Kerjasama Amerika Serikat dan Filipina dalam Mengatasi Terorisme
JURNAL
Oleh Heni Hanniah (210000316) Sriannisa Mutiara P (210000262)
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN UNIVERSITAS PARAMADINA 2014
1
Abstrak Terorisme merupakan salah satu fenomena baru dalam hubungan internasional. Pengertian serta kegiatan terorisme telah menjadi sorotan dalam hubungan dan masyarakat internasional terutama sejak terjadinya peristiwa 9/11 yang menghancurkan gedung WTC dan Pentagon di Amerika Serikat. Kejadian terror tersebut merupakan ancaman bagi keamanan Amerika Serikat, dengan adanya ancaman bagi keamanan negaranya segara presiden Amerika Serikat George Bush mengeluarkan sebuah kebijakan yang dikenal sebagai “War on Terror”, dimana Amerika Serikat mengajak sejumlah negara-negara di dunia untuk memerangi terorisme demi kepentingan keamanan global bersama. Salah satu negara yang diajak untuk melakukan kerjasama dalam memerangi terorisme adalah Filiphina. Filiphina merupakan salah satu negara kawasan Asia Tenggara yang dijadikan oleh Amerika Serikat dalam memerangi terorisme di karenakan di negara Filiphina terdapat sejumlah kelompok terorisme yang salah satunya adalah kelompok teroris Abu Sayyaf. Abu Sayyaf sendiri sering melakukan sejumlah Aksi terror yang hal itu tentu sangat meresahkan masyarakat dan pemerintah Filiphina yang tidak jarang juga menimbulkan banyak korban. Dengan adanya kepentingan Amerika Serikat dalam melawan terrorisme dan juga adanya kelompok terrorisme di Filiphina membuat kedua negara menjalin sebuah hubungan kerjasama dalam melawan terrorisme, yang dimana kerjasama tersebut terjalin baik secara ekonomi maupun militer.
2
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang Permasalahan Sejak terjadi nya Penyerang gedung WTC New York dan juga penyerangan terhadap Pentagon atau yang dikenal dengan kejadian 9/11 membuat mata dunia tersorot bahwa negara sekuat, sebesar maupun semaju Amerika masih dapat kecolongan dalam masalah keamanan negaranya. Hal tersebut dikarenakan sejak berakhirnya masa perang dingin dan juga ditandai dengan runtuhnya kekuatan Uni Soviet, Amerika menjadi negara satu-satunya yang merupakan pemenang dari perang sengit tersebut yang menjadikannya sebagai negara adidaya dan merupakan panutan bagi negara-negara lainnya di dunia. 1 Paska 9/11 membuat kepentingan negara amerika serikat berubah yang sebelumnya lebih mementingkan kepentingan politik dan ekonomi serta membangun entititas dan kredibilitas di mata dunia internasional untuk menguatkan posisinya sebagai negara adidaya perubahan itu adalah dengan menjadikan kemananan nasional yang dikuti dengan kemanan internasional merupakan hal penting yang dimana ancaman tersebut bisa terjadi dimana saja, kapan saja dan dalam bentuk apapun yang membuat percaturan dunia seketika berubah bahwa kemana global merupakan sebagai sesuatu yang penting untuk direfleksikan dan paska 9/11 difokuskan dalam kampanye peran melawa terorisme. Amerika serikat yang terkena imbasnya dari serangan terorisme mulai gencar dalam mengkampanyekan perang melawan terrorisme yang merupakan bagian terpenting dari kepentingan nasional dari negara nya paska kejadian tersebut. Kampanye Amerika Serikat tersebut dikampanyekan diseluruh dunia termasuk di negara-negara Asia
1 Donald.E.Weatherbee. (2009). International Relations in Southeast Asia : The Struggle for Autonomy. Maryland: Rowman and Little Publishers.
3
Tenggara yang di kategorikan oleh Amerika sebagai “Second Front” dalam perang melawan terorisme global. 2 Negara Asia Tenggara yang paling disorot salah satunya adalah negara Filiphina yang diketahui bahwa negara tersebut sering kali terlibat oleh adanya kejadian terror dan juga di Filiphina terdapat kelompok yang dikategorikan oleh Amerika Serikat serbagai kelompok organisasi teroris yaitu kelompok Abu Sayyaf. 3 Abu Sayyaf merupakan kelompok terorisme yang beraliran radikalis garis keras dan merupakan sebagai kelompok separartis yang sering menggunakan kekerasan dengan melakukan ancaman yang dituangkan dalam aksi terror yang banyak menimbulkan korban sipil yang dimana amerika mengatakan bahwa Abu Sayyaf tersebut erat kaitannya dengan jaringan terroris internasional yaitu Alqaeda yang menyebabkan bahwa kehadiran kelompok tersebut dapat menjadikan ancaman bagi kemanan global dan juga warga masyarakat internasional.4 Hal ini membuat amerika sebagai pencetus ide dalam strategi “Perang Melawan Terrorisme” segera melancarkan ide-ide dan strategi tersebut kepada Filiphina untuk ikut bergabung dan mendukung dalam melawan dan memberantas kelompok terrorisme. Ide-ide dan strategi tersebut diterima baik oleh pemerintah Filiphina yang dimana kerjasama tersebut baik dilakukan secara diplomasi bilateral yang dilakukan paska peristiwa 9/11 antara pemerintah filiphina-amerika. yang dari hasil dari diplomasi tersebut menghasilkan program-program kerjasama untuk melawan terorisme khususnya dalam bidang militer dan juga ekonomi yang akan digunakan untuk menumpas kejahatan teror.5
2 Ibid hlm.169 3 Ibid.hlm.176 4 Ibid 5 Ibid.hlm.177
4
B. Rumusan Masalah Dalam penulisan ini yang menjadi inti pertanyaan adalah Bagaimana Upaya Diplomasi Amerika Serikat dan Filiphina dalam Memerangi Terrorisme?
C. Kerangka Pemikiran Dalam melakukan kerangkaian kerjasama antara negara amerika serikat dengan filiphina melakukan diplomasi yang lebih ditekankan di lakukan secara bilateral yang dimana diplomasi tersebut dilakukan dalam kerangka soft power dan economic power. Economic power merupakan adanya hubungan diplomasi yang dilakukan antar negara dengan menggunakan bantuan ekonomi baik berupa sumbangan dana, sogokan atau suap yang diberikan sebagai bagian dari bujukan dan paksaan untuk mematuhi atau melaksanakan ketetapan/strategi yang akan dipatuhi dan dilakukan bersama. Dalam hal ini amerika serikat turut memberikan dukungan dana financial kepada pemerintah filiphina yang digunakan bersama-sama dalam memerangi terrorisme. 6 Selain dalam bentuk economic power, diplomasi yang dilakukan antara filiphina dengan Amerika Serikat menggunakan soft power yang dimana berbeda dengan yang dilakukan terhadap irak dan juga afganistan yang menggunakan pendekatan hard power. Seperti dengan economic power, soft power digunakan dalam berdiplomasi sebagai suatu bujukan dan desakan yang dilakukan secara halus melalui penerapan dan pertukaran nilai-nilai dan budaya bersama yang dituangkan dalam suatu kerangka kerjasama tanpa melibatkan serangan militer. Hal ini juga berlaku dan sama dengan diplomasi Indonesia, Amerika, filiphina dalam memerangi terrorisme dimana dalam melakukan diplomasi Amerika Serikat memberikan dukungan penuh untuk menemukan ide bersama, melakukan
6 http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1436584. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 15.00 WIB
5
kerjasama dalam melawan terorisme yang merupakan menjadi ancaman bagi keamanan global.
6
BAB II ISI A. Pengertian Terrorisme Terorisme
merupakan
adanya
serangan-serangan
yang
dilakukan
oleh
sekelompok organisasi atau perkumpulan yang dimana serangan-serangan tersebut dilancarkan dalam bentuk pengeboman, penghancuran secara tiba-tiba, perusakan, penculikan atau penyanderaan dan tindakan kekerasan lainnya, yang biasanya menimbulkan korban terhadap masyarakat sipil yang tidak bersalah.7 Aksi terror tersebut dilakukan biasanya dengan maksut untuk menyampaikan sebuah pesan khusus dan tertentu yang biasanya di tujukan kepada pemimpin-pemimpin negara. Pelaku aksi teror mempunyai banyak motif kejahatan yang biasanya dilakukan, seperti adanya motif separatis, ada nya tujuan untuk memperjuangkan hak-hak nya, menganggap bahwa perbuatannya tersebut sebagai upaya berjihad dan lain sebagainya.8 Terorisme itu sendiri dikategorikan sebagai kejahatan transnasional yang terogarnisir, yang dimana peristiwa aksi terror tersebut sudah pernah terjadi sebelumnya, namun mendapat sorotan paska 9/11 yang dimana ancaman teroris dianggap sebagai tindakan yang membahayakan yang membawa ancaman yang serius bagi keamanan dan kedaulatan suatu negara, maupun global yang juga dapat mengganggu stabilitas kawasan dan merupakan sebuah ancaman yang membahayakan bagi warga masyarakat internasional, hal itu dikarenakan serangan terror tersebut diluncurkan secara mendadak tanpa diketahui sebelumnya dan musuh teroris dikategorikan sebagai musuh yang berbahaya yang tidak terlihat yang disebabkan keberadaanya yang sulit untuk dilacak. Kawasan Asia Tenggara itu sendiri merupakan sebuah kawasan yang difokuskan oleh amerika serikat untuk melancarkan kampanye dan strategi dalam perang melawan 7 http://www.tnol.co.id/blog-anda/15707-apa-itu-terorisme.html/. pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 15.25 WIB 8 Budiarjo.Op.Cit.Hlm.171
7
terorisme. Kawasan Asia Tenggara dijadikan “Second Front” oleh Amerika Serikat dikarenakan ditemukannya sejumlah dokumen akan adanya penyerangan beroperasi yang akan dilakukan oleh kelompok terorisme mengenai fasilitas baik dalam fasilitas militer maupun diplomatik dan hal lainnya milik amerika serikat dibeberapa sejumlah negara asia tenggara seperti di filiphina. Selain adanya dokumen-dokumen yang ditemukan tersebut, kawasan asia tenggara dijadikan “second front” oleh Amerika Serikat dan juga sekutunya dalam memerangi bahaya terorisme dikarenakan adanya beberapa alasan, yang dimana beberapa alasan tersebut adalah:9
Negara-negara asia tenggara rata-rata merupakan sebagai negara yang berkembang, yang dimana kemiskinan masih menyelimuti negara-negara tersebut sehingga rawan terjadinya konflik yang dikuti dengan lemahnya hukum institusi membuat kawasan ini dianggap sebagai potensi dan juga surga dari para kelompok teroris untuk tumbuh dan berkembang dalam memperoleh anggotaanggota mereka dan juga menyusun strategi yang digunakan untuk meneror dan juga negara asia tenggara dengan kondosisi topologinya yang berpulau-pulau menyebakan keadaan wilayahnya memiliki banyak hutan yang dimana hutan tersebut dimanfaatkan oleh para kelompok teroris untuk membentuk kamp pelatihan, berkumpul dengan anggota lainnya dan digunakan untuk bersembunyi.
Kelompok-kelompok ekstemis yang sudah ada sebelum peristiwa 9/11 seperti Abu Sayyaf (di Filiphina Selatan), Jammah Islamiyah (di Indonesia dan Malaysia) yang dimana kelompk tersebut merupakan kelompok islamis yang bersifat radikalis, separatis, dan ekstremis, yang setelah kejadian 9/11 dikategorikan sebagai daftar dari jaringan teroris yang berbahaya oleh Amerika Serikat yang dimana dua kelompok tersebut dikaitkan sebagai kelompok perpanjangan tangan yang berada di asia tenggara dengan organisasi jaringan teorirs internasional yaitu Alqaeda.
9 Tan, Andrew. 2003. “Southeast Asia as the Second Front‟ in the War Against Terrorism: Evaluating the Threat and Responses” dalam Terrorism and Political Violance, vol.15 No.2 (summer 2003). London: Frank Cass hlm.112
8
Selain itu adanya sejumlah peristiwa-peristiwa terror setelah kejadian 9/11 yang di wilayah asia tenggara yang dimana peristiwa tersebut menjadi sorotan dimata dunia internasional yang selain merupakan tindakan kekerasan hal itu juga menimbulkan jatuhnya banyak korban baik korban didalam negerinya sendiri maupun korban wisatawan asing, di Indonesia adanya kejadian Bom Bali I, Bom Bali II, Bom JW Marriot, di Filiphina Selatan adanya pengeboman pada kapal ferry di teluk filiphina dan juga adanya pengeboman pada Bandara Davao.
D. Kelompok Teorisme di Asia Tenggara Kelompok terorisme yang ada di kawasan Asia Tenggara yaitu yang ada di Indonesia dan juga filiphina merupakan kelompok terorisme yang paling menonjol di kawasan asia tenggara dan juga disorot dalam dunia internasional, dikarenakan kelompok-kelompok tersebut telah banyak melakukan sejumlah aksi terror dan juga kelompok tersebut disinyalir oleh amerika serikat yang saling berkaitan dengan kelompok teroris internasional yaitu Alqaeda.10 Sehingga dalam hal ini, Amerika serikat mendesak dan menawarkan bantuan kerjasama yang dilakukan dengan berdiplomasi terhadap Filiphina dan juga negara Asia Tenggara lainnya untuk melawan tindakan-tindakan terror yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
10 Baskara, N. (2009). Gerilyawan Gerilyawan Militan Islam. Yogyakarta: Narasi.hlm.8
9
E. Kelompok/organisasi terorisme di Filiphina , Abu Sayyaf Abu sayyaf merupakan kelompok terorisme yang memiliki basis di wilayah selatan Filiphina khususnya di wilayah Basilan, Mindano dan Jolo. Abu sayyaf dipimpin oleh Abdu Rajak Janjalani yang merupakan seorang veteran perang Afganistan. 11 Kelompok Abu Sayyaf itu sendiri merupakan kelompok pecahan dari MNLF (Moro National Liberation Front) yang dimana kelompok ini merupakan kelompok islam garis keras yang dilakukan untuk melawan pemerintah Filiphina dengan tujuan untuk mendirikan negara islam garis keras dengan tujuan untuk mendirikan negara khusus untuk Muslim Moro yang dilakukan melalui perlawanan gerilyawan perjuangan kemerdekaan dengan melakukan sejumlah pemberontakan terhadap pemerintah Filiphina, yang mereka sebut hal itu merupakan upaya dari jihad.12 Kelompok Abu Sayyaf kerap melakukan sejumlah aksi terror yang meresahkan pemerintah Filiphina dan juga dapat mengancam keamanan global, sejumlah aksi terror tersebut adalah;13
Tahun 2004 Abu Sayyaf juga diduga dan dituduh sebagai kelompok yang tersangka yang melakukan tindakan teror dalam pengeboman yang menimbulkan korban kurang lebih berjumlah seratas orang pada kapal feri di teluk Filiphina.
Teror bom yang dilakukan Abu Sayyaf mendapat perhatian tersorot baik dalam pemerintahan dalam negeri maupun luar negeri yaitu peristiwa peledakan di bandara Davao. Salah satu pemimpin Abu Sayyaf dalam sebuah wawancara melalui telefon mengaku kelompoknya terlibat dalam peristiwa pengeboman di bandara kota Davao wilayah Filipina Selatan yang dimana peristiwa teror bom tersorot kedua setelah peristiwa bom bali di indonesia karena banyak jatuhnya korban sipil yang tidak bersalah tesebut. Dengan adanya tindakan–tindakan yang dilakukan oleh kelompok Abu Sayyaf tersebut pemerintah Filiphina dan juga pemerintah Amerika mengecam bahwa hal tersebut merupakan tindakan terorisme
11 Abuza , Zachari.2005. “Di balik terorism : The Retrun of Abu Sayyaf “. Carlisle : Strategic Studies institute.hlm.2 12 Ibid.hlm.3 13 Baskara.hlm.10
10
yang harus di lawan dan diperangi. Abu sayyaf didefinisikan sebagai daftar jaringgan kelompok terorisme karena diduga memiliki keterkaitan dengan kelompok jaringan Alqaeda yang dituduh oleh Amerika Serikat sebagai dalang dalam serangan bom gedung kembar WTC New York atau yang dikenal dengan peristiwa 11 September 2001. Keterkaitan itu di sinyalir dikarenakan adanya kerabat dari Osama Bin Laden yang menikahi warga Filiphina yang memberikan bantuan dana kepada Abu Sayyaf, dugaan tersebut juga dididukung oleh pemerintah Filiphina yang mengungkapkan bahwa Abu Sayyaf intens melakukan kontak dengan kelompok Alqaeda sehinnga yang membuat kelompok Alqaeda tersebut membantu baik dalam hal finansial dan maupun material seperti bantuan dana, pelatihan militer, dll.
F. Strategi yang di lakukan oleh amerika serikat dalam upaya memerangi terorisme Selain menerapkan kawasan Asia Tenggara sebagai “Second Track” Amerika Serikat yang pada saat itu dipimpin oleh presiden George W Bush langsung melancarkan aksi kampanye dalam perang melawan teorisme, dengan membentuk sebuah strategi baru yang membuat tatanan politik yang semula mengesampingkan keamanan global dengan menempatkan kemanan maupun pertahanan negara dalam negerinya dan juga lingkungan internasional sebagai hal utama.14 Kampanye tersebut sebagai sebuah strategi baru paska 9/11 yang diterapkan dengan memperkokoh hubungan kerjsama untuk memberantas dan melawan terorisme yang dianggap sebagai isu ancaman non tradisional. Strategi Amerika Serikat yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden George W. Bush dituangkan kedalam tekad dan usaha dalam mengkampanyekan “war against terrorism” dimana merupakan bagian dari stategi keamanan dan pertahanan Amerika Serikat dengan mendesak dan
14 Afadlal,dkk. (2005). Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press.hlm.49
11
memberikan ketegasan terhadap negara-negara di dunia.15 Adanya kerjsama yang efektif dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan meminta dukungan dari PBB sebagai organisasi yang menaungi bangsa-bangsa didunia untuk mendukung strategi nya tersebut hal tersebut membuat PBB mengeluarkan sebuah resolusi PBB No. 1373 tahun 2001.16 Setelah dikeluarkannya resolusi tersebut telah membuat posisi Amerika Serikat semakin kuat dalam melakukan kemudahan akses untuk melancarkan kampanye strategi tersebut. Kesuluruh negara-negara didunia yang salah satunya dilakukan dengan menghadirkan dan mendirikan tempat pelatihan militer untuk memerangi terorisme dan mengawasi tindakan-tindakan teorisme khusunya terhadap negara-negara yang rawan terkenan ancaman tindakan teorisme dan juga negara-negara yang memiliki kelompok yang diklaim oleh Amerika Serikat sebagai daftar kelompok teroris yang kehadirannya dianggap membahayakan seperti kelompok yang ada di Filiphina yaitu abu sayyaf. Dalam hal ini pada saat pemerintahan Amerika Serikat yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden George W Bush dengan membentuk institusi dan tataran politik yang baru sebagai bagian dari pembangunan strategi pertahanan dan keamanan global serta mengumpukan sumber-sumber dana yang akan digunakan sebagai sumbangan terhadap negara-negara untuk menanggulangi ancaman terorisme, hal tersebut juga yang berlaku dengan pemerintah Filiphina. 17 Upaya diplomasi diplomasi tersebut lebih banyak dilakukan secara bilateral dan yang ditempuh dengan lebih banyak menggunakan soft power dan juga economic power dalam berdiplomasi untuk mendesak kedua pemerintahan tersebut dalam melakukan kerjasama untuk memerangi perang melawan terorisme global dan menghentikan sejumlah aksi kejahatan terror yang dilakukan kedua kelompok teroris yang berada dalam wilayah Indonesia dan juga Filiphina.18
15 http://www.academia.edu/4104905/PERUBAHAN_KEBIJAKAN_KEAMANAN_AMERIKA_SERIKAT_PASCA_1 1_SEPTEMBER_2001_UNTUK_KAWASAN_ASIA_TENGGARA. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 16:00 WIB. 16 http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/14/05/30/n6bx49-dubes-desak-pbbkutuk-negara-pendukung-terorisme-di-suriah. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 Pukul 16.15 WIB. 17 Abuza.hlm.9 18 Ibid
12
Dalam menanggapi stategi yang diluncurkan oleh amerika serikat reaksi dari pemerintah Filiphina yaitu sangat bersemangat untuk mendukung langkah-langkah kerjasama yang ditawarkan oleh pemerintah amerika serikat, sedangkan reaksi dari pemerintah Indonesia tidak terlalu antusias yang dilakukan oleh pemerintah Filiphina. Hal tersebut dikarenakan banyaknya tekanan dari dalam negeri yang tidak menyukai dan tidak mendukung upaya pemerintah Amerika Serikat dalam melakukan perang dan invasi ke Afganistan dan juga Amerika Serikat. Namun, dengan propaganda yang baik yang diluncurkan oleh pemerintah Amerika Serikat dan juga dikuti adanya beberapa aksi terror yang membuat resah pemerintah Indonesia dan merupakan ancaman bagi stabilitas negaranya pemerintah Indonesia turut ikut mendukung dalam program melawan teorirsme dengan menerima penawaran kerjasama yang ditawarkan oleh pemerintah Amerika Serikat.
G. Upaya diplomasi pemerintah Amerika Serikat dengan pemerintah Filiphina dalam mengatasi masalah terorisme Sebelum terjadinya peristiwa 9/11, hubungan antara Amerika dengan Filipina terjalin sudah berlangsung sejak lama yang dimulai pada saat kololinialisasi Amerika Serikat terhadap Filipina, selepas Filipina merdeka hubungan tersebut masih berjalan dengan baik yang dimana pasukan militer Amerika Serikat kerap melakukan basis pelatihan militernya diwilayah Filipina.19 Setelah peristiwa 9/11, pemerintah Amerika Serikat meluncurkan strategi-strategi dalam perang melawan terorisme yang langsung mendapat persejutuan dan dukungan sangat baik oleh pemerintahan Filipina. Program tersebut masih berlangsung hingga sekarang yang membuat hubungan kedua negara lebih erat, khususnya dalam bidang pertahanan dan keamanan negara.
19 Mahajan, R. (2005). Melawan Negara Teroris:Dominasi Amerika Serikat terhadap Irak&kedaulatan dunia. Jakarta: Mizan Pustaka.hlm.45
13
Dukungan dan simpatisan yang diperlihatkan oleh pemerintah Filiphina yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden Gloria Macapagal Arroyo paska kejadian 9/11, yang menghancurkan gedung WTC New York dan juga Pentagon adalah dengan melakukan panggilan telefon terhadap Presiden George W Bush sebagai Presiden Amerika Serikat yang pada saat itu dilakukan untuk menyatakan simpati terhadap kejadian tersebut dan juga mendukung ide dan strategi presiden bush dalam perang melawan terorisme. Tindakan yang dilakukan oleh Presiden Gloria Macapagal tersebut adalah sebagai perwakilan pertama dari pemerintah Asia Tenggara mengenai dukungannya terhadap pemerintah Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme. Hubungan diplomatik tersebut dilanjutkan yang dimana menghasilkan sebuah kesepekatan kerjasama mengenai masalah terorisme antara pemerintah Amerika serikat dengan pemerintah Filiphina, dengan adanya perjalanan Presiden Gloria Macapagal ke Amerika Serikat yang dilakukan pada bulan November 2001 dalam rangka merayakan perayaan hubungan perjanjian kerjasama antara Amerika Serikat dengan Filiphina dalam bidang pertahanan yang sudah berlangsung selama 50 tahun yaitu Mutual Defense Treaty (MDT).20 Selain melakukan perayaan dalam bidang MDT tersebut, dalam kerangka hubungan diplomatik yang dilakukan antara Presiden Amerika Serikat dengan Presiden Filiphina dimana kedua pemimpin tersebut sepakat mengeluarkan sebuah kesepakatan perjanjian bersama yang diyakini dalam kedua negara tersebut untuk bersama-sama bergabung dalam kerjasama militer yang dimana kerjasama militer tersebut dilakukan sebagai sebuah tindakan bantuan Amerika Serikat terhadap Filiphina dengan memperkuat pasukan militer keamanan Filiphina dalam melakukan aksi untuk memerangi terorisme dan juga dilakukannya untuk menghentikan sejumlah aksi terror yang dilakukan oleh kelompok radikalis Abu Sayyaf dimana tindakannya tersebut meresahkan pemerintah dan masyarakat Filiphina.
20 http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58924/Dodo%20Argo%20Gumilar.pdf?sequenc e=1. Diakses pada tanggla 10 oktober 2012 pukul 17:00 WIB.
14
Selepas pertemuan diplomatik antara kedua pemerintah tersebut menghasilkan sebuah kerangka legal kerjasama baru untuk menghadirkan para personil militer Amerika Serikat ke wilayah Filiphina dimana program tersebut dinamakan dengan persetujuan bersama yaitu Visiting Forces Agreement (VFA) yang sebelumnya dulu pernah dibentuk oleh kedua negara tersebut namun berhenti pada tahun 1991 dan dilanjutkan dengan membuat kerangka kerjasama baru dalam VFA sebagai bagian dari program Amerika Serikat dan Filiphina yang kedua negara tersebut menyebutnya sebagai “Joint Exercise” untuk menghadirkan pasukan militer Amerika Serikat di wilayah Filiphina.21 Perluasan kehadiran militer AS di daratan Asia Tenggara pasca 11 September dimulai dengan pengerahan pasukan AS ke Filipina dalam program Baliktan 02-1. Akhir January 2002, AS mulai menyebarkan tentaranya ke Filipina dengan jumlah kurang lebih 660 personel yang terdiri atas 160 orang pasukan khusus (dimana 85 orang diantaranya dipersiapkan untuk melatih tentara Filipina dengan level sersan), ditambah dengan 500 personel untuk support dan teknisi.22 Program Baliktan tersebut merupakan bagian VFA yang dimana program tersebut dilakukan untuk melatih tentara Filipina dan juga membantu perlengkapan serta persenjataan terhadap militer Filipina untuk melakukan operasi dalam menghadapi kelompok teroris di wilayah Filipinan selatan seperti di wilayah Basilan, Sulu, dll yang dianggap sebagai basis dari kekuatan gerakan terorisme di Filipina. Dengan menempatkan pasukan militer Amerika Serikat ke wilayah Filiphina selatan merupakan bentuk hubungan aliansi antara pemerintah Filiphina dengan pemerintah Amerika Serikat yang dilakukan dengan mengerahkan pasukan bersenjata Filiphina yang diberi mandat dan nasihat dalam sebuah operasi melawan terorisme yang dalam konteks ini adalah untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Abu Sayyaf. 23 Kedatangan pasukan amerika serikat tersebut adalah selain memberikan latihan militer mereka juga memberikan sebuah nasihat dan bantuan mengenai taktik, psikologi, intelegensi yang 21 Ibid. Diakses pada tanggla 10 oktober 2012 pukul 17:10 WIB. 22 The National Bureau of Asian Research: Washington D.C., 2002, hal. 32
15
merupakan bagian dari strategi dalam menghadapi sebuah peperangan dan juga untuk menghadapi dan menggempur pasukan Abu Sayyaf yang dimana dalam melakukan perlawanan tersebut dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Selain dalam program militer, bantuan kerjasama yang dilakukan oleh Amerika Serikat yang dihasilkan dalam diplomasi antara kedua pemerintahan yang merupakan bagian dari strategi economic power yaitu dengan dengan mengeluarkan program dana bantuan amerika serikat yang digunakan untuk memberikan pendidikan latihan militer dalam menghadapi pasukan terror.24 Sumbangan dana tersebut juga dilakukan untuk mendukung dan melengkapi keperluan logistic seperti persenjataan, fasilitas transportasi untuk angakat darat, laut, udara, dll. Selain itu bantuan ekonomi tersebut digunakan untuk mengatasi kekacauan di dalam negeri yang membuat perkenomian Filipina mengalami kemerosotan akibat pebuatan terror dan kerusakan sejumlah tempat seperti bandara Davao yang dilakukan oleh kelompok Abu Aayyaf. Adanya bantuan dana, pelatihan militer, dll dan bantuanbantuan lain yang diberikan Amerika Serikat terhadap Filiphina dalam program perang melawan terorisme merupakan bantuan terbanyak jika dibandingan dengan bantuanbantuan yang diberikan Amerika Serikat terhadap negara-negara lainnya di Asia Tenggara. Selain itu pemerintah Filiphina juga memberikan fasilitas dilapangan udara maupun dipelabuhan yang digunakan oleh Amerika Serikat untuk melakukan transit dan juga digunakan sebagai pengawasan berjaga-jaga dalam menjaga keamanan wilayah filiphina maupun negara-negara tetangga dari serangan ancaman terror. Sekali lagi pemerintah filiphina menunjukan kedekatan diplomatiknya terhadap pemerintah Amerika Serikat, yang menunjukan eksistensinya sebagai pemimpin pertama dari Asia Tenggara yang mengunjungi gedung putih di Washington sejak pergantian presiden Amerika Serikat yaitu Barrack Obama. Dalam pertemuan diplomatik antara presiden Arroyo dengan Barrack Obama dimana kedua pemimpin negara tersebut mengeluarkan sebuah pernyataan bersama untuk meningkatkan dan memperkuat hubungan kerjasama dalam bidang anti terorisme, dengan bergantinya presiden Amerika 24 Ibid. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1436584. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 17.30 WIB
16
Serikat yaitu Barrack Obama, bukan berati program melawan teroris terlepas begitu saja, dengan adanya pertemuan antara kedua presiden tersebut yang dimana pertemuan diplomatik dilakukan pada bulan Agustus tahun 2009, dimana dari kedua negara tersebut saling berkomitmen untuk bersama-sama menjaga keamanan regional bersama. Dalam pertemuan ini juga presiden Barrack Obama berharap kepada pemerintah Filiphina untuk bertindak sebagai perantara membangun hubungan kerjasama regional bersama dengan anggota ASEAN lainnya, karena bagi kedua pemerintah tersebut pentingnya untuk menjaga kestabilan dan keamanan regional Asia Tenggara khususnya dari ancaman terorisme. Dalam pertemuan yang berlangsung tidak lama ini juga membahas kesepakatan kerjasama dalam bidang lainnya seperti ekonomi, lingkungan, namun yang paling difokuskan adalah mengenai bidang keamanan dan juga masalah terorisme.
17
BAB III KESIMPULAN
Peristiwa 9/11 yang menghancurkan gedung WTC New York dan juga pentagon membuat tataran politik dunia berubah yang setelah perang dingin lebih memfokuskan pada pembangunan ekonomi dan menyampingkan permasalahan keamanan global berubah dengan menguatamakan strtaegi keamanan bersama dengan melakukan pelawanan untuk melawan terorisme. Amerika serikat yang juga sebagai korban dari serangan terror yang di luncurkan dengan giat melancarken kampanye dan strategistrategi untuk memerangi terorisme. Strategi tersebut juga yang dilancarkan ke asia tenggara dan menjadikan wilayah asia tenggara sebagai “Second Track” dalam perang melawan terorisme. Dalam perang melawan terorisme di asia tenggara, amerika serikat lebih memfokuskan terhadap negara Filiphina salah satunya yang dimana didalam di negara tersebut adanya fondasi kelompok terorisme yang disindikasi memiliki keterkaitan dengan kelompok jaringan teroris internasional AlQaeda yang disebutkan oleh amerika serikat sebagai dalang dari peristiwa 9/11 yaitu organisasi Abu Sayyaf di Filiphina. Amerika membangun hubungan kerjasama dengan filiphina dalam memerangi terorisme yang banyak dilakukan dengan pertemuan diplomatik secara bilateral dengan menggunakan pendekatan soft power dan juga economic power yang dari hasil kesepakatan itu menghasilkan program-program kerjsama baik dari bidang militer maupun pendanaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Buku : - Abuza , Zachari.2005. “Di balik terorism : The Retrun of Abu Sayyaf “. Carlisle : Strategic Studies institute. - Afadlal ,dkk. (2005). Islam dan Radikalisme di Indonesia. Jakarta: LIPI Press. - Baskara, N. (2009). Gerilyawan Gerilyawan Militan Islam. Yogyakarta: Narasi. - Donald.E.Weatherbee. (2009). International Relations in Southeast Asia : The Struggle for Autonomy. Maryland: Rowman and Little Publishers. -Ed , Moeflich Hasbullah.2003. “Asia Tenggara Konsentrasi Baru Kebangkitan Islam”. Bandung : Fokusmedia. - Mahajan, R. (2005). Melawan Negara Teroris:Dominasi Amerika Serikat terhadap Irak&kedaulatan dunia. Jakarta: Mizan Pustaka. -- Kaldor, Mary. 2006. “The Politics of New Wars”, dalam New & Old Wars: Organized Violence in a Global Era, Cambridge: Polity Press. Jurnal : - Bandoro, Bantarto. 2003. Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme : Pro-Aktif Namun Hati-hati. Analisis CSIS, Tahun XXXII, No.1. -- Tan, Andrew. 2001. Southeast Asia as the ‘Second Front’ in the War Against
Terrorism: Evaluating the Threat and Responses, dalam Terrorism and Political Violence, Vol 15. No.2. London: Fran Cass. Website : - http://www.tempo.co/read/news/2011/03/08/078318498/Indonesia-Filipina-KerjasamaPerangi-Terorisme/ di akses pada tanggal 5 Mei 2013 pukul 20.00 19
-http://www.tabloiddiplomasi.org/current-issue/183-diplomasi-februari-2013/1599kerjasama-keamanan-di-kawasan-perbatasan.html/ di akses pada tanggal 5 Mei 2013 pukul 20.00 - http://indonesian.cri.cn/201/2009/07/31/1s99872.htm/ di akses pada tanggal 5 Mei 2013 Pukul 20.00 http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/58924/Dodo%20Argo%20Gumilar.pd f?sequence=1. Diakses pada tanggla 10 oktober 2012 pukul 17:00 WIB. http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1436584.
Diakses
pada
tanggal
10
Oktober 2012 pukul 17.30 WIB http://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/14/05/30/n6bx49-dubes-desakpbb-kutuk-negara-pendukung-terorisme-di-suriah. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 Pukul 16.15 WIB. http://www.academia.edu/4104905/PERUBAHAN_KEBIJAKAN_KEAMANAN_AMERIKA_SERIKAT _PASCA_11_SEPTEMBER_2001_UNTUK_KAWASAN_ASIA_TENGGARA. Diakses pada tanggal 10 Oktober 2012 pukul 16:00 WIB.
20