1
KETIDAKSEIMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PADA DOMAIN PEMBELAJARAN Yuberti Program Studi Pendidikan Fisika FTK, IAIN Raden Intan Lampung; E-mail:
[email protected]
Abstract: Generally, the result of teaching and learning process pointed to three basic aspects, they are; cognitive, affective, and psycomotoric that must be achieved by the students. These three aspects can not be divided because they are a unity. Teaching and learning hold one important aspect in education, that is to develop and empower cognitive, affective, and psycomotoric to create students effectively. The three domains should be underwritten in teaching learning process they cover lesson planning, lesson implementation, the result of evaluation and supervision of teaching and learning process. Based on the concept result teaching and learning throughly, the teacher are obligated to make instruments for three domains in teaching and learning process and it’s application. Various kind of evaluation are made to get the responsibly result of students’ teaching and learning can describe students ability comprehensively. Abstrak: Secara umum, hasil pembelajaran mengarah pada tiga hal pokok yang harus mampu dicapai peserta didik, yaitu Afektif, Kognitif dan Psikomotorik. Ketiga hal ini tidak boleh dipisahkan karena merupakan satu kesatuan. Pembelajaran sebagai salah satu aspek penting dalam pendidikan memegang peranan mengembangkan dan memberdayakan domain kognitif, afektif, dan psikomotor bagi peserta didik secara seimbang. Keseimbangan pengembangan dan pemberdayaan ketiga domain tersebut harus tertuang dengan jelas dalam proses pembelajaran, meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Berdasarkan konsep hasil belajar yang bersifat menyeluruh, sudah menjadi keharusan bahwa guru harus membuat instrumen pada ketiga ranah dalam pembelajaran tersebut dan melakukan penerapan penilaiannya. Berbagai bentuk penilaian dibuat untuk memperoleh hasil belajar peserta didik yang dapat dipertanggungjawabkan serta benar-benar dapat menggambarkan kemampuan peserta didik secara komprehensif. Kata kunci: domain pembelajaran, instrumen penilaian, ketidakseimbangan,
2
diharapkan guru dapat mengembangkan
PENDAHULUAN
instrumen dan pedoman penilaian sesuai Disadari
atau
tidak,
proses
pendidikan di sekolah sekarang porsinya masih lebih pada aspek kognitif atau transfer of knowledge saja. Salah satu hal yang
kadang
dihadapi
guru
dalam
pembelajaran adalah kurangnya minat dan motivasi peserta didik untuk belajar di kelas.
Kadangkala
mempraktikkan Duduk,
peserta
“5D“
Dengar,
didik
yaitu
Diam,
Datang,
dan
bahkan
dengan bentuk dan teknik penilaian. Tetapi fakta dilapangan berbicara lain, ditemukan bahwa instrumen penilaian hanya berada di ranah kognitif saja, sementara instrumen penilaian pada ranah afektif, lebih-lebih lagi
instrumen
riil
terlihat
bahwa
proses
pembelajaran. Peserta didik kadangkala merasa
“terpaksa”
datang
dan
menghabiskan waktunya di kelas. Apalagi apabila
guru
masih
terbiasa
untuk
menjadikan peserta didiknya pendengar yang baik karena guru masih yakin bahwa satu-satunya cara untuk mengajar dengan cepat adalah dengan menggunakan metode ceramah.
yang lebih menyedihkan adalah guru tidak pernah melakukan melakukan penilaian pada kedua ranah ini. Padahal jika dilihat secara umum, proses pendidikan menuju pada tiga hal pokok yang harus mampu dicapai peserta didik,
yaitu
Afektif,
Kognitif
dan
Psikomotorik. Afektif berkaitan dengan sikap, moral, etika, akhlak, dan manajemen emosi. Kognitif berkaitan dengan aspek pemikiran, transfer ilmu, logika, dan analisis.
Sedangkan
Psikomotorik
berkaitan dengan praktik atau aplikasi apa yang sudah diperolehnya melalui jalur
Berdasarkan
pengalaman
menjadi
kognitif.
asesor pada saat melakukan akreditasi, banyak hal yang diperoleh,selain informasi tentang hal-hal pokok meliputi Standar Isi, Standar
ranah
psikomotorik jarang ditemukan bahkan hal
mungkin Dengkur. Berdasarkan observasi, kondisi
penilaian
proses,
Standar
Kompetensi
Lulusan, Standar pengelolaan, Standar pembiayaan,
Standar
penilaian
yang
disesuaikan dengan kondisi riil sekolah tersebut, yang penulis garis bawahi adalah standar penilaian. Pada standar penilaian
Pengembangan dan penyempurnaan kurikulum mata pelajaran
pada sekolah
merupakan bagian dari upaya peningkatan mutu
pendidikan
sekolah.
Indikator
keberhasilan dari pembaharuan kurikulum tersebut
ditunjukkan
dengan
adanya
perubahan pada pola kegiatan belajar mengajar, memilih media pendidikan, dan
3
menentukan
pola
penilaian
yang
menentukan hasil pendidikan di sekolah.
memperoleh keutuhan gambaran (profil) prestasi
Pembaharuan kurikulum akan lebih
dan
kemajuan
belajar
siswa
sekolah.
bermakna bila diikuti oleh perubahanperubahan praktek pembelajaran di kelas yang dengan sendirinya akan mengubah praktek-praktek praktek
penilaian.
penilaian
di
Selama kelas
menekankan aspek kognitif.
ini
masih Penilaian
tersebut lebih diarahkan pada penguasaan bahan yang diujikan dalam bentuk tes obyektif dan kurang menggunakan cara dan alat evaluasi yang lebih bervariasi. Untuk itu sistem penilaian perlu dirubah. Ke depan, dalam pembelajaran guru mutlak perlu menerapkan instrument pada ketiga domain pembelajaran.
ranah
yang
dinilai
perlu
diperluas termasuk sikap dan keterampilan. Penilaian perlu menggunakan alat dan cara yang
bervariasi
dalam
pengumpulan
informasi untuk menilai kemajuan hasil belajar siswa. Dengan demikian, penilaian berbasis
kelas
Penilaian otentik perlu dilakukan terhadap keseluruhan kompetensi yang telah dipelajari siswa melalui kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, ranah yang perlu dinilai meliputi ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. 1. Aspek Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
Dalam pembelajaran, semua mata pelajaran,
PEMBAHASAN
dilakukan
untuk
memberikan keseimbangan pada ketiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan menggunakan berbagai bentuk
kognitif.
Ranah
kognitif
berhubungan
dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya
kemampuan
menghafal,
memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis,
dan
kemampuan
mengevaluasi. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
model penilaian resmi maupun tidak resmi secara berkesinambungan. Keseimbangan instrumen penilaian pada ketiga domain pembelajaran diharapkan bermanfaat untuk
a. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) seseorang
adalah untuk
kemampuan
mengingat-ingat
4
kembali
(recall)
atau
mengenali
pada
jenjang
pemahaman
kembali tentang nama, istilah, ide,
misalnya:
rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa
menjawab pertanyaan guru Bahasa
mengharapkan
Indonesia
kemampuan
untuk
peserta
mengenai
menggunkannya. Pengetahuan atau
intrinsik
ingatan adalah merupakan proses
memberi
berfikir yang paling rendah. Salah
kalimat sendiri.
satu contoh hasil belajar kognitif
didik
ini
cerita
c. Penerapan
unsur-unsur
pendek
contoh
dapat
dengan
menggunakan
(application)
adalah
seseorang
untuk
pada jenjang pengetahuan adalah
kesanggupan
dapat menghafal rukun Islam dan
menerapkan atau menggunakan ide-
menuliskannya
ide umum, tata cara ataupun metode-
dengan
berurutan,
sebagai salah satu materi pelajaran
metode,
kedisiplinan yang diberikan oleh
rumus, teori-teori dan sebagainya,
guru Pendidikan Agama Islam di
dalam
sekolah.
kongkret.
b. Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
seseorang
prinsip-prinsip,
situasi
yang
rumus-
baru
Penerapan
ini
dan adalah
merupakan proses berfikir setingkat
untuk
lebih tinggi dari pemahaman. Salah
mengerti atau memahami sesuatu
satu contoh hasil belajar kognitif
setelah sesuatu itu diketahui dan
jenjang penerapan misalnya: Peserta
diingat. Dengan kata lain, memahami
didik mampu memikirkan tentang
adalah mengetahui tentang sesuatu
penerapan konsep kedisiplinan yang
dan dapat melihatnya dari berbagai
diajarkan Islam dalam kehidupan
segi. Seorang peserta didik dikatakan
sehari-hari
baik
memahami sesuatu apabila ia dapat
keluarga,
sekolah,
memberikan
masyarakat.
penjelasan
atau
memberi uraian yang lebih rinci
d. Analisis
dilingkungan
(analysis)
maupun
adalah
tentang hal itu dengan menggunakan
kemampuan seseorang untuk merinci
kata-katanya
Pemahaman
atau menguraikan suatu bahan atau
kemampuan
keadaan menurut bagian-bagian yang
berfikir yang setingkat lebih tinggi
lebih kecil dan mampu memahami
dari ingatan atau hafalan.Salah satu
hubungan di antara bagian-bagian
contoh hasil belajar ranah kognitif
atau faktor-faktor yang satu dengan
merupakan
sendiri. jenjang
5
faktor-faktor
lainnya.
Jenjang
untuk
membuat
pertimbangan
analisis adalah setingkat lebih tinggi
terhadap suatu kondisi, nilai atau ide,
dari jenjang aplikasi. Contoh: Peserta
misalkan jika seseorang dihadapkan
didik
dan
pada beberapa pilihan maka ia akan
memikirkan dengan baik tentang
mampu memilih satu pilihan yang
wujud
terbaik
dapat
merenung
nyata
dari
kedisiplinan
sesuai
dengan
patokan-
seorang siswa di rumah, di sekolah,
patokan atau kriteria yang ada. Salah
dan dalam kehidupan sehari-hari di
satu contoh hasil belajar kognitif
tengah-tengah masyarakat, sebagai
jenjang evaluasi adalah: peserta didik
bagian dari ajaran Islam.
mampu menimbang-nimbang tentang
e. Sintesis
(syntesis)
adalah
manfaat yang dapat dipetik oleh
kemampuan berfikir yang merupakan
seseorang yang berlaku disiplin dan
kebalikan
dapat
dari
proses
berfikir
menunjukkan
analisis. Sisntesis merupakan suatu
negatif
proses yang memadukan bagian-
seseorang yang bersifat malas atau
bagian atau unsur-unsur secara logis,
tidak
sehingga menjelma menjadi suatu
akhirnya sampai pada kesimpulan
pola
penilaian.
yang
membentuk sintesis
terstruktur pola
baru.
kedudukannya
atau
yang
disiplin,
akan
akibat-akibat menimpa
sehingga
pada
Jenjang setingkat
Keenam jenjang berpikir ranah
lebih tinggi dari jenjang analisis.
kognitif bersifat kontinum dan overlap
Salah satu hasil belajar kognitif dari
(tumpang tindih), dimana ranah yang lebih
jenjang sintesis ini adalah: peserta
tinggi meliputi semua ranah yang ada
didik dapat menulis karangan tentang
dibawahnya.
pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
2. Aspek Afektif
f. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
merupakan
berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah
jenjang berpikir paling tinggi dalam
afektif mencakup watak perilaku seperti
ranah
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Bloom.
kognitif
adalah
Ranah afektif adalah ranah yang
dalam
Penilian/evaluasi
taksonomi di
sini
Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
merupakan kemampuan seseorang
seseorang dapat diramalkan perubahannya
6
bila seseorang telah memiliki kekuasaan
peserta didik bahwa disiplin wajib di
kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil
tegakkan, sifat malas dan tidak di
belajar afektif akan tampak pada peserta
siplin harus disingkirkan jauh-jauh.
didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah
b. Responding
(menanggapi)
afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam
mengandung arti “adanya partisipasi
lima jenjang, yaitu: (1) Receiving (2)
aktif”. Jadi kemampuan menanggapi
Responding (3) Valuing (4) Organization
adalah kemampuan yang dimiliki
(5) characterization by evalue or calue
oleh
complex.
mengikutsertakan dirinya secara aktif
a. Receiving atau attending (menerima atau
memperhatikan),
seseorang
dalam
fenomena
untuk
tertentu
dan
adalah
membuat reaksi terhadapnya salah
kepekaan seseorang dalam menerima
satu cara. Jenjang ini lebih tinggi
rangsangan (stimulus) dari luar yang
daripada jenjang receiving.
datang kepada dirinya dalam bentuk
c. Valuing
(menilai/menghargai).
masalah, situasi, gejala dan lain-lain.
Menilai atau menghargai artinya
Termasuk dalam jenjang ini misalnya
memberikan nilai atau memberikan
adalah: kesadaran dan keinginan
penghargaan terhadap suatu kegiatan
untuk
atau
menerima
stimulus,
obyek,
kegiatan
gejala atau rangsangan yang datang
dirasakan akan membawa kerugian
dari luar. Receiving atau attenting
atau penyesalan. Valuing adalah
juga sering diberi pengertian sebagai
merupakan tingkat afektif yang lebih
kemauan untuk memperhatikan suatu
tinggi lagi daripada receiving dan
kegiatan atau suatu objek. Pada
responding. Dalam kaitan dengan
jenjang ini peserta didik dibina agar
proses belajar mengajar, peserta
mereka bersedia menerima nilai atau
didik tidak hanya mau menerima
nilai-nilai yang diajarkan kepada
nilai yang diajarkan tetapi mereka
mereka,
mau
telah berkemampuan untuk menilai
menggabungkan diri ke dalam nilai
konsep atau fenomena, yaitu baik
itu atau mengidentifikasikan diri
atau buruk. Bila suatu ajaran yang
dengan nilai itu. Contah hasil belajar
telah mampu mereka nilai dan
afektif jenjang receiving, misalnya:
mampu
mereka
untuk
tidak
apabila
mengontrol dan menyeleksi gejala-
dan
itu
sehingga
dikerjakan,
mengatakan
“itu
7
adalah baik”, maka ini berarti bahwa
e. Characterization by evalue or calue
peserta didik telah menjalani proses
complex (karakterisasi dengan suatu
penilaian. Nilai itu mulai dicamkan
nilai atau komplek nilai), yakni
(internalized) dalam dirinya. Dengan
keterpaduan semua sistem nilai yang
demikian nilai tersebut telah stabil
telah dimiliki oleh seseorang, yang
dalam peserta didik. Contoh hasil
mempengaruhi pola kepribadian dan
belajar efektif jenjang valuing adalah
tingkah lakunya. Proses internalisasi
tumbuhnya kemampuan yang kuat
nilai
pada diri peseta didik untuk berlaku
tertinggi dalam suatu hirarki nilai.
disiplin, baik disekolah, dirumah
Nilai
maupun di tengah-tengah kehidupan
konsisten pada sistemnya dan telah
masyarakat.
mempengaruhi emosinya. Ini adalah
d. Organization
(mengatur
mengorganisasikan), mempertemukan
perbedaan
telah
itu
menempati
telah
tempat
tertanam
secara
atau
merupakan tingkat efektif tertinggi,
artinya
karena sikap batin peserta didik telah
nilai
benar-benar
bijaksana.
Ia
telah
sehingga terbentuk nilai baru yang
memiliki phyloshopphy of life yang
universal,
pada
mapan. Jadi pada jenjang ini peserta
perbaikan umum. Mengatur atau
didik telah memiliki sistem nilai
mengorganisasikan
yang
yang
membawa
merupakan
telah
mengontrol
tingkah
pengembangan dari nilai kedalam
lakunya untuk suatu waktu yang
satu sistem organisasi, termasuk di
lama,
dalamnya
karakteristik “pola hidup” tingkah
hubungan
satu
nilai
denagan nilai lain. Pemantapan dan
lakunya
perioritas
dapat
nilai
yang
telah
sehingga
menetap, diramalkan.
membentu
konsisten
dan
Contoh
hasil
dimilikinya. Contoh nilai efektif
belajar afektif pada jenjang ini
jenjang organization adalah peserta
adalah
didik mendukung penegakan disiplin
kebulatan sikap wujudnya peserta
nasional yang telah dicanangkan oleh
didik menjadikan perintah Allah
bapak
SWT yang tertera di Al-Quran
presiden
peringatan
hari
nasional tahun 1995.
Soeharto
pada
kemerdekaan
siswa
menyangkut kedisiplinan
telah
memiliki
disiplinan, sekolah,
di
baik rumah
8
maupun di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
a. Gerakan Refleks adalah basis semua perilaku bergerak, respons terhadap stimulus tanpa sadar. Misalnya :
3. Ranah Psikomotor
melompat,
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan
bertindak
setelah
menunduk,
berjalan,
menggerakkan leher dan kepala, menggenggam, memegang. b. Gerakan dasar (basic fundamental
seseorang menerima pengalaman belajar
movements)
tertentu. Ranah psikomotor adalah ranah
tanpa latihan tapi dapat diperhalus
yang berhubungan dengan aktivitas fisik,
melalui praktik gerakan ini terpola
misalnya lari, melompat, melukis, menari,
dan dapat ditebak seperti gerakan tak
dan
berpindah: bergoyang, membungkuk,
sebagainya.
Hasil
belajar
ranah
gerakan
ini
muncul
psikomotor dikemukakan oleh Simpson
merentang,
mendorong,
menarik,
(1956) yang menyatakan bahwa hasil
memeluk,
berputar.
Gerakan
belajar psikomotor ini tampak dalam
berpindah:
merangkak,
bentuk
perlahan-lahan, muluncur, berjalan,
keterampilan
kemampuan belajar
bertindak
psikomotor
(skill)
dan
individu.
Hasil
ini
sebenarnya
berlari,
maju
meloncat-loncat,
mengitari,
memanjat.
berputar Gerakan
merupakan kelanjutan dari hasil belajar
manipulasi: menyusun balok/blok,
kognitif (memahami sesuatu) dan hasil
menggunting, menggambar dengan
belajar afektif (yang baru tampak dalam
krayon, memegang dan melepas
bentuk
objek,
kecenderungan-kecenderungan
blok
atau
mainan.
berperilaku). Hasil belajar kognitif dan
Keterampilan gerak tangan dan jari-
hasil belajar afektif akan menjadi hasil
jari : memainkan bola, menggambar.
belajar psikomotor apabila peserta didik
c. Gerakan
telah menunjukkan perilaku atau perbuatan
obilities)
tertentu
meningkat
sesuai
dengan
makna
yang
persepsi gerakan
(Perceptual sudah
karena perseptual.
lebih dibantu
terkandung dalam ranah kognitif dan ranah
kemampuan
afektif. Ranah psikomotor menjadi lebih
menangkap bola dan mendrible bola.
rinci lagi ke dalam enam jenjang, yaitu:
Gerakan
sambil
Seperti
menjaga
keseimbangan memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
9
ukurannya alfabet,
bervariasi,
dan
menulis
membedakan
suara
berbagai binatang.
gerak
efektivitas pembelajaran.
Untuk itu,
penilaian tersebut membutuhkan analisa
d. Gerakan kemampuan fisik (Psycal abilities)
dan memberikan umpan balik tentang
lebih
dan batasan pengataman serta ukuran bagi
efisien,
pendidik dalam mengukur sejauhmana
berkembang melalui kematangan dan
pemahaman, keahlian dan sikap peserta
belajar
didik
seperti
menggerakkan
pada
saat
proses
setelah
otot/sekelompok otot selama waktu
menyelesaikan
tertentu, berlari jauh, mengangkat
Seyogyanya bagi pendidik harus mengerti
beban,dan menarik-mendorong.
dan memahami suatu bentuk analisa dan
e. Gerakan
terampil
movements) berbagai
dapat tingkat
suatu
dan
pembelajaran.
(Skilled
penilaian hasil belajar pada peserta didik,
mengontrol
yang terdiri pada penilaian pada ranah
gerak-terampil,
kognitif (pengetahuan), pada ranah afektif
tangkas, cekatan melakukan gerakan
(sikap)
yang sulit dan rumit (kompleks)
(keahlian/implementasi). Penilaian hasil
seperti melakukan gerakan terampil
belajar ini tentu akan menjadi beragam
berbagai cabang olahraga, menari,
pada masing-masing peserta didik karena
berdansa, membuat kerajinan tangan,
dipengaruhi oleh latar belakang peserta
menggergaji,
didik,
mengetik,
bermain
piano, dan memanah.
maka
ranah
keahlian
psikomotor
pendidik
juga
menjadi faktor penting dalam memberikan
f. Gerakan indah dan kreatif (Nondiscursive
dan
communication)
mengkomunikasikan
perasaan
penilaian pada hasil belajarnya. Keseimbangan tiga ranah-penilaian yang dilakukan oleh pendidik harus
melalui gerakan seperti melakukan
memuat keseimbangan tiga ranah; kognitif,
senam tingkat tinggi dan bermain
psikomotorik, dan afektif. Karena itu perlu
drama (acting).
diperhatikan hal-hal sebagai berikut;
Penilaian
dalam
pembelajaran
a).Penilaian aspek kognitif dilakukan
dapat membantu peserta didik untuk
setelah siswa mempelajari satu kompetensi
memperkuat
belajarnya,
dasar yang harus dicapai, b).Penilaian aspek
memperbesar daya ingat dan transfer
afektif dilakukan selama berlangsungnya
belajarnya,
pemahaman
kegiatan belajar mengajar, baik di dalam
peserta didik terhadap keberadaan dirinya
maupun di luar kelas, c). Penilaian aspek
motivasi
memperbesar
10
psikomotorik dilakukan selama
pemerintah daerah maupun sekolah, (5)
berlangsungnya proses kegiatan belajar
Diseminasi informasi yang kurang efektif.
mengajar. Nampak jelas deskriptif pada ketiga
SIMPULAN
ranah tersebut, sehingga cukup terinci dan terarah
apabila
guru
akan
Dalam banyak kasus, penilaian tidak
membuat
dilakukan berdasarkan standar yang akurat,
instrumen penilaian pada ketiga ranah
hanya berdasarkan keyakinan, pengetahuan
tersebut serta melakukan implementasi
dan pengalaman guru terhadap kondisi
penilaiannya.
Hanya
sangat
siswa. Banyak guru merasa tidak cukup
disayangkan
kreatifitas
dalam
siap untuk melakukan penilaian pada tiga
saja, guru
mengembangkan instrumen penilaian pada
ranah
ketiga ranah tersebut masih sangat lemah.
komprehensif.
Alasan beberapa guru tidak melakukan
dikemukan oleh guru terkait pelaksanaan
keseimbangan penilaian pada ketiga ranah
penilaian pada ranah kognitif, afektif dan
tersebut, akan menghabiskan waktu yang
psikomotorik, tetapi guru yang sadar akan
relatif lebih lama. Keadaaan semacam ini
tugas
merupakan salah satu penyebab enggannya
melakukan
gurun
seyogyanya
untuk
melakukan
kegiatan
pembelajaran
dan
Banyak
ini
secara
alasan
tanggungjawabnya proses
yang
dalam
dan
hasil
belajar
melakukan
apa
yang
pembelajaran yang memfokuskan pada
seharusnya dilakukan. Sangat disadari
penilaian proses dan penilaian hasil.
bahwa tidak mudah untuk melakukan
Kondisi ini sesuai dengan apa yang
keseimbangan instrumen penilaian pada
dikemukan oleh Baedhowi bahwa tidak
ketiga domain pembelajaran, apalagi jika
mudah untuk melaksanakan penilaian yang
dikaitkan dengan penerapannya di kelas.
mengacu pada tiga ranah hasil belajar,
Tetapi
yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik
kepuasan guru apabila bisa berkarya
karena adanya berbagai faktor, antara lain :
sesederhana apapun dan sekecil apapun.
(1) Komitmen yang masih rendah, (2)
Walaupun guru merupakan salah satu
Kemampuan dan pengetahuan yang kurang
komponen dari sistem pendidikan tapi
memadai, (3) Keterbatasan sarana dan
ditangan gurulah, kesuksesan pembelajaran
daya penunjang, (4) Adanya political will
akan tercapai.
baik
dari
dari
pemerintah
pusat,
bukankah,
menjadi
suatu
hal
11
Learning. New Jersey: Pearson
REFRESENSI
education, Inc, 2007. Anderson, Lorin W. and Krathwohl, David R. A. Taxonomy for learning, teaching, and Assessing: A Revisi of
Bloom”s
Taxonomy
of
Educational Objectives. A Bridged edition. Addison Wesley Longman, Inc. 2001. Burke, Kay. How to Assess Authentic Learning. Fifth Edition. New Delhi. Mathura Road, 2009. Driscoll, Marcy P. Psychology of Learning for Instruction, Second Edition. Massachusetts:
Pearson
Educational Company. 2000. Gagne, Robet M et al., Principles of Instructional
Design.
Colonia
Polanco: Thomson Learning, Inc. 2005. Gredler, Margaret E. Bell. Learning and intruction Theory into Practice, Pearson Education, Inc, 2009 Meyer,” Authentic Assessment”. http://.learner.org/channel/workshop /socialstudies/pdf/session7/7.perform ance assessment. Pdf (diunduh tanggal 20 April 2010). Smaldino, Sharon E., Deborah L Lowther, James
D.
Technology
Russel. and
Instructional media
for