/$,1(,$1 #!"#
KATA SAMBUTAN
Banyak masyarakat miskin di pedesaan yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Selain itu adalah masyarakat di wilayah pinggiran kota (peri-urban) yang mana masyarakatnya berpenghasilan rendah, pemukiman dan lingkungannya rawan serta tidak/belum tersedianya sarana sanitasi yang layak. Air bersih yang layak tersebut adalah layak secara kualitas maupun layak secara kuantitas. Kebutuhan air itu sudah sepantasnya dapat terpenuhi. Dan upaya penyediaan air minum di masyarakat harus sejalan dengan penanganan kesehatan dan sanitasinya. Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi berbasis Masyarakat (Pamsimas), pemerintah berupaya untuk (i) meningkatkan jumlah masyarakat pedesaan dan peri-urban untuk mendapatkan akses air minum, kesehatan dan sanitasi, (ii) mengurangi jumlah penduduk terserang penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui air dan lingkungan, serta (iii) meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia pemerintah daerah dan masyarakat dalam pelaksanaan maupun penanganan pasca proyek. Sehingga, pada akhirnya pencapaian target MDGs bidang air minum, dan penyehatan lingkungan (AMPL) dapat terwujud. Program Pamsimas dilaksanakan di 15 provinsi. Dan merupakan program lintas kementerian: Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan. Koordinasi lintas kementerian di tingkat pusat maupun daerah sangat penting. Oleh karena itu, amat perlu adanya Buku Pedoman maupun Petunjuk Pelaksanaan Program Pamsimas, yang dapat menjadi acuan dalam menjalankan seluruh kegiatan. Semoga dengan Buku Pedoman dan Buku Petunjuk Teknis yang cukup lengkap ini dapat memberikan arahan pada seluruh siklus kegiatan Pamsimas; baik dalam hal peran masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, mampu melaksanakan pengoperasian, sampai dengan pemeliharaan sarana air minum dan sanitasi yang sehat.
Jakarta, Pebruari 2012 Direktur Jenderal Cipta Karya,
Budi Yuwono P. NIP.110020173
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
i
/$,1(,$1 #!"#
KATA PENGANTAR
Air sebagai kebutuhan utama kehidupan, seharusnya dapat terpenuhi secara kualitas maupun kuantitas. Namun masih banyak masyarakat miskin di Indonesia yang belum mendapatkan air bersih yang layak. Program Pamsimas adalah program andalan Pemerintah di dalam penyediaan air bersih dan sanitasi berbasis masyarakat bagi masyarakat miskin di pedesaan. Sejak 2008 Pamsimas dilaksanakan, dampaknya positif bagi masyarakat desa yang tersebar di 15 provinsi. Sebagai program stimulan dengan pendekatan berbasis masyarakat, program Pamsimas menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dan sekaligus sebagai penanggungjawab pelaksanaan kegiatan. Agar lancar dan dapat dipertanggungjawabkan, maka diperlukan Buku Pedoman dan Petunjuk Teknis. Buku-buku ini merupakan penyempurnaan buku-buku tahun lalu, dan banyak manfaat dapat dipetik, antara lain: · · · · · ·
Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pendampingan masyarakat dalam pembuatan semua bentuk dokumen program Pamsimas Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan pendampingan masyarakat dalam hal pembuatan segala bentuk dokumen terkait program Pamsimas Memantau dan evaluasi proses pendampingan masyarakat untuk membuat semua pelaporan dan pertanggungjawaban Panduan untuk memfasilitasi masyarakat dalam membuat segala jenis dokumen dalam kegiatan program Pamsimas Memahami secara menyeluruh segala bentuk pelaporan dan pertanggungjawaban di tingkat masyarakat Memastikan semua pelaporan dan pertanggungjawaban dapat dibuat oleh masyarakat dan memuat informasi yang benar
Dengan demikian diharapkan seluruh aspek kegiatan di tingkat masyarakat dapat berjalan dengan baik. Masyarakat dapat menikmati air bersih dan sanitasi yang layak sepanjang massa dalam pengelolaan yang berkelanjutan.
Jakarta, Pebruari 2012 Direktur Pengembangan Air Minum - DJCK,
Ir. Danny Sutjiono
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
ii
/$,1(,$1 #!"#
DAFTAR ISI Hal KATA SAMBUTAN.................................................................................................................. . i KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii DAFTAR TABEL..................................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR................................................................................................................. vi DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................................... vii
BAB 1. PERIHAL PEDOMAN .............................................................................................. 1 1.1 Mengapa Diperlukan Pedoman ....................................................................... 1 1.2 Siapa Pengguna Buku Pedoman .................................................................... 1 1.3 Sistematika Buku Pedoman ............................................................................ 2 Bab 2. Pendahuluan .......................................................................................................... 4 2.1 Latar Belakang................................................................................................ 4 2.2 Tujuan dan Sasaran........................................................................................ 4 2.2.1 Tujuan .................................................................................................. 4 2.2.2 Sasaran................................................................................................ 5 2.3 Strategi dan Pendekatan................................................................................. 5 2.4 Konteks PNPM ............................................................................................... 6 Bab 3. Ketentuan Umum ................................................................................................... 7 3.1 Kriteria Lokasi ................................................................................................. 7 3.2 Penerima Manfaat........................................................................................... 9 3.3 Komponen Program ........................................................................................ 9 3.3.1 Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal .................................................................................................... 9 3.3.2 Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Pelayanan Sanitasi ............... 10 3.3.3 Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Sekolah ......................... 10 3.3.4 Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota .................................... 11 3.3.5 Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek ............................... 11
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
iii
/$,1(,$1 #!"#
3.4
3.5 3.6
Bantuan Program Untuk Masyarakat ............................................................ 12 3.4.1 Bantuan Teknis .................................................................................. 12 3.4.2 Bantuan Dana .................................................................................... 12 Indikator Keberhasilan Di Tingkat Masyarakat .............................................. 13 Garis Besar Siklus Kegiatan Di Tingkat Masyarakat ..................................... 14
Bab 4. Organisasi Pelaksana Program .......................................................................... 16 4.1 Struktur Organisasi Pelaksanaan Pamsimas ................................................ 16 4.2 Distribusi Peran Pelaku ................................................................................. 16 4.2.1 Tingkat Desa dan Masyarakat ............................................................ 16 4.2.2 Tingkat Kecamatan ............................................................................ 17 4.2.3 Tingkat Kabupaten/Kota ..................................................................... 20 Bab 5. Perencanaan Program ......................................................................................... 22 5.1 Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi ....................................................... 22 5.2 Pemicuan Perubahan Perilaku Masyarakat................................................... 23 5.3 Pertemuan Pleno Desa/Kelurahan Membahas Hasil Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi ....................................................................................... 24 5.4 Pengorganisasian Masyarakat dan Pembentukan Lembaga Keswadayaan Masyarakat ................................................................................................... 24 5.5 Penyusunan Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan, dan Sanitasi (PJM Proaksi) ........................................................ 25 5.5.1 Penyusunan Rencana Kegiatan PJM Proaksi .................................... 25 5.5.2 Pemilihan Opsi Kegiatan PJM Proaksi Tahun Pertama ...................... 26 5.6 Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas PJM Proaksi ............ 27 5.7 Penyusunan Dokumen RKM ......................................................................... 28 5.8 Pertemuan Pleno Tingkat Desa/Kelurahan Membahas RKM ........................ 29 5.9 Pengajuan, Verifikasi, dan Persetujuan RKM ................................................ 29 BAB 6. PELAKSANAAN PROGRAM ................................................................................ 31 6.1 Tahap Pencairan Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) ..................... 31 6.1.1 Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBD .............................. 32 6.1.2 Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBN .............................. 32 6.1.3 Mekanisme Penggunaan Dana .......................................................... 33 6.1.4 Pembukuan Penggunaan Dana.......................................................... 35 6.1.5 Pertanggungjawaban Pengelolaan Dana............................................ 35 6.2 Tahap Pelaksanaan Kegiatan ....................................................................... 36 6.2.1 Implementasi RKM I ........................................................................... 36 6.2.2 Implementasi RKM II .......................................................................... 37 6.3 Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan ............................................................ 38 6.3.1 Pembuatan Dokumen Penyelesaian Pekerjaan .................................. 39 6.3.2 Laporan Realisasi Fisik dan Biaya ...................................................... 40 6.3.3 Pertanggung Jawaban Dana .............................................................. 40
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
iv
/$,1(,$1 #!"#
BAB 7. PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN ......................................................... 41 7.1 Organisasi Badan Pengelola......................................................................... 41 7.1.1 Fungsi dan Tugas Badan Pengelola ................................................... 41 7.1.2 Struktur Organisasi Badan Pengelola ................................................. 42 7.1.3 Pengaturan Badan Pengelola ............................................................. 42 7.1.4 Pembiayaan Badan Pengelola ........................................................... 43 7.2 Tata Kelola Pengoperasian dan Pemeliharaan ............................................. 43 7.2.1 Pemanfaatan ...................................................................................... 43 7.2.2 Pengelolaan ....................................................................................... 44 7.2.3 Pengembangan .................................................................................. 45 BAB 8. KEBERLANJUTAN PROGRAM............................................................................ 47 8.1 Pengukuran Capaian Program ...................................................................... 47 8.2 Penguatan Kelembagaan BP-SPAMS .......................................................... 47 8.3 Asosiasi BP-SPAMS ..................................................................................... 48 8.4 Sinkronisasi Hasil Perencanaan Masyarakat dengan Perencanaan di Tingkat Desa................................................................................................. 48 8.5 Kemitraan ..................................................................................................... 49 BAB 9. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN ................................................. 50 9.1 Pemantauan ................................................................................................. 50 9.2 Evaluasi ........................................................................................................ 53 9.3 Penanganan Pengaduan Masyarakat (PPM) ................................................ 56 9.4 Pelaporan ..................................................................................................... 56
LAMPIRAN ·
Peran, Tugas dan Tanggung Jawab Pelaku Program Pamsimas ............................. 57
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
v
/$,1(,$1 #!"#
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Pengguna dan Manfaat Penggunaan Pedoman ................................................... 1 Tabel 5.1. Proporsi Pembiayaan RKM (I dan II) .................................................................. 28 Tabel 9.1 Indikator Pencapaian Kinerja Program Pamsimas................................................ 54
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Struktur Pedoman Program Pamsimas ............................................................ 3 Gambar 3.1. Bagan Alur Pemilihan Lokasi Pamsimas .......................................................... 9 Gambar 3.2. Siklus Kegiatan Pamsimas di Tingkat Masyarakat.......................................... 15 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pelaksana Pamsimas ...................................................... 19 Gambar 6.1. Diagram Sumber Pendanaan Kegiatan Pamsimas ......................................... 31 Gambar 6.2. Alur Pendanaan dan Administrasi Kegiatan Pamsimas .................................. 34
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
vi
/$,1(,$1 #!"#
DAFTAR SINGKATAN AMPL
: Air Minum dan Penyehatan Lingkungan
APBD
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN
: Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
BABS
: Buang Air Besar Sembarangan
BAPPD
: Berita Acara Permintaan Pencairan Dana
BKM
: Badan Keswadayaan Masyarakat
BLM
: Bantuan Langsung Masyarakat
BOP
: Biaya Operasional Proyek
BPD
: Badan Perwakilan Desa
BPKP
: Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan
CMAC
: Central Management Advisory Consultant
CPIU
: Central Project Implementation Unit
CPMU
: Central Project Management Unit
TKK
: Tim Koordinasi Kab/Kota
DIPA
: Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran
TFM
: Tim Fasilitator Masyarakat
FGD
: Focused Group Discussion / Diskusi Kelompok Terarah
IMAS
: Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi
KPPN
: Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
LKM
: Lembaga Keswadayaan Masyarakat
ODF
: Open Defecation Free
PAMSIMAS
: Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat
TKP
: Tim Koordinasi Provinsi
PHLN
: Pinjaman/ Hibah Luar Negeri
PMAC
: Provincial Management Advisory Consultant
PPh
: Pajak Penghasilan
PPK
: Pejabat Pembuat Komitmen
PPM
: Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
PPN
: Pajak Pertambahan Nilai
RAB
: Rencana Anggaran Biaya
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
vii
/$,1(,$1 #!"# RAD
: Rencana Aksi Daerah
RKM
: Rencana Kerja Masyarakat
RKPD
: Rencana Kerja Pembangunan Daerah
RPJM
: Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Renstra SKPD
: Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah
Satker
: Satuan Kerja
SBS
: Stop Buang Air Besar Sembarangan
SIM
: Sistem Informasi Manajemen
POB
: Prosedur Operastional Baku
SPK
: Surat Perjanjian Kerja
SPM
: Surat Perintah Membayar
SPP
: Surat Permintaan Pembayaran
SPPB
: Surat Perjanjian Pemberian Bantuan
SP2D
: Surat Perintah Pencairan Dana
TKKc
: Tim Koordinasi Kecamatan
TKM
: Tim Kerja Masyarakat
UPK
: Unit Pengelola Keuangan
UKT-SAMS
: Unit Kerja Teknis Air Minum dan Sanitasi
UKT-Kes
: Unit Kerja Teknis Kesehatan
UPM
: Unit Pengaduan Masyarakat
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
viii
/$,1(,$1 #!"#
BAB 1. PERIHAL PEDOMAN 1.1
MENGAPA DIPERLUKAN PEDOMAN Program Pamsimas yang bersifat nasional dengan melibatkan berbagai unsur dan pihak dengan para pelaku yang berbeda baik dari segi kedudukan dan pengetahuan, jelas dalam pelaksanakaan memerlukan pedoman. Sekurang-kurangnya ada empat hal yang dibutuhkan dari pedoman agar tercapai halhal sebagai berikut: a) Ada kesamaan pandang antara pelaku Pamsimas di berbagai tataran mengenai apa yang harus dilakukan, apa yang tidak boleh dilakukan, dan apa yang harus dicapai oleh program.
1.2
b)
Ada tuntunan bagi para pelaku Pamsimas dalam melaksanakan kegiatan Pamsimas di desa/kelurahan.
c)
Ada baku mutu dari hasil kerja Pamsimas di berbagai desa/kelurahan sehingga memudahkan untuk dilakukan evaluasi secara nasional untuk menentukan apakah program berhasil atau tidak.
d)
Memudahkan replikasi atau adopsi oleh para pelaku yang berbeda.
SIAPA PENGGUNA BUKU PEDOMAN Secara umum Pedoman ini diperuntukkan bagi para pelaku pelaksana Pamsimas terutama Fasilitator Masyarakat, LKM dan Badan Pengelola. Secara rinci pengguna pedoman dan manfaat masing-masing dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Pengguna dan Manfaat Penggunaan Pedoman Pengguna Warga masyarakat dan KelompokKelompok Masyarakat
Manfaat · Memahami berbagai peluang yang ditawarkan Pamsimas · Memahami berbagai aturan main yang harus diikuti dalam pelaksanaan Pamsimas · Membangun kontrol sosial
Organisasi masyarakat (LKM, Satlak Pamsimas, Badan Pengelola, dsb)
· Memberikan pelayanan yang lebih baik kepada warga dan kelompok masyarakat · Membangun transparansi dan akuntabilitas · Acuan operasional organisasi /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
1
/$,1(,$1 #!"# Pengguna
Manfaat
Pengelola Program (Pimpinan dan Staf)
· Memahami secara menyeluruh program Pamsimas
Konsultan Pelaksana
· Panduan kerja pengendalian mutu pelaksanaan program
· Merencanakan pelaksanaan program · Mengendalikan program termasuk penilaian kinerja pelaksanaan program · Menyusun strategi dan rencana kerja pelaksanaan program · Memantau dan evaluasi kemajuan program · Acuan untuk melakukan perbaikan dan/atau perubahan Buku Pedoman
Fasilitator
· Menyusun rencana kerja pelaksanaan kegiatan program di desa/kelurahan · Panduan kerja pendampingan masyarakat dan para pemangku kepentingan di desa/kelurahan · Pengendalian mutu pekerjaan
Pemerintah Pusat
· Memahami secara menyeluruh program Pamsimas · Masukan kebijakan dalam rangka integrasi dan koordinasi serta mengembangkan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada umumnya dan khususnya pengembangan layanan air minum dan sanitasi berkelanjutan
Pemerintah Daerah (Provinsi, Kota/Kabupaten)
· Memahami secara menyeluruh program Pamsimas · Menciptakan kesinambungan program · Membangun jaringan kerjasama di tingkat pelaksanaan · Acuan untuk replikasi dan adopsi program Pamsimas
Para Pemeduli
· Melakukan kontrol sosial · Melakukan advokasi · Membangun sinergi · Membangun jaringan kelembagaan
Anggota Legislatif
· Memahami secara menyeluruh program Pamsimas · Acuan pengembangan kebijakan
1.3
SISTEMATIKA BUKU PEDOMAN Secara umum Pedoman Pamsimas mengacu kepada Pedoman Nasional PNPM Mandiri yang merupakan induk dari berbagai buku pedoman PNPM, Pamsimas adalah bagian dari program PNPM Pendukung. Program Pamsimas memiliki dua buku Pedoman Pelaksanaan, yaitu: a)
Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat Masyarakat, yang terutama diperuntukkan bagi pelaku dan pelaksana Pamsimas di tingkat masyarakat seperti LKM, Satlak, Badan Pengelola, dan Fasilitator Masyarakat.
b)
Pedoman Pengelolaan Program, yang terutama diperuntukkan bagi pelaku dan pengelola Pamsimas di tingkat Pemerintah (Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota).
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
2
/$,1(,$1 #!"# Kedua Pedoman tersebut bersifat umum yang menjelaskan ketentuan dan garis besar tata cara pelaksanaan dan pengelolaan program. Penjelasan lebih lanjut dari kedua Pedoman tersebut diuraikan dalam Petunjuk Teknis (Juknis) dan jika diperlukan dalam Pedoman Operasional Baku (POB). Secara rinci susunan buku pedoman terkait dengan pelaksanaan Pamsimas dapat dilihat di Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Struktur Pedoman Program Pamsimas Dokumen Apraisal Proyek
Pedoman Umum PNPM
Pedoman Pengelolaan Program Pamsimas
Pedoman Pelaksanaan Pamsimas di Tingkat Masyarakat
Petunjuk Teknis
Prosedur Operasi Baku (sesuai kebutuhan)
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
3
/$,1(,$1 #!"#
BAB 2. PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Program Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program PNPM Mandiri Pendukung dalam rangka menciptakan masyarakat hidup bersih dan sehat melalui penyediaan pelayanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat dimana masyarakat peserta program berperan sebagai pelaku utama dan penentu dalam seluruh proses persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Proses yang mengajak masyarakat dalam menemukenali berbagai persoalan dan penyakit terkait dengan air dan sanitasi dan kemudian dibimbing untuk melakukan berbagai langkah pencegahannya termasuk menyiapkan sarana yang dibutuhkan seperti air minum dan sanitasi akan membangun kesadaran dan kapasitas masyarakat untuk hidup bersih dan sehat yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lain yang ditularkan melalui air dan lingkungan yang akhirnya akan tercipta hidup bersih dan sehat. Oleh sebab itu kegiatan program Pamsimas mencakup pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal; peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat; penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum; pengembangan kapasitas pelaku Pamsimas melalui promosi, pelatihan, lokakarya, dan bimbingan teknis. Di sisi lain program Pamsimas ini meliliki keunikan tersendiri dalam pendekatannya; ditingkat nasional program ini menganut pendekatan berbasis tupoksi (tugas pokok dan fungsi), sehingga program Pamsimas dikelola oleh inter Kementerian yaitu Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pekerjaan Umum. Sedangkan di tingkat desa/kelurahan program ini menganut pendekatan berbasis masyarakat dimana masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
2.2 2.2.1
TUJUAN DAN SASARAN Tujuan Tujuan program Pamsimas adalah terciptanya masyarakat yang berperilaku hidup bersih dan sehat melalui peningkatan akses masyarakat miskin perdesaan dan pinggiran kota terhadap pelayanan air minum dan sanitasi.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
4
/$,1(,$1 #!"# Secara lebih rinci program Pamsimas bertujuan untuk: a)
Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat dari masyarakat peserta program;
b)
Meningkatkan akses masyarakat di lokasi program terhadap pelayanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan dan dikelola secara efektif;
c)
Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal penyelenggaraan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat;
d)
Meningkatkan komitmen dan efektifitas pemerintah dalam penyediaan layanan air minum dan sanitasi yang berkelanjutan.
2.2.2
dalam
Sasaran Sasaran program adalah masyarakat, terutama kelompok miskin di perdesaan dan pinggiran kota yang memiliki prevalensi penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum dan sanitasi, mendapatkan layanan air minum dan sanitasi dan terbangun budaya hidup bersih dan sehat.
2.3
STRATEGI DAN PENDEKATAN Untuk mencapai tujuan program Pamsimas, strategi dasar yang diterapkan adalah melalui pembangunan pelayanan air minum dan sanitasi dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utama agar tercipta budaya hidup bersih dan sehat. Strategi tersebut dilakukan dengan prinsip dan pendekatan sebagai berikut: l
Berbasis Masyarakat; artinya program Pamsimas menempatkan masyarakat sebagai pengambil keputusan utama dan penanggung jawab kegiatan dan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
l
Partisipatif; artinya seluruh masyarakat, miskin-kaya; perempuan-laki-laki, menjadi pelaku utama dan terlibat secara aktif dalam seluruh tahapan kegiatan Pamsimas.
l
Tanggap Kebutuhan; artinya program Pamsimas menempatkan kebutuhan1 masyarakat sebagai faktor utama dalam pengambilan keputusan, termasuk di dalamnya pendanaan; dengan memberikan pilihan yang terinformasikan dan hak bersuara dalam setiap tahapan kegiatan.
l
Kesetaran Gender; artinya program Pamsimas memberikan kesempatan yang sama kepada perempuan, seperti halnya laki-laki, untuk mengambil keputusan, berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan dan bertanggung jawab terhadap pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
1
Kebutuhan adalah kesediaan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang dikehendaki berdasarkan pilihan yang tersedia sesuai dengan kondisi setempat yang disertai sikap rela berkorban dan kesediaan untuk membayar (willingness to pay) /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
5
/$,1(,$1 #!"#
2.4
l
Keberpihakan pada Masyarakat Miskin; artinya program Pamsimas menempatkan masyarakat miskin sebagai sasaran utama penerima manfaat program.
l
Keberlanjutan; artinya sarana terbangun dan perubahan perilaku dapat memberikan pelayanan dan manfaat secara menerus dengan mempertimbangkan kelayakan teknis, pembiayaan, kelembagaan, kesetaraan sosial dan pelestarian lingkungan.
l
Transparansi dan Akuntabilitas; artinya pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan sarana harus dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Seluruh lapisan dan pelaku terkait berhak untuk mendapatkan informasi secara akurat dan terpercaya.
l
Berbasis Nilai; artinya penyelenggaraan kegiatan dilakukan dengan berlandaskan pada nilai-nilai mulia seperti kejujuran dan dapat dipercaya.
KONTEKS PNPM Sebagai PNPM Mandiri Pendukung maka Program Pamsimas akan selalu melakukan harmonisasi dengan program PNPM Mandiri (Perdesaan dan Perkotaan), khususnya dalam memanfaatkan kelembagaan kepemimpinan masyarakat LKM dan Keberpihakan pada Masyarakat Miskin. Dengan demikian, hasil-hasil PNPM Mandiri yang harus menjadi acuan bagi program Pamsimas adalah dewan kepemimpinan masyarakat (dewan amanah) yang secara generik disebut LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat) dan kerangka program yang terkait dengan penanggulangan kemiskinan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
6
/$,1(,$1 #!"#
BAB 3. KETENTUAN UMUM 3.1
KRITERIA LOKASI Desa/Kelurahan yang berhak menerima program Pamsimas adalah yang memiliki kriteria sebagai berikut: 1)
Indeks kemiskinan tinggi;
2)
Akses terhadap sarana air minum dan sanitasi rendah;
3)
Tingkat (prevalensi) penyakit diare/terkait air tinggi;
4)
Belum mendapatkan program sejenis (air minum dan sanitasi) dalam 2 tahun terakhir.
Pemilihan lokasi program Pamsimas dilakukan per tahun dan dilaksanakan pada tahun sebelum kegiatan Pamsimas di tingkat masyarakat dilaksanakan dengan langkahlangkah sebagai berikut: Langkah 1
: Koordinasi sektoral di tingkat kabupaten/kota.
Pelaksana
: Seluruh pemangku kegiatan Pamsimas seperti TKK, DPMU, Satker, Pokja AMPL, dan sektor lain terkait.
Keluaran
: Strategi pencapaian kinerja proyek tingkat kabupaten/kota, komponen kegiatan, kategori pembiayaan, tugas dan kewajiban masing-masing sektor, dan pelaksanaan seleksi administrasi desa/kelurahan yang dinilai layak.
Langkah 2
: Penyusunan daftar panjang (long list)
Pelaksana
: Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK)
Sasaran
: Seluruh desa/kelurahan yang memenuhi kriteria
Keluaran
: Daftar panjang desa/kelurahan memenuhi kriteria program.
Langkah 3
: Sosialisasi Pamsimas di tingkat kabupaten/kota
Pelaksana
: TKK dan DPMU
Sasaran
: Aparat dan perwakilan masyarakat desa/kelurahan yang ada dalam daftar panjang.
yang
berisi
desa-desa
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
yang
7
/$,1(,$1 #!"# Keluaran
: Pemahaman mengenai prinsip, pendekatan dan ketentuan program Pamsimas, termasuk mengenai kontribusi masyarakat dan upaya perubahan perilaku.
Langkah 4
: Sosialisasi Pamsimas di tingkat desa/kelurahan
Pelaksana
: Aparat desa/kelurahan (nara sumber: DPMU dan/atau PMAC)
Sasaran
: Kelompok/pelaku program berbasis masyarakat yang telah ada di desa/kelurahan, misal (PPK: UPK, TPK, FD; P2KP: BKM, UP, KSM), perwakilan seluruh komponen masyarakat desa/kelurahan.
Keluaran
: Pemahaman mengenai prinsip, pendekatan dan ketentuan program Pamsimas di tingkat desa/kelurahan.
Langkah 5
: Musyawarah/rembug dusun/RW)
Pelaksana
: Aparat desa/kelurahan dan tokoh masyarakat.
Sasaran
: Seluruh komponen masyarakat, termasuk kelompok rentan dan terpinggirkan, kelompok perempuan dan masyarakat miskin.
Keluaran
: Pernyataan minat masyarakat yang memuat kesanggupan kontribusi sebesar minimal 20% (inkind minimal 16% dan incash minimal 4%) dan menghilangkan kebiasaan BAB (buang air besar) sembarangan (open defecation) serta praktik hidup tidak bersih dan tidak sehat lainnya, yang dituangkan dalam Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan Pamsimas (SPMKP).
Langkah 6
: Verifikasi minat dan kesiapan masyarakat
Pelaksana
: DPMU
Sasaran
: Desa/kelurahan yang mengirimkan SPMKP
Keluaran
: Usulan desa/kelurahan lokasi Pamsimas di tahun berjalan (daftar pendek).
Langkah 7
: Penetapan desa/kelurahan lokasi Pamsimas
Pelaksana
: TKK dan Bupati/Walikota
Keluaran
: Surat keputusan Bupati/Walikota tentang desa/kelurahan lokasi Pamsimas.
warga
(dilaksanakan
mulai
dari
tingkat
Bagan proses pemilihan lokasi sasaran Pamsimas dapat dilihat pada gambar 3.1
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
8
/$,1(,$1 #!"# Gambar 3.1. Bagan Alur Pemilihan Lokasi Pamsimas
Tahun Pertama Setiap Tahun
3.2
PENERIMA MANFAAT Penerima manfaat dari dana bantuan langsung masyarakat (BLM) yang disediakan melalui program Pamsimas adalah seluruh masyarakat warga desa/kelurahan dan penerima manfaat langsung adalah kelompok miskin, rentan dan terpinggirkan (indigenous and vulnerable people) yang diidentifikasi oleh masyarakat sendiri, disepakati dan ditetapkan bersama oleh masyarakat desa/kelurahan melalui proses musyawarah warga dalam tahapan “identifikasi masalah dan analisis situasi” dengan menggunakan MPA dan PHAST.
3.3
KOMPONEN PROGRAM Kegiatan Program Pamsimas di tingkat masyarakat didukung oleh dua bantuan utama, yaitu bantuan teknis dan bantuan dana, melalui lima komponen kegiatan sebagai berikut:
3.3.1
Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal Komponen ini bertujuan untuk: (i) memampukan masyarakat untuk mengorganisasi, merencanakan, melaksanakan, mengelola dan menjaga keberlanjutan program layanan air minum, sanitasi dan kesehatan; (ii) memperkuat kapasitas kelembagaan masyarakat untuk menjamin kualitas pengelolaan program; (iii) membangun komitmen /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
9
/$,1(,$1 #!"# dan kapasitas pemerintah daerah untuk mendukung pelaksanaan program Pamsimas di tingkat masyarakat. Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Pendampingan dari Tim Fasilitator Masyarakat (Pemberdayaan, Teknik, dan Kesehatan) untuk memfasilitasi kegiatan di tingkat masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan. 2) Penguatan kapasitas masyarakat dan kelembagaan masyarakat (LKM, Satlak, dan BP) melalui pelatihan dan pendampingan untuk menjamin keberlanjutan pelayanan air minum dan sanitasi serta perilaku hidup bersih dan sehat. 3) Dukungan dari pemerintah daerah berupa bantuan teknis dan sumber daya, baik pada saat pelaksanaan maupun pasca pelaksanaan untuk memastikan keberlanjutan dan perluasan pelayanan air minum, sanitasi dan kesehatan. 3.3.2
Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Pelayanan Sanitasi Komponen ini bertujuan untuk membantu masyarakat dan lembaga lokal dalam pencegahan penyakit yang diakibatkan oleh air dan sanitasi buruk, melalui: (i) perubahan perilaku menuju hidup bersih dan sehat; (ii) peningkatkan akses pada sanitasi dasar. Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat untuk menuju perilaku hidup bersih dan sehat, melalui: a) Buang air besar pada tempatnya (Stop Buang Air Besar Sembarangan) b) Cuci tangan pakai sabun 2) Penguatan kapasitas, melalui pelatihan dan pendampingan, tentang perilaku hidup bersih dan sehat serta teknik promosinya bagi LKM, kader/natural leader, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan aparatur desa. 3) Pelaksanaan program sanitasi dan kesehatan sekolah yang meliputi promosi dan peningkatan kapasitas bagi masyarakat sekolah (guru dan murid) tentang perilaku hidup bersih dan sehat. 4) Dukungan pemerintah daerah terhadap penguatan kelembagaan lokal (sanitarian Puskesmas/staf Pustu/Bidan Desa), pelaksanaan dan keberlanjutan perubahan perilaku menuju hidup bersih dan sehat, melalui pelatihan maupun studi banding.
3.3.3
Penyediaan Sarana Air Minum dan Sanitasi Sekolah Komponen ini bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap fasilitas air minum dan sanitasi yang aman dan bagi masyarakat miskin dan juga sekolah di perdesaan, serta akses pada fasilitas sanitasi komunal bagi masyarakat miskin perkotaan. /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
10
/$,1(,$1 #!"# Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Dana hibah (BLM) untuk pembangunan sarana air minum atau sanitasi umum sebesar 80% dari total kebutuhan biaya, dimana sebesar 70% berasal dari Pemerintah Pusat dan 10% berasal dari Pemerintah Kabupaten/Kota. Selebihnya, 20% merupakan kontribusi masyarakat. 2) Bantuan dan pendampingan untuk pembuatan rancangan teknis detil (detail engineering design) dari Tim Fasilitator Masyarakat dan Konsultan Kabupaten/Kota. 3) Peningkatan kapasitas, melalui pelatihan dan pendampingan, untuk pelaksanaan dan pengawasan konstruksi, serta pengoperasian dan pemeliharaan. 3.3.4
Insentif Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Komponen ini bertujuan untuk memberikan insentif berupa dana hibah bagi Desa/Kelurahan yang mampu memenuhi bahkan melebihi tujuan dan target pencapaian program. Melalui komponen ini, Desa/Kelurahan yang memenuhi kriteria pencapaian program akan mendapatkan hibah insentif berupa block grant yang akan dipergunakan untuk meningkatkan produktifitas ekonomi, pengoperasian dan pemeliharaan sarana, perluasan dan pengembangan sistem lebih lanjut.
3.3.5
Dukungan Pelaksanaan dan Manajemen Proyek Komponen ini bertujuan untuk memberikan dukungan bagi pelaksanaan dan juga penyebarluasan informasi mengenai kemajuan dan pencapaian program melalui media-media informasi, seperti Website, Poster, Leaflet, dan sebagainya. Kegiatan dan bantuan teknis di bawah komponen ini yang akan diterima oleh masyarakat adalah sebagai berikut: 1) Pendampingan dari Konsultan Kabupaten/DMAC (Pemberdayaan, Teknis dan Kesehatan) untuk memberikan bantuan teknis dan penguatan dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat masyarakat. 2) Dukungan dari Konsultan tingkat Provinsi (PMAC) dan tingkat Pusat (CMAC) berupa pedoman dan petunjuk teknis pelaksanaan program, melalui Tim Fasilitator Masyarakat dan Konsultan Kabupaten. 3) Informasi mengenai ketentuan, tata cara pelaksanaan, kemajuan dan pencapaian, dan informasi-informasi lain yang terkait melalui media-media informasi yang bisa diakses oleh masyarakat.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
11
/$,1(,$1 #!"# 3.4
BANTUAN PROGRAM UNTUK MASYARAKAT
3.4.1
Bantuan Teknis Bantuan teknis ini diwujudkan dalam bentuk pendampingan terhadap masyarakat dengan cara penugasan konsultan dan fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi dan memberdayakan masyarakat agar mampu merencanakan dan melaksanakan program masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di desa/kelurahan masing-masing. Proses pendampingan ini sekurang-kurangnya harus menghasilkan:
3.4.2
l
Masyarakat yang peduli dengan kemiskinan, kebersihan dan kesehatan serta pelestarian lingkungan dan mampu mengaktualisasikan dirinya sebagai bagian dari upaya penanggulangan kemiskinan terutama di bidang air minum dan sanitasi.
l
Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) yang dipercaya, aspiratif, representatif dan akuntabel.
l
PJM ProAKSi sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan bidang air minum dan sanitasi dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat.
l
Relawan dan Relawan khusus sebagai penggerak proses pembangunan partisipatif di wilayahnya.
l
Kegiatan dan forum pemantauan partisipatif untuk memastikan pelaksanaan kegiatan penyediaan layanan air minum dan sanitasi berdasarkan PJM ProAKSi dan nilai luhur.
l
Masyarakat yang memahami dan mampu melaksanakan rangkaian kegiatan Pamsimas di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan sesuai substansi pedoman pelaksanaan Pamsimas.
l
Lembaga pengelola pemeliharaan sarana di tingkat desa. Bantuan Dana
Bantuan dana diberikan dalam bentuk dana BLM (bantuan langsung masyarakat). BLM ini bersifat stimulan dan disediakan untuk memberi kesempatan kepada masyarakat untuk belajar dan berlatih dengan melaksanakan sebagian rencana kegiatan penyediaan air minum dan sanitasi yang telah ditetapkan pada PJM ProAKSi dan RKM. Makna dana BLM bersifat stimulan bagi masyarakat untuk melaksanakan apa yang telah masyarakat rencanakan bersama dengan lebih memprioritaskan pada kepentingan bersama dan keberpihakan pada masyarakat miskin. Dana BLM ini adalah dana publik yang disalurkan sebagai wakaf tunai kepada seluruh warga desa/kelurahan dengan peruntukannya diprioritaskan kepada warga miskin.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
12
/$,1(,$1 #!"# Nilai alokasi dana BLM tiap desa/kelurahan harus diinformasikan secara luas dan transparan kepada semua warga desa/kelurahan, termasuk kontribusi dana BLM dari Pemda setempat ataupun dana-dana lain yang dikelola LKM. Pamsimas melarang dana BLM dimanfaatkan untuk hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan upaya penyediaan layanan air minum dan sanitasi, menimbulkan dampak keresahan sosial dan kerusakan lingkungan, berorientasi pada kepentingan individu atau kelompok tertentu dan bertentangan dengan norma-norma, hukum serta peraturan yang berlaku. Kegiatan yang tidak boleh dibiayai dengan dana BLM Program Pamsimas (negative list) dapat dilihat dalam Buku Petunjuk Teknis Pengamanan Lingkungan dan Sosial Program Pamsimas
3.5
INDIKATOR KEBERHASILAN DI TINGKAT MASYARAKAT Kinerja pelaksanaan program Pamsimas di tingkat masyarakat dinilai berhasil jika memenuhi indikator-indikator sebagai berikut: 1) Tujuan Umum Program l
Meningkatkan akses masyarakat, terutama masyarakat miskin, terhadap fasilitas air minum yang layak sebesar 50-100% dari masyarakat yang belum memiliki akses.
l
Meningkatkan akses masyarakat, terutama masyarakat miskin, terhadap fasilitas sanitasi yang layak sebesar 100% paling lambat pada tahun ketiga setelah pemicuan.
2) Komponen 1: Pemberdayaan Masyarakat dan Pengembangan Kelembagaan Lokal l
Rencana Kerja Masyarakat (RKM) disusun secara partisipatif melibatkan seluruh komponen masyarakat (miskin-kaya; perempuan-laki-laki).
3) Komponen 2: Peningkatan Perilaku Hidup Sehat dan Pelayanan Sanitasi l
100% kelompok masyarakat sasaran stop buang air besar sembarangan.
l
80% kelompok masyarakat sasaran menerapkan perilaku cuci tangan pakai sabun pada waktu-waktu kritis.
l
95% sekolah sasaran mempunyai sarana sanitasi yang layak dan program PHBS.
4) Komponen 3: Penyediaan Sarana Air Minum atau Sanitasi Umum l
Sarana air minum yang berfungsi, dimanfaatkan serta memenuhi tingkat kepuasan mayoritas masyarakat sasaran di perdesaan.
l
Sarana air minum yang dikelola dan dibiayai secara efektif oleh masyarakat di perdesaan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
13
/$,1(,$1 #!"# l
3.6
Sarana sanitasi umum/komunal (untuk wilayah pinggiran perkotaan) yang berfungsi, dimanfaatkan serta memenuhi tingkat kepuasan mayoritas masyarakat sasaran di penggiran kota.
GARIS BESAR SIKLUS KEGIATAN DI TINGKAT MASYARAKAT Kegiatan di tingkat masyarakat mengikuti siklus atau tahapan sesuai dengan Gambar 3.2.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
14
/$,1(,$1 #!"# Gambar 3.2. Siklus Kegiatan Pamsimas di Tingkat Masyarakat
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
15
/$,1(,$1 #!"#
BAB 4. ORGANISASI PELAKSANA PROGRAM 4.1
STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN PAMSIMAS Organisasi pelaksana program dibentuk di setiap tingkatan (Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan) untuk mendukung pelaksanaan program Pamsimas. Struktur organisasi pelaksana program Pamsimas dapat dilihat pada Gambar 4.1
4.2
DISTRIBUSI PERAN PELAKU Pelaku program Pamsimas di setiap tingkatan memiliki tanggung jawab sesuai peran dan fungsinya. Pengelola dan pelaksana di tingkat kabupaten/kota dan kecamatan memberikan dukungan langsung bagi pelaksanaan kegiatan Pamsimas di tingkat masyarakat. Peran, fungsi dan tanggung jawab masing-masing pelaku program Pamsimas diuraikan dalam paparan berikut.
4.2.1
Tingkat Desa dan Masyarakat 1) Pemerintah Desa/Kelurahan Pemerintah Desa/Kelurahan merupakan salah satu pelaku kunci dalam program Pamsimas, walaupun masyarakat yang mengelola dan melaksanakan kegiatan. Pemerintah Desa/Kelurahan berperan dalam melakukan sosialisasi, fasilitasi, mediasi dan koordinasi untuk memperlancar pelaksanaan proyek di desa/kelurahan. 2) Tim Fasilitator Masyarakat Fasilitator Masyarakat (FM) merupakan tenaga pendamping yang telah dilatih untuk meningkatkan kapasitas/kemampuan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan dengan berperan secara aktif dalam setiap keputusan yang diambil. Fasilitator Masyarakat merupakan satu kesatuan tim sebagai Tim Fasilitasi Masyarakat (TFM) yang terdiri dari 3 bidang kompetensi, yaitu: l
Fasilitator Masyarakat bidang Kesehatan
l
Fasilitator Masyarakat bidang Teknik Sarana Air Minum & Sanitasi
l
Fasilitator Masyarakat bidang Pemberdayaan Masyarakat /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
16
/$,1(,$1 #!"# Tugas pokok TFM adalah memfasilitasi kegiatan penilaian, analisis dan penyusunan rencana kegiatan kelompok masyarakat sebagai Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan, dan Sanitasi/PJM ProAKSi) dengan MPA dan PHAST (Methodology for Participatory Assessment dan Partipatory Hygiene and Sanitation Transformation). Memberikan bantuan teknis kepada masyarakat desa, terutama Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM), dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan program dalam peningkatan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi masyarakat. PJM ProAKSi tahun pertama akan dijabarkan ke dalam Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) untuk program Pamsimas. Fokus terpenting dari pekerjaan TFM adalah membantu masyarakat untuk mengembangkan keterampilan teknis dan pengelolaan yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dan memelihara sarana. Setiap TFM akan memfasilitasi 3-5 desa/tahun di tiap-tiap kabupaten/kota. 3) Tim Fasilitator Keberlanjutan Fasilitator Keberlanjutan merupakan Tim Fasilitator yang terdiri dari 2 sub-tim yang saling bekerjasama dalam menjamin keberlanjutan program Pamsimas. Fasilitator Keberlanjutan bertanggung jawab untuk mendampingi BP-SPAMS dan LKM dalam menjalankan tugasnya dalam pengelolan dan pengembangan SPAMS terbangun dan juga bertanggungjawab terhadap pencapaian target bebas BABS. Tim Fasilitator Keberlanjutan terdiri dari: ·
Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan (FMK) dengan 3 latar belakang yaitu: 1. Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan bidang Pemberdayaan Masyarakat 2. Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan bidang Kesehatan 3. Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan bidang Teknik Air Minum & Sanitasi
·
Fasilitator Masyarakat Hibah Insentif Desa (FMHID)
4) Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) adalah organisasi warga yang berasal dan dipilih oleh semua lapisan masyarakat termasuk masyarakat miskin, dan berbasis pada nilai dan kualitas sifat kemanusiaan. Pemilihan LKM melalui sistem tanpa calon, tanpa kampanye, tertulis, rahasia dan disepakati oleh seluruh warga. LKM adalah lembaga pengelola program, sedangkan lembaga pelaksana program adalah Satuan Pelaksana (Satlak) Program Pamsimas yang dibentuk oleh LKM. 4.2.2
Tingkat Kecamatan Pemangku kegiatan lintas sektoral program Pamsimas di tingkat Kecamatan terdiri dari Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) yang di dalamnya terdapat Tim Teknis Kecamatan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
17
/$,1(,$1 #!"# 1) Tim Koordinasi Kecamatan Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) bertugas melaksanakan sosialisasi, fasilitasi, mediasi dan koordinasi untuk memperlancar pekerjaan Pamsimas yang bersifat lintas desa, unsur-unsur di dalam TKKc terdiri dari Camat, Kepala Puskesmas, dan Kepala Cabang Diknas Kecamatan. 2) Tim Teknis Kecamatan Tim Teknis Kecamatan (TTKc) bertugas memberikan bantuan teknis dan pembinaan teknis kepada LKM dan Satlak Pamsimas bersama-sama dengan TFM dalam melaksanakan sosialisasi, fasilitasi, mediasi dan koordinasi untuk memperlancar pekerjaan Pamsimas yang bersifat lintas desa. Keanggotaan Tim Teknis Kecamatan terdiri dari Kaurbang dan Kasi PMD Kecamatan, Sanitarian Puskesmas, dan Pengawas Sekolah Cabang Diknas Kecamatan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
18
/$,1(,$1 #!"# Gambar 4.1. Struktur Organisasi Pelaksana Pamsimas TIM PENGARAH
PUSAT
Dpti BSP, DJCK : Dpti BSK, DJA, DJPb, DJBAKD, DJBPD, DJPMD, DJP2&PL, DJIKM, Dpti BPPL, Bapekki
EXECUTING AGENCY DJCK
IMPLEMENTING AGENCY DJCK, DJP2&PL, DJ PMD,
TIM TEKNIS PUSAT
Dit Perkim, Dit Bina Program, Dit KGM, Dit PLNM, Dit PAM, Dit PPLP, Dit PL, Dit SDA&TTG, Dit FPR&LH, Subdit AM&AL, Subdit KLN&PI, Subdit MDPLNM, Subdit PelKes, Bag PABPKLN, Subdit PHLN I, Kasi WB, Kasi PHLN I, POKJA AMPL Pusat.
1. 2. 3. 4. 5.
CPMU Kepala Staf CPMU Ast. Bid. Perencanaan Ast. Bid. Monev & Evlsi
LO 3,4,5 CPIU/Satke
Ast. Bid. Pengad Brg/Js Ast. Bid. Keuangan
LO 2 CPIU/Satke
LO 1B CPIU/Satke
GUBERNUR
LO 1A CPIU/Satke
CMAC :
TL / PMA PD/CB Spec CD/Gdr Spec WSS Spec HH Spec Spec 6. Monev Spec 7. Comm Spec.
PROVINSI Bappeda, DPU, DinKes, BPMD, DikNas, Bapedalda
Ast. Bid. Perencanaan Ast. Bid. Monev&Evls
POKJA AMPL PROVINSI
Ast. Bid. Pngad Brg/Js Ast. Bid. Keuangan
Bappeda, DPU, DinKes, BPMD, Bapedalda, DikNas, Dll.
PPIU 3,4,5 / Satker
PPIU 2 / Satker
PPIU 1B / Satker
BUPATI/WALIKOT
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
PPIU 1A / Satker
DPMU
Bappeda, DPU, DinKes,
POKJA AMPL KAB./KOTA
Ast. Bid. Perencanaan Ast. Bid. Monev & Evls Ast. Bid. Keuangan
11.
DPIU 3,4,5 / Satker
Bappeda, DPU, DinKes, BPMD, Bapedalda, DikNas, Dll.
DPIU 2 / Satker
DPIU 1B / Satker
TIM KOORD KECAMATAN
TIM FASILITATOR MASYARAKAT: 1. CF CD 2. CF WSS 3. CF HH
TIM TEKNIS KECAMATAN
TFM KEBERLANJUTAN
KADES/LURAH
M
8. HH Spec 9. WSS Spec 10. CD Spec
DPIU 1A / Satker
KECAMATAN
CAMAT
TL PMAC TA HH TA WSS TA CD TA LG TA FM TA SIM
DMAC:
KAB./KOTA
TIM KOORD. KAB/KOTA
13. HC Spec 14. RME.
PMAC :
PPMU
TIM KOORD. PROVINSI
8. Procur Spec 9. Financ Spec 10. Web Mng 11. MIS Spec 12. Ac/Aud
DESA/KEL.
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
W
A
R
G
A
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
19
/$,1(,$1 #!"#
4.2.3
Tingkat Kabupaten/Kota 1) Kepala Daerah (Bupati/Walikota) Kepala Daerah Kabupaten/Kota dalam hal ini Bupati/Walikota adalah penanggung jawab pelaksanaan program Pamsimas di tingkat kabupaten/kota. Bupati/Walikota bertanggung jawab untuk: a)
Mengkoordinasikan penyelenggaraan program Pamsimas di wilayah kerjanya,
b)
Mewujudkan tata kelola dan tata laksana program Pamsimas yang baik,
c)
Membentuk Tim Koordinasi Kabupaten/kota (TKK) dan Tim Teknis Kabupaten/kota, DPMU, Satker Kabupaten/Kota, dan Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) serta Tim Teknis Kecamatan.
2) Tim Koordinasi Kabupaten/Kota Tim Koordinasi Kabupaten/kota dibentuk berdasarkan SK Bupati/Walikota, diketuai oleh Kepala Bappeda Kabupaten/kota, beranggotakan dari Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya/sepadannya, Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/sepadannya, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Bapedalda/Dinas Lingkungan Hidup, dan instansi terkait sesuai kebutuhan. 3) Tim Teknis Kabupaten/Kota Tim Teknis Pamsimas Kabupaten/Kota adalah Pokja AMPL (bagi yang sudah terbentuk). Bagi Kabupaten/kota yang belum terbentuk Pokja AMPL, Tim Teknis Kabupaten/Kota Pamsimas menjadi embrio terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten/Kota. Tim Teknis Kabupaten/Kota beranggotakan inter-instansi dari: l
Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten/Kota,
l
Dinas bidang Cipta Karya/sepadannya,
l
Badan/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Desa/sepadannya,
l
Dinas Kesehatan
l
Dinas Pendidikan
l
Bapedalda/Dinas Lingkungan Hidup.
l
Dinas/Instansi lain yang terkait sesuai dengan kebutuhan
4) Unit Pengelola Program Kabupaten/Kota (DPMU) DPMU terdiri dari Dinas-Dinas pelaksana dan penanggung jawab program Pamsimas yang berkedudukan di Dinas Bidang Cipta Karya/sepadannya. Ketua DPMU dibantu oleh 3 (tiga) anggota dan dibentuk melalui SK Bupati/Walikota. Organisasi DPMU yang dipimpin oleh Ketua DPMU terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu: a)
Bagian Perencanaan;
b)
Bagian Monitoring dan Evaluasi;
c)
Bagian Keuangan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
20
/$,1(,$1 #!"#
5) Satuan Kerja (Satker) Kabupaten/Kota Satuan Kerja Pamsimas di tingkat kabupaten/kota berada di Dinas Pekerjaan Umum Bidang Cipta Karya/sepadannya. Sesuai dengan sumber pendanaan hibah masyarakat, untuk proses penyaluran dana diperlukan 2 (dua) Satker Pamsimas Kabupaten/Kota, yaitu : 1) Satker untuk penyaluran dana APBD disebut Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) ditetapkan dengan SK Bupati/Walikota, dan 2) Satker untuk penyaluran dana APBN disebut Satker PIP/PPK Pamsimas ditetapkan dengan SK Menteri Pekerjaan Umum. Keanggotaan dari masing-masing Satker Pamsimas tersebut terdiri dari: l
Kepala Satuan Kerja (Kasatker)
l
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
l
Penguji Pembebanan dan Pejabat Penandatangan SPM (PPP/PSPM)
l
Bendahara
6) District Management and Advisory Consultant (DMAC) DMAC adalah konsultan tingkat Kabupaten/Kota yang memberikan bantuan teknis dan dukungan bagi pengelola dan pelaksana Pamsimas di tingkat Kabupaten/Kota. DMAC juga bertanggung jawab untuk memberikan dukungan dan penguatan bagi Tim Fasilitator Masyarakat. DMAC terdiri dari 4 orang, yaitu: l
Konsultan Pemberdayaan Masyarakat.
l
Konsultan Teknik Air Minum dan Sanitasi
l
Konsultan Kesehatan
l
Konsultan Financial Management
Peran, tugas dan tanggung jawab para pelaku program Pamsimas secara secara lengkap dapat dilihat dalam Lampiran
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
21
/$,1(,$1 #!"#
BAB 5. PERENCANAAN PROGRAM Tahap perencanaan merupakan tahap awal penyiapan masyarakat untuk mengetahui kondisi yang dihadapi dalam air minum dan sanitasi; menyiapkan lembaga pengelola yang dipercaya masyarakat untuk melaksanakan program; menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM Pro-Aksi); dan Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Tahap perencanaan mengikuti alur yang telah dijelaskan pada Bab 3 Ketentuan Umum, sub bab 3.5 Garis Besar Siklus Kegiatan di Tingkat Masyarakat.
5.1
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI Proses identifikasi masalah dan analisis situasi (IMAS) desa/kelurahan terdiri dari kegiatan diskusi dengan menggunakan instrumen dari MPA2 dan PHAST3 yang dilakukan baik di masyarakat dan di sekolah. Kegiatan ini dilakukan secara partisipatif oleh seluruh komponen masyarakat baik perempuan, laki-laki, kaya, miskin termasuk masyarakat adat (indigenous and vulnerable people), sementara TFM hanya memfasilitasi proses tersebut. Instrumen MPA dan PHAST yang digunakan adalah: 1)
Inventaris Data Komunitas
2)
Sejarah Sarana Air Minum dan Sanitasi, dan Promosi Kesehatan
3)
Klasifikasi Kesejahteraan
4)
Pemetaan Sosial
5)
Rapid Technical Assessment
6)
Perencanaan Transect Walks dan FGD
7)
Tinjauan Pengelolaan Pelayanan
8)
Transect Walks
9)
Efektifitas Penggunaan Sarana Air Bersih
10) Efektifitas Penggunaan Sarana Sanitasi 11) Pembagian Kerja Berdasarkan Gender dan Waktu Kerja 12) Hak Suara dan Pilihan dalam Pengambilan Keputusan 13) Alur Penularan Penyakit dan Penghambatnya
2 3
MPA : Methodology for Participatory Assessment PHAST : Participatory Hygiene and Sanitation Transformation
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
22
/$,1(,$1 #!"#
Langkah-langkah identifikasi masalah dan analisis situasi secara lebih rinci dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Perencanaan Program Pamsimas di Tingkat Masyarakat. Sedangkan proses IMAS dengan menggunakan tools MPA-PHAST dijelaskan dalam “Fieldbook Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi”, sedangkan hasil prosesnya dicatat dalam “Buku Catatan Proses Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi “.
5.2
PEMICUAN PERUBAHAN PERILAKU MASYARAKAT Pelaksanaan pemicuan masyarakat dengan pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) dilakukan untuk mengubah perilaku hidup tidak bersih dan sehat, khususnya mengubah perilaku buang air besar sembarangan menjadi tidak di sembarang tempat. Pelaksanaan CLTS dilaksanakan di desa/kelurahan yang bersangkutan sebagai bentuk komitmen masyarakat untuk merubah perilakunya. Hal tersebut dilakukan untuk menuju perilaku hidup bersih dan sehat, yaitu: a) buang air besar pada jamban yang sehat4, b) membuang kotoran bayi/ balita pada jamban, c) mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, setelah membersihkan kotoran bayi, dan sebelum makan. Pelaksanaan kegiatan pemicuan harus segera dimulai setelah dilakukan pemetaan sarana sanitasi awal dan perilaku BAB masyarakat pada tahap kegiatan identifikasi masalah dan analisis situasi dalam rangka formulasi kebutuhan masyarakat, sehingga ketika proses pengajuan RKM dan tahap-tahap kegiatan program selanjutnya sudah ada kemajuan secara nyata mengenai upaya-upaya menghilangkan kebiasaan buang air besar di sembarang tempat. Pemicuan perubahan perilaku buang air besar dilakukan oleh tim CLTS kabupaten/kota, yang terdiri Sanitarian/Tenaga Puskesmas, Kasi PMD Kecamatan, PKK Kecamatan, serta TFM yang telah mendapat pelatihan CLTS5. Hasil pelaksanaan pemicuan awal akan diverifikasi oleh Sanitarian/Tenaga Puskesmas, dan akan dinyatakan dalam sebuah dokumen sertifikasi. Dokumen sertifikasi hasil pemicuan perubahan perilaku dengan CLTS menyatakan bahwa: 1)
telah ada natural leader yang akan melanjutkan proses pemicuan di lokasi lain dan pemantauan hasil pemicuan awal,
2)
telah ada pernyataan kesiapan masyarakat untuk merubah perilaku BAB tidak di sembarang tempat,
3)
telah ada rencana pemantauan kemajuan perubahan perilaku BAB. Dokumen tersebut akan menjadi persyaratan kelengkapan pengajuan dokumen RKM.
Ciri Jamban sehat : (1) tidak menimbulkan bau, (2) tidak mencemari badan air, dan (3) memutus kontak antara tinja dengan vector penyakit dan manusia. 5 Rincian tentang CLTS dapat dilihat pada Fieldbook CLTS 4
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
23
/$,1(,$1 #!"# Setelah kegiatan pemicuan ini dilakukan, masyarakat dibantu oleh TFM melakukan pemantauan terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan dengan menggunakan metode partisipatif yang melibatkan seluruh masyarakat, sehingga kondisi dimana akses terhadap sarana sanitasi yang menyeluruh dapat dicapai oleh desa yang bersangkutan. Temuan-temuan penting dari pelaksanaan pemicuan dengan metode CLTS yang berkaitan dengan perilaku masyarakat dalam hal kesehatan dan kebersihan akan dijadikan masukan pada proses perencanaan kegiatan pada RKM II. Langkah-langkah pemicuan secara lebih rinci dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Perencanaan Program Pamsimas di Tingkat Masyarakat. Sedangkan proses pemicuan dengan metode CLTS dapat dilihat pada “Modul Stop BABS”
5.3
PERTEMUAN PLENO DESA/KELURAHAN MEMBAHAS HASIL IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISIS SITUASI Hasil identifikasi masalah terkait dengan layanan air minum, kesehatan, dan sanitasi kemudian dirangkum dan dianalisis secara bersama-sama oleh masyarakat dibantu TFM. Hasil tersebut dapat memberikan gambaran tentang kondisi masyarakat terkait dengan air minum, sanitasi dan kesehatan yang memerlukan rencana penanganan baik dari masyarakat sendiri, Program Pamsimas, dan pihak terkait lainnya. Pertemuan pleno membahas hasil IMAS dilakukan agar masyarakat mengetahui hasilhasil yang diperoleh dari proses IMAS menggunakan instrumen MPA/PHAST, sehingga masyarakat dapat memberikan saran dan masukan terhadap temuan yang ada dan menyepakati hasil analisis tersebut. Pelaksanaan pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan untuk membahas hasil identifikasi masalah dan analisis situasi diuraikan secara rinci dalam “Fieldbook Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi”.
5.4
PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KESWADAYAAN MASYARAKAT Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) merupakan wadah sinergi dan aspirasi masyarakat yang diharapkan dapat menjadi embrio dari lembaga keswadayaan masyarakat warga (civil society) di tingkat komunitas akar rumput. LKM diharapkan bisa menjadi lembaga masyarakat yang independen, yang sepenuhnya dibentuk, dikelola, dan dipertanggungjawabkan oleh masyarakat sendiri. Anggota LKM dipilih secara langsung oleh masyarakat dengan mengutamakan keterlibatan dan keberpihakan kepada kelompok yang selama ini terpinggirkan (wanita dan warga miskin), mengacu pada kriteria kualitas sifat kemanusiaan (moral) dan berbasis nilai. Pemilihan anggota LKM melalui sistem tanpa calon, tanpa kampanye, tertulis, rahasia, tanpa rekayasa dari pihak manapun, dan disepakati oleh seluruh warga.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
24
/$,1(,$1 #!"# Untuk kemudahan administrasi program dan sejalan dengan kedudukannya sebagai lembaga masyarakat warga yang otonom, maka legitimasi LKM adalah pengakuan, representasi, dan mengakarnya lembaga tersebut dalam masyarakat, sedangkan legalisasinya melalui Pencatatan Notaris atau Akta Notaris. Meskipun sebagai lembaga masyarakat LKM berkedudukan otonom, namun dalam pengelolaan organisasi maupun pelaksanaan kegiatan LKM berkewajiban melaksanakan koordinasi, konsultasi, dan komunikasi intensif dengan Kepala Desa/Lurah dan perangkatnya serta tokoh masyarakat maupun lembaga formal dan lembaga informal masyarakat lainnya. Hal ini sejalan dengan prinsip dasar pembangunan partisipatif dan berkelanjutan bahwa pembangunan akan berlangsung efektif, efesien, dan tepat sasaran apabila didukung dan mensinergikan potensi tiga pilar pelaku pembangunan, yakni masyarakat warga, pemerintah, dan kelompok peduli. Di desa/kelurahan lokasi Pamsimas yang sedang dan telah dilaksanakan program pemberdayaan oleh pemerintah dengan pendekatan program yang sejenis dengan Pamsimas, seperti contohnya P2KP yang telah membentuk BKM, maka tidak perlu membentuk lembaga baru, namun memanfaatkan BKM sesuai dengan karakteristiknya sebagai LKM. Dalam hal BKM yang memiliki kinerja yang kurang memadai, maka TFM bersama-sama dengan mitra setempat melakukan revitalisasi lembaga tersebut. Untuk melaksanakan program Pamsimas, LKM dengan pendampingan dari Tim Fasilitasi Masyarakat (TFM) membentuk Satuan Pelaksana (Satlak) Pamsimas. Keanggotaan Satlak Pamsimas terdiri dari Ketua Satlak Pamsimas, Bendahara, Unit Kerja Teknis Air Minum dan Sanitasi, Unit Kerja Teknis Kesehatan, dan Unit Pengaduan Masyarakat. Hasil pembentukan Satlak Pamsimas disahkan oleh Koordinator LKM. Langkah-langkah pelaksanaan pembentukan LKM secara lebih jelas dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Masyarakat.
5.5
5.5.1
PENYUSUNAN PERENCANAAN JANGKA MENENGAH PROGRAM AIR MINUM, KESEHATAN, DAN SANITASI (PJM PROAKSI) Penyusunan Rencana Kegiatan PJM ProAKSI PJM ProAKSI adalah adalah dokumen perencanaan jangka menengah untuk kurun waktu 5 tahun dalam bidang air minum, kesehatan dan sanitasi, yang dirumuskan dari analisis hasil IMAS. PJM ProAKSI merupakan kumpulan dari berbagai macam pilihan kegiatan (opsi) yang mungkin dilakukan untuk menangani permasalahan air minum, kesehatan dan sanitasi di desa/kelurahan. Setelah hasil IMAS diplenokan di tingkat desa/kelurahan, Satlak Pamsimas dengan bimbingan dan arahan dari Kepala Desa /Lurah, Tim Teknis Kecamatan, dan Tim Fasilitasi Masyarakat merumuskan PJM-ProAKSI. PJM ProAKSI disusun secara berjenjang mulai dari rembug warga tingkat dusun/RW hingga pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan. Untuk selanjutnya, dokumen PJM ProAKSi ini dapat dijadikan referensi terhadap dokumen RPJMDesa. /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
25
/$,1(,$1 #!"# 5.5.2
Pemilihan Opsi Kegiatan PJM ProAKSI Tahun Pertama Opsi kegiatan RKM yang dipilih dari kumpulan pillihan kegiatan yang ada dalam PJM ProAKSI akan menjadi rencana tahun pertama, dan akan didanai oleh Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) Program PAMSIMAS. Proses pemilihan opsi ini merupakan tanggung jawab LKM dan Satlak Pamsimas dengan pendampingan oleh TFM, dimana LKM memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang berbagai opsi yang dapat dipilih untuk kegiatan Pamsimas dalam RKM. Proses ini dilakukan dalam pertemuan-pertemuan informal dengan kelompok-kelompok masyarakat di seluruh dusun/RW. Pada pertemuan tersebut yang terpenting adalah masyarakat sadar bahwa mereka punya pilihan dan paham dengan konsekuensi atas pilihan yang akan diambil. A. Pemilihan Opsi RKM I Opsi Sarana Air Minum Setelah keadaan sarana air minum yang ada saat ini diketahui, masyarakat dengan pendampingan dari TFM memilih jenis sarana air minum yang ingin dibangun dan halhal yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan konstruksinya. Pemilihan opsi sarana air minum menggunakan Katalog Informasi Pilihan (INFORMED CHOICE CATALOGUE)6 Sarana Air Minum. Opsi Sarana Sanitasi Komunal (khusus untuk daerah peri-urban/pinggiran kota) Masyarakat dengan pendampingan TFM melakukan pemilihan opsi sarana sanitasi dengan menggunakan Katalog Informasi Pilihan (INFORMED CHOICE CATALOGUE)7 untuk Sarana Sanitasi Komunal. Pemilihan opsi sarana sanitasi tersebut harus mempertimbangkan juga antara lain: biaya konstruksi, ketersediaan lahan untuk konstruksi, serta biaya operasional dan pemeliharaan. Pendekatan sanitasi setempat (on-site) menimbulkan banyak masalah di permukiman kota/pinggiran kota yang padat, sementara sistem pembuangan limbah kota terpusat (off-site) dianggap terlalu mahal untuk kebanyakan kota di Indonesia. Sanitasi Komunal adalah opsi untuk mengisi kesenjangan antara solusi sanitasi setempat dan sistem pembuangan limbah kota terpusat. Pilihan opsi teknologi, pelaksanaan konstruksi dan pengoperasian dan pemeliharaan Sarana Sanitasi Komunal secara lebih rinci dapat dilihat dalam Manual Teknis Sanitasi Komunal untuk Perkotaan/Pinggiran Perkotaan
6
Katalog Informasi Pilihan untuk Sarana Air Minum menggunakan “Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengembangan SPAM Sederhana” Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum 7 Katalog Informasi Pilihan untuk Sarana Sanitasi menggunakan “Informasi Pilihan Teknologi Sanitasi” Direktorat Jenderal Cipta Karya - Kementerian Pekerjaan Umum
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
26
/$,1(,$1 #!"# Opsi Pelatihan di Tingkat Masyarakat Setelah masyarakat memutuskan pemilihan jenis sarana air minum dan sarana sanitasi, kemudian dibuat suatu rencana pelatihan di tingkat masyarakat. TFM mendampingi masyarakat dalam mendiskusikan jenis pelatihan yang dibutuhkan berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan sarana air minum dan sarana sanitasi dan tata cara pengelolaan administrasinya. B. Pemilihan Opsi RKM II Opsi Kegiatan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Hasil tools PHAST (alur penularan penyakit dan penghambatnya) dan temuan-temuan yang diperoleh dari kegiatan pemicuan dengan CLTS yang telah dilakukan dapat diketahui berbagai perilaku tidak bersih dan tidak sehat yang masih terjadi di masyarakat, sehingga kemudian dapat didiskusikan oleh masyarakat dengan difasilitasi TFM mengenai cara untuk mengubah dan meningkatkannya. Usaha-usaha untuk meningkatkan perubahan perilaku tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatankegiatan peningkatan PHBS yang akan dimasukkan ke dalam RKM II. Opsi kegiatan PHBS dapat berbentuk: pelatihan, promosi kesehatan dan bentuk kegiatan kampanye kesehatan lainnya. Opsi Sarana Sanitasi di Sekolah Opsi kegiatan ini disepakati dengan pihak sekolah dan masyarakat tentang jenis dan jumlah sarana sanitasi (jamban dan cuci tangan) yang akan dibangun di sekolah. Opsi Penyiapan dan Pelatihan Satlak Pamsimas sebagai Badan Pengelola RKM II juga akan mendanai pelatihan bagi Badan Pengelola sebagai suatu organisasi yang akan menjaga keberlanjutan sarana dan melanjutkan kegiatan promosi kesehatan pada tahap pasca program. Untuk itu perlu dirancang suatu kegiatan pelatihan untuk memperkuat Badan Pengelola dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Secara lebih rinci proses penyusunan rencana kegiatan PJM ProAKSI dan Pemilihan opsi tahun pertama (RKM) dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat
5.6
PERTEMUAN PLENO TINGKAT PROAKSI
DESA/KELURAHAN MEMBAHAS PJM
PJM ProAKSI yang telah disusun oleh masyarakat di tingkat dusun/RW disepakati dalam pertemuan pleno desa/kelurahan. Dalam pertemuan pleno ini, masyarakat difasilitasi untuk menyepakati prioritas atau pilihan kegiatan (opsi) yang akan didahulukan di tahun pertama, kedua dan seterusnya, berdasarkan kriteria yang disepakati bersama dengan mengutamakan akses bagi masyarakat miskin.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
27
/$,1(,$1 #!"# Pertemuan ini dihadiri oleh seluruh komponen masyarakat termasuk kelompok masyarakat miskin dan perempuan. Pertemuan ini difasilitasi oleh LKM dengan didampingi oleh TFM. Pada akhir periode Program PAMSIMAS diharapkan PJM ProAKSI akan menjadi masukan/bagian dari RPJM Desa/Kelurahan. Sehingga menjadi kesatuan dengan dokumen perencanaan pembangunan desa/kelurahan. Secara lebih rinci proses pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan membahas PJM ProAKSI diuraikan secara lebih rinci pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat.
5.7
PENYUSUNAN DOKUMEN RKM Setelah masyarakat menyepakati prioritas atau pilihan kegiatan (opsi) yang akan didahulukan di tahun pertama, Satlak Pamsimas bersama-sama dengan masyarakat dan didampingi oleh TFM berkewajiban menyusun dokumen RKM. Pada saat penyusunan RKM, masyarakat dan TFM mendapatkan bantuan/ dukungan teknis dari Konsultan Kabupaten/Kota (teknik, pemberdayaan masyarakat, dan kesehatan). Proporsi pembiayaan kegiatan dalam RKM I dan RKM II dapat dilhat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1. Proporsi Pembiayaan RKM (I dan II) No. I.
Kegiatan
Sumber Dana Hibah BLM
Kontribusi
Catatan
RKM I : 1. Biaya umum / biaya operasional LKM (2-4)% 2. Kegiatan pelatihan di tingkat masyarakat : § Pelatihan administrasi dan keuangan § Pelatihan teknik sarana air minum dan sanitasi
1) DDUB (dana daerah untuk pro-gram bersama dari APBD dalam belanja 1) in-kind bantuan sosial, ³ 3. Pembangunan sarana air minum ³ 16% 10% dan atau sanitasi : 2) in-cash 2) Hibah BLM (bantu-an § Pembangunan sarana air ³ 4% langsung minum di masyara-kat dan masyarakat) dari sekolah, atau APBN dalam belanja § Pembangunan sarana bantuan sosial, 70% sanitasi komunal di masyarakat peri-urban II.
Besaran biaya masing-masing kegiatan, jumlah dan jenis kegiatan dalam RKM I maupun RKM II dihitung berdasarkan tingkat permintaan masyarakat, dan dilakukan secara partisipatif. Satu sub kegiatan tidak boleh dibiayai dari 2 sumber BLM (APBN dan DDUPB APBD)
RKM II : 1. Pembangunan Sarana Sanitasi/ Jamban dan Cuci Tangan di sekolah
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
28
/$,1(,$1 #!"#
No.
Sumber Dana
Kegiatan
Hibah BLM
Kontribusi
Catatan
2. Pelatihan dan Pemicuan Kegiatan PHBS : § Kegiatan di masyarakat § Kegiatan di sekolah 3. Pelatihan dan penyiapan Badan Pengelola Sarana TOTAL
(70% + ³10%) RKM
³ 20% RKM
³ 100% RKM
Format RKM dapat dilihat pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat
5.8
PERTEMUAN PLENO TINGKAT DESA/KELURAHAN MEMBAHAS RKM Setelah Satlak Pamsimas bersama masyarakat dengan bantuan TFM menyusun dokumen RKM, maka draft RKM tersebut diinformasikan kepada masyarakat melalui suatu pertemuan. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat dapat memberikan ulasan terhadap draft RKM yang telah disusun untuk diperbaiki, dan disetujui sebelum dikirim kepada DPMU. Sebelum RKM diajukan oleh LKM kepada DPMU, RKM tersebut harus diperiksa oleh DMAC (Teknik, Pemberdayaan, dan Kesehatan) untuk menjamin kualitas perencanaan dan kelengkapan dokumen yang akan dievaluasi oleh DPMU. Secara lebih rinci proses pertemuan pleno tingkat desa/kelurahan membahas RKM diuraikan secara lebih rinci pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat.
5.9
PENGAJUAN, VERIFIKASI, DAN PERSETUJUAN RKM LKM atas nama masyarakat mengajukan dokumen RKM kepada DPMU. Dokumen RKM terdiri dari 2 buku, yaitu: Buku I Laporan Kegiatan Identifikasi Masalah dan Analisis Situasi, dan Buku II Rencana Kerja Masyarakat. DPMU bersama dengan Tim Teknis/Tim Evaluasi RKM Kabupaten/Kota mengevaluasi dokumen RKM, dengan menggunakan instrumen evaluasi RKM. Apabila RKM dinilai masih memerlukan penyempurnaan, dokumen dikembalikan untuk disempurnakan oleh LKM. Hasil evaluasi RKM dituangkan dalam “Berita Acara Hasil Evaluasi RKM” dilampiri : l
Checklist kelengkapan dokumen
l
Checklist ketepatan/substansi RKM
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
29
/$,1(,$1 #!"# RKM yang telah memenuhi kriteria dan persyaratan akan diteruskan kepada TKK untuk diverifikasi dan mendapatkan persetujuan. Proses verifikasi RKM oleh TKK dilakukan melalui forum presentasi RKM oleh LKM. Hasil verifikasi RKM dituangkan dalam Berita Acara Verifikasi RKM yang ditandatangani oleh LKM dan TKK. Berdasarkan berita acara tersebut Satker Kabupaten/Kota (SKPD dan SNVT) dibantu DPMU menyiapkan dokumen Surat Perjanjian Pemberian Bantuan APBD dan APBN. Tahap berikutnya dari persetujuan RKM adalah pembuatan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB), yaitu perjanjian pemberian bantuan yang berkekuatan hukum antara LKM (mewakili masyarakat desa/kelurahan) dengan Satker/PPK Kabupaten/Kota (Satker dana APBD/SKPD dan Satker dana APBN adalah Satker PIP/PPK Pamsimas), disiapkan oleh DPMU dan akan menjadi dasar pelaksanaan kegiatan program di desa/kelurahan yang bersangkutan. Sesuai dengan jenis sumber dana BLM masyarakat, SPPB program Pamsimas terdiri dari 2 buah, yaitu : 1)
SPPB I, yaitu perjanjian pemberian bantuan antara LKM (mewakili masyarakat desa/kelurahan) dengan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dana APBD untuk program Pamsimas, dengan nilai perjanjian minimal 10% dari total dana RKM
2)
SPPB II, yaitu perjanjian pemberian bantuan antara LKM (mewakili masyarakat desa/kelurahan) dengan PPK Pamsimas Satker PIP dana APBN, dengan nilai perjanjian 70% dari total dana RKM.
Dalam Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) harus dijelaskan : 1)
Pernyataan kesepakatan kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan dalam persyaratan umum surat perjanjian pemberian bantuan (form persyaratan umum SPPB dapat dilihat pada Buku Kumpulan Format.
2)
Jadwal pelaksanaan kegiatan program di desa/kelurahan.
3)
Rincian tentang total jumlah dana kegiatan untuk RKM I dan RKM II, jumlah kontribusi masyarakat.
4)
Tahapan pencairan dana APBD dan APBN.
5)
Prosedur pengadaan (baik barang maupun jasa).
Penandatanganan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan tersebut menandakan bahwa program Pamsimas secara efektif dimulai di desa/kelurahan yang bersangkutan. Secara rinci proses Pengajuan, Verifikasi, dan Persetujuan RKM diuraikan secara lebih rinci pada Petunjuk Teknis Perencanaan Program di Tingkat Masyarakat.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
30
/$,1(,$1 #!"#
BAB 6. PELAKSANAAN PROGRAM 6.1
TAHAP PENCAIRAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Dana untuk membiayai kegiatan Pamsimas yang telah dituangkan dalam RKM bersumber dari: a) Kontribusi masyarakat sebesar minimal 20 % (berbentuk in-cash minimal 4% dan inkind minimal 16%); b)
Dana BLM dari APBD dalam bentuk DDUB (Dana Daerah untuk Program Bersama) minimal 10%; dan
c)
Dana BLM dari APBN sebesar 70%.
Penyaluran dana BLM Pamsimas dilakukan berdasarkan SPPB, yang terdiri dari SPPB I dengan sumber dana dari APBD, dan SPPB II dari APBN. Diagram sumber pendanaan kegiatan Pamsimas dapat dilihat pada gambar 6.1. Gambar 6.1. Diagram Sumber Pendanaan Kegiatan Pamsimas8
8
Mekanisme penyaluran dana tersebut disesuaikan dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Perbendaharaan Kementerian Keuangan yang berlaku /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
31
/$,1(,$1 #!"# 6.1.1
Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBD Penyaluran dana DUPB APBD dilakukan melalui Kantor Kas Daerah Kabupaten/Kota ke rekening Pamsimas LKM di Bank terdekat. Pencairan dana DUPB dilakukan setelah SPPB I ditandatangani. Dana DUPB APBD dapat dicairkan sebelum pencairan dana APBN Tahap I dan paling lambat sebelum APBN Tahap III. Tahap pencairan BLM APBD diawali dengan pengajuan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) oleh LKM yang dilengkapi dengan: a) SK Bupati/ Walikota tentang Penetapan Desa/Kelurahan sebagai Lokasi Pamsimas b)
Akta/Pencatatan Notaris pendirian LKM
c)
Surat perjanjian pemberian bantuan I (SPPB I)
d)
Berita acara permintaan pencairan dana (BAPPD)
e)
Ringkasan RKM, termasuk realisasi kontribusi masyarakat
f)
Foto copy rekening Pamsimas LKM
g)
Kwitansi sesuai jumlah dana BLM APBD
Surat Perintah Membayar (SPM) diterbitkan oleh Pejabat Penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) akan diterbitkan setelah diterimanya SPM, dan dana yang diajukan akan ditransfer ke rekening Pamsimas LKM yang bersangkutan. 6.1.2
Tahapan dan Persyaratan Pencairan BLM APBN Penyaluran dana BLM APBN dilakukan dalam 3 (tiga) tahapan, Tahap I sebesar 20%, Tahap II sebesar 40%, dan Tahap III sebesar 40%. Tata cara pencairan dan penyaluran dana BLM APBN program Pamsimas diatur dalam Surat Edaran dari Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan No. PER6/PB/2012 tanggal 24 Januari 2012 sebagai perubahan No. PER-35/PB/2008, tanggal 23 Juli 2008. Pencairan dana Tahap I sebesar 20% (dua puluh persen) dapat diajukan setelah SPPB II ditandatangani. Diawali dengan pengajuan SPP oleh LKM yang dilengkapi dengan: l Surat Perjanjian Pemberian Bantuan II (SPPB II) l
Berita Acara Permintaan Pencairan Dana (BAPPD)
l
Ringkasan RKM
l
Kwitansi sesuai jumlah dana tahap I
SPM diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. KPPN kemudian akan menerbitkan SP2D setelah menerima SPM dengan melampirkan: l Ringkasan SPPB II l
Daftar rekening Pamsimas LKM
l
Surat pernyataan tanggung jawab belanja (SPTB)
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
32
/$,1(,$1 #!"# Pencairan dana Tahap II sebesar 40% (empat puluh persen) dapat diajukan melalui proses Pengajuan SPP oleh LKM yang dilengkapi dengan: l
Berita acara permintaan pencairan dana (BAPPD)
l
Berita acara penggunaan dana tahap I yang dibuat berdasarkan Laporan Penggunaan Dana I (LPD I) yang menyatakan 90% dana tahap I telah digunakan
l
Berita acara kemajuan pelaksanaan kegiatan, mencapai 20%
l
Kwitansi sesuai jumlah dana tahap II
SPM diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. KPPN kemudian akan menerbitkan SP2D setelah menerima SPM dengan melampirkan: l
Ringkasan SPPB II
l
Daftar rekening Pamsimas LKM
l
Surat pernyataan tanggung jawab belanja (SPTB)
Pencairan dana Tahap III sebesar 40% (empat puluh persen) dapat diajukan setelah proses pengajuan SPP oleh LKM yang dilengkapi dengan: l
Berita acara permintaan pencairan dana (BAPPD)
l
Berita acara penggunaan dana tahap I dan tahap II yang dibuat berdasarkan Laporan Penggunaan Dana II (LPD II) yang menyatakan 90% dana tahap II telah digunakan
l
Berita acara kemajuan pelaksanaan kegiatan, mencapai 50%
l
Fotocopy SP2D BLM APBD
l
Kwitansi sesuai jumlah dana tahap III
l
Surat pernyataan kesanggupan menyelesaikan kegiatan (SPKMK)
l
Fotocopy rekening LKM yang menunjukkan incash telah 100% terkumpul
SPM diterbitkan oleh pejabat penerbit SPM setelah dilakukan pengujian terhadap dokumen yang disyaratkan di atas. KPPN kemudian akan menerbitkan SP2D setelah menerima SPM dengan melampirkan:
6.1.3
l
Ringkasan SPPB II
l
Daftar rekening Pamsimas LKM
l
Surat pernyataan tanggung jawab belanja (SPTB) Mekanisme Penggunaan Dana
Penyaluran BLM Pamsimas kepada masyarakat dibagi ke dalam 2 (dua) tahap utama. Tahap pertama adalah penarikan dana dari (KPPN, Kantor Pelayanan dan Perbendaharaan Negara dan Masyarakat) ke rekening Pamsimas LKM. Tahap kedua adalah penarikan dana dari rekening LKM untuk dibelanjakan sesuai RKM. Diagram alur pendanaan dan pengadministrasian kegiatan Pamsimas di tingkat masyarakat dapat dilihat pada Gambar 6.2.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
33
/$,1(,$1 #!"# Gambar 6.2. Alur Pendanaan dan Administrasi Kegiatan Pamsimas
KETERANGAN :
1. in-cash 4% : kontribusi masyarakat dalam bentuk tunai disetorkan ke Rekening Pamsimas-LKM, 2. 3. 4. 5. 6. 7.
diperbolehkan terkumpul minimal 4% sebelum Pencairan T3. SP3K : Surat Pernyataan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan SP2D : Surat Perintah Pencairan Dana; SPK : Surat Perintah Kerja; SPM : Surat Perintah Membayar SPPB I : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan antara Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dengan Pejabat Pembuat Komitmen - Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) SPPB II : Surat Perjanjian Pemberian Bantuan antara Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) dengan Pejabat Pembuat Komitmen Pamsimas (PPK-Pamsimas) - Satuan Kerja Pembangunan Infrastruktur Permukiman (Satker PIP); LP2K : Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan SPP : Surat Permintaan Pembayaran; BAPPD : Berita Acara Permintaan Pencairan Dana; RPD : Rencana Penggunaan Dana, LPD : Laporan Penggunaan Dana, SPKMK : Surat Pernyataan Kesanggupan Menyelesaikan Kegiatan; SPTB : Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja RFKB : Realisasi Fisik - Kegiatan dan Biaya; BOP : Biaya Operasional Proyek /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
34
/$,1(,$1 #!"#
6.1.4
Pembukuan Penggunaan Dana Pembukuan penggunaan dana Pamsimas dilakukan oleh Unit Pengelola Keuangan (Bendahara) pada Satuan Pelaksana (Satlak) Pamsimas dalam LKM. Catatan dibuat untuk setiap jenis kegiatan dan biaya umum/ operasional. Pada akhir bulan catatan tersebut digunakan untuk menyusun laporan bulanan kemajuan kegiatan dan biaya untuk DPMU. Kwitansi atau bukti pertanggungjawaban keuangan hanya disimpan pada arsip LKM, untuk sewaktu-waktu dapat diperiksa. Untuk dapat melaksanakan pekerjaan tersebut Satlak Pamsimas didampingi oleh TFM. Sesuai dengan prinsip transparansi pembukuan LKM sewaktu-waktu harus dapat dilihat baik oleh masyarakat maupun pelaksana dan pengelola Pamsimas (TFM, Koordinator Fasilitator, DMAC, dan DPMU), serta pihak-pihak lain yang berwenang. Pembukuan dana RKM secara lebih rinci diuraikan pada Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Pamsimas Tingkat Masyarakat.
6.1.5
Pertanggungjawaban Pengelolaan Dana Secara administratif, pertanggungjawaban pengelolaan dana program oleh Satuan Pelaksana Pamsimas dilakukan secara periodik dengan bimbingan dan pendampingan TFM yang mencakup: 1)
Laporan pengelolaan keuangan kepada masyarakat dan pengelola program (DPMU) secara periodik.
2)
Laporan pembangunan fisik (sarana air minum dan sarana sanitasi di sekolah), kegiatan pelatihan masyarakat, dan kesehatan kepada masyarakat dan pengelola program (DPMU) secara periodik.
Laporan di atas disampaikan melalui suatu pertemuan di tingkat desa/kelurahan yang bertujuan untuk mempertanggungjawabkan penggunaan dana RKM untuk kegiatankegiatan program, dimana Satlak Pamsimas LKM dengan dibantu oleh TFM menjadi penyelenggara pertemuan ini dan mengundang pemerintah desa/kelurahan, perwakilan seluruh anggota masyarakat, dan DPMU. Pertemuan ini dilakukan setelah penggunaan dana setiap tahap selesai dan akan mengajukan dana tahap berikutnya. Mekanisme pertanggungjawaban dana ini dilakukan untuk mendukung transparansi pelaksanaan program di masyarakat, dimana penyelenggaraan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh komponen masyarakat. Di samping melalui pertemuan masyarakat, hal tersebut harus didukung pula dengan menyediakan media komunikasi dan informasi yang akurat dan mudah diakses oleh masyarakat, seperti menyediakan Papan Informasi dan Lembar Informasi.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
35
/$,1(,$1 #!"# 6.2
TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN
6.2.1
Implementasi RKM I Pelatihan di Tingkat Masyarakat Untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam melaksanakan kegiatan program dapat dicapai melalui pelaksanaan pelatihan yang dilakukan oleh TFM, konsultan kabupaten, maupun pihak lain bila dibutuhkan. Pelatihan untuk tahap pelaksanaan konstruksi air minum untuk daerah perdesaan atau sanitasi umum untuk daerah peri-urban yang diperlukan harus sesuai dengan kebutuhan LKM dan masyarakat, agar mampu dan terampil dalam melakukan kegiatan yang tertuang di dalam RKM I. Materi pelatihan untuk masyarakat yang berkaitan dengan kegiatan RKM I antara lain: l
Pengadaan barang dan jasa untuk pekerjaan konstruksi
l
Konstruksi sarana air minum/ sanitasi umum
l
Pembukuan dan pengelolaan keuangan program
l
Pemberdayaan masyarakat/ pengarusutamaan gender
Kegiatan pelatihan ini menitikberatkan pada peningkatan pengetahuan masyarakat tentang hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan sarana. Sementara keterampilan masyarakat akan lebih ditingkatkan pada saat pelaksanaan pembangunan konstruksi sarana melalui kegiatan on the job training, dimana TFM mendampingi sekaligus melatih masyarakat agar mampu secara swadaya membangun sarananya. Usaha lain untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dapat dilakukan dengan cara pendampingan secara terus menerus oleh TFM selama proses pelaksanaan kegiatan. Pembangunan Konstruksi Sarana Air Minum atau Sarana Sanitasi Umum Persiapan, pelaksanaan konstruksi dilaksanakan setelah pencairan dana dari RKM I dan setelah dilaksanakan pelatihan bagi LKM dan masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan konstruksi. Sebelum dilaksanakan pembangunan maka LKM dan TFM perlu melakukan dulu persiapan yang meliputi antara lain : 1)
Menyempurnakan jadwal pelaksanaan konstruksi sarana yang telah disusun di dalam RKM I agar sesuai dengan kondisi terbaru.
2)
Memeriksa dan mempersiapkan kontribusi masyarakat berupa tenaga dan material (natura) telah siap/ tersedia, (in-kind tenaga dalam bentuk surat pernyataan kesanggupan dari masyarakat, in-kind bahan/material harus sudah tersedia di lokasi pekerjaan).
Pembangunan konstruksi sarana oleh masyarakat memanfaatkan organisasi dan sumberdaya yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu kontribusi masyarakat baik dalam bentuk uang tunai minimal 4% maupun natura (tenaga kerja, material lokal, dan sebagainya) minimal 16%, serta melalui sumber pendanaan dari Rekening LKM. Pada tahap ini TFM berkewajiban untuk mendampingi, memberikan bimbingan teknis dan persetujuan terhadap kegiatan yang telah dan sedang dilaksanakan. /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
36
/$,1(,$1 #!"# Metode pelatihan yang sebaiknya digunakan pada tahap ini adalah pelatihan sambil bekerja (on the job training), yang bertujuan agar materi pelatihan lebih mudah untuk diserap oleh masyarakat. Pelatihan sambil bekerja tentang konstruksi sarana air minum atau sarana sanitasi komunal disesuaikan dengan kebutuhan LKM dan masyarakat, dan pelatihan ini dilakukan oleh Konsultan DMAC dan TFM yang mencakup antara lain: l
Cara-cara membuat dan membaca gambar teknis
l
Pengetahuan tentang spesifikasi teknis dan batasan-batasannya
l
Tata cara pengawasan pekerjaan (quality control) dan perhitungan kemajuan pembangunan fisik
l
Administrasi dan keuangan pelaksanaan pembangunan (serta akuntabilitas dan transparansi)
Pelaksanaan, LKM dan masyarakat dengan dukungan TFM, secara terus menerus melakukan monitoring kemajuan pembangunan selama pelaksanaan pekerjaan konstruksi, seperti pengadaan material/bahan, mutu pekerjaan, pengelolaan administrasi keuangan, dan lain sebagainya, sehingga dapat segera diambil langkah-langkah bila terjadi penyimpangan. Mutu pelaksanaan pekerjaan konstruksi merupakan salah satu faktor yang akan menentukan keberlanjutan sarana yang telah dibangun, dan merupakan fokus utama dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi sarana air yang bukan hanya pencapaian kemajuan fisik saja. Sehingga untuk menjaga mutu pelaksanaannya peran Konsultan DMAC dan TFM dalam memberikan dukungan teknis, supervisi, dan pendampingan terhadap masyarakat menjadi sangat penting. 6.2.2
Implementasi RKM II Pelatihan Tentang Perilaku Hidup Bersih-Sehat (PHBS) Sebelum kegiatan promosi kesehatan/PHBS dilaksanakan, maka dilakukan terlebih dahulu pelatihan untuk guru, tenaga kesehatan, dan unit kesehatan LKM. Pelatihan ini dilakukan oleh TFM dan dibantu oleh narasumber dari berbagai pihak yang terkait, dimana kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan guru, tenaga kesehatan, dan unit kesehatan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan PHBS. Pelaksanaan Kegiatan PHBS di Masyarakat dan Sekolah Kegiatan PHBS di Masyarakat Pelaksanaan kegiatan peningkatan PHBS di masyarakat dikoordinir oleh LKM dengan dibantu TFM, dimana pelaksanaan kegiatan PHBS dilakukan oleh individu atau lembaga terkait baik di dalam maupun dari luar desa. Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode partisipasi sesuai dengan kegiatan yang diusulkan dalam RKM II. Materi kegiatan ini dapat dikembangkan oleh TFM bekerjasama dengan lintas sektor.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
37
/$,1(,$1 #!"# Kegiatan PHBS di Sekolah Pelaksanaan Kegiatan Peningkatan PHBS di sekolah harus saling mengisi dengan usaha kesehatan di masyarakat, dimana kegiatan ini dilaksanakan oleh guru sekolah dibantu oleh TFM dan tenaga kesehatan. Materi kegiatan ini dapat dikembangkan oleh TFM bekerjasama dengan lintas. Pembangunan Sarana Sanitasi untuk Sekolah Pelaksanaan konstruksi sarana sanitasi sekolah setelah dilaksanakan pelatihan bagi LKM dan masyarakat yang berkaitan dengan pelaksanaan pembangunan konstruksi sarana sanitasi. Pada tahap ini TFM mendampingi, memberikan bimbingan teknis dan persetujuan terhadap kegiatan yang dilaksanakan. Sarana sanitasi di sekolah sebaiknya mempertimbangkan tipe jamban yang memenuhi syarat kesehatan dan jumlahnya cukup untuk siswa dan guru sesuai dengan standar yang ada di Kementerian Pendidikan Nasional. Penyiapan Satlak Pamsimas sebagai Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Pada tahap implementasi RKM II ini juga dipersiapkan perluasan tugas dan tanggung jawab Satlak Pamsimas yang pada awalnya sebagai organisasi pengelola dan pelaksana program menjadi organisasi yang akan mengoperasikan dan memelihara sarana yang telah terbangun. Selain itu akan menjadi pihak yang akan melanjutkan kegiatan peningkatan kesehatan di masyarakat. Seperti halnya LKM, bentuk organisasi badan pengelola sarana dapat pula disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, namun tetap harus mengakomodasi hal-hal yang bisa menunjang keberlanjutan program. Pelatihan Badan Pengelola Peningkatan kapasitas bagi unit kerja teknis air minum-sanitasi dan unit kerja kesehatan dalam Satlak Pamsimas sebagai badan pengelola sarana sangat diperlukan dalam rangka menjamin terwujudnya keberlanjutan pengelolaan penyediaan air minum dan sanitasi. Untuk itu Satlak Pamsimas, BP-SPAMS, dan individu atau lembaga terkait baik dari dalam maupun luar desa/kelurahan perlu terlibat dalam pelatihan untuk penguatan badan pengelola tersebut.
6.3
PENYELESAIAN PELAKSANAAN KEGIATAN Pembangunan sarana fisik air minum atau sanitasi komunal secara resmi dinyatakan selesai bila telah dilaksanakan sesuai rencana yang tertuang di RKM, layak untuk dimanfaatkan, dan berfungsi dengan baik. Pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan pelatihan dan bidang kesehatan (PBHS) di masyarakat dan di sekolah dinyatakan selesai apabila pencapaian target (volume kegiatan) sesuai dengan target yang tercantum dalam RKM, serta telah memberikan dampak perubahan perilaku.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
38
/$,1(,$1 #!"# Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan dinyatakan selesai apabila semua jenis pelatihan yang direncanakan di dalam RKM sudah terlaksana, BP-SPAMS telah terbentuk dan siap berfungsi, dan rencana operasional dan pemeliharaan telah siap dilaksanakan. Untuk mendukung hal tersebut dapat dibuat suatu pernyataan penyelesaian pekerjaan dengan bentuk laporan pertanggungjawaban atas kegiatan atau pekerjaan yang telah dilakukan oleh masyarakat. Bentuk laporan ini diharapkan memudahkan masyarakat membuat laporan yang dapat dipahami oleh mereka sendiri dan pelaku Pamsimas lainnya. Adapun bentuk laporan tersebut terdiri dari: a)
Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K)
b)
Berita Acara Revisi
c)
Berita Acara Pertanggungjawaban Dana
d)
Berita Acara Serah Terima Dokumen Pelaksanaan Hibah Desa
e)
Berita Acara Uji Fungsi
f)
Berita Acara Penyerahan Sarana
Laporan penyelesaian pekerjaan ini akan menjadi catatan penting selama pelaksanaan pekerjaan dan merupakan dokumen desa yang dapat digunakan untuk pengembangan pembangunan desa ke depan. 6.3.1
Pembuatan Dokumen Penyelesaian Pekerjaan TFM dan DMAC memfasilitasi LKM pada akhir pelaksanaan program untuk membuat Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K) dan siap diperiksa oleh tim gabungan antara TKK dan DPMU. Dokumen LP2K ini dikirim kepada Ketua DPMU yang bersangkutan. Dokumen LP2K disertai lampiran sebagai berikut : l
Gambaran Ringkasan Pelaksanaan Program PAMSIMAS
l
Peta Desa dan Lokasi Pembangunan Sarana
l
Realisasi Fisik dan Biaya Proyek
l
Gambar-gambar purna-laksana (as built drawing) dari konstruksi yang dibangun
l
Berita Acara Revisi
l
Foto-foto kegiatan (0%, 50% dan 100%)
l
Laporan Pertanggungjawaban Dana
l
Berita Acara Uji Fungsi Sarana Air Minum
Tim gabungan TKK dan DPMU menindaklanjuti dengan melakukan kunjungan lapangan untuk memverifikasi hasil kegiatan. Apabila kegiatan yang telah dilakukan dinyatakan telah sesuai dengan semua persyaratan program, maka TKK, DPMU dan Koordinator LKM menandatangani Laporan Penyelesaian Pelaksanaan Kegiatan (LP2K) yang kemudian dikirimkan kepada Bupati/Walikota dengan tembusan kepada TKK dan CPMU. /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
39
/$,1(,$1 #!"# 6.3.2
Laporan Realisasi Fisik dan Biaya LKM dan Satlak Pamsimas dibantu oleh TFM harus membuat Laporan Realisasi Fisik dan Biaya yang dapat dilihat di Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat. Laporan Realisasi Fisik dan Biaya dibuat berdasarkan target yang tertuang di dalam RKM dan Berita Acara Revisi, harga-harga aktual, jumlah orang maupun peralatan yang telah digunakan, dan jumlah rekapitulasi dana yang dikeluarkan oleh LKM. Jika masih terdapat sisa dana di LKM, Koordinator LKM dapat menggunakan untuk kegiatan yang mendukung pengembangan RKM dengan persetujuan Satker Pamsimas. Jika terdapat kekurangan biaya maka menjadi beban masyarakat dengan swadaya. Dukungan data yang penting adalah gambar-gambar purna-laksana yang dibuat sesuai dengan realisasi di lapangan (as built drawing). Gambar tersebut memuat semua perubahan-perubahan yang terjadi di lapangan, tentunya hal ini didukung oleh Berita Acara Revisi yang didasari justifikasi teknis.
6.3.3
Pertanggung Jawaban Dana Pertanggungjawaban dana ini adalah pertanggungjawaban akhir dari LKM terhadap dana hibah desa/kelurahan. Laporan pertanggungjawaban dana dibuat oleh Koordinator LKM dibantu TFM dan Konsultan Kabupaten/Kota (DMAC), dimana hasilnya harus disampaikan kepada ketua DPMU. Laporan Pertanggungjawaban Dana ini merupakan laporan terakhir mengenai penggunaan dana pada keseluruhan dana hibah desa/kelurahan. Pertanggungjawaban dana ditandai dengan Serah Terima Dokumen Pelaksanaan Hibah Desa/Kelurahan dari LKM kepada Ketua DPMU atau Satker Kabupaten/Kota.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
40
/$,1(,$1 #!"#
BAB 7. PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN Pengoperasian dan pemeliharaan adalah tahapan pasca konstruksi dimana masyarakat memanfaatkan, mengelola dan mengembangkan sarana air minum dan sanitasi yang telah terbangun secara mandiri, sehingga memberikan pelayanan yang berkelanjutan bagi masyarakat penerima manfaat. Pengoperasian dan pemeliharaan meliputi aspek-aspek kelembagaan dan tata kelola sarana air minum dan sanitasi. Kelembagaan yang akan menjalankan fungsi pengoperasian dan pemeliharaan adalah Badan Pengelola yang berasal dan dibentuk oleh masyarakat. Pengoperasian dan pemeliharaan yang baik adalah yang berorientasi pada kepuasan masyarakat penerima manfaat dan juga keberlanjutan pelayanan.
7.1
ORGANISASI BADAN PENGELOLA Badan Pengelola Sarana Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BP-SPAMS) adalah suatu lembaga yang dibentuk atas dasar kesepakatan masyarakat yang difasilitasi oleh Tim Fasilitator Masyarakat, LKM dan Pemerintah Desa yang anggotanya dipilih dari dan oleh masyarakat, dan disyahkan dengan Surat Keputusan Kepala Desa/Lurah. Badan Pengelola sudah dapat dibentuk setelah pencairan dana BLM APBN tahap II dan paling lambat sebelum pencairan dana BLM APBN tahap III. Organisasi badan pengelola sedapat mungkin melibatkan kaum perempuan dan masyarakat miskin karena mereka merupakan pengguna utama, tanpa mengorbankan keahlian yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Jika disepakati oleh masyarakat, anggota Badan Pengelola dapat berasal dari Satuan Pelaksana (Satlak) Pamsimas. BP-SPAMS dibentuk dengan tujuan agar terdapat suatu wadah resmi yang bertugas dan bertanggung jawab untuk mengoperasikan dan melakukan pemeliharaan sarana prasarana air minum dan sanitasi yang telah dibangun sehingga terjaminnya keberlanjutan pemanfaatan sarana dan prasarana, menjaga kualitas pelayanan bagi penerima manfaat, dan semakin luasnya pelayanan air minum dan sanitasi kepada masyarakat.
7.1.1
Fungsi dan Tugas Badan Pengelola Fungsi dan tugas utama BP SPAMS adalah untuk mengoperasikan dan memelihara sarana air minum dan sanitasi yang terbangun sehingga memberikan pelayanan yang berkelanjutan pada masyarakat penerima manfaat, serta melanjutkan kegiatan promosi kesehatan. Bersama-sama dengan masyarakat penerima manfaat, BP-SPAMS juga /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
41
/$,1(,$1 #!"# bertanggungjawab untuk mengembangkan tata kelola atau aturan untuk pemanfaatan, pengelolaan termasuk menetapkan iuran yang menjamin keberlanjutan layanan, pengembangan pelayanan, kegiatan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat, dan kegiatan pelestarian sumber daya air dan lingkungan. Selain itu, BP-SPAMS juga berperan untuk mengorganisir kegiatan peningkatan praktek hidup bersih dan sehat di masyarakat dan sekolah. 7.1.2
Struktur Organisasi Badan Pengelola Susunan organisasi mempertimbangkan:
BP-SPAMS
dibuat
sesederhana
mungkin
1)
Tingkat kerumitan teknologi (tipe dan jenis) prasarana dan sarana terbangun.
2)
Jumlah penduduk yang harus mendapat pelayanan/manfaat.
dengan
Semakin rumit teknologi yang dipakai serta semakin banyak jumlah penduduk yang harus mendapat pelayanan/manfaat maka susunan organisasi (terutama dari jumlah pengurus) akan semakin besar, dan demikian sebaliknya. Struktur organisasi BP-SPAMS minimal harus memiliki susunan sebagai berikut:
7.1.3
1)
Ketua
2)
Sekretaris
3)
Bendahara
4)
Tenaga Teknis
5)
Tenaga Administrasi
6)
Tenaga Kesehatan
Pengaturan Badan Pengelola a) Legalitas Badan Pengelola BP-SPAMS yang telah dibentuk dari dan oleh masyarakat, ditetapkan secara resmi dengan Surat Keputusan Kepala Desa/Lurah (dan dapat pula melalui Peraturan Desa/Kelurahan). Peraturan Desa/Kelurahan dibuat sedemikian rupa untuk menjamin keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan tentang pengelolaan SPAMS. b) Masa Kerja Pengurus Masa kepengurusan BP SPAMS ini adalah selama 3 (tiga) tahun, dengan pertimbangan bahwa dalam masa 3 tahun, proses adaptasi, implementasi dan pengembangan telah terlaksana dengan baik. c) Pergantian Pengurus Badan Pengelola Tiga bulan sebelum selesai kepengurusan BP SPAMS, maka BP SPAMS mengusulkan kepada pemerintah desa/kelurahan dan LKM melakukan pertemuan/rembug warga untuk memilih pengurus baru. Setelah terpilih pengurus baru, BP SPAMS bertanggung jawab untuk melakukan serah terima (teknis, administrasi dan lainnya). /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
42
/$,1(,$1 #!"#
Pembentukan, fungsi dan tugas, struktur organisasi dan pengaturan BP SPAMS secara lebih lengkap dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat. 7.1.4
Pembiayaan Badan Pengelola Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan dan honor BP-SPAMS dapat berasal dari: a) Iuran Pemanfaatan Iuran yang dibayarkan oleh setiap anggota pemakai/pemanfaat sarana air minum dan sanitasi atas penggunaan air dan sarana sanitasi. Besaran iuran ditentukan secara musyawarah oleh warga atas dasar perhitungan yang mempertimbangkan 3 aspek biaya: operasional, pemeliharaan dan penyusutan. b) Biaya Penyambungan Bila BP-SPAMS telah mampu menyelenggarakan pelayanan jaringan sampai pada tingkat rumah tangga, maka BP-SPAMS dapat memungut biaya untuk penyambungan jaringan rumah tangga yang besarnya telah disepakati dalam ketentuan bersama. c) Bantuan dari Pemerintah Desa/Kelurahan dan/atau Kabupaten/Kota Sumber pembiayaan bagi BP-SPAMS juga dapat bersumber dari bantuan pemerintah desa/kelurahan serta dari pemerintah kabupaten/kota. Mengingat pelayanan air minum dan sanitasi adalah salah satu kewenangan yang menjadi urusan wajib Pemerintah Daerah, idealnya pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan anggaran untuk pembinaan dan bantuan pemeliharaan. d) Bantuan Dana dari Pihak Swasta dan/atau Lembaga/Badan Lain Melalui LKM, BP-SPAMS dapat mengembangkan jaringan kemitraan dengan pihak swasta dan/atau lembaga/badan lain yang dapat memberikan bantuan/dukungan teknis dan pembiayaan untuk kegiatan pengelolaan operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana air minum dan sanitasi umum program Pamsimas.
7.2 7.2.1
TATA KELOLA PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN Pemanfaatan BP-SPAMS bertanggung jawab untuk memfasilitasi masyarakat penerima manfaat untuk mengembangkan dan menetapkan aturan pemanfaatan sarana. Aturan pemanfaatan sarana tergantung pada jenis sarana yang digunakan dan kemampuan sistem dalam memberikan pelayanan. Dan jika sarana berupa fasilitas umum, cara seperti apa yang diperbolehkan untuk memperoleh layanan . Aturan pemanfaatan akan menjadi lebih kuat dan terlembaga jika kemudian dikuatkan dalam Peraturan Desa (Perdes) atau Kelurahan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
43
/$,1(,$1 #!"# 7.2.2
Pengelolaan a) Penetapan Iuran Pemanfaatan Iuran pemanfaatan diperlukan untuk membiayai kegiatan operasional dan pemeliharaan sarana. Iuran diperlukan untuk menjamin agar pelayanan air minum dan sanitasi dapat secara menerus diperoleh oleh masyarakat. Besarnya iuran tergantung kemampuan masyarakat, namun juga wajib mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhi keberlanjutan, yaitu: (1) biaya operasional, (2) biaya pemeliharaan, (3) biaya penyusutan. Penetapan iuran dilakukan melalui musyawarah bersama masyarakat. Keterlibatan masyarakat (baik laki-laki-perempuan, kaya-miskin) dalam operasional dan pemeliharaan sangat diperlukan untuk keberlanjutan sarana dan kegiatan AMPL. Mekanisme iuran akan menjadi lebih kuat dan terlembaga jika kemudian dikuatkan dalam keputusan atau peraturan desa (Perdes). Perhitungan iuran pemanfaatan untuk setiap jenis sarana secara detil dapat dilihat dalam Manual Pengoperasian dan Pemeliharaan Sistem Sarana Air Minum dan Sarana Sanitasi
b) Administrasi dan Keuangan BP-SPAMS akan mengelola keuangan yang bersumber terutama dari iuran pemanfaatan dari masyarakat, namun juga tidak tertutup kemungkinan bersumber dari pihak-pihak lain seperti pemerintah desa, pemerintah kabupaten/kota, atau mitra. Oleh karena itu, BP SPAMS harus menerapkan prinsip-prinsip dan mekanisme pengelolaan administrasi dan keuangan mengikuti pembukuan dan pelaporan program. c) Transparansi dan Akuntabilitas Transparansi harus dilihat sebagai kebutuhan untuk menjaga kepercayaan masyarakat. Transparansi akan terjadi apabila BP-SPAMS membuka akses kepada semua pihak, terutama masyarakat, untuk memperoleh informasi yang terkait. Semua informasi yang berkaitan dengan kebijakan/keputusan, penerima bantuan, kegiatan dan keuangan wajib dipublikasikan dan disebarluaskan oleh BP-SPAMS kepada masyarakat luas serta pihak-pihak terkait lain secara terbuka. Publikasi dan penyebarluasan informasi tersebut dapat dilakukan melalui papan informasi di lokasi strategis, laporan bulanan, media warga dan berbagai cara lain seperti pengumuman di mesjid dan pertemuan-pertemuan warga lainnya. Contoh-contoh kegiatan transparansi adalah sebagai berikut: (1) Penempelan pengumuman di papan-papan informasi di tempat-tempat yang strategis minimum di 5 (lima) lokasi dengan ukuran dan bentuk yang mudah dilihat dan dibaca oleh semua warga. (2) Penyebarluasan laporan bulanan kepada lurah/kades dan pihak lain terkait. (3) Pembuatan dan penyebarluasan media warga, leaflet atau buletin dan lain-lain. BP SPAMS wajib menerapkan prinsip akuntabilitas dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan kegiatan dan keuangan. Penerapan prinsip akuntabilitas /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
44
/$,1(,$1 #!"# harus ditaati secara konsisten oleh semua pelaku Pamsimas tanpa terkecuali, dengan membuka diri terhadap audit, pertanyaan dan/atau gugatan terhadap pengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan umum. Oleh sebab itu, semua proses pengambilan keputusan harus dilakukan secara partisipatif dan demokratis dengan melakukan hal-hal berikut ini: l
Konsultasi Publik/Rembug Warga
l
Rapat Anggota LKM/Badan Pengelola
l
Audit dan Pemeriksaan
d) Perlindungan Sumber Air, Daerah Tangkapan Air, dan Lingkungan Untuk menjamin keberlanjutan layanan, perlindungan daerah tangkapan air, sumber air dan lingkungan wajib dilakukan. Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah menanam dan memelihara pohon, membuat sumur resapan dan tidak mencemari badan air. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan tujuan: l
Mencegah terjadinya permasalahan kelangkaan air pada musim kemarau.
l
Mengatasi banjir pada musim hujan.
l
Menahan air tanah agar dapat diserap oleh akar tanaman.
l
Menampung, menyimpan dan menambah kandungan air tanah.
l
Mengurangi volume limpasan air permukaan larian (run-off water).
Upaya perlindungan sumber air dan lingkungan akan menjadi lebih kuat dan terlembaga jika kemudian dikuatkan dalam peraturan desa (Perdes). Berbagai upaya perlindungan sumber air, daerah tangkapan air dan lingkungan secara lengkap dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Pengamanan Lingkungan dan Sosial. e) Dukungan Kebijakan Pemerintah Desa Peraturan Desa (Perdes) dibuat untuk memberikan dasar hukum terhadap suatu aturan atau kesepakatan, sehingga menjadi lebih kuat dan terlembaga. Perdes ditetapkan oleh kepala desa setelah mendapat persetujuan bersama Badan Perwakilan Desa (BPD). Pada umumnya Perdes dibuat untuk mengatur hal-hal yang menyangkut kepentingan masyarakat dan yang terkait dengan pembebanan masyarakat atau pungutan. 7.2.3
Pengembangan Pengembangan adalah upaya peningkatan dan perluasan layanan dari sistem yang telah dibangun melalui program Pamsimas sehingga dapat menjangkau masyarakat sasaran yang lebih luas. Pada umumnya pengembangan dilakukan setelah periode program dan dilakukan oleh Badan Pengelola. Ada dua hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengembangan, yaitu:
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
45
/$,1(,$1 #!"# a) Sasaran Sasaran kegiatan pengembangan adalah masyarakat yang belum mendapatkan akses atau pelayanan, baik dari program Pamsimas maupun dari program/kegiatan lain. Upaya pengembangan harus tetap sejalan dengan prinsip program Pamsimas, yaitu mengutamakan akses bagi masyarakat miskin. Oleh karena itu, bersama masyarakat BP SPAMS harus merumuskan aturan pengembangan layanan yang juga berpihak kepada masyarakat miskin. b)
Pendanaan Pendanaan untuk kegiatan pengembangan dapat bersumber dari berbagai jenis, yaitu: 1) Iuran/Swadaya Masyarakat Biaya untuk pengembangan dapat dimasukkan dalam porsi iuran pemakaian air atau swadaya masyarakat dalam bentuk biaya untuk mendapatkan layanan atau penyambungan. Struktur biaya untuk mendapatkan layanan harus memperhatikan keterjangkauan masyarakat miskin, agar mereka juga mempunyai kesempatan yang sama dalam mendapatkan akses atau layanan. 2) Dana Hibah Insentif Dana hibah insentif diberikan melalui program Pamsimas kepada desa/kelurahan yang dapat mencapai bahkan melebihi target pencapain program. 3) Bantuan Pemerintah desa/kelurahan dan/atau kabupaten/kota Kegiatan pengembangan dapat dialokasikan dari dana pemerintah desa/kelurahan dan/atau kabupaten/kota, baik pengembangan dari sistem yang terlah terbangun maupun perluasan layanan secara luas yang telah direncanakan dalam PJM ProAKSi. 4) Kerja sama dengan Mitra yang peduli Saat ini banyak pihak yang peduli pada peningkatan akses air minum dan sanitasi, seperti misalnya lembaga donor, LSM dan juga swasta. Lembaga-lembaga tersebut dapat dijadikan mitra untuk kerja sama upaya pengembangan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
46
/$,1(,$1 #!"#
BAB 8. KEBERLANJUTAN PROGRAM Tahapan keberlanjutan dilakukan setelah kegiatan program Pamsimas reguler selesai dilakukan yang ditandai dengan telah terbangunnya sarana air minum dan sanitasi, dan juga berjalannya mekanisme pengelolaan dan pemeliharaan. Tahapan keberlanjutan bertujuan untuk memberikan penguatan pada aspek-aspek yang mempengaruhi keberlanjutan. Tahapan keberlanjutan dilaksanakan dalam periode 6-12 bulan dengan dampingan dari Tim Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan yang ada di tingkat Kabupaten/Kota, serta oleh Dinas-dinas terkait.
8.1
PENGUKURAN CAPAIAN PROGRAM Pengukuran capaian program adalah proses dimana masyarakat mengkaji dan menilai apakah kegiatan program yang sudah dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan, dan apakah capaian yang dihasilkan sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dalam perencanaan partisipatif (PJM ProAKSi dan RKM). Melalui kegiatan refleksi capaian, masyarakat dapat menemukan faktor-faktor yang mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan, dan juga faktor-faktor yang menghambat pencapaian tujuan kegiatan. Kegiatan refleksi capaian akan menghasilkan Rencana Kerja, yang akan memastikan pemenuhan tujuan dan capaian RKM maupun PJM ProAKSi. Sehingga, Rencana Kerja akan lebih difokuskan pada komponen kegiatan yang capaian dan tujuannya masih belum terpenuhi. Pengukuran capaian dilakukan dengan menggunakan tools/alat bantu MPA untuk Monitoring Keberlanjutan Tahap 29. Kegiatan ini dilakukan oleh masyarakat dan difasilitasi oleh Tim Fasilitator Keberlanjutan dan LKM. Proses ini dilakukan segera setelah kegiatan regular Pamsimas selesai atau di bulan pertama pada tahapan keberlanjutan.
8.2
PENGUATAN KELEMBAGAAN BP-SPAMS Sasaran penguatan keberlanjutan di tingkat masyarakat adalah optimalnya fungsi sarana dan prasarana terbangun serta terjadinya perluasan cakupan layanan sarana dan prasarana terbangun. Untuk menjamin terwujudnya sasaran tersebut, di tingkat masyarakat dibentuk Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS) dan adanya rencana pengembangan dan perluasan dalam bentuk Pembangunan Jangka Menengah Program Air Minum, Kesehatan dan Sanitasi (PJM ProAKSI).
9
Tahap 1 yang merupakan baseline/data dasar untuk monitoring keberlanjutan dilakukan pada saat tahap IMAS. /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
47
/$,1(,$1 #!"# Penguatan BP-SPAMS secara internal dilakukan melalui: 1) Pengukuran Capaian Kinerja BP-SPAMS 2) Penyusunan Rencana Kerja BP-SPAMS 3) Pelaksanaan Rencana Kerja 4) Pemantauan dan Evaluasi Pemerintah Daerah melalui SKPD terkait di dalam pengelolaan AMPL berkewajiban memberikan pembinaan dan penguatan kepada BP-SPAMS antara lain melalui pelaksanaan bimbingan teknis, dukungan pendanaan operasional dan pemeliharaan, pengembangan kemitraan dan lainnya.
8.3
ASOSIASI BP-SPAMS Dalam rangka meningkatkan kapasitas BP-SPAMS yang telah terbentuk, pembinaan oleh Pemerintah Daerah dapat dilakukan antara lain dengan fasilitasi pembentukan Asosiasi BP-SPAMS. Asosiasi ini dimaksudkan sebagai wadah komunikasi, pertukaran informasi, pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan SPAMS di masyarakat. Pada tahap lebih lanjut, Asosiasi BP-SPAMS diharapkan mampu menjadi mediator antara BP-SPAMS dengan mitra strategisnya, baik SKPD, PDAM, dunia usaha/swasta (CSR), dan organisasi non pemerintah peduli pembangunan air minum dan sanitasi perdesaan. Pembentukan asosiasi BP-SPAMS di tingkat kabupaten/kota dapat dilakukan berdasarkan inisiatif pemerintah daerah atau atas inisiatif para pengurus BP-SPAMS. Adanya Asosiasi BP-SPAMS di kabupaten/kota diharapkan mampu menjadi mitra strategis Pemerintah Daerah dalam peningkatan kapasitas BP-SPAMS untuk melanjutkan upaya pemeliharaan, peningkatan kualitas dan perluasan cakupan pelayanan SPAMS terbangun.
8.4
SINKRONISASI HASIL PERENCANAAN PERENCANAAN DI TINGKAT DESA
MASYARAKAT
DENGAN
PJM ProAKSI berfungsi sebagai dokumen pelengkap perencanaan pembangunan AMPL di masyarakat. PJM ProAKSi disusun secara partisipatif oleh masyarakat (miskin,kaya, perempuan, laki-laki) sehingga lebih menyentuh kebutuhan masyarakat. Review PJM ProAKSI dan hasil pengukuran capaian kinerja AMPL tahun sebelumnya selanjutnya menjadi acuan di dalam penyusunan Rencana Kerja BP-SPAMS. Untuk mendukung rencana peningkatan cakupan layanan air minum dan sanitasi di desa maka perlu dilakukan sinkronisasi antara PJM ProAKSI dengan RPJM Desa. Sinkronisasi bertujuan untuk membantu memastikan efektivitas program dan kegiatan AMPL di desa yang pendanaannya bersumber dari swadaya masyarakat dan Alokasi Dana Desa (ADD). Melalui sinkronisasi dimungkinkan untuk teridentifikasinya kebutuhan dukungan kebijakan desa dalam bidang air minum dan sanitasi, seperti Peraturan Desa tentang Perlindungan Sumber Air. LKM berperan dalam sinkronisasi PJM ProAKSI dan
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
48
/$,1(,$1 #!"# RPJM Desa yang dipimpin Kepala Desa dan dapat difasilitasi oleh Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan (FMK) yang masih bertugas.
8.5
KEMITRAAN Kemitraan adalah suatu pola kerjasama yang saling menguntungkan antar pihak yang bermitra berdasarkan ikatan tertulis/formal. Kemitraan bertujuan untuk meningkatkan manfaat dari penggunaan secara bersama sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Kemitraan pada prinsipnya sama dengan gotong royong yang telah mengakar di masyarakat, khususnya di perdesaan. Kemitraan harus didasarkan pada hal-hal sebagai berikut: 1) Kesamaan perhatian/kepentingan 2) Saling percaya dan menghormati 3) Tujuan yang jelas dan terukur Prinsip kemitraan mencakup: 1) Persamaan/equality 2) Keterbukaan/transparansi 3) Saling menguntungkan/mutual benefit Pelayanan air minum dan sanitasi desa dari hasil pelaksanaan Pamsimas yang dikelola oleh BP-SPAMS. Dalam mendukung keberlanjutan pelayanan BP-SPAMS yang sesuai dengan kinerja yang diharapkan, baik dalam hal kinerja teknis, keuangan, dan administrasi, BP-SPAMS dapat mengembangkan kemitraan dengan berbagai pihak yang peduli dengan pelayanan air minum dan sanitasi, khususnya di perdesaan. Kemitraan yang dimaksud dapat dilakukan melalui program CSR, lembaga keuangan/perbankan, lembaga non pemerintah (LSM) dan lainnya. Kemitraan ini dapat dikembangkan secara mandiri oleh BP-SPAMS ataupun melalui fasilitasi pemerintah desa, kecamatan, dan kabupaten/kota. Jika di tingkat kabupaten/kota telah ada asosiasi BP-SPAMS, maka asosiasi BP-SPAMS dapat berperan dalam memediasi dan menfasilitasi kemitraan antara BP-SPAMS dengan mitra strategisnya. Keberhasilan kemitraan ini dinilai sebagai salah satu elemen penting bagi percepatan pencapaian target akses air minum dan sanitasi, baik di tingkat desa, maupun di kabupaten/kota. Tahapan kegiatan keberlanjutan di tingkat masyarakat secara lebih lengkap dapat dilihat dalam Petunjuk Teknis Penguatan Keberlanjutan Program Pamsimas.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
49
/$,1(,$1 #!"#
BAB 9. PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN 9.1
PEMANTAUAN Pemantauan adalah kegiatan pengumpulan informasi yang dilakukan secara periodik untuk memastikan suatu kegiatan sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Pemantauan adalah proses yang terus menerus dilakukan di sepanjang siklus program, dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian. Hasil kegiatan pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan penyesuaian terhadap perencanaan. Tujuan Pemantauan: l
Memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan Pamsimas secara progress tidak menyimpang dari kerangka waktu yang telah ditentukan pada setiap ’milestone’ dalam master schedule,
l
Memastikan proses fasilitasi kegiatan pelaksanaan siklus Pamsimas sesuai acuan yang ada (Pedoman, Petunjuk Teknis, dan POB), sehingga capaian substansi sesuai indikator yang telah ditentukan,
l
Memastikan setiap kerangka acuan yang disusun untuk dilaksanakan berdasarkan pada koridor yang telah ditentukan (Pedoman, Petunjuk Teknis, dan POB).
Jenis Kegiatan Pemantauan dalam Pamsimas: 1)
Pemantauan oleh Masyarakat. Pemantauan dilakukan oleh masyarakat secara periodik dengan menggunakan metode MPA untuk mengukur: keberlanjutan, efektifitas penggunaan, kepuasan pengguna sarana, akses terhadap fasilitas berdasarkan gender dan strata sosial ekonomi, dan peubahan perilaku.
2)
Pemantauan oleh Pemerintah. Pemantauan dilakukan oleh pihak pemerintah, baik dari lembaga penyelenggara/executing agency, maupun dari inter-kementerian. Pemantauan ini juga dilakukan oleh pemerintah di tingkat pusat, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/kelurahan. Metode pemantauan oleh pemerintah ini dilakukan melalui kunjungan lapangan untuk mengetahui apakah kegiatan program berjalan sesuai rencana dan prosedur yang disepakati. Secara berkala, akan diturunkan misi supervisi dan kunjungan lapangan oleh pejabat pemerintah serta unsur terkait lainnya (lembaga donor, LSM, dll) ke lokasi program. /&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
50
/$,1(,$1 #!"# a) Pemantauan oleh Konsultan (CMAC, PMAC, DMAC, dan Tim Fasilitator Masyarakat). Kegiatan pemantauan ini dilakukan oleh jajaran konsultan mulai dari tingkat lapangan, kabupaten/kota, propinsi, dan pusat. Metode pemantauan yang digunakan oleh konsultan adalah uji petik untuk memantau kualitas pendampingan dan output. Uji petik dilakukan terhadap setiap siklus pamsimas, infrastruktur (sarana air minum dan sanitasi) dan keuangan/pembukuan. Hasil pemantauan digunakan untuk melakukan perbaikan terhadap konsep dan desain program, dan memberikan model pembelajaran bagi pelaku program. b) Pemeriksanaan Keuangan/Audit oleh BPK, BPKP, dan Bawasda. Unsur pemerintah yang berperan dalam pemeriksaan keuangan seprti BPK, BPKP, dan Bawasda bertanggungjawab memeriksa Pamsimas setiap tahunnya. Acuan yang digunakan dalam pemeriksaan keuangan adalah dokumen resmi program (Pedoman dan Petunjuk Teknis, serta POB). Dalam pemeriksaaan keuangan ini, perlu disepakati indikator kinerja dan perkembangan pelaksanaan program dengan lembaga pemeriksa keuangan ini. c) Pemantauan oleh Pihak Donor. Kegiatan pemantauan misi supervisi dilakukan oleh pihak donor untuk memastikan bahwa kegiatan yang sudah dilaksanakan memenuhi standar persyaratan Loan Agreement yang telah disepakati, yaitu PAD. Pihak donor melakukan pemantauan ini, untuk melihat pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan yang telah dilakukan di lapangan. Adapun metode pemantauan yang ada dalam Program Pamsimas: 1) Integrated Management Information System (IMIS). Merupakan data pemantauan yang diperoleh dari hasil monitoring keberlanjutan yang dilakukan oleh masyarakat dan sistem pemantau dan mengevaluasi capaian pelaksanaan dari program Pamsimas. IMIS terdiri dari : a) MIS (Management Information System). Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pamsimas adalah sebuah sistem yang direncanakan untuk memantau dan mengevaluasi capaian pelaksanaan dari program Pamsimas di lapangan melalui mekanisme pengelolaan data dan informasi yang terpadu dan terbuka. Keluaran data dan informasi yang dihasilkan akan dimanfaatkan dalam kegiatan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan Pamsimas. b) Monitoring Keberlanjutan. Monitoring ini akan melihat perubahan yang terjadi di masyarakat baik secara fisik dan perubahan perilaku secara kuantitatif dan kualitatif. Sumber data dari monitoring ini berasal dari hasil pencatatan informasi tentang kemajuan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program serta sistem pelaporan secara berkala dan sistematis. Secara garis besar, monitoring keberlanjutan dalam Pamsimas perlu dilakukan dalam 3 tahap yaitu : (1) Tahap identifikasi masalah dan analisis situasi, dimana kondisi tersebut merupakan data awal (baseline data) (2) Tahap setelah program Pamsimas (kegiatan fisik dan non-fisik) selesai dilakukan, sehingga dapat melihat bagaimana kesesuaian antara rencana masyarakat dengan realisasi kegiatan yang dilaksanakan;
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
51
/$,1(,$1 #!"# (3) Tahap (minimal) satu tahun setelah program selesai untuk melihat dampak yang terjadi. 2) Master Schedule/Rencana Induk. Master schedule atau rencana induk merupakan rencana kegiatan selama program berjalan yang dilaksanakan oleh semua pihak pelaku program baik Inter Kementerian (Tingkat Pusat), Dinas/Instansi tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, konsultan pusat sampai daerah maupun masyarakat penerima program. Dalam pelaksanaannya, siklus kegiatan pada wilayah sasaran Pamsimas mengacu pada rencana induk. Rencana Induk merupakan acuan pokok para pelaku Pamsimas dalam menjalankan setiap proses kegiatan agar selalu berkesinambungan dan tepat waktu. Setiap pelaku Pamsimas perlu memiliki rencana kerja yang jelas sehingga pelaksanaan Pamsimas dapat terarah dan terpantau dengan baik. Dengan adanya pemahaman yang sama antar pelaku tentang Pamsimas, serta sasaran yang ingin dicapai, setiap pelaku dapat segera menindaklanjuti dengan membuat strategi dalam upaya mencapai sasaran tersebut, diantaranya dengan menyusun rencana kerja yang didasarkan atas target substansi (berdasarkan indikator) dan target capaian (berdasarkan Master Schedule). Penyusunan rencana kerja ini harus dengan mempertimbangkan sumberdaya yang tersedia, baik jumlah tim, kapasitas anggota tim, maupun dukungan manajemen perusahaan. 3) Quick Status/Status Cepat. Quick Status dibuat dengan tujuan untuk mengendalikan realisasi pelaksanaan siklus di lapangan (progress) terhadap Master Schedule yang sudah disepakati. Sehingga, dengan demikian setiap dua minggu akan dapat diketahui secara cepat tahapan kegiatan mana saja yang sudah selesai ataupun yang belum selesai, dan dapat diketahui pula progres terakhir pencapaian tahapan kegiatannya. Setiap TFM akan melaporkan progress Quick Status pada setiap dua mingguan. 4) Uji Petik. Dilaksanakan untuk mengukur pencapaian substansi maupun pemenuhan prasyarat kegiatan yang telah ditetapkan dengan melakukan pengecekan langsung ke lapangan terhadap kelurahan/desa sampel yang dipilih dengan metode pemilihan sampel acak terstratifikasi. Uji petik merupakan bagian dari kerangka pemantauan proyek secara keseluruhan. Hasil uji petik akan menjadi bagian yang saling melengkapi dengan kegiatan pemantauan lainnya seperti SIM (sistem informasi manajemen), Quick Status, dan PPM (penanganan pengaduan masyarakat). Kegiatan uji petik ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan setelah siklus selesai difasilitasi di masyarakat. Dengan mempertimbangkan unsur keterwakilan, maka ditetapkan bahwa tim CMAC akan melakukan uji petik di minimum 3% desa sampel di wilayah kendali CMAC, sedangkan tim PMAC melaksanakan uji petik di minimum 10% desa sampel di wilayah kendali PMAC. Di tingkat kabupaten/kota, DMAC melakukan uji petik di minimum 50% desa sampel di wilayah kendalinya. 5) Informasi Berbasis Website. Salah satu alat monitoring yang efektif dan populer untuk memantau kemajuan dan infomasi terkini suatu proyek adalah website. Semua informasi mengenai Pamsimas akan diupload melalui website (www.pamsimas.org). Informasi mengenai data progres dan pencapaian indikator, pengaduan, resume kontrak konsultan, pustaka publikasi, data kontak pelaku pamsimas dapat diakses pada website tersebut. Website tersebut juga menyediakan media interaktif untuk
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
52
/$,1(,$1 #!"# pelaku pamsimas di seluruh wilayah untuk menjalin komunikasi, yaitu: forum diskusi, pengaduan, dan ruang tanya jawab dengan tenaga ahli. 6) Kunjungan Lapangan. Kegiatan monitoring ini dilakukan dengan melakukan kunjungan langsung di masing-masing kabupaten/kota secara sampling, untuk melakukan pengendalian tentang status pelaksanaan kegiatan dan penyiapan mediamedia bantu yang dibutuhkan, serta monitoring terhadap pemanfaatan dana BLM yang sudah dicairkan untuk memastikan kualitasnya tercapai, serta memastikan transparansi dan akuntabilitasnya.
9.2
EVALUASI Evaluasi dalam Pamsimas dilakukan untuk menilai secara berkala apa yang telah dihasilkan, untuk mengetahui apakah Pamsimas berhasil mencapai tujuan-tujuan utamanya melalui pengukuran indikator kinerja utama. Indikator kinerja Pamsimas dapat dilihat pada Tabel 8.1. Evaluasi difokuskan pada keluaran dan dampak program apakah sesuai dengan tujuan dan rencana yang ditetapkan. Evaluasi ini akan dilakukan pada pertengahan pelaksanaan program dan setelah keseluruhan program selesai. Jenis-jenis evaluasi yang akan dilakukan dalam Program Pamsimas adalah: 1) Evaluasi Keluaran (Output). Dilakukan dengan melihat sejauh mana perubahan yang terjadi di masyarakat penerima manfaat dengan membandingkan kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan program. 2)
Survei/Studi Dampak. Program Pamsiams melalui kerja sama dengan konsultan atau pihak lain melakukan survei/studi dampak/manfaat ekonomi, peningkatan derajat kesehatan masyarakat, dan peran pemerintah sebagai fasilitator dan regulator, serta peran masyarakat di bidang air minum dan penyehatan lingkungan.
3)
Studi Khusus/Tematik. Untuk mempertajam hasil pemantauan dan evaluasi dampak, sejumlah studi tematik dapat dilakukan dalam kurun waktu perjalanan program.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
53
/$,1(,$1 #!"# Tabel 9.1 Indikator Pencapaian Kinerja Program Pamsimas Baseline Indikator Pencapaian Program
·
·
· ·
·
·
Jumlah tanbahan orang yang mempunyai akses yang berkelanjutan terhadap fasilitas air minum yang layak, berdasarkan status sosial dan ekonomi Jumlah tambahan orang yang mempunyai akses yang berkelanjutan terhadap fasilitas sanitasi yang layak, berdasarkan status sosial dan ekonomi Jumlah desa/kelurahan yang telah menyusun RKM Rencana peningkatan kapasitas untuk mendukung adopsi dan pengarusutamaan pendekatan Pamsimas, dan kinerja dalam rangka pencapaian tujuan program Realisasi anggaran Kab./Kota (APBD) dalam sektor AMPL sebagai persentase dari kebutuhan anggaran untuk mencapai target MDG Jumlah Kab./Kota yang mereplikasi program Pamsimas, di luar target desa Pamsimas
·
% masyarakat sasaran yang bebas dari buang air besar di sembarang tempat (ODF/SBS)
·
% masyarakat sasaran yang menerapkan program cuci tangan pakai sabun (CTPS)
·
% sekolah sasaran yang mempunyai fasilitas sanitasi yang layak dan menerapkan pola hidup bersih sehat (PHBS).
Periode Tahun 1*)
Tahun 2
Tahun 3
Pengumpulan Data dan Pelaporan
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
0
0
0,5 – 1 juta
1-2 juta
2-3 juta
3-5 juta
6-7 juta
0
0
0,3-0,6 juta
0,6-0,9 juta
0,9-1,5 juta
1,5-2,4 juta
2-3 juta
0
0
600
1350
2,550
3,850
5000
NA
50%
100%
TBD
50%
100%
none
20 of 70
30 of 70
50 of 70
70 of 70
Zero
10%
20%
40%
60%
80%
0%
10%
20%
40%
60%
80%
0%
0%
12%
27%
51%
77%
95%
Frekuensi dan Pelaporan
Instrumen Pengumpulan Data
Laporan kumulatif tahunan, berdasarkan laporan kemajuan detail dari DPMU
Data MIS yang berkelanjutan dan survey Rumah Tangga
DPMU melaporkan ke CPMU, berdasarkan data MIS yang dikumpulkan dari penilaian partisipatif dan data tim evaluasi independen
Laporan kumulatif tahunan, berdasarkan laporan kemajuan detail dari DPMU
Laporan proyek dan dokumen anggaran Kab./Kota
CPMU, berdasarkan data dan laporan dari DPMU
Laporan kumulatif tahunan, berdasarkan laporan kemajuan detail dari daerah
Data MIS yang berkelanjutan dan survey Rumah Tangga
Survey evaluasi perubahan perilaku higinis (PHS) pada saat baseline, midterm dan EOP
Evaluasi perubahan perilaku – survey acak/random
DPMU melaporkan ke CPMU, berdasarkan data MIS yang dikumpulkan dari penilaian partisipatif dan data tim evaluasi independen Lembaga yang dikontrak oleh Dinas Kesehatan Propinsi, di beberapa lokasi pemantauan di masing-masing Propinsi
Penanggung Jawab Pengumpulan Data
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
54
/$,1(,$1 #!"# Baseline Indikator Pencapaian Program
·
·
% desa/kelurahan yang mempunyai sarana air minum yang layak dan berfungsi, serta memenuhi tingkat kepuasan mayoritas masyarakat sasaran % desa/kelurahan dengan sarana air minum yang layak yang dikelola dan dibiayai secara efektif
Periode Tahun 1*)
Tahun 2
Tahun 3
Pengumpulan Data dan Pelaporan
Tahun 4
Tahun 5
Tahun 6
N/A
0%
90%
90%
90%
90%
90%
N/A
0%
90%
90%
90%
90%
90%
Frekuensi dan Pelaporan
Instrumen Pengumpulan Data
Laporan kumulatif tahunan, bersumber dari pemantauan MIS yang berkelanjutan
Data MIS yang berkelanjutan dan survey Rumah Tangga
DPMU melaporkan ke CPMU, berdasarkan data MIS yang dikumpulkan dari penilaian partisipatif dan data tim evaluasi independen
Penanggung Jawab Pengumpulan Data
·
Jumah desa/kelurahan dan kab./kota yang melampaui kriteria kinerja proyek dan memperoleh tambahan dana hibah
0
N/A
N/A
100-200 Desa/5 Kabupaten
250500 Desa/ 10 Kab
400-800 Desan/ 15 Kab
500-1000 Desa/ 20 Kab
Laporan kwartal DPMU dan kajian per tahun oleh Propinsi
Laporan proyek
CPMU, berdasarkan data dan laporan dari DPMU
·
Adanya struktur dan alat pemantauan proyek (IMIS, M&E) memberikan informasi berkala mengenai kualitas pelaksanaan proyek
0
100% Kabupaten
100% districts
100% districts
100% districts
100% districts
100% districts
Laporan kwartal DPMU dan kajian per tahun oleh Propinsi
IMIS, Monitoring MIS yang berkelanjutan
DPMU, kajian per 6 bulan oleh CPMU
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
55
/$,1(,$1 #!"#
9.3
PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT (PPM) Salah satu aspek penting dari sistem pemantauan dalam program Pamsimas adalah pemantauan terhadap proses penanganan pengaduan. Mekanisme penanganan pengaduan dalam program Pamsimas di tingkat masyarakat dilakukan di Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) LKM, di tingkat kabupaten/kota dan propinsi serta pusat. Proses penanganan pengaduan membuat setiap orang bisa menyampaikan suatu pengaduan, yaitu dari konsultan melalui laporan biasa maupun berkala, dari anggota masyarakat melalui surat (dengan atau tanpa nama), atau wartawan melalui tulisan mereka di media masa tentang Pamsimas. Program Pamsimas menyiapkan Hotline Pengaduan melalui SMS (short message service), website online dan kotak pengaduan khusus untuk hal ini dan setiap orang bisa menulis untuk ditujukan ke alamat tersebut.
9.4 PELAPORAN Pelaporan tentang hasil pelaksanaan pekerjaan adalah bagian penting dari pemantauan dan pertanggungjawaban program. Penyiapan laporan mengenai kemajuan pelaksanaan program harus dibuat secara sederhana dan seringkas mungkin. Pelaporan dalam program Pamsimas merupakan proses penyampaian data dan atau informasi mengenai perkembangan atau kemajuan setiap tahapan dari pelaksanaan program, kendala atau permasalahan yang terjadi, penerapan dan pencapaian dari sasaran atau tujuan Pamsimas. Mekanisme pelaporan dan pelaksanaan Pamsimas dilakukan melalui jalur struktural. Semua pelaku program Pamsimas bertanggungjawab untuk membuat pelaporan atas pelaksanaan program pada tingkat desa/kelurahan, kabupaten/kota, propinsi dan tingkat pusat. Hal ini untuk membantu dalam evaluasi kinerja pelaku program Pamsimas. Untuk aparat pemerintah yang terlibat dalam program Pamsimas, format laporan mengikuti kebijaksanaan dari masing-masing instansi. Sedangkan pelaporan untuk konsultan mengikuti format yang diatur dalam Petunjuk Teknis Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan.
/&23-)3* 2&*-(1 /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
56
/$,1(,$1 #!"#
LAMPIRAN PERAN, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PELAKU PROGRAM PAMSIMAS
1. TINGKAT KABUPATEN/KOTA 1.1. Bupati/Walikota Bupati/Walikota bertanggungjawab: 1. Mengkoordinasikan penyelenggaraan Program Pamsimas di wilayah kerjanya. 2. Mewujudkan tata kelola dan tata laksana Program Pamsimas yang baik. 3. Membentuk Tim Koordinasi Kabupaten/Kota (TKK) dan Tim Teknis Kabupaten/Kota, DPMU, Satker Kabupaten/Kota, dan Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) serta Tim Teknis Kecamatan. 4. Menetapkan lokasi sasaran Pamsimas di wilayahnya sesuai kriteria program Pamsimas 1.2. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota Tim koordinasi Kabupaten dibentuk berdasarkan SK Bupati/Walikota, yang diketuai oleh Kepala Bappeda Kabupaten/Kota, dan beranggotakan: Dinas Bidang Cipta Karya/dengan sebutan lain, Badan Pemberdayaan Masyarakat/dengan sebutan lain, Dinas Kesehatan, Bapedalda, dan instansi terkait sesuai dengan kebutuhan. Tim Koordinasi Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk: 1. Mensosialisasikan program Pamsimas kepada masyarakat di tingkat kabupaten. 2. Mengkoordinasikan Kabupaten/Kota.
perencanaan
dan
pelaksanaan
kegiatan
program
di
3. Menetapkan desa sasaran program, membuat rangking desa/kelurahan yang bersangkutan untuk dapat menentukan prioritas desa, dan membuat SK penetapan lokasi desa proyek Pamsimas. 4. Membentuk Tim Evaluasi RKM, dengan anggota terdiri dari staf Bappeda, sudin PU, Kesehatan, Pemberdayaan Masyarakat dan Diknas. 5. Menyetujui Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dengan membuat surat persetujuan, sehingga dapat dibuat SPPB antara Satker Kabupaten dan LKM. 6. Menindak lanjuti musyawarah yang dihadiri oleh LKM, TFM, DPMU untuk membahas RKM I sehingga bisa dikirimkan ke Bupati/Walikota. 7. Melakukan analisa dalam masalah kebijakan dan memberikan rekomendasi untuk perubahan kebijakan yang diperlukan dalam pelaksanaan program. + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
57
/$,1(,$1 #!"# 8. Melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan program di wilayahnya. 9. Menanggulangi berbagai ragam masalah antar sektor yang timbul dalam pelaksanaan. 10. Memonitor kemajuan Program dan melaporkan kepada Bupati/Walikota dan pemerintah Provinsi, 11. Memonitor kegiatan dan mengevaluasi kinerja penyelenggaraan program. 1.3. Tim Teknis Kabupaten/Kota Tim Teknis Pamsimas Kabupaten/kota adalah Pokja AMPL (bagi yang sudah terbentuk). Bagi Kabupaten/kota yang belum terbentuk Pokja AMPL, Tim Teknis Kabupaten/kota Pamsimas menjadi embrio terbentuknya Pokja AMPL Kabupaten/kota. Tim Teknis Kabupaten/kota beranggotakan inter-instansi dari: §
Badan perencanaan pembangunan kabupaten/kota,
§
Dinas bidang Cipta Karya/dengan sebutan lain
§
Badan pemberdayaan masyarakat dan desa/dengan sebutan lain,
§
Dinas kesehatan
§
Dinas pendidikan
§
Bapedalda/ Dinas Lingkungan Hidup.
Tim Teknis Kabupaten/Kota bertanggungjawab untuk membantu TKK dalam: 1. Memberikan pembinaan teknis terkait dengan kebijakan operasional dalam pelaksanaan di desa/kelurahan yang dikoordinasikan oleh BPMD 2. Memberikan pembinaan teknis dalam implementasi pedoman untuk pelaksanaan seperti pedoman teknis, pedoman pelaksanaan, pedoman pendanaan, pedoman pemantauan, dan lain sebagainya yang dikoordinasikan oleh Dinas PU 3. Mengevaluasi kelayakan calon desa sasaran sesuai kriteria yang sudah ditetapkan yang dikoordinasikan oleh BPMD 4. Memberi masukan kepada DPMU tentang perkembangan pelaksanaan program serta mengambil langkah yang diperlukan khususnya dalam menjamin efektivitas dan efisiensi pendayagunaan dana bantuan luar negeri yang dikoordinasikan oleh Dinas PU 5. Memberikan masukan tentang aspek yang berkaitan dengan kebijakan umum kepada TKK yang dikoordinasikan oleh Bappeda 6. Membantu menyelaraskan kegiatan Pamsimas agar sesuai dengan rencana pembangunan kabupaten bersangkutan sehingga tidak tumpang tindih dengan kegiatan pembangunan lain yang sejenis yang dikoordinasikan oleh Bappeda 7. Memberikan masukan kepada DPMU, khususnya mengenai masalah yang berkaitan dengan teknis operasional pelaksanaan Program yang dikoordinasikan oleh Dinas PU bersama dengan Dinas Kesehatan 8. Secara periodik melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kemajuan kegiatan di lapangan yang dilakukan oleh masing-masing instansi
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
58
/$,1(,$1 #!"# 9. Menyusun laporan hasil pemantauan pelaksanaan RAD AMPL Kabupaten/Kota untuk dukungan Program PAMSIMAS, yang dikoordinasikan oleh Bappeda. 10. Memantau kegiatan dan mengevaluasi kinerja penyelenggaraan PAMSIMAS berdasarkan laporan DPMU yang dikoordinasikan oleh Dinas PU 11. Menfasilitasi sinkronisasi perencanaan dan pelaksanaan RAD AMPL, PJM Proaksi, Rencana Kerja BP-SPAMS, dan Rencana Kerja Asosiasi BP-SPAMS yang dikoordinasikan oleh Bappeda bersama dengan BPMD. 12. Memantau kinerja BP-SPAMS secara berjenjang dari desa/kelurahan, dan kecamatan yang dikoordinasikan oleh BPMD. 1.4.
Unit Pengelola Program Kabupaten/kota (DPMU) Tugas dari DPMU adalah: 1. Melaksanakan sosialisasi Pamsimas di kabupaten/kota dalam rangka mencari desa/kelurahan sasaran program, dan mengikuti sosialisasi Pamsimas yang dilakukan di desa. 2. Mengumumkan daftar desa/kelurahan yang ditetapkan untuk ikut serta dalam program Pamsimas. 3. Menjadi narasumber pertemuan pleno desa/kelurahan untuk membahas hasil identifikasi masalah dan analisis situasi. 4. Mendampingi tindaklanjut berita acara pembentukan LKM ke Notaris untuk mendapatkan legitimasi dan kekuatan hukum sebagai representasi masyarakat dalam mengelola dan melaksanakan proyek 5. Menindaklanjuti pengajuan RKM yang telah dievaluasi Tim Evaluasi RKM untuk diverifikasi oleh TKK melalui forum presentasi RKM oleh LKM untuk mendapat persetujuan dari TKK, dan selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembuatan SPPB antara Satker/PPK Pamsimas kabupaten/kota dengan LKM. 6. Memfasilitasi kelembagaan lintas desa/kelurahan yang dapat berupa aliansi kerja dari beberapa Badan Pengelola di tingkat kabupaten/kota, 7. Memfasilitasi Badan Pengelola agar memperoleh akses terhadap berbagai pihak untuk mendukung programnya meskipun Pamsimas sudah selesai 8. Melakukan koordinasi dan penyebarluasan informasi mengenai kemajuan Program termasuk laporan keuangan dan lainnya. 9. Memonitor dan mengevaluasi kebutuhan untuk meningkatkan kemampuan di kabupaten/kota. 10. Memonitor dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan operasional teknis dan administrasi Program. 11. Melakukan evaluasi kinerja konsultan dan FM 12. Mencatat, memantau dan menindaklanjuti keluhan yang diterima. 13. Mendorong pembentukan jaring kerja Badan Pengelola dengan pihak-pihak lain di proyek.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
59
/$,1(,$1 #!"# 14. Mencatat dan memantau keluhan yang sudah ditangani UPM-LKM dan meneruskan kepada UPM-PPMU 15. Melakukan upaya tindak-lanjut keluhan dengan melakukan klarifikasi dan verifikasi (keluhan yang tidak dapat ditangani oleh UPM-LKM/Lurah/Kades) serta melakukan upaya penanganan dan melaporkan kepada UPM-PPMU. 16. Menyusun laporan keuangan Pamsimas Kabupaten/Kota 17. Menyusun Laporan Kemajuan Bulanan Progress fifik dan keuangan Kewenangan DPMU: 1. Meminta kepada LKM untuk memperbaiki RKM bila tidak memenuhi persyaratan setelah dievaluasi oleh Tim Evaluasi RKM 2. Memfasilitasi SPPB antara Satker Pamsimas dengan LKM 3. Memberikan peringatan kepada LKM (Satlak Pamsimas) dan TFM apabila melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan prosedur. 4. Melakukan upaya penanganan keluhan yang tidak dapat diputuskan di UPM-LKM, berfungsi sebagai UPM-DPMU. 1.5. Satker Kabupaten/Kota a. Kepala Satuan Kerja di Kabupaten/Kota Tugas dari Satker Kabupaten/Kota adalah: 1.
Melakukan kontrak dengan LKM yang difasilitasi oleh DPMU
2.
Membuat SPM (Surat Perintah Membayar)
3.
Secara rutin setiap bulan melaporkan daftar penerbitan SPM-LS kepada DPMU sebagai bahan penyusunan laporan keuangan Pamsimas Kabupaten/Kota
4.
Memberikan data keuangan yang diperlukan DPMU dalam menyusun kemajuan bulanan.
Kewenangan Satker Kab/Kota adalah: Meminta rekomendasi dari DPMU mengenai penerbitan SPM-LS dan pencairan dana BLM tahap berikutnya. b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Tugas dari PPK adalah: 1.
Melakukan supervisi terhadap Tim Evaluasi RKM.
2.
Melakukan pengendalian pelaksanaan kegiatan evaluasi dalam rangka monitoring dan evaluasi.
Kewenangan PPK adalah: Menandatangani kontrak/SPK yang bertanggung jawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul dari kontrak/SPK tersebut dan bertanggungjawab kepada Kepala Satuan Kerja Sementara/Kuasa Pengguna Anggaran.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
60
/$,1(,$1 #!"# 1.6
Konsultan Kabupaten/Kota (DMAC)
1.6.1 Konsultan DMAC Pemberdayaan Tugas rinci Konsultan DMAC Pemberdayaan adalah: 1. Membantu proses kajian, analisis, dan rencana kegiatan kelompok masyarakat melalui langkah-langkah MPA/PHAST, hingga penyiapan RKM dan membantu masyarakat setempat, terutama LKM dalam melaksanakan dan monitoring program, baik perbaikan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan sanitasi di tingkat masyarakat. 2. Menjamin adanya perhatian dari seluruh stakeholder terkait, termasuk aspirasi golongan yang terpinggirkan agar terwakili dalam pembangunan, public review dan finalisasi RKM. Memberikan dukungan dan bimbingan yang diperlukan TFM dan LKM dalam penyiapan RKM. 3. Memberikan masukan teknis dan administratif serta bekerjasama dengan TFM dalam pembentukan LKM dan memperkuat kelembagaan desa untuk mendukung pelaksanaan kegiatan. 4. Bekerja sama dengan TFM dengan memberikan dukungan strategis kepada TFM untuk: pengerahan sumber daya selama proses pelaksanaan kegiatan (termasuk perencaaan, konstruksi, operasional dan perawatan); pelatihan aspek non teknis seperti operasional dan perawatan dan manajemen keuangan serta menjaga keseimbangan gender dan kesetaraan dalam pengambilan keputusan dan manajemen penyediaan air minum dan pelayanan kesehatan. 5. Menjamin kegiatan dan pelaksanaan yang diusulkan dalam RKM sesuai dengan kriteria kegiatan Pamsimas. 6. Mengkaji efektifitas pelaksanaan kegiatan proyek dan memberikan rekomendasi untuk perbaikan kepada DPMU, PPMU dan CPMU. 7. Review dan mengevaluasi laporan fasilitator dan mengkonsolidasikannya di level kabupaten/kota. 8. Mendukung fasilitator dan masyarakat untuk membuat system operasional dan pemeliharaan sarana air dan sanitasi dan melaksanakan review penjaminan mutu (quality assurance) melalui kunjungan periodik. 9. Melakukan upaya-upaya penjaminan mutu kegiatan proyek mulai dari roadshow dan seleksi desa melalui persiapan dan implementasi RKM. Melalui proses ini, Koordinator Fasilitator mengindenfikasi dan mencari solusi untuk masalahmasalah yang muncul dalam pelaksanaan proyek. 10. Mengumpulkan dan menganalisa indikator kesinambungan proyek dalam RKM sebagai bagian dari proses review RKM. 11. Bekerja sama dengan Konsultan Kabupaten dan Fasilitator dalam pelaksanaan Training Fasilitator dan peningkatan capacity building. 12. Melakukan proses monitoring untuk menjamin partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan proyek sejak dari perencanaan hingga implementasi serta operasi dan pengelolaan sarana air minum dan sanitasi.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
61
/$,1(,$1 #!"# 13. Bersama dengan Fasilitator dan Konsultan kabupaten/kota melakukan review harga perkiraaan dan proses pengadaan, termasuk review dokumentasi pencairan dana, biaya untuk pengadaan dan material serta perlengkapan lain, dan evaluasi kontribusi masyarakat. 14. Bersama dengan DPMU dan Konsultan kabupaten/kota dalam menyiapkan IFR tingkat kabupaten/kota dengan menggunakan masukan. 15. Melakukan koordinasi di wilayah kerjanya secara rutin kepada DPMU, TKK, satker serta dengan dinas terkait lainnya. 1.6.2 Konsultan DMAC Teknik Air Minum dan Sanitasi Tugas rinci Konsultan DMAC Teknik adalah: 1. Melakukan perencanaan strategis, koordinasi dan fasilitasi aktivitas proyek, terutama untuk sarana dan pelayanan air minum dan sanitasi, bekerja sama dengan Dinas PU, Dinkes, dan institusi pemerintah lainnya. 2. Memberikan input teknis dan bekerja sama dengan fasilitator teknis untuk melaksanakan RTA (rapid technical assessment) air minum, membangun opsiopsi teknologi yang mungkin, dan membantu Unit Pelaksana Pamsimas LKM memilih opsi terbaik sesuai dengan kondisi lingkungan desa. 3. Melaksanakan review jaminan kualitas untuk menjamin kesesuaian dengan pedoman proyek untuk desain awal fasilitas air minum dan sanitasi, evaluasi lingkungan tahap awal, perkiraan biaya, analisis ekonomi dan finansial, perkiraan biaya awal, manajemen keuangan, dan proses pengadaan. 4. Memberikan input teknis dan bekerja sama dengan Fasilitator Teknik untuk mempresentasikan hasil RTA dan RRK kepada masyarakat. 5. Melaksanakan review jaminan kualitas RKM, termasuk RRK, sebelum diserahkan kepada DPMU, serta memfasilitasi masyarakat untuk mengubahnya (jika perlu). 6. Memberikan dukungan teknis kepada Fasilitator Teknik dalam pelaksanaan supervisi konstruksi dan memverifikasi kualitas dan kuantitas pekerjaan. 7. Mendukung Fasilitator Teknik bekerja sama dengan tenaga kerja lokal dan membimbing pembuatan jamban keluarga. 8. Mendukung Fasilitator membuat sistem operasi dan pemeliharaan yang efektif dan melaksanakan review jaminan kualiats melalui kunjungan periodik ke sistem yang sudah terbentuk. 9. Melakukan review dan mengevaluasi laporan fasilitasi dan mengonsolidasikannya di tingkat kabupaten/kota, bersama dengan konsultan Kesehatan dan Koordinator Fasilitator. 10. Memonitor pelaksanaan monitoring berkelanjutan dan menjamin akurasi dana dalam field book. 1.6.3 Konsultan DMAC Kesehatan Tugas rinci Konsultan DMAC Kesehatan adalah:
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
62
/$,1(,$1 #!"# 1. Melakukan perencanaan strategis, koordinasi, dan fasilitasi aktivitas proyek untuk sekolah dan masyarakat bersama dengan Dinkes, Dinas PU, Dinas Pendidikan, dan institusi pemerintah di daerah lainnya. 2. Memberikan dukungan dan petunjuk kepada TFM dan Unit Pelaksana Pamsimas LKM dalam pelaksanaan pemicuan dengan CLTS, termasuk orientasi CLTS di kabupaten/kota kepada stakeholder, dan aktivitas yang terkait monitoring progress. 3. Memberikan dukungan dan petunjuk kepada Fasilitator Kesehatan dan Puskesmas dalam pelaksanaan CLTS, CTPS dan Promosi Kesehatan, hygiene dan sanitasi, berperan penting dalam proses pemicuan (triggering), membantu masyarakat memonitor kemajuan. 4. Menggunakan teknis partipatoris untuk menjamin kesadaran, pengetahuan, dan persepsi promosi kesehatan, pencegahan penyakit, perilaku higienis dan sanitasi pemimpin masyarakat. 5. Menjamin aktivitas yang diusulkan dan dilaksanakan sebagai bagian dari RKM, untuk mendukung kesehatan dan sanitasi, sesuai dengan kriteria proyek dan bertujuan mengurangi kejadian penyakit terkait air, melalui review aktivitas RKM yang berkaitan dengan promosi keshatan, pencegahan penyakit, dan sanitasi. 6. Bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dalam pelaksanaan promosi kesehatan di sekolah untuk meningkatkan kualitas kesehatan sekolah. 7. Bekerja sama dengan Dinkes dan dinas terkait dalam pelaksanaan promosi kesehatan masyarakat untuk meningkatkan kualitas masyarakat. 8. Mendampingi Fasilitator Kesehatan untuk memfasilitasi masyarakat dalam pemilihan opsi perubahan perilaku tidak higienis. Memonitor pelaksanaan monitoring berkelanjutan dan menjamin akurasi data dalam field book. 9. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap data SIM. 10. Melaksanakan uji petik di wilayah kerjanya. 11. Mendukung Dinas Kesehatan dalam pelaksanaan program air minum dan sanitasi. 1.6.4 Konsultan DMAC Financial Management Tugas rinci Konsultan DMAC Financial Management adalah: 1. Meningkatkan kapasitas LKM, Satlak Pamsimas, secara formal maupun informal dalam pengelolaan keuangan program. 2. Memfasilitasi LKM, Satlak Pamsimas, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan keuangan, khususnya dalam mereview hasil LPD, aturan , pengadministrasian keuangan, dan lain-lain. 3. Meningkatkan kapasitas LKM, Satlak Pamsimas, dalam penyusunan laporan dan pembukuan keuangan. 4. Meningkatkan kapasitas Pemerintah Desa dan LKM dalam melakukan pemantauan terhadap sistem keuangan Satlak Pamsimas.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
63
/$,1(,$1 #!"# 5. Memfasilitasi LKM, Satlak Pamsimas, untuk meningkatkan tata kelola dan mekanisme kerja lembaga dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di bidang keuangan. 6. Bersama dengan DMAC dan TFM melakukan pengukuran kinerja pembukuan LKM, untuk selanjutnya dimasukkan dalam aplikasi SIM. 7. Bersama dengan DMAC dan TFM melakukan pemantauan pengelolaan keuangan masyarakat dalam sistem monitoring dan evaluasi Pamsimas. 8. Menyerahkan laporan bulanan kepada FMS PMAC tiap akhir bulan. 9. Bertanggungjawab terhadap penggunaan Pedoman, Juknis, dan POB Pamsimas yang terkait dengan system pengelolaan keuangan di tingkat masyarakat dan pengelolaan data, serta laporang yang dipublikasikan di SIM dan website
2. TINGKAT KECAMATAN 2.1. Tim Koordinasi Kecamatan (TKKc) Fungsi dan tugas Tim Koordinasi Kecamatan adalah : 1. Merupakan mitra kerja TFM sebagai pendamping masyarakat merencanakan, melaksanakan dan mengelola kegiatan Pamsimas..
untuk
2. Menyebarluaskan informasi mengenai Pamsimas hasil sosialisasi di tingkat kabupaten/kota yang dilaksanakan oleh DPMU dan Tim Koordinasi Kabupaten/kota (TKK). 3. Memfasilitasi sosialisasi Pamsimas di tingkat desa/kelurahan bersama DPMU. 4. Kepala Kecamatan menandatangani Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan Pamsimas (SPMKP) berdasarkan BA Acara Pertemuan di desa/kelurahan. 5. Membantu dalam menyebarluaskan informasi tentang program Pamsimas (tujuan, hasil yang diharapkan, persyaratan dan kriteria pemilihan) ke seluruh desa/kelurahan di wilayahnya. 6. Memonitor pelaksanaan kegiatan termasuk pelatihan yang diberikan kepada masyarakat dan melaporkannya kepada TKK. 7. Bersama-sama DPMU melakukan road show ke seluruh desa yang masuk dalam daftar panjang desa (eligible villages long list) 2.2. Tim Teknis Kecamatan (TTKc) Fungsi dan tugas Tim Teknis Kecamatan secara khusus adalah : 1. Memantau pengelolaan sarana air minum dan sanitasi sebagai bagian tugas pembinaan dari TTKc. 2. Mencatat, memantau dan menindak-lanjuti keluhan yang diterima. 3. Merekam informasi dan data monitoring pelaksanaan kegiatan termasuk pelatihan yang diberikan kepada masyarakat dan melaporkannya kepada TKKc. 4. Kepala Puskesmas, Sanitarian, dan Bidan Desa memfasilitasi sekolah dalam melaksanakan program kesehatan dan sanitasi, memfasilitasi LKM dalam + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
64
/$,1(,$1 #!"# melaksanakan kegiatan promosi kesehatan dan sanitasi/ CLTS kepada masyarakat dan sekolah. 5. Kepala Puskesmas Bertangungjawab terhadap pelaksanaan Stop BABs (sertifikasi Proses CLTS dan ODF/SBS), CTPS dan Promosi Hygiene dan sanitasi dan sanitarien melakukan monitoring evaluasi hasil kegiatan serta verifikasi data. 6. Khusus untuk Kasi masyarakat.
PMD
Kecamatan
membantu
pembinaan
partisipasi
3. TINGKAT DESA/KELURAHAN 3.1
Pemerintah Desa/Kelurahan Pemerintah Desa/Kelurahan, dalam hal ini Kepala Desa/Lurah, bertugas untuk: 1. Menyelenggarakan sosialisasi di desa/kelurahan dan memfasilitasi pembentukan LKM dan musyawarah desa/kelurahan selanjutnya, dan menandatangani daftar hadir sosialisasi di tingkat desa/kelurahan. 2. Memfasilitasi musyawarah desa dan menandatangani BA Hasil Musyawarah Desa/kelurahan bersama Ketua BPD. 3. Menandatangani Surat Pernyataan Minat Keikutsertaan Pamsimas (SPMKP) bersama Wakil Masyarakat kemudian mengirimkannya kepada Tim Koordinasi Kabupaten dan tembusan ke DPMU. 4. Memfasilitasi terbentuknya LKM melalui forum musyawarah tingkat desa. 5. Membantu kelancaran proses persiapan usulan kegiatan sebagai tindak lanjut dari hasil musyawarah desa. 6. Mengetahui dan menyetujui hasil perencanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan Pamsimas di desa. 7. Menandatangani Surat Pernyataan Penyelesaian Kegiatan (SP2K) yang dibuat oleh Koordinator LKM. 8. Memfasilitasi komponen masyarakat dalam pengawasan pelaksanaan kegiatan dan pengelolaan hasil sarana dan prasarana yang terbangun. 9. Memfasilitasi serah terima pengelolaan aset Pamsimas kepada Badan Pengelola. 10. Mencatat, memantau dan menindak-lanjuti keluhan yang diterima.
3.2. Tim Fasilitator Masyarakat 3.2.1 Fasilitator Masyarakat Reguler a. Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat Tugas dari Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat adalah: 1. Memfasilitasi dan membantu masyarakat setempat untuk membentuk LKM berdasarkan pedoman proyek, sebagai alat untuk merencanakan dan melaksanakan RKM. 2. Berpartisipasi dalam PHAST sesi group baik group laki-laki maupun + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
65
/$,1(,$1 #!"# perempuan dalam masyarakat, memberikan perhatian khusus untuk memastikan partipasi aktif dari golongan miskin, golongan kurang beruntung, dan kelompok yang tak tersuarakan di masyarakat. 3. Bersama dengan tim (dengan 2 fasilitator lainnya) membantu masyarakat membangun kerangka kerja institusi, kapasitas dan kemampuannya untuk mensukseskan persiapan dan pelaksanaan RKM (termasuk perencanaan dan pelaksanaan sistem penyediaan air minum, baik program kesehatan masyarakat dan sekolah). 4. Memastikan keterlibatan seluruh stakeholder, termasuk hak mengemukakan pendapat bagi kelompok yang terpinggirkan (fringe group) terwakili dalam proses pembangunan, public review dan finalisasi Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Menyediakan dukungan dan bimbingan yang diperlukan LKM dalam proses penyusunan RKM. 5. Menggunakan teknik parcipatory untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pembangunan masyarakat, perlunya kontribusi untuk aktifitas proyek, dan pengerahan kontribusi masyarakat baik cash maupun material setempat. Secara rutin mengingatkan masyarakat, bahwa dana BLM belum dapat disalurkan dan konstruksi belum dapat dimulai sampai dengan termobilisasinya kontribusi masyarakat, dan hanya jika LKM melanjutkan pekerjaannya dengan memperhatikan kesetaraan peran laki-laki dan perempuan serta kaum miskin dan kaya. 6. Pada awal masa kegiatan konstruksi, terlabih dahulu membantu masyarakat dalam mengorganisasikan dan memobilisasi tenaga kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan konstruksi dengan cara paling efektif dan tepat waktu. 7. Bekerja bersama CF-Teknik untuk membantu masyarakat untuk mengorganisasikan tenaga dan material mereka selama proses konstruksi, dan menyelenggarakan pelatihan non teknis seperti operation and maintenance (O & M) dan menejemen keuangan (termasuk pengaturan dan pengumpulan tarif air, pembukuan, identifikasi kebutuhan pelatihan selanjutnya, keputusan dengan metode participatory terkait rencana ke depan dalam pengembangan fasilitas penyediaan air minum dan pentingnya menegakkan kesetaraan gender dan keadilan dalam pengambilan keputusan dan manajemen penyediaan air minum serta layanan sanitasi). 8. Bersama dengan LKM membuat kebijakan dan prosedur pemilihan anggota baru, O & M, manajemen keuangan, rencana perluasan, penyelesaian perdebatan, dan mengupdate rencana secara periodik dalam rangka penggunaan dana BLM berikutnya. 9. Membantu Konsultan Kabupaten/kota untuk mendapatkan pembelajaran dari proses pembangunan masyarakat dan membuat rekomendasi untuk pengembangan kebijakan proyek, prosedur dan regulasi terkait dengan pembentukan dan pemberdayaan institusi berbasis masyarakat berdasarkan asas keadilan dan kesetaraan gender, sehingga seluruh warga masyarakat mempunyai hak suara dan hak memilih dalam penyediaan layanan, dan kesempatan yang sama terhadap akses penyediaan air minum dan sanitasi.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
66
/$,1(,$1 #!"#
10. Membantu LKM melaksanakan CLTS, berpartisipasi dalam mengadakan “ignition process” untuk memicu upaya masyarakat untuk mencapai 100% bebas BAB, mambantu masyarakat memonitor proses mereka dan melakukan usaha perbaikan bila diperlukan. 11. Melakukan kajian kebutuhan pelatihan secara periodik dan menyediakan
technical capacity bulding yang dibutuhkan dan mendukung hal-hal yang disyaratkan bagi LKM dan grup masyarakat lainnya serta individu untuk mengelola dan memonitor keberlanjutan peningkatan penyediaan air minum selama pelaksanaan dan setelah Pamsimas berakhir. 12. Bersama dengan Fasilitator lainnya, memfasilitasi monitoring keberlanjutan (Sustainability Monitoring) dan menyajikan hasilnya di Field Book untuk dimasukkan ke data base, seperti yang tercantum dalam Juknis Pengelolaan Sistem Informasi Manajemen (SIM). 13. Melakukan pendampingan dan bimbingan (coaching) pelaksanaan administrasi keuangan LKM, terutama pembukuan, pengarsipan dan pelaporan keuangan, minimal 2 kali dalam periode 1 bulan. 14. Melakukan penilaian kinerja manajemen keuangan LKM setiap bulan dan menyampaikan hasilnya kepada LKM serta melaporkan ke DMAC Pemberdayaan. b. Fasilitator Kesehatan Tugas dari Fasilitator Kesehatan adalah: 1. Membantu/memfasilitasi masyarakat setempat, terutama LKM dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan monitoring program untuk meningkatkan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi bagi masyarakat. 2. Menyelenggarakan pembahasan PHAST, bersama kelompok pria dan wanita di masyarakat, bekerja sama dengan guru sekolah setempat, petugas kesehatan, sanitarian, bidan desa, dan orang lain yang dipandang sebagai sumber tenaga kesehatan di masyarakat. 3. Membantu proses kajian, analisis dan rencana pelaksanaan LKM melalui metode PHAST, terutama dalam penyiapan RKM. 4. Memastikan keterlibatan pihak terkait, termasuk golongan miskin dan yang terpinggirkan agar terlibat dalam penyusunan, review dan penyelesaian RKM. 5. Mendukung dan membimbing Satuan/Unit Pelaksana Pamsimas LKM dalam penyusunan RKM. 6. Bekerjasama dengan Puskesmas dan sekolah setempat untuk promosi peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan perilaku hygiene/sanitasi. 7. Memastikan kegiatan yang diusulkan dan dilaksanakan sesuai RKM mendukung promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi memenuhi kriteria proyek yang menuju pada pengurangan timbulnya penyakit terkait air, dengan mereview terhadap semua kegiatan RKM yang berkaitan dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi. + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
67
/$,1(,$1 #!"#
8. Memberikan dukungan dan bantuan kepada guru sekolah setempat mengenai pelaksanaan Program Kesehatan Sekolah, termasuk monitoring kualitas air, tes kontaminasi tinja, pencegahan penyebaran cacing dan aktifitas lainnya. 9. Memberikan dukungan dan bantuan kepada petugas kesehatan setempat, termasuk, bidan desa dan tenaga kesehatan setempat lainnya dalam pelaksanaan kegiatan kesehatan dan sanitasi masyarakat. 10. Memonitor efektifitas promosi kesehatan sekolah dan masyarakat, pencegahan penyakit dan kegiatan sanitasi melalui sistem monitoring rutin, survey singkat tentang penyakit terkait air, dan menyelenggarakan diskusi kelompok terfokus (focus discussions group) bersama anggota masyarakat seperti guru, sanitarian, bidan desa dan kader desa lainnya. 11. Bekerjasama dengan Fasilitator Pemicu Kecamatan (baik sebelum atau sesudah LKM terbentuk) melaksanakan pemicuan perubahan perilaku masyarakat dengan pendekatan CLTS, dengan mengambil peran utama dalam mengadakan upaya pemicuan (ignition process) kepada masyarakat untuk mencapai 100% bebas BAB di tempat terbuka, dan membantu masyarakat untuk memonitor progres dan mengadakan pemicuan lanjutan. 12. Melakukan kajian kebutuhan pelatihan secara periodik dan memberikan pelatihan kesehatan yang sesuai melalui proses pemberdayaan dan dukungan yang diperlukan oleh LKM dan kelompok masyarakat lainnya maupun individu masyarakat dalam mengelola dan memonitor peningkatan hygiene dan sanitasi selama dan setelah masa proyek Pamsimas. 13. Bersama dengan Fasilitator yang lain, membantu monitoring keberlanjutan dan menyiapkan hasil laporan dalam Field Book untuk DPMU, untuk selanjutnya dimasukkan dalam data base seperti yang disebutkan dalam MIS Guideline. c. Fasilitator Teknik Air Minum dan Sanitasi Tugas dari Fasilitator Teknik adalah: 1. Bekerja bersama-sama dengan masyarakat setempat, khususnya LKM, untuk melaksanakan Rapid Technical Assessment (RTA) terhadap sumber air setempat yang layak dan dapat digunakan untuk pengembangan system penyediaan air minum dan penilaian fasilitasi sarana air minum dan sanitasi eksisting di masyarakat. 2. Bersama dengan anggota TFM yang lain, berpartisipasi dalam sesi MPAPHAST dengan masyarakat desa (khususnya yang diidentifikasi sebagai SDM teknis dari masyarakat) untuk membantu masyarakat mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan air minum dan sanitasi, menggunakan teknik partisipasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan penting antara pengembangan air minum, hygiene dan perilaku hidup sehat. 3. Berdasarkan data temuan RTA, mengembangkan opsi-opsi teknologi penyediaan air minum yang layak, estimasi biaya, berpartisipasi dalam presentasi hasil RTA kepada masyarakat, dan membantu masyarakat untuk + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
68
/$,1(,$1 #!"# memilih opsi yang terbaik dan paling sesuai dengan keadaan setempat (kebutuhan air, tingkat skala pelayanan, dan tingkat kemampuan bayar untuk konstruksi dan biaya operasionalisasi dan maintenance selanjutnya). 4. Membuat preliminary design penyediaan air minum masyarakat dan sanitasi public yang masih minim di sekolah, termasuk estimasi biaya konstruksi dan estimasi tarif, kemudian mendiskusikannya dengan masyarakat. 5. Mempersiapkan di tahap awal, proposal evaluasi lingkungan. 6. Setelah memadukan/menggabungkan rancangan sesuai keinginan masyarakat, membantu LKM dengan mempersiapkan Rancangan Rincian Kegiatan (RRK), bersama dengan estimasi biaya dan usulan tarif air minum sehingga masyarakat memahami kontribusi secara financial sebagai bagian dari komitmen mereka berpatisipasi dalam program Pamsimas. 7. Memastikan keterlibatan seluruh stakeholder, termasuk hak mengemukakan pendapat bagi kelompok yang terpinggirkan (fringe group) terwakili dalam proses pembangunan, public review dan finalisasi Rencana Kerja Masyarakat (RKM). Menyediakan dukungan dan bimbingan yang diperlukan LKM dalam proses penyusunan RKM. 8. Memastikan aktifitas yang diusulkan dan dilaksanakan sebagai bagian dari RKM untuk mendukung promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi memenuhi kriteria proyek dan mengarah pada pengurangan terjadinya penyakit terkait air melalui review aktifitas yang termuat dalam RKM tentang promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan sanitasi. 9. Membantu LKM dalam pengusulan RKM ke DPMU untuk mendapatkan review dan persetujuan, dan membantu masyarakat merespon apabila ada permintaan dari DPMU, misalnya klarifikasi agar selesai tepat pada waktunya untuk memperlancar proses persetujuan RKM dan proses pencairan dana BLM ke rekening Pamsimas LKM. 10. Dengan arahan dari Konsultan Teknik membantu masyarakat menyediakan material dan peralatan yang tidak dapat disediakan dari lokasi setempat berdasarkan prosedur pengadaan yang berlaku untuk mencegah penyimpangan, sehingga KPPN dapat dengan cepat mencairkan dan BLM yang diperlukan untuk melaksanakan aktifitas di masyarakat. 11. Menyediakan pelatihan teknis kepada anggota masyarakat dalam membaca gambar teknik sederhana, memahami batasan desain teknis, dll termasuk pelatihan teknis yang spesifik kepada satuan/unit kerja Pamsimas LKM dan anggota masyarakat dengan interpretasi yang lebih luas tentang gambar teknik, dan pelatihan teknis lain yang dibutuhkan. 12. Membantu Satlak Pamsimas LKM dan masyarakat untuk melaksanakan proyek, saat material dan peralatan tersedia di tempat dan siap memulai konstruksi. Khususnya membantu dan mendukung LKM dalam supervisi pelaksanaan konstruksi dan memeriksa kualitas dan kuantitas pekerjaan konstruksi. 13. Bersama dengan LKM, mereview bila ada usulan perubahan desain yang mungkin berdampak cukup signifikan terhadap biaya dan pelaksanaannya, + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
69
/$,1(,$1 #!"# melakukan quality control pada seluruh tahap konstruksi melalui kunjungan rutin, dan membangun kapasitas dan kemampuan LKM untuk melakukan hal yang sama untuk melaksanakan seluruh kegiatan dalam RKM. 14. Bekerja sama dengan tenaga terampil setempat dan menyelenggarakan pelatihan membangun jamban sekolah (dan fasilitas publik lainnya) dan fasilitas drainase yang tercantum dalam RKM yang sudah disetujui DPMU, serta memantau seluruh pembangunan infrastruktur sanitasi yang dibiayai dana BLM, menjamin seluruh rencana kegiatan tersebut terealisasi. 15. Membantu LKM melaksanakan CLTS, berpartisipasi dalam mengadakan “ignition process” untuk memicu upaya masyarakat untuk mencapai 100% bebas BAB, membantu masyarakat memonitor proses mereka dan melakukan usaha perbaikan bila diperlukan. 16. Melakukan kajian kebutuhan pelatihan secara periodik dan menyediakan technical capacity bulding yang dibutuhkan dan mendukung hal-hal yang disyaratkan bagi LKM dan grup masyarakat lainnya serta individu untuk mengelola dan memonitor keberlanjutan peningkatan penyediaan air minum selama pelaksanaan dan setelah Pamsimas berakhir. 14. Bersama dengan Fasilitator lainnya, memfasilitasi monitoring keberlanjutan (Sustainability Monitoring) dan menyajikan hasilnya di Field Book untuk DPMU agar dimasukkan ke dalam data base, seperti yang tercantum dalam MIS Guideline. 3.2.2 Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan Tugas dari Fasilitator Masyarakat Keberlanjutan adalah: 1. Penyiapan rencana kerja dalam penyediaan layanan fasilitasi kepada LKM, BPSPAMs, dan masyarakat, berkaitan dengan hal tersebut rencana kerja harus disepakati bersama antara FMK, DMAC dan PMAC, dan dikoordinasikan dengan DPMU. 2. Melakukan pengukuran capaian program di seluruh lokasi sasaran TA 2008 dan 2009, untuk menentukan lokasi yang dijadikan prioritas pendampingan dalam rangka keberlanjutan program. 3. Mengusulkan kepada DPMU lokasi-lokasi sasaran yang membutuhkan prioritas pendampingan berdasarkan hasil pengukuran capaian program melalui DMAC. 4. Menyusun program kerja dalam rangka pendampingan lokasi yang sudah ditetapkan oleh DPMU, program kerja ini harus dikoordinasikan dengan DMAC dan PMAC. 5. Memfasilitasi penyusunan Rencana Kerja Penguatan pendampingan bersama dengan LKM dan BP-SPAMS.
(RKP)
di
lokasi
6. Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan dalam RKP, yang meliputi: penguatan kelembagaan BP SPAMS, peningkatan capaian ODF/SBS dan perilaku CTPS, dan peningkatan pengelolaan dan pemeliharaan SPAM yang telah dibangun. 7. Memfasilitasi sinkronisasi PJM ProAKSi dengan RPJMDes.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
70
/$,1(,$1 #!"# 8. Meningkatkan kemampuan LKM dan BP-SPAMS untuk melakukan kemitraan dengan pihak lain dalam rangka pengembangan cakupan pencapaian akses air minum, kesehatan dan sanitasi. 9. Menyerahkan laporan bulanan (logbook dan laporan deskriptif) kepada DMAC secara tepat waktu. 3.2.3 Fasilitator Masyarakat Hibah Insentif Desa Tugas dari Fasilitator Masyarakat HID adalah: 1. Memfasilitasi LKM dalam melakukan persiapan rencana Kegiatan dalam penyediaan layanan fasilitasi, dan masyarakat, berkaitan dengan hal tersebut jadwal tentative harus dikoordinasikan dan disepakati bersama antara FM, DMAC dan Provincial Management Advisory Consultant (PMAC). 2. Melakukan kajian kebutuhan peningkatan kapasitas yang dibutuhkan dan mendukung perkuatan LKM dan BP-SPAMs untuk mengelola dan memonitor keberlanjutan peningkatan penyediaan air minum dan Sanitasi masyarakat selama pelaksanaan dan setelah PAMSIMAS berakhir. 3. Memberikan bantuan teknis kepada LKM maupun Satlak selaku pelaksana kegiatan dalam merealisasikan usulan rencana kegiatan dalam Proposal Village Incentive Grant. 4. Membantu penyiapan Laporan Pelaksanaan di Desa oleh BP SPAMS (proses, konstruksi, dan pasca konstruksi). 5. Melakukan penguatan kepada BP SPAMS dalam menjalin kemitraan dengan dengan stakeholders. 6. Menyerahkan laporan bulanan (data MIS dengan data yang akurat dan laporan deskriptif) kepada DMAC secara tepat waktu. 7. Secara rutin mendapatkan penguatan/peningkatan kapasitas dari DMAC maupun PMAC baik dalam bentuk formal maupun informal. 8. Pada tahun kedua FM bekerja sama dengan DMAC membantu DPMU dalam melakukan evaluasi calon lokasi sasaran HID. 9. Memfasilitasi LKM dan BP SPAMS dalam mengkaji ulang PJM-ProAKSi, 10. Memfasilitasi BP SPAMS dalam menyusun proposal sesuai dokumen PJMProAKSi untuk diusulkan dalam HID. 11. Bekerjasama dengan TFM Keberlanjutan dalam mendampingi masyarakat untuk melakukan pemantauan keberlanjutan (sustainability monitoring) dan menyajikan hasilnya di Log Book. 3.3. Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) Tugas LKM adalah: 1. Merumuskan dan menetapkan kebijakan serta aturan main (termasuk sanksi) secara demokratis dan partisipatif mengenai penggunaan Dana Program Pamsimas. 2. Mengorganisasi masyarakat untuk bersama-sama merumuskan visi, misi, + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
71
/$,1(,$1 #!"# rencana strategis ProAKSi Pamsimas. 3. Memonitor, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan dan penggunaan BLM Pamsimas. 4. Mendorong berlangsungnya proses perencanaan dan pelaksanaan Pamsimas dengan metode MPA-PHAST secara partisipatif dan transformatif, operasi dan pemeliharaan hingga monitoring dan evaluasi. 5. Mengoordinir pengelolaan program-program yang diterima masyarakat, dan pelaksanaan program yang dilakukan oleh Satuan Pelaksana (Satlak) program. 6. Membangun transparansi kepada masyarakat khususnya dan pihak luar pada umumnya, melalui berbagai media seperti papan pengumuman, sirkulasi laporan kegiatan dan keuangan bulanan/triwulanan serta rapat-rapat terbuka, dsb. 7. Membangun akuntabilitas kepada masyarakat dengan mengauditkan diri melalui auditor independen serta menyebarluaskan hasil auditnya kepada seluruh lapisan masyarakat. 8. Melaksanakan Rembug Warga Tahunan dengan dihadiri masyarakat luas dan memberikan pertanggung-jawaban atas segala keputusan dan kebijakan yang diambil LKM kepada masyarakat. 9. Membuka akses dan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk melakukan kontrol terhadap kebijakan, keputusan, kegiatan dan keuangan yang di bawah kendali LKM. 10. Mengawal penerapan nilai-nilai hakiki, dalam setiap keputusan maupun pelaksanaan kegiatan pembangunan Pamsimas serta pembangunan lainnya di kelurahan/desa masing-masing. 11. Menghidupkan serta menumbuhkembangkan kembali nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, pada setiap tahapan dan proses pengambilan keputusan serta pelaksanaan Pamsimas dengan bertumpu pada kondisi budaya masyarakat setempat (kearifan lokal). a. Pembina LKM (Kades/Lurah) Tugas dan tanggungjawab: 1. Memberikan penjelasan program Pamsimas kepada masyarakat. 2. Menjaga keterbukaan dan keberhasilan pelaksanaan Pamsimas. 3. Mendorong LKM dan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat untuk berperan serta secara aktif dalam pelaksanaan kegiatan Pamsimas. 4. Mendorong masyarakat untuk mendukung LKM dan berpartisipasi dalam seluruh tahapan kegiatan program Pamsimas. 5. Mendorong masyarakat untuk menjaga mutu dan kualitas kegiatan program. 6. Memberi pandangan dan wawasan terhadap usulan kegiatan program Pamsimas. 7. Memberi masukkan kepada LKM dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pelaksanaan program Pamsimas.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
72
/$,1(,$1 #!"#
b. Ketua Satlak/Unit Pelaksana Pamsimas Tugas dan tanggungjawab: 1. Dengan bimbingan TFM membuat laporan pengelolaan keuangan dengan membuat pembukuan dana kepada masyarakat dan pengelolaan proyek kepada (DPMU) secara periodik. 2. Dengan bimbingan TFM membuat laporan pembangunan fisik, kegiatan pelatihan masyarakat dan program kesehatan kepada masyarakat, dan pengelola proyek (DPMU) secara periodik. 3. Bersama FM dan bekerjasama dengan ”natural leader” yang ada di desa untuk melaksanakan CLTS, serta memberi penjelasan kepada masyarakat untuk memilih opsi sarana air minum, sarana sanitasi (di masyarakat dan sekolah) serta pelatihan. 4. Bersama TFM menyempurnakan jadwal pelaksanaan konstruksi, dan menyiapkan kontribusi masyarakat. 5. Bersama-sama masyarakat dan dibantu FM menyusun RKM I dan II; membahas, menyelesaikan RKM Iang kemudian dikirim ke DPMU. 6. Mengikuti pelatihan bersama-sama masyarakat seperti: · RRK (sarana air minum, pelatihan, promosi kesehatan dan sanitasi) · Teknis sarana air minum/sanitasi (survei harga bahan/material, survei lapangan, teknis rancangan/penggambaran dan spesifikasi teknik, penghitungan RAB, pengawasan pekerjaan, perhitungan kemajuan pekerjaan fisik, administrasi dan keuangan pelaksanaan pekerjaan) · RAB kegiatan pelatihan, dan kegiatan promosi kesehatan (PHS) dan sanitasi · Rencana anggaran biaya untuk Operasi & Pemeliharaan, sumber pendanaan dan tata-cara pengelolaannya · Rencana pengadaan barang dan jasa (bila ada) 7. Monitoring secara terus menerus dengan TFM terhadap pekerjaan kontruksi, material/bahan, kualitas pekerjaan, administrasi keuangan. 8. Melakukan survei awal terhadap supplier yang memiliki pengalaman dalam pengadaan barang di desa. 9. Membuat surat perjanjian resmi dengan supplier setelah masyarakat desa/kelurahan telah memilih pemenang lelang. 10. Melaksanakan kegiatan PHBS di masyarakat. 11. Mempersiapkan LKM menjadi BP dengan mengikuti pelatihan dengan BP untuk menjadi keberhasilan sarana dan program kesehatan pada tahap pasca proyek. 12. Memberikan pertanggungjawaban kegiatan dan penggunaan dana kegiatan Pamsimas ke masyarakat untuk disampaikan ke DPMU dan TKK.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
73
/$,1(,$1 #!"# 13. Menjaga keterbukaan dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan program Pamsimas. 14. Mendahulukan kepentingan masyarakat, memfasilitasi usulan / pendapat masyarakat. 15. Cepat mengambil inisiatif, tidak tergantung pada Kepala Desa / Lurah atau TFM. 16. Tegas dan tidak mudah dipengaruhi baik oleh aparat maupun pihak lain yang berkaitan dengan program Pamsimas. 17. Membuka rekening LKM Pamsimas desa/kelurahan yang bersangkutan dan menandatangani kwitansi pengambilan ke Bank. 18. Membuat dan menandatangani Rencana Penggunaan Dana dari data dari unit-unit kerja Pamsimas. 19. Tanggap terhadap segala permasalahan, cepat mengambil tindakan untuk mengatasi masalah. 20. Memeriksa buku Kas dan membantu penyelenggaraan administrasi yang tertib dan transparan. 21. Membuat laporan penyelesaian kegiatan akhir proyek, fisik, pelatihan, kesehatan, administrasi, dan keuangan. 22. Menyusun, melaksanakan, dan mempertanggungjawabkan RKM. 23. Melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan yang dilakukan. 24. Bertanggung jawab melaporkan hasil kemajuan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada masyarakat, dan mengirimkan laporan tersebut ke DPMU setiap bulan. 25. Bertanggungjawab terhadap pencapaian target yang ditentukan dalam RKM. c. Kesekretariatan LKM Tugas dan tanggungjawab Sekretariat LKM adalah: 1. Membuat formulir, surat, dan bentuk lain yang diperlukan untuk kelancaran pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan program Pamsimas. 2. Menyajikan informasi tentang pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan program Pamsimas kepada masyarakat, khsusnya tentang kegiatan yang sudah / akan dilakukan dan pembayaran yang sudah dilaksanakan pada Papan Informasi. 3. Menjalankan operasional administrasi pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan program. 4. Menyusun laporan bulanan berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh masing-masing unit. d. Unit Kerja Teknis Tugas dan tanggungjawab UKT adalah: 1. Menyiapkan dan melaksanakan pembuatan RKM (terutama yang menyangkut bidang teknis). + $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
74
/$,1(,$1 #!"# 2. Membantu dalam pelaksanaan desain sarana air minum masyarakat dan sanitasi institusi. 3. Membelanjakan material dan peralatan yang dibutuhkan untuk pembangunan konstruksi sarana air minum masyarakat dan sarana sanitasi institusi. 4. Mengorganisasi tukang untuk pelaksanaan konstruksi program. 5. Mengorganisasi tenaga gotong royong dalam pembangunan konstruksi program. 6. Mengawasi jalannya pelaksanaan konstruksi sarana air minum dan sanitasi. 7. Mengoperasikan, memelihara, dan memperbaiki sarana air minum dan sanitasi. 8. Membantu masyarakat yang ingin membangun sarana sanitasi pribadi. 9. Memonitor pelayanan air minum pada masyarakat. 10. Membuat laporan kondisi dan pelayanan sarana air minum. 11. Melakukan pelelangan secara terbuka bagi pekerjaan yang memerlukan bantuan pihak ketiga. 12. Mengorganisasi pengumpulan material dan/ atau tenaga kerja. e. Unit Pengelola Keuangan (UPK/Bendahara) Tugas dari UPK adalah: 1. Mengorganisasi terkumpulnya kontribusi masyarakat dalam bentuk tunai (in-cash). 2. Bersama unit teknis membelanjakan/membayar material dan peralatan untuk kontruksi sarana air minum dan sanitasi, pelatihan dan kegiatan kesehatan. 3. Membayar tenaga tukang/ ahli yang bekerja untuk pelaksanaan kegiatan konstruksi maupun pelatihan di tingkat masyarakat. 4. Membuat catatan pembukuan seluruh pengeluaran dan membuat laporan keuangan bulanan terintegrasi dengan kemajuan pelaksanaan kegiatan. 5. Melaksanakan pekerjaan administrasi program sebagaimana diperlukan 6. Menjaga dan mendokumentasikan semua bukti-bukti pembayaran. f.
Unit Kerja Kesehatan (UKK) Tugas dari UKK adalah: 1. Menyiapkan dan melaksanakan pembuatan RKM yang menyangkut perubahan perilaku hidup sehat, peningkatan/ promosi kesehatan serta sanitasi masyarakat. 2. Melaksanakan promosi kesehatan dan sanitasi pada masyarakat.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
75
/$,1(,$1 #!"# 3. Memonitor dan membuat laporan tentang pelaksanaan promosi kesehatan dan sanitasi yang dilaksanakan di desa/kelurahan dan juga di sekolah. 4. Bekerjasama dengan guru sekolah dalam pelaksanaan kegiatan PHS di sekolah. 5. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat seperti Posyandu, PKK, Fatayat, Asyiah, dan Komite CLTS – Natural Leader dalam pelaksanaan kegiatan PHS dan CLTS di masyarakat. 6. Bekerjasama dengan sanitarian dan Fasilitator Kesehatan dalam pelaksanaan RTL dan monitoring pelaksanaan pencapaian Stop BABS (ODF/SBS). g. Unit Pengaduan Masyarakat (UPM) Tugas dari UPM adalah: 1. Menerima dan mengumpulkan pengaduan dari masyarakat baik yang lewat surat langsung maupun melalui kotak pengaduan LKM, pengaduan langsung dari masyarakat, media masa, maupun temuan lapangan. 2. Mengidentifikasi permasalahan dan mencatat isi pengaduan ke dalam formulir atau buku register pengaduan yang memuat (tanggal pengaduan, nama pengadu bila ada, isi pengaduan, kepada siapa pengaduan ditujukan, dlsb). 3. Memetakan masalah-masalah dari pengaduan yang masuk dengan mengkategorikannya (kebijakan, manajemen/organisasi proyek, pembangunan fisik, pengelolaan keuangan, pemberdayaan, pelatihan, kesetaraan jender, dsb). 4. Dibantu oleh TFM dan konsultan merumuskan penanganan pengaduan masyarakat berdasarkan hasil verifikasi dan investigasi atas kebenaran pengaduan tersebut. 5. Segera menyampaikan hasil penanganan pengaduan terhadap pengadu yang bersangkutan dan dicatat dalam buku register pengaduan sebagai basis data pengaduan yang terselesaikan. Jika di luar kapasitas untuk penyelesaiannya, melanjutkan pengaduan yang dimaksud ke jajaran yang lebih tinggi untuk dicarikan penyelesaiannya dengan mekanisme yang sama.
+ $ ,/ ( 0 $ /&%.,$- /&+$*1$-$$- /$,1(,$1 2(-’*$2 ,$14$0$*$2
76