pelayanan bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor kepada konseli agar dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku serta dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus yang dihadapinya dan berujung pada pemecahan masalah tersebut. Tuntutan keprofesionalan suatu pekerjaan pada dasarnya melukiskan sejumlah persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan memangku pekerjaan tersebut. Tanpa dimilikinya sejumlah persyaratan tersebut, maka seseorang tidak dapat dikatakan profesional. Dengan demikian ia tidak memiliki kompetensi untuk pekerjaan tersebut. Konselor merupakan pekerjaan profesi, karenanya LPTK telah menerapkan kurikulum yang berdasarkan kompetensi. Kompetensi konselor mencakup empat hal penting yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi paedagogik. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, kompetensi menunjuk pada performance atau perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan mencakup karakteristik-karakteristik yang berorientasi pada kualitas. Keberadaan konselor sangatlah penting khususnya dalam lingkup pendidikan formal, oleh karena itu diperlukan adanya standar kualifikasi
akademik minimal S1 BK dan Pendidikan Profesi Konselor serta kompetensi konselor yang terdiri dari kompetensi paedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling.Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal. Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Dengan demikian kompetensi konselor diharapkan dapat menjadi dasar dalam memberikan penilaian kinerja guru BK di Sekolah sehingga dapat mewujudkan guru BK yang profesional.
B. PEMBAHASAN Kompetensi Konselor Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara, fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6).Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor, memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja.Standar kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Pelayanan
konseling
yang
merupakan
bagian
dari
kegiatan
pengembangan diri telah termuat dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun
2006
tentang
Standar
isi
untuk
Satuan
Pendidikan
Dasar
Menengah.Beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor pada
Pasal 54 ayat (6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru yang menyatakan bahwa beban kerja Guru bimbingan dan konseling atau konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang menyatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling pemberian perhatian, pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) peserta didik, yang dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan memerlukan. Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor. Dalam Permendiknas No. 27 tahun 2009 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor dinyatakan bahwa kompetensi yang harus dikuasai guru Bimbingan dan Konseling/Konselor mencakup 4 (empat) ranah kompetensi,
yaitu:
kompetensi
pedagogik,
kompetensi
kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Keempat rumusan kompetensi ini
menjadi
dasar
bagi
Penilaian
Kinerja
Guru
Bimbingan
dan
Konseling/Konselor. Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor.Namun bila ditata ke dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP 19/2005, maka rumusan kompetensi
akademik dan profesional konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut.
1. Kompetensi Pedagogik a. Menguasai teori dan praksis pendidikan Mendeskripsikan ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya, prinsip-prinsip pendidikan dan proses pembelajaran, dan menguasai landasan budaya dalam praksis pendidikan. b. Mengaplikasikan perkembangan fisiologis dan psikologis serta perilaku konseli Melaksanakan kaidah-kaidah perilaku manusia, perkembangan fisik dan psikologis individu terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling
dalam
upaya
pendidikan;
kaidah-kaidah
kepribadian,
individualitas dan perbedaan konseli terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah belajar terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah keberbakatan terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan; kaidah-kaidah kesehatan mental terhadap sasaran pelayanan bimbingan dan konseling dalam upaya pendidikan. c. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan Menguasai esensi bimbingan dan konseling pada satuan jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.
2. Kompetensi Kepribadian a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Menampilkan kepribadian yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain, berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur.
b. Menghargai
dan
menjunjung
tinggi
nilai-nilai
kemanusiaan,
individualitas dan kebebasan memilih Mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk (spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi), menghargai dan mengembangkan potensi positif individu pada umumnya dan konseli pada khususnya, peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia
sesuai
dengan
hak
asasinya,
toleran
terhadap
permasalahan konseli serta mampu bersikap demokratis. c. Menunjukkan integritasdan stabilitas kepribadian yang kuat Menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, dan konsisten); menampilkan emosi yang stabil; peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman dan perubahan; menampilkan toleransi tinggi terhadap konseli yang menghadapi stres dan frustasi. d. Menampilkan kinerja berkualitas tinggi Melakukan tindakan yang cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif; bersemangat, berdisiplin, dan mandiri; berpenampilan menarik dan menyenangkan; berkomunikasi secara efektif
3. Kompetensi Sosial a. Mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat bekerja Memahami dasar, tujuan, organisasi, dan peran pihak-pihak lain (guru, wali kelas, pimpinan sekolah/madrasah, komite sekolah/madrasah) di tempat bekerja; mengkomunikasikan dasar, tujuan, dan kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling kepada pihak-pihak lain di tempat bekerja; bekerja sama dengan pihak-pihak terkait di dalam tempat bekerja (seperti guru, orang tua, tenaga administrasi). b. Berperan dalam organisasi dan kegiatan profesi bimbingan dan konseling Memahami dasar, tujuan, dan AD/ART organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi; menaati Kode Etik
profesi bimbingan dan konseling; aktif dalam organisasi profesi bimbingan dan konseling untuk pengembangan diri dan profesi c. Mengimplementasikan kolaborasi antarprofesi Mengkomunikasikan
aspek-aspek
profesional
bimbingan
dan
konseling kepada organisasi profesi lain, memahami peran organisasi profesi lain dan memanfaatkannya untuk suksesnya pelayanan bimbingan dan konseling, dapat bekerja dalam tim bersama tenaga paraprofesional dan profesional profesi lain, Melaksanakan referal kepada ahli profesi lain sesuai dengan keperluan.
4. Kompetensi Profesional
a. Menguasai konsep dan praksis penilaian (assessment) untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli. Mendeskripsikan hakikat asesmen untuk keperluan pelayanan konseling, memilih teknik penilaian sesuai dengan kebutuhan pelayanan bimbingan dan konseling, menyusun dan mengembangkan instrumen penilaian untuk keperluan bimbingan dan konseling, mengadministrasikan asesmen untuk mengungkapkan masalah-masalah peserta didik, memilih dan mengadministrasikan teknik penilaian pengungkapan kemampuan dasar dan kecenderungan pribadi peserta didik, memilih dan mengadministrasikan instrumen untuk mengungkapkan kondisi aktual peserta didik berkaitan dengan lingkungan, mengakses data dokumentasi tentang peserta didik dalam pelayanan bimbingan dan konseling, menggunakan hasil penilaian dalam pelayanan bimbingan dan konseling dengan tepat, menampilkan tanggung jawab profesional dalam praktik penilaian. b. Menguasai kerangka teoretik dan praksis Bimbingan dan Konseling. Mengaplikasikan konseling,mengaplikasikan mengaplikasikan
hakikat arah
dasar‐dasar
pelayanan
bimbingan
dan
profesi
bimbingan
dan
konseling,
pelayanan
bimbingan
dan
konseling,
mengaplikasikan pelayanan bimbingan dan konseling sesuai kondisi dan tuntutan wilayah kerja, mengaplikasikan pendekatan/model/jenis pelayanan
dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling, mengaplikasikan dalam praktik format pelayanan bimbingan dan konseling. c. Merancang Program Bimbingan dan Konseling. Menganalisis kebutuhan konseli, menyusun program bimbingan dankonseling yang berkelanjutan berdasar kebutuhan konseli secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan, menyusun rencana pelaksanaan program bimbingan dan konseling, merencanakan sarana dan biaya penyelenggaraan program bimbingan dan konseling. d. Mengimplementasikan Program Bimbingan
dan Konseling
yang
komprehensif. Melaksanakan program bimbingan dan konseling, melaksanakan pendekatan kolaboratif dalam pelayanan bimbingan dan konseling, memfasilitasi perkembangan akademik, karier, personal, dan sosial konseli, mengelola sarana dan biaya program bimbingan dan konseling. e. Menilai proses dan hasil kegiatan Bimbingan dan Konseling. Melakukan evaluasi hasil, proses, dan program bimbingan dan konseling, melakukan penyesuaian proses pelayanan bimbingan dan konseling,
menginformasikan
hasil pelaksanaan evaluasi pelayanan
bimbingan dan konseling kepada pihak terkait, menggunakan hasil pelaksanaan evaluasi untuk merevisi dan mengembangkan program bimbingan dan konseling. f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional. Memberdayakan kekuatan pribadi, dan keprofesionalan Guru Bimbingan dan Konseling/konselor, meminimalkan dampak lingkungan dan keterbatasan
pribadi
Guru
Bimbingan
dan
Konseling/konselor,
menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional Guru Bimbingan dan Konseling/konselor, mempertahankan obyektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan masalah peserta didik, melaksanakan referal sesuai dengan keperluan, peduli terhadap identitas profesional dan pengembangan profesi, mendahulukan kepentingan peserta
didik
daripada
kepentingan
pribadi
Guru
Bimbingan
dan
Konseling/konselor. g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam Bimbingan dan Konseling. Mendeskripsikan berbagai jenis dan metode penelitian, mampu merancang penelitian bimbingan dan konseling, melaksanakan penelitian bimbingan dan konseling, memanfaatkan hasil penelitian dalam bimbingan dan konseling dengan mengakses jurnal pendidikan dan bimbingan dan konseling.
Penilaian Kinerja Guru BK/ Konselor Penilaian Kinerja Guru BK merupakan suatu upaya meningkatkan mutu dan profesionalitas serta martabat Guru BK. Selain itu hasilnya akan sangat bermanfaat untuk melakukan pembinaan berkelanjutan terhadap profesi Guru BK, dan sangat berkaitan erat dengan keberlanjutan Tunjangan Profesi/ Sertifikasi yang telah diterima, maupun penghitungan/ penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru BK. Berikut ini merupakan tugas dan beban Guru BK menurut PP No.74 Tahun 2008 adalah sebagai berikut: a. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor Guru
bimbingan
dan
konseling/konselor
memiliki
tugas,
tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap
peserta
didik.
Tugas
guru
bimbingan
dan
konseling/konselor terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan konseling/konselor yaitu membantu peserta didik dalam: 1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat.
2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat. 3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri. 4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir. Jenis layanan adalah sebagai berikut: 1. Layanan orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek
yang
dipelajari,
untuk
menyesuaikan
diri
serta
mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru. 2. Layanan informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karir/jabatan, dan pendidikan lanjutan. 3. Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ekstra kurikuler. 4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri dan masyarakat. 5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya. 6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial,
kegiatan belajar, karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok. 7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok. 8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik 9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh: 1. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun nontes. 2. Himpunan data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia. 3. Konferensi kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup. 4. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua atau keluarganya. 5. Tampilan kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar, dan karir/jabatan. 6. Alih tangan kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.
b. Beban Kerja Minimum Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor Beban kerja guru bimbingan dan konseling/konselor adalah mengampu bimbingan dan konseling paling sedikit 150 (seratus lima puluh) peserta didik dan paling banyak 250 (dua ratus lima puluh) peserta didik per tahun pada satu atau lebih satuan pendidikan yang dilaksanakan dalam bentuk layanan tatap muka terjadwal di kelas untuk layanan klasikal dan/atau di luar kelas untuk layanan perorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan yang memerlukan. Sedangkan beban kerja guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah/madrasah membimbing 40 (empat puluh) peserta didik dan guru yang diberi tugas tambahan sebagai wakil kepala sekolah/madrasah membimbing 80 (delapan puluh) peserta. Untuk mengetahui sejauhmana penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah harus dilakukan penilaian (evaluasi) dan untuk menjaring data yang dibutuhkan tentunya diperlukan instrumen tertentu. Penilaian Kinerja Bimbingan dan Konseling yaitu sebagai berikut: 1. Mencakup kegiatan mengumpulkan dan mengintegrasikan informasi tentang klien dengan cara tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan perlakuan efektif dalam BK 2. Proses penilaian berlangsung kontinu/berkelanjutan sepanjang perlakuan atau proses bimbingan dan konseling 3. Teknik-teknik penilaian secara umum yang dapat digunakan: a) Penilaian Kualitatif, b) Penilaian Perilaku, dan c) Catatan Masa Lalu. a. Penilaian kualitatif berlangsung dalam proses perubahan itu; terpadu dalam strategi treatmen untuk memandu perkembangan diri sendiri dan untuk menginformasikan kepada klien. Tidak seperti tes standard, seringkali terdiri atas game-game atau latihan simulasi yang bersifat fleksibel, terbuka, holistic, dan tidak statistic. b. Penilaian perilaku dapat dilakukan dengan cara merekam perilakuperilaku yang tampak: 1) mengidentifikasi antisiden terhadap perilaku bermasalah dan konsekuensi-konsekuensi yang mengurangi frekuensi atau menghapuskannya, 2) dilakukan dengan wawancara (langsung
dan tak langsung), 3) daftar masalah perilaku atau prosedur-prosedur khusus
yangdirancang
untuk
merekam
permasalahan
konseli
secaralangsung, atau tidak langsung melalui catatan perilaku dari prosesinteraksi bimbingan dan konseling. c. Catatan masa lalu dilakukan dengan cara meninjau ulang rekaman konseli sebelumnya dan membantu konselor mengidentifikasi polapola penting yang mungkintidak disadari klien atau segan untuk didiskusikan secara terus terang. 4. Penilaian kinerja bimbingan dan konseling mencakup proses danproduk, yang dilaksanakan sebelum, selama, atau sesudah proses. 5. Penilaian kinerja profesional konselor sekolah dilakukan terhadap tugastugaskinerja (performance tasks) dalam bentuk portofolio.
Profesionalitas Guru BK/ Konselor Tuntutan keprofesionalan suatu pekerjaan pada dasarnya melukiskan sejumlah persyaratan yang harus dimiliki oleh seseorang yang akan memangku pekerjaan tersebut. Tanpa dimilikinya sejumlah persyaratan tersebut, maka seseorang tidak dapat dikatakan profesional. Dengan demikian ia tidak memiliki kompetensi
untuk
pekerjaan
konseling/konselormerupakan
tersebut.
pekerjaan
Guru
profesi,
bimbingan
karenanya
LPTK
dan telah
menerapkan kurikulum yang berdasarkan kompetensi. Kompetensi guru bimbingan dan konseling/konselormencakup empat hal penting yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi paedagogik. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, kompetensi menunjuk pada performance atau perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan mencakup karakteristikkarakteristik prasyarat yang berorientasi pada kualitas. Dengan demikian, kinerja guru bimbingan dan konseling/konseloryang profesional sangat dipengaruhi oleh kualitas penguasaan ke empat komptensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung. Kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi
membangun
keutuhan
kompetensi
pedagogik,
kepribadian,
sosial,
dan
profesional. Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan ijazah akademik Sarjana Pendidikanbidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan Untuk menjadi guru BK profesional yang saat ini dilakukan yaitu melalui PLPG dan PPG BK/K. PLPG saat ini juga dilakukan dengan menggunakan uji kompetensi terlebih dahulu agar benar-benar diperoleh guru BK yang profesional, sedangkan PPG BK dilaksanakan melalui kegiatan yang bentuknya workshop dan PPL selama satu tahun dan jika lulus akan mendapatkan sertifikat pendidik guru BK yang profesional. Penilaian kinerja profesional konselor sekolah yang pernah dilakukan terhadap tugas-tugas kinerja (performance tasks) yaitu dalam bentuk portofolio. Penilaian Portofoliomerupakan laporan lengkap tentang segala aktivitas seseorang berkenaandengan kegiatan tang ditekuninya; kumpulan dari berbagai keterampilan, ide, minat, dankeberhasilan/prestasi seseorang dalam jangka waktu tertentu;
kumpulan
laporan
tugas
dan
penelitian
seseorang
yang
memberikangambaran perkembangan setiap saat; upaya penilaian melalui pendekatan nyata pada suatuhal/masalah/persoalan/kegiatan/tugas seseorang dalam rentang waktu tertentu; serta penilaian yang merepresentasikan berbagai hal yang terlihatproses yang terjadi, upaya yang dilakukan, peningkatan, dan serangkaian kemampuan yang ditampilkan seseorang. Hal-hal yang harus dilakukan untuk penilaian Kinerja guru BK/ konselor sekolah melalui portopolio yaitu:1) Unsur Kualifikasi dan Tugas Pokok (Kualifikasi Akademik, Pengalaman MengajarPerencanaan dan Pelaksanaan Program Pelayanan BK); 2) Unsur Pengembangan Profesi(Pendidikan dan
Pelatihan, Penilaian dari Atasan dan Pengawas, Prestasi Akademik, Karya Pengembangan Profesi); 3) Unsur Pendukung Profesi(Keikutsertaan dalam Forum
Ilmiah,
Pengalaman
menjadi
Pengurus
Organisasi
di
Bidang
Kependidikandan Sosial, Pengurus organisasi di bidang kependidikan dan sosial, Tugas tambahan, Penghargaan yang Relevan dengan Bidang Pendidikan).
C. PENUTUP Konselor
merupakan
pekerjaan
profesi,
karenanya
LPTK
telah
menerapkan kurikulum yang berdasarkan kompetensi. Kompetensi konselor mencakup empat hal penting yaitu kompetensi personal, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi paedagogik. Dalam hubungannya dengan tenaga profesional kependidikan, kompetensi menunjuk pada performance atau perbuatan yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi dalam pelaksanaan tugas-tugas kependidikan mencakup karakteristik-karakteristik yang berorientasi pada kualitas.Keberadaan konselorsangatlah penting khususnya dalam lingkup pendidikan formal, oleh karena itu diperlukan adanya standar kualifikasi akademik serta kompetensi konselor. Konteks tugas konselor berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur pendidikan formal dan nonformal.Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta mengutamakan kepentingan konseli, dengan selalu mencermati dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan.Dengan demikian kompetensi konselor diharapkan dapat menjadi dasar dalam memberikan penilaian kinerja guru BK di Sekolah sehingga dapat mewujudkan guru BK yang profesional.Penilaian Kinerja Guru BK merupakan suatu upaya meningkatkan mutu dan profesionalitas serta martabat Guru BK. Selain itu hasilnya akan sangat
bermanfaat untuk melakukan pembinaan berkelanjutan terhadap profesi Guru BK, dan sangat berkaitan erat dengan keberlanjutan Tunjangan Profesi/ Sertifikasi yang telah diterima, maupun penghitungan/ penetapan Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru BK. Dengan demikian kompetensi konselor dapat dijadikan sebagai dasar penilaian kinerja untuk meningkatkan profesionalitas guru bimbingan dan konseling/konselor.
DAFTAR PUSTAKA Budiamin. 2011. Penilaian Kinerja Bimbingan dan Konseling. http.//www.kinerja konselor.com. Diakses tanggal 15 Februari 2012. Depdiknas. 2007. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dalam Jalur Pendidikan Formal dan Non Formal. Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru. Jakarta: Bumi Aksara Ifdil. 2011. Bimbingan dan Konseling dalam Peraturan dan Perundangan di Indonesia. http.//www. referensi konseling.com. Diakses tanggal 15 Februari 2012. Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: Remaja Rosdakarya. Munib, Achmad. 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES Pengurus Besar ABKIN. 2007. Naskah Akademik Penataan Profesionalisasi Konselor dalam Sistem Pendidikan Nasional. Permendiknas Nomor 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Setia Tunggal, Hadi. 2006. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Th 2003 Beserta Aturan Pelaksanaannya. Jakarta: Harvarindo. Uzer Usman, Moh. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.
SEMINAR NASIONAL
ARTIKEL ILMIAH PROSIDING
Kegiatan Konferda Daerah ABKIN Jawa Tengah Seminar Nasional “Penilaian Kinerja Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Implementasi Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 pada tahun 2013)
Oleh: Dra. Wiwik Kusdaryani, M.Pd. Siti Fitriana, S.Pd., M.Pd.
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI SEMARANG TAHUN 2012