541
Unmas Denpasar
KARAKTERISTIK TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI BERDASARKAN PERSEPSI PETERNAK PADA KELOMPOK TANI TERNAK DI KABUPATEN GOWA SULAWESI SELATAN Agustina Abdullah Jamila M, Syahriadi ,Vidiawati,Sofyan N. K, A.Amrullah Fak. Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar Email :
[email protected]
ABSTRAK Potensi jerami padi dan ternak sapi potong cukup besar, namun tingkat pemanfaatan jerami padi untuk dijadikan sebagai pakan ternak masih rendah. Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik inovasi teknologi fermentasi jerami padi berdasarkan persepsi peternak pada kelompok tani ternak untuk meningkatkan pemanfaatan sumberdaya limbah jerami padi agar memiliki nilai tambah melalui inovasi teknologi pengolahan. Penelitian dilaksanakan di kelompok Tani Ternak Parapunganta dan Kelompok Tani Ternak Alerang di Kecamatan Bontonompo Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Penentuan petani peternak sebagai responden secara purposive yang tergabung pada kelompok tani ternak. Data penelitian dikumpulkan dengan melakukan survey dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu wawancara menggunakan kuesioner, focus group discussion, serta wawancara secara mendalam (indepth study) kepada beberapa informan kunci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum petani peternak (85% petani responden) telah mengetahui teknologi fermentasi jerami padi namun belum dimanfaatkan karena pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap teknologi fermentasi jerami padi masih kurang Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan dan optimalisasi penerapan teknologi pengolahan limbah jerami padi menjadi produk yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak di tingkat peternakan rakyat sehingga dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan produktivitas usaha ternak sapi potong Kata kunci : karakteristik teknologi, jerami padi,fermentasi, sapi potong, ABSTRACT This research aims to analyze characteristic technological innovation fermenting rice straw based on perceptions of farmer groups to improve utilization of existing resources waste straw in having added value through processing technologies innovation. The research was conducted in the group farmers Parapunganta and Alerang on district Bontonompo Gowa South Sulawesi. The determination of farmers as respondents at purposive sample . Data was collected through survey research using data collection techniques such interviews and questionnaire, focus group discussion, and indepth study to several key informants. The results showed that, in general farmers were aware of rice straw (85% respondents) but not yet know whether these technologies , for it needs to be done the effort to improve and optimization of application of technology waste processing rice straw into a product that can be used as farmer so can give contributions in business productivity increasing beef cattle. Key word : chracteristic technology, waste rice straw, fermentation ,beef cattle,
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
542
Unmas Denpasar
PENDAHULUAN Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Petanian, diketahui bahwa jumlah populasi sapi Potong di Kabupeten Gowa sebanyak 88.778 ekor, dan merupakan salah satu sentra pegembangan ternak sapi potong di Propinsi Sulawesi Selatan (Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Sulawesi Selatan, 2010), dan berada pada urutan jumlah populasi setelah kabupaten Bone. Daerah ini memilliki kepadatan ternak sapi potong sebanyak 66,33 e/km2 dengan angka kepemilikan ternak 0,82ekor/KK . Dukungan kondisi agroklimat dan agrososial, menjadikan daerah ini sangat berpeluang untuk mengembangkan ternak sapi potong. Salah satu kecamatan yang ada diKabupaten Gowa adalah kecamatan Bontolangkasa yang mempunyai Kelompok Ternak Sapi Potong yang potensi dengan rata-rata kepemilikan peternak sapi potong 3-5 ekor. Pengembangan peternakan sapi potong masih sederhana dengan pemberian pakan hijauan seadanya. saat musim kemarau keberadaan hijauan sangat berkurang sehingga mendatangkan hijauan dari luar daerah dengan harga yang tinggi. Pemanfaatan bahan pakan lokal sangat potensial untuk dikembangkan. Diharapkan pengembangan ini dapat mendorong dan menarik kegiatan agribisnis di desa-desa pinggiran dan desa sekitarnya . UU No.18/2009 dan UU No.18/2012 dengan tujuan Program Swasembada Daging Sapi dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak sapi, peningkatan produksi daging sapi kerbau lokal yang Aman, Utuh, Sehat dan Halal (ASUH) untuk memenuhi konsumsi masyarakat, dengan cara teknis maupun ekonomis misalnya dengan penurunan impor sapi bakalan dan daging sapi seiring dengan peningkatan populasi dan produksi ternak lokal, pemberdayaan peternak dan kelembagaannya. Pengembangan sapi potong akan membuka kesempatan kerja dan kesempatan berusaha yang dapat menambah pendapatan masyarakat pedesaan, baik dari sektor hulu, hilir, maupun sektor pemasaran hasil produksi. Permasalahan yang sering dihadapi dalam budidaya sapi potong adalah keterbatasan dalam penyediaan pakan, baik secara kuantitatif dan kualitatif maupun kesinambungannya sepanjang tahun. Masalah utama yang dihadapi peternak berkaitan dengan ketersediaan pakan adalah menurunnya produksi dan kualitas hijauan pada saat musim kering, sehingga membutuhkan tambahan suplai pakan. Salah satu potensi pakan yang cukup besar di Kabupaten Gowa adalah jerami padi, dengan luas areal pertanian padi 23.365 ha, maka terdapat potensi limbah jerami sebanyak 21.028 ton BK/thn (Syamsu dan Abdullah, 2008). Potensi sumber pakan jerami padi ini belum dimanfaatkan secara optimal karena rendahnya tingkat keterampilan peternak dalam pemanfaatan jerami padi, sementara perangkat teknologi dan pengetahuan mengenai teknologi ini sangat mendukung untuk ditransfer dan diimplementasikan di lapangan. Dengan luas areal padi yang cukup , sehingga potensi jerami padi sebagai limbah tanaman padi juga melimpah, sehingga sumberdaya ini memungkinkan dijadikan sebagai pasokan ternak sapi potong. Hasil penelitian Syamsu et al., (2003), melaporkan bahwa limbah pertanian memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak. Jumlah produksi limbah pertanian di Indonesia sebanyak 51.546.297,3 ton dengan produksi terbesar adalah jerami padi sebanyak 44.229.343,0 ton BK atau 85,81% dari seluruh produksi limbah pertanian (tanaman pangan). Walaupun limbah jerami padi Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
543
Unmas Denpasar
potensinya cukup besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal karena diperlukan adanya sentuhan teknologi pengolahan limbah sehingga memiliki nilai tambah dan dapat meningkatkan produktivitas usahatani. Hasil penelitian Abdullah dan Sutrisno (2011), menunjukkan, peternak membutuhkan suatu teknologi pakan yang mudah untuk dilakukan/diterapkan, bahan yang digunakan tersedia di lokasi peternak, serta dengan biaya yang murah. Oleh karena itu dengan adanya teknologi inovasi fermentasi jerami padi yang sudah didesiminasikan penting untuk menganalisis persepsi peternak terhadap inovasi teknologi fermentasi jerami padi. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan observasi dan survey. Data primer diperoleh dari hasil wawancaran dengan menggunakan kuesioner kepada peternak. Pengambilan responden dengan menggunakan metode sensus terhadap peternak yang tergabung dalam kelompo tani yang berjumlah 120 orang. Data yang dikumpulkan meliputi sifat dan karakteristik inovasi (Rogers, 1995) meliputi (1) (keuntungan relatif yang merupakan tingkatan dari suatu ide yang dianggap lebih baik dibandingkan dengan ide sebelumnya, (2) sifat dan karakteristiik inovasi kesesuaian (kompatibilitas) merupakan tingkatan sejauh mana inovasi tersebut konsisten dengan nilai-nilai yang ada, (3) kerumitan (kompleksitas), merupakan tingkat kerumitan dari inovasi tersebut, (4) kemudahan untuk dicoba (triabilitas) merupakan tingkatan kemudahan untuk dapat dicoba, (5) observabilitas, merupakan tingkatan untuk dapat dilihat hasilnya Dalam mengukur persepsi peternak digunakan metode skor rataan yang kemudian dianalisis dengan metode deskriptif. Berdasarkan sifat inovasi, maka untuk mengukur pesepsi peternak diberikan kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut kelima sifat inovasi yang meliputi keuintungan relatif, kesesuaian (kompatibilitas), kerumitan (kompleksity), kemudahan untuk dicoba (triabilitas) dan observabilitas. Hasil pengambilan data tersebut kemudian diolah dengan menggunakan skala likert yang terdiri atas empat jenjang, masing-masing diberi skor 1, 2, 3 dan 4. Pengukuran setiap indikator diperoleh dengan menarik nilai rata-rata dari skor seluruh parameternya. Pengukuran setiap variabel penelitian juga dilakukan melalui penarikan nilai rata-rata dari skor seluruh indikator. Analisis data dengan tabulasi data, dan melakukan analisis deskriptif data dengan melihat rataan, persentase dan frekuensi yang diolah dengan bantuan menggunakan software SPSS ver. 12.1. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kelompok Parapunganta Dalam Peraturan Menteri Pertanian No 273/Kpts/OT.160/42007, kelompok tani adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi, lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota. Kelompok Tani ternak Parapunganta merupakan salah satu kelompok tani yang berusaha tani padi dan jagung, juga berusaha ternak sapi potong.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
544
Unmas Denpasar
Keadaan umum anggota kelompok tani ternak terkait dengan umur, pendidikan, jumlah keluarga, pendapatan, pengalaman beternak sapi dan berusahatani padi, serta kepemilikan lahan dan sapi . Kelompok Tani Parapunganta dan Alerang sebagian besar berumur dalam kisaran 25-50 tahun dengan jumlah sebanyak 75 orang dari seluruh responden. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang bekerja dalam pengembangan usahatani padi dan usahaternak sapi potong dalam kategori umur produktif. Faktor umur biasanya lebih diidentikkan dengan produktivitas kerja, dan jika seseorang masih tergolong usia produktif ada kecenderungan produktivitasnya juga tinggi. Mardikanto, (1993) mengemukakan, semakin muda usia peternak (usia produktif 20-45 tahun) umumnya rasa keingintahuan terhadap sesuatu semakin tinggi dan minat untuk mengadopsi terhadap introduksi teknologi semakin tinggi. Ditinjau dari tingkat pendidikan bahwa pendidikan peternak didominasi oleh tidak tamat dan tamat sekolah dasar , selebihnya tamat sekolah lanjutan pertama dan atas masing-masing 32,5% dan 21,7%. semakin tinggi tingkat pendidikan peternak maka akan semakin tinggi kualitas sumberdaya manusia, yang pada gilirannya akan semakin tinggi pula produktivitas kerja yang dilakukannya . Dengan tingkat pendidikan yang demikian dapat diasumsikan bahwa kemampuan peternak untuk mengetahui dan mengadopsi suatu keterampilan dalam rangka pengembangan usaha ternak akan mengalami kendala dan kesulitan. Oleh karena itu tingkat pendidikan akan menambah pengetahuan dan keterampilan peternak sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja dan akan menentukan keberhasilan usaha ternaknya. Berdasarkan tingkat pengalaman peternak, menunjukkan bahwa sebagian besar peternak memiliki pengalaman beternak sapi hingga 10 tahun (30.8%) dari total responden, dan selebihnya sebanyak 48,4% yang berpengalaman dalam beternak lebih dari 10 tahun. Dilain pihak, pengalaman berusatani padi menunjukkan bahwa sebanyak 64.1% peternak memiliki pengalaman selama 5-15 tahun, selebihnya yang kurang dari 5 tahun sebesar 23.4% dan lebih dari 15 tahun 12.5%. Umumnya pengalaman beternak sapi potong dan bertani padi diperoleh dari orang tuanya secara turun-temurun. Dengan pengalaman beternak yang cukup lama memberikan indikasi bahwa pengetahuan dan keterampilan peternak terhadap manajemen pemeliharaan ternak sapi dan berusahatani padi mempunyai kemampuan yang lebih baik. Persepsi Peternak Terhadap Teknologi Fermentasi Jerami Padi Inovasi merupakan segala sesuatu ide, cara ataupun objek yang dipersepsikan oleh seorang sebagai sesuatu yang baru. Persepsi seseorang terhadap suatu objek berperan penting dalam menentukan penilaian suatu objek tersebut, dan menentukan hubungan sosial, jika dipersepsikan baik akan terjadi hubungan baik atau sebaliknya persepsi akan berubah karena dipengaruhi pengalaman dan kebutuhan (Gunawan Y, 2005). Persepsi termasuk dalam domain kognitif yang tampilannya menjadi ekspresi pendapat yang lebih atau kurang tepat. Tingkat adopsi dari suatu inovasi tergantung pada persepsi adopter tentang karakteristik inovasi teknologi tersebut. Berdasarkan pengamatan penerima, Rogers, 1maka inovasi mempunyai lima sifat. Pertama, sifat keuntungan relatif yang berarti tingkatan sesuatu ide baru dianggap lebih baik dari pada ide sebelumnya , kedua sifat inovasi kesesuaian (kompatibilitas) merupakan tingkatan sejauh mana suatu inovasi tersebut Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
545
Unmas Denpasar
konsisten dengan nilai-nilai yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan penerima, sifat yang ketiga kerumitan (kompleksitas), merupakan tingkat kerumitan dari inovasi tersebut, sulit dimengerti dan digunakan. Makin rumit suatu inovasi bagi seseorang, maka akan lambat pengadopsiannya, keempat yaitu kemudahan untuk dicoba (triabilitas) merupakan tingkatan kemudahan untuk dapat dicoba, Ide baru yang dapat dicoba terlebih dahulu. Kelima observabilitas adalah tingkat hasil-hasil suatu inovasi tertentu mudah dilihat dan dikomunikasikan kepada orang lain. Persepsi petani peternak terhadap teknologi fermentasi jerami padi pada kelompok Parapuinganta dan Alerang dapat dilihat pada gambar 1
80
70 70
63 65
60
Persepsi Peternak Terhadap Inovasi Teknologi Fermentasi Jerami Padi
60
50
40
55 49
47
45
37 28
30
20
10
15 13
13 7
4
5
SS
S
RG
Kompabilitas
Kompleksitas
9
5
3
0 0
7 0 0
2
0
Keuntungan Relatif
TS Triabilitas
STS Observabilitas
Gambar.1 Persepsi Peternak Terhadap Teknologi Fermentasi jerami padi
Berdasarkan persepsi peternak dapat dikatakan bahwa aplikasi teknologi ini secara ekonomis dapat memberikan keuntungan relatif bagi peternak pengguna, dan ditinjau dari perspektif ekonomis, teknologi ini layak untuk didesiminasikan atau didifusikan kepada peternak lainnya. Sudana (2008) menyatakan bahwa suatu teknologi diadopsi oleh pengguna dalam hal ini petani, apabila teknologi tersebut dapat memberikan dampak positif yaitu keuntungan bagi penggunanya. Keuntungan tersebut dapat berupa keuntungan langsung yaitu berupa peningkatan produktivitas atau pendapatan usahatani, atau keuntungan tidak langsung lainnya. Persepsi peternak terhadap kompleksitas, triabilitas dan observabilitas menunjukkan responden memberi penilaian bahwa teknologi fermentasi jerami padi mudah diaplikasikan. Artinya teknologi tersebut sederhana atau tingkat kompleksitasnya sangat rendah. Dengan demikian diharapkan peternak terhadap tingkat kemudahan teknologi yang positif tersebut diharapkan akan berhubungan dengan adopsi teknologi fermentasi jerami padi. Penilaian responden terhadap kemudahan teknologi fermentasi jerami sebanyak 91 responden memberi penilaian sangat setuju dan setuju bahwa teknologi fermentasi jerami padi dapat dengan mudah diaplikasikan. Hal ini memberikan indikasi bahwa teknologi tersebut sifatnya sederhana atau tingkat kompleksitasnya sangat rendah. Dengan demikian, Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
546
Unmas Denpasar
persepsi peternak terhadap tingkat kemudahan teknologi yang tinggi diharapkan akan berhubungan dengan tingkat adopsi teknologi fermentasi jeram padi. Uji coba (triabilitas) teknologi merupakan hal yang sangat penting bagi petani ternak secara umum. Dengan uji coba teknologi, mereka dapat membuktikan manfaat dan resiko dari teknologi tersebut. Sedangkan persepsi peternak terhadap tingkat dimana hasil penerapan teknologi, dapat diamati secara langsung oleh adopter sendiri maupun orang lain (tingkat observabilitas) , bahwa teknologi ini mudah untuk diamati. Pandangan responden terhadap hasil penerapan teknologi, dapat diamati secara langsung oleh adopter sendiri maupun oleh orang lain (tingkat observabilias) sangat tinggi. Sebanyak 112 responden memberi penilaian setuju dan setuju bahwa hasil dari aplikasi teknologi tersebut dapat diamati dalam waktu yang relatif singkat (observable). Trialibilitas dan observabilitas suatu teknologi berhubungan positif dengan adopsi teknologi bersangkutan. Persepsi peternak yang tinggi terhadap karakteristik teknologi fermentasi jerami padi, tentunya setelah mencoba mengaplikasikan teknologi tersebut. karena orang cenderung untuk melihat, mendengar dan percaya hanya pada apa yang dilihat, didengar dan dipercayai, yang didasarkan pada pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menafsirkan objek (teknologi). Dalam hal ini para peternak melalui aplikasi teknologi telah diajak untuk melihat, mencoba, dan merasakan sendiri hasil dari pada aplikasi teknologi tersebut selanjutnya memberi penilaian sendiri dan memutuskan sendiri, keputusan inovasi untuk mengadopsi atau menolak inovasi teknologi. KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada sub bahasan, maka dapat disimpulkan bawa persepsi peternak terhadap teknologi fermentasi jerami padi termasuk dalam kategori baik. Terdapat berbagai kelebihan pada inovasi menurut petani pada kelompok tani ternak Parapunganta/Alerang , inovasi fermentasi jerami padi sangat sesuai dengan kondisi lingkungan, dan merupakan teknologi yang mudah untuk dicoba dalam skal kecil . Beberapa kendala masih dihadapi petani dalam menerapkan fermentasi jerami padi sehingga dibutuhkan pendampingan yang lebih intensif. UCAPAN TERIMA KASIH Pengabdian Masyarakat ini merupakan bagian dari kegiatan IbM Program Pengabdian Masyarakat yang didanai BOPTN Universitas Hasanuddin Tahun Anggaran 2016. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Hasanuddin atas bantuan dana pengabdian masyarakat yang diberikan sehingga IbM pengabdian masyarakat ini dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, A dan Syamsu, J. A. 2008. Penguatan Kelompok Tani Ternak Dalam Pengembangan Agribisnis Peternakan. Buletin Peternakan. Edisi 28 Peternakan Propinsi. Sulawesi- Selatan, Makassar. Abdullah, A dan C.I. Sutrisno. 2011. Farmer’s perceptions of using straw fermentation technology for beef cattle feed in Bulukumba, South Sulawesi. Proceedings of The 3 Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016
547
Unmas Denpasar
International Conference On Sustainable Animal Agriculture For Developing Countries. Nakhon Ratchasima, Thailand FAO.1990. Farming Systems Development. Guidelines for the Conduct of Training Course in Farming Systems Development. FAO, Rome Mardikanto, T. 1993, Penyuluhan Pembangunan Pertanian, Sebelas Maret University Press, Surakarta. Rogers, E.M. 1995. Diffusion of Innovations (4th ed.). Free Press. New York. Syamsu, J.A., L.A.Sofyan., K.Mudikdjo., E.Gumbira Sa'id. E. B. Laconi. 2005. Analisis potensi limbah tanaman pangan sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Peternakan, Vol.VIII (4). ____________dan A. Abdullah. 2008. Kajian Ketersediaan Limbah Tanaman Pangan Sebagai Pakan Untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Bulukumba. Buletin Ilmu Peternakan dan Perikanan. Vol. XII (1). Fakultas Peternakan UNHAS, Makassar. Sudana, W. 2008. Evaluasi Kinerja Diseminasi Teknologi Integrasi Ternak Kambing Dan Kopi di Bongancina, Bali. Balai Pengkajian dan Pengembangan Tenologi Pertanian Bogor, Bogor.
Diselenggarakan oleh : LEMBAGA PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (LPPM) UNMAS DENPASAR JL. KAMBOJA NO. 11 A KOTA DENPASAR – PROVINSI BALI 29 – 30 AGUSTUS 2016