At Glance Namaku adalah Reveline Exodious. Reveline berarti revelation atau penglihatan .Exodious diambil dari kata exodus yang artinya pembebasan. Dari dua kata itulah namaku tercipta. Penglihatan akan pembebasan. Aku selalu mengagumi wanita-wanita berparas cantik, yang hanya dengan senyuman mereka berhasil meraih semua kesuksesan dalam hipup. Tapi siap sangka, Fianka Rose maupun Frada Servin, keduanya menghancurkan hidupku dalam waktu singkat. Rose membuatku jatuh dalam kebangkrutan. Sementara Frada, nyaris membuatku tak bernyawa. Dokter Lorensto menasehatiku, agar tak terlalu baik pada orang asing. Sebab saat kita butuh bantuan, belum tentu mereka mau membantu kita. Namu aku tak pernah mempedulikannya. Ada tertulis, “Iman muncul dari pendengaran”. Setahuku, aku tak tidak lagi berjalan dengan mata untuk melalui semua kesulitanku saat ini. Tapi dengan keyakinan yang aku miliki. Aku akan tetap tersenyum dan membuat mereka terkecoh, meski sebenarnya aku tak mampu menghadapi semua ini.
Ke-Satu : It’s Just Fine , at First “Good morning Ms.Reveline Exodious” “Oh selamat pagi Pak George”. mengerngitkan dahinya sambil menggeleng
Dia
“But I Said Good Morning Ms!” Terlihat ia tak terima dengan jawaban yang aku berikan. Pintu mobil ku tutup. Ku kunci lalu berjalan menuju gerbang kaca. Aku melewatinya. Ku berikan senyuman yang terbaik untuknya. “Selamat pagi Pak George, ingat Indonesia day”. Ia hanya menggelengkan kepalanya saja. Tampak ia sangat kesal padaku.
2
Jam 7.15 pagi. Matahari tampak begitu tinggi pagi ini. Bukankan ini hari senin? Eh bukan Ini hari Rabu. Bagiku semua hari terlihat sama. Mana kartuku. Oh, ini dia. Aku punya banyak agenda penting hari ini. Setelah pintu ini terbuka aku akan langsung pergi ke lantai 4 dan menyelesaikan segalanya. …Tit...... Aneh tidak bisa. Pintunya tidak terbuka. “Hei buka gerbangnya! Dasar bodoh! Buka gerbangnya. Kau tidak tau siapa aku?....HALLO!. Catat namaku baik-baik ...Lonrard Vinsencius Bratolimeus” Siapa dia? Dia berteriak sangat kencang di telingaku. Aku tak pernah diteriaki sebelumnya. Atau mungkin sebenarnya dia tidak ingin menerakiku. “Hei dengar kau tau siapa ayahku. Akan kulaporkan kau! Akan ku tuntut hak ku sebagai student sekolah di sekolah ini! Buka pintunya sebelum kau menyesal. Akan ku laporkan pada pemilik sekolah ini. Revaline Exodious!, atau siapalah itu namanya! Dasar garu tak tau diri!” ....Ting... “Ms Reveline maaf aku tak bisa membiarakanmu masuk! Di dalam masih ada morning reflection. Kau keberatan?” ...Ting... “Oh tidak”, responku sedikit terlambat kareana teriakan anak ini. Siapa tadi namanya. 3
Leinard...Leia atau siapa ya?~Di depan pintu kaca berdiri seorang wanita muda. Di dadanya ada tertulis nama Bianka Verda. Aku yakin dia adalah guru piket hari ini. Dan anak yang berteriak ini adalah salah satu korbannya. ...Ting… “Dan kau Leonard!, Miss sudah menghubungi ayahmu masalah ini. Beliau bilang aku boleh menghukumu. Jadi nikmatilah! Katakan juga pada pengacaramu aku tak butuh penjelasan apapun tentang keterlambatanmu. Jelas?!” ...Ting… Anak itu terlihat sangat kesal. Tapi itulah sekolah. Ikuti aturannaya dan kau harus ikuti perintah gurumu. Ya ikuti saja dari pada kau kena masalah. Lima menit berlalu. Gerbang kaca ini kembali aktiv dengan normal. Dengan sensor banyangan yang kami miliki. Pintupun kembali terbuka. Dan aku dipersilahkan masuk. Namun Bianca, salah satu guru kami menarik tangan Leonard yang buru-buru berlari menghindarinya. "Saatnya hukuman!" Kudengar samar di belakangku. Aku yakin Bianca tak akan menghukum jika dia anak yang benar. Namun jika kau salah dan kau ulang-ulang, jangan berani-berani menampakan wajahmu didepannya. “Selamat pagi Bu Reveline”
4
Teguran receptionis membuyarkan lamunanku pada Bianca dan membawaku ke tujuan ku semula datang ke sekolah ini. “Selamat pagi Norda” . Norda Agizioo rupanya yang bertugas pagi ini. Wajahnya tetap cantik walaupaun tampa make up. Membuatku iri saja. Mari kuperkenalkan tempat di mana aku bekerja. Revelation School for Indonesia Sebuah sekolah dengan standar internasional. Bertujuan membantu mencerdaskan kehidupan bangsa dan turut membatu mewujudkan cita-cita yang terpendam bagi anak-anak Indonesia maupun dunia yang berkeinginan besar dalam memberikan perubahan yang lebih baik bagi kehidupan setiap umat manusia . Kedengaran mulia kan? Tidak juga, terkadang kami memang masih bisa mendapatkan untung untuk pembiayaan operasional baik dari donor maupun dari orang tua wali murid. Ya begitulah yang jelas cukup rumit dan membuat pusing kepala jika aku terangkan dari mana sumber dana kami atau bahkan jika aku ceritakan bagaimana perjuangan kami membuat sekolah ini. Nah lift sudah didepanku. Aku akan mulai perjalan singkat dengan lift transparan menuju lantai 4. Di situlah aku biasa mengerjakan sebagian besar pekerjaaku. Dari lift ini aku bisa melihat beberapa kelas yaang ada. Karena kebetulan ruanganku memang melewati beberapa kelas seperti kelas super 5
mind satu yang setara dengan dengan SMP kelas 7 , super mind 8 dan juga kelas internasional plus bagi anak yang yang kurang bisa berbahasa Indonesia. Di lantai 3 aku bisa melihat jelas bagai mana tim marketing sekolah ini mengatur segala sesuatunya agar sekolah bisa lebih banyak di kenal masyarakat. Oh ada pula HRD yang sibuk lalu lalang entah apa yang mereka kerjakan. ...Ting.....lantai 4 Biar ku tebak, Direktur ku bapak Alfonso Suratman pasti sudah di depan lift ini menungguku. dan yak tepat sekali. Dia sudah menungguku di depan lift. Pria 56 tahun yang masih terlihat sehat dengan semangat kerja yang luar biasa. Ketelitian dan kesetiaanya tidak di ragukan lagi. Tanpanya mau jadi apa tempat ini. “Anda yakin tidak datang terlalu pagi nona Reveline?” Perlu digaris bawahi pria ini pengingat cepat dan hampir bisa membaca apa yang kita rencanakan Dia tipe orang peneliti. Ya sebaiknya dia bekerja jadi mata mata saja.
mungkin
“Oh 07. 40, Tidak ...tidak aku yakin dengan apa yang kulakukan.....kenapa? Apa ada masalah? Atau semacamnya?” Dia terseyum mengikutiku. “Sebenarnya mungkin shopping, ke salon, travelling, arisan tidak penting, study tour penuh tipuan untuk berlibur anda 6
harus di kurangi. Jangan lupa lelang barang-barang bekasnya juga. Anda sudah 30 tahun dan masih menyukai hal hal seperti membuang buang waktu ke salon atapun Mall” “ ......Emm aku hargai saranmu Mr A. Tapi, aku harus benar-benar merasa yakin dengan apa yang harus ku lakukan jika aku berhenti melakukan hobiku” Alfon tidak menjawab. Sepertinya Ini akan menjadi perbincangan lama tanpa akhir jika aku terus mengoceh. Jadi seperti kebiasaanya setiap hari. Aku akan mencoba untuk membuat Alfon tifak bisa bertanya apa-apa lagi, kecuali masalah pekerjaan. Walaupaun sebenarnya ia sangat baik dan perhatian padaku, tetap saja hidupku adalah milikku sendiri., aku tak mau A ( Nama singkat Alfonso agar terdengar sedikit keren seperti di film mata-mata) membuatku merasa sangat bersalah hanya karena dia memperdulikanku. “Baiklah Rev kau bosnya. Aku tak pernah menang jika harus berdebat dengan mu…” “Duduklah, mari kita mulai pekerjaanmu...” Aku pun duduk di meja ini. Sebuah meja yang selalu tertata rapi. Dengan sebuah pulpen berlapis emas di atasnya. Lalu ada beberapa hiasan. Dan bunga, satu hari satu bunga yang berbeda. “Baik aku siap.....”, seruku seraya meraih pulpen Mr. A mengambil beberapa dokumen dari
7
meja lain. Ia membuka diletakkanya di depan ku.
yang
pertama
dan
“Ini adalah Program Culture Day. Memperingati HUT RI. Mereka punya program yang cukup mengesankan. Hari kebudayaan, dalam acara tersebut mereka akan adakan open house. Dengan beberapa bazar kebudayaan di dalamnya. Semua siswa akan terlibat di dalamnya. Mereka akan memakai baju daerah. Satu kelas satu stand. Ada yang menjual baju adat makanan khas ada pula yang sudah siap dengan pertunjukannya, semua itu gratis dan siapaun boleh masuk untuk melihat….” Alfon berhenti bicara dan membuka halaman berikutnya. Ini memang keahliannya untuk menyeleksi dan memberikan beberapa masukan, apakah aku akan menandatangai program ini atau tidak. Walaupun demikian harus ku akui. Semua program yang sampai di mejaku. Bukan program asal jadi. Melainkan sebuah program yang sudah melalui beberapa tahap seleksi dan revisi. Sehingga ini akan jadi lebih mudah bagiku untuk memutuskan apakah akan berjalan atau tidak. “Akan ada beberapa sponsor datang....dan budgetinya ada di belakang jika kau mau memeriksanya” “Kapan program ini di laksanakan?.....” “Tanggal 16 ....Apa terlalu cepat?” Kami bangsa Indonesia merayakan kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus. Jika acara 8
lain di rayakan tanggal 16 menurutku tidak terlalu cepat. “Tidak, aku hanya perlu menandatanginya saja kan?” Mr Alfon menghela nafas panjang. Aku tau maksudnya pasti sebentar lagi ia akan mengeluarkan kata ajaib wejanganya. “Lain kali baca dulu . Mengingat tak semua orang bisa kau percaya dan mungkin empat tahun dari sekarang aku akan pensiun.......” Hmmmmhmmm aku hanya membalasnya dengan seyuman. Di ambilnya dokumen lain. Ada satu ,....dua.....tiga..astaga ada lima. “Hanya lima Ms. Rev....tak perlu sedih begitu.....”, kata Alfon. Dia bisa menbaca ekspresi wajahku dengan tepat. “ Itu hanya program-program kegiatan biasa. Progress test dan assignment dari pre-school sampai Qualified(Setara SMA). Kalo kau mau kau bisa pelajari. Jika tidak~yah seperti biasa, cukup kau tandatangani!” Jika ku baca satu per satu, apa gunanya Alfon bekerja di sini. Dia lebih dulu mampelajarinya. Jika sudah ada di sini artinya semua sudah OK. Lagi pula jika aku baca hanya akan membuat kepala jadi sakit saja. Tapi mungkin sedikit akting akan membuat Alfon senang. Jadi aku membuka buka sedikit. Sambil ku kernyitkan keningku. Mungkin sedikit 9
bertanya akan membuatku terlihat sedikit peduli pada Pekerjaanku.. “Tak ada yang membutuhkan fasilitas khusus Alfon?” Dia tampak serius menatapku. Lalu maju dan membuka satu dari halaman belakang sebuah dokumen. “Ruang Penelitian luar angkasa. Kita tidak punya planetarium, bagaimana menurutmu?” Mana ada sekolah dengan planetarium di Indonesia. Gawat apa yang harus ku katakan ya.... “Bosca....Bandung...?” Ya bawa saja mereka ke sana. Toh juga tidak terlalu jauh dari Jakarta. “ .....Ku rasa itu menarik. Tapi kita tak akan ke sana. Terlalu jauh....Ada beberapa donatur yang menginvestasikan sebagian miliknya ke sini. Kita akan punya teropong bintang dan beberapa peralatan dasar.....” Apa? Kau luar biasa Alfon. Ku hargai jasamu untuk sekolah ini. Tapi siapa yang mau menyumbang. Entahlah yang penting masalah selesai. “Menarik. Kau ahlinya, akan kutanda tangani semuanya….”
10