Koefisien air larian berdasarkan penutupan vegetasi dan pengukuran debit aliran sungai Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) Citarik Hulu (Edi Tri Haryanto)
KOEFISIEN AIR LARIAN BERDASARKAN PENUTUPAN VEGETASI DAN PENGUKURAN DEBIT ALIRAN SUNGAI CEKUNGAN PENGALIRAN SUNGAI (CPS) CITARIK HULU Edi Tri Haryanto Laboratorium Geomorfologi, Fakultas Teknik Geologi – Universitas Padjadjaran
ABSTRACT Upper Citarik Catchment has an area of about 30,41 Km2 or around 30.000 Ha. Based on topographic map “Rupa Bumi Indonesia”(R BI), the upper area of the catchments still covered by forests which can restrain the increase of runoff coefficient.There is also water fall “Curug Cinulang in the Catchment, the interesting natural tourist attractions that push the growth of economic activities and tourism facilities, changing land use which can increase runoff coefficient and improve flow discarge. The research method used was land use mapping based on the Topographic Map “RBI” with scale of 1 to 25000, and measurements of each land use types using GIS techniques. Discharge estimation using empirical formula and measurements in the field. The results showed dense forest cover, plantations, and scrub affect the coefficient runoff. Forests affect the stability of the river flow based on measurements and calculations with different assumptions rainfall intensity. The river discharge was relatively stable at stations 6 and 7 with more than 90% of land covered by good forest. Keywords: Runoff coefficient, vegetation cover, flow discharge, river catchments.
ABSTRAK Sungai Citarik bagian hulu mempunyai wilayah Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) seluas kurang lebih 30,41 Km2, atau sekitar 30.000 Ha. Berdasarkan Peta RBI (R upa Bumi Indonesia), CPS Citarik bagian hulu masih terdapat vegetasi hutan yang merupakan penutupan vegetasi yang dapat menahan laju peningkatan koefisien air larian. Di dalam wilayah CPS Citarik juga terdapat Curug Cinulang yang merupakan tempat wisata alam yang menarik, sehingga dapat mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi dengan pertumbuhan sarana wisata dan mengubah bentuk penggunaan lahan, yang dapat meningkatkan koefisien air larian dan meningkatkan debit aliran. Metoda penelitian yang gunakan adalah pemetaan penggunaan lahan berdasarkan Peta Rupa bumi Indonesia, skala 1 : 25000, dan melakukan pengukuran luas setiap bentuk penggunaan lahan berbasis Geografikal Information Sistem. Pehitungan debit dengan formula empirik dan pengukuran di lapangan. Hasilnya menunjukkan penutupan vegetasi hutan, perkebunan, dan semak belukar merupakan bentuk penggunaan lahan dan penutupan vegetasi yang berpengaruh terhadap keadaan koefisien aliran CPS. Hutan berpengaruh terhadap kestabilan debit aliran sungai berdasarkan pengukuran dan perhitungan dengan berbagai asumsi intensitas hujan. Debit aliran relatif stabil pada stasiun 6 dan 7 yang penutupan lahannya lebih dari 90% merupakan hutan yang baik Kata kunci: Koefisien air larian, penutupan vegetasi, debit aliran, C PS.
PENDA HULUA N Sungai Citarik bagian h ulu m e m punya i wilayah Cekungan P e ngaliran Sungai (C PS) se luas k urang le bih 30,41 Km2, atau se k ita r 30.000 Ha. Di bagian sebelah utara sungai utama W ilayah CPS Citarik Hulu termasuk d i dala m Wilayah Kabupaten Sumed ang (1 000Ha/33%), sedangkan di bagia n tim ur, seb elah selatan te rmasuk Wilaya h Ka bupaten Garut (811 Ha /2 8%), dan di bagian barat merupakan W ilaya h Ke camatan Cicalengka , Ka bupate n Ba ndung (1150 Ha/39%). Di bagian hilir di Wilaya h Ke cam ata n C ica le ngka, Sungai Citarik Hulu in i be rtem u de ngan Sungai Cimande d ari s e 40
be la h utara d an p ada wak tu m usim hujan, se tia p ta hun te rjadi banjir. Ba njir ya ng terjadi dapat dise babk an ole h keseimbangan hidrologi C PS baik dari k e adaan C PC C im ande a ta upun C PS Citarik. Bentuk pe nggunaan lahan atau tutupan vegetasi merupakan sala h satu faktor ya ng cukup p e nting m e mp engaruhi keseimbangan tata air ya itu dalam pengendalian koefisien air la rian atau “runoff” (Haryanto, 1995). Me ningkatnya k oefisien air la rian be rak ib at juga te rha dap prose s e rosi (Haryanto, 2007) sehingga d i bagia n hilir pe ngendapan ya ng te rjadi m e m pe rsemp it saluran peng aliran s ungai se hingga debit aliran m e lim pas d an
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 40-53
te rjadi banjir. Berdasarkan P e ta R BI (R upa Bumi Indo ne sia ), C PS C ita rik bagian hulu masih te rdapat ve ge ta si huta n yang m e rup ak an p e nutupan ve ge ta si ya ng d apat m e nahan laju pe ningkata n k oe fisie n a ir larian. Di did alam wilayah C PS C itarik juga te rdapat Curug C inulang yang m e rup ak an temp at wis ata alam ya ng m e narik , se hingga dapat m e ndorong p e rtum buhan k egiatan ekonom i de ngan pe rtumbuhan sarana wis ata yang juga dapat meningkatkan k oefisie n a ir larian. Oeh karena itu p e rlu d ilak uk an pe nelaahan mengenai keadaan penggunaan lahan atau penutupan ve getasi yang menentukan k oefisien air la rian dan k arakteristik debit sungai, se hingga dapat m e nam bah info rmasi ya ng b e rgu na u ntuk k e bijak an p e nge ndalian keseimbangan ta ta a ir te ta p te rjaga, nam un p e rke m bangan pe riwis ata untuk meningkatkan kese jahte raan m asya rak at te ta p te rlak sana. Tujua n penelitian ini adalah untuk m e ngetahui keadaan bentuk penggunaan lahan atau penutupan ve ge ta si dan k oefisien air la rian d i C e k ungan Pe ngaliran (CPS) C itarik Hulu, be rda sarkan penutupan vegetasinya , se rta be rda sarkan curah h ujan d an d e bit aliran s ungainya . METOD OLOGI Me toda penelitian yang g unak an adalah pemetaan penggunaan lahan be rda sarkan Peta Rupa bumi Indone sia , skala 1 : 25000, dan m e la k uk an pe ngukuran luas setiap bentuk pe nggunaan la han b e rba sis Geographical Information Sis tem (Aronof 1993, Burough, 1986). P e nguk uran d e bit aliran sungai de ngan m e tode area sections method de ngan a la t current meter type Ao ot. Be berapa titik penguk uran debit aliran sungai di sungai C ita rik dari hilir k e hulu (Gam bar 1). Lo k asi penelitian berada d i be be rapa sub-Das dan C ekungan Pengaliran Sungai (C PS). C PS C ita rik Hulu m e rup akan Sub-Das Citarik dan Subsub-Das Citarum Hulu, yang te rle ta k
di wilaya h bagian paling timur (Ga m bar 2). Be rdasarkan tingkat orde s ungai m enurut sistem Strahle r, m ak a C PS Citarik Hulu m empunya i tingk at pe rcabangan sungai orde 5 . Tingk at pe rcabangan sungai orde 5 te rse but dib e ntuk oleh dua buah CPS orde 4 di bagian hulu s e luas m asing-m asing 6,059 Km2 dan 5,523 Km2, sehingga sub-total orde 4 adala h 1 1,582 Km 2 ata u sekitar 38% dari Seluruh wilayah C PS Citarik Hulu. Sebagian besar wilaya h sis anya atau 62% wilaya h te rdiri dari C PS-CPS orde 2 dan h anya s atu buah CPS orde 3. Sub-sub Das C itarik Hulu adalah satu-satunya yang mem punya i tingkat orde 5 d i anta ra s ubsub Da s ya ng ada di d ala m Sub-Da s C ita rik . Sub-sub Da s ya ng la innya m e mp unyai tingkat orde 4 be rjum la h 5, yaitu : CPS Cimande, CPS C ibodas, C PS Cihanjir, CPS C im e unasah, dan C PS C is unggalah. Keadaan fisik CPS Citarik Hulu Iklim dan Curah Hujan Me nurut Koppen ik lim Jawa Barat um um nya te rmasuk tipe iklim Am, ya itu ik lim ya ng s e cara p e riodik k e ring. Ik lim Am ditandai dengan te rdapatnya satu ata u le bih b ula n k e ring (curah hujan se bulan dib awah 60 m m ),namun bulan-bulan lainnya curah hujannya besar. Dengan keadaan se m acam ini diduga bahwa tanam an tid ak banyak dipengaruhi ole h k e k e ringan untuk seme nta ra wak tu. Be rdasarkan data curah hujan ra ta -rata di Stasiun Cicalengka, selama sepuluh ta hun dari tahun 1995 sam pai 2005, m ak a terlihat ada lebih d ari s atu b ula n k ering (< 60mm) yaitu Juni, Juli, Agustus, September. Ada d ua b ula n cura h hujan sedang dan enam b ula n basah dengan cura h hujan le bih d ari 100 m m. Oleh karena itu denga n k e adaan curah hujan rata-rata bula nan se perti tersebut di ata s m e m punya i nilai Q (perbandingan a nta ra jum la h bula n kering dibanding jum la h b ula n basah), ya itu 0 ,666 m ak a m e nurut Schm ith & Fe rguson termasuk d ala m zona ik lim D (Tjasyo no, 1987).
41
Koefisien air larian berdasarkan penutupan vegetasi dan pengukuran debit aliran sungai Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) Citarik Hulu (Edi Tri Haryanto)
Topograf i C PS Citarik Hulu merupakan cek ungan pengaliran ya ng berbentuk m e manjang dari hulu sebelah timur k e arah hilir di sebelah barat, dikelilingi oleh puncak-puncak ketinggian dari uta ra sebelah barat G. Ke renceng (1 742 m dpl.), di sebelah timurnya be rturut-turut G.Buleud (1423 m dpl.), G.Munggang (1432 m dpl.), G. Sin dulang (1506 m dpl.) dan G. C ala ncang (1571 m dpl.). Sedangkan di bagian selatan dibatasi oleh dua tinggia n, yaitu Pasir C ikaro (1440 m dpl.) dan G. Bujung (1436 m dpl.) (Gambar 3). Sungai Citarik mengalir dari hulu bagian timur ke arah barat melalui C urug C inulang dan outlet-nya dibata si di dam yang terletak di Kampung C ijengkol, Desa Tanjungwangi. Geologi dan geomorfologi Be rda sarkan Peta Geologi Regional sk ala 1 : 10000 ( Silitonga, 1975), wila ya h C PS C ita rik Hulu yang m e rupak an bagian wilayah CPS C itarik, terdiri da ri La va (Qyl) di bagian barat sebe la h utara ya itu di lere ng puncak G. Ke rum bi dan m aterial hasil gunungapi m uda ta k teruraikan (Qyu). Kemu dian di se belah tim urnya d i bagia n u tara te rda pat La va d ari h asil g unungapi tua (Q vl), dan sebagian wilayah timur te diri dari hasil gunungapi tua ta k te rura ik an (Ga m bar 4). HASIL PENELITIA N Penggunaan lahan/Penutupan Vegetasi Be radasarkan peta R upa Bumi I ndone sia skala 1:25.000 yang dite rbitk an oleh Badan Koordinasi Survey dan Pe m etaan yang s e k arang b e rna m a Ba dan Info rmasi Ge ospatia l (BIG), m ak a wilayah penelitian atau C PS C ita rik Hu lu diliputi oleh b e ntuk p e nggunaan lahan atau penutupan ve ge ta si be rupa : sawah irigasi, hutan, pem uk iman, k ebun/perkebunan, sem ak be luk ar, sawah tadah hujan, dan la dang/tegalan. Bentuk-bentuk pen g-
42
gunaan la han te rse but te ntunya m e m punya i be rim plik asi te rha dap k oe fisien a ir larian d an a k an m e m pe ngaruh i de bit aliran s ungai ya ng m e ngalir d i dala m ce k ungan p e ngaliran sungai te rse but (Haryanto, 2007). Sebaran luas ma sing-m asing be ntuk penggunaan lahan/ penutupan ve ge tasi di C PS Citarik Hulu dikaitk an de ngan titik pengukuran d e bit aliran adalah Stn 1, disajikan pada T abe l 2 di bawah. Penutupan ve ge ta si hutan m asih cukup luas di CPS C itarik Hu lu, ya itu 65,3% luas wilayah, diikuti ole h la dang/tegalan atau la han p e rtania n 20,11%, dan kebun atau s e m ak b e luk ar 11,10 dan la innya k urang d ari 5% luas wilayah (T abe l 2). Se baran be ntuk penggunaan lahan dan p e nutupan vegetasi disajikan pada Gambar 5. Penggunaan Lahan di atas Titik pengukuran debit Be ntuk penggunaan lahan/p e nutupan vegetasi berpengaruh terhadap k oe fis ie n a ir larian d an d e bit aliran sungai. Da ri h asil p e m buata n p e ta dan pengukuran luas s e tia p b e ntuk pe nggunaan lahan dan penutupan ve ge ta si di atas pengukuran debit aliran sungai disajikan pada T abe l 3. Lu as m asing-masing wilayah ta ngkapan air se tia p titik penguk uran d ari titik p aling hilir k e arah hulu adalah berturutturut 30,449 Ha, 26,387 Ha, 22,805 Ha, 20 ,895 Ha, 16,72 Ha, 6,059 Ha, dan 5,523 Ha. Apabila diga m barkan, m ak a semakin ke hulu berkurangnya luas DAS mengikuti garis lurus seperti ditunjuk k an dala m grafik d an p e rsam aan d i bawah (Ga m bar 6). Koefisien Air Larian De ngan menggunak an d ata luas be ntuk penggunaan lahan dan p e nutupan vegetasi, maka koefisien air la rian (runoff) dip erkirakan berdasarkan hasil penelitian terdahulu, se pe rti te la h dikem uk ak an o le h Soe m arwoto (1 988) dan Asdak (2002), d is ajikan pada Tabel 5. Berdasarkan perkiraan dari hasil-hasil p e ne litia n m e nge nai
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 40-53
k oe fisien air larian yang d ip e ngaruh i ole h bentuk pe nggunaan lahan d an pe nutupan ve ge ta si di ata s, m ak a pe rkiraan k oe fisie n a ir larian u ntuk C PS Citarik Hulu atau stasiun 1 (Stn1) dis ajikan pada T abe l 6. Se dangk an m asing-masing wilayah ta ngkapan air se tia p titik pengukuran debit aliran d i Sta siun 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 d is ajikan pada T abe l 7, 8, dan 9 . R angkuman hasil perhitungan koefisie n air larian pada ma sing-m asing titik pe nguk uran d e bit be rdasarkan luas daerah tangkapan air dan bentuk pe nggunaan lahan dan penutupan ve ge ta si disajikan pada ta bel dan grafik (Gam bar 7) Debit Aliran sungai De bit aliran sungai ditentukan oleh cura h hujan, morfo m e tri wilaya h ce k ungan pengaliran s ungainya , se rta be rba gai fa k tor fis ik C PS te rmasuk k e adaan penggunaan lahan dan k e adaan penutupan vegetasi. Untuk maksud perencanaan pende k ata n p e rhitungan berdasarkan fo rmula e m piris se ring digunakan. Pendekatan metode rasio nal (Vent te Chow, 1964) um um digunakan k husunya untuk pe rkiraan de bit aliran puncak. Dengan me m anfa atkan data cura h hujan yang d apat ditra nsfo rmasi m e njadi inte nsita s hujan, koefisien air la rian dan k ea daan m orfometri CPS ya itu luas wilala h ta ngkapan air di atas s uatu titik te rte ntu, maka debit aliran maksimm dapat dihitung. Be rdasarkan data curah hujan dan hari hu jan di muka, menggunakan form la e m piris M ononobe , m ak a inte nsita s hujan adala h 5 m m /jam. Curah hujan maks imum dari data dan perhitungan te rsebut seperti te rlalu kecil, kemudian dilakukan pe rhitungan berdasarkan a sum si inte nsita s hujan 11 dan 20 mm/jam. Debit aliran semakin ke hulu pe ningk ata nnya se makin kecil, k arena luas wilaya h ta ngkapan airnya juga s e m ak in k e cil, namun jarak peningkatan d e bit de ngan inte nsita s hujan ya ng m e ningk at dua kali lipat semakin ke hulu se m akin kecil. Dibandingkan d e ngan
hasil pengukuran di lapangan, m ak a te rlihat bahwa C PS yang masih se bagia n be sar te rtutup ve ge ta si huta n de bitnya tetap stabil, yaitu s ta siun 6 dan 7 debit alirannya s ta bil, k arena k e adaan penutupan lahannya a dala h huta n yang masih cukup luas bahk an le bih dari 90% dan berpengaruh te rhadap k oe fisie n a ir larian, pe rba ndingan be ntuk pe nggunaan la han ya ng m e nahan d an m e ningk atk an runoff dis ajikan p ada Gam bar 11. Ha sil pengukuran debit aliran s ungai disajikan pada Tabel 12. Pe nguk uran debit di lapangan d ilak uk an pada s aat m usim k e m arau, dala m k e adaan le bih dari satu dekade tid ak te rjadi hu jan, se hingga d e bit aliran te ruk ur merupakan debit aliran m inim um dan dibandingkan dengan d e bit pe rhitungan ham pir sam a de ngan k e adaan intensitas hujan 5 m m /ja m . Hu bungan k orela si anta ra d e bit pe rhitungan dengan intensitas 5 m m pe r jam dan pengukuran di lapangan te rnya ta linie r de ngan p e rsam aan: Y = 0,1459x + 0,1616, R 2= 0,9598 Korela si linier te rsebut di atas adala h de ngan cata ta n, ya itu a da d ua titik pe ngukuran yang anomali pada titik 1 paling hilir ya ng alirannya te rlalu kecil dan titik 5 yang te rlalu b e sar. Untuk titik 1, k e cilnya de bit aliran dapat dijela skan karena di bagian hulu te rdapat dam irigasi sehingga debit alirannya sudah dibelokkan atau diam bil untuk dialirkan untuk kebutuhan irigasi. Untuk titik 5, diperlukanpengkajian la pangan yang lebih detil, k arena ada ge jala anomaly lainnya , ya itu d i bagia n hilirnya de bit alirannya le bih k e cil, se cara normal de bit aliran d i bagia n hilir le bih be sar. Grafik h ubungan antara debit perhitungan dan de bit pengukuran gambar 12, m enunjuk k an ada d ua titik yang a nom ali. Ga m bar 13 m e nggam barkan grafik hubungan anta ra d e bit pe rhitungan de ngan de bit pe nguk uran de ngan m e nge luarkan data a nom ali.
43
Koefisien air larian berdasarkan penutupan vegetasi dan pengukuran debit aliran sungai Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) Citarik Hulu (Edi Tri Haryanto)
KESIMPULAN
DA FTAR PUSTA KA
Pe nutupan vegetasi hutan, pe rke bunan, dan semak belukar merupakan be ntuk penggunaan lahan dan p e nutupan vegetasi ya ng berpengaruh terhadap kea daan k oe fisie n a liran ce k ungan pe ngaliran sungai (C PS). Hu ta n k hususnya berpengaruh terha dap k estabilan debit aliran sungai, hal ini ditunjukkan dalam hasil pengukuran dan perhitungan dengan b e rba gai asumsi intensitas hujan hasilnya debit aliran relatif stabil pada stasiun 6 dan 7 yang penutupan lahannya lebih dari 90% m e rup ak an h uta n yang b aik . Te rda pat titik p e nguk uran yang be rda sarkan hasil pengukura n te rda pat anomali, yaitu d i titik p aling h ilir ya ng de bitnya te rlalu k e cil artinya tid ak normal. Hal te rse but dapat dijela skan disebabkan karena di bagia n hulunya terdapat dam irigasi, sehingga de bit alirannya memang sudah d iam bil untuk dibelokk an b agi k e pe ntingan irigasi. Sedangkan di titik anom ali ya ng lain di bagian hulu (titik 5 ) ada peningka ta n yang k urang le bih dua k ali lipat, sedangkan dibagian hilir titik te rsebut pada titik p e nguk uran be rik utnya de bitnya b e rkurang d an be lum didapat jawaban yang a k urat, se hingga untuk mendapatkan ja waban pe rlu dilakukan pengkajian lapangan le bih d e ta il.
Aronoff, S., 1993. Geographic Information Sys tem A Management Perspective. W DL Publicatio n, O tta wa, C anada. Asdak, C., 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Ga djah M ada U nive rsity Press, P.O Bo x 14, Bulaksumur, Yogya k arta. Burrough, P.A., 1986. Principles of Geographic Information Sys tem for Land Resources Assessment. C la de ron P ress, O x fo rd. Ha ryanto, E.T.,. 1 995. Erosion Mapping and Monitoring Using Remote Sensing and GI S Techniques, North-Eastern Part of Bandung. The sis of ITC , Ens che de . The Nethe rlands. Ha ryanto, E.T ., He rwanto, T., & R usta m , D., 2007. Pe rub ahan Be ntuk Pe nggunaan La han d an Im plikasinya te rha dap Koe fisie n Air La rian Da s Citarum Hu lu, JawaBa rat. Journal Ilmu-Ilmu Hayati dan Fisik ‘Bionatura’, Vol. 9, No.1 Maret 2007. Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran, Bandung. So e m arwoto, O., 1988. Analisis Dampak Lingkungan. Ga djah Mada Unive rsity Press. Yogya k arta. Tjasyo no, B., 1 987. Ik lim dan Lingkungan. Pe ne rbit PT C endikia Jaya Uta m a, Ba ndung. Ve n te C how, 1964. Handbook of Applied Hydrology. McGra w-Hill. Ne w York, N.Y.
44
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 40-53
Ga m bar 1. C PS C itarik Hulu dan lokasi titik-titik pe nguk uran d e bit aliran s ungai
Ga m bar 2. Lokasi Wilayah Penelitian di dalam Sub-DAS C ita rik d an C ita rum Hulu
45
Koefisien air larian berdasarkan penutupan vegetasi dan pengukuran debit aliran sungai Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) Citarik Hulu (Edi Tri Haryanto)
Tabe l 1 . C urah Hujan R ata 2 Bula nan (Th. 1995-2005) Ha ri Hu jan Rata-rata Bulanan (Th. 1990-2004)
Sumber : BMKG.
Ga m bar 3. DEM C ita rik Hulu m e nggam barkan Ke adaan T opografi
46
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 40-53
Ga m bar 4. Pe ta Geologi CPS C itarik, wilayah penelitian C PS C itari Hulu di bagian timur uta ra.
47
Koefisien air larian berdasarkan penutupan vegetasi dan pengukuran debit aliran sungai Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) Citarik Hulu (Edi Tri Haryanto)
Tabel 2 : Sebaran luas bentuk penggunaan lahan/penutupan vegetasi
Ga m bar 5. Se baran b e ntuk p e nggunaan lahan/p e nutupan ve ge ta si
48
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 40-53
Ga m bar 6. Grafik luas wilaya h tangk apan a ir p ada titik p e nguk uran d e bit
Tabel 3 : Se baran luas bentuk penggunaan lahan/penutupan ve getasi
Tabel 4 : Prosentase sebaran luas bentuk penggunaan lahan/penutupan ve getasi
49
Koefisien air larian berdasarkan penutupan vegetasi dan pengukuran debit aliran sungai Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) Citarik Hulu (Edi Tri Haryanto)
Tabel 5. Pe rkiraan koefisien air larian berdasarkan penggungguaan Penutupan vegetasi
Ke te rangan
Koe fisie n Air La rian
Tegalan , keb un campu ran Daerah Tak Terbangu n Daerah berhut an Baik Berin du st ri berat Berin du st ri ringan
0,20 0,10 – 0,30 0,01 - 0,10 0,50-0,80 0,60-0,90
Daerah Pemuk iman: - P erumahan ind iv idu - Mul ti -un it, berdiri sendiri - Mul ti -un it, bergabung - Sub urb an
0,30 - 0,50 0,40 - 0,60 0,60 - 0,75 0,25 - 0,40 0,50 - 0,70
Jalan - As pal - Beto n - Bata - Kerik il - Taman, ku bu ran, alan g-alang
0,70 - 0,95 0,80 - 0,95 0,70 - 0,85 0,15 - 0,30 0,10 - 0,30 0,10 – 0,25
Pe nggunaan Lahan Di DAS C ita rum Hu lu Aw an * Dan au * Lah an Terbuka Tegalan Semak Rumpu t* Sawahb Irig asi* Sawah Tadah Hujan* Hutan* Belukar* P erkebu nan* P emuk iman desa Sub -Urb an Fasum Industri
Pe rkiraan Koe fisie n Air La rian 0,2 0,18 0,10 0,03 0,13 0,01 0,1 0,38 0,88 0,40 0,70
Sumber : Soemarwoto, 1988, Asdak, 2002, dan perkiraan berdasarkan keadaan lapangan Catatan : * Cenderung menghambat terjadinya air larian;
Tabe l 6 . P e rhitungan k oe fisie n a ir larian ra ta -rata C PS C ita rik Hulu (Stn-1)
Tabel 7 . Perhitungan k oefisien air la rian rata-rata CPS Citarik Hulu ( Stn.2 & Stn.3)
50
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 40-53
Tabel 8 . Perhitungan k oefisien air la rian rata-rata CPS Citarik Hulu ( Stn.4 & Stn.5)
Tabel 9 . Perhitungan k oefisien air la rian rata-rata CPS Citarik Hulu ( Stn.6 & Stn.7)
Ga m bar 7. Koe fisie n air larian d an luas sta siun p e nguk uran d e bit aliran se rta penutupan vegetasi.
51
Koefisien air larian berdasarkan penutupan vegetasi dan pengukuran debit aliran sungai Cekungan Pengaliran Sungai (CPS) Citarik Hulu (Edi Tri Haryanto)
Tabel 10. Perhitungan debit dengan intensitas hujan 5 mm/jam
Tabel 11. Prosentase luas bentuk p engunaan lahan yang M anahan dan menaikan runoff
Tabe l 1 2. Pe nguk uran d e bit Bula n O k tobe r 2014
*debit perkiraan
52
Bulletin of Scientific Contribution, Volume 12, Nomor 1, April 2014: 40-53
Ga m bar 12. Grafik Plot hubunagan antara debit pengukuran dan debit perhitungan
Ga m bar 13. Grafik hubungan antara debit pengukuran dan de bit perhitungan dengan mengeluarkan data yang anomali.
53