Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
KEDUDUKAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA Oleh: PUTRI NOOR ILHAM, DENY PRIHATMADJA Fakultas Hukum Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Fakultas Hukum Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jl. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
[email protected]
ABSTRAK Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 telah menentukan bahwa dalam sistem ketatanegaraan Indonesia diatur kedudukan antara Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah adalah sama, namun masing-masing mempunyai kewenangan sendiri. Dewan Perwakilan Rakyat mewakili pusat, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah mewakili daerah pemilihannya, namun bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat membahas rancangan Undang-Undang Otonomi Daerah, perimbangan keuangan pusat-daerah dan lain-lain. Kedudukan DPD RI ini pada sesungguhnya memang memiliki kedudukan yang setara dengan DPR RI, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 22 Undang-Undang Dasar 1945. namun disisi lain dalam Pasal 22 UUD 1945 ini sendiri, khususnya pada pasal 22 D dan juga dalam UndangUndang Susunan dan Kedudukan (UU Susduk) ini justru malah terjadi pembatasan pengaturan kewenangan dari DPD itu sendiri, dan akibatnya dalam kenyataan serta prakteknya saat ini DPD tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsi kelembagaannya secara maksimal karena faktor utama dari sistem peraturan yang mengatur kelembagaan DPD ini yang tercantum pada kedua UndangUndang tersebut. Dengan melihat adanya keterbatasan hak dan kewenangan yang dialami oleh DPD RI serta tidak optimalnya lembaga ini dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal seperti telah disebutkan tadi, maka dapat disimpulkan atau bahkan terlalu terburu-buru untuk menyatakan bahwa Indonesia semata-mata sudah menganut sistem parlemen bikameral murni dan tidak keliru pula jikalau hal ini dapat dikatakan seolah-olah seperti menganut sistem parlemen bikameral sejati atau hal ini lazim disebut juga dengan quasi bikameral dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, apabila menelaah kasus yang dialami oleh DPD RI ini. Oleh karena itu dengan adanya rencana amandemen kelima dari UUD 1945 ini diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang saat ini terjadi pada lembaga DPD RI tersebut, terutama mengenai terbatasnya hak dan kewenangan dari DPD RI itu sendiri, dan juga di masa mendatang DPD dapat menjalankan tugas serta fungsi kelembagaannya secara optimal yang sesuai dengan kapabilitasnya sebagai lembaga tinggi negara. Cara penulis meneliti permasalahan adalah dengan cara melakukan penelitian hukum normatif dan empiris. Penulis menggunakan data primer dan data sekunder untuk melengkapi tulisan penulis. Kemudian dari data yang ada penulis pada akhirnya melakukan analisa data secara kualitatif. Kata Kunci: Kedudukan, Dewan Perwakilan Daerah, Ketatanegaraan Indonesia.
bersifat otoriter. Padahal sebagai karya manusia,
Pendahuluan Selama 32 tahun masa pemerintahan orde
UUD 1945 disusun oleh para pendiri bangsa dengan
baru berkuasa sejak tahun 1966 hingga 1998,
bentuk yang sangat sederhana dan singkat karena
Undang-Undang Dasar 1945 telah dijadikan sema-
hanya terdiri dari 16 bab, 37 pasal, 49 ayat, 4 pasal
cam kitab suci sakral yang tidak boleh disentuh
aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan, sifat-
perubahan dan yang pada akhirnya UUD 1945 ini
nya yang sederhana menimbulkan banyak celah
malah dijadikan suatu alat legitimasi untuk mem-
yang dapat dimanfaatkan untuk berlakunya negara
perkuat kekuasaan rezim orde baru yang memang
kekuasaan. (Morisan, 2005)
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
55
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Menyimak UUD 1945 memang telah secara jelas
yang duduk di lembaga MPR dan DPR untuk
menyatakan membuka diri untuk dilakukan peru-
memecat atau merecall anggota partainya yang
bahan. Hal ini ditegaskan melalui pasal 37 UUD
dianggap telah menentang pemerintah. Pemerintah
1945 yang menentukan persyaratan bahwa 2/3 dari
juga tidak segan-segan untuk menutup atau mem-
anggota MPR harus hadir, dan 2/3 dari yang hadir
bredel media massa yang dinilai tidak kooperatif
itu harus menyetujui perubahan tersebut. Namun
atau menyerang kebijakan pemerintah dengan
pasal yang seharusnya menjadi landasan berpijak
mengeluarkan Undang-Undang No. 21 Tahun 1982
untuk mewujudkan aspirasi rakyat dalam kenya-
tentang Pers dan UU. No. 24 Tahun 1997 tentang
taannya telah diubah dengan adanya ketetapan MPR
penyiaran.
No: IV/MPR/1983 tentang referendum.
Pada masa orde baru pembangunan me-
Sejarah telah menunjukan bahwa dalam 7
mang berjalan dengan cukup baik, tingkat pertum-
kali pemilu selama era orde baru, dan partai Golkar
buhan ekonomi bahkan pernah mencapai tujuh
selalu memenangkan pemilu dengan single majority
persen. Namun keberhasilan itu sebenarnya bersifat
dan pada setiap pemilihan presiden, Soeharto selalu
semu karena pembangunan dibiayai dari hutang luar
terpilih secara aklamasi, dan selama era orde baru
negeri yang jumlahnya setiap tahun cenderung
tersebut terjadi pemasungan hak-hak politik warga
semakin besar dan mencapai hampir 150 milyar US
negara, khususnya dalam hal berserikat dan ber-
Dollar. Pemerintah tampak bangga karena kreditur
kumpul untuk mengeluarkan pendapat baik lisan
asing setiap tahun bersedia menaikan jumlah
maupun tulisan, dalam bidang politik contohnya
pinjaman (hutang) kepada Indonesia.
adalah dengan adanya Undang-Undang No. 5
Pada tahun 1997, pemerintah orde baru
Tahun 1974 dan UU No. 5 Tahun 1979 tentang
menggelar pemilu ke tujuh yang dimenangkan
Pemerintahan Daerah dan Pemerintahan Desa, yang
secara mutlak oleh Golongan Karya (Golkar).
mana kedua Undang-Undang ini digunakan oleh
Seusai pemilu 1997 timbul krisis moneter yang
pemerintah pusat untuk memasung hak-hak dan ke-
parah sehingga menimbulkan penderitaan rakyat.
wenangan dari pemerintah daerah.
Krisis ini terjadi sebagai akibat hutang pemerintah
Selain itu juga dengan adanya Undang-
dan swasta yang terlalu besar serta praktek korupsi,
Undang No. 1 Tahun 1985 dan UU No. 3 Tahun
kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela. Nilai
1985 tentang pemilihan umum dan partai politik,
mata uang rupiah yang melorot drastis, harga kebu-
dimana kedua Undang-Undang ini membatasi
tuhan pokok melonjak tajam dan banyak kegiatan
hanya tiga partai politik saja yang boleh menjadi pe-
usaha yang bangkrut.
serta pemilu serta juga membatasi partisipasi ma-
Reformasi yang telah didengungkan oleh
syarakat dalam berpolitik. Dan juga dengan adanya
mahasiswa ditandai dengan mulai turun kejalan me-
UU No. 5 Tahun 1995 tentang susunan dan
minta perbaikan situasi yang memburuk akibat
kedudukan Anggota MPR, DPR dan DPRD, dimana
krisis ekonomi. Aksi demonstrasi mahasiswa sema-
Undang-Undang ini juga dijadikan alat oleh peme-
kin meluas, mereka mengusung tema reformasi di
rintah dengan cara mengintimidasi partai politik
segala bidang, namun aksi demo ini dijawab oleh
56
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
aparat keamanan secara represif dan puncaknya
hidup sebagai perwujudan kelengkapan Pemerintah
ribuan mahasiswa yang semula melakukan aksi
Negara.
secara sporadis, mulai memusatkan aksi demons-
Indonesia memasuki era reformasi, mes-
trasinya di gedung DPR/MPR tersebut. Para maha-
kipun tidak tertulis, berbagai kenyataan yang terjadi
siswa mendesak pimpinan MPR/DPR untuk me-
dewasa ini mengharuskan memahami periode sejak
minta Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai
turunnya Presiden Soeharto sampai tahun 2004
presiden. Sementara itu sampai sore pada tanggal 20
mendatang sebagai masa transisi menuju Indonesia
Mei 1998, presiden Soeharto tampaknya masih
baru dengan sistem ketatanegaraan yang sama
yakin akan bisa mengatasi keadaan secara damai
sekali berubah secara fundamental dari sistem
dengan usulnya membentuk komite reformasi dan
ketatanegaraan sebelumnya berdasarkan Undang-
merombak kabinet menjadi kabinet reformasi,
Undang Dasar 1945 yang asli. Beberapa gagasan
namun keinginan Soeharto itu ditolak berbagai
mendasar masih berada dalam tahap perdebatan,
kalangan, termasuk oleh sejumlah menterinya.
tetapi sebagian lainnya sudah diadopsi ke dalam
Penolakan oleh sejumlah pembantu dekat-
rumusan Perubahan Pertama dan Perubahan Kedua
nya itu memberikan pukulan yang telak kepada
Undang-Undang Dasar 1945 yang telah ditetapkan
Soeharto dan rupanya itulah saat-saat terakhir ia
berlaku sejak tahun 1999 dan tahun 2000. beberapa
menjabat presiden. Akhirnya pada hari Kamis 21
gagasan fundamental yang sudah diadopsi itu
Mei 1998 sekitar pukul 10 pagi di ruang upacara
misalnya:
istana merdeka, disaksikan pimpinan DPR/MPR
Pertama, anutan prinsip pemisahan kekua-
dan ketua Mahkamah Agung, presiden Soeharto
saan (separation of power) dengan segala impli-
menyampaikan pidato pernyataan berhenti sebagai
kasinya sebagai ganti dari prinsip pembagian
presiden RI dan pada kesempatan itu sekaligus
kekuasaan (division atau distribution of power)
melantik B.J. Habibie sebagai presiden baru meng-
yang
gantikan Soeharto.
Undang-Undang Dasar 1945. Jika sebelumnya di-
berlaku
sebelumnya
dalam
sistematika
Runtuhnya rezim Orde Baru yang sentra-
tentukan dalam pasal 5 ayat (1) Undang-Undang
listik merupakan awal reformasi di Indonesia menu-
Dasar 1945 bahwa kekuasaan untuk membentuk
ju negara yang demokratis. Reformasi tengah dila-
perundang-undangan berada di tangan Presiden dan
kukan di berbagai bidang kehidupan yang meliputi :
dilakukan dengan persetujuan Dewan Perwakilan
politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain.
Rakyat (DPR), maka dalam Perubahan Pertama dan
Salah satu hal yang terpenting dan menjadi wacana
Kedua Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 20 ayat
nasional adalah reformasi Sistem Pemerintahan dan
(1) kekuasaan untuk membentuk undang-undang itu
Sentralisasi
ditegaskan berada di tangan DPR, sedangkan
menjadi
Desentralisasi
(Otonomi
Daerah) atau Kewenangan Daerah seluas-luasnya. Otonomi Daerah merupakan pengalihan
Presiden menurut Pasal 5 ayat (1) yang baru ditentukan
hanya
berhak
mengajukan
Rancangan
wewenang dari pusat ke daerah sekaligus meng-
Undang-Undang (RUU) kepada DPR. Perubahan
efektifkan daerah yang selama ini telah tumbuh dan
ini menegaskan terjadinya pergeseran kekuasaan le-
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
57
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
gislatif dari Presiden ke DPR, dengan konsekuensi
telah menjadi dasar operasional bagi penyeleng-
berubah pula pengertian tentang anutan prinsip
garaan otonomi daerah hingga kini.
pembagian kekuasaan menjadi pemisahan kekuasaan seperti yang dipahami selama ini.
Disamping itu terdapat pula gagasan fundamental lainnya yang diadopsi ke dalam Undang-
Kedua, dalam penyelenggaraan pemerintah
Undang Dasar 1945, yaitu: pertama, adalah pemili-
selama masa reformasi ini telah ditetapkan pula
han presiden secara langsung, kedua, pembentukan
kebijakan nasional yang menyangkut penyeleng-
lembaga Dewan Perwakilan Daerah yang didasar-
garaan otonomi daerah yang seluas-luasnya. Bahkan
kan pada perubahan amandemen ke III Undang-
kepada Propinsi Aceh dan Irian Jaya telah pula di-
Undang Dasar 1945 pada Bab VII A Pasal 22 C dan
berikan otonomi yang bersifat khusus dengan segala
Pasal 22 D yang dilakukan pada Sidang Tahunan
implikasinya. Kebijakan otonomi daerah yang luas
MPR tahun 2001, dan dengan adanya gagasan-
itu ditegaskan dalam Perubahan Kedua Undang-
gagasan baru tersebut, maka struktur parlemen
Undang Dasar 1945, yaitu dengan melengkapi dan
Indonesia di masa depan mengalami perubahan
menyempurnakan ketentuan Pasal 18 Undang-
sama sekali.
Undang Dasar 1945 yang tadinya hanya terdiri atas
Sedangkan
menyangkut
kewenangan
1 ayat menjadi 7 ayat, dan dengan menambah pasal-
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
pasal baru, yaitu Pasal 18A dan Pasal 18B yang
Daerah dalam rekruitmen anggotanya, di mana saat
masing-masing terdiri atas 2 ayat. Rekomendasi
ini terdapat 2 (dua) kamar seperti terjadi pada
kebijakan dalam penyelenggaraan otonomi daerah
Negara Indonesia. Dengan demikian perbedaan
itu bahkan ditetapkan pula dalam Ketetapan Majelis
kedua kamar parlemen Indonesia yang disebut
Permusyawaratan Rakyat Nomor: IVMPR/2000,
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
yang pada pokoknya menegaskan agar otonomi
Daerah itu dapat ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
daerah yang luas itu dapat segera terwujud dengan
1. Sistem rekruitmen keanggotannya; dan
sebaik-baiknya. Apalagi disadari bahwa gagasan
2. Pembagian kewenangan di antara keduanya
penyelenggaraan otonomi daerah itu sendiri, mes-
dalam menjalankan tugas-tugas parlemen.
kipun sudah dirumuskan secara resmi di atas kertas sejak masa awal kemerdekaan dan kemudian dite-
Pada mulanya, tujuan dibentuknya parle-
gaskan lagi ketika awal-awal masa Orde Baru,
men bikameral itu memang biasanya dihubungkan
terbukti dalam prakteknya tidak pernah atau belum
dengan bentuk negara federal yang memerlukan dua
pernah terwujud secara nyata dalam praktek.
kamar untuk maksud melindungi formula federasi
Semangat ini pulalah yang kemudian mendorong
itu sendiri. Tetapi, dalam perkembangannya bersa-
lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
maan dengan terjadinya kecenderungan tuntutan ke
dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 dan
arah desentralisasi kekuasaan dalam bentuk negara
kemudian diperbaharui kembali menjadi Undang-
kesatuan, sistem bikameral juga dipraktekkan di
Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Undang-Undang
banyak negara kesatuan. (Jimly, 1996). Dalam sis-
33 tahun 2004 yang keempat Undang-Undang ini
tem pemerintahan parlementer, ada dua alasan
58
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
utama yang sering digunakan untuk menerapkan
ketatanegaraan yang berkembang yang menjadi
sistem bikameral ini, yaitu:
kebutuhan konstitusional bangsa dan negara yang
1. Adanya kebutuhan untuk menjamin keseimba-
demokratis. Untuk menjawab tuntutan reformasi
ngan yang lebih stabil antara pihak eksekutif
tersebut, semestinya sebuah konstitusi baru mene-
dan legislatif (the unbridled power or a single
gaskan hal-hal sebagai berikut: (1) penegasan
chamber being restrained by the creation of a
Indonesia sebagai negara hukum; (2) pengakuan
second chamber recruited on a different basis);
HAM yang mencakup hak sipil, politik, ekonomi,
dan
sosial dan budaya; (3) sistem check and balances
2. Keinginan untuk membuat sistem pemerin-
dalam kekuasaan legislatif, eksekutif, yudikatif
tahan benar-benar berjalan lebih efisien dan
serta pusat dan daerah; dan (4) environmental
setidaknya lebih mudah (Easy) melalui apa
rights. (Morisan, 2005)
yang disebut revising chamber untuk meme-
Pada perubahan sistem ketatanegaraan kita
lihara a careful check on the sometimes hasty
sebagaimana disebutkan telah diatur dalam Aman-
decisions of the first chamber.
demen ke IV dari Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 2 ayat (1) melalui Sidang Tahunan MPR
Alasan yang kedua itulah yang biasa dise-
tahun 2002 yang menyatakan bahwa Majelis Per-
but oleh para ahli dengan sistem double check yang
musyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan
memungkinkan setiap produk legislatif diperiksa
Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan
dua kali, sehingga terjamin kualitasnya sesuai
Daerah, yang dipilih melalui pemilihan umum dan
dengan aspirasi rakyat. Akan tetapi, syaratnya jelas
diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang.
bahwa keanggotaan kedua kamar parlemen itu benar-benar yang mewakili aspirasi yang berbeda satu
Permasalahan
sama lain, sehingga keduanya benar-benar mencer-
1. Apakah kedudukan dan kewenangan lembaga
minkan gabungan kepentingan seluruh rakyat.
DPD RI sudah memadai apabila di tinjau dari
Karena itu, pertama-tama perlu ditentukan menge-
Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-
nai sistem rekruitmen keanggotaan Dewan Per-
Undang yang mengatur lembaga ini?
wakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah
2. Apakah yang menjadi kendala bagi DPD RI
yang akan dituangkan dalam Undang-Undang Dasar
dalam kedudukan dan kewenangannya sebagai
1945 itu mestilah dibedakan satu sama lain, bukan
lembaga tinggi negara?
saja prosedurnya, tetapi juga hakikat aspirasi rakyat
3. Bagaimana kedudukan lembaga DPD RI dalam
yang akan disalurkan melalui sistem perwakilan di
sistem
kedua kamar itu juga harus berbeda.
Indonesia?
quasi
bikameral
ketatanegaraan
Dari sudut pandang konstitusi modern, bahwa perubahan pertama dan kedua UUD 1945 masih belum menjawab tuntutan reformasi dan masih belum menampung pemikiran-pemikiran hukum
Analisa Dan Pembahasan Perjalanan
sistem
desentralisasi
di
Indonesia jika dilihat kembali sepanjang sejarah
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
59
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
perjalanan bangsa ini cukup panjang dan berliku.
sebabnya mengapa kepemimpinan Soeharto anti
Perubahan politik di tahun 1990-an merupakan arus
multi partai, anti kemajemukan ideologi dan menya-
balik perjalanan bangsa Indonesia yang membawa
tukan ideologi dalam asas tunggal. Kekhawatiran
beberapa dampak positif. Pemerintah Pusat dan
akan lahirnya daerahisme dan propinsialisme, diper-
Daerah ke arah yang lebih demokratis dengan
tegas dengan membatasi masa jabatan kepala dae-
memperbesar porsi desentralisasi. Dengan peru-
rah dan mekanisme pemilihan. Kepala Daerah tidak
bahan sistem pemerintahan tersebut, otomatis ber-
sepenuhnya dipilih oleh Dewan. Secara formal
bagai perantara pendukung sistem yang selama ini
mekanismenya adalah perpaduan antara kehendak
bersifat sentralistik juga mengalami perubahan.
Daerah (mengusulkan tiga nama) dan kehendak
Sistem pemerintahan desentralisasi sebenar-
Pusat (menentukan/memilih satu dari tiga yang
nya telah digagas oleh para pendiri negara ini
diusulkan Dewan). Tetapi secara substantif Kepala
dengan menempatkan satu pasal dalam UUD 1945
Daerah adalah orang Pusat yang ditempatkan di
(pasal 18). Implementasi
daerah,
pasal
tersebut selalu
selain didesain untuk mengendalikan
menimbulkan persoalan sejak tahun-tahun awal
Daerah, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1974 tidak
kemerdekaan. Pergulatan sekunder, selalu meng-
memberi ruang gerak yang memadai bagi tokoh-
hadapi persoalan identitas primer berupa kuatnya
tokoh Daerah untuk membangun kekuatan dengan
solidaritas etnik, agama, adat dan bahasa serta
identitas Daerah. Pembunuhan massal yang ber-
tradisi lokal. Faktor-faktor ini pula yang menye-
langsung pertengahan tahun 1960-an, merupakan
babkan timbulnya pemberontakan kedaerahan selain
kendala struktural bagi kekuatan masyarakat ter-
faktor ketidakadilan dalam pembagian sumberdaya
masuk kekuatan-kekuatan di Daerah untuk mela-
ekonomi antara Pusat dan Daerah sejak tahun 1945
kukan tawar menawar dengan Pusat.
itu pula, Pemerintah Pusat memandang pluralitas
Intervensi pemerintah Pusat di masa yang
secara ambivalen. Di satu sisi mempromosikan
lalu telah menimbulkan masalah rendahnya kapa-
Bhinneka Tunggal Ika
sebagai semboyan resmi
bilitas dan efektivitas pemerintah daerah dalam
negara, di sisi lain menerapkan kebijakan sentra-
mendorong proses pembangunan dan demokrasi.
lisasi karena kebhinnekaan dilihat sebagai ancaman
Arahan dan statory requirement yang terlalu besar
disintegrasi. (Andi M.P, 1999).
dari Pemerintah Pusat menyebabkan inisiatif dan
Di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto
prakarsa daerah cenderung mati, sehingga peme-
yang sangat sentralistik ini, Soeharto tanpa ragu-
rintah daerah seringkali menjadikan pemenuhan
ragu melihat keanekaragaman budaya, geopolitik
peraturan sebagai tujuan, dan bukan sebagai alat
kepulauan dan kemajemukan ideologi sebagaimana
untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
ancaman persatuan dan kesatuan bangsa. Integrasi
Besarnya arahan dari Pusat itu didasarkan atas
nasional dalam visi Soeharto harus dimulai dari
pertimbangan menjamin stabilitas nasional dan kon-
integrasi wilayah (keutuhan wilayah) dan merasuk
disi sumber daya manusia di daerah. Hal demikian
ke integrasi bangsa. Dalam visi demikian, perbe-
dapat dipahami sebab konteks sosial dan politik
daan ideologi tidak dapat ditoleransi. Itulah
dirumuskannya Undang-Undang Nomor 5 tahun
60
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
1974 adalah penegakan stabilitas nasional dan
(5) keinginan pemerintah untuk menjadikan desa
pemberantasan kemiskinan serta keterbelakangan
sebagai unit politik di samping unit sosial budaya
masyarakat. Tetapi dalam jangka panjang, sentra-
dimana desa memiliki tatanan sosial budaya yang
lisasi seperti itu telah meimbulkan rendahnya akun-
otonom.
tabilitas, memperlambat pembangunan infrastruktur
Pada kenyataannya, mindset atau mentalitas
sosial, rendahnya tingkat pengembalian proyek-pro-
menjadi kendala yang cukup besar bagi pelaksanaan
yek publik, serta memperlambat pengembangan
tata pemerintahan yang baru ini. Selama kurang
kelembagaan sosial ekonomi di daerah. Apalagi
lebih 3 tahun pelaksanaan otonomi daerah (2000-
sejak tahun 1990-an berlangsung new game di kan-
2003), timbul berbagai macam persoalan yang
cah internasional di mana negara tidak akan mampu
disebabkan karena pola pikir dan mentalitas yang
lagi sebagai pemain tunggal dalam menghadapi
belum berubah. Dimasa lalu, sistem sentralistik me-
hyper competitive. Pemerintah akan terlalu besar
ngebiri inisiatif lokal dan menempatkan pemerintah
untuk menyelesaikan masalah kecil dan terlalu kecil
Pusat sebagai penguasa yang memiliki wewenang
untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi
sangat besar atas berbagai bentuk kebijakan pem-
oleh masyarakat.
bangunan. Keseragaman dan kepatuhan daerah terhadap pusat terjadi kata kunci sekaligus sebagai
Kendala-kendala Pelaksanaan Desentralisasi
mainstream dan ideologi pembangunan yang dija-
Dan Otonomi Daerah
lankan. Karenanya, pada masa itu kritik menjadi
Pada dasarnya, desentralisasi bertujuan membangun partisipasi masyarakat dan mengun-
sesuatu yang tabu atau dapat dianggap sebagai demonstrasi anti pemerintah pusat. (Ateng S, 2003)
dang keterlibatan publik seluas-luasnya dalam pro-
Setidaknya, selama 32 tahun proses ini
ses perencanaan, implementasi dan evaluasi pem-
berlangsung secara terus-menerus sehingga tidak
bangunan yang dijalankan. Untuk itu, desentralisasi
mengherankan jika mentalitas birokrasi pada akhir-
memberikan ruang yang lebih luas kepada daerah
nya mengikuti pola tersebut. Terlebih lagi, konflik
untuk secara demokratis mengatur pemerintahannya
menjadi sesuatu yang tabu dan keberagaman dipan-
sendiri sebagai manifestasi dari cita-cita sistem
dang sebagai ancaman dan sumber disintegrasi
desentralisasi. Tetapi, pelaksanaan sistem ini men-
bangsa. Pada masa kepemimpinan Soeharto, pola
dapatkan tantangan yang cukup besar dari peme-
pemerintahan yang diterapkan dalam struktur
rintah pusat. Kendala-kendala tersebut diantaranya
kekuatan dikenal sebagai pemerintah yang harmoni
adalah (1) mindset atau mentalitas aparat birokrasi
tanpa gejolak dengan mengembangkan ideologi
yang belum berubah; (2) hubungan antara institusi
Triple S yaitu Serasi, Selaras dan Seimbang. Pada
pusat dengan daerah; (3) sumber daya manusia yang
akhirnya terbentuklah subordinasi hubungan antara
terbatas; (4) pertarungan kepentingan yang ber-
pemerintah pusat dan daerah dengan kekuasaan
orientasi pada perebutan kekuasaan, penguasaan
sepenuhnya berada di pemerintah pusat.
aset dan adanya semacam gejala powershift syn-
Sejarah sistem pemerintahan di Indonesia
drom yang menghinggapi aparat pemerintah; dan
mencatat pasang surut sentralisasi dan desentralisasi
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
61
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
sebagai sistem administrasi pemerintahan, tidak
yang terpusat dengan paradigma pembangunan
dapat dilepaskan dari proses pertumbuhan suatu
sebagai landasan nilai yang menjadi acuan kebija-
negara. Sejarah mencatat desentralisasi di Indonesia
kan pemerintah. Sistem sentralistik yang mengakar
mengalami pasang surut seiring dengan perubahan
kuat dan mendarah daging membuat isu desentra-
konstelasi politik dalam pemerintahan di Indoensia.
lisasi atau otonomi daerah menjadi istilah asing
Pemusatan kekuasaan pemerintahan selama
yang bahkan definisinya pun tidak mudah untuk
tiga puluh tahun lebih dapat meredam gejolak dan
dipahami. Meskipun keluarnya Undang-Undang
konflik yang disebabkan tersumbatnya saluran aspi-
Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah
rasi. Pemandulan lembaga negara dan pengebirian
dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
partai politik secara sistematik dilakukan, dan depo-
Perimbangan Hubungan Keuangan Pusat-Daerah
litisasi masyarakat dilakukan yang ditandai dengan
sudah cukup meredam tuntutan aspirasi daerah.
diberlakukannya
kebijakan
masa
mengambang
Pengertian
otonomi
daerah
menurut
(floating mass). Akses hanya dapat dijangkau oleh
Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 sebagai
orang-orang lingkaran dalam pemerintahan, sehing-
amandemen Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999
ga praktek Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN)
adalah Hak, Wewenang, dan Kewajiban Daerah
tumbuh subur, sementara daerah dieksploitasi
Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
dengan sewenang-wenang oleh pemerintah pusat.
urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
Akhir dari pemerintah Orde Baru adalah diturun-
setempat sesuai dengan peraturan perundang-
kannya Soeharto melalui people power sebagai
undangan. Sedangkan desentralisasi adalah penye-
akumulasi dari ketidakpuasan rakyat. Dari keselu-
rahan wewenang pemerintah oleh Pemerintah
ruhan kejadian tersebut dapat dilihat bahwa per-
kepala daerah otonomi untuk mengukur dan mengu-
lakuan adil terhadap daerah dan pendelegasian
rus urusan pemerintahan dalam sistem Negara
wewenang adalah kebutuhan yang mendesak.
Kesatuan Republik Indonesia. (Khalid Pheni, 2005)
Otonomi daerah merupakan jawaban atas tuntutan
Bagaimanapun juga, otonomi daerah merupakan
tersebut, karena tidak mungkin pemerintah pusat
suatu kebutuhan yang mutlak, karena tidak mungkin
mampu menangani seluruh persoalan yang ada di
seluruh persoalan yang ada di satu negara hanya di
daerah.
tangani oleh pemerintah pusat. Terlebih lagi, Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari
Pokok-pokok Pikiran Otonomi Daerah Pada
wilayah yang dipisahkan oleh perairan,
masing-
Saat ini
masing wilayah memiliki ciri khas berdasarkan
Otonomi daerah adalah wacana yang hangat
letak geografis, kondisi alam dan sosiokultural
dibicarakan dan diperdebatkan karena menyangkut
masyarakat tentunya akan sangat kompleks. Dari
bagaimana upaya negara untuk menyejahterakan
kenyataan ini saja dapat dinilai betapa otonomi
rakyat. Di Indonesia, wacana otonomi daerah me-
daerah dan desentralisasi sistem pemerintah sangat
nguat di tahun 1990-an. Dalam kurun waktu cukup
perlu keberadaannya agar persoalan dan aneka
lama, Indonesia telah melaksanakan pemerintahan 62
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
kompleksitas yang muncul tidak memberikan
garaan berkehidupan di bidang ekonomi, politik,
implikasi negatif terhadap integrasi.
dan sosio kultural, dan penegakan hukum, maupun
Otonomi secara nyata berarti keleluasaan
penghargaan terhadap hak asasi manusia, tidak bisa
daerah untuk menyelenggarakan kewenangan peme-
lagi ditawar-tawar. Harapan dan tuntutan masya-
rintah di bidang tertentu yang keberadaannya dapat
rakat agar proses demokratisasi untuk terciptanya
dibuktikan secara nyata. Bidang tersebut juga
masyarakat demokratis yang berkeadilan berjalan
dibutuhkan serta tumbuh hidup dan berkembang di
lebih cepat, merupakan gambaran sebuah dinamika
daerah. Sedangkan otonomi yang bertanggung
dari bangsa Indonesia dalam menjawab tantangan
jawab berarti perwujudan pertanggung jawaban atas
perubahan zaman, dan memberikan visi dalam
konsekuensi pemberian hak dan wewenang kepada
upaya menciptakan masa depan yang lebih baik lagi
daerah berupa peningkatan di bidang pelayanan dan
bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, kehi-
Dengan telah terjadinya reformasi dalam
dupan demokrasi yang semakin berkembang, kea-
sistem otonomi daerah yang juga merupakan satu
dilan dan pemerataan, serta hubungan pusat-daerah
kesatuan di dalam reformasi sistem ketatanegaraan
yang serasi.
di Indonesia ini dan selain itu juga yang terutama adalah bahwa salah satu dari hasil reformasi ketata-
Hubungan Otonomi Daerah Dengan Terben-
negaraan tersebut ialah dengan telah dibentuknya
tuknya Lembaga Dewan Perwakilan Daerah
satu lembaga tinggi negara baru dalam wadah ke-
Seiring dengan terjadinya reformasi dalam
kuasaan legislatif, yaitu Dewan Perwakilan Daerah
berbagai aspek di negara Indonesia ini, yang mana
(DPD). Adapun yang menjadi latar belakang dari
hal ini juga termasuk titik puncak dari perkem-
pembentukan lembaga DPD ini adalah tidak ter-
bangan otonomi daerah di negara kita dan yang
lepas dari hasil risalah rapat pleno dan rapat
pada akhirnya Majelis Permusyawaratan Rakyat
paripurna pada sidang tahunan MPR RI tahun 2001,
mengeluarkan rekomendasi kebijakan dalam penye-
dan berikut ini adalah rapat-rapat pada sidang
lenggaraan otonomi daerah melalui hasil rapat pleno
tahunan MPR RI yang membahas serta memutus-
sidang tahunan MPR pada tahun 2000, yang kemu-
kan pembentukan lembaga DPD RI yaitu:
dian juga diikuti dengan dikeluarkannya ketetapan
a. Rapat pleno ke-12 Panitia Ad Hoc I Badan
mengenai rekomendasi ini, dan juga menghasilkan
Pekerja MPR RI pada tanggal 29 Maret 2001.
ketetapan perubahan kedua pada Undang-Undang
b. Rapat pleno ke-14 Panitia Ad Hoc I Badan
Dasar 1945 termasuk juga didalamnya perubahan
Pekerja MPR RI pada tanggal 10 Mei 2001. c. Rapat pleno ke-15 Panitia Ad Hoc I Badan
terhadap Pasal 18 UUD 1945 ini. Rekomendasi kebijakan penyelenggaraan otonomi daerah ini dikeluarkan oleh MPR dengan dilatar belakangi oleh karena MPR telah mencermati bahwa harapan dan tuntutan masyarakat ten-
Pekerja MPR RI pada tanggal 15 Mei 2001, serta d. Rapat paripurna ke-7 MPR RI pada tanggal 9 November 2001.
tang proses pencapaian keadilan dalam penyelengLex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
63
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Di dalam ketiga rapat pleno serta rapat paripurna
yang dikehendaki, maka amanat konstitusional telah
tersebut, dapat disimpulkan bahwa para fraksi yang
terpenuhi seluruhnya. (Purwo Santoso, 2003).
hadir dalam rapat memiliki suatu keinginan untuk
Pembentukan lembaga DPD ini tidaklah
melakukan perubahan sistem terhadap lembaga per-
baru sama sekali kalau dilihat dari perkembangan
wakilan rakyat/legislatif dari sistem satu kamar
MPR. dari segi ini, DPD adalah modifikasi atau
(unikameral atau unikameral plus) yang selama ini
penjelmaan dari fraksi utusan daerah melalui rapat
dianut oleh sistem parlemen di Indonesia menjadi
pleno dalam sidang tahunan MPR tahun 2001 dan
sistem dua kamar atau bikameral.
2002, yang kemudian menghasilkan ketetapan
Dalam rancangan perubahan Pasal 2 UUD
berupa pembentukan lembaga DPD ini. Kemudian
1945, disebutkan sebagai berikut, Pasal 2 ayat (1)
timbul pertanyaan dari beberapa ahli, mengapa
alternatif 1, MPR terdiri atas anggota DPR dan
muncul lembaga DPD padahal di dalam UUD 1945
anggota DPD yang dipilih melalui pemilihan umum
sebelum amandemen sudah ada ketentuan mengenai
di tambah dengan utusan golongan yang diatur me-
utusan daerah. Hal ini perlu di kaji lebih mendalam
nurut ketentuan undang-undang. Alternatif 2, MPR
mengapa terjadi proses yang demikian, terben-
terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang
tuknya lembaga DPD antara lain karena daerah juga
dipilih melalui pemilihan umum dan diatur lebih
ingin mendapat perhatian, diperhatikan identi-
lanjut dengan Undang-Undang. (Jakob Tobing,
tasnya, jati dirinya, dan agar kepentingan-kepen-
2001)
tingannya mendapat perhatian. Hal ini karena riwaJika DPR merupakan lembaga perwakilan
yat masa lalu, baik dalam pemilihan kepala daerah
politik yang anggota-anggotanya berasal dari partai
maupun pembagian hasil-hasil pembangunan dae-
politik, maka DPD merupakan lembaga perwakilan
rah kurang diperhatikan dan diakomodasi kepenti-
kewilayahan/kedaerahan yang anggota-anggotanya
ngannya, melalui fraksi utusan daerah yang me-
adalah perseorangan. Tugas, fungsi, dan wewenang
mang selama ini fraksi tersebut menjadi represen-
DPD sangat terkait erat dengan memperjuangkan
tasi dari masyarakat daerah secara keseluruhan di
dan memadukan aspirasi, kepentingan, dan kebera-
dalam
daan wilayah-wilayah/daerah-daerah yang demikian
Martosoewigno, 2003)
banyak dan beragam di Indonesia dengan tetap menjaga dan menjunjung tinggi NKRI.
lembaga
MPR
RI.
(Sri
Soemantri
Di masa lalu, perwakilan kedaerahan lebih dimaknai sebagai perwakilan simbolik. Ada tokoh-
Dalam banyak kajian telah dikatakan bahwa
tokoh yang mewakili daerah, tidak pernah dikem-
lembaga DPD dibentuk untuk menjamin keter-
bangkan mekanisme dengan hubungan kerja agar
wakilan daerah yang merupakan salah satu elemen
aspirasi kedaerahan tersebut terkelola dengan baik,
penting bagi pemeliharaan NKRI. Secara legal insti-
dan pada gilirannya mewarnai proses pembuatan
tusional,
dengan
kebijakan publik pada level nasional. Poin yang
dipilihnya empat wakil dari masing-masing pro-
ditegaskan disini adalah bahwa wakil-wakil yang
pinsi. Mereka ini akan mendapatkan mandat dari
direkrut dari daerah harus memiliki hubungan dan
rakyat daerah untuk jadi wakil mereka. Jika ini saja
mekanisme kerja dengan lembaga-lembaga politik
64
keterwakilan
itu
dibuktikan
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
di tingkat daerah yang handal. Dengan kehandalan
sanakan sistem demokrasi yang baik di negara
inilah DPD akan memiliki makna bagi penyeleng-
Indonesia ini, dan yang terutama adalah perubahan
garaan kekuasaan pada level nasional. Ini berarti,
didalam struktur parlemen Indonesia dari sistem
DPD harus mengembangkan tata kelembagaan
satu
sedemikian rupa sehingga lembaga ini mengakar di
kamar/Bikameral, serta terciptanya hubungan inter-
daerahnya masing-masing.
aktif dan keseimbangan(check and balances) yang
Dalam konteks ini DPD RI harus bisa menempatkan disi sebagai sebuah lembaga yang
kamar/Unikameral
menjadi
sistem
dua
baik, setara, adil, juga dapat saling bekerja sama antara masing-masing lembaga Legislatif tersebut.
dapat memoderasi kepentingan-kepentingan terse-
Melalui amandemen ketiga UUD 1945 ini
but dan atau menjadi fasilitator lembaga-lembaga
terjadi perubahan besar dalam sistem ketatane-
politik daerah. Oleh karena itu, sejumlah inovasi
garaan Indonesia. Perubahan besar itu antara lain
politik dan yuridis perlu dikembangkan dalam
dibentuknya sejumlah lembaga demokrasi baru
rangka memastikan inovasi konstitusional dalam hal
seperti Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Mahka-
mengatur kedudukan lembaga DPD serta hubu-
mah Konstitusi dan Komisi Yudisial, serta memas-
ngannya yang khusus terhadap pemerintahan daerah
tikan diselenggarakannya pemilihan Presiden dan
agar bisa tumbuh dan berkembang. Fasilitasi pada
Wakil Presiden secara langsung sehingga secara
level kelembagaan, bahkan teknis operasional
radikal telah mengubah bangunan sistem pemerin-
sangat diperlukan agar inovasi ini tidak mati ber-
tahan dan struktur ketatanegaraan Indonesia.
kembang. Kerangka bagi pengembangan lembaga
Perubahan penting lainnya adalah tidak
DPD memang tidak boleh melangkahi koridor
adanya lagi lembaga tertinggi negara sebagaimana
formal, namun pendekatan informal sangat diper-
disebutkan dalam ketentuan lama pasal 1 ayat (2)
lukan bagi terciptanya suatu peraturan yang menga-
UUD 1945 sebelum amandemen yang menye-
tur secara spesifik bagi hubungan antara DPD RI
butkan. “Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dengan pemerintah daerah serta elemen-elemen
dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusya-
penting di dalam masyarakat daerah tersebut.
waratan Rakyat”. Pemegang kedaulatan rakyat yang dulu berada di tangan Majelis Permusyawaratan
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945
Rakyat (MPR) melalui amandemen telah didistri-
Reformasi telah membawa beberapa peru-
busikan kepada berbagai lembaga tinggi negara.
pada
Republik
Kekuasaan MPR yang dulunya sangat besar itu
Indonesia yang ditandai dengan perubahan/ Aman-
diredusir melalui pasal 1 ayat (2) Amandemen
demen Undang-Undang Dasar 1945, yang di dalam-
ketiga UUD 1945 yang menyatakan: “Kedaulatan
nya juga mengatur pembentukkan Lembaga Dewan
berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
Perwakilan Daerah (DPD) RI.
Undang-Undang Dasar.” Dengan demikian kekua-
bahan
Sistem
Ketatanegaraan
Terbentuknya Dewan Perwakilan Daerah
saan tertinggi telah berpindah dari MPR kepada
pada hakekatnya terkait dengan adanya reformasi
hukum dasar negara yaitu Undang-Undang Dasar
sistem ketatanegaraan, juga dalam rangka melak-
(Morisan, 2005)
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
65
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
Penegasan Indonesia sebagai negara hukum dican-
Lembaga Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
tumkan pada pasal 1 ayat (3): “Negara Indonesia
yang mana para anggotanya dipilih melalui
adalah negara hukum.” Sebelum amandemen, pen-
pemilihan umum, dan juga pengisian anggota DPD
jelasan mengenai Indonesia sebagai negara hukum
ini merupakan hak perseorangan yang menjadi
tidak ditemui di dalam batang tubuh tetapi terdapat
perwakilan daerah. Dengan demikian anggota DPD
dalam Penjelasan yang menyebutkan: “Negara
dapat berasal dari anggota pemerintah daerah,
Indonesia berdasar atas hukum (Rechtstaat), tidak
anggota DPRD atau masyarakat biasa di daerah.
berdasarkan kekuasaan belaka (Machtstaat).” Pene-
Kandidat anggota DPD tidak berasal dari dan atau
gasan Indonesia sebagai negara hukum adalah suatu
berafiliasi dengan partai politik tertentu. Rakyat
hal yang esensial, dan tidak dapat hanya dilekatkan
dapat memilih sendiri secara langsung wakil-wakil
di bagian Penjelasan. Karenanya dalam Aman-
yang dikenalnya untuk duduk di DPD.
demen UUD 1945 ketentuan ini diletakan pada bagian pasal-pasal.
Pemilihan anggota DPD merupakan adopsi model Senat di Amerika Serikat. Sesuai model
Selain itu, melalui amandemen ketiga ini
Senat, anggota DPD adalah wakil rakyat daerah dan
DPR mendapatkan peran lebih besar untuk menen-
bukan wakil pemerintah daerah. Tidak ada keteri-
tukan mengenai pengangkatan pejabat dalam suatu
katan legal formal antara anggota DPD dan kebija-
kedudukan tertentu. Ada pejabat yang harus diaju-
kan yang dibuat pemerintah daerah. Model sema-
kan pencalonannya oleh DPR (candidature), yaitu:
cam ini memberi kebebasan kepada anggota DPD
Anggota hakim konstitusi, anggota hakim agung,
untuk mengartikulasikan dan menyampaikan kepen-
anggota BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), dan
tingan rakyat di daerahnya. (Morisan, 2005)
anggota Komnas HAM. Ada pejabat yang pengang-
Amandemen ke IV dari Undang-Undang
katannya harus mendapat persetujuan DPR (appro-
Dasar 1945 Pasal 2 ayat (1) menyatakan sebagai
val), yaitu: Anggota komisi-komisi negara, Pang-
berikut:
lima TNI, Kapolri, Jaksa Agung, serta Gubernur BI
“Majelis Permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih melalui pemilihan umum, dan diatur lebih lanjut dengan undang-undang”.
(Bank Indonesia). Ada pula pejabat yang pengangkatannya cukup mendapat pertimbangan DPR (confirmation), yaitu: Pengangkatan Duta Besar dan penerimaan Duta Besar dari negara asing. Hak-hak yang terakhir ini sebenarnya tidak terkait dengan fungsi pengawasan, fungsi legislasi dan fungsi anggaran; akan tetapi hak-hak untuk menyarankan, menganjurkan ataupun untuk mengkonfirmasikan dan menyetujui seseorang itu dapat diartikan dengan fungsi tambahan DPR yang bersifat coadministration.
Kehadiran
Dewan
Perwakilan
Daerah
(DPD) diawali dengan Rapat Pleno ke-12 Panitia Ad-Hoc I Badan Pekerja MPR, pada tanggal 29 Maret 2001 dipimpin oleh Drs. Jakob Tobing, MPA selaku Ketua Badan Pekerja MPR. Dalam pembahasan tersebut telah pula dikatakan bahwa prinsip dasarnya menyetujui apa yang telah dihasilkan oleh Badan Pekerja ini hanya tadi sebagaimana yang juga anggota lain memberikan tanggapannya yang
66
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
berkaitan dengan batasan minimal persidangan
dan sumber ekonomi lainnya itu DPD harus ikut
DPD.
membahas Rancangan Undang-Undang tersebut. Secara lebih jelas Pasal 22 C tiga ayat itu
Pada ayat (3) ini memang dapat, kata dapat
tidak ada persoalan untuk disetujui rumusan Badan
itu sifatnya tentatif. Maksudnya disini adalah fungsi
Pekerja, lalu Pasal 22D memang disini adanya ayat
dan wewenang yang dimiliki oleh DPD ini sifatnya
(1) DPD dapat mengajukan kepada DPR itu seakan-
tidak tetap atau sementara dan sewaktu-waktu dapat
akan mengesankan DPD ini Sub Organisasi dari
diubah kembali dan disesuaikan dengan kapabilitas
DPR.
dan kinerja DPD nanti dalam menjalankan tugas Oleh karena itu DPD juga memiliki fungsi
dan fungsi kelembagaannya diwaktu mendatang.
Legislasi, fungsi Budgeting fungsi Pertimbangan
Padahal menghendaki DPD ke depan itu juga salah
(konsultasi) dan fungsi Pengawasan, oleh karenanya
satu fungsinya melakukan pengawasan, jadi dengan
pada ayat (1) pasal 22D ini mereka yang mengusul-
menghapus kata dapat penulis pikir ini lebih mem-
kan kata kepada DPR, jadi DPD dapat mengajukan
pertegas keberadaan DPD itu sendiri, adapun anak
kepada DPR Rancangan Undang-Undang, jadi
kalimat ayat (3) memang kalau itu dihilangkan serta
mengajukan Rancangan Undang-Undang itu hanya
menyampaikan hasil pengawasannya itu, akan lebih
kepada DPR namun disini DPD bukan Sub Orga-
baik karena dengan rumusan seperti ini kembali
nisasi dari DPR, tapi sebagai setara saja, maksudnya
mengesankan DPD itu Sub Organisasi dari DPR,
yaitu, bahwa oleh karena DPD adalah lembaga
padahal seterusnya tidak begitu.
legislatif perwakilan daerah yang memiliki kedudu-
Pada ayat (4) penulis pikir juga tidak ada
kan yang setara dengan DPR namun untuk ruang
persoalan, hanya terakhir menyangkut usulan dari
lingkup spesifikasi dari fungsi dan kewenangannya
Fraksi Partai Golkar usulan adanya penambahan
disesuaikan terhadap Rancangan Undang-Undang
ayat baru yang substansinya mengatur tentang ke-
tertentu saja yang hanya berkaitan dengan otonomi
wenangan DPD dalam mengajukan usul member-
daerah, hubungan pusat dan daerah dan seterusnya
hentikan Presiden dan atau Wakil Presiden kepada
sebagaimana yang termaktub dalam ayat (1). Pada
MPR. Tidak harus dirumuskan di sini secara khusus
ayat (2)-nya memang disini ada dua alternatif.
karena kewenangan itu ada di MPR, di mana semua
Alternatif pertama DPD hanya memberikan
fraksi sudah sepakat hakekat MPR itu ya DPR dan
pertimbangan atas Rancangan Undang-Undang ter-
DPD, artinya DPD itu bagian dari MPR juga.
tentu, sedang alternatif dua selain pertimbangan
(Jakob Tobing, 2001)
yang diberikan oleh DPD, DPD juga ikut serta
Didalam Pasal 22 C cukup memadai, sebab
membahas Rancangan Undang-Undang tertentu itu.
dengan itu karena cukup memberikan pemahaman
Pada
alternatif
kedua,
karena
prinsip
dasarnya DPD itu fungsinya juga sebagaimana yang
tentang DPD itu, pemilihan anggota-anggotanya, dan sebagainya sebagian sudah ada.
dimiliki oleh DPR, jadi khusus menyangkut Ran-
Kemudian untuk Pasal 22 D tetap seperti itu
cangan Undang-Undang yang berkaitan dengan
dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rak-
Otonomi Daerah, pengelolaan sumber daya alam
yat karena sebagai corenya itu supaya tidak
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
67
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
bertentangan lagi dengan yang dirumuskan dalam
Daerah sama dengan Perwakilan Rakyat sama
perubahan kedua tentang DPR. Berangkat dari yang
sebenarnya itu.
dijelaskan dalam perubahan kedua tentang DPR.
“Kita dari Panita Ad Hoc I yang lampau
Berangkat dari yang dijelaskan terlebih dahulu
sebenarnya sudah memasukkan disitu sebenarnya
maksud bikameral adalah dalam rangka harmoni
yaitu kita tidak ingin DPD itu sama sekali tidak
keparipurnaan dalam rangka keutuhan Negara
mempunyai pengaruh pada legislasi tetapi penga-
Kesatuan Republik Indonesia.
ruhnya memberikan pertimbangan, memberikan
Telah dijelaskan di sini tentang hal-hal
usulan kalau mengajukan itu tidak berarti sub
berkenaan dengan kepentingan daerah, otonomi
ordinir, karena pemerintah pun mengajukan kepada
daerah, hubungan pusat-daerah, pembentukan dan
DPR.” (Jakob Tobing, 2001)
pemekaran daerah, pengelolaan sumber daya dan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
seterusnya, perimbangan pusat dan daerah, dapat
tahun 2003 Pasal 109 menyatakan sebagai berikut:
mengajukan artinya ada kemungkinan bukan dari
(1) Penetapan calon terpilih anggota DPD didasar-
satu pihak saja tapi pendapat dari pihak lain boleh-
kan pada nama calon yang memperoleh suara
boleh saja, sedangkan ikut membahasnya ditekan-
terbanyak pertama, kedua, ketiga, dan keempat
kan dalam Pasal 22D ayat dua alternatif dua.
di propinsi yang bersangkutan.
Kemudian untuk ayat Pasal 22 ayat (2)
(2) Dalam hal perolehan suara calon terpilih
dipilih alternatif kedua karena ada ketegasan itu ada
keempat terdapat jumlah suara yang sama,
dua kewenangan yang jelas. Sampai dengan kata-
maka calon yang memperoleh dukungan pemi-
kata serta ikut membahas itu kewenangan dalam
lih yang lebih merata penyebarannya di seluruh
rangka ikut bersama-sama dalam pembentukan
Kabupaten/Kota di Propinsi tersebut ditetapkan
Undang-undang berkenaan dengan hal-hal yang
sebagai calon terpilih.
sifatnya nasional, ikut mencermati dalam rangka keutuhan, kesatuan bangsa dan negara. (Jakob
(3) Tata cara pelaksanaan penetapan calon terpilih anggota DPD ditetapkan oleh KPU.
Tobing, 2001) Sebenarnya beberapa alasan yang sudah
Ketentuan sebagaimana yang diatur ter-
dikatakan oleh Pak Afandi, (Affandi, 2001) kami
sebut, pada dasarnya bagi mereka yang telah
ingin bersama-sama mengingatkan bahwa kita
terpilih, maka akan mewakili daerah pemilihannya,
sudah bersepakat pada Pasal 1 ayat (2) yang menga-
sebagaimana ia dicalonkan serta propinsi di mana ia
takan kedaulatan ada di tangan rakyat hanya perbe-
mewakili.
daanya ada yang dilaksanakan ada yang sesuai
Sebagai anggota DPD yang telah terpilih
dengan Undang-Undang Dasar, yang berdaulat itu
secara sah berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
rakyat. Jadi kalau ada 2 (dua) Dewan, 1 (satu)
tahun 2003, maka ia mempunyai kewenangan
Dewan Perwakilan Rakyat, maka jelas yang lebih
sebagai berikut :
berdaulat itu Perwakilan Rakyat bukan Perwakilan
1. Mewakili
daerah
pemilihannya
dalam
hal
menyampaikan aspirasi dari daerah pemi68
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
lihannya,
serta
rakyat
daerah
yang
telah
3. Ikut serta dalam upaya melakukan pembinaan
memilihnya. Hal ini berkaitan dengan kewajiban
politik kepada masyarakat dimana ia mewa-
yang dimiliki oleh anggota DPD dan diatur pada
kilinya. Hal ini berkaitan pada Pasal 50h
Pasal 50f Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003
Undang-Undang yang sama, yaitu anggota DPD
tentang Susunan Dan Kedudukan MPR, DPR,
juga mempunyai kewajiban untuk memberikan
DPD dan DPRD (UU Susduk), yaitu anggota
pertanggungjawaban secara moral dan politik
DPD mempunyai kewajiban untuk menyerap,
kepada pemilih dan daerah pemilihannya. Hal
menghimpun, menampung dan menindaklanjuti/
ini berarti bahwa aspirasi dan kepentingan
memperjuangkan aspirasi masyarakat dan dae-
daerah menyangkut permasalahan daerah ditin-
rah. Anggota DPD harus lebih proaktif untuk
daklanjuti melalui wadah DPD, dan juga
bersosialisasi kedaerah-daerah dan memper-
anggota DPD wajib memberikan pendidikan
hatikan serta menyelesaikan permasalahan yang
politik bagi masyarakat didaerah akan hak-hak
ada pada masing-masing daerahnya.
politik yang dimiliki oleh mereka.
2. Melaksanakan program kenegaraan dengan cara
Pada sisi lainnya juga dikatakan bahwa dalam
ikut serta membuat peraturan perundang-unda-
penjelasan dari Pasal 3A ayat (1) dinyatakan bahwa
ngan. Hal ini berkaitan dengan fungsi legislasi
DPR dan DPD masing-masing bersidang sekurang-
pada DPD RI dan diatur dalam Pasal 42
kurangnya sekali dalam setahun dan dapat menga-
Undang-Undang yang sama, yaitu DPD dapat
dakan sidang gabungan dalam MPR-RI.
mengajukan kepada DPR rancangan undang-
Kesepakatan inilah yang harus diperhatikan
undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
oleh calon anggota DPD dalam menjalankan tugas-
pembentukan dan pemekaran, dan pengga-
tugasnya, dengan tidak hanya mementingkan
bungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
jabatannya akan tetapi harus pula dapat melak-
dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang
sanakan tugas yang diembannya, yaitu mewakili
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
berdasarkan daerah pemilihannya. (Jacob Tobing,
dan daerah dan Pasal 43, yaitu DPD ikut mem-
2001)
bahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan
Cara Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan
daerah, pembentukan, pemekaran, dan pengga-
Daerah
bungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12
dan sumber daya ekonomi lainnya serta yang
Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum anggota
berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwa-
dan daerah, yang diajukan baik oleh DPR
kilan Daerah (DPD), dan Dewan Perwakilan Rakyat
maupun oleh Pemerintah. Serta Pasal 50 C,
Daerah (DPRD), Pasal 60 menyatakan sebagai
yaitu anggota DPD juga mempunyai kewajiban
berikut:
untuk melaksanakan kehidupan demokrasi dan
Calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan
penyelenggaraan pemerintahan.
DPRD Kabupaten/Kota harus memenuhi syarat : Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
69
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
a. Warga Negara Republik Indonesia yang berumur 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih ;
a. Berdomisili di propinsi yang bersangkutan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun secara ber-
b. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ;
turut-turut yang dihitung sampai dengan tanggal
c. Berdomisili
pengajuan calon atau pernah berdomisili selama
di
wilayah
Negara
Kesatuan
Republik Indonesia ;
10 (sepuluh) tahun sejak berusia 17 (tujuh
d. Cakap berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia ;
b. Tidak menjadi pengurus partai politik sekurang-
e. Berpendidikan serendah-rendahnya SLTA atau sederajat ; f.
belas) tahun di propinsi yang bersangkutan :
kurangnya 4 (empat) tahun yang dihitung sampai dengan tanggal pengajuan calon.
Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang
Dasar
Negara
Republik
Ketentuan ini dengan tegas telah diatur
Indonesia Tahun 1945, dan cita-cita Proklamasi
dalam Pasal 63 dari Undang-Undang Nomor 12
17 Agustus 1945 ;
Tahun 2003. di samping itu juga dikatakan dalam
g. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan
Pasal 64 yang menyatakan bahwa calon anggota
putusan pengadilan yang telah mempunyai ke-
DPD yang berasal dari Pegawai Negeri Sipil,
kuatan hukum tetap ;
anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI), atau
h. Tidak sedang menjalani pidana penjara berda-
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
sarkan putusan pengadilan yang telah mem-
selain harus memenuhi syarat sebagaimana dimak-
punyai kekuatan hukum tetap karena melakukan
sud dalam Pasal 60 dan Pasal 63 huruf a, harus
tindak pidana yang diancam dengan pidana
mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri Sipil,
penjara 5 (lima) tahun atau lebih ;
anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota
Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
i.
pemeriksaan kesehatan dari dokter yang ber-
j.
Mengenai ketentuan Pasal 66 tentang
kompeten ; dan
pengajuan calon anggota DPD dilakukan dengan
Terdaftar sebagai pemilih.
ketentuan sebagai berikut: a. Calon mendaftarkan diri kepada KPU melalui
Sedangkan menyangkut pencalonan bagi seorang calon anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi,
KPU Propinsi dengan menyebutkan propinsi yang diwakilinya;
dan DPRD Kabupaten/Kota hanya dicalonkan
b. Calon menyerahkan persyaratan sebagaimana
dalam suatu lembaga perwakilan pada satu daerah
dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 63 dan Pasal
pemilihan sebagaimana diatur dalam ketentuan
64 kepada KPU yang batas waktunya ditetap-
Pasal 61.
kan oleh KPU.
Bagi calon anggota DPD selain harus
Mengenai perbedaan kewenangan antara
memenuhi syarat calon sebagaimana dalam keten-
DPR dan DPD di tingkat pusat, dapat ditentukan
tuan Pasal 60 juga harus memenuhi syarat-syarat:
dengan: 1) Merinci tugas-tugas parlemen di bidang legislasi. 2) Pengawasan dan fungsi anggaran dilihat
70
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
secara akademis, sebenarnya, fungsi anggaran itu
Sekretariat Jenderal DPR dan DPD dijadikan satu
dapat pula dimasukkan ke dalam pengertian fungsi
dan dilengkapi dengan satu Badan Legislasi yang
legislasi
penuangannya
dipimpin dan beranggotakan wakil-wakil anggota
dalam Undang-Undang ataupun termasuk ke dalam
DPR dan DPD itu sendiri, ditambah para ahli dari
pengertian fungsi pengawasan sejauh menyangkut
luar anggota parlemen. (Jacob Tobing, 2001)
sepanjang menyangkut
fungsinya sebagai alat atau instrumen pengawasan terhadap kinerja pemerintah. Akan tetapi, karena
Kendala Yang Dihadapi Saat Ini Oleh DPD
peraturan perundang-undangan kita yang resmi,
Sebagai Lembaga Tinggi Negara
ketiga fungsi itu dibedakan satu sama lain.
Seperti telah diuraikan pada pembahasan
Mengenai tugas-tugas lainnya dapat diten-
bab sebelumnya, bahwa realitas sesungguhnya saat
tukan dilakukan bersama oleh kedua lembaga per-
ini pada lembaga DPD RI masih mengalami keter-
wakilan itu. Disamping itu, meskipun tugas penga-
batasan-keterbatasan, baik dalam fungsi, tugas
wasan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Dasar
maupun wewenangnya di dalam menjalankan roda
dan Undang-Undang ditentukan ada di DPR dan
sistem ketatanegaraan Indonesia. Berikut ini antara
DPD bersama-sama. Tetapi, dari segi materinya,
lain kendala-kendala yang dihadapi oleh lembaga
dapat pula ditentukan bahwa yang diawasi oleh
DPD dengan di tinjau dari Pasal 22 UUD 1945 dan
Dewan Perwakilan Daerah hanyalah pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang
Undang-Undang Dasar dan pelaksanaan Undang-
Susunan Dan Kedudukan Anggota MPR, DPR,
Undang sejauh yang berkenaan dengan urusan-
DPD Dan DPRD serta Peraturan Tata Tertib DPD
urusan yang berkaitan langsung dengan kepentingan
adalah:
daerah atau rakyat di daerah, bukan yang menyang-
1) Kewenangan DPD RI di bidang legislasi jelas
kut soal-soal yang berkenaan dengan kepentingan
sangat terbatas karena DPD RI dapat ikut
nasional dan apalagi internasional. Hanya saja,
mengusulkan dan membahas Rancangan Un-
harus diakui tidak mudah membedakan adanya per-
dang-Undang dibidang tertentu tetapi tidak ikut
bedaan kepentingan tersebut antara daerah dan
dalam pengambilan keputusan akhir.
nasional.
2) Meskipun memperoleh fungsi, tugas dan kewe-
Berkenaan dengan fungsi legislasi, dapat
nangan pengawasan, namun DPD RI hanya
dikatakan mencakup kegiatan, mengkaji, meran-
sebatas memberikan masukan kepada DPR RI
cang,
sebagai bahan pertimbangan.
membahas,
dan
mengesahkan
undang-
undang. Dibedakan disini, hanyalah bidang yang
3) Tidak ada ketentuan yang mengatur hak DPD
diatur dalam undang-undang itu. Akan tetapi,
RI untuk meminta keterangan dari pejabat
karena sulitnya menentukan pembagian tugas
negara, pejabat pemerintah dan lainnya seperti
legislasi ini tanpa menyebabkan timbulnya sengketa
yang diberikan kepada DPR RI dalam Undang-
keputusan di antara DPR dan DPD, maka berkem-
Undang Nomor 22/2003 pasal 30.
bang pendapat agar dibiarkan sajalah bahwa pelak-
4) Tidak ada pengaturan mengenai hubungan dari
sanaan tugas legislasi itu tidak usaha dibagi, asalkan
kewenangan DPD RI dan dalam kaitannya de-
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
71
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
ngan Pemerintah Daerah. Padahal anggota DPD
dilakukan proses pengekangan sejak ia dipikirkan
RI berkewajiban menyerap, menghimpun, me-
untuk lahir.
nampung
dan
menindak
lanjuti
aspirasi
masyarakat dan daerah.
Apabila struktur politik ini masih di pertahankan, maka masa depan DPD RI dalam sistem Bikameral jadi agak mengkhawatirkan. Di
Dengan telah melihat kedudukan, fungsi,
saat kinerja DPR RI
kurang maksimal, maka
tugas dan wewenang DPD yang berdasarkan pada
bandul demokrasipun akan bergerak ketitik yang
UUD 1945 Pasal 22, khususnya pada Pasal 22D
pesimis. DPD RI dan DPR RI semestinya memiliki
dan Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang
kewenangan, fungsi dan hak yang setara agar kele-
Susunan Dan Kedudukan anggota MPR, DPR, DPD
mahan DPR RI tersebut bisa ditutupi oleh masifnya
dan DPRD (UU Susduk) serta Peraturan Tata Tertib
kinerja DPD RI, artinya adalah apabila DPD RI
DPD RI, maka lembaga DPD RI ini memiliki
benar-benar memiliki kewenangan/hak, tugas, dan
kedudukan serta wewenang yang masih terbatas dan
fungsi yang setara dengan DPR RI, dan juga salah
hanya terkait dengan soal-soal kedaerahan, sehingga
satu contohnya adalah jika ada kebijakkan-kebi-
DPD RI ini tampak hanya menjadi penasihat DPR
jakan politik dari DPR RI yang dianggap kurang
RI saja. Mengapa kedudukan dan wewenang DPD
sesuai terhadap kepentingan bangsa dan negara,
ini terbatas? karena dari Undang-Undang itu sendiri
maka diharapkan nantinya DPD RI ini dapat mela-
mengatur demikian, sehingga kenyataannya saat ini
kukan suatu kontrol terhadap kebijakkan dari DPR
kewenangan DPD RI tersebut malah menjadi
RI yang dianggap kurang sesuai tadi. Jadi hal ini
terbatas. Selain itu juga adanya faktor utama yaitu,
juga akan terciptanya atau adanya hubungan yang
ketidak konsistenan dari pihak DPR RI dalam peng-
berkesinambungan atau bersinergi antara lembaga
ambilan keputusan serta kebijakan politik dalam
Legislatif dan juga berarti adanya kerja sama atau
Sidang Tahunan MPR RI Periode 1999-2004, khu-
kemitraan yang kompetitif secara sehat antara DPR
susnya pada keputusan Amandemen ke-III dan ke-
RI dan DPD RI dalam bersama-sama menjalankan
IV UUD 1945 mengenai pembentukan DPD RI ini.
roda sistem ketatanegaraan di Indonesia ini.
Amandemen konstitusi sesungguhnya gagal
Mengenai amandeman konstitusi yang se-
memberikan rumusan tepat mengenai dasar pemi-
sungguhnya gagal, istilah ”saudara muda” DPR RI
kiran yang akurat menyangkut keberadaan DPD RI
bagi DPD RI serta ketidakpuasan menyangkut hal
ini. Sejak awal sudah disadari betapa DPD RI akan
kinerja DPR RI ini, kiranya penulis dapat mem-
mengalami berbagai persoalan menyangkut kewe-
berikan suatu opini bahwa amandemen ke-1 hingga
nangannya yang terbatas, namun keberadaannya
amandemen ke-IV dari UUD 1945 ini sendiri masih
tetap dipertahankan. Secara politik muncul keta-
kurang disosialisasikan dan diimplementasikan ke-
kutan betapa “Saudara muda” DPR RI ini akan jauh
pada masyarakat, sehingga kebijakan-kebijakan
lebih populis ketimbang partai-partai politik dan
apapun yang dikeluarkan oleh negara, masyarakat
DPR RI itu sendiri, sehingga untuk mencegahnya
kita masih belum banyak yang mengetahui serta memahami terhadap kebijakan-kebijakan negara ini
72
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
sendiri, apalagi UUD 1945 ini sendiri merupakan
kepentingan-kepentingan atau muatan politik yang
pedoman utama bagi elite penyelenggara negara
sangat besar dibandingkan kecenderungan untuk
dalam menjalankan roda sistem ketatanegaraan di
membela kepentingan ataupun aspirasi dari masya-
Indonesia ini, dan amandemen terhadap UUD 1945
rakat itu sendiri. Oleh karenanya kehadiran DPD RI
juga berarti adanya perubahan pula terhadap arah
dalam konteks ini adalah sebuah jawaban atas
atau haluan bagi sistem ketatanegaraan Indonesia.
persoalan tentang minimnya kontrol politik masya-
Oleh karenanya didalam kasus yang terjadi
rakat yang dulunya dilakukan oleh DPR RI. Saat ini
pada lembaga DPD RI ini dapat dikatakan adanya
institusi DPD RI diharapkan bisa menjadi alternatif
kegagalan pada amandemen konsitusi khususnya
baru yang mampu membawa perubahan politik
perubahan ketiga dari UUD 1945 pada pasal 22,
secara nasional dan keseimbangan kekuasaan antar
karena
mengenai
lem-baga legislatif serta juga diharapkan pada masa
kelembagaan DPD RI tidak jelas terutama penga-
mendatang dapat menjadi sebuah jawaban bagi tun-
turan terhadap hak dan kewenangan bagi DPD RI
tutan masyarakat ditengah-tengah kekecewaan atau
yang justru terjadi keterbatasan hak dan kewe-
ketidakpuasan dari masyarakat terhadap lembaga
nangan pada DPD RI ini didalam Pasal 22 UUD
DPR RI tersebut.
pada
akhirnya
pengaturan
1945, dan khususnya pada Pasal 22 D itu sendiri. Pada istilah ”saudara muda” DPR RI bagi DPD RI, memang dalam pembentukan lembaga
Beberapa Perbandingan Antara Keberadaan DPD RI Dengan Parlemen Belanda
DPD RI ini dilakukan oleh para anggota DPR RI,
Pada bagian ini penulis menjelaskan per-
melalui Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001 dan
bandingan lembaga DPD RI dengan parlemen nega-
2002 yang akhirnya para anggota fraksi di DPR RI
ra Belanda yaitu bahwa Belanda sebagai negara
tersebut membuat keputusan untuk membentuk
yang berbentuk kerajaan memiliki lembaga par-
lembaga DPD RI, jadi dapat dikatakan dari hal
lemen yang disebut dengan ”The States General”,
inilah kemudian muncul instilah ”saudara muda”
yang terdiri dari 2 kamar, yaitu Majelis Tinggi atau
untuk DPD RI tersebut.
The Eerste Kamer yang mana The Eerste Kamer ini
Sedangkan mengenai ketidakpuasan dari
memiliki kesamaan dengan DPD RI, antara lain
masyarakat mengenai kinerja DPR RI, memang
dalam hal substansi pemilihan serta perwakilannya,
setelah adanya perubahan-perubahan atau aman-
yaitu para anggotanya sama-sama dipilih propinsi
demen dari UUD 1945 ini lembaga DPR RI telah
atau daerah, dan juga mewakili daerah/propinsi ma-
menjadi lembaga tinggi negara yang cenderung
sing-masing yang memilihnya, serta Majelis Ren-
superior terutama dalam hak dan kewenangan yang
dah atau The Tweede Kamer, dan The Tweede
dimilikinya dibandingkan dengan lembaga-lembaga
Kamer ini juga disebut dengan Senat
tinggi negara lainnya serta tidak ada pengawasan terhadap kinerja DPR RI ini, disamping itu dalam
1) Majelis Tinggi (The Eerste Kamer)
menjalankan tugas dan fungsi kelembagaannya,
The Eerste Kamer terdiri atas 75 orang
DPR RI ini juga cenderung lebih banyak melakukan
anggota dari masing-masing 10 partai yang duduk
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
73
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
di dalam lembaga ini, yang mana para anggotanya
Kamer yang dipilih untuk menjadi perwakilan
dipilih secara tidak langsung oleh 12 Dewan
partai, dan juga status dari keanggotaan The Eerste
Propinsi yang ada pada negara Belanda dan anggota
Kamer dan The Tweede Kamer yang ada sedikit
serta partai-partai politik yang duduk di The Eerste
perbedaan seperti yang disebut diatas.
Kamer ini juga mewakili kedua belas Dewan Propinsi tersebut.
The Eerste Kamer dan Tweede Kamer ini memiliki kewenangan serta tugas yang sama sejajar
Setelah terpilihnya para anggota The Eerste
dalam bidang legislasi. Anggota kedua majelis ini
Kamer ini, lalu diadakan pemilihan kembali dari
dapat menerima atau menolak RUU atau undang-
anggota Eerste Kamer ini untuk kemudian duduk di
undang, akan tetapi bagaimanapun penerimaan ter-
dalam keanggotaan The Tweede Kamer atau senat,
hadap RUU maupun undang-undang tersebut,
baik anggota Eerste Kamer maupun anggota
seperti contoh adalah dalam statement yang dibuat
Tweede Kamer sama-sama dipilih secara tidak
oleh pemerintah atau dewan menteri pada debat
langsung, dan kriteria keanggotaannya sama pada
mengenai draf RUU dapat memainkan peranan
kedua majelis tersebut, hanya saja pada anggota The
yang signifikan dalam kebijakan peraturan hukum
Tweede Kamer benar-benar hanya seorang politisi
dimasa mendatang. Perdebatan diparlemen mem-
murni saja dan juga berpengalaman dalam menja-
berikan konstribusi terhadap interprestasi hukum,
lankan dunia politik.
dan selanjutnya pada anggota kedua majelis ter-
Sejak tahun 1983, revisi konstitusi atau amandemen konstitusi menyatakan bahwa anggota Eerste Kamer ini dipilih untuk setiap 4 tahun sekali
sebut dapat mengambil alih peran dari pemerintah mengenai implementasi pada penegakan hukum. Baik
anggota
Eerste
Kamer
maupun
oleh kedua belas Dewan Propinsi di negara Belanda
Tweede Kamer dapat mengajukan pertanyaan ter-
tersebut.
tulis kepada pemerintah. Perdebatan mengenai anggaran/budget pemerintah juga dapat memberikan
2) Majelis Rendah (The Tweede Kamer/
pengaruh bagi kebijakan politik terhadap pemerintah dimasa mendatang.
Senat) The Tweede Kamer (Majelis Rendah) atau
Apabila ditinjau perbandingannya antara
senat, yang mana beranggotakan 150 orang yang
lembaga DPD RI dengan Eerste Kamer dan Tweede
masing-masing berasal dari 8 partai politik yang
Kamer ini, maka penulis berpendapat bahwa sistem
duduk di lembaga ini, hal ini jauh lebih banyak
keorganisasian pada lembaga DPD dan sistem keor-
komposisi anggota yang duduk di lembaga ini,
ganisasian pada The Eerste Kamer tersebut hanya
dibandingkan dengan komposisi keanggotaan pada
mirip subtansi pada hal keterwakilan dari anggota-
Eerste Kamer, hanya beda dalam jumlah partai yang
anggotanya, dimana para anggota kedua lembaga
duduk dalam keanggotaan masing-masing majelis.
parlemen ini sama-sama mewakili dari masing-
Apabila anggota The Eerste Kamer dipilih untuk
masing propinsi atau daerah yang memilihnya dan
mewakili Propinsi, maka anggota The Tweede
juga cara pemilihan para anggotanya melalui sistem
Kamer ini merupakan anggota dari The Eerste 74
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
distrik atau cara pemilihan dengan sistem wilayah/
1. Membuat Undang-Undang
daerah atau propinsi.
2. Mensahkan
Mengapa lembaga DPD dengan The Eerste
dan
memutuskan
Rancangan
Undang-Undang menjadi Undang-Undang.
Kamer hanya mirip didalam substansi mekanisme
3. Menerima atau menolak Rancangan Undang-
pemilihan dan substansi keterwakilan pada anggo-
Undang yang diajukan oleh Perdana Menteri
tanya? apabila dilihat dari aspek kedudukan,
maupun oleh Dewan Kabinet/Menteri.
wewenang dan fungsi pada DPD ini, jelas sangat jauh perbedaannya dengan The Eerste Kamer ini, hal tersebut karena didalam Pasal 22 D UUD 1945 tercantum bahwa kewenangan Dewan Perwakilan Daerah hanya dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan Undang-Undang, ikut
4. Mencabut atau membatalkan RUU maupun Undang-Undang. 5. Mengangkat dan memberhentikan Perdana Menteri. 6. Mengangkat dan memberhentikan ketua Mahkamah Agung dan juga para hakim agung.
membahas rancangan Undang-Undang mengenai otonomi daerah dan hal-hal penting yang berkaitan
Sedangkan
khusus
pada
The
Tweede
dengan daerah, juga melakukan pengawasan atas
Kamer, lembaga ini juga memiliki kewenangan
pelaksanaan Undang-Undang mengenai kepen-
untuk menyeleksi para hakim agung pada mah-
tingan daerah dan menyampaikan hasil pengawasan
kamah agung Belanda dan juga memilih anggota
tersebut kepada DPR, serta memberikan pertim-
lembaga ombudsman Belanda beserta lembaga-
bangan kepada DPR atas RUU APBN dan RUU
lembaga yang menjadi bagian dari lembaga om-
yang berkaitan dengan pajak, pendidikan dan
budsman Belanda tersebut. Kewenangan-kewe-
agama.
nangan inilah yang dimiliki oleh parlemen Belanda Berdasarkan kewenangan yang diberikan
namun tidak dimiliki oleh Lembaga DPD RI
konstitusi kepada DPD sebagaimana penjelasan
Setelah melihat sistem Bikameral dalam
pada pasal 22 D UUD 1945 tadi, maka DPD tidak
ketatanegaraan negara Belanda di atas, maka model
memiliki kewenangan yang berarti di MPR. Hak
seperti apa yang cocok untuk sistem parlemen di
usul, memberikan pertimbangan dan melakukan
Indonesia, dan hal ini belum bisa dijawab sekadar
pengawasan, jelas bukan suatu hal yang dapat
dengan memperbandingkan dengan sistem parle-
dipaksakan. Kewenangan tersebut dapat diabaikan
men negara Belanda tersebut. Dari wewenang DPD
tanpa mempunyai sanksi apapun, baik hukum
yang sekarang dan dengan melacak pembicaraan di
maupun politis.
badan pekerja MPR yang mendesain keberadaan
Hal tersebut sangat kontras perbedaannya
DPD didalam konstitusi, jelas bahwa pembentukan
apabila dibandingkan dengan kewenangan dan
DPD ditujukan untuk mewakili kepentingan daerah,
fungsi yang dimiliki oleh parlemen negara Belanda
dalam hal ini sama seperti The Eerste Kamer yang
(The Eerste Kamer dan Tweede Kamer) ini, dimana
juga mewakili Propinsi/Dewan Propinsi yang ada di
kewenangan yang dimiliki oleh Eerste Kamer dan
negara Belanda. Ini terlihat dari kekhususan dalam
Tweede Kamer adalah:
pasal 22D UUD 1945 yang menyebutkan kekhuLex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
75
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
susan wilayah kerja DPD pada persoalan otonomi
dua kamar itu adalah kekuasaan legislatif. Seperti
daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan
dalam Konstitusi Amerika Serikat dikatakan: “All
dan pemekaran serta penggabungan daerah, penge-
legislative powers herein grabted shall be vested in
lolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi
a Congress of the United, which shall consist of a
lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
Senat and House of Representatives”. Struktur
keuangan pusat dan daerah. Karena itu, yang men-
parlemen Kerajaan Belanda juga disebut “Staten
jadi soal adalah bagaimana agar tujuan ini dapat
General” yang terdiri atas Eerste Kamer dan
secara efektif untuk diterapkan. Hal inilah yang
Tweede Kamer. Oleh karena itu, penulis mengu-
perlu dipelajari lebih lanjut dalam studi-studi lan-
sulkan agar ketentuan mengenai kekuasaan legis-
jutan dengan “Kompetisi” sebagai kata kuncinya
latif dalam rangka Perubahan Ketiga Undang-
serta wewenang dan mekanisme sebagai fasili-
Undang Dasar 1945 atau dalam naskah yang utuh
tasnya.
dimasa yang akan datang ditentukan bahwa “Kekuasaan legislatif dilakukan oleh Majelis
Daerah
Permusyawaratan Rakyat yang terdiri atas Dewan
Dalam Pasal 2 Ayat (1) UndangUndang
Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah”.
Kedudukan
Dewan
Perwakilan
Masalahnya sekarang bagaimana menentukan
Dasar 1945 Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah
perbedaan di antara kedua kamar parlemen itu
dapat dilihat didalam pasal 2 Ayat (1) Undang-
dalam Undang-Undang Dasar. Seperti dikatakan
Undang Dasar 1945 dan ketentuan sebagaimana da-
oleh Rod Hague dan Martin Harrop, “The main
lam Pasal 2 ayat (1) ini dengan sendirinya akan
justification for having two (or occasionally more)
membawa beberapa perubahan yang signifikan
chambers within an assembly are first, to present
berupa kewenangan untuk dapat mewakili daerah-
distinct interests within society and secondly to
nya dalam membahas kepentingan-kepentingan
provide checks and balances within the legislative
daerahnya.
branch”. Dengan demikian perbedaan kedua kamar
Mengenai pembahasan kedudukan DPD ini
parlemen Indonesia yang disebut Dewan Perwa-
juga dapat ditelaah pada apa yang telah dinyatakan
kilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah itu
oleh Jimly Asshiddiqie, SH dalam makalahnya yang
dapat ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
berjudul:
a. Sistem rekruitmen keanggotaannya, dan
“Menuju
Struktural
Parlemen
Dua
Kamar,” (Jimly, 2001) yaitu jika kamarnya ada dua,
b. Pembagian kewenangan di antara keduanya
tentulah rumahnya tetap ada satu. Untuk itu, Majelis
dalam menjalankan tugas-tugas parlemen.
Permusyawaratan Rakyat sendiri tetap masih dapat
(Jimly, 2001)
dipertahankan namanya, yaitu untuk menyebut
Berdasarkan pembahasan pada makalah tadi,
nama rumah parlemen yang terdiri atas dua kamar
maka penulis berpendapat, bahwa siapa yang akan
itu. Tetapi kedudukannya tidak lagi sebagai lem-
diwakili oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan
baga tinggi negara seperti selama ini. Fungsi kekua-
siapa yang akan diwakili oleh Dewan Perwakilan
saan yang dikaitkan dengan majelis yang terdiri atas
Daerah maka keduanya tentu haruslah sama-sama
76
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
mewakili rakyat yang dipilih secara demokratis.
Kedudukan ini dinyatakan bahwa DPD adalah
Akan tetapi, sesuai dengan namanya, Dewan
lembaga perwakilan daerah yang berkedudukan
Perwakilan Daerah akan mewakili masyarakat dae-
sebagai lembaga tinggi negara, namun pada Pasal
rah pada umumnya dengan orientasi kepentingan
42, 43 dan Pasal 44 UU Susduk ini pengaturan
nasional. Untuk menjamin hal ini, maka prosedur
kewenangan, tugas dan fungsi DPD sama seperti
pemilihan untuk anggota dan Dewan Perwakilan
yang terkandung dalam Pasal 22D UUD 1945
Rakyat haruslah berbeda dari prosedur untuk
tersebut, yakni pengaturannya tidak sesuai atau
pemilihan anggota Dewan Perwakilan Daerah.
sangat bertolak belakang dengan kapabilitas dari
Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih lang-
DPD RI ini sendiri sebagai lembaga tinggi negara
sung oleh rakyat melalui sistem distrik murni, yaitu
dan sebaliknya juga malah terjadinya pembatasan
dengan cara memilih tokoh yang dikenal di daerah
wewenang, tugas dan fungsi DPD didalam Pasal
yang bersangkutan berdasarkan perhitungan “The
22D UUD 1945 serta Pasal 42, 43 dan 44 UU
winner takes all.” (Jimly, 2001) Sedangkan anggota
Susduk tersebut.
Dewan Perwakilan Rakyat dipilih langsung oleh
Akibat dari keterbatasan segala aspek yang
rakyat melalui sistem proporsional yang memang
dialami oleh DPD RI ini, DPD tidak dapat we-
berguna dalam memperkuat kelembagaan partai
wenang untuk memutuskan serta menetapkan
politik yang bersifat nasional (Political institutional
undang-undang dan juga tidak dapat menjalankan
building).
tugas dan fungsi sesuai dengan kapabilitasnya sebagai lembaga tinggi negara. Penulis juga menilai
Kendala Kedudukan DPD RI Sebagai Lem-
bahwa tidak ada salahnya apabila DPD menda-
baga Tinggi Negara.
patkan kewenangan legislasi yang optimal khusus-
Seperti yang telah dibahas dari awal bahwa
nya dalam hal dapat memutuskan dan menetapkan
kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam struk-
undang-undang, hanya saja sepanjang menyangkut
tural atau sistem ketatanegaraan Indonesia ini, yaitu
undang-undang yang mengatur dalam skala kedae-
DPD RI memiliki kedudukan yang setara atau sama
rahan saja, tidak sampai masuk ke dalam skala
dengan DPR RI, sesuai yang terkandung dalam
negara/nasional apalagi berskala internasional, dan
Pasal 2 ayat (1), dan Pasal 22 UUD 1945.
juga permasalahannya menurut penulis selama ini
Namun menurut penulis dalam prakteknya
kenyataannya DPD tidak mendapatkan kewenangan
saat ini malah terjadi suatu kejanggalan yang mana
untuk memutuskan
dan
menetapkan
undang-
didalam Pasal 22 UUD 1945 ini sendiri khususnya
undang, sekalipun hanya pada undang-undang yang
pada Pasal 22D tersebut tidak mengatur kewe-
berskala kedaerahan saja. Jadi dapat dikatakan
nangan, tugas dan fungsi DPD secara semestinya
bahwa UUD 1945 ini sendiri sesungguhnya sekedar
sesuai dengan kapabilitas DPD RI sebagai lembaga
mengatur kelembagaan DPD hanya semata-mata
tinggi negara, begitu pula dalam Undang-Undang
dari segi kedudukannya saja.
Susunan Dan Kedudukan (UU Susduk), yang mana
Oleh karena itulah menurut penulis harus
dalam Pasal 40 Undang-Undang Susunan dan
perlu dibuat kembali ketegasan dalam hal kese-
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
77
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
taraan status hukum dan kapabilitas antar lembaga
legislasi dapat diselenggarakan berdasarkan sistem
legislatif yang seharusnya adanya sikap konsisten
double check yang memungkinkan representasi
dalam melaksanakan sistem awal pada peraturan
kepentingan seluruh rakyat secara relatif dapat disa-
perundang-undangannya, yaitu pada Pasal 2 ayat (1)
lurkan dengan basis sosial yang lebih luas. DPR
dan Pasal 22 UUD 1945 tersebut. Dan dengan
merupakan cermin representasi politik (political
merujuk pada kasus yang dialami oleh DPD RI
representation), sedangkan DPD mencerminkan
inilah yang akhirnya memunculkan rencana untuk
prinsip representasi teritorial atau regional (regional
melakukan Amandemen kelima UUD 1945, yang
representation).
mana Amandemen tersebut nantinya juga direnca-
Akan tetapi, ide bikameralisme atau struk-
nakan untuk memberikan kewenangan kepada DPD
tur parlemen dua kamar itu mendapat tentangan
secara maksimal, dan rencana Amandenen ini se-
yang keras dari kelompok konservatif di Panitia Ad
mula di usung oleh para anggota DPD yang
Hoc Perubahan UUD 1945 di MPR 1999-2002,
kemudian memperoleh dukungan dari sebagian
sehingga yang disepakati adalah rumusan yang
anggota DPR RI serta dukungan moral dari Peme-
sekarang yang tidak dapat disebutkan menganut
rintahan Daerah, pakar politik, praktisi hukum Tata
sistem bikameral sama sekali: Dalam ketentuan
Negara serta para akademisi yang terkait dengan
UUD 1945 dewasa ini, jelas terlihat bahwa DPD
bidang ketatanegaraan tersebut.
tidaklah
mempunyai
kewenangan
membentuk
undang-undang. Namun, dibidang pengawasan,
Permasalahan Dalam Kewenangan DPD RI
meskipun terbatas hanya berkenaan dengan kepen-
Saat ini permasalahan kewenangan yang
tingan daerah dan hal-hal yang berkaitan dengan
terjadi pada DPD ini telah menjadi topik kajian
pelaksanaan undang-undang tertentu, DPD dapat
yang penting bagi para ahli hukum Tata Negara dan
dikatakan mempunyai kewenangan penuh untuk
kalangan akademis lainnya yang terkait dengan
melakukan fungsi pengawasan terhadap kinerja
lingkup ketatanegaraan ini, salah satu praktisi
pemerintahan. Oleh karena itu, kedudukannya ha-
hukum Tata Negara yang paling intensif dalam
nya bersifat penunjang atau auxiliary terhadap
mengupas pembahasan lembaga-lembaga negara,
fungsi DPR di bidang legislasi, sehingga DPD
yaitu Jimly Asshiddiqie, yang mana beliau menya-
paling jauh hanya dapat disebut sebagai co-legis-
takan didalam salah satu buku terbaru karya beliau
lator, daripada legislator yang sepenuhnya. Oleh
yang berjudul: “Perkembangan dan Konsolidasi
karena itu, DPD dapat lebih berkonsentrasi dibidang
Lembaga Negara Pasca Reformasi”, yang antara
pengawasan sehingga keberadaannya dapat dira-
lain dikatakan:
sakan efektifitasnya oleh masyarakat didaerah-
Pembentukan Dewan Perwakilan Daerah
daerah. (Jimly, 2006)
(DPD) semula dimaksudkan dalam rangka merefor-
Menanggapi buku Jimly Asshiddiqie tadi,
masi struktur parlemen Indonesia menjadi dua
penulis juga memiliki penilaian, bahwa terlepas dari
kamar (bikameral) yang terdiri atas DPR dan DPD,
telah optimal atau belum atas kewenangan yang
dengan struktur bikameral itu diharapkan proses
dimiliki oleh DPD sekarang ini pada hakekatnya
78
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
dalam realita bahwa semenjak awal terbentuknya
Disinilah sebenarnya akar permasalahannya, bahwa
lembaga DPD ini memang telah terjadi adanya
sistem peraturan yang mengatur mengenai pem-
pembatasan kewenangan, fungsi dan tugas dari
bagian tugas, fungsi dan kewenangan antar lembaga
DPD itu sendiri. Dan yang menjadi faktor utama
legislatif itu sebenarnya masih belum jelas dan
adanya pembatasan ini, sekali lagi kembali kepada
bersifat tambal sulam, jadi tidaklah keliru apabila
sistem awal peraturan atau Undang-Undang yang
kewenangan yang dimiliki oleh DPD RI ini dapat
mengatur kelembagaan DPD ini, yaitu pada UUD
dikatakan masih belum memadai/optimal serta tidak
1945 Pasal 22 khususnya Pasal 22 D serta Undang-
sesuai dengan kapabilitas dari DPD itu sendiri
Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan Dan
sebagai lembaga tinggi negara karena masih belum
Kedudukan (UU Susduk). Penilaian penulis ini juga
jelasnya sistem peraturannya tadi terhadap pem-
tidak jauh berbeda dengan yang telah dikemukakan
bagian tugas, fungsi dan kewenangan antar lembaga
oleh
legislatif. Apabila adanya pengaturan yang jelas,
Sdr.
Taufiqurrahman
Syahuri
dan
Sdr
Mochammad Ilyas.
maka pada akhirnya diharapkan juga akan tercip-
Dalam wawancara penulis dengan kedua
tanya atau terjalinnya hubungan interaktif yang
narasumber ini, keduanya juga memiliki penilaian
baik, selaras, adil, serta saling bersinergi antar
bahwa dalam permasalahan kewenangan, tugas dan
lembaga legislatif tersebut.
fungsi dari DPD ini, maka kembali lagi kepada
masalahan kasus yang terjadi pada DPD RI ini
sistem peraturan atau Undang-Undang yang menga-
sebenarnya adalah masalah ketidakadilan dan keti-
tur kelembagaan DPD tersebut.
dakjelasan dalam hal pengaturan serta pembagian
Kemudian dari Sdr. Mochammad Ilyas ini juga menambahkan bahwa tidak adanya kekonsis-
Jadi inti dalam per-
tugas, fungsi, dan kewenangan dari masing-masing lembaga legislatif tersebut.
tenan sikap dari para anggota MPR/DPR RI dalam pengambilan keputusan atau kebijakkan pada
DPD RI Dan Sistem Quasi Bikameral
Sidang Tahunan MPR RI yang lalu dalam pemben-
Kembali kepada pembahasan buku yang
tukan lembaga DPD RI, dan ketidakkonsistenan
sama karya Jimly Asshiddiqie tadi, ialah seperti
sikap ini ditenggarai oleh karena dalam pemben-
telah diketahui bahwa struktur sistem parlemen
tukan lembaga DPD ini lebih terdapat motif politis
Indonesia pasca perubahan keempat UUD 1945,
yang besar dibandingkan dengan didasarkan pada
dapat dikatakan mengalami perubahan yang eks-
landasan sosial atau filosofis dalam pembentukkan
trem, dan pada akhirnya dapat dikatakan bersifat
lembaga DPD tersebut, dan permasalahan ini akan
trikameral alias terdiri atas tiga kamar atau institusi
terselesaikan apabila DPD RI juga memperoleh
sekaligus.
kewenangan, tugas dan fungsi yang sesuai dengan
Tidak ada satupun negara di dunia ini yang
kapabilitasnya sebagai lembaga tinggi negara dan
mempunyai struktur parlemen tiga kamar, kecuali
juga sekali lagi kembali kepada adanya kesetaraan
Indonesia. Di dunia hanya dikenal kalau tidak satu
serta keseimbangan kedudukan antar lembaga
kamar atau unikameral, tentu struktur yang dianut
legislatif tersebut.
adalah bikameral atau dua kamar. Sedangkan Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
79
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
struktur parlemen kita, seperti tersebut diatas, terdiri
langsung oleh rakyat, tetapi kewenangannya malah
atas tiga kamar atau institusi, yaitu DPR, DPD dan
menunjukkan hal yang berlawanan.
MPR. Kedudukan ketiganya sederajat satu sama
Akibatnya, tidak diatur bagaimana meka-
lain. Bahkan keberadaan MPR itu sendiri dapat
nisme bagi DPD untuk mengusulkan RUU, terlibat
dikatakan merupakan perpanjangan tangan atau
dalam pembahasan RUU bersama pemerintah dan
sebagai organ pendukung (auxiliary organ), atau-
DPR, atau mekanisme jika suatu RUU yang disetu-
pun sebagai kelengkapan forum yang tersendiri bagi
jui pemerintah dan DPR, tetapi ditolak oleh DPD.
DPR dan DPD untuk mengambil keputusan diluar
Dengan menilai demikian, maka dapat disimpulkan
kewenangan DPR dan DPD itu sendiri. (Jimly,
atau bahkan terlalu terburu-buru untuk menyatakan
2006)
bahwa Indonesia semata-mata sudah menganut Dilema DPD sebenarnya sudah bisa diduga
sistem parlemen bikameral murni, dan tidak keliru
dari hasil amandemen atas konstitusi yang dinilai
pula jikalau hal ini dapat dikatakan seolah-olah
oleh banyak kalangan serta para ahli, cenderung
seperti menganut sistem bikameral sejati atau hal ini
tambal sulam. Semua ini berpangkal pada tidak
lazim disebut juga dengan quasi bikameral apabila
adanya konsistensi para politisi saat menata ulang
menelaah kasus yang sedang dialami oleh DPD RI
sistem pemerintahan berikut sistem perwakilan
ini. Opini penulis ini tidak berbeda jauh dengan
melalui Panita Ad Hoc I MPR.
yang telah dipaparkan oleh sdr. Mochammad Ilyas
Nasib buruk DPD diperparah dengan
dalam wawancara penulis dengan beliau.
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 tentang Susunan Dan Kedudukan Anggota MPR, DPR,
Amandemen Kelima Undang-Undang Dasar
DPD Dan DPRD. Reduksi atas peran dan kewe-
1945 (UUD 1945)
nangan DPD dalam proses legislasi sebenarnya
Inilah solusi yang direncanakan untuk
tidak hanya terkait Pasal 43 Undang-Undang Susu-
diusulkan dan diharapkan dapat menjadi penye-
nan Dan Kedudukan seperti yang dikeluhkan oleh
lesaian serta penuntasan permasalahan yang saat ini
DPD, tetapi juga dalam keseluruhan substansi
sedang terjadi didalam sistem kekuasaan legislatif
Undang-Undang itu.
di Indonesia. Pemikiran ini digagas atau dimun-
Undang-Undang Nomor 22 tahun 2003 itu
culkan oleh para anggota Dewan Perwakilan Dae-
cenderung mengatur MPR, DPR, dan DPD secara
rah, dan ide itu kini terus berjalan karena di dukung
terpisah, padahal ketiga lembaga itu merupakan satu
oleh Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR RI,
kesatuan parlemen yang saling bekerja sama satu
yang pada akhirnya F.PKB ini menjadi motor
sama lain. Bahkan juga para ahli telah cenderung
penggerak bagi fraksi-fraksi yang lain di DPR RI
menilai bahwa Pasal 22D UUD 1945 dan UU
untuk kemudian mendukung rencana amandemen
Susduk inilah penyebab utama pengecilan peran dan
kelima UUD 1945 ini.
fungsi DPD dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Inti dari perlu dilakukannya amandemen
Legitimasi anggota DPD RI kuat sebab, dipilih
kelima dari UUD 1945 adalah diterapkannya sistem bikameral secara utuh. Sekarang ini parlemen
80
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
negara Indonesia dalam prakteknya menjalankan
Amandemen Undang-Undang Dasar ini akan lebih
sistem parlemen dua kamar, akan tetapi kenyata-
memperhatikan kepentingan bangsa dan negara
annya peran dari DPD ini masih terbatas. Dalam hal
serta tidak sebaliknya yang pada akhirnya akan
ini DPD hanya sekedar memberikan pertimbangan,
menguntungkan para elite politik tersebut. Jadi
bukan suatu bentuk sumbangan pemikiran yang bisa
sekali lagi kembali kepada kekonsistenan sikap dari
memperkaya setiap keputusan atau kebijakan arah
mereka, apakah akan menjadi pejuang bagi aspirasi
politik bagi kehidupan bernegara bangsa Indonesia
rakyat atau berjuang untuk kepentingan dirinya
ini.
sendiri atau kelompoknya. Hanya saja, yang menjadi pertanyaan lebih
jauh, bagi penulis adalah untuk apa perubahan itu
Kesimpulan
dilakukan? Perubahan itu harus bisa memperbaiki
Amandemen Undang-Undang Dasar 1945
perikehidupan seluruh bangsa ini. Pengalaman
telah menentukan bahwa dalam sistem ketata-
inilah yang patut untuk dipetik dalam menghadapi
negaraan
keinginan untuk melakukan amandemen kelima.
Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan
Tanpa disertai persiapan yang matang, terutama
Daerah adalah sama, namun masing-masing mem-
bagaimana mengaplikasikan perubahan yang akan
punyai kewenangan sendiri, dengan Dewan Per-
dibuat, dan karenanya juga pada elite politik jangan
wakilan Rakyat mewakili Pusat, sedangkan Dewan
terjebak pada kesalahan yang sama, karena peru-
Perwakilan Daerah mewakili Daerah pemilihannya,
bahan harus disertai dengan komitmen serta sikap
namun bersama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
konsisten untuk melaksanakan hasil perubahan
membahas Rancangan Undang-Undang Otonomi
tersebut dimasa mendatang.
Daerah, Perimbangan Keuangan Pusat-Daerah, dan
Opini masyarakat sekarang ini yang dibu-
Indonesia,
diatur
kedudukan
antara
lain-lain.
tuhkan bukanlah sekedar perubahan dalam sisi
Kedudukan DPD RI ini pada sesungguhnya
perundang-undangan, yang jauh lebih penting
memang memiliki kedudukan yang setara dengan
adalah perubahan dalam sikap, dalam perilaku
DPR RI, hal ini sesuai dengan yang dinyatakan
dengan pemahaman bahwa sistem demokrasi yang
dalam Pasal 2 Ayat (1) dan Pasal 22 Undang-
telah diterapkan di negara indonesia ini harus mem-
Undang Dasar 1945. Namun disisi lain dalam Pasal
buat kekuasaan itu melayani, bukan sebaliknya,
22 UUD 1945 ini sendiri, khususnya pada pasal 22
minta dilayani, karena perubahan Undang-Undang
D dan juga dalam Undang-Undang Susunan Dan
Dasar ini menentukan masa depan bangsa dan
Kedudukan (UU Susduk) ini justru malah terjadi
negara juga.
pembatasan pengaturan kewenangan dari DPD itu
Disinilah sebenarnya ujian bagi para elite
sendiri, dan akibatnya dalam kenyataan serta prak-
politik kita, apakah mereka memang benar-benar
teknya saat ini DPD tidak dapat melaksanakan tu-
memiliki komitmen dan itikad yang baik dalam
gas-tugas dan fungsi kelembagaannya secara mak-
membuat suatu keputusan serta kebijakkan pera-
simal, karena faktor utama dari sistem peraturan
turan undang-undang atau hukum, dan juga apakah Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008
81
Kedudukan Dewan Perwakilan Daerah dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia
yang
mengatur
kelembagaan DPD ini
yang
tercantum pada kedua Undang-Undang tersebut.
Dadang, Solihin, ”Kamus Istilah Otonomi Daerah”, Lembaga
Dengan melihat adanya keterbatasan hak dan kewenangan yang dialami oleh DPD RI serta tidak optimalnya lembaga ini dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara maksimal seperti telah
Pemberdayaan
Ekonomi
Kerakyatan, Jakarta, 2001. DPD RI, ”Untuk Apa DPD RI”, Kelompok Penerbit DPD RI, Jakarta, 2006. ”Hukum
Morrissan,
Tata
Negara
RI
Era
disebutkan tadi, maka dapat disimpulkan atau bah-
Reformasi”, Ramdina Prakarsa, Jakarta,
kan terlalu terburu-buru untuk menyatakan bahwa
2005.
Indonesia semata-mata sudah menganut sistem
Martosoewigno, Sri Soemantri, ”Undang-Undang
parlemen bikameral murni, dan tidak keliru pula
Dasar
jikalau hal ini dapat dikatakan seolah-olah seperti
Perubahannya”,
menganut sistem parlemen bikameral sejati atau hal
2003.
ini lazim disebut juga dengan quasi bikameral
Ketetapan
1945
Majelis
dan
Aspek-Aspek
Unpad Press, Bandung,
Permusyawaratan
Rakyat
dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, apabila
Republik Indonesia Nomor: IV/MPR/2000
menelaah kasus yang dialami oleh DPD RI ini.
Tentang ”Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan
Asshiddiqie, Jimly, “Permulaan Peran Pemerintah Parlemen
dalam
Sejarah:
Telaah
Perbandingan Konstitusi Berbagai Negara”, -----------, “Menuju Struktur Parlemen Dua Kamar”, Makalah di sampaikan dalam Seminar Nasional Tentang Bikameralisme yang diselenggarakan
oleh
Forum
Rektor
Indonesia bekerjasama dengan National
Lembaga
Negara
Azyumardi,
Media Pratama, Jakarta, 1999.
Pemberdayaan, dan Konflik”, Kemitraan Partnership, Jakarta, 2004. Tobing, Jakob, ”Risalah Rapat Paripurna Ke-7 Sidang Tahunan MPR RI”, Setjend MPR RI, Jakarta, 2001.
Konsolidasi
Makalah Focus Group Discussion, UGM
Pasca
Reformasi”,
Press, Yogyakarta, 2003. Syafrudin, Ateng, ”Pasang Surut Otonomi Daerah
”Demokrasi,
HAM
dan
Di Indonesia”, Bina Cipta, Bandung, 2003.
Masyarakat Madani”, Tim ICCE UIN Jakarta, 2003.
82
“Otonomi Daerah, Masalah,
dan
Konstitusi Press, Jakarta, 2006. Azra,
Daerah Memasuki Abad XXI”, Gaya
Santoso, Purwo, “Aktualisasi Perwakilan Daerah”,
Democratic Institute, Medan, 2001. ”Perkembangan
Pide, Andi Mustari, ”Otonomi Daerah dan Kepala
Pheni, Khalid,
UI-Press, Jakarta, 1996.
-----------,
Daerah”,
Sekretariat Jenderal MPR RI, Jakarta, 2000.
Daftar Pustaka dan
Otonomi
Lex Jurnalica Vol.5 No. 2, April 2008