4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya, penyusun Karya Ilmiah ini di susun berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Bidang Studi Kehutanan. Pengamatan ini telah di lakukan di Areal Balai Penelitian Tekno logi Pembenihan Samboja selama 3 (tiga) hari. Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar- besarnya kepada : 1.
Ayahnda dan Iibunda tercinta berserta Kakak-kakak tercinta yang telah banyak memberi bantuan
baik berupa moril maupun material demi
keberhasilan penulis menyelesaikan pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Bidang Studi Kehutanan. 2.
Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku dosen pembimbing yang telah mengarahkan penulis
mulai dari persiapan hingga selesainya karya
ilmiah ini dan sekaligus Ketua Jurusan Manajemen Hutan. 3.
Bapak Ir. Wartomo. MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda beserta seluruh staf.
4.
Bapak Ir. Rudy Nurhayadi, MP dan Bapak Rudi Djatmiko, S.Hut, MP, selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan- masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini.
5
5.
Teman-teman
yang
telah
banyak
membantu
penulis
dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini. Penulis menyadari dalam karya ilmiah ini
masih banyak terdapat
kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya memperbaiki sangat diharapkan, dan penulis juga berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kampus Sei Keledang 2009 Penulis
6
RIWAYAT HIDUP
HARIYADI. Lahir pada tanggal 01 Desembar 1985 di Samboja, Propinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara, dari pasangan Bapak Udin dan Ibu Nurhayati. Pendidikan dasar dimulai di SD 022 tahun 1993 di Samboja dan lulus tahun 1999. Kemudian melanjutkan Ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 17 Balikpapan dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Umum Negeri 01 Samoja dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006 ia melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Mengambil jurusan Manajemen Hutan. Selama pendidikan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, perna mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di
CV. Pari Jaya Makmur
Kabupaten Kutai Barat.
(PJM) Kecamatan Long Hubung
7
RINGKASAN
HARIYADI, Studi Tentang Hubungan Diameter dan Tinggi Tanaman Meranti Merah (Shorea leprosulla) di Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja. Di bawah Bimbingan Bapak Hasanudin.
Penelitian dilapangan dilaksanakan selama 7 (tujuh) hari di Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja yang meliputi : orientasi lapangan, persiapan alat, pengambilan data, penyelesaian administrasi. Pada penelitian ini digunakan 39 sampel tanaman jenis meranti merah (Shorea leprosulla). Data yang di ambil dilapangnan adalah diameter setinggi dada (1,30 m dari permukaan tanah) pengukuran tinggi yang dilakukan adalah tinggi total, yaitu tinggi puncak pohon. Pengukuran tinggi digunakan alat clinometer dan dibantu dengan tongkat dengan ketinggian 4 meter. Hasil pengukuran diketahui bahwa diameter terbesar 26,20 cm dan diameter terkecil 15,30 cm, dengan rata-rata 19,44 cm dan standar deviasi 2,79 cm dan koefisien variasi
14,34 %. Sedangkan
hasil pengukuran tingginya diketahui
bahwa, tanaman Meranti Merah tertinggi adalah 19,37 m dan tanaman terendah 11,09 m dengan nilai rata-rata sebesar 15,51m, standar deviasi koefisien variasi 13,62 %. Adapun persamaan regresi yang terbentuk sebagai berikut : Y = 3,762714443 + 0,604638101 X Atau H = 3,762714443 + 0,604638101 D
2,11 m dan
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii KATA PENGANTAR...................................................................................... iii RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... v RIGKASAN ..................................................................................................... vi DAFTAR ISI.................................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Inventarisasi Hutan................................................................................ 3 B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan............................................ 4 C. Tinjauan Umum Meranti Merah (Shorea Leprosulla) .......................... 11 D. Faktor- faktor Yang Mempengeruhi Pertumbuhan................................ 14 E. Hubungan Tinggi dan Diameter ............................................................ 16 F. Regresi dan Korelasi....................................................................... .... 17 E. Korelasi.................................................................................................. 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................. 20 B. Alat dan Bahan ...................................................................................... 20 C. Prosedur Kerja ....................................................................................... 21 D. Pengola han Data .................................................................................... 21
9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil....................................................................................................... 26 B. Pembahasan........................................................................................... 28 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan............................................................................................ 30 B. Saran...................................................................................................... 30 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 31 LAMPIRAN ..................................................................................................... 33
10
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Data Analisis Sidik Ragam ......................................................................... 24 2. Tabulasi Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Meranti Merah (Shorea leprosulla)..................................................................................... 26 3. Data Analisis Keragaman Regresi............................................................... 29
LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi .................................................
33
2. Hasil deskripsi dari hasil pengukuran Diameter dan Tinggi .......... .......
34
3. Hasil Perhitungan Rergesi ........................................................................ 35
11
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Bentuk-bentuk Percabangan Dalam Kegiatan Inventarisasi ...................... 9 2. Pengukuran Diameter ................................................................................. 10 3. Diagram Pencar Untuk Data Diameter dan Tinggi .................................... 27
12
I. PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia
sekarang
ini
sedang
giat-giatnya
melaksanakan
pembangunan diberbagai sektor, termasuk salah satunya adalah sektor kehutanan. Pembangunan dalam sektor kehutanan dilakukan dengan cara memanfaatkan hasil- hasil dari hutan baik yang berupa kayu ataupun non kayu. Seiring dengan me ningkatkan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat, maka kebutuhan akan hasil- hasil hutan terutama yang berupa kayu terus meningkat. Hal ini menuntut akan ketersediaan bahan baku berupa kayu baik secara kualitas maupun kuantitas. Kegiatan eksploitasi hutan merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan hutan, dan rentetan pengelolaan hutan yang mempunyai tujuan akhir yaitu memungut hasil hutan, yang selanjutnya digunakan bagi kepentingan manusia dengan melalui proses lebih lanjut di dalam bentuk industri. Kebutuhan akan kayu bagi manusia akan selalu meningkat baik dalam jumlah penduduk maupun tingkat kemajuan teknologi. Oleh karena itu dalam pengusahaan hutan berdasarkan azas kelestarian agar dari luas hutan itu dapat menyediakan hasil hutan secara terus menerus (Anonim, 1991). Hutan sebelum dieksploitasi perlu diketahui potensi sebagai dasar perhitungan produksi bagi perusahaan. Untuk mendapatkan informasi tersebut mutlak dilakukan kegiatan inventarisasi. Kegiatan inve ntarisasi hutan memerlukan salah satu aktivitas yang pertama kali dilakukan dalam rangkaian manajemen hutan yang baik dengan
13
tujuan utama menentukan dengan tepat masa tegakan atau nilai- nilai pohon berdiri pada satu tegakan hutan dengan waktu dan biaya terbatas (Hitam, 1980) Dalam perencanaan kehutanan pengetahuan mengenai diameter dan tinggi sangat penting artinya. Studi mengenai diameter dan tinggi menyajikan informasi mengenai pertumbuhan tanaman meranti. Diameter dan tinggi juga terkait dalam kegiatan inventarisasi dan selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan penyusun rencana kerja.
Untuk meningkatkan efektivitas dalam penafsiran tinggi diperlukan rumus-rumus atau cara-cara yang efektif sederhana namun dapat di pertanggung jawabkan ketelitiannya. Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis mencoba mencari hubungan antara diameter setinggi dada terhadap volumenya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh hubungan (keeratan) diameter setinggi dada dengan tingginya untuk jenis meranti merah (Shorea Leprosulla)
yang ditanam pada Balai Penelitian Teknologi
Pembenihan Samboja. Hasil yang di harapkan dapat memberikan informasi tentang bagaimana menaksir tinggi pohon dengan praktis yaitu hanya mengunakan diameter setinggi dada untuk tanaman jenis meranti merah (Shorea Leprosulla).
14
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Inventarisasi Hutan Perencanaan
yang
matang
yang
disusun
berdasarkan
data
hasil
inventarisasi merupakan faktor terpenting bagi terlaksananya suatu manajemen hutan, dengan demikian inventarisasi hutan merupakan dasar bagi perencana an manajemen hutan (Loetsch dan Haller, 1973). Siahaya
(1984),
Inventarisasi
hutan
biasanya
dipandang
sebagai
penaksiran massa kayu (timber estimate). Dalam hal ini suatu inventarisasi hutan adalah kegiatan atau usaha untuk melukiskan secara kuantitas dan kualitas pohonpohon hutan (standing trees) atau tegakan dalam arti keseluruhan dan sifat-sifat yang menumbuhkan tegakan tersebut. Husch (1971), mengemukakan bahwa inventarisasi hutan yang lengkap harus mencakup uraian areal berhutan dan pemilikannya, taksira massa kayu tegakan, taksiran riap dan etat. Untuk maksud specifik inventarisasi hutan dapat lebih dititik beratkan pada satu diantara masalah tersebut untuk keperluan manajemen hutan atas dasar prinsip kelestarian hasil keseluruhan harus tercakup. Adapun tujuan inventarisasi hutan adalah untuk mendapatkan data tentang areal yang berhutan, massa tegakan serta komposisinya (Anonim, 1976). Pengertian lain tentang inventarisasi hutan dikemukakan oleh Soediono (1976), sebagai suatu penerapan metode ilmiah dalam memperoleh data mengenai kekayaan hutan guna bahan dasar dalam perencanaan hutan. Dalam melaksanakan inventarisasi mengenai keadaan hutan terutama keadaan tegakan sesuai dengan tujuan yang diinginkan, tidak mungkin dengan
15
menginvetarisasi seluruh tegakan yang ada karena memerlukan waktu, tenaga dan biaya yang besar. Oleh karena itu sebagai alternatif lain didalam penarikan contoh atau sampling (Hitam, 1977).. Lebih lanjut dikatakan dengan menggunakan metode statistik yang sesuai penarikan contoh merupakan metode pengambilan data yang efisien dengan biaya murah, waktunya singkat, ketelitian tinggi dari data yang dikumpulkan dan dapat dipercaya dalam penaksiran populasi. B. Pertumbuhan dan Perkembangan Tegakan Pengertian pertumbuhan pohon adalah suatu perkembangan yang menunjukkan pertambahan dan suatu sistem organ hidup yang terdapat didalam pohon selama hidupnya (Anonim, 1993). Menurut Baker (1950), yang dimaksud dengan pertumbuhan pohon adalah pertambahan tumbuh membesar dan terbentuknya jaringan-jaringan baru. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pertumbuhan pohon meliputi pertumbuhan bawah dan pertumbuhan atas. Dalam bidang kehutanan, pertumbuhan pohon sangatlah penting untuk dipelajari sebagai suatu pedoman atau cara untuk mengetahui pertambahan riap, sehingga dapat diketahui hasil tegakan (volume). Riap merupakan pertambahan tumbuh pohon dalam jangka waktu tertentu, dimana pertumbuhan dan riap ini merupakan dua istilah yang dikenal dari sudut pandang Autekologi (ekologi suatu jenis pohon).
16
Pertumbuhan dan perkembangan dari masing- masing pohon atau tegakan berbeda, seperti tinggi dan diameter dan bidang dasar tidak sama dalam pertumbuhan pohon (Soekotjo, 1976). Menurut
Dipodiningrat
(1985)
kerapatan
tegakan
memperlambat
pertumbuhan diameter, tetapi dapat merangsang pertumbuhan tinggi. Hal ini disebabkan karena pohon mengkonsentrasikan energi untuk tajuknya.
1. Pertumbuhan Tinggi
Yang dimaksud dengan tinggi adalah jarak terpendek antara satu titik dengan titik proyeksinya pada bidang horizontal atau bidang datar. Sedangkan yang dimaksud dengan panjang adalah jarak yang menghubungkan antara dua titik yang diukur menurut atau tidak menurut garis lurus (Endang, 1990 ). Kerapatan tegakan akan memberikan pengaruh yang nyata, terhadap pertumbuhan
tertinggi
dan
pertumbuhan
dapat
dipercepat
dengan
menyediakan ruang tumbuh yang lebih luas. Untuk mempelajari pertumbuhan tinggi tegakan, diperlukan rataan tinggi. Dengan bertambahnya nilai rataan ini bukan mewakili suatu jumlah yang tetap, melainkan mewakili populasi yang terus berkurang jumlahnya. Loetsch, et all Dan Haller (1973) menyatakan dalam inventore hutan biasanya dikenal beberapa macam tinggi pohon yaitu : a. Tinggi Total, yaitu tinggi dari pangkal pohon di permukaan tanah sampai puncak pohon b. Tinggi bebas cabang atau permukaan tajuk yaitu tinggi pohon dari pangkal batang dipermukaan tanah sampai batang pertama yang memberntuk tajuk
17
c. Tinggi batang komersial adalah tinggi batang yang pada saat itu laku di jual dalam perdagangan
Beberapa alat ukur tinggi pohon menurut Pariadi (1979) di bedakan atas dua golongan yaitu : a. Alat yang memerlukan pengukuran jarak antara lain abney level, forest service hysometer, fausmen, weise, spigel relascope biterlinch dan lainlain. b. Alat yang tidak memerlukan jarak yang antara lain christen hypsometer, walking stick dan lain- lain. Kemudian menjelaskan tentang kesalahan-kesalahan pengukuran tinggi pohon berdasarkan penyebabnya yang dibedakan : a. Kesalahan alat b. Kesalahan tenaga pengukur c. Kesalahan keadaan pohon (obyek) yang diukur d. Kesalahan faktor hujan, angin, topografi yang sulit dicapai dan sebagainya.
2. Pertumbuhan Diameter
Diameter pohon pada dasarnya adalah merupakan panjang garis lurus antara dua titik pada busur lingkaran yang melalui titik pusat limgkaran tersebut (Suharlan dan Soedio no, 1973).
18
Pariadi (1979) mendefinisikan diameter pohon adalah lebar pangkal batang pohon yang ditarik dari jarak dua titik tengah lingkaran yang pada umumnya mengecil kebagian ujung. Perkembangan diameter tegakan dapat dipengaruhi oleh kerapatan pohon, oleh karena diameter ini dipengaruhi pula dengan ruang tumbuh yang ada. Dengan bertambahnya ruang tumbuh dari suatu tegakan, maka tiap diameter dari tegakan akan bertambah besar sampai mencapai pemanfaatan ruang tumbuh yang maksimal (Arwini, 1990) Menurut Pariadi (1979) beberapa standar yang digunakan untuk pengukuran diameter tanaman yaitu : a. Bagi tanaman berdiri, diameter diukur pada ketinggian 130 cm di atas permukaan tanah (diameter setinggi dada atau diameter of breast height = dbh). b. Bagi tanaman berdiri yang berbanir, diameter diukur pada pada ketinggian 20 cm di atas benir. c. Bagi tanaman yang berdiri yang bercabang adalah sebagai berikut : 1) Ketinggian cabang di atas 130 cm, diukur pada ketingian 130 cm daripermukaan tanah. 2) Ketinggian cabang kurang dari 130 cm diukur pada ketinggian 100 cm dari cabang dan dianggap dua pohon. 3) Ketinggian cabang tepat/sama 130 cm, diukur ke bawah dari cabang + 10 cm.
19
4) Untuk tanaman berdiri pada tanah miring, diameter diukur pada ketinggian 130 cm dari bagian tanah miring yang atas. 5) Bagi tanaman menggembung pada ketinggian 130 cm, diukur pada ketinggian 1- 20 cm di atas bagian tepi yang menggembung. 6) Untuk tanaman miring, diameter diukur pada ketinggian 130 cm searah miring tanaman. Selanjutnya menerangkan alasan-alasan tentang cara pengukuran diameter setinggi 130 cm yaitu : a. Bagi para rimbawan ketinggian tersebut merupakan ketinggian yang mudah dicapai. b. Biasanya pada ketingiaan tersebut tidak terdapat ketidakrataan batang dan pada kebanyakan pohon daerah beriklim sedang, pengaruh banir sudah berkurang. Anonim (1993) menjelaskan tentang pengukuran diameter untuk pohon-pohon bercabang dan sama besar diameternya serta pohon yang condong adalah seperti pada gambar dibawah ini.
20
a
b
c
d
Gambar 1. Bentuk bentuk Percabangan Dalam Kegiatan Inventarisasi
Keterangan : a = Percabangan tepat pada ketinggian dada, dihitung sebagai satu pohon dan diameter diukur dibawah percabangan. b=
Percabangan diatas 130 cm, dihitung sebagai satu pohon
c = Percabangan dibawah 130 cm, dihitung sebagai dua pohon dan diameter diukur dua-duanya d = Pohon condong, diameter diukur 130 cm diatas tanah. Pariadi (1979) menjelaskan bahwa kesalahan-kesalahan dalam pengukuran diameter dapat dibedakan oleh : a. Pembacaan skala yang kurang seksama. b. Posisi alat yang tidak benar. Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tetang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan, karena keretbatasan alat yang tersedia, sering kali pengukuran
21
keliling (K) lebih banyak dilakukan, setelah itu sikonfirmasikan kediameter (D) dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yaitu D=K/? Pengukuran diameter
adalah mengukur garis antara dua titik paa
lingkaran yang melalui titik pusat lingkaran tersebut.
Gambar 2. Pengukuran diameter
Pegukur diameter yang lazim dilakukan adalah diameter setinggi dada (Diameter of breast heigh = dbh), karena : a. Merupakan bagian yang paling gampang di nilai dan diukur. b. Diameter setinggi dada merupakan elemen pengukuran yang paling penting dan merupakan dasar untuk banyak perhitungan lain. c. Sebagai dasar penentuan distribusi diameter batang yang merupakan hasil inventarisasi yang paling diperlukan. Dalam mengukur diameter, umumnya diukur pada garis setinggi dada atau megukur diameter secara langsung yaitu phiband,dengan cara melingkarkan alat pada keliling pohon yang berbanir yang dimaksud banir disini adalah pembesaran bagian 130 cm diatas permukaan tanah untuk pohon yang tidak berbanir.
22
Sedangkan untuk bawah batang dekat permukaan tanah yang disebabkan oleh adanya akar tunjang, akar papan atau pembengkakan. Alat ukur yang dapat pohon. C. Tinjauan Umum Meranti Merah (Shorea leprosulla) Di Kalimantan, shorea adalah genus yang mempunyai jenis sangat berlimpah.
Banyaknya jenis pada famili Dipterocarpaceae adalah 267 jenis
dimana genus Sorea mempunyai 127 jenis (Symington, 1974). Symington (1974) membagi genus meranti menjadi empat group utama yaitu gorup balau, group meranti putih, group meranti kuning dan group meranti merah.
Di Indonesia tiga group penting yang komersil adalah group meranti
putih, meranti kuning dan meranti merah. Meranti merah adalah nama yang umum di Sumatra dan Kalimantan untuk shorea leprosula, jenis ini termasuk Dipterocarpaceae. Meranti merah berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 70 meter dan diameter 110 cm dengan tajuk tipis dan lebar, berbentuk payung dan berwarna merah pucat. Batangnya tinggi, tegak dan lurus berbanir, berwarna coklat keabu-abuan, sering mengeluarkan damar dan bila kering berwarna kuning. Daunnya tunggal berbentuk bulat telur sampai jorong, berwarna kuning coklat pada permukaan bawah yang berubah merah pucat bila kering. Anonim (1980) mengemukakan ciri-cri umum meranti merah adalah sebagai berikut :
23
Morfologi Tanaman Meranti Merah a. Habitus Tinggi pohon mencapai 70 meter, batang bebas cabang 30 meter, diameter mencapai 100 cm atau lebih. Tinggi banir 3,5 meter, tebal 20 cm. Memiliki tajuk tipis dan lebar berbentuk payung berwarna merah tembaga pucat. b. Batang Tebal kulit luar kira-kira 5 mm, berwarna abu-abu atau coklat sedikit beralur bagian dalam mengelupas agal besar-besar dan tebal. Kulit hidup mencapai 20 mm, penampangnya berwarna coklat muda sampai kemerah- merahan, kayu teras berwarna coklat muda sampai kemerah- meraha n peralihan dari gubal keteras secara berangsur-angsur, damar berwarna putih kekuningan. c. Daun Rata-rata hampir meyerupai segi empat memanjang atau bulat telur terbalik memanjang pangkal dan membulat, ujung runcing, asal panjang rata-rata 3-13 cm, lebar 3-5 cm, permukaan bawah suram, terdapat kumpulan bulu-bulu binatang yang meyerupai jahitan pada tulang daun primer dan sekunder. d. Buah Buah berbentuk bulat telur, ujung agak lancip berbulu halus berwarna pucat, panjang 1-1,5 cm diameter kira-kira 1 cm, sayapnya lebar 1-1,5 cm, mempunyai urat 7-8,2 sayapnya pendek berbentuk garis, lancip, panjang 2-3,5 cm.
24
e. Bunga Bunga majemuk tersusun mulai dari kecil, pendek berwarna kuning. Mulai berbunga pada bulan Agustus sampai Oktober. f. Biji Banyaknya biji per kilogram tergantung jenisnya. Untuk jenis Shorea acuminata mempunyai jumlah sampai 560 butir per kilonya, sedangkan Shorea macroptera mempunyai jumlah sampai 55 butir per kilonya. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Terdapat di Sumatra, Kalimantan, Thailand, Serawak, Brunei dan Sabah. meranti dominan berada di daerah beriklim tropis basah sampai dengan ketinggian 750 m dpl, di Kalimantan dan Sumatera banyak tersebar di hutan Dipterocarpaceae tanah rendah dan berbukit, biasanya meranti tumbuh pada tanah rendah dan berpasir ahkan di tanah rawa atau gambut. Dalam membudayakan banyak dilakukan dengan cara biji, semai dan anakan, meranti berbunga pada bulan November sampai dengan Februari dan berbuah pada bulan Desember sampai dengan Februari setiap 4 – 5 tahun sekali. Kegunaannya Kayu dari jenis ini dipergunakan untuk kayu lapis merupakan kegunaan yang utama. Disamping itu juga digunakan sebagai bahan bangunan, mebel, hingga bahan baku pulp ( bubur kertas ). Untuk keperluan bangunan seperti balok, galar, kaso, pintu dan jendela, kayu meranti termasuk mudah dikerjakan sampai halus. Sedangkan damarnya untuk menambah menjadi bahan penerangan (lampu).
25
a.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Soekotjo (1979), menyatakan bahwa tempat tumbuh hanya berbeda dengan alam vegetasi yang dihasilkan, namun berbeda juga dalam faktor iklim, tanah dan faktor lainnya. Semua faktor ini menyebabkan perbedaan-perbedaan di dalam vegetasi yang tumbuh pada bermacam- macam tempat tumbuh. Tumbuhan untuk dapat tumbuh secara optimal memerlukan hal- hal yang menunjang, menurut Danaatmadja (1989), hal yang menunjang tersebut yaitu: a. Faktor genetik (internal) Faktor genetik ini adalah gen atau sifat bawaan yang diturunkan dari induknya seperti kecepatan tumbuh, bentuk tajuk, banyaknya cabang dan lainlain, di sini termaksud juga kematangan biji atau buah, sebagai sifat bawaan hal ini bersifat internal. b. Faktor lingkungan (eksternal) Tumbuhan-tumbuhan tumbuh teratur di bawah pengaruh lingkungan hidup yang terutama ditentukan oleh faktor iklim, tempat tumbuh dan bentuk serta letak lapangan (relief). Menurut Abidin (1984) yang dikutip Susanti (1996), faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan antara lain : 1. Air, adalah faktor penting yang sangat diperlukan dalam tumbuhan, kehadiran air di sini sangat penting untuk aktifitas enzim serta penguraiannya, traslokasi serta kebutuhan lainnya. 2. Udara juga merupakan faktor luar yang penting untuk pernafasan atau transpirasi pada pertumbuhan organ-
26
3. Tempat tumbuh Soetrisno (1996), menyatakan tempat tumbuh berpengaruh pada kehidupan tumbuh tumbuhan. Faktor- faktor tersebut yaitu : a. Faktor klimatis Cahaya matahari, kelembaban dan temperatur merupakan elemenelemen dari faktor klimatis. Cahaya sangat berperan dalam menentukan pertumbuhan suatu tumbuhan demikian pula dengan kelembaban serta temperatur. Faktor klimatis ini sangat menentukan iklim suatu daerah yang berperan penting dalam pertumbuhan terutama proses metabolisme yang terjadi pada tumbuhan. b. Faktor fisiografis Menggambarkan bentuk permukaan tanah dan sejarah bentuk biologinya (ketinggian tempat, kelerengan dan aspek konfigurasi bumi). Faktor-faktor ini sangatlah menentukan pertumbuhan suatu tanaman. c. Faktor edafis Faktor edafis menggambarkan sifat fisik tanah, kimia tanah dan biologi tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan beragam dari partikel mineral anorganik, hasil rombakan bahwa organik dan berbagai jenis mikro organisme, bersama-sama dengan udara dan air yang di dalamnya terlarut berbagai garam- garam anorganik dan senyawa anorganik. Tanah juga merupakan tempat tumbuh dan tumbuhan itu sendiri untuk berkembang biak.
27
d. Faktor biotis Manusia, hewan dan tumbuhan (lingkungan biotik) merupakan elemen-elemen yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Kegiatan penebangan, pembakaran hutan serta aktifitas lainnya seperti pengelolaan tanah, pencemaran udara dan air, yang merupakan aspek-aspek biotik yang berpengaruh terhadap penyerbukan, penyebaran biji dan buah juga persaingan antara parasit dan simbiosis dengan tumbuhan lainnya. Hal ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan. E. Hubungan Tinggi dan Diameter Diameter dan panjang pohon atau tanaman seumur dan sejenis dapat dijelaskan dengan menggunakan metode regresi (Anonim, 1992 ) yaitu dengan menghitung atau mengetahui nilai persamaan regresi, sehingga dapat diketahui besarnya korelasi antara variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan pertunbuhan seumur dan murni dipengaruhi oleh tahap umur, kualitas tempat tumbuh, jenis, kerapatan dalam arti luas bidang dasar dalam jumlah pohon, dan satuan-satuan yang menyatakan pertumbuhan. Karena faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan
biasanya
saling
tergantung
prinsip-prinsip
pertumbuhan, harus dikembangkan dengan mengamati interaksi faktor- faktor. F. Regresi dan Korelasi. Definisi regresi menurut Anonim (1992) adalah mempelajari hubungan yang ada diantara variabel-variabel sehingga dari hubungan yang diperoleh kita dapat menaksir variabel yang satu apabila harga variabel yang lainnya deketahui.
28
Bentuk umum dari persamaan regresi dengan meggunakan metode Least Square adalah sebagai berikut : Y=a+bX Dimana : Y = Variabel terkait ( Dependen Variabel ) X = Variabel bebas ( Independen Variabel ) a = bilangan konstan b = koefisien regresi
Untuk menghitng koefisien-koefisien a dan b, dapat menggunakan rumus : b=
n (? XY ) ? (? X )
a=
?
?
n (? X ) ? ( ? X ) 2
X n
?b
?
Y) 2
X n
dimana : n = Jumlah Variabel
G . Korelasi Korelasi berarti cara untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih (Anonim, 1992). Jika terdapat hubungan diantara variabelnya, maka perubahan yangterjadi pada salah satu variabel yang lainnya, disamping itu dengan analisa korelasi dapatlah diketahui apakah hubungan yang tejadi antara variabel- variabel tersebut adalah suatu kebetulan atau memang hububungan benar-benar (Anonim, 1992) Menurut Anonim (1992) ada beberapa cara untuk menunjukan korelasi (hubungan) antara dua variabel, salah satu diantaranya dengan menghitung
29
koefisien korelasi, damana koefisian korelasi tersebut tidak hanya menunjukan apakah hubungan (korelasi) antara dua variabel tetepi juga seberapa erat korelasinya. Menurut anonim (1992) koefisien korelasi dapat di hitung dengan menggunakan rumus : r=
n ? XY
?
( n ? X 2 ? (? X ) 2
? X .? Y ( n? Y ? ( ? 2
Y )2
dimana : r = koefisien korelasi X= Variabel bebas Y= Variabel terikat
Pada prinsipnya nilai r bervariasi dari -1 melalui 0 hingga +1, dengan kriteria sebagai berikut: a. bila r = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua variabel sangatlah lemah atau tidak terdapat hubungan sama seakli b. bila r = +1 mendekati 1 maka korelasi antara dua variabel dikatakan positif dan sangat kuat sekali. c. Bila r = -1 atau mendekati -1 maka korelasi antara dua variabel dikatakan negatif dan sangat kuat sekali Tanda + dan – pada koefisien korelasi sebenarnya memiliki arti khas, yaitu bila r positif maka korelasi antara dua vriabel bersifat searah dimana kenaikan atau penurunan nilai- nilai X terjadi bersama-sama dengan kenaikan atau
30
penurunan nilai- ilai Y, dan sebaliknya bila r negatif berarti kenaikan nilai- nilai X terjadi bersama-sama dengan penurunan nilai- nilai Y (Anonim, 1992).
31
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan lokasi penelitian
Lokasi kegiatan pengamatan ini di laksanakan di Balai Penelitian Teknologi Pembenihan, kacamatan Samboja. Waktu pelaksanaan dilakukan selama 2 (dua) bulan meliputi persiapan alat dan bahan, perijinan, pengambilan data dan penulisan laporan ilmiah. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah : a. Clinometer, untuk mengukur tinggi pohon. b. Phiband, untuk megukur diameter pohon . c. Alat tulis menulis, untuk mencatat hasil penelitian. d. Kamera,untuk dokumentasi di lapangan. 2. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman meranti merah (Shorea leprosulla) yang di tanam tahun 1994.
32
C. Prosedur kerja
a
Orientasi lapangan dilakukan untuk mengetahui kondisi tempat penelitian agar memudahkan dalam mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
b. Penyelesaian
administrasi
dilakukan
untuk
permohonan
ijin
melaksanakan penelitian. c. Persiapan Alat. Menyiapkan semua alat-alat yang akan dilakukan pada pengamatan Phiband, Meteran, Clinometer, tongkat, Alat tulis menulis dan lainlain. d. Pengambilan data. - Menentukan pohon yang akan diamati/diukur. - Mengukur diameter pohon setinggi dada yaitu pengukuran diameter yang dilakukan pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah. - Pengukuran tinggi yang dilakukan adalah tinggi total, yaitu tinggi puncak pohon. Pengukuran tinggi digunakan alat clinometer dengan dibantu dengan tongkat dengan ketinggian 4 meter. - Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposif
1. Pengolahan Data
Pengolahan data diameter dan tinggi rata-rata dengan mengunakan rumus : 1.
Rata-rata Hitung:
33
X=
?
x
n
Keterangan X
: Rata-rata (diameter/tinggi)
?
: Jumlah dari X (diameter/tinggi)
n
: Jumlah Pohon
2.
Standard Deviation (simpamg Baku) Standar deviation (Simpang Baku) merupakan suatu nilai untuk mengetahui penyimpangan nilai- nilai individu terhadap rata-rata diameter dan tinggi tanaman. Dapat dihitung dengan mengunakan rumus sebagai berikut :
Sd=
?
x ? 2
( ? x) 2
n ?1
n
Keterangan Sd
: Standar Deviation (simpang baku)
?
: Jumlah Nilai Individu
? X2
:Jumlah kuadrat Individu
n
: Jumlah Pohon
3. Coefficient of Variation (koefisien Variasi) Mengingat
ukuran
dispresi
absolut
mudah
menimbulkan
kekaburan, maka sering digunakan ukuran dispersi relatif. Diantara berbagai macam ukuran dispresi relatif yang terkenal ialah yang bernama koefisien Variasi (Coefficient of Variation), yaitu presentasi standar
34
deviation terhadap nilai rata-rata X (diameter/tinggi) dan klasifikasi dari koefisien variasi ialah sebagai berikut: Rumus : C.V=
Sd X 100% x
Keterangan : C.V
= Coefficient Of Variation (koefisien Variasi)
Sd
= Standard Deviation (simpang Baku)
x
= Rata-rata C.V = 0 – 10% (dikatakan kecil/seragam) C.V = 10 – 20% (dikatakan besar) C.V = > 30% (dikatakan sangat besar)
4.
Menghitung Hubungan Diameter dengan Tinggi Tinggi pohon kemudian dihubungkan dengan peubah bebas untuk membentuk persamaan.
Dalam penelitian ini persamaan tinggi yang
digunakan di pilih adalah persamaan tinggi: Y=a+bX atau H = b0 + b1 D di mana : H
= tinggi pohon taksiran
D
= diameter setinggi dada
b0 , b1
= konstanta regresi
35
untuk persamaan tinggi diatas diolah dalam bentuk regresi linier. Konstanta dari regresi (b0 , b1 ) untuk persamaan-persamaan volume di atas diperoleh dengan rumusan :
b1 =
n (? XY ) ? (? X )
bo =
?
?
Y)
n (? X ) ? ( ? X ) 2
X n
?b
?
2
X n
bo = Y – b1. X
Untuk mengetahui apakah peubah bebas x mempengaruhi peubah terikat y maka digunakan analisis sid ik ragam dengan menggunakan uji F seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Sidik Ragam Sumber Keragaman Regresi
Derajat Bebas K
Jumlah Kuadrat JKR
Kuadrat Rataan KRR
Galat
(n-k-1)
JKG
KRG
Total
(n-1)
JKT
di mana : k = jumlah peubah bebas n = jumlah seluruh pasangan data JKR
= Jumlah kuadrat regresi
JKG
= jumlah kuadrat regresi
Fhitung KRR/KRG
36
Kriteria pengujian : ? Jika Fhitung > Ftabel berarti ada peranan x terhadap y pada taraf signifikansi 5% dan 1 % ? Jika Fhitung < Ftabel berarti tidak ada peranan x terhadap y.
Anonim (1992), menerangkan bahwa nilai koefisien determinasi (R2 ) dapat digunakan sebagai salah satu kriteria untuk menentukan persamaan yang tepat. Besarnya nilai koefisien determinasi dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : r=
n ? XY
?
( n ? X 2 ? (? X ) 2
? X .? Y ( n? Y ? ( ? 2
Y )2
37
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Pengukuran dilakukan terhadap dimensi pohon meliputi diameter setinggi dada (1,30 m) dan tinggi. Pengukuran tinggi yang dilakukan adalah tinggi total, yaitu tinggi puncak pohon. Pengukuran tinggi digunakan alat clinometer dengan dibantu dengan tongkat dengan ketinggian 4 meter. Pengukuran tersebut dapat dilihat pada lampiran 1. Tabulasi hasil pengukuran diameter dan tinggi pohon jenis Meranti Merah (shorea leprosulla) pada Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja diperoleh seperti pada tabel 2. Tabel 2. Tabulasi Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi Tanaman Meranti Merah (shorea leprosula) Diameter (cm) 15 17 19 21 23 25 27 Jumlah
T i n g g i ( Meter) 11
12
1
2
13 1 1 1
14 1 5 1 1
15
16
4
2 3
Jumlah 17
18
2 2
2
1 2 1
1
1
2
3
8
6
6
19
4
1 3 1 4
5
2 15 6 8 3 4 1 39
38
Untuk lebih jelasnya penyebaran data hasil pengukuran diameter dan tinggi tanaman meranti merah dituangkan dalam gambar diagram pencar seperti terlihat pada Gambar 3. berikut ini:
25.00 20.00 15.00 10.00 5.00 0.00 0.00
5.00
10.00
15.00
20.00
Gambar 3. Diagram pencar untuk data Diameter dan Tinggi
25.00
30.00
39
B. PEMBAHASAN
Hasil pengukuran Tanaman Meranti Merah
di areal Balai Penelitian
Teknologi Pembenihan Samboja menunjukan bahwa diameter terbesar 26,20 cm dan diameter terkecil 15,30 cm, dengan rata-rata 19,44 cm dan standar deviation 2,79 cm dan koefisien variasi 14,34 %. Sedangkan hasil pengukuran tingginya diketahui bahwa, tanaman Meranti Merah tertinggi adalah 19,37 m dan tanaman terendah 11,09 m dengan nilai rata-rata sebesar 15,51 m, standar deviatiom 2,11 m dan koefisien variasi 13,62 %. Dilihat dari hasil pengukuran dilapangan dan pengolahan data maka diperoleh hubungan antara peubah terikat dengan peubah bebas yaitu diameter setinggi dada (1,30 m). Adapun persamaan regresi yang terbentuk sebagai berikut :
Y = 3,762714443 + 0,604638101 X atau H = 3,762714443 + 0,604638101 D
Untuk mengetahui tingkat ketelitian persamaan regresi yang telah terbentuk apakah peubah bebas diameter (D) mempengaruhi peubah terikat tinggi (H) digunakan analisis keragaman.
40
Tabel 3. Analisis Keragaman Regresi Sumber df Keragaman Regresi 1 Galat 37 Total 38 Signifikan pada taraf 5 %
Jumlah Kuadrat 107,9688 61,6409 169,6097
Kuadrat Tengah 107,9688 1,6660
F hitung 64,8084*
Hasil analisis keragaman regresi seperti pada Tabel 3, dapat diketahui bahwa F hitung regresi pada tignkat kepercayaan 5 % berbeda nyata ini artinya bahwa regresi yang terbentuk dari diameter dan tinggi mempunyai hubungan. Persamaan regresi tersebut memiliki koefisien korelasi (r) = 0,797854738. Nilai koefisien korelai tersebut menunjukan bahwa hubungan antara diameter setinggi dada volumenya erat dan berkorelasi positif. Hal ini didukung oleh pendapat Prayitno (1981) yang mengatakan bahwa nilai korelasi (hubungan) yang mendekati r = + 1, ini menunjukan bahwa hubungan antara dua variable (terikat dan bebas) kuat dan positif. Berdasarkan nilai- nilai tersebut menunjukan bahwa persamaan regresi yang terbentuk mempunyai hubunganya yang sangat erat antara peubah bebas dan peubah terikat dimana peubah bebas sebagai diameter dan peubah terikat sebagai tinggi. Sejalan dengan perkembangan dibidang inventarisasi hutan dan untuk mencapai tujuan efisien dan efektif dalam kegiatan inventarisasi hutan, maka telah dilakukan
penyederhanaan
tanpa
Penyederhanaan tersebut adalah
mengurangi
ketelitian
yang
berarti.
untuk membantu dan mempermudahkan
pekerjaaan di lapangan, terutama yang berhubungan dengan pengukuran tinggi.
41
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan hubungan diameter setinggi dada dengan tinggi jenis meranti merah (Shorea leprosulla) dapat diambil beberapa kesimpulan : A. Hubungan diameter setinggi dada dengan tinggi jenis meranti merah (Shorea leprosulla) di Areal Balai Penelitian Teknologi Pembenihan Samboja. mempunyai Nilai Koefisien Korelasi sebesar 0,797854738 dengan persamaan regresi H =3,762714443 + 0,604638101 D B. Dilihat dari keeratan hubungannya jenis meranti merah (Shorea leprosulla) memiliki hubungan antara diameter dan tinggi sangat kuat dan positif.
B. Saran Perlu diadakan penelitian lebih lanjut tentang hubungan diameter dengan tinggi jenis meranti merah (Shorea leprosulla) dan lainnya diwaktu mendatang pada tempat yang berbeda agar dapat diperoleh kesimpulan yang bersifat konfrehensif.
43
DAFTAR PUSTAKA
ANONIM, 1972. Jenis-jenis kayu terpenting dalam perdagangan kayu di Indonesia. Direktorat jendral Kehutanan Jakarta. ANONIM, 1976. Vadenicum Kehutanan Indonesia. Departemen Pertanian Direktorat Jendral kehutanan, Jakarta. ANONIM. 1980. Diptercarpaceae Vol. 6, No. 1,2002 . ISSN 1410 – 1033. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor-Indonesia ANONIM,1992. Manual Indonsia.Jakarta.
Kehutanan.
Depertemen
kehutanan
Republik
ANONIM 1991, Sistem Ekploitas Dan Pengukuran Kayu. Politeknik Pertanian Unipesitas Mulawarman. Samboja ANONYMOUS. 1990. Manual Kehutanan. Deperteman Pertanian Direktorat Jendral Kehutanan. Jakarta. BAKER, F.S. 1979. Prinsip-prinsip Silvikultur (terjemahan). Gaja Madah Universitas Press. Yogjakarta BENU, H, S. 1972. Cara-cara pengukuran kayu bulat. Direktorat Jenderal Kehutanan. Jakarta. DANAATMADJA, OH. M, 1989. Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II dan III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Universitas Padjajaran Bandung DIPODININGRAT, B.S. 1985. manajemen Hutan. Laksana Pengusahaan. Yayasan Pembinaan Unuversitas Gajahmada.
Organisasi dan Tata Fakultas Kehutanan
ENDANG. 1990. Manajemen Hutan. Depertemen Pend idikan Dan Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Tinggi Universitas Padjadjaran. Bandung. HARYANTO. 1978. Beberapa Cara Pengukuran Kayu Dan Cacat Kayu. Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada. Jogyakarta. HITAM, H. 1980. Dasar-dasar Teori Dan Pengunaan Teknik Pengambilan Contoh Dalam Inventarisasi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.
44
HUSCH, B. 1979. Foret Mensuration Third Editon. John Wiley & Son. New York LOETSCH, F. HALLER. 1973. Forest Inventory Volume II. BLV Verlogsgesel Scharft. Munchen. PARIADI, H. M, 1979. Ilmu Ukur Kayu. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Jakarta SIAHAYA, J. 1984. Dasar-dasar Inventarisasi Hutan. Departemen Management Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda SOEKOTJO, W. 1976. Diktat Silvika. Pusat Pendidikan Cepu. Direksi Perum Perhutani. SOETRISNO, K. 1996. Silvika. Bahan Kuliah Silvika Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. SUHARLAN, A Dan J. SOEDINO. 1973. Ilmu Ukur Kayu. Lembaga Penelitian Hutan Bogo r. Bogor SUSANTI, 1996. Studi Tentang Tinggi dan Diameter Tanaman Acacia mangium willd Umur 1 Tahun di Arboretum POLITANI Unmul samarinda. Karya Ilmiah Mahasiswa (Tidak di Terbitkan). SYMINGTON. 1974. Forester Manual of Dipterocarp. Malaysia Forest Record
45
Lampiran 1. Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39
Diameter (cm) 25.10 20.70 15.30 20.90 20.20 24.00 17.40 20.00 19.20 18.40 17.60 20.50 24.60 22.00 16.90 21.40 23.00 17.90 24.10 17.60 18.50 17.70 18.50 16.80 19.20 26.20 22.50 18.30 17.30 17.30 15.60 16.40 17.00 17.80 20.20 20.30 17.20 16.50 17.90
Pengukuran Tinggi H-top 96 98 95 80 85 84 69 92 82 78 66 62 68 53 58 72 68 52 86 64 66 62 94 58 80 86 98 72 76 75 69 57 54 75 74 55 62 67 88
H-pole 15 22 24 12 13 13 14 15 14 13 13 11 11 9 12 12 10 13 12 13 11 12 16 15 15 13 17 15 15 15 16 13 12 16 15 13 13 17 18
H-base -7 -8 -7 -6 -8 -6 -8 -9 -7 -9 -6 -7 -5 -8 -6 -7 -7 -9 -8 -9 -8 -9 -8 -7 -6 -6 -7 -7 -8 -6 -5 -5 -5 -6 -6 -5 -4 -7 -8
Tinggi (m) 18.73 14.13 13.16 19.11 17.71 18.95 14.00 16.83 16.95 15.82 15.16 15.33 18.25 14.35 14.22 16.63 17.65 11.09 18.80 13.27 15.58 13.52 17.00 11.82 16.38 19.37 17.50 14.36 14.61 15.43 14.10 13.78 13.88 14.73 15.24 13.33 15.53 12.33 14.77
Keterangan
46
Lampiran 2. Hasil Diskripsi dari Hasil Pengukuran Diameter dan Tinggi
Diskripsi Statistik data diameter Mean Standard Error Median Mode Standard Deviation Sample Variance Kurtosis Skewness Range Minimum Maximum Sum Count Confidence Level(95.0%)
19.43589744 0.446405454 18.5 20.2 2.787801169 7.771835358 -0.195927098 0.806396406 10.9 15.3 26.2 758 39 0.903700589
Diskripsi Statistik data tinggi Mean Standard Error Median Mode Standard Deviation Sample Variance Kurtosis Skewness Range Minimum Maximum Sum Count Confidence Level(95.0%)
15.51439856 0.338299359 15.33333333 2.112678817 4.463411784 -0.651339715 0.107362256 8.277511962 11.09090909 19.36842105 605.0615437 39 0.684851241
47
Lampiran 3. Hasil Perhitungan Regresi
SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,797854738 R Square 0,636572183 Adjusted R Square 0,62674981 Standard Error 1,29072433 Observations 39 ANOVA df Regression Residual Total
b0 b1
1 37 38
SS 107,9687838 61,64086399 169,6096478
Coefficients 3,762714443 0,604638101
Standard Error 1,474329092 0,075106911
MS 107,9688 1,665969
F 64,80839