KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA Asep Sukenda Egok STKIP Lubuk Linggau Sumatera Selatan
[email protected] Abstract: The purpose of this study is to determine the relationship of ability critical thinking and self-regulated learning with learning outcomes of Mathematic Student Class V State Elementary School Sirnagalih Cluster I District City of Bogor, the number of students as many as 153 students. The technique used to analyze the data is the statistical technique of regression and correlation.The research result showed that there was a positive correlation between (1) Critical thinking and Mathematics learning outcomes (2) Self-regulated learning Mathematics learning outcomes (3) Critical thinking, Self-regulated learning and Mathematics learning outcomes. It can be concluded there is relationship between critical thinking, self-regulated learning and Mathematics learning outcomes. Keyword: Critical Thinking, Self-regulated learning, Mathematics learning outcomes. Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan berpikir kritis dan kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Negeri Kota Bogor, dengan jumlah siswa sebanyak 153 orang siswa. Teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah teknik statistik regresi dan korelasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi positif antara (1) kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar matematika (2) kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika (3) kemampuan berpikir kritis dan kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika. Berarti hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kemampuan berpikir kritis dan kemandirian belajar dengan hasil belajar matematika. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kemandirian Belajar, Hasil Belajar Matematika
Matematika merupakan mata pelajaran
tingkat
yang diajarkan di Indonesia sejak bangku
dikesampingkan dan selalu mendapat
Sekolah Dasar hingga perguruan tinggi
tantangan yang tidak ringan dari waktu
dan dijadikan tolak ukur untuk kelulusan
ke waktu. Pelajaran matematika sering
siswa dengan diujikannya pada ujian
diidentikkan dengan angka-angka, rumus
nasional. Oleh karena itu penguasaan
dan mencakup beberapa operasi hitung
terhadap matematika khususnya pada
lainnya. Oleh sebab itu, matematika
185
sekolah
dasar
tidak
dapat
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
menjadi mata pelajaran yang kurang
merupakan
disukai oleh siswa. Hal ini menyebabkan
faktor
hasil belajar matematika siswa masih
Pengaruh tersebut bisa datang dari dalam
belum memuaskan. Pencapaian hasil
siswa itu sendiri (faktor internal) dan
belajar matematika siswa cenderung
bisa datang dari luar (faktor eksternal).
lebih rendah dibandingkan dengan mata
Faktor dari dalam diri siswa meliputi:
pelajaran lain seperti IPA, IPS dan
kecerdasan, kemampuan berpikir kritis,
Bahasa Indonesia.
motivasi, kesehatan, dan cara belajar
Hasil survey yang dilakukan oleh sebuah
organisasi
dalam
akumulasi
yang
naungan
faktor dari luar meliputi lingkungan
Development (OECD) yang bernama
lingkungan masyarakat.
lingkungan
sekolah,
dan
Student
Kemampuan berpikir kritis diduga
Assesement (PISA) yang diadakan setiap
memiliki hubungan yang erat dengan
3
tahun
International
siswa.
serta kemandirian belajar. Sedangkan keluarga,
for
berbagai
mempengaruhi
Organization Economic Cooperation and Program
dari
sekali
tahun
2000
matematika, karena kemampuan berpikir
pendidikan
dan
kritis memberikan arahan yang lebih
kemampuan dari siswa sekolah, ternyata
tepat kepada siswa dalam berpikir,
Indonesia
bekerja, dan membantu lebih akurat
mengenai
terendah
sejak
sistem berada ke-2
matematika. menunjukkan
pada
dalam Data
peringkat
bidang
ilmu
dalam menentukan keterkaitan sesuatu
lain
yang
dengan lainnya.
rendahnya
prestasi
Di
samping
faktor
kemampuan
matematika siswa Indonesia dapat dilihat
berpikir kritis, faktor kemadirian belajar
dari
Statistik
juga diduga mempunyai pengaruh yang
Internasional untuk Pendidikan (National
cukup penting dalam pencapaian hasil
Center for Education in Statistics, 2003)
belajar
terhadap 41 negara dalam pembelajaran
merupakan suatu usaha yang dilakukan
matematika,
untuk
hasil
survei
Pusat
dimana
Indonesia
siswa.
Kemandirian
melakukan cara
aktivitas
mandiri
atas
belajar belajar
mendapatkan peringkat ke 39 di bawah
dengan
dasar
Thailand dan Uruguay.
motivasinya sendiri untuk menguasai
Hasil belajar bukanlah sesuatu yang
suatu materi tertentu sehingga bisa
berdiri sendiri. Artinya, hasil belajar
dipakai untuk memecahkan masalah
186
Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Asep Sukenda Egok yang sedang dihadapi. Sehingga dalam
53,67%, Sekolah Dasar Negeri sebanyak
kemandirian belajar, seorang siswa harus
47,69%, dan Sekolah Dasar Negeri 4
proaktif serta tidak tergantung pada guru.
sebanyak 40,30%.
sedangkan sisanya di
Kemandirian
belajar
menuntut
mereka
sebelum
dan
siswa
akan
memperoleh
aktif
baik
ketuntasan
untuk sesudah
nilai
minimal.
bawah berarti
batas dapat
proses
dikatakan kemampuan siswa tersebut
pembelajaran berlangsung. Siswa yang
menguasai materi pelajaran matematika
mandiri akan mempersiapkan materi
dapat
yang akan dipelajari. Sesudah proses
kesulitan.
dikatakan
masih
mengalami
dilakukan
beberapa
pembelajaran selesai, siswa akan belajar
Setelah
kembali mengenai materi yang sudah
wawancara
disampaikan dengan cara membaca atau
diketahui bahwa sebagian siswa yang
berdiskusi.
Sehingga
siswa
yang
memiliki hasil belajar rendah karena
menerapkan
belajar
mandiri
akan
kurang termotivasi belajar matematika.
jika
Berdasarkan hasil wawancara peneliti
dibandingkan dengan siswa yang tidak
kepada guru kelas dapat diketahui juga
menerapkan prinsip mandiri.
bahwa pembelajaran matematika yang
mendapat
prestasi
lebih
baik
dengan
pihak
sekolah
Hasil observasi pendahuluan yang
diajarkan guru cenderung abstrak dan
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Kota
diberikan secara klasikal melalui metode
Bogor menunjukkan adanya hasil belajar
ceramah
matematika yang kurang maksimal dari
kemungkinan penerapan metode lain
siswa.
yang sesuai dengan jenis materi, bahan
Setelah
dilakukan
observasi
ditemukan bahwa terdapat perbedaan
tanpa
banyak
melihat
dan alat yang tersedia.
hasil belajar siswa antara satu dengan
Pembelajaran yang masih bersifat
lain. Hal ini dapat dilihat dari nilai
teacher-centered
matematika kelas V Sekolah Dasar
menjadikan guru sebagai
Negeri
utama proses belajar mengajar, siswa
Kota
Bogor
diperoleh data bahwa
sebagaimana hasil
belajar
approach
ini
penggerak
hanya memperoleh informasi dari guru
matematika siswa Sekolah Dasar Negeri
saja.
yang berada di atas KKM sebanyak
berlangsung satu arah, siswa jarang
53,83%, Sekolah Dasar Negeri sebanyak
diberi kesempatan untuk mengemukakan
187
Kegiatan
pembelajaran
hanya
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
ide
dan
gagasannya.
Pembelajaran
menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-
seperti ini tidak efektif karena tidak
dasar
mendukung
tumbuh
kembangnya
pertanyaan, seperti “bagaimana” (how)
kemampuan
berpikir
kritis
dan
dan
kemandirian belajar siswa. Idealnya
untuk berpikir
kemandirian
belajar
“mengapa”
dalam (why).
menjawab Dalam
hal
berpikir kritis ini juga siswa dituntut meningkatkan
kemampuan
pengertian
kritis
untuk menggunakan strategi kognitif
dan
siswa
tertentu
pada
yang
untuk
menguji
keandalan gagasan pemecahan masalah
pembelajaran matematika yaitu dengan
dan
merancang
suatu
kekurangan.
pembelajaran
yang
pendekatan lebih
tepat
banyak
mengatasi Dari
kesalahan
atau
pendapat ahli di atas, dapat
melibatkan interaksi siswa secara aktif
dipahami bahwa yang dimaksud dengan
dan
proses
berpikir kritis adalah kemampuan untuk
pembelajaran sehingga dapat menggali
berpikir secara logis, reflektif, dan
potensi dan meningkatkan kemampuan
produktif
yang
yang dimilikinya. Tanpa terlibat secara
menilai
situasi
aktif selama pembelajaran di kelas, siswa
pertimbangan dan keputusan yang baik.
penemuan
dalam
diaplikasikan untuk
dalam
membuat
tidak dapat mengembangkan kapasitas
Fisher (2009: 23) mendefenisikan
berpikir, bernalar, dan memecahkan
berpikir kritis adalah interpretasi dan
masalah matematis secara tepat dan kuat.
evaluasi yang terampil dan aktif terhadap
Menurut berpikir
De
kritis
Porter adalah
(2001: berlatih
79)
observasi dan komunikasi, informasi dan
atau
argumentasi.
Lebih lanjut, Johnson
memasukkan penilaian atau evaluasi
(2010: 125) mengatakan bahwa berpikir
yang cermat, seperti menilai kelayakan
kritis adalah sebuah proses terorganisasi
suatu gagasan atau produk.
Muhibbin
yang memungkinkan siswa mengevaluasi
mendefenisikan berpikir rasional dan
bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang
kritis adalah perwujudan perilaku belajar
mendasari pernyataan orang lain. Dari
terutama
dengan
pendapat ahli di atas dapat dipahami
Hal ini dapat
bahwa kemampuan berpikir kritis adalah
dipahami bahwa siswa yang memiliki
suatu proses yang dilakukan siswa
kemampuan
dengan
yang
bertalian
pemecahan masalah. berpikir
kritis
akan
188
terampil
dan
aktif
secara
Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Asep Sukenda Egok terorganisasi yang memungkinkan siswa
responssibly while overcoming feelings
mengevaluasi bukti terhadap observasi
of shame and doubt."
dan
dipahami
komunikasi,
informasi
dan
bahwa adalah
Hal ini dapat
kemandirian kemampuan
atau
argumentasi. Adapun tujuan dari berpikir
otonomi
untuk
kritis adalah untuk mencapai pemahaman
mengendalikan dan mengatur pikiran,
yang mendalam.
perasaan dan tindakan sendiri secara
Selain Kemampuan berpikir kritis,
bebas serta berusaha sendiri untuk
kemandirian belajar siswa erat kaitannya
mengatasi perasaan-perasaan malu dan
dengan
keragu-raguan.
mata
pelajaran
matematika.
Barnadib (dalam Fatimah, 2006: 53)
semua
segi
dari
yang mengatakan bahwa kemandirian
Kencendrungan
meliputi perilaku mampu berinisiatif,
mendorong individu ke depan menuju
mampu mengatasi hambatan/ masalah,
satu tingkat pematangan ke tingkat
mempunyai rasa percaya diri dan dapat
pematangan berikutnya, yang diikuti
melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan
dengan pertumbuhan dan penyesuaian
orang lain.
diri. Dengan demikian dapat dikatakan
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami
bahwa
kemandirian
bersaing
untuk
maju
ialah
berasal
dihadapi,
dari
dalam
individu
dan
demi METODE
keputusan dan inisiatif untuk mengatasi yang
ini
aktivitasnya ditentukan diri sendiri.
kebaikan dirinya, mampu mengambil masalah
diri
bahwa dorongan aktualisasi diri ini
keadaan dimana seseorang memiliki hasrat
aktualisasi
individu.
Penelitian
memiliki
ini
menggunakan
kepercayaan diri dalam mengerjakan
pendekatan kuantitatif, dengan metode
tugas-tugasnya, dan bertanggung jawab
survey dan teknik korelasional yang
terhadap apa yang dilakukannya.
menggambarkan
tentang
variabel-
variabel
diteliti,
sekaligus
Seifert Desmita,
dan
Hoffnung
(dalam
yang
menyelidiki hubungan antar variabel.
2011: 12) mendefinisikan
otonomi atau kemandirian sebagai "the
Penelitian
ability to govem and regulate one's own
memperoleh
thoughts, feelings, and actions freely and
hubungan
189
ini
dilakukan pembuktian
variabel-variabel
untuk tentang yang
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
mempengaruhi hasil belajar matematika
histogram, (b) ukuran pemusatan data
(Y)
digunakan
yang
terdiri
dari
kemampuan
untuk
mengetahui
gejala
berpikir kritis (X1) dan kemandirian
pusat meliputi mean (rerata, median dan
belajar (X2). Hubungan ketiga variabel
modus, serta (c) ukuran penyebaran data
tersebut
yaitu
dapat
diilustrasikan
pada
gambar sebagai berikut:
rentang
skor
varians,
dan
simpangan baku (standar deviasi). Penyajian
X1
dalam
penelitian
analisis ini
deskriptif
meliputi
tiga
variabel yaitu: (Y) variabel hasil belajar
Y
matematika, (X1) variabel kemampuan
X2
berpikir kritis, (X2) variabel kemandirian Gambar 1. Konstelasi Masalah Penelitian
belajar.
Masing-masing
disajikan
distribusi
variabel
frekuensi
dan
histogram, ukuran pemusatan data, dan
Populasi dalam penelitian ini
ukuran penyebaran.
adalah seluruh siswa kelas V Sekolah
Analisis Inferensial menyajikan tiga hal
Dasar Negeri Kota Bogor. Populasi
yaitu uji korelasi, korelasi ganda, dan uji
target (sampling frame) adalah siswa-
signifikansi.
siswi kelas V Sekolah Dasar Negeri
digunakan untuk mengetahui seberapa
yang berjumlah 153 orang.
erat
Penilaian
hasil
matematika dalam bentuk
belajar
Analisis
hubungan
antara
Korelasi variabel
independen dengan variabel dependen.
soal tes
Analisis
regresi
digunakan
untuk
pilihan ganda dengan 25 butir soal.
menaksirkan nilai variabel y berdasarkan
Penilaian kemampuan berpikir kritis
nilai variabel x serta taksiran perubahan
dalam bentuk soal tes pilihan ganda
y untuk setiap satuan perubahan variabel
sebanyak
Penilaian
x. Pengujian hipotesis pada penelitian ini
bentuk
diadakan dengan melakukan uji thitung
30
kemandirian
butir belajar
soal. dalam
angket dengan 32 butir pernyataan.
dengan mencari besarnya thitung yang
Analisis deskriptif menyajikan
akan
tiga hal yaitu (a) penyajian data dalam bentuk
distribusi
frekuensi
dibandingkan
dengan
ttabel.
Koefisien determinasi untuk menyatakan
dan
190
Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Asep Sukenda Egok besar
kecilnya
sumbangan
variabel
matematika
independen terhadap variabel dependen.
rata (X ) = 45,15, modus (Mo) = 44, dan median (Me) = 44. Skor hasil belajar
Data yang diperoleh dari tes hasil
matematika disusun ke dalam distribusi
belajar matematika yang terdiri dari 25
frekuensi pada tabel 1 serta disajikan
soal dengan jumlah siswa sebanyak 153 siswa.
Skor
perhitungan
deskripsi data dapat diketahui nilai rata-
HASIL PENELITIAN
orang
didapatkan
hasil
dalam bentuk histogram sebagaimana
belajar
ditunjukan
pada
tabel
berikut.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Skor Hasil Belajar Matematika Kelas Batas Interval Bawah 12 – 20 11,5 21 – 29 20,5 30 – 38 29,5 39 – 47 38,5 48 – 56 47,5 57 – 65 56,5 66 – 74 65,5 75 – 83 74,5 Jumlah
Batas Atas 20,5 29,5 38,5 47,5 56,5 65,5 74,5 83,5
Frek. Absolut 10 20 22 30 36 28 11 6 153 dari
Berdasarkan data tabel di atas, dari
Frek. Relatif 6,54% 13,07% 14,38% 19,61% 23,53% 11,76% 7,19% 3,92% 100,00% 30
soal
sebanyak
153
Frek. Kumulatif 6,54% 19,61% 33,99% 53,60% 77,13% 88,89% 96,08% 100,00%
dengan
jumlah
siswa
orang
siswa.
Skor
153 sampel penelitian skor hasil belajar
Kemampuan Berpikir Kritis didapatkan
matematika yang berada di kelompok
perhitungan deskripsi data dapat diketahui
rata-rata
mean
sebanyak
30
orang
siswa
=
45,80;
modus
=
43,
(19,61%) dan 52 orang siswa (33,99%)
median = 46,67; standar deviasi = 14,733
berada di bawah kelompok rata-rata
dan varians = 217,072. Skor kemampuan
sedangkan di atas kelompok rata-rata
berpikir kritis disusun ke dalam distribusi
sebanyak 81 orang siswa (46,40%) di atas
frekuensi pada tabel 2 serta disajikan
kelompok rata-rata.
dalam bentuk histogram sebagaimana
Data yang diperoleh dari tes
ditunjukan
kemampuan berpikir kritis yang terdiri
191
pada
tabel
berikut.
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Interval 13 – 20 21 – 28 29 – 36 37 – 44 45 – 52 53 – 60 61 – 68 69 – 76 77 – 84 Jumlah
Batas Bawah 12,5 20,5 28,5 36,5 44,5 52,5 60,5 68,5 76,5
Batas Atas 20,5 28,5 36,5 44,5 52,5 60,5 68,5 76,5 84,5
Frek. Absolut 11 8 16 39 26 28 15 8 2 153
Frek. Relatif 7,19% 5,23% 10,46% 25,49% 16,99% 18,3% 9,8% 5,23% 1,31% 100,00%
Frek. Kumulatif 7,19% 12,42% 22,88% 48,37% 65,36% 83,66% 93,46% 98,69% 100,00%
Berdasarkan data tabel 2 di atas,
(48,37%) berada di bawah kelompok
153
skor
rata-rata sedangkan sebanyak 53 orang
kemampuan berpikir kritis yang berada
siswa (34,64%) di atas kelompok rata-
di kelompok rata-rata sebanyak 26 orang
rata.
dari
sampel
penelitian
siswa (16,99%) dan 74 orang siswa Data
yang
angket
(Mo) = 106; median (Me) = 111. Skor
kemandirian belajar yang terdiri dari 32
kemandirian belajar disusun kedalam
soal dengan jumlah siswa sebanyak 153
distribusi frekuensi pada tabel 3 serta
orang
disajikan
siswa.
Kemandirian perhitungan
diperoleh
Skor Belajar deskripsi
dari
dari
angket
didapatkan data
dalam
sebagaimana
dapat
berikut:
diketahui mean (X) = 111,30; modus
192
bentuk
ditunjukan
histogram pada
tabel
Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Asep Sukenda Egok
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kemandirian Belajar Kelas Interval 77 – 85 86 – 94 95 – 103 104 – 112 113 – 121 122 – 130 131 – 139 140 – 148 Jumlah
Batas Bawah 76,5 85,5 94,5 103,5 112,5 121,5 130,5 139,5
Batas Atas 85,5 94,5 103,5 112,5 121,5 130,5 139,5 148,5
Frek. Absolut 14 15 19 36 31 20 11 7 153
Frek. Relatif 9,15% 9,8% 12,42% 23,53% 20,26% 13,07% 7,19% 4,58% 100,00%
Frek. Komulatif 9,15% 18,95% 31,37% 54,90% 75,16% 88,23% 95,42% 100,00%
Berdasarkan data tabel di atas,
hubungan kemampuan berpikir kritis
153
skor
dengan hasil belajar matematika siswa
kemandirian belajar yang berada di
kelas V di SDN Sirnagalih Gugus I
kelompok rata-rata sebanyak 36 orang
Kecamatan Taman Sari Kota Bogor
siswa (23,53%) dan 48 orang siswa
adalah searah (positif), hal tersebut
(31,37%) berada di bawah kelompok
ditunjukan pada koefisien regresi atau
rata-rata sedangkan sebanyak 69 orang
nilai b dalam persamaan regresi tersebut
siswa (45,10%) di atas kelompok rata-
yang menunjukan angka positif sebesar
rata.
0,535 yang mengandung arti bahwa
dari
sampel
penelitian
Hipotesis pertama yang diajukan
setiap kenaikan berpikir kritis 1 satuan
dalam penelitian ini menyatakan bahwa
akan diikuti dengan kenaikan hasil
terdapat hubungan positif dan signifikan
belajar
antara kemampuan berpikir kritis dan
penurunan
sebesar
hasil
Demikian
pula
belajar
matematika
hal
ini
matematika
mengalami 0,535
satuan.
sebaliknya,
jika
ditunjukan dengan thitung = jauh lebih
kemampuan berpikir kritis mengalami
besar pada ttabel pada taraf signifikan
penurunan 1 satuan maka hasil belajar
= 0,05 yaitu 1,645. atau thitung 6,936 >
matematika
1,645. Pola hubungan antara kedua
mengalami penurunan sebesar 0,535
variabel ini dinyatakan oleh persamaan
satuan. Dan nilai koefisien a (intercept)
regresi Ŷ = 20,658 + 0,535 X1.
sebesar 20,658 yang mempunyai arti apa
Persamaan
bila tidak terdapat kemampuan berpikir
ini
menunjukan
bahwa 193
akan
lebih
cenderung
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
kritis
diperkirakan
hasil
belajar
matematika siswa kelas V di Sekolah
matematika sebesar 20,658 satuan.
Dasar Negeri Kota Bogor adalah searah
Hasil analisis korelasi sederhana
(positif), hal tersebut ditunjukan pada
antara kemampuan berpikir kritis dengan
koefisien regresi atau nilai b dalam
hasil belajar matematika siswa kelas V
persamaan
di Sekolah Dasar Negeri Kota Bogor
menunjukan angka positif sebesar 0,394
diperoleh rtabel sebesar 0,492. Dari hasil
yang mengandung arti bahwa setiap
tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua
kenaikan kemandirian belajar 1 satuan
variabel
akan diikuti dengan kenaikan hasil
(Positif).
tersebut
kuat
Sedangkan
dan hasil
searah analisis
regresi
belajar
tersebut
matematika
yang
mengalami
koefisien determinasi antara variabel X1
penurunan
sebesar
dan Y maka R Square sebesar 0,242 atau
Demikian
pula
24,2%. Hal ini menunjukan pengaruh
kemampuan
positif dari kemampuan berpikir kritis
mengalami penurunan 1 satuan maka
siswa dengan hasil belajar matematika
hasil belajar matematika akan lebih
siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri
cenderung mengalami penurunan sebesar
Kota Bogor sebesar 24,2% sedangkan
0,394 satuan. Dan nilai koefisien a
sisanya 75,8 % merupakan faktor lain.
(intercept)
Hipotesis kedua yang diajukan
0,394 sebaliknya,
kemandirian
sebesar
1,583
satuan. jika belajar
yang
mempunyai arti apabila tidak terdapat
dalam penelitian ini menyatakan bahwa
kemampuan
kemandirian
belajar
terdapat hubungan positif dan signifikan
diperkirakan hasil belajar matematika
antara kemandirian belajar dan hasil
sebesar 1,583 satuan.
belajar matematika hal ini ditunjukan
Hasil analisis korelasi sederhana
dengan thitung = jauh lebih besar pada
antara kemandirian belajar dengan hasil
ttabel pada taraf signifikan = 0,05
belajar matematika siswa kelas V di
yaitu 1,645 atau thitung 5,436 > 1,645.
Sekolah Dasar Negeri Kota Bogor
Pola hubungan antara kedua variabel ini
diperoleh r sebesar 0,405. Dari hasil
dinyatakan oleh persamaan regresi Ŷ =
tersebut dapat disimpulkan bahwa kedua
1,583 + 0,394 X2. Persamaan ini
variabel
menunjukan
(Positif).
bahwa
hubungan
tersebut
kuat
Sedangkan
dan hasil
searah analisis
koefisien determinasi antara variabel X2
kemandirian belajar dengan hasil belajar
194
Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Asep Sukenda Egok dan Y maka R Square sebesar 0,164 atau
menunjukan positif sebesar 0,461 yang
16,4%. Hal ini menunjukan pengaruh
mengandung arti bahwa setiap kenaikan
positif dari kemandirian belajar siswa
kemampuan berpikir kritis siswa 1
dengan hasil belajar matematika siswa
satuan akan di ikuti dengan kenaikan
kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kota
hasil belajar Matematika sebesar 0,461
Bogor sebesar 16,4% sedangkan sisanya
satuan. Demikian pula sebaliknya jika
83,6% merupakan faktor lain.
kemampuan berpikir kritis mengalami
Hipotesis ketiga yang diajukan
penurunan 1 satuan maka hasil belajar
dalam penelitian ini menyatakan bahwa
matematika akan mengalami penurunan
terdapat hubungan positif dan signifikan
sebesar 0,461 satuan.
antara kemampuan berpikir kritis dan
Dari
kemandirian belajar dengan hasil belajar
kemandirian
matematika hal ini ditunjukan dengan
belajar
thitung = jauh lebih besar pada ttabel
pengaruhnya
pada taraf signifikan = 0,05 yaitu
tersebut
1,645 atau thitung 6,217 > 1,645. Pola
regresi atau nilai b2 dalam persamaan
hubungan antara kedua variabel ini
regresi tersebut yang menunjukan angka
dinyatakan oleh persamaan regresi Ŷ = -
positif sebesar 0,305 yang mengandung
9,681 + 0,461X1 + 0,305 X2. Persamaan
arti bahwa setiap kenaikan kemandirian
ini
belajar siswa 1 satuan akan diikuti
menunjukan
kemampuan
bahwa
berpikir
hubungan kritis
belajar
matematika
regesi
terhadap
hasil
terlihat
searah
ditunjukan
dengan
dan
persamaan
bahwa
(positif). pada
kenaikan
koefisien
hasil
belajar
0,305
satuan.
kemandirian belajar dengan hasil belajar
matematika
matematika siswa kelas V di Sekolah
Demikian
Dasar Negeri Kota Bogor adalah searah
kemandirian
(positif),
penurunan 1 satuan maka hasil belajar
persamaan
hal
tersebut
regresi
ditunjukan
tersebut
sebesar
Hal
pula
sebaliknya
belajar
jika
mengalami
matematika akan mengalami penurunan
terlihat
sebesar 0,305 satuan.
bahwa terdapat hubungan kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar
Hasil analisis korelasi sederhana
matematika, hal tersebut ditunjukan pada
antara kemampuan berpikir kritis dan
koefisien persamaan
regresi regresi
b1
dalam
kemandirian belajar dengan hasil belajar
tersebut
yang
matematika siswa kelas V di Sekolah
atau
195
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
Dasar Negeri Kota Bogor diperoleh rtabel
menganalisis dan melakukan penelitian
sebesar 0,579. Dari hasil tersebut dapat
ilmah.
disimpulkan tersebut
kuat
Sedangkan
Sebaliknya
semakin
rendah
bahwa
kedua
variabel
kemampuan berpikir kritis siswa maka
dan
searah
(Positif).
semakin
analisis
koefisien
matematika
hasil
rendah
pula
yang
hasil
belajar
diperoleh
siswa.
determinasi antara variabel X2 dan Y
Dengan
demikian
maka R Square sebesar 0,335 atau
bahwa
salah
33,5%. Hal ini menunjukan pengaruh
meningkatkan hasil belajar matematika
positif
dan
dapat ditentukan melalui kemampuan
kemandirian belajar siswa dengan hasil
berpikir kritis siswa. Didukung dengan
belajar matematika siswa kelas V di
teori Johnson (2010: 125) memaknai
Sekolah Dasar Negeri Kota Bogor
kemampuan berpikir kritis merupakan
sebesar 33,5% sedangkan sisanya 66,5 %
sebagai proses yang terarah dan jelas
merupakan faktor lain.
yang digunakan dalam kegiatan mental
dari
berpikir
kritis
dapat
satu
dijelaskan
faktor
untuk
seperti pemecahan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi dan
PEMBAHASAN Berdasarkan
hasil
melakukan penelitian ilmah.
pengujian
Kemandirian
statistik tersebut menunjukan bahwa
signifikan
yang cukup signifikan terhadap hasil
yang
tinggi kemampuan berpikir kritis siswa maka semakin tinggi pula hasil belajar Karena
diperoleh
siswa.
mengambil
dalam keputusan,
belajar
akan
dalam
dengan
cara
membuat
aktivitas mandiri
siswa
belajarnya atas
dasar
orang
lain.
Sebaliknya
jika
kemandirian belajar siswa rendah, maka
dan jelas yang digunakan dalam kegiatan masalah
positif
proaktif
pada
merupakan sebagai proses yang terarah seperti
hasil
motivasinya sendiri dan tidak tergantung
kemampuan berpikir kritis
pembelajaran
terhadap
matematika, dimana kemandirian belajar
belajar matematika, dimana semakin
yang
siswa
memberikan konstribusi yang cukup
berpikir kritis memberikan konstribusi
matematika
belajar
siswa tidak akan proaktif dalam aktivitas
pemecahan
belajarnya dan cenderung akan belajar
pembelajaran,
saat mendapat perintah saja. Dengan
kemampuan
demikian dapat dijelaskan bahwa salah
196
Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Matematika Asep Sukenda Egok satu faktor untuk meningkatkan hasil
siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri
belajar Matematika dapat ditentukan
Kota Bogor.
melalui
kemandirian
belajar
siswa
karena kemandirian belajar merupakan
SIMPULAN
keadaan dimana seseorang memiliki hasrat
bersaing
untuk
maju
Berdasarkan paparan temuan di
demi
atas, maka disimpulkan bahwa hipotesis
kebaikan dirinya, mampu mengambil
pertama
keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah
yang
dihadapi,
belajar matematika (Y) pada siswa kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kota Bogor.
terhadap apa yang dilakukannya. Hal ini
Hipotesis kedua diterima yaitu terdapat
diperkuat oleh Slavin ( yang mengatakan yang
hubungan positif antara
memiliki
belajar
kemandirian tinggi akan tumbuh rasa
positif
Hasil pengujian statistik tersebut
kelas V di Sekolah Dasar Negeri Kota Bogor. Sesuai dengan temuan penelitian,
semakin tinggi
peneliti merekomendasikan beberapa hal
kemampuan berpikir kritis siswa dan memberikan
gambaran
antara
hasil belajar matematika (Y) pada siswa
yang
cukup signifikan terhadap hasil belajar
yang
bersamaan
dan kemandirian belajar (X2) dengan
kritis dan kemandirian belajar bersama-
belajar
secara
kemampuan berpikir kritis siswa (X1)
menunjukan bahwa kemampuan berpikir
kemandirian
belajar
ketiga diterima yaitu terdapat hubungan
akan meningkat pula.
matematika, dimana
hasil
Taman Sari Kota Bogor. Hipotesis
seseorang yang memiliki kemandirian
konstribusi
dengan
SDN Sirnagalih Gugus I Kecamatan
rasa keingintahuan terhadap sesuatu dari
memberikan
(X2)
kemandirian
matematika (Y) pada siswa kelas V di
percaya diri yang tinggi pula. Selain itu,
sama
terdapat
berpikir kritis siswa (X1) dengan hasil
tugas-tugasnya, dan bertanggung jawab
seseorang
yaitu
hubungan positif antara kemampuan
memiliki
kepercayaan diri dalam mengerjakan
bahwa
diterima
bagi peneliti, guru, siswa dan lembaga
positif
pendidikan:
adanya
1. Perlu
kepercayaan diri yang tinggi maka dapat
adanya
kemampuan
meningkatkan hasil belajar matematika
berpikir
peningkatan kritis
dan
kemandirian belajar agar hasil belajar
197
JURNAL PENDIDIKAN DASAR Volume 7 Edisi 2 Desember 2016
matematika siswa lebih meningkat
Peserta Didik. Jakarta: CV. Pustaka Setia. Fisher, Alex. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga. Huri Suhendri. “Pengaruh Kecerdasan Matematis-Logis dan Kemandirian Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika.” Jurnal Formatif 1 (1): 29-39 ISSN: 2088-351X. Irzan Tahar, Enceng. 2006. “Hubungan Kemandirian Belajar dan Hasil Belajar Pada Pendidikan Jarak Jauh.” Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh, Vol. 7, No. 2, September. Johnson, Elaine B. 2010. Contextual Teaching & Learning. Bandung: Kaifa. Lemlech, Johanna Kasin. 1994. Curriculum and Instructional Methods for The Elementary and Middle School. USA: Macmillan College Publishing Company, Inc. OECD PISA 2012. "Assessment and Analytical Framework: Mathematics, Reading,Science, Problem Solving and Financial Literacy". Sumber: http://www.masibas.my.id/2013/12/ 10-negara-peringkatkemampuan.html (diakses tanggal 23 September 2015) Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remap Rosdakarya. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualiatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak terutama terjalinnya kerjasama yang baik antara guru dan orang tua siswa serta lingkungan yang kondusif dalam mendukung kegiatan pembelajaran. 2. Untuk mencapai suatu hasil belajar yang
maksimal
dalam
kegiatan
pembelajaran guru harus lebih sering memotivasi siswa serta memberikan kesempatan pada siswa agar aktif, kreatif,
kritis
mengembangkan
serta
dapat
interaksi
siswa
sehingga dapat memahami materi yang
disampaikan
dalam
proses
pembelajaran di sekolah.
DAFTAR RUJUKAN Brewer, Jo Ann. 2007. Early Chilhood Education, Preschool Through Primary Grades. Boston: Pearson Education, lnc. Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Deporter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2001. Quantum Learning. Bandung: Kalfa. Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Rosdakarya. Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan, Perkembangan
198