PERBEDAAN HASIL BELAJAR KOGNITIF DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA PEMBELAJARAN INKUIRI MENGGUNAKAN “TALULAR” Oleh : Arif Nurcahya, Agus Suyatna, Herpratiwi FKIP Unila Jl. Prof. Sumantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung E-mail :
[email protected] HP : 081392289329 Abstract: Difference Of Student’s Cognitive Learning Outcomes And Critical Thinking Ability With Guided And Free Inquiry Learning Using TALULAR in Physics At Sugar Group High School. The aim of this research was to discuss the difference of cognitive learning outcome and critical thinking ability with guided and free inquiry learning using TALULAR. Quasi Experiment method was used in four experiments classes by analysis of paired simple t-test. From average the of N-gain for each class, the result got cognitive learning outcome categorized as medium level, between 0.402 to 0.519. For improvement of critical thinking ability, is categorized as medium level by indicators of giving simple explanation (MPS), giving further explanation (MPLL), applying strategy and technique (MST). From this research, there is a difference in improvement of cognitive learning outcomes when student learnt by guided inquiry and free inquiry without TALULAR, and with TALULAR. Otherwise, there is no difference between the improvement of critical thinking ability in guided inquiry and free inquiry using TALULAR and without TALULARKeywords: cognitive outcomes, critical thinking, inquiry, TALULAR. Abstrak: Perbedaan Hasil Belajar Kognitif Dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dengan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Inkuiri Bebas Menggunakan TALULAR Pada Mata Pelajaran Fisika Di SMA Sugar Group. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa yang menggunakan inkuiri bebas, inkuiri terbimbing serta dengan TALULAR. Metode Quasi Experiment digunakan untuk empat kelas eksperimen dengan analisis uji paired simple t-test. Dari rata-rata Ngain didapatkan bahwa hasil belajar kognitif seluruh kelas tergolong kategori sedang antara 0,402 sampai 0,519. Kemampuan berpikir kritis siswa tergolong kategori sedang antara 0,479 hingga 0,622 dengan indikator MPS, MPLL, serta MST. Dari penelitian ini, ada perbedaan peningkatan hasil belajar kognitif siswa pada inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas ketika siswa belajar tanpa menggunakan TALULAR dan menggunakan TALULAR. Namun belum tampak memberikan perbedaan pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa. Kata kunci: Hasil belajar kognitif, berpikir kritis, inkuiri, TALULAR.
belajar
PENDAHULUAN
dengan
menggunakan
sumber-sumber belajar lokal yang Menurut Chew (2011:2), pembela-
tersedia”.
jaran berbasis inkuiri dalam sains
TALULAR telah mejadi solusi atas
dapat
pengetahuan
kurangnya kualitas pendidikan secara
(construct knowledge) serta sikap
umum dan pembelajaran sains di
investigatif dan reflektif dengan
sekolah
teknik
Fisika, Kimia dan Biologi (Gwayi,
membangun
empiris
sebagai
seorang
saintis. Hal ini yang mendasari
Inovasi
menggunakan
menengah,
khususnya
2009:2).
konstruktivisme dalam inkuiri. Penelitian
eksperimental
ini
Dalam Permendikbud Nomor 59
dilakukan pada mata pelajaran Fisika
Tahun 2014, menjelaskan tentang
di
kurikulum
Kompetensi Dasar 3.2, yaitu materi
2013
yang
menuntut
perubahan pola pikir guru dalam
SMA
Sugar
Group
pada
teori kinetik gas dan termodinamika.
merancang dan mengelola proses pembelajaran
berdasarkan
pada
pembelajaran saintifik di tingkat SMA.
Siswa
mengamati,
difasilitasi
menanya,
untuk
mengolah
data, menyajikan data, menyimpulkan, dan mencipta. Proses ini sesuai dengan
langkah-langkah
dalam
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mendapatkan data empiris tentang perbedaan kognitif
antara
hasil
siswa dan
belajar
keterampilan
kritis siswa karena pengaruh model pembelajaran
inkuiri
bebas
dan
inkuiri terbimbing serta TALULAR. Secara operasional tujuan penelitian
inkuiri.
ini untuk memperoleh informasi Sejalan
dengan
hal
ini,
telah
tentang :
dikembangkan model pengembangan dan pemilihan media pembelajaran TALULAR (Teaching And Learning Using Locally Available Resources). TALULAR bermakna “mengajar dan
1. Perbedaan hasil belajar kognitif dan keterampilan berfikir kritis siswa dengan pembelajaran model inkuiri terbimbing dan inkuiri
1
bebas
tanpa
menggunakan
TALULAR.
2009: 30). Tahap awal dari ikuiri adalah berupa adanya pertanyaan
2. Perbedaan hasil belajar kognitif
atau masalah sebagai tantangan yang
dan keterampilan berfikir kritis
memunculkan
ide
siswa dengan pembelajaran model
dalam diri siswa.
dan
hipotesa
inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas
dengan
menggunakan
TALULAR.
Menurut Kessler (2007:1), beberapa jenis inkuiri yang dapat diterapkan
3. Perbedaan hasil belajar kognitif
diantaranya dengan inkuiri bebas
dan keterampilan berfikir kritis
(terbuka/open inquiry) dan inkuiri
siswa dengan pembelajaran model
terbimbing
inkuiri
berdasarkan NSES (National Science
terbimbing
menggunakan
tanpa
TALULAR
dan
dengan menggunakan TALULAR 4. Perbedaan hasil belajar kognitif dan keterampilan berfikir kritis siswa dengan pembelajaran model inkuiri bebas tanpa menggunakan TALULAR
dan
dengan
menggunakan TALULAR Menurut teori konstruktivisme, guru tidak
hanya
sekedar
memberi
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya. Guru memberikan
kemudahan
dengan
memberikan
kesempatan
kepada
siswa untuk menerapkan ide-idenya dan siswa menjadi sadar akan cara mereka untuk belajar (Mendrofa,
Education
(guided
Standards)
inquiry)
berkaitan
dengan peran serta guru dalam kegiatan inkuiri siswa. ……… show the variety of approaches to teacher and student involvement and input in inquirybased teaching and learning. More student-centered or “open” inquiry is to the left and more teachercentered, or “guided” inquiry, is to the right. Concerning the more open inquiry, Inquiry and the National Science Education Standards states, …students rarely have the ability to begin here. They first have to learn to ask and evaluate questions that can be investigated, what the difference is between evidence and opinion, how to develop adefensible explanation,and so on. A more structured type of teaching develops students’ abilities to inquire…. Experiences that vary in “openness” are needed to develop inquiry abilities. Students should have opportunities to participate in all types of inquiries in the course of 2
their science learning (Inquiry and the NSES, pp. 29–30) Kessler (2007:1)
Menurut Joice dan Weil (2003 : 215), pembelajaran inkuiri terdiri atas lima tahap yaitu :
Dalam
penerapannya
pendidikan,
ada
di
bidang
beberapa
jenis
metode inkuiri, sebagaimana yang dikemukakan
oleh
Sund dan
Trowbridge dalam Mulyasa (2007 : 109) dan Sanjaya (2008 : 194), bahwa jenis-jenis metode inkuiri adalah: a. Inkuiri inquiry),
a. Tahap
penyajian
(confrontation with problem) b. Melakukan verifikasi data (data gathering-verification) c. Mengumpulkan data eksperimen (data gathering-experimentation) d. Mengorganisir,
merumuskan
penjelasan terbimbing guru
(Guided memberikan
masalah
(organizing
formulation and explanation) e. Mengadakan
analisis
terhadap
bimbingan dan pengarahan yang
proses inkuiri (analysis of inquiry
cukup luas dan para siswa tidak
process)
merumuskan permasalahan. b. Inkuiri siswa
bebas
(Free
melakukan
inquiry),
Hasil belajar adalah kemampuan
penelitian
yang diperoleh anak setelah melalui
sendiri bagaikan seorang ilmuwan
kegiatan
dengan inquiry role
approach
Mudjiono (2006 : 3) menjelaskan,
yang melibatkan siswa dalam
hasil belajar merupakan hasil dari
kelompok tertentu, setiap anggota
suatu interaksi tindak belajar dan
kelompok tugas memiliki tugas
tindak
tertentu
dengan proses evaluasi hasil belajar.
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi
belajar.
mengajar
suatu
diminta
pengukuran
permasalahan
memecahkan secara
bebas
yang
dan
diakhiri
Evaluasi hasil belajar ini melalui
(Modified free inquiry), siswa untuk
Dimyati
kegiatan hasil
penilaian
atau
belajar
dan
dinyatakan dalam bentuk angka.
dengan permasalahan yang telah disediakan guru.
Menurut Bloom, dalam Dimyati dan Mudjiono (2006 : 26) ada tiga ranah
3
taksonomi
yang
mempelajari
jenis
dipakai perilaku
untuk
produktif
dengan
melibatkan
dan
evaluasi bukti. Berpikir kritis dapat
kemampuan internal akibat belajar
berupa : (1) menyusun pemikiran,
yaitu
(2)
: Ranah Kognitif, Ranah
Afektif dan Ranah Psikomotor.
mempertanyakan,
(3)
membangkitkan rasa ingin tahu, (4) merencanakan,
Suparno (1997 : 28) menguraikan, berpikir kritis adalah mendalami dan menghadapi suatu hal dengan tidak hanya menerima, tetapi bertanya tentang kebenarannya atau masih perlu dikembangkan lagi. Sedangkan
(5)
memerankan.
Scriven dalam Achmad (2007 : 2): Berpikir kritis yaitu proses intelektual yang aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep, mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi.
menurut Santrock (2008 : 359) menyatakan bahwa pemikiran kritis adalah
pemikiran
reflektif
dan
Tabel 1. Rubrik penilaian kemampuan berpikir kritis Indikator Berpikir Kritis
Skor 1
Memberikan Penjelasan Sederhana
2 3 4
Memberikan Penjelasan Lebih Lanjut
1 2 3 4
Menerapkan Strategi dan Taktik
1 2 3 4
Indikator Penilaian Hanya memfokuskan pada pertanyaan Memilih informasi relevan Menganalisis argument Menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan Mendefinisikan istilah Mendefinisikan asumsi Mempertimbang-kan definisi Menemukan pola hubungan yang digunakan Menentukan tindakan Menunjukkan pemecahan masalah Memecahkan masalah menggunakan berbagai sumber Ketepatan menggunakan tindakan
Sumber : Modifikasi dari Ennis dalam Achmad (2007 : 2)
4
Penelitian
ini
relevan
dengan
Data tentang hasil belajar kognitif
SUSANTI ( 2010) dalam tesisnya
dan kemampuan berpikir kritis siswa
“Studi Perbandingan Hasil Belajar
didapatkan dari tes kemampuan awal
Fisika
pembelajaran
(pre test) dan tes kemampuan akhir
Suchman Inquiry Model dengan
(post test). Instrumen soal tes hasil
General Inquiry Model” menyata-
belajar terdiri atas 10 soal pilihan
kan bahwa model inkuiri memiliki
jamak dan 10 soal uraian, skor
peran besar dalam meningkatkan
maksimum
hasil belajar fisika.
minimumnya 0, dan soal kemampuan
melalui
yang 100
dan skor
berpikir kritis 10 soal essay dengan nilai maksimum 40.
METODE PENELITIAN
Tabel 2 Sampel Penelitian Jumlah Model Siswa Pembelajaran
Kelas XI-science-B
22
XI-science-C
22
XI-science-D
22
XI-science-E
22
Inkuiri Terbimbing tanpa TALULAR Inkuiri Bebas dengan TALULAR Inkuiri Terbimbing dengan TALULAR Inkuiri Bebas tanpa TALULAR
Penelitian ini menggunakan metode
Instrumen soal diuji reliabilitas dan
Quasi experiment dengan empat
validitasnya didapatkan semua butir
kelas
memiliki
soal memiliki Pearson Correlation >
karakteristik yang sama berdasarkan
0,4227 dan nilai Cronbach’s Alpha
nilai rata-rata Fisika pada tahun
sebesar 0,854 untuk instrumen hasil
2013/2014 dengan variabel berupa
belajar dan 0,843 untuk instrumen
hasil belajar kognitif, kemampuan
kemampuan berpikir kritis.
berfikir
sampel
kritis
yang
serta
penggunaan
TALULAR. 2
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
DAN
pretest dan postest, dihitung N-gain dihitung
menggunakan didapatkan
simple bahwa
hasil
belajar
dan
kemampuan berpikir kritis ketika
Dari data hasil tes keduanya baik
selanjutnya
perbedaan
nilai
t
t-test,
diterapkan perlakuan pada masingmasing kelas dengan ditunjukkan nilai thitung >
ttabel ( t pada tabel
2,07961 untuk N=22 dan df=21).
terdapat
Tabel 3 Normalitas Skor Pretest dan Post test Hasil Belajar Siswa Kelas Tanpa TALULAR
Dengan TALULAR
Inkuiri Terbimbing Inkuiri Bebas Inkuiri Terbimbing Inkuiri Bebas
Tes
Rerata
Sig
Pre
42,27
0,50
Pos
66,82
0,83
Pre
47,73
0,49
Pos
67,73
0,30
Pre
45,00
0,35
Pos
73,18
0,43
Pre
41,36
0,67
Pos
78,18
0,26
Tabel 4 Normalitas Skor Pretest dan Post test Keterampilan Berpikir Kritis Kelas
Inkuiri Terbimbing Tanpa TALULAR
Dengan TALULAR
Inkuiri Bebas Inkuiri Terbimbing Inkuiri Bebas
Tes
Rerata
Sig
Pre
20,05
0,41
Pos
30,23
0,90
Pre
20,64
0,92
Pos
29,14
0,57
Pre
18,41
0,80
Pos
30,69
0,72
Pre
19,82
0,92
Pos
30,96
0,57
2
70% 58%
60%
Persentase
50% 40%
45%
42% 32% 26%
30%
33%
30%
27%
20%
41%
26%
24% 15%
10% 0% Tinggi Sedang
Inkuiri Inkuiri Inkuiri Bebas Inkuiri Bebas Terbimbing Terbimbing tanpa TALULAR dengan TALULAR tanpa TALULAR dengan TALULAR
Pembelajaran
Rendah
Gambar 1 Grafik Prosentase Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Tiap Kelas
Dari grafik di atas, tampak bahwa
proses menyusun pengetahuan secara
persentase pada kategori sedang
konstruktivisme
lebih banyak dari kategori tinggi
dipengaruhi oleh pengetahuan awal
maupun rendah di masing-masing
siswa bukan dari guru. Sehingga
kelas. Namun pada kelas inkuiri
proses berpikir dalam diri siswa
terbimbing,
kemampuan
berlangsung melalui konflik secara
berpikir kritis tinggi tampak lebih
kognitif terhadap pengetahuan awal
banyak
menuju pengetahuan baru.
kategori
dari
kategori
rendah.
lebih
banyak
Kemampuan siswa dalam MPS, MPLL dan MST relatif sama di
Dari
hipotesis
menggunakan
masing-masing
Paired Simple t-test
menggunakan
kelas.
Hal
ini
uji
menunjukkan bahwa peran guru
SPSS 16.0, belum tampak perbedaan
dalam membimbing proses inkuiri
peningkatan
memiliki peran dalam peningkatan
kritis
kemampuan berpikir kritis. Hal ini
TALULAR dan tidak menggunakan
diperkuat dengan pendapat Mendrofa
TALULAR
(2009 : 30) yang menyatakan bahwa
inkuiri terbimbing dan bebas. Hal ini
kemampuan
siswa
dari
pada
berpikir
penggunaan
kedua
metode
2
didukung oleh hasil rerata N-gain
menjadi
kemampuan
pada
mengembangkan kemampuan siswa
kedua kelas eksperimen tersebut.
baik secara kognitif, afektif maupun
Berdasarkan
psikomotor
berpikir
kritis
hasil
perhitungan
diketahui rerata N-gain pada kelas
dasar
dalam
dengan
metode
pembelajaran terbaru.
inkuiri terbimbing dalam kategori sedang yaitu 0,555 dan 0,567(inkuiri
Siswa yang belajar menggunakan
terbimbing), 0,532 dan 0,479 (inkuiri
TALULAR memiliki perbedaan hasil
bebas).
Untuk
belajar
kategori
memiliki
masing-masing keberagaman
dengan
menggunakan
yang
tidak
TALULAR
karena
persentase peningkatan kemampuan
siswa dengan TALULAR memiliki
berpikir kritis.
kebebasan dalam menentukan cara belajar dan memilih media belajar
Chew (2011:3-5) menegaskan bahwa
untuk mencapai pemahaman konsep
ketika siswa mengikuti proses inkuiri
yang dimiliki. Hal ini sejalan dengan
dengan
Kadzera
benar,
baik
dengan
maupun
secara
memdapatkan
mandiri melakukannya, maka akan
penelitiannya
meningkatkan kemampuan berpikir
memberikan peluang lebih besar
secara
terpola.
dalam memilih media pembelajaran,
Pembelajaran menggunakan inkuiri
serta meningkatkan kreativitas dan
bebas memberikan peluang yang
keingintahuan siswa dalam belajar.
besar
dalam
Selain itu media belajar menjadi
mengembangkan pola berfikir ilmiah
lebih relevan dengan keadaan lokal
dari
sekitar.
bimbingan
sistematis
bagi
dan
siswa
siswa,
prinsip belajar
guru
sehingga
konstruktivisme secara
kemandirian
individu
kelompok.
terbentuk
yang
tanggapan bahwa
dari
TALULAR
dalam maupun Hal
ini
Kegiatan dalam inkuiri bebas dan inkuiri terbimbing menuntut sampai
sejalan dengan yang disampaikan
pada
Mendrofa
mengevaluasi
(2009:31)
(2006:21)
yang
mejelaskan bahwa konstruktivisme
tahapan
menganalisis proses
dan
pemecahan
masalah yang telah dilakukan oleh
2
siswa selama proses pembelajaran
kritis siswa dalam pembelajaran
dapat
memperkuat
inkuiri terbimbing, inkuiri bebas dan
kemampuan
yang tidak menggunakan TALULAR
berpikir kritis siswa secara optimal.
maupun menggunakan TALULAR,
Selain itu, siswa perlu mengikuti
didapatkan
tahapan inkuiri dan TALULAR yang
perbedaan pada hasil belajar kognitif,
menuntut kemandirian siswa dalam
namun belum tampak perbedaan
belajar. Seperti yang diungkapkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Hal
oleh
terdapat
ini sesuai dengan analisis ASSURE
pemecahan
yang diuraikan hasilnya pada latar
masalah, dengan guru meminta siswa
belakang penelitian, bahwa siswa
untuk merekonstruksi pemikiran dan
memiliki keseragaman dalam latar
aktivitas yang telah dilakukan selama
belakang
proses kegiatan belajarnya sehingga
maupun eksternalnya yaitu putera-
siswa mencapai keterampilan berfikir
puteri karyawan di Sugar Group
tingkat tinggi (higher order thinking
Company. Hal lain yang perlu
skills). Hal lain yang mempengaruhi
diperhatikan, yaitu kelemahan dalam
kemampuan berpikir kritis siswa
penelitian ini selain pada analisis
adalah
mengasah
peserta didik, juga pada penggunaan
metode
media dan alat pembelajaran pada
inkuiri di kelas yang mempengaruhi
non-TALULAR dengan pembelajar-
kondisi siswa seperti psikologis dan
an
fisiologis. Seperti dikatakan oleh
pembelajaran
Hamalik (2001:33) salah satu faktor
tanpa TALULAR, siswa dihadapkan
belajar
fisiologis,
pada dua hal yang jauh berbeda,
kondisi siswa yang belajar sangat
yaitu pembelajaran tanpa TALULAR
berpengaruh
menggunakan alat laboratorium yang
semakin
pemahaman
dan
Gwayi
(2009:23),
tahapan analisis
perlunya
kemampuan
dan
guru
menerapkan
adalah
faktor
dalam
proses
pembelajaran.
bahwa
kondisi
TALULAR.
terdapat
baik
Pada
internal
perbedaan
TALULAR
dengan
telah memiliki standar, sedangkan pembelajaran
TALULAR
hanya
Dari penelitian ini, hasil belajar
menggunakan alat yang tersedia di
kognitif dan kemampuan berpikir
lingkungan siswa. Hal ini memiliki
3
dampak pada hasil eksperimen dan
peran
hasil
permasalahan,
membimbing
kriteria standar sarana dan prasarana,
inkuiri
mendapatkan
maka ukuran, bentuk dan fungsi alat
konsep dalam belajar. Sedangkan
menjadi sudah akurat. Sedangkan
inkuiri bebas, sangat berguna bagi
jika
siswa
inkuiri siswa.
Berdasarkan
menggunakan
TALULAR,
guru
menyediakan
hingga
yang
telah
memiliki
ukuran, bentuk dan fungsi hanya
pengalaman dalam inkuiri dan
bersifat serupa, sesuai fungsi namun
pembelajaran secara saintifik.
tidak akurat (Kadzera, 2006 : 21).
3. TALULAR
memberikan
perbedaan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dengan yang
KESIMPULAN DAN SARAN
tidak menggunakan TALULAR. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
Keleluasaan dalam menentukan
bahwa,
media
1. Terdapat perbedaan dalam hasil
menghasilkan hasil belajar yang
dan
belajar kognitif, yaitu pada kelas
berbeda
yang
TALULAR.
menggunakan
terbimbing
inkuiri
ketika
belajar
menggunakan
Tetapi
kondisi
bebas
media, bentuk, ukuran dari media
tanpa
menggunakan TALULAR tidak
menggunakan TALULAR, serta
sesuai dengan standar alat yang
pada
digunakan dengan laboratorium
ketika
dan
inkuiri
bahan
siswa
belajar
kelas
menggunakan
inkuiri TALULAR
bebas dan
4. Kondisi siswa sesuai analisis awal
tanpa menggunakan TALULAR.
merupakan pertimbangan utama
Hasil belajar siswa dengan inkuiri
dalam
terbimbing
pembelajaran
lebih
tinggi
dari
inkuiri bebas. 2. Perbedaan
menentukan yang
model akan
diterapkan dalam kelas. ini
5. Hasil penelitian ini menunjukkan
guru
bahwa tidak terdapat perbedaan
bimbingan
peningkatan kemampuan berpikir
menggunakan
kritis siswa dari semua kelas.
inkuiri. Dalam inkuiri terbimbing
Kemampuan berpikir kritis siswa
dipengaruhi dalam dalam
hasil
belajar
oleh
peran
memberikan belajar
4
tergolong kategori sedang untuk
DAFTAR PUSTAKA
keempat kelas eksperimen yang menggunakan
inkuiri
bebas,
inkuiri terbimbing, serta dengan TALULAR.
Achmad, Arief. 2007. Memahami Berpikir Kritis. Artikel Pendidikan. Network. Diakses 5 April 2014 dari http://researchengines.com/1007 arief3.html
Dari kesimpulan ini, maka penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Pembelajaran inkuiri terbimbing dan
inkuiri
penggunaan
bebas
TALULAR
serta dapat
dijadikan alternatif bagi guru-guru
Chew, Charles. 2011. Professional Development of Inservice Science Teachers in Singapore : The Inquiry-Based Approach. Paper. 2nd International Conference on Science Education and Teachers Professional Development. Bali.
di sekolah sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. .Untuk peneliti selanjutnya, perlu mengunakan
sampel
dengan
kondisi dan latar belakang siswa yang
berbeda
dengan
menggunakan analisis ASSURE. 3. Perlu dikaji lebih lanjut mengenai akurasi dan similaritas media dengan TALULAR dengan media pembelajaran distandarisasi.
yang
telah
Dimyati. Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Gwayi, S Mackson. 2009. Perceptions of Innovation s as Predictors of TALULAR Implementation Levels among Secondary School Science Teachers in Malawi : A Diffusion of Innovation Perspective. Dissertation. Virginia Politechnic Institute and State University. Blacksburg. Virginia US. Open digital library diakses melalui https://vtechworks.lib.vt.edu/bits tream/handle/10919/26698/Gwa yi_Dissertation_ETD_April24.p df?sequence=1&isAllowed=y pada 18 Januari 2013 Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
5
Joyce, Bruce dan, Marsha. 2003. Models of Teaching : 5th edition. Prentice-Hall. USA Kadzera. 2006. Use of Instructional Technologies in Teacher Training Colledge in Malawi. Dessertation. Virginia Polytechnic Institute and State University. open digital library diakses dari https://vtechworks.lib.vt.edu/bits tream/handle/10919/27728/Diss ertationKadzera.pdf?sequence=1&isAll owed=y pada 27 Juli 2014 Kessler, James H. 2007. Inquiry in Action : Inverstigating Matter through Inquiry – 3rd . American Chemical Society. Amerika. Mendrofa, Firman. 2009. Implementasi Model Belajar Konstruktivis dalam Pembelajaran Fisika untuk Mengubah Miskonsepsi ditinjau
dari Penalaran Formal Siswa SMA Sugar Group. Tesis. Magister Teknologi Pendidikan. Universitas Lampung. Lampung Mulyasa. 2007. Menjadi Guru Profesional. Rosda. Bandung. Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Santrock, John. 2008. Perkembangan Anak (Jilid 1) Edisi 11 (terjemahan). Erlangga. Jakarta. Susanti. 2010. Studi Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Pembelajaran Suchman Inquiry Model dengan General Inquiry Model. Tesis. Universitas Lampung.
6