Ill.
KERANGKA TEORlTlS
A. Keterkaitan Pengernbangan Perikanan Dengan Pertumbuhan Ekonorni Nasional Pengembangan sub sektor perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonorni baru di lndonesia sangat memungkinkan. Hal ini didasarkan pada argurnen : (1) potensi sumberdaya perikanan tersedia cukup besar dan belum sepenuhnya dimanfaatkan; (2). sebagai bahan baku protein hewani dan bahan baku industri domestik belurn separuhnya beberapa
dimanfaatkan;
(3)
komparatif di
pasar
komoditas
perikanan mempunyai
daya
keunggulan
Internasional; dan (4) kemampuannya menyerap tenaga kerja,
meningkatkan dan rneratakan pendapatan masyarakat. Secara teoritis perturnbuhan perikanan
keterkaitan pengembangan sub
ekonomi
lndonesia
nasional
beragam
disajikan
menurut
dalam
jenis
sektor
gambar
ikannya
perikanan dengan 1.
sejalan
Produk dengan
hasil potensi
sumberdayanya. Oleh karena itu dalam kajjan ini dengan mendasarkan potensi nilai ekonomi dan potensi pasar Internasional. maka produk ikan lndonesia dikelompokkan menjadi tiga golongan besar, yakni tuna-cakatang, udang, dan jenis ikan lain. Produksi ikan segar
ini sebagian diolah untuk produk
olahan (agroindustri) dan sebagian
diekspor dan sisanya untuk konsumsi domestik. Sedangkan ditinjau dari aspek pasar, produk ikan segar dan olahan dipasarkan di pasar domestik dan Internasional. Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa ada keterkaitan secara umum antara sumberdaya,
produksi,
usaha
penangkapan,
kebijakan
Keterkaitan ini akan berpengaruh terhadap GDP sub
pemerintah,
sektor
selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Nasional.
dan
pasar.
perikanan, dirnana
Kebijakan pemerintah
(investasi,produ ksi, Infrashuktur, dl1 Cakalang
v Udang b u t
Sumberdaya ikan
Produksi Agroindustri
penangkapan
Sumberdaya Tambak A
Iainnya
vv
I
Permintaan - tenaga kerja
I
1
v Pasar Ekspor Produk Segar
)
v
Pasar Ekspor Produk olahan
nasional sub sektor
Pertunibuhan Ekonorni Nasional
Gambar 1. Keterkaitan Pengembangan Perikanan dengan Pertumbuhan Ekonomi CL~~"xiF~nml-hrYryLI.&~~
Secara garis besar dalarn kerangka teoritis ini
aspek perikanan digolongkan
dalam aspek produksi dan aspek pasar. Penggolongan ini didasarkan pada kenyataan bahwa
sumberdaya perikanan adalah sumberdaya bebas-masuk sernua orang (open
access resources) dimana pengguna boleh masuk secara tak terbatas untuk bersaing. sehingga perlu diarahkan pada usaha rnenjaga kelestarian surnberdaya. Sedangkan dalam aspek pasar digolongkan produk berdasarkan produk segar, beku, dan kaleng, dimana juga terkait dengan pasar lnternasional.
B. Perilaku Produksi f.
Produksi Lestari Pada SubSektor Perikanan Laut Perilaku produksi perikanan berbeda dengan kornoditi lainnya karena surnberdaya
ikan yang bersifat akses terbuka dan rnilik bersarna. Sebagai sumberdaya yang akses terbuka maka setiap orang akan dengan bebas rnasuk ke dalarn industri sejauh industri masih menyediakan keuntungan supernormal yang dapat
diperebutkan. Sebagai
surnberdaya yang rnitik bersarna rnaka batas-batas tanggung jawab setiap orang yang ada dalarn industri untuk rnelakukan kontrol atau pengelolaarn surnberdaya menjadi tidak jelas. Hal ini disebabkan karena setiap orang cenderung menunggu atau bersifat "free riders" dan mengutamakan aksi kolektif lebih dari pada aksi individu. Dengan
adanya
sifat
sumberdaya
seperti
ini
dan
karena
harus
mempertimbangkan keseirnbangan bionomik maka pola fungsi produksi pada kegiatan perikanan mengikuti konsep Sustained Yield Curve. Secara grafis penurunan fungsi produksi untuk perikanan laut disajikan dalam garnbar 2. Dalarn gambar 2 tersebut terdiri dari 5 garnbar, dirnana -gambar 2(1) rnenunjukkan kurve perturnbuhan ikan, gambar 2(2) rnenunjukkan kurve keseirnbangan populasi ikan, dan garnbar 2(4) menunjukkan kurve sustained Yield, yang diperoleh melalui kurve pembantu dalarn gambar 2(3). Sedangkan garnbar 2(5) rnenunjukkan kurve kondisi kesimbangan pada resources. .~1mlmw~.W~~#~~~#IsIhh3
kondisi open access
Gambar 2. Penumnan cunra hasil tangkapan lestari (diado-i
dari Anderson. 1977)
Oleh karena perikanan sumberdaya bebas-masuk semua orang (open access resource) dimana pengguna boleh masuk secara tak terbatas untuk bersaing yang bisa mengantarkan pada overfishing atau overekploitasi dan penggunaan sumberdaya yang tidak
efisien
(Subade dan
Nik,
1993). Oleh karena itu nelayan tidak
memaksimumkan keuntungannya sesuai dengan usaha
mampu
penangkapan ikan yang
dilakukannya (Panayotou, 1982; Anderson, 1986). Menurut Anderson (1986). ha1 ini disebabkan karena nelayan dalam perikanan yang bersifat akses terbuka akan tetap bertahan selama biaya rata-ratanya sama dengan pendapatan rata-rata. Secara industri, ini berarti bahwa keseimbangan akses terbuka dicapai dimana biaya total sama dengan penerimaan total. Perilaku industri seperti ini tidak berarti bahwa nelayan secara individu tidak ada yang mengalami keuntungan. Secara
individu,
setiap
nelayan
yang
terlibat
dalam
industri
berusaha
memaksimumkan keuntungan. Namun karena adanya kompetisi yang ketat akibat berlakunya akses terbuka, maka ada sebagian nelayan yang tidak meraih keuntungan super-normal. Hal inilah mengakibatkan seolah-olah nelayan yang tidak memaksimurnkan pendapatan. Perilaku nelayan dalam
industri, atau sebagai kolektif, seolah-olah
bertentangan dengan perilaku maksimisasi keuntungan dari produsen (firm) yang umum diterangkan dalam teori mikroekonomi, dimana produsen berusaha untuk menyamakan marginal revenue dan marginal costnya. Kenyataan tersebut , maka pendugaan produksi perikanan yang diintroduksikan disini dalam bentuk jangka panjang, dengan menganut Bioeconomic Schaefer- Model. Modelnya mengasumsikan bahwa pertumbuhan ikan adalah fungsi dari popufasinya dengan pertumbuhan logistik. Dengan menganut model Cark (1985), model penurunan fungsi produksi perikanan dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertumbuhan Alami lkan : GXt = r Xt (I-Xtlk) Dirnana : GH = Pertumbuhan alami ikan . ~ ! ~ ~ ~ m ~ ~ - ~ l d ~ ~ ~ ~ ~ d ~ G ~ ~ b ~ ?
r
= Laju perturnbuhan ikan hidup
Xt
= Populasi biornas ikan
k
= Kapasitas pernbawaan tingkungan (environmental carrying capacity)
Pengaruh usaha penangkapan digambarkan sebagai berikut: Produksi ikan : Qt = q.Et.Xt Dimana : Qt = Produksi agregat dari usaha penangkapan q
= Koefisien teknologi usaha penangkapan
Et = Usaha penangkapan Dalarn
keseirnbangan bionomik,
maka laju perturnbuhan adalah sama
dengan
laju
penangkapan, dan hasilnya adalah : Xt = k - (qk/r).Et Dengan rnensubtitusikan per (3) ke (2), diperoleh Qt = (qk).Et - (q2k/r).~ t ' Jika (qk) = a1 dan (q2k/r) = a2, rnaka Qt = a1 Et - a ~ t ' atau Qt = f(Et) Oleh
karena
untuk keseirnbangan biologis ikan,
rnaka
usaha
penangkapan
ikan
adalah menangkap surplus perturnbuhan ikan bukan rnenangkap populasi ikan. Dengan dernikian tujuan penangkapan ikan adalah jangka
panjang dengan tetap rnernpertahankan hasil rnaksimurn lestari
Sustainable Yield Berdasarkan dengan
rnernaksimurnkan
pendapatan (Maksimurn
= MSY) dari perikanan (Schaefer 1954, 1957 ; O'Rourke , 1971).
kepentingan untuk kelestarian sumberdaya
ikan
usaha penangkapan ikan, rnaka deftnisi usaha dalarn
dalarn
kaitannya
perikanan terdiri dari
kapal, alat tangkap. Oleh karena kapal dan alat tangkap dalarn kenyataannya bersifat .%l,",,-i-~l
terikat satu sama dengan yang lain, maka model disusun dengan penggunaan variabel kapal dan alat tangkap yang saling berinteraksi. Populasi ikan : Xt
= Xtb + rXtb - Qt
Produksi Ikan: Qt
= f(Vi. A$) Xt)
Dimana:
Vi
= Jurnlah kapal dengan ukuran i
At,
= Alat penangkapan ikan jenis j
Xtb = Stok ikan pada tahun dasar pengamatan Persamaan (6) mengimplikasikan bahwa jika tetap rnempertahankan kelestarian sumberdaya ikan, rnaka rXtb = Qt. Sedangkan persamaan (7)
menunjukkan kaitan
produksi dengan usaha, serta sumberdaya ikan. Berdasarkan
kenyataan bahwa dalam perikanan adalah
masuk semua orang dimana bersaing yang bisa
pengguna boleh masuk
mengantarkan
pada
overfishing
sumberdaya
bebas
secara tak terbatas untuk atau
overekploitasi
dan
penggunaan sumberdaya yang tidak efisien (Subade dan Nik. 1993). Oleh karena itu nelayan tidak
rnampu memaksimumkan
keuntungannya
sesuai dengan usaha
penangkapan ikan yang dilakukannya (Panayotou. 1982; Anderson, 1986). Menurut Anderson (1986), ha1 ini disebabkan
karena nelayan dalarn perikanan yang bebas
terbuka (open access fishery) akan tetap memilih untuk bertahan disektor perikanan selama biaya rata-ratanya sarna dengan penerimaan rata-ratanya. Hal ini bertentangan dengan perilaku maksirnisasi profit dari seorang produsen (firm) yang umurn diterangkan dalarn teori
mikroekonorni, dimana produsen berusaha untuk menyamakan marginal
revenue dan marginal costnya. Kenyataan ini membawa implikasi bahwa jumlah
kapal
yang dioperasikannya sangat ditentukan oleh nilai output dan biayanya. Dalam gambar diatas
pada gambar 2 ( 5 ) .
menggeser kurve
ha1 ini ditunjukkan bahwa perubahan harga ikan akan
revenue keatas,
sehingga akan berakibat
jumlah usaha akan
semakin meningkat. Dengan
rnengasumsikan bahwa jumlah kapal adalah usaha
penangkapan ikan, sehingga dengan dernikian model untuk operasi jumlah kapal dirurnuskan sebagai:
Jumlah Kapal : V = f (PDTB, PDUB, Tren, PDIL, W. I)
(8)
Dimana : PDTB = Harga domestik tuna beku PDUB = Harga domestik udang beku PDIL
= Harga domestik ikan lainnya
W
= Upah tenaga kerja pertanian
I
= Tingkat suku bunga
Sedangkan pengunaan tenaga kerja pada sektor perikanan dianggap fixed proportion
.
sehingga untuk setiap jenis penggunaan kapal besarnya tenaga kerja adalah :
.
Tenaga Kerja: Li = ki Vi
(9)
dimana : Li = Penggunaan tenaga kerja untuk jenis kapal i ki = Penggunaan tenaga kerja per unit kapal i Dengan dernikian penggunaan tenaga kerja untuk usaha penangkapan ikan adalah L=.ZLi
(10)
Berdasarkan kenyataan bahwa sektor perikanan sifatnya bebas rnasuk, dimana dimungkinkan pula adanya Foreign Direct Investment (FDI), maka model produksi diatas dapat didisagregasi berdasarkan usaha penangkapan. Dengan mengasumsikan FDI respon terhadap suku bunga domestik dan asing, serta pada nilai tukar, maka fungsi usaha untuk FDI dirumuskan sebagai :
Jumlah Kapal FDI :Vkf = f (PDTB, PDUB, Tren, PDIL, I, E, DF, IF)
(11)
Dimana IF = Suku bunga asing
E
= Nitai tukar
DF = Kebijakan pemerintah mulai membebaskan FDI masuk Berdasarkan
kenyataan
bahwa
di Indonesia
terdiri
dari
berbagai
sumberdaya
menurut jenis ikannya, maka model produksi Bioeconomic dapat dirumuskan sebagai berikut:
-
Populasi lkan : Xtij
= Xtbij + rXtbij QtTli
Produksi ikan : C2ttij
= f(Vijk, ATljI, XQj)
Jumlah Kapal :vdij
= f (PIii, I, W, Tren)
Kapal domestik : vdijk= (PI, I, W, Tren) Kapal asing :vWij
= (PI. I,E. IF, W, DF)
Tenaga kerja :Lijk
= kk Vk
Dimana : subskrip i menunjukkanjenis wilayah subskrip j menunjukkan jenis ikan subskrip k menunjukkanjenis kapal subskrip I menunjukkan jenis alat tangkap subskrip d menunjukkan domestik subskrip kf menunjukkan kapal asing Sesuai disagregasi ikan dibagi menjadi tiga yaitu tuna, udang dan ikan lainnya. Tuna dan udang dijadikan endogen, sedangkan ikan lainnya sebagai residu. Persamaan perilaku tuna dan udang laut sebagai berikut : Produksi tuna : QT = f(VG, W G , PS, PC, QTL)
(18)
Produksi udang Laut :QUT= f(VG, W G , PU, PK, J1,QUTL)
= Produksi tuna
QT
QUT = Produksi udang laut
= Effort kapal
VG
W G = Pangkat dua dari effort kapal
PS
= Purse Seiner
PC
= Pancing
QTL = Produksi beda kala PU
= Pukat udang
PK
= Pukat Kantong
JI
= Jaring lnsang
QUTL = Produksi udang beda kala
2.
Produksi Pada Sub-sektor Perikanan Tambak Perilaku
laut. Pada
produksi pada perikanan tambak sangat berbeda dengan
perikanan
perikanan tambak, produksi didahului dengan respon areal sebagai
komoditas pertanian lainnya. Secara matematis ha1 ini diuraikan sebagai berikut:
Luas Areal : LA
= f (PDUB, I, LAL).
Produksi : YUTil
= LA, 61, LT, YUTL
Tenaga kerja : LT
= f(YUT, PDUB, W, LTL)
Dimana :
LA
= Luas areal tambak
YUT
= Produksi udang tambak
PDUB = Harga domestik udang beku W
= Upah tenaga kerja
BI
= Benih udang
LT
= Tenaga kerja pada usaha tambak
LTL
= Tenaga kerja beda kala
LAL
= tuas area tambak beda kala
YUTL = Produksi beda kala
3.
Produksi Perikanan Total Produksi perikanan total pada perikanan yang sejenis adalah penjumlahan dari
ikan hasil laut dan tambak. Secara matematis ha1 ini dirumuskan sebagai berikut:
+ C QITq Produksi :QtSr = Z ~t~~~ Produksi ikan lainnya :QLlS,
(23)
= QTI - QISi
(24)
Dimana : QISi
= Jumlah ikan total jenis i penangkapan dan tambak
C2tTij
= lkan hasil laut jenis i pada daerah j
QtlSi = Jumlah ikan dari sawah, keramba dan perairan umum QTI
= Produksi Total Indonesia
QITii
= lkan hasil tambak jenis i pada daerah j
4. Produksi lkan olahan Berdasarkan kenyataan produk olahan sebagian besar inputnya berasal dari ikan
segar,
rnaka
dalam model produksi ikan
dirumuskan dalam
bentuk
fungsi
konsumsi ikan segar. Sedangkan pendugaan jumlah ikan segar yang digunakan melalui pendekatan berdasarkan persyaratan perilaku produsen ikan olahan (beku dan kaleng)
dalam rangka rnernaksimumkan keuntungannya, dimana nilai produk marginalnya sama dengan harga inputnya. Secara rnatematis ha1 ini dirumuskan sebagai berikut: Konsumsi ikan untuk industri ikan beku CQISiB = f(PQISiB, ES, Cold, CQISiBL)
(25)
Konsumsi untuk industri ikan kaleng CQlSiK
= f(PQISiK, ES, I. Cold, DQISi, CQISiKL)
CQlSiB = Konsurnsi industri beku untuk jenis ikan i CQlSiK = Konsurnsi industri kaleng untuk jenis ikan i DQlSi
= Demand domestik untuk jenis ikan I
ES
= Harga es
Cold
= Sewa Cold storage
I
= Tingkat interest rate
PQlSiB = Harga ikan beku PQlSiK = Harga ikan kaleng C. Perilaku Perdagangan Produk Perikanan dan Liberalisasi Perdagangan Sebelum
menjelaskan tentang perilaku perdagangan ikan, dalam ha1 ini perTu
dijelaskan tentang perilaku penawaran ikan khususnya untuk ikan hasil laut, secara grafis ha1 ini ditunjukkan dalam Gambar 3. Gambar 3.3a menunjukkan kuwe penerimaan dan biaya dalam hubungannya dengan usaha. Dengan mengandaikan harga P produksinya, maka
=
perubahan harga ikan
1 adalah penerimaan yang tepat dengan
dapat dibuat sesuai dengan produksinya.
Pada gambar diatas harga diasumsikan meningkat dua kali dan rnenurun juga dua kali. Sedangkan gambar 3.3b
adalah kondisi keseimbangan bionomik pada kondisi open
access yang ditandai dengan
kesamaan antara
peluang yang dikorbankan satuan
tambahan usaha perikanan dan nilai tangkapan per satuan usaha perikanan atau secara matematis dituliskan sebagai : P.Q I E = TCIE Dimana P. harga Ikan, Q hasil tangkapan, TC total biaya, dan E adalah Usaha. Dengan kondisi ini maka fungsi penawaran ikan dapat dicari sebagaimana digambarkan dalam gambar 3 . 3 ~ .Pada waktu harga P=l produksi terjadi
Q1, pada P=2 produksi
terjadi pada Q2 dan penurunan harga menjadi P= 0.5 produksi terjadi pada Q3. Dengan rnenghubungkan antara berbagai harga dengan produksi tersebut maka diperoleh fungsi penawaran ikan.
Dalam gambar 3.312 tersebut tampak bahwa fungsi penawaran ikan
pada harga tertentu melengkung dan berslop negatif, ha1 ini terjadi karena menunjukkan terjadinya pengurasan sumberdaya ikan.
Banyak penelitian yang mengabaikan untuk
mencari penawaran ikan, ha1 ini dikarenakan
respon harga untuk komoditi perikanan
tidak langsung pada produksinya, namun melalui jumlah usaha (kapal). Oleh karena itu dalam penelitian ini juga respon harga diamati terhadap jurnlah kapal dan mengabaikan respon harga pada produksi secara langsung. Namun demikian pendekatan ini tetap dipertahankan sebagai dasar teoritis untuk menurunkan fungsi ekspor ataupun fungsi impor. Penurunan kurve ekspor dan impor untuk komoditi perikanan sekaligus untuk melihat dampak tiberalisasi perdagangan sebagaimana
disajikan dalam gambar 4.
Dalam gambar 4 mengandaikan ada dua negara, yakni negara pengekspor dan pengimpor. Gambar 4a adalah negara pengimpor yang mempunyai kurve perrnintaan Dl dan penawaran SI, dengan rnengasumsikan bahwa harga dunia yang terjadi adalah
PW, maka pada negara ini akan terjadi ekses demand, yang merupakan kurve impor yang disajikan dalam gambar 4b, yakni kurve IM. Sedangkan gambar 3c menunjukkan pasar domestik untuk negara pengekspor, dimana pada harga dunia akan terjadi ekses penawaran sebesar EX. Dengan ekspornya dapat digambarkan .~Im~-s3l&~di-b-3
cara serupa dengan impor, maka penurunan kuwe
sebagai k u ~ e SE dalam Gambar 3b.
Jika
negara
pengimpor rnernberlakukan tarif rnaka
harga dunia yang terjadi rnenjadi PW +TR
akibatnya kurve impornya akan bergeser rnenjadi IM,, begitu pula kurve ekspornya akan rnenjadi SE,.
Akibatnya jumlah ikan yang diperdagangkan akan turun.
Jika terjadi
liberalisasi perdagangan, maka harga yang terjadi adalah kembali PW sehingga ekspor dan impornya akan bergeser kembali pada SE dan IM, dan jumlah yang diperdagangkan akan meningkat. Secara teoritis impor ikan oleh negara j untuk jenis ikan i dapat diturunkan dari ekses dernandnya, yang diuraikan sebagai berikut: lrnpor ikan : IMlij= Dlij
- Siii
Dimana: lMlg = lmpor ikan jenis i oleh negara j Dli,
= Perrnintaan dornestik ikan jenis i di negara j
Slii
= Suplai domestik ikan jenis i di negara j
Dengan asumsi bahwa tidak ada stok ikan, maka suplai ikan (Slii) produksi ikan (Qlij), sehingga
lmpor lkan :iMIij= Dill
- Qlij
Sedangkan perrnintaan ikan dornestik oleh suatu negara : Perrnintaan lkan :Dlij = f (PIij, PIAiI, POPj, GDPj) Dimana : PIii
= Harga ikan ikan jenis i oleh negara j
PIAii
= Harga ikan alternatif untuk jenis ikan i di negara j
POPj = Jurnlah penduduk negara j GDPj = Pendapatan masyarakat di negera j
sama dengan
Oleh karena dalam perdagangan yang berlaku adalah harga Internasional, dimana
bssarnya irnpor ditentukan oleh nilai tukar (E), maka persamaan impor ikan
dapat dirumuskan sebagai : lmpor lkan : lMlij = f (E PiAg, POP,, jGDPj)
- Qiij)
atau lmpor lkan :IMlij = f (E PIAij, POP,, GDPj, Qlij) Harga impor di negara i : PMItj= Pwij - TRij Dimana : PMlij
= Harga ikan impor ikan I di negara j.
PIWij
= Harga lnternasional ikan jenis i yang masuk pada negara j
TRij
= Tarif yang diberlakukan oleh negara j untuk jenis ikan i Secara teoritis penurunan fungsi ekspor ikan jenis i oleh negara k berasal dari
ekses suplainya, karena harga domestik yang lebih rendah dibandingkan dengan harga Internasionalnya. Ekspor lkan : EXlik Sebagaimana
= Qlij - Dlij
penurunan
impor, maka secara langsung untuk
(32) persamaan
ekspor
dirumuskan sebagai: Ekspor tkan : EXlik
= f (E PWlk Qlik) - Dlik
(33)
Sedangkan hubungan harganya dirumuskan sebagai : Harga lkan :PXik = PWik
- TRik
Dari persamaan ini, maka pada perdagangan bebas mensyaratkan harga domestik sama dengan harga dunia, sehingga : TRik= 0, maka PXik = PWlik menunjukkan perdagangan bebas Dimana : EXlik
= Ekspor ikan i oleh negara k
.WmVn*-s3Wd#&k-b-3
PXik
= Harga ikan domestik jenis i oleh pada negara k
TRik
= Tarif ikan i di negara k
E
= Nilai tukar domestik terhadap asing,
Qlik
= Produksi ikan jenis i pada negara k
Dlik
= Permintaan domestik jenis ikan i pada negara k Namun dikarenakan pada negara pengekspor tertentu
ikannya berlimpah, maka kepentingan ekspor didahulukan kepentingan domestiknya.
Oleh karenanya
dimana sumberdaya dibandingkan dengan
penurunan perrnintaan domestik dapat
dianggap sebagai residu dari produksi dikurangi dengan ekspor ikannya Pennintaan ikan :Dlii = Qlil
- EXlik
(36)
D. Daya Saing E k s p o r Indonesia
Pengukuran daya ekspor lndonesia dalam ha1 ini didasarkan pada pendekatan elastisitas substitusi ekspor yang banyak dilakukan secara empiris. mengasumsikan bahwa berbagai negara
suatu negara pengimpor
mempunyai utilitas
Model ini impor
dari
. sehingga suatu negara pengimpor tersebut mempunyai pilihan dalarn
mengimpor ikan dari berbagai negara pengekspor. sebagai berikut :
Gambar 5. Daya Saing Ekspor lkan
Secara grafis ha1 ini
ditunjukkan
Jika
fungsi utilitas
negara pengimpor
adalah U = (XI. XO), rnaka
jika harga ikan
lndonesia adalah PI dan negara lain adalah PO, rnaka anggaran untuk mengirnpor kedua komoditi ikan dari negara pengekspor tersebut adalah M = PI.XI + PO. XO. Sehingga dengan demikian rnaksimisasi utilitas dapat dirurnuskan sebagai : Maks : U = f(XI, XO) Dengan kendafa : M = PI.XI + PO. XO Dengan menggunakan Lagrange, ha1 ini dapat diselesaikan : L = f(XI,XO)
-
A {M
- (PI.XI + PO. XO))
Secara aljabar biasa ha1 ini dapat diselesaikan, yakni : 6X1/6 XO = POlPl Dengan demikian perrnintaan terhadap ikan ekspor lndonesia oleh negara pengirnpor dapat dirumuskan sebagai: Xld = f( P0,PI. M) Untuk beberapa negara yang mengirnpor ikan dari Indonesia, rnaka perrnintaan akan ekspor ikan lndonesia dapat dirumuskan sebagai :
xldi= f(POi,
PI, Mi)
sehingga total perrnintaan ekspor ikan lndonesia menjadi T X I ~ Z XI
r
dirnana :
xldi = Permintaan ekspor ikan lndonesia P o i = Harga ekspor ikan dari negara pesaing ekspor lndonesia PI
= Harga ekspor ikan lndonesia
Mi
= G N P negara pengimpor ikan lndonesia oleh negara I
Sedangkan fungsi suplai ekspor lndonesia terjadi karena ekses suplai, rnaka fungsi penawaran ekspor lndonesia dirumuskan menjadi
E - XI = f(PI, E, P,Q)
dimana : E-XI
= Suplai ekspor lndonesia
PI
= Harga ekspor ikan lndonesia
E
= Ni[ai tukar
P
= Harga umum
Q
= Produksi ikan lndonesia
Dengan demikian keseirnbangan perdagangan ikan Indonesia, dirumuskan dengan
TXI~ = E XI
(40)
Oleh karena ekspor indonesia terjadi karena ekses penawaran yang juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian lndonesia maka penawaran eskpor lndonesia ditentukan oleh tingkat inflasi dan nilai tukar. dan produksi Indonesia, Sehingga dengan demikian model eskpor lndonesia dapat dirumuskan dengan model Hibrid sebagai berikut :
EX1 = f( PIK. PINL. E, P. QI,GDPO)
(41)
Dimana : EX1
= Ekspor ikan lndonesia ke negara k
PIK
= Harga ekspor ikan lndonesia
PINL
= Harga ikan negara pengekspor lain ke negara k
E
= Nilai Tukar Indonesia
P
= Harga umurn Indonesia
QI
'
= Produksi ikan lndonesia
GDPO = Pendapatan nasional negara pengimpor Dengan pendekatan ini maka perubahan harga ikan dari negara pengekpor lain akan berpengaruh terhadap ekspor Indonesia. Kelebihan dari pendekatan ini adalah rnasalah kualitas ikan maupun jenis ikan dapat diidentifikasi langsung
pengaruhnya terhadap
kinerja ekspor Indonesia. Disamping itu model mampu rnelihat daya saing ekspor dengan melihat elastistas harga silangnya, tanpa melihat kuantitas ekspor dari negara pesaing ekspor Indonesia. Apabila elastisitas harga silang antara dua kornoditi tersebut positif . \ r 1 m ~ ~ - r t l ~ w r ~ ~ - b ~ 3
maka kedua komoditi tersebut joint produk dan jika elastisitasnya negatif maka kedua komoditi tersebut adalah competitifing product.
E. Keterkaitan Sumberdaya Perikanan, Produksi dan Pasar Secara teoritis hubungan sumberdaya perikanan. produksi dan pasar disajikan dalam gambar 6. Kerangka teoritis ini mengasumsikan bahwa : (a). perdagangan dilakukan oleh dua negara, yakni lndonesia sebagai negara pengekspor. dan negara pengimpor hasil ikan lndonesia ; (b) wilayah lndonesia terdiri dua wilayah; (c) pasar adalah kompetitif, dimana pasar lndonesia (Gambar 6.7a) dan pasar pengimpor hasil ikan Indonesia (Gambar 6.1b) sebagai penerima harga melalui harga yang ditentukan oleh kekuatan pasar dunia (Gambar 6.ld).
Sedangkan gambar 6 . l f menunjukkan
pasar lnternasional untuk komoditi olahan. Gambar 6 . 1 menunjukkan ~ sumberdaya perikanan lndonesia secara keseluruhan terbentuk oleh sumberdaya pada masing-masing wilayah, dimana produksi ikan
pada
masing-masing wilayah adalah Qi (i menunjukkan lokasi wilayah sumberdaya). Dengan demikian produksi ikan lndonesia (QTI) gambar 6 . l e adalah penjumlahan produksi pada masing-masing wilayah sumberdaya ikan adalah QTI = EQi. Produksi ikan ini sebagian dipasarkan dalam bentuk ikan mentah (QTlo) dan sebagian dalam bentuk olahan (QA), apabila yang diolah sebesar b bagian dari QTI, maka QA = b QTI. Dengan mengasumsikan lnternasional ditentukan oleh
pasar persaingan sempurna, maka
harga ikan
kekuatan suplai dan permintaan dunia (Gambar 6.ld).
yakni pada PIW. Pada kondisi tersebut kurve permintaan impor dari negara pengimpor ditunjukkan oleh kurve SEAo, yang merupakan ekses demand pasar domestiknya demand (DA)-penawaran (SA). Sedangkan kurve penawaran ekspor ikan
lndonesia
ditunjukkan oleh kurve SElo, yang merupakan ekses suplai (S1) permintaan (Dl). Pada kondisi ini maka produksi ikan yang dihasilkan di lndonesia sebesar QTI, sedangkan
pada masing-masing wilayah adalah sebesar Q l , Q2. Disisi lain pada kornoditi ikan olahan yang dihasilkan sebesar QA = b QTI, jika harga dunia untuk komoditi ikan olahan sebesar PWQA. Jika negara pengirnpor ikan lndonesia rnernberlakukan tarif. rnaka kurve permintaan irnpornya akan bergeser menjadi SEll, sehingga produksi yang
dihasilkan lndonesia
akan rnenurun rnenjadi QTII. Adanya liberalisasi perdagangan, ditunjukkan
oleh
pergeseran kernbali kurve permintaan irnpor negara lain dari
SEI,
diatas menunjukkan pula perubahan permintaan ikan dari
negara pengimpor, yang
dapat
terjadi
karena perubahan
harga
dunia
karena
ke SElo. Garnbar
perubahan suplai
dan
permintaan dunia ataupun karena perubahan perrnintaan dan penawaran ikan di negara domestik negara pengimpor. Begitu pula perubahan suplai ekspor ikan lndonesia dapat disebabkan karena perubahan harga domestik dan harga dunia. Oleh karena suplai dan permintaan ikan rnentah dan olahan dunia adalah jurnlah horizontal dari seluruh negara, maka perubahan-perubahan di
negara
lain pada
permintaan rnaupun penawaran,
akan juga mempengaruhi perrnintaan negara pengirnpor.
Gambar 6. Keterkaitan Sumberdaya Perikanan, Produksi dan Pasar