Komisi Pembimbing
Ketua : Prof. Dr. Ir. Sarsidi Sastrosumarjo, M.Sc Anggota : Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc Dr. Ir. Sobir, M.S Ujian Terbuka Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, 13 Agustus 2007
Manfaat Pepaya PENAPISAN GENOTIPE DAN ANALISIS GENETIK KETAHANAN PEPAYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA SitiHafsah Hafsah Siti 361020081 AA361020081
Ujian Terbuka Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, 13 Agustus 2007
Bahan Pangan (Sumber Mineral, Vitamin) Bahan Industri (Papain, Papain, Pelunak) Pelunak) Bahan Farmasi (Carpain, Carpain Proteinase Inhibitor) Pestisida (Phenolic Compound)
Ujian Terbuka Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, 13 Agustus 2007
Penguji Luar Komisi : Dr. Trikoesoemaningtyas Dr. Mesakh Tombe, MS Ketua PS Agronomi : Dr. Satriyas Ilyas Dekan Faperta IPB : Prof. Didy Sopandie Ujian Terbuka Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, 13 Agustus 2007
Pepaya di Indonesia • Sistem Usahatani pekarangan; < 1 ha)
(lahan
• Produktivitas 73.26 t/ha (2004) menjadi 64.67 t/ha (FAO, 2005). • Kualitas (ukuran buah, tahan terhadap busuk buah, PTT<110brix, kurang yang berperawakan pendek (RUSNAS, 2000) • Pasca Panen (Adanya penyakit busuk buah yang dapat menurunkan kualitas)
1
Masalah Pasca Panen
Pengendalian
Penyakit Antraknosa
Penyakit Pasca Panen Pada Pepaya (Sulusi et al. 1991; Kader 2000) 1. Colletotrichum gloeosporioides (antraknosa)
Kimiawi (Fungisida Fungisida))
Produksi Turun di Malang 40% (Mahfud (Mahfud 1985;1986)
Perlakuan air panas) Mekanis (Perlakuan panas)
2. Phoma caricae-papayae (black stem-end rot)
Biologis (Fungisida Nabati)
3. Phomipsis caricae-papayae (phomipsis rot)
Penyebab Antraknosa
4. Phytopthora nicotiana var parasitica
C. gloeosporioides ( Ina; Sulusi 1991& Semangun2000)
5. Botryodiplodia sp (busuk lunak dan busuk ujung tangkai buah)
C. Capsici ( malaysia; malaysia; Sepiah 1991; 1992)
Budidaya (Varietas Tahan)
C .Dematium .Dematium (Singapura; Singapura; Lim & Tang 1984)
6. Fusarium sp (busuk kering) 7. Cephalosporium sp ( busuk kering) Ujian Terbuka Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, 13 Agustus 2007
Perakitan Varietas Tahan
MATINGS TYPE THE BASIC SEX FORMS
Pembentukan Varietas Pepaya
Secara alami menyerbuk silang (herozigot) herozigot) Butuh waktu > 7 tahun (Eksotika hasil silang balik 11 tahun) tahun)
Hawaiian System
Perbaikan karakter terhadap antraknosa
Self (or cross)
MHMH (inviable)
Yarwun (Quennsland) Quennsland) System Cross
mm Female
Ketahanan terhadap antraknosa bersifat poligenik (cabe) cabe) Ketahanan terhadap antraknosa pada tanamanan buah dikendalikan oleh gen kuantitatif (Prusky 2000). Persilangan diallel (half diallel) diallel) Daya gabung dan efek heterosis (plasmah nutfah sumber heterosis) heterosis) Ujian Terbuka Sekolah Pascasarjana IPB Bogor, 13 Agustus 2007
MHm Hermaprodit (Bisexsual)
Cross
Mm Male
mm Female
Self (or cross)
Mating
Pistillate (Betina) Betina)
Staminate (Jantan) Jantan)
Andromonocious (Hermaprodit
PxS PxA SxS AxA AxS SxA
1 1 1 1 1 1
1 2 1 1
1 2 1 1
MM inviable
2
Perumusan Masalah
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
1. Antraknosa penyakit yang umum, belum tersedia informasi yang akurat mengenai penyebab antraknosa pada pepaya.
1. Antraknosa penyakit yang umum, belum tersedia informasi yang akurat mengenai penyebab antraknosa pada pepaya.
1.
2. Belum diketahui sumber genetik bagi ketahanan terhadap Antraknosa
2. Belum diketahui sumber genetik bagi ketahanan terhadap Antraknosa
2.
3. Belum diketahui karakter kuantitatif yang berkaitan dengan ketahanan terhadap antraknosa dan hubungannya dengan kualitas
3. Belum diketahui karakter kuantitatif yang berkaitan dengan ketahanan terhadap antraknosa dan hubungannya dengan kualitas
4. Belum tersedia informasi DGU dan DGK, serta Heterosis karakter ketahanan antraknosa pada pepaya.
4. Belum tersedia informasi DGU dan DGK, serta Heterosis karakter ketahanan antraknosa pada pepaya.
Manfaat Penelitian
• Mengembangkan konsep pemuliaan pepaya dalam upaya mendapatkan genotipe tahan terhadap penyakit antraknosa yang berdaya hasil tinggi
4.
Studi Kejadian Penyakit Antraknosa pada Pepaya (Tajur, Pasir Kuda dan Cinangneng)
PERCOBAAN I Studi patogen penyebab antraknosa pada pepaya
Percobaan I
• Memberikan beberapa informasi dalam perbaikan genetik ketahanan pepaya terhadap penyakit antraknosa
3.
Identifikasi patogen penyebab antraknosa dan mendapatkan metode skrining yang tepat Mengetahui adanya tanaman yang tahan dan yang rentan Mengevaluasi karakter kuantitatif yang mencerminkan karakter ketahanan terhadap antraknosa Menghitung besarnya DGU,DGK dan Heterosis
Percobaan II
Studi patogen antraknosa 1.Identifikasi dan uji patogenisitas 2.Respon suhu 3.Inokulasi silang 4.Metode inokulasi
Skrining ketahanan antraknosa 1. Uji ketahanan di lapangan 2. Uji ketahanan di laboratorium
Percobaan III Uji Korelasi dan Sidik Lintas Uji korelasi tetua Analisis sidik lintas Populasi Dasar (F1 Half Diallel) Percobaan IV Analisis Silang Diallel 1.Kajian tingkat ketahanan 2.DGU dan DGK
3.Heterosis
Tujuan
: Untuk mengetahui patogen penyebab, penyebab, respon terhadap suhu, suhu, inokulasi silang dan matode inokulasi yang efektif. efektif.
Bahan
: Identifikasi (buah dan daun pepaya yang bergejala). bergejala). Patogenisitas (isolat murni spora tunggal dengan kepadatan 106 spora/ml) spora/ml) Respon terhadap suhu (16, 20, 24, 28, 32 dan 360C) Inokulasi silang pada cabai dan pepaya ( 8 isolat Colletotrichum, Colletotrichum, Cabai var hot chilli, chilli, pepaya STR64) Metode inokulasi (inokulum, inokulum, buah pepaya) pepaya)
Parameter Genetik Bagi Perakitan Pepaya Tahan Antaknosa
3
Tempat dan Waktu
Laboratorium Mikologi Departemen Hama dan Penyakit IPB Dramaga
Penelitian dimulai bulan Mei 2004 sampai Juli 2005
Metode Identifikasi patogen (Barnet dan Hunter 1987) Uji patogenisitas (Postulat koch) koch) Respon suhu (16, 20, 24, 28, 32 dan 360C) (Swart 1999) Inokulasi silang (Swart 1999) Metode inokulasi (Tempel dilukai, dilukai, Tempel tidak dilukai,Semprot tidak dilukai (Swart 1999)
Pengamatan
IDENTIFIKASI, ISOLASI DAN UJI PATOGENISITAS
Identifikasi patogen (Barnet dan Hunter 1987) morfologi tubuh buah, buah, konidia dan seta Uji patogenisitas Gejala (+/_), masa inkubasi, inkubasi, diameter gejala Respon suhu diameter gejala dan kecepatan tumbuh Inokulasi silang masa inkubasi, inkubasi, diameter gejala dan kejadian penyakit Metode inokulasi masa inkubasi, inkubasi, diameter gejala, gejala, dan persen sporulasi
SUMBER ISOLAT
Gejala antraknosa di buah
Gejala antraknosa di daun
Identifikasi seta konidia ISOLAT MURNI
Rancangan yang digunakan : Rancangan Acak Lengkap (RAL)
HASIL DAN PEMBAHASAN STUDI PATOGEN PENYEBAB ANTRAKNOSA PADA PEPAYA
Gejala antraknosa di tangkai buah
Gejala antraknosa di petiole
gejala antraknosa inokulasi buatan
IDENTIFIKASI, ISOLASI DAN UJI PATOGENISITAS
Tabel 1 Hasil uji patogenisitas beberapa isolat penyebab antraknosa pada buah pepaya Hasil uji
Masa inkubasi (hari)
Isolat
Tujuan Untuk mengetahui patogen penyebab antraknosa pada pepaya
Diameter gejala (cm)
Bentuk konidia
Warna koloni
TJR1
+
5.33 cde
2.70 a
cylindrical & straight
salmon pink
TJR2
+
6.00 abc
1.77 bc
cylindrical & straight
salmon pink
TJR3
+
5.67 bcd
1.27 c
cylindrical & straight
orange
TJR4
+
4.33 f
2.67 ab
clindrical & straight
grey
TJR7
-
-
-
cylindrical & straight
grey
GG1
+
4.75 ef
2.43 ab
cylindrical & straight
salmon pink
GG2
+
5.00 def
2.23 ab
cylindrical & straight
salmon pink
IPB10
-
-
-
cylindrical& straight
grey
TJR6
+
6.67 a
1.1 c
cylindrical & straight
grey
TJR5
+
6.33 ab
1.67 c
cylindrical & straight
grey
Redking
-
-
-
cylindrical & straight
orange
SW yeloow
-
-
-
cylindrical & straight
orange
4
Respon Suhu terhadap Pertumbuhan
Colletotrichum Gejala antraknosa infeksi alami
Gejala antraknosa inokulasi buatan
TUJUAN
Gejala brown spot infeksi alami C. gloeosporioides
C. dematium
C. acutatum
Sumber :Adaskaveg & Hartin 1997
Warna massa koloni di PDA
Konidia (10x40)
Diameter koloni
(0C)
16
20
24
28
Colletotrichum pada Buah Cabai dan Pepaya
1.4
32
36
…………………(cm)………………
TJR1 TJR2 TJR3 TJR4 GG1 GG2 BGR11 GGc
C.acutatum Sumber. M. Syukur
Inokulasi Silang Delapan Isolate
5.85 a
5.66 a
5.60 a
6.05 a
4.48 d
3.55 bcd
5.30 a
5.43 a
5.28 a
5.45 cd
6.05 ab
3.85 bc
5.83 a
5.78 a
5.75 a
5.70 bc
4.50 d
4.33 ab
5.75 a
5.45 a
5.30 a
5.38 d
5.05b cd
3.08 cde
5.48 a
5.78 a
5.75 a
5.93 ab
6.13 a
2.43 e
5.43 a
5.95 a
5.73 a
5.63 cd
6.33 a
4.98 a
5.63 a
5.68 a
5.53 a
5.58 cd
5.60 abc
3.40 bcde
3.32 b
4.93 b
4.18 b
4.96 e
4.60 cd
2.80 de
kecepatan tumbuh cm/hari
Suhu
C. gloeosporioides Spora tunggal Hasil identifikasi isolat dari pepaya bergejala antraknosa
Rata-rata diameter delapan isolat antraknosa pada beberapa perlakuan suhu
Isolat
Untuk mengetahui respon delapan isolat Colletotrichum terhadap suhu dan suhu optimum masing-masing isolat
Konidia (10x100)
Gejala dan bentuk konidia dari buah pepaya yang terinfeksi antraknosa
Tabel 2
Sumber :Kulshrestha et al. 1976
TJR1
1.2
TJR2
1
TUJUAN
TJR3
0.8
TJR4
0.6
GG1 GG2
0.4
Mengetahui potensi delapan isolat Collrtotrichum dalam menginfeksi Buah cabai dan pepaya
BGR11
0.2
GGc
0 20 C
24C
28C
suhu
Gambar Kecepatan pertumbuhan Colletotrichum pada beberapa temperatur (suhu)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama idak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
5
Metode Inokulasi
Tabel 4 Masa inkubasi, diameter gejala dan kejadian penyakit antraknosa dari delapan isolat Colletotrichum pada buah cabe dan pepaya Isolat
TJR1
GG3
TJR1
BGR11
GG3
GGc
BGR11
GGc
Masa inkubasi (hari)
Diameter gejala (cm) Pepaya
Kejadian penyakit (%)
Cabai
Pepaya
Cabai
Cabai
TJR1
6.06 a
5.56 ab
0.81 b
2.11
35.00 b
100
TJR2
6.02 a
5.89 ab
0.67 b
0.82
45.00 b
100
TJR3
4.53 cd
5.11 ab
1.2 b
1.30
61.40 ab
100
TJR4
4.82 bc
4.11 b
1.12 b
1.01
60.00 ab
100
GG1
4.00 d
5.56 ab
2.82 a
0.82
85.00 a
100
GG2
4.45 cd
6.00 ab
1.29 b
0.72
65.00 ab
100
BGr11
5.52 ab
5.22 ab
0.59 b
1.07
35.00 b
100
GGc
5.75 a
6.22 a
0.76 b
1.16
35.00 b
100
TUJUAN
Pepaya
Untuk mendapatkan metode inokulasi yang efektif dan efisien untuk skrining ketahanan antraknosa pada pepaya
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT
Gambar Inokulasi Colletotrichum ke buah cabe dan pepaya
Keterangan: TJR1-TJR4 = isolate pepaya di Tajur; GG1&GG2= isolate pepaya di gunung geulis BGR11 = isolate C. gloeosporioides dari buah cabe koleksi laboratorium cendawan, GGc = isolate C. capsici dari buah cabe di gunung geulis
Tabel 3 Masa inkubasi, diameter gejala dan persentase gejala pada perlakuan tige metode inokulasi C. gloeosporioides Masa inkubasi (hari)
Diameter gejala (cm)
Tempel dilukai
5.30
1.56
86.67a
Tempel tidak diilukai
5.57
1.62
48.07b
Semprot tidak dilukai
5.33
1.25
80.57ab
Perlakuan
Persentase gejala (%)
SIMPULAN
Studi Kejadian Penyakit Antraknosa pada Pepaya (Tajur, Pasir Kuda dan Cinangneng) Percobaan I
•
Antraknosa pada pepaya : C. gloeosporioides ( konidia cylindrical dan straight, warna koloni salmon pink, orange dan grey
•
TJR1, TJR4, GG1 dan GG2 : virulensi tinggi.
•
Suhu optimum TJR1 : 280C
•
Kecepatan pertumbuhan C. gloeosporioides : 24- 280C. C. capsici: 320C
•
Delapan isolat berpotensi menginfeksi buah cabe dan pepaya
Percobaan II
Studi patogen antraknosa 1.Identifikasi dan uji patogenisitas 2.Respon suhu 3.Inokulasi silang 4.Metode inokulasi
Skrining ketahanan antraknosa 1. Uji ketahanan di lapangan 2. Uji ketahanan di laboratorium
Percobaan III Uji Korelasi dan Sidik Lintas Uji korelasi tetua Analisis sidik lintas Populasi Dasar (F1 Half Diallel)
Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Percobaan IV
•
Metode tempel dilukai dan semprot tidak dilukai dapat digunakan untuk menskrining ketahanan pepaya terhadap antraknosa
Analisis Silang Diallel 1.Kajian tingkat ketahanan 2.DGU dan DGK
3.Heterosis
Parameter Genetik Bagi Perakitan Pepaya Tahan Antaknosa
6
PERCOBAAN II Skrining Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Antaknosa
ANALISIS DATA Keparahan Penyakit
∑ ( n xv ) i
Tujuan: Tujuan: 1. menguji tingkat ketahanan pepaya di lapang laboratorium; laboratorium; 2. Mendapatkan calon tetua untuk membentuk populasi dasar Lokasi: Lokasi: KP PKBT Tajur & Lab. Cendawan HPT Waktu: Waktu: April sampai Desember 2004
A
Evaluasi Lapang
KP =
Tabel 1 Skrining ketahanan tujuh genotipe pepaya terhadap penyakit antraknosa di penyimpanan
Kelas
Tabel 2
Skor 0 1 2 3 4 5
Kelas 0 Ketahanan Sangat tahan Tahan Moderat 3 Rentan Sangat rentan
Diameter Persentase gejala gejala (%) (cm)
Keparahan Kelas penyakit (%) Ketahanan
IPB 1
7.92 ab
0.15 c
17.40 b
53.33 c
Rentan
IPB10
6.33 bc
0.60 b
54.47 a
100 a
Sangat Rentan
IPB1
STR64
4.33 d
1.13 a
56.67 a
100 a
Sangat Rentan
IPB10
IPB6
5.00 cd
0.07 c
17.00 b
30
Moderat
IPB5
5.80 bcd
0.98 ab
14.80 b
73.33 b
Rentan
PB000201
6.58 bc
1.08 a
43.37 a
86.67 ab
Sangat Rentan
PB000174
PB000174
8.93 a
0.83 ab
6.84 b
23.33 d
Tahan
% luas gejala 0 (tidak ada gejala) 0 < pg < 19 20 < pg < 39 40 < pg < 5 60 < pg < 79 pg > 80 2
1
Genotipe
Masa inkubasi (hsi)
PERCOBAAN II
SKRINING KARAKTER KETAHANAN PEPAYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA
5
4
Masa inkubasi dan diameter gejala antraknosa pada lima genotipe pepaya dengan perlakuan inokulasi dilukai dan tidak dilukai Dilukai
Masa inkubasi (hari)
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) SR = sangat rentan; R = rentan; M = moderat; T = tahan
x100 %
NxZ
Keparahan Penyakit (%) 0 ≤ x ≤10 10 < x ≤ 25 25 < x ≤50 50 < x ≤75 x >75
Genotipe
d
i
i=0
Pengelompokan Kelas Ketahanan Antraknosa (Yoon 2003)
1 2 3 4 5
B. Evaluasi Lab.
Pengkelasan % luas Gejala (Suryaningsih, 1991)
Tidak dilukai
Diameter gejala (cm)
Masa inkubasi (hsi)
Diameter gejala (cm)
4.67 ab
0.47 c
5.00 b
0.383 b
3.67 bc
1.40 b
4.67 b
0.633 b
STR64
2.00 c
3.63 a
3.00 c
2.833 a
IPB5
3.00 bc
3.73 a
3.67 bc
2.27 a
5.67 a
0.25 c
6.67 a
0.17 b
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
SIMPULAN • Evaluasi antraknosa di penyimpanan (infeksi alami) berdasarkan kelas
ketahanan : PB000174 (Tahan); IPB6 (moderat) , IPB1 dan IPB5 (rentan) IPB10, STR64 dan PB000201 (sangat rentan). • Berdasarkan peubah masa inkubasi dan persentase gejala IPB 1 dapat dikategorikan tahan karena tidak berbeda nyata dengan PB000174 • Evaluasi antraknosa di laboratorium : masa inkubasi, diameter gejala baik dilukai maupun tidak dilukai IPB1 dan PB000174 tidak menunjukkan perbedaan nyata • IPB 1 dan PB000174 sebagai tetua tahan, STR64, IPB 10 dan IPB5 sebagai tetua rentan dalam pembentukan persilangan diallel.
7
Studi Kejadian Penyakit Antraknosa pada Pepaya (Tajur, Pasir Kuda dan Cinangneng) Percobaan I
PERCOBAAN III Uji Korelasi dan sidik lintas beberapa karakter pepaya terhadap ketahanan antraknosa
Percobaan II
Studi patogen antraknosa 1.Identifikasi dan uji patogenisitas 2.Respon suhu 3.Inokulasi silang 4.Metode inokulasi
Skrining ketahanan antraknosa 1. Uji ketahanan di lapangan 2. Uji ketahanan di laboratorium
Percobaan III Uji Korelasi dan Sidik Lintas Uji korelasi tetua Analisis sidik lintas
Tujuan: Tujuan: 1. Mengetahui korelasi antara karakter vegetatif dan generatif dengan ketahanan terhadap antraknosa 2. mengetahui karakter yang berpengaruh langsung dan tak langsung terhadap karakter ketahanan antraknosa Lokasi: Lokasi:
Populasi Dasar (F1 Half Diallel)
Waktu: Waktu:
Percobaan IV Analisis Silang Diallel 1.Kajian tingkat ketahanan 2.DGU dan DGK
3.Heterosis
Parameter Genetik Bagi Perakitan Pepaya Tahan Antaknosa
Ragam genetik
σσ = 2 g
= (MSg (MSg –MSe) MSe) r
MS g2 MS e2 + db g + 2 db e + 2
2 r2
Ragam fenotip
σσ = 2 f
2 r2
(σ2f)
σ g2 σ 2f
=
σ2g +
MS g2 db g + 2
Menurut Anderson dan Brancoff (1952) dalam Drajat (1987)
hbs2 =
KP PKBT Tajur (250dpl) PT. Agrorekatama Gunung Geulis (550 dpl) dpl) Januari 2005 – Februari 2006
MSe
r11 r 21 L L rp1 Rx
r12L r1p r22L r2 p L L L L rp2 L rpp C
Uji Korelasi rxy =
Koefisien lintas
n∑ xi y j − (∑ xi )(∑ y j )
(n∑ x
2 i
− (∑ xi ) n∑ yi2 − (∑ y1 2
(
)) 2
Analisis data: Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok Satu Faktor
SK
Db
KT
Fhitung
Kelompok Genotipe Galat
r-1 t-1 (r(r-1)(t1)(t-1)
MSb MSg MSe
MSg/MSe
Total
(rt(rt-1)
Nilai harapan kuadrat tengah σ2e +t σ2g σ2e + σ2g σ2e
Bahan tanaman: tanaman: 5 genotipe tetua (IPB1, IPB10, STR64, IPB5, PB000174) PB000174)
Analisis Lintas
Menurut Singh dan Chaudary (1979) (σ σ2g)
Metode : RAK 3 ulangan dan 5 genotipe sebagai perlakuan
C= Rx-1Ry
PERCOBAAN III
r1Y C1 r2y C2 L = L L L C rpy P
Uji Korelasi dan sidik lintas beberapa karakter pepaya terhadap ketahanan antraknosa
Ry
Pengujian Koefisien Lintas t =
Pi × N SE p i
8
Tabel 1 Koefisien korelasi parsial antar karakter pada percobaan di Gunung Geulis X1 X2
Tabel 2 Koefisien korelasi parsial antar karakter pada percobaan di Tajur
X1
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
1.00
0.59*
0.52*
0.84**
0.39 tn
0.84**
-0.76**
-0.76**
-0.55*
-0.16 tn
-0.20 tn
0.08 tn
-0.52*
-0.20 tn
-0.40tn
0.23 tn
0.84**
1.00
0.55 *
0.73**
0.11 tn
0.40 tn
-0.16 tn
-0.41 tn
-0.24 tn
-0.19 tn
-0.29 tn
-0.12 tn
-0.18tn
-0.24tn
-0.51tn
-0.14 tn
0.36 tn
1.00
0.77**
0.20 tn
0.13 tn
-0.19 tn
-0.19 tn
0.24 tn
-0.05 tn
-0.00 tn
-0.10 tn
-0.24 tn
-0.28 tn
-0.32 tn
-0.18 tn
0.11 tn
1.00
0.42 tn
0.54*
-0.42 tn
-0.62*
-0.15 tn
-0.17 tn
-0.15 tn
-0.02 tn
-0.32 tn
-0.17 tn
-0.36 tn
-0.00 tn
0.52*
1.00
0.33 tn
-0.09 tn
-0.55*
0.20 tn
0.55*
0.33 tn
-0.24 tn
-0.18 tn
-0.19 tn
-0.26 tn
0.59*
0.34 tn
1.00
-0.76**
-0.78**
-0.70**
-0.12 tn
-0.27 tn
-0.08 tn
-0.38 tn
-0.10 tn
-0.30 tn
0.28 tn
0.99**
1.00
0.56*
0.61*
0.20 tn
0.15 tn
-0.37 tn
0.38 tn
-0.11 tn
-0.04 tn
-0.32 tn
-0.79**
1.00
0.35 tn
-0.03 tn
0.29 tn
-0.11 tn
0.07 tn
-0.16 tn
0.13 tn
-0.49 tn
-0.79**
1.00
0.44 tn
0.41tn
-0.19 tn
0.42 tn
0.10 tn
0.24 tn
-0.02 tn
-0.71**
X7
1.00
0.77**
-0.09 tn
-0.05 tn
0.28 tn
-0.17 tn
0.67**
-0.08 tn
X8
1.00
-0.03 tn
-0.27 tn
-0.39 tn
-0.16 tn
0.41 tn
-0.24 tn
X9
1.00
0.13 tn
0.49 tn
0.47 tn
0.36 tn
0.03 tn
X10
0.75**
-0.02 tn
-0.41 tn
X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13
1.00
X14
0.80** 1.00
X15 X16
0.84** 0.52** 0.99** -0.79** ** -0.79** -0.71
Panjang buah Tebal buah Persentase gejala Matang buah PTT Kekerasan buah Keparahan penyakit
1.00
Tebal buah
Persen gejala
Matang buah
0.84**
0.84**
-0.76**
1.00
0.54*
-0.42tn
1.00
PTT
X13
1.00
0.35 tn
X14
-0.76**
-0.55**
0.84**
-0.62*
-0.15tn
0.52*
-0.76**
-0.78**
-0.70**
0.99**
1.00
0.56*
0.61*
-0.79**
1.00
0.35tn
-0.79**
1.00
-0.71** 1.00
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
1.00
0.6 4*
-0.36tn
0.09tn
0.81**
0.87**
-0.79**
-0.48tn
-0.32tn
-0.04tn
0.15tn
0.09tn
-0.19tn
0.05tn
-0.09tn
-0.17tn
0.89**
X1
1.0 0
0.40
0.65**
0.40tn
0.41tn
-0.26tn
-0.72**
0.28tn
-0.30tn
0.09tn
-0.01tn
0.14tn
0.22tn
-0.02tn
-0.25tn
0.67**
X2
1.00
0.50tn
-0.34tn
-0.60*
0.52*
-0.24tn
0.65**
-0.12tn
0.01tn
-0.09tn
0.43tn
0.15tn
0.10tn
0.05tn
-0.33tn
1.00
-0.10tn
-0.03tn
0.38tn
-0.41tn
0.69**
-0.74**
-0.32tn
-0.34tn
-0.03tn
0.12tn
-0.06tn
-0.23tn
0.23tn
1.00
0.66**
-0.72**
-0.19tn
-0.52*
-0.01tn
0.23tn
0.19tn
-0.06tn
-0.01tn
-0.01tn
-0.34tn
0.67**
1.00
-0.80**
-0.30tn
-0.49tn
0.11tn
0.05tn
0.19tn
-0.17tn
0.16tn
-0.01tn
-0.00tn
0.92**
1.00
0.08tn
0.67**
-0.42tn
-0.33tn
-0.07tn
0.08tn
0.14tn
0.21tn
0.04tn
-0.65**
-0.29tn
0.25tn
-0.01tn
-0.14tn
-0.02tn
-0.36tn
-0.07tn
0.29tn
-0.59*
1.00
-0.49tn
-0.22tn
0.23tn
0.27tn
0.21tn
-0.05tn
-0.26tn
1.00
0.36tn
0.34tn
0.40tn
0.08tn
0.12tn
0.46tn
-0.11tn
X12
-0.16tn
-0.21tn
1.00
0.53* 1.00
X15
-0.46tn 0.78**
-0.51tn 0.85**
0.04tn 0.20tn
0.03tn 0.19tn
0.59*
0.63*
0.15tn
-0.11tn
1.00
0.91**
0.18tn
0.28tn
1.00
0.29tn
0.03tn
X16
1.00
X17
X2
X3
X4
X5
X6
X7
X8
X9
X10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X17
0.64 *
-0.36tn
0.09tn
0.81**
0.87**
-0.79**
-0.48tn
-0.32tn
-0.04tn
0.15tn
0.09tn
-0.19tn
0.05tn
-0.09tn
-0.17tn
0.89**
1.00
0.40
0.65**
0.40tn
0.41tn
-0.26tn
-0.72**
0.28tn
-0.30tn
0.09tn
-0.01tn
0.14tn
0.22tn
-0.02tn
-0.25tn
0.67**
1.00
0.50tn
-0.34tn
-0.60*
0.52*
-0.24tn
0.65**
-0.12tn
0.01tn
-0.09tn
0.43tn
0.15tn
0.10tn
0.05tn
-0.33tn
1.00
-0.10tn
-0.03tn
0.38tn
-0.41tn
0.69**
-0.74**
-0.32tn
-0.34tn
-0.03tn
0.12tn
-0.06tn
-0.23tn
0.23tn
1.00
0.66**
-0.72**
-0.19tn
-0.52*
-0.01tn
0.23tn
0.19tn
-0.06tn
-0.01tn
-0.01tn
-0.34tn
0.67**
1.00
-0.80**
-0.30tn
-0.49tn
0.11tn
0.05tn
0.19tn
-0.17tn
0.16tn
-0.01tn
-0.00tn
1.00
0.08tn
0.67**
-0.42tn
-0.33tn
-0.07tn
0.08tn
0.14tn
0.21tn
0.04tn
-0.65**
1.00
-0.29tn
0.25tn
-0.01tn
-0.14tn
-0.02tn
-0.36tn
-0.07tn
0.29tn
-0.59*
1.00
-0.49tn
-0.49tn
-0.22tn
0.23tn
0.27tn
0.21tn
-0.05tn
-0.26tn
1.00
0.36tn
0.34tn
0.40tn
0.08tn
0.12tn
0.46tn
-0.11tn
1.00
-0.16tn
-0.21tn
-0.46tn
-0.51tn
0.04tn
0.03tn 0.19tn
X3 X4 X5 X6
X8
-0.49tn
1.00
X1
1.00
X7
1.00
X11
-0.28 tn
Keparahan penyakit
X6
X6
-0.09 tn
Kekeras an buah
X5
X5
0.09 tn
Tabel 12 Nilai koefisien kolerasi antar karakter terhadap keparahan penyakit antraknosa pada pepaya di Gunung geulis
X4
X4
0.14 tn
Keterangan: X1 = Panjang buah (cm), X2 = Berat buah (kg), X3 = Diamater buah (cm), X4 = Tebal buah (cm), X5 = Diameter gejala (cm), X6 = Persentase gejala (%),X7 = Persentase kematangan buah saat gejala mncul (%), X8 = Padatan total terlarut (0Brix), X9 = Kekerasan buah (cm/kg), X10 = Tinggi tanaman (cm), X11 = Tinggi buah pertama (cm), X12 = Diamater batang (cm), X13 = Panjang petiole (cm), X14 = Panjang daun (cm), X15 = Lebar daun (cm), X16 = Jumlah buah, X17 = Keparahan penyakit (%), tn= tidak nyata, * dan ** = Berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 dan 99%.
X3
X3
1.00
1.00
X2
X2
0.92**
X17
Panjang buah
X1
Tabel 2 Koefisien korelasi parsial antar karakter pada percobaan di Tajur
X1
-0.20tn 1.00
Keterangan: X1 = Panjang buah (cm), X2 = Berat buah (kg), X3 = Diamater buah (cm), X4 = Tebal buah (cm), X5 = Diameter gejala (cm), X6 = Persentase gejala (%),X7 = Persentase k5atangan buah saat gejala mncul (%), X8 = Padatan total terlarut (0Brix), X9 = Kekerasan buah (cm/kg), X10 = Tinggi tanaman (cm), X11 = Tinggi buah pertama (cm), X12 = Diamater batang (cm), X13 = Panjang petiole (cm), X14 = Panjang daun (cm), X15 = Lebar daun (cm), X16 = Jumlah buah, X17 = Keparahan penyakit (%), tn= tidak nyata, * dan ** = Berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 dan 99%.
X9 X10 X11 X12
1.00
X13
0.89**
0.67** 0.92** -0.65** -0.59** 0.92**
0.53*
0.78**
0.85**
0.20tn
1.00
0.59*
0.63*
0.15tn
1.00
0.91**
0.18tn
0.28tn
1.00
0.29tn
0.03tn
1.00
-0.20tn
X14 X15 X16 X17
-0.11tn
1.00
Keterangan: X1 = Panjang buah (cm), X2 = Berat buah (kg), X3 = Diamater buah (cm), X4 = Tebal buah (cm), X5 = Diameter gejala (cm), X6 = Persentase gejala (%),X7 = Persentase k5atangan buah saat gejala mncul (%), X8 = Padatan total terlarut (0Brix), X9 = Kekerasan buah (cm/kg), X10 = Tinggi tanaman (cm), X11 = Tinggi buah pertama (cm), X12 = Diamater batang (cm), X13 = Panjang petiole (cm), X14 = Panjang daun (cm), X15 = Lebar daun (cm), X16 = Jumlah buah, X17 = Keparahan penyakit (%), tn= tidak nyata, * dan ** = Berpengaruh nyata pada taraf kepercayaan 95 dan 99%.
Tabel 3 Pengaruh langsung dan tidak langsung antara karakter agronomi dan ketahanan terhadap persentase keparahan penyakit antraknosa pada pepaya
X1 0,84**
Karakter Pengaruh langsung
Pengaruh tidak langsung X1
X4
X6
-0.059 -0.059
X8
X9
0.053
0.053
0.038
0.84
-0.003
-0.005
-0.001
0.52
-0.617
-0.631
-0.567
0.99
-0.069
-0.075
-0.79
-0.021
-0.78
0.070
X4
0.008
0.007
X6
0.812
0.683
0.439
X7
-0.124
0.094
0.053
0.094
X8
-0.058
0.045
0.036
0.046
-0.033
X9
-0.096
0.053
0.014
0.067
-0.059
0.004
0,008
X7
X1
-0.034
0,070
Pengaruh total
-0.71
Keterangan: X1 = Panjang buah (cm), X4 = Tebal buah (cm), X6 = Persentase gejala (%), X7 = Persentase kematangan buah saat gejala mncul (%), X8 = Padatan total terlarut (0Brix), X9 = Kekerasan buah (cm/kg)
X4 X6
0,812
Y
-0,124 -0,058
Gambar
-0,76** -0,76**
-0,42 -0,76**
X7
-0,55*
-0,62*
-0,78** 0,56*
X8
-0,098 0,47
0,84** 0,54*
-0,15
-0,70** 0,61*
0,35
X9
Diagram lintas beberapa karakter dengan keparahan pada lima genotipe pepaya tetua di Gunung geulis
9
Tabel 4 Analisis ragam panjang buah, tebal buah, padatan total terlarut, kekerasan buah kematangan buah saat gejala muncul, persentase gejala dan keparahan penyakit
Sumber Db Panjang keragaman buah
Tebal buah
PTT
Kekeras an buah
Matang buah
Persen gejala
Keparahan penyakit
Kuadrat Tengah Kelompok
2
28.37
0.184
0.21
0.003
266.45
153.65
2.42
Genotipe
4
235.34**
0.239**
8.67**
0.018**
2391.76*
2224.81**
2118.71 **
Galat
8
11.805
0.030
0.68
0.002
46.31
146.51
148.72
16.86
10.03
6.51
10.31
30.82
19.14
19.22
KK(%)
Studi Kejadian Penyakit Antraknosa pada Pepaya (Tajur, Pasir Kuda dan Cinangneng) Percobaan I
Percobaan II
Studi patogen antraknosa 1.Identifikasi dan uji patogenisitas 2.Respon suhu 3.Inokulasi silang 4.Metode inokulasi
Skrining ketahanan antraknosa 1. Uji ketahanan di lapangan 2. Uji ketahanan di laboratorium
Percobaan III Uji Korelasi dan Sidik Lintas Uji korelasi tetua Analisis sidik lintas
Tabel 5 Ragam genetik, ragam fenotipe dan nilai heritabilitas arti luas dari panjang buah, tebal buah, padatan total terlarut (PTT), kekerasan buah kematangan buah saat gejala muncul, persentase gejala dan keparahan penyakit Peubah
Ragam genetik
Heritabilitas arti luas
Kriteria
78.4461
94.98
Tinggi
0.069823
0.07988
87.41
Tinggi
23.9826
24.20919
99.06
Tinggi
Kekerasan buah
0.005285
0.005894
89.66
Tinggi
Matang buah
781.8158
797.2533
98.06
Tinggi
Persen gejala
692.7669
741.603
93.41
Tinggi
Keparahan penyakit
656.6644
706.238
92.98
Tinggi
Panjang buah
74.51438
Tebal buah PTT
Ragam fenotipe
3.Heterosis
Korelasi persentase kematangan buah saat gejala muncul, padatan total terlarut kekerasan buah terhadap keparahan penyakit : - 0.79,- 0.79 dan 0.71. • Panjang buah, tebal buah, persen padatan total terlarut (PTT), kekerasan buah, kematangan buah saat gejala pertama muncul, persen gejala dan keparahan penyakit antraknosa pada pepaya mempunyai nilai heritabilitas yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai karakter dalam menseleksi pepaya terhadap ketahanan penyakit antraknosa.
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu :
: :
5 geotipe tetua dan 10 genotipe persilangan
Bahan Metode
Parameter
:
Keparahan penyakit (%) Luas gejala (%) Dm becak (cm) Matang buah saat gejala muncul (%) Padatan total terlarut (0Brix) Kekerasan buah (kg/cm2)
Tujuan 1. Untuk mengetahui genotipe pepaya yang tahan dan rentan berdasarkan tingkat keparahan penyakit
Percobaan IV Analisis Silang Diallel 1.Kajian tingkat ketahanan 2.DGU dan DGK
Korelasi Panjang buah, tebal buah, persentase gejala terhadap keparahan penyakit: 0.84, 0.52, 0.99.
•
PERCOBAAN IV Analisis silang diallel untuk karakter ketahanan terhadap antraknosa
2. Untuk mengetahui tetua yang memiliki nilai daya gabung umum dan khusus yang tinggi
Populasi Dasar (F1 Half Diallel)
SIMPULAN •
3. Untuk mengetahui tetua yang memiliki nilai heterosis yang tinggi terhadap karakter ketahanan
KP PKBT Tajur (250dpl) PT. Agrorekatama Gunung Geulis (550 dpl) dpl) Lab.Mikologi HPT IPB Bogor
Januari 2005 – Oktober 2006 RAK, 15 genotipe pepaya, pepaya, 3 ulangan 5 tanaman per genotipe setiap ulangan
Parameter Genetik Bagi Perakitan Pepaya Tahan Antaknosa
10
ANALISIS DATA Keparahan Penyakit
∑ ( n xv ) i
KP =
i
i=0
NxZ
Skor 0 1 2 3 4 5
x100 %
Pengelompokan Kelas Ketahanan Antraknosa (Yoon 2003) Kelas
1 2 3 4 5
Keparahan
0 10 25 50
≤ < < <
x ≤10 x ≤ 25 x ≤50 x ≤75 x > 75
DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS
Pengkelasan % luas Gejala (Suryaningsih, 1991)
Nilai Kelas Penyakit (%)
0
Sangat tahan Tahan Moderat Rentan Sangat rentan
% luas gejala 0 (tidak ada gejala) 0 < pg < 19 20 < pg < 39 40 < pg < 5 60 < pg < 79 pg > 80 1
2
gi=
SK
Db
JK
KT
EKT
dgu dgk galat
p-1 p(p-1)/2 (r-1)[)p-1)+p(p-1)/2]
JKdgu JKdgk JKgalat
KTdgu KTdgk KTgalat
σ2e + σ2dgk + (p+2) σ2dgu σ2e + σ2dgk σ2e
4
σ2e = KTgalat
σ2dgk = KTdgk - KTgalat
Komponen genetik (Singh and Chaudhary, 1979) σ2dgu = ½ σ2A dan σ2dgk = σ2D
Persilangan Half Diallel dan Selfing Menggunakan 5 Tetua
HETEROBELTIOSIS
= (F1(F1-BP)/BP x 100%
Jantan Betina IPB1 IPB10 STRSTR-64 IPB5 PB000174
IPB1 x
1 2 (Yi. +Yii +Y.j +Yjj)+ Y.. p+2 (p+1)(p+2)
CD = S .E . x t0.05 = ragam x t0.05
HETEROSIS
= (F1 – MP)/MP x 100%
Efek dgk masing-masing hasil persilangan tetua
Uji beda nyata antara dgu tetua-tetua dan antara masing-masing dgk hibrida silang tunggal dilakukan dengan menggunakan uji beda kritis (Critical Dfference =CD) dengan rumus sebagai berikut:
5
HETEROSIS
1 2 ∑(Yi. +Yii) − pY.. p+2
Sij =Yij −
σ2dgu = (KTdgu - KTdgk)/p+2 3
Efek dgu tetua ke-I dihitung menggunakan rumus berikut:
Sidik Ragam daya gabung metode 2 ( Griffing 1956)
IPB10 STRSTR-64 IPB5
PB000174
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
x
PERCOBAAN IV.A STUDI KETAHANAN PEPAYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA
Tujuan: Tujuan: untuk mengetahui genotipe pepaya yang tahan dan rentan berdasarkan tingkat keparahan penyakit
x
11
HASIL DAN P5BAHASAN
Tabel 1. Keparahan Penyakit dan Kelas Ketahanan Pepaya terhadap Penyakit Antraknosa pada Dua Lokasi Genotipe
STUDI KETAHANAN PEPAYA TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA
Tabel 2 Analisis ragam diallel padatan total terlarut, kekerasan buah pepaya di dua lokasi percobaan Sumber keragaman
PTT (0Brixc)
Derajat bebas
Kekerasan buah (kg/cm2)
Tajur
Gunung geulis
Tajur
Tajur
Gunung Geulis
KP (%)
Kelas Ketahanan
KP (%)
Kelas Ketahanan
IPB1
19.33
Tahan
48.33
Moderat
IPB10
60
Rentan
96.67
Sangat rentan
STRSTR-64
51.11
Rentan
82.67
Sangat rentan
IPB5
66.67
Rentan
87.78
Sangat rentan
PB000174
6.67
Sangat tahan
42.22
Moderat
IPB1xIPB10
21.11
Tahan
56.66
Rentan
IPB1 x STRSTR-64
28.20
Moderat
69.09
Rentan
IPB1 x IPB5
23.17
Tahan
49.41
Moderat
IPB1 x PB000174
13.33
Tahan
34.17
Moderat
IPB10xSTRIPB10xSTR-64
46.67
Moderat
69.17
Rentan
IPB10xIPB5
53.33
Rentan
68.33
Rentan
IPB10xPB000174
20.00
Tahan
74.67
Rentan
STRSTR-64xIPB5
42.22
Moderat
73.33
Rentan
STRSTR-64xPB000174
20.00
Tahan
37.14
Moderat
IPB5xPB000174
17.78
Tahan
33.37
Moderat
Tabel 3 Analisis Ragam Dialell Karakter Ketahanan Pepaya terhadap Penyakit Antraknosa di Tajur Sumber Keragaman
D B
Gunung geulis
Luas Gejala (%)
Keparahan Penyakit (%)
Diameter Kematangan Buah Gejala Saat Gejala Muncul (cm) (%)
Ulangan
2
4.5966
0.7829
0.0047
0.0007
Ulangan
2
23.93
16.05
0.17
66.52
Genotipe
14
8.0649*
4.7167**
0.0136*
0.0009**
Genotipe
14
687.91**
1.065.39**
0.81*
1.142.34**
Tetua(T)
4
10.4043*
8.6740**
0.0264**
0.0234**
4
1.395.36**
2.077.49**
1.40**
2.662.37**
Silangan(S)
9
7.7718*
3.4041**
0.0088*
0.0030tn
9
395.22**
569.26**
0.63tn
479.60**
DGU
4
6.8035**
4.1653**
0.0139**
0.0072**
692.60**
1.040.28**
0.79**
1.084.09**
DGK
10
1.0422tn
0.5350**
0.0008tn
0.0014tn
TxS
1
1.3444*
0.7005tn
0.0054tn
0.0040tn
Error
28
3.1138
0.4804
0.0034
0.0021
14.44
8.26
8.15
KK (%)
Keterangan: tn = tidak nyata, * =nyata (P< 0,05), ** = sangat nyata (P<0.01)
7.3
Tetua (T) Silangan (S) DGU DGK TxS Error
4 10
1.89tn
81.07*
1
492.34*
1.482.14**
28
69.69
86.19
Koefisien keragaman (%)
37.46
28.44
Keterangan: tn = tidak nyata; * = nyata (P>0.005); ** = sangat nyata (P>0.001) DB= Derajat Bebas
0.06tn 0.006tn 0.29 52.09
99.46** 1.026.84** 21.17 5.39
PERCOBAAN IV.B Daya Gabung Umum (DGU) dan Daya Gabung Khusus (DGK) Tujuan: Tujuan:
untuk mengetahui tetua yang m5iliki nilai daya gabung umum dan khusus yang tinggi
Tabel 4 Analisis Ragam Dialell Karakter Ketahanan Pepaya terhadap Penyakit Antraknosa di Gunung Geulis Sumber Keragaman Ulangan
D B 2
Luas Gejala (%) 47.34
Keparahan Diameter Penyakit Gejala (%) (cm) 37.24
0.03
Kematangan Buah Saat Gejala Muncul (%) 144.10
Genotipe
14 1.371.35**
1.221.40**
0.46tn
1.078.33**
Tetua (T)
4 2.224.81**
Silangan (S)
9
1.812.68**
0.81*
2.391.76**
804.07**
844.22**
0.34tn
394.79**
1.044.26**
954.09**
0.37**
865.74**
222.26**
188.35**
0.88tn
156.93**
1
3.062.97**
2.250.90**
0.10tn
1.976.55**
28
154.42
152.72
0.23
69.41
24.09
20.08
33.48
11.05
DGU
4
DGK
10
TxS Error Koefisien keragaman (%)
Keterangan: tn = tidak nyata; * = nyata (P>0.005); ** = sangat nyata (P>0.001) DB= Derajat Bebas
12
Tabel 5 Daya Gabung Umum (DGU) Genotipe Pepaya pada Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa
Tabel 6 Daya gabung umum (Dgu) genotipe pepaya pada karakter padatan total terlarut (0Brixc) dan kekerasan buah di dua lokasi percobaan
Tabel 7 Daya Gabung Khusus (DGK) Genotipe Persilangan Pepaya pada Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Antraknosa Genotipe
Genotipe
Tajur
Gunung Geulis
Genotipe LG (%) IPB1
KP (%)
MB (%)
LG (%)
KP (%)
DM (cm)
IPB1
Tajur LG (%)
KP (%)
-5.38
-10.66
Gunung Geulis
DG (cm)
MB (%)
LG (%)
KP (%)
DM (cm)
-0.24
-2.43
-8.42
-9.12
-0.02
4.86
4.05
8.70
10.18
-0.10
-1.82
Tajur
Gunung geulis
1x10
0.83
0.86
0.63
0.67
1x64
-3.35
-0.45
-0.28
Tajur
MB (%)
Kekerasan buah (kg/cm2)
Gunung geulis
MB (%)
-0.31
8.07
-10.00
-9.03
-0.23
8.58
IPB10
-1.36
-0.84
0.78
0.53
1x5
-3.13
-9.85
-0.30
8.11
-6.16
-7.49
0.08
1.56
IPB10
3.23
9.32
0.13
2.45
15.07
13.28
0.14
-3.18
STR64
-0.41
-0.65
0.72
0.67
1x174
4.34
6.80
0.33
-5.52
-2.79
-3.28
-0.18
-2.04
IPB5
-0.14
-0.10
0.57
0.50
10x64
4.10
-1.51
0.14
3.52
-14.88
-12.06
-0.16
13.09
STRSTR-64
5.30
6.21
0.22
-1.93
5.69
6.41
0.33
-3.35
PB174
1.08
0.72
0.79
0.70
10x5
1.79
0.80
0.12
-0.51
-14.66
-10.88
0.03
13.35
11.56
10.57
0.36
-20.23
4.09
4.40
-0.08
-15.13
10X174
0.32
-6.05
0.14
-0.21
14.73
14.91
0.48
-13.27
64X5
-8.18
-7.20
0.06
1.52
-0.90
0.99
0.32
4.43
-13.34 -15.91
-0.40
11.64
-14.85 -15.06
-0.16
13.08
64x174
-3.58
-2.94
0.06
1.52
-16.31
-15.74
-0.28
9.68
5x174
-10.33
-9.52
-0.15
21.35
-17.64
-17.53
0.81
17.03
IPB5 PB000174
-6.75 -10.19
DG (cm)
Padatan total terlarut (0Brixc)
Keterangan: LG=luas gejala; KP=keparahan penyakit; DM= diameter gejala;MB=matang buah saat gejala muncul
Keterangan: LG=luas gejala; KP=keparahan penyakit; DM= diameter gejala;MB=matang buah saat gejala muncul
PERCOBAAN IV.C Heterosis
Tabel 8 Heterosis dan Heterobeltiosis Karakter Ketahanan terhadap Antraknosa pada Pepaya Karakter
Heterobeltiosis RataRatarata
Kisaran
RataRatarata
Kisaran
Luas gejala (%) Keparahan penyakit (%) Diameter gejala (cm) Kematangan buah(%) buah(%)
T1(B)xT1(J)
F1 (%)
Tetua T1
%
Tujuan: Tujuan: untuk mengetahui tetua yang m5iliki nilai heterosis yang tinggi terhadap karakter ketahanan antraknosa
Tabel 9 Heterosis (MP) dan Heterobeltiosis (BP) Karakter Ketahanan Penyakit Antraknosa pada Pepaya di Tajur
Heterosis Heterosis T2
BP
MP
IPB1x IPB10
21.11
19.33
60.00
9.21
-46.79
5.06 1.790.15
-29.49 s/d102.8 -19.35 s/d 5.581.82
-27.9 -24.96
-58.71 s/d 5.42 -63.38 s/d 4.68
IPB1xSTRIPB1xSTR-64
28.20
19.33
51.11
45.89
-19.93
IPB1xIPB5
23.17
19.33
66.67
19.87
-14.12
2.71 53.90
-21.00 s/d 76.86 -17.33 s/d 199.89
-21.30 -31.29
-48.71 s/d 7.52 -51.51 s/d 2.54
IPB1xPB174
13.33
19.33
6.67
99.85
2.54
IPB10xSTRIPB10xSTR-64
46.67
60.00
51.11
-8.69
-16.00
39.13 1.063.96
-14.71 s/d 106.19 -9.09 s/d 2.933.33
9.31 9.61
-18.01 s/d 47.13 -36.33 s/d 88.41
IPB10xIPB5
53.33
60.00
66.67
-11.12
-36.01
IPB10xPB174
20.00
60.00
6.67
199.85
-40.01
-1.19 -24.87 s/d 36.57 -7.18 -25.56 s/d -0.52
25.66 15.38
-7.59 s/d 61.99 -1.35 s/d 52.62
STRSTR-64xIPB5
42.22
51.11
66.67
-17.39
-28.31
STRSTR-64xPB174
20.00
51.11
6.67
199.85
-30.77
IPB5xPB174
17.78
66.67
6.67
1.67
-51.51
13
Tabel 10 Heterosis (MP) dan Heterobeltiosis (BP) Karakter Ketahanan Penyakit Antraknosa pada Pepaya di Gunung Geulis T1(B)xT1(J)
F1(%)
Tetua T1
T2
BP
MP
IPB1x IPB10
56.66
48.33
96.67
17.24
-21.85
IPB1xSTRIPB1xSTR-64
69.09
48.33
82.67
42.95
5.48
IPB1xIPB5
49.41
48.33
87.78
-8.11
-27.40
IPB1xPB174
34.17
48.33
42.22
-19.07
-24.54
IPB10xSTRIPB10xSTR-64
69.17
96.67
82.67
-16.33
-22.86
IPB10xIPB5
68.33
96.67
87.78
-22.16
-25.91
IPB10xPB174
74.67
96.67
42.22
76.86
7.25
STRSTR-64xIPB5
73.33
82.67
87.78
-11.30
-13.96
STRSTR-64xPB174
37.14
82.67
42.22
-12.03
-40.53
IPB5xPB174
33.34
87.78
42.22
-21.03
-48.71
SIMPULAN
UCAPAN TERIMAKASIH
Heterosis
Genotipe pepaya tahan antraknosa : IPB1 dan PB000174. Peran gen aditif lebih besar dibandingkan non aditif. aditif. PB000174 & IPB 1 : nilai DGU negatif (tinggi), tinggi), tahan antraknosa IPB5 x PB000174 : nilai heterosis ketahanan tertinggi di Tajur dan Gunung geulis IPB5 x PB000174 : nilai heterobeltiosis tertinggi di Gunung geulis
PB000174 (betina)
IPB 10 (hermaprodit)
PB000174 (jantan)
STR-64 (hermaprodit)
Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)melalui Tim Program Penelitian Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) Maneger PT. Agrorekatama Gunung Geulis Bogor Kepala Kebun Percobaan PKBT Tajur Bogor Kepala Laboratorium Mikologi HPT IPB Bogor. Bogor.
IPB 1 (hermaprodit)
IPB5 (hermaprodit)
14