Kehidupan Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabubapten Deli Serdang Sulidar, MA Since first time initiated in Banglore, India, in 1971, Jama’ah Tabligh has been spreading to many parts of the world. It is also one of popular religious congregations in Medan, the capital of North Sumatera. Many people assume that the followers of this group have a different life traditions. This research aims to discover more about the life of the followers, focusing on thier family life. The study suggests that the family life of the followers of Jama’ah Tabligh is stricly referred to six basic principles: syahadat, iqamah asSalah, al-’ilmu wa az-Zikr, ikram kulla muslim, al-ikhlash, and fisabilillah Term kunci: Jama’ah Tabligh, dakwah, keluarga Jamaah Tabligh adalah sebuah gerakan Islam internasional yang muncul pertama kali di India, didirikan oleh Syekh Maulana Ilyas al-Kandahlawi (1885-1944 M/13031354 H), kini berpusat di Nazamuddin, India. Sebagai gerakan internasional, kini aktivitas dakwah gerakan ini sudah menjangkau hampir seluruh dunia. Pengikut terbesar terdapat di India, Pakistan dan Bangladesh. Sejak awal 1980-an, gerakan ini mulai marak melakukan dakwah di Timur Tengah (temasuk Makkah dan Madinah), ASEAN, Eropa, Australia, sampai ke Amerika Latin.1 Bahkan Jamaah Tabligh telah masuk ke kota Medan. Perkembangan Jama'ah Tabligh di Medan diawali dengan kedatangan Maulana Muhammad Ibrahim (yang sampai saat ini masih tetap menaruh perhatian besar atas perkembangan Jama'ah Tabligh) dari Banglore, India pada tahun 1971. Saat tiba di Medan ia disambut oleh masyarakat Medan dengan baik. Salah seorang yang sangat tertarik dengan tabligh ini adalah Haji Jalaluddin, sehingga dalam menyampaikan dakwahnya Maulana Ibrahim selalu ditemani oleh Haji Jalaluddin. Mereka kemudian membangun Mesjid Hidayatul Islamiyah di jalan Gajah Medan, yang kemudian menjadi pusat/markas Jama'ah Tabligh Medan. Maulana Ibrahim kemudian mencurahkan ilmunya pada Haji Jalaluddin, dan setelah ia yakin bahwa Haji Jalaluddin mampu mengembangkan Jama'ah Tabligh di Medan ia pun kembali ke negara asalnya. Haji Jalaluddin kemudian menjadi amir di Medan. Setelah ia meninggal jabatan amir diteruskan oleh anaknya Haji Badruddin. Pengembangan dakwah yang berkesinambungan dan terus menerus menghasilkan perkembangan jumlah anggota Jama'ah Tabligh di Medan. Mesjid Hidayatul Islamiyah di jalan Gajah – yang kemudian lebih dikenal dengan Mesjid Jalan Gajah – menjadi sentra perkembangan jama’ah ini. Berbagai halaqah kemudian berdiri diberbagai daerah di Medan dan sekitarnya, misalnya di Tanjung Mulia, Paya Pasir, dan Batang Kuis. Sampai saat ini sulit untuk memastikan jumlah anggota Jama'ah Tabligh di Medan. Hal ini karena Jama'ah Tabligh tidak mengenal sistem formalitas administrasi keanggotaan. Namun yang jelas anggotanya terdiri dari berbagai tingkat pendidikan, sosial ekonomi dan mazhab atau aliran.
1
Abdul Aziz Dahlan, dkk (Ed.), Suplemen Ensikopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1999), hlm. 266.
1
Demikian cepat dan kreatifnya para pengikut jamaah Tabligh, sehingga terus merasuk ke kecamatan dan desa-desa terpencil di Sumatera Utara. Khususnya Kecamatan Batang Kuis, keluarga yang tergolong pengikut jamaah Tabligh sudah cukup banyak, hal dapat dilihat identitas mereka ketika menghadiri shalat berjamaah di masjid. Di antara identitas mereka adalah memakai lobe, dan suka berpakaian gamis, celana panjang tidak sampai ke tumit, serta memelihara jenggot. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, memang mereka tergolong eksklusif, karena langsung berbeda dengan kebanyakan masyarakat muslim pada umumnya. Pergaulan mereka pun di batasi dengan tidak lagi bebas sebagaimana mereka belum memasuki jamaah tabligh. Jama'ah Tabligh dalam mentransformasikan nilai-nilai Islam selalu mengajak orang lain untuk bergabung ke dalam Jama'ah Tabligh. Dakwah mereka sampaikan secara targhib (kabar gembira) yakni dengan memberikan informasi tentang hal-hal yang membahagiakan apabila seseorang menjalani kehidupan sesuai dengan jalan Allah. Juga sebaliknya dengan tahrib (ancaman) yakni memberikan informasi tentang bentuk-bentuk penderitaan yang akan dialami seseorang yang keluar dari tuntunan Ilahi. Dari berbagai informan yang penulis temui orang-orang yang kemudian bergabung ke dalam Jama'ah Tabligh merasa peningkatan keimanan dan keislamannya dan meninggalkan perbuatan maksiat dan sia-sia. Anggota Jama'ah Tabligh melakukan dakwah adalah atas kesadaran dan keikhlasan sendiri. Pada umumnya mereka membentuk satu kelompok kecil, dan setiap orang dalam kelompok menyediakan bekal masing-masing, sedangkan peralatan masak mereka musyawarah siapa membawa apa. Saat mereka sampai di lokasi mereka membagi tugas untuk: masak, membersihkan mesjid, memanggil/mengajak masyarakat untuk ke mesjid. Dalam berdakwah dan mengajak masyarakat ke pangkuan iman mereka lakukan dengan lemah lembut dan ihsan. Apabila mereka melihat suatu kemungkaran mereka menegur langsung dengan lemah lembut dan menjelaskan akibat dari kemungkaran tersebut. Namun tidak secara frontal menyerang individu yang melakukan kemungkaran. Sebab mereka meyakini bahwa saat individu sedang dalam “dunianya” itu bila langsung “didobrak” akan menimbulkan kendala dalam kesuksesan dakwah. Yang penting dilakukan dalam kondisi seperti itu adalah pembentukan kondisi yang islami, dan mereka yakin bahwa jika kondisi pribadi telah diperbaiki maka secara otomatis satu persatu kemungkaran itu akan pupus dari dirinya. Keberanian seperti ini mereka miliki karena keyakinan bahwa Allah selalu berserta mereka. Aktivitas dakwah Jemaah Tabligh adalah langsung kepada kehidupan masyarakat sehari-hari. Umumnya setelah salât Maghrib mereka melakukan bayan dan setelah selesai bayan anggota Jama'ah Tabligh membagi jama’ah atas beberapa kelompok untuk mengajak warga masyarakat ikut kegiatan dakwah mereka selama sekitar 3 hari, hal ini dimaksudkan agar warga masyarakat mampu merasakan dan membuktikan adanya peningkatan iman setelah kegiatan tersebut. Apabila kemudian ada warga masyarakat yang ingin meneruskan kegiatan itu pada hari-hari berikut mereka menyerahkannya kepada si individu tanpa memaksa di luar kesanggupan mereka. Berdakwah keliling merupakan pendidikan praktis untuk menempa setiap anggota Jama'ah Tabligh menjadi seorang da’i. Bagi Jama'ah Tabligh berdakwah merupakan kewajiban setiap individu Muslim untuk menyampaikan kebenaran ajaran Islam. Hasilnya memang nyata, mereka telah banyak menarik individu-individu Muslim yang semula terlena dalam kelezatan maksiat dan tenggelam di kefakuman ibadah kedalam pangkuan dan kelezatan iman.
2
Dari paparan di atas, memang banyak hal yang positif bila dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, yang boleh dikatakan mulai adanya fenomena dekadensi moral, atau krisis akhlakul kaarimah, tidak hanya masyarakat tertentu, tetapi sudah hampir seluruh lapisan masyarakat telah terjangkiti apa yang disebut dengan rusaknya tatanan moral kehidupan masyarakat. Sehingga, boleh jadi jamaah tabligh menjanjikan ”sesuatu” untuk kehidupan yang lebih baik atau setidaknya, kendatipun belum dapat dikatakan sebagai solusi jitu terhadap penyakit masyarakat, sebagai obat penenang bagi mereka yang tidak mampu bekompetisi dalam kehidupan modern yang sangat mengutamakan kehidupan material ketimbang spiritual. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan mengangkatnya menjadi suatu judul penelitian, yaitu ”Kehidupan Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabubapten Deli Serdang Sumatera Utara.” Fokus masalah penilitian ini adalah bagaimana sebenarnya Kehidupan Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Dari pokok masalah tersebut akan diuraikan lagi kepada subsub masalah, yaitu: 1. Apa saja perubahan perilaku kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh di Kecamatan Batang Kuis, sebelum dan sesudah mengikuti Jamaah Tabligh. 2. Apa saja yang menjadi nilai-nilai yang tertinggi yang harus dijalankan dalam kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh di Kecamatan Batang Kuis. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Dasar pertimbangannya adalah permasalahan akan dijawab merujuk kepada proses sosial, pemaknaan, dan pemahaman, ketiga hal ini merupakan penting dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk memahami kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis. Dengan demikian, kajian terhadap sebuah fenomena harus dilakukan dengan menganalisis konteks yang mengitarinya, dan hanya mungkin dilakukan dengan pedekatan kualitatif. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Lokasi ini dipilih karena banyaknya anggota Jamaah Tabligh yang tinggal di daerah ini serta aktif dalam menjalankan prinsip-prinsip dasar yang menjadi doktrin Jamaah Tabligh. Selain itu, adanya 2 masjid yang menjadi pusat kegiatan Jamaah Tabligh, yaitu masjid al-Ikhlas yang terletak di Dusun IX dan masjid Baitul Quddus di Jalan Batang Kuis Tanjung Morawa Desa Tanjung sari. Kedua masjid ini BKM-nyaadalah tokoh Jamaah Tablig Desa Tanjung Sari. Selain itu, lokasi ini dekat dengan tempat tinggal peneliti, sehingga dengan mudah dapat berinteraksi dan mengamati serta mewawancarai subjek dan informan penelitian ini. 3. Subjek Penelitian dan Informan Subjek penelitian ini adalah keluarga pengikut Jamaah Tabligh yang berlokasi di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabubapten Deli Serdang Sumatera Utara. Mengingat, banyaknya keluarga pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari
3
Kecamatan Batang Kuis, yakni sekitar 120 keluarga Jamaah Tabligh,2 maka akan diambil sebagai subjek sekaligus informan kunci (key informan) hanya 6 keluarga saja. Dasar pengambilan subjek adalah Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh yang tergolong awwalin, yakni mereka yang sudah melaksanakan khuruj minimal 2 bulan dan pemulatetapi sudah melaksanakan khuruj minimal 3 hari.. Karakter yang akan menjadi subjek sekaligus informan kunci ini dibagi kepada tiga taraf kehidupannya, yaitu; pertama, keluarga yang bekecukupan/mampu. Dengan indikator memiliki tempat tinggal (rumah) sendiri, kenderaan pribadi dan memiliki penghasilan yang melebihi dari kebutuhan yang dikeluarkan setiap bulannya. Kedua, keluarga sederhana. Indikatornya memiliki rumah sendiri dan penghasilan yang memadai, artinya tidak melebihi dari kebutuhannya. Ketiga, keluarga yang tergolong kurang mampu. Indikatornya, pekerjaanya tidak tetap, sehingga penghasilannya juga tidak tetap serta tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarganya secara normal. Informan lainnya adalah aparat Desa Tanjung Sari serta masyarakat yang berinteraksi dengan keluarga pengikut Jamaah Tabligh. subjek dan informan ini ditetapkan dengan menggunakan purpossive sampling.3 4. Prosedur Pengumpulan Data a) Observasi, teknik observasi yang digunakan adalah pengamatan dan bersifat non-partisipan, di mana peneliti bertindak sebagai pengamat dan tidak terlibat langsung dalam kegiatan subjek penelitian. Metode observasi ini sekaligus akan dignakan sebagai analisis silang terhadap data yang diperoleh melalui wawancara. b) Wawancara. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam (indept interview) dengan pola semi terstruktur. Wawancara dilaksanakan terhadap subjek dan informan penelitian yang diidentifikasi mengetahui, mengalami dan memahami kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh. para informan ini meliputi Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh, aparat Desa Tanjung Sari, dan masyarakat yang berinteraksi dengan keluarga pengikut Jamaah Tabligh. c) Dokumentasi. Penelitian ini juga akan menelusuri informasi dan data yang relevan atau dapat membantu peneliti tentang kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh. penelurusan akan dilakukan terhadap sumber yang berbeda seperti laporan penelitian, jurnal, literatur dan publikasi online di website. 5. Analisis data. Data dianalisis secara kualitatif. Proses analisis data menurut Lexy J.Moleong4 data adalah sebagai berikut : (1) Menelaah seluruh data yang tersedia; (2) Mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi5; (3) Menyusun data dalam Berdasarkan hasil wawancara dengan Ustaz Mhd Sa’ad (44 tahun) salah seorang tokoh Jamaah Tabligh di Desa Tanjug Sari Kecamatan Batang Kuis, Tanggal 3 Nopember 2008. 3 Purpossive sampling (teknik pengambilan sampel purpusif), sampel/subjek yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti. Dalam hubungan ini, lazimnya didasarkan atas kinerja atau pertimbangan tertentu; jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan dalam teknik random. Lihat, Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 67. 4 Lexy J.Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991. hlm. 190. 2
5 Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataanpernyataan yang prelu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.
4
satuan-satuan; (4) Mengkategorisasi data; (5) Mengadakan pemeriksaan keabsahan data; (6) Penarikan kesimpulan. Langkah-langkah analisis data tersebut sangat berguna untuk memandu peneliti dalam proses sistematis analisa tekstual. 6. Teknik Penjamin Keabsahan data Penelitian ini menggunakan teknik penjaminan keabsahan data yang umum terdapat dalam penelitian kualitatif, yakni kredibilitas dan transferbilitas. Untuk menjamin keterpercayaan data yang diperoleh dalam penelitian, peneliti melakukan dua hal: (a) sedapat mungkin memperpanjang keterlibatan di lapangan penelitian untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang hal tertentu dan untuk menguji informasi tertentu yang mungkin belum sesuai dengan pemaknaan sebenarnya; (b) triangulasi sumber dan metode, dapat yang diperoleh diperiksa ulang dengan sumber berbeda (informan, catatan observasi dan dokumen) atau dengan metode berbeda (observasi dan wawancara). Kerangka Teoritis 1. Jamaah Tabligh Jamaah Tabligh merupakan gerakan dakwah internasional yang bergerak langsung dalam kehidupan masyarakat. Jamaah Tabligh ini didirikan oleh Syekh Maulana Muhammad Ilyas al-Kandahlawi (1885-1944 M/1303-1354 H). Maulana Muhammad Ilyas al-Kandahlawi pertama kali belajar agama pada kakeknya, Syaikh Muhammad Yahya. Beliau adalah seorang guru agama pada madrasah di kota kelahirannya. Kakeknya adalah penganut mazhab Hanafi dan teman dari seorang ulama dan penulis Islam terkenal, Syaikh Abul Hasan Al-Hasani An-Nadwi. Sejak saat itulah beliau mulai menghafal Alquran. Dari kecil telah tampak ruh dan semangat agama dalam dirinya. Beliau memilki kerisauan terhadap umat, agama dan dakwah. Sehingga Allamah AsySyaikh Mahmud Hasan yang dikenal sebagai Syaikhul Hind (guru besar ilmu Hadis pada madrasah Darul Ulum Deoband) pernah mengatakan, "sesungguhnya apabila aku melihat Maulana Ilyas aku teringat kisah perjuangan para sahabat”.6 Maulana Muhammad Ilyas al-Kandahlawi menghawatirkan kondisi umat, khususnya di daerah Mewat yang semakin jauh dari nilai-nilai Islam dan mengarah kepada kondisi masyarakat jahiliah yang ditandai antara dengan: (1) kemusyrikan; (2) meninggalkan ibadah; (3) mesjid tidak lagi berfungsi sebagai pusat dakwah dan agama; (4) kerusakan akhlak; dan (5) perbuatan maksiat yang semakin menyebar7 Hal tersebut menguatkan i‘tikadnya untuk berdakwah yang kemudian diwujudkannya dengan membentuk gerakan jama’ah pada tahun 1927 yang bertujuan untuk mengembalikan masyarakat dalam ajaran Islam.8 Guna menata kegiatan jama’ah ini dibentuklah suatu garis kerja dakwah jama’ah yang disebut hirarki, yang berbeda dari organisasi dakwah lainnya, yang kemudian dikenal dengan gerakan Jama’ah Tabligh.9 “Maulana Muhammad Ilyas Penggagas Jamaah Tabligh” dalam Republika online, Jumat, 13 Februari 2004, http://www.republika.co.id, di download tanggal 13 Februari 2004. 7 Abdul Aziz Dahlan, dkk (Ed.), Suplemen Ensikopedi Islam, Op.cit, hlm. 266. 8 “Special Coverage: Jama'ah Tabligh, Indonesia Weekly, Third Edition - 7 August 1997, http://www.geocities.com/CapitolHill/4922/indo1.html. Di download 12 Maret 2008. 9 Abul Hasan Ali an-Nadwi, Riwayat Hidup dan Usaha Dakwah Maulana Muhammad Ilyas, edisi terjemahan, cet 1, (Darun Nukman: Kuala Lumpur, 1991), 29 – 35. 6
5
Buku-buku yang menjadi pegangan Jamaah Tabligh, sebagian besar sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia (berbagai penerbit di Indonesia) dan bahasa Malaysia (Melayu) yang diterbitkan di Pulau Pinang (Penang), Malaysia, oleh Penerbit Dewan Pakistan. Di antara buku-buku yang sudah diterjemahkan tersebut : a. Syekh Muhammad Yusuf Kandahlawi, menulis tentang : Hayah as-Sahabah (Kehidupan Para Sahabat) dan Amani Akhbar (Sebuah Kitab tentang Hadis). b. Maulana Muhammad Zakariya, menulis : Fadhilah Zikir (Keutamaan Zikir). Fadhilah Shalah (Keutamaan Salat). Fadhilah Qur’an (Keutamaman Al-Qur’an). Fadhilah Tabligh (Keutamaan Tabligh). Fadhilah Ramadhan (Keutamaan Ramadhan). Fadhilah Sadaqah (Keutamaan Sedekah). c. Maulana Ashiq Elahi menulis, Enam Prinsip Tabligh. d. Imam Nawawi, Riyadh ash-Shalihin (Latihan Orang-Orang Saleh). 2. Keluarga Menurut Kamu Besar Bahasa Indonesia, setidaknya makna keluarga adalah (1) ibu bapak dengan anak-anaknya, (2) orang seisi rumah yang menjadi tanggungan (3) kaum kerabat, dan (4) satuan kekerabatan yang sangat mendasar di masyarakat.10 Bila merujuk dari pengertian ini, maka dapat dikatakan bahwa elemen keluarga itu adalah suami, istri, anak dan saudara atau lainnya yang tinggal dalam satu rumah tertentu. Adapun, pengertian keluarga dalam penelitian ini, merujuk arti yang kedua menurut Kamus di atas, yakni orang seisi rumah yang menjadi tanggungan pimpinan keluarga, yaitu suami. Temuan Penelitian Fakta yang ditemukan di lapangan berkaitan dengan Perubahan perilaku kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis, sebelum dan sesudah mengikuti Jamaah Tabligh adalah sebagai berikut. 1. Taraf Kehidupan Ekonomi Keluarga Jamaah Tabligh Peneliti langsung melihat fakta di lapangan, yakni di Desa Tanjung Sari, taraf kehidupan ekonomi keluarga Jamaah Tabligh tidak merata. Artinya, ada yang memang taraf ekonominya bagus, artinya tidak kekurangan dan memiliki penghasilan yang tetap, ada yang sederhana dan ada yang kurang mampu. Peneliti melihat fakta tersebut dengan melihat indikatornya, sebagaimana yang telah dikemukakan di atas. Keluarga Muhammad Zubair yang tergolong mampu setelah masuk atau ikut Jamaah Tabligh. Sebelumnya, keluarga ini termasuk keluarga yang kurang kurang mampu. Muhammad Zubair menenuturkan, “Sebelum mengikut Jamaah Tabligh kehidupan ekonomi keluarga kami biasa saja tidak ada peningkatan. Tetapi setelah mengikut Jamaah tabligh terjadi peningkatan tarap kehidupan kami. Peningkatan tersebut adalah, sebelumnya kami tidak memiliki rumah sendiri, tidak memiliki kenderaan dan tidak punya modal sendiri untuk berniaga. Namun sekarang kami telah memiliki rumah sendiri yang permanen, kenderaan baik roda empat maupun sepeda 10
Tim Penyusun Kamu, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1988), hlm. 413.
6
motor. Anak-anak kami juga semua sekolah dengan biaya sendiri tanpa kekurangan.”11 Pembicaraan hal ini dibenarkan oleh istri12 dan anak-anaknya. Muhammad Zubair termasuk salah seorang tokoh dan ustaz Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari yang markaznya di masjid al-Ikhlas, salah satu masjid yang digunakan sebagai pusat kegiatan Jamaah Tabligh Desa tanjung Sari. Selanjutnya, Muhammad Zubair mengemukakan rahasia perubahannya itu, “Perubahan tarap ekonomi kami setelah mengikut mengikut Jamaah Tabligh semakin berubah kepada yang lebih baik, karena kami yakin dengan kekuasaan Allah swt serta menjalankan secara istiqamah ajaran-Nya.”13 Keluarga Muhammad Zubair, telah mengadakan khuruj ke berbagai negara, seperti Mesir, Yaman, India, Pakistan, Malaysia, singapura, dan Thailand. Bahkan khuruj ke Malaysia hampir dua bulan sekali dilaksanakan keluarga ini. kalau khuruf di Indonesia tidak terhitung lagi, hampir ke seluruh Indonesia mereka kunjungi. Menurut Muhammad Zubair dan menantunya, “uang untuk biaya khuruj tidak pernah mintaminta ke saudara atau ke tetangga, tetapi hasil murni dari rezeki dari Allah dengan usaha kami berniaga, dan terkadang sebagai perantara penjualan tanah.”14 Penulis mengadakan mengadakan konfirmasi ke tetangga dan orang yang mengenalnya, bahwa kelurganya memang tidak pernah mengeluh, baik istri maupun anak-anaknya. Bahkan sangat bahagia dengan masuknya suaminya menjadi Jamaah Tabligh, sehingga satu keluarga menghayati ajaran-ajaran yang terkadung di dalamnya. Menurut mereka tidak membuat mereka sengsara bahkan meningkatkan kualitas hidup baik lahir maupun batin.15 Keluarga Ustaz Mhd. Sa’ad merupakan salah satu keluarga pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari ini, juga hampir sama dengan Muhammad Zubair di atas Ustaz Mhd. Sa’ad sendiri termasuk salah seorang tokoh Jamaah Tabligh Desa Tanjung Sari dan juga ketua BKM Masjid Baitul Quddus Jalan Batang Kuis Tanjung Morawa Desa Tanjung sari. Keluarga ini juga tergolong keluarga yang mampu, usahanya selain berniaga, jual beli kambing, juga sebagai penceramah atau mubaligh, khususnya di kantor-kantor polsek seluruh Deli Serdang, dan umumnya di masjid-masjid di Deli Serdang. Ia sering disebut dengan Ustaz kondang, ketika dikonfirmasi dengan beliau, ia dengan rendah hati mengatakan. “Saya sering disebut dengan“kondang” maksudnya “teko ora diundang” artinya saya datang tidak diundang. Karena saya ketika tidak ada jadwal ceramah sering keliling datang ke acara perkumpulan wirid di desa Tanjung Sari ini, biasanya diadakan malam Jum’at, lalu karena orang banyak sudah kenal dengan saya, biasanya mereka langsung saja memberikan kesempatan saya untuk berceramah pada acara wirid tersebut. Inilah yang disebut dengan ustaz kondang.”16 Selanjutnya Ustaz Mhd. Sa’ad menegaskan, “keluarga kami sebelum masuk Jamaah Tabligh taraf kehidupan ekonomi kami kurang begitu bagus. Namun, setelah masuk dalam Jamaah Tabligh keluarga kami agak sedikit meningkat. Kami dapat menyekolahkan anak tanpa kesulitan dana. Sehingga saat ini kami dapat memperkejakan orang lain untuk mengurus kambing-kambing yang kami miliki. Ada sebanyak 3 kandang 11
Wawancara dilakukan di Dusun IX Desa Tanjung Sari, pada hari Kamis/10 September 2008. Wawancara dengan istri pengikut Jamaah Tabligh tidak bisa secara langsung dengan peneliti, tetapi lewat istri peneliti. Kecuali anak dan menantu yang laki-laki. 13 Wawancara dilakukan di Dusun IX Desa Tanjung Sari, pada hari Kamis/10 September 2008. 14 Wawancara dilakukan di Dusun IX Desa Tanjung Sari, pada hari Sabtu/12 September 2008. 15 Penulis mengadakan wawancara kepada Suryanto, Imam Mahdi dan Mansur, tanggal 11, 12, 14 September 2008 dan observasi peneliti selama bulan September – Oktober 2008. 16 Wawancara diadakan pada hari Kamis 17 September 2008, di Desa Tanjung Sari. 12
7
yang terpisah untuk dipelihara dan setelah besar diperdagangkan khususnya untuk qurban.”17 Hal itu mengindikasikan kehidupan ekonomi ustaz Mhd Sa’ad setelah masuk Jamaah Tabligh semakin bagus. Dari sinilah ia dapat menggunakan dananya untuk melaksanakan khuruj, ke luiarga negeri seperti ke Malaysia dan Thailand. Kemudian, juga sering mengadakan khuruj di tanah air seperti, ke Jakarta, Jawa Barat dan jawa Timur, serta keliling Sumatera dan ke berbagai daerah di Indonesia. Ketika ditanya berkaitan dengan dana untuk khuruj, ustaz Mhd. Sa’ad mengatakan; “Murni rezeki dari Allah, tanpa meminta-minta pada masyarakat, kami berniaga dan sebagai muballigh di masjid dan memberikan santapan rohani pada Polsek di daerah Deli serdang. Kami memiliki rahasia, kenapa anggota Jamaah Tabligh mampu mengadakan khuruj, kendatpun jika dilihat secara fakta kemungkinan kecil untuk dapat melaksanakannya. Kami memiliki istilah “ATM” pada Jamaah Tabligh, maksudnya adalah ‘Allah Tempat Meminta”. Kalau kami pribadi memberikan kiat bila mau berhasil, sebagaimana yang kami lakukan. Kami sering melakukankan pada jam 2 malam, Insya Allah akan terkabul apapun yang kita minta. Sebab, kalau mau meminta kita wajib meminta hanya kepada Allah swt sebab Ia Maha Kaya, kalau manusia yang kita minta mungmin sekali dua kali mau memberikan, tapi setelah itu pasti mereka akan mengeluh.”18 Namun, ketika penulis menanyakan pada ustaz Sa’ad apakah ia sudah menunaikan ibadah haji? Ia agak sedikit terperanjat, namun ia dengan senyum mengatakan inilah sedang saya usahakan untuk melakukan “ATM” mungkin Allah belum memberikan rezekinya, dan atas segala sesuatu ada hikmanya. Taraf kehidupan keluarga Ustaz Mhd. Sa’ad, memang tidak kekurangan. Dengan demikian ditinjau dari sisi ekonomi ia tergolong mapan. Keluarga ini, terutama istrinya 19 menyatakan selama mengikuti Jamaah Tabligh ini tarap kehidupannya semakin meningkat dan tidak pernah kekurangan. bahkan dapat juga menolong keluarga lainnya. Kendatipun pada awalnya banyak tantangannya, terutama dari keluarga, baik dari keluarga ustaz Sa’ad sendiri maupun dari keluarga istrinya. Namun, pada akhirnya mereka memahaminya dengan baik setelah dilihat secara fakta bahwa keluarga ini cukup bahagia. inilah menurutnya, salah satu hikmahnya masuk Jamaah Tabligh menurut keluarga Ustaz Mhd.Sa’ad ini. Berbeda dengan dua keluarga Jamaah Tabligh di atas, keluarga Muhammad Abu Bakar, adalah tergolong sederhana/menengah dalam tarap kehidupan ekonominya. Dia bukan termasuk awwalin. Sebab keluarga Muhammad Abu Bakar masuk dalam Jamaah Tabligh tahun 2005, jadi baru sekitar 3 tahun. Tentunya hal ini berbeda dengan keluarga Muhammad Zubair dan Ustaz Muhammad Sa’ad sebagaimana disebutkan di atas. Sebelum dan sesudah masuk Jamaah Tabligh keluarga ini, memang menurutnya belum ada perubahan dalam bidang ekonomi. Artinya belum bisa dikatakan meningkat, tetapi juga tidak dikatakan menurun. Muhammad Abu Bakar menegaskan, “kendatipun keluarga kami sebelum dan sesudah ikut Jamaah Tabligh kehidupan ekonomi kami tidak berubah, tetapi kami tidak kekurangan. Niat kami masuk Jamaah Tabligh bukan untuk jadi kaya, tetapi untuk belajar agar dapat menjalankan agama Allah dengan benar sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah.”20 17
Wawancara diadakan pada hari Kamis 17 September 2008, di Desa Tanjung Sari. Wawancara diadakan pada hari Sabtu 19 September 2008, di Desa Tanjung Sari. 19 Peneliti simpulkan dalam wawancara terhadap istri ustaz Sa’ad dengan istri peneliti, wawancara dilakukan diadakan pada hari Kamis 17 September 2008, di Desa Tanjung Sari. 20 Wawancara diadakan pada hari Minggu 12 Oktober 2008, di Desa Tanjung Sari. 18
8
Pengamatan peneliti terhadap keluarga Muhammad Abu Bakar, dia termasuk yang memiliki semangat dalam mengikuti prinsip-prinsip yang dipegang oleh Jamaah Tabligh. Keluarga ini kurang begitu peduli dengan menigkat atau tidak kehidupan ekonomi, yang penting jiwa dapat tentram dalam mengikuti jejak Rasulullah. Demikian pula hal yang sama dengan keluarga Muhammad Abu Bakar, adalah keluarga Suhelmi Nasution yang memiliki anak 3 orang. Keluarga ini baik sebelum maupun sesudah ikut Jamaah Tabligh tidak mengalami peningkatan, bahkan terjadi penurunan karena mesti melaksanakan khuruj. Dia sangat fanatik dengan keyakinannya terhadap Jamaah Tabligh, ia menyatakan, “menurut saya Jamaah Tabligh ini yang paling benar, sebab sesuai dengan apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasul.” 21 Berdasarkan keyakinannya itu, ia tidak peduli uang untuk khuruj memakai uang simpanannya, atau menjual barang yang berharga. Hal ini berdasarkan informasi dari istrinya juga tetangga sekitarnya.22 Dengan demikian, taraf ekonomi keluarga ini sebelum mengikuti Jamaah Tabligh sedikit lebih baik ketimbang setelah ikut Jamaah Tabligh. Selanjutnya, keluarga Sahril Siregar yang memiliki satu orang anak ini tergolong keluarga pengikut Jamaah Tabligh yang kurang mampu. Pekerjaannya adalah tukang becak, sehingga penghasilannya tidak tetap. Istrinya tidak ikut-ikutan, sebab ia ikut membantu kehidupan ekonomi keluarga yang memang tidak mencukupi. Namun, Sahril Siregar mengatakan, “Saya ikut Jamaah Tabligh untuk cinta amal kebaikan dan memiliki rasa takut, jadi bisa merubah kelakuan kita yang selama ini.”23 Keluarga ini dalam isi rumahnya tidak ada kursi apalagi tv, yang ada tikar untuk menerima tamu. Kendatipun istrinya sering menentangnya, tapi ia tetap bersikukuh untuk mengikuti ajaran Jamaah Tabligh. Kendatipun kehidupan ekonomi keluarga ini morat marit, artinya untuk makan sehari-hari saja sangat minim. Seperti, kalau sudah ada nasi dan sambel sudah cukup bagus.untuk itulah terkadang istrinya mengeluh dengan situasi suaminya yang tak menentu tersebut. Terakhir, hal yang sama kondisi ekonominya dengan keluarga Sahril Siregar adalah keluarga Fahri Thaib Nst. Keluarga ini termasuk yang kaya akan anggota keluarga. Keluarga ini yang ikut Jamaah Tabligh adalah kepala keluarganya saja, anakanak dan istrinya tidak. Sehingga Fahri Thaib Nst menuturkan, “saya ikut Jamaah Tabligh adalah untuk belajar”.24 Lagi pula ia baru satu tahun mengikutinya. Walaupun demikian, ia sudah melaksanakan khuruj tiga hari di lingkungan Desa Tanjung Sari. Karena masih baru, maka Fahri Thaib Nst banyak tantangannya, baik dari istrinya maupun dri anak-anaknya. Sebab dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu, kepala keluarga terkadang melaksanakan khuruj, meninggalkan anak dn istrinya. Dalam kondisi seperti ini banyak keluhan anak dan istri. 2. Kehidupan Keagamaan Keluarga Jamaah Tabligh Berdasarkan observasi peneliti, keluarga Muhammad Zubair dan Ustaz Mhd. As’ad telah berhasil memberikan contoh bagi anggota Jamaah Tabligh yang lain dalam hal kehidupan keagamaan. Kehidupan keagamaan yang dimaksudkan adalah dalam pengamalan ibadah mahdhah dan ghair mahdhah, berakhlakul karimah dalam bergaul, sampai dengan busana yang digunakan. Kedua keluarga ini istri dan anak-anak 21
Wawancara diadakan pada hari Senin 13 Oktober 2008, di Desa Tanjung Sari Peneliti simpulkan dari wawancara dengan istri dan tetangganya di Dusun XI, Selasa, 14 Oktober 2008. 23 Wawancara diadakan pada hari Minggu 20 September 2008, di Desa Tanjung Sari 24 Wawancara diadakan pada hari 22 September 2008, di Desa Tanjung Sari 22
9
perempuannya menutup aurat dengan pakain khas Jamaah Tabligh yang bagi perempuan hanya nampak matanya saja, dan memakai warna hitam atau tidak bercorak. Demikian pula, Muhammad Zubair dan Ustaz Mhd. As’ad, mereka hanya memakai baju jubah putih atau pakaian yang tidak bercorak disertai dengan serban di kepala danmemelihara jenggot. Muhammad Zubair dan Ustaz Mhd. Sa’ad. Kedua tokoh ini termasuk tokoh sentral dari dua pusat masjid yang berbeda. Muhammad Zubair di masjid al-Ikhlas dan Ustaz Muhammad Sa’ad di masjid Baitul Qudus sama-sama di desa Tanjung Sari. Kedua masjid inilah sebagai pusat kegiatan Jamaah Tabligh di desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis. Hanya bedanya besar kecilnya masjid. Masjid Baitul Qudus lebih besar dan terletak di pasar besar ketimbang masjid al-Ikhlas lebih kecil dan letaknya di gagng yang sempit. Muhammad Zubari menjelaskan, “Kami benar-benar mengalami kehidupan yang sebenarnya ketika masuk Jamaah Tabligh. sebab, di Jamaah Tabligh diajari bagaimana hidup sebagaimana Rasul hidup, seperti cara makannya, tidur, berpakaian, kehidupan sehari-hari, ibadahnya dan keyakinannya serta pergaulanya dengan masyarakat. juga bisa merubah diri dari yang tidak tahu tentang agama sehingga menjadi paham. Salat, sebelum masuk Jamaah tabligh sering dilalaikan, begitu masuk Jamaah Tabligh dapat terlatih untuk selalu di awal waktu dan berjamaah serta salatnya di masjid bagi kaum pria.”25 Menurut istri Muhammad Zubair, sebelum masuk Jamaah Tabligh, biasanya rutinitas kerja di pagi hari sangat melelahkan. Banyak yang mesti disiapkan untuk keperluan anak suami dan lainnya. Namun seetelah masuk di Jamaah Tabligh ini, kehidupan rutinitas paginya begitu tenang. Sebab, suaminya jam 7 pagi baru pulang dari masjid, anak-anak sudah terlatih secara mandiri untuk baca dan Alquran setelah subuh serta sudah mandiri untuk melakukan sesudah kewajibannya.26 Salah satu ibadah rutin setelah subuh bagi anggota Jamaah Tabligh adalah mendekatkan diri kepada Allah melalui zikir. Setelah salat subuh ada ceramah di antara anggotanya dengan membaca buku Fadhailul Amal, karya Maulana Muhammad Zakariya al-Kandahlawi, setelah itu masih-masing berzikir sesuai dengan apa yang telah diajarkan dalam zikir harian Jamaah Tabligh. dengan adanya rutiniatas ibadah seperti ini, istri di rumah lebih ringan kerjanya. Kehidupan keagamaan keluarga pengikut Jamaah Tabligh di rumah, akan tampak kentara bila kita mengadakan silaturrahim ke rumah-rumah mereka. Mereka yang sudah tergolong awwalin, tidak akan mau lagi nonton televisi, bahkan TV mereka pun tidak ada. Bukan karena tidak mampu membeli, tetapi bila ditanya mereka menjawab, TV akan mengganggu pikiran mereka dan anak-anak mereka untuk dekat kepada Allah swt. Menurut Ustaz Mhd. Sa’ad menuturkan, “Dengan kehidupan keagamaan yang ada di Jamaah Tabligh bila diikuti dengan istiqamah, menurutnya tidak hanya meningkatkan kualitas keruhanian kita, bahkan badan atau jasmani kita juga akan semakin sehat. Misalnya, saya sendiri tidak pernah masuk rumah sakit. Sebab, malam tidak lebih tidurnya hanya 2 jam setengah setelah itu salat malam kemudian berzikir dan salat jamaah Subuh di masjid. Suatu rutinitas yang menyehatkan bagi ruhani maupun jasmani. Kalau gak percaya cobalah.”27 Peneliti juga mengkonfirmasikan kepada beberapa tetangga terhadap kedua keluarga tersebut, mereka menyatakan bahwa anak-anak kedua tokoh tersebut hampir 25
Wawancara diadakan pada hari Senin 27 Oktober 2008, di Desa Tanjung Sari. Wawancara diadakan pada hari Senin 27 Oktober 2008, di Desa Tanjung Sari. 27 Wawancara diadakan pada hari Sabtu 19 September 2008, di Desa Tanjung Sari. 26
10
semua hafiz Al-Qur’an, ada yang 10 juz, 15 juz dan ada pula yang 30 juz. Hal ini dapat berhasil karena mereka benar-benar dilatih untuk terus mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan dari TV, radio dan bacaan-bacaan yang menyesatkan. Mereka dilatih untuk membaca dan menghafal Alquran waktu malam oleh ayahnya, dan subuh oleh ibunya. Hanya saja, itu dapat berjalan ketika keluarga pengikut Jamaah Tabligh sudah tergolong awwalin, selain golongan ini, ada gangguan untuk melaksanakannya, seperti anak dan istri. Tetapi, ada sesuatu implikasi yang sangat positif kendatipun mereka belum tergolong awwalin, masih pemula dalam hal keagamaan yang paling menonjol dapat dilihat adalah berkenaan dengan salat wajib lima waktu bagi kaum pria tetap berjamaah di masjid. Hal itu diakui oleh keluarga Mhd. Abu Bakar, Suhelmi Nasution, Sahril siregar, dan Fakhri Thaib Nst. Juga para tetangga mereka. 3. Kehidupan Sosial-Kemasyarakatan Keluarga Jamaah Tabligh Kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh dalam sosial kemasyarakat, bila ditanya lingkungan di sekitar mereka tinggal, memang agak sedikit bernuansa negatif. Sebab, menurut masyarakat yang tidak mengikuti Jamaah Tabligh, keluarga pengikut Jamaah Tabligh kurang peduli terhadap lingkungan sosial. Hal ini, menurut aparat Desa Tanjung sari, yakni Sekretaris Desanya, mereka bila diundang untuk gotong royong perbaikan lingkungan jarang datang. Seperti perbaikan parit supaya jangan terjadi banjir, membersihkan dan memperbaiki jalan-jalan yang rusak, apakah karena banjir atau becek. Para keluarga pengikut Jamaah Tabligh, enggan ikut berpartisipasi. Bahkan, menurut aparat desa, Sekretaris Desa yang bernama Drs Khairanto (35 tahun), beliau mengatakan, “bila ada anggota Jamaah Tabligh yang ingin khuruj 3 hari yang biasanya sekitar desa itu, antara dusun yang ada masjid atau musallahnya, mereka tidak pernah melaporkan kepada aparat desa setempat, seperti kepala dusun. Jadi, mereka suka-suka. Bahkan, terkadang mereka tidak minta izin kepada BKM setempat, hanya memberitahu bahwa mereka datang ingin memakmurkan masjid Allah. Kendatipun mereka ditolak, mereka akan ngotot untuk tetap tinggal di masjid sesuai waktu yang telah dijadwalkan.”28 Menurut anggota Jamaah Tabligh, bila menolak mereka sama saja menolak tabligh di jalan Allah, dan Allah pasti akan murka, katanya. Oleh karena mereka kasihan kepada BKM yang menolak mereka, agar kemurkaan jangan sampai datang kepada para anggota BKM, mereka akan tetap ngotot tinggal di masjid sebagaimana mereka telah atur untuk dakwah di jalan Allah. Para anggota Jamaah Tabgligh berkeyakinan, menghalangi dakwah di jalan Allah, sama dengan musuh Allah, oleh karenanya harus dinasehati agar kembali ke jalan yang benar yakni di jalan Allah.29 Dalam kehidupan sosial di masyarakat, dikenal dengan adanya perkumpulan STM, seperti untuk mereka yang kena musibah atau lainnya. Menurut masyarakat, keluarga pengikut Jamaah Tabligh kurang perduli dengan keberadaan STM, sebab menurut mereka, mereka jarang ada di tempat kalau mereka khuruj, bisa jadi 40 hari atau 4 bulan. Ketiuka ditanya bila mereka meninggal bagaimana? Mereka menyatakan, soal meninggal atau hidup urusan Allah, dan soal urusan fardhu kifayah, memandikan, mengkafani, menshalati dan menguburkan sudah menjadi kewajiban umat Islam. Bila
28 29
Wawancara diadakan pada hari Senin 17 September 2008, di Desa Tanjung Sari Wawancara Ustaz Mhd. As’ad pada hari Kamis 19 September 2008, di Desa Tanjung Sari
11
umat Islam tidak melaksanakannya, maka berdosalah seluruh umat Islam yang ada di desa tersebut.30 Selanjutnya, menurut masyarakat kepedulian keluarga pengikut Jamaah Tabligh dalam hal kepentingan masyarakat, berbagai undangan yang dilaksanakan aparat desa atau masyarakat. Seperti, perkawinan, khitanan yang ada hiburan key boardnya mereka tidak berkenan datang. Karena menurut menurut Ustaz Mhd.As’ad “Pesta tersebut ada maksiyatnya, mementingkan kehidupan dunia. Syukuran atau walimah itu boleh saja, asal tidak memakai hiburan yang mengganggu pandangan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Apalagi, bercampur antara pria dan wanita dalam acara pesta perkawinan dan khitanan tersebut.”31 Mereka juga berpegang pada prinsip ajarannya yang mesti dipegang teguh yaitu empat hal yang harus dikurangi: makan-minum yang berlebihan, istirahat/tidur, berbicara yang sia-sia/tidak perlu, keluar/ meninggalkan mesjid (mereka suka i’tikaf di masjid). Tentang sukanya mereka di dalam masjid, suatu ketika di pagi hari, salah seorang aparat desa, yakni Kepala Desa Tanjung Sari yang bernama Drs. Khairanto ingin mengajak dialog atau berbicara dengan anggota Jamaah tabligh yang ada di masjid, ternyata mereka masih tidur di dalam masjid. Dan siang harinya juga demikian. Mereka bangun hanya ketika tiba waktu salat, seperti Zuhur dan Asar, dan sebelum maghrib mereka mengadakan jaulah atau mengajak masyarakat untuk pergi ke masjid melaksanakan salat berjamaah, lalu mendengarkan bayan. Atas peristiwa itu, membuat marah Kepala Desa yang ada pada waktu itu, mereka tidak dibenarkan tidur di dalam masjid, baik malam maupun pagi dan siang hari. Lalu mereka angota Jamaah Tabligh berdalih, di waktu malam kami tidak tidur di dalam masjid, tetapi kami pada prinsipnya ingin i’tikaf di masjid, tetapi kami belum sampai pada maqam Rasulullah, sehingga kami tertidur ketika melaksanakan i’tikaf tersebut. Itulah pandangan negatif dari sebagian masyarakat terhadap keluarga pengikut Jamaah Tabligh. bila ditelaah lebih dekat dan ditanya para keluarga pengikut Jamaah Tabligh, mereka menjawab demi memelihara agama Allah dan menjauhi kemaksiyatan sekecil apapun, kita mesti istiqamah dalam menjalankannya. Menonton TV saja mereka tidak suka apalagi hiburan yang dinyanyikan oleh penyanyi wanita tanpa menutup aurat tentu mereka lebih menghindarkan diri lagi. Jadi, aspek penilaian negatif dan positif dalam hal ini, perlu keseimbangan. Pada dasarnya mereka bukan tidak mau menghadiri undanganb walimah atau sejenisnya. Bila acara itu benar-benar Islami, mereka akan tetap menghadirinya. Pada sisi lain, aparat Desa, yakni sekretaris desa dan didampingi dengan tokoh masyarakat yang bernama Sumardi (37) tahun). Para keluarga pengikut Jamaah Tabligh, pernah diundang untuk acara perayaan Islam apakah tiwalah Alquran, Isra’ Mi’raj dan Maulid Nabi yang diadakan oleh masyarakat umum, mereka juga jarang yang datang. Kecuali dari kalangan mereka sendiri yang mengadakannya. Pembahasan Menyimak uraian di atas dapatlah peneliti kemukakan bahwa perubahan perilaku kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh di Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis, sebelum dan sesudah mengikuti Jamaah Tabligh, sebagai berikut: 30
Wawancara dengan tokoh pemuda Sumardi (37 Tahun) sebagai perwakilan masyarakat, diadakan pada hari Senin 17 September 2008, di Kantor Kepala Desa Tanjung Sari. 31 Wawancara Ustaz Mhd. As’ad pada hari Kamis 19 September 2008, di Desa Tanjung Sari
12
a. Dalam bidang ekonomi, pada umumnya mereka tidak terjadi perubahan, bahkan ada kasus-kasus tertentu terjadi penurunan. Karena memaksakan diri untuk menunaikan salah satu prinsip ajaran Jamaah tabligh, yakni khuruj, ke berbagai daerah di Indonesia atau ke luar negeri, sehingga memerlukan dana yang tidak sedikit. b. Dalam bidang keagamaan, keluarga pengikut Jamaah Tabligh terjadi peningkatan kesalehannya, terutama ibadah kepada Allah swt dan akhlakul karimah. Sehingga, mereka memiliki kesan dan mendapat apresiasi tersendiri dalam kehidupan keagamaannya di kalangan masyarakat. Karena dapat memberikan uswatun hasanah contoh teladan yang baik, terutama pada pelaksanaan salat berjamaah lima waktu di masjid juga akhlaqul karimah. Kehidupan keagamaan keluarga pengikut Jamaah Tabligh mesti mewujudkan sikap dan perilaku sebagai berikut: hati menjadi aman dan tenteram, selalu mengingat Allah, terhindar dari perbuatan-perbuatan yang dilarang Islam, menutup aurat, bertobat atas perbuatannya selama ini, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah bertambah, selalu mengamalkan amalan-amalan sunnat, baik salat maupun puasa, timbulnya rasa kepemimpinan dan kewibawaan dalam mengembakan Islam, timbulnya tekad yang besar untuk mengajak sanak saudara kepada jalan Allah, meningkatnya silaturrahim sesama mereka. c. Dalam bidang sosial kemasyarakatan keluarga pengikut Jamaah Tabligh terkesan negatif oleh sebagian masyarakat, karena mereka kurang peduli dan mereka lebih mementingkan dakwah dan pendekatan diri kepada Allah swt. Adapun yang menjadi nilai-nilai yang tertinggi yang mesti dijalankan dalam kehidupan keluarga pengikut Jamaah Tabligh, adalah sebagai berikut; 1. Prinsip kalimah agung/tauhid (syahadat) atau disebut sebagai al-Kalimah Ţayyibah (La ilahaillallah muhammadurrasulu llah). Yang dimaksudkan di sini seseorang bukan saja harus melafazkannya selalu, tetapi harus pula memahami pengertian dan falsafah yang terkandung di dalamnya. 2. Prinsip Menegakkan salât (iqamah as-Salah). Seperti diketahui bahwa Kalimah Ţayyibah dan menegakkan salât merupakan dua prinsip yang asasi dan terpenting. 3. Prinsip Ilmu dan dzikir (al-’ilmu wa az-Zikr). Yang dimaksudkan dengan ilmu di sini ialah ilmu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. atau yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seperti salât, puasa, haji, zakat. 4. Prinsip Memuliakan setiap Muslim (ikram kulla muslim). Yakni, penghormatan kepada orang-orang Islam baik kanak-kanak, orang tua, para ulama dan sebagainya. 5. Prinsip Ikhlas (al-ikhlash). Yakni setiap amalan atau perbuatan hendaklah sematamata karena Allah swt. dan bukan karena lainnya. Setiap perbuatan karena keridhaan yang selain Allah disifatkan sebagai syirik kecil (riya’). 6. Prinsip berjuang fisabilillah dalam khuruj (an-nafar fi sabilillah). Prinsip yang keenam ini dilakukan dengan melapangkan waktu atau mengorbankan waktu untuk melaksanakan tabligh. Ini merupakan upaya melanjutkan perjuangan Nabi dan para Sahabat dan memang untuk inilah Jamaah Tabligh dibangun. Mereka berpegang teguh dalam menjalankannya secara istiqamah terutama bagi Jamaah Tabligh yang sudah tergolong awwalin. Adanya peraturan dalam Jama'ah Tabligh yang disebut dengan adab atau ushul da’wah – inilah yang menjadi ciri khas Jama'ah Tabligh – yang meliputi: 1. Empat hal yang diperbanyak: dakwah, taklim, zikir ibadah, khidmat.
13
2. Empat hal yang harus dikurangi: makan-minum yang berlebihan, tidur, berbicara yang sia-sia/tidak perlu, keluar/ meninggalkan mesjid. 3. Empat hal yang harus dijaga: hubungan dengan amir dan jama’ah lainnya, amalan infiradi dan jama’i, kehormatan mesjid, sabar dan tahammul (tahan ujian). 4. Empat hal yang harus ditinggalkan: meminta kepada yang selain Allah, mengharap kepada yang selain Allah, menggunakan barang orang lain tanpa izin, boros dan mubazir. 5. Empat hal yang tidak boleh dibicarakan: politik, ikhtilaf, pangkat dan kedudukan, kebaikan atau jasa dan aib orang lain/masyarakat. Tentu saja pro dan kontra dalam setiap aliran dalam keagamaan Islam pasti ada, termasuk apa yang menamakan dirinya Jamaah Tabligh. Namun ada sisi positif yang perlu dicermati yakni peningkatan kesalehan individu dan penerapan akhlaqul karimah, kendatipun ada sisi kekurangannya yakni kurang peduli pada urusan keduniaan, padahal manusia itu mesti hidup terlebih dahulu di dunia sebelum menjalankan kehidupan di akhirat. Penutup Kesimpulan a. Jamaah Tabligh (Kelompok Penyampai) (Bahasa Arab: جماعة التبليغ, juga disebut Tablig) adalah gerakan misionaris Islam dengan tujuan kembali ke ajaran Islam yang kaffah. Aktivitas mereka tidak hanya terbatas pada satu golongan Islam saja., Tujuan utama dari gerakan ini adalah membangkitkan jiwa spiritual dalam diri dan kehidupan setiap muslim. Jamaah Tabligh merupakan pergerakan nonpolitik terbesar di seluruh dunia. Syeikh Muhammad Ilyas al-Kandahlawi (18851944 M/1303-1354 H) adalah pendiri Jama'ah Tabligh dilahirkan di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, India. Ia adalah pengikut tariqat Chistiyyah dari cabang Sabiriyyah, namun ia tidak bergantung kepada ajaran tariqat ini saja melainkan turut memanfaatkan ajaran dari tariqat lain seperti Naqshabandiyyah, Qadiriyyah dan Suhrawardiyyah. b. Perubahan Perilaku Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh yang paling menonjol adalah berkenaan dengan kehidupan keagamaan, yakni tentang salat jamaah dan akhlakul karimah. Namun, dalam kehidupan ekonomi dan sosial kemasyarakatan, terkesan kurang peduli. c. Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh, untuk golongan awwalin, benar-benar menikmati dan menghayati dalam menjalankan apa yang menjadi doktrin Jamaah Tabligh. sehiungga mereka dapat digolongkan kelompok yang militan dalam memegang keyakinannya. Kendatipun mesti mengorbankan banyak harta. d. Nilai-nilai tertinggi yang mesti dijalankan Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh, adalah sebagaimana yang telah ditetapkan dalam enam prinsip dasar ajaran Jamaah Tabligh. e. Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh akan disenangi oleh penguasa di negara manapun, kecuali Saudi Arabia. Sebab, kelompok ini tidak boleh mengusik dunia politik dan ekonomi. Rekomendasi 1. Diharapkan kepada pembaca dan peneliti untuk terus menggali dan meneliti aspek positif dan negatifnya dari aktivitas Jamaah tabligh dalam kehidupan
14
2.
3.
4.
5.
masyarakat. Bagaimana sumbangan mereka terhadap kemajuan umat dan pencerahan pemikiran bagi masyarakat Islam pada umumnya. Diharapkan kepada lembaga research atau pemerintah untuk dapat memberikan bantuan secara finansial, agar penelitian lebih lanjut terhadap aktivitas keagamaan di Indonesia umumnya dan di Sumatera Utara khususnya dapat diteruskan sehingga dapat lebih terfokus, yang pada gilirannya akan memberikan hasil yang lebih maksimal. Kemudian akan memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka membangun dan meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang lebih handal. Perlu penelitian lanjutan terhadap gerakan Jamaah Tabligh untuk mengetahui secara rinci, apa saja dampak positif dan negatifnya dalam perkembangan masyarakat Islam Indonesia ke depan. Penelitian terhadap Jamaah Tabligh akan lebih mantap bila menjadi partisipan, mengikuti apa yang menjadi prinsip dasar Jamaah Tabligh. Agar dapat menghayati dan merasakan sendiri apa manfaat dan mudharatnya bagi dirinya. Pemerintah berkewajiban mencermati perkembangan Keluarga Pengikut Jamaah Tabligh, apakah membawa kebaikan bagi bangsa atau sebaliknya. Sebab, bila sudah menjamur perkembangannya, dan ternyata dapat menghambat majunya suatu bangsa akan sulit diatasi.
15