Kemampuan Menulis Deskripsi melalui...(Nyayu Devi Natalia)
KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI MODEL PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 BANYUASIN II Oleh: Nyayu Devi Natalia (Dosen Universitas PGRI Palembang) Abstrak Masalah penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis deskripsi dapat ditingkatkan melalui model picture and picture pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendeskripsikan kemampuan menulis deskripsi serta kesan siswa terhadap pemanfaatan model picture and picture siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II. Prosedur penelitian adalah penelitian tindakan kelas. Siklus yang dilakukan dalam penelitian ini terdapat dua siklus. Berdasarkan analisis data melalui model picture and picture dalam menulis deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II, rata-rata hasil belajar siswa mengalami peningkatan selama dilakukan penelitian dalam 2 siklus, dari rata-rata 68,54% pada akhir siklus I tindakan pertama, meningkat menjadi 71,19% pada akhir siklus II tindakan kedua. Ketuntasan belajar klasikal mengalami peningkatan selama pada siklus II, dari rata-rata 86,29% pada akhir siklus I tindakan pertama, meningkat menjadi 93,54% pada tindakan kedua. Kata Kunci: Model Picture and Picture, Menulis Deskripsi WRITING SKILLS THROUGH MODEL DESCRIPTION PICTURE IN PICTURE AND CLASS VII SMP NEGERI 1 BANYUASIN II Abstract The problem of this research is how the ability to write descriptions can be improved through the model picture and picture in the seventh grade students of SMP Negeri 1 Banyuasin II. The purpose of this study to determine and describe the ability to write a description and an image of the student to use the model picture and picture seventh grade students of SMP Negeri 1 Banyuasin II. The procedure is classroom action research study. Cycles performed in this study, there are two cycles. Based on the analysis of the data through the model picture and picture in the seventh grade students write a description of SMP Negeri 1 Banyuasin II, the average student learning outcomes has increased during the study conducted in two cycles, an average of 68.54% at the end of the first cycle of the first act, increased to 71.19% at the end of the second cycle of the second act. Classical learning completeness increased during the second cycle, from an average of 86.29% at the end of the first cycle of the first act, increased to 93.54% in the second act. Kata Kunci: Picture and Picture Model, Deskripsi Writing
89
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 89-102
A. PENDAHULUAN Pembelajaran
bahasa
Indonesia
digunakan
untuk
meningkatkan
kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik lisan maupun tulisan. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, ada empat aspek yang harus dikuasai secara seimbang oleh siswa, yaitu kemampuan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut harus dapat dikuasai oleh setiap siswa dengan jenjang kelas yang sedang mereka ikuti. Dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa Indonesia, para siswa diharapkan mampu memperoleh kompetensi-kompetensi yang diperlukan dalam pembelajaran. Bahan kajian bahasa Indonesia yang sarat akan kompetensi itu, kegiatankegiatannya perlu diupayakan lebih baik sehingga kompetensi-kompetensi yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bahan kajian pembelajaran menulis. Keberhasilan pembelajaran menulis, memerlukan keterampilan guru dalam mengajar. Keterampilan guru sangat berpengaruh pada kemampuan siswa. Akhdiah (1999:1) mengatakan bahwa keterampilan menulis sangat bermanfaat bagi siswa dalam menempuh jenjang pendidikan berikutnya dan dalam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan menulis sangat dibutuhkan dalam kehidupan modern ini. Memiliki keterampilan menulis merupakan ciri orang yang senang mengungkapkan ide atau gagasan yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (1982:4) sebagai berikut. Tulisan dipergunakan oleh orang-orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan, dan mempengaruhi maksud serta tujuan seperti dapat menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan struktur kalimat. Berdasarkan pengamatan peneliti sebelum melaksanakan penelitian tindakan kelas, kenyataannya hasil menulis deskripsi yang ditemukan masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam pembelajaran
90
Kemampuan Menulis Deskripsi melalui...(Nyayu Devi Natalia)
menulis rata-rata 47,34%. Oleh karena itu, masih perlu teknik, model, dan media yang efektif y ang mendukung untuk keterampilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Penggunaan model picture and picture dalam menulis deskripsi belum diteliti sehingga peneliti ingin membuktikan model picture and picture, apakah dapat meningkatkan kemampuan menulis deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II. Kondisi demikian, menggugah peneliti untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II dengan menerapkan model picture and picture dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan menulis deskripsi dapat ditingkatkan melalui model picture and picture pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini untuk mengetahui kemampuan menulis deskripsi melalui model picture and picture pada siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II. Menulis merupakan kegiatan untuk mengungkapkan pokok pikiran, ide, gagasan secara tertulis. Keterampilan menulis perlu diberikan sejak duduk di sekolah dasar hingga perguruan tinggi agar bahasa yang digunakan dalam menulis mudah dipahami oleh pembaca. Oleh karena itu, keterampilan menulis perlu dibina dengan latihan-latihan yang intensif.
B. KAJIAN TEORETIK 1. Hakikat Menulis Menulis sebagai salah satu kemampuan berbahasa, membutuhkan keahlian dari seseorang dalam menguasai bentuk bahasa tulis untuk maksud (Keraf, 2001:42). Tarigan (1982:2) menyatakan bahwa menulis adalah keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi baik langsung maupun tidak langsung. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah keterampilan untuk mengemukakan gagasan, ide, atau pikiran dengan melukiskan
91
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 89-102
lambang-lambang bahasa ke dalam bentuk kalimat yang mudah dipahami pembaca.
2. Karakteristik Karangan Deskripsi Kata deskripsi berasal dari kata describe yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dari istilah tersebut, deskripsi adalah bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan keadaan, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar, mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan sesuai dengan cara penulisannya. Misalnya, suasa kampung yang begitu ramai, tentram, dan masyarakat yang saling menolong atau suasana di jalan raya, tentang hiruk pikuknya lalu lintas yang dilukiskan dalam karangan deskripsi. Jadi, karangan deskripsi merupakan karangan yang disusun untuk melukiskan sesuatu dengan maksud untuk menghidupkan kesan dan daya khayal yang mendalam pada si pembaca (Yunus, 2006:4). Untuk mencapai tujuan deskripsi, dituntut untuk mampu memilih dan mendayagunakan kata-kata yang tepat untuk memancing kesan dan citra indrawi dan batiniah pembaca. Sesuatu yang dideskripsikan harus tersaji secara gemblang, hidup, dan tepat.
3. Model Picture and Picture Proses pembelajaran tidak harus berasal dari guru dan dipindahkan ke siswa, tetapi siswa juga bisa mengajar antar siswa lainnya. Dengan adanya pengajaran antar siswa, maka diharapkan dapat mengajak siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran. Adapun sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa yang lain dalam tugas-tugas yang berstruktur adalah sistem pembelajaran kooperatif. Penerapan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang bisa mengarahkan siswa untuk menanamkan kemajuan bekerja sama dan bertindak aktif dalam proses pembelajaran. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif ini lebih banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,
tetapi
bukan
berarti
92
dalam
pencapaian
tujuan
belajar
Kemampuan Menulis Deskripsi melalui...(Nyayu Devi Natalia)
menyampingkan tugas seorang guru sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih. Guru diharapkan dapat memberikan arahan kepada siswa dan membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran (Lie, 2002:5). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang mejadi bahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah model picture and picture. Pembelajaran dengan menggunakan model ini menitikberatkan kepada gambar sebagai media penanaman sutu konsep tertentu. Gambar-gambar yang disajikan atau diberikan menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran karena siswa akan belajar memahami suatu konsep atau fakta dengan cara mendeskripsikan dan menceritakan gambar yang diberikan berdasarkan ide/gagasannya. Dalam proses pembelajarannya penggunaan media gambar dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif, kreatif dan menemukan sendiri dengan bantuan guru materi yang dipelajari. Media gambar menurut Riyanto (1990:12) merupakan salah satu jenis bahasa yang memungkinkan terjadinya komunikasi, yang diekspresikan lewat tanda dan simbol.
Media gambar merupakan salah satu jenis bahasa
yangmemungkinkan terjadinya komunikasi, yang diekspresikan lewat tanda dan simbol.
4. Langkah–Langkah Model pembelajaran Picture and Picture Adapun langkah-langkah dari pelaksanaan picture and picture ini menurut Suprijono (2010:125) terdapat enam langkah yaitu: 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikatorindikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik. 2. Memberikan materi pengantar sebelum kegiatan. Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
93
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 89-102
momentum
permulaan
pembelajaran.
Kesuksesan
dalam
proses
pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari. 3. Guru menyediakan gambar-gambar yang akan digunakan (berkaitan dengan materi). Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture atau gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan. Dalam perkembangan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu. 4. Guru
menunjuk
siswa
secara
bergilir
untuk
mengurutkan
atau
memasangkan gambar-gambar yang ada.Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau di modifikasi. 5. Guru memberikan pertanyaan mengenai alasan siswa dalam menentukan urutan gambar. Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indikator yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik. 6. Dari alasan tersebut guru akan mengembangkan materi dan menanamkan Konsep materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai. Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
94
Kemampuan Menulis Deskripsi melalui...(Nyayu Devi Natalia)
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indikator yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indikator yang telah ditetapkan.
C. METODE PENELITIAN Objek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II, Kabupaten Banyuasin tahun ajaran 2012—2013 yang berjumlah 34 siswa yang terdiri dari tiga kelas. Masing-masing kelas memiliki populasi yang sama yakni 34 siswa. Pada penelitian ini, peneliti hanya memilih salah satu kelas, yakni kelas VII.2 sebagai objek penelitian. Pemilihan siswa kelas VII.2 dikarenakan aktivitas belajar dan kemampuan menulis deskripsi siswa masih kalah baik jika dibandingkan dengan nilai siswa di kelas VII.1 dan VII.3. Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, maka peniliti memilih kelas VII.2 sebagai objek penelitian dengan asumsi tingkat keberhasilan akan lebih mudah. Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah terjemahan dari Classroom Action Research yaitu Action Research yang dilakukan di kelas (Wardhani, 2007:1—3). Menurut Arikunto (2007:91), “PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas”. Diperjelas oleh Wardhani (2007:14) yang menyatakan bahwa PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan melalui tahapan dalam tiap siklus untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II. Agar pelaksanaan tindakan dapat berjalan secara optimal seperti yang diharapkan, peneliti melalukan persiapan penelitian dengan melaksanakan hal-hal sebagai berikut. -
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan sumber belajar, dan media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.
95
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 89-102
-
Menyusun lembar angket, lembar wawancara, dan lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar di kelas ketika konsep pembelajaran diimplementasikan optimal. Oleh karena itu, hasil refleksi penjajakan awal digunakan untuk membuat rencana tindakan siklus I. Jika ternyata tindakan untuk mengatasi permasalahan yang muncul dengan memperbaiki tindakan siklus I
belum juga berhasil
menjawab
permasalahan dalam penelitian, maka hasil analisis dat dan refleksi digunakan unuk merencanakan kembali tindakan perbaikan pada siklus berikutnya. Peneliti melakukan refleksi berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan siklus I. Refleksi ini sebagai bentuk penilaian hasil tindakan penelitian kelas yang ditinjau dari peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II terhadap menulis deskripsi melalui model picture and picture. Refleksi ini juga dilakukan terhadap hasil observasi jalannya penelitian siklus I, hasilnya digunakan untuk perbaikan pada pelaksanaan tindakan siklus II, dan seterusnya. Namun, jika hasil belajar siswa telah mencapai target keberhasilan yaitu 85%, siswa telah mencapai nilai KKM 67 , maka siklus diberhentikan. Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian tindakan kelas yang pernah digunakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Dalam hal ini dilakukan empat langkah kegiatan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. “Teknik dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari data mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya“(Arikunto, 2002:206). Menurut Haryono (1995:110), “Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi merupakan pengambilan data-data yang dilakukan dengan mengambil data melalui dokumen untuk mendapatkan informasi yang ingin diperoleh selama penelitian. Teknik dokumentasi dalam penelitian ini, yaitu mengambil data dengan melihat dan meniliti daftar nilai siswa, daftar kehadiran siswa, rapor siswa, catatan guru, dan makalah. Kemudian diteliti dan dinilai untuk melihat nilai hasil
96
Kemampuan Menulis Deskripsi melalui...(Nyayu Devi Natalia)
belajar siswa dalam belajar dan tingkat kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diberikan oleh guru. Setiap data yang diamati dalam lembar observasi dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase. Untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran yang menyangkut aktivitas belajar siswa dan guru dilakukan dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dan guru yang dihitung dari jumlah skor yang diperoleh, kemudian dibagi dengan skor maksimum, hasilnya dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah. Bahri (2003:4) mengemukakan bahwa kategori observasi aktivitas belajar siswa ditentukan dengan kriteria: - 0% -- 33,33%
= rendah
- 33,345% --- 66,67% = sedang - 66,68 –- 100%
= tinggi
Hasil belajar siswa dianalisis dengan rumus yaitu: N =
Skoryangdidapat X 100% skormaksim um
Untuk menghitung ketuntasan hasil belajar siswa dengan cara menghitung jumlah jawaban benar dibagi jumlah soal dikali seratus persen. Selanjutnya, batas keberhasilan penelitian tindakan diukur secara klasikal 85% mendapat nilai 67 (sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Banyuasin II.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yaitu penelitian dilakukan dilakukan dengan beberapa siklus penelitian. Tindakan penelitian dilakukan sebanyak 2 kali per siklus. Hasil belajar menjadi alat ukur kemampuan individu dalam bidang pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil atau pengalaman belajar. Dalam kegiatan belajar terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Menurut Sabri (1996:59), “Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor lingkungan (faktor lingkungan alam/non sosial, dan faktor lingkungan sosial). Faktor instrumental (sarana fisik kelas,
97
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 89-102
guru, kurikulum, alat dan media pengajaran serta strategi pembelajaran yang digunakan akan mempengaruhi proses dan hasi belajar), faktor kondisi internal siswa (kondisi fisiologis dan psikologis siswa).” Penerapan model picture and picture merupakan salah satu model pembelajaran yang bisa mengarahkan siswa untuk menanamkan kemajuan bekerja sama dan bertindak aktif dalam proses pembelajaran. Dalam penerapan model picture and picture ini lebih banyak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran,
tetapi
bukan
berarti
dalam
pencapaian
tujuan
belajar
menyampingkan tugas seroang guru sebagai pengajar, pendidik dan pelatih. Guru diharapkan dapat memberikan arahan kepada siswa dan membantu siswa apabila mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran (Lie, 2002:5). Hasil tindakan pembelajaran pertama siklus pertama yang dilakukan pada tanggal 19 September 2012 belum memenuhi standar ketuntasan minimal. Masih banyak aspek yang harus diperbaiki. Siswa masih kurang termotivasi dan belum mengerti mengenai penerapan model picture and picture dalam menulis deskripsi. Nilai yang dicapai pada siklus I ini masih sangat rendah. Berdasarkan hasil analisa data pada lembar observasi siswa tersebut, dapat diketahui jika tingkat aktivitas dan apresiasi siswa terhadap materi ajar menulis deskripsi
berada
pada
tataran
cukup.
Untuk
lebih
jelasnya,
peneliti
mendeskripsikan dalam tujuh aspek penilaian sebagai berikut. 1. Keaktifan siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran menulis deskripsi pada tindakan pertama ini adalah 81,25% dan berada pada kategori baik. 2. Keaktifan siswa memberikan pertanyaan adalah 82,29% dan berada pada kategori baik. 3. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan adalah 77,08% dan berada pada kategori baik. 4. Keaktifan siswa mengajukan pendapat adalah 69,79% dan berada pada kategori cukup. 5. Keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru adalah 75% dan berada pada kategori baik.
98
Kemampuan Menulis Deskripsi melalui...(Nyayu Devi Natalia)
6. Keaktifan siswa mengerjakan tugas yanag diberikan guru dengan serius adalah 80,20% dan pada kategori baik. 7. Keaktifan siswa mengikuti pembelajaran hingga akhir adalah 73,95% dan berada pada kategori cukup. Berdasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa tingkat aktivitas dan apresiasi siswa terhadap materi pembelajaran menulis deskripsi masih perlu ditingkatkan lagi karena untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan tekad dan motivasi yang baik pula. Perolehan nilai rata-rata siklus I adalah 60,8 atau 25% siswa yang mencapai KKM. Berdasarkan hasil analisis data pada lembar observasi siswa, dapat diketahui jika tingkat aktivitas dan apresiasi siswa terhadap materi ajar menulis deskripsi berada pada tataran cukup. Untuk lebih jelasnya, peneliti mendeskripsikan dalam tujuh aspek penilaian sebagai berikut. 1. Keaktifan siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran menulis deskripsi pada tindakan pertama ini adalah 84,55% dan berada pada sangat baik. 2. Keaktifan siswa memberikan pertanyaan adalah 91,91% dan berada pada sangat baik. 3. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan adalah 80,14 % dan berada pada kategori baik. 4. Keaktifan siswa mengajukan pendapat adalah 86,74% dan berada pada kategori sangat baik. 5. Keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru adalah 78,67% dan berada pada kategori baik. 6. Keaktifan siswa mengerjakan tugas yanag diberikan guru dengan serius adalah 82,35% dan pada kategori baik. 7. Keaktifan siswa mengikuti pembelajaran hingga akhir adalah 80,88% dan berada pada kategori baik. Berdasarkan pernyataan di atas, disimpulkan bahwa tingkat aktivitas dan apresiasi siswa terhadap materi pembelajaran menulis deskripsi masih perlu
99
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 89-102
ditingkatkan lagi karena untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan tekad dan motivasi yang baik pula. Berdasarkan hasil analisis data pada lembar observasi siswa tersebut, dapat diketahui jika tingkat aktivitas dan apresiasi siswa terhadap materi ajar menulis deskripsi
berada
pada
tataran
cukup.
Untuk
lebih
jelasnya,
peneliti
mendeskripsikan dalam tujuh aspek penilaian sebagai berikut. 1. Keaktifan siswa memberikan respon positif terhadap pembelajaran menulis deskripsi pada tindakan pertama ini adalah 87,50% dan berada pada kategori sangat baik. 2. Keaktifan siswa memberikan pertanyaan adalah 94,85% dan berada pada kategori sangat baik. 3. Keaktifan siswa mengajukan pertanyaan adalah 89,70% dan berada pada kategori sangat baik. 4. Keaktifan siswa mengajukan pendapat adalah 88,97% dan berada pada kategori sangat baik. 5. Keaktifan siswa menjawab pertanyaan guru adalah 87,90% dan berada pada kategori sangat baik. 6. Keaktifan siswa mengerjakan tugas yanag diberikan guru dengan serius adalah 92,64% dan pada kategori sangat baik. 7. Keaktifan siswa mengikuti pembelajaran hingga akhir adalah 93,38% dan berada pada kategori sangat baik. Berdasarkan hasil analisis di atas, disimpulkan bahwa tingkat aktivitas dan apresiasi siswa terhadap materi pembelajaran menulis deskripsi masih perlu ditingkatkan lagi karena untuk mendapatkan hasil belajar yang baik diperlukan tekad dan motivasi yang baik pula. Berdasarkan hasil observasi di atas, terlihat jika tingkat aktivitas siswa mengalami peningkatan yang sangat signifikan jika dibandingkan dengan hasil tindakan sebelumnya. Hingga akhir tindakan pembelajaran kedua siklus II, ratarata persentase ketujuh aspek pengamatan masuk dalam kategori sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model picture and picture dalam menulis deskripsi berhasil diterapkan.
100
Kemampuan Menulis Deskripsi melalui...(Nyayu Devi Natalia)
Persentase peningkatan pada tindakan pembelajaran pertama pada siklus I sebesar 63,46%. Selanjutnya, pada tindakan kedua masih pada siklus I kembali terjadi peningkatan yang cukup baik, yaitu 65,29%. Tindakan pertama pada siklus II juga terjadi peningkatan yang lumayan baik, yaitu 76,47%. Pada akhir siklus II, terjadi peningkatan yang signifikan yaitu 78,23%. Selain itu, nilai rata-rata siswa dari tindakan pertama pada siklus I hingga akhir tindakan siklus II. Terdapat pada tabel 4.13 berikut.
E. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil peneliltian dan pembahasan proses mengajar melalui model picture and picture dalam menulis deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 1 Banyuasin II dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Model picture and picture dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis deskripsi. Hal ini terlihat dari peningkatan-peningkatan pada lembar observasi siswa dari tindakan pertama siklus I hingga akhir tindakan siklus II. 2. Model picture and picture dapat meningkatkan imajinasi pada proses berpikir siswa dalam mengembangkan menulis deskripsi. 3. Penerapan model picture and picture membantu siswa memahami suatu tulisan deskripsi berdasarkan gambar-gambar yang dilihat. 4. Melalui model picture and picture picture and picture ini terlihat adanya peningkatan hasil belajar siswa dan peningkatan aktivitas siswa yang sangat signifikan. Hasil temuan lapangan menunjukkan guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagai pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui pembelajaran kooperatif serta creativity and diversity sangat menonjol dalam model pembelajaran ini. Dengan menggunakan menggunakan model picture and picture guru mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn).
101
Wahana Didaktika Vol. 12 No. 3 September 2014 : 89-102
2. Saran Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disarankan sebagai berikut. 1. Bagi guru, kiranya dapat mencoba model picture and picture pada mata pelajaran lainnya guna meningkatkan hasil belajar siswa, baik secara individual maupun klasikal. 2. Bagi SMP Negeri 1 Banyuasin II, hasil penelitian agar dapat dijadikan acuan dalam strategi merancang satuan pembelajaran. 3. Bagi Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Banyuasin, . hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan masukan bagi sekolah menengah atas dalam menyusun kebijakan mutu pendidikan siswa. 4. Bagi para peneliti lain, hendaknya dapat memodifikasi kembali pelaksanaan penelitian tindakan kelas, misalnya dengan menambah variabel motivasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA Akhdiah. 1990. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Angkasa. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Haryono. 1995. Prinsip Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Keraf. 2001. Komposisi. Jakarta: Rineka Cipta. Lie. 2002. Strategi Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Riyanto. 1990. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sabarti, Putri. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sabri. 1996. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta. Suprijono. 2010. Pengantar Metode Penelitian. Jakarta: UI Press. Tarigan, Henry Guntur. 1982. Pengajaran Menulis. Bandung: Angkasa. Yunus. 2006. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Universitas Terbuka.
102