Kepatuhan Diet dengan Berat Badan Pre Hemodialisis pada Pasien Regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk
KEPATUHAN DIET DENGAN BERAT BADAN PRE HEMODIALISIS PADA PASIEN REGULAR DI RUANG HEMODIALISA RSUD NGANJUK Heru Wahyudi*; Helen Fitri M* Prodi Pendidikan Ners STIKES Satria Bhakti Nganjuk ABSTRAK Pada pasien hemodialisia sering terjadi peningkatan berat badan pre hemodialisis melebihi standart yang dianjurkan. Kenaikan berat badan diantara hemodialisis tidak boleh lebih 5 % BB atau < 1 kg BB/hari. Sehingga sering terjadi pasien datang disertai sesak, odema, ALO (acute lung odema), bahkan gagal nafas. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan berat badan pre hemodialisis pada pasien regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk. Desain penelitian ini adalah korelasi dengan pendekatan cross sectional. Variabell independenny adalah kepatuhan diet dan independennya adalah berat badan pre hemodialisis. Responden yang dipilih adalah pasier regular sejumlah 25 responden dengan menggunakan total sampling. Pengambilan data dialakukan pada tanggal 14 sampai dengan 27 desember 2012. Analisa data mengunakan uji korelasi sperarman rank pada α 0,05. Hasil penelitian didapatkan dari 25 responden sebagian besar 15 responden (60%) memiliki kepatuhan diet cukup. Selanjutnya dari 25 responden sebagian besar18 responden (72%) memiliki berat badan pre dialisis tetap. Dari uji statistik didapatkan ada hubungan kepatuhan diet dengan berat badan pre hemodialisis pasien regular hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk. (ρ=0,012 < α 0,05) dengan koefisien korelasi sebesar -0,496 yang bermakna hubungan pada tingkat sedang dengan arah negatif yang bermakna semakin tinggi kepatuhan maka semain turun berat badan pre hemodialisis. Dari hasil penelitian ini maka perlunya meningkatkan pemahaman dan aplikasi dalam menjalankan diet pada pasien hemodialisa karena hemodialisis tidak akan berhasil sempurna jika kondisi klien utamanya kadar cairan elektrolit dan metabolit terlalu banyak menumpuk di dalam tubuh pasien. Kata kunci : Kepatuhan Diet, Berat Badan Pre Hemodialisis, Pasien regular
141
Kepatuhan Diet dengan Berat Badan Pre Hemodialisis pada Pasien Regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk
THE CORRELATION BETWEEN COMPLIENCE OF DIET AND BODY WEIGHT OF PRE HEMODIALYSIS ON REGULAR PATIENT IN HEMODIALISA WARD IN RSUD NGANJUK Heru Wahyudi*; Helen Fitri M* Prodi Pendidikan Ners STIKES Satria Bhakti Nganjuk ABSTRACT Hemodialisia patient often gain up body weight pre hemodialisis exceed the suggested standart. The increasing of body weight among hemodialysis may not more than 5 % body weight or < 1 kg body weight/day. In order that happened the patient with odema, ALO ( acute lung odema), even respiratory fail. This research purposes to determine the correlation between compliance of diet with body weight of pre hemodialisis at patient regular in Hemodialisa room General Hospital of Nganjuk. Research design was correlation with the approach of cross sectional. Independen variable is diet compliance and dependent variable is body weight of pre hemodialisis. Respondent selected are regular patient. The sample has taken 25 responden by using total sampling. Data got on 14 December up to 27 December 2012. The data analysis using rank correlation test at 0,05 sperarman. The research result shows a majority of 25 respondents, 15 respondents (60%) have enough dietary compliance. Furthermore from 25 respondent majority of that 18 respondent (72%) have stable body weight of pre hemodialysis. From the statistical test found there is correlation between diet compliance and body weight of pre hemodialysis regular patient in hemodialisa ward RSUD Nganjuk (ρ = 0,012< α 0,05) with the correlation coefficient of - 0,496 which means the correlation of moderate level with significant negative toward higher compliance the lose weight body for pre hemodialysis. From the research result it is need to improve the understanding and application of diet for hemodialysis patient, because hemodialysis will not get perfect condition if the patience has much electrolyte andhence the importance of improving understan metabolic in their body. Keyword : Compliance of Diet,Body Weight of Pre Hemodialisis, Regular Patient
142
Kepatuhan Diet dengan Berat Badan Pre Hemodialisis pada Pasien Regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk
PENDAHULUAN Menurut Geu (2010) Hemodialisis (HD) merupakan satu – satunya pilihan yang harus dijalani pasien yang terdiagnosa CKD stadium V. Dimana hemodialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut. Dengan menggunakan zat terlarut dan cairan dari darah melewati membran semi permiabel. Ini berdasarkan pada prinsip difusi; osmosis dan ultra filtrasi. Hemodialisis atau pasien dengan penyakit ginjal stadium terminal (ESRD) end-stage renal disease yang membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi permanen. Sehelai membran sintetik yang semipermeabel menggantikan glomerulus serta tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi ginjal yang terganggu fungsinya itu. Bagi penderita CKD, hemodialisis akan mencegah kematian. Namun demikian, hemodialisis tidak menyembuhkan atau memulihkan penyakit ginjal dan tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolic atau endokrin yang dilaksanakan ginjal dan dampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Pasien-pasien ini harus menjalani terapi dialysis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 4 atau 5 jam per kali terapi) atau sampai mendapat ginjal baru melalui operasi pencangkokan yang berhasil (Situmorang, 2007). Pasien memerlukan terapi hemodialisis yang kronis kalau terapi ini diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia. Pada pasien hemodialisia sering terjadi peningkatan berat badan pre hemodialisis melebihi standart yang dianjurkan. Kenaikan berat badan diantara HD tidak boleh lebih 5 % BB atau < 1 kg BB/hari (Geu, 2012). Sehingga sering terjadi pasien datang disertai sesak, odema, ALO (akute lung odema), bahkan gagal nafas.
Dibuktikan dengan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September 2012 penderita di Ruang Hemodialisis RS Nganjuk datang dengan berat badan lebih sebanyak 50 kejadian dari 151 tindakan hemodialisis. Angka kejadian CKD di Negara maju, angka pasien gangguan ginjal tergolong cukup tinggi. Menurut Litbang Depkes dikutip Suryarinilsih (2010) di Indonesia diperkirakan penderita CKD 100 per satu juta penduduk atau sekitar 20.000 kasus dalam setahun dan pada 2007 terdapat sekitar 150.000 pasien CKD namun hanya sedikit saja yang mampu melakukan hemodialisis. Di Ruang Hemodialisa RS Nganjuk sejak Maret 2012 sebanyak13 pasien, April 2012 sebanyak 18 pasien, Mei 2012 sebanyak 21 pasien, Juni 2012 sebanyak 18 pasien, Juli 2012 sebanyak 20 pasien, Agustus 2012 sebanyak 21 pasien, September 2012 sebanyak 28 pasien, Oktober sebanyak 23 pasien. Tindakan hemodialisis salah satu cara untuk mengeluarkan limbah dari dalam tubuh pasien dimana fungsi ekskresi dari pada ginjal sudah mengalami penurunan yang berarti. Namun demikian tindakan hemodialisis harus disertai kapatuhan diet pasien pola makan /diet pada penderita gagal ginjal merupakan anjuran yang harus dipatuhi oleh setiap penderita gagal ginjal selain terapi hemodialisis/cuci darah atau transplantasi ginjal. Pentingnya pengaturan pola konsumsi pangan penderita gagal ginjal dilakukan untuk membantu mengurangi kerja ginjal yang tidak dipatuhi dapat meningkatkan angka mortalitas pasien gagal ginjal (Lumenta, 1992). Pengaturan diet pada penyakit gagal ginjal yang mengalami hemodialisis sedemikian kompleks, pengaturan diet tersebut sangat sulit untuk dipatuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Sidabutar, 1992). Menurut teori Green dalam Notoatmodjo
143
Kepatuhan Diet dengan Berat Badan Pre Hemodialisis pada Pasien Regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk
(1993), bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap dan kepercayaan. Diet makanan adalah salah satu program yang diterapkan pada penderita gagal ginjal kronik dengan tujuan untuk mempertahankan keadaan gizi agar kualitas hidup dan rehabilitasi dapat dicapai semaksimal mungkin, mencegah dan mengurangi sindrom uremik, serta mengurangi resiko semakin berkurangnya fungsi ginjal (Rachmah, 2007). Menurut Perry & Potter (1995) salah satu variabel yang mempengaruhi perilaku dan keyakinan seseorang tentang kesehatan adalah tingkat pengetahuan. Faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien terhadap program terapi adalah pengetahuan. Menurut Brunner & Suddarth (2002). Dengan pasien tidak mentaati diet yang dianjurkan banyak pasien datang dengan berat badan yang berlebih dan disertai odema bahkan sesak, ALO , bahkan gagal nafas. Adapun upaya diet yang dianjurkan pada pasien hemodialisis yang perlu diperhatikan meliputi jenis diet, jumlah diet, jumlah asupan cairan, asupan elektrolit, dan juga kepatuhan dalam menjalankan dietnya, sehingga diharapkan pasien datang tanpa mengalami sesak, odema, ALO (acute lung oedema), bahkan gagal nafas. Bila keadaan tersebut dibiarkan maka akan memperparah kerja ginjal untuk mensekresi zat sampah yang ada dalam tubuh pasien. Untuk mencapai hal tersebut maka tenaga kesehatan terutama perawat hemodialisia yang sering berinteraksi secara langsung dengan pasien yang menjalani hemodialisis, seharusnya memberikan penyuluhan kepada pasien yang menjalani hemodialisis tersebut. Diharapkan dengan pasien patuh menjalankan diet, berat badan pre hemodialisis tidak akan naik melebihi yang dianjurkan. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas penulis bermaksud meneliti hubungan kepatuhan diet dengan berat badan
pasien regular pre hemodialisis di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk. Tujuan umum penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan berat badan pre hemodialisis pada pasien regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk. Manfaat penelitian ini Pasien dan keluarga paham dan patuh menjalani diet sehingga berat badan pre hemodialisis dapat terkontrol. BAHAN DAN METODE Penelitian mengunakan desain korelasi dengan pendekatan kohort. Variabel kepatuhan diet dilakukan pengukuran satu kali, untuk berat badan pre dialisi dilakukan dalam satu kali dengan membandingkan berat pre BB dialisis dengan post dialisis sebelumnya. Penelitian dilaksanakan pada 14 sampai dengan 27 Desember 2012 Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien hemodialisa regular di Ruang Hemodialisa RS Nganjuk sejumlah 24 pasien. Sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah total sampling. Data yang didapatkan dilakukan analisi dengan menggunakan uji korelasi spearman rank ada α 0,05. HASIL Kepatuhan diet pasien regulaer hemodialisis menunjukkan bahwa dari 25 responden sebagian besar 15 responden (60%) memiliki kepatuhan diet cukup (tabel 1). Berat badan pre dialisis pasien hemidialisa didapatkan 25 responden sebagian besar 18 responden (72%) memiliki berat badan pre dialisis tetap (tabel 2). Tabel 1.
144
N o
Kepatuhan Diet pasien hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk tanggal 14 sampai dengan 27 desember 2012. Jumla Prosentase Kategori h (%)
1
Baik
5
20,00
2
Cukup
15
60,00
Kepatuhan Diet dengan Berat Badan Pre Hemodialisis pada Pasien Regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk
3
Kurang
5
20,00
Jumlah
25
100,00
Tabel 2.
BB Pre dialisis pasien hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk tanggal 14 sampai dengan 27 desember 2012. Jumla Prosentase Kategori h (%)
N o 1
Naik
5
20,00
2
Tetap
18
72,00
3
Turun
2
8,00
Jumlah
25
100,00
Uji statistik Spearman rank dengan diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,012. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 5 % (ρ=0,012 < α 0,05) maka ada hubungan kepatuhan diet dengan berat badan pre hemodialisis pada pasien regular hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk. Selanjutnya koefisien korelasi yang didapatkan adalah sebesar -0,496 yang bermakna hubungan pada tingkat sedang dengan arah negatif artinya semakin tinggi kepatuhan maka semakin turun berat badan pre dialisis (tabel 3).
Tabel 3.
Tabulasi silang kepatuhan diet dengan BB Pre dialisis pasien hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk tanggal 14 sampai dengan 27 desember 2012. Berat Badan Pasien Hemodialisa Turun Tetap Naik Total
Kepatuhan Kurang Diet Cukup Baik Total
0
2
3
5
1
12
2
15
1 2
4 18
0 5
5 25
PEMBAHASAN Kepatuhan diet merupakan tingkat pasien melaksanakan cara
pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh orang lain. Pada pasien CKD dengan tindakan hemodialisis sangat diperlukan mengingat fungsi ginjal sudah digantikan oleh tindakan hemodialisis sehingga konsumsi makanan yang tidak sesuai akan menimbulkan gangguan metabolisme yang berakibat pada peningkatan edema paru maupun anasarca dan peningkatan elektrolit yang dapat mengancam jiwa pasien. Hasil penelitian menunjukan 60 % dalam taraf cukup dipengaruhi oleh berbagai faktor mengingat beratnya rogram diet pasien yang harus dipatuhi. Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kepatuhan diet, dengan pendidikan yang memedai pasien lebih memahami resiko yang akan terjadi bila terjadi ketidakpatuhan terjadi karena hemodialisis tidak akan optimal bila tidak ditunjang kepatuahan diet pasien. Berat badan pre dialisis akan mempengaruhi program hemodilaisis yamg dilakukan hasil penelitian ini menunjukkan 72% tetap bahkan 8% turun yang memberikan gambaran bahwa status kesehatan yang dialami pasien sudah menggambarkan keberhasilan terapi yang diberikan. Hasil penelitian ini menunjukkan kepatuhan yang dimunculkan pasien hemodialisa dalam mengelola diet, menurut Davita, National Kidney Foundation (2012) adalah dengan asupan cairan ditentukan oleh penambahan berat badan diantara 2 waktu terapi, jumlah asupan cairan yang diperkenankan diantara 2 waktu terapi tidak boleh lebih dari 5 % penambahan berat badan. Kepatuhan diet merupakan gambaran perilaku pasien yang telah sesuai kaidah dalam menjalakan dietnya. Asupan protein, kalori, vitamin, air dan mineral yang sesuai dengan dietnya akan membuat klien mampu mempertahankan peningkatan berat badannya tidak melampaui batas
145
Kepatuhan Diet dengan Berat Badan Pre Hemodialisis pada Pasien Regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk
yang diperkenankan sehingga komplikasi yang tidak diinginkan dapat dihindari. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Penelitian ini menunjukkan ada hubungan kepatuhan diet dengan berat badan pre hemodialisis pasien regular hemodialisa di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk. (ρ=0,012 < α 0,05) dengan koefisien korelasi sebesar -0,496 yang bermakna hubungan pada tingkat sedang dengan arah negatif yang bermakna semakin tinggi kepatuhan maka semain turun berat badan pre hemodialisis. KEPUSTAKAAN Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Proses. Jakarta : Rineka Cipta
Saran Perlu ditingkatkannya upaya untuk meningkatkan kesadaran pasien tentang program terapi bahwasanya tidak hanya obat yang akan menyembuhkan akantetapi perilaku pasien akan lebih punya peran menyembuhkan utamanya adalah kepatuhan diet. Perlunya meningkatkan pemahaman dan aplikasi pasien dalam menjalankan diet pada pasien hemodialisa karena dialisis tidak akan berhasil sempurna jika kondisi klien utamanya kadar cairan elektrolit dan metabolit terlalu banyak menumpuk di dalam tubuh pasien. com/2010.wordpress.com/2010/12/12/ konsep.dasar.HD_dan_ckdcrf/ diakses 6 september 2012
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8,vol 2. Jakarta: EGC
Hidayat, A.A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito LC. 1998. Diagnosa Keperawatan : Aplikasi pada Praktek Klinis, Jakarta : EGC
Lumenta, Nico, A, dkk. (1992). Penyakit Ginjal. Jakarta : PT. BPK GunungMulia
Davita, National Kidney Foundation.(2012) Apa arti berat badan kering. http: //www.ygdi.org/_kidneydiseases.php?v iew=detail&kat=dialisis1&id=24, The Indonesian Diatrans Kidney Foundation. Diakses 30 September 2012, 17.45.
Mmunalist, 2011, Diet Protein Pasien Dialisis/Diet pada Pasien yang Menjalani HD, www.TENTANG%20DIET%20P ROTEIN%20PX%20HD/DIET%2 0PADA%20PASIEN%20YANG% 20MENJALANI%20HEMODIALI SIS%20_%20mmunarist.htm, diakses 6 september 2012
Era, Prihatin Dwi. Pengaruh edukasi terhadap penambahan Berat badan diantara 2 waktu dialysis pada pasien Hemodialisis di RS Islam Jakarta Cempaka Putih. Tesis FIKUniversitas Indonesia.2008
Notoatmodjo,S.(1993).Pengantar Pendidikan Kesehatan Dan Ilmu Prilaku Hidup Sehat. JakartaCipta
Geu,
____________, 2002. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika
T, 2010, Konsep Dasar Hemodialisa dan CKD/CRF, herodessolution.wordpress. 146
Kepatuhan Diet dengan Berat Badan Pre Hemodialisis pada Pasien Regular di Ruang Hemodialisa RSUD Nganjuk
___________. (2005). Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta : PT Rineka Cipta. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Edisi II. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam Dan Siti Pariani. (2003). Riset Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Potter & Perry. (2006). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Indonesia, Jakarta. Smet B. 1994. Psikologi Kesehatan, Jakarta : Grasindo Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Suryarinilsih, Y, 2010, Hubungan penambahan berat badanantara waktu du dialisisdengan kwalias hidup pasien hemodialsis di RS M. Djamil Padang, (http://skripsistikes.wordpress. com/2010/05/03/ikpiii25/) diakses 6 september 2012
Rachmach, L. 2007. Tuhan Aku Divonis Cuci Darah. Femmeline.Bandung
Tjokroprawiro, A, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta ; EGC
Sidabutar, S.P. (1992). Gizi Pada Gagal Ginjal Kronik. perhimpunan Nefrologi
Tjokronegoro,A, 2004,Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Jakarta;FKUI
147