28
KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN
DIMAS RAMDHAN
SKRIPSI
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
29
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juli 2008 Dimas Ramdhan C54104069
30
ABSTRAK DIMAS RAMDHAN. Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan. Dibimbing oleh M. FEDI A SONDITA. Kabupaten Indramayu merupakan salah satu wilayah perairan Indonesia yang menjadi basis kegiatan perikanan tangkap bagi para nelayan. Desa Karangsong terletak di Kecamatan Indramayu Jawa Barat yang merupakan basis dari alat tangkap gillnet di Indramayu, khususnya gillnet millenium. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan keramahan lingkungan alat tangkap gillnet millenium serta untuk mengetahui komposisi ikan hasil tangkapan gillnet millenium tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survey di Desa Karangsong pada bulan November 2007 dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret 2008 dengan mengikuti 3 trip operasi kapal gillnet millenium berukuran 15 GT di perairan Kabupaten Indramayu. Analisis data meliputi identifikasi, komposisi jenis, komposisi ukuran layak tangkap, analisis pemanfaatan hasil tangkapan, dan analisis keramahan lingkungan. Penilaian tingkat keramahan lingkungan dilakukan dengan melihat proporsi jumlah hasil tangkapan, proporsi ikan sasaran utama yang layak tangkap, dan proporsi hasil tangkapan yang dimanfaatkan. Total hasil tangkapan pada bulan Maret 2008 selama penelitian (yaitu musim peralihan barat ke timur) didominasi oleh ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) yang merupakan hasil tangkapan sasaran utama nelayan. Hasil tangkapan sampingan, yaitu selain ikan tenggiri selama penelitian sebagian besar dimanfaatkan oleh nelayan dengan cara dijual maupun dikonsumsi. Tenggiri yang diperoleh selama penelitian sebanyak 59 ekor (41%) atau 144,4 kg (78%) dari total hasil tangkapan. Hampir seluruh hasil tangkapan sampingan dimanfaatkan oleh nelayan yaitu sebanyak 40,5 kg (99,8%) atau 84 ekor (98,8%) dari tangkapan sampingan, dan sebanyak 0,1 kg (0,2%) atau 1ekor (1,2%) yang dibuang ke laut. Lebih dari 60% tenggiri yang tertangkap adalah layak secara biologi, karena ukurannya rata-rata telah melebihi ukuran ikan pertama kali matang gonad (length at first maturity), yaitu 65 cm (panjang cagak). Berdasarkan kriteria yang dipakai, maka unit penangkapan gillnet millenium di Karangsong, Indramayu yang dioperasikan pada bulan Maret 2008 tergolong ramah terhadap lingkungan. Kata kunci : Gillnet millenium, PPI Karangsong, hasil tangkapan, dan keramahan lingkungan.
31
KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN
Oleh : DIMAS RAMDHAN C54104069
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
32
SKRIPSI Judul
:
Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan
Nama Mahasiswa
:
Dimas Ramdhan
NRP
:
C54104069
Program Studi
:
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan
Disetujui : Pembimbing
Dr. Ir. M. Fedi A Sondita M.Sc NIP 131 664 399 Diketahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, M.Sc NIP 131 578 799
Tanggal lulus : 25 Juli 2008
33
PRAKATA Skripsi yang berjudul “Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana perikanan pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Skripsi disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada bulan Maret 2008 di Desa Karangsong Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Semoga tulisan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Juli 2008
Penulis
34
UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. M. Fedi A Sondita, M.Sc selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan nasihat selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini; 2. Dr. Am Azbas Taurusman, S.Pi, M.Si dan Ir. Wazir Mawardi, M.Si selaku dosen penguji serta Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si selaku komisi pendidikan yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti bagi penulis; 3. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun rohani, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di IPB dengan baik; 4. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu beserta staf; 5. Kepala Kantor KUD Mina Sumitra Indramayu beserta staf; 6. Bapak Thamrin dan keluarga di Indramayu; dan 7. Semua pihak yang telah membantu khususnya teman-teman PSP 41 atas bantuan dan dorongan yang diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Bogor, Juli 2008
Penulis
35
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 30 Mei 1986 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara putra pasangan Bapak Nurizal dan Ibu Titin Sutinah. Pada
tahun
1992-1998
penulis
menempuh
pendidikandi SD Amaliah, pada tahun 1998-2001 penulis menempuh pendidikan di SLTPN 2 Bogor, pada tahun 2001-2004 penulis menempuh pendidikan di SMAN 3 Bogor. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB pada tahun 2004 di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (PSP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di organisasi HIMAFARIN (Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan) yaitu sebagai pengurus Departemen Kewirausahaan pada tahun 2005-2006. Selain itu penulis juga menjadi asisten pada mata kuliah Metode Observasi Bawah Air (2007/2008). Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis menyusun skripsi dengan judul “ Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan” dibawah bimbingan Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc.
36
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii DAFTAR TABEL...............................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xii 1 PENDAHULUAN............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................
1
1.2 Tujuan......................................................................................................
2
1.3 Manfaat....................................................................................................
2
2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................
3
2.1 Unit Penangkapan Ikan...........................................................................
3
2.1.1 Alat tangkap gillnet..................................................................... 2.1.2 Kapal gillnet................................................................................ 2.1.3 Nelayan gillnet ............................................................................
3 5 6
2.2 Faktor yang Menentukan Keberhasilan Operasi Penangkapan ..............
6
2.3 Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan.................................
7
2.4 Hasil Tangkapan...................................................................................... 10 3 METODOLOGI ............................................................................................... 12 3.1 Waktu dan Tempat penelitian............................................................... 12 3.2 Bahan dan Alat Penelitian..................................................................... 12 3.3 Metode Pengumpulan Data.................................................................... 12 3.4 Analisis Data........................................................................................... 14 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN............................................... 18 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu................................................. 18 4.1.1 Keadaan geografi dan topografi ................................................. 18 4.1.2 Keadaan iklim............................................................................. 19 4.2 Keadaan Umum Perikanan Laut Kabupaten Indramayu........................ 19 4.2.1 Unit penangkapan ikan ............................................................... 4.2.2 Volume dan nilai produksi ......................................................... 4.2.3 Komoditas ekspor....................................................................... 4.2.4 Prasarana pendukung..................................................................
19 22 26 26
37
5 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 28 5.1 Hasil......................................................................................................... 28 5.1.1 Unit penangkapan ikan ................................................................ 28 1) Alat tangkap gillnet millenium ................................................ 28 2) Kapal gillnet millenium ........................................................... 31 3) Nelayan gillnet millenium ....................................................... 34 5.1.2 Metode pengoperasian alat tangkap............................................ 5.1.3 Hasil tangkapan gillnet millenium ............................................... 1) Komposisi hasil tangkapan ..................................................... 2) Proporsi hasil tangkapan sasaran utama.................................. 3) Proporsi ikan layak tangkap .................................................... 4) Pemanfaatan ikan hasil tangkapan ......................................... 5) Analisis tingkat keramahan lingkungan ..................................
36 39 39 41 42 46 48
5.2 Pembahasan ............................................................................................ 50 6 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 54 6.1 Kesimpulan............................................................................................. 54 6.2 Saran ....................................................................................................... 55 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56 LAMPIRAN........................................................................................................ 60
38
DAFTAR TABEL Halaman 1 Penilaian tingkat keramahan lingkungan.......................................................... 17 2 Perkembangan jumlah alat penangkap ikan di Indramayu............................... 20 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan di Indramayu............................. 21 4 Perkembangan jumlah nelayan di Indramayu...................................................21 5 Perkembangan volume dan nilai produksi di Indramayu tahun 2002-2007..... 22 6 Volume dan nilai produksi di PPI Karangsong berdasarkan jenis ikan bulan Oktober 2007 sampai dengan Pebruari 2008.................................................... 23 7 Volume dan nilai produksi di PPI Karangsong berdasarkan alat tangkap jaring millenium dan jaring rampus................................................................. 25 8 Komponen alat tangkap gillnet millenium....................................................... 30 9 Kapal yang beroperasi di Karangsong Indramayu........................................... 32 10 Tugas nelayan yang terlibat mengoperasikan gillnet millenium...................... 34 11 Komposisi hasil tangkapan total gillnet millenium dengan kapal 15 GT........ 39 12 Komposisi ukuran panjang hasil tangkapan.................................................... 42 13 Hasil penilaian tingkat keramahan lingkungan................................................ 48 14 Ukuran ikan pertama kali matang gonad (length at first maturity)................. 49
39
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1
Cara pengkuran panjang cagak ikan............................................................ 13
2
Bagan pemanfaatan ikan hasil tangkapan.................................................... 16
3
Konstruksi alat tangkap gillnet millenium ................................................... 29
4
Desain alat tangkap gillnet millenium ......................................................... 29
5
Armada penangkapan gilnet millenium di Karangsong Indramayu ............ 33
6
Nelayan sedang memperbaiki jaring gillnet millenium ............................... 35
7
Alat bantu penangkapan gillnet millenium .................................................. 35
8
Tahap setting dan hauling............................................................................ 38
9
Tahap penempatan ikan dalam palka dan pemberian es.............................. 38
10 Komposisi total hasil tangkapan berdasarkan jumlah (ekor)....................... 40 11 Komposisi total hasil tangkapan berdasarkan bobot (kg)........................... 40 12 Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan.......................................... 41 13 Distribusi panjang ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) ................ 43 14 Distribusi panjang ikan golok-golok (Chirocentrus dorab) ........................ 44 15 Distribusi panjang ikan pepetek (Leiognathus spp) .................................... 44 16 Distribusi panjang ikan kembung (Rastrelliger spp)................................... 45 17 Distribusi panjang ikan tetengkek (Megalaspis cordyla) ............................ 45 18 Bagan pemanfaatan hasil tangkapan berdasarkan bobot dan jumlah ikan .. 47
40
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Peta Lokasi Penelitian Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat ............ 60 2. Kuesioner ............................................................................................................. 61 3. Foto perlengkapan alat tangkap gillnet millenium ............................................... 65 4. Data ikan hasil tangkapan per trip dan per setting ............................................... 66 5. Foto hasil tangkapan gillnet millenium ................................................................ 69 6. Komposisi total hasil tangkapan dan pemanfaatannya ........................................ 72
41
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Indramayu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang memiliki perkembangan perikanan dan potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Sesuai letaknya yang berada di pesisir pantai, Indramayu menjadi kabupaten produsen ikan laut, karena sepertiga dari seluruh produksi ikan laut Jawa Barat berasal dari Indramayu (BPS Indramayu, 2006). Menurut Rahardjo et al. (1999) diacu dalam Roslianti (2003) Kabupaten Indramayu tercatat sebagai daerah yang memiliki potensi sumberdaya (MSY) terbesar di Provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 83.764,69 ton/tahun. Untuk kegiatan perikanan tangkap yang berbasis di Karangsong sendiri jumlah produksi ikan lautnya sebesar 30.350 ton/tahun (BPS Indramayu, 2006). Alat tangkap yang digunakan oleh nelayan Karangsong terdiri dari gillnet, pukat pantai, pancing, dan pukat kantong. Dan mayoritas nelayan Karangsong menggunakan alat tangkap gillnet, khususnya gillnet millenium. Operasi penangkapan ikan oleh setiap jenis alat tangkap memiliki perbedaan. Hal ini dikarenakan setiap jenis alat tangkap memiliki kontruksi yang berbeda yang disesuaikan dengan tujuan hasil tangkapan dan kondisi perairan pada daerah penangkapan ikan. Perbaikan dan modifikasi konstruksi alat tangkap telah banyak dilakukan untuk keberhasilan operasi penangkapan. Salah satu alat tangkap yang melakukan pengembangan
kontruksi adalah jaring millenium
(gillnet millenium). Jaring millenium ini merupakan jenis alat tangkap yang serupa dengan jaring insang (gillnet), namun memiliki perbedaan dengan jaring insang (gillnet) pada umumnya. Perbedaan tersebut yaitu terdapat pada bahan jaring yang memiliki serat pilinan monofilament, jenis hasil tangkapannya serta proses pengoperasiannya pada perairan yang dalam (Putra, 2007). Sumberdaya ikan, meskipun termasuk sumberdaya yang dapat pulih (renewable resources) namun bukanlah sumberdaya tidak terbatas. Oleh karena itu perlu dikelola secara bertanggung jawab dan berkelanjutan agar kontribusinya terhadap ketersediaan nutrisi, peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.
42
Dewasa ini pengembangan teknologi penangkapan ikan ditekankan pada teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan (enviromental friendly fishing technology) dengan harapan dapat memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan serta untuk menjaga kelestarian sumberdaya ikan.
Pada
prinsipnya teknologi yang ramah lingkungan adalah sedikit atau tidak memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Alat penangkap ikan ketika dioperasikan hendaknya tidak merusak habitat, kecil peluang hilangnya alat tangkap di laut, serta tidak menghasilkan polusi (Anonymous, 2008 f). Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang membahas tingkat keramahan unit penangkapan gillnet millenium terhadap lingkungan yang berbasis di Karangsong. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat keramahan lingkungan unit penangkapan gillnet millenium yang beroperasi di Karangsong berdasarkan kriteria komposisi ikan hasil tangkapannya (sasaran utama dan sasaran sampingan), ukuran ikan yang layak tangkap, dan pemanfaatan hasil tangkapan. 1.3 Manfaat Penelitian ini akan memberikan informasi mengenai tingkat keramahan lingkungan unit penangkapan gillnet millennium dan komposisi ikan hasil tangkapannya, bagi pihak-pihak yang terkait sebagai bahan pengkajian dan pengelolaan perikanan gillnet millenium di Indramayu.
43
2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Unit Penangkapan Ikan 2.1.1 Alat tangkap gillnet Menurut Martasuganda (2002), jaring insang (gillnet) adalah satu jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi panjang dimana ukuran mata jaring (mesh size) sama, jumlah mata jaring ke arah horizontal (mesh lenght / ML) jauh lebih banyak dari jumlah mata jaring ke arah vertikal (mesh depth / MD). Pada lembaran jaring bagian atas diletakkan pelampung (floats) dan pada bagian bawah diletakkan pemberat (sinkers). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu bouyancy dari floats yang bergerak ke atas dan sinking force dari sinker di tambah berat jaring dalam air yang bergerak ke bawah, maka jaring akan terentang (Ayodhyoa, 1981). Gillnet millenium merupakan jenis alat tangkap gillnet yang telah dimodifikasi dari gillnet pada umumnya, perbedaanya terdapat pada bahan jaring yang memiliki serat pilinan monofilament serta warna jaringnya. Gillnet biasa dibuat dari bahan nylon multifilament berwarna biru gelap, sementara gillnet millennium dibuat dari nylon multi monofilament yang transparan. Jaring multi monofilament umumnya menggunakan bahan yang tipis, sehingga jaring lebih halus dibandingkan dengan jaring monofilament atau jaring multifilament. Hal itu membuat jaring multi monofilament lebih fleksibel di bawah air (Hovgard dan Lassen, 2000 diacu dalam Rakhmadevi, 2007). Gillnet dipasang menghadang arah dan jalan ikan yang sedang melakukan ruaya (Brandt, 1972). Stewart dan Ferro (1985) diacu dalam Rifki (2008) mengatakan bahwa gillnet dapat dipasang menghadang atau sejalan arah arus, dimana posisi ini dapat mengubah bentuk alat oleh karena tekanan dinamika air yang kemudian dapat mempengaruhi kapasitas hasil tangkapan. Berdasarkan
kedudukan
jaring
di
dalam
perairan
dan
metode
pengoperasiannya jaring insang dibedakan menjadi empat, yaitu jaring insang permukaan (surface gillnet), jaring insang dasar (bottom gillnet), jaring insang hanyut (drift gillnet), dan jaring insang lingkar (encircling gillnet / surrounding gillnet) (Ayodhyoa, 1981). Sedangkan menurut Subani dan Barus (1989),
44
berdasarkan cara pengoperasiannya dibedakan menjadi lima, yaitu jaring insang hanyut (drift gillnet), jaring insang labuh (set gillnet), jaring insang karang (coral reef gillnet), jaring insang lingkar (encircling gillnet), dan jaring insang tiga lapis (tramel net). Untuk gillnet millenium sendiri termasuk jaring insang hanyut (drift gillnet), untuk kedudukan jaring di dalam perairan gillnet millenium dapat dioperasikan baik di permukaan (surface gillnet) maupun di dasar perairan (bottom gillnet) (Putra, 2007). Walau terdapat perbedaan pokok pada tiap-tiap jenis gillnet sesuai dengan klasifikasinya, namun secara umum gillnet mempunyai persamaan bentuk pokok. Bentuk umum gillnet adalah empat persegi panjang, dan bentuk ini merupakan bentuk alat penangkapan ikan yang paling sederhana (Sadhori, 1985). Konstruksi jaring insang terdiri atas : 1) Jaring utama Jaring utama adalah sebuah lembaran jaring yang tergantung pada tali ris atas. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa diameter dan ukuran benang dari mata jaring umumnya disesuaikan dengan ikan atau habitat perairan lainnya yang dijadikan target penangkapan. Menurut Sparre dan Venema (1992) ada empat cara tertangkapnya ikan oleh gillnet, yaitu tertangkap secara terjerat tepat di belakang mata (snagged), terjerat di belakang tutup insang (gilled) dan terjerat di depan sirip punggung (wedged), dan ikan terbelit akibat bagian tubuh yang menonjol (gigi, rahang, sirip) tanpa harus menerobos mata jaring (entangled). 2) Tali ris atas Tali ris atas adalah tempat untuk menggantungkan jaring utama dan tali pelampung. Untuk menghindari agar gillnet tidak terbelit sewaktu dioperasikan (terutama pada bagian tali ris atasnya) biasanya tali ris atas dibuat rangkap dua dengan arah pintalan yang berlawanan (S – Z). c) Tali ris bawah Tali ris bawah ini berfungsi sebagai tempat melekatnya pemberat. Martasuganda (2002) mengatakan bahwa panjang tali ris bawah lebih panjang dari tali ris atas dengan tujuan supaya kedudukan jaring insang di perairan dapat terentang dengan baik.
45
d) Tali pelampung Tali pelampung adalah tali yang dipakai untuk memasang pelampung yang terbuat dari bahan sintetis seperti haizek, vinylon, polyvinyl chloride, saran atau bahan lainnya yang bisa dijadikan tali pelampung. Untuk menyambungkan antara piece yang satu dengan piece lainnya bagian tali pelampung dari tiap ujung jaring utama biasanya dilebihkan 30-50 cm (Martasuganda, 2002). e) Pelampung Pada gillnet dasar, pelampung hanya berfungsi untuk mengangkat tali ris atas saja agar gillnet dapat berdiri tegak (vertikal) di dalam air. Untuk gillnet pertengahan dan gillnet permukaan, disamping pelampung yang melekat pada tali ris atas diperlukan juga pelampung tambahan yang berfungsi sebagai tanda di permukaan perairan. Pelampung yang dipakai biasanya terbuat dari bahan styrofoam, polyvinyl chloride, plastik, karet atau benda lainnya yang mempunyai daya apung. Jumlah, berat, jenis dan volume pelampung yang dipasang dalam satu piece menentukan besar kecilnya daya apung (buoyancy). Besar kecilnya daya apung yang terpasang pada satu piece sangat berpengaruh terhadap baik buruknya hasil tangkapan. f) Pemberat Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badan jaring. Pemberat pada jaring insang umumnya terbuat dari timah, besi dan semen cor. g) Tali selambar Tali selambar adalah tali yang dipasang pada kedua ujung alat tangkap untuk mengikat ujung gillnet pada pelampung tanda, serta ujung lainnya diikatkan pada kapal. Panjang tali selambar yang digunakan umumnya 25-50 meter tergantung ukuran alat tangkap dan kapal yang digunakan. 2.1.2
Kapal gillnet Kapal ikan adalah kapal yang dibangun untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan usaha penangkapan ikan dengan ukuran, rancangan, bentuk dek, kapasitas muat, akomodasi, mesin serta berbagai perlengkapan yang secara keseluruhan disesuaikan dengan fungsi dalam rencana operasi (Fyson, 1985). Kapal ikan merupakan salah satu faktor penting diantara komponen armada penangkapan ikan dan merupakan sebagian modal yang ditanamkan pada usaha
46
penangkapan ikan. Berdasarkan metode pengoperasiannya kapal ikan dapat digolongkan kedalam empat kelompok, yaitu pengoperasian alat tangkap yang dilingkarkan (encircling gear), pengoperasian alat tangkap yang ditarik (towing gear), pengoperasian alat tangkap pasif (static gear), pengoperasian lebih dari satu alat tangkap (multipurpose) (Fyson, 1985). Kapal gillnet termasuk kedalam kelompok kapal ikan dengan metode pengoperasian static gear sehingga kecepatan kapal bukanlah suatu faktor yang penting karena alat tangkap ini bekerja secara statis melainkan stabilitas kapal yang tinggi lebih diperlukan agar saat pengoperasian alat tangkap dapat berjalan dengan baik (Rahman, 2005). 2.1.3
Nelayan gillnet Berdasarkan kepemilikan terhadap kapal dan alat tangkap, maka nelayan
dibedakan atas nelayan pemilik (juragan) dan nelayan buruh (pandega). Berdasarkan waktu kerjanya nelayan dibedakan atas nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk operasi penangkapan ikan, sedangkan nelayan sambilan adalah nelayan yang sebagian waktunya digunakan untuk operasi penangkapan ikan (Ayodhyoa, 1981). Jumlah nelayan yang mengoperasikan alat tangkap gillnet tidaklah sama, tergantung dari besar kecilnya skala usaha tersebut. Pada kapal motor tempel biasanya hanya dua sampai tiga orang nelayan. Biasanya nelayan telah membentuk satu kesatuan kerja yang tetap dan dipimpin oleh juru mudi yang sekaligus bertindak sebagai fishing master (Ayodhyoa, 1981). 2.2 Faktor yang Menentukan Keberhasilan Operasi Penangkapan Menurut Ayodhyoa (1981), ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk keberhasilan penangkapan ikan dengan menggunakan gillnet yaitu : kekakuan, ketegangan rentang tubuh jaring, shortening atau shrinkage, tinggi jaring, mesh size dan besar ikan, warna jaring. Bahan jaring yang digunakan sebaiknya lembut, tidak kaku dan mudah diatur atau dibengkokkan sebab bahan jaring akan berpengaruh terhadap jumlah hasil tangkapan. Ketegangan rentangan jaring mengakibatkan terjadinya tekanan pada tubuh jaring yang dapat mempengaruhi jumlah ikan yang tertangkap.
47
Semakin tegang jaring direntang, maka ikan akan sukar terjerat sehingga ikan mudah lepas. Shortening atau shrinkage adalah beda panjang tubuh jaring dalam keadaan teregang sempurna (stretch) dengan panjang jaring setelah dilekatkan pada pelampung ataupun pemberat, hal ini dimaksudkan untuk penyesuaian ukuran ikan yang akan ditangkap agar mudah terjerat atau terbelit. Tinggi jaring merupakan jarak antara pelampung ke pemberat pada saat jaring dipasang di perairan. Mesh size merupakan ukuran suatu mata jaring antar simpulnya yang direntangkan, ukuran tersebut disesuaikan dengan besarnya badan ikan tujuan tangkapan. Warna jaring (badan jaring) di dalam air akan dipengaruhi oleh faktorfaktor, kedalaman perairan, transparansi, sinar matahari, cahaya bulan dan lainlain. Sebaiknya warna jaring disesuaikan dengan warna perairan, tidak terlihat kontras dengan warna perairan maupun warna daerah penangkapan. Martasuganda (2002) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan ikan dapat tertangkap oleh gillnet : 1) Diduga terjeratnya ikan karena pada saat kondisi ikan dalam keadaan “berenang tidur” sehingga ikan tidak mengetahui kehadiran jaring yang berada di depannya. 2) Karena ikan yang ingin mengetahui benda asing yang berada di sekitarnya termasuk gillnet dengan melihat, mendekat, meraba, dan akhirnya terjerat. 3) Pada ikan yang selalu bergerombol dan beriringan maka apabila satu atau lebih ikan telah terjerat pada jaring, maka ikan lainnya akan ikut masuk ke dalam jaring. 4) Dalam keadaan panik, ikan yang sudah berada di depan jaring dan sudah sulit untuk menghindar akan terjerat pula oleh jaring. 2.3 Teknologi Penangkapan Ikan Ramah Lingkungan Teknologi penangkapan ikan yang berwawasan lingkungan pada prinsipnya yaitu teknologi yang dipergunakan dalam menangkap ikan tanpa mempengaruhi kualitas
lingkungan
hidup
(Martasuganda,
2002).
Sejalan
dengan
itu,
pengembangan teknologi penangkapan ikan perlu diarahkan menuju ke arah terciptanya teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan sehingga pada akhirnya akan terwujud pemanfaatan sumberdaya yang berkelanjutan (sustainable
48
fisheries). Oleh karena itu, perlu adanya kriteria-kriteria tentang teknologi penangkapan ikan yang ramah lingkungan. Menurut Monintja (2000) teknologi penangkapan ikan dapat dikatakan ramah lingkungan apabila memiliki kriteria sebagai berikut: 1) Memiliki selektivitas yang tinggi Suatu alat tangkap dikatakan mempunyai selektivitas yang tinggi apabila alat tersebut dalam operasionalnya hanya menangkap sedikit spesies dengan ukuran yang relatif seragam. Selektivitas alat tangkap ada dua macam, yaitu selektif terhadap spesies dan selektif terhadap ukuran. 2) Tidak destruktif terhadap habitat Habitat terumbu karang memiliki ciri sangat rentan terhadap gangguan baik dari dalam maupun dari luar, seperti aktivitas penangkapan ikan. 3) Tidak membahayakan nelayan atau operator Tingkat
bahaya
atau
resiko
yang
diterima
oleh
nelayan
dalam
mengoperasikan alat tangkap sangat tergantung pada jenis alat tangkap dan keterampilan yang dimiliki oleh nelayan. 4) Menghasilkan ikan dengan kualitas baik Kualitas ikan hasil tangkapan sangat ditentukan oleh jenis alat tangkap yang digunakan, metode penangkapan dan penanganannya. 5) Produk yang dihasilkan tidak membahayakan konsumen Tingkat bahaya yang diterima oleh konsumen terhadap produksi yang dimanfaatkann tergantung dari ikan yang diperoleh dari proses penangkapan. Apabila dalam proses penangkapan nelayan menggunakan bahan-bahan beracun atau bahan-bahan lainnya yang berbahaya, maka akan berdampak pada tingkat keamanan konsumsi pada konsumen. 6) Hasil tangkapan sampingan (by-catch) dan discard minimum Suatu spesies dikatakan hasil tangkapan sampingan apabila spesies tersebut tidak termasuk dalam target penangkapan. Hasil tangkapan yang didapat ada yang dimanfaatkan dan ada yang dibuang ke laut (discard). 7) Dampak ke biodiversity rendah Dampak buruk yang diterima oleh habitat akan berpengaruh buruk pula terhadap biodiversity yang ada di lingkungan tersebut, hal ini tergantung dari
49
bahan
yang
digunakan
dan
metode
penangkapan
ikan.
Pengaruh
pengoperasian alat tangkap terhadap biodiversity yang ada adalah: (1) Menyebabkan kematian semua makhluk hidup dan merusak habitat. (2) Menyebabkan kematian beberapa spesies dan merusak habitat. (3) Menyebabkan kematian beberapa spesies tetapi tidak merusak habitat. (4) Aman bagi biodiversity. 8) Tidak menangkap spesies yang dilindungi atau terancam punah Suatu alat tangkap dikatakan berbahaya terhadap spesies yang dilindungi apabila alat tangkap tersebut mempunyai peluang yang cukup besar untuk menangkap spesies yang dilindungi. 9) Dapat diterima secara sosial Penerimaan masyarakat terhadap suatu alat tangkap yang digunakan tergantung pada kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat. Suatu alat tangkap dapat diterima secara sosial oleh masyarakat apabila; (1) biaya investasi murah; (2) menguntungkan;(3) tidak bertentangan dengan budaya setempat; (4) tidak bertentangan dengan peraturan yang ada. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa kriteriakriteria yang dapat digunakan sebagai penilaian untuk melihat tingkat keramahan lingkungan pada suatu unit penangkapan ikan antara lain : 1)
Hasil tangkapan sasaran utama ≥ 60% (Suadela, 2004). Penentuan ≥ 60% dan < 40% didasarkan pada keragaman sumber daya ikan di Indonesia yang tinggi, baik itu keragaman jenis maupun ukuran. Oleh karena itu selisih 20% cukup signifikan untuk digunakan sebagai kriteria 1.
2) 3)
Hasil tangkapan sampingan (by-catch) dan discard minimum. Hasil tangkapan yang dihasilkan selektif dari segi ukuran (layak tangkap) dan bukan dari spesies yang dilindungi atau terancam punah. Teknologi penangkapan ikan yang menghasilkan by-catch yang rendah
sangat diharapkan dalam pengembangan teknologi penangkapan ikan ramah lingkungan. By-catch yang tertangkap penting artinya bagi keseimbangan ekologi di perairan, tetapi dari segi ekonomi kurang menguntungkan. Berhubungan
1
Wawancara dengan Dr. Ir. Fedi A. Sondita M.Sc 30 Juli 2008
50
dengan sifat perikanan di daerah tropis yang bersifat multi species dan multi gear, hampir tidak mungkin untuk membuat suatu alat tangkap yang hanya menangkap target spesies. Salah satu cara yang mungkin dilakukan adalah memperbaiki selektifitas alat tangkap yang digunakan (Sarmintohadi, 2002). 2.4
Hasil Tangkapan Pengertian dari hasil tangkapan adalah jumlah dari spesies ikan maupun
binatang air lainnya yang tertangkap saat kegiatan operasi penangkapan. Hasil tangkapan gillnet millenium umumnya menangkap ikan pelagis, tetapi juga bisa juga menangkap ikan demersal, tergantung dengan cara mengatur panjang dan pendeknya tali pelampung (Dinas Perikanan Indramayu, 2005). Jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh jaring insang hanyut antara lain: tongkol (Auxiz thazard), tenggiri
(Scomberomorus
commersoni),
cucut
(Carcharinidae),
layang
(Decapterus sp) (Putra, 2007). Hasil tangkapan terbagi menjadi dua, yaitu hasil tangkapan sasaran utama (HTSU) yang artinya spesies yang merupakan target dari operasi penangkapan dan hasil tangkapan sampingan (HTS) yang artinya spesies yang merupakan di luar dari target operasi penangkapan. Menurut Hall (1999) hasil tangkapan sampingan (HTS) terbagi menjadi dua, yaitu by-catch dari jenis ikan dan by-catch bukan dari jenis ikan (by-catch nonfish group). Contoh dari by-catch yang bukan dari jenis ikan antara lain paus, lumba-lumba, dan penyu yang merupakan spesies dilindungi. Berdasarkan pemanfaatan hasil tangkapan, Hall (1999) membagi lagi bycatch dari jenis ikan menjadi dua kategori, yaitu: 1)
Spesies yang tidak dikehendaki tertangkap (incidental catch); merupakan hasil tangkapan sampingan yang sesekali tertangkap dan bukan spesies target.
2)
Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch); merupakan hasil tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena berbagai pertimbangan antara lain spesies yang tertangkap bernilai ekonomis rendah atau dilindungi hukum karena terancam punah. Adapun kondisi dari discard yang ditemui di lapang terkadang ada yang masih dalam keadaan hidup
51
tetapi banyak pula yang telah mati sehingga discard yang dihasilkan dalam setiap operasi penangkapan ikan diharapkan seminimal mungkin. Menurut Manalu (2003), tertangkapnya by-catch atau ikan diluar target disebabkan adanya kesamaan habitat antara ikan target dan ikan non target serta kurang selektifnya alat tangkap yang digunakan. Dalam pengembangan alat tangkap ramah lingkungan diharapkan alat tangkap yang digunakan tidak menghasilkan by-catch, tetapi pada kenyataan di lapangan membuktikan bahwa alat penangkapan ikan tidak hanya menangkap ikan target.
52
3
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2007 dan Maret 2008 bertempat di perairan Indramayu, Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). 3.2 Bahan dan Alat Penelitian Objek penelitian ini adalah unit penangkapan gillnet millenium dengan ukuran 15 GT di perairan Karangsong Indramayu. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian adalah : 1) Meteran untuk mengukur panjang ikan. 2) Timbangan untuk mengetahui berat ikan hasil tangkapan. 3) Alat dokumentasi berupa kamera. 4) Alat tulis. 5) Data sheet. 6) Kuesioner. 3.3 Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif survei. Nazir (2003) menjelaskan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian, serta untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketerangan secara faktual. Penelitian dengan metode ini membedah dan menguliti suatu permasalahan untuk mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung. Dalam penelitian ini pengambilan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu : (1) melakukan survey lapang pada bulan November 2007; (2) mengikuti langsung kegiatan operasi penangkapan ikan dengan gillnet millenium pada periode 8-13 Maret 2008 sebanyak 3 trip kapal (2 hari, 1 hari, 3 hari); (3) wawancara dengan 15 orang nelayan dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan (Lampiran 2); (4) data sekunder dari Dinas Perikanan Indramayu.
53
Penentuan Desa Karangsong sebagai tempat pemilihan nelayan gillnet millenium yang diikuti dalam pengambilan contoh didasarkan karena Desa Karangsong merupakan daerah utama perikanan gillnet millenium di Kabupaten Indramayu. Data primer yang dikumpulkan secara langsung selama penelitian adalah komposisi hasil tangkapan, panjang cagak, berat individu hasil tangkapan. Berdasarkan sasaran penangkapan dari nelayan, hasil tangkapan dibedakan menjadi hasil tangkapan sasaran utama (HTSU) dan hasil tangkapan sampingan (HTS). Untuk nelayan dengan perahu 5 GT dan kapal 15 GT ikan yang menjadi sasaran utama yaitu ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni), sedangkan sasaran utama nelayan dengan kapal berukuran 30 GT yaitu tongkol (Auxis thazard). Pengukuran panjang cagak dilakukan untuk menentukan kelayakan biologi ikan hasil tangkapan yang disesuaikan berdasarkan ukuran ikan pertama kali matang gonad (length at first maturity). Pengukuran dilakukan terhadap semua individu yang tertangkap tanpa dilakukan sampling terlebih dahulu. Pengukuran dilakukan di atas kapal setelah proses hauling dengan menggunakan meteran dengan skala 1 mm.
Gambar 1 Cara pengukuran panjang cagak ikan. Pengukuran bobot hasil tangkapan dilakukan terhadap semua spesies yang tertangkap baik itu ikan maupun krustasea, dengan menggunakan timbangan berkapasitas 4 kilogram dengan skala 10 gr.
54
Wawancara dilakukan terhadap nelayan dengan menggunakan kuesioner untuk menggali informasi mengenai cara pengoperasian alat tangkap, komposisi hasil tangkapan, jumlah hasil tangkapan yang didaratkan, musim penangkapan ikan, dan daerah penangkapan ikan. Dalam mengumpulkan data responden diambil dengan cara purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Sebanyak 15 unit gillnet millenium dijadikan sampel untuk dilakukan wawancara. Sampel kapal diambil dengan cara melihat jenis alat tangkap yang digunakan, kemudian memilih kapal yang terdapat nelayannya baik itu ABK, nakhoda maupun pemilik kapal tersebut. Data pendukung diperoleh dari penelusuran pustaka dari instansi terkait. Data tersebut mencakup: 1)
Keadaan umum perairan Indramayu (Dinas Perikanan Indramayu)
2)
Geografi dan topografi daerah Indramayu (Dinas Perikanan Indramayu)
3)
Tempat pelelangan ikan di PPI Karangsong (KPL Mina Sumitra)
4)
Volume dan jumlah produksi perikanan laut Indramayu (Dinas Perikanan Indramayu)
5)
Jumlah unit penangkapan di Indramayu (Dinas Perikanan Indramayu)
6)
Daerah penangkapan ikan di Indramayu (Dinas Perikanan Indramayu)
3.4 Analisis data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis komposisi hasil tangkapan, proporsi hasil tangkapan sasaran utama dan sampingan, proporsi ikan layak tangkap secara biologi, proporsi hasil tangkapan yang dimanfaatkan, dan analisis tingkat keramahan lingkungan. Pada analisis komposisi hasil tangkapan, sebelum dianalisis terlebih dahulu diidentifikasi
untuk
mengetahui
nama
umum
dan
nama
latinnya.
Pengidentifikasian dilakukan dengan menggunakan buku identifikasi Saanin (1991).
Setelah
diidentifikasi
data
tersebut
dikelompokkan
berdasarkan
spesiesnya, kemudian dihitung berat dan jumlahnya. Jenis ikan tersebut kemudian ditabulasikan untuk melihat komposisi hasil tangkapan. Pada proporsi hasil tangkapan sasaran utama dan sampingan, masingmasing data jumlah dan berat hasil tangkapan sasaran utama (HTSU) dan hasil
55
tangkapan sampingan (HTS) dari operasi penangkapan dihitung dalam bentuk persentase, kemudian dibandingkan manakah diantara HTSU dan HTS yang lebih besar proporsinya. Proporsi ikan layak tangkap secara biologi. Ukuran ikan layak tangkap diketahui berdasarkan ukuran panjang cagak ikan yang pertama kali matang gonad. Informasi ini diperoleh dari www.fishbase.org. Data panjang cagak ikan hasil tangkapan sasaran utama dan hasil tangkapan sampingan diolah dengan menghitung sebaran frekuensinya dan disajikan dalam bentuk histogram. Data ikan yang disajikan adalah data ikan yang dominan tertangkap saja, yaitu ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni), golok-golok (Chirocentrus dorab), kembung (Rastrelliger sp), tetengkek (Megalaspis cordyla), dan pepetek (Leiognathus sp). Pada proporsi hasil tangkapan yang dimanfaatkan, seluruh data hasil tangkapan yang dimanfaatkan dibandingkan dengan hasil tangkapan yang tidak dimanfaatkan (discard) dalam bentuk proporsi dengan rumus : •
Jumlah HT dimanfaatkan HT yang dimanfaatkan (%) = ________________________ x 100% Jumlah HT
•
Jumlah HT tidak dimanfaatkan x 100% HT yang tidak dimanfaatkan (%) = ________________________ Jumlah HT Tabel hasil tangkapan tersebut dinyatakan dalam kg dan ekor. Hasil pengamatan proses penanganan hasil tangkapan dianalisis untuk
menjelaskan hasil tangkapan yang dimanfaatkan dan yang tidak dimanfaatkan atau dibuang (Gambar 2).
56
Dijual
Hasil tangkapan sasaran utama
Dikonsumsi Dijual Dimanfaatkan nelayan
Hasil tangkapan
Dikonsumsi Hasil tangkapan sampingan
Berpeluang hidup Dibuang Tidak berpeluang hidup
Gambar 2 Bagan pemanfaatan ikan hasil tangkapan. Sedangkan penilaian tingkat keramahan lingkungan menurut Suadela (2004) dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1)
Membandingkan proporsi HTSU dan HTS. Jika proporsi HTSU yang diperoleh ≥ 60%, maka alat tangkap tersebut dapat dikatakan ramah lingkungan (Tabel 1).
2)
3)
Ikan yang menjadi hasil tangkapan, baik sasaran utama maupun hasil tangkapan sampingan apakah layak atau tidak, terlihat dari pengukuran panjang cagak dan literatur length at first maturity untuk ikan HT tersebut. Jika ukuran panjang ikan tangkapan > length at first maturity maka dapat dikatakan ikan tersebut layak tangkap. Jika proporsi ikan layak tangkap ≥ 60% maka dapat dikatakan ramah lingkungan (Tabel 1). Discard yang dihasilkan minimum dapat diartikan bahwa by-catch yang dihasilkan sedikit atau para nelayan memanfaatkan hasil tangkapannya. Jika hasil tangkapan sampingan ≥ 60% banyak yang dimanfaatkan maka dapat dikatakan ramah lingkungan (Tabel 1).
57
Tabel 1 Penilaian tingkat keramahan lingkungan Pengamatan
Kriteria
Penilaian
1.Hasil tangkapan
1. ≥ 60%
1. Ramah lingkungan
sasaran utama
2. < 60%
2. Tidak ramah lingkungan
2.Hasil tangkapan sampingan
3. ≥ 60% dimanfaatkan
3.
Ramah lingkungan
4. < 60% tidak
4.
Tidak ramah
termanfaatkan 3. Panjang ikan
lingkungan
5. > length at first maturity
5. Ikan layak tangkap
6. < length at first maturity
6. Ikan tidak layak tangkap
7. ≥ 60% layak tangkap
7. Ramah lingkungan
8. < 60% layak tangkap
8. Tidak ramah lingkungan
58
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu 4.1.1 Keadaan geografi dan topografi Kabupaten Indramayu merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat yang letaknya berada pada jalur pantai utara Pulau Jawa. Dilihat dari letak astronomis Kabupaten Indramayu terletak pada 107°52’ - 108°36’ Bujur Timur dan 6°15’ – 6°40’ Lintang Selatan, dengan batas wilayah sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa; 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon; 3) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon; dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang. Sedangkan berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0-2%. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi,maka daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pulau Jawa memiliki 10 kecamatan yang berbatasan langsung dengan laut, dengan panjang garis pantai sepanjang 114 km dan dikenal sebagai daerah nelayan (BPS Indramayu, 2006). Sumberdaya lain yang yang dimiliki Kabupaten Indramayu adalah bahan tambang minyak dan gas bumi. Eksplorasi dilakukan melalui 303 sumur yang tersebar di 9 kecamatan. Sumur yang dieksploitasi sebanyak 143 buah yaitu 81 sumur minyak dan 62 sumur gas dengan tingkat produksi minyak sebesar 192.268 BBL (Billion Barel Liquid) dan gas sebesar 2.745,26 MMSCF ( Million Matrik Standar Cubic Feet). Pengelolaan migas dilaksanakan oleh pengolahan VI Balongan, unit pengilangan dan unit perbekalan (Roslianti, 2003).
4.1.2 Kedaan iklim Indramayu
59
Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir utara Pulau jawa membuat suhu udara di Kabupaten ini cukup tinggi yaitu berkisar antara 18° Celcius – 28° Celcius. Sementara rata-rata hujan sepanjang tahun 2006 adalah sebesar 1.355 mm. Menurut klasifikasi Scmidt dan Ferguson diacu dalam Sirait (2008) tipe iklim di Kabupaten Indramayu termasuk iklim tipe D (iklim sedang). Karakter iklim tersebut adalah sebagai berikut: 1) Suhu udara harian berkisar antara 26 - 27°C dengan suhu udara tertinggi 30°C dan terendah 18°C; 2) Kelembaban udara berkisar 70 – 80 %; 3) Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3.255,67 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan adalah 200 hari; 4) Curah hujan maksimum adalah 6.024 mm yang terjadi pada bulan Februari; dan 5) Angin barat dan angin timur bertiup secara bergantian setiap 5 – 6 bulan sekali. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Laut Kabupaten Indramayu Di Indramayu usaha perikanan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perikanan darat dan perikanan laut. Pada perikanan darat terdiri dari tambak, rawa, sungai, dan kolam. Sebagian besar produksi perikanan yang dihasilkan di Indramayu didominasi oleh perikanan laut. 4.2.1 Unit penangkapan ikan Setiap unit penangkapan ikan memiliki tiga unsur yang saling menunjang dan saling memiliki satu sama lain. Unsur yang saling menunjang dan saling memiliki tersebut adalah kapal penangkapan, alat tangkap yang digunakan, dan nelayan sebagai tenaga kerja yang mengoperasikan kedua unsur tersebut. Unit penangkapan ikan adalah satu kesatuan teknis dalam satu operasi penangkapan ikan yang terdiri atas kapal penangkapan, alat tangkap, dan nelayan. Alat tangkap yang terbanyak selama periode 2002–2006 adalah alat tangkap gillnet, kurang lebih sebayak 45% dari jumlah alat tangkap yang terdaftar di Dinas
60
Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu (Tabel 2). Setelah gillnet alat tangkap yang terbanyak adalah pukat kantong sebanyak 25% dari jumlah alat tangkap yang terdaftar. Akan tetapi tidak ada penjelasan mengenai pukat kantong yang dimaksud mencakup payang, dogol, atau mini trawl. Tabel 2 Perkembangan jumlah alat penangkap ikan di Indramayu tahun 2006 No 1 2 3 4 5 6 7
Alat tangkap Pukat kantong Pukat pantai Purse seine Gillnet Jaring klitik Pancing Sero Jumlah
2002 1190 318 91 2317 722 313 237 5188
Jumlah Alat Tangkap 2003 2004 2005 1486 1486 1486 288 288 288 156 156 156 2390 2390 2390 870 870 870 332 332 332 80 80 80 5602 5602 5602
2002 –
2006 1458 288 156 2709 870 426 80 5987
(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2002 – 2006)
Perkembangan jumlah armada penangkapan di Indramayu selama periode 2002–2006 mengalami peningkatan (Tabel 3). Sebagian besar kapal penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan Indramayu adalah perahu motor tempel, kurang lebih sebanyak 93% dari jumlah kapal yang terdaftar. Perahu-perahu tersebut berbahan dasar kayu berukuran 5 GT dengan mesin motor tempel 20 PK, berbahan bakar solar yang dicampur minyak tanah sebagai tenaga penggeraknya. Dan sebagian kecil lainnya kapal berukuran 15 – 30 GT dengan menggunakan mesin inboard. Perkembangan armada penangkapan tersebut berpengaruh pula terhadap tenaga kerja yang terserap dalam kegiatan perikanan laut.
61
Tabel 3 Perkembangan jumlah armada penangkapan di Indramayu tahun 2002– 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Jenis Kapal Penangkap Ikan Motor Tempel Kapal Motor 3878 285 4143 320 4143 320 4124 374 5634 285
Jumlah 4163 4463 4463 4498 5919
(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2002 – 2006)
Nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang memegang peranan penting. Kemampuan nelayan dalam menggunakan dan mengoperasikan alat tangkap sangat berpengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapa ikan. Terdapat kenaikan jumlah nelayan khususnya nelayan buruh dari tahun 2002 sampai 2006, akan tetapi untuk nelayan pemilik cenderung tetap mulai dari tahun 2003 sampai 2006 (Tabel 4). Dengan perbandingan antara nelayan pemilik dengan nelayan buruh yaitu 1 : 7. Dalam satu buah armada penangkapan ikan yang menggunakan perahu motor tempel 5 GT umumnya terdapat 4-5 orang nelayan. Untuk kapal motor ukuran 30 GT umumnya terdapat 11-12 orang nelayan. Tiap-tiap nelayan tersebut mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing dalam suatu operasi penangkapan ikan. Tabel 4 Perkembangan jumlah nelayan di Indramayu tahun 2002 – 2006 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006
Status Nelayan Pemilik Buruh 4084 28452 4271 30155 4271 30411 4271 30411 4271 30559
(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2002 – 2006)
Jumlah 32536 34426 34682 34682 34830
62
4.2.2 Volume dan nilai produksi Produksi perikanan tangkap dihitung berdasarkan jumlah ikan yang didaratkan. Usaha penangkapan ikan di Kabupaten Indramayu tersebar di 13 PPI dan 1 PPP. Produksi perikanan tangkap di Indramayu pada enam tahun terakhir yaitu 2002 – 2007 cenderung meningkat pada setiap tahunnya (Tabel 5). Tabel 5 Perkembangan volume dan nilai produksi di Indramayu tahun 20022007 Tahun 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Produksi (Ton) 59584,08 59242,50 66789,40 67359,10 72301,10 80685,00
Nilai Produksi Rp 520.866.439.000 Rp 404.479.407.500 Rp 376.034.710.000 Rp 706.105.400.000 Rp 835.792.200.000 Rp 973.689.900.000
Harga rata-rata per kg Rp 8.742 Rp 6.828 Rp 5.630 Rp 10.483 Rp 11.560 Rp 12.068
(Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2002 – 2007)
Komposisi hasil tangkapan jaring millenium dan jaring rampus pada bulan Oktober 2007 - Pebruari 2008 di dominasi oleh ikan-ikan demersal. Akan tetapi untuk volume produksinya, ikan tongkol menjadi hasil tangkapan dengan volume produksi terbesar baik oleh jaring millenium maupun jaring rampus. Dilihat dari jenis ikan yang tertangkap, maka hasil tangkapan jaring millenium lebih beragam dibandingkan dengan hasil tangkapan jaring rampus. Namun estimasi harga per kg ikan hasil tangkapan jaring rampus relatif lebih tinggi dibandingkan harga per kg ikan hasil tangkapan jaring millenium (Tabel 6).
63
Tabel 6 Volume dan nilai produksi di PPI Karangsong Indramayu berdasarkan jenis ikan pada bulan Oktober 2007- Pebruari 2008 menurut catatan KUD Mina Sumitra Indramayu A. Oktober 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis ikan
Oktober 2007 Jaring Millenium Jaring Rampus kg Rp Rp/kg kg Rp Rp/kg
Tenggiri
30236
498.894.000
16500
24456
440.208.000
18000
Bawal hitam
15874
238.110.000
15000
16760
293.300.000
17500
211391
889.522.400
4208
196450
1.669.825.000
8500
Klayaran
8995
40.477.500
4500
6543
32.715.000
5000
Alamkao
12868
77.208.000
6000
0
0
0
Manyung
12665
88.655.000
7000
80839
687.131.500
8500
Remang
38715
367.792.500
9500
30859
339.449.000
11000
Cucut
15942
119.565.000
7500
10525
78.937.500
7500
Pari
10510
31.530.000
3000
0
0
0
6585
118.530.000
18000
0
0
0
Blidah
12665
75.990.000
6000
0
0
0
Kakap Merah
12750
216.750.000
17000
9885
197.700.000
20000
8795
70.360.000
8000
0
0
0
19108
53.502.400
2800
9908
24.770.000
2500
417099
2.886.886.800
386225
3.764.036.000
Tongkol
Kakap Putih
Krempul Ikan Campur
Jumlah B. Nopember 2007 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis ikan
Nopember 2007 Jaring Millenium Jaring Rampus kg Rp Rp/kg kg Rp Rp/kg
Tenggiri
39650
654.225.000
16500
34281
617.058.000
18000
Bawal hitam
24130
361.950.000
15000
20790
363.825.000
17500
Tongkol
150152
879.979.200
5860,6
139165
1.182.902.500
8500
Klayaran
7141
32.134.500
4500
5167
25.835.000
5000
Alamkao
8995
53.970.000
6000
0
0
0
Manyung
65335
457.345.000
7000
40984
348.364.000
8500
Remang
109452
1.039.794.000
9500
69493
764.423.000
11000
16652
124.890.000
7500
14001
105.007.500
7500
Pari
6754
20.262.000
3000
0
0
0
Kakap Putih
1251
22.518.000
18000
0
0
0
Blidah
8105
48.630.000
6000
0
0
0
24924
423.708.000
17000
15934
318.680.000
20000
4933
39.464.000
8000
0
0
0
14115
39.522.000
2800
10114
25.285.000
2500
481589
4.198.391.700
349929
3.751.380.000
Cucut
Kakap Merah Krempul Ikan Campur
Jumlah
64
C. Desember 2007
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis ikan
Desember 2007 Jaring Millenium Jaring Rampus kg Rp Rp/kg kg Rp Rp/kg
Tenggiri
66465
1.329.300.000
20000
59956
1.259.076.000
21000
Bawal hitam
23521
352.818.000
15000,1
20092
401.840.000
20000
Tongkol
314455
1.650.416.950
5248,5
210351
1.156.930.500
5500
Klayaran
8552
29.932.000
3500
7350
44.100.000
6000
Alamkao
13353
53.412.000
4000
0
0
0
Manyung
94456
519.508.000
5500
68859
516.442.500
7500
Remang
90850
590.525.000
6500
60184
481.472.000
8000
Cucut
29133
203.931.000
7000
29932
209.524.000
7000
Pari
9855
34.492.500
3500
0
0
0
Kakap Putih
1125
14.625.000
13000
0
0
0
Blidah
8150
36.675.000
4500
0
0
0
Kakap Merah
26125
457.187.500
17500
30584
672.848.000
22000
Krempul
12862
90.034.000
7000
0
0
0
Ikan Campur
13043
41.737.600
3200
11924
35.772.000
3000
711945
5.404.591.550
499232
4.778.005.000
Jumlah D. Januari 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis ikan
Januari 2008 Jaring Millenium Jaring Rampus kg Rp Rp/kg kg Rp Rp/kg
Tenggiri
38612
965.300.000
25000
29542
768.092.000
26000
Bawal hitam
14650
293.000.000
20000
14872
327.184.000
22000
Tongkol
123888
784.060.800
6328.8
126215
1.009.720.000
8000
Klayaran
3705
20.377.500
5500
3785
24.602.500
6500
Alamkao
8373
41.865.000
5000
0
0
0
Manyung
54536
463.556.000
8500
53812
457.402.000
8500
Remang
75324
979.212.000
13000
58104
784.404.000
13500
Cucut
26677
186.739.000
7000
19445
145.837.500
7500
Pari
3555
15.997.500
4500
0
0
0
Kakap Putih
1022
25.550.000
25000
0
0
0
Blidah Kakap Merah Krempul Ikan Campur
Jumlah
8750
61.250.000
7000
0
0
0
19381
387.620.000
20000
15846
348.612.000
22000
7637
53.459.000
7000
0
0
0
10524
33.676.800
3200
8214
28.749.000
3500
396634
4.311.663.600
329835
3.894.603.000
65
E. Pebruari 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Jenis ikan
Pebruari 2008 Jaring Millenium Jaring Rampus kg Rp Rp/kg kg Rp Rp/kg
Tenggiri
40655
1.016.375.000
25000
34566
898.716.000
26000
Bawal hitam
22985
459.700.000
20000
14592
321.024.000
22000
Tongkol
285544
2.188.296.900
7664
203305
2.033.050.000
10000
Klayaran
7054
38.797.000
5500
5081
33.026.500
6500
Alamkao
10389
51.915.000
4997
0
0
0
Manyung
119455
1.015.367.500
8500
85036
722.806.000
8500
Remang
87894
1.142.622.000
13000
87894
1.186.569.000
13500
Cucut
35087
245.609.000
7000
28416
213.120.000
7500
Pari
6552
29.484.000
4500
0
0
0
Kakap Putih
1084
27.100.000
25000
0
0
0
Blidah Kakap Merah Krempul Ikan Campur
Jumlah
6340
44.380.000
7000
0
0
0
38748
774.960.000
20000
24816
545.952.000
22000
7182
50.274.000
7000
0
0
0
10257
32.822.400
3200
9114
31.899.000
3500
679226
7.117.732.800
492820
5.986.162.500
Volume produksi jaring millenium dan jaring rampus pada bulan Oktober 2007 - Pebruari 2008 terjadi fluktuasi, dimana volume produksi tertinggi terjadi pada bulan Desember 2007 dan volume produksi terendah terjadi pada bulan Januari 2008. Volume produksi dari jaring millenium cenderung lebih besar dibandingkan dengan jaring rampus (Tabel 7). Tabel 7 Volume dan nilai produksi di PPI Karangsong Indramayu berdasarkan alat tangkap jaring millenium dan jaring rampus menurut catatan KUD Mina Sumitra Indramayu
Bulan Oktober 2007 Nopember 2007 Desember 2007 Januari 2007 Pebruari 2008
Jaring Millenium kg Rp 417.099 2.886.886.800 481.589 4.198.391.700 711.945 5.404.591.550 396.634 4.311.663.600 679.226 7.117.732.800
Jaring Rampus kg Rp 386.225 3.764.036.000 349.929 3.751.380.000 499.232 4.778.005.000 329.835 3.894.603.000 492.820 5.986.162.500
66
Sistem pemasaran yang dilakukan di pasar grosir (TPI) Indramayu pelaksanaanya diatur melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat yang baru yaitu Peraturan Daerah Nomor: 10 dan 11 Tahun 1998. Kebijaksanaan yang diterapkan sudah cukup baik karena sudah memperhatikan nasib para nelayan. Persentase yang diambil sesuai dengan Perda No. 11 Tahun 1998 dimana pembagian persentasenya adalah sebagai berikut: 1) Bakul dipungut sebesar 3% 2) Nelayan dipungut 2%, sebelumnya nelayan dipungut 5% (Perda no. 15/1984) 4.2.3 Komoditas ekspor Produksi hasil laut memiliki peranan yang cukup besar bagi pemasukan devisa negara dari sektor non migas. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi hasil tangkapan berbagai jenis ikan komoditas ekspor. Adapun yang menjadi komoditas ekspor perikanan laut Indramayu adalah kakap merah (Lutjanus sp), bawal putih (Pampus argentus), udang jerbung (Penaeus merguiensis), teri nasi (Stolepherus sp) dan cumi-cumi (loligo sp). 4.2.4 Prasarana pendukung Kegiatan usaha penangkapan ikan di laut memerlukan adanya prasarana dalam bentuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang berfungsi sebagai tempat berlabuhnya kapal penangkap ikan, tempat mendaratkan hasil tangkapan, tempat mengisi perbekalan, pusat pemasaran dan distribusi ikan, pusat pengembangan masyarakat nelayan, pusat pembinaan mutu hasil tangkapan, serta pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan. Fasilitas yang harus tersedia dari prasarana perikanan tangkap tujuannya adalah dalam rangka pelayanan terhadap aktivitas nelayan terangkum dalam tiga kelompok, yaitu fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas tambahan. Fasilitas pokok terdiri dari penahan gelombang (break water), dermaga / jetty, kolam pelabuhan, alur pelayaran, monumen pelabuhan, jalan dan drainase. Fasilitas fungsional terdiri dari tempat pelelangan ikan, pasar ikan, tempat
67
pengolah ikan, instalasi air bersih, instalasi listrik dan telkom, balai pertemuan nelayan, kantor KUD, Syahbandar, bengkel dll. Sedangkan fasilitas tambahan terdiri dari toko bahan alat perikanan, poliklinik, perumahan nelayan dan tempat ibadah, tempat penginapan, dll. Menurut Lubis (2005) diacu dalam Rachmawati (2008) bahwa berdasarkan keberadaan 24 jenis fasilitas atau merupakan jumlah terlengkap pada pelabuhan perikanan Pulau Jawa, telah diperoleh kelompok fasilitas-fasiltas pelabuhan perikanan yang bersifat mutlak/vital, penting dan pelengkap. •
Terdapat 9 unsur yang termasuk dalam kategori fasilitas pelabuhan perikanan yang mutlak diperlukan atau vital, yakni : 1. Dermaga pendaratan ikan dan muat, 2. Kolam pelabuhan, 3. Sistem rambu-rambu yang mengatur keluar masuknya kapal, 4. Tempat pelelangan ikan, 5. Pabrik es, 6. Tangki dan instalasi air, 7. Tempat penyediaan bahan bakar, 8. Bengkel reparasi kapal, 9. Kantor administasi. Dengan kata lain kesembilan fasilitas tersebut mutlak adanya pada awal pembangunan pelabuhan perikanan.
•
Kategori fasilitas penting adalah fasilitas yang jelas diperlukan agar PP dan PPI dapat berfungsi dengan baik, namun realisasinya dapat ditunda. Fasilitas penting itu adalah: 1. Generator listrik, 2. Kantor kepala pelabuhan, 3. Tempat parkir, 4. Pos penghubung radio (SSB), 5. Ruang pengepakan.
•
Sedangkan fasilitas pelengkap adalah fasilitas yang diperlukan agar pelabuhan perikanan dapat berfungsi dengan ikan, tetapi pengadaannya baru pada pengembangan pelabuhan tahap ketiga. Fasilitas pelengkap ini meliputi: a) Dermaga muat terpisah, b) Slipway, c) Ruang pertemuan, d) Kamar kecil, e) Pos penjagaan, f) Balai pertemuan nelayan, g) Rumah dinas, h) Musholla, i) Mobil dinas, j) Motor dinas.
68
5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1
Unit penangkapan ikan
1) Alat tangkap gillnet millenium Unit penangkapan gillnet millenium merupakan modifikasi dari jaring insang pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari konstruksi alat tangkap yang mengalami perkembangan pada bahan jaring dengan bahan Polyamide monofilament dengan serat pilinan 8–12 ply. Konstruksi dan desain alat tangkap gillnet millenium yang dioperasikan di Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Bagian-bagian pada gillnet millenium terdiri atas badan jaring, pelampung, dan pemberat. Badan jaring merupakan bagian yang berfungsi untuk menghadang ikan secara vertikal. Bahan yang digunakan adalah Polyamide monofilament pintal 10 ply berwarna putih transparan dengan ukuran jaring satu piece yaitu 75 x 10 meter. Dengan jumlah mata jaring arah datar 1230 mata dan mata jaring arah tegak 90 mata. Nelayan menggunakan bahan Polyamide monofilament karena bahan ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya memiliki serat pilinan 8–12 ply sehingga memungkinkan ikan – ikan kecil dapat terjerat dalam serat pilinan dan menjadi umpan untuk ikan yang berukuran besar. Sebagai bahan sintetis bahan ini relatif tahan lebih lama terhadap pembusukan atau pelapukan dan tidak berpengaruh terhadap lamanya perendaman dalam perairan. Selain itu bahan ini tidak menyerap air sehingga lebih ringan dalam proses penarikan jaring. Pelampung jaring yang digunakan terbuat dari bahan Polyurethane. Jarak antar pelampung 300 cm dan jumlah pelampung 25 buah dalam satu piece. Untuk pelampung umbul yang digunakan terbuat dari bahan plastik atau styrofoam. Jarak antar pelampung 25 meter dengan jumlah dalam satu piece 3 buah. Dan untuk pelampung tanda digunakan bahan Polyurethane yang diikatkan pada sebuah tongkat kayu dengan panjang 3 meter yang telah diberi tanda berupa bendera atau lampu. Pemberat yang digunakan terbuat dari semen cor berbentuk lingkaran pipih dengan diameter 15 cm tebal 2 cm dan berat 400 gram. Pemberat dipasang dengan jarak 9 meter.
69
Gambar 3 Konstruksi alat tangkap gillnet millenium.
Gambar 4 Desain alat tangkap gillnet millenium.
70
Spesifikasi alat tangkap gillnet millenium yang dioperasikan di Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat disajikan pada Tabel 8. Bentuk dan pelampung dapat dilihat pada Lampiran 3. Tabel 8 Komponen alat tangkap gillnet millenium No
Nama bagian jaring
Bahan dan bentuk
1
Badan jaring /webbing
Jaring PA monofilament Mesh size 4 inch serat pilinan (10 ply)
2
Pelampung jaring
Polyurethane,elips agak silinder tipe Y8
3
Pelampung umbul
Plastik, silinder tipe botol
Ukuran Nomor benang : D.15 Panjang : 75 m Tinggi : 10 m Panjang : 139 mm Diameter : 38 mm Tinggi : 25 cm Diameter : 10 cm
4
Pelampung tanda
Polyurethane, kubus
5
Pemberat
Semen cor, lingkaran pipih
Tebal :40 cm Panjang :50 cm Lebar :50 cm Diameter : 150 mm Tebal : 20 mm
6
Tali ris atas
Tambang PE multifilament
Panjang : 80 m Diameter : 6 mm
7
Tali pelampung
Tambang PE multifilament
Panjang :80 m Diameter : 6 mm
8
Pengikat ris (kitengan)
Benang
Nomor benang : D.20
9
Tali selambar belakang
Tambang PE multifilament
Panjang : 30 m Diameter : 12 mm
71
2) Kapal gillnet millenium Kegiatan perikanan gillnet millenium di Karangsong dilakukan nelayan dengan 3 jenis kapal, yaitu perahu motor tempel berukuran 5 GT, kapal motor 15 GT, dan kapal motor 30 GT. Spesifikasi dari kapal gillnet millenium disajikan pada Tabel 9. Kapal yang digunakan dalam penelitian ialah kapal motor ukuran 15 GT (Gambar 4b). Kapal ini menggunakan mesin merk Mitsubishi 120 PS dengan bahan bakar solar. Kapal ini membutuhkan 80 - 200 liter solar dalam setiap tripnya. Kapal yang digunakan mempunyai ukuran panjang 12 - 15 m, lebar 2,5 2,8 m, dalam 1,5 - 1,8 m. Dalam satu trip operasi penangkapan dapat berlangsung antara satu sampai tiga hari, bergantung kepada jumlah tangkapan yang diperoleh dan banyaknya perbekalan yang dibawa. Daerah penangkapan ikan nelayan gillnet millenium berbeda berdasarkan ukuran kapal (Tabel 9). Kapal ukuran 5 GT dan 15 GT beroperasi di daerah perairan sekitar Indramayu, Ciasem dan Cirebon dengan kedalaman antara 12-30 meter. Jarak tempuh dari fishing base ke fishing ground antara 4 - 6 mil. Dengan lokasi penangkapan, yaitu di sekitar Pulau Biawak, Pulau Dua dan sekitar pengeboran minyak lepas pantai Pertamina Balongan. Untuk kapal yang berukuran 30 GT daerah penangkapannya yaitu perairan sekitar Laut Jawa, perairan Sumatera, perairan Kalimantan, dan Selat Karimata. Selama mengikuti trip dalam penelitian ini, nelayan mengoperasikan alat tangkap gillnet millenium di sekitar posisi 06º.22’ Lintang Selatan dan 108°.28’ Bujur Timur. Yaitu posisi disekitar pengeboran minyak lepas pantai Pertamina Balongan.
31
Tabel 9 Kapal yang beroperasi di Karangsong Indramayu No
Jenis
Ukuran Panjang : 6,5-7m Lebar : 2,7 m Dalam : 1,05m
GT
Mesin
1
Perahu motor temple
2
Kapal motor
Panjang : 12-15 m Lebar : 2,5-2,8 m Dalam : 1,5-1.8m
15
Mitsubishi PS 120
3
Kapal motor
Panjang : 15-19m Lebar : 5-5,6 m Dalam : 1,8-2,28m
28-30
Mitsubishi PS 120
5
Yanmar/Kubota/ Jiang dong 20-30 PK
Trip (hari)
Kebutuhan BBM
Daerah penanagkapan
30 - 60 liter
Perairan Indramayu, Cirebon, Ciasem
1-3
80 - 200 liter
Perairan Indramayu, Cirebon, Ciasem
±30
3500 - 4000 liter
Perairan Laut Jawa, Sumatera, Kalimantan
1-2
32
33
A)
B)
C)
Gambar 4 Armada penangkapan gillnet millenium di Karangsong Indramayu A)Perahu motor tempel 5 GT, B) Kapal motor 15 GT, C) Kapal motor 30 GT
34
3) Nelayan gillnet millenium Berdasarkan status kepemilikannya terhadap alat tangkap, nelayan di Indramayu dibedakan menjadi tiga kelompok : •
Juragan darat yaitu orang yang memiliki perahu serta alat penangkapan ikan tetapi tidak ikut dalam operasi penangkapan di laut dan hanya menerima bagi hasil tangkapan yang diusahakan oleh orang lain.
•
Juragan darat laut yaitu orang yang memiliki perahu dan alat penangkapan serta ikut dalam operasi penangkapan ikan di laut. Umumnya berposisi sebagai juru mudi kapal.
•
Buruh adalah orang yang tidak memiliki unit penangkapan dan hanya berfungsi sebagai anak buah kapal. Dalam operasi penangkapan gillnet millenium biasanya dioperasikan oleh
4-5 orang nelayan untuk kapal yang berukuran 5 dan 15 GT, dan 11-12 orang nelayan untuk kapal berukuran 30 GT. Setiap nelayan tersebut mempunyai tugasnya masing-masing yaitu sebagai juru mudi, juru mesin, anak buah kapal (ABK), dan juru masak (Tabel 10). Dari waktu yang tercurah untuk bekerja sebagai nelayan, umumnya nelayan di Indramayu adalah nelayan penuh/tetap. Tabel 10 Tugas nelayan yang terlibat mengoperasikan gillnet millenium No
Jabatan
Peranan •
1
Juru mudi
2
Juru mesin
• • •
3
ABK
4
Juru masak
Mencari daerah penangkapan ikan (fishing ground) yang tepat. Mengemudikan kapal dari fishing base menuju fishing ground dan sebaliknya. Bertanggung jawab atas kondisi mesin.
•
Proses penurunan jaring (setting) dan penarikan jaring (hauling) Memperbaiki alat tangkap yang rusak.
•
Bertanggung jawab mengenai konsumsi bagi awak kapal
35
Gambar 5 Nelayan sedang memperbaiki jaring. Alat bantu yang digunakan pada kapal gillnet millenium 5 GT dan 30 GT adalah line hauler (Gambar 6a dan 6b) yang berfungsi dalam proses penarikan jaring. Dan dayung/bual (Gambar 6c) pada kapal 15 GT yang berfungsi sebagai penyeimbang kapal. Alat ini dimaksudkan supaya kapal tidak oleng pada saat diam atau pada saat menunggu proses penarikan jaring (hauling).
A)
B)
C) Gambar 6
Alat bantu penangkapan gillnet millenium A) line hauler manual, B) line hauler mesin, C) dayung/ bual.
36
5.1.2 Metode pengoperasian alat tangkap Gillnet
millenium
umumnya
dioperasikan
pada
malam
hari.
Pengoperasiannya dibagi dalam empat tahap yaitu: penentuan fishing ground, pemasangan jaring (setting), penarikan jaring (hauling), dan penyortiran serta pemindahan hasil tangkapan ke dalam palka. Sebelum berangkat menangkap ikan nelayan mengawali dengan mempersiapkan perbekalan, mengecek kondisi mesin kapal, dan menyusun jaring untuk mempermudah dalam penebaran jaring di laut. Kapal gillnet millenium ukuran 15 GT berangkat dari fishing base menuju fishing ground pada pukul 14.30 WIB. Tahap awal dalam pengoperasian gillnet millenium adalah penentuan fishing ground, yaitu berdasarkan pada pengalaman dan keahlian nelayan. Waktu yang diperlukan dari fishing base menuju ke fishing ground 2 - 3 jam dengan jarak tempuh antara 4 - 6 mil. Setelah sampai di fishing ground sekitar pukul 17.00 WIB nelayan mulai bersiap di haluan kapal untuk proses setting (penawuran jaring) dimulai dengan menurunkan pelampung tanda yang diikatkan pada ujung tali selambar ke laut (Gambar 7a). Kemudian secara perlahan kapal bergerak mundur dan jaring pun mulai diturunkan pada sebelah kanan haluan kapal oleh tiga orang nelayan. Dimulai dengan pelemparan pemberat atau badan jaring bagian bawah dahulu kemudian pelemparan pelampung umbul. Pelemparan pemberat dan pelampung harus dilakukan dengan tepat agar jaring tidak terbelit sehingga dapat terentang di perairan. Panjang jaring yang digunakan yaitu sebanyak 30 piece. Proses setting ini berlangsung selama ± 30 menit. Dalam proses setting yang diikuti selama penelitian, jaring dipasang pada posisi permukaan (surface gillnet). Jaring dan kapal dibiarkan hanyut mengikuti arus perairan (drift gillnet) dan didiamkan selama ± 6 jam untuk menunggu proses hauling (penarikan jaring). Setting dapat dilakukan sebanyak 1-2 kali setiap malamnya tergantung hasil tangkapan yang diperoleh.
37
Hauling (penarikan jaring) dilakukan setelah perendaman jaring (soaking) selama ± 6 jam sekitar pukul 23.00 WIB. Pada penarikan jaring kapal bergerak maju perlahan. Kemudian tiga orang nelayan mulai menarik jaring di haluan kanan kapal dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu penarik. Masingmasing menarik bagian atas jaring, tengah jaring, dan bagian bawah jaring (Gambar 7b). Penarikan dimulai dari bagian jaring yang diturunkan paling akhir atau pada bagian jaring yang dekat dengan kapal. Apabila pada saat penarikan terdapat ikan yang terjerat maka nelayan langsung melepaskan ikan tersebut dari jeratan jaring dan meletakkannya pada bagian samping kapal, setelah itu melanjutkan penarikan jaring kembali. Waktu yang dibutuhkan untuk sekali penarikan jaring (hauling) berkisar antara 1,5 - 2 jam. Bergantung kepada banyaknya ikan yang tertangkap dan sampah-sampah yang tersangkut pada jaring. Tahap terakhir adalah penyortiran dan pemindahan ikan-ikan hasil tangkapan ke dalam palka (Gambar 8). Untuk ikan hasil tangkapan utama ditempatkan dalam palka yang kedap udara dengan pemberian es yang cukup guna mempertahankan mutu ikan. Dan untuk ikan hasil tangkapan sampingan pemberian es sekadarnya saja. Ikan hasil tangkapan sampingan tetap dikumpulkan untuk dijual dan sebagian lagi untuk dikonsumsi.
38
(A)
(B) Gambar 7 Proses penangkapan ikan A) Tahap setting, B) Tahap hauling
Gambar 8 Tahap penempatan ikan dalam palka dan pemberian es.
39
5.1.3 Hasil tangkapan gillnet millenium 1) Komposisi hasil tangkapan Dalam penelitian ini telah dilakukan sebanyak 8 kali setting dan hauling dalam 3 trip dimulai dari tanggal 8 - 13 Maret 2008 di Karangsong, Kabupaten Indramayu. Hasil identifikasi ikan hasil tangkapan gillnet millenium diperoleh sebanyak 18 spesies yang terbagi menjadi dua kelompok organisme yaitu ikan sebanyak 16 spesies dan krustasea sebanyak 2 spesies (Tabel 12). Total hasil tangkapan selama mengikuti trip yaitu sebanyak 144 ekor dengan berat total sebanyak 185,01 kg. Rincian hasil tangkapan dari setiap setting disajikan pada Lampiran 4. Tabel 12 Komposisi hasil tangkapan total gillnet millenium dengan kapal ukuran 15 GT tanggal 8-13 Maret 2008. No
Spesies
Jumlah (ekor)
Berat (kg)
1
Tenggiri (Scomberomorus commersoni)
59
144,44
2
Golok-golok ( Chirocentrus dorab)
38
20,06
3
Pepetek (Leiognathus sp)
8
0,91
4
Kembung (Rastrelliger sp)
7
0,59
5
Tetengkek (Megalaspis cordyla)
7
1,29
6
Manyung (Arius thalassinus)
4
5,22
7
Bagas
3
0,31
8
Bawal hitam (Formio niger)
3
1,26
9
Cendro (Tylosurus sp)
3
8,00
10
Bambangan (Lutjanus sp)
2
1,20
11
Angris
1
0,17
12
Gerot-gerot (Therapon theraps)
1
0,50
13
Layur (Trichiurus sp)
1
0,33
14
Selar (Selaroides leptolepis)
1
0,08
15
Tembang (Sardinella fimbriata)
1
0,03
16
Tunul (Hemirhamphus far)
1
0,05
17
Kepiting (Scylla serrata)
2
0,35
18
Udang kipas (Scylaroides squamasus)
2
0,22
Jumlah
144
185,01
40
Gambar 9 Komposisi total hasil tangkapan berdasarkan jumlah (ekor) tanggal 8-13 Maret 2008.
Gambar 10 Komposisi total hasil tangkapan berdasarkan bobot (kg) tanggal 8-13 Maret 2008.
41
Hasil tangkapan gillnet millenium selama penelitian terdiri dari
ikan
tenggiri (Scomberomorus commersoni) sebagai hasil tangkapan sasaran utama sebanyak 59 ekor atau 41% dari jumlah total hasil tangkapan, diikuti golok-golok 38 ekor (26%), pepetek 8 ekor (6%), kembung 7 ekor (5%), tetengek 7 ekor (5%), manyung 4 ekor (3%), dan ikan campur sebanyak 21 ekor (14%). Apabila ditinjau dari bobot ikan hasil tangkapan, dimana ikan tenggiri sebesar 144,44 kg (78%), golok-golok 20,06 kg (11%), cendro 8,00 kg (4%), manyung 5,22 kg (3%), dan ikan campur 7,29 kg (4%) (Gambar 9 dan Gambar 10). Untuk foto hasil tangkapan dapat dilihat pada Lampiran 5. 2) Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan Hasil tangkapan total gillnet millenium selama penelitian didominasi oleh hasil tangkapan sampingan yaitu sebesar 59%, dan proporsi hasil tangkapan sasaran utama yaitu tengggiri (Scomberomorus commersoni) adalah 41%. Tetapi apabila ditinjau dari bobot ikan, hasil tangkapan utama secara umum mendominasi sebesar 78% (Gambar 11).
Gambar 11 Proporsi hasil tangkapan utama dan sampingan.
42
3) Proporsi ikan layak tangkap Dari 18 spesies yang tertangkap terdapat lima spesies yang memiliki ukuran tubuh lebih besar dari 50 cm. Kelima jenis itu adalah tenggiri, golok-golok, manyung, cendro, dan layur (Tabel 13). Tabel 13 Komposisi ukuran panjang hasil tangkapan No
Spesies
Jumlah (ekor)
1
Tenggiri (Scomberomorus commersoni)
59
2
Golok-golok (Chirocentrus dorab)
38
3
Pepetek (Leiognathus sp)
8
4
Kembung (Rastrelliger sp)
7
5
Tetengkek (Megalaspis cordyla)
7
6
Manyung (Arius thalassinus)
4
7
Bagas
3
8
Bawal hitam (Formio niger)
3
9
Cendro (Tylosurus sp)
3
10
Bambangan (Lutjanus sp)
2
11
Angris
1
12
Gerot-gerot (Therapon theraps)
1
13
Layur (Trichiurus sp)
1
14
Selar (Selaroides leptolepis)
1
15
Tembang (Sardinella fimbriata)
1
16
Tunul (Hemirhamphus far)
1
17
Kepiting (Scylla serrata)
2
18
Udang kipas (Scylaroides squamasus)
2
Jumlah
144
Panjang (cm) 45-90 28-62 14-16 16-21 15-25 30-75 15-19 19-27 103-110 29-31 18 28 70 16 11 20 8-14 15
43
Ukuran panjang cagak ikan tenggiri yang diperoleh selama penelitian berkisar dari 37 - 90 cm (Gambar 12). Ikan-ikan yang tertangkap masih terdapat ikan muda yang masih dalam tahap juvenile atau immature. Proporsi hasil tangkapan tenggiri yang layak tangkap adalah 61%.
Tenggiri 30
26
Tidak layak tangkap 23 ekor
25 20 Jumlah
Lm
15
Ikan layak tangkap 36 ekor
12 8
10 5 0
7 4
2
0 28-36
37-45
46-54
55-63
64-72
73-81
82-90
Panjang cagak (cm)
Keterangan: Lm= length at first maturity tenggiri 65 cm Gambar 12 Distribusi panjang ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) yang tertangkap pada tanggal 8-13 Maret 2008. Data sebaran frekuensi panjang cagak hasil tangkapan sampingan meliputi empat jenis ikan yang dominan tertangkap, yaitu golok-golok (Chirocentrus dorab), pepetek (Leiognathus sp), kembung (Rastrelliger sp), dan tetengkek (Megalaspis cordyla). Komposisi ukuran hasil tangkapan sampingan sebanyak empat spesies ukuran panjangnya disajikan pada Gambar 13. Sedangkan 13 spesies lainnya tidak dapat ditunjukkan dalam gambar karena hanya 1 - 4 ekor saja.
44
Jumlah
Lm Ikan tidak layak tangkap 7 ekor
Ikan layak tangkap 31 ekor
Panjang cagak (cm) Keterangan: Lm= length at first maturity golok-golok 42 cm Gambar 13 (a) Distribusi panjang ikan golok-golok (Chirocentrus dorab) yang tertangkap pada tanggal 8-13 Maret 2008.
Lm Ikan layak tangkap 8 ekor
Keterangan: Lm= length at first maturity pepetek 8.35 cm Gambar 13 (b) Distribusi panjang ikan pepetek (Leiognathus sp) yang tertangkap pada tanggal 8-13 Maret 2008.
45
Kembung 7 6
Jumlah
5
Lm Tidak layak tangkap 6 ekor
6
Ikan layak tangkap 1 ekor
4 3 2 1
1 0
0
0
0
22-23
24-25
0 14-15
16-17
18-19
20-21
Panjang cagak (cm)
Keterangan: Lm= length at first maturity kembung 18 cm Gambar 13 (c) Distribusi panjang ikan kembung (Rastrelliger sp) yang tertangkap pada tanggal 8-13 Maret 2008.
Lm
Jumlah
Ikan tidak layak tangkap 2 ekor
Panjang cagak (cm)
Keterangan: Lm= length at first maturity tetengkek 22 cm Gambar 13 (d) Distribusi panjang ikan tetengkek (Megalaspis cordyla) yang tertangkap pada tanggal 8-13 Maret 2008.
46
Untuk ikan yang tidak ditunjukkan dalam gambar terdiri dari ikan manyung sebanyak 4 ekor dengan panjang cagak 30 cm, 30 cm, 47 cm, dan 75 cm, ikan bagas sebanyak 3 ekor dengan panjang cagak 15 cm, 16 cm, dan 19 cm, ikan bawal hitam sebanyak 3 ekor dengan panjang cagak 27 cm, 19 cm, dan 27 cm, ikan cendro sebanyak 3 ekor dengan panjang cagak 103 cm, 105 cm, dan 110 cm, ikan mangas 2 ekor dengan panjang cagak 29 dan 31 cm. Kepiting sebanyak 2 ekor dengan panjang karapas 14 dan 8 cm, udang kipas 2 ekor dengan panjang masing masing 15 cm. Sisanya masing-masing satu ekor yaitu angris 18 cm, layur 70 cm, selar 16 cm, gerot-gerot 28 cm, tembang 11 cm dan tunul 20 cm. Panjang ikan golok-golok (Chirocentrus dorab) yang tertangkap berkisar dari 28-63 cm dan proporsi hasil tangkapan ikan golok-golok yang layak tangkap adalah 81%. Ukuran panjang ikan kembung (Rastrelliger sp) yang diperoleh berkisar dari 16-21 cm, dan proporsi hasil tangkapan ikan kembung yang layak tanggkap 14%. Untuk ikan pepetek (Leiognathus sp) panjang ikan yang tertangkap berkisar dari 14-17 cm, proporsi ikan pepetek yang layak tangkap adalah 100%. Dan ukuran panjang ikan tetengkek (Megalaspis cordyla) yang diperoleh berkisar dari 14-25 cm, dan proporsi ikan tetengkek yang layak tangkap 71%. 4) Pemanfaatan ikan hasil tangkapan Hasil tangkapan yang diperoleh nelayan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Dengan banyaknya hasil tangkapan sampingan dibandingkan dengan hasil tangkapan utama. Proporsi HTSU selama penelitian mencapai 78% (kg) atau 40,9% (ekor). Seluruh dari HTSU tersebut dimanfaatkan, dan sebagian besar hasil tangkapan sampingan yang diperoleh dimanfaatkan oleh nelayan, yaitu sebesar 99,8% dari segi bobot dan 98,8% dari segi jumlah ekor (Gambar 14). Sebagian kecil lainnya 0,2% dan 1,2% dibuang kembali ke laut, yaitu seekor kepiting karena ukurannya yang masih kecil. Hasil tangkapan utama yang diperoleh seluruhnya dimanfaatkan nelayan dengan dijual, sedangkan hasil tangkapan sampingan sebagian besar dimanfaatkan nelayan dengan dijual dan sebagian kecil lainnya digunakan untuk konsumsi nelayan tersebut. Keterangan lebih rinci menurut jenis ikan disajikan pada Lampiran 3.
47
Dijual 144,44 kg 100% HTSU 144,44 kg 78% Dikonsumsi 0kg 0% Dijual 34,05 kg 84,2%
Hasil Tangkapan 185,01kg 100%
Dimanfaatkan nelayan 40,47 kg 99,8%
HTS 40,57 kg 22%
Dibuang 0,1 kg 0,2%
Dikonsumsi 6,42 kg 15,8%
Berpeluang hidup 0.1 kg 100% Tidak berpeluang hidup 0 kg 0%
Dijual 59 ekor 100% HTSU 59 ekor 40,9%
Dikonsumsi 0 ekor 0% Dijual 61 ekor 72,6%
Hasil Tangkapan 144 ekor 100%
Dimanfaatkan nelayan 84 ekor 98,8%
HTS 85 ekor 59,1%
Dibuang 1 ekor 1,2%
Dikonsumsi 23 ekor
Berpeluang hidup 1 ekor 100% Tidak berpeluang hidup 0 ekor 0%
Gambar 14 Bagan pemanfaatan hasil tangkapan berdasarkan bobot dan jumlah ikan.
48
5) Analisis tingkat keramahan lingkungan Analisis ini dilakukan untuk menentukan tingkat keramahan lingkungan suatu alat tangkap. Rangkuman hasil penilaian tingkat keramahan lingkungan terhadap unit penangkapan gillnet millenium disajikan pada Tabel 14. Tabel 14 Hasil penilaian tingkat keramahan lingkungan Pengamatan 1.Hasil
Kriteria 1. Propoprsi ≥ 60%
tangkapan
2. Proporsi < 60%
sasaran utama
• Berdasarkan
Penilaian
bobot 1. Ramah lingkungan
78%
2. Tidak
• Berdasarkan jumlah
(HTSU)
ramah
lingkungan
41%
2.Pemanfaatan hasil
1.≥60% dimanfaatkan
tangkapan sampingan
2.<60% dimanfaatkan
(HTS)
3.Ikan
Hasil Penelitian
• Berdasarkan
bobot 1. Ramah lingkungan
99,8% • Berdasarkan jumlah
2. Tidak
ramah
lingkungan
98,8% • Tenggiri 61%
1. Ramah lingkungan
layak 1. Proporsi ≥ 60%
• Kembung 14%
2.Tidak
2. Proporsi < 60%
• Pepetek 100%
tangkap
ramah
lingkungan
• Tetengkek 71%
Hasil tenggiri sebanyak 59 ekor (41%) atau 144,44 kg (78%) dari total tangkapan. Berdasarkan proporsi ini maka unit penangkapan gillnet millenium tidak ramah lingkungan jika dilihat dari segi jumlah tangkapan, namun apabila dilihat dari segi bobot tangkapan gillnet millenium ini dapat dikatakan ramah lingkungan.
49
Berdasarkan pemanfaatan ikan hasil tangkapan, hampir seluruh hasil tangkapan sampingan dimanfaatkan oleh nelayan yaitu sebanyak 40,47 kg (99,8%) atau 84 ekor (98,8%) dari total hasil tangkapan sampingan, dan sebanyak 0,1 kg (0,2%) atau 1 ekor (1,2%) yang dibuang ke laut. Maka dapat dikatakan bahwa operasi penangkapan dengan gillnet millenium ini ramah lingkungan karena sebagian besar hasil tangkapannya dimanfaatkan. Ukuran panjang ikan hasil tangkapan dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan mengetahui batasan ukuran panjang ikan tersebut pertama kali matang gonad (length at first maturity) (Tabel 15).
Tabel 15 Ukuran ikan pertama kali matang gonad Spesies
Length at first maturity
Hasil tangkapan
Tenggiri (Scomberomorus commersoni)
65 cm
45-90 cm
Golok-golok (Chirocentrus dorab)
42 cm
28-62 cm
8,35 cm
14-16 cm
Kembung (Rastrelliger sp)
18 cm
16-21 cm
Tetengkek (Megalaspis cordyla) (Sumber : www.fishbase.org )
22 cm
15-25 cm
Pepetek (Leiognathus sp)
Keterangan : Berdasarkan pengamatan di perairan Australia bagian utara (tropis) Jumlah ikan tenggiri yang telah matang gonad dan layak tangkap sebanyak 36 ekor dan sebanyak 23 ekor belum matang gonad, proporsi ikan tenggiri yang layak tangkap sebesar 61%. Untuk ikan golok-golok jumlah ikan yang telah matang gonad dan layak tangkap sebanyak 31 ekor dan yang belum matang gonad sebanyak 7 ekor, proporsi ikan yang layak tangkap sebesar 81%. Ikan pepetek yang telah matang gonad dan layak tangkap sebanyak 8 ekor, proporsi ikan pepetek yang layak tangkap sebesar 100%. Ikan kembung yang telah matang gonad dan layak tangkap sebanyak 1 ekor dan yang belum matang gonad sebanyak 6 ekor, proporsi ikan kembung yang layak tangkap sebesar 14%. Untuk ikan tetengkek jumlah ikan yang telah matang gonad dan layak tangkap sebanyak 5 ekor dan yang belum matang gonad sebanyak 2 ekor, proporsi ikan layak
50
tangkap sebesar 71%. Penangkapan di atas ukuran ikan pertama kali matang gonad dapat memberi peluang bagi ikan target tangkapan untuk dapat bereproduksi dan memijah dulu sebelum tertangkap. Berdasarkan keterangan tersebut dapat diketahui bahwa ikan hasil tangkapan gillnet millenium sebagian besar termasuk ikan yang layak tangkap. Karena jumlah ikan layak tangkap ≥ 60% sehingga dapat dikatakan alat tangkap gillnet millenium ramah lingkungan. 5.2 Pembahasan Suatu unit penangkapan tergolong ramah lingkungan jika alat tangkap tersebut telah memenuhi kriteria-kriteria keramahan lingkungan. Kriteria-kriteria keramahan lingkungan yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : (1) proporsi hasil tangkapan sasaran utama; (2) proporsi ikan layak tangkap; (3) proporsi ikan yang dimanfaatkan. 5.2.1 Proporsi hasil tangkapan sasaran utama Selama penelitian di desa Karangsong pada bulan Maret 2008, total hasil tangkapan yang diperoleh berasal dari 3 unit gillnet millenium. Hasil tangkapan sasaran utama yaitu ikan tenggiri yang didapatkan nelayan di Karangsong ini tergolong sedikit. Proporsi hasil tangkapan sasaran utama gillnet millenium sebesar 41% dari total ikan yang tertangkap. Tetapi apabila ditinjau dari bobot ikan, proporsi hasil tangkapan utama secara umum mendominasi sebesar 78%. Komposisi
hasil
tangkapan
gillnet
millenium
selama
penelitian
menunjukkan bahwa alat tangkap tersebut tidak selektif untuk jenis ikan tertentu. Hal ini dapat dilihat dari beragamnya hasil tangkapan yang tertangkap oleh gillnet millenium. Menurut Sarmintohadi (2002) keragaman spesies yang tertangkap disebabkan adanya kesamaan habitat diantara ikan target tangkapan dan ikan non target.
51
Dominasi tenggiri dalam hasil tangkapan selama penelitian diperkirakan berkaitan erat
dengan karakteristik ikan tersebut. Ikan tenggiri hidup secara
soliter pada kedalaman 10 sampai 70 meter di bawah permukaan laut pada perairan tropis dan subtropis di Indo-Pasifik serta menyenangi perairan bersalinitas rendah dan kekeruhan perairan yang tinggi. Kondisi perairan yang disenangi ikan tenggiri yaitu kisaran suhu perairan 24ºC-30°C, salinitas perairan 34,21-34,60 o/oo (permil) atau gram per liter, dan kecerahan perairan 24-34 M (Hasyim, 2004). Di perairan Indramayu dapat dikatakan perairannya tergolong keruh. Jumlah tenggiri yang tertangkap selama penelitian tergolong sedikit sesuai dengan pendapat nelayan. Pada saat penelitian jumlah kapal gillnet millenium yang melaut semakin sedikit menjelang akhir penelitian dilakukan. Musim saat penelitian dilakukan termasuk dalam musim peralihan dari musim barat ke musim timur. Menurut Syukron (2000), menerangkan bahwa puncak penangkapan tenggiri di perairan Laut Jawa berlangsung pada musim peralihan timur ke barat yaitu pada bulan November dan terendah pada bulan September. Gillnet millenium dirancang untuk menangkap tenggiri (ikan pelagis), namun dalam penelitian tertangkap krustasea yang biasa hidup di permukaan dasar laut serta ikan-ikan kecil yang hidup di perairan dangkal. Tertangkapnya spesies jenis krustasea disebabkan faktor kedalaman perairan, dimana jaring gillnet dengan ukuran 75 x 10 meter yang dipasang pada perairan dangkal dengan kedalaman ± 15 meter, maka jaring akan menutupi seluruh kolom perairan sehingga memungkinkan bagi organisme yang berada di dasar perairan untuk tertangkap. Adanya ikan kecil yang ikut tertangkap diduga konstruksi dari gillnet millenium
yang memiliki serat pilinan 8–12 ply dengan bahan Polyamide
monofilament sehingga memungkinkan ikan – ikan kecil dapat terjerat dalam serat pilinan dan menjadi umpan untuk ikan yang berukuran besar (Putra, 2007). Komposisi hasil tangkapan sasaran utama menunjukkan selektivitas dari alat tangkap gillnet tersebut. Dimana bila proporsi hasil tangkapan sasaran utama yang dihasilkan semakin besar, maka alat tersebut dapat dikatakan selektif dari segi jenis. Menurut Suadela (2004), bila proporsi hasil tangkapan sasaran utama ≥ 60% maka suatu alat tangkap dapat dikatakan ramah lingkungan. Berdasarkan kriteria
52
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa alat tangkap gillnet millenium tidak ramah lingkungan jika ditinjau dari segi jumlah tangkapan dengan proporsi 41%, tetapi apabila ditinjau dari segi bobot tangkapan gillnet millenium ini dapat dikatakan ramah lingkungan dengan proporsi 78%. 5.2.2 Proporsi ikan layak tangkap Ukuran ikan yang tertangkap berhubungan erat dengan ukuran mata jaring, semakin besar ukuran mata jaring maka akan semakin besar pula ukuran ikan yang tertangkap (Manalu, 2003). Penetapan ukuran mata jaring dapat berdasarkan pada ukuran jenis ikan yang dominan tertangkap. Gillnet yang dioperasikan di Indonesia umumnya memiliki mesh size yang berkisar antara 1,5 – 4 inci (Miranti, 2007). Menurut Martasuganda (2002) berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertanian No. 607/KPB/UM/9/1976 butir 3, batasan ukuran mata jaring yang dilarang untuk dioperasikan adalah ukuran mata jaring dibawah 25 mm dengan toleransi 5%. Ukuran mata jaring yang digunakan selama penelitian yaitu 4 inci. Ukuran panjang ikan hasil tangkapan dapat digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan mengetahui batasan ukuran panjang ikan tersebut pertama kali matang gonad (length at first maturity). Penangkapan di atas ukuran ikan pertama kali matang gonad dapat memberi peluang bagi ikan target tangkapan untuk dapat bereproduksi dan memijah dahulu sebelum tertangkap. Sehingga proses recruitment fase ikan kecil menjadi fase ikan dewasa dapat berjalan (Laevastu dan Hayes, 1981). Oleh karenanya kriteria ukuran ikan layak tangkap merupakan kriteria paling kuat untuk menentukan keramahan lingkungan operasi penangkapan ikan. Ikan hasil tangkapan selama penelitian sebagian besar merupakan ikan layak tangkap karena ukurannya rata-rata telah melebihi ukuran ikan pertama kali matang gonad (length at first maturity), karena jumlah ikan layak tangkap ≥ 60% sehingga dapat dikatakan alat tangkap gillnet millenium ramah lingkungan. Akan tetapi masih tertangkap ikan muda yang masih dalam tahap juvenile atau immature, hal ini disebabkan saat pengoperasian gillnet millenium beroperasi di perairan dangkal yang merupakan daerah untuk mencari makan (feeding ground), daerah pemijahan (spawning ground), dan daerah asuhan bagi ikan-ikan muda
53
(nursery ground). Menurut Hela dan Laevastu (1970) diacu dalam Monintja et al, (2006) semakin besar ukuran udang dan ikan maka akan cenderung berenang ke arah perairan yang lebih dalam. 5.2.3 Proporsi ikan yang dimanfaatkan Bagan pemanfaatan ikan (Gambar 14) menyajikan pembagian antara hasil tangkapan sasaran utama dan sampingan. Hasil tangkapan baik sasaran utama maupun sampingan dibagi kembali menjadi hasil tangkapan yang dimanfaatkan (dijual atau dikonsumsi nelayan) dan hasil tangkapan yang tidak dimanfaatkan (dibuang). Bagan pemanfaatan ini menunjukkan tingkat pemanfaatan yang dilakukan oleh nelayan. Pemanfaatkan ikan hasil tangkapan erat kaitannya dengan dampak yang dihasilkan bagi biodiversity, dimana ikan-ikan hasil tangkapan yang tidak dimanfaatkan akan dibuang kembali ke laut umumnya dalam keadaan telah mati dan akan menjadi sampah organik yang mempengaruhi kualitas air. Akan tetapi dengan adanya pembuangan hasil tangkapan tersebut maka akan meningkatkan pertumbuhan organisme pemakan bangkai (Hall, 1999). Tingkat pemanfaatan hasil tangkapan sampingan gillnet millenium yang dimanfaatkan oleh nelayan yaitu sebesar sebesar 40,47 kg (99,8%) dari segi bobot dan 84 ekor (98,8%) dari segi jumlah. Sebagian kecil lainnya 0,1 kg (0,2%) atau 1 ekor (1,2%) dibuang kembali ke laut. Pemanfaatan yang dilakukan nelayan Karangsong terhadap hasil tangkapan yang dimanfaatkan yaitu dengan cara menjual maupun mengkonsumsi sendiri. Untuk hasil tangkapan yang tidak dimanfaatkan (biasanya dari hasil tangkapan sampingan) nelayan membuangnya kembali ke laut. Dengan melihat proporsi hasil tangkapan yang dimanfaatkan, maka dapat dikatakan bahwa unit penangkapan gillnet millenium digolongkan ramah lingkungan, karena sebagian besar hasil tangkapannya dimanfaatkan oleh nelayan.
53
6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1)
Total hasil tangkapan yang diperoleh pada bulan Maret 2008 terdiri dari 18 spesies, yaitu 16 spesies ikan dan dua spesies krustasea. Hasil tangkapan selama penelitian terdiri dari ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni) sebagai hasil tangkapan sasaran utama dan hasil tangkapan sampingan yang diperoleh yaitu golok-golok (Chirocentrus dorab), pepetek (Leiognathus spp), kembung (Rastrelliger sp), tetengkek (Megalaspis cordyla), manyung (Arius thalassinus), bagas, bawal hitam (Formio niger), cendro (Tylosurus spp), mangas (Lutjanus sp), gerot-gerot (Therapon theraps), layur (Trichiurus sp), selar (Selaroides leptolepis), angris, tembang (Sardinella fimbriata), tunul (Hemirhamphus far), kepiting (Scylla serrata), udang kipas (Scylaroides squamasu).
2)
Ikan tenggiri yang tertangkap sebanyak 59 ekor (41%) atau 144,44 kg (78%) dari total tangkapan. Berdasarkan proporsi hasil tangkapan sasaran utama, maka dapat dikatakan bahwa unit penangkapan gillnet millenium tergolong tidak ramah lingkungan jika ditinjau dari segi jumlah tangkapan, tetapi apabila ditinjau dari segi bobot tangkapan
gillnet millenium ini dapat
dikatakan ramah lingkungan. 3)
Hampir seluruh hasil tangkapan sampingan dimanfaatkan oleh nelayan yaitu sebanyak 40,47 kg (99,8%) atau 84 ekor (98,8%) dari total tangkapan sampingan, dan sebanyak 0,1 kg (0,2%) atau 1ekor (1,2%) yang dibuang ke laut. Berdasarkan proporsi ikan yang dimanfaatkan, maka dapat dikatakan bahwa unit penangkapan gillnet millenium ini ramah lingkungan.
4)
Sebagian besar tenggiri yang tertangkap merupakan layak tangkap secara biologi, karena ukurannya rata-rata telah melebihi ukuran ikan pertama kali matang gonad (length at first maturity). Berdasarkan proporsi ikan layak tangkap, sumber daya ikan yang tertangkap ≥ 60% merupakan ikan layak tangkap, maka dapat dikatakan unit tangkap gillnet millenium ramah
54
lingkungan. Penulis cenderung memilih kriteria ukuran ikan layak tangkap sebagai kriteria yang paling kuat dalam mendukung keberlanjutan kegiatan penangkapan ikan dan ketersediaan sumber daya ikan. 5)
Secara umum, dengan melihat kriteria-kriteria di atas, maka unit penangkapan gillnet millenium yang berpangkalan di Karangsong Indramayu ini dapat dikatakan ramah lingkungan pada saat penelitian dilakukan yaitu pada bulan Maret 2008.
6.2 Saran 1) Penelitian lanjutan mengenai keramahan gillnet millenium pada musim penangkapan puncak (November – Desember). 2)
Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk melihat keramahan gillnet millenium pada kapal penangkapan ukuran 5 GT dan 30 GT.
55
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2008 a. Scomberomorus. http://www.fishbase.org./reproduction/ maturity list cfm? Genus name = Scomberomorus (24 Maret 2008) __________. 2008 b. Chirocentrus dorab. http://www.fishbase.org./reproduction/ maturity list cfm? Genus name = Chirocentrus (24 Maret 2008) __________. 2008 c. Rastrelliger. http://www.fishbase.org./reproduction/ maturity list cfm? Genus name = Rastrelliger (24 Maret 2008) __________. 2008 d. Leiognathus. http://www.fishbase.org./reproduction/ maturity list cfm? Genus name = Leiognathus (24 Maret 2008) __________. 2008 e. Megalaspis cordyla. http://www.fishbase.org./reproduction/ maturity list cfm? Genus name = Megalaspis (24 Maret 2008) __________.2008 f. http://ikanmania.wordpress.com/2008/01/01/ juknis-penangkapan-ikan-ramah-lingkungan/ (5 Agustus 2008) Ayodhyoa. A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Bogor : Yayasan Dewi Sri. Barus, H.R dan Subani, W. 1989. Alat Penangkapan ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jakarta : Balai Penelitian Perikanan Laut. [BPS] Badan Pusat Statistik Indramayu. 2006. Indramayu Dalam Angka Tahun 2005 . Indramayu : BPS Kabupaten Indramayu dalam DKP Kabupaten Indramayu. Brandt, A.V. 1972. Fish Catching Methods of the World. London : Fishing News Book Ltd. Dinas Perikanan Indramayu. 2003. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun 2002. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu. ______________________. 2004. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun 2003. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu. ______________________. 2005. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun 2004. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu. ______________________. 2006. Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun 2005. Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu.
56
Fyson, J. 1985. Design of Small Fishing Vessels. England. Fishing News Book. Hall, S. J. 1999. The Effects of Fishing Marine Ecosystem and Communities. London : Blackwell Science Ltd. Hasyim,B. 2004. Penerapan Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan Untuk Mendukung Usaha Peningkatan Produksi dan Efisiensi Operasi Penangkapan Ikan. http://tumoutou.net/702_07134/. (23 Mei 2008) Laevastu, T and Hayes, M. 1981. Fisheries Oceanography and Ecology. England. Fishing News Book. Manalu, M. 2003. Kajian Output yang Dihasilkan Operasi Penangkapan Jaring Kejer di Teluk Banten. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Martasuganda, S. 2002. Jaring Insang (Gillnet). Serial Teknologi Penangkapan Ikan Berwawasan Lingkungan. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Miranti. 2007. Perikanan Gillnet di Palabuhan Ratu : Kajian Teknis dan Tingkat Kesejahteraan nelayan Pemilik. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Monintja, D.R. 2000. Pemanfaatan Pesisir dan Lautan untuk Kegiatan Perikanan Tangkap. Prosiding pelatihan untuk pengelolaan wilayah pesisir terpadu. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Monintja, D.R., Sularso, A., Sondita, F.A., dan Purbayanto, A. 2006. Perspektif Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap Laut Arafura. Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Putra, I. 2007. Deskripsi dan Analisis Hasil Tangkapan Jaring Millenium di Indramayu. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
57
Rachmawati, I. 2008. Dinamika Hasil Tangkapan Utama dan Sampingan PadaAlat Tangkap Dogol di Gebang Mekar, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rahman, D. M. 2005. Desain dan Konstruksi Kapal Gillnet Harapan Baru di Galangan Kapal Pulau Tidung. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rakhmadevi, C. C. 2007. Studies On Fish Behaviour In Relation To Net Transparency of Millenium Gillnet Operation In Bondet Waters, Cirebon. [Tesis] (tidak dipublikasikan). Bogor : Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Rifki, M. 2008. Pengaruh Kecepatan Arus dan Mesh Size terhadap Drag Force dan Tinggi Jaring Goyang pada percobaan di Flume Tank. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Roslianti. 2003. Studi Tentang Unit Penangkapan Ikan dan Komoditas Unggulan Perikanan Laut di Indramayu, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sadhori, N. 1985. Teknik Penangkapan Ikan. Bandung : Angkasa. Saanin, H. 1991. Taksonomi dan Kunci Identifikasi 1 dan 2. Jakarta: Bina Cipta. Sarmintohadi. 2002. Seleksi Teknologi Penangkapan Ikan Karang Berwawasan Lingkungan di Perairan Pesisir Dulah Laut Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara. [Tesis] (tidak dipublikasikan). Bogor : Programm Pasca Sarjana Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sirait, B.H. 2008. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Eretan Kulon, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sparre,P and Venema, S.C. 1992. Introduction to Tropical Fish Stock Assement. Part 1. Manual 1. FAO Fisheries Technical Paper (Revised edition).
58
Suadela, P. 2004. Analisis Tingkat keramahan Lingkungan Unit Penangkapan Jaring Rajungan (Studi Kasus di teluk Banten). [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Sylviana, E. 2005. Perbandingan Tingkat Keramahan Lingkungan Beberapa Jenis Unit Penangkapan Gillnet yang Berbasis di Kronjo. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Syukron, M. 2000. Analisis Tingkat Pemanfaatan dan Musim Penangkapan Ikan Tenggiri di laut Jawa. [Skripsi] (tidak dipublikasikan). Bogor : Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Walpole, R. E. 1992. Pengantar Statistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
59
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
60
65
Lampiran 2. Kuesioner yang digunakan saat penelitian Judul Penelitian :
Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan
I. Identitas Responden 1.Nama
Terhadap
:
2.Jenis kelamin
: Pria/Wanita
3.Usia
:
4.Pendidikan
:
5.Asal daerah
:
6.Status Nelayan
: □ Pemilik
7. Status Pekerjaan
: □ Penuh
□ Buruh/ ABK
□ Sambilan Utama □ Sambilan Tambahan II. Unit Penangkapan Ikan 1. Alat Tangkap 1. Jenis alat tangkap
:
2. Bahan jaring
:
3. Dimensi utama jaring
: panjang
:
tinggi
:
ukuran mata jaring
:
4. Bahan & jumlah pemberat
:
5. Bahan & jumlah pelampung
:
6. Alat bantu penangkapan
:
1.1 Apakah alat tangkap yang digunakan (pilih) a. Dibuat sendiri b. dibeli siap pakai c. Dibeli kemudian dimodifikasi Mengapa dan berapa harganya ? ........................................................................................................................
66
1.2 Mengapa memilih alat tangkap gillnet millenium? ....................................................................................................................... 1.3 Apa perbedaan gillnet millenium dengan gillnet pada biasa? ....................................................................................................................... 1.4 Bagaimana perbandingan hasil tangkapannya dengan gillnet biasa? ....................................................................................................................... 2. Kapal 1. Nama
:
2. Jenis bahan kapal
: Kayu/besi/fiberglass (pilih)
3. Dimensi
: LxBxD (
4. Kekuatan mesin
:
PK
5. Gross tonage kapal
:
GT
6. Kapasitas dan jumlah palka
:
7. Jenis dan kebutuhan BBM/trip
:
8. Alat keselamatan di laut
:
x
x
)m
3. Nelayan 3.Jumlah ABK
:
orang
4. Kebutuhan solar/ BBM
:
5. Kebutuhan air tawar
:
6. Jenis perbekalan
: □ mie instan □ rokok □ kantong plastik
7. Sisa perbekalan dibuang
: □ dilaut □ didarat
□ makanan ringan □ air minum kemasan
67
III. Operasi Unit Penangkapan 1. Jumlah setting dan hauling/trip
:
kali
2. Jumlah trip/bulan
:
kali
3. Musim penangkapan
:
Nama musim
Bulan
Puncak Sedang (peralihan) Paceklik
4. Fishing ground FG
Lama perjalanan
Lama di FG
menuju FG
IV. Hasil Tangkapan 1. Jenis ikan tangkapan utama
:
2. Jenis ikan tangkapan selain tangkapan utama
:
3. Penanganan ikan yang tidak termasuk tangkapan utama : □ dibuang................................................................% □ dujual...................................................................% □ diolah.................................................................. % □ dan lain-lain (tulis) ............................................%
68
Lampiran 2 Tabel Komposisi Hasil Tangkapan No. Jenis Trip I II
Total Total HTU Total HTS
Jumlah (kg) III
Persentase
69
Lampiran 3. Foto perlengkapan alat tangkap gillnet millenium
Pemberat
Pelampung jaring
Mesin inboard Mitsubishi 120 PS
Mesin tempel Dongfeng
Pelampung umbul
Pelampung tanda
Kompas
70
Lampiran 4. Data ikan hasil tangkapan per trip dan per setting Trip 1Kapal Medan Jaya Sabtu 08-03-08 Setting 16.45-17.20 WIB Hauling 23.15-00.20 WIB
61
Hauling 05.30-06.55 WIB Nama ikan(lokal) tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri kembung kembung kembung kembung golok-golok golok-golok golok-golok bagas cendro udang kipas
Panjang cagak(cm) Bobot(gr) 71 3050 67 2700 69 2700 64 2150 64 2250 67 2300 69 2800 70 2950 48 990 73 2950 59 1500 17 70 17 70 21 180 16 60 55 600 42 330 62 1150 16 100 110 3000 15 110
Minggu 09-03-08 seting17.04-17.32 WIB hauling 1.45-4.50 WIB Nama ikan(lokal) tenggiri
Panjang cagak(cm) 90
Bobot(gr) 4000
62
tenggiri tenggiri tenggiri manyung manyung manyung tetengek tetengek tetengek golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok udang kipas pepetek bambangan bambangan kepiting
75 72 68 30 30 47 24 25 25 54 40 57 62 53 45 59 37 15 16 31 29 14
3300 3050 2300 60 60 1200 230 250 230 650 250 750 1000 700 400 800 250 110 100 600 600 250
63
Lampiran 4. (Lanjutan) Trip 2 Kapal Medan Jaya Senin 10-03-08 seting 17.10-17.35 WIB hauling 01.15- 03-25 WIB Nama ikan (lokal) tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok kembung kembung bawal hitam
Panjang cagak(cm) Bobot(gr) 58 1500 69 2800 52 1150 68 2350 59 1470 53 1230 71 3050 70 2950 67 2700 66 2250 68 2300 59 1450 66 2250 67 2700 69 2700 79 3800 47 900 63 2500 72 3050 53 1250 47 950 45 900 52 1150 64 2100 67 2250 50 1050 54 1300 57 750 48 400 43 390 58 770 48 400 17 70 17 75 27 540
64
Trip 3 Kapal Berkah Ilahi 2 Selasa 11-03-08 setting 18.30-19.10 WIB hauling 22.55-00.55WIB Nama ikan (lokal) tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok pepetek pepetek pepetek pepetek pepetek pepetek tembang angris bagas manyung kembung bawal hitam
Panjang cagak(cm) 63 47 79 88 82 90 74 80 43 44 48 58 47 45 16 15 14 14 15 15 11 18 19 75 17 19
Bobot(gr) 2500 900 3800 4000 3700 4000 3500 4000 390 450 400 770 500 440 110 150 100 100 100 150 30 170 160 3900 70 180
65
Lampiran 4. (Lanjutan) Rabu 12-3-08 setting 1.30-1.55 WIB hauling 5.45-08.10 WIB Nama ikan (lokal) golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok pepetek layur selar gerot-gerot cendro
Panjang cagak(cm) Bobot(gr) 43 400 62 950 45 350 48 490 48 500 40 400 15 100 70 330 16 80 28 500 105 2100
Rabu 12-3-08 setting 16.55-17.20 WIB hauling 22.30-00.30 WIB Nama ikan (lokal) tenggiri tenggiri golok-golok golok-golok tetengek tetengek tetengek
Panjang cagak(cm) 68 52 57 58 18 25 25
Bobot(gr) 2400 1150 920 850 50 250 230
66
Kamis 13-3-08 seting 1.30- 2.05 WIB hauling 5.40-8.20 WIB Nama ikan (lokal) golok-golok golok-golok cendro tetengek bagas bawal rajungan
Panjang cagak(cm) Bobot(gr) 32 200 28 90 103 2900 15 50 15 50 27 540 8 100
Kamis 13-3-08 setting 17.00-17.30WIB hauling 23.50-02.10 WIB Nama ikan (lokal) tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri tenggiri golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok golok-golok tunul
Panjang cagak(cm) Bobot(gr) 58 1550 66 2250 45 980 59 1470 68 2320 53 1230 74 3150 46 450 47 400 50 550 29 100 47 370 43 500 20 50
67
Lampiran 5. Foto hasil tangkapan gillnet millennium Hasil Tangkapan Sasaran Utama
Tenggiri (Scomberomurus commersoni) Hasil Tangkapan Sampingan
Bawal hitam (Formio niger)
Cendro (Tylosurus sp)
Golok-golok(Chirocentrus dorab)
Kembung (Rastrelliger sp)
68
Lampiran 5. (lanjutan)
Layur (Trichiurus sp)
Tetengkek (Megalaspis cordyla)
Bambangan (Lutjanus sp)
Manyung (Arius thalassinus)
Pepetek (Leiognathus sp)
Gerot-gerot (Therapon theraps)
69
Lampiran 5. (lanjutan)
Tembang (Sardinella fimbriata)
Bagas
Kepiting (Scylla serata)
Selar (Selaroides leptolepis)
Tunul (Hemirhamphus far)
Udang kipas (Scylaroides squamasus)
70
Lampiran 6. Komposisi total hasil tangkapan dan pemanfaatannya No
Spesies
∑ Jumlah
kg
ket
dimanfaatkan dikonsumsi6,42 120 dijual178.49 23 ∑ ∑ kg kg
Tidak dimanfaatkan Berpeluang hidup Tdk0berpeluang 0hidup 0,10 1 ∑ ∑ kg kg
1
Tenggiri
59
144,44
HTU
59
144,44
0
0
0
0
0
0
2
Golok-golok
38
20,06
HTS
31
15,92
7
4,14
0
0
0
0
3
Pepetek
8
0,91
HTS
7
0,81
1
0,10
0
0
0
0
4
Kembung
7
0,59
HTS
2
0,14
5
0,45
0
0
0
0
5
Tetengkek
7
1,29
HTS
7
1,29
0
0
0
0
0
0
6
Manyung
4
5,22
HTS
4
5,22
0
0
0
0
0
0
7
Bagas
3
0,31
HTS
1
0,05
2
0,26
0
0
0
0
8
Bawal hitam
3
1,26
HTS
1
0,54
2
0,72
0
0
0
0
9
Cendro
3
8,00
HTS
3
8,00
0
0
0
0
0
0
10
Bambangan
2
1,20
HTS
2
1,20
0
0
0
0
0
0
11
Angris
1
0,17
HTS
0
0
1
0,17
0
0
0
0
12
Gerot-gerot
1
0,50
HTS
1
0,50
0
0
0
0
0
0
13
Layur
1
0,33
HTS
1
0,33
0
0
0
0
0
0
14
Selar
1
0,08
HTS
0
0
1
0,08
0
0
0
0
15
Tembang
1
0,03
HTS
0
0
1
0,03
0
0
0
0
16
Tunul
1
0,05
HTS
1
0,05
0
0
0
0
0
0
17
Kepiting
2
0,35
HTS
0
0
1
0,25
0,10
1
0
0
18
Udang kipas
2
0,22
HTS
0
0
2
0,22
0
0
0
0