KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI, YOGYAKARTA
IQDAM NADIRMAN
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
ABSTRAK IQDAM NADIRMAN. Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pasca Erupsi Merapi di Taman Nasional Gunung Merapi Yogyakarta. Dibimbing oleh SULISTIJORINI dan NUNIK SRI ARIYANTI Erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 menyebabkan kerusakan yang luas terhadap eksosistem di sekitarnya. Pemulihan ekosistem setelah kerusakan terjadi melalui proses suksesi. Tumbuhan bawah merupakan kelompok organisme yang umum menghuni lahan dalam proses awal suksesi, sehingga tumbuhan bawah cocok dijadikan indikator suksesi Gunung Merapi pasca kerusakan akibat erupsi. Penelitian ini bertujuan menggambarkan dan membandingkan keanekaragaman tumbuhan bawah pasca erupsi Merapi tahun 2010 di Taman Nasional Gunung Merapi Kabupaten Sleman, Yogyakarta, pada dua lokasi yaitu Gandok dan Taman Wisata Kaliurang. Lokasi Gandok tergolong ke dalam tingkat kerusakan berat, sedangkan Taman Wisata Kaliurang digolongkan ke dalam tingkat kerusakan ringan karena memiliki kondisi yang sama seperti saat sebelum terjadinya erupsi. Analisis vegetasi menggunakan metode kuadrat dilakukan pada lokasi pengamatan. Sampel tumbuhan bawah diambil untuk diidentifikasi di laboratorium. Hasil analisis vegetasi digunakan untuk menghitung Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Keanekaragaman (H’), dan Indeks Similaritas (IS). Gandok pada fase awal suksesi sekunder memiliki total keanekaragaman taksa 74 jenis dan 63 marga, sedangkan Taman Wisata Kaliurang memiliki 49 jenis dan 44 marga. Tumbuhan bawah dengan INP tertinggi di Gandok adalah Digitaria nuda, sedangkan tumbuhan bawah dengan INP tertinggi di Taman Wisata Kaliurang adalah Brachiaria reptans. Tingkat keanekaragaman di kedua lokasi tergolong sedang dengan tingkat kemiripan yang rendah. Kata kunci: tumbuhan bawah, Gunung Merapi
ABSTRACT IQDAM NADIRMAN. The Diversity of Understory Plants After The Eruption of Merapi Volcano in Mount Merapi National Park, Yogyakarta. Supervised by SULISTIJORINI and NUNIK SRI ARIYANTI The eruption of Merapi Volcano in 2010 caused a great damage to the surrounding ecosystem. The recovery of surrounding ecosystem was done through succesional process. Organisms occur during early succesional stage are understory plants, thus they could be used as indicator of early stage succesion of damaged vegetation in Mount Merapi. The objective of this research was to describe and compare the diversity of understory plants after the eruption of Merapi Volcano in 2010 in Mount Merapi National Park, Sleman Region, Yogyakarta in two locations namely Gandok and Kaliurang Recreational Park. Gandok was categorized as high damaged location, while Kaliurang Recreational Park represented low damaged location. Vegetation was analyzed using quadratic method. Plants sample was identified in laboratory. Vegetation analysis generated the value of Significant Value Index (SVI), Diversity Index (H’), and Similarity Index (IS). Results showed that understory plant diversity of Gandok consist of 74 species and 63 genera, while Kaliurang Recreational Park consist of 49 species and 44 genera. The highest SVI was obtained by Digitaria nuda in Gandok and Brachiaria reptans in Kaliurang Recrational Park. Gandok and Kaliurang Recreational Park have a low similarity of understory community. Both location were categorized in medium diversity level. Keywords : understory plants, Merapi Volcano
KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH PASCA ERUPSI MERAPI DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI, YOGYAKARTA
IQDAM NADIRMAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
iii
Judul Nama NRP
: Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pasca Erupsi Merapi di Taman Nasional Gunung Merapi, Yogyakarta : Iqdam Nadirman : G34080077
Disetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si NIP: 19630920 198903 2 001
Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si NIP: 19690729 199303 200 1
Diketahui, Ketua Departemen
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si. NIP 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus:
iii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyelesaikan karya ilmiah dengan judul Keanekaragaman Tumbuhan Bawah Pasca Erupsi Merapi di Kaliurang, Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Agustus 2012. Karya ilmiah ini membahas tentang keanekaragaman tumbuhan bawah yang terdapat di daerah Kaliurang Yogyakarta pasca erupsi Gunung Merapi yang baik secara langsung maupun tidak langsung mengubah komponen dari ekosistem di kawasan tersebut. Penelitian ini berhubungan erat dengan suksesi yang terjadi di alam, khususnya suksesi sekunder yang terjadi pada areal sekitar Gunung Merapi. Penulis menyadari bahwa proses penulisan karya ilmiah ini, tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si dan Dr. Nunik Sri Ariyanti selaku pembimbing atas arahan, masukan dan bimbingannya. Terima kasih kepada Nina Ratna Djuita, S.Si, M.Si selaku penguji atas masukannya dalam penyempurnaan karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih yang terdalam disampaikan kepada kedua orangtua dan kakak penulis yang selalu memberi bantuan, semangat, motivasi serta masukan-masukan, Anugerah Dewi Permata Sary yang selalu memberi dorongan, kesabaran serta perhatiannya terhadap penulis. Penulis turut mengucapkan terima kasih kepada pihak Balai Taman Nasional Gunung Merapi atas izin penelitian yang telah diberikan. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar IAAS LC IPB atas dukungannya, Wathri, Traya, Desi, Whendi, Qila, Ammar, Fajar, Isna, Putri, Andri, Agus serta teman-teman di Biologi 45 IPB atas persahabatannya, teman-teman seperjuangan di Lab Sistematika Tumbuhan IPB (Dirga, Roma, kak Fafa, Suharti, Herlina dan Irani) atas bantuannya selama proses penelitian, serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang turut serta membantu penulis dalam penelitian karya ilmiah ini. Penulis sadar terdapat banyak kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kekurangan yang terdapat di dalam karya ilmiah ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga karya ilmiah ini dapat berguna dan menambah wawasan pada umumnya dan memberikan gambaran serta informasi yang berguna bagi penelitian ekologi serta suksesi di Indonesia. Bogor, Februari 2013 Iqdam Nadirman
iii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 1991 dan merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara. Penulis merupakan anak dari Prof. Dr. Ir. Nadirman Haska, M.Sc dan Dra. Roswita Bunas. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Meruya Utara 03 Pagi pada tahun 2002 dan menyelesaikan pendidikan SMP di SMPN 134 Jakarta pada tahun 2005. Penulis kemudian menyelesaikan pendidikan SMA di SMAN 85 Jakarta pada tahun 2008, kemudian pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis mengambil program strata-1 IPB dengan mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menempuh pendidikan strata-1 di IPB, penulis aktif dalam beberapa organisasi dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Penulis sempat bergabung dan bersama dengan rekan-rekan merintis ORYZA, tim softball dan baseball IPB pada tahun 2008. Penulis juga bergabung bersama Himpunan Mahasiswa Biologi (Himabio) IPB pada tahun 2009 dengan menjabat sebagai staf departemen Informasi dan Komunikasi (Infokom). Selama menempuh pendidikan di IPB penulis merupakan anggota aktif dari International Association of Students in Agricultural and Related Sciences Local Committee IPB (IAAS LC IPB). Penulis bergabung bersama IAAS LC IPB pada tahun 2008 dan menjadi staf departemen Project. Pada tahun yang sama penulis juga menjadi Temporary Local Committee Director dari IAAS LC IPB. Penulis kemudian menjabat sebagai kepala dari departemen yang sama pada tahun 2009. Di tahun berikutnya penulis menjabat sebagai Deputy Local Director (DLD) pada tahun 2010-2011. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Dasar tahun 2011 dan 2012. Selain itu, penulis aktif di berbagai acara kepanitiaan di IPB seperti: Kepala Divisi Logistik dan Transportasi International Scholarship and Education Expo (ISEE) pada tahun 2008, Kepala Divisi Humas Grand Biodiversity 2009, Kepala Divisi Dana dan Usaha The 53rd IAAS World Congress 2010, serta Ketua Delegasi IAAS National Congress 2010 di Universitas Brawijaya Malang. Penulis juga pernah menjadi finalis dalam lomba penulisan artikel nasional yang diselenggarakan oleh STIKES Aisyah Yogyakarta pada tahun 2011 dengan judul karya tulis Konversi Skripsi Menjadi E-Journal Sebagai Upaya Peningkatan Penelitian Dasar dan Webometrics Universitas di Indonesia. Penulis juga aktif sebagai penerjemah lepas yang sering mengerjakan berbagai jenis terjemahan seperti skripsi, jurnal, tesis, dan buku. Beberapa pengalaman penelitian penulis adalah melakukan kegiatan studi lapangan pada tahun 2009 dengan judul Ekofisiologi Tumbuhan Pantai Pangandaran di bawah bimbingan Dr. Ir. Hamim, M.Si. Selain itu penulis melakukan kegiatan praktik lapangan pada tahun 2011 di PT Unitex Tbk dengan judul Sistem Pengolahan Limbah Cair di PT Unitex Tbk Bogor di bawah bimbingan Dr. Ir. Aris Tjahjoleksono, DEA.
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................................. viii PENDAHULUAN............................................................................................................................. 1 BAHAN DAN METODE ................................................................................................................. 1 Waktu dan Tempat ...................................................................................................................... 1 Metode Analisis Vegetasi ............................................................................................................ 1 Identifikasi Tumbuhan Bawah ..................................................................................................... 2 Analisis Tanah ............................................................................................................................. 3 Analisis Data ............................................................................................................................... 3 HASIL ............................................................................................................................................... 3 Keanekaragaman Taksa dan Tipe Perawakan.............................................................................. 3 Jenis Dominan ............................................................................................................................. 3 Keragaman dalam Komunitas...................................................................................................... 6 Kemiripan Komposisi Jenis ......................................................................................................... 6 PEMBAHASAN ............................................................................................................................... 6 Keanekaragaman Taksa dan Tipe Perawakan.............................................................................. 6 Jenis Dominan ............................................................................................................................. 7 Keragaman dalam Komunitas...................................................................................................... 8 Kemiripan Komposisi Jenis ......................................................................................................... 8 SIMPULAN ...................................................................................................................................... 9 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 9 LAMPIRAN .................................................................................................................................... 11
viii
DAFTAR TABEL Halaman
1 Kondisi lingkungan di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang Taman Nasional Gunung Merapi. ........................................................................................................................................ 2 2 Suku, jenis, serta perawakan tumbuhan yang ditemukan di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi. .............................................................................. 4 3 Tumbuhan bawah dengan INP lima tertinggi yang ditemukan pada lokasi Gandok. .................. 6 4 Tumbuhan bawah dengan INP lima tertinggi yang ditemukan pada lokasi Taman Wisata Kaliurang. ........................................................................................................................ 6
DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Peta lokasi penelitian. ( ) lokasi penelitian Gandok, ( ) lokasi penelitian Taman Wisata Kaliurang. ........................................................................................................................ 2 2 Keadaan lingkungan lokasi penelitian. (a) lokasi Gandok, (b) lokasi Taman Wisata Kaliurang ..................................................................................................................................... 2 3 Indeks keragaman (H’) tumbuhan bawah yang ditemukan di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi ............................................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 Kandungan dan karakteristik tanah di lokasi Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi............................................................................................... 12 2 Frekuensi relatif (FR), Dominasi relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP) jenis-jenis tumbuhan di lokasi Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi. ...................................................................................................................................... 13
1
PENDAHULUAN Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Gunung ini memiliki ketinggian 2965 m dan berlokasi 28 km sebelah utara kota Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Newhall et al. 2000). Gunung Merapi secara berkala mengalami erupsi seperti yang terjadi pada tahun 2006 dan 2010. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada Oktober 2010 merupakan erupsi terbesar yang pernah terjadi pada Gunung Merapi. Erupsi ini memberikan dampak langsung terhadap lingkungan di sekitar Gunung Merapi berupa kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh lahar, awan panas dan debu vulkanik. Erupsi Gunung Merapi tahun 2010 melepaskan debu vulkanik dalam volume yang besar. Debu vulkanik ini dilepaskan dalam kondisi panas dan membakar pepohonan serta menutupi tanah di sekitar Gunung Merapi. Debu vulkanik memiliki kandungan air dan nutrisi yang rendah sehingga tidak dapat menjadi substrat bagi tumbuhan (del Moral & Grishin 1999). Mekanisme pemulihan suatu ekosistem setelah mengalami gangguan dikenal dengan suksesi. Proses pemulihan ekosistem di daerah Gunung Merapi termasuk ke dalam suksesi sekunder. Menurut Odum (1971) suksesi sekunder berjalan lebih cepat dari suksesi primer, karena adanya benih-benih tumbuhan yang tersimpan dalam tanah. Suksesi sekunder juga memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada suksesi primer karena masih terdapat tumbuhan di lokasi tersebut. Tumbuhan bawah jenis rumput, teki, aster, serta semak ditemukan melimpah pada tahun awal suksesi sekunder dari ekosistem hutan. Keberadaan tumbuhan bawah dalam suatu area yang mengalami suksesi merupakan tanda bahwa area tersebut memiliki kelembapan yang cukup dan nutrien yang telah dapat diolah oleh tumbuhan (Mataji et al. 2010; Wang 1999). Tumbuhan bawah berfungsi sebagai penutup tanah, penambah bahan organik tanah dan produsen dalam rantai makanan (Indriyanto 2009). Selain itu, keberadaan tumbuhan bawah di kawasan hutan juga berfungsi untuk melindungi tanah dari erosi (Irwanto 2006). Waktu yang telah mencapai 16 bulan sejak kejadian erupsi pada bulan Oktober 2010 membuat keanekaragaman tumbuhan bawah yang telah tumbuh menjadi indikator yang sesuai untuk penelitian tentang suksesi sekunder di daerah sekitar Gunung Merapi.
Penelitian ini bertujuan mengetahui dan membandingkan keanekaragaman tumbuhan bawah di dua lokasi yaitu Gandok dan Taman Wisata Kaliurang 16 bulan pasca erupsi Merapi tahun 2010 di Taman Nasional Gunung Merapi Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pengambilan sampel dilaksanakan pada bulan Maret 2012 di Hutan Taman Nasional Gunung Merapi, Kaliurang, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Analisis vegetasi dilakukan di dua lokasi, yaitu Gandok yang berada pada 07o35’32,3” – 07o39’38,0” LS dan 110o26’12,4” – 110o26’14,4” BT, dan Taman Wisata Kaliurang yang berada pada 07o35’33,3” – 07o35’46,3” LS dan 110o25’49,5” – 110o26’00,2” BT. Pohon-pohon di lokasi Gandok terbakar karena erupsi Merapi sehingga keadaan lingkungan di lokasi ini (Gambar 2a) lebih terbuka dibandingkan dengan lokasi Taman Wisata Kaliurang (Gambar 2b) yang tidak terbakar sama sekali (Dedi 1 Maret 2012, komunikasi pribadi). Kerusakan yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Merapi membuat lokasi Gandok dikategorikan sebagai lokasi yang mengalami kerusakan berat, sedangkan lokasi Taman Wisata Kaliurang dikategorikan mengalami kerusakan ringan. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Akibat dari keadaan lingkungan yang lebih terbuka, lokasi Gandok memiliki suhu udara, suhu tanah, kecepatan angin, serta intensitas cahaya yang lebih tinggi dibandingkan lokasi Taman Wisata Kaliurang (Tabel 1). Erupsi Merapi juga menyebabkan keadaan tanah di Gandok menjadi lebih berpasir (Lampiran 1). Metode Analisis Vegetasi Vegetasi tumbuhan bawah dianalisis menggunakan metode kuadrat dengan plot berukuran 3x3 m2 berjumlah 15 plot pada setiap lokasi dengan jarak antar plot 50 m. Jenis-jenis dan persentase penutupan setiap jenis tumbuhan bawah di tiap plot dicatat. Spesimen tumbuhan diambil sebagai herbarium voucher dan diidentifikasi lebih lanjut. Metode pengambilan sampel dan pembuatan spesimen herbarium mengikuti standar pembuatan herbarium de Vogel (1987). Kondisi lingkungan berupa suhu udara, kelembapan, kecepatan angin dan intensitas cahaya di setiap plot diukur menggunakan 4 in 1 Environment Tester.
2
U
Gambar 1 Peta lokasi penelitian. ( Wisata Kaliurang.
) lokasi penelitian Gandok, (
(a) Gambar 2
) lokasi penelitian Taman
(b)
Keadaan lingkungan lokasi penelitian. (a) lokasi Gandok, (b) lokasi Taman Wisata Kaliurang
Tabel 1 Kondisi lingkungan di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang Taman Nasional Gunung Merapi. Parameter Lingkungan Ketinggian (mdpl) Suhu udara (oC) Suhu tanah (oC) Kelembapan udara (RH) Intensitas cahaya (lux) Kecepatan angin (m/s)
Lokasi Penelitian Gandok TW Kaliurang 970 – 985 865 – 903 27,0 – 33,9 22,3 – 27,0 24,4 – 28,3 21,6 – 23,9 42,0 – 59,7 66,5 – 82,0 15000 – 19700 28 – 9200 0,0 – 5,2 0,0 – 0,4
Selain itu, suhu tanah pada setiap plot juga diukur menggunakan termometer tanah, serta posisi koordinat plot dicatat dari GPS. Sampel tanah tiap lokasi juga diambil pada kedalaman ±30 cm dari permukaan tanah secara acak untuk dianalisis.
Identifikasi Tumbuhan Bawah Identifikasi tumbuhan bawah dilakukan dengan menggunakan buku kunci identifikasi; Soerjani et al. (1987), Backer & Brink (1968), Piggott (1988), Steenis (2010), Engel & Phummai (2000), Min (2003a, 2003b), Everaarts (1981), Sabara (2011).
3
Analisis Tanah Sampel tanah dianalisis di Laboratorium Kesuburan Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB meliputi: pH, Corganik, N-total, P, Ca, Mg, K, Na, Kapasitas Tukar Kation (KTK), Kejenuhan Basa (KB), Al, H, Fe, Cu, Zn, Mn, S dan juga tekstur tanah. Analisis Data Daftar nama suku, jenis serta perawakan tumbuhan bawah yang ditemukan di kedua lokasi dibuat untuk membandingkan keanekaragaman taksa serta perawakan di kedua lokasi. Karakter komunitas tumbuhan bawah yang dianalisis adalah dominasi (D) dan frekuensi (F). Dominasi didapatkan dengan menggunakan total persen penutupan suatu jenis pada plot (n=15), sedangkan frekuensi didapatkan dari persentase kemunculan suatu jenis pada plot diambil (n=15) di setiap lokasi. Selain itu jenis – jenis dengan indeks nilai penting (INP) lima tertinggi dibandingkan antar lokasi penelitian. Nilai INP didapatkan dengan menjumlahkan Dominasi Relatif (DR) dengan Frekuensi Relatif (FR) masing-masing jenis tumbuhan. Komposisi jenis antar lokasi dibandingkan berdasarkan Indeks Similaritas Sorensen (Mueller & Heinz 1974). Indeks similaritas ini dihitung dengan menggunakan rumus:
Keterangan: IS : Indeks Similaritas W : Jumlah INP terkecil dari dua jenis komunitas a : Jumlah nilai penting jenis pada lokasi pertama b : Jumlah nilai penting jenis pada lokasi ke-2 Selain itu, tingkat keragaman komunitas pada lokasi penelitian juga dibandingkan berdasarkan indeks keragaman Shannon (Mueller & Heinz 1974). Indeks keragaman Shannon dihitung dengan menggunakan rumus: ∑
;
Keterangan: H’ : Indeks Keragaman Shannon Pi : Indeks Nilai Penting jenis i Menurut Susantyo (2011) apabila nilai indeks keragaman bernilai <2 maka komunitas tergolong ke dalam tingkat keragaman rendah,
nilai 2-3 tergolong ke dalam tingkat keragaman sedang dan >3 tergolong ke dalam tingkat keragaman tinggi.
HASIL Keanekaragaman Taksa dan Tipe Perawakan Total jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada dua lokasi penelitian adalah 107 jenis yang meliputi 34 suku dan 93 marga. Daftar nama tumbuhan bawah yang ditemukan pada kedua lokasi dapat dilihat pada Tabel 2. Kekayaan jenis tumbuhan bawah di Gandok (74 jenis, 63 marga) lebih tinggi daripada Taman Wisata Kaliurang (49 jenis, 44 marga). Suku dengan keanekaragaman jenis paling tinggi adalah Asteraceae (15 jenis) di Gandok, tetapi suku tersebut hanya memiliki 3 jenis di Taman Wisata Kaliurang. Suku dengan keanekaragaman tertinggi kedua adalah Poaceae, diwakili oleh 9 jenis. Suku ini memiliki keanekaragaman jenis paling tinggi (9 jenis) di Taman Wisata Kaliurang. Suku tumbuhan bawah dengan keanekaragaman jenis ketiga, keempat dan kelima di Gandok berturut-turut adalah Papilionaceae (7 jenis), Lamiaceae serta Pteridaceae (masing-masing 5 jenis). Suku lain di kedua lokasi hanya diwakili oleh 1- 4 jenis. Berdasarkan perawakannya, tumbuhan bawah yang ditemukan di kedua lokasi terdiri atas tumbuhan herba dan semak. Secara keseluruhan terdapat 94 jenis tumbuhan herba dan 13 jenis tumbuhan semak. Tumbuhan bawah di Gandok ditemukan sebanyak 64 jenis herba dan 12 jenis semak, sedangkan di Taman Wisata Kaliurang dijumpai 45 jenis tumbuhan herba dan 2 jenis semak. Jenis Dominan Daftar jenis tumbuhan yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) lima tertinggi pada lokasi Gandok disajikan pada Tabel 3. Tumbuhan bawah dengan INP tertinggi di lokasi Gandok adalah Digitaria nuda dengan nilai INP 25,78%, sedangkan jenis yang mempunyai INP ke-5 tertinggi adalah Pennisetum polystachyon (9,98%). Daftar jenis tumbuhan bawah yang memiliki Indeks Nilai Penting (INP) lima tertinggi di lokasi Taman Wisata Kaliurang disajikan pada Tabel 4. Tumbuhan bawah dengan INP tertinggi di lokasi Taman Wisata Kaliurang adalah Brachiaria reptans dengan nilai INP 34,12%, sedangkan tumbuhan yang mempunyai INP ke-5 tertinggi adalah
4
Tabel 2
Suku, jenis, serta perawakan tumbuhan yang ditemukan di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi. Suku
Nama Jenis
Perawakan
Kemunculan Jenis Gandok
TW Kaliurang
Acanthaceae
Thunbergia fragrans
Herba
2
-
Amaranthaceae
morfospesies 1
Herba
-
2
Amaryllidaceae
Crinum asiaticum
Herba
-
1
Apiaceae
Centella asiatica
Herba
5
1
Araceae
Caladium bicolor
Herba
-
6
morfospesies 2
Herba
1
1
morfospesies 3
Herba
-
5
morfospesies 4
Herba
-
2
Ageratum conyzoides
Herba
3
1
Anaphalis longifolia
Semak
2
-
Blumea lacera
Herba
1
-
Blumea mollis
Herba
1
-
Blumea tenella
Herba
1
-
Egeron sumatrensis
Herba
3
-
Elephantopus mollis
Herba
-
1
Eupatorium linulifolium
Herba
1
-
Eupatorium odoratum
Herba
2
-
Eupatorium riparium
Herba
2
7
Gynura aurantica
Herba
2
-
Launaea sarmentosa
Herba
1
-
Porophyllum ruderale
Herba
1
-
Prenanthes steenisii
Herba
2
-
Sphaerantus sp.
Herba
1
-
morfospesies 5
Semak
1
-
Balsaminaceae
Impatiens platypetala
Herba
11
1
Brassicaceae
Capsella bursa-pastoris
Herba
1
-
Commelinaceae
Cyanotis cristata
Herba
1
-
Costaceae
Cheilocostus speciosus
Herba
2
-
Cucurbitaceae
Tricosanthes sp. 1
Herba
3
1
Tricosanthes sp. 2
Herba
1
-
Carex baccans
Herba
1
-
Cyperus cyperoides
Herba
8
-
Cyperus kyllingia
Herba
1
1
Cyperus rotundus
Herba
8
2
Dioscoreaceae
Dioscorea alata
Herba
-
1
Euphorbiaceae
Phyllantus debilis
Herba
3
-
Fabaceae
Desmodium heterophyllum
Semak
1
-
morfospesies 6
Semak
1
-
Coleus galeatus
Herba
1
-
Hyptis capitata
Herba
-
3
Asteraceae
Cyperaceae
Lamiaceae
5
Leucas marrubioides
Herba
1
-
Ortosiphon aristatus
Herba
2
-
Scutellaria discolor
Herba
1
-
morfospesies 7
Herba
1
-
Lindsaeaceae
Lindsaea ensifolia
Herba
1
-
Malvaceae
Sida sp.
Herba
1
-
Melastomaceae
Clidemia hirta
Semak
-
5
Melastoma affine
Herba
1
1
Mimosaceae
Mimosa pudica
Herba
2
-
Moraceae
morfospesies 8
Herba
1
-
morfospesies 9
Herba
-
1
morfospesies 10
Herba
-
1
Oxalis colymbosa
Herba
-
1
Oxalis corniculata
Herba
1
-
Crotalaria retusa
Semak
4
-
morfospesies 11
Herba
1
-
morfospesies 12
Herba
1
-
morfospesies 13
Herba
2
-
morfospesies 14
Semak
2
-
morfospesies 15
Semak
1
-
morfospesies 16
Semak
1
-
Passifloraceae
Passiflora sp.
Herba
1
-
Poaceae
Brachiaria reptans
Herba
2
10
Digitaria longiflora
Herba
1
-
Digitaria nuda
Herba
7
2
Digitaria setigera
Herba
-
1
Echinochloa cruss-gali
Herba
1
-
Eragostis tenella
Herba
1
-
Eragostis uniloides
Herba
1
-
Imperata cylindrica
Herba
5
2
Isachne globosa
Herba
-
2
Paspalum conjugatum
Herba
-
1
Paspalum longifolium
Herba
-
2
Pennisetum polystachyon
Herba
6
1
Setaria pallide-fusca
Herba
6
-
Oxalidaceae Papilionaceae
morfospesies 17
Herba
-
2
Polygalaceae
Polygala paniculata
Herba
12
-
Pteridaceae
Deparia petersenii
Herba
-
8
Drynaria quercifolia
Herba
-
4
Nephrolepis multiflora
Herba
2
-
Nephrolepis radicans
Herba
2
-
Pityrogramma austroamericana
Herba
9
-
Pityrogramma nigrecens
Herba
1
-
morfospesies 18
Herba
1
-
6
Rosaceae
morfospesies 19
Herba
-
2
Rubus chrysophyllus
Semak
1
-
Rubus rosaefolius
Semak
1
-
Selaginellaceae
Selaginella plana
Herba
-
2
Solanaceae
Solanum anthroantum
Semak
-
1
Solanum torvum
Semak
2
1
Pilea cadierei
Herba
-
2
Pilea subpuber
Herba
-
1
Verbenaceae
Stachytarpeta indica
Herba
2
-
Vitaceae
Ampelocissus sp.
Herba
-
1
Urticaceae
Cissus hastata
Herba
1
-
Zingiberaceae
Zingiber spectabile
Herba
2
2
Tidak Teridentifikasi
morfospesies 20
Semak
2
-
morfospesies 21
Herba
1
-
morfospesies 22 morfospesies 23
Herba
1
-
Herba
-
1
morfospesies 24
Herba
-
1
morfospesies 25
Herba
-
1
morfospesies 26
Herba
-
1
morfospesies 27
Herba
-
1
morfospesies 28
Herba Herba Herba Herba
-
1 3 2 1
morfospesies 29 morfospesies 30 morfospesies 31
H. capitata (7,45%). Daftar nilai INP setiap jenis tumbuhan bawah yang ditemukan di kedua lokasi dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 3 Tumbuhan bawah dengan INP lima tertinggi yang ditemukan pada lokasi Gandok. FR (%) 4,19
DR (%) 21,59
INP (%) 25,78
Polygala paniculata
7,19
5,69
12,88
Pityrogramma austroamericana
5,39
6,55
11,94
Impatiens platypetala
6,59
4,08
10,67
Pennisetum polystachyon
3,59
6,38
9,98
Jenis Digitaria nuda
Tabel 4 Tumbuhan bawah dengan INP lima tertinggi yang ditemukan pada lokasi Taman Wisata Kaliurang Jenis
FR (%)
DR (%)
INP (%)
Brachiaria reptans
9,35
24,77
34,12
Deparia petersenii
7,48
19,07
26,55
Eupatorium riparium
6,54
5,39
11,93
Caladium bicolor
5,61
4,22
9,83
Hyptis capitata
2,80
4,64
7,45
Keragaman dalam Komunitas Berdasarkan Indeks Shannon, didapatkan nilai keragaman (H’) 2,63 di lokasi Gandok. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan Taman Wisata Kaliurang dengan nilai 2,28 (Gambar 3). Nilai ini mengindikasikan bahwa keragaman di kedua lokasi tergolong sedang. Kemiripan Komposisi Jenis Komposisi jenis dalam komunitas tumbuhan bawah di Gandok cukup berbeda dengan Taman Wisata Kaliurang. Kemiripan komunitas tumbuhan bawah antara Gandok dan Taman Wisata Kaliurang ditunjukkan dengan nilai IS 23,65%.
PEMBAHASAN Keanekaragaman Taksa dan Tipe Perawakan Sebagai akibat dari erupsi Merapi tahun 2010, vegetasi di Gandok mengalami kerusakan lebih parah daripada Taman Wisata Kaliurang. Erupsi Merapi menyebabkan hilangnya pepohonan di lokasi Gandok. Sebaliknya banyak pohon masih dijumpai di
7
2,7 2,6 2,5 H' 2,4 2,3 2,2 2,1 Gandok
TW Kaliurang
Lokasi Penelitian
Gambar 3 Indeks keragaman (H’) tumbuhan bawah yang ditemukan di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi Taman Wisata Kaliurang. Adanya kanopi pohon dapat mengurangi intensitas cahaya di permukaan tanah sehingga intensitas cahaya di Taman Wisata Kaliurang cenderung lebih rendah daripada Gandok (Tabel 1). Selain itu, pasir dan debu vulkanik lebih banyak menutupi tanah di Gandok daripada di Taman Wisata Kaliurang. Tekstur tanah di Gandok lebih berpasir (77,06%) dibandingkan dengan Taman Wisata Kaliurang (64,18%). Tanah yang lebih berpasir menyebabkan panas tidak tersimpan dalam waktu yang lama dan dipantulkan dari tanah dengan lebih cepat sehingga menaikkan suhu udara di sekitarnya dan menyebabkan suhu udara dan tanah di Gandok cenderung lebih tinggi daripada Taman Wisata Kaliurang (Tabel 1). Suhu udara yang tinggi dapat berhubungan dengan kelembapan yang lebih rendah di Gandok dari Taman Wisata Kaliurang (Tabel 1). Banyak tumbuhan bawah, seperti kebanyakan jenis dari suku Araceae menyukai habitat dengan penutupan serta kelembapan tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan jenis-jenis dari suku Araceae yang lebih sedikit di Gandok. Sebaliknya jenis-jenis yang menyukai habitat terbuka seperti dari suku Asteraceae dan Poaceae lebih banyak dijumpai di Gandok. Selain itu, kecepatan angin yang lebih tinggi (Tabel 1) juga memudahkan persebaran biji tumbuhan dari suku Asteraceae dan Poaceae yang membutuhkan bantuan angin. Salah satu tumbuhan khas pegunungan Indonesia adalah edelweiss jawa (Anaphalis longifolia). Tumbuhan ini umumnya ditemukan pada keadaan tanah yang tidak subur, terbuka, datar atau lereng pasir berbatu. Edelweiss jawa merupakan tumbuhan pionir khas berumur panjang pada endapan abu vulkanik. Edelweiss jawa umumnya ditemukan pada ketinggian lebih dari 2.000 – 3600 mdpl (Steenis 2010), tetapi dalam penelitian ini edelweiss jawa ditemukan juga
di lokasi Gandok (970-985 mdpl). Hal ini dapat terjadi karena biji tumbuhan tersebut terbawa oleh angin yang cukup kuat sehingga sampai ke daratan pada ketinggian tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak tersebar dibandingkan dengan tumbuhan semak karena tumbuhan herba memiliki daur hidup dan persebaran yang cepat (Mataji et al. 2010). Tumbuhan herba memiliki jaringan yang lunak tanpa jaringan kayu sehingga membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai fase dewasa dan menghasilkan biji. Keberadaan pohon pada lokasi Taman Wisata Kaliurang merupakan faktor penghambat bagi persebaran tumbuhan herba dan semak di lokasi tersebut. Keberadaan pohon terkait dengan kebutuhan cahaya tumbuhan. Tertutupnya cahaya matahari oleh pepohonan mengurangi intensitas cahaya yang dibutuhkan tumbuhan bawah untuk hidup dengan baik. Jenis Dominan Jenis dominan ditandai dengan nilai INP paling tinggi di lokasi tersebut. Jenis dengan INP tertinggi di Gandok adalah D. nuda dari suku Poaceae yang merupakan gulma umum pada daerah tandus dan menyukai tanah yang berpasir. Tumbuhan ini tersebar hingga ketinggian 900 mdpl (Soerjani et al. 1987). Jenis dengan INP ke-2 tertinggi adalah P. paniculata dari suku Polygalaceae yang umum ditemukan pada daerah pegunungan. Tumbuhan ini dikenal dengan nama lokal akar wangi dan dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat (Sutomo 2007). Jenis dengan INP ke-3 tertinggi adalah P. austroamericana tumbuhan ini termasuk suku Pteridaceae dan biasa dikenal dengan nama lokal paku emas. Tumbuhan ini hidup pada daerah yang kering hingga lembap dengan sedikit penaungan (Pigott 1988). Jenis dengan INP ke-4 tertinggi adalah I. platypetala dari suku Balsaminaceae yang hidup di tempat-
8
tempat terbuka atau sedikit ternaungi. Tumbuhan ini dapat hidup hingga ketinggian 1300 mdpl (Steenis 2010). Jenis dengan INP ke-5 tertinggi adalah P. polystachyon dari suku Poaceae yang umum ditemukan di daerah tandus. Jenis ini ditemukan hingga ketinggian 900 mdpl. Tumbuhan ini dikenal dengan nama lokal rumput gajah dan merupakan gulma, tetapi tumbuhan ini dianggap sebagai pakan ternak yang baik saat muda (Soerjani et al. 1987). Jenis dengan INP tertinggi di Taman Wisata Kaliurang adalah B. reptans dari suku Poaceae. Tumbuhan ini sering ditemukan pada lahan yang lembap hingga kering dan dapat tersebar hingga ketinggian 1200 mdpl (Soerjani et al. 1987). Jenis dengan INP ke-2 tertinggi adalah D. petersenii dari suku Pteridaceae yang hidup pada daerah lembap berbatu dan membutuhkan penaungan (Backer & Brink 1968). Jenis dengan INP ke-3 tertinggi adalah E. riparium dari suku Asteraceae yang hidup pada daerah yang membutuhkan sedikit penaungan. Tumbuhan ini dikenal dengan nama lokal teklan dan daunnya seringkali dijadikan pestisida alami untuk nyamuk Aedes aegypti (Yunita et al. 2009). Jenis dengan INP ke-4 tertinggi adalah C. bicolor dari suku Araceae. Caladium bicolor sering ditemukan pada ketinggian 0 – 1000 mdpl dan membutuhkan tempat tumbuh dengan kelembapan yang tinggi serta penaungan (Backer & Den Brink 1987). Tumbuhan dengan INP ke-5 tertinggi adalah H. capitata dari suku Lamiaceae. Tumbuhan ini ditemukan hingga ketinggian 700 mdpl pada lokasi yang lembap di hutan, perkebunan jati dan pinggir perairan (Backer & Brink 1987). Dua dari daftar tumbuhan bawah dengan INP lima tertinggi di Gandok merupakan tumbuhan dari suku Poaceae (Tabel 3). Hal ini karena suku Poaceae membutuhkan area terbuka untuk dapat tumbuh dan menyebar dengan baik. Intensitas cahaya yang tinggi memacu produktivitas tumbuhan dari suku Poaceae (Mappaona et al. 1987). Komposisi tumbuh-tumbuhan dengan INP lima tertinggi di kedua lokasi (Tabel 3 dan Tabel 4) berbeda. Meskipun D. nuda memiliki INP tertinggi di Gandok, D. nuda hanya memiliki INP yang rendah di Taman Wisata Kaliurang. Hal ini karena D. nuda tidak dapat tumbuh dengan baik pada lokasi yang memiliki intensitas cahaya yang rendah seperti di Taman Wisata Kaliurang. Sebaliknya, E. riparium membutuhkan kelembapan dan penaungan yang tinggi
sehingga tumbuhan ini memiliki INP yang tinggi di Taman Wisata Kaliurang, tetapi hanya memiliki INP yang rendah di Gandok. Begitu pula dengan P. paniculata yang hanya ditemukan di Gandok dan memiliki INP terbesar kedua di lokasi tersebut, tetapi tidak ditemukan di Taman Wisata Kaliurang. Hal ini dikarenakan tumbuhan ini membutuhkan keadaan lingkungan yang terbuka. Keadaan lingkungan di Taman Wisata Kaliurang yang lembap dan teduh di sisi lain membuat C. bicolor dari suku Araceae mampu tumbuh dengan baik di lokasi tersebut dan tidak ditemukan di Gandok yang memiliki keadaan lingkungan yang lebih kering. Keragaman dalam Komunitas Nilai keragaman di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang tergolong sedang. Suksesi yang terjadi pada 1,5 tahun setelah erupsi Gunung Merapi termasuk ke dalam suksesi sekunder tahap satu. Lokasi suksesi sekunder pada tahap satu dihuni oleh banyak tumbuhan herba dan semak (Corlett 1991). Cepatnya persebaran dari tumbuhan herba dan semak dapat dikarenakan adanya simpanan biji di lokasi. Tumbuhan dari suku Poaceae memiliki simpanan biji yang banyak dan mampu bertahan hingga 12 bulan sebelum tumbuh di daerah persawahan. Simpanan biji tersebut akan tumbuh apabila kondisi lingkungan sudah mulai dapat dihuni serta cocok untuk perkecambahan (Begum et al. 2006). Kemiripan Komposisi Jenis Kemiripan komunitas tumbuhan bawah di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang adalah 23,65%. Nilai IS ini menunjukkan bahwa kemiripan antar kedua komunitas tersebut rendah. Komposisi tumbuhan berbeda dikarenakan terdapat beberapa suku yang hanya terdapat di Taman Wisata Kaliurang seperti dari suku Amaranthaceae, Amarylidaceae, Commelinaceae, Dioscoreaceae, Passifloraceae, Selaginellaceae dan Urticaceae yang menyukai kondisi lingkungan yang ternaungi dan lembap. Kerusakan yang terjadi di Taman Wisata Kaliurang tergolong ke dalam kerusakan ringan, karena kerusakan yang terjadi tidak mengubah komposisi tumbuhan di lokasi tersebut (Dedi 1 Maret 2012, komunikasi pribadi). Tumbuhan tersebut diasumsikan sebagai vegetasi asli di daerah Kaliurang. Kemiripan komposisi jenis yang rendah antara Gandok dan Taman Wisata Kaliurang dan tingginya keragaman tumbuhan bawah di Gandok dapat menunjukkan pemulihan
9
komposisi jenis yang lambat. Hasil ini sebanding dengan proses suksesi hutan sekunder (Kennard 2002), meskipun peningkatan keanekaragaman tumbuhan berlangsung dengan cepat, pemulihan komposisi jenis kembali seperti kondisi awal berjalan lebih lambat.
SIMPULAN Total jenis tumbuhan bawah yang ditemukan pada dua lokasi penelitian adalah 107 jenis yang meliputi 34 suku dan 93 marga. Suku dengan keanekaragaman taksa paling tinggi adalah Asteraceae di Gandok dan Poaceae di Taman Wisata Kaliurang. Jenis dominan yang berada di Gandok adalah D. nuda, sedangkan jenis dominan di Taman Wisata Kaliurang adalah B. reptans. Setelah 16 bulan pasca erupsi Merapi tahun 2010, komposisi tumbuhan bawah di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang memiliki indeks similaritas kurang dari 25%. Keragaman komunitas tumbuhan bawah di Gandok dan Taman Wisata Kaliurang tergolong sedang.
DAFTAR PUSTAKA Backer CA, Brink RCB van den. 1968. Flora of Java. Groningen: Wolters-Noordhoff. Begum M, Juraimi AS, Omar SR, Amartalingam R, Man A. 2006. Seedbank and seedling emergence characteristics of weeds in ricefield soils of the Muda granary area in North-West peninsular Malaysia. Biotropia 13: 11-21. Corlett RT. 1991. Plants succesion in degraded land in Singapore. J Trop For Sci 4: 151-161. Engel DH, Phummai S. 2000. A Field Guide to Tropical Plants of Asia. Singapore: Times Edition. Everaarts AP. 1981. Weeds of Vegetables in The Highlands of Java. Jakarta: Lembaga Penelitian Hortikultura. Indriyanto. 2009. Komposisi jenis dan pola penyebaran tumbuhan bawah pada komunitas hutan yang dikelola petani di register 19 Provinsi Lampung. Lampung: UNILA. Irwanto. 2006. Model kawasan hutan Kabupaten Gunung Kidul [tesis]. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana, Jurusan Ilmu-Ilmu Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Kennard DK. 2002. Secondary forest succession in a tropical dry forest: patterns of development across 50-year
chronosequence in lowland Bolivia. J Trop Ecol 18: 53-66. Mappaona, Hardjosoewignjo S, Justika SB, Kismono I. 1987. Pengaruh naungan dan pemberian nitrogen terhadap produksi bahan kering rumput Brachiaria decumbens Stapf. Mater 7: 36-45. Mataji A, Moarefvand P, Babaie KS, Kermanshahi MM. 2010. Understory vegetation as environmental factors indicator in forest ecosystems. Int J Enviro Sci Tech 7: 629-638. Min CB, Kartini OO, Ou-Yang CL. 2003a. 1001 Garden Plants in Singapore. Singapore: Nparks Publication. ______________________________. 2003b. 1001 Garden Plants in Singapore 2nd edition. Singapore: Nparks Publication. Moral R del, Grishin SY. 1999. Volcanic disturbances and ecosystem recovery. Di dalam: Walker LR. Editor. Ecosystems of Disturbed Ground. Amsterdam: Elsevier. Hlm 137-160. Mueller DD, Heinz E. 1974. Aims and Methods of Vegetation Ecology. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Newhall CG et al. 2000. 10,000 years of explosive eruptions of Merapi Volcano, Central Java: Archaeological and modern implication. J Volcan Geoth Res 100: 950. Odum EP. 1971. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ke-3. Samingan T, penerjemah; Srigandono B, editor. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Fundamentals of Ecology, Third Edition. Piggott AG. 1988. Ferns of Malaysia in Colour. Kuala Lumpur: Art Printing Works. Sabara E. 2011. 100 Tumbuhan Dilindungi di Gede Pangrango. Bogor: Green Radio dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Soerjani M, Kostermans AJGH, Tjitrosoepomo G. 1987. Weeds of Rice in Indonesia. Bogor: BIOTROP. Susantyo JM. 2011. Inventarisasi keanekaragaman jenis tumbuhan di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Sutomo. 2007. Polygala paniculata L. Sebagai Alternatif Tanaman Obat di Taman Obat Keluarga. Udayana Mengabdi 1: 11-18. Steenis CGGJ van. 2010. Flora Pegunungan Jawa. JA Kartawinata, penerjemah. Bogor: LIPI.
10
Vogel EF De. 1987. Manual of Herbarium Taxonomy, Theory and Practice. Jakarta: Unesco. Wang GG. 1999. Use of understory vegetation in classifying soil moisture and nutrient regimes. J For Ecol and Man 129: 93-100.
Yunita EA, Suprapti HS, Hidayat JW. 2009. Pengaruh ekstrak daun teklan (Eupatorium riparium) terhadap mortalitas dan perkembangan larva Aedes aegypti. Bioma 11: 11-17.
11
LAMPIRAN
12
Lampiran 1
Kandungan dan karakteristik tanah di lokasi Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi.
Karakter Tanah
Lokasi Penelitian Gandok TW Kaliurang 4,10 – 4,90
4,20 – 5,0
C-org (%)
1,76
2,07
N-Total (%)
0,17
0,19
41,60
50,40
Ca (me/100g)
2,13
4,96
Mg (me/100g)
0,26
0,50
K (me/100g)
0,19
0,40
Na (me/100g)
0,59
0,74
KTK (me/100g)
14,73
15,68
KB (%)
21,52
42,22
Al (me/100g)
4,38
3,92
H (me/100g)
0,39
0,34
Fe (me/100g)
12,45
3,60
Cu (me/100g)
1,54
0,76
Zn (me/100g)
2,33
1,58
Mn (me/100g)
25,15
14,34
S (ppm)
16,09
14,48
Pasir (%)
77,06
64,18
Debu (%)
16,77
29,04
Liat (%)
6,17
6,78
pH
P (ppm)
13
Lampiran 2
Frekuensi relatif (FR), Dominasi relatif (DR), Indeks Nilai Penting (INP) jenis-jenis tumbuhan di lokasi Gandok dan Taman Wisata Kaliurang, Taman Nasional Gunung Merapi.
Suku
Nama Jenis
FR (%) 1,20
Acanthaceae
Thunbergia fragrans
Amaranthaceae
morfospesies 1
Amaryllidaceae
Crinum asiaticum
-
Apiaceae
Centella asiatica
2,99
Araceae
Caladium bicolor
-
morfospesies 2
Asteraceae
-
TW Kaliurang FR DR INP (%) (%) (%) -
-
1,87
0,04
1,91
-
-
0,93
0,80
1,73
5,63
8,62
0,93
0,18
1,11
-
-
5,61
4,22
9,83
0,60
0,17
0,77
0,93
3,90
4,83
morfospesies 3
-
-
-
4,67
2,76
7,43
morfospesies 4
-
-
-
1,87
0,32
2,19
Ageratum conyzoides
1,80
1,68
3,48
0,93
0,29
1,22
Anaphalis longifolia
1,20
1,76
2,96
-
-
-
Blumea lacera
0,60
0,16
0,76
-
-
-
Blumea mollis
0,60
0,06
0,66
-
-
-
Blumea tenella
0,60
0,12
0,72
-
-
-
Egeron sumatrensis
1,80
1,73
3,53
-
-
-
Elephantopus mollis
-
Gandok DR INP (%) (%) 0,18 1,38
-
-
-
2,80
4,64
7,45
Eupatorium linulifolium
0,60
0,41
1,01
-
-
-
Eupatorium odoratum
1,20
0,64
1,84
-
-
-
Eupatorium riparium
1,20
0,39
1,59
6,54
5,39
11,93
Gynura aurantica
1,20
0,53
1,73
-
-
-
Launaea sarmentosa
0,60
0,12
0,72
-
-
-
Porophyllum ruderale
0,60
0,04
0,64
-
-
-
Prenanthes steenisii
1,20
0,48
1,68
-
-
-
Sphaerantus sp.
0,60
0,12
0,72
-
-
-
morfospesies 5
1,20
0,40
1,60
-
-
-
Balsaminaceae
Impatiens platypetala
6,59
4,08
10,67
2,80
0,79
3,59
Brassicaceae
Capsella bursa-pastoris
0,60
0,16
0,76
-
-
-
Commelinaceae
Cyanotis cristata
0,60
0,17
0,77
-
-
-
Costaceae
Cheilocostus speciosus
1,20
0,37
1,57
-
-
-
Cucurbitaceae
Tricosanthes sp. 1
1,80
1,71
3,50
0,93
0,37
1,30
Tricosanthes sp. 2
0,60
0,79
1,39
-
-
-
Carex baccans
0,60
0,68
1,28
-
-
-
Cyperus cyperoides
4,79
2,90
7,69
-
-
-
Cyperus kyllingia
0,60
0,12
0,72
0,93
0,04
0,97
Cyperus rotundus
2,99
1,24
4,23
1,87
0,31
2,18
Cyperaceae
Dioscoreaceae
Dioscorea alata
-
-
-
0,93
0,08
1,02
Euphorbiaceae
Phyllantus debilis
1,80
0,43
2,22
-
-
-
Fabaceae
Desmodium heterophyllum
0,60
0,20
0,80
-
-
-
morfospesies 6
0,60
0,17
0,76
-
-
-
-
-
-
0,93
0,11
1,05
Lamiaceae
Coleus galeatus
14
Hyptis capitata
-
-
-
2,73
4,56
7,29
Leucas marrubioides
0,60
0,17
0,77
-
-
-
Ortosiphon aristatus
1,20
1,83
3,03
-
-
-
Scutellaria discolor
0,60
1,65
2,25
-
-
-
morfospesies 7
0,60
0,17
0,77
-
-
-
Lindsaeaceae
Lindsaea ensifolia
0,60
0,22
0,82
-
-
-
Malvaceae
Sida sp.
0,60
0,41
1,01
-
-
-
Melastomaceae
Clidemia hirta
-
-
-
4,67
2,26
6,94
Melastoma affine
0,60
0,37
0,97
0,93
0,77
1,71
Mimosaceae
Mimosa pudica
1,20
0,48
1,68
-
-
-
Moraceae
morfospesies 8
0,60
0,06
0,66
-
-
-
morfospesies 9
-
-
-
0,93
0,16
1,09
morfospesies 10
-
-
-
0,93
0,06
1,00
Oxalis colymbosa
-
-
-
0,93
0,06
1,00
Oxalis corniculata
0,60
0,04
0,64
-
-
-
Crotalaria retusa
2,40
1,21
3,61
-
-
-
-
-
Oxalidaceae Papilionaceae
morfospesies 11
0,60
0,12
0,72
-
morfospesies 12
0,60
0,24
0,84
-
-
-
morfospesies 13
0,60
1,66
2,26
-
-
-
morfospesies 14
1,20
0,78
1,98
-
-
-
-
-
morfospesies 15
1,20
0,04
1,24
-
morfospesies 16
0,20 0,16
0,80 0,76
-
-
-
-
-
-
Passifloraceae
Passiflora sp.
0,60 0,60
Poaceae
Brachiaria reptans
1,20
0,83
2,03
9,35
24,77
34,12
Digitaria longiflora
0,60
0,41
1,01
-
-
-
Digitaria nuda
4,19
21,59
25,78
1,87
5,53
7,40
-
-
-
0,93
0,18
1,11
Echinochloa cruss-gali
0,60
1,27
1,87
-
-
-
Eragostis tenella
0,60
0,78
1,38
-
-
-
Eragostis uniloides
0,60
2,07
2,67
-
-
-
Imperata cylindrica
2,99
2,24
5,23
1,87
0,44
2,31
Isachne globosa
-
-
-
1,87
1,55
3,42
Paspalum conjugatum
-
-
-
0,93
0,29
1,22
Paspalum longifolium
-
-
-
1,87
2,30
4,17
Pennisetum polystachyon
3,59
6,38
9,98
0,93
0,52
1,45
Setaria pallide-fusca
3,59
5,14
8,73
-
-
-
-
-
-
1,87
0,14
2,01
7,19
5,69
12,88
-
-
-
-
-
-
7,48
19,07
26,55
Digitaria setigera
morfospesies 17 Polygalaceae
Polygala paniculata
Pteridaceae
Deparia petersenii Drynaria quercifolia
-
-
-
3,74
2,25
5,99
Nephrolepis multiflora
1,20
2,50
3,70
-
-
-
Nephrolepis radicans
1,20
0,53
1,72
-
-
-
Pityrogramma austroamericana
5,39
6,55
11,94
-
-
-
Pityrogramma nigrecens
0,60
0,13
0,73
-
-
-
15
Rosaceae
morfospesies 18
0,60
0,45
1,05
-
-
-
morfospesies 19
-
-
-
1,87
1,30
3,17
Rubus chrysophyllus
0,60
0,16
0,76
-
-
-
Rubus rosaefolius
0,60
0,33
0,93
-
-
-
Selaginellaceae
Selaginella plana
-
-
-
1,87
2,24
4,11
Solanaceae
Solanum anthroantum
-
-
-
0,93
0,21
1,14
1,20
1,87
3,06
0,93
0,54
1,47
Pilea cadierei
-
-
-
1,87
1,82
3,69
Pilea subpuber
-
-
-
0,93
0,12
1,06
1,20
0,31
1,50
-
-
-
-
-
-
0,93
6,16
7,10
Solanum torvum Urticaceae Verbenaceae
Stachytarpeta indica
Vitaceae
Ampelocissus sp. Cissus hastata
0,60
1,24
1,83
-
-
-
Zingiberaceae
Zingiber spectabile
1,20
0,67
1,87
1,87
0,20
2,07
Tidak Teridentifikasi
morfospesies 20
1,20
0,71
1,91
-
-
-
morfospesies 21
0,60
0,62
1,22
-
-
-
morfospesies 22 morfospesies 23
0,60
0,08
0,68
-
-
-
-
-
-
0,93
0,13
1,06
morfospesies 24
-
-
-
0,93
0,07
1,01
morfospesies 25
-
-
-
0,93
0,04
0,97
morfospesies 26
-
-
-
0,93
0,07
1,01
morfospesies 27
-
-
-
0,93
0,07
1,01
morfospesies 28
-
-
-
0,93
0,32
1,26
morfospesies 29
-
-
-
2,80
1,04
3,84
morfospesies 30
-
-
-
1,87
0,55
2,42
morfospesies 31
-
-
-
0,93
0,26
1,19
100
100
200
TOTAL
100
100
200