Keadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015
Nomor Katalog Nomor Publikasi
: 3101011.6471 :
Ukuran Buku Jumlah Halaman
: 165 mm x 216 mm : 79 Halaman
Penyunting
: BPS Kota Balikpapan
Gambar Kulit
: BPS Kota Balikpapan
Diterbitkan oleh
: BPS Kota Balikpapan
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
WALIKOTA BALIKPAPAN
SAMBUTAN Hakekat dilaksanakannya pembangunan di daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk, antara lain pemenuhan kebutuhan pangan, papan, sandang dan berbagai keperluan lainnya. Tujuan ini sudah tentu tidak dapat dicapai dalam jangka pendek, melainkan diperlukan tahapan kegiatan yang terarah dan sistematis. Untuk itu, informasi akurat mengenai keadaan sosial ekonomi penduduk sangat diperlukan agar program pembangunan lebih terarah sehingga meningkatkan efisiensi penggunaan dana untuk pembangunan. Saya menyambut baik atas penerbitan buku Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2015 ini, yang merupakan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kota Balikpapan Tahun 2014. Saya mengharapkan di masa yang akan datang Bappeda Kota Balikpapan dan Badan Pusat Statistik Kota Balikpapan dapat lebih meningkatkan isi buku ini dengan memperluas cakupan penelitian. Penghargaan setinggi-tingginya saya sampaikan pada semua pihak yang menunjukkan partisipasinya sehingga buku ini dapat diterbitkan. Mudah-mudahan buku ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Balikpapan, NOVEMBER 2015 WALIKOTA BALIKPAPAN,
H. RIZAL EFFENDI, SE.
KATA PENGANTAR Penerbitan buku Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2015 ini merupakan publikasi yang disusun atas kerja sama antara Badan Perencanaan Pembangunan (BAPPEDA) Kota Balikpapan dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan. Dalam buku ini berbagai aspek kependudukan diulas secara rinci berdasarkan data hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) Kota Balikpapan Tahun 2014. Penulisan dilakukan secara berurutan, diawali dengan uraian umum yang berkaitan dengan kependudukan seperti komposisi penduduk, dan dinamika penduduk, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, perumahan serta konsumsi. Penyajian datanya dilakukan sedemikian rupa sehingga bersifat informatif dan diharapkan mempermudah telaah masalah bagi para pemakainya. Kami menyadari, walaupun dalam penyusunan ini telah diusahakan untuk menyajikan secara lengkap, masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik guna memperbaiki publikasi ini di masa yang akan datang sangat diharapkan. Akhirnya pada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam memberikan bantuannya, kami menyampaikan terima kasih. Diharapkan buku ini dapat memberi manfaat banyak bagi pemakainya, terutama untuk penyusunan perencanaan pembangunan di masa yang akan datang.
Balikpapan, November 2015 BAPPEDA KOTA BALIKPAPAN
BPS KOTA BALIKPAPAN
K e p a l a,
K e p a l a,
Ir. NINING SURTININGSIH
Ir. NURWAHID
DAFTAR ISI SAMBUTAN ………………………………………………………………………………………
i
PENGANTAR………………………………………………………………………………………
ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………..
iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………………….
v
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………………………
viii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………
1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………………..
1
1.2 Tujuan ……………………………………………………………………………
2
1.3 Sistematika Penulisan ……………………………………………………..
2
BAB II METODOLOGI …………………………………………………………………………
4
2.1 Sumber Data
……………………………………………………………….
2.2 Metode Penarikan Sampel
4
……………………………………………..
4
2.3 Pendugaan Nilai Populasi ………………………………………………..
5
2.4 Konsep dan Definisi
5
………………………………………………….
BAB III KEPENDUDUKAN …………………………………………………………………….
9
3.1 Persebaran Penduduk ……………………………………………………….
9
3.2 Komposisi Penduduk ………………………………………………………
11
3.3 Dinamika Penduduk ………………………………………………………….
14
BAB IV KESEHATAN …………………………………………………………………………..
23
4.1 Kesehatan Penduduk ………………………………………………………….
23
4.2 Fasilitas Kesehatan …………………………………………………………..
24
4.3 Tenaga Kesehatan ……………………………………………………………
25
4.4 Kesehatan Balita …………………………………………………………….. BAB V PENDIDIKAN
26
………………………………………………………………………..
33
5.1 Kemampuan Baca Tulis ……………………………………………………
33
5.2 Partisipasi Sekolah …………………………………………………………
34
BAB VI KETENAGAKERJAAN ………………………………………………………………..
41
6.1 Profil Angkatan Kerja …………………………………………………………
42
6.2 Profil Pekerja …………………………………………………………………….
46
6.3 Produktivitas Pekerja 6.4 Profil Pencari Kerja
………………………………………………………. 49 …………………………………………………………. 49
BAB VII PERUMAHAN …………………………………………………………………………
57
7.1 Kondisi Perumahan …………………………………………………………
57
7.2 Fasilitas Rumah ……………………………………………………………….
59
BAB VIII PENGELUARAN KONSUMSI DAN GINI RATIO……………………………
66
8.1 Pola Konsumsi ………………………………………………………………….
66
8.2 Gini Ratio…………………………………………………………………………..
68
BAB IX PENUTUP
……………………………………………………………………………
76
DAFTAR TABEL Tabel 3.1.
Jumlah DAN Persentase Penduduk per Kecamatan di ota Balikpapan, Tahun 2013
18
Tabel 3.2.
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun 2013
19
Tabel 3.3.
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………………………………………..
20
Tabel 3.4.
Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………………..
20
Tabel 3.5.
Wanita 10 Tahun Keatas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kota Balikpapan, tahun 2013………….
21
Tabel 3.6.
Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut Pemanfaatan Alat KB di Kota Balikpapan, Tahun 2013………..
21
Tabel 3.7.
Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut Cara KB Yang Digunakan di Kota Balikpapan, Tahun 2013………….
22
Tabel 4.1.
Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………………………….
29
Tabel 4.2.
Jumlah Puskesmas Umum dan Puskesmas Pembantu Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………
30
Tabel 4.3.
Fasilitas Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Balikpapan, Tahun 2009-2013 …………….………………………….
30
Tabel 4.4.
Balita Menurut Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………………………………
31
Tabel 4.5.
Balita Menurut Lamanya Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………………………
31
Tabel 4.6.
Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………………………..
32
Tabel 4.7.
Penduduk Wanita 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin dan Umur Kawin Pertama, Tahun 2013……………………………………
32
Tabel 5.1.
Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………….
37
Tabel 5.2. APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………………………….
38
Tabel 5.3. Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………….
38
Tabel 5.4. Penduduk 5-24 Tahun Yang Masih Sekolah Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………………………………………………………..
39
Tabel 5.5. Persentase Penduduk 5-24 Tahun Yang Masih Sekolah Menurut Pendidikan Sedang Dilakukan di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………………………
39
Tabel 5.6. Persentase Penduduk 5-24 Tahun Menurut Partisipasi Sekolah dan Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………………………………………………………..
40
Tabel 6.1. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Menurut Kegiatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………
52
Tabel 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………..
52
Tabel 6.3. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………..
53
Tabel 6.4. Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Informal di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………………
53
Tabel 6.5. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………..
54
Tabel 6.6. Pencari Kerja Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………………………..
55
Tabel 6.7. Pencari Kerja Menurut Pendidikan Yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………
55
Tabel 6.8. Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………
56
Tabel 7.1. Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………………………………………………...
62
Tabel 7.2.
Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………
62
Rumahtangga Menurut Jenis Dinding Terluas di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………
63
Rumahtangga Menurut Jenias Atap Terluas di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………………………….
63
Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun 2013………………………………………………….
64
Tabel 7.6.
Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………………………
65
Tabel 7.7.
Rumahtangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kota Balikpapan, Tahun 2013…………………………………………..
65
Tabel 8.1.
Perkembangan Persentase Pengeluaran Per Kapita Rumahtangga Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 2006-2013
71
Tabel 8.2.
Pengeluaran Rata-Rata per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Makanan di Kota Balipapan, Tahun 2013……………
72
Tabel 8.3.
Pengeluaran Rata-Rata per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Bukan Makanan di Kota Balikpapan, Tahun 2011..
73
Tabel 8.4
Distribusi Pendapatan dan Gini Ratio di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………………………………
74
Tabel 7.3.
Tabel 7.4. Tabel 7.5.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Persebaran Penduduk dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan, Tahun 2013……………………………………………..
10
Gambar 3.2. Persentase Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Menurut Kecamatan, 2013…………………………………………..
11
Gambar 3.3. Piramida Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2013 ………….
12
Gambar 3.4. Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin, 2013………
13
Gambar 3.5. Persentase Wanita 10 Tahun Keatas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2013 …………
15
Gambar 4.1. Rasio Puskesmas per Kecamatan per- 10.000 Penduduk Kota Balikpapan, Tahun 2013 ..…………………………………..
25
Gambar 4.2. Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama di Kota Balikpapan, Tahun 2013……………………………………………..
27
Gambar 5.1. APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan Kota Balikpapan, Tahun 2013 .……………………………………………
35
Gambar 6.1. Diagram Ketenagakerjaan ………………………………………….
43
Gambar 6.2. TPAK Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2013 ………………………………………………………………………...
45
Gambar 6.3. Pekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun 2013 ………………………………………………………………
46
Gambar 6.4. Batasan Kegiatan Informal ..……………………………………….
48
Gambar 6.5. Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun 2013 …………………………………………….
50
Gambar 7.1. Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun 2013 …………………………………………….
58
Gambar 7.2. Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun 2013 ……………………………………..
60
Gambar 8.1. Perkembangan Persentase Pengeluaran per Kapita Rumahtangga Tahun 2006-2013 …………………………………
67
Gambar 8.2. Kurva Lorentz dari Distribusi Pendapatan Kota Balikpapan 2013 …………………………………………………………………………..
69
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Setiap daerah menginginkan tercapainya kehidupan yang sejahtera dan ideal bagi masyarakatnya, hal ini dapat dicapai dengan cara melakukan pembangunan. Pembangunan adalah proses perubahan yang mencakup seluruh sistem sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan tehnologi, kelembagaan dan budaya (Alexander, 1994). Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuan atau perbaikan, pertumbuhan dan diversifikasi. Seperti tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 tujuan pembangunan Nasional adalah mewujudkan masyarakat adil makmur yang merata materiil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Untuk mewujudkan tujuan itu, diperlukan peran serta aktif dari semua pihak tidak hanya pemerintah sebagai pelaksana kegiatan pemerintahan tetapi juga seluruh lapisan masyarakat. Kota Balikpapan yang telah lama berkembang sebagai kota pelabuhan dan industri pengilangan minyak merupakan pusat transit bagi regionnya dan kota-kota lain yang berkembang di sekitarnya. Dengan posisi yang sangat strategis tersebut, Kota Balikpapan tidak saja menunjang pengembangan ekonomi wilayah, tetapi juga tumbuh menjadi pusat kegiatan pertahanan dan keamanan wilayah Kalimantan dan juga menjadi pusat kegiatan pengendalian usaha dan produksi penting di Kalimantan Timur. Untuk membangun Kota Balikpapan yang jumlah penduduknya cukup besar dengan berbagai karakteristik penduduk, pemerintah daerah Kota SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
1
Balikpapan dihadapkan pada masalah yang sangat kompleks. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah strategis agar dapat melaksanakan pembangunan secara optimal, dengan tetap menjaga stabilitas kesatuan dan persatuan bangsa. Sebagaimana tertuang dalam GBHN sasaran utama dari pembangunan adalah kesejahteraan penduduk. Pembangunan yang dilaksanakan adalah dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Untuk itu pemerintah telah melaksanakan berbagai usaha dalam rangka memecahkan masalah kependudukan. Sejalan dengan pembangunan nasional, pembangunan di daerah perlu direncanakan berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan tepat waktu. Bertolak dari kepentingan diatas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Balikpapan bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Balikpapan menyusun publikasi ini yang memuat berbagai indikator untuk melihat kondisi sosial ekonomi penduduk, yang akan dipakai sebagai pendekatan utama dalam melihat keberhasilan pembangunan daerah yang berorientasi pada peningkatan kesejahteraan penduduknya. Publikasi ini berjudulKeadaan Sosial Ekonomi dan Kependudukan Kota Balikpapan Tahun 2015. 1.2 Tujuan Penyusunan publikasi ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat pembangunan sosial ekonomi di Kota Balikpapan.Selain itu publikasi ini dapat digunakan sebagai bahan perencanaan untuk pembangunan pada tahun-tahun berikutnya. Dengan demikian diharapkan pembangunan yang akan dilaksanakan dapat tepat dan terarah sehingga pembangunan yang dihasilkan akan lebih optimal. 1.3 Sistematika Penulisan Mengingat luasnya cakupan yang dianalisis, penulisan diarahkan pada sembilan bab sebagai berikut: SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
2
Bab 1
Pendahuluan,
memuat
latar
belakang,
tujuan
dan
sistematika
penulisan; Bab 2
Metodologi,
memuat
sumber
data,
metode
penarikan
sampel,
pendugaan nilai populasi dan konsep definisi; Bab 3
Kependudukan, memuat data dan ulasan tentang penduduk dan karakteristiknya, keluarga berencana, dan berbagai aspek lain yang berkaitan dengan kependudukan;
Bab 4
Kesehatan, memuat data dan ulasan tentang gambaran kesehatan masyarakat serta ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan;
Bab 5
Pendidikan, memuat data dan ulasan yang berkaitan dengan pendidikan, seperti tingkat partisipasi sekolah, tingkat melek huruf, dan berbagai kondisi sosial ekonomi yang dipengaruhi oleh kondisi pendidikan di masyarakat;
Bab 6
Ketenagakerjaan,
memuat
data
dan
ulasan
tentang
kondisi
ketenagakerjaan, baik menurut sektor maupun secara total, dan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan; Bab 7
Perumahan, memuat data dan ulasan tentang kondisi perumahan dan keadaan lingkungan perumahan;
Bab 8
Konsumsi, memuat data dan ulasan mengenai pengeluaran dan kondisi masyarakat, termasuk distribusi pemerataan pendapatan penduduk yang dihitung berdasarkan pengeluaran;
Bab 9
Penutup, memuat ikhtisar dan kesimpulan uraian dari bab sebelumnya.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
3
2
METODOLOGI
2.1 Sumber Data Data sosial ekonomi penduduk yang disajikan pada publikasi ini sebagian besar berdasarkan data hasil Suseda Kota Balikpapan Tahun 2014. Selain itu, data juga diperoleh dari survei-survei lain yang diadakan BPS. Sebagai pelengkap dan pembanding digunakan pula data sekunder yang berasal dari intansi-instansi yang berkaitan dengan topik yang dikaji dalam publikasi ini.
2.2 Metode Penarikan Sampel Metode penarikan sampel Suseda berdasarkan Kerangka Contoh Induk (KCI) BPS yang disusun dalam rangka pelaksanaan kegiatan survei-survei BPS yang dilaksanakan dalam kurun waktu 2000-2010.KCI ini pertama kali digunakan dalam SP1990 dan terus disempurnakan untuk dapat menunjang setiap jenis survei yang dilaksanakan. Pemilihan Blok Sensus (BS) Suseda dilakukan secara acak dengan jumlah yang telah ditetapkan sesuai dengan kemampuan biaya. Alokasi BS terpilih masing-masing kecamatan dilakukan sedemikian rupa sehingga penyebarannya merata sebanding dengan size jumlah BS di tiap kecamatan. Selanjutnya dari setiap BS terpilih dilakukan updating atau pemutakhiran terhadap muatan rumah tangga dalam BS tersebut, sehingga didapatkan kondisi terbaru keberadaan rumahtangga dalam BS tersebut, yaitu apabila terjadi mutasi, perubahan alamat maupun pergantian nama kepala rumahtangga. Dari
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
4
masing-masing BS tersebut selanjutnya dipilih 10 rumah tangga dengan mempergunakan metode “sistematic sampling”.
2.3 Pendugaan Nilai Populasi Pendugaan nilai karakteristik populasi dilakukan dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama adalah memproyeksikan total penduduk dan rumah tangga keadaan tahun 2013 berdasarkan proyeksi BPS. Tahap berikutnya adalah dengan menghitung nilai relatif karakteristik sampel. Formula yang digunakan adalah : Yi = NRSi x Y i Y
= =
NRSi Yi
= =
1,2,3,.............n. Nilai proyeksi total, yang diperoleh berdasarkan proyeksi BPS dan trend antar sensus Nilai relatif dari sampel untuk karakteristik ke-i Nilai proyeksi karakteristik ke-i
Metode analisis yang dipakai adalah Analisis Deskriptif (sederhana) dan agregasi. Peralatan statistik yang dipakai adalah angka relatif (%) dan absolut, rasio, dan lain sebagainya. Mengingat data sosial ekonomi yang disajikan hanya data agregasi, maka karakteristik tabel yang ditampilkan lebih beragam. Analisis kecenderungan (trend) hanya dilakukan pada angka agregasi untuk data perumahan dan distribusi pendapatan sebagai bahan perbandingan.
2.4 Konsep dan Definisi Konsep dan definisi yang dipakai dalam publikasi ini adalah konsep dan definisi yang telah dibakukan oleh BPS. Pembakuan ini dianggap penting agar data sosial ekonomi yang dihasilkan dapat dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Konsep dan definisi yang digunakan adalah: SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
5
Penduduk atau Anggota Rumah Tangga (ART), adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal di suatu rumah tangga. ART yang telah bepergian 6 bulan dan ART yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapidengan tujuan pindah/akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih, tidak dianggap sebagai ART.
Rumah tangga, adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik dan biasanya tinggal bersama serta makan dari satu dapur.
Rasio jenis kelamin (Sex Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk pria terhadap 100 penduduk wanita.
Keluhan Kesehatan, adalah keadaan seseorang
yang
mengalami
gangguan kesehatan atau kejiwaan, baik penyakit ringan, kronis, kecelakaan atau penyebab lainnya.
Angka Partisipasi Kasar (APK) merupakan rasio antara penduduk yang mengikuti jenjang suatu pendidikan terhadap penduduk dalam suatu kelompok umur yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut.
Angka Partisipasi Murni (APM) merupakan rasio penduduk suatu kelompok umur yang sedang mengikuti suatu jenjang pendidikan terhadap seluruh penduduk pada kelompok umur tersebut.
Angka Beban Tanggungan (dependency ratio), adalah rasio antara penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 65 tahun keatas) terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun).
Penduduk usia 15 tahun ke atas adalah penduduk yang berumur 15 tahun atau lebih baik pria maupun wanita. Kelompok penduduk usia ini disebut penduduk usia kerja, yaitu penduduk yang secara potensial dapat memproduksi barang dan jasa.
Angkatan Kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun keatas secara ekonomi potensial menghasilkan barang dan jasa (komoditi). Terdiri dari penduduk yang bekerja dan penduduk pencari kerja.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
6
Bukan Angkatan Kerja, adalah penduduk berumur 15 tahun keatas yang tidak aktif secara ekonomi, seperti sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Kelompok lainnya disini adalah penerima pendapatan seperti pensiunan, penerima bunga dan sebagainya.
Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pula kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam suatu usaha/kegiatan ekonomi.
Mencari pekejaan
adalah kegiatan seseorang yang tidak bekerja dan
pada saat survei orang tersebut sedang mencari pekerjaan, seperti mereka : a. Yang belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. b. Yang sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan
dan
sedang
berusaha
untuk
mendapatkan
pekerjaan. c.
Yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha untuk mendapatkan pekerjaan lain.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), adalah rasio antara angkatan kerja dengan penduduk berumur 15 tahun keatas (tenaga kerja). TPAK biasanya dinyatakan dalam persen.
White Collar Job (WC) adalah jenis pekerjaan utama penduduk yang terdiri atas Tenaga Profesional/Ahli dan sejenisnya, dan Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan.
Blue Collar Job (BC) adalah jenis pekerjaan utama yang terdiri dari Tenaga Usaha Pertanian, Produksi, Operator, Pekerja Kasar.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
7
Services
(S)
adalah
jenis
pekerjaan
utama
yang
terdiri
atas
TenagaPelaksana/Tata Usaha, Tenaga Penjualan dan Tenaga Usaha Jasa.
Kelompok Sektor Besar adalah penggabungan beberapa lapangan usaha sesuai dengan ciri-ciri kesamaannya. Kelompok Sektor Besar terdiri atas :
Sektor A (Agriculture), adalah sektor Pertanian yang terdiri dari Tanaman
Pangan,
Perkebunan,
Kehutanan,
Perikanan
dan
Peternakan.
Sektor
M
(Manufacture),
yaitu
penggabungan
sektor-sektor
Pertambangan/Penggalian, Industri, Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Bangunan.
Sektor S (Services), yaitu penggabungan sektor-sektor Perdagangan, Restoran dan Hotel, angkutan dan Komunikasi, Bank serta sektor Jasa-Jasa.
Tingkat pengangguran adalah rasio antara jumlah pencari kerja terhadap angkatan kerja. Biasanya dinyatakan dalam persen.
Pengeluaran Rumah Tangga Sebulan, adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan untuk konsumsi rumah tangga. Konsumsi rumah tangga dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi makanan dan bukan makanan tanpa memperhatikan asal barang dan terbatas pada pengeluaran untuk kebutuhan rumah tangga saja, tidak termasuk konsumsi/pengeluaran untuk keperluan usaha rumah tangga atau yang diberikan kepada pihak lain.
Pengeluaran Per-Kapita Sebulan, adalah rata-rata biaya yang dikeluarkan rumah tangga sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
8
3
KEPENDUDUKAN
Dalam demografi terdapat tiga fenomena yang saling berkaitan dan merupakan bagian penting dari kependudukan. Ketiga fenomena tersebut adalah besaran dan persebaran penduduk (size and population distribution), komposisi penduduk (population composition), dan dinamika penduduk (change in
population). Dalam bab ini, ketiga fenomena akan dikemukakan disertai faktorfaktor yang memungkinkan menjadi penyebab dan akibat dari terjadinya fenomena tersebut
3.1 Persebaran Penduduk Segala sesuatu tentang kependudukan setiap saat bisa berubah baik dari segi jumlah maupun komposisi.Secara alamiah, penduduk akan terkonsentrasi pada daerah-daerah yang mempunyai aktivitas ekonomi yang tinggi, tersedianya sarana dan prasarana sosial serta sarana transportasi yang memadai, dan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik, sedangkan pada kondisi sebaliknya akan terdapat penduduk dengan tingkat kepadatan yang rendah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Balikpapan No.7 dan No. 8 Tahun 2012 sebagai perubahan dari Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 1996, terjadi pemekaran wilayah di Kota Balikpapan yang semula terdiri dari 5 Kecamatan dan 27 Kelurahan menjadi 6 Kecamatan dan 34 Kelurahan. Kecamatan Balikpapan Kota merupakan Kecamatan baru sebagai pecahan dari Kecamatan Balikpapan Selatan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
9
Gambar 3.1. Jumlah Penduduk dan Luas Wilayah Menurut Kecamatan, 2014 140.000
134.146
125.984
120.000
137,16
100.000
179,95 103.254
132,17
86.290
80.000 90.344
60.000 40.000
37,82
70.295 11,07
20.000
10,22
0
200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0
Balikpapan Balikpapan Balikpapan Balikpapan Balikpapan Balikpapan Selatan Timur Utara Tengah Barat Kota Jumlah Penduduk (jiwa)
Luas Wilayah (km2)
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Penduduk Kota Balikpapan pada akhir tahun 2014berjumlah 610.313 orang tersebar dalam 6 kecamatan dengan persebaran yang kurang seimbang. Kecamatan Balikpapan Utara merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak mencapai 21,98persen dari seluruh penduduk Kota Balikpapan. Kecamatan dengan penduduk terbanyak kedua adalah Kecamatan Balikpapan Selatan yang didiami oleh 20,64 persen penduduk. Hal ini bisa dimaklumi, karena kecamatan Balikpapan
Selatan
merupakan
pusat
perekonomian,
disamping
itupengembangan wilayah untuk pemukiman baru memberikan andil besar terhadap pertambahan penduduk di wilayah ini. Sedangkan Balikpapan Timur yang sebagian merupakan daerah pantai dengan fasilitas umum dan fasilitas sosial yang terbatas merupakan kecamatan dengan penduduk paling sedikit yaitu sekitar 11,52 persen dari seluruh penduduk Kota Balikpapan. KecamatanBalikpapan Tengah dengan luas wilayah 11,07 km 2 atau sekitar 2,18 persen dari total wilayah Balikpapan didiami oleh 16,92 persen penduduk, yang mengakibatkan kecamatan ini menjadi kecamatan terpadat penduduknya. Kondisi serupa terjadi pada Kecamatan Balikpapan Kota. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
10
Gambar 3.2. Persentase Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Menurut Kecamatan, 2014 40
9.324
35,40
8.445
35 26,98
30 25
26,00 21,98
20,64
16,92
20
3.331
15
7,44
10
14,80
14,14
11,52 1.015
513
5
502
2,18
2,01
0 Balikpapan Balikpapan Balikpapan Balikpapan Balikpapan Selatan Timur Utara Tengah Barat % Penduduk (jiwa) % Luas Wilayah (Km2)
10.000 9.000 8.000 7.000 6.000 5.000 4.000 3.000 2.000 1.000 0
Balikpapan Kota Kepadatan
Sumber : BPS Kota Balikpapan
3.2 Komposisi Penduduk Komposisi mengelompokkan pengelompokan
penduduk penduduk penduduk
merupakan berdasarkan
dilakukan
fenomena aspek
demografi
yang
tertentu.
Secara
umum,
aspek
biologis,
sosial,
berdasarkan
ekonomi, dan geografis. Komponen dalam aspek biologis adalah umur dan jenis kelamin. Komponen sosial terdiri atas tingkat pendidikan, status perkawinan, dan sebagainya. Dalam aspek ekonomi dicakup penduduk yang aktif secara ekonomi, lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan, tingkat pendapatan, dan sebagainya. Sedangkan aspek geografis berdasarkan tempat tinggal. Komposisi penduduk menurut aspek biologis, sebagaimana dikemukakan sebelumnya, terdiri atas komposisi berdasarkan jenis kelamin dan komposisi berdasarkan umur. Secara keseluruhan rasio jenis kelamin tahun 2014 adalah 106,88 yang berarti dari 100 orang wanita terdapat 107 orang pria. Dengan perkataan lain, jumlah penduduk pria sekitar7 persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk wanita.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
11
Komposisi penduduk berdasarkan kelompok umur mencatat bahwa kelompok usia produktif mencapai 69,87 persen dari seluruh penduduk dan merupakan kelompok terbesar. Proporsi penduduk usia lanjut secara keseluruhan hanya 2,60 persen. Sementara itu, proporsi penduduk usia muda mencapai 27,53 persen. Struktur umur penduduk seperti itu memang merupakan struktur umur yang umum terjadi di Indonesia. Dengan struktur umur seperti itu penduduk Kota Balikpapan digolongkan pada peralihan penduduk muda ke penduduk tua (Intermediate). Gambar 3.3. Piramida Penduduk Kota Balikpapan Tahun 2014 75+ 70-74 65-69 60-64 55-59 50-54 45-49 40-44 35-39 30-34 25-29 20-24 15-19 10-14 5-9 0-4
Perempuan
Laki-Laki
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Suatu populasi digolongkan penduduk tua (old population) bila proporsi penduduk usia muda <30 persen, penduduk usia dewasa > 60 persen, dan penduduk usia lanjut >10 persen. Sedangkan penduduk muda (young
population) adalah bila penduduk usia muda > 40 persen, penduduk usia dewasa < 55 persen, penduduk usia lanjut <5 persen. Penduduk yang berada diantara kedua klasifikasi tersebut disebut penduduk peralihan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
12
Ketergantungan (Dependency Ratio) secara keseluruhan mencapai 43,13 Ini berarti, bahwa setiap 100 orang produktif menanggung 43 orang tidak produktif. Rasio ketergantungan ini merupakan perbandingan antara penduduk yang tergolong belum/tidak produktif (di bawah 15 tahun dan di atas 65 tahun) dan penduduk produktif (15-64 tahun). Rasio ketergantungan anak (Young
Dependency Ratio) mencapai 39,40 sedangkan rasio ketergantungan lansia (Old Dependency Ratio) sebesar3,72.
500.000
Gambar 3.4 Rasio Ketergantungan Menurut Jenis Kelamin, 2014 43,69
42,59
400.000
39,60
39,21
43,12
45
39,40 30
300.000
200.000
15
100.000
4,09
3,38
3,72
0
0 Laki-laki
0-14
15-64
Perempuan
65+
RK anak
Total
RK Lansia
RK Total
Dilihat dari aspek sosial, dikemukakan status perkawinan penduduk usia 10 tahun ke atas. Penduduk yang berstatus belum kawin 34,94 persen dari total penduduk berusia 10 tahun keatas. Dirinci menurut jenis kelamin, pria yang berstatus belum kawin 37,51 persen dari seluruh penduduk pria berusia diatas 10 tahun, sedangkan wanita yang berstatus belum kawin 32,19 persen dari seluruh penduduk wanita yang berusia diatas 10 tahun. Proporsi penduduk pria yang berstatus kawin mencapai 57,14 persen, angka ini lebih rendah dibandingkan kategori yang sama pada penduduk wanita yang mencapai 58,14 persen.Sementara itu, penduduk berstatus cerai, baik cerai hidup maupun cerai mati relatif kecil. Penduduk berstatus cerai hidup secara keseluruhan hanya tercatat sebesar 3,13 persen. Penduduk pria berstatus cerai SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
13
hidup sebesar 3,04 persen dan penduduk wanita berstatus sama sebesar 3,24 persen. Angka penduduk berstatus cerai hidup ini menunjukkan angka yang tidak terlalu jauh berbeda antara pria dan wanita. Bebeda denganfenomena diatas, penduduk berstatus cerai mati jauh berbeda antara pria dan wanita. Proporsi penduduk berstatus cerai mati pada pria hanya 2,32 persen, sedangkan proporsi wanita sekitar 3 kali lebih banyak yaitu 6,43 persen. Kondisi ini dapat dijelaskan melalui fakta bahwa wanita yang mencapai usia lebih dari 70 tahun lebih banyak dibandingkan penduduk pria. Dengan angka tersebut dapat diketahui bahwa orang tua tunggal (single
parent) pada wanita lebih banyak daripada pria. Hal demikian terjadi diasumsikan karena daya tahan wanita untuk hidup sendiri membesarkan anakanaknya
lebih
tinggi
daripada
pria.
Selain
itu,
secara
sosio-psikologis
kemungkinan seorang wanita untuk menikah setelah ditinggalkan suaminya relatif lebih sulit, sedangkan pria lebih mudah untuk menikah lagi setelah ditinggal mati pasangannya. 3.3 Dinamika Penduduk Dinamika penduduk adalah perubahan penduduk, baik pengurangan maupun penambahannya. Faktor yang mempengaruhi dinamika penduduk adalah kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan kepindahan atau migrasi. Dalam pembahasan ini, titik berat pembahasan diutamakan pada indikator fertilitas. Selain itu, dibahas juga tentang keluarga berencana yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi fertilitas. Salah satu indikator fertilitas adalah umur perkawinan pertama. Semakin muda seseorang melakukan perkawinan semakin panjang masa reproduksinya sehingga peluang melahirkan semakin besar. Karena resiko melahirkan hanya terjadi pada wanita, maka umur yang diperhitungkan adalah umur wanita pada saat perkawinan pertamanya. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
14
Gambar 3.5 Persentase Wanita 10 Tahun ke Atas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama, Tahun 2014 17-18 0.33
19-24 6.99
>=25 92.69
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Perkawinan pertama lebih banyak dilakukan pada kelompok umur diatas 25 tahun. Hal ini sesuai dengan program penurunan fertilitas yang dicanangkan pemerintah dengan menentukan umur 20-25 tahun sebagai umur ideal untuk melaksanakan perkawinan. Bila dilihat polanya tampak bahwa proposi penduduk yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun atau kurang sekitar 0 persen dari seluruh penduduk wanita usia 10 tahun ke atas yang pernah kawin. Proporsi terbesar perkawinan pertama adalah pada kelompok umur 25 tahun keatas yang mencapai 92,69 persen. Sedangkan proporsi penduduk yang melangsungkan perkawinan pertamanya antara umur 17-18 tahun mencapai 0,33 persen. Penurunan fertilitas juga banyak dipengaruhi oleh adanya program keluarga Berencana (KB). Usaha yang dilakukan pemerintah dengan membentuk badan khusus yang menangani KB tampaknya cukup berhasil. Fertilitas semakin menurun sehingga laju pertumbuhan penduduk pun bisa ditekan. Hal ini sejalan dengan salah satu konsep beyond family planning yang menyatakan bahwa apabila program KB dikelola dengan baik, fertilitas akan dapat diturunkan. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
15
Tingkat keberhasilan KB biasanya tidak hanya diukur dari penurunan fertilitas yang dicapai tetapi juga dari pencapaian target akseptor. Seseorang dikatakan sebagai akseptor KB adalah apabila ia menggunakan salah satu alat/cara KB dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dan bukan karena alasan lain seperti alasan kesehatan, serta harus mengacu pada masa berlaku atau keefektifan dari masing-masing alat/cara KB tersebut. Tingkat penggunaan alat KB cukup tinggi, tercatat dari 129.807 wanita pernah kawin berumur 15-49 tahun yang pernah menggunakan alat KB sebanyak 82,20 persen atau hanya 17,80persenyang tidak pernah memakai alat KB. Namun demikian, jumlah wanita usia subur yang masih atau sedang memakai alat KB termasuk rendah karena hanya mencapai 54,31 persen. Berdasarkan alat atau cara yang digunakan peserta KB aktif, masih seperti tahun-tahun sebelumnya, suntik dan Pil KB merupakan alat kontrasepsi yang paling banyak digunakan, dimana gabungan keduanya mencapai 74,50 persen dari seluruh akseptor KB.Walaupun termasuk alat kontrasepsi modern dan didukung dengan kemudahan untuk memperolehnya, sebenarnya pil mempunyai risiko kegagalan cukup tinggi dibandingkan alat kontrasepsi modern lainnya, untuk itu perlu ada upaya untuk mengubah pandangan masyarakat yang lebih menyukai pil sebagai cara ber-KB dan diarahkan untuk menggunakan alat kontrasepsi yang lebih efektif. Metode KB selain pil dan suntik yang penggunanya cukup banyak adalah IUD/AKDR. Proporsi pengguna metode ini adalah 14,51 persen. Selanjutnya cara tradisional,MOW/tubektomi, kondom, dan metode susuk KB/norplan/inplanon/ alwalit, masing-masing penggunanyamencapai 3,01, 2,49, 2,06 dan 2,52 persen. Sedangkan metode MOP/vasektomi dan kondom wanita merupakan metode yangpaling sedikit diminati oleh para akseptor, hal ini berhubungan dengan pendapat
yang
berkembang
di
masyarakat
bahwa
KB
lebih
menjadi
tanggungjawab wanita daripada laki-laki, sementara tissue KB kurang populer dikalangan pengguna metode KB. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
16
Tabel 3.1. Jumlah dan Persentase Penduduk per Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun2014
Kecamatan
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Balikpapan Selatan
125.984
20,64
Balikpapan Timur
70.295
11,52
Balikpapan Utara
134.146
21,98
Balikpapan Tengah
103.254
16,92
Balikpapan Barat
90.344
14,80
Balikpapan Kota
86.290
14,14
610.313
100,00
Total
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
17
Tabel 3.2. Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Kecamatan
Luas Wilayah (km2)
Persentase
Kepadatan (jiwa/km2)
(1)
(2)
(3)
(4)
Balikpapan Selatan
37,82
7,44
3.331
Balikpapan Timur
137,16
26,98
513
Balikpapan Utara
132,17
26,00
1.015
11,07
2,18
9.324
Balikpapan Barat
179,95
35,40
502
Balikpapan Kota
10,22
2,01
8.445
508,39
100,00
1.200
Balikpapan Tengah
Total
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
18
Tabel 3.3. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Uraian
Jumlah (Jiwa)
Persentase
(1)
(2)
(3)
Laki-laki
315.299
51,66
Perempuan
295.014
48,34
Jumlah
610.313
100,00
Sex Ratio
106,88
Anak-anak (0-14 th)
168.009
27,53
Dewasa (15-64 th)
426.426
69,87
Tua/Lanjut (65 th)
15.878
2,60
Jumlah
100,00
Dependency Ratio
43,12
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 3.4. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Status Perkawinandan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Status Perkawinan
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
95.918
37,51
76.968
32,19
172.886
34,94
146.125
57,14
139.024
58,14
285.149
57,62
Cerai Hidup
7.771
3,04
7.741
3,24
15.512
3,13
Cerai Mati
5.923
2,32
15.387
6,43
21.310
4,31
Belum Kawin Kawin
Jumlah
255.737 100,00
239.120 100,00
494.857 100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
19
Tabel 3.5. Wanita 10 tahun Keatas Pernah Kawin Menurut Umur Perkawinan Pertama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Umur Perkawinan Pertama
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
16
0
0,00
17 – 18
533
0,33
19 – 24
11.328
6,99
25
150.291
92,69
Jumlah
162.152
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 3.6. Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut PemanfaatanAlat KB di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Pemanfaatan Alat KB
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Sedang Menggunakan Alat KB
70.495
54,31
Tidak Menggunakan Alat KB Lagi
36.203
27,89
Tidak Pernah Menggunakan Alat KB
23.109
17,80
129.807
100,00
Jumlah
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
20
Tabel 3.7. Wanita Pernah Kawin Berumur 15-49 Tahun Menurut Cara KB yang Digunakan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Pemanfaatan Alat KB
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
1.752
2,49
426
0,60
AKDR/IUD/spiral
10.229
14,51
Suntikan KB
28.945
41,06
1.778
2,52
23.576
33,44
1.456
2,06
210
0,30
2.123
3,01
70.495
100,00
MOW/tubektomi MOP/vasektomi
Susuk KB/norplan/inplanon/alwalit Pil KB Kondom/karet KB Intravag/tisue Cara tradisional Jumlah
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
21
4
KESEHATAN
Pembangunan dalam bidang kesehatan dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, antara lain dengan penyuluhan kesehatan agar berperilaku hidup sehat, dan penyediaan fasilitas dan tenaga kesehatan dengan tujuan agar masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan dengan mudah dan memadai.
Kesehatan merupakan salah satu
faktor penting yang berpengaruh tehadap kualitas sumber daya manusia. Kesehatan dapat juga dijadikan barometer kesejahteraan seseorang. Tubuh yang sehat memungkinkan seseorang untuk melakukan segala kegiatan sehingga mencapai hasil yang optimal. Dalam usaha pendayagunaan Sumber Daya Manusia (SDM) secara lebih efektif, peran kesehatan yang mempengaruhi kinerja produktivitas sangat menentukan. Apabila seseorang sedang menderita sesuatu penyakit, maka dapat dipastikan bahwa produktivitas dari orang tersebut akanberkurang/menurun secara signifikan.
4.1 Keluhan Kesehatan Dari hasil survei, tercatat beberapa jenis penyakit yang umum diderita oleh penduduk. Dari beberapa jenis penyakit tersebut, yang banyak dikeluhkan adalah penyakit batuk 10,20 persen dan pilek yang diderita oleh 9,42 persen penduduk, penyakit panas 5,19 persen dan penyakit lainnya dikeluhkan oleh sekitar 9,80 persen dari seluruh penduduk Kota Balikpapan. Selain jenis penyakit yang biasa diderita oleh penduduk, ada beberapa jenis keluhan kesehatan yang walaupun persentase cukup kecil, tetapi SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
22
dampaknya dapat mempengaruhi produktivitas. Diantara jenis penyakit yang perlu diperhatikan tersebut antara lain sakit kepala berulang, asma, sakit gigi, diare dan sesak napas. Keluhan sakit kepala berulang diderita oleh 2,62 persen penduduk, kondisi ini perlu mendapat perhatian karena bisa jadi hal itu merpakan indikasi dari adanya penyakit lain yang lebih serius. Penyakit asma/sesak napas, yang diderita oleh 0,66 persen penduduk, selain merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh masalah kelembaban udara, juga dapat mencerminkan kualitas tempat tinggal penduduk yang mungkin kurang layak huni. Keluhan sakit gigi yang mencapai 0,90 persen, sangat dipengaruhi oleh budaya hidup sehat manusianya.Sedangkan penyakit diare/buang air terus menerus diderita oleh 0,66 persen penduduk yang merupakan cerminan lingkungan/sanitasi yang tidak memenuhi standar kesehatan dan penggunaan fasilitas MCK yang tidak memadai.
4.2 Fasilitas Kesehatan Untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk, tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai merupakan salah satu faktor
utama. Tanpa
mengabaikan peranan kualitas pelayanan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan modern merupakan hal mendasar yang sangat perlu untuk diperhatikan. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah rumah sakit dan puskesmas. Pada bagian ini akan dikemukakan keberadaan sarana kesehatan modern dibandingkan dengan jumlah penduduk. Rasio rumah sakit terhadap sepuluh ribu penduduk pada tahun 2014 adalah sebesar 0,18 berarti setiap rumah sakit harus melayani lebih dari 55 ribu orang, sedangkan rasio tempat tidur rumah sakit per-sepuluh ribu penduduk tercatat sebesar 19,48.Tidak ada penambahan jumlah fasilitas kesehatan pada tahun ini, baik rumah sakit, puskesmas maupun puskesmas pembantu. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
23
Sarana lain yang cukup berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah puskesmas dan puskesmas pembantu. Puskesmas dan puskesmas pembantu yang berjumlah 40 di Kota Balikpapan memiliki rasio 0,66 per-sepuluh ribu penduduk. Hal ini berarti satu puskesmas harus melayani lebih dari 15 ribu penduduk. Gambar 4.1 Rasio Puskesmas per Kecamatan per-10.000 Penduduk, Kota Balikpapan Tahun 2014 0,35
Balikpapan Kota
1,00
Balikpapan Barat 0,58
Balikpapan Tengah
0,89
Balikpapan Utara
0,85
Balikpapan Timur 0,32
Balikpapan Selatan 0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Dirinci menurut kecamatan, Balikpapan Barat merupakan kecamatan yang mempunyai rasio puskesmas paling tinggi, yaitu sekitar 1,00 per-sepuluh ribu penduduk. Sedangkan kecamatan dengan rasio terendah adalah Balikpapan Seltan yang hanya mencapai 0,32 per-sepuluh ribu penduduk. Dilihat dari jumlah absolut puskesmas, Balikpapan Utara merupakan kecamatan dengan puskesmas terbanyak, yaitu 12 buah. Sedangkan kecamatan yang lain memilki jumlah puskesmas antara 3-9 buah. 4.3 Tenaga Kesehatan Selain sarana kesehatan, fasilitas kesehatan lain yang tidak kalah pentingnya adalah tenaga kesehatan. Tentunya yang dibahas pada bagian ini adalah tenaga kesehatan terdidik, yaitu tenaga dokter. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
24
Rasio jumlah dokter terhadap penduduk meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan rasio jumlah dokter terhadap penduduk mencapai 9,68 per-sepuluh ribu penduduk. Berarti setiap dokter umum harus melayani sekitar 1.033 orang. 4.4 Kesehatan Balita Keadaan kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu gambaran tingkat kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam beberapa hal, indikator yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak merupakan indikator sangat mendasar. Angka kematian bayi maupun kematian ibu sering sekali menjadi ukuran kesejahteraan secara keseluruhan. Terlebih lagi angka kematian bayi merupakan salah satu komponen dalam perhitungan Indek Mutu Hidup (Physical
Quality of Life Index). Daya tahan seseorang seringkali dipengaruhi oleh kondisinya ketika masa balita dan saat dilahirkan. Harapan hidup ibu dan bayi dalam proses persalinan juga ditentukan oleh penolong kelahiran, karena itu siapa yang menjadi penolong kelahiran sangat penting sebagai indikator kesadaran masyarakat dalam menjaga kualitas kesehatan anaknya. Penolong pertama kelahiran mencerminkan kualitas proses persalinan yang dapat berpengaruh kepada keselamatan bayi dan ibunya.Penolong kelahiran ini secara garis besar dibagi menjadi tenaga medis dan tenaga non medis. Semakin tinggi proporsi persalinan yang ditolong oleh tenaga medis maka kesehatan bayi dan ibu akan semakin baik. Menurut penolong persalinan, dari jumlah 61.256 balita, 93,16 persen diantaranya lahir dengan pertolongan tenaga medis. Angka ini cukup tinggi untuk ukuran Indonesia karena secara nasional penolong persalinan oleh tenaga medis pada tahun 2014sekitar 87 persen. Dengan angka ini dapat dikatakan bahwa
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
25
pelayanan kesehatan terutama pada saat persalinan di Kota Balikpapan cukup baik. Secara rinci dapat dikemukakan bahwa lebih dari separuh persalinan ditolong oleh bidan yaitu 59,07 persen. Sedangkan dokter dan tenaga paramedis masing-masing membantu persalinan 29,91 persen dan 2,97 persen dari seluruh kelahiran balita. Sementara itu, jumlah persalinan oleh tenaga non medis 8,05 persen dari jumlah balita.
Gambar 4.2 Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Paramedis 2.97%
Bidan 59.07%
Dukun Bersalin 1.21% Famili/kelurga 6.84%
Dokter 29.91%
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Satu hal yang perlu diperhatikan dalam kelanjutan pertumbuhan balita, adalah pemberian air susu ibu (ASI). Pemberian ASI terutama ASI Eksklusif akan mempengaruhi kualitas dan kelangsungan hidup balita. Sesuai dengan anjuran Departemen Kesehatan bahwa bayi sebaiknya diberi ASI hingga berusia 2 tahun. Sementara bayi hingga minimal berusia 6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa makanan tambahan (ASI Eksklusif). Tercatat sebanyak 89,33 persen balita di Balikpapan pernah disusui, artinya hanya sekitar 10,67 persen balita saja yang tidak pernah mendapatkan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
26
ASI.Jika dibagi berdasarkan jenis kelamin, balita yang tidak pernah diberi ASI pada laki-laki tercatat 12,79 persen, lebih tinggi daripada perempuan yang mencapai 8,45 persen. Berdasarkan lamanya disusui, 18,57 persen dari seluruh balita yang pernah disusui di Kota Balikpapan, disusui selama 0 sampai 5 bulan, 19,28 persen disusui 6 sampai 11 bulan, 56,51 persen disusui selama 12 sampai 24 bulan. Sedangkan balita yang disusui selama 24 bulan lebih sebanyak 5,65 persen. Secara umum rata-rata lama menyusui balita di Balikpapan adalah 12,52bulan pada laki-laki dan 15,49bulan pada perempuan.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
27
Tabel 4.1. Penduduk Menurut Keluhan Kesehatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Ada Keluhan
Tidak Ada Keluhan
Jenis Keluhan Kesehatan
Jumlah
%
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Panas
31.702
5,19
578.611
94,81
Batuk
62.268
10,20
548.045
89,80
Pilek
57.506
9,42
552.807
90,58
Asma/napas sesak/cepat
4.045
0,66
606.268
99,34
Diare/buang air
4.037
0,66
606.276
99,34
15.972
2,62
594.341
97,38
5.485
0,90
604.828
99,10
59.827
9,80
550.486
90,20
Sakit kepala berulang Sakit gigi Lainnya Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
28
Tabel 4.2. Jumlah Puskesmas Umum dan Puskesmas Pembantu Menurut Kecamatan di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Kecamatan
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Jumlah
Rasio Per10000 Penduduk
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Balikpapan Selatan
3
1
4
0,32
Balikpapan Timur
4
2
6
0,85
Balikpapan Utara
4
8
12
0,89
Balikpapan Tengah
6
-
6
0,58
Balikpapan Barat
7
2
9
1,00
Balikpapan Kota
3
-
3
0,35
27
13
40
0,66
Jumlah Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 4.3. Fasilitas Kesehatan dan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kota Balikpapan, Tahun 2010 – 2014
Sarana Kesehatan
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
656
942
614
463
591
Rumah Sakit
12
12
14
14
11
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu
33
33
41
41
40
Tempat Tidur RS Per 10000 Penduduk
16,59
14,40
17,04
-
19,48
Rasio Dokter Per 10000 Penduduk
11,40
16,13
10,16
7,72
9,68
Dokter
Sumber : DKK Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
29
Tabel 4.4. Balita Menurut Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Pemberian ASI (1) Diberi ASI Tidak diberi ASI Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
27.372
87,21
27.347
91,55
54.719
89,33
4.013
12,79
2.524
8,45
6.537
10,67
31.385
100,00
29.871
100,00
61.256
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 4.5. Balita Menurut Lamanya Pemberian ASI di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Lamanya Pemberian ASI (bulan)
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0-5
6.447
23,55
3.712
13,58
10.159
18,57
6 - 11
5.705
20,84
4.844
17,71
10.549
19,28
12 - 24
14.588
53,30
16.332
59,72
30.920
56,51
25 - 59
632
2,31
2.459
8,99
3.091
5,65
Jumlah
27.372
100,00
27.347
100,00
54.719
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
30
Tabel 4.6. Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Penolong Kelahiran Pertama
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Dokter
9.993
31,84
8.325
27,87
18.319
29,91
Bidan
17.518
55,82
18.666
62,49
36.184
59,07
Tenaga Paramedis
857
2,73
965
3,23
1.822
2,97
Dukun
741
2,36
0
0,00
741
1,21
Famili/Lainnya
2.276
7,25
1.915
6,41
4.191
6,84
Jumlah
31.385
100,00
29.871
100,00
61.256
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 4.7. Penduduk Wanita 10 Tahun Keatas Yang Pernah Kawin dan Umur Kawin Pertama, Tahun 2014 Umur Kawin Pertama
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3) 0
0,00
17 - 18
533
0,33
19 - 24
11.328
6,99
25 +
150.291
92,69
Jumlah
162.152
100,00
≤ 16
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
31
5
PENDIDIKAN
Pendidikanmerupakan
salah
satu
aspek
penting
dalam
kehidupanmasyarakat yang berperan meningkatkan kualitas hidup yang dapat pula berarti peningkatan kesejahteraannya. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik kualitas sumber dayanya. Dalam pengertian sehari-hari pendidikan adalah upaya sadar seseorang untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, serta memperluas wawasan. Pada
dasarnya
pendidikan
yang
diupayakan
bukan
hanya
tanggungjawab pemerintah saja tetapi juga masyarakat dan keluarga. Secara nasional pendidikan yang menekankan pengembangan sumber daya manusia menjadi tanggung jawab Kementrian Pendidikan. Strategi pembangunan pendidikan dijabarkan melalui empat sendi pokok yaitu pemerataan kesempatan, relevansi pendidikan dengan pembangunan, kualitas pendidikan dan efisiensi pengelolaan.
5.1
Kemampuan Baca Tulis Salah satu indikator keberhasilan pembangunan bidang pendidikan
adalah tingkat melek huruf yaitu kemampuan baca tulis yang merupakan kemampuan
mendasar
bagi
seseorang
untuk
mengembangkan
wawasannya.Dalam kaitan dengan pendidikan formal, kemampuan baca tulis ini merupakan
syarat
mutlak
untuk
mengikuti
setiap
jenjang
pendidikan.
Kemampuan baca tulis yang dimaksud adalah kemampuan membaca dan menulis suatu kalimat sederhana dengan suatu jenis huruf.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
32
Dampak pembangunan bidang pendidikan yang ingin dicapai adalah penurunan persentase penduduk yang buta huruf atau semakin meningkatnya persentase penduduk yang melek huruf. Hal ini menggambarkan mutu manusia yang diukur dalam aspek semakin tinggi tingkat melek huruf atau semakin rendah tingkat buta huruf maka semakin tinggi mutu sumber daya manusia. Persentase penduduk yang melek huruf di Kota Balikpapan sebesar 99,84 persen dari seluruh penduduk berumur 10 tahun ke atas. Hal ini berarti penduduk yang buta huruf hanya sekitar 0,16persen.Dirinci menurut jenis kelamin, proporsi laki-laki berumur 10 tahun ke atas mampu membaca dan menulis sebesar 99,75 persen, yang berarti tingkat buta huruf pada pria adalah hanya sebesar 0,25persen. Sedangkan angka buta huruf pada wanita yang mencapai 0,06 persen. Indikator kemajuan lainnya adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang ditamatkan oleh penduduk. Proporsi tertinggi penduduk 10 tahun ke atas berdasarkan pendidikan tertinggi yang sudah ditamatkan adalah tamat SLTAyang mencapai sekitar 38,73 persen,sedangkan proporsi penduduk yang menamatkan Perguruan Tinggi sekitar 10,05 persen.Proporsi yang berpendidikan rendah (memiliki ijazah SLTP ke bawah) 51,24 persen. Artinya penduduk yang sudah berpendidikan menengah ke atas kurang dari setengah. 5.2
Partisipasi Sekolah Indikator kemajuan bidang pendidikan lainnya adalah kepedulian
penduduk
terhadap
pentingnya
mengikuti
pendidikan
sebagai
upaya
memperbaiki kualitas dirinya.Hal ini dapat dilihat dari angka partisipasi sekolah.Angka partisipasi sekolah ini secara umum dibagi menjadi dua, yaitu Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM).Angka Partisipasi Kasar disebut juga Gross Enrollment Ratio/GER, sedangkan Angka Partisipasi Murni dikenal dengan istilah Net Enrollment Ratio/NER. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
33
APK merupakan rasio antara penduduk yang mengikuti jenjang suatu pendidikan terhadap penduduk dalam suatu kelompok umur yang bersesuaian dengan jenjang pendidikan tersebut. Sedangkan APM merupakan rasio penduduk suatu kelompok umur yang sedang mengikuti suatu jenjang pendidikan terhadap seluruh penduduk pada kelompok umur tersebut. Dengan konsep tersebut, APK maksimal akan mungkin menunjukkan angka lebih dari 100 persen karena adanya penduduk yang menduduki jenjang pendidikan tertentu meskipun secara kategori umurnya berada diluar batasan jenjang umur pada pendidikan tersebut. Sedangkan APM maksimal akan menunjukkan angka 100 persen.
Gambar 5.1 APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan Kota Balikpapan, Tahun 2014 120 100
110,24
107,31
98,13 84,71 76,14
80
75,16
60
APK
40
26,60
APM 24,43
20 0 SD
SMP
SMU
Perguruan Tinggi
Sumber : BPS Kota Balikpapan
APK SD tahun 2014 menunjukkan angka 112,85persen, sedangkan APM SD hanya mencapai 98,13 persen. Selisih sekitar 12,12 persen antara APK dan APM disebabkan oleh adanya penduduk yang seharusnya belum masuk atau sudah tidak lagi bersekolah di tingkat SD tetapi saat ini sedang bersekolah di SD. Penduduk tersebut terdiri atas penduduk yang seharusnya belum bersekolah di SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
34
SD atau usianya kurang dari 7 tahun dan penduduk yang seharusnya sudah menyelesaikan pendidikannya di SD atau penduduk yang berusia di atas 12 tahun.
Besarnya
proporsi
ini
kemungkinan
disebabkan
oleh
adanya
kecenderungan orang tua untuk menyekolahkan anaknya lebih dini, atau sebaliknya yaitu terdapat pula orang tua yang terlambat menyekolahkan anaknya, atau bisa juga disebabkanadanya murid yang mengulang/tinggal kelas karena berbagai faktor. Pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi APK dan APMnya cenderung lebih rendah dibanding tingkat SD. Angka APK pada tingkat SLTP tahun 2014 tercatat sebesar 84,71 persen dan APM sebesar 76,14 persen. pendidikan SLTA, angka
Pada jenjang
APK dan APM sebesar 107,31 dan 75,16 persen,
sedangkan APK dan APM perguruan tinggi sebesar 26,60 dan 24,43 persen. Rendahnya APK dan APM pada jenjang perguruan tinggi selain disebabkan oleh adanya penduduk yang memilih bekerja setelah lulus pendidikan SLTA juga dimungkinkan oleh adanya migrasi keluar yang dilakukan oleh penduduk Balikpapan setelah lulus SLTA untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi yang ada di luar wilayah Kota Balikpapan sehingga berdasarkan konsep kependudukan secara defacto sudah dianggap bukan penduduk Balikpapan meskipun secara de jure mereka masih tercatat sebagai warga Kota Balikpapan.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
35
Tabel 5.1. Penduduk 10 tahun Ke Atas Menurut Kemampuan Baca Tulis dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Dapat Baca Tulis (1) Huruf Latin, Arab dan Lainnya
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
623
0,24
1.217
0,51
1.841
0,37
123.078
48,13
124.563
52,09
247.641
50,03
5.095
1,99
5.517
2,31
10.614
2,14
Huruf Latin
126.302
49,39
107.444
44,93
233.795
47,24
Huruf Arab
0
0,00
228
0,10
228
0,05
638
0,25
151
0,06
790
0,16
Huruf Latin dan Arab
Huruf Latin dan Lainnya
Tidak dapat Membaca Jumlah
255.737 100,00
239.120 100,00
494.957 100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
36
Tabel 5.2. APK dan APM Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenjang Pendidikan
APK
APM
(1)
(2)
(3)
SD
110,24
98,13
SLTP
84,71
76,14
SLTA
107,31
75,16
PT
26,60
24,43
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 5.3. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Laki – Laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Tidak/Belum Bersekolah & Tidak/Belum Tamat SD
28.125
11,00
33.590
14,05
61.726
12,47
SD/Sederajat
45.276
17,70
43.622
18,24
88.916
17,97
SLTP/Sederajat
50.562
19,77
52.337
21,89
102.918
20,80
SLTA/Sederajat
106.960
41,82
84.659
35,40
191.661
38,73
24.814
9,70
24.912
10,42
49.735
10,05
(1)
DI/DII/DIII/DIV/ S1/S2/S3 Jumlah
255.737 100,00
239.119 100,00
494.857 100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
37
Tabel 5.4. Penduduk 5-24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Umur (1)
Laki-laki Jumlah % (2) (3)
Perempuan Jumlah % (4) (5)
Jumlah Jumlah % (6) (7)
5–6
3.550
4,59
4.260
6,06
7.810
5,29
7 – 12
38.334
49,61
33.150
47,20
71.484
48,46
13 – 15
17.105
22,14
13.303
18,94
30.408
20,62
16 – 18
10.752
13,92
10.793
15,37
21.545
14,61
19 – 24
7.523
9,74
8.733
12,43
16.256
11,02
Jumlah
77.264
100,00
70.239
100,00
147.502 100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 5.5. Persentase Penduduk 5-24 Tahun yang Masih Sekolah Menurut Pendidikan Sedang Dilakukan di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Golongan Umur
Pendidikan yang Sedang Dilakukan
Jumlah
SD
SLTP
SLTA
D1-Univ.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
5–6
100,00
-
-
-
100,00
7 – 12
98,42
1,58
-
-
100,00
13 – 15
2,88
77,91
19,21
-
100,00
16 – 18
-
7,12
89,79
3,08
100,00
19 – 24
-
-
14,97
85,03
100,00
Jumlah
53,58
17,87
18,73
9,82
100.00
Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
38
Tabel 5.6.Persentase Penduduk 5-24 Tahun Menurut Partisipasi Sekolahdan Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Partisipasi Sekolah (1)
Golongan Umur
Total
5-6 (2)
7-12 (3)
13-15 (4)
16-18 (5)
19-24 (6)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
68,19
-
-
-
-
7,98
Masih Sekolah
31,81
99,71
97,74
83,71
28,73
70,35
-
0,29
2,26
16,29
71,27
21,67
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Tidak Bersekolah Lagi Jumlah
(7)
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
39
6
KETENAGAKERJAAN
Definisi mengenai ketenagakerjaan yang dipergunakan dalam publikasi ini adalah definisi baku yang dipakai BPS, mengacu kepada konsepLabour Force
Approach (LFA) yang direkomendasikan oleh International Labour Organization (ILO) dengan sedikit penyesuaian dengan kondisi di Indonesia. Dalam publikasi ini batasan usia kerja yang digunakan adalah adalah 15 tahun keatas. Seperti pada penerbitan sebelumnya, data tenaga kerja yang digunakan dalam publikasi kali ini merupakan hasil SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional)
yang
merupakan
ketenagakerjaan.Sakernas pertambahan
jumlah
survei
khusus
dilaksanakan
sampel
maka
untuk
secara mulai
mengumpulkan
triwulanan,
tahun
2007
dan
data
dengan
Sakernas
yang
dilaksanakan pada bulan Agustus dapat disajikan hingga tingkat kabupaten/kota. Kondisiketenagakerjaan suatu wilayah secara umum menggambarkan kehidupan sosial masyarakat pada wilayah tersebut. Berdasarkan data angkatan kerja bisa diketahui seberapa besar partisipasi penduduk dalam angkatan kerja, tingkat pengangguran dan tingkat kesempatan kerja. Idealnya, peningkatan jumlah angkatan kerja selaras dengan peningkatan kesempatan kerja sehingga tingkat pengangguran dapat ditekan. Bekerja yang dimaksud adalah bekerja yang bertujuan memperoleh penghasilan atau memperoleh pendapatan paling kurang satu jam selama seminggu yang lalu. Sedangkan pencari kerja adalah penduduk yang tidak atau belum bekerja, sedang atau ingin mencari pekerjaan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan pencari kerja disini adalah pengangguran terbuka (open
unemployment). Sedangkan setengah pengangguran (disguished unemployment SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
40
atau underemploment) merupakan bagian dari penduduk yang bekerja. Penganggur terbuka terdiri dari, mereka yang mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mancari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa), dan mereka yang sudah punya pekerjaan tapi belum mulai bekerja.
6.1 Profil Angkatan Kerja Secara umum Penduduk Usia Kerja (PUK) dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu Angkatan Kerja (AK) dan Bukan Angkatan Kerja (BAK). Yang termasuk Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yaitu penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan. Sedangkan yang termasuk Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja yang mengurus rumah tangga, sekolah dan lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan lain). Pengelompokan penduduk berdasarkan kegiatannya yang digunakan dalam analisis ketenagakerjaan seperti terlihat pada diagram berikut ini :
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
41
Gambar 6.1 SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
42
Angkatan kerja dirinci menurut jenis kelamin, menunjukkan perbedaan yang sangat besar antara laki-laki dan perempuan. Angkatan kerja laki-laki sebesar 83,76 persen dari seluruh penduduk usia kerja laki-laki, yang terdiri dari pekerja (77,68%) dan pencari kerja (6,08%).Sedangkan angkatan kerja perempuan hanya 47,23 persen dari seluruh penduduk usia kerja perempuan, yang terdiri dari pekerja (43,38%) dan pencari kerja (3,85%).Hal ini dapat dipahami karena pria umumnya diharapkan sebagai pencari nafkah baik untuk keluarga jika telah menikah ataupun untuk dirinya sendiri bila masih bujangan, sehingga tiada alternatif lain baginya selain harus bekerja. Sebaliknya, penduduk wanita mendominasi pada kelompok bukan angkatan kerja. Wanita yang termasuk bukan angkatan kerja mencapai 52,77 persen dari seluruh penduduk usia kerja wanita, jauh lebih besar dibanding penduduk pria yang hanya 16,24 persen pada kategori yang sama.Proporsi terbesar wanita berada pada kategori mengurus rumah tangga yang mencapai 42,16 persen, sedangkan yang bersekolah mencapai 8,04 persen dari seluruh penduduk usia kerja wanita. Partisipasi wanita dalam kegiatan ekonomi banyak dipengaruhi oleh faktor demografis yaitu status kawin dan fertilitas. Wanita yang sudah menikah biasanya bergantung pada suaminya sedangkan bagi wanita lajang bila mereka masih muda umumnya masih bergantung pada orang tua. Sedangkan yang telah bercerai (cerai mati maupun cerai hidup) tidak ada jalan lain bagi mereka untuk dapat menghidupi diri sendiri atau anak-anaknya kecuali dengan bekerja. Sedangkan hubungannya dengan fertilitas seringkali ditunjukkan oleh hubungan negatif yaitu semakin tinggi fertilitas (banyak anak) semakin kecil tingkat partisipasi angkatan kerja wanita.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
43
Gambar 6.2 TPAK Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 80
71,80
73,67
77,04
73,40
70 60 50 40 30
38,44 29,18
20 10 0 15 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
50 – 59
60 +
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tingkat partisipasi angkatan kerja umumnya rendah untuk usia muda karena faktor pendidikan. Fasilitas pendidikan yang meningkat membuat partisipasi angkatan kerja menurun karena mereka yang berusia muda lebih banyak
berpatisipasi
di
dalam
pendidikan.
Sedangkan
untuk
usia
tua
menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja seringkali disebabkan karena relatif membaiknya perekonomian masyarakat
karena menerima pendapatan
dari pekerjaan atau usaha yang pernah dilakukan sebelumnya sehingga mereka tidak perlu bekerja lagi untuk nafkah dirinya. Tercatat partisipasi angkatan kerja pada usia 15-19 tahun dan 60 tahun keatas merupakan persentase terkecil dibanding kelompok umur lainnya, sedangkan TPAK tertinggi pada usia40-49 tahun yaitu mencapai 77,04 persen. Disini terlihat bahwa, pada usia produktif, mereka berusaha untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dengan cara bekerja atau mencari pekerjaan.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
44
6.2
Profil Pekerja Sejalan dengan keadaan angkatan kerja, profil pekerja baik menurut
umur maupun menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan menunjukkan fenomena yang sama. Dominasi pekerja berada pada usia yang sangat produktif dan mayoritas sudah berpendidikan sekolah menengah ke atas.
Gambar 6.3 Pekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Sektor A (Agriculture) 7,77%
Sektor S (Services) 72,04%
Sektor M (Manufacture) 20,19%
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Dirinci menurut lapangan usaha, jumlah pekerja yang bergerak di sektor
service (S) merupakan yang terbanyak dibandingkan sektor lainnya. Proporsi pekerja kelompok sektor (S) mencapai 72,04 persen, sedangkan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja pada kelompok ini yaitu perdagangan, restoran, hotel sebesar 30,33 persen dan jasa-jasa yang mencapai 26,22 persen. Hal ini memperkuat gambaran bahwa Kota Balikpapan adalah kota perdagangan dan jasa-jasa. Sektor manufacture (M) menyerap tenaga kerja sebanyak 20,19 persen dari seluruh pekerja. Pada kelompok ini, sektor konstruksi merupakan sektor yang menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu mencapai 7,15 persen dari seluruh penduduk yang bekerja. Sementara itu sektor pertanian yang merupakan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
45
lapangan usaha tradisional menyerap tenaga kerja 7,77 persen. Kondisi lahan yang terbatas serta kurang suburnya tanah mempengaruhi sedikitnya pekerja yang terserap pada sektor ini. Berdasarkan status pekerjaan, buruh/karyawan/pegawai baik pada lakilaki maupun perempuan merupakan proporsi terbanyak yaitu 63,99 persen pada laki-laki dan 47,43 pada perempuan. Status pekerjaan yang memiliki perbedaan cukup besar antara pekerja laki-laki dan perempuan adalah pekerja tidak dibayar, dimana yang termasuk dalam kategori ini biasanya adalah pekerja keluarga yang membantu anggota rumahtangga yang memiliki pekerjaan/usaha. Tercatat laki-laki yang menjadi pekerja tidak dibayar hanya 1,62 persen dari seluruh pekerja laki-laki, sedangkan pada perempuan mencapai 22,56 persen. Hal ini menunjukkan kecenderungan pekerja wanita melakukan pekerjaannya hanya sebagai sambilan untuk membantu kepala rumah tangga meningkatkan hasil usahanya relatif masih tinggi.Walau demikian, proporsi wanita yang berstatus berusaha sendiri cukup tinggi, yaitu mencapai 17,81 persen dari total pekerja wanita, lebih tinggi dibandingkan pada laki-laki yang hanya mencapai 12,12 persen. Bila dirinci menurut sektor formal dan informal, persentase pekerja yang bekerja di sektor formal mencapai 72,21 persen dari seluruh pekerja dan sisanya sebesar 27,79 bekerja pada sektor informal.
Dilihat berdasarkan jenis
kelaminnya, persentase pekerja formal pada laki-laki lebih tinggi daripada pda perempuan, persentase pekerja formal laki-laki mencapai 79,42 persen, sedangkan pada perempuan mencapai 58,39. Kegiatan sektor informal terdiri dari pekerja tidak dibayar, tenaga usaha pertanian yang berstatus berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar, dan tenaga penjualan, tenaga usaha jasa, tenaga usaha pertanian, tenaga produksi, tenaga operasional, pekerja kasar dan lainnya yang berstatus berusaha sendiri dan pekerja bebas. Berikut adalah tabel batasan kegiatan formal dan informal :
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
46
Ga mb ar 6.4
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
47
6.3 Produktivitas Pekerja Tingkat produktivitas biasanya diukur dengan waktu yang dihabiskan untuk bekerja. Dalam hal ini ukuran lama bekerja adalah jumlah jam kerja dalam seminggu, yaitu jumlah jam kerja yang dilakukan seseorang (tidak termasuk jam kerja istirahat resmi dan jam kerja yang digunakan untuk hal-hal diluar pekerjaan) selama seminggu yang lalu. Ukuran ini memang belum memadai karena dalam kondisi tertentu, misalnya pada pekerja yang bersifat informal, waktu yang dihabiskan untuk bekerja relatif lebih lama akan tetapi tidak sebanding dengan penghasilan yang diterimanya. Walaupun demikian, sebagai pendekatan digunakan batasan jam kerja normal tanpa memperhatikan besarnya penghasilan yang diterima. Batasan jam kerja normal yang sering dipakai adalah 35 jam seminggu. Dengan enam hari kerja, rata-rata jam kerja per-hari adalah 6 jam. Pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam efektif selama seminggu dikelompokan dalam jam kerja rendah yang berarti produktivitas rendah. Sedangkan jam kerja cukup adalah apabila bekerja 35 jam atau lebih. Sebesar 74,19 persen pekerja di Balikpapan mempunyai jam kerja yang cukup. Pekerja dengan jam kerja kurang dari 35 jam seminggu, terdiri dari pekerja wanita sebanyak 13,45 persen dan pekerja pria sebesar 7,83 persen. 6.4 Profil Pencari Kerja Istilah lain yang lebih banyak dikenal untuk kelompok penduduk yang mencari pekerjaan adalah penganggur. Penduduk yang dikategorikan dalam kelompok ini adalah penduduk yang berusaha mencari pekerjaan, mereka yang mempersiapkan usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Penduduk yang sudah bekerja tetapi masih mencari pekerjaan tidak dimasukkan dalam kategori ini. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
48
Pada bagian awal telah diuraikan bahwa jumlah penduduk yang mencari pekerjaan diperkirakan lebih dari 22 ribu orang atau 5,00 persen dari total penduduk usia kerja.Tingkat pengangguran yang didefinisikan dengan rasio antara jumlah penduduk yang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja sekitar 7,56 persen. Posisi Kota Balikpapan yang strategis sebagai pintu gerbang Kalimantan Timur dan ditunjang dengan kegiatan ekonominya yang mapan secara makro ekonomi sebagaimana tercermin dari tingginya angka pendapatan perkapita, dan relatif steril dari kegaduhan sosial politik, menjadi daya tarik bagi pendatang dari luar untuk mencari kerja. Berdasarkan golongan umur, pencari kerja pada kelompok umur 20-29 tahun merupakan proporsi pencari kerja terbesar yaitu mencapai 32,74 persen, diikuti oleh umur 15-19 tahun yang mencapai 30,46 persen dari seluruh pencari kerja. Besarnya proporsi pada kelompok umur di atas dikarenakan umumnya mereka baru lulus dari pendidikan menengah maupun dari pendidikan tinggi.
Gambar 6.5 Pencari Kerja Menurut Jenjang Pendidikan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 1,94% 3,71%
9,90%
Tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat SD SD
SLTP SLTA
65,71%
18,74%
DI / DII / DIII/DIV / Universitas
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
49
Dirinci menurut pendidikannya, kualifikasi pendidikan dari para pencari kerja pada umumnya lebih baik dibanding rata-rata pendidikan penduduk secara keseluruhan, yang manamereka yang termasuk penduduk pencari kerja ini pada umumnya ingin masuk pada bursa kerja di sektor formal yang biasanya mensyaratkan pendidikan minimal SLTA. Pada tahun 2014, jumlah pencari kerja dengan kategori pendidikan rendah (paling tinggi tamat SD) 13,61 persen dari seluruh pencari kerja. Sementara pendidikan menengah ke atas mencapai 86,39 persen.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
50
Tabel 6.1. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kegiatan Utama di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Kegiatan Utama
Laki-laki %
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
193.351 83,76
Bekerja Mencari Kerja
Sekolah Mengurus Rumah tangga Lainnya
101.835 47,23
295.186 66,12
179.327
77,68
93.544
43,38
272.871
61,12
14.024
6,08
8.291
3,85
22.315
5,00
37.488 16,24
Bukan Angkatan Kerja
Jumlah
Jumlah
Jumlah
(1) Angkatan Kerja
Perempuan
113.792 52,77
151.280 33,88
20.555
8,90
17.326
8,04
37.881
8,48
4.989
2,16
90.901
42,16
95.890
21,48
11.944
5,17
5.565
2,58
17.509
3,92
230.839 100,00
215.627 100,00
446.466 100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 6.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Umur
Penduduk
Angkatan Kerja
TPAK
(1)
(2)
(3)
(4)
15 – 19
53.796
15.699
29,18
20 – 29
91.077
65.390
71,80
30 – 39
118.006
86.938
73,67
40 – 49
97.069
74.780
77,04
50 – 59
54.690
40.145
73,40
60 +
31.828
12.234
38,44
Jumlah
446.466
295.186
66,12
Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
51
Tabel 6.3. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Laki-laki
Status Pekerjaan (1)
Perempuan
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Berusaha sendiri
21.728
12,12
16.663
17,81
38.391
14,07
Berusaha dibantu buruh tdk tetap/tdk bayar
16.306
9,09
5.718
6,11
22.024
8,07
Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar
13.338
7,44
3.593
3,84
16.931
6,20
114.751
63,99
44.369
47,43
159.120
58,31
Pekerja bebas di pertanian
3.603
2,01
251
0,27
3.854
1,41
Pekerja bebas di non pertanian
6.703
3,74
1.849
1,98
8.552
3,13
Pekerja keluarga/ pekerja tidak dibayar
2.898
1,62
21.101
22,56
23.999
8,79
Buruh/karyawan/pegawai
Jumlah
179.327 100,00
93.544 100,00
272.871 100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 6.4. Penduduk 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut Kegiatan Formal/Informal di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Kegiatan
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1) Formal
142.413
79,42
54.617
58,39
197.030
72,21
Informal
36.914
20,58
38.927
41,61
75.841
27,79
Jumlah
179.327
100,00
93.544
100,00
272.871
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
52
Tabel 6.5. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Lapangan Usaha
(1) Sektor A (Agriculture)
Laki-laki Jumlah
(2)
Perempuan
%
Jumlah
(3)
(4)
%
(5)
Jumlah Jumlah
(6)
%
(7)
14.755
8,23
6.440
6,88
21.195
7,77
14.755
8,23
6.440
6,88
21.195
7,77
49.398
27,55
5.705
6,10
55.103
20,19
Pertambangan dan Penggalian
17.013
9,49
1.300
1,39
18.313
6,71
Industri
13.910
7,76
2.573
2,75
16.483
6,04
704
0,39
98
0,10
802
0,29
Bangunan
17.771
9,91
1.734
1,85
19.505
7,15
Sektor S (Services)
115.174
64,23
81.400
87,02
196.574
72,04
Perdagangan, Restoran dan Hotel
39.226
21,87
43.548
46,55
82.774
30,33
Angkutan dan Komunikasi
19.468
10,86
1.660
1,78
21.128
7,74
Bank dan Lembaga Keuangan
16.063
8,96
5.062
5,41
21.125
7,74
Jasa-jasa
40.417
22,54
31.129
33,28
71.546
26,22
179.327
100,00
93.544 100,00
272.871
100,00
Pertanian
Sektor M (Manufacture)
Listrik, Gas dan Air Minum
Jumlah
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
53
Tabel 6.6. Pencari Kerja Menurut Golongan Umur di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Golongan Umur
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
15 - 19
6.797
30,46
20 - 29
7.306
32,74
30 - 39
3.929
17,61
40 - 49
2.500
11,20
50+
1.783
7,99
Jumlah
22.315
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 6.7. Pencari Kerja Menurut Pendidikan yang Ditamatkan di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Jumlah
Persen
(1)
(2)
(3)
Tidak/belum pernah sekolah/tidak tamat SD
828
3,71
Sekolah Dasar
2.209
9,90
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama
4.182
18,74
14.664
65,71
432
1,94
22.315
100,00
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas DI / DII / DIII/DIV / Universitas Jumlah
Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
54
Tabel 6.8. Penduduk 15 Tahun Keatas Yang Bekerja Menurut Jam Kerja dan Jenis Kelamin di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Jam Kerja
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
Jumlah
%
Jumlah
%
Jumlah
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
0
6.641
3,70
4.063
4,34
10.704
3,92
1 - 14
7.405
4,13
8.522
9,11
15.927
5,84
15 - 34
23.470
13,09
20.322
21,72
43.792
16,05
35 +
141.811
79,08
60.637
64,82
202.448
74,19
(1)
Jumlah
179.327 100,00
93.544 100,00
272.871 100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
55
7
PERUMAHAN
Kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi selain pangan dan sandang adalah perumahan. Dalam kehidupan sehari-hari, rumah biasanya berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.Di dalam rumah, proses pendidikan dimulai sejak usia dini, sehingga semua anggota keluarga dapat dibentuk dan berkembang menjadi manusia yang mempunyai kepribadian serta perilaku yang sesuai dengan norma agama maupun norma kemasyarakatan. Dalam arti yang luas rumah diharapkan mampu menciptakan manusia yang bermental kuat, bermoral, jujur serta mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat. Sebagai kebutuhan dasar manusia selain pangan dan sandang, maka keberadaan papan (perumahan) layak huni yang memenuhi syarat kesehatan sehingga dapat memberi suasana nyaman bagi penghuninya, merupakan salah satu dampak perubahan tingkat sosial ekonomi penduduk.
7.1 Kondisi Perumahan Rata-rata luas lantai yang dihuni rumahtangga menggambarkan kondisi tempat tinggal penduduk. Semakin besar rata-rata luas lantai yang dihuni maka semakin baik pula kondisi rumahtangga tersebut terutama kesehatannya, hal ini berpengaruh terhadap kesehatan anggota rumahtangga. Rumah yang sempit akan mempengaruhi terjadinya berbagai macam penyakit karena kebersihan rumah yang kurang, fasilitas dalam rumah untuk setiap anggota rumahtangga kurang, sehingga memudahkan terjadinya penularan penyakit. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
56
Menurut luas lantai perumahan bangunan tempat tinggal, sebagian besar rumah tangga menempati luas lantai 20–99 m2, yaitu mencapai 74,34 persen dari seluruh rumah tangga, sedangkan rumah tangga yang luas lantainya kurang dari 20 m2hanya8,13 persen. Gambar 7.1 Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun 2014 8,13%
36,59%
< 20 7,56%
20 - 49 50 - 99 100 – 149
9,96%
150+ 37,75%
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Menurut
jenis
lantai,
49,17
persen
rumahtangga
di
Balikpapan
menempati rumah dengan lantai berupa marmer/keramik/granit, sementara rumah tangga yang menempati rumah berlantai tanah hanya sekitar 0,14 persen. Berdasarkan jenis dinding, persentase rumahdengan dinding tembok merupakan yang terbesar yaitu 66,74 persen danyang kedua adalah rumah berdinding
kayu
sebesar
31,95
persen,
sedangkan
rumahtangga
yang
menempati rumah berdinding selain tembok dan kayu hanya sekitar 1,30 persen. Dilihat dari jenis atap, seng merupakan jenis atap yang paling banyak digunakan yaitu oleh 76,47 persen rumahtangga, sedangkan genteng dan asbes masing-masing digunakan oleh sekitar 6,68 dan 12,05persen rumahtangga,
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
57
sementara jenis atap yang lain yaitubeton, sirap dan lainnya, masing-masing hanya digunakan oleh kurang dari 3 persen rumahtangga. 7.2 Fasilitas Rumah Sejak tahun 2012 terjadi pergeseran dalam penggunaan sumber air minum oleh masyarakat di Balikpapan, dimana air isi ulang merupakan yang paling banyak digunakan sebagai sumber air minum menggeser air leding meteran yang pada tahun-tahun sebelumnya merupakan sumber air minum yang paling dominan. segala
Hal ini terkait dengan gaya hidup modern yang menuntut
sesuatunya
menjadi
lebih
praktis,
sehingga
rumahtangga
yang
menggunakan air isi ulang sebagai sumber air minum pada tahun 2014 tercatat sebanyak 51,18 persen, sementara yang menggunakan air minum yang berasal dari leding meteran sebanyak 29,14 persen,air kemasan bermerk sebanyak 11,29 persen. Rumahtangga yang sumber air minumnya berasal dari sumur, baik sumur bor/pompamaupun sumur terlindung,sebanyak 3,27 persen. Sedangkan rumahtangga yang menggunakan sumber air minum tidak layak (yaitu sumur tidak terlindung, mata air tidak terlindung, dan air hujan)secara keseluruhan hanya sebesar 1,07 persen. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada umumnya rumahtangga di Kota Balikpapan telah menggunakan sumber air minum yang layak.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
58
Gambar 7.2 Persentase Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Air hujan
0,61
Sumur tak terlindung
0,46
Sumur terlindung
1,64
Sumur bor/pompa
1,63
Leding eceran
4,04
Leding meteran
29,14
Air isi ulang
51,18
Air kemasan bermerk
11,29
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Indikator sosial lain sebagai petunjuk kesejahteraan rumahtangga adalah ketersediaan fasilitas buang air besar atau jamban yang mempunyai pengaruh terhadap
kesehatan
penghuni.Tercatat
rumahtangga
yang
menggunakan
fasilitias jamban sendiri sebanyak 92,31 persen sementara yang menggunakan fasilitas jamban bersama dengan rumahtangga lain sebanyak 6,19 persen, sedangkan rumahtangga yang memakai jamban umum sekitar 0,87 persen,dan rumahtangga yang tidak memiliki jamban sekitar 0,63 persen. Berkaitan dengan sanitasi lingkungan, fasilitas tempat pembuangan akhir tinja
merupakan
salah
satu
yang
harus
diperhatikan.Meskipun
sebanyak94,43persen rumahtangga di Balikpapanfasilitas pembuangan tinjanya menggunakan tangki septik dan sistem pembuangan air limbah (SPAL) sebagai tempat pembuangan akhir tinja, tetapi masih terdapat sekitar 3,95 persen rumahtangga yang pembuangan tinjanya langsung ke sungai/danau, dan 1,62 persen sisanya pembuangan tinjanya ke kebun, kolam, dan sebagainya. Tangki adalah tempat pembuangan akhir yang berupa bak penampungan, biasanya terbuat dari pasangan bata/batu atau beton baik mempunyai bak resapan maupun tidak,SPAL adalah sistim pembuangan limbah cair dari rumah SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
59
tangga yang tidak ditampung dalam tangki atau wadah semacamya, tetapi langsung dialirkan ke suatu tempat pengolahan limbah cair. Di tempat pengolahan tersebut, limbah cair diolah sedemikian rupa dengan teknologi tertentu sehingga terpilah menjadi 2 bagian yaitu lumpur dan air.Air hasil pengolahan ini dianggap aman untuk dibuang ke tanah atau badan air (sungai, laut, danau).
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
60
Tabel 7.1. Rumahtangga Menurut Luas Lantai Rumah di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Luas Lantai (m2)
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
< 20
12.304
8,13
20 - 49
55.366
36,59
50 - 99
57.130
37,75
100 – 149
15.079
9,96
150+
11.444
7,56
Jumlah
151.323
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 7.2. Rumahtangga Menurut Jenis Lantai Terluas di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenis Lantai Terluas
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Marmer/keramik/granit
74.401
49,17
Tegel/teraso
11.432
7,55
Semen
33.120
21,89
Kayu
32.159
21,25
Tanah
11.444
7,56
151.323
100,00
Jumlah Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
61
Tabel 7.3. Rumahtangga Menurut Jenis DindingTerluas di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenis Dinding Terluas
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Tembok Kayu Bambu Lainnya Jumlah
100.996
66,74
48.350
31,95
411
0,27
1.566
1,03
151.323
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 7.4. Rumahtangga Menurut Jenis AtapTerluas di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Jenis Atap Terluas
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Beton
4.402
2,91
10.105
6,68
Sirap
1.933
1,28
Seng
115.712
76,47
Asbes
18.232
12,05
Ijuk/rumbia
350
0,23
Lainnya
589
0,39
151.323
100,00
Genteng
Jumlah Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
62
Tabel 7.5. Rumahtangga Menurut Sumber Air Minum di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Sumber Air Minum
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Air kemasan bermerk
17.080
11,29
Air isi ulang
77.449
51,18
Leding meteran
44.099
29,14
Leding eceran
6.115
4,04
Sumur bor/pompa
2.471
1,63
Sumur terlindung
2.485
1,64
Sumur tak terlindung
699
0,46
Air hujan
925
0,61
151.323
100,00
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
63
Tabel 7.6. Rumahtangga Menurut Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Jumlah
Persentase
(1)
(2)
(3)
Sendiri
139.688
92,31
Bersama
9.366
6,19
Umum
1.315
0,87
954
0,63
151.323
100,00
Tidak Ada Jumlah Sumber : BPS Kota Balikpapan
Tabel 7.7. Rumah Tangga Menurut Tempat Pembuangan Akhir Tinja di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Penggunaan Fasilitas Tempat Buang Air Besar
Jumlah
(1) Tangki/SPAL
(2)
Persentase (3)
142.898
94,43
383
0,25
Sungai/danau/laut
5.971
3,95
Lubang tanah
1.061
0,70
Pantai/tanah lapang/kebun
1.010
0,67
151.323
100,00
Kolam/sawah
Jumlah Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
64
8
PENGELUARAN KONSUMSI DAN GINI
RATIO
Indikator kesejahteraan masyarakat secara makro ekonomi selain diukur dengan pendapatan perkapita juga tingkat pemerataan atau ketimpangan distribusi atas pendapatan tersebut. Guna keperluan yang lebih luas pada skala mikro, untuk mendapatkan angka distribusi pendapatan biasanya dilakukan dengan pendekatan pengeluaran dengan asumsi bahwa hubungan antara pengeluaran dan pendapatan berbanding lurus atau dengan kata lain bahwa besarnya pengeluaran mengikuti besarnya pendapatan secara proporsional. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa data pendapatan secara mikro sangat sulit diperoleh dan cenderung rendah tingkat akurasinya sedangkan data pengeluaran relatif lebih mudah diperoleh dan tingkat akurasinya lebih baik serta labih banyak analisis dapat dilakukan pada data pengeluaran khususnya yang berkaitan dengan pengeluaran untuk konsumsi.
8.1 Pola Konsumsi Pola konsumsi masyarakat dipengaruhi banyak faktor, selain faktor pendapatan yang merupakan faktor utama,
faktor sosial budaya misalnya
memegang peranan cukup penting dalam penentuan pola konsumsi. Pada tahun 2014 tercatat rata-rata pengeluaran penduduk mencapai sekitar 1.488.785 rupiah per-kapita per bulan yang terdiri dari pengeluaranuntuk konsumsi makanan sebesar 586.750 rupiah per-kapita dan pengeluaran untuk SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
65
konsumsi bukan makanan sebesar 902.035 rupiah.Pengeluaran konsumsi untuk non makanan yang lebih besar dibandingkan pengeluaran konsumsi makanan merupakan ciri pengeluaran di wilayah perkotaan dan sekaligus merupakan indikator bahwa tingkat kesejahteraan penduduk di Kota Balikpapan semakin membaik. Hal ini sesuai dengan Hukum Engel tentang pola konsmsi yang menyatakan bahwa saat pendapatan meningkat, proporsi pendapatan yang
dihabiskan untuk membeli makanan berkurangmeskipun secara nominal pengeluaran untuk makanan meningkat, atau dalam kata lain secara matematis elastisitas pendapatan–konsumsi makanannilainya selalu di antara 0 dan 1. Berdasarkan golongan pengeluaran perkapita terlihat bahwa jumlah penduduk dengan pengeluaran per kapita dibawah 1 juta rupiah masih cukup tinggi, lebih dari 38 persen penduduk berada pada golongan pengeluaran ini. Sedangkan penduduk dengan pengeluran per kapita diatas 3 juta rupiah, hanya sekitar 7,40 persen.
Gambar 8.1 Perkembangan Persentase Pengeluaran Perkapita Rumahtangga Tahun 2007 - 2014 100% 80% 60,47
50,71
46,72
49,29
53,28
2008
2009
45,9 59,39
57,05
55,67
60,59
40,61
42,95
44,33
39,41
2011
2012
2013
2014
60% 40% 20%
39,53
54,1
0%
2007
2010
Makanan
Non Makanan
Sumber : BPS Kota Balikpapan SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
66
Pada
kelompok
makanan,
pengeluaran
terbesar
terdapat
pada
pengeluaran untuk makanan dan minuman jadi yang mencapai 34,49 persen. Disusul kemudian oleh kelompok pengeluaran untuk padi-padian sebesar 10,77 persen, kelompok ikan sebesar 9,87 persen, dan kelompok tembakau dan sirih sebesar 9,60 persen. Sedangkan untuk kelompok bukan makanan, pengeluaran terbesar pada perumahan dan fasilitas rumah tangga yang mencapai 43,92 persen, disusul kemudian kelompok aneka barang dan jasa yang mencapai 37,86 persen, kemudian pakaian 5,70 persen dari total pengeluaran untuk non makanan. Kelompok pengeluaran non makanan lainnya masing-masing dibawah 5 persen.
8.2 Pemerataan Pendapatan Berdasarkan distribusinya, kondisi pemerataan pendapatan masyarakat suatu wilayah dapat diukur tingkat ketimpangannya. dipergunakan
untuk
menghitung
tingkat
ketimpangan
Ukuran yang biasa dari
pemerataan
pendapatan adalah Koefisien Gini dan Kriteria Bank Dunia. Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan salah satu ukuran yang digunakan untuk
mengukur
tingkat
ketimpangan
pendapatan
masyarakat
secara
menyeluruh pada semua kelas pendapatan. Nilainya Gini Rasio adalah berkisar antara 0 sampai dengan 1, dimana nilai 0 menggambarkankondisi pemerataan sempurna sedangkan nilai 1 menunjukkan ketimpangan sempurna.
Tingkat
ketimpangan dikatakan rendah jika nilai Gini Rasio lebih kecil dari 0,30 sedangkan ketimpangan dikatakan sedang jika nilai Gini Rasio antara 0,30 dan 0,50, dan jika lebih 0,50 maka distribusi pendapatan masuk dalam kategori tingkat ketimpangan tinggi. Secara visual nilai Gini Rasio dapat dilihat berdasarkan kurva Lorenz, yaitu kurva dua dimensi yang memetakan distribusi penduduk dan distribusi pendapatan. Pada kurva Lorenz, distribusi pendapatan akan semakin timpang
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
67
jika bentuk kurvanya semakin cembung ke bawah dan sebaliknya akan semakin merata jika garis lengkungnya mendekati garis diagonal. Menurut kritera bank dunia yang membagi kelas pendapatan penduduk menjadi 3 kelompok, yaitu 40% penduduk dengan pendapatan terendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah, dan 20% penduduk dengan pendapatan tinggi. Tingkat kemiskinan digolongkan parah jika 40% penduduk berpendapatan terendah menerima kurang dari 12% dari total pendapatan, digolongkan sedang jika 40% penduduk dengan pendapatan terendah menerima 12%-17% dari total pendapatan, dan digolongkan rendah jika 40% penduduk berpendapatan terendah menerima lebih dari 17% dari total pengeluaran.
Gambar 8.2 Kurva Lorenz dari Distribusi Pendapatan Kota Balikpapan, 2014 100
% Pendapan per kapita
90 80 70 60 50 40 30 20 10
0 0
10
20
30 40 50 60 % Kumulatif Penduduk
70
80
90
100
Sumber : BPS Kota Balikpapan
Gini Ratio Kota Balikpapan tahun 2014 tercatat sebesar 0,34 menunjukkan
bahwa
ketimpangan pendapatan
masih tergolong
sedang.
Demikian pula jika dilihat dari distribusi pendapatan menurut kriteria Bank Dunia, SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
68
40% penduduk dengan pendapatan terendah di Kota Balikpapan menikmati 20,07% dari total pengeluaran, menunjukkan tingkat kemiskinan yang tergolong rendah.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
69
Tabel 8.1.Perkembangan persentase pengeluaran perkapita rumahtangga menurut jenis pengeluaran tahun 2006 - 2013 Jenis Pengeluaran Makanan Bukan Makanan Jumlah % Jumlah % (2) (3) (4) (5)
Total
2006
272.004
43,62
351.639
56,38
623.643
2007
277.483
39,53
424.538
60,47
702.021
2008
427.435
49,29
439.716
50,71
867.151
2009
529.197
53,28
463.982
46,72
993.179
2010
579.289
54,10
449.644
45,90
1.028.933
2011
456.369
40,61
667.415
59,39
1.123.784
2012
550.409
42,95
731.017
57,05
1.281.426
2013
589.405
44,33
740.255
55,67
1.329.660
2014
586.750
39,41
902.035
60,59
1.488.785
Tahun (1)
(6)
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
70
Tabel 8.2. Pengeluaran Rata-rata per Kapita per Bulan Menurut Kelompok Makanan di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Kelompok Makanan
JumlahPengeluaran (Rp)
Persentase
(1)
(2)
(3)
Padi-padian
63.204
10,77
3.693
0,63
Ikan
57.894
9,87
Daging
26.010
4,43
Telur dan susu
49.027
8,36
Sayur-sayuran
35.250
6,01
Kacang-kacangan
11.241
1,92
Buah-buahan
32.953
5,62
Minyak dan lemak
14.125
2,41
Bahan minuman
16.145
2,75
Bumbu-bumbuan
8.984
1,53
Konsumsi lainnya
9.565
1,63
202.356
34,49
Tembakau dan sirih
56.303
9,60
Jumlah
586.750
100,00
Umbi-umbian
Makanan dan minuman jadi
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
71
Tabel 8.3. Pengeluaran Rata-rata per Kapita per Bulan MenurutKelompokBukan Makanan di Kota Balikpapan, Tahun 2014
Kelompok Bukan Makanan (1)
Jumlah Pengeluaran (Rp) (2)
Persentase (3)
Perumahan dan fasilitas rumah tangga
396.171
43,92
Aneka barang dan jasa
341.499
37,86
51.385
5,70
32.412
3,59
44.939
4,98
35.628
3,95
902.035
100,00
Pakaian
(bahan pakaian, pakaian jadi, sepatu, topi dan lainnya) Barang tahan lama
(alat rumah tangga, perkakas, elektronik, perhiasan dll) Pajak dan Asuransi
(PBB, pajak kendaraan, asuransi kesehatan, lainnya) Keperluan pesta dan upacara
(perkawinan, khitanan, dan lainnya)
Jumlah Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
72
Tabel 8.4.Distribusi Pendapatan dan Gini Ratio di Kota Balikpapan, Tahun 2014 Kelas Pendapatan
2009
2010
2011
2012
2013
2014
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(7)
40% Rendah
16,56
16,58
20,43
19,48
20,84
20,07
40% Sedang
44,14
44,67
36,74
34,59
39,71
36,49
20% Tinggi
39,30
38,75
42,83
45,93
39,46
43,44
Gini Ratio
0,27
0,28
0,33
0,36
0,30
0,34
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
73
Tabel 8.5. Jumlah Penduduk dan Persentase Menurut Golongan Pengeluaran Perkapita, Tahun 2014 Golongan Pengeluaran Perkapita
Jumlah Penduduk
(1)
(2)
< 500.000
17.630
2,89
500.000 - 749.999
108.990
17,86
750.000 - 999.999
108.615
17,80
1.000.000 - 1.249.999
99.885
16,37
1.250.00 - 1.499.999
88.395
14,48
1.500.000 - 1.749.999
36.324
5,95
1.750.000 - 1.999.999
41.178
6,75
2.000.000 - 2.499.999
42.641
6,99
2.500.000 - 2.999.999
21.470
3,52
≥ 3.000.000
45.185
7,40
Jumlah
610.313
100,00
Persentase
Sumber : BPS Kota Balikpapan
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
74
9
PENUTUP
Wilayah Kota Balikpapan yang mengalami pemekaran sejak akhir 2012, persebaran
penduduknyamasih
kecamatan/kelurahan.
menunjukkan
adanya
ketimpangan
antar
Sebagian besar pendudukterkonsentrasi di wilayah
Kecamatan Balikpapan Utaradan Balikpapan Selatan yang mencapai 21,98 persen dan 20,64 persen dari total penduduk, sedangkan jumlah penduduk terkecil di kecamatan Balikpapan Timur yang hanya dihuni oleh 11,52 persen. Kepadatan penduduk di Kota Balikpapan secara keseluruhan sekitar 1.200 jiwa per km2.Kepadatan tertinggi tercatat 9.324 jiwa per km2 di Kecamatan Balikpapan Tengah, hal ini terjadi karena wilayah Balikpapan Tengah yang dihuni oleh 16,92 persen penduduk Balikpapan hanya mencakup 2,18 persen dari seluruh wilayah Kota Balikpapan, sedangkan Balikpapan Barat yang memiiki 35,40 persen wilayah Balikpapan hanya dihuni oleh 14,80 persen penduduk sehingga kepadatan penduduknya menjadi terendah dibandingkan wilayah kecamatan lain yaitu hanya 502 jiwa per km2. Berdasarkan digolongkan
pada
struktur
umur,
struktur
peralihan
dari
penduduk
penduduk muda
ke
Kota
Balikpapan
penduduk
tua
(intermediate)sebagaimana yang umum terjadi di Indonesia.Dilihat berdasarkan komposisi penduduk menurut golongan umur, penduduk usia 0-14 tahun dan usia ≥ 65 tahun masih cukup besar (30,13%). Hal ini mengakibatkan beban tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia tidak produktif masih cukup tinggi sekitar 43,12 yang berarti bahwa setiap 100 penduduk usia produktif menanggung sekitar 43 orang usia tidak produktif.Tingginya rasio ketergantungan merupakan beban secara ekonomi yang cukup berat. SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
75
Indikator
bidang
kesehatan
khususnya
ketersediaan
sarana
dan
prasarana kesehatan tidak mengalami perubahan yang berarti dibandingkan tahun sebelumnya. Keluhan kesehatan yang paling sering dialami penduduk adalah batuk dan pilek. Walaupun termasuk kategori penyakit ringan, akan tetapi apabila dibiarkan dapat berpengaruh terhadap produktivitas, oleh karena itu dengan tersebarnya sarana dan prasarana kesehatan ke semua wilayah diharapkan dapat membantu masyarakat mengatasi gangguan kesehatan. Pemerintah Kota Balikpapan telah membangun RSUD yang direncanakan diperuntukkan bagi masyarakat menengah kebawah dan diresmikan pada 10 Februari 2015, bertepatan dengan HUT Kota Balikpapan ke 118. Prioritas pasien Keluarga Miskin (Gakin), Jamkesmas, Jamkesda dan penyelenggara kesehatan lainnya. Hal ini merupakan salah satu upaya peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan penduduk. Indikator bidang pendidikan menunjukkan kualitas sumber daya manusia di daerah ini relatif baik, akan tetapi secara absolut masih ada penduduk yang buta huruf walaupun jumlahnya relatif kecil.Aktivitas pendidikan menunjukkan masih cukup banyak penduduk usia sekolah yang belum terserap oleh lembaga pendidikan sesuai dengan umurnya.Diketahui hampir 10 persen Anak usia dibawah 7 tahun yang sudah mengenyam pendidikan formal tingkat Sekolah Dasar, tetapi anak usia sekolah yang tidak duduk di bangku sekolah lagi juga masih cukup banyak. Indikator ketenagakerjaan menunjukkan bahwa tenaga kerja di Kota Balikpapan mayoritas bekerja di sektor modern seperti sektor Industri, jasa, dan perdagangan, sementara untuk sektor tradisional yaitu sektor pertanian hanya sekitar 7,77 persen.Meskipun bukan merupakan sektor unggulan/prioritas, sejalan dengan pembangunan dibidang lain sebaiknya pembangunan sektor pertanian
juga
ketergantungan
terus pangan
diupayakan kepada
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
peningkatannya
daerah
lain
guna
sehingga
mengurangi
dapat
terjamin
76
ketersediaan pasokan yang berdampak pada terkendalinya harga guna menekan inflasi. Dilihat dari struktur penduduk yang pada dewasa ini dalam kategori transisi dari kategori penduduk muda kearah penduduk tua, maka secara kongkrit, angkatan kerja dipastikan akan tetap bertambah besar. Pemuda yang masuk pasar kerja setiap tahun baik yang tamat pendidikan maupun yang tidak sekolah diperkirakan akan selalu bertambah, oleh karena itu tantangan yang lebih mendesak untuk perencanaan pembangunan adalah perluasan kesempatan kerja agar dapat menyerap pencari kerja yang sudah ada saat ini. Sementara itu guna meningkatkan daya saing tenaga kerja perlu diupayakan peningkatan keterampilannya dan menumbuhkan jiwa kewirausahaannya sehingga tercipta budaya kegiatan ekonomi yang mandiri.Hal ini perlu menjadi prioritas karena kesempatan kerja disektor formal pada umumnya semakin berat dengan adanya persyaratan yang semakin ketat dan proses seleksi yang sangat kompetitif. Kondisi sebagian besar perumahan cukup baik, luas lantai yang dikuasai secara rata-rata memenuhi prasyarat keluarga sejahtera. Selain itu, fasilitas perumahan seperti sumber air minum dan sarana mandi-cuci-kakus (MCK) menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk telah lama menyadari akan pentingnya kesehatan, yang ditandai dengan semakin kecilnya penggunaan fasilitas perumahan yang kurang memenuhi syarat dari segi kesehatan. Pola pengeluaran konsumsi masyarakat menggambarkan ciri khas wilayah perkotaan yang relatif sejahtera, yaitu pengeluaran untuk konsumsi non makanan lebih dominan dibandingkan dengan pengeluaran untuk konsumsi makanan. Komposisi pengeluaran untuk konsumsi makanan juga menunjukkan pergeseran kearah gaya hidup masyarakat modern yang menginginkan segala sesuatunya lebih praktis, dimana sepertiga dari pengeluaran untuk makanan adalah berupa konsumsi makanan jadi.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
77
Koefisien Gini menunjukkan bahwa distribusi pendapatan di Kota Balikpapan tergolong dalam kategori tingkat ketimpangan sedang, sementara tingkat kemiskinan berdasarkan Kriteria Bank Duniatergolong rendah.
SOSIAL EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN KOTA BALIKPAPAN 2015
78