BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah bangunan tidak dapat begitu saja didirikan langsung di atas permukaan tanah, untuk itu diperlukan adanya struktur bangunan bawah yang disebut pondasi. Pondasi adalah bagian dari bangunan yang berfungsi mendukung seluruh berat dari bangunan dan meneruskannya ke tanah dibawahnya. Untuk membuat pondasi diperlukan pekerjaan galian tanah. Pada umumnya lapisan tanah di permukaan setebal ± 50 cm adalah lapisan tanah humus yang sangat labil dan tidak mempunyai daya dukung yang baik. Oleh karena itu, dasar pondasi tidak boleh diletakkan pada lapisan tanah humus ini. Untuk menjamin kestabilan pondasi dan memperoleh daya dukung tanah yang cukup besar, maka dasar pondasi harus diletakkan pada kedalaman lebih dari 50 cm dari permukaan tanah sampai mencapai lapisan tanah asli yang keras. Lebar galian tanah untuk memasang pondasi dibuat secukupnya saja asal sudah dapat untuk memasang pondasi, karena tanah yang sudah terusik, sama sekali akan berubah baik sifatnya maupun kekuatannya. Seperti sebuah pensil, kalau ujung yang lancip ditekan pada telapak tangan akan terasa sakit dan lebih mudah masuk ke dalam daging. Sebaliknya pada pangkal yang tumpul tidak akan terasa sakit dan tidak mudah masuk ke dalam daging. Hal ini berlaku juga pada pondasi, bila dasar pondasi lebarnya hanya sekecil saja, maka daya dukung bangunannya hanya kecil dan lebih mudah amblas ke dalam lapisan tanah dibawahnya. Sebaliknya dengan lebar pondasi yang besar, daya dukungnya juga semakin besar dan tidak mudah amblas ke dalam lapisan tanah dibawahnya. Dengan kata lain, makin berat beban bangunan yang harus didukung, makin besar pula daya dukung tanah yang diperlukan dan makin lebar pula dasar pondasinya. Secara umum terdapat dua macam pondasi yaitu Pondasi Dangkal (Shallow Foundations) dan Pondasi Dalam (Deep Foundations). Yang termasuk dalam pondasi dangkal ialah pondasi memanjang, pondasi tapak, 1
pondasi raft, dan pondasi rollag bata. Sedangkan yang termasuk dalam pondasi dalam ialah pondasi tiang pancang (pile), pondasi dinding diafragma, pondasi trucuk, dan pondasi caissons. Pondasi harus diperhitungkan untuk dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap beratnya sendiri, beban-beban bangunan (beban isi bangunan), dan gaya-gaya luar seperti tekanan angin, gempa bumi, dan sebagainya.
1.2. Rumusan Masalah 1) Jelaskan macam-macam pondasi? 2) Jelaskan beban-beban yang bekerja di atas pondasi? 3) Bagaimanakah cara pelaksanaan pemasangan pondasi di lapangan?
1.3. Tujuan Penulisan 1) Untuk mengetahui macam-macam pondasi. 2) Untuk mengetahui beban-beban apa saja yang bekerja di atas pondasi. 3) Untuk mengetahui cara pelaksanaan pemasangan atau pembuatan pondasi di lapangan.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Macam-Macam Pondasi 1. Pondasi Dangkal (Shallow Foundations) Pondasi dangkal biasanya dibuat dekat dengan permukaan tanah, umumnya kedalaman pondasi didirikan kurang 1/3 dari lebar pondasi sampai dengan kedalaman kurang dari 3 m. Kedalaman pondasi dangkal ini bukan aturan yang baku, tetapi merupakan sebagai pedoman. Pada dasarnya, permukaan pembebanan atau kondisi permukaan lainnya akan mempengaruhi kapasitas daya dukung pondasi dangkal. Pondasi dangkal biasanya digunakan ketika tanah permukaan yang cukup kuat dan kaku untuk mendukung beban yang dikenakan, dimana jenis struktur yang didukungnya tidak terlalu berat dan juga tidak terlalu tinggi. Pondasi dangkal umumnya tidak cocok dalam tanah kompresif yang lemah atau sangat buruk, seperti tanah urug dengan kepadatan yang buruk, pondasi dangkal juga tidak cocok untuk jenis tanah gambut, lapisan tanah muda, dan jenis tanah deposito aluvial, dan lain sebagainya. Jenis-jenis pondasi dangkal yaitu : a. Pondasi Tapak (Pad Foundations)
3
Pondasi tapak (pad foundation) digunakan untuk mendukung beban titik individual seperti kolom struktural. Pondasi pad ini dapat dibuat dalam bentuk bulatan (melingkar) dan persegi (rectangular). Jenis pondasi ini biasanya terdiri dari lapisan beton bertulang dengan ketebalan yang seragam, tetapi pondasi pad dapat juga dibuat dalam bentuk bertingkat atau haunched jika pondasi ini dibutuhkan untuk menyebarkan beban dari kolom berat. Selain pondasi tapak diterapkan dalam pondasi dangkal, dapat juga digunakan untuk pondasi dalam. Pondasi tapak biasa digunakan untuk bangunan bertingkat atau bangunan di atas tanah lembek, dengan kedalaman lebih kurang 1 - 2 meter. Pondasi ini terbuat dari beton bertulang yang dibentuk seperti tapak dan letaknya tepat di bawah kolom/tiang. Kedalaman pondasi ini disesuaikan sampai mencapai tanah keras.
Kebutuhan Bahan Pondasi Tapak : -
Batu pecah/split 2 - 3 (ukuran diameter batu = 2 - 3 cm).
-
Batu pecah/split tersebut diatas dapat diganti dengan kerikil.
-
Pasir beton.
-
Semen PC.
-
Besi beton.
-
Papan kayu sebagai bekisting (papan cetakan).
4
Kelebihan Pondasi Tapak : -
Biaya pondasi ini relatif murah.
-
Galian tanah lebih sedikit (hanya pada kolom struktur saja).
-
Dapat digunakan untuk bangunan mulai 1 lantai sampai ketinggian 4 lantai.
-
Sistem pengerjaannya relatif mudah, apabila proses pengecoran dilakukan ditempat (di lubang galian pondasi tersebut).
Kekurangan Pondasi Tapak : -
Apabila pembuatan struktur pondasi tapak dibuat diluar lubang galian pondasi, maka diperlukan waktu pengerjaan lebih lama, karena pondasi tapak dibuat/dicetak dengan menggunakan bekisting/cetakan terlebih dulu.
-
Diperlukan waktu untuk menunggu beton kering sesuai umur beton, agar dapat dipindahkan ke posisi lubang pondasi tapak (yang telah digali sebelumnya).
-
Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur, dari segi pembesian dan desain penulangannya.
-
Waktu pengerjaan pondasi ini harus lebih dini, karena memerlukan waktu pengeringan selama 28 hari agar bisa digunakan.
b. Pondasi Jalur atau Pondasi Memanjang (Strip Foundations)
5
Pondasi jalur/pondasi memanjang (kadang disebut juga pondasi menerus) adalah jenis pondasi yang digunakan untuk mendukung beban memanjang atau beban garis, baik untuk mendukung beban dinding atau beban kolom, dimana penempatan kolom dalam jarak yang dekat dan fungsional kolom tidak terlalu mendukung beban berat sehingga pondasi tapak tidak terlalu dibutuhkan. Pondasi jalur/pondasi memanjang biasanya dapat dibuat dalam bentuk memanjang dengan potongan persegi ataupun trapesium. Biasanya digunakan untuk pondasi dinding maupun kolom praktis. Bahan untuk pondasi ini dapat menggunakan pasangan patu pecah, batu kali, cor beton tanpa tulangan, dan dapat juga menggunakan pasangan batu bata dengan catatan tidak mendukung beban struktural. Pondasi ini digunakan pada bangunan sederhana yang kondisi tanah aslinya cukup baik. Biasanya kedalaman pondasi ini antara 60 - 80 cm dengan lebar tapak lebih kurang sama dengan tingginya.
Kebutuhan bahan Pondasi Jalur/Memanjang : -
Batu pecah atau batu kali (batu mangga).
-
Pasir pasang.
-
Semen PC.
Kelebihan Pondasi Jalur/Memanjang : -
Pelaksanaan pondasi mudah.
-
Waktu pengerjaan pondasi relatif lebih cepat.
-
Biaya pelaksanaan relatif lebih murah, jika menggunakan batu kali (batu mangga).
-
Batu pecah relatif lebih mudah didapat (untuk daerah pulau Jawa).
Kekurangan Pondasi Jalur/Memanjang : -
Pada daerah-daerah tertentu batu pecah susah didapat, tetapi dapat diganti dengan batu kali.
6
-
Membuat
pondasi
ini
memerlukan
cost/biaya
besar,
apabila
menggunakan batu pecah. -
Pondasi ini tidak dianjurkan untuk rumah bertingkat 2 atau lebih.
c. Pondasi Tikar (Raft Foundations) Pondasi tikar/pondasi raft digunakan untuk menyebarkan beban dari struktur atas area yang luas, biasanya dibuat untuk seluruh area struktur. Pondasi raft digunakan ketika beban kolom atau beban struktural lainnya berdekatan dan pondasi pad saling berinteraksi.
Pondasi raft biasanya terdiri dari plat beton bertulang yang membentang pada luasan yang ditentukan. Pondasi raft memiliki keunggulan mengurangi penurunan setempat dimana plat beton akan mengimbangi gerakan differensial antara posisi beban. Pondasi raft sering dipergunakan pada tanah lunak atau longgar dengan kapasitas daya tahan rendah karena pondasi raft dapat menyebarkan beban di area yang lebih besar. Pondasi ini lebih kuat jika dibanding dua jenis pondasi dangkal lainnya, pondasi tapak dan pondasi menerus. Ini disebabkan seluruhnya terbuat dari beton bertulang. Harganya lebih murah dibandingkan dengan pondasi batu kali untuk bangunan rumah bertingkat. Ukuran lebar pondasi ini sama dengan lebar bawah pondasi batu kali, yaitu 70 - 120 cm. Ini disebabkan fungsi pondasi raft adalah menggantikan pondasi batu belah bila batu belah sulit didapat, atau memang sudah ada rencana pengembangan rumah ke atas.
Kelebihan Pondasi Raft : -
Pondasi ini lebih murah bila dihitung dari sisi biaya.
-
Galian tanah lebih sedikit karena hanya berada di titik yang terdapat kolom strukturnya. 7
-
Penggunaannya pada bangunan bertingkat lebih handal dibanding pondasi batu belah, baik sebagai penopang beban vertikal maupun gaya horizontal seperti gempa, angin, ledakan, dan lain-lain.
Kekurangan Pondasi Raft : -
Harus dipersiapkan bekisting atau cetakan terlebih dulu (persiapan lebih lama).
-
Diperlukan waktu pengerjaan lebih lama (harus menunggu beton kering/sesuai umur beton).
-
Tidak semua tukang bisa mengerjakannya.
-
Diperlukan pemahaman terhadap ilmu struktur.
-
Pekerjaan rangka besi dibuat dari awal dan harus selesai setelah dilakukan galian tanah.
d. Pondasi Rollag Bata
Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bangunan. Namun, pada saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan. Selain mahal, pemasangannya pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap digunakan untuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.
2. Pondasi Dalam (Deep Foundations) Pondasi dalam adalah pondasi yang didirikan di permukaan tanah dengan
kedalaman
tertentu dimana
daya
dukung
dasar
pondasi dipengaruhi oleh beban struktural dan kondisi permukaan tanah,
8
pondasi dalam biasanya dipasang pada kedalaman lebih dari 3 m di bawah elevasi permukaan tanah. Pondasi dalam dapat dijumpai dalam bentuk pondasi tiang pancang, dinding pancang, dan caissons atau pondasi kompensasi. Pondasi dalam dapat digunakan untuk mentransfer beban ke lapisan yang lebih dalam untuk mencapai kedalaman yang tertentu sampai didapat jenis tanah yang mendukung daya beban struktur bangunan sehingga jenis tanah yang tidak cocok di dekat permukaan tanah dapat dihindari. Jenis-jenis pondasi dalam yaitu : a. Pondasi Pile
Pondasi pile merupakan jenis pondasi yang dibuat dalam berbentuk ramping yang ditujukan untuk mengirimkan beban melalui jenis lapisan tanah dengan jenis daya dukung rendah hingga tercapai jenis tanah yang lebih dalam atau lapisan batuan yang memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi. Pondasi pile digunakan ketika dengan pertimbangan nilai ekonomi, konstruksi, atau tanah yang diinginkan untuk mengirimkan beban diluar jangkauan praktis dibandingkan menggunakan jenis pondasi dangkal. Selain mendukung struktur, pondasi pile juga digunakan untuk menahan beban struktur melawan gaya angkat dan juga membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling. Pondasi pile dapat dijumpai dalam berbagai jenis misalnya v pile dan beton pancang, dimana secara struktural pondasi pile sebelum beban
9
dari kolom diteruskan terhadap pile, maka diatas pile sendiri dibuat konstruksi penghubung yang biasanya disebut dengan pile cap.
Pondasi pile (tiang pancang) bisa menggunakan tiang beton dan juga tiang baja. Untuk pondasi tiang pancang yang terbuat dari beton biasanya penampangnya bisa berbentuk (bujur sangkar, lingkaran, H, dan segitiga) dan untuk tiang baja biasanya menggunakan pipa baja yang tahan terhadap korosi tanah. Pondasi pile ini biasa digunakan untuk bangunan yang memiliki bobot yang tinggi (bangunan berat atau bertingkat banyak), karena bangunan berat ini membutuhkan jenis pondasi yang lebih kuat, yang tidak bisa didapat apabila menggunakan pondasi dangkal. Dalam pelaksanaannya pondasi pile ini biasanya terdiri dari 2 atau lebih tiang pancang yang disatukan dengan balok poer (Pile Cap) diatasnya (seperti gambar di atas). Selanjutnya kolom konstruksi bangunan dapat didirikan di atas Pile Cap tersebut.
Bentuk Tiang Pancang Segitiga : Tiang bentuk ini mempunyai luas selumut yang besar, oleh karena itu cocok untuk tiang yang mengandalkan friksi (geser).
10
Bentuk Tiang Pancang Bujur Sangkar : Bentuk ini sangat cocok untuk tiang yang dipancang sampai tanah keras karena efektif memikul beban.
Bentuk Tiang Pancang Bulat : Bentuk ini sangat cocok untuk tiang yang dipancang sampai tanah keras karena efektif memikul beban. Selain itu tiang ini mampu memikul gaya lateral yang besar disebabkan momen inersia yang besar.
11
Bentuk Tiang Pancang H : Tiang bentuk ini mempunyai luas selumut yang besar, oleh karena itu cocok untuk tiang yang mengandalkan friksi (geser).
b. Pondasi Piers (Dinding Diafragma) Pondasi piers adalah pondasi untuk meneruskan beban berat struktural
yang dibuat
dengan
cara melakukan
penggalian
dalam,
kemudian struktur pondasi piers dipasangkan ke dalam galian tersebut. Satu keuntungan pondasi piers adalah bahwa pondasi jenis ini lebih murah dibandingkan dengan membangun pondasi dengan jenis pondasi menerus, hanya kerugian yang dialami adalah jika lempengan pondasi yang sudah dibuat mengalami kekurangan ukuran, maka kekuatan jenis pondasi tidak menjadi normal. Pondasi piers standar dapat dibuat dari beton bertulang pre-cast. Oleh karena itu, aturan perencanaan pondasi piers terhadap balok beton diafragma adalah mengikuti setiap ukuran ketinggian pondasi yang direncanakan.
Pondasi piers dapat divisualisasikan sebagai bentuk tabel struktur adalah sistem kolom vertikal yang terbuat dari beton bertulang ditempatkan di bawah bangunan yang ditanamkan dibawah tanah yang sudah digali. Lempengan beton diafragma
ini mentransfer beban
bangunan terhadap tanah. Balok dibangun di atas dinding diafragma vertikal (pondasi piers) yang menahan dinding rumah atau struktur. Banyak rumah didukung
12
sepenuhnya dengan jenis pondasi ini, dimana beton yang dipasang juga berguna sebagai dinding pada ruang bawah tanah, dimana ruang tersebut digunakan sebagai gudang penyimpanan atau taman. Beton pondasi piers biasanya dibuat dalam bentuk pre-cast dalam berbagai ukuran dan bentuk, dimana sering dijumpai dalam bentuk persegi memanjang dengan ketinggian sesuai dengan ukuran kedalaman yang diperlukan. Tapi beton dapat juga dibuat dalam bentuk bulatan. Setelah beton bertulang cukup kering kemudian dimasukkan ke dalam tanah yang sudah digali dan disusun secara bersambungan. Setelah tersusun dengan baik kemudian baru dilanjutkan dengan konstruksi diatasnya.
c. Pondasi Caissons (Bor Pile)
Pondasi caissons (bor pile) adalah bentuk pondasi dalam yang dibangun
di dalam
permukaan
tanah, pondasi
ditempatkan sampai
kedalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat lubang dengan sistem pengeboran atau pengerukan tanah. Setelah kedalaman sudah didapatkan kemudian pondasi pile dilakukan dengan pengecoran beton bertulang terhadap lubang yang sudah di bor. Sistem pengeboran dapat dilakukan dalam berbagai jenis baik sistem manual maupun sistem hidrolik. Besar diameter, kedalaman galian, dan juga sistem penulangan beton bertulang didesain berdasarkan daya dukung tanah dan beban yang akan dipikul. Fungsional pondasi ini juga hampir sama pondasi pile yang mana juga ditujukan untuk menahan
13
beban struktur, melawan gaya angkat, dan juga membantu struktur dalam melawan kekuatan gaya lateral dan gaya guling. Sistem kerja pondasi ini hampir sama dengan Pondasi Pile (Tiang Pancang), yaitu meneruskan beban struktur bangunan di atas ke tanah dasar dibawahnya sampai kedalaman tanah yang dianggap kuat (memiliki daya dukung yang cukup). Untuk itu diperlukan kegiatan Sondir sebelumnya, agar daya dukung tanah di bawah dapat diketahui pada kedalaman berapa meter yang dianggap memadai untuk mendukung konstruksi diatas yang akan dipikul nantinya. Jenis pondasi ini cocok digunakan untuk lokasi pekerjaan yang disekitarnya rapat dengan bangunan orang lain, karena proses pembuatan pondasi ini tidak menimbulkan efek getar yang besar, seperti pembuatan pondasi pile (tiang pancang) yang pemasangannya dilakukan dengan cara pukulan memakai Beban/Hammer.
d. Pondasi Trucuk
Pondasi ini digunakan jika ingin mendirikan bangunan diatas tanah berawa atau tanah bekas timbunan tempat sampah. Trucuk mempunyai fungsi untuk memadatkan tanah. Trucuk ada berbagai jenis, ada yang dari bambu, kayu, beton, baja, dan lain sebagainya. Trucuk dari bambu bisa lebih kuat daripada beton jika sebelum pemasangannya diberi lapisanlapisan tertentu.
14
2.2. Beban-Beban yang Bekerja di atas Pondasi Beban-beban yang bekerja di atas pondasi adalah berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya, berat atap, berat plafon, berat balok sloof dan balok keliling atas, berat sendiri pondasi, dan berat tanah di atas pondasi. 1. Berat Pasangan Bata Termasuk Kolom Praktisnya Berat pasangan bata dengan perekat 1 kp : 1 sm : 1 ps adalah 1.700 kg/m 3. Bila dipakai perekat 1 semen : 2 pasir, beratnya = 2.000 kg/m 3. Untuk pasangan bata dengan perekat campuran kapur dan semen atau sebagian pakai perekat kapur dan sebagian lagi dengan perekat semen dapat dipakai berat rata-rata = 1.800 kg/m3. Berat ini sudah termasuk plesterannya, jadi tebal pasangan bata yang dipakai adalah : -
15 cm untuk pasangan ½ batu, dan
-
30 cm untuk pasangan 1 batu, walaupun mungkin pada kenyataannya tebal sesungguhnya kurang dari ukuran tersebut. Kolom praktisnya dapat dianggap sebagai berat pasangan bata.
2. Untuk balok sloof dan balok keliling dari konstruksi beton bertulang dipakai berat = 2.400 kg/m3. 3. Penutup atap dari genteng + usuk + reng = 50 kg/m2. Bila termasuk gordingnya diapaki berat = 110 kg/m2. Penutup atap sirap + usuk + reng = 40 kg/m2. Penutup asbes + gording = 50 kg/m2. Berat kuda-kuda kayu = 60 kg/m. 4. Berat plafon eternit + penggantung = 20 kg/m2. 5. Berat pondasi batu kali = 2.200 kg/m3. 6. Tanah kering udara – lembab = 1.700 kg/m3, tanah basah = 2.000 kg/m3, berat ini berlaku juga untuk pasir.
15
Adapun sebagai tambahan beban-beban yang bekerja di atas pondasi adalah : 1. Beban Mati Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala bagian tambahan, mesin-mesin serta perlengkapan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangunan itu.
2. Beban Hidup Beban hidup adalah beban yang sifatnya dapat beubah-ubah atau begerak sesuai dengan penggunaan bangunan (ruangan) yang bukan bagian dari konstruksi bangunan. Beban hidup dapat menopang pada beban mati yang dapat berubah dalam jangka waktu pendek sesuai pergerakan atau pemindahan benda dan dapat juga berubah dalam jangka waktu panjang. Adapun jenis beban hidup yang ada pada bangunan meliputi : manusia, furniture, kendaraan, dan gerakan yang terjadi seperti ledakan.
3. Beban Angin Beban angin adalah semua beban yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara. Beban angin diperhitungkan karena angin besar dapat menekan bangunan dan mempengaruhi kekuatannya. Bila kecepatan angin di suatu daerah rata-rata konstan, maka hal ini dapat disebut statis. Apabila perubahannya besar maka termasuk tekanan dinamis. Tekanan dinamis ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti kekasaran dan bentuk kerampingan bangunan, dan letak bangunan yang berdekatan satu sama lain.
4. Beban Gempa Beban gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada bangunan atau bagian bangunan yang menirukan pengaruh dari
16
pergerakan tanah akibat gempa itu. Pengaruh gempa pada struktur ditentukan berdasarkan analisa dinamik, maka yang diartikan dalam beban gempa yaitu gaya-gaya di dalam struktur tersebut yang terjadi oleh tanah akibat gempa itu.
5. Berat Additional Beban additional adalah beban yang memiliki nilai yang lebih besar dari nilai beban mati atau beban hidup dan merupakan bagian dari struktur yang harus ditinjau. Diantara beban additional adalah tendon air di atas bangunan, kuda-kuda, tangga, dan lift.
17
2.3. Cara Pelaksanaan Pemasangan Pondasi di Lapangan 1. Cara Pelaksanaan Pemasangan Pondasi Batu Kali di Lapangan Pondasi adalah struktur pada bangunan yang terletak paling bawah yang berfungsi untuk meneruskan beban dari struktur atas ke tanah. Secara garis besar pondasi ada 2 jenis yaitu pondasi dangkal dan pondasi dalam. Pondasi dangkal salah satunya jenisnya adalah pondasi batu kali. Ada beberapa tahapan dalam pelaksanaan pembuatan pondasi batu kali antara lain : -
Pekerjaan Persiapan.
-
Pekerjaan Galian.
-
Pekerjaan Urugan Pasir.
-
Pekerjaan Pasangan Pondasi.
-
Pekerjaan Persiapan Rencanakan urutan galian, urutan pemasangan pondasi batu kali,
tempat penimbunan tanah hasil galian sementara sebelum diangkut keluar dari site, juga tempat penimbunan sementara batu-batu kali tersebut sebelum dipasang.
-
Pekerjaan Galian Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan galian adalah :
a) Siapkan alat-alat yang diperlukan. b) Menggali tanah dengan ukuran lebar sama dengan lebar pondasi bagian bawah dengan kedalaman yang disyaratkan. c) Menggali sisi-sisi miringnya, sehingga diperoleh sudut kemiringan yang tepat. d) Buang tanah sisa galian ke tempat yang telah ditentukan. e) Cek posisi, lebar, kedalaman, dan kerapiannya sesuai dengan rencana.
18
Rencana Galian Pondasi
-
Pekerjaan Urugan Pasir Beberapa hal yang harus dilakukan dalam pekerjaan urugan pasir adalah : a) Pasir urug diratakan pada dasar galian dan disiram air untuk mendapatkan kelembaban yang optimum untuk pemadatan. b) Padatkan pasir urug tersebut dengan memakai alat stamper. c) Jika diperlukan ulangi langkah satu dan dua, sehingga didapatkan tebal pasir urug seperti yang direncanakan.
Pekerjaan Urugan Pasir
-
Pekerjaan Pasangan Pondasi Pada pekerjaan pasangan pondasi ada 2 tahap yaitu pembuatan profil dan pemasangan batu kali.
19
Pembuatan Profil a) Pasang patok batu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil). Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi. b) Pasang bilah batu datar pada kedua patok, setinggi profil. c) Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar. Usahakan titik tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang direncanakan dan bidang atas profil sesuai peil pondasi. d) Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok dan juga dipaku agar lebih kuat. e) Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi, dan ikatkan dengan profil, sehingga menjadi kuat dan kokoh. f) Cek ketegakan/posisi profil dan ukuran-ukurannya, perbaiki jika ada yang tidak tepat, demikian juga peilnya.
Pemasangan Batu Kali a) Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan. b) Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm dari permukaan urugan pasir. c) Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut. d) Susun batu-batu di atas lapisan pasir urug tanpa adukan (aanstamping) dengan tinggi 25 cm dan isikan pasir dalam celahcelah batu tersebut, sehingga tak ada rongga antar batu kemudian siramlah pasangan batu kosong tersebut dengan air. e) Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali dengan adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan tersebut rata.
20
Pembuatan Profil Batu Kali
2. Cara Pelaksanaan Pembuatan Pondasi Tiang Bor -
Pengeboran
Ini merupakan proses awal dimulainya pengerjaan pondasi tiang bor, kedalaman, dan diameter tiang bor, juga terdapatnya batuan atau material dibawah permukaan tanah menjadi parameter utama dipilihnya alat-alat bor. Ini perlu diantisipasi sehingga bisa disediakan metode dan peralatan yang cocok. Kalau asal ngebor, bisa-bisa mata
21
bor-nya stack dibawah. Ini contoh mesin bor dan auger dengan berbagai ukuran siap ngebor.
Setelah mencapai suatu kedalaman yang mencukupi untuk menghindari tanah di tepi lubang berguguran, maka perlu dipasang casing, yaitu pipa yang mempunyai ukuran diameter dalam kurang lebih sama dengan diameter lubang bor.
Perhatikan mesin bornya beda, tetapi pada prinsipnya cara pemasangan casing sama, diangkat dan dimasukkan pada lubang bor. Tentu saja kedalaman lubang belum sampai bawah, secukupnya. Kalau menunggu sampai ke bawah, maka tanah berguguran semua dan lubang bisa tertutup lagi. Jadi pemasangan casing penting.
Setelah casing terpasang, maka pengeboran dapat dilanjutkan. Gambar di atas, mata auger sudah diganti dengan Cleaning Bucket yaitu untuk membuang tanah atau lumpur di dasar lubang.
22
Cleaning Bucket dan Belling Tools Setelah beberapa lama dan diperkirakan sudah mencapai kedalaman rencana maka perlu dipastikan terlebih dahulu apakah kedalaman lubang bor sudah mencukupi, yaitu melalui pemeriksaan manual.
Perlu juga diperhatikan bahwa tanah hasil pemboran perlu juga diperiksa dengan data hasil penyelidikan terdahulu. Apakah jenis tanah sama seperti yang diperkirakan dalam menentukan kedalaman tiang bor tersebut. Ini perlu karena sampel tanah sebelumnya umumnya diambil dari satu dua tempat yang dianggap mewakili, tetapi dengan proses pengeboran ini maka secara otomatis dapat dilakukan prediksi kondisi tanah secara tepat, satu persatu pada titik yang dibor.
Apabila kedalaman dan lubang bor telah siap, maka selanjutnya adalah penempatan tulangan rebar.
23
Jika perlu, mungkin karena terlalu dalam, maka penulangan harus disambung dilapangan sedangkan mengangkatnya bertahap.
Ini kondisi lubang tiang bor yang siap di cor.
-
Pengecoran Beton
Setelah proses pemasangan tulangan baja, maka proses selanjutnya adalah pengecoran beton. Ini merupakan bagian yang paling kritis yang menentukan berfungsi tidaknya suatu pondasi. Meskipun proses pekerjaan sebelumnya sudah benar, tetapi pada tahapan ini gagal maka gagal pula pondasi tersebut secara keseluruhan. Pengecoran disebut gagal jika lubang pondasi tersebut tidak terisi benar dengan beton, misalnya ada yang bercampur dengan galian tanah atau segresi dengan air, tanah longsor sehingga beton mengisi bagian yang tidak tepat. Adanya air pada lubang bor menyebabkan pengecoran memerlukan alat bantu khusus, yaitu pipa tremi. Pipa tersebut mempunyai panjang yang sama atau lebih besar dengan kedalaman lubang yang dibor.
24
Foto diatas disebut pipa tremi. Ujung di bagian bawah agak khusus, tidak berlubang biasa, tetapi ada detail khusus sehingga lumpur tidak masuk ke dalam, tetapi beton di dalam pipa bisa mendorong keluar. Yang teronggok di bawah adalah corong beton yang akan dipasang di ujung atas pipa tremi, tempat memasukkan beton segar. Foto di atas ini pekerjaan pengecoran pondasi tiang bor di bagian lain, terlihat mesin bor (warna kuning) yang difungsikan crane-nya (mata bornya tidak dipasang, mesin bor non-aktif).
Posisi sama seperti yang diatas, yaitu pipa tremi siap dimasukkan dalam lubang bor.
Pipa tremi sudah berhasil dimasukkan ke lubang bor. Perhatikan ujung atas yang ditahan sedemikian sehingga posisinya terkontrol (dipegang) dan tidak jenuh. Corong beton dipasang. Pada kondisi pipa seperti ini maka pengecoran beton siap. Truk readymix siap mendekat.
25
Pada tahap pengecoran pertama kali, truk readymix dapat menuangkan langsung ke corong pipa tremi seperti kasus diatas.
Pipa tremi yang dipasang tadi perlu dicabut lagi. Kalau beton yang dituang terlalu banyak, maka pencabutan pipa yang tertanam menjadi susah. Sedangkan jika terlalu dini mencabut pipa tremi, beton pada bagian bawah belum terkonsolidasi dengan baik, maka bisa-bisa terjadi segresi, tercampur dengan tanah. Jadi perlu feeling yang tepat untuk melakukan proses ini. Pengalaman kerja sangat menentukan disini. Jika salah akan mengakibatkan pondasi gagal, cost atau biayanya akan bertambah besar.
Jika beton yang dicor sudah semakin ke atas (volumenya semakin banyak), maka pipa tremi harus mulai ditarik ke atas. Perhatikan bagian pipa tremi yang basah dan kering. Untuk kasus ini karena pengecoran beton masih diteruskan, maka diperlukan bucket karena beton tidak bisa langsung dituang ke corong pipa tremi tersebut.
Adanya pipa tremi tersebut menyebabkan beton dapat disalurkan ke dasar lubang langsung dan tanpa mengalami pencampuran dengan air atau lumpur karena berat jenis beton lebih besar dari berat jenis lumpur maka beton makin lama, makin kuat untuk mendesak lumpur
26
naik ke atas. Jadi pada tahapan ini tidak perlu takut dengan air atau lumpur. Gambar foto di atas menunjukkan air/lumpur mulai terdorong ke atas, lubang mulai digantikan dengan beton. Proses pengecoran ini memerlukan supply beton continuous, bayangkan saja bila ada keterlambatan beberapa jam. Jika sampai terjadi setting, maka pipa treminya bisa tertanam di bawah dan tidak bisa dicabut. Sedangkan kalau keburu dicabut, maka tiang beton bisa tidak
continue.
Jadi
bagian
logistik/pengadaan
beton
harus
memperhatikan.
Jika pengerjaan pengecoran dapat berlangsung dengan baik, maka pada akhirnya beton dapat muncul dari kedalaman lubang. Jadi pemasangan tremi mensyaratkan bahwa selama pengecoran dan penarikan, maka pipa tremi tersebut harus selalu tertanam pada beton segar. Jadi kondisi tersebut fungsinya sebagai penyumbat atau penahan agar tidak terjadi segresi atau tercampur dengan lumpur.
27
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan Secara umum terdapat dua macam pondasi yaitu Pondasi Dangkal (Shallow Foundations) dan Pondasi Dalam (Deep Foundations). Yang termasuk dalam pondasi dangkal ialah pondasi memanjang, pondasi tapak, pondasi raft, dan pondasi rollag bata. Sedangkan yang termasuk dalam pondasi dalam ialah pondasi tiang pancang (pile), pondasi dinding diafragma, pondasi trucuk, dan pondasi caissons. Pondasi harus dibuat dan direncanakan pada keadaan yang paling aman bagi konstruksi bangunan diatasnya, dimana beban konstruksi bangunan yang didukung oleh pondasi yaitu berat pasangan bata termasuk kolom praktisnya, berat atap, berat plafon, berat balok sloof dan balok keliling atas, berat sendiri pondasi, dan berat tanah di atas pondasi, serta beban tambahan atau beban luar seperti tekanan angin, gempa bumi, dan lain sebagainya. Cara pelaksanaan pembuatan atau pemasangan pondasi pun harus diperhatikan baik secara fungsional maupun struktural. Secara fungsional yaitu mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya sedangkan secara struktural yaitu tidak amblas dan tidak berubah bentuk.
3.2. Saran Untuk melaksanakan pembuatan atau pemasangan pondasi dangkal maupun pondasi dalam harus dilakukan terlebih dahulu penyelidikan tanah (soil investigation) supaya tidak terjadi kesalahan dalam pengerjaan pondasi dan biaya pengerjaannya hemat.
28
REFERENSI Andarias, Art. 2012. “Macam-Macam Pondasi Teknik Sipil”. http://artandarias.blogspot.com/2012/03/macam-macam-pondasi-teknik-sipil.html. 20 April 2013.
Kiaarch. 2013. “Jenis-Jenis Pondasi”. http://kiaarch02.blogspot.com/2013/04/jenis-jenis-pondasi.html. 20 April 2013.
Kompasiana, Edukasi. 2012. “Gaya dan Beban Pada Bangunan”. http://edukasi.kompasiana.com/2012/03/11/gaya-dan-beban-padabangunan-445571.html. 20 April 2013.
Robert.
2012. “Metode Pelaksanaan Pondasi Batu Kali”. http://robertdesignstructure.blogspot.com/2012/12/metode-pelaksanaanpondasi-batu-kali.html. 20 April 2013.
Sipil,
Proyek. 2012. “Pondasi Tapak Biasa Disebut Juga”. http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/pondasi-tapak-biasa-disebutjuga.html. 20 April 2013.
Sipil,
Proyek. 2012. “Pondasi Batu Kali Biasa Disebut Juga”. http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/pondasi-batu-kali-biasa-disebutjuga.html. 20 April 2013.
Sipil,
Proyek. 2012. “Sekilas Tentang Pondasi Bor Pile”. http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/sekilas-tentang-pondasi-borpile.html. 20 April 2013.
Sipil,
Proyek. 2012. “Sekilas Tentang Pondasi http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/sekilas-tentang-pondasipiers.html. 20 April 2013.
Piers”.
29
Sipil,
Proyek. 2012. “Sekilas Tentang Pondasi Pile”. http://proyeksipil.blogspot.com/2012/11/sekilas-tentang-pondasi-pile.html. 20 April 2013.
Undip.
“Pengertian dan Macam Pondasi”. http://eprints.undip.ac.id/28167/1/pengertian_dan_macam_pondasi.pdf. 20 April 2013.
30