Petunjuk Pelaksanaan
Kata Pengantar
Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan peningkatan peran pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara mandiri. Melalui P2KP-1 , P2KP-2 dan P2KP-3 terbentuk 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/ kabupaten dan memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta memberi manfaat bagi 18,9 Juta orang (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk memperluas jangkauan wilayah dan keberlanjutan pelaksanaan P2KP, dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan pada tahun anggaran 2007 yang mencakup 7.273 Kelurahan di 834 kecamatan tersebar pada 249 kota/ kabupaten . Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang diluncurkan secara resmi oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 3 April 2007 di Palu, Sulawesi Tengah sebagai wujud nyata kepedulian Pemerintah untuk mengurangi kemiskinan.
menerbitkan buku Petunjuk Pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP 2007. Melalui buku petunjuk pelaksanaan ini, diharapkan pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP 2007 dapat dilaksanakan oleh seluruh pelaku secara efektif dan optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 8,2 % pada tahun 2009 serta diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD’45.
Semoga bermanfaat. Jakarta, Mei 2007
Agoes Widjanarko Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
Kegiatan ini diharapkan juga dapat mendukung kesepakatan global pada awal tahun 2000 mengenai Millennium Development Goals (MDGs), sehingga mulai tahun 2007 ini P2KP yang merupakan bagian dari PNPM Mandiri melakukan penyempurnaan pedoman pelaksanaannya yang lebih fokus pada upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian target sasaran MDGs, dengan
PNPM Mandiri - P2KP
i
Petunjuk Pelaksanaan
Daftar Isi KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................……………………………….........…..................................................... DAFTAR GAMBAR ...........…………………………………..................................................................... DAFTAR TABEL ...........…………………………………..................................................................... DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ....................................................................................................
i ii iii iv v
BAB I. PENDAHULUAN
.....................…………………………………...........................................
1
Latar Belakang …………………………........…………………........................................ Tujuan ……………………….........……………………....................................... Sasaran ……………………………………..........…….......................................... Prinsip dan Pendekatan ……………………………..……………………..................................... Lokasi Sasaran ..................................................................................................................................
1 2 2 2 3
1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5.
BAB II. POLA DAN MEKANISME PELAKSANAAN 2. 1. 2. 2. 2. 3. 2. 4.
....………….........…...................................
4
Penerima Manfaat .................................................................................................................................. Bantuan Langsung Maswyarakat .................................................................................................. Bantuan Pendampingan .................................................................................................................. Strategi Pendampingan ............... ...................................................................................................
4 4 6 8
BAB III. ORGANISASI PELAKSANAAN ……..…………..........................................................................
13
3.1. Tingkat Nasional
.....................................................................………..................................................
13
3.2. Tingkat Propinsi
.....................................................................………..................................................
14
3.3. Tingkat Kabupaten/Kota
.........................................................……….............................................
14
3.4. Tingkat Kecamatan .................................................................………......................................................
14
3.4. Tingkat Kelurahan/Desa
..........................................................……….............................................
15
……..………….........................................................................................................
17
BAB IV. PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN: 1. Lampiran 1 : Info Ringkas PNPM, IPM dan MDGs 2. Lampiran 2: Langkah-langkah Kegiatan PNPM Mandiri P2KP 2007 di Tingkat Masyarakat 3. Lampiran 3: Rencana Aksi Anti Korupsi Indonesia 4. Lampiran 4: Indikator Kinerja PNPM P2KP 2007 5. Lampiran 5: Daftar Lokasi Sasaran PNPM Mandiri P2KP 2007
ii
PNPM Mandiri - P2KP
Petunjuk Pelaksanaan
Daftar Gambar
Gambar Gambar Gambar Gambar
2.1. Tahapan Kegiatan PNPM-P2KP di Lokasi Lama ...................................................... 2.2. Tahapan Kegiatan PNPM-P2KP di Lokasi Baru ...................................................................... 2.3. Tahapan Kegiatan PNPM-P2KP Tingkat Kota/Kabupaten ....................................... 3.1. Struktur Organisasi Pengelolaan PNPM-P2KP. .......................................................................
PNPM Mandiri - P2KP
9 11 12 16
iii
Petunjuk Pelaksanaan
Daftar Tabel
Tabel Tabel Tabel Tabel
iv
2.1: Distribusi Alokasi Dana BLM di Kelurahan Lama ...................................................................... 2.2: Distribusi Alokasi Dana BLM di Kelurahan Baru ...................................................................... 2.3: Mekanisme Pencairan Dana BLM dan Pra-Syarat Pencairan untuk Lokasi Lama ....... 2.4: Mekanisme Pencairan Dana BLM dan Pra-Syarat Pencairan untuk Lokasi Baru .......
PNPM Mandiri - P2KP
4 5 5 6
Petunjuk Pelaksanaan
Daftar Istilah & Singkatan
APBD Bappenas BAPPUK BI BKM BLM BOP BPD BPKP Dokumen SPK-D DPT Depdagri Dep.Keu Dep.PU Executing Agency Fasilitator FGD FKA-BKM IPM KBK KBP KE KMP KMW Korkot KPPN KSM Litbang LSM MDGs Musrenbang ND NOL P2KP
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Berita Acara Penetapan Prioritas Usulan Kegiatan Bank Indonesia Badan Keswadayaan Masyarakat Bantuan Langsung Masyarakat Biaya Operasional Badan Perwakilan Desa Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan Dokument Strategi Penanggulangan Kemiskinan di Daerah Diskusi Partisipatif Terpadu Departemen Dalam Negeri Departemen Keuangan Departemen Pekerjaan Umum Penyelanggara Program Tenaga Pengembangan Masyarakat P2KP Focussed Group Discussion / Diskusi Kelompok terarah Forum Komunikasi Antar BKM Tingkat Kota/Kabupaten Indeks Pembangunan Manusia Komunitas Belajar Kelurahan Komunitas Belajar Perkotaan Konsultan Evaluasi Konsultan Manajemen Pusat Konsultan Manajemen Wilayah Koordinator Kota, KMW Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Kelompok Swadaya Masyarakat Penelitian & Pengembangan Lembaga Swadaya Masyarakat Millennium Development Goals Musyawarah Rencana Pembangunan Neighbourhood Development, Pembangunan Lingkungan Permukiman Kelurahan No Objection Letter Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan
PNPM Mandiri - P2KP
v
Petunjuk Pelaksanaan
PAKET PBL PDMDKE PJM PJOK PK Pej.PK PKK PMD PMT PNPM Mandiri PPM PRONANGKIS PS PU Relawan Renta RK RKM RT/RW SA SATKER-P2KP SE-DJP SIM SKS SNVT SOP SP2D SPM SPP SPPB SPPP SWK TA TIM INTERDEPT TKPP TKPK-D UKM UP UPK UPL UPS UPP WB
vi
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Penanggulangan Kemiskinan Terpadu Penataan Bangunan dan Lingkungan Pemberdayaan Daerah dalam Mengatasi Dampak Krisis Ekonomi Program Jangka Menengah Penanggung Jawab Operasional Kegiatan Pembuat Komitment Pejabat Pembuat Komitment Pembinaan Kesejahteraan Keluarga Pemberdayaan Masyarakat Desa Program Manager Team Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Penanganan Pengaduan Masyarakat Program Penanggulangan Kemiskinan Pemetaan Swadaya Pekerjaan Umum Warga setempat yang peduli membantu warga miskin di wilayahnya tanpa pamrih Rencana Tahunan Refleksi Kemiskinan Rembug Kesiapan Masyarakat Rukun Tetangga/Rukun Warga Special Account (Rekening Khusus) Satuan Kerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan Surat Edaran Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Departemen Keuangan Sistem Informasi Manajemen Satuan Kerja Sementara Satuan Kerja Non Vertikal di tingkat Propinsi Standard Operational Procedures Surat Perintah Pencairan Dana Surat Perintah Membayar Surat Permintaan Pembayaran Surat Perjanjian Penyaluran Bantuan Surat Pernyataan Penyelesaian Pekerjaan Satuan Wilayah Kerja Technical Assistance Tim Pengarah dan Kelompok Kerja Antar Departemen Terkait di Tingkat Nasional Tim Koordinasi Pelaksanaan P2KP (tingkat Propinsi dan Kota/Kabupaten) Tim Komite Penanggulangan Kemiskinan di Daerah (Tingkat Propinsi atau Kota/Kabupaten) Usaha Kecil Menengah Unit Pengelola yang dibentuk BKM Unit Pengelola Keuangan Unit Pengelola Lingkungan Unit Pengelola Sosial Urban Poverty Project (P2KP) World Bank
PNPM Mandiri - P2KP
Petunjuk Pelaksanaan
1
Pendahuluan
I.1. Latar Belakang Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa institusi kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan menguat bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang serta menyiapkan kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Lembaga kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representative dan dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk menggali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan sebagai pondasi modal sosial (capital social) kehidupan masyarakat. Dengan demikian, BKM selain diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor bagi upaya penanggulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Tiap BKM bersama masyarakat telah menyusun Perencanaan Jangka Menengah Program
Penanggulangan Kemiskinan (PJM Pronangkis) secara partisipatif, sebagai prakarsa masyarakat untuk menanggulangi kemiskinan di wilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakarsa masyarakat, BKM-BKM ini mulai menjalin kemitraan dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Sejak pelaksanaan P2KP-1 hingga pelaksanaan P2KP-3 saat ini telah terbentuk sekitar 6.405 BKM yang tersebar di 1.125 kecamatan di 235 kota/ kabupaten, telah memunculkan lebih dari 291.000 relawan-relawan dari masyarakat setempat, serta telah mencakup 18,9 Juta orang pemanfaat (penduduk miskin), melalui 243.838 KSM. Mempertimbangkan perkembangan positif P2KP tersebut, Pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan untuk memperluas jangkauan wilayah dan keberlanjutan pelaksanaan P2KP, dengan mengalokasikan tambahan dana yang cukup signifikan. Keberlanjutan pelaksanaan P2KP ini sangat penting mengingat kontribusi BLM P2KP saat ini baru membiayai sekitar 10-15% dari kebutuhan program yang disusun masyarakat (PJM Pronangkis), sehingga upaya penanggulangan kemiskinan masih belum optimal. Sedangkan perluasan wilayah sasaran dilakukan dalam rangka upaya mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi 8,2 % dari total penduduk indonesia pada tahun 2009. Mulai tahun 2007 P2KP menjadi bagian dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, oleh sebab itu mulai tahun ini PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya peningkatan Indeks Pembangunan Manusia
PNPM Mandiri - P2KP
1
Petunjuk Pelaksanaan
(IPM) dan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs)1
I.2. Tujuan Tujuan Pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP adalah sebagai berikut: a.
Mewujudkan masyarakat “Berdaya” dan “Mandiri”, yang mampu mengatasi berbagai persoalan kemiskinan di wilayahnya, sejalan dengan kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri;
b.
Meningkatkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam menerapkan model pembangunan partisipatif yang berbasis kemitraan dengan masyarakat dan kelompok peduli setempat;
Sebagai program pemberdayaan masyarakat berbasis nilai, maka prinsip dasar program adalah “Pemberdayaan Manusia Seutuhnya” untuk menumbuhkan kepedulian, kerelawanan dan perilaku yang berpihak pada masyarakat miskin dengan dilandasi keikhlasan memberikan prioritas kepada warga yang lebih menderita, lebih miskin dan lebih parah kondisinya. Untuk itu, nilai dan prinsip yang melandasi pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP adalah: a)
Nilai-nilai luhur kemanusiaan (perilaku/ moral), yakni jujur, ikhlas, peduli, serta dapat dipercaya ;
Mewujudkan harmonisasi dan sinergi berbagai program pemberdayaan masyarakat untuk optimalisasi penanggulangan kemiskinan;
b)
Nilai-nilai kemasyarakatan (modal sosial), yakni kebersamaan, solidaritas sosial, gotong royong, kekeluargaan serta kesatuan dalam keragaman;
d.
Meningkatkan capaian manfaat bagi masyarakat miskin untuk mendorong peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs.
c)
Prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yakni pelestarian lingkungan, pembangunan ekonomi dan pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan, dll).
Sasaran Pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP adalah sebagai berikut: a.
b.
c.
Terbangunnya lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang aspiratif, representatif, dan akuntabel untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya partisipasi serta kemandirian masyarakat;
1.4.2. Pendekatan Agar terwujud tujuan yang hendak dicapai PNPM Mandiri P2KP, maka pendekatan yang akan dilakukan adalah: a.
Tersedianya PJM Pronangkis sebagai wadah untuk mewujudkan sinergi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan sesuai dengan aspirasi serta kebutuhan masyarakat dalam rangka pengembangan lingkungan permukiman yang sehat, serasi, berjati diri dan berkelanjutan; Meningkatnya akses terhadap pelayanan kebutuhan dasar bagi warga miskin dalam rangka meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan pencapaian sasaran MDGs
penjelasan singkat mengenai PNPM Mandiri, IPM dan MDGs dapat dilihat pada lampiran 1
2
1.4.1. Prinsip
c.
I.3. Sasaran
1
I.4. Prinsip dan Pendekatan
PNPM Mandiri - P2KP
b.
Melembagakan pola pembangunan partisipatif yang berorientasi masyarakat miskin dan berkeadilan, melalui : •
Pembangunan lembaga kepemimpinan masyarakat (BKM) yang representatif, akuntabel, dan mampu menyuarakan kepentingan masyarakat dalam proses-proses pengambilan keputusan;
•
Perencanaan Partisipatif dalam menyusun PJM-Pronangkis berbasis pada peningkatan IPMMDGs
Menyediakan stimulan BLM secara transparan untuk mendanai kegiatan penanggulangan kemiskinan yang mudah dilakukan oleh masyarakat dan membuka kesempatan kerja, melalui :
Petunjuk Pelaksanaan
c.
•
Pembangunan sarana / prasarana lingkungan
•
Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
•
Pengembangan ekonomi lokal dengan prasyarat tertentu
Memperkuat keberlanjutan program, dengan: •
Menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat melalui proses penyadaran kritis, partisipatif, pengelolaan hasil-hasilnya, dan lainnya.
•
Meningkatkan kemampuan perangkat pemerintah dalam perencanaan, penganggaran, dan pengembangan paska program.
•
Meningkatkan efektifitas perencanaan dan penganggaran yang lebih berorientasi pada masyarakat miskin dan berkeadilan.
I.5. Lokasi Sasaran Lokasi sasaran PNPM Mandiri P2KP untuk tahun anggaran 2007 meliputi 33 propinsi, 249 kota/ kabupaten, 834 kecamatan dan 7.273 kelurahan/ desa, yang terbagi atas 2 kategori, sbb: a.
Lokasi lama (sudah/sedang melaksanakan P2KP) Kecamatan-kecamatan yang telah menjadi lokasi sasaran P2KP sebelumnya dan sebagian besar BKM diwilayah kecamatan tersebut mempunyai kinerja baik, sebanyak 4.400 kelurahan.
b.
Lokasi Baru (Belum ada P2KP) Kecamatan-kecamatan Perkotaan yang belum melaksanakan P2KP sebanyak 2.873 kelurahan.
PNPM Mandiri - P2KP
3
Petunjuk Pelaksanaan
2
Pola dan Mekanisme Pelaksanaan
Pola pelaksanaan kegiatan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 secara umum mengacu kepada Pedoman Umum P2KP-3 dan pedoman-pedoman teknis yang telah ada dengan penyempurnaan-penyempurnaan yang mengarah pada peningkatan IPM-MDGs seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Pedoman Teknis Pemetaan Sosial dan Sosialisasi Awal; Pedoman Teknis Pendaftaran Relawan dan Pelaksanaan RKM; Pedoman Teknis Pelaksanaan Refleksi Kemiskinan (RK); Pedoman Teknis Pelaksanaan Kajian Pemetaan Swadaya (PS); Pedoman Teknis Pembentukan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM); Pedoman Teknis Perencanaan Partisipatif PJM Pronangkis; Pedoman Teknis Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM); Pedoman Teknis Pendampingan Pencairan Dana BLM dan Pedoman Teknis, Petunjuk pelaksanaan serta SOP-SOP lainnya
2.1.Penerima Manfaat Penerima manfaat PNPM Mandiri P2KP adalah keluarga miskin yang diidentifikasi masyarakat sendiri dan disepakati serta ditetapkan bersama oleh seluruh masyarakat, pemerintah kelurahan/ desa dan stakeholder setempat, melalui proses pemetaan swadaya (community self survey) berbasis IPM-MDGs.
4
PNPM Mandiri - P2KP
2.2.Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) BLM merupakan dana stimulan untuk mendorong masyarakat membangun modal sosial melalui pembelajaran kritis di tiga bidang (lingkungan, sosial dan ekonomi) yang dikenal sebagai Tridaya agar mandiri dalam menanggulangi persoalan kemiskinan dan mampu meningkatkan IPM serta mempercepat pencapaian MDGs di wilayahnya. a.
Alokasi BLM Alokasi BLM di lokasi kelurahan lama bervariasi antara Rp 150 juta hingga Rp 350 juta, sesuai jumlah penduduk di kelurahan tersebut seperti yang terlihat pada tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1. Distribusi Alokasi Dana BLM di Kelurahan Lama Kategori
Kecil
Kategori Kelurahan Sedang Besar
Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa Yang Menjadi Lokasi PNPM Mandiri P2KP
< 3.000 jiwa
3.000 s/d 10.000 jiwa
> 10.000 jiwa
Plafond Jumlah Alokasi Dana BLM
Rp 150 juta
Rp 200 juta
Rp 350 juta
Tahapan Pencairan dana BLM
Tahap 1=40%, Tahap 2=60%
Sedangkan alokasi BLM untuk lokasi kelurahan baru atau BLM Tridaya adalah bervariasi antara Rp 200 juta hingga Rp 500 juta, sesuai jumlah penduduk di kelurahan tersebut dengan rincian seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Petunjuk Pelaksanaan
Pemanfaatan dana BLM untuk kegiatan pengembangan ekonomi yang bersifat pinjaman bergulir, hanya diperkenankan apabila telah memenuhi dua persyaratan pokok sebagai berikut;
Tabel 2.2 Distribusi Alokasi Dana BLM di Kelurahan Baru Kategori Jumlah Penduduk Kelurahan/Desa Yang Menjadi Lokasi PNPM Mandiri P2KP Plafond Jumlah Alokasi Dana BLM Tahapan Pencairan dana BLM
b.
Kecil
Kategori Kelurahan Sedang Besar
< 3.000 jiwa
3.000 s/d 10.000 jiwa
> 10.000 jiwa
Rp 200 juta
Rp 300 juta
Rp 500 juta
a)
Masih terdapat kebutuhan program dana bergulir dalam PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs;
b)
Kinerja pengelolaan dana bergulir sebelumnya menunjukkan hasil yang baik, dengan indikator minimal tingkat pengembalian (repayment rate) perguliran dana adalah 80%.
Tahap 1=20%, Tahap 2=50% & Tahap 3=30%
Ketentuan Pemanfaatan Dana BLM untuk Lokasi Lama Dana BLM Pronangkis untuk lokasi lama digunakan untuk membiayai kegiatan prioritas yang ada dalam PJM Pronangkis, yang dibuat berdasarkan pemetaan swadaya berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs.
Pencairan Dana BLM ke BKM dilakukan dalam 2 tahap, yakni Tahap I sebesar 40% dan Tahap II sebesar 60%, melalui rekening Bank yang dibuat oleh BKM, dengan ketentuan:
Tabel 2.3. Mekanisme Pencairan Dana BLM dan Pra-Syarat Pencairan untuk Lokasi Lama Tahap Penyaluran Tahap 1 : 40%
Tahap 2 : 60%
Pra-syarat Kinerja pengelolaan dana dan hasil kegiatan sebelumnya memenuhi persyaratan pedoman P2KP; BKM telah mere-orientasi PJM Pronangkis yang disusun berbasis kinerja pencapaian target IPM-MDGs, yang telah diverifikasi KMW; SPPB ditanda tangani. Verifikasi dan sertifikasi KMW terhadap pembukuan BKM dengan hasil baik; Verifikasi KMW tentang kinerja transparansi, akuntabilitas BKM menunjukkan hasil memuaskan; 95% dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan; kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM Tahap 2 telah diverifikasi oleh Fasilitator dan KMW; Proposal/usulan BKM untuk tahap 2 telah disetujui KMW.
BLM untuk kelurahan lama dapat dicairkan seluruhnya (100%) pada tahun anggaran 2007
c.
Ketentuan Pemanfaatan Dana BLM untuk Lokasi Baru Pencairan Dana BLM ke BKM dilakukan secara bertahap, yakni Tahap I sebesar 20%, Tahap II sebesar 50% dan Tahap III sebesar 30% dari alokasi dana BLM setiap kelurahan/desa sasaran, melalui rekening Bank yang dibuat oleh BKM, dengan syarat pencairan sbb:
PNPM Mandiri - P2KP
5
Petunjuk Pelaksanaan
Tabel 2.4. Mekanisme Pencairan Dana BLM dan Pra-Syarat Pencairan untuk Lokasi Baru Tahap Penyaluran
Pra-syarat
Tahap 1 : 20%
BKM terbentuk sesuai ketentuan P2KP; PJM Pronangkis yang disusun berbasis kinerja pencapaian target IPM-MDGs, yang diverifikasi KMW; SPPB ditanda tangani.
Tahap 2 : 50%
Verifikasi KMW tentang kinerja, transparansi, akuntabilitas dan efesiensi pengelolaan dana BLM tahap 1 menunjukkan hasil memuaskan; 95% dana tahap I telah dimanfaatkan; Penerima manfaat langsung masuk dalam daftar KK miskin (PS-2); Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan untuk didanai BLM Tahap 2 telah diverifikasi oleh Fasilitator dan KMW; Proposal/usulan BKM untuk tahap 2 telah disetujui KMW.
Tahap 3 : 30%
Verifikasi dan sertifikasi KMW terhadap pembukuan BKM dengan hasil baik; Verifikasi KMW terhadap kinerja transparansi dan akuntabilitas dana serta pelaksnaan kegiatan BKM/Masy; Penerima manfaat langsung masuk dalam daftar KK miskin (PS-2); 95% dana tahap sebelumnya telah dimanfaatkan; Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dan yang diusulkan telah diverifikasi Fasilitator; Proposal kegiatan BKM untuk tahap 3 telah disetujui KMW.
BLM untuk kelurahan baru hanya dicairkan untuk tahap 1 (20%) pada tahun anggaran 2007 ini.
d.
Ketentuan BLM Untuk Lokasi P2KP-3 Pada Pelaksanaan PNPM P2KP tahun 2007 terdapat 1.726 kelurahan/desa yang tengah berproses melaksanakan P2KP-3. Di lokasilokasi tersebut, akan diselesaikan seluruh tahap pencairan BLM (hingga tahap 3) pada tahun 2007 ini, dengan menggunakan sumber dana loan UPP-3. Masyarakat juga akan difasilitasi untuk menyempurnakan PJM Pronangkis berbasis kinerja pencapaian IPM-MDGs untuk menunjang PNPM 2008-2009.
2.3.Bantuan Pendampingan a.
Bantuan Pendampingan di tingkat Masyarakat Kelurahan/Desa Bantuan pendampingan diberikan melalui penugasan Tim Fasilitator beserta dukungan dana operasional untuk mendampingi masyarakat dalam rangka penanggulangan kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Komposisi Tim Fasilitator untuk pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP di lokasi lama adalah tiap 7 kelurahan akan didampingi 4 fasilitator untuk 6 bulan pertama dan 3 fasilitator untuk 6 bulan berikutnya. Sedangkan komposisi
6
PNPM Mandiri - P2KP
Tim Fasilitator untuk lokasi baru, lokasi P2KP 1 tahap 1, dan lokasi P2KP-3 adalah 5 fasilitator untuk 7 kelurahan. Kebijakan mengenai komposisi faskel ini dapat disesuaikan atas dasar ketetapan PMU P2KP. Setiap tim fasilitator sekurangnya terdiri dari 1 senior fasilitator sebagai koordinator tim, 1 Fasilitator Teknik, 1 Fasilitator Keuangan dan 1 Fasilitator Sosial. Seluruh fasilitator kelurahan yang bekerja di PNPM Mandiri P2KP berkewajiban menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsisten Kode Etik Fasilitator, sebagai berikut: a)
Fasilitator bekerja sebagai Tim;
b)
Fasilitator memfasilitasi, Masyarakat mengambil keputusan secara rasional dan bertanggungjawab sebagai hasil fasilitasi yang baik;
c)
Fasilitator tidak memberi janji-janji atau iming-iming kepada masyarakat, termasuk informasi yang tidak sesuai pedoman dan kebijakan program;
d)
Perencanaan, penetapan program dan pelaksanaan program harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, Fasilitator hanya memfasilitasi agar proses kegiatan
Petunjuk Pelaksanaan
sesuai dengan nilai, prinsip dan ketentuan P2KP; e)
f)
g)
b.
Fasilitator tidak diperkenankan meminta uang atau imbalan apapun dari masyarakat; Fasilitator tidak diperkenankan menerima imbalan uang dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (tenaga kerja, dll); Fasilitator bertanggungjawab terhadap penyelesaian masalah yang ada di wilayah dampingannya, termasuk kemungkinan munculnya penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi, sebagai konsekuensi logis tanggungjawab fasilitator mengawal nilai, prinsip dan ketentuan P2KP.
Bantuan pendampingan diberikan melalui penugasan KMW, Korkot, Askorkot untuk pemerintah daerah (Propinsi/KabupatenKota). Secara khusus Askorkot mempunyai tugas untuk membina fasilitator di wilayahnya sesuai dengan bidang kerjanya. Bagi Kota/Kabupaten yang memiliki lokasi sasaran lebih dari 50 (lima puluh) kelurahan/ desa, maka akan difasilitasi oleh koordinator kota (korkot) yang dibantu oleh asisten korkot bidang pembukuan, askorkot infrastruktur, askorkot urban planner dan asisten manajemen data (asmandat). Untuk setiap kelipatan 50 kelurahan/desa selanjutnya akan ditambahkan 3 (tiga) orang askorkot, yakni askorkot pemberdayaan, askorkot manajemen keuangan dan askorkot infrastruktur. Bagi Kota/Kabupaten yang kurang dari 50 kelurahan/desa akan difasilitasi oleh satu Korkot dengan tim yang tidak lengkap.
Ikatan kerja dengan Fasilitator dilakukan oleh SNVT PBL provinsi dan dalam pengendalian substansi maupun operasional, dibantu oleh Korkot serta Konsultan Manajemen Wilayah setempat. Ikatan kerja Fasilitator dengan SNVT PBL Propinsi dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Matrix Akuntabilitas yang ditetapkan PMU P2KP Pusat.
Sedangkan untuk kota/kabupaten dengan jumlah lokasi sasaran kurang dari 25 (dua puluh lima) kelurahan/desa, maka di wilayah tersebut hanya terdapat 1 (satu) Askorkot pemberdayaan, tanpa staf pendukung dan kelengkapannya, yang berada di bawah koordinasi dan supervisi korkot terdekat di sekitranya.
Berbagai bantuan pendampingan di tingkat masyarakat akan dilakukan oleh tim fasilitator melalui fasilitasi, mediasi, pengembangan kapasitas hingga advokasi. Secara rinci bentuk-bentuk bantuan pendampingan, antara lain mencakup: •
• •
•
Pertemuan-pertemuan/musyawarah di tingkat komunitas maupun kelurahan/ desa, baik bersifat rapat maupun sosialisasi; Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar; Penyediaan media-media sosialisasi dan bimbingan pengembangan mediamedia warga; Pengawasan pelaksanaan kegiatan penanggulangan kemiskinan, dll.
Titik berat pelaksanaan bantuan pendampingan di tingkat masyarakat adalah membangun kesadaran kritis masyarakat, pelibatan sebanyak mungkin masyarakat termasuk kelompok perempuan serta kelompok marjinal (kelompok masyarakat yang tidak memiliki akses memadai, baik informasi, pengambilan keputusan, partisipasi, dan lainnya) dan penyusunan PJM Pronangkis yang berorientasi pada peningkatan IPM-MDGs.
Bantuan Pendampingan di tingkat Pemerintah Daerah
Kebijakan mengenai bantuan pendampingan kepada pemerintah kota/kabupaten dan komposisinya dapat disesuaikan atas dasar ketetapan PMU P2KP. Seluruh korkot, askorkot, asmandat dan tenaga ahli konsultan berkewajiban menjunjung tinggi dan melaksanakan secara konsisten pakta integritas pendamping PNPM P2KP Mandiri, sebagai berikut: a.
b.
c.
Pendamping memfasilitasi, Masyarakat mengambil keputusan secara rasional dan bertanggungjawab sebagai hasil fasilitasi yang baik; Pendamping tidak memberi janji-janji atau iming-iming kepada masyarakat, termasuk informasi yang tidak sesuai pedoman dan kebijakan program; Perencanaan, penetapan program dan pelaksanaan program harus dilakukan oleh
PNPM Mandiri - P2KP
7
Petunjuk Pelaksanaan
d. e.
f.
g.
masyarakat sendiri, Pendamping hanya memfasilitasi agar proses kegiatan sesuai dengan nilai, prinsip dan ketentuan P2KP; Pendamping tidak diperkenankan meminta uang atau imbalan apapun dari masyarakat; Pendamping tidak diperkenankan menerima imbalan uang dari masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung (tenaga kerja, dll); Pendamping bertanggungjawab terhadap penyelesaian masalah yang ada di wilayah dampingannya, termasuk kemungkinan munculnya penyimpangan dan penyalahgunaan yang terjadi, sebagai konsekuensi logis tanggungjawab pendamping mengawal nilai, prinsip dan ketentuan P2KP. Pendamping berkewajiban menyelesaikan masalah penyimpangan dana yang terjadi di masyarakat dengan mengutamakan mekanisme penyelesaian oleh masyarakat hingga proses hukum sesuai ketentuan
Ikatan kerja dengan Korkot dan Askorkot dilakukan oleh Satker provinsi dan dalam pengendalian substansi maupun operasional, di bawah kendali Konsultan Manajemen Wilayah (KMW) setempat. Ikatan kerja Korkot dan askorkot dengan SNVT PBL Propinsi dituangkan dalam Surat Perjanjian Kerja dengan Matrix Akuntabilitas yang ditetapkan PMU P2KP Pusat. Secara rinci bentuk-bentuk bantuan pendampingan untuk pemerintah daerah, antara lain mencakup: •
• • •
•
8
Pertemuan-pertemuan/musyawarah di tingkat pemerintah daerah dan kelompok peduli, baik bersifat rapat, diskusi tematik maupun sosialisasi; Pelatihan dan bimbingan, termasuk penyediaan bahan dan media belajar; Penyediaan media-media sosialisasi; Kunjungan lapangan baik dalam rangka pendalaman pemahaman maupun penggalian aspirasi masyarakat; Pengorganisasian Monitoring, Fasilitasi, Supervisi dan Evaluasi bersama, dll.
PNPM Mandiri - P2KP
Titik berat pelaksanaan bantuan pendampingan di tingkat pemerintah daerah adalah membangun kesadaran kritis perangkat pemda dan kelompok peduli untuk mencapai sinergi antara masyarakat, pemerintah dan kelompok peduli serta reformasi kebijakan ,program dan penganggaran yang berorientasi pada masyarakat miskin.
2.4.Strategi Pendampingan a.
Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat di Lokasi Lama Pendampingan pelaksanaan kegiatan tingkat masyarakat di lokasi lama pada prinsipnya adalah wujud pendampingan dari implementasi pembelajaran channeling program dalam rangka transformasi sosial dari masyarakat berdaya menuju masyarakat mandiri. Untuk itu, tahapan kegiatan di lokasi lama mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus review program secara partisipatif, serta reorientasi pada pencapaian kinerja peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan percepatan pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs), baik pada perumusan kebutuhan, perencanaan program maupun pelaksanaan program dan pemanfaatan serta pemeliharaannya oleh masyarakat. PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs yang disepakati masyarakat kemudian dibahas dalam lokakarya tingkat kelurahan/desa dengan melibatkan partisipasi aktif pemerintah kelurahan/desa serta kelompok peduli lainnya, sehingga PJM Pronangkis menjadi program milik bersama. BKM bersama Pemerintah kelurahan/desa selanjutnya mengintegrasikan PJM Pronangkis dalam mekanisime perencanaan pembangunan daerah, yang dimulai dari proses Musrenbang tingkat kelurahan/desa, kecamatan sampai tingkat kota/kabupaten. Gambaran umum mengenai tahapan kegiatan PNPM Mandiri P2KP di tingkat masyarakat pada lokasi lama dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini dan penjelasan rinci untuk tahapan kegiatan PNPM Mandiri P2KP 2007 ditingkat masyarakat dapat dilihat pada lampiran 2.
2
3
1
1. Review Partisipatif Pronangkis Review program (PJM Pronangkis) Review kelembagaan (UP-UP, Pra LKM, LKM, dll) Review Keuangan (akuntabilitas & Pembukuan UPK, Sekretariat dll)
TAHAP 1: PENYIAPAN MASYARAKAT
2. Re-orientasi Pemetaan Swadaya berbasis IPMMDGsMDGs • Klarifikasi KK Miskin yang berorientasi pada IPMMDGs • Re-orientasi kajian permasalahan, potensi sumber daya dan kebutuhan
TAHAP 2: PERENCANAAN MASYARAKAT
PJM pronangkis
• Uji Publik dan Penetapan
dan 1 tahun
• Prioritasisasi Program • Rencana program 3 tahun
dan kebutuhan
• Perumusan harapan kel/desa • Analisis persoalan, potensi
3. Re-orientasi PJM Pronangkis berbasis kinerja pencapaian target IPMMDGsMDGs
4. Koordinasi Rencana PJM Pronangkis dgn Rencana kel/desa berbasis Kinerja IPM-MDGs Sosialisasi ke seluruh stakeholder klurahn/desa Penyepakatan integrasi PJM Pronangkis sbg Program Kelurahan/Desa Matriks Klasifikasi Kontribusi Sumber Daya Masyarakat, Pemerintah, & Channeling Program Marketing Sosial PJM Pronangkis
4
Gambar 2.1: Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri P2KP di Lokasi Lama
7
TAHAP 4: PELAKSANAAN
7. Pelaksanaan PJM Pronangkis berbasis IPMMDGsMDGs
6. Pencairan dan dan Pengemba KSM
5. Pengajuan dan administrasi penca dana BLM
6
5
TAHAP 3: PENCAIRAN BLM PRONANGKIS
Petunjuk Pelaksanaan
PNPM Mandiri - P2KP
9
Petunjuk Pelaksanaan
b.
Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Masyarakat di Lokasi Baru Pendampingan pelaksanaan kegiatan tingkat masyarakat di lokasi baru pada prinsipnya adalah wujud pendampingan dari implementasi pembelajaran Tridaya dalam rangka transformasi sosial dari masyarakat tidak berdaya menuju masyarakat berdaya. Untuk itu, tahapan kegiatan di lokasi baru mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus rembug kesiapan masyarakat dan kerelawanan, refleksi kemiskinan, pemetaan swadaya berbasis IPM-MDGs, pembentukan BKM, perencanaan partisipatif menyusun PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPMMDGs dan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat dengan stimulan BLM oleh masyarakat. PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs yang disepakati masyarakat kemudian dibahas dalam lokakarya tingkat kelurahan/desa dengan melibatkan partisipasi aktif pemerintah kelurahan/desa serta kelompok peduli lainnya, sehingga PJM Pronangkis menjadi program milik bersama. BKM bersama Pemerintah kelurahan/desa selanjutnya mengintegrasikan PJM Pronangkis dalam mekansime perencanaan pembangunan daerah, yang dimulai dari proses Musyawarah Pembangunan Desa/ Kelurahan (Musbangdes/kel) di tingkat kecamatan hingga ke tingkat kota/kabupaten (musrenbang). Gambaran umum mengenai tahapan kegiatan P2KP di tingkat masyarakat pada lokasi baru dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini dan untuk langkah teknis pelaksanaan, masih tetap mengacu pada pedoman teknis yang sudah ada termasuk suplemennya dalam rangka peningkatan IPM serta pencapaian sasaran MDGs.
10
PNPM Mandiri - P2KP
Pemetaan Sosial danSosialisasi Awal
TAHAP 1: PENYIAPAN MASYARAKAT
Rembug/Musyawarah Kesiapan Masyarakat dan Pendaftaran Relawan
Refleksi Kemiskinan Penggalian akar persoalan kemiskinan Kriteria kemiskinan Harapan penanggulangan kemiskinan
Identifikasi dan pencacahan KK miskin Kajian permasalahan, potensi sumber daya dan kebutuhan Kajian kelembagaan Pemetaan : sebaran KK miskin, kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi
Pemetaan Swadaya
• •
Pelaksanaan Kegiatan
Perencanaan Partisipatif Kelembagaan ,Kepemimpinan menyusun PJM Pronangkis Moral) berbasis Peningkatan IPMPemilihan Utusan Warga MDGsMDGs Pemilihan anggota BKM dan • Perumusan harapan Pembentukan BKM kelurahan/desa • Analisis persoalan, potensi dan kebutuhan • Prioritasisasi Program • Rencana program 3 tahun dan 1 tahun • Uji Publik dan Penetapan PJM pronangkis
• Persiapan (FGD
Pembentukan BKM
TAHAP 2: PERENCANAAN MASYARAKAT
Pengajuan dan administrasi pencairan dana BLM
TAHAP 3: PENCAIRAN BLM
Koordinasi Rencana PJM Pronangkis dgn Rencana kelrhn/desa berbasis Kinerja IPM-MDGsMDGs Sosialisasi ke seluruh stakeholder kel/desa Penyepakatan integrasi PJM Pronangkis sbg Program Kelurahan/Desa Matriks Klasifikasi Kontribusi Sumber Daya Masyarakat, Pemerintah, & Channeling Prgrm Marketing Sosial PJM Pronangkis
TAHAP 4: PELAKSANAA
Pencairan dana BLM dan Pembentukan KSM
Gambar 2.2: Tahapan Kegiatan PNPM MANDIRI P2KP Tingkat Masyarakat di Lokasi Baru
Petunjuk Pelaksanaan
PNPM Mandiri - P2KP
11
Petunjuk Pelaksanaan
c.
dasar dan lokakarya, Komunitas Belajar Perkotaan (KBP), revitalisasi TKPKD, reorientasi penyusunan SPKD dan PJM Pronangkis Kota berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs, serta pelaksanaan PAKET, Channeling Program dan Replikasi, termasuk upaya dalam rangka integrasi program masyarakat dengan program pembangunan kota/kabupaten melalui proses perencanaan dan pemrograman yang ada.
Pendampingan Pelaksanaan Kegiatan Tingkat Pemerintah Daerah Pendampingan pelaksanaan kegiatan tingkat pemerintah daerah pada prinsipnya adalah wujud Pendampingan untuk mendorong terwujudnya kebijakan, program dan penganggaran yang berorientasi pada masyarakat miskin, serta tata kepemerintahan yang baik di daerah. Untuk itu, tahapan kegiatan di tingkat pemerintah daerah mencakup serangkaian kegiatan yang berorientasi pada siklus penguatan aparat pemda melalui pelatihan
Gambaran umum mengenai tahapan kegiatan P2KP di tingkat masyarakat pada lokasi baru dapat dilihat pada gambar 2.3 di bawah ini.
Gambar 2.3. Tahapan Kegiatan PNPM Mandiri P2KP Tingkat Kota/Kabupaten Channeling Program dari berbagai Stakeholders
Pelaksanaan PAKET dan Replikasi Program P2KP Silaturahmi sosial ke Walikota/Bupati & Lobby-lobby Kelompok Strategis (DPRD, Dinas, Klpk Peduli, dll)
Pelatihan Dasar TKPKD/ TKPP & PJOK
Review Program dan Penganggaran Pemkot/kab yg berpihak pada masy.miskin
Proses belajar Dari Lapangan Analisis Sosial Kemiskinan Kota
KBP (Pembelajaran Lapangan Tematik): • • • • •
Kunjungan lapang Diskusi Refleksi VCD-VCD Lokakarya Wawancara, dll
Lokakarya Orientasi P2KP Tkt.Kota/kab
Membangun Relawan Kota/Kab
Serangkaian FGD Refleksi Kemiskinan Kota
Serangkaian Rembug Kota untuk Pemetaan Kemiskinan Kota secara Partisipatif
Lokakarya Orientasi P2KP Tkt.Kecamatan
Sosialisasi Tkt Kelurahan/Desa
Keterangan : Urutan/Sekuen Siklus Kegiatan Hubungan Keterkaitan
12
PNPM Mandiri - P2KP
Penyusunan /review Dokumen SPK-Kota/Kab. Penyusunan Program Kemiskinan Kota/Kab. yg berpihak pada masy.miskin dan berbasis PJM PronangkisIPM/MDGs
Penguatan Kelembagaan dan Reorientasi KPK-Kota/kab
Petunjuk Pelaksanaan
3
Organisasi Pelaksanaan
Penyelenggaraan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 dilakukan secara berjenjang dari tingkat nasional sampai tingkat desa/kelurahan dengan pengorganisasian sebagai berikut.
3.1. Tingkat Nasional Penanggungjawab pengelolaan program tingkat nasional adalah Direktorat Jenderal Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum, yang bertindak sebagai penyelenggara program (executing agency) yang dibantu oleh Satker P2KP (PMU) sebagai penanggungjawab operasional kegiatan. Untuk melaksanakan tugas tersebut PMU dibantu oleh 2 (dua) Konsultan Manajemen Pusat (KMP) P2KP yang bertugas melakukan pengawasan, pengkoordinasian dan pengendalian KMW-KMW (Konsultan Manajemen Wilayah) sesuai pembagian wilayah dampingan pada pelaksanaan P2KP2 dan P2KP3. PMU juga akan dibantu oleh Tim Penelitian dan Pengembangan (Litbang) yang bertanggungjawab dalam merumuskan pengembangan konsep dan penyusunan pedoman umum program, termasuk melakukan kajian-kajian substantif yang dibutuhkan, selain itu PMU akan dibantu oleh Program Manager untuk merumuskan strategi dan petunjuk pelaksanaan kegiatan. Pemerintah Indonesia juga membentuk Tim Pengendali PNPM yang terdiri dari Tim Pengarah dan Tim Teknis. Keanggotaan Tim Pengarah terdiri dari : Ketua
: Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat
Wakil Ketua : Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Anggota : 1. Menteri Dalam Negeri 2. Menteri Keuangan 3. Menteri Sosial 4. Menteri Kesehatan 5. Menteri Pendidikan Nasional 6. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata 7. Menteri Pertanian 8. Menteri Kelautan dan Perikanan 9. Menteri Kehutanan 10. Menteri Pekerjaan Umum 11. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi 12. Menteri Perindustrian 13. Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 14. Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan 15. Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal 16. Menteri Negara Perumahan Rakyat 17. Menteri Negara Lingkungan Hidup 18. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional 19. Sekretaris Kabinet 20. Kepala Badan Pusat Statistik 21. Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional 22. Kepala Badan Pertanahan Nasional
PNPM Mandiri - P2KP
13
Petunjuk Pelaksanaan
Untuk Tim Teknis keanggotaan terdiri dari : Ketua
: Deputi bidang Koordinator Penanggulangan Kemiskinan, Kantor Menteri Negara Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.
Wakil Ketua : Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan UKM, Bappenas Sekretaris I : Asdep Urusan Pendanaan dan Infrastruktur, Kantor Menkokesra Sekretaris II : Direktur Penanggulangan Kemiskinan, Bappenas Anggota
:
1.
Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas; 2. Dirjen Perbendaharaan, Departemen Keuangan; 3. Dirjen Anggaran dan Perimbangan Keuangan, Departemen Keuangan; 4. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri; 5. Dirjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum; 6. Staf Khusus Kantor Menko Bidang Perekonomian; 7. Direktur Kantor Pemberdayaan Masyarakat, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri; 8. Direktur Usaha Ekonomi Masyarakat, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri; 9. Direktur Perekonomian Daerah, Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam Negeri; 10. Direktur Anggaran, Ditjen Anggaran Perimbangan dan Keuangan , Departemen Keuangan; 11. Direktur Perbendaharaan, Ditjen Perbendaharaan, Departemen Keuangan; 12. Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan, Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
P2KP (TKPP) tingkat propinsi atau TKPK yang sudah ada. Pelaksana tingkat Propinsi adalah Dinas Pekerjaan Umum/ Bidang Ke-Cipta Karya-an dibawah kendali/koordinasi Satker Non Vertikal Tertentu (SNVT) PBL tingkat propinsi. Dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan akan dilakukan oleh KMW yang ditugasi oleh Satker/ PMU P2KP untuk Propinsi tersebut. Dalam rangka efektifitas pelaksanaan kegiatan, ditunjuk KMW-KMW P2KP saat ini dengan penguatan personil sesuai kebutuhan lapangan yang diperlukan.
3.3.Tingkat Kabupaten/Kota Di tingkat kota/kabupaten dikoordinasikan langsung oleh Bupati/Walikota setempat melalui Bappeda Kota/Kabupaten dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan PNPM P2KP (TKPP) tingkat kota/ kabupaten atau TKPK yang sudah ada. Pemkot/ kab dibantu oleh Pejabat Pembuat Komitmen yang diangkat Menteri PU atas usulan Bupati/Walikota dibawah koordinasi SNVT PBL Propinsi dalam mengendalikan pelaksanaan kegiatan pendampingan dan pencairan dana BLM. Pemkot/kab memfasilitasi KBP dan penguatan TKPK-D untuk dapat menyusun SPK-D dan PJM pronangkis Kota/Kabupaten sesuai ketentuan. Dalam pelaksanaan dan pengendalian kegiatan ditingkat Kota/Kabupaten akan dilakukan oleh Koordinator Kota (Korkot), yang dibantu beberapa asisten korkot di bidang pembukuan, teknik/ infrastruktur, management data dan urban planer.
3.4.Tingkat Kecamatan Di tingkat kecamatan akan ditunjuk PJOK (Penanggung Jawab Operasional Kegiatan). PJOK adalah perangkat kecamatan yang diangkat oleh walikota/bupati untuk pengendalian kegiatan ditingkat kelurahan dan berperan sebagai penanggungjawab administrasi pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya. Tugas pokok PJOK adalah sebagai berikut: •
Memantau pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya sesuai dengan pentahapan yang sudah ditentukan
•
Melaksanakan administrasi program berupa penanda-tanganan SPPB, memproses SPB ke bank pembayar dan lain-lain
3.2.Tingkat Propinsi Di tingkat propinsi dikoordinasikan langsung oleh Gubernur setempat melalui Bappeda Propinsi dengan menunjuk Tim Koordinasi Pelaksanaan
14
PNPM Mandiri - P2KP
Petunjuk Pelaksanaan
•
Membuat laporan perkembangan pelaksanaan tugas, termasuk laporan pertanggungjawaban akhir masa jabatannya
•
Jika terjadi pergantian PJOK antar waktu, maka PJOK sebelumnya harus membuat Berita Acara Serah Terima Pekerjaan kepada PJOK penggantinya. Berita Acara tersebut memuat pelaksanaan tugas, hasil-hasil kegiatan, hasil monitoring dan evaluasi serta dilengkapi dengan uraian dan penjelasan penggunaan dana BOP-PJOK
•
Melakukan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan P2KP dengan KMW dan Tim Fasilitator untuk bersama-sama menangani penyelesaian permasalahan dan pengaduan mengenai pelaksanaan P2KP di wilayah kerjanya
•
Melakukan pemeriksaan terhadap penggunaan dana yang telah disalurkan kepada masyarakat sesuai dengan usulan yang disetujui
3.5.Tingkat Kelurahan/Desa Pada tingkat kelurahan/desa, P2KP akan memanfaatkan BKM yang ada atau membentuk BKM baru dengan fungsi utama mengkoordinasikan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan, mengakomodasikan berbagai masukan pembangunan untuk wilayahnya serta membentuk Unit-Unit/pokja pelaksana dan mengorganisir relawan-relawan dari warga setempat. Pengorganisasian pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP seperti dijelaskan diatas, digambarkan dalam bagan Struktur Organisasi sesuai gambar 3.1.
PNPM Mandiri - P2KP
15
Petunjuk Pelaksanaan
Gambar 3.1: Struktur Organisasi Pengelolaan PNPM Mandiri P2KP DEPARTEMEN PU Dirjen Cipta Karya
Pusat
Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan
Tim Inter Departemen selaku Tim Koordinasi Pusat dan Tim Pengendali PNPM
Kepala PMU P2KP
R & D dan Program Manager
SNVT P2KP
KE
KMP Propinsi
Bappeda Propinsi
SNVT PBL Prop
KMW
Kabupaten Kota
Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil Propinsi
Bappeda Kota/Kab.
Koord.Kota/Kab
PK P2KP
Kecamatan
Kepala Dinas PU/ Perumahan/Kimpraswil Kota/Kab.
Tim Koordinasi Propinsi & Tim Pengendali PNPM
Tim Koordinasi Kota/Kab dan Tim Pengendali PNPM.
CAMAT PJOK Kec
Kelurahan LURAH
Tim Fasilitator 5 org utk 7 Kel/Desa
Relawan
BKM KSM -
16
PNPM Mandiri - P2KP
Garis pengendalian Garis fasilitasi Garis koordinasi Garis pelaporan
Petunjuk Pelaksanaan
4
Penutup
Keberhasilan dari pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP tahun 2007 ini akan sangat tergantung dari dukungan seluruh masyarakat baik yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatan maupun yang tidak terlibat langsung. Salah satu bentuk dukungan yang penting dalam pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP ini adalah komitmen dari seluruh pelaku untuk menegakkan prinsip transparansi dan akuntabilitas sejalan dengan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik. Seluruh pelaku harus secara terbuka dan aktif untuk saling mengawasi jalannya pelaksanaan kegiatan ini terutama mengawasi dana BLM sebagai stimulan yang pemanfaatannya haruslah tepat sasaran sesuai program yang disiapkan oleh masyarakat dan memberikan prioritas bagi masyarakat miskin sebagai kelompok penerima manfaat dalam rangka upaya peningkatan IPM dan pencapaian sasaran MDGs. Transparansi dalam pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP pada dasarnya dapat diterapkan dengan memberikan akses kepada semua pihak untuk mengetahui informasi-informasi mengenai pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP, mulai dari kebijakan, proses pelaksanaan kegiatan dan penggunaan keuangan, serta informasi-informasi lainnya dari para pelaku PNPM Mandiri P2KP. Penerapan transparansi secara konsisten oleh seluruh pelaku PNPM Mandiri P2KP tersebut pada dasarnya dimaksudkan, antara lain; (1) mencegah sedini mungkin terjadinya penyimpangan-penyimpangan melalui tumbuhnya kesadaran masyarakat untuk melakukan kontrol sosial, (2) menghindarkan mis komunikasi ataupun salah persepsi, (3) mendorong proses masyarakat belajar dan “melembagakan” sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya, (4) membangun kepercayaan semua pihak (trust building) terhadap pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP
secara keseluruhan, sehingga PNPM Mandiri P2KP diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, prinsip dan nilai P2KP. Dalam rangka upaya tersebut telah disiapkan strategi anti korupsi baik strategi pencegahan dini dilevel pusat maupun di level masyarakat yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3. Selain hal tersebut diatas, sebagai ukuran keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini telah ditetapkan indikator kinerja untuk mengukur kualitas capaian pelaksanaan kegiatan. Standar indikator kinerja PNPM Mandiri P2KP secara rinci tercantum pada lampiran 4. Sedangkan untuk mengukur kinerja personil pendamping mulai fasilitator hingga tingkat pusat mengacu pada matrix akuntabilitas yang telah ditetapkan PMU P2KP Pusat. Melalui proses pengendalian kegiatan seperti tersebut diatas, diharapkan pelaksanaan PNPM Mandiri P2KP 2007 ini dapat efektif dan optimal untuk mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan jumlah orang miskin di Indonesia menjadi 8,2 % pada tahun 2009 dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia sesuai amanat UUD’45. Semoga bermanfaat
PNPM Mandiri - P2KP
17
Petunjuk Pelaksanaan
Lampiran
1
Informasi Ringkas PNPM, IPM dan MDGS
I. PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI I.1. LATAR BELAKANG Salah satu masalah utama pembangunan di Indonesia saat ini adalah masih besarnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Meskipun penanggulangan kemiskinan senantiasa diprioritaskan dalam pembangunan, namun target penurunan angka kemiskinan maupun pengangguran sebagaimana tercantum dalam RPJM 2004-2009 masih sulit dicapai. Kenaikan harga minyak dunia selama tahun 2005 yang mengharuskan pemerintah menerapkan kebijakan pengurangan subsidi BBM memicu tingginya inflasi yang kemudian menyebabkan bertambahnya penduduk miskin. Pada bulan Maret 2006, jumlah penduduk miskin tercatat sebesar 39,05 juta jiwa atau 17,75 persen dari jumlah penduduk. Sejalan dengan itu, angka pengangguran terbuka juga masih besar, yaitu 10,9 juta jiwa (10,3 persen) pada Agustus 2006. Meskipun terjadi penurunan dari 11,9 juta jiwa (11,2 persen) pada November 2005, namun penurunan tersebut belum signifikan. Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Penanggulangan kemiskinan memerlukan perubahan yang bersifat sistemik dan menyeluruh, namun penanganannya selama ini cenderung parsial di masing-masing sektor dan tidak berkelanjutan. Peran dunia usaha dan masyarakat pada umumnya juga belum optimal. Kerelawanan sosial dalam budaya kehidupan masyarakat yang dapat menjadi sumber 18
PNPM Mandiri - P2KP
penting pemberdayaan dan pemecahan akar permasalahan kemiskinan mulai luntur. Untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja, maka pemerintah memutuskan meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mulai tahun 2007. Sebagai langkah awal, pelaksanaan PNPM tahun 2007 dimulai dengan dua program pemberdayaan masyarakat yang dinilai cukup besar dan efektif, yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perdesaan, dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), yang menjadi dasar bagi pengembangan PNPM di perkotaan. Mulai tahun 2008, PNPM diperluas dengan melibatkan Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK), yang menjadi dasar pengembangan PNPM di daerah tertinggal, pasca bencana dan pasca konflik; dan Program Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), yang menjadi dasar pengembangan PNPM untuk mengintegrasikan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan daerah sekitarnya. Selain itu, PNPM juga diperkuat dengan mengintegrasikan berbagai program pemberdayaan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai sektor. Dengan pengintegrasian tersebut, diharapkan terjadi peningkatan efektivitas berbagai kegiatan masyarakat sekaligus efisien komponen biaya yang selama ini sering duplikasi antar proyek. Pengintegrasian berbagai program tersebut diharapkan akan memperluas cakupan pembangunan hingga ke daerah-daerah terpencil dan terisolir, termasuk pulau-pulau kecil terdepan. Untuk itu, lokasi PNPM secara bertahap akan
Petunjuk Pelaksanaan
mencakup seluruh kecamatan di Indonesia pada tahun 2009. Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu sekitar 5-6 tahun, maka diharapkan pemberdayaan masyarakat di kecamatan-kecamatan yang baru tercakup pada tahun 2009 dapat diwujudkan pada tahun 2015. Oleh sebab itu, PNPM akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015, sejalan dengan target waktu pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM yang berdasar pada indikatorindikator keberhasilan yang terukur dapat membantu Indonesia dalam mewujudkan pencapaian target-target MDGs yang telah disepakati secara global.
1.3 PENDEKATAN PNPM MANDIRI Pendekatan atau metode/cara yang digunakan dalam mewujudkan tujuan PNPM adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan: •
Menggunakan basis kecamatan sebagai pendekatan lokus program.
•
Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan.
•
Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses pembangunan partisipatif.
•
Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik geografis.
•
Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, pelembagaan, dan keberlanjutan.
1.2.PENGERTIAN PNPM MANDIRI •
PNPM pada hakekatnya adalah gerakan nasional yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat.
•
Dalam pengertian ini, pemberdayaan masyarakat bertujuan menciptakan/ meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, untuk memutuskan berbagai persoalan pembangunan yang dihadapinya dengan baik dan benar.
•
Agar pemberdayaan masyarakat tidak hanya dilakukan oleh para konsultan pendamping maupun LSM, pemahaman aparat pemerintah dan berbagai pihak lainnya terhadap pemberdayaan masyarakat memerlukan rekonstruksi yang benar untuk dapat memfasilitasi dan merespon masalah yang dihadapi masyarakat.
•
Untuk itu, dalam PNPM dilakukan harmonisasi kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan, khususnya yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Harmonisasi dilakukan melalui koordinasi pemilihan sasaran (baik sasaran wilayah maupun sasaran masyarakat penerima manfaat), prinsip dasar, strategi, pendekatan, indikator, serta berbagai mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mengefektifkan penanggulangan kemiskinan dan mempercepat tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
1.4. KATAGORISASI PNPM MANDIRI Masyarakat yang mandiri melaksanakan pembangunan dan upaya penanggulangan kemiskinan tidak dapat diwujudkan secara instan. Kemandirian masyarakat dapat terwujud melalui serangkaian proses kegiatan pemberdayaan masyarakat yang direncanakan, dilaksanakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat sendiri. Agar pelaksanaan berbagai program pemberdayaan di suatu wilayah berjalan efektif dan sinergis mendukung upaya penanggulangan kemiskinan, dilakukan harmonisasi pelaksanaan berbagai program tersebut dalam kerangka kebijakan PNPM. Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat dapat dikategorikan sebagai berikut: a.
PNPM-Inti: terdiri dari program/proyek penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di tingkat kecamatan atau desa/kelurahan. Untuk tahun 2008, termasuk dalam PNPM-Inti adalah Program Pengembangan Kecamatan (PPK), Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW/RISE), dan Program Pengembangan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK/SPADA).
b.
PNPM-Pendukung: terdiri dari program-program pembangunan sektoral berbasis pemberdayaan masyarakat yang pelaksanaanya terkait dengan pencapaian target sektor tertentu. Dalam rangka
PNPM Mandiri - P2KP
19
Petunjuk Pelaksanaan
efektivitas dan efisiensi upaya penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan program-program ini di tingkat masyarakat mengacu pada kerangka kebijakan PNPM.
b.
Indeks X(i,j) = (X(i,j)- X(i-min))/ (X(i-max)- X(i-min)), dimana X(i,j) = Indikator ke-i dari daerah j X(i-min) = Nilai minimum dari Xi Standard X(i-max) = Nilai maksimum dari Xi UNDP
II. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA2 a.
Proses Penghitungan Indeks Xi (i=1,2,3)
Umum Nilai maksimum dan minimum dari setiap komponen IPM
Sejak 1990, Indeks Pembangunan Manusia -IPM (Human Development Index - HDI) mengartikan definisi kesejahteraan secara lebih luas dari sekedar pendapatan domestik bruto (PDB). IPM merupakan indeks yang mengukur pencapaian keseluruhan suatu negara, yang direpresentasikan oleh 3 dimensi, yaitu: umur panjang dan sehat, pengetahuan dan kualitas hidup yang layak HDI memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: 1.
Indeks kesehatan : Panjang umur dan menjalani hidup sehat (diukur dari usia harapan hidup),
2.
Indeks pendidikan : Terdidik (diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi)
3.
Indeks daya beli : Memiliki standar hidup yang layak (diukur dari paritas daya beli/ PPP, penghasilan).
a) b)
Perkiraan maksimum pada akhir PJP II tahun 2018 Penyesuaian garis kemiskinan lama dengan garis kemiskinan baru
Secara lebih sederhana tentang IPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Dim ensi
Indikator
Indeks Dim ensi
Um ur panjang dan sehat
Angka harapan hidup pd saat lahir (e 0 )
Indeks harapan hidup Indeks X 1
Pengetahuan
1. Angka m elek huruf (AM H) 2. Rata-rata lam a sekolah (M YS)
Indeks pendidikan Indeks X 2
Pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan (PPP Rupiah)
Indeks pendapatan Indeks X 3
Kehidupan yang layak
IPM
Dari tabel diatas, untuk penghitungan IPM dapat dirumuskan sebagai berikut : IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)
2
Biro Pusat Statistik
20
PNPM Mandiri - P2KP
Petunjuk Pelaksanaan
Indeks X1 = Indeks lamanya hidup
Indeks X3 = Indeks Pendapatan
Proses penghitungan e0
• • •
• •
•
Sumber data:Susenas 2005-Kor Penghitungan dilakukan berdasarkan 2 data dasar: 1. ALH 2. AMH Menggunakan paket program mortpack (Metode Trussel dengan model West), pilihan pada q2, q3, q5 Contoh Perhitungan : Indonesia, th 2005 • e0 = 68,1 tahun • Indeks X1 = (68,1-25)/(85-25) = 0,718 = 71,8 %
•
Sumber data: Susenas 2002, Susenas 2005 Data Pokok: pengeluaran per kapita Penghitungan pengeluaran riil tergantung IHK Proses penghitungan pengeluaran riil: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Y: pengeluaran per kapita Validasi data Y2: nilai riil Y1 deflasi,IHK PPP*) Y3: Y2/PPP Y4: Mengurangi nilai Y3 dg formula Atkinson**)
Keterangan : *)Menghitung PPP (Purchasing Power Parity) Didasarkan 27 komoditi
Indeks X2 = Indeks Pendidikan • •
∑E
Sumber data: Susenas 2005-Kor Terdiri dari dua komponen: 1. 2.
AMH MYS
% angka melek huruf rata-rata lamanya sekolah
Penghitungan MYS, melalui tahun konversi yang ditinjau dari pendidikan tertinggi yang ditamatkan seperti tabel dibawah ini : Pendidikan tertinggi yang ditamatkan 1. Tidak pernah sekolah 2. Sekolah Dasar 3. SLTP 4. SLTA/SMU 5. Diploma I 6. Diploma II 7. Akademi/Diploma III 8. Diploma IV/Sarjana 9. Magister (S2) 10. Doktor (S3)
Tahun Konversi 0 6 9 12 13 14 15 16 18 21
PPP =
(i, j )
j ∑ P(9, j ) Q(i , j ) j
E(i,j) = pengeluaran untuk komoditi j di propinsi i P(i,j) = harga komoditi j di Jakarta Selatan Q(i,j) = volume komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Propinsi
Contoh Perhitungan : Indonesia, th 2005 • AMH = 90,9 – Indeks X21 = (90,9-0)/(100-0) = 0,909 • MYS = 7,3 – Indeks X22 = (7,3-0)/(15-0) = 0,487 Indeks X2 = 2/3 Indeks X21 + 1/3 Indeks X22 Indeks X2 = 2/3 (0,909)+1/3 (0,487) = 0,768 = 76,8 %
PNPM Mandiri - P2KP
21
Petunjuk Pelaksanaan
Daftar paket komoditas yang digunakan dalam penghitungan PPP : Komoditi 1. Beras Lokal 2. Tepung terigu 3. Singkong 4. Tuna/cakalang 5. Teri 6. Daging sapi 7. Ayam 8. Telur 9. Susu kental manis 10. Bayam 11. Kacang panjang 12. Kacang tanah 13. Tempe 14. Jeruk 15. Pepaya 16. Kelapa 17. Gula 18. Kopi 19. Garam 20. Merica 21. Mie instan 22. Rokok kretek 23. Listrik 24. Air minum 25. Bensin 26. Minyak tanah 27. Sewa Rumah
Unit Kg Kg Kg Kg Ons Kg Kg Butir 397 Gram Kg Kg Kg Kg Kg Kg Butir Ons Ons Ons Ons 80 Gram 10 batang Kwh M3 Liter Liter Unit Total
Proporsi dari total konsumsi (%) 7,25 0,10 0,22 0,50 0,32 0,78 0,65 1,48 0,48 0,30 0,32 0,22 0,79 0,39 0,18 0,56 1,61 0,60 0,15 0,13 0,79 2,86 2,06 0,46 1,02 1,74 11,56 37,52
**)Formula Atkinson, digunakan untuk menyesuaikan nilai Y3 C(1)* = C(i) ; jika C(i) < Z = Z + 2(C(i) – Z)(1/2) ; jika Z < C(i) < 2Z = Z + 2(Z)(1/2) + 3(C(i) – 3Z)(1/4) ; jika 3Z < C(i) < 4Z = Z + 2(Z)(1/2) + 3(Z)(1/3) + 4(C(i) – 3Z)(1/4) ; jika 3Z < C(i) < 4Z dimana: C(i) = PPP dari nilai riil pengeluaran per kapita Z = batas tingkat pengeluaran yang ditetapkan secara arbiter sebesar Rp 549 500 per kapita per tahun atau Rp 1 500 per kapita hari. Contoh Perhitungan : Indonesia, th 2005 • Pengeluaran riil perkapita yang telah disesuaikan (ribu rupiah): 619,9 • Indeks X3 = (619,9-360)/(732,72-300) = 0,601 = 60,1 % Contoh penghitungan IPM ini diambil Angka harapan hidup (Indeks X1) Indeks tingkat pendidikan (Indeks X2) Indeks pendapatan (Indeks X3) Indeks Pembangunan Manusia IPM = (71,8+76,8+60,1)/3 = 69,6
22
PNPM Mandiri - P2KP
Y4
dari data untuk Indonesia th 2005 : 71,8 % : 76,8 % : 60,1 %
Petunjuk Pelaksanaan
III. MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs)3 III.1. Tujuan dan Target dalam MDGs
1
2 3 4 5
Tujuan 1: Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Tujuan 4: Menurunkan Angka Kematian Anak Tujuan 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu
6
Tujuan 6: Memerangi HIV/AIDS, Malaria dan Penyakit Menular lainnya
7
Tujuan 7: Memastikan Kelestarian Lingkungan Hidup
8
Tujuan 8: Mengembangkan Kemitraan Global untuk Pembangunan
Target 1: Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah USD 1/hari menjadi setengahnya antara 1990-2015 Target 2 : Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya antara tahun 1990-2015 Target 3: Menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015, semua anak, di manapun, laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling) Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005 dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015 Target 5: Menurunkan angka kematian Balita sebesar dua pertiganya, antara tahun 1990 dan 2015 Target 6: Menurunkan angka kematian ibu antara tahun 1990-2015 sebesar tiga –perempatnya Target 7: Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun2015 Target 8 : Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015 Target 9: Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang Target 10 :Penurunan sebesar separu, proposisi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minimum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015 Taeget : 11: Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020 Target 12 : Kemitraan dan kerjasama regional untuk pencapaian MGD antara lain di bidang perdagangan, investasi, pengembangan kapasitas, dukungan teknologi, pembangunan infrastruktur seperti transportasi, ICT dan environmental sustainability
III.2. Menyusun prioritas utama Pemerintah melalui MDG’s Indikator/Sasaran (%) Kemiskinan Populasi dengan pendapatan di bawah US$ 1 per hari Persentase jumlah orang miskin Kesehatan Tingkat kematian Balita (per 1,000 kelahiran hidup) Tingkat kematian akibat proses melahirkan (per 100,000 kelahiran hidup) Edukasi Tingkat netto keterlibatan dalam pendidikan dasar Tingkat netto dan gross pada pendidikan tingkat menengah pertama Tingkat melek huruf pada usia 15-24 . Air dan Sanitasi Persentase populasi dengan akses terhadap perbaikan kualitas air Pembangunan Pedesaan Pertumbuhan sektor pertanian 3
RPJM 2009
MDGs 2015
Target
Target
35.4 18.2
8.2
10.3 7.5
60
26 (<1 kematian)
33
307
226
105
92.7
99.6
100
79.5
98
2002
98.7
100
78
80 3.5
Bahan presentasi Deputi Penanggulangan Kemiskinan Bappenas PNPM Mandiri - P2KP
23
Petunjuk Pelaksanaan
Lampiran
a.
2
Langkah-langkah Kegiatan PNPM 2007 di Tingkat Masyarakat pada Lokasi Lama
Tahapan Review Partisipatif Program Penanggulangan Kemiskinan Tahapan ini pada prinsipnya merupakan media masyarakat untuk merefleksi dan mereview kembali perjalanan pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan yang telah dilakukan oleh masyarakat, khususnya melalui pelaksanaan P2KP, sehingga dapat disepakati upaya-upaya perbaikan maupun kinerja program dan sekaligus juga sebagai upaya masyarakat dan pemerintah serta stakeholder kelurahan membangun komitment bersama untuk meningkatkan IPM dan pencapaian MDGs di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan. a.1. Lingkup dan Aspek-Aspek Review Partisipatif No
24
Lingkup Review P artisipatif
A spek-A spek Yang Direview
1
Review Program
a. % P JM Pronangkis yang telah terlaksana dan klasifikasinya (O leh Swadaya, P2KP dan C hanneling Program ) b. % KK m iskin yang m enerim a m anfaat P2KP dan P rogram lainnya (langsung dan tidak langsung) c. % K elom pok perem puan dan m arjinal yang m enjadi penerim a m anfaat dan pengelola program d. % w arga yang m em peroleh akses inform asi P 2K P & e. % KK M iskin penerim a bantuan yang m eningkat kesejahterannnya f. Review data sekunder (dr kantor kelrhn/ds/ kec/kota/ kab) ttg data profil IPM di lokasi sasaran g. Kesesuaian P JM pronangkis dengan arah visi/harapan kedepan penanggulangan kem iskinan h. % jenis kegiatan dan anggaran yang dialokasikan untuk m endukung pencapaian IP M -MD G s
2
Review K elem bagaan
a. Jum lah relaw an yang m asih aktif dan perbandingan dgn jum lah relaw an terdaftar serta yg dilatih b. Intensitas pelaksanaan KBK & tgt keaktifan peserta c. % anggota BKM yg aktif dan tingkat kolektifitas pengam bilan keputusan d. Intensitas pertem uan B KM dg w arga dan perangkat kelurahan serta kelom pok peduli setem pat e. % K ontribusi UP K, UP L dan UP S dlm realisasi P JM f. % w arga m iskin yang dilayani U PK, UP L dan UP S g. O rientasi kegiatan UP-UP (dana P2KP atau jg dana sw adaya dan akses sum ber dana lain) h. % KK m iskin yg m jd anggota/pengelola K SM /Panitia i. % w anita dan kelom pok m arjinal yg m jd pengelola K SM /U PUP/BKM j. Tingkat kepuasan m asyarakat terhadap kegiatan serta kinerja BKM dan UP -UP k. Kinerja KS M/Panitia/B KM /UP -UP dlm penerapan prinsip2 transparansi, akuntabilitas, partisipasi, dll. l. Tingkat/Jm l koordinasi dan/atau kerjasam a B KM dg pem da serta akses lem baga/donor lainnya
PNPM Mandiri - P2KP
Petunjuk Pelaksanaan
3
Review Keuangan
a. Jumlah asset dana yang dikelola BKM dan UP-UP yang existing dgn perbandingan asset awal b. % proporsi pembiayaan kegiatan oleh BKM dan UP-UP (ekonomi, lingkungan dan sosial) c. % komposisi asset dana (ek, lingk dan sosial) d. Kinerja pembukuan sekretariat BKM dan UPK e. Tingkat repayment rate pengelolaan dana bergulir f. Karakteristik kemacetan dana bergulir (KSM, pria/ wanita, miskin/non miskin, jenis usaha, dll) g. Kinerja pengelolaan dana hibah (UPL & UPS) h. % jmlh dana swadaya yg digalang BKM-UP-UP i. % jmlh dana dari akses sumber daya luar non p2kp j. Rutinitas pelaksanaan audit independen tiap tahun k. % kepuasan masyarakat dlm Kinerja penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitasi pada pengelolaan keuangan di wilayahnya (laporan, dll). l. Rata2 jumlah dana yang diterima oleh setiap KK Miskin m. % KK miskin yg menerima dana bantuan lebih 1 kali
a.2. Langkah-langkah Review Partisipatif Pronangkis Langkah-langkah pelaksanaan kegiatan review partisipatif pronangkis adalah sebagai berikut: No
Waktu
Kegiatan
1
Bulan 1, minggu ke-1
Bimbingan review partisipatif pronangkis kepada fasilitator oleh KMW
Pelaku
Output Fasilitator mampu memfasilitasi BKM melakukan review partisipatif
Pelaksana : Korkot/TA Pelatihan Peserta : Fasilitator Fasilitator : Pemandu Nasional KMW/KMP
2
Bulan 1, minggu ke-1
Penyepakatan rencana pertemuan warga untuk pelaksanaan lokakarya review partisipatif pronangkis
Terlaksananya pertemuan warga untuk menyepakati pelaksanaan lokakarya review partisipatif pronangkis
Pelaksana : Lurah/Kades Peserta : BKM, Relawan, LPM/BPD Fasilitator : Fasilitator kelurahan
3
4
Bulan 1, minggu ke-2
Bimbingan pelaksanaan lokakrya review partispatif pronangkis kepada BKM dan Relawan
Pelaksana : Tim fasilitator
Bulan 1, minggu ke-2
Pelaksanaan lokakarya review partisipatif pronangkis tingkat kelurahan/desa, dikoordinir oleh BKM
Pelaksana : BKM
Peserta : BKM & Relawan
Peserta : Representasi / perwakilan masyarakat Fasilitator : Relawan
BKM dan Relawan mampu memfasilitasi pelaksanaan lokakarya review partisipatif pronangkis • Masyarakat sepakat melakukan reorientasi PS dan PJM Pronangkis • Pembentukan tim PP utk melaksana-kan re-orientasi PS & PJM pronangkis • RKTL Tim PP
PNPM Mandiri - P2KP
25
Petunjuk Pelaksanaan
b.
Tahapan Re-orientasi Pemetaan Swadaya Tahapan ini pada prinsipnya merupakan sarana masyarakat untuk mereorientasi kembali data-data pemetaan swadaya yang telah dimiliki sebelumnya, dengan lebih memfokuskan keterkaitan dengan peningkatan IPM-MDGs di wilayahnya. Sehingga tahapan ini merupakan upaya masyarakat dan pemerintah serta stakeholder kelurahan lainnya untuk membangun komitmen bersama dalam meningkatkan IPM-MDGs di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan. b.1. Data PS yang mendukung IPM-MDGs No
Hasil PS
IPM MDGs
1
Data KK miskin di kel/desa yg disepakati bersama (detail nama, alamat, data-data kondisi masingmasing) Data warga yg m asuk kelompok marjinal/vulnerable (pendatang yg miskin, yatim piatu, jompo, penyandang cacat, dll) Data dan peta kondisi prasana dasar lingkungan yg ada (kondisi fisik: kwantitatif & kwalitatif, persoalan dan potensi terkait) Mencakup: air bersih, jamban, pematusan, pem buangan sampah, jalan setapak, dsb Data dan peta kondisi pendidikan (kondisi sarana fisik; kwantitatif & kwalitatif, persoalan dan potensi terkait) Mencakup: TB, TK, SD, SMP, SMA, Madrasah, dan sejenisnya
• % KK miskin dan kriterianya: • % KK saat ini yg berpendapatan < 1 $ per hari (detail per nama dan alamat) • % Jumlah balita kekurangan gizi • % warga perempuan menganggur
2
3
4
5
6
Data dan peta kondisi kesehatan (kondisi sarana fisik; kwantitatif, kwalitatif, persoalan dan potensi terkait) Mencakup : Posyandu, Balai Pengobatan, Puskesmas Pembantu, Puskesmas, Poliklinik, Rumah Sakit Data dan peta kondisi sosial (kondisi sarana fisik, persoalan dan potensi terkait) Mencakup : Balai kampung, lapangan terbuka, tempat hiburan, tempat-tempat m asyarakat berkumpul, dsb Data dan peta kondisi ekonomi (kondisi sarana fisik, persoalan dan potensi terkait) Mencakup : warung, toko, rumah makan, pasar, bengkel, gudang, tempat kerja, dsb
*) tidak dilakukan dalam re-orientasi PS
26
PNPM Mandiri - P2KP
Sum ber Data yang Mendukung • PS • PS • PS dan data sekunder • PS
• % masyarakat yg mengakses air bersih • % masyarakat yg mengakses sanitasi • % masyarakat yg mengakses listrik
• PS dan data sekunder • PS dan data sekunder • PS dan data sekunder
• % anak2 yang lulus wajib belajar (9 tahun) laki-laki dan perempuan • % anak putus sekolah (9 tahun) laki-laki dan perempuan • Tingkat kehadiran laki2 dan perempuan di SD dan SMP (wajib belajar 9 tahun) • % orang dewasa yang melek huruf (IPM) • % usia SMA yang masih bersekolah (laki2 & perempuan) *) • Jumlah ibu yang meninggal sewaktu hamil dan melahirkan/100.000 kelahiran hidup *) • Angka kematian balita/1000 balita *) • % anak2 di bawah 12 bulan yang diimunisasi campak • Jumlah kejadian TBC per 100.000 orang % keterlibatan wanita dlm program dan pembangunan sosial di wilayahnya *)
• PS dan data sekunder
% keterlibatan wanita dlm prgram dan pembangunan ekonomi di wilayahnya *)
• PS dan data sekunder • PS dan data sekunder • PS dan data sekunder
• PS dan Data sekunder • PS dan Data sekunder
Petunjuk Pelaksanaan
b.2. Langkah-Langkah Re-orientasi Pemetaan Swadaya Langkah-langkah kegiatan re-orientasi Pemetaan Swadaya ialah sebagai berikut: No
Waktu
Kegiatan
Pelaku Pelaksana : Tim Fasilitator Peserta: Tim PP Fasilitator : BKM Pelaksana : Tim PP Peserta: masyarakat keluarga miskin Fasilitator : BKM
1
Bulan 1, minggu ke-3 & 4
Bimbingan kepada Tim PP untuk pelaksanaan re-orientasi PS oleh fasilitator
2
Bulan 2, minggu ke-1
Pelaksanaan identifikasi dan pencacahan KK miskin ditingkat masyarakat oleh Tim PP
3
Bulan 2, minggu ke-2 & 3
Pelaksana : Tim PP Pelaksanaan pemetaan dan penajaman kajian persoalan dan Peserta: Masyarakat potensi sumber daya Fasilitator : BKM (lingkungan, sosial dan ekonomi), kajian kelembagaan oleh Tim PP
4
Bulan 2, minggu ke-4
Pelaksanaan lokakarya PS tingkat kelurahan/desa oleh BKM
5
Bulan 2, minggu ke-4
Sosialisasi hasil PS kepada masyarakat kelurahan/desa
Pelaksana : BKM Peserta: Representasi perwakilan masyarakat Fasilitator : Tim PP Pelaksana : BKM & relawan Peserta: masyarakat
Output Tim PP mampu melaksankan reorientasi PS Data pemetaan keluarga miskin, lengkap beserta nama-nama anggota keluarga Data dan peta kondisi lingkungan, ekonomi, pendidikan, kesehatan, kelembagaan yg ada (kondisi fisik: kwantitatif & kwalitatif, persoalan dan potensi terkait) Dokumen hasil PS
Bukti sosialisasi (berita acara sosialisasi, tanda terima penempelan informasi)
c. Tahapan Orientasi PJM Pronangkis-IPM Tahapan ini pada prinsipnya merupakan media masyarakat untuk mere-orientasi kembali program-program kemiskinan di wilayahnya, dengan lebih memfokuskan pada upaya peningkatan IPM-MDGs di wilayahnya. c.1. Lingkup dan Aspek-Aspek Re-orientasi PJM Pronangkis Lingkup dan aspek-aspek tahapan reorientasi PJM Pronangkis adalah: No
Lingkup
1
Harapan kedepan
2
Klasifikasi Program Kegiatan
Aspek-Aspek Re-Orientasi PJM Pronangkis a. Kelurahan/desa seperti apa yang diharapkan terjadi dalam 5 tahun kedepan b. Program terkait dengan peningkatan kesejahteraan dan pendapatan KK yg pendapatan < 1 $ per hari (detail per nama dan alamat) c. Program terkait dengan penurunan angka anak2 yang tdk menyelesaikan SD (putus sekolah atau tdk sekolah lagi) d. Program Terkait dengan penurunan angka kematian bayi dan ibu hamil e. Program terkait dg peningkatan akses masyarakat ke fasilitas pendidikan dan kesehatan f. Program terkait dgn peningkatan akses masyarakat ke sarana air bersih, sanitasi sehat dan lingkungan permukiman yg sehat dan tertib g. Program terkait dg penurunan jumlah warga yang menderita penyakit malaria, demam berdarah, busung lapar, lumpuh layu, dll h. Program terkait dg keterlibatan wanita dlm prgram dan pembangunan di wilayahnya i. Dll PNPM Mandiri - P2KP
27
Petunjuk Pelaksanaan
No 3
Lingkup Klasifikasi Program
Prioritas
Aspek-Aspek Re-Orientasi PJM Pronangkis a. Program yang segera harus dilakukan m asyarakat b. Program yang dapat diselesaikan dlm waktu 1 thn c. Program yang akan diselesaikan dlm waktu 3 thn
4
Klasifikasi Pem biayaan Program
a. Program-Program yang dapat diselenggarakan dengan swadaya m asyarakat sepenuhnya b. Program-program yang diharapkan dapat disinergis dgn program kelurahan dan Pem da m elalui m ekansim e perencanaan pem bangunan daerah (M usbangdes, dll) c. Program-program yang diharapkan dapat dibiayai dengan swadaya dan sumber dana P2KP d. Program-program yang diharapkan dapat dibiayai dengan swadaya dan akses sum ber dana channeling program e. Dll
c.2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Orientasi PJM Pronangkis Langkah-langkah pelaksanaan orientasi PJM Pronangkis adalah sebagai berikut:
28
No
Waktu
1
Bulan 3, minggu ke-1
Bimbingan kepada Tim Perencanaan Partisipatif untuk pelaksanaan re-orientasi PJM Pronangkis oleh fasilitator
2
Bulan 3, minggu ke-1
Lokakarya perencanaan partisiapatif kelurahan/desa yang dikoordinir oleh BKM
3
Bulan 3, minggu ke-2
Penyusunan draft dokumen PJM Pronangkis oleh Tim Perencanaan Partisipatif
4
Bulan 3, minggu ke-3
Konsultansi dan sosialisasi perencanaan pronangkis di kelurahan/desa (pameran perencanaan partisipatif, bazar, lelang amal penanggulangan kemiskinan)
PNPM Mandiri - P2KP
Kegiatan
Pelaku
Output
Pelaksana: BKM & Tim Perencanaan Tim Fasilitator Partisipatif mampu Peserta : Tim PP melaksanaan rangkaian Pemandu : kegiatan re-orientasi Fasilitator PJM Pronangkis Pelaksana: BKM & • Tersusunnya visi dan Lurah/Kades misi kelurahan untuk Peserta : penanggulangan representatif kemiskinan masyarakat dan • Tersusunnya matriks stakeholders persoalan dan daftar tingkat prioritas kelurahan/desa • Tersusunnya matriks Fasilitator : Tim PP rencana program penanggulangan kemiskinan lengkap dengan target capaian Pelaksana: Tim PP Draft dokumen PJM Peserta : seluruh Pronangkis yang anggota Tim PP menghasilkan daftar Fasilitator : BKM rencana program 3 tahun dan rencana tahunan lengkap dengan klasifikasi sumber pembiayaannya Pelaksana: BKM & • Catatan proses Lurah/Kades usulan/ide/gagasan Peserta : seluruh masyarakat terhadap masyarakat draft yang telah kelurahan yang disusun peduli • KesepakatanFasilitator : Tim PP kesepakatan prioritas program • Daftar rencana pembiayaan program (hasil lelang amal)
Petunjuk Pelaksanaan
No
W aktu
5
Bulan 3, minggu ke-4
Kegiatan
Pelaku
Output
Revisi final dokumen PJM Pronangkis oleh Tim
Pelaksana: BKM & Tim PP
Dokumen Pronangkis
Perencanaan Partispatif & BKM
Peserta : Anggota BKM, UP-UP & Anggota Tim PP
kelurahan/desa
PJM
Fasilitator : Fasilitator sebagai pengendali jaminan kualitas PJM
d.
Tahapan Koordinasi Program PJM Pronangkis Tahapan ini pada prinsipnya merupakan sarana bagi masyarakat, pemerintah kelurahan dan kelompok peduli setempat untuk membangun kesepakatan bersama mengenai sinergi dan harmonisasi prograrmprogram penanggulangan kemiskinan dan pembangunan di wilayahnya dengan berbasis pada aspirasi masyarakat dan upaya peningkatan IPM-MDGs di wilayahnya. d.1. Lingkup dan Aspek-Aspek Koordinasi PJM Pronangkis Lingkup dan aspek-aspek tahapan Koordinasi PJM Pronangkis adalah:
No
Lingkup
Aspek-Aspek Orientasi PJM Pronangkis
1
Koordinasi Program bersama
a. pendapatan KK yg pendapatan < 1 $ per hari (detail per nama dan alamat) b. Integrasi PJM Pronangkis dengan Program-Program non kemiskinan lainnya (sosial, budaya, pelayanan publik, dll) c. Kesepakatan pelaksanaan good governance dalam pelayanan publik untuk peningkatan IPM dan penanggulangan kemiskinan d. Menetapkan Program bersama tingkat kelurahan yang akan diusulkan melalui mekanisme musrenbang dengan berbasis PJM Pronangkis IPM e. Pooling sumber daya untuk mendukung PJM Pronangkis-IPM f. Penyepakatan Tim Pemantau Implementasi PJM Pronangkis-IPM yang melibatkan BKM, relawan, perangkat kelurahan dan kelompok peduli setempat g. dll
2
Integrasi program bersama melalui Musrenbang
a. Kelurahan mengusulkan PJM Pronangkis-IPM sbg program kelurahannya untuk musrenbang b. Kelurahan bersama BKM berpartisipasi aktif dalam UDKP Kecamatan c. Sebagian PJM pronangkis diusulkan kecamatan dan disetujui pemkot/kab dlm APBD-nya
PNPM Mandiri - P2KP
29
Petunjuk Pelaksanaan
d.2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Koordinasi PJM Pronangkis-IPM Adapun langkah-langkah pelaksanaan koordinasi PJM Pronangkis IPM adalah sebagai berikut : No
Bulan ke-4, minggu ke-1
1
2
Bulan ke-4, minggu ke-1
3
Bulan ke-4, minggu ke-1
4
30
Waktu
Bulan ke-4, minggu ke-2
PNPM Mandiri - P2KP
Langkah Kegiatan
Musyawarah warga penyepakatan integrasi PJM Pronangkis sebagai bagian dari program Kelurahan/Desa
Penetapan dan penerbitan surat bahwa PJM Pronagkis yang telah disusun bersama sebagai keputusan kelurahan/desa. Sosialisasi PJM Pronangkis kepada warga masyarakat dan stakeholders kelurahan/desa.
Pemasaran program PJM Pronangkis kepada pemerintah dan sumberdaya lainnya (swasta).
Pelaku
Pelaksana : BKM & Lurah/Kades Fasilitator : Tim Fasilitator
Pelaksana : Lurah/Kades
Output • Adanya kesepakatan untuk mengintegrasikan PJM Pronangkis kedalam program kelurahan/desa • Penetapan Jenis Program Bersama berbasis peningkatan IPM yang akan dijadikan usulan kelurahan melalui Musrenbang • Konsultasi Publik usulan yang akan diajukan ke musrenbang Surat Keputusan Lurah/Kades tentang PJM Pronangkis sebagai program nangkis Kelurahan/Desa
Seluruh masyarakat Pelaksana : Tim PP mengetahui PJM Fasilitator : BKM, Pronangkis sebagai Lurah/Kades keputusan kelurahan/desa
Pelaksana : BKM & UP-UP Fasilitator : Relawan
PJM Pronangkis dapat diakomodir kedalam program pemerintah melalui mekanisme musrenbang kelurahann/desa, kecamatan, forum SKPD dan kabupaten/kota PJM Pronangkis dapat menarik minat swasta untuk memberikan peluang kerjasama dengan pihak swasta dalam penangulangan kemiskinan
Petunjuk Pelaksanaan
e.
Tahap Pengajuan dan Administrasi Pencairan Dana BLM Tahapan kegiatan ini merupakan rangkaian langkah-langkah bagi masyarakat/ BKM yang memenuhi syarat untuk dapat mengakses peluang stimulan BLM e.1. Lingkup dan Aspek-aspek Pengajuan dan administrasi pencairan dana BLM Adapun lingkup dan aspek-aspek kegiatan pengajuan dan administrasi pencairan dana BLM adalah sebagai berikut : No
Lingkup
Aspek-Aspek Pengajuan dan Administrasi Pencairan Dana BLM
1
Pemahaman tentang dana BLM
Sosialisasi tentang esensi dana BLM sebagai stimulan dan pelengkap keswadayaan serta kemandirian masyarakat
2
Transparansi dan akuntabilitas,
Masyarakat paham ketentuan, persyaratan dan mekanisme penyaluran maupun pemanfaatan dan pengelolaan dana BLM
3
Kontrol sosial
Masyarakat paham mekanisme pengajuan proposal maupun pemanfaatan dana yang harus efektif bagi penanggulangan kemiskinan & berorientasi pada pembangunan berkelanjutan
e.2. Langkah-langkah Pengajuan dan Administrasi Pencairan Dana BLM Langkah-langkah pengajuan dan administrasi pencairan dana BLM adalah sebagai berikut : No
Waktu
Langkah Kegiatan
Output Seluruh para pihak yg terkait dalam proses administrasi pencairan dana BLM memiliki persepsi serta pemahaman yang sama tentang tata cara administrasi dan mekanisme pencairan dana BLM. • BKM & UP-UP memiliki kesiapan dalam melakukan proses penyiapan kelengkapan pencairan • Kelengkapan Dokumen Pencairan sesuai tahapan yang akan dicairkan • PJOK mampu memberikan justifikasi kelayakan dokumen pencairan dana BLM yang diusulkan BKM • Dokumen Kelengkapan pencairan diverifikasi PJOK • Permohonan Pembayaran yang dilampiri dok. PJM Pronangkis
Bulan ke-4, minggu ke-3
Coaching Administrasi Pencairan dana BLM P2KP oleh KMW
Pelaksana: KPPN, PJOK, BKM & Relawan Masy. Fasilitator: KMW
Bulan ke-4, minggu ke-3
Penyiapan Berkas Pencairan oleh BKM & UPUP yang difasilitasi oleh fasilitator
Pelaksana : BKM &UP-UP Fasilitator : KMW/Tim Fasilitator
Bulan ke-4, minggu ke-4
Verifikasi kelengkapan Dokumen Pencairan oleh PJOK
Pelaksana: PJOK, BKM & UP-UP Fasilitator: Tim Fasilitator
1
2
3
Pelaku
PNPM Mandiri - P2KP
31
Petunjuk Pelaksanaan
No
Waktu
Bulan ke-5, minggu ke-1
Langkah Kegiatan
Verifikasi Dokumen Pencairan oleh Pej. PK Kab/kota dan Korkot
Pelaku
Output
Pelaksana: PJOK & Pej.PK Kab/Kota
• Pej. PK Kab/kota mampu memberikan justifikasi kelayakan dokumen pencairan dana BLM yang diusulkan BKM • Dokumen Kelengkapan pencairan telah diverifikasi oleh Pej. PK Kab/kota • Pengiriman Dokumen Pencairan ke SNVT Prop
Fasilitator: Korkot 4
Bulan ke-5, minggu ke-1 5
Verifikasi Dokumen Pencairan oleh SNVT PBL Prop. dan TL KMW
Pelaksana:,Pej.PK Kab/kota & SNVT PBL Prop. Fasilitator: KMW
Bulan ke-5, minggu ke-2
Verifikasi oleh KPPN dan penerbitan SP2D
Pelaksana: KPPN, SNVT PBL Prop Fasilitator: KMW
6
f.
• Penerbitan SPM kepada KPPN Kota/Kabupaten untuk membayarkan sejumlah dana langsung ke rekening BKM • KPPN Pembayar di kab/kota menerbitkan SP2D ke Bank Pelaksana dimana KPPN tersebut membuka rekening. • Bank Pelaksana Daerah mentransfer dana BLM ke Rekening BKM sesuai SP2D yang diterima
Tahap Pencairan Dana BLM dan Pengembangan KSM Pada tahap ini masyarakat dan seluruh stakeholder terkait melaksanakan serangkaian kegiatan untuk akses pencairan dana stimulan BLM Pronangkis IPM dan mengelolanya sesuai ketentuan yang diitetapkan P2KP. f.1. Lingkup dan Aspek-aspek Kegiatan Pencairan Dana BLM Lingkup dan Aspek-aspek kegiatan pencairan dana BLM dan pengembangan KSM adalah sebagai berikut : No 1
32
Lingkup Pengembangan KSM
PNPM Mandiri - P2KP
Aspek-Aspek Pencairan Dana BLM dan Pengembangan KSM • BKM, UP-UP dan relawan memfasilitasi masyarakat untuk meningkatkan kapasitas kelompok-kelompok swadaya yang telah ada di tengah masyarakat , memfasilitasi pengembangan kelompok swadaya masyarakat, sesuai dengan status KSM sebagai alat pembelajaran masyarakat dan Pendaftaran keberadaan KSM kepada BKM • Justifikasi kelayakan KSM oleh BKM • Pembelajaran masyarakat untuk membangun KSM sbg sarana seluruh masyarakat membangun kepedulian dan kesatuan sosial, bukan sarana pengkotak-kotakan masyarakat dan bukan sarana untuk sekedar memperoleh pinjaman/bantuan • Kesadaran kritis masyarakat terhadap substansi KSM sebagai Institusi Lokal (local institution) • Masyarakat menerapkan prinsip dan nilai P2KP dalam proses kegiatan pembentukan dan pengokohan peran serta fungsi KSM-KSM
Petunjuk Pelaksanaan
No 2
Lingkup
Aspek-Aspek Pencairan Dana BLM dan Pengem bangan KSM
Pencairan Dana BLM ke KSM dan Pem anfaatan dana oleh anggota KSM
• Desem inasi kaidah um um teknis penyusunan usulan kegiatan KSM oleh BKM /UP-UP • Penyusunan Usulan KSM dan penyam paian usulan KSM tsb ke UP BKM • Verifikasi kelayakan usulan Kegiatan KSM oleh UP-UP BKM sesuai kaidah um um • Penetapan prioritas usulan kegiatan KSM oleh BKM • BKM m enyalurkan dana BLM ke KSM/Panitia sesuai PJM Pronangkis dan prioritas usulan kegiatan • KSM m em anfaatkan dana BLM yang diharapkan m am pu m endorong m eningkatnya IPM -M DGs
f.2. Langkah-langkah Pencairan Dana BLM & Pengembangan KSM Adapun langkah-langkah pencairan dana BLM dan Pengembangan KSM adalah sebagai berikut : No 1
Waktu
Langkah Kegiatan
Pelaku
Bulan ke-5, minggu ke-3
Pencairan dana BLM tahap I ke rekening BKM.
Bulan ke-5, minggu ke-3
Konsultasi Publik Ketersediaan Dana BLM
Pelaksana: KPPN Fasilitator: KMW & PJOK Pelaksana: BKM Fasilitator: Relawan
Bulan ke-5, minggu ke-4
Pelaksanaan Kegiatan dengan BLM Pronangkis Thp 1 (40%)
Pelaksana: UPUP/Panitia/KSM/ Masyarakat Fasilitator: BKM, Lurah dan Relawan
Dapat mulai setelah hasil PS dan menerus
Sosialisasi Konsepsi KSM dan FGD tentang Dinamika Kelompok
Pelaksana: BKM, UP-UP dan Relawan Fasilitator : Tim Fasilitator
Dapat mulai setelah hasil PS dan menerus
Pengorganisasian dan pendaftaran KSM ke BKM
Pelaksana: Masyarakat Fasilitator : BKM, UP-UP, Relawan dan Tim Fasilitator
2
3
4
5
Output • Dana BLM Tahap I (40%) tersedia di rekening BKM • Masyarakat tahu dan paham posisi keuangan BKM dengan cairnya dana BLM pronangkis • Prioritas kegiatan PJM Pronangkis IPM mulai direaliasasi sesuai kesepakatan bersama (jenis program, jadwal, pelaksana, dll) • Masyarakat paham maksud dan tujuan pembentukan KSM • Masyarakat memiliki motivasi kuat untuk membangun atau membentuk KSM sebagai wadah kepentingan bersama • Masyarakat mempraktekan tata cara pembentukan KSM dan/atau melakukan revitalisasi kelompok yang sudah ada menjadi KSM sesuai konsepsi P2KP. • Masyarakat secara mandiri mendaftarkan KSM yang telah dibentuknya ke BKM.
PNPM Mandiri - P2KP
33
Petunjuk Pelaksanaan
No
6
Dapat mulai setelah hasil PS dan menerus
Langkah Kegiatan
Pelaku
Output
Justifikasi kelayakan KSM oleh BKM
Pelaksana : BKM
BKM dan UP BKM mampu melakukan verifikasi kelayakan KSM • Anggota BKM mampu mengambil keputusan secara demokratis mengenai kelayakan KSM
Fasilitator : Tim Fasilitator
7
Dapat mulai setelah hasil PS dan menerus
Diseminasi Kaidah Umum dan bimbingan teknis penyusunan usulan kegiatan KSM
Pelaksana : BKM, UP-UP dan Relawan Fasilitator : Tim Fasilitator
• Anggota BKM, UP-UP dan Relawan memiliki pemahaman dan kemampuan melakukan fasilitasi teknis penyusunan usulan KSM.
8
Dapat mulai setelah hasil PS dan menerus
Proses penyusunan usulan kegiatan oleh KSM berdasarkan PJM Pronangkis
Pelaksana: UP-UP BKM dan Relawan Masyarakat Peserta : KSM-KSM Fasilitator : Faskel & Relawan
• Pengajuan Usulan KSM kpd UP BKM, untuk kegiatankegiatan kepentingan umum (prasarana lingkungan dan permukiman, pelatihan, sosial, dll).
9
Dapat mulai setelah BLM thp 1 mulai dilaksanakan
Proses analisis kelayakan usulan KSM
Pelaksana: BKM & UP-UP Fasilitator : Tim Fasilitator dan Relawan
• Daftar usulan KSM yang layak, yang perlu perbaikan dan yang tidak layak
10
Dapat mulai setelah BLM thp 1 mulai dilaksanakan
Penetapan prioritas usulan yang layak melalui rembug warga dimana yg berkepentingan diundang
Pelaksana: BKM Peserta: Tim Verifikasi, KSMKSM dan Masy. Fasilitator : Relawan
• Daftar urutan prioritas usulan kegiatan • Proposal kegiatan BKM Berdaya Tahap 2 disetujui
Dapat mulai setelah kegiatan dengan BLM thp 1 sudah 95% dilaksanakan
Verifikasi KMW terhadap kinerja tahap sebe-lumnya untuk rekomen-dasi pencairan BLM tahap 2 (60%)
Pelaksana: KMW
• BKM dan masyarakat telah memenuhi persyaratan untuk memperoleh dana BLM tahap berikutnya • Kemajuan fisik kegiatan dan penggunaan dana tahap sebelumnya telah mencapai 95%;
11
34
Waktu
PNPM Mandiri - P2KP
Fasilitator : Tenaga Ahli dan Tim Fasilitator
Petunjuk Pelaksanaan
No 13
Waktu Mulai Minggu Bulan ke-7, minggu ke-3
Langkah Kegiatan Pencairan dana BLM tahap II ke rekening BKM
Pelaku
Pencairan dana ke KSM / Panitia
14
Bulan ke-7, minggu ke-3 dan menerus
Pelaksana : UPBKM Peserta: KSMKSM/Masy Fasilitator : Relawan
Bulan ke-7, minggu ke-3 dan menerus
Pemanfaatan dana oleh KSM/anggota sesuai usulan
Pelaksana : KSM- • KSM
Pelaksana: KPKN • Fasilitator: KMW & PJOK
Fasilitator: Tim Fasilitator dan Relawan Masyarakat
15
g.
Output
•
Dana BLM Tahap II tersedia di rekening BKM Dana diterima oleh KSM/ panitia
Dana dimanfaatkan untuk penanggulangan kemiskinan dan dikelola secara transparan, partisipatif dan akuntabel oleh masing-masing KSM Dana dimanfaatkan untuk penanggulangan kemiskinan dan dikelola secara transparan, partisipatif dan akuntabel oleh masing-masing KSM
Tahap Pelaksanaan Kegiatan dalam PJM Pronangkis berbasis IPM-MDGs Tahap ini pada prinsipnya merupakan media masyarakat, pemerintah kelurahan dan kelompok peduli setempat untuk melakukan sinergi dan harmonisasi program-program penanggulangan kemiskinan dan pembangunan di wilayahnya dengan berbasis pada aspirasi masyarakat dan upaya peningkatan IPMMDGs di wilayahnya secara mandiri dan berkelanjutan. g.1. Lingkup dan Aspek-aspek Pelaksanaan PJM Pronangkis Lingkup dan Aspek-aspek Pelaksanaan PJM Pronangkis berbasis kinerja peningkatan IPM-MDGs adalah sebagai berikut: No 1
2
3
Lingkup Pemberdayaan Masyarakat dan Penguatan Peran serta Kapasitas Pemda Pelaksanaan Kegiatan dengan Pemanfaatan Dana Masyarakat dan Stimulan BLM
Pelaksanaan Kegiatan dengan Sumber Dana Channeling APBD dan Sumber Daya lainnya
Aspek-Aspek Pelaksanaan PJM Pronangkis berbasis IPM-MDGs • Optimalisasi dan efektivitas Komunitas Belajar Kelurahan (KBK) dan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) • Penguatan dan perluasan pelayanan UP-UP BKM • Pelembagaan perencanaan partisipatif oleh Pemda berbasis PJM Pronangkis • Pelaksanaan program-program prioritas dari PJM Pronangkis dengan sumber dana swadaya dan stimulan BLM Pronangkis. • Menggalang/Pooling Sumber Daya Masyarakat dalam rangka perluasan realisasi PJM Pronangkis • BLM Pronangkis untuk kepentingan “marketing sosial” dalam rangka mensosialisasikan PJM Pronangkis ke berbagai pihak untuk akses channeling program • Sosialisasi PJM Pronangkis yang telah ditetapkan sebagai program pemda dalam APBD • Koordinasi dengan Kades/Lurah & LPM/BPD untuk pelaksanaan kegiatan PJM Pronangkis yang telah ditetapkan sebagai program pemda dalam APBD • Monitoring bersama terhadap pelaksanaan kegiatan PJM Pronangkis yang telah ditetapkan sebagai program pemda dalam APBD
PNPM Mandiri - P2KP
35
Petunjuk Pelaksanaan
g.2. Langkah-langkah Pelaksanaan PJM Pronangkis berbasis IPM-MDGs No
Waktu
Langkah Kegiatan
Bulan ke-7, minggu ke-3 dan menerus
Pelaksanaan Kegiatan PJM Pronangkis dengan berbagai sumber daya dan dana (masyarakat, BLM pronangkis, APBD, Swasta, dll
Pelaksana: BKM/UP-UP maupun KSM/Panitia Fasilitator : Tim Fasilitator dan Relawan
Bulan ke-7, minggu ke-3 dan menerus
Monitoring dan Evaluasi
Pelaksana: BKM
1
2
36
Pelaku
PNPM Mandiri - P2KP
Fassilitator : Tim Fasilitator dan Relawan
Output • Minimal 25 % PJM Pronangkis berbasis IPMMDGs dapat terealisasi pada tahun pertama; • Terdapat minimal 30 % wanita dalam penerima manfaat pelayanan sosial • Terdapat minimal 30 % wanita yang menjadi anggota KSM • BKM mampu mengakses channeling ke sumber daya lain maupun pemerintah (APBD) Monitoring bersama terhadap pelaksanaan kegiatan PJM Pronangkis yang bersumber dari dana BLM, APBD maupun pihak lain (swasta)
Petunjuk Pelaksanaan
Rencana Aksi Anti Korupsi Indonesia: Lampiran
3
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri melalui Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (PNPM Mandiri P2KP 2007)
DRAFT KERANGKA I.
Ringkasan Eksekutif
Rencana Aksi Anti Korupsi PNPM Mandiri P2KP bertujuan mengidentifikasi risiko korupsi dan langkahlangkah penanganan di luar sistem pengendalian baku yang diterapkan oleh Bank. Rencana Aksi ini (i) memetakan risiko potensial korusi; dan (ii) menyajikan kegiatan program untuk menangani risiko tersebut dalam bentuk Rencana Aksi. Proyek tersebut mengikuti suatu pendekatan pembelajaran dan pengalaman pelaksanaan akan secara terus menerus dimasukkan dalam proses pelaksanaan. Rencana Aksi Anti Korupsi harus dilihat sebagai titik tolak dan bukan suatu daftar lengkap dari semua langkah-langkah mitigasi. Pemetaan Korupsi: Matriks tersebut yang dicantumkan dalam rencana aksi ini mengidentifikasi beberapa risiko potensi korupsi dan merumuskan beberapa langkahlangkah penanggulangan yang sesuai yang telah disetujui oleh Instansi Penanggungjawab dari Pemerintah Indonesia, yakni Departemen Pekerjaan Umum (PU) (lihat tabel di bawah ini: Matriks Pemetaan Korupsi). Latihan pemetaan tersebut diulangi selama jangka waktu proyek untuk memasukkan inovasi dan pelajaran yang dapat diperik. Rencana Aksi: Strategi anti korupsi telah dikembangkan untuk dua lembaga yang berbeda, yakni satu pada tingkat pusat (melibatkan PU sebagai Instansi Penanggungjawa), dan satu lagi pada tingkat masyarakat (aebagai penerima mamfaat Proyek sebagaimana juga sebagai satuan pelaksana sub proyek). Partisipasi dan pemberdayaan tingkat masyarakat merupakan hal yang penting bagi keberhasilan proyek. Secara bersama-sama, faktor
tersebut akan memberi inspirasi akuntabilitas yang lebih besar serta pengaturan (governance) yang lebih baik. Proyek ini memberdayakan masyarakat (penerima mamfaat proyek ini) untuk mengelola secara resmi sub proyek tersebut dan bertanggungjawab terhadap kualitas teknis hasil dan keluaran pada tingkat Kelurahan. Disain proyek tersebut menggabungkan sosialisasi secara cermat dan teknik pengelolaan yang transparan sehingga memungkinkan partisipasi dan pemberdayaan yang diperlukan. Partisipasi aktif dari anggota masyarakat diperlukan dalam perencanaan dan pengembangan sub proyek. Selain itu, program tersebut memberikan dana yang disalurkan secara langsung kepada masyarakat, yakni ke rekening BKM dalam kasus Hibah Kelurahan dan ke rekening bersama Dinas/BKM dalam hal program penanggulangan kemiskinan terpadu atau PAKET (Poverty Alleviation Partnership Grant). Bila penerima mamfaat memenuhi persyaratan yang ditentukan, dana dikirim dari Rekening Khusus dalam beberapa hari. Format baku dan sederhana digunakan untuk mencatat dan melaporkan penggunaan dana. Penyederhanaan ini mengurangi perlunya ketrampilan khusus yang juga membuat sistem lebih transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Melalui partisipasi aktif, lebih besar kemungkinan masyarakat menginginkan pelayanan dari pemerintah kota dan menjamin bahwa sumberdaya diperuntukkan bagi pengelolaan yang efektif dan meningkatkan kesejahteraan mereka yang dapat dipertanggungjawabkan. Beberapa aspek paling penting dari rencana aksi anti korupsi dapat dirumuskan ke dalam lima unsur kunci berikut. Penyokong masing-masing unsur tersebut adalah proses konsultatif secara cermat yang menjamin partisipasi dan pemberdayaan.
PNPM Mandiri - P2KP
37
Petunjuk Pelaksanaan
A) Peningkatan Keterbukaan dan Transparansi. Program tersebut akan mengambil langkah keterbukaan Bank yang baru yang selangkah lebih maju dengan menyederhanakan materi yang disajikan dan membuatnya selalu tersedia melalui pusat informasi publik. Informasi yang menonjol akan disediakan bagi masyarakat dengan caracara lain, termasuk pertemuan publik dan papan pengumuman. Langkah-langkah khusus mencakup, tapi tidak terbatas pada:
•
Pemberian informasi kepada masyarakat mengenai rencana dan jadwal (serta pemutakhirannya) pengadaan tahunan, dokumen pelelangan dan permintaan proposal.
•
Pemberian informasi kepada semua penawat mengenai ringkasan evaluasi dan perbandingan penawaran, proposal, tawaran, dan penawaran harga, setelah penawar yang berhasil diumumkan.
•
Pemberian informasi mengenai laporan audit.
B) Pengawasan Masyarakat Madani. Program tersebut mengakui bahwa pengawasan yang lebih besar oleh masyarakat madani mungkin mengurangi risiko korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Program tersebut melibatkan tingkat partisipasi formal yang tinggi oleh kelompok masyarakat di daerah penerima mamfaat, sektor swasta, dan pemimpin tradisional/adat dan pemimpin agama, melalui pemantauan proyek/ hasil akhir, keanggotaan panitia tender, dan evaluasi kualitas penyediaan jasa/produk yang dibeli. LSM yang ada dan organisasi sosial masyarakat lainnya akan dilibatkan dalam berbagai cara, antara lain: i) melalui partisipasi dalam lokakaraya regional; ii) sebagai nara sumber kunci untuk pengembangan CDP bila memungkinkan; iv) sebagai evaluator ad-hoc; dan v) sebagai penyedia pelatihan untuk bidang ketrampilan tertentu. C) Penanggulangan Kolusi, Pemalsuan & Nepotisme. Peluang kolusi dan pemalsuan ada dalam setiap proyek. Namun, karena tema pusat proyek ini pengaturan yang lebih meningkat dan responsif, banyak risiko yang mungkin tersebut ditanggulangi sebagai hasil dari rancangan tersebut. Pengadaan yang transparan dan diiklankan dengan baik di bawah program ini dengan pengawasan yang tepat akan mengurangi jenis korupsi ini. Prosedur audit dan pengadaan
38
PNPM Mandiri - P2KP
tambahan diusulkan seperti pengawasan oleh bantuan teknis dan pengembangan kapasitas tenaga ahli pengadaan dan keuangan dipetakan untuk masing-masing wilayah. Pada tingkat pusat, akan ada sebuah komite yang dibentuk untuk mengevaluasi secara teratur kinerja konsultan yang dikontrak di bawah proyek ini, dan menyebarluaskan hasilnya kepada pihak teknis terkait. Kasus kolusi, pemalsuan dan nepotisme akan dilaporkan langsung kepada instansi yang berwenang sesuai peraturan Indonesia, yakni kantor kejaksaan. Dalam kasus kolusi, pemalsuan dan nepotisme dalam masyarakat, kasus tersebut pertama akan dilaporkan, dibahas dan diputuskan pada Rembug Warga sebelum mengajukannnya kepada ke kejaksaan. Pengalaman pada proyek CDD menunjukkan bahwa banyak risiko dapat ditanggulangi dengan ancaman dan penggunaan sanksi berbasis masyarakat seperti yang digunakan di bawah P2KP 2 dan 3. D) Mekanisme Penanganan Keluhan. Prosedur penanganan keluhan seperti yang dirumuskan dalam Keppres 80/2003 akan diikuti dengan ketat dengan menugaskan pejabat yang berwenang yang bertanggungjawab mengelola database keluhan dan tindak lanjut. Sementara program tersebut dirancang untuk mendorong penyelesaian keluhan melalui saluran resmi, sebagaimana juga tekanan publik, dalam beberapa kasus elit lokal mungkin menyalahgunakan kekuasaan dan kegiatan program. Untuk kasus tersebut, sistem alternatif telah dibentuk melalui suatu mekanisme umpan balik pada tingkat nasional. Satu satuan khusus ditunjuk untuk menangani keluhan akan ada pada KMP dan KMW. Satuan penanganan keluhan akan menyelidiki dan memfasilitasi penyelesaian keluhan dan masalah. Database keluhan, tindak lanjut yang dilakukan, dan sanksi yang diterapkan akan diumumkan untuk meningkatkan keterlibatan peserta dan meningkatkan kemungkinan protes yang dipendam, sehingga meningkatkan biaya sosial penyalahgunaan dana. Mekanisme ini menangani keluhan agar menjadi perhatian. Keluhan ini akan dilaksanakan secara profesional dan tepat waktu, dan tanpa risiko pembalasan kepada ‘orang yang menghembuskan keluhan’ tersebut ke masyarakat. Mekanisme penanganan keluhan di bawah proyek ini juga memberikan akses yang lebih luas bagi masyarakat untuk meningkatkan dan memantau keluhan melalui pembentukan alamat surat untuk keluhan, yang akan dipajang pada papan pengumuman kelurahan.
Petunjuk Pelaksanaan
Sanksi & Perbaikan. Sanksi dan perbaikan yang jelas merupakan langkah penting untuk memerangi korupsi. Seperti sudah dilaksanakan pada P2KP 1, 2 dan 3, program ini memiliki tolerenasi yang rendah terhadap korupsi. Masyarakat didorong untuk mengenakan sanksi kepada warga yang menyalahgunakan kekuasaan yang telah mereka percayakan kepada mereka. Terdapat bukti bahwa sanksi semacam itu dapat lebih mudah dilaksanakan dan lebih efektif daripada naskah hukum yang panjang lebar, khususnya dalam kasus korupsi yang lebih kecil. Proyek tersebut tidak mengakui vigilantisme atau sanksi masyarakat yang ekstrim, tapi dalam banyak kasus masyarakat dapat mencapai penyelesaian yang bersahabat tanpa mengambil sistem legal yang lambat dan berat (lihat kotak sebagai contoh). Disebutkan, sanksi formal juga mungkin diterapkan. Sebagai contoh, pejabat (pemerintah, non-pemerintah, dll), anggota masyarakat, atau entitas sektor swasta yang terlibat dalam proyek tersebut dapat dilaksanakan jika tersedia bukti yang memadai. Dalam semua kontrak pengadaan, bukti korupsi, kolusi atau nepotisme akan menyebabkan pemutusan kontrak terkait, mungkin dengan tambahan penalti yang dikenakan (seperti denda, masuk daftar hitam, dll) sesuai dengan peraturan Bank dan Pemerintah. Penarikan dana dari Rekening Khusus proyek kepada BKM akan ditangguhkan dalam kasus dimana diduga terjadi penyalahgunaan dana. Pada skala yang lebih luas, seluruh kota mungkin tidak
Bidang Pemetaan Korupsi PENGADAAN Kapasitas Pimpro dan Panitia Tender/ Evaluasi
Tingkat Risiko MEDIUM (Pusat)
diikutsertakan dalam fase berikutnya bila diduga penyalahgunaan dana terjadi secara luas pada kota tersebut. Informasi mengenai kasus yang berhasil, dimana pelajaran dapat dipetik dan dana dikembalikan, akan disebarluaskan.
Kotak 1: Contoh tipikal aksi masyarakat memerangi korupsi Dalam satu kasus baru-baru ini masyarakat memutuskan untuk menahan sepeda motor milik bendaharawan lokal sebagai jaminan sampai dana yang hilang (Rp 3 juta atau $375) dipertanggungjawabkan dan dikembalikan. Ini jauh lebih cepat daripada mengadukannnya ke aparat hukum yang mungkin membutuhkan biaya lebih besar daripada jumlah yang hilang dan membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk menyelesaikannnya.
II.
Matriks Pemetaan Korupsi
Pembatasan terjadinya korupsi dalam proyek ini dimulai dengan mengidentifikasi area risiko yang potensial – ini disebut pemetaan korupsi. Pemetaan korupsi ini dan identifikasi peluang korupsi akan diulang sekurangkurangnya setiap enam bulan sejalan dengan kemajuan proyek dan pelajaran yang dipetik.
Peluang Korupsi Penilaian yang tidak independen dalam proses evaluasi konsultan. Keputusan cenderung bias terhadap konsultan sesuai “yang diinstruksijab” oleh pejabat yang lebih tinggi atau pihak lain.
Aksi Penanggulangan - Profesional independen termasuk sebagai bagian dari tim evaluasi proposal konsultan - Pengembangan kapasitas untuk semua pelaku yang terlibat dalam pengadaan, termasuk sertifikasi staf sesuai dengan Keppres 80/2003 - Pengembangan Petunjuk Pengelolaan Proyek untuk merampingkan semua prosedur dan mekanisme sanksi/penanganan keluhan
PNPM Mandiri - P2KP
39
Petunjuk Pelaksanaan
Bidang Pem etaan Korupsi Evaluasi Proposal
Tingkat Risiko M EDIUM
Penentuan Pem enang Kontrak
M EDIUM
Peluang Korupsi
Aksi Penanggulangan
- Penundaan proses evaluasi yang akan menguntungkan konsultan (tertentu) - Proposal ditolak karena alasan yang tidak terkait dengan kapasitas konsultan dalam melaksanakan jasa tersebut - Skor teknis yang cukup signifikan tinggi diberikan kepada konsultan “yang lebih disukai” sehingga tidak ada konsultan lain mengalahkan proposal mereka tanpa mem perdulikan biaya, yang dapat m enghasilkan biaya yang tinggi - Inform asi palsu m engenai yang diberikan oleh konsultan
- Rencana Pengadaan, dengan jangka waktu yang jelas, akan m engikat dalam Kesepakatan Legal, dan akan ditetapkan sebagai dasar untuk pengadaan apapun. - Bank akan m enyatakan pengadaan yang tidak sesuai (m isprocurement) untuk perpanjangan validitas proposal yang tidak beralasan - Prosedur QCBS dengan pagu anggaran akan diikuti - Taksiran anggaran untuk m asing-masing paket kontrak akan didasarkan pada pengalam an aktual yang ditentukan melalui survei ekstensif paket yang sejenis yang dilaksanakan pada P2KP 1 dan 2
- Panitia m ungkin m em anggil calon pemenang dan bernegosiasi nilai kontrak - Kolusi dan nepotism e dalam penentuan pem enang kontrak
- TOR akan dirancang agak saklek (kaku)
- M ewajibkan pengum um an pem enang kontrak
Kualitas pelayanan yang diberikan
M EDIUM
Perencanaan pengadaan, term asuk satu untuk sub proyek
M EDIUM
Risiko mengam bil keuntungan dan mark up anggaran
- Peninjauan wajib oleh Bank terhadap perencanaan pengadaan, dan pengum um an rencana pengadaan pada ranah publik, term asuk nilai kontrak
Pengadaan secara um um
M EDIUM
Risiko mengam bil keuntungan, praktik kolusi untuk “mem berikan” kontrak kepada konsultan “yang lebih disukai”, dan kualitas pelayanan yang lebih rendah
- Peningkatan keterbukaan informasi, penanganan keluhan, dan sanksi seperti dirum uskan dalam Keppres 80/2003 - Peningkatan kapasitas pejabat yang terlibat dalam pengambilan keputusan tentang pengadaan, term asuk m erekrut konsultan - Peningkatan sistem pengendalian (internal dan eksternal) termasuk keterlibatan profesional anggota masyarakat dalam pengam bilan keputusan tentang pengadaan - Pengem bangan M anual Proyek - M emperketat pengawasan Bank
40
PNPM Mandiri - P2KP
- Pelayanan yang diberikan lebih rendah kualitasnya daripada yang ditentukan dalam KAK (TOR), dan pejabat m ungkin mengam bil keuntungan melalui perbedaan tersebut - Perubahan siginifikan staf kunci konsultan pada tahap awal penugasan - Pengawasan yang rendah secara internasional dan mengam bil keuntungan dari konsultan
- Keterlibatan pengawasan m asyarakat m adani dan konsultan pengawas (sebagai contoh: KMP dalam kasus KMW, dan EC dalam kasus KM P) dalam pem eriksaan jasa yang telah diberikan - Penajaman m ekanism e penanganan keluhan - Keterlibatan kelompok masyarakat dalam pem antauan kualitas hasil (deliverable) konsultan - M em berlakukan sistem ganjaran dan hukum an seperti dirum uskan dalam Keppres 80/2003
Petunjuk Pelaksanaan
Bidang Pemetaan Korupsi PENGELOLAAN PROGRAM Daftar final staf CPMU, PMU dan PIU dengan (i) pengalamannya dalam menangani proyek yang didanai donor, dan (ii) sejarah pengelolaan proyek atau pelatihan bendaharawan yang diikuti
Tingkat Risiko
MEDIUM
Publikasi Laporan Audit
MEDIUM
Mekanisme Akuntabilitas Lokal
MEDIUM
Peluang Korupsi
Aksi Penanggulangan
- Risiko kapasitas staf - Kriteria dan indikator kinerja Pimpinan Proyek, CPMU, PMU dan PIU yang Bendaharawan, staf perencana, staf pengadaan, tidak memadai. staf keuangan dan monev (monitoring dan evaluasi). Staf CPMU, PMU dan PIU disepakati oleh Bank telah dimasukan dalam PMM dan akan digunakan sebagai dasar peninjauan kinerja tahunan staf yang relevan - Ketentuan POM sebagai pedoman bagi pelaksanaan proyek. - Ketentuan Pengelolaan Proyek Pemerintah, Kebendaharaan dan pelatihan POM untuk staf CPMU, PMU dan PIU. - Pelatihan tahunan yang disepakati oleh Bank mengenai staf CPMU, PMU dan PIU. Risiko ketidaktersediaan Instansi pelaksana akan (dan Bank Dunia dapat) informasi mengenai mengumumkan segera setelah menerima laporan kemajuan dan hasil akhir audit yang disusun sesuai dengan pelaksanaan proyek kesepakatan pinjaman/kredit, dan semua (termasuk penyalahgunaan, tanggapan formal pemerintah. praktik kolusi dan nepotisme, jika ada). Tidak adanya pengalaman - Disain proyek mencakup pengawasan dan setempat mungkin supervisi untuk menekan risiko tersebut. menyebabkan kasus - BKM akan bertemu secara reguler untuk penyalahgunaan dalam membuat keputusan kolektif mengenai isu masyarakat. strategis, dan meninjau rekening UPK berkenaan dengan penggunaan dana. BKM juga akan melaksanakan pertemuan tahunan dengan masyarakat umum untuk mempertanggungjawabkan kegiatannya sepanjang tahun tersebut. - Keuangan BKM akan diaudit setiap tahun oleh akuntan setempat. Hasil audit akan dilaporkan kepada masyarakat pada rapat pertanggungjawaban akhir tahun BKM. Idealnya, masing-masing BKM harus dikunjungi sekurangkurangnya dua kali per tahun oleh KMP. - Untuk meningkatkan kualitas supervisi konsultan di bawah proyek tersebut, fasilitator diminta untuk memeriksa secara teratur pembukuan BKM dan UPK. Mereka juga perlu menandatangani dan membuat “pernyataan representasi” secara teratur, yang menegaskan bahwa mereka memeriksa pembukuan tersebut dan menganggapnya memuaskan. KMW pada tingkatan yang lebih tinggi akan memeriksa secara acak pernyataan fasilitator dan juga akan diminta menandatangani dan membuat pernyataan yang sama. Mekanisme untuk memeriksa dan menerapkan sanksi akan dikembangkan untuk mereka yang membuat pernyataan yang salah (sanksi mungkin mencakup pemisahan pekerjaan).
PNPM Mandiri - P2KP
41
Petunjuk Pelaksanaan
Bidang Pemetaan Korupsi PARTISIPASI MASYARAKAT Diseminasi secara terbatas informasi mengenai program
42
Tingkat Risiko
Peluang Korupsi
Aksi Penanggulangan
RENDAH
Informasi dibatasi pada peredarannya atau diberikan hanya pada kelompok tertentu sehingga proposal yang tidak layak mungkin terjadi
Sosialisasi akan dilaksanakan melalui rapat, lokakarya, dan focus group discussions pada tingkat kelurahan, kecamatan, kota dan provinsi. Sosialisasi tersebut juga mencakup kampanye melalui spot surat kabar dan program radio. Strategi sosialisasi dipicu untuk membuat masyarakat sadar mengenai tujuan proyek, dan aturan dan peraturannya. Ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa stakeholders mengetahui bahwa peran dan tanggung jawab mereka, dan bagaimana membuat masing-masing bertanggungjawab terhadap tindakan mereka.
Pemilihan anggota BKM
RENDAH
Proses keanggotaan BKM yang tidak transparan sehingga menyebabkan rendahnya integritas
Proses pemilihan anggota BKM akan dilaksanakan melalui proses pemilihan yang transparan dan adil, dengan partisipasi siginifikan dari anggota masyarakat
Penyaluran dana
MEDIUM
Mengambil keuntungan untuk pejabat pemerintah
Dana NCEP-P2KP ditujukan langsung kepada masyarakat, yakni rekening BKM. Bila penerima mamfaat memenuhi persyaratan yang ditentukan, mengikuti permintaan dari PJOK (setelah verifikasi oleh Konsultan Manajemen Wilayah), dana dikirim dari Rekening Khusus dalam beberapa hari. Prosedur, ukuran dan kriteria untuk merumuskan hibah, kriteria eligibilitas untuk penerima mamfaat, dan kondisi untuk penarikan semua disederhanakan dan dirumuskan di depan untuk menjamin bahwa stakeholders dapat memahaminya dengan mudah. Untuk Hibah Kelurahan, persyaratan penarikan dana kepada BKM terkait dengan kinerja bukannya input, dengan penarikan pertama 20% berdasarkan penyelesaian secara memuaskan Rencana Pengembangan Masyarakat BKM; penarikan kedua 50% berdasarkan indikator penggunaan dana dan pengelolaan keuangan yang memuaskan, dan penarikan ketiga 30% berdasarkan indikator kesinambungan BKM. Karena masyarakat mengetahui berapa banyak mereka harus terima, maka seharusnya akan lebih sulit bagi pejabat untuk mengambil keuntungan.
Pelaksanaan investasi sub proyek
MEDIUM
Penyalahgunaan dana oleh BKM dan KSM
KSM diminta untuk menyusun dan mengajukan laporan mengenai kemajuan dan penggunaan dana proyek ke BKM. Semua informasi keuangan dibuat tersedia untuk publik dan ditampilkan di kelurahan. Berita acara, status keuangan bulanan BKM, dan nama dan nilai proposal yang didanai ditempelkan pada papan pengumuman yang diletakkan di sekitar kelurahan. Kebebasan pelaku dibatasi dengan menetapkan aturan bahwa semua transaksi keuangan memerlukan sekurang-kurangnya tiga tanda tangan, dua dari anggota BKM terpilih dan satu dari KMW. Untuk pembelian di atas Rp 15 juta, proyek meminta BKM untuk melaksanakan penawaran terbatas dimana penawaran harus terbaca di publik. Untuk pembelian yang lebih kecil, pembelian harus dilaksanakan oleh dua orang yang akan meminta penawaran dari pemasok lokal. Keuangan BKM akan diaudit setiap tahun oleh akuntan setempat. Hasil audit akan dilaporkan kepada masyarakat pada rapat pertanggungjawaban akhir tahun BKM.
PNPM Mandiri - P2KP
Petunjuk Pelaksanaan
Lampiran
4
Indikator Kinerja PNPM P2KP 2007 Target Indikator
Lokasi P2KP-3 1726 kelurahan
Total
Tahun ke-1 (2007)
Tahun ke-2 (2008)
Lokasi lama Lokasi Baru (P2KP 1 & 2) 2674 kelurahan 2873 kelurahan
INDIKATOR DAMPAK 1) % masyarakat miskin di kelurahan sasaran menerima manfaat dan peningkatan pelayanan dari PNPM-P2KP
30%
50%
20%
30%
30%
- % penerima manfaat pinjaman bergulir dapat meningkat pendapatannya
30%
50%
0
20%
20%
80%
80%
80%
80%
80%
30%
70%
10%
30%
30%
80%
80%
80%
80%
80%
70%
70%
70%
70%
70%
30%
50%
10%
30%
30%
30%
30%
30%
30%
30%
30%
30%
30%
30%
30%
20%
30%
20%
25%
25%
25
25
25
25
25
30%
30%
30%
30%
30%
20%
20%
20%
20%
20%
20%
50%
5%
25%
25%
20%
30%
20%
25%
25%
50%
90%
-
40%
40%
- % kelurahan sasaran dimana prasarana dan sarana infrastruktur yang dibangun masyarakat 20% lebih murah dibandingkan dengan yang dibangun dengan pola yang tidak berbasis masyarakat (non community based) serta sesuai dengan kebutuhan masyarakat (sesuai PJM Pronangkis) - % kelurahan sasaran dengan dana bantuan hibah (dana social) berkelanjutan - Tingkat kepuasan dari penerima manfaat dengan perbaikan pelayanan 2) % BKM yang terbentuk representatif, efektif, dan partisipatif dalam operasionalnya 3) % pemerintah kota/ kab. yang berpartisipasi pada pelaksanaan PNPM-P2KP dapat menyediakan sumber daya untuk pemantauan, kemitraan, ataupun channeling untuk melaksanakan PJM Pronangkis
INDIKATOR HASIL DARI MASING-MASING KOMPONEN PROYEK Komponen 1 : Pemberdayaan Masyarakat: a) % Penduduk berpartisipasi pada serangkaian proses musyawarah warga selama pelaksanaan PNPM-P2KP b) % kelompok marjinal dan wanita yang berpartisipasi di dalamnya c) % Penduduk kelurahan yang paham program dan tujuannya d) Jumlah relawan setiap kelurahan e) % Penduduk Dewasa yang berpatisipasi memilih dalam Pemilihan BKM f) % Wanita yang terpilih sbg anggota BKM g) % PJM Pronangkis yang terealisir/ diimplementasikan h) % Penduduk yang paham PJM Pronangkis i) % BKM forum terbentuk dari total pemerintah daerah berpartisipasi dalam P2KP
PNPM Mandiri - P2KP
43
Petunjuk Pelaksanaan
Target
Total
Tahun ke-1 Tahun ke-2 (2007) (2008)
Lokasi P2KP-3 1726 kelurahan
Lokasi lama (P2KP 1 & 2) 2623 kelurahan
Lokasi Baru 2911 kelurahan
30%
60%
20%
35%
35%
70%
70%
70%
70%
70%
20%
30%
-
15%
15%
(2) % wanita sebagai penerima manfaatnya
30%
30%
-
30%
30%
c) % kelurahan dengan tingkat pengembalian (repayment rates) dana bergulir di atas 90%
70%
70%
-
70%
70%
d) (1) % Keluarga Miskin yang Menerima Bantuan Dana Hibah (program sosial)
10%
15 %
10%
10%
10%
30%
30%
30%
30%
30%
10%
20%
-
10%
10%
30%
30%
30%
30%
30%
a) % BKM yang menyelesaikan audit keuangan tahunan
50%
80%
-
40%
40%
b) % KMW yang menyampaikan data akurat secara tepat waktu melalui SIM
90%
90%
90%
90%
c) % lokasi sasaran penerima bantuan teknis
90%
90%
90%
90%
Indikator
Komponen 2: Bantuan Langsung Masyarakat: a) (1) % keluarga miskin yang menerima manfaat dari pembangunan infrastruktur (2) % hasil pembangunan infrastruktur berkualitas tinggi b) (1) % keluarga miskin yang telah mengakses dana bergulir
(2) % wanita sebagai penerima manfaatnya e) % BKM yang Menerima Bantuan Dana dari sumber lain f) % wanita sebagai anggota KSM Komponen 4: Dukungan/Bantuan Teknis
44
PNPM Mandiri - P2KP
90%
90% 90%
Petunjuk Pelaksanaan
Lampiran
No 1
5
Daftar Lokasi Sasaran PNPM Mandiri P2KP Tahun 2007
Provinsi SUMATERA UTARA
Kabupaten Kab. Labuhan Batu Kab. Asahan Kab. Simalungun Kab. Dairi Kab. Karo Kab. Deli Serdang
Kab. Langkat
Kota Sibolga
Kota Tanjung Balai
Kota Tebing Tinggi
Kota Medan
Kota Padang Sidempuan
JML KEL P2KP Rantau Selatan 8 Kisaran Barat 2 Tanjung Balai 6 Siantar 8 Sidikalang 14 Kabanjahe 8 Tanjung Morawa 14 Percut Sei Tuan 2 Beringin 4 Lubuk Pakam 2 Stabat 3 Sei Lepan 6 Babalan 2 Sibolga Utara 2 Sibolga Kota 2 Sibolga Selatan 7 Datuk Bandar 6 Sei Tualang Raso 4 Teluk Nibung 5 Tg. Balai Utara 5 Padang Hulu 6 Rambutan 10 Padang Hilir 2 Medan Tuntungan 3 Medan Johor 1 Medan Denai 1 Medan Area 3 Medan Kota 1 Medan Maimun 2 Medan Sunggal 1 Medan Barat 1 Medan Timur 6 Medan Perjuangan 2 Medan Deli 1 Medan Labuhan 4 Medan Marelan 1 Medan Belawan 4 Medan Tembung 7 Padangsidimpuan Tenggara 3 Padangsidimpuan Selatan 6 Padangsidimpuan Utara 2 Kecamatan
JML KEL NON P2KP 1 11 13 2 5 8 17 7 9 4 4 2 2 3 1
4 1 4 4 5 5 5 6 4 3 4 4 5 5 2 3 2 15 4 9
PNPM Mandiri - P2KP
TOTAL KEL. 9 13 6 21 16 13 22 19 11 11 7 10 2 4 4 7 9 5 5 5 10 11 6 7 6 6 8 7 6 4 5 10 7 6 6 4 6 7 18 10 11
45
Petunjuk Pelaksanaan
No 2
Provinsi NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Kabupaten Kab. Aceh Barat Kab. Kab. Kab. Kab. Kota
Aceh Jaya Aceh Tenggara Gayo Lues Nagan Raya Banda Aceh
Kota Langsa
Kota Lhokseumawe Kota Sabang 3
SUMATERA BARAT
Kota Padang
Kota Sawah Lunto
Kota Padang Panjang Kab. Agam
Kab. Kepulauan Mentawai Kab. Lima Puluh Koto Kab. Kab. Kab. Kota
Pesisir Selatan Sawahlunto/Sijunjung Solok Bukittinggi
Kota Payakumbuh
4
JAMBI
Kota Pariaman Kab. Kerinci Kota Jambi
Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab.
46
PNPM Mandiri - P2KP
Batang Hari Bungo Merangin Muaro Jambi Sarolangun Tanjung Jabung Barat Tanjung Jabung Timur
Kecamatan Johan Pahlawan Meureubo Jaya Babus-Salam Blang Kejeran Kuala Baiturrahman Banda Jaya Jaya Baru Kuta Alam Kutaraja Lueng Bata Meuraxa Syiah Kuala Ulee Kareng Langsa Barat Langsa Kota Langsa Timur Banda Sakti Blang Mangat Sukajaya Sukakarya Lubuk Begalung Padang Selatan Padang Timur Silungkang Lembah Segar Barangin Padang Panjang Barat Padang Panjang Timur Baso Kamang Magek Matur Palembayan Palupuh Tanjung Mutiara Sipora Akabiluru Payakumbuh Iv Jurai Sijunjung X Koto Singkarak Guguk Panjang Aur Birugo Tigo Baleh Payakumbuh Barat Payakumbuh Timur Payakumbuh Utara Pariaman Tengah Sungai Penuh Kota Baru Jelutung Pasar Jambi Danau Teluk Pelayangan Muara Bulian Muara Bungo Bangko Sekernan Sarolangun Tungkal Ilir Mendahara
JML KEL P2KP 21 26 48 20 32 55 10 10 9 11 6 9 16 9 9 14 13 24 18 22 10 8 4 3 1 4 5 3 4 4 1 1 5 2 1 2 10 4 7 4 8 8 4 4 4 2 2 10 12 1 2 1 4 2 16 9 8 8 16 8 8
JML KEL NON P2KP
6 9 7 1 6 7 3 4
3 4 13 6 19 19 19 6 5 2 1 4
TOTAL KEL. 21 26 48 20 32 55 10 10 9 11 6 9 16 9 9 14 13 24 18 22 10 8 10 12 8 5 11 10 7 8 1 1 5 2 1 2 10 4 7 4 8 8 7 8 17 8 21 29 31 7 7 3 5 6 16 9 8 8 16 8 8
Petunjuk Pelaksanaan
No 5
Provinsi RIAU
Kabupaten Kab. Bengkalis Kab. Indragiri Hilir Kab. Pelalawan
6
KEPULAUAN RIAU
Kab. S I A K Kab. Karimun
Kota Tanjung Pinang 7
SUMATERA SELATAN
Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Muara Enim Kab. Banyuasin Kab. Lahat Kota Palembang
Kota Prabumulih Kota Pagar Alam Kota Lubuk Linggau
8
BENGKULU
Kab. Bengkulu Selatan Kab. Rejang Lebong Kab. Bengkulu Utara
Kab. Kaur Kab. Seluma
Kota Bengkulu
Kecamatan Bengkalis Tembilahan Tembilahan Hulu Pangkalan Kerinci Ukui Siak Karimun Meral Tebing Bukit Bestari Tanjung Pinang Kota Batu Raja Barat Muara Enim Banyuasin III Betung Lahat Ilir Barat II Gandus Seberang Ulu I Seberang Ulu II Kertapati Kemuning Plaju Ilir Barat I Bukit Kecil Ilir Timur I Ilir Timur Ii Sako Sukarami Prabumulih Timur Prabumulih Barat Pagar Alam Selatan Lubuk Linggau Barat I Lubuk Linggau Barat II Lubuk Linggau Selatan I Lubuk Linggau Selatan II Lubuk Linggau Timur I Lubuk Linggau Timur II Lubuk Linggau Utara I Lubuk Linggau Utara II Kota Manna Curup Air Napal Arga Makmur Ketahun Lais Padang Jaya Pagar Jati Pondok Kelapa Putri Hijau Taba Penanjung Talang Empat Kaur Selatan Seluma Semidang Alas Semidang Alas Maras Sukaraja Talo Selebar Gading Cempaka Teluk Segara Muara Bangka Hulu
JML KEL P2KP 8 7 4 4 4 8 4 2 2 5 2 8 8 16 13 42 3 3 4 7 5 6 3 1 3 5 6 2 4 4 4 7 8 3 3 4 2 3 5 8 9 12 14 5 2 2 9 17 5 1 3 8 19 5 2 16 16 4 2 11 2
JML KEL NON P2KP
3
4 2 6 1 3 5 3 5 6 4 5 3 2 2 3 5 4 5 5 5 4 9 3 42
2 18 12 2
PNPM Mandiri - P2KP
TOTAL KEL. 8 7 4 4 4 8 4 2 2 5 2 11 8 16 13 42 7 5 10 7 6 6 6 6 6 10 12 6 9 7 6 9 11 8 7 9 7 8 9 9 11 51 12 14 5 2 2 9 17 5 1 3 8 19 5 2 16 16 6 20 23 4
47
Petunjuk Pelaksanaan
No 9
Provinsi LAMPUNG
10
BANGKA BELITUNG
Kabupaten Kab. Kab. Kab. Kota
Lampung Utara Lampung Selatan Tanggamus Bandar Lampung
Kab. Bangka Kab. Belitung Kab. Bangka Barat Kab. Bangka Tengah Kab. Belitung Timur Kota Pangkal Pinang
11
DKI JAKARTA
Kota Jakarta Selatan
Kota Jakarta Timur
Kota Jakarta Pusat
Kota Jakarta Barat
Kota Jakarta Utara
12
JAWA BARAT
Kab. Bogor Kab. Sukabumi
48
PNPM Mandiri - P2KP
Kecamatan Kotabumi Kalianda Kota Agung Teluk Betung Selatan Teluk Betung Barat Tanjung Karang Timur Teluk Betung Utara Tanjung Karang Pusat Tanjung Karang Barat Kemiling Tanjung Senang Sukarame Sukabumi Panjang Sungai Liat Pemali Tanjung Pandan Mentok Jebus Koba Pangkalan Baru Manggar Gerunggang Rangkui Jagakarsa Pesanggrahan Kebayoran Lama Pancoran Tebet Pasar Rebo Jatinegara Duren Sawit Cakung Matraman Tanah Abang Menteng Senen Johar Baru Cempaka Putih Kembangan Palmerah Grogol Petamburan Tambora Cengkareng Penjaringan Pademangan Tanjung Priok Koja Kelapa Gading Cigombong Tajurhalang Surade Pelabuhan Ratu Cikembar Sukaraja Sukabumi Cisaat Cibadak Cicurug Parung Kuda
JML KEL P2KP 12 22 34 4 8 1 5 6 4 6 1 4 4 7 4 4 8 5 4 7 7 8 3 4 2 1 2 1 1 1 3
JML KEL NON P2KP 1
7 10 3 4 2 1 3 1 2 1 2 4 2
3 5
2 1 1
1 1
1 2 1 1 1 1 3 2 1 1 1 1 1 3
1 1
1 1 1
1 1 6 7
10 8 9 9 5 13 10 13 8
TOTAL KEL. 13 22 34 11 8 11 8 10 6 7 4 5 6 7 5 6 12 7 4 7 7 8 6 9 2 1 2 3 2 1 1 4 1 1 1 3 1 1 1 1 4 2 2 1 1 1 2 2 3 6 7 10 8 9 9 5 13 10 13 8
Petunjuk Pelaksanaan
No
Provinsi JAWA BARAT
Kabupaten Kab. Bandung
Kab. Garut
Kab. Tasikmalaya
Kab. Cirebon
Kab. Indramayu
Kab. Subang Kab. Purwakarta Kab. Karawang
Kab. Bekasi
Kota Bogor
Kota Sukabumi
Kota Bandung
Kota Cirebon Kota Bekasi
Kecamatan Rancaekek Majalaya Ciparay Baleendah Banjaran Katapang Soreang Dayeuhkolot Bojongsoang Pameungpeuk Tarogong Kidul Tarogong Kaler Garut Kota Karangpawitan Wanaraja Manonjaya Gn Tanjung Sukarame Mangunreja Ciawi Kadipaten Ciledug Losari Babakan Karangsembung Lemahabang Sumber Dukuh Puntang Palimanan Weru Cirebon Utara Panguragan Juntinyuat Jatibarang Balongan Indramayu Sagalaherang Pabuaran Plered Klari Cikampek Jatisari Kotabaru Karawang Barat Serang Baru Cikarang Pusat Cikarang Utara Cikarang Barat Tambun Selatan Babelan Pebayuran Bogor Selatan Bogor Timur Bogor Utara Bogor Tengah Tanah Sereal Baros Lembursitu Cibeureum Citamiang Bandung Kidul Ujung Berung Arcamanik Batununggal Coblong Harjamukti Kesambi Pondok Gede Jati Sampurna Pondok Melati Mustika Jaya Bekasi Selatan
JML KEL P2KP 8 10 11 7 8 10 4 6
JML KEL NON P2KP 5 1 2 1 3 14 4 7
12 10
3 9
20 8 12 6 6 6 11 6 5 7 5 3 6 5 1 7 10 5 2 3 2 5 1 2 3 6 1 4 4 1 7 4 5 4 1 16 6 8 11 11
5 3 5 6 12 8 11 2 5 4 12 14 16 15 10 4 2 6 4 7 5
4 5 4 5 4 7 4 8 6 5 5 1 1 2 4 5
PNPM Mandiri - P2KP
TOTAL KEL. 13 11 13 8 11 10 18 6 4 7 12 13 9 20 8 12 6 6 6 11 6 10 10 5 8 12 12 13 12 9 15 9 2 15 2 19 1 2 16 18 16 1 8 6 1 6 11 11 10 4 1 16 6 8 11 11 4 5 4 5 4 7 4 8 6 5 5 1 1 2 4 5
49
Petunjuk Pelaksanaan
No
Provinsi JAWA BARAT
Kabupaten Kota Depok
Kota Tasikmalaya
Kota Banjar 13
JAWA TENGAH
Kab. Banyumas
Kab. Purbalingga Kab. Kebumen Kab. Magelang Kab. Boyolali
Kab. Klaten Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri Kab. Karanganyar
Kab. Sragen Kab. Grobogan Kab. Blora Kab. Rembang
Kab. Pati Kab. Kudus
Kab. Jepara
50
PNPM Mandiri - P2KP
Kecamatan Sawangan Pancoran Mas Sukma Jaya Cimanggis Beji Limo Tamansari Tawang Cihideung Indihiang Cipedes Banjar Purwaharja Pataruman Banyumas Baturraden Sokaraja Purwokerto Barat Purwokerto Timur Purbalingga Padamara Bobotsari Kebumen Gombong Muntilan Mertoyudan Boyolali Teras Sawit Banyudono Ngemplak Klego Kalikotes Ngawen Mojolaban Grogol Baki Gatak Selogiri Wonogiri Karanganyar Tasikmadu Jaten Colomadu Kebakkramat Ngrampal Sragen Purwodadi Randublatung Cepu Kota Blora Sale Sarang Rembang Lasem Pati Margoyoso Kaliwungu Kota Kudus Jati Mejobo Bae Gebog Pecangaan Kalinyamatan Welahan Nalumsari Tahunan Jepara Mlonggo
JML KEL P2KP 6 11
JML KEL NON P2KP 7 3
13 3 4 8 5 6 13 4 6 4 6 12 12 18 7 13 15
6 13 1 29
14 14 13 9 13 12 15 12 13 7 13 15 14 14 14 11 15 12 10 8 11 10 8 8 17 2 5 1 1 2 2 6 5 15 11 2 9 4 4 5
12 24 31 18 23 21 10 8 3 9 1 6 8 7 12
2 8
12 8 11
TOTAL KEL. 13 11 3 13 3 4 8 5 6 13 4 6 4 6 12 12 18 7 6 13 14 15 29 14 14 13 9 13 12 15 12 13 7 13 15 14 14 14 11 15 12 10 8 11 10 8 8 17 2 17 25 1 2 31 20 29 21 15 23 14 11 10 10 12 12 12 2 12 16 11
Petunjuk Pelaksanaan
No
Provinsi JAWA TENGAH
Kabupaten Kab. Demak Kab. Semarang
Kab. Kendal
Kab. Batang Kab. Pekalongan
Kab. Pemalang
Kab. Tegal
Kab. Brebes Kota Salatiga
Kota Semarang
Kota Pekalongan
Kota Tegal
14
D.I. YOGYAKARTA
Kab. Kulon Progo
Kab. Bantul
Kecamatan Karang Tengah Demak Ambarawa Bawen Ungaran Sukorejo Kaliwungu Brangsong Weleri Patebon Kota Kendal Batang Warung Asem Wonopringgo Karangdadap Buaran Wiradesa Pemalang Taman Petarukan Comal Margasari Lebaksiu Pangkah Slawi Dukuhwaru Adiwerna Dukuhturi Talang Bumiayu Brebes Argomulyo Tingkir Sidomukti Sidorejo Mijen Gunung Pati Banyumanik Gajah Mungkur Semarang Selatan Candisari Tembalang Pedurungan Genuk Gayamsari Semarang Timur Semarang Utara Semarang Tengah Semarang Barat Tugu Ngaliyan Pekalongan Barat Pekalongan Timur Pekalongan Selatan Pekalongan Utara Tegal Selatan Tegal Barat Margadana Wates Sentolo Pengasih Kokap Girimulyo Kalibawang Imogiri Piyungan
JML KEL P2KP
JML KEL NON P2KP
1 8 2 7 2
18 8 14 11 11 11
2
4 5
6 2 3 8 8 8 9 8
10 7 8 10 7 9 9 13 15 3 13 13 11 9 5 5 7
18 14 18 14 11 6 11 14 16 20 12 12 15 2 10 13 9 11 9 14 4 4 1 3 13 12 2 1
3 2 7 1 2 1 4 3
3 2 4
3 5 5 2 2 2 3
PNPM Mandiri - P2KP
TOTAL KEL. 1 18 16 2 21 2 11 11 11 2 18 14 18 14 11 10 16 14 16 20 18 2 15 23 10 10 21 18 19 9 14 4 4 1 3 13 12 2 1 10 7 11 12 7 7 10 9 15 16 7 3 13 13 11 9 8 7 7 4 3 5 5 2 2 2 3
51
Petunjuk Pelaksanaan
No
Provinsi D.I. YOGYAKARTA
Kabupaten Kab. Gunung Kidul
Kab. Sleman
Kota Yogyakarta
15
JAWA TIMUR
Kab. Ponorogo Kab. Tulungagung
Kab. Blitar Kab. Kediri Kab. Malang
Kab. Lumajang Kab. Banyuwangi
Kab. Bondowoso Kab. Situbondo
52
PNPM Mandiri - P2KP
Kecamatan Paliyan Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Gedang Sari Nglipar Ngawen Semin Moyudan Prambanan Ngemplak Ngaglik Sleman Tempel Pakem Mantrijeron Mergangsan Umbulharjo Gondokusuman Danurejan Pakualaman Gondomanan Ngampilan Wirobrajan Gedong Tengen Jetis Tegalrejo Ponorogo Ngunut Boyolangu Kedungwaru Kauman Kanigoro Wlingi Srengat Ngadiluwih Pare Grogol Poncokusumo Turen Kepanjen Sumber Pucung Kromengan Pakisaji Tumpang Pakis Jabung Lawang Singosari Lumajang Purwoharjo Muncar Glenmore Kalibaru Genteng Singojuruh Banyuwangi Giri Kalipuro Wongsorejo Wonosari Bondowoso Panarukan Situbondo Mangaran Kapongan Arjasa Asembagus
JML KEL P2KP 2 2 1 1 3 1 2 1 1 1 1 1 1 3 1 2
JML KEL NON P2KP
3 4 3 1 4 2
3 3 7 5 3 2 2 2 3 2 3 4 19 18 17 18 13 12 9 16 16 18 9 1 2 8 3 1 4 1 2 1 5 4 11 4 5 4 3 4 2 8 2 3 3 1 5 4 4 3 2 1 5
4
4
TOTAL KEL. 2 2 1 1 3 1 2 1 1 1 4 1 5 6 2 6 2 3 3 7 5 3 2 2 2 3 2 3 4 19 18 17 18 13 12 9 16 16 18 9 1 2 8 3 1 4 1 2 1 5 4 11 4 5 4 3 4 2 8 6 3 3 1 5 8 4 3 2 1 5
Petunjuk Pelaksanaan
No
Provinsi JAWA TIMUR
Kabupaten Kab. Probolinggo
Kab. Pasuruan
Kab. Sidoarjo
Kab. Mojokerto
Kab. Jombang
Kab. Bojonegoro Kab. Tuban Kab. Lamongan
Kab. Gresik
Kab. Pamekasan Kab. Sumenep Kota Blitar
Kota Malang
Kota Probolinggo
Kota Pasuruan
Kota Mojokerto
Kecamatan Besuk Pajarakan Dringu Pandaan Beji Bangil Pohjentrek Gondang Wetan Grati Tanggulangin Tulangan Sidoarjo Sedati Waru Gedangan Taman Krian Balong Bendo Ngoro Mojosari Bangsal Puri Sooko Gedeg Diwek Mojowarno Mojoagung Jogo Roto Jombang Bojonegoro Tuban Mantup Sugio Babat Lamongan Glagah Paciran Kebomas Gresik Manyar Pamekasan Kalianget Sukorejo Kepanjenkidul Sananwetan Kedungkandang Sukun Klojen Blimbing Lowokwaru Kademangan Wonoasih Mayangan Gadingrejo Purworejo Bugulkidul Prajurit Kulon Magersari
JML KEL P2KP
JML KEL NON P2KP 17
3 5 6 2 10 2 2 4 1 22 21 1 5 2 22 1 20 2 6 1 1 6 2 20
12
19 17 11 20 11 13 2 3 3 7 1 1 8 6 14 18 7 6 7 7 12 11 11 11 12 8 3 8 9 8 5 8 10
2
PNPM Mandiri - P2KP
TOTAL KEL. 17 3 5 6 2 10 2 2 4 1 22 21 1 5 2 22 1 20 2 6 13 1 6 2 20 19 17 11 20 11 13 2 3 3 7 1 1 8 6 14 18 7 6 7 7 12 11 11 11 12 8 3 8 9 8 7 8 10
53
Petunjuk Pelaksanaan
No
Provinsi
Kabupaten
JAWA TIMUR
Kota Surabaya
Kota Batu 16
BANTEN
Kab. Pandeglang
Kab. Lebak Kab. Tangerang
Kab. Serang
Kota Tangerang
Kota Cilegon
54
PNPM Mandiri - P2KP
Kecamatan Karang Pilang Jambangan Gayungan Tenggilis Mejoyo Gunung Anyar Rungkut Sukolilo Mulyorejo Gubeng Wonokromo Dukuh Pakis Lakar Santri Sambi Kerep Tandes Sukomanunggal Sawahan Tegal Sari Genteng Tambaksari Kenjeran Bulak Simokerto Semampir Pabean Cantian Bubutan Krembangan Asemrowo Benowo Pakal Batu Junrejo Bumiaji Labuan Menes Cipeucang Cadasari Warunggunung Rangkasbitung Cikupa Panongan Curug Legok Pagedangan Serpong Cisauk Pamulang Ciputat Pondok Aren Pasarkemis Balaraja Sukadiri Pakuhaji Teluknaga Cikande Cipocok Jaya Serang Taktakan Anyer Karang Tengah Cipondoh Cibodas Periuk Batuceper Benda Ciwandan Citangkil Pulomerak Purwakarta Gerogol Cilegon Jombang
JML KEL P2KP
JML KEL NON P2KP
3 3 2 2 2 3 2 2 6 6 4 1 3 8 2 6 5 5 6 3 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 2 1 5 1 1 1 12 2 3 6 7 13 8 4 3 1 1 3 3
4
21 12 8 3 10 12 9 12 3 10
2 12 3 1 7 10 6 5 7 5 3 2 1 3 2 2 1
TOTAL KEL. 3 3 2 2 2 3 2 2 6 6 4 1 3 8 2 6 5 5 6 3 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 2 1 9 1 1 1 12 21 14 8 6 10 12 15 12 7 13 11 14 3 1 1 3 3 2 12 3 1 7 10 6 5 7 5 3 2 1 3 2 2 1
Petunjuk Pelaksanaan
No 17
Provinsi BALI
Kabupaten Kab. Badung Kab. Gianyar Kab. Klungkung Kab. Buleleng Kota Denpasar
18
NUSA TENGGARA BARAT
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa Kab. Bima
Kota Mataram Kota Bima 19
20
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kab. Kota
Sumba Barat Sumba Timur Timor Tengah Selatan Belu Sikka Ende Ngada Manggarai Kupang
Kab. Bengkayang
Kab. Landak Kab. Sanggau Kab. Ketapang Kab. Sekadau Kota Pontianak
21
KALIMANTAN TENGAH
Kab. Barito Utara Kota Palangka Raya
Kecamatan Kuta Kuta Utara Blahbatuh Ubud Klungkung Dawan Buleleng Denpasar Selatan Denpasar Timur Denpasar Barat Labu Api Kediri Kuripan Lingsar Praya Jonggat Pringgarata Terara Masbagik Pringgasela Selong Labuhan Haji Aikmel Wanasaba Alas Sumbawa Bolo Mada Pangga Woha Wawo Langgudu Ampenan Mataram Cakranegara Rasanae Barat Rasanae Timur Asakota Kota Waikabubak Kota Waingapu Kota Soe Atambua Alok Ende Selatan Ngada Bawa Langke Rembong Alak Maulafa Oebobo Kelapa Lima Capkala Bengkayang Teriak Sungai Betung Lumar Siding Ngabang Sengah Temila Mukok Delta Pawan Simpang Hilir Sekadau Hilir Pontianak Selatan Pontianak Timur Pontianak Barat Pontianak Kota Pontianak Utara Teweh Tengah Sebangau Jekan Raya Bukit Batu Rakumpit
JML KEL P2KP
JML KEL NON P2KP 5 6 9 8 18 12 29 10 15 18 10 8
4 10 14 13 7 7 7 4 11 7 7 1 8 8 10 7 13 8 5 7 7 9 8 13 4 8
8 7 9 6 2 6 7 3 2 3 29 8 7
11 11 2 12 13 13 1 11 4 9 3 7
5 9 14 2 7 3 5 3 21 4
6 3 3 7
PNPM Mandiri - P2KP
TOTAL KEL. 5 6 9 8 18 12 29 10 15 18 10 8 4 10 14 13 7 7 7 4 11 7 7 1 8 8 10 7 13 8 5 7 7 9 8 13 4 11 11 10 12 13 13 9 11 11 9 12 13 2 6 7 3 2 3 29 8 7 5 9 14 2 7 3 5 3 21 6 3 7 7
55
Petunjuk Pelaksanaan
No 22
Provinsi KALIMANTAN SELATAN
Kabupaten Kab. Tanah Laut Kab. Hulu Sungai Selatan Kab. Tabalong Kota Banjarmasin
23
KALIMATAN TIMUR
Kab. Pasir Kab. Kutai Kartanegara Kota Samarinda
Kab. Kutai Barat Kab. Kutai Timur Kab. Malinau Kab. Penajam Paser Utara Kota Bontang Kota Tarakan 24
SULAWESI UTARA
Kab. Kepulauan Sangihe
Kab. Minahasa Utara Kota Manado
Kota Bitung Kota Tomohon 25
26
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
Kab. Banggai Kota Palu
Kab. Selayar Kab. Bulukumba Kab. Bantaeng Kab. Jeneponto Kab. Takalar Kab. Gowa Kab. Sinjai Kab. Maros Kab. Barru Kab. Bone Kab. Sidenreng Rappang Kab. Tana Toraja Kab. Luwu Utara
56
PNPM Mandiri - P2KP
Kecamatan Pelaihari Kandangan Tanjung Murung Pudak Banjarmasin Selatan Banjarmasin Timur Banjarmasin Barat Banjarmasin Tengah Tanah Grogot Loa Janan Loa Kulu Tenggarong Samarinda Ilir Samarinda Seberang Sungai Kunjang Samarinda Utara Long Iram Sangatta Malinau Malinau Selatan Penajam Bontang Selatan Bontang Utara Tarakan Barat Tarakan Tengah Tagulandang Tahuna Tahuna Timur Tahuna Barat Airmadidi Malalayang Singkil Tuminting Wenang Bitung Selatan Bitung Utara Tomohon Selatan Tomohon Utara Luwuk Palu Barat Palu Selatan Palu Timur Palu Utara Benteng Gantarang Ujung Bulu Ujung Loe Uluere Bantaeng Eremerasa Binamu Turatea Mappakasunggu Pallangga Barombong Somba Opu Sinjai Selatan Sinjai Timur Sinjai Utara Turikale Barru Barebbo Tanete Riattang Panca Rijang Maritengngae Watangsidenreng Rantepao Tallunglipu Mappedeceng
JML KEL P2KP 18 7
JML KEL NON P2KP 10 18 7 10
11 9 6 8 2 2 4 3 3 2 2 15 8 6 4 10 4 4 5 2 3
5 6 7 8 4 4 8 6 15
8 4 4 5 3 8 1 3 3
2 2
9 8 6 9 4 3 3 10 7 8 5 1 12 8
8 2 20 8 12 11
1 9
9 13 10 8 16 7 14 11 10 6 7 8 13 8 5 7 3
5 17 7
7
TOTAL KEL. 28 18 14 10 11 9 8 10 12 7 2 7 11 4 5 5 15 8 6 4 10 6 6 5 2 3 9 8 6 9 9 9 10 10 15 12 9 9 6 15 12 8 8 2 20 9 12 11 9 9 13 10 8 16 7 14 11 10 6 7 8 13 8 5 12 3 17 7 7
Petunjuk Pelaksanaan
No
Provinsi SULAWESI SELATAN
Kabupaten Kota Makassar
Kota Palopo
27
28
SULAWESI BARAT
Kab. Polewali Mamasa
SULAWESI TENGGARA
Kab. Majene Kab. Buton
Kab. Muna Kab. Konawe Kab. Bombana Kab. Kolaka Utara Kota Kendari
Kota Bau Bau
29
GORONTALO
Kab. Gorontalo Kota Gorontalo
30
31
MALUKU
MALUKU UTARA
Kota Ambon
Kab. Kab. Kota Kab.
Buru Maluku Tengah Tidore Kepulauan Halmahera Barat
Kab. Halmahera Selatan Kab. Halmahera Utara
Kab. Kepulauan Sula
32
PAPUA
33
IRIAN JAYA BARAT
Kota Kab. Kab. Kota
33
249
Jayapura Biak Numfor Nabire Sorong
Kecamatan
JML KEL P2KP 1 2 5 2 10 4 3
JML KEL NON P2KP
Mariso Tamalate Makassar Bontoala Ujung Tanah Tallo Panakkukang Wara Wara Utara Telluwanua Matakali Polewali Banggae Lasalimu Lasalimu Selatan Siompu Kapontori Talaga Raya Katobu Lohia Wawotobi Unaaha Kabaena Poleang Ngapa Mandonga Baruga Poasia Abeli Kendari Kendari Barat Betoambari Wolio Sorawolio Bungi Limboto Telaga Kota Barat Kota Selatan Kota Utara Nusaniwe Sirimau Teluk Ambon Baguala Buru Utara Timur Amahai Tidore Jailolo Selatan Makian Bacan Barat Pulau Makian Galela Loloda Utara Morotai Selatan Barat Tobelo Selatan Tobelo Mangoli Barat Mangoli Timur Sula Besi Barat Jayapura Utara Biak Kota Nabire Sorong Barat Sorong Timur
7 9 14 5 9 9 15 13 8 13 26 27 14 9 11 11 13 10 10 5 2 7 12 12 3 5
2 1
9 10 14 12 12 15 9 10 6 6 7 8 8 3 9 7 4 3 8 5 10 6 6 11 4 10 7 3 8 9 8 15 12 4 7 12 18 7 10 14 13 19 18 15 13 10 13 26 27 14 9 11 11 13 10 10 5 2 7 12 12 5 6
834
4400
2873
7273
4 7
8 8 9 10 2 11 6 10 6 2
TOTAL KEL.
8 8 3 9 7 4 3 8 5 10 6 6 11 4 10 1
14 4 6
7 2 8 9 8 1 12 1 12 18 1 8 10 9
2
:::: Lokasi Sasaran dapat berubah sesuai keputusan P2KP Pusat
PNPM Mandiri - P2KP
57